Artikel Pengendalian Kerusakan Jalan

12
BAB I PENDAHULUAN Jalan merupakan suatu landasan yang bertujuan untuk melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat yang lain, Untuk itu jalan harus dibuat dengan aman, cepat, tepat, efisien, dan ekonomis agar trasportasi jalan dapat berjalan secara aman dan efesian, maka perlu dipersiapkan suatu jaringan transportasi yang handal. Seiring berkembangnya zaman ,di Indonesia dewasa ini pada umum nya ruas-ruas jalan raya sudah menggunakan Median, yang berfungsi sebagai pemisah antar jalur jalan, pengunaan median sangat berpengaruh dengan kemiringan badan jalan,apabila kemiringan permukaan tidak sesuai dengan perencanaan, maka kemungkinan tergenang air pada saat dan sesudah hujan sangat besar akan terjadi, yang di akibatkan tidak dapatnya air menembus Median, hal ini harus sangat di perhatikan oleh setiap kalangan pelaksana pekerja suatu jalan, dimana di Indonesia sendiri kebanyakan perkerasan jalan menggunakan lapisan perkerasan lentur, yang mana musuh utamanya adalah air.

Transcript of Artikel Pengendalian Kerusakan Jalan

BAB I

PENDAHULUAN

Jalan merupakan suatu landasan yang bertujuan untuk

melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat yang lain,

Untuk itu jalan harus dibuat dengan aman, cepat, tepat,

efisien, dan ekonomis agar trasportasi jalan dapat berjalan

secara aman dan efesian, maka perlu dipersiapkan suatu

jaringan transportasi yang handal.

Seiring berkembangnya zaman ,di Indonesia dewasa ini pada

umum nya ruas-ruas jalan raya sudah menggunakan Median, yang

berfungsi sebagai pemisah antar jalur jalan, pengunaan median

sangat berpengaruh dengan kemiringan badan jalan,apabila

kemiringan permukaan tidak sesuai dengan perencanaan, maka

kemungkinan tergenang air pada saat dan sesudah hujan sangat

besar akan terjadi, yang di akibatkan tidak dapatnya air

menembus Median, hal ini harus sangat di perhatikan oleh

setiap kalangan pelaksana pekerja suatu jalan, dimana di

Indonesia sendiri kebanyakan perkerasan jalan menggunakan

lapisan perkerasan lentur, yang mana musuh utamanya adalah

air.

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Kerusakan Pada Jalan Raya

Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau

kegagalan sebelum mencapai umur rencana. Kerusakan pada

perkerasan dapat dilihat dari kegagalan fungsional dan

struktural.

Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak

dapat berfungsi lagi sesuai dengan yang direncanakan dan

menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Sedangkan

kegagalan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada

satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan yang

disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu

lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan

sekitar.

Kita sering menjumpai kerusakan jalan pada suatu ruas

jalan, kerusakan ini bermacam macam, umumnya ada kerusakan

jalan berupa retak-retak (cracking), berupa gelombang

(corrugation), juga kerusakan berupa alur/cekungan arah

memanjang jalan sekitar jejak roda kendaraan (rutting) ada juga

berupa genangan aspal dipermukaan jalan (bleeding), dan ada juga

berupa lobang-lobang (pothole). Kerusakan tersebut bisa terjadi

pada muka jalan yang menggunakan beton aspal sebagai lapis

permukaannya.

Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat

disebabkan oleh :

1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan

repetisi beban.

2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase

jalan yang tidak baik, naiknya air akibat sifat

kapilaritas.

3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat

disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat

pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak

baik.

4. Iklim, Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan

curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah

satu penyebab kerusakan jalan.

5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan

disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau

dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya memang

jelek.

6. Proses pemadatan lapisan diatas tanah dasar yang kurang

baik.

Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak

disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan

gabungan penyebab yang saling kait mengait. Sebagai contoh,

retak pinggir, pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak

baiknya sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak

pinggir, memungkinkan air meresap masuk ke lapis dibawahnya

yang melemahkan ikatan antara aspal dan agregat, hal ini dapat

menimbulkan lubang-lubang disamping melemahkan daya dukung

lapisan dibawahnya.

Daya dukung tanah pada badan jalan sangat dipengaruhi

oleh kandungan air yang ada dalam tanah tersebut. Jika

kandungan air optimum sudah terlewati maka daya dukung tanah

akan menurun, apalagi jika sampai muka jalan tergenang maka

kondisi saturated (kondisi yang dianggap paling buruk bagi tanah

lempung dalam menerima beban) akan terjadi. Daya lekat antar

butiran tanah menjadi sangat kecil bahkan bisa tidak ada sama

sekali, gesekan antar partikal sangat menurun dan saling

mengunci antar butiran sudah tidak bekerja. Pada kondisi ini

kemampuan tanah mendukung beban boleh dikatakan sangat-sangat

kecil. Sedangkan kendaraan tetap akan lewat, akibat beban

kendaraan yang menekan muka jalan maka terjadilah pelepasan

ikatan antar butiran pada tanah, dan akan mengakibatkan

permukaan jalan menjadi pecah dan amblas. Nah inilah proses

awal kerusakan jalan tersebut.

2.2 Studi Kasus pada Jalan Raya

Retak Pinggir

Retak adalah suatu cacat permukaan yang memperlemah

perkerasan dan memungkinkan air meresap ke dalamnya sehingga

meningkatkan perlemahan. Bila retak mulai terjadi akibat

kombinasi beban lalu lintas dan lingkungannya, maka

penyebaran, keparahan, dan intensitas dari retak tersebut akan

berkembang cepat dan akhirnya dapat menyebabkan disintegrasi

pada lapis permukaan.

Jalan Banda Aceh – Medan yang terletak di daerah Lueng

bata merupakan salah satu akses transportasi lalu lintas antar

provinsi. Jalan tersebut banyak dilewati kendaraan umum dan

angkutan barang. Seperti bus, truk, mobil penumpang dan lain

sebagainya.

Jalan Banda Aceh – Medan tersebut terjadi kerusakan pada

pinggir badan jalan, yaitu bagian jalan yang dekat dengan

aliran sungai. Kerusakan yang terlihat berupa retak pinggir

yang retaknya memanjang pada badan jalan. Retak ini disebabkan

oleh tidak baiknya sokongan dari samping, berupa dinding

penahan jalan. Karena jalan tersebut dekat dengan aliran

sungai maka kadar air dalam tanah juga semakin banyak sehingga

ketika kendaraan melewati jalan tersebut akan terjadi

penyusutan tanah.

Selain itu, faktor akar tanaman yang tumbuh di tepi

perkerasan juga menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini.

Keretakan yang terjadi hanya pada bagian lapisan permukaan

(surface). Keretakan yang terjadi bisa diperkirakan hanya 5

persen dari keadaan jalan. Tetapi jika dibiarkan dan tanpa

penanganan yang serius, jalan ini akan berakibat rusak parah.

Keretakan yang terjadi seperti terlihat pada gambar di

bawah.

Distorsi

Distorsi/ perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya

tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi,

sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas.

Sebelum perbaikan dilakukan sewajarnyalah ditentukan terlebih

dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi.

Pada Jalan Banda Aceh – Medan tersebut terjadi kerusakan

pada pinggir badan jalan yang dekat dengan median jalan. Pada

kasus ini distorsi kerusakan yang terjadi yaitu berupa alur.

Kerusakan yang terlihat berupa Penurunan pada badan jalan.

Sehingga ketika hujan, air akan tergenang pada jalan tersebut.

Air yang tergenang mengakibatkan rusaknya perkerasan jalan.

Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang

jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan,

dan akhirnya dapat timbul retak-retak. Terjadinya alur

disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan

demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu

lintas pada lintasan roda. Campuran aspal dengan stabilitas

rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.

Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.

Keretakan pada lapis perkerasan merupakan suatu kriteria

penting untuk penanganan pemeliharaan jalan. Ketepatan dalam

memprediksi mulainya retak serta perkembangannya merupakan hal

yang penting dalam keefektifan pada penentuan waktu dan biaya

dalam pemeliharaan jalan.

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Penanganan kostruksi perkerasan apakah itu bersifat

pemeliharaan, penunjang, peningkatan, ataupun rehabilitasi

dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan-kerusakan yang

timbul pada perkerasan tersebut dievaluasi mengenai penyebab

dan akibat dari kerusakan tersebut. Besarnya pengaruh suatu

kerusakan dan langkah penanganan selanjutnya sangat tergantung

dari evaluasi yang dilakukan oleh sipengamat, oleh karena itu

sipengamat haruslah orang-orang yang benar-benar menguasai

jenis dan sebab serta tingkat penanganan yang dibutuhkan dari

kerusakan-kerusakan yang timbul. Berikut cara penanganan

tehadap kerusakan pada jalan raya.

1. Retak pinggir

Penanganan pada retak pinggir ini dengan membongkar

lapisan yang rusak dan digantikan dengan lapisan yang

baru. Jika pinggir perkerasan mengalami penurunan,

elevasi dapat diperbaiki dengan menggunakan hotmix. Jika

dibiarkan dan tanpa ada penanganan, retak ini lama

kelamaan akan bertambah besar dengan terjadinya lubang-

lubang.

2. Distorsi

Penanganan pada kerusakan yang terjadi berupa distorsi

yaitu perbaikannya dapat dilakukan dengan membongkar

bagian jalan yang terendam oleh air, dan memberikan

lapisan tambahan yang sesuai. Sehingga meninggikan

elevasi permukaan jalan dekat median, agar mencapai

kemiringan yang direncanakan.

Seperti kita ketahui kerusakan suatu badan jalan sangat

sering diakibatkan oleh kurang bagusnya daya dukung tanah

dasar yang dapat menyebabkan penurunan permukaan jalan, kurang

bagusnya pengawasan juga dapat berakibat kurusakan seperti,

pemadatan material menjadi kurang bagus, geometrik jalan yang

tidak sesuai dengan perencanaan dan lain sebagainya.

Dari hasil penelitian pada jalan 4 lajur 2 arah dengan

median di daerah Jalan B.Aceh – Medan, Lueng Bata dapat di

simpulkan bahwa kerusakan yang terjadi antara lain, penurunan

badan jalan yang bisa diakibatkan oleh kurang bagusnya daya

dukung tanah dasar, kelalain pengawas pada saat pelaksanaan

proyek, kerusakan seperti ini sangat berbahaya jika tidak

segera di tangani mengingat jalan tersebut merupakan jalan 4

lajur 2 arah dengan median yang tidak lain merupakan jalan

Nasional yang memiliki jumlah volume yang sangat padat.

Permukaan badan jalan dengan menggunakan median jika terjadi

kerusakan di samping median akan sangat beresiko terjadi

kerusakan lebih parah seperti yang terjadi pada jalan B.Aceh-

Medan, Leung Bata ini, dengan terjadinya penurunan badan jalan

di sebelah median maka kemiringan muka jalan dikatagorikan

tidak layak. Sebagai contoh, kemiringan suatu badan jalan yang

lurus adalah 2% sebelah kiri dan 2% sebelah kanan, dan yang

terjadi pada jalan ini adalah penurunan badan jalan yang

mengakibatkan kerusakan kemiringan. Jalan di buat miring

berguna supaya jika ada air di atas muka jalan atau ketika

hujan turun air dapat segera mengalir menjauhi muka jalan,

jika terjadi kerusakan kemiringan, maka air akan menggenang di

muka jalan tersebut yang juga diakibatkan tidak mampunya air

melewati bangunan median, dan ini akan berbahaya bagi kekuatan

badan jalan mengingat musuh utama perkerasan lentur adalah

air.

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

Sebagai mahasiswa D3 yang otomatis akan berkecimpung di

dunia pengawasan, hal-hal seperti pada penelitian ini sangat

penting untuk dipahami mengingat untuk meningkatkan

profesionalitas dan keahlian di bidang pengawasan, ketelitian

dan keuletan dalam pengawasan sangat menentukan hasil yang

baik untuk sebuah pekerjaan kontruksi. Seorang perencana boleh

saja mengimajinasikan dan merencanakan sebuah pekerjaan dengan

baik, namun tanpa di dukung dengan keahliah seorang pengawas

lapangan yang profesional hasil nya pasti akan berbeda,

mengingat dari pengalaman-pengalaman pekerjaan dalam dunia

kontruksi, ketidaksesuaian yang ada di lapangan selalu menjadi

kendala yang serius dalam sebuah pekerjaan proyek, hal yang

sudah direncanakan dengan sangat baik oleh seorang enginner

bisa saja berubah dalam seketika saat lapangan menjawab

ketidak sesuaian dangan perencanaan.

Untuk mengatasi kerusakan dini suatu kontruksi diperlukan

ketelitian keterkaitan perencana dengan pengawas, saat jalan

mulai mengalami kerusakan kecil, dianjurkan segera

merekomendasi penanggulangan secara cepat, mengingat dari

kerusakan yang kecil sangat mudah berakibat kerusakan yang

lebih parah.

DAFTAR PUSTAKA

1. Sukirman, silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit

Nova, Bandung

2. www.wikipedia.com