Artikel Pengendalian Kerusakan Jalan
Transcript of Artikel Pengendalian Kerusakan Jalan
BAB I
PENDAHULUAN
Jalan merupakan suatu landasan yang bertujuan untuk
melewatkan lalu lintas dari suatu tempat ke tempat yang lain,
Untuk itu jalan harus dibuat dengan aman, cepat, tepat,
efisien, dan ekonomis agar trasportasi jalan dapat berjalan
secara aman dan efesian, maka perlu dipersiapkan suatu
jaringan transportasi yang handal.
Seiring berkembangnya zaman ,di Indonesia dewasa ini pada
umum nya ruas-ruas jalan raya sudah menggunakan Median, yang
berfungsi sebagai pemisah antar jalur jalan, pengunaan median
sangat berpengaruh dengan kemiringan badan jalan,apabila
kemiringan permukaan tidak sesuai dengan perencanaan, maka
kemungkinan tergenang air pada saat dan sesudah hujan sangat
besar akan terjadi, yang di akibatkan tidak dapatnya air
menembus Median, hal ini harus sangat di perhatikan oleh
setiap kalangan pelaksana pekerja suatu jalan, dimana di
Indonesia sendiri kebanyakan perkerasan jalan menggunakan
lapisan perkerasan lentur, yang mana musuh utamanya adalah
air.
BAB II
METODE PENELITIAN
2.1 Kerusakan Pada Jalan Raya
Lapisan perkerasan sering mengalami kerusakan atau
kegagalan sebelum mencapai umur rencana. Kerusakan pada
perkerasan dapat dilihat dari kegagalan fungsional dan
struktural.
Kegagalan fungsional adalah apabila perkerasan tidak
dapat berfungsi lagi sesuai dengan yang direncanakan dan
menyebabkan ketidaknyamanan bagi pengguna jalan. Sedangkan
kegagalan struktural terjadi ditandai dengan adanya rusak pada
satu atau lebih bagian dari struktur perkerasan jalan yang
disebabkan lapisan tanah dasar yang tidak stabil, beban lalu
lintas, kelelahan permukaan, dan pengaruh kondisi lingkungan
sekitar.
Kita sering menjumpai kerusakan jalan pada suatu ruas
jalan, kerusakan ini bermacam macam, umumnya ada kerusakan
jalan berupa retak-retak (cracking), berupa gelombang
(corrugation), juga kerusakan berupa alur/cekungan arah
memanjang jalan sekitar jejak roda kendaraan (rutting) ada juga
berupa genangan aspal dipermukaan jalan (bleeding), dan ada juga
berupa lobang-lobang (pothole). Kerusakan tersebut bisa terjadi
pada muka jalan yang menggunakan beton aspal sebagai lapis
permukaannya.
Kerusakan pada konstruksi perkerasan jalan dapat
disebabkan oleh :
1. Lalu lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan
repetisi beban.
2. Air, yang dapat berasal dari air hujan, sistem drainase
jalan yang tidak baik, naiknya air akibat sifat
kapilaritas.
3. Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat
disebabkan oleh sifat material itu sendiri atau dapat
pula disebabkan oleh sistem pengolahan bahan yang tidak
baik.
4. Iklim, Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan
curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah
satu penyebab kerusakan jalan.
5. Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan
disebabkan oleh sistem pelaksanaan yang kurang baik, atau
dapat juga disebabkan oleh sifat tanah dasarnya memang
jelek.
6. Proses pemadatan lapisan diatas tanah dasar yang kurang
baik.
Umumnya kerusakan-kerusakan yang timbul itu tidak
disebabkan oleh satu faktor saja, tetapi dapat merupakan
gabungan penyebab yang saling kait mengait. Sebagai contoh,
retak pinggir, pada awalnya dapat diakibatkan oleh tidak
baiknya sokongan dari samping. Dengan terjadinya retak
pinggir, memungkinkan air meresap masuk ke lapis dibawahnya
yang melemahkan ikatan antara aspal dan agregat, hal ini dapat
menimbulkan lubang-lubang disamping melemahkan daya dukung
lapisan dibawahnya.
Daya dukung tanah pada badan jalan sangat dipengaruhi
oleh kandungan air yang ada dalam tanah tersebut. Jika
kandungan air optimum sudah terlewati maka daya dukung tanah
akan menurun, apalagi jika sampai muka jalan tergenang maka
kondisi saturated (kondisi yang dianggap paling buruk bagi tanah
lempung dalam menerima beban) akan terjadi. Daya lekat antar
butiran tanah menjadi sangat kecil bahkan bisa tidak ada sama
sekali, gesekan antar partikal sangat menurun dan saling
mengunci antar butiran sudah tidak bekerja. Pada kondisi ini
kemampuan tanah mendukung beban boleh dikatakan sangat-sangat
kecil. Sedangkan kendaraan tetap akan lewat, akibat beban
kendaraan yang menekan muka jalan maka terjadilah pelepasan
ikatan antar butiran pada tanah, dan akan mengakibatkan
permukaan jalan menjadi pecah dan amblas. Nah inilah proses
awal kerusakan jalan tersebut.
2.2 Studi Kasus pada Jalan Raya
Retak Pinggir
Retak adalah suatu cacat permukaan yang memperlemah
perkerasan dan memungkinkan air meresap ke dalamnya sehingga
meningkatkan perlemahan. Bila retak mulai terjadi akibat
kombinasi beban lalu lintas dan lingkungannya, maka
penyebaran, keparahan, dan intensitas dari retak tersebut akan
berkembang cepat dan akhirnya dapat menyebabkan disintegrasi
pada lapis permukaan.
Jalan Banda Aceh – Medan yang terletak di daerah Lueng
bata merupakan salah satu akses transportasi lalu lintas antar
provinsi. Jalan tersebut banyak dilewati kendaraan umum dan
angkutan barang. Seperti bus, truk, mobil penumpang dan lain
sebagainya.
Jalan Banda Aceh – Medan tersebut terjadi kerusakan pada
pinggir badan jalan, yaitu bagian jalan yang dekat dengan
aliran sungai. Kerusakan yang terlihat berupa retak pinggir
yang retaknya memanjang pada badan jalan. Retak ini disebabkan
oleh tidak baiknya sokongan dari samping, berupa dinding
penahan jalan. Karena jalan tersebut dekat dengan aliran
sungai maka kadar air dalam tanah juga semakin banyak sehingga
ketika kendaraan melewati jalan tersebut akan terjadi
penyusutan tanah.
Selain itu, faktor akar tanaman yang tumbuh di tepi
perkerasan juga menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini.
Keretakan yang terjadi hanya pada bagian lapisan permukaan
(surface). Keretakan yang terjadi bisa diperkirakan hanya 5
persen dari keadaan jalan. Tetapi jika dibiarkan dan tanpa
penanganan yang serius, jalan ini akan berakibat rusak parah.
Keretakan yang terjadi seperti terlihat pada gambar di
bawah.
Distorsi
Distorsi/ perubahan bentuk dapat terjadi akibat lemahnya
tanah dasar, pemadatan yang kurang pada lapis pondasi,
sehingga terjadi tambahan pemadatan akibat beban lalu lintas.
Sebelum perbaikan dilakukan sewajarnyalah ditentukan terlebih
dahulu jenis dan penyebab distorsi yang terjadi.
Pada Jalan Banda Aceh – Medan tersebut terjadi kerusakan
pada pinggir badan jalan yang dekat dengan median jalan. Pada
kasus ini distorsi kerusakan yang terjadi yaitu berupa alur.
Kerusakan yang terlihat berupa Penurunan pada badan jalan.
Sehingga ketika hujan, air akan tergenang pada jalan tersebut.
Air yang tergenang mengakibatkan rusaknya perkerasan jalan.
Alur dapat merupakan tempat menggenangnya air hujan yang
jatuh di atas permukaan jalan, mengurangi tingkat kenyamanan,
dan akhirnya dapat timbul retak-retak. Terjadinya alur
disebabkan oleh lapis perkerasan yang kurang padat, dengan
demikian terjadi tambahan pemadatan akibat repetisi beban lalu
lintas pada lintasan roda. Campuran aspal dengan stabilitas
rendah dapat pula menimbulkan deformasi plastis.
Seperti terlihat pada gambar di bawah ini.
Keretakan pada lapis perkerasan merupakan suatu kriteria
penting untuk penanganan pemeliharaan jalan. Ketepatan dalam
memprediksi mulainya retak serta perkembangannya merupakan hal
yang penting dalam keefektifan pada penentuan waktu dan biaya
dalam pemeliharaan jalan.
BAB III
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Penanganan kostruksi perkerasan apakah itu bersifat
pemeliharaan, penunjang, peningkatan, ataupun rehabilitasi
dapat dilakukan dengan baik setelah kerusakan-kerusakan yang
timbul pada perkerasan tersebut dievaluasi mengenai penyebab
dan akibat dari kerusakan tersebut. Besarnya pengaruh suatu
kerusakan dan langkah penanganan selanjutnya sangat tergantung
dari evaluasi yang dilakukan oleh sipengamat, oleh karena itu
sipengamat haruslah orang-orang yang benar-benar menguasai
jenis dan sebab serta tingkat penanganan yang dibutuhkan dari
kerusakan-kerusakan yang timbul. Berikut cara penanganan
tehadap kerusakan pada jalan raya.
1. Retak pinggir
Penanganan pada retak pinggir ini dengan membongkar
lapisan yang rusak dan digantikan dengan lapisan yang
baru. Jika pinggir perkerasan mengalami penurunan,
elevasi dapat diperbaiki dengan menggunakan hotmix. Jika
dibiarkan dan tanpa ada penanganan, retak ini lama
kelamaan akan bertambah besar dengan terjadinya lubang-
lubang.
2. Distorsi
Penanganan pada kerusakan yang terjadi berupa distorsi
yaitu perbaikannya dapat dilakukan dengan membongkar
bagian jalan yang terendam oleh air, dan memberikan
lapisan tambahan yang sesuai. Sehingga meninggikan
elevasi permukaan jalan dekat median, agar mencapai
kemiringan yang direncanakan.
Seperti kita ketahui kerusakan suatu badan jalan sangat
sering diakibatkan oleh kurang bagusnya daya dukung tanah
dasar yang dapat menyebabkan penurunan permukaan jalan, kurang
bagusnya pengawasan juga dapat berakibat kurusakan seperti,
pemadatan material menjadi kurang bagus, geometrik jalan yang
tidak sesuai dengan perencanaan dan lain sebagainya.
Dari hasil penelitian pada jalan 4 lajur 2 arah dengan
median di daerah Jalan B.Aceh – Medan, Lueng Bata dapat di
simpulkan bahwa kerusakan yang terjadi antara lain, penurunan
badan jalan yang bisa diakibatkan oleh kurang bagusnya daya
dukung tanah dasar, kelalain pengawas pada saat pelaksanaan
proyek, kerusakan seperti ini sangat berbahaya jika tidak
segera di tangani mengingat jalan tersebut merupakan jalan 4
lajur 2 arah dengan median yang tidak lain merupakan jalan
Nasional yang memiliki jumlah volume yang sangat padat.
Permukaan badan jalan dengan menggunakan median jika terjadi
kerusakan di samping median akan sangat beresiko terjadi
kerusakan lebih parah seperti yang terjadi pada jalan B.Aceh-
Medan, Leung Bata ini, dengan terjadinya penurunan badan jalan
di sebelah median maka kemiringan muka jalan dikatagorikan
tidak layak. Sebagai contoh, kemiringan suatu badan jalan yang
lurus adalah 2% sebelah kiri dan 2% sebelah kanan, dan yang
terjadi pada jalan ini adalah penurunan badan jalan yang
mengakibatkan kerusakan kemiringan. Jalan di buat miring
berguna supaya jika ada air di atas muka jalan atau ketika
hujan turun air dapat segera mengalir menjauhi muka jalan,
jika terjadi kerusakan kemiringan, maka air akan menggenang di
muka jalan tersebut yang juga diakibatkan tidak mampunya air
melewati bangunan median, dan ini akan berbahaya bagi kekuatan
badan jalan mengingat musuh utama perkerasan lentur adalah
air.
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
Sebagai mahasiswa D3 yang otomatis akan berkecimpung di
dunia pengawasan, hal-hal seperti pada penelitian ini sangat
penting untuk dipahami mengingat untuk meningkatkan
profesionalitas dan keahlian di bidang pengawasan, ketelitian
dan keuletan dalam pengawasan sangat menentukan hasil yang
baik untuk sebuah pekerjaan kontruksi. Seorang perencana boleh
saja mengimajinasikan dan merencanakan sebuah pekerjaan dengan
baik, namun tanpa di dukung dengan keahliah seorang pengawas
lapangan yang profesional hasil nya pasti akan berbeda,
mengingat dari pengalaman-pengalaman pekerjaan dalam dunia
kontruksi, ketidaksesuaian yang ada di lapangan selalu menjadi
kendala yang serius dalam sebuah pekerjaan proyek, hal yang
sudah direncanakan dengan sangat baik oleh seorang enginner
bisa saja berubah dalam seketika saat lapangan menjawab
ketidak sesuaian dangan perencanaan.
Untuk mengatasi kerusakan dini suatu kontruksi diperlukan
ketelitian keterkaitan perencana dengan pengawas, saat jalan
mulai mengalami kerusakan kecil, dianjurkan segera
merekomendasi penanggulangan secara cepat, mengingat dari
kerusakan yang kecil sangat mudah berakibat kerusakan yang
lebih parah.
DAFTAR PUSTAKA
1. Sukirman, silvia, 1999, Perkerasan Lentur Jalan Raya, Penerbit
Nova, Bandung
2. www.wikipedia.com