Laporan Praktikum Kimia Pangan 1 - Kerusakan Minyak
Transcript of Laporan Praktikum Kimia Pangan 1 - Kerusakan Minyak
KERUSAKAN MINYAK
Hilma Qurrota Aini, A1M012031
ABSTRAK
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui asam lemakbebas yang terdapat dalam berbagai jenis minyak. Metodedalam praktikum ini dengan menggunakan berbagai sampeljenis minyak yaitu minyak kelapa goreng, minyakklentik, VCO, minyak kelapa sawit komersial, minyakkelapa sawit curah, dan minyak jelantah dimana prosespembuatan masing-masing minyak tersebut berbeda. Denganasal dan proses pembuatan yang berbeda maka dapatdiketahui perbedaan kandungan asam lemak bebas dalamjenis jenis minyak tersebut. Cara pengujian kandunganasam lemak bebas pada masing-masing minyak menggunakantitrasi dimana semakin banyak NaOH yang digunakan untuktitrasi berarti semakin banyak kandungan asam lemakbebas yang terdapat dalam minyak. Jumlah minyak yangdigunakan dalam pengujian adalah sama yaitu 14,2 gr dandiperlakukan dengan metode uji yang sama yaituditambahkan etanol netral,indikator PP dan dititrasi.Hasil praktikum menunjukan bahwa minyak yang memilikikadar asam lemak bebas tertinggi adalah VCO (virgincoconut oil) dan minyak dengan kadar asam lemak bebasterendah adalah minyak kelapa goreng.
Kata kunci : asam lemak bebas, minyak kelapa goreng,minyak klentik, VCO, minyak kelapa sawitkomersial,minyak kelapa sawit curah,minyak jelantah.
PENDAHULUAN
Minyak merupakan zat makanan yang penting untuk
tubuh manusia. Minyak dapat digunakan sebagai medium
1
penggoreng bahan pangan. Karena dapat berfungsi sebagai
medium penghantar panas,menambah rasa gurih, menambah
nilai gizi dan kalori dalam bahan pangan. Tetapi minyak
dapat mengalami perubahan-perubahan baik yang
diakibatkan karena panas ataupun faktor lainya seperti
keadaan lingkungan. Sebagai contoh apabila minyak
dipanaskan secara berulang-ulang dengan suhu yang
tinggi akan menghasilkan senyawa polimer yang berbentuk
padat dalam minyak. Senyawa-senyawa tersebut lama
kelamaan akan mengalami oksidasi menghasilkan radikal
bebas yang merugikan kesehatan.
Minyak goreng merupakan salah satu kebutuhan pokok
manusia sebagai alat pengolah bahan – bahan makanan.
Fungsinya sebagai media penggoreng sangat vital dan
kebutuhannya semakin meningkat. Pada umumnya minyak
yang sudah digunakan untuk menggoreng tidak dibuang,
tetapi digunakan berulang kali. Demikian pula yang
terjadi pada industri pangan yang menggunakan minyak
goreng dalam jumlah besar. Minyak digunakan berulang-
ulang untuk menekan
biaya produksi, namun penggunaan kembali minyak goreng
bekas secara berulang-ulang akan menurunkan mutu bahan
pangan yang digoreng akibat terjadinya kerusakan pada
minyak yang digunakan, karena minyak menjadi berwarna
kecoklatan, lebih kental, berbusa, berasap serta
2
dihasilkan rasa dan bau yang tidak disukai pada bahan
pangan yang digoreng.
Kerusakan minyak selama proses penggorengan akan
mempengaruhi mutu dan nilai gizi dari bahan pangan yang
digoreng. Pada lemak dan minyak dikenal ada dua tipe
kerusakan yang utama, yaitu ketengikan dan hidrolisis.
Ketengikan terjadi bila komponen cita-rasa dan bau
mudah menguap terbentuk sebagai akibat kerusakan
oksidatif dari lemak dan minyak yang tak jenuh.
Komponen komponen ini menyebabkan bau dan cita-rasa
yang tidak dinginkan dalam lemak dan minyak dan produk-
produk yang mengandung lemak dan minyak (Raharjo, S.
2004).
Proses oksidasi dimulai dari pembentukan peroksida
dan hidroperoksida dan selanjutnya adalah terurainya
asam-asam lemak disertai dengan konversi hidroperoksida
menjadi aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.
Ketengikan terbentuk dari aldehid dan keton, bukan dari
peroksida (Ketaren,1986).
Minyak nabati adalah minyak yang terbuat dari
tumbuhan dan banyak digunakan dalam makanan sebagai
perisa (flavor),untuk menggoreng,dan memasak. Beberapa
jenis minyak nabati yang biasa digunakan adalah minyak
kelapa, minyak kelapa sawit, minyak klentik, dan VCO
(virgin coconut oil). Perbedaan dari minyak-minyak
tersebut adalah berdasarkan sumber bahan baku dan
3
proses pembuatanya. Minyak kelapa adalah minyak yang
berasal dari kopra, minyak klentik adalah minyak yang
berasal dari santan kelapa dan menggunakan proses
pemanasan dalam pembuatanya,VCO atau virgin coconut oil
adalah minyak yang berasal dari santan kelapa namun
dalam proses permbuatanya diberi air, minyak kelapa
sawit adalah minyak yang terbuat dari mesocarp (bagian
luar dari daging) kelapa sawit. Ada dua macam minyak
kelapa sawit yang dikenal oleh masyarakat yaitu minyak
kelapa sawit curah dan minyak kelapa sawit komersial.
Masing-masing dari jenis minyak memiliki kandungan asam
lemak bebas yang berbeda-beda baik jumlah maupun
jenisnya,seperti minyak kelapa asam lemak penyusun
utamanya adalah asam laurat (C12),asam oleat (C16) pada
minyak kelapa sawit.
Minyak sayur adalah jenis minyak yang digunakan
dalam pengolahan bahan pangan, biasanya terbuat dari
kelapa maupun kelapa sawit.Zat warna dalam minyak
terdiri dari 2 golongan, yaitu zat warna alamiah dan
warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia yang
terdapat dalam minyak. Zat warna alamiah terdiri dari a
dan b karoten, xanthofil, klorofil dan anthosyanin. Zat
warna ini
menyebabkan minyak berwarna kuning, kuning kecoklatan,
kehijau – hijauan dan kemerah – merahan. Sedangkan
warna akibat oksidasi dan degradasi komponen kimia
4
yang terdapat dalam minyak meliputi warna gelap, warna
coklat dan warna kuning. Terdapatnya sejumlah air dalam
minyak dapat mengakibatkan kerusakan minyak yang
disebabkan proses hidrolisa mejadi asam lemak bebas
dan
mengakibatkan ketengikan. Persamaan reaksi hidrolisa
menurut Schwitzer (1957) adalah sebagai
berikut:
O
H2C – O – C – R H2C – OH O O
HC – O – C – R + 3HOH HC – OH + 3R – C – OH O
H2C – O – C – R H2C – OHTrigliserida air gliserol asam lemak. Selain proses
hidrolisa minyak bisa mengalami proses oksidasi yang
menyebabkan bau tengik pada minyak. Oksidasi dimulai
dengan terbentuknya peroksida dan hiperoksida. Tingkat
selanjutnya ialah
terurainya asam-asam lemak disertai dengan konversi
hidroperoksida menjadi aldehid, keton serta asam lemak
bebas. Rancidity terbentuk oleh aldehida bukan oleh
peroksida, jadi kenaikan peroksida value hanya
indikator dan peringatan bahwa minyak sebentar lagi
akan berbau tengik. Kerusakan minyak selama proses
menggoreng akan mempengaruhi mutu dan nilai gizi bahan
5
pangan yang digoreng. Minyak yang rusak akibat proses
oksidasi dan polimerisasi akan menghasilkan bahan
dengan rupa yang kurang menarik dan cita rasa yang
tidak enak, serta kerusakan sebagian vitamin dan asam
lemak esensial yang terdapat dalam minyak
(Ketaren,1986). Kerusakan minyak karena pemanasan pada
suhu tinggi disebabkan oleh proses oksidasi dan
polimerisasi.Oksidasi minyak akan menghasilkan senyawa
aldehida, keton, hidrokarbon, alkohol, lakton serta
senyawa aromatis yang mempunyai bau tengik dan rasa
getir. Sedangkan pembentukan senyawa polimer selama
proses menggoreng terjadi karena reaksi polimerisasi
adisi dari asam lemak tidak jenuh. Hal ini terbukti
dengan terbentuknya bahan menyerupai gum yang mengendap
di dasar tempat penggorengan.
METODE PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
minyak goreng kelapa merk Muliaco, minyak klentik merk
Muliaco, VCO (virgin coconut oil), minyak kelapa sawit
merk Rose Brand, minyak kelapa sawit merk Malinda,
minyak jelantah hasil penggorengan berulang kali dari
minyak sawit curah merk Malinda, etanol netral,
indikator PP, NaOH 0,1 N.
6
Alat yang digunakan adalah labu erlenmeyer 100 ml,
timbangan, bunsen dan spiritus, kaki tiga, kertas
aluminium foil, jaring kawat, serta statif.
PROSEDUR PELAKSANAAN
Masing-masing minyak ditimbang sebanyak 14,2 gram dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Setelah itu
panaskan etanol sampai mendidih, kemudian 50 ml etanol
tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi
minyak, digoncang-goncangkan sembari didinginkan.
Setelah erlenmeyer dingin kemudian ditambahkan 3 tetes
indikator PP dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N
sampai tepat berubah warna merah jambu. Setelah selesai
kemudian dibandingkan jumlah NaOH yang diperlukan untuk
titrasi sampel-sampel lainya yang diuji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
No Jenis Minyak Jumlah
NaOH1 Minyak kelapa goreng 0,3 ml2 Minyak klentik merek
Muliaco
1,2 ml
3 VCO 1,3 ml4 Minyak kelapa sawit merek 0,4 ml
7
Rose Brand5 Minyak sawit curah Malinda 0,7 ml6 Minyak jelantah 1,2 ml
Pembahasan
Pada praktikum kali ini digunakan berbagai jenis
minyak yaitu minyak kelapa goreng, VCO, minyak klentik,
minyak kelapa sawit, minyak kelapa sawit curah dan
minyak jelantah. Dari berbagai jenis minyak tersebut
memiliki kandungan asam lemak bebas yang berbeda beda.
Hal ini dapat terjadi karena proses dari pembuatan
masing-masing minyak tidaklah sama. Sebagai indikator
besar kecilnya kandungan asam lemak bebas yang terdapat
pada minyak adalah berdasarkan jumlah NaOH yang
diperlukan untuk titrasi. Sebelum memasuki proses
titrasi,minyak dicampur terlebih dahulu dengan etanol
netral. Tujuanya adalah agar asam lemak bebas dapat
terikat pada etanol sehingga lebih mudah terdeteksi
oleh NaOH saat titrasi. Etanol bersifat asam dan NaOH
bersifat basa. Penambahan indikator PP adalah untuk
mengetahui tingkat equivalen larutan tersebut atau
larutan menjadi netral.
Berdasarkan hasil pengamatan, urutan minyak yang
memerlukan jumlah NaOH yang paling sedikit sampai yang
paling banyak adalah minyak kelapa goreng (0,3 ml),
minyak kelapa sawit Rose Brand (0,4 ml), minyak kelapa
8
sawit curah Malinda (0,7 ml), minyak klentik dan minyak
jelantah (1,2 ml) dan VCO (1,3 ml). Semakin banyak NaOH
yang digunakan untuk titrasi, maka kandungan asam lemak
bebas dari minyak tersebut juga semakin banyak.
VCO (Virgin Coconut Oil) terbuat dari daging kelapa
segar. Menurut Codex Alimentarius, VCO diperoleh dari
daging buah kelapa yang sudah tua tetapi masih segar
yang diproses tanpa pemanasan, tanpa penambahan bahan
kimia apapun, diproses dengan cara sederhana sehingga
diperoleh minyak kelapa murni yang berkualitas tinggi.
Keunggulan dari VCO ini adalah jernih, tidak berwarna,
tidak mudah tengik dan tahan hingga dua tahun (Andi,
2005). VCO adalah minyak yang terbuat dari santan
kelapa dan dalam proses pembuatanya ditambahkan air.
Karena ada air inilah akan terjadi reaksi hidrolisis.
Hasil dari hidrolisis adalah asam lemak dan gliserol.
Karena proses pembuatanya yang membutuhkan air lah yang
menyebabkan kandungan asam lemak bebas pada VCO banyak.
Begitu pula pada minyak klentik. Proses pembuatan
minyak klentik menggunakan air. Prosesnya adalah kelapa
diparut lalu diperas dengan air dan diambil santanya
kemudian dimasak dengan api sedang. Perbedaan pembuatan
VCO dengan minyak klentik adalah pada pembuatan VCO
tidak menggunakan panas sedangkan pembuatan minyak
klentik memerlukan panas.
9
Pada percobaan menggunakan minyak jelantah
membutuhkan NaOH yang banyak (1,2ml) karena minyak
jelantah adalah minyak yang sudah berulang kali
digunakan untuk masak. minyak goreng berulang kali atau
yang disebut minyak jelantah telah mengalami penguraian
molekul-molekul, sehingga titik asapnya turun drastis,
dan bila disimpan dapat menyebabkan minyak menjadi
berbau tengik. Bau tengik dapat terjadi karena
penyimpanan yang salah dalam jangka waktu tertentu
menyebabkan pecahnya ikatan trigliserida menjadi
gliserol dan FFA (free fatty acid) atau asam lemak
jenuh. Selain itu, minyak goreng ini juga sangat
disukai oleh jamur aflatoksin. Jamur ini dapat
menghasilkan racun aflatoksin yang dapat menyebabkan
penyakit pada hati Minyak jelantah yang digunakan
adalah minyak curah sawit curah Malinda yang telah
dipakai untuk menggoreng bahan-bahan pangan yang
mengandung minyak. Minyak kelapa sawit curah Malinda
yang belum digunakan untuk menggoreng membutuhkan NaOH
sebanyak 0,7 ml, lebih sedikit dari jelantahnya. Hal
tersebut terjadi karena minyak sawit curah Malinda
belum digunakan untuk menggoreng sehingga minyak
tersebut belum mengalami oksidasi atau hidrolisis yang
ekstrim,seperti ketika sudah digunakan untuk
menggoreng. Minyak goreng curah selama ini
didistribusikan dalam bentuk tanpa kemasan yang berarti
10
bahwa minyak goreng curah sebelum digunakan banyak
terpapar oksigen. Penggunaan minyak goreng dalam
praktek penggorengan di rumah tangga maupun pedagang
kecil dilakukan secara berulang-ulang Minyak kelapa
sawit curah merupakan minyak yang terbuat dari kelapa
sawit. Bagian dari kelapa sawit yang digunakan adalah
bagian luar dari daging kelapa sawit,bukan kernel nya.
Proses pengolahan kelapa sawit menjadi minyak dimulai
dari tandan buah segar menjadi CPO (crude palm oil).
Proses pembuatan minyak sawit curah merupakan proses
yang sederhana yaitu dengan hard processing oil.
Mekanismenya adalah membiarkan buah melunak secara
alami melalui proses fermentasi,kemudian ditumbuk
menjadi bubur dan didiamkan dalam wadah. Dalam beberapa
hari minyak akan keluar. Minyak sawit curah tidak
mengalami pemurnian 2 kali seperti minyak kemasan,
sehingga warna dari minyak curah lebih kuning dan
kandungan asam lemak bebasnya lebih banyak dibandingkan
minyak sawit kemasan. Proses kerusakan minyak yang
terjadi adalah hidrolisis,oksidasi dan polimerisasi.
Dalam reaksi hidrolisis akan menghasilkan minyak dan
griserol. Untuk mencegah hidrolisis maka kandungan air
dalam minyak harus seminimal mungkin. Inti dari proses
menggoreng adalah mengganti kadar air dalam bahan
dengan minyak. Jadi air dalam bahan keluar dan
berinteraksi dengan minyak dan mengalami
11
hidrolisis,menghasilkan FFA yang banyak, sehingga
membutuhkan NaOH yang banyak.
Pada percobaan minyak kelapa sawit merek Rose
Brand membutuhkan NaOH sebanyak 0,4 ml sehingga asam
lemak bebas yang terkandung lebih sedikit dibandingkan
minyak kelapa sawit curah Malinda dan minyak jelantah
Malinda yang dalam proses pembuatanya menggunakan bahan
dasar yang sama yaitu kelapa sawit. Perbedaan mendasar
dari minyak kelapa sawit kemasan dengan minyak kelapa
sawit curah adalah pada proses
pemurnian,penyulingan,penghilangan bau. Setelah kelapa
sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya adalah
mengolah CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis
besar proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit,
terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian (refinery)
dan pemisahan (fractionation) untuk mendapatkan fraksi
bahan padat (stearin) dan bahan cair (olein) dari
minyak sawit. Tahap pemurnian terdiri dari penghilangan
gum (degumming). Minyak lalu disaring dan dijernihkan
(bleaching). Setelah itu penghilangan bau. Sehingga
sebagai produk akhirnya minyak kelapa sawit kemasan
memiliki warna yang lebih bening dari minyak curah dan
kandungan asam lemak bebasnya sedikit. Minyak sawit
terdiri dari gliserida campuran yang merupakan ester
dari gliserol dan asam lemak rantai panjang. Dua jenis
asam lemak yang paling dominan dalam minyak sawit yaitu
12
asam palmitat, C16:0 (jenuh), dan asam oleat, C18:1
(tidak jenuh). Pada pembuatan minyak kelapa sawit ada
tahap perebusan sebagai sterilizer yang bertujuan untuk
membuat daging kelapa sawit empuk dan menonaktifkan
enzim lipase yang merupakan katalisator pembentuk asam
lemak bebas.
Minyak kelapa goreng memiliki kadar asam lemak
bebas yang paling rendah. Minyak kelapa goreng terbuat
dari kopra. Serbuk kopra dipanaskan lalu diperas hingga
mengeluarkan minyak lalu disaring. Kemudian ditambahkan
senyawa alkali NaOH atau KOH untuk netralisasi atau
menghilangkan asam lemak bebas. Sehingga kandungan asam
lemak bebas dari minyak kelapa goreng rendah.
KESIMPULAN
1. Minyak rentan mengalami kerusakan diantaranya karena
oksidasi ataupun hidrolisis. Oksidasi adalah proses
pembentukan pembentukan peroksida dan hidroperoksida
dan selanjutnya adalah terurainya asam-asam lemak
disertai dengan konversi hidroperoksida menjadi
aldehid dan keton serta asam-asam lemak bebas.
Ketengikan terbentuk dari aldehid dan keton, bukan
dari peroksida. Sedangkan hidrolisis adalah reaksi
yang terjadi ketika minyak bertemu dengan air dan
menghasilkan asam lemak bebas dan gliserol.
13
2. Dari beberapa sampel yang diuji, yang memiliki kadar
asam lemak bebas tertinggi adalah VCO. Karena dari
proses pembuatanya VCO menggunakan air, sehingga
reaksi hidrolisis besar kemungkinan terjadi dan
melepaskan asam lemak bebas. Dan yang memiliki
kandungan asam lemak bebas terendah adalah minyak
kelapa goreng. Karna dalam pembuatanya digunakan
senyawa alkali untuk mengikat asam lemak bebas.
3. Kandungan asam lemak bebas pada minyak dapat
bertambah jika minyak digunakan untuk menggoreng
karena ketika menggoreng terjadi proses oksidasi dan
hidrolisis, contohnya adalah minyak jelantah. Minyak
jelantah yang digunakan adalah minyak sawit curah
Malinda yang membutuhkna NaOH 0,7 ml untuk
titrasi,ketika sudah menjadi jelantah NaOH yang
digunakan untuk titrasi sebanyak 1,2 ml.
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2006. “Teknologi Minyak Kelapa”. MAPI
Haryani, Kristinah. 2008. “Potensi Zeolit Dari DaerahKemiri, Purworejo Untuk Penjernihan Minyak GorengBekas” Universitas Diponegoro. Vol.3 No.1 April.
Ketaren, S . 1986. Pengantar Teknologi Minyak dan Lemak Pangan. Jakarta: UI-Press
14
Pahan,Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit. Jakarta.
Penebar Swadaya.
Raharjo,2004 dalam Sandra Hermanto dkk. “AnalisisTingkat Kerusakan Lemak Nabati dan Lemak Hewani AkibatProses Pemanasan” UIN Syarifhidayatullah. Ciputat.
Winarti, Sri.dkk. 2007. “Proses Pembuatan VCO SecaraEnzimatis Menggunakan Papain Kasar”. Universitas NegeriPembangunan Veteran. Vol 8 No.2 Agustus.
LAMPIRAN
Penimbangan minyak jelantah
15
Pemanasan etanol
Pendinginan etanol setelah pemanasan
Penambahan etanol pada minyak jelantah
Pengocokan minyak+etanol
16
Penambahan larutan PP
Titrasi minyak jelantah
Hasil titrasi minyak jelantah
Hasil titrasi semua sampel
17