LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

13
LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK Kenaikan Titik Didih 21 Oktober 2011 Disusun Oleh : Kelompok 7 Siti Aminah 1110016200021 Qotrun Nada 1110016200027 Acelya Kencana Puri 1110016200030 Leily Damayanti 1110016200046 Agia Ghalby 1110016200049 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2011

Transcript of LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA FISIK

LAPORAN PRAKTIKUM

KIMIA FISIK

Kenaikan Titik Didih

21 Oktober 2011

Disusun Oleh :

Kelompok 7

Siti Aminah 1110016200021

Qotrun Nada 1110016200027

Acelya Kencana Puri 1110016200030

Leily Damayanti 1110016200046

Agia Ghalby 1110016200049

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KIMIA

JURUSAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH

JAKARTA

2011

KENAIKAN TITIK DIDIH

Judul percobaaan : Kenaikan Titik Didih

Tanggal percobaan : 21 Oktober 2011

Tujuan percobaan : - Mengukur Kenaikan Titik Didih Suatu Larutan dan Sampel X yang

Belum Diketahui Berat Molekul

Abstrak

Percobaan ini bertujuan untuk mengukur kenaikan titik didih suatu larutan yaitu

larutan NaCl, larutan KCl,dan mencari berat molekul sampel X. hasil percobaan

menunjukkan titik didih air 94 0C, larutan NaCl 96

0C, larutan KCl 96

0C, dan sampel X 95

0C. Dari hasil perhitungan didapatkan nilai kenaikan titik didih larutan NaCl sebesar 0,356

0C, larutan KCl 0,279

0C

Landasan Teori

Terdapat empat sifat yang berhubungan dengan larutan encer, atau kira-kira pada

larutan yang lebih pekat, yang tergantung pada jumlah partikel terlarut yang ada. Jadi, sifat-

sifat tersebut tidak bergantung pada jenis terlarut. Keempat sifat tersebut adalah :

1. Penurunan Tekanan Uap

2. Kenaikan Titik Didih

3. Penurunan titik Beku

4. Tekanan Osmotik

Keempat sifat-sifat tersebut dinamakan sifat-sifat koligatif. Kegunaan sifat koligatif banyak

dan beragam. Juga penelitian sifat-sifat koligatif memainkan peranan pentinng dalam metode

penetapan bobot molekul dan pengembangan teori larutan.

Jadi, sifat-sifat larutan tidak bergantung pada jenis zat terlarut, tetapi hanya pada

konsentrasi partikel terlarutnya disebut sifat koligatif. Istilah koligatif berasal dari bahasa

latin yang artinya kolega atau kelompok. Sifat koligatif hanya bergantung pada jumlah

partikel atau kelompok partikel zat terlarut di dalam larutan.

Namun, dari keempat sifat koligatif tersebut hanya satu sifat yang berkaitan dengan

praktikum kali ini, yaitu kenaikan titik didih.

Hukum Raoult menyatakan bahwa :

“Tekanan uap pelarut di atas suatu larutan (PA) sama dengan hasil kali tekanan uap

pelarut murni (P0

A) dengan fraksi mol dalam larutan (XA).

Secara matematis dapat ditulis :

PA = XA . P0

A

Dalam larutan ideal, semua komponen (pelarut dan zat terlarut) mengikuti hukum

Raoult pada seluruh selang konsentrasi. Dalam semua larutan encer yang tidak mempunyai

interaksi kimia diantara komponen-komponennya. Hukum Raoult berlaku pada pelarut, baik

ideal maupun tidak ideal. Tetapi hukum Raoult tidak berlaku pada zat terlarut dalam larutan

tidak ideal encer. Perbedaan ini bersumber dari kenyataan molekul-molekul pelarut

mendominasi dalam larutan encer, sehingga perilaku pelarut tidak banyak berbeda dengan

pelarut murni.

Karena adanya molekul terlarut yang menyebabkan gaya tarik-menarik inter molekul

dengan molekul pelarut, sehingga mengurangi kecenderungan pelarut untuk menguap dan

menurunkan tekanan uapanya. Namun hal ini tidak akan terjadi sebab praktikan telah

mendefinisikan larutan ideal sebagai larutan yang gaya tarik inter molekul antara molekul

sejenis dan tidak sejenis yang sama besar dan memang dalam larutan demikianlah hukum

Raoult berlaku.

Untuk larutan ideal, menurut Raoult kenaikan titik didih sebanding dengan jumlah zat

terlarut dan dapat ditunjukkan dengan hubungan :

ΔTb = Kb . m atau

Keterangan:

ΔTb : keanaikan titik didih (

Kb : tetapan kenaikan titik didih molal (

m : molalitas larutan

Mb : berat molekul zat terlarut (gram)

WA : massa pelarut (gram)

WB : massa zat terlarut (gram)

Ada satu faktor yang berperan dalam sifat koligatif untuk larutan elektrolit, yaitu

faktor Van’t Hoff (i)

i = 1 + (n-1)

Keterangan:

n : jumlah ion yang dapat dihasilkan oleh 1 satuan rumus senyawa elektrolit.

: derajar ionisasi elektrolit. Jika tidak diketahui maka = 1.

Untuk larutan elektrolit, berlaku persamaan sebagai berikut:

ΔTb = Kb . m. I atau

i, disebut sebgai faktor Van’t Hoff, yaitu perbandingan antara harga sifat koligatif yang

terukur dari suatu larutan elektrolit dengan harga sifat koligatif yang diharapkan dari suatu

larutan non elektrolit pada konsentrasi yang sama.

Alat dan Bahan:

Alat-Alat:

1. Statif

2. Klem

3. Pembakar spirtus

4. Korek api kayu

5. Kaki tiga

6. Kawat kasa

7. Termometer alkohol

8. Termometer raksa

9. Neraca O Hauss

10. Neraca analitik

11. Labu ukur

12. Corong gelas

13. Batang pengaduk

14. Gelas kimia

15. Kaca arloji

16. Spatula

17. Botol semprot

Bahan-bahan:

1. Aquades

2. Spirtus

3. Padatan NaCl (berupa serbuk)sss

4. Padatan KCl (berupa serbuk)

5. Serbuk sampel X

Prosedur Kerja:

A. Mengukur titik didih aquades

1.Mengambil aquades sebanyak 100 mL menggunakan gelas ukur 100, lalu menuangkannya

ke dalam gelas kimia 250 mL

2.Memanaskan aquades (pelarut murni) hingga mendidih, lalu catat titik didihnya. Sementara

itu, mengukur juga tekanan udara dalam laboratorium dengan menggunakan Barometer.

B. Mengukur titik didih larutan NaCl

1. Menimbang padatan NaCl sebanyak 2 gram dan menggunakan neraca O Hauss atau neraca

analitik.

2.Memasukkan padatan NaCl ke dalam gelas kimia, lalu semprotkan aquades pada kaca arloji

ke arah gelas kimia

3.Kemudian tambahkan aquades kurang lebih 50 mL dan aduk hingga padatan NaCl larut dan

campuran menjadi homogen.

4.Memasukkan larutan ke dalam labu ukur, kemudian bilas gelas kimia, batang pengaduk dan

corong menggunakan aquades.

5. Menambahkan aquades hingga batas leher labu ukur.

6. Mengeringkan leher labu ukur bagian dalam di atas garis batas menggunakan tissue dan

batang pengaduk. Lalu menutup labu ukur dan melakukan pengocokan atau homogenasi

larutan.

7. Menuangkan larutan dari labu ukur ke dalam gelas kimia 250 mL.

8. Memanaskan larutan NaCl hingga mendidih sebanyak 2 kali.

C. Mengukur titik didih KCl

Membuat larutan KCl dengan mengikuti langkah yang sama dari no.1 hingga 8 pada

pengukuran titik didih NaCl.

D. Mengukur titik didih sampel X

Membuat larutan sampel X dengan mengikuti langkah yang sama dari no.1 hingga 8 pada

pengukuran titik didih NaCl.

Hasil Pengamatan :

Tekanan udara: 758,5 mmHg

Cuaca : dry

Suhu ruangan: 300C

Pelarut murni (aquades/air): tak berwarna

Suhu awal: 29 0C

Titik didih: 940C

Larutan NaCl (tak berwarna)

Pemanasan I :

Suhu awal: 290C

Titik didih: 970C

Pemanasan II:

Suhu awal: 300C

Titik didih: 950C

Titik didih rata-rata:960C

Pengamatan saat mendidih: terlihat ada gelembung-gelembung udara yang menggolak

Larutan KCl (keruh)

Pemanasan I :

Suhu awal: 290C

Titik didih: 950C

Pemanasan II:

Suhu awal: 300C

Titik didih: 970C

Titik didih rata-rata:960C

Pengamatan saat mendidih: terlihat ada gumpalan-gumpalan putih saat memanaskan

yang secara perlahan menjadi lebih kecil ketika mencapai titik didihnya.

Larutan sampel X (tak berwarna)

Pemanasan I :

Suhu awal: 300C

Titik didih: 960C

Pemanasan II:

Suhu awal: 290C

Titik didih: 950C

Titik didih rata-rata:950C

Pengamatan saat mendidih: seperti ada minyak di dalam larutan

Analisis Data

Perhitungan Melalui Percobaan

Mencari Kb dari larutan NaCl (larutan elektrolit, i = 2)

Dik : Tbo = 940C

Tb1 = 970C

Tb2 = 950C

Mb = 58,5 g/mol

WA = 100 g

WB = 2 g

ΔTb1 = Tb1- Tb0 = 30C

ΔTb2 = Tb2- Tb1 = 10C

ΔTb rata-rata = 20C

Dit : Kb1 ... ?

Jwb : Kb1 = Δ

=

= 2, 925 0C/molal

Mencari Kb dari larutan KCl (larutan elektrolit, i = 2)

Dik : Tbo = 940C

Tb1 = 950C

Tb2 = 970C

Mb = 74,5 g/mol

WA = 100 g

WB = 2 g

ΔTb1 = Tb1- Tb0 = 10C

ΔTb2 = Tb2- Tb1 = 30C

ΔTb rata-rata = 20C

Dit : Kb2 ... ?

Jwb : Kb2 = Δ

=

Kb2 = 3, 725 0C/molal

Mencari Mr Sampel X (Mb)

Dik : Tbo = 940C

Tb1 = 950C

Tb2 = 950C

WA = 100 g

WB = 2 g

ΔTb1 = Tb1- Tb0 = 10C

ΔTb2 = Tb2- Tb1 = 10C

ΔTb rata-rata = 10C

Kb1 = 2,925 0C/molal

Kb2 = 3,725 0C/molal

Dit : Mb ... ?

Jwb :

Melalui Kb1

Kb1 = Δ

2,925 =

Mb = 58,5 g/mol

Melalui Kb2

Kb2 = Δ

3,725 =

Mb = 74,5 g/mol

Perhitungan Sesuai Landasan Teori

Mencari ΔTb Larutan NaCl (larutan elektrolit, i = 2)

Dik : Kb = 0,52 0C/molal

m = 2 g

Mr NaCl = 58,5 g/mol

Pelarut = 100 g

Dit : ΔTb ... ?

Jwb : ΔTb = Kb . m . i

= Kb .

.

. i

= 0,52 .

.

. 2

= 0,356 0C

Mencari ΔTb Larutan KCl

Dik : Kb = 0,52 0C/molal

m = 2 g

Mr KCl = 74,5 g/mol

Pelarut = 100 g

Dit : ΔTb ... ?

Jwb : ΔTb = Kb . m . i

= Kb .

.

. i

= 0,52 .

.

. 2

= 0,2790C

Mencari Mr Sampel X

Dik : Kb = 0,52 0C/molal

ΔTb = 10C

WA = 100 g

WB = 2 g

Dit : Mb ... ?

Jwb : Kb = Δ

0,52 =

Mb = 10,4 g/mol

Mencari % kebenaran

Dik : Mb sampel X teori = 10,4 g/mol

Mb sampel X rata-rata dari percobaan = 66,5 g/mol

Dit : % kebenaran ... ?

Jwb : % kebenaran Mb =

=

x 100 %

= 15,64 %

Pembahasan:

Pada praktikum kali ini akan dibahas mengenai kenaikan titik didih. Dari kenaikan

titik didih suatu larutan yang telah diketahui Mr zatnya dan massa zat terlarut serta massa

pelarut maka kita dapat menentukan nilai Kb. Kemudian dari nilai Kb itulah dapat ditentukan

Mr suatu sampel yang tidak diketahui atau sampel X dengan cara mencari titik didih larutan

sampel X tersebut yang telah ditimbang terlebih dahulu massa sampel X yang digunakan.

Titik didih dapat diketahui dengan menggunakan alat pengukur suhu yaitu termometer

,saat suatu larutan sedang mendidih. Proses mendidih dapat diketahui saat tekanan di dalam

suatu larutan sama dengan tekanan udara luar. Proses mendidih ditandai dengan ciri-ciri

timbulnya gelembung-gelembung gas yang banyak saat pemanasan.

Nilai Kb yang didapatkan dari percobaan adalah 2,9250C/ molal. Dari larutan NaCl

dan 3,7259250C/ molal dari larutan KCl. Lalu dari nilai Kb yang pertama, didapat hasil

perhitungan Mr sampel X sebesar 58,5 g/mol. Sedangkan dari nilai Kb yang kedua adalah

74,5 g/mol. Sehingga didapatkan rata-rata sampel X sebesar 66,5 g/mol. Sementara itu, dari

teori (Kb air=0,520C/ molal) didapatkan hasil perhitungan Mr sampel X sebesar 10,4 g/mol.

Percobaan ini dilakukan pada tekanan udara sebesar 758,5 mmHg, sehingga air mendidih di

bawah suhu 1000C.

Lalu berdasarkan hasil pengamatan dan analisis data itulah diperoleh %kebenaran

sebesar 15,64 %. Berarti terdapat beberapa kesalahan praktikan dalam membaca nilai suhu

pada termometer, kekurang terampilan praktikan dalam mengatasi api yang sering tertiup

angin saat pemanasan berlangsung. Selain itu, juga terdapat kekurang terampilan praktikan

untuk menguji coba keelektrolitan dari larutan sampel X.

Berdasarkan hasil pengamatan, saat larutan NaCl mendidih, tampilan fisik larutan itu

sama seperti air atau pelarut. Sementara saat larutan KCl mendidih, tampak ada gumpalan-

gumpalan putih seperti tissue dalam air yang secara perlahan-lahan mengecil. Larutan NaCl

dan KCl merupakan larutan elektrolit yang berupa garam. Sedangkan, saat larutan samel X

mendidih, tampak seperti ada minyak dalam air. Dan diduga sampel X merupakan larutan

non elektrolit. Sehingga pada perhitungan Kb dari larutan NaCl dan larutan KCl

menggunakan faktor Van’t Hoff (i), sementara sampel X tidak.

Karena tekanan udara yang terukur oleh Barometer adalah 758,5 mmHg, sedikit di

bawah kondisi normal, yaitu 760 mmHg. Sehingga air pun sebagai pelarut, mendidih di

bawah suhu yang semestinya (1000C), yaitu 94

0C. Hal itu terjadi sebab tekanan di dalam air

akan lebih cepat sama dengan tekanan udara yang terukur tersebut. Maka, air pun akan lebih

cepat mendidih selain itu juga, karena tekanan berbanding lurus dengan suhu, seperti pada

persamaan gas ideal, PV = n . R. T. Dan ketika tekanannya turun, maka suhu juga ikut turun.

Kesimpulan:

Berdasarkan hasil pengamatan yang diperoleh, kemudian juga dari analisis data dan

pembahasan, dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

Mr sampel X yang telah dirata-ratakan dari percobaan adalah sebesar 66,5 g/mol.

Mr sampel X berdasarkan perrhitungan secara teoritis , didapatkan sebesar 10,4

g/mol.

Persen kebenaran yang didapat sebesar 15,64%

Terdapat beberapa faktor kesalahan antara lain sebagai berikut :

1. kekurangtelitian praktikan dalam membaca suhu pada termometer

2. kekurangterampilan praktikan dalam mengatasi masalah api yang sering tertiup

angin

3. kekurangterampilan praktikan dalam menguji coba keelektrolitan suatu sampel

larutan

Molalitas larutan sangat kecil, sehingga seharusnya kenaikan titik didih yang

didapatkan juga kecil. Hal itu disebabkan karena kenaikan titik didih larutan

sebanding dengan molalitas larutan tersebut.

DAFTAR PUSTAKA

Atkins, P.W. 1997. Kimia Fisika Edisi Keempaat Jilid 2. Jakarta: Erlangga

Brady, James E. 1999. Kimia Universitas Asas dan Struktur Edisi Kelima Jilid 1.

Jakarta: Binarupa Aksara

Dogra, S.K dan S. Dogra. 2009. Kimia Fisik dan Soal-Soal. Terjemahan Umar

Mansyur. Jakarta: UI-Press

Goldberg, David E. 2004. Fundamentals of Chemistry Fourth Edition. New York: Mc

Graw-Hill

Petrucci, Ralp H. 1987. Kimia Dasar Prinsip dan Terapan Modern Edisi Keempat

Jilid 2. Terjemahan Suminar. Jakarta: Erlangga

http://nugiluph24.blogspot.com/2010/10/Penentuan-berat-molekul-mr-

berdasarkan.html

pada Selasa, 11 Oktober 2011. Pukul 19.20 WIB

http://anzar27.blogspot.com/2011/01/laporan-berat-molekul.html

pada Selasa, 11 Oktober 2011. Pukul 19.25 WIB