ANALISIS KONDISI TROTOAR DAN KERUSAKAN PERKERASAN PADA BEBERAPA RUAS JALAN DI KOTA MALANG

20
1 ANALISIS KONDISI TROTOAR DAN KERUSAKAN PERKERASAN PADA BEBERAPA RUAS JALAN DI KOTA MALANG Nila Puspita Sari Universitas Negeri Malang E-mail: [email protected] ABSTRAK: Kota Malang mempunyai peranan yang cukup penting dalam menggerakan roda perekonomian dan sosial masyarakat, sehingga perlu didukung oleh kondisi dan fasilitas jalan yang baik. Penelitian ini menggunakan metode survey dan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi trotoar dan kerusakan perkerasan pada beberapa ruas jalan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa untuk jalan Soekarno-Hatta kerusakan jalan diperkirakan ±40%, Jl. Bendungan Sutami kerusakann jalan ±31%, Jl. MT. Haryono kerusakan jalan ±34%. Di samping itu, rata-rata untuk kondisi trotoar mengalami pergeseran fungsi. Kata kunci : kondisi trotoar, kerusakan perkerasan, ruas jalan Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam memperlancar kegiatan hubungan perekonomian, baik antara satu kota dengan kota lainnya, maupun antara kota dengan desa dan antara satu desa dengan desa lainnya. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk dalam mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Perkerasan lentur yang baik, harus mempunyai kualitas dan ketebalan dimana tidak akan rusak akibat beban kendaraan. Di samping itu, perkerasan harus mempunyai ketahanan terhadap pengikisan akibat lalu lintas, perubahan cuaca dan pengaruh buruk lainnya. Begitu pula dengan fasilitas jalan, seperti trotoar. Jika kondisi trotoar tergolong baik, maka akan terciptanya kenyamanan serta keamanan pengguna dalam berlalu lintas khususnya pejalan kaki. Yang dimaksud dengan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak di daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas kendaraan. Fungsi utama trotoar adalah untuk memberikan pelayanan kepada pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan kenyamanan pejalan kaki tersebut. Di samping itu, trotoar juga berfungsi memperlancar lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh lalu lintas pejalan kaki. Ruang di bawah trotoar dapat digunakan sebagai ruang untuk menempatkan utilitas dan pelengkap jalan lainnya.

Transcript of ANALISIS KONDISI TROTOAR DAN KERUSAKAN PERKERASAN PADA BEBERAPA RUAS JALAN DI KOTA MALANG

1

ANALISIS KONDISI TROTOAR DAN KERUSAKAN PERKERASAN

PADA BEBERAPA RUAS JALAN DI KOTA MALANG

Nila Puspita Sari

Universitas Negeri Malang

E-mail: [email protected]

ABSTRAK: Kota Malang mempunyai peranan yang cukup penting dalam

menggerakan roda perekonomian dan sosial masyarakat, sehingga perlu didukung

oleh kondisi dan fasilitas jalan yang baik. Penelitian ini menggunakan metode

survey dan bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai kondisi trotoar dan

kerusakan perkerasan pada beberapa ruas jalan. Hasil penelitian menunjukkan

bahwa untuk jalan Soekarno-Hatta kerusakan jalan diperkirakan ±40%, Jl.

Bendungan Sutami kerusakann jalan ±31%, Jl. MT. Haryono kerusakan jalan

±34%. Di samping itu, rata-rata untuk kondisi trotoar mengalami pergeseran

fungsi.

Kata kunci : kondisi trotoar, kerusakan perkerasan, ruas jalan

Jalan merupakan prasarana angkutan darat yang sangat penting dalam

memperlancar kegiatan hubungan perekonomian, baik antara satu kota dengan

kota lainnya, maupun antara kota dengan desa dan antara satu desa dengan desa

lainnya. Kondisi jalan yang baik akan memudahkan mobilitas penduduk dalam

mengadakan hubungan perekonomian dan kegiatan sosial lainnya. Perkerasan

lentur yang baik, harus mempunyai kualitas dan ketebalan dimana tidak akan

rusak akibat beban kendaraan. Di samping itu, perkerasan harus mempunyai

ketahanan terhadap pengikisan akibat lalu lintas, perubahan cuaca dan pengaruh

buruk lainnya. Begitu pula dengan fasilitas jalan, seperti trotoar. Jika kondisi

trotoar tergolong baik, maka akan terciptanya kenyamanan serta keamanan

pengguna dalam berlalu lintas khususnya pejalan kaki.

Yang dimaksud dengan trotoar adalah jalur pejalan kaki yang terletak di

daerah manfaat jalan, diberi lapis permukaan, diberi elevasi lebih tinggi dari

permukaan perkerasan jalan, dan pada umumnya sejajar dengan jalur lalu lintas

kendaraan. Fungsi utama trotoar adalah untuk memberikan pelayanan kepada

pejalan kaki sehingga dapat meningkatkan kelancaran, keamanan, dan

kenyamanan pejalan kaki tersebut. Di samping itu, trotoar juga berfungsi

memperlancar lalu lintas jalan raya karena tidak terganggu atau terpengaruh oleh

lalu lintas pejalan kaki. Ruang di bawah trotoar dapat digunakan sebagai ruang

untuk menempatkan utilitas dan pelengkap jalan lainnya.

2

Kota Malang merupakan salah satu daerah otonom dan merupakan kota

besar kedua di Jawa Timur setelah Kota Surabaya. Kota Malang mempunyai

peranan yang cukup penting dalam menggerakan roda perekonomian dan sosial

masyarakat, sehingga perlu didukung oleh kondisi perkerasan lentur yang baik

dan fasilitas jalan yang baik. Perkerasan lentur adalah struktur yang terdiri dari

beberapa lapisan dengan kekerasan dan daya dukung yang berlainan. Adapun

susunan untuk jenis perkerasan lentur menurut Sukirman (1999) adalah Lapis

Permukaan (Surface course), Lapisan pondasi atas (base course), Lapisan pondasi

bawah (subbase course), dan Tanah dasar (subgrade). Menurut Manual

Pemeliharaan Jalan Nomor : 03/MN/B/1983 yang dikeluarkan oleh Direktorat

Jenderal Bina Marga, kerusakan jalan dapat dibedakan atas: Retak (cracking),

Distorsi (distortion), Cacat permukaan, Pengausan, Kegemukan, dan Penurunan

pada bekas penanaman utilitas.

Kondisi berdasarkan data statistik, 2010 menunjukkan kondisi jalan yang

rusak lebih panjang dari kondisi jalan yang baik. Hal ini menunjukkan

pemeliharaan rutin dan berkala yang seharusnya dilaksanakan tiap tahun kurang

berjalan dengan baik. Di samping itu, menurut Sukirman (1999), kerusakan pada

kontruksi perkerasan jalan dapat disebabkan oleh hal-hal berikut, antara lain: Lalu

lintas, yang dapat berupa peningkatan beban, dan repetisi beban; Air, yang dapat

berasal dari air hujan, sistim drainase jalan yang tidak baik, naiknya air akibat

sifat kapilaritas; Material konstruksi perkerasan. Dalam hal ini dapat disebabkan

oleh sifat material itu sendiri atau dapat pula disebabkan oleh sistim pengolahan

bahan yang tidak baik; Iklim, Indonesia beriklim tropis, dimana suhu udara dan

curah hujan umumnya tinggi, yang dapat merupakan salah satu penyebab

kerusakan jalan; Kondisi tanah dasar yang tidak stabil. Kemungkinan disebabkan

oleh sistim pelaksanaan yang kurang baik, atau dapat juga disebabkan oleh sifat

tanah dasarnya yang memang jelek; Proses pemadatan lapisan di atas tanah dasar

yang kurang baik.

Permukaan jalan memburuk akibat kurangnya pemeliharaan dan air yang

tergenang tidak dapat mengalir karena kurangnya sistem drainase yang memadai.

Di samping itu, seiring dengan perkembangan Kota Malang sebagai kota pelajar

yang semakin pesat, jumlah penduduk di Kota Malang juga semakin padat.

3

Terutama di Jl. Bendungan Sutami, Jl. Soekarno Hatta, dan Jl. MT Haryono. Di

sekitar ketiga jalan tersebut merupakan daerah kampus yang menjadi tujuan para

pendatang dari luar daerah Malang untuk menuntut ilmu. Hal ini tentunya juga

sangat berpengaruh pada keberadaan trotoar jalan.

Tetapi sayangnya kemajuan Kota Malang yang semakin pesat ini kurang

diimbangi dengan fasilitas dan kondisi jalan yang baik. Dari data Kepolisian

Negara RI Resort Kota Malang jumlah kecelakaan yang terjadi untuk tahun 2010

yakni berjumlah 198, dengan jumlah korban mati sebanyak 76 orang, jumlah

korban luka berat sebanyak 41 orang, dan jumlah korban luka ringan sebanyak

182 orang. Di samping itu, berdasarkan pengamatan yang dilakukan di ketiga titik

tersebut, maka dapat disimpulkan bahwasanya kondisi jalan di tempat-tempat

tersebut masih dikategorikan kurang baik terutama banyak terjadi kerusakan

perkerasan jalan, serta kondisi trotoar sudah rusak dan masuk dalam kategori tidak

layak pakai. Hal ini disebabkan kurangnya perhatian dari Pemerintah dalam

mengelola dan memperbaiki kondisi trotoar yang rusak, sehingga fungsi dari

keberadaan trotoar kurang dapat dimanfaatkan dengan baik.

Berdasarkan latar belakang diatas, maka tujuan penelitian ini adalah untuk

mendapatkan informasi mengenai kondisi trotoar dan kerusakan perkerasan pada

beberapa ruas jalan kota Malang khususnya di Jl. Bendungan Sutami, Jl. MT

Haryono, serta Jl.Soekarno Hatta, sehingga dapat diketahui apakah pemeliharan

jalan berfungsi secara baik atau tidak, serta dari penelitian ini diharapkan ada

langkah selanjutnya yang dilakukan oleh Pemerintah daerah setempat agar kondisi

trotoar dan kualitas jalan khususnya di ketiga ruas jalan tersebut dapat diperbaiki.

Hal ini diharapkan dapat meminimalisir kecelakaan lalu lintas dan keamanan

pengguna jalan khususnya pejalan kaki.

METODE PENELITIAN

Penelitian ini dilakukan di wilayah Kota Malang dengan mengambil 3 ruas

jalan yang bernaung dibawah pengawasan Dinas Bina Marga Kota Malang. Sampel

jalan yang diambil yaitu: ruas jalan Soekarno-Hatta, ruas jalan Mt. Haryono, serta

ruas jalan Bendungan Sutami. Di sekitar ketiga jalan tersebut merupakan daerah

4

kampus yang menjadi tujuan para pendatang dari luar daerah Malang untuk

menuntut ilmu.

Terdapat dua jenis data yang dibutuhkan dalam penelitian ini, yaitu: data

primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dengan cara melakukan

pengamatan pada beberapa ruas jalan di Kota Malang, antara lain di Jl. Mt.

Haryono, Jl. Soekarno Hatta, dan Jl. Bendungan Sutami, meliputi pengamatan

kondisi kerusakan perkerasan jalan, dan pengamatan kndisi trotoar. Sedangkan

data sekunder yaitu data yang berasal dari BPS Kota Malang yaitu Kota Malang

dalam angka tahun 2011.

Penelitian ini menggunakan metode survey lapangan yang dilakukan pada

beberapa ruas jalan yang ada di Kota Malang sebagai titik sampel penelitian.

Survei kondisi adalah survey yang dimaksudkan untuk menentukan kondisi

perkerasan jalan dan kondisi trotoar pada waktu tertentu. Penelitian ini dilakukan

dengan tahapan-tahapan sebagai berikut:

- Melakukan studi pustaka.

- Mengumpulkan data primer dan data sekunder.

- Menganalisis data tersebut dengan cara menentukan bagaimana kondisi

kerusakan perkerasan jalan dan kondisi trotoar yang terdapat di ketiga titik

penelitian tersebut.

- Setelah mendapatkan hasil, maka dilakukan pembahasan, kemudian

menyimpulkan hasil penelitian.

HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Kondisi umum

a. Jalan Soekarno Hatta

Jalan Soekarno Hatta merupakan jalan arteri di Kota Malang, karena

jalan merupakan salah satu jalan alternatif menuju Surabaya. Jalan

Soekarno Hatta terletak di kelurahan Jatimulyo, Kecamatan Lowokwaru,

Kodya Malang. Sebelah utara berbatasan dengan lahan kosong, sebelah

selatan berbatasan dengan jl. Soekarno-Hatta, sebelah timur berbatasan

dengan lahan kosong, dan sebelah barat berbatasan dengan kali Brantas.

5

Keterangan :

: Jalan Soekarno-Hatta

Keberadaan jalan Soekarno-Hatta memiliki beberapa kelebihan antara

lain:

- Jalan tersebut letaknya strategis dan mudah dikenali, karena

memiliki karakteristik khusus dan unik, seperti adanya bundaran

pesawat di utara jalan yang merupakan salah satu identitas dari jalan

ini.

- Aksesbilitas yang mudah baik dari dalam kota maupun wisatawan

domestik.

- Memiliki infrastruktur yang baik (lebar jalan, fasilitas listrik, dan air

yang memadai).

- Terletak di kawasan ramai pemukiman, perdagangan, serta

edukasi/sekolah dan terletak di area yang strategis untuk area

komersial.

- Banyak fasilitas umum dan banyak dilewati kendaraan umum,

sehingga lokasinya mudah untuk dicapai.

- Daerah jalan Soekarno-Hatta dapat dikategorikan sebagai daerah

yang ramai pengunjung baik dari dalam maupun luar kota Malang,

sebab merupakan daerah perumahan, daerah kampus, serta daerah

6

pusat perniagaan kecil berupa ruko, cafe, dll. Di samping itu, juga

terdapat tempat wisata salah satunya adalah Taman Krida Budaya.

Namun, kelebihan dan fungsi yang kompleks dari keberadaan jalan ini

belum diimbangi oleh kondisi jalan dan trotoar yang baik. Di sebagian

lokasi, masih banyak terlihat kerusakan jalan, pengalihfungsian

keberadaan trotoar sebagai tempat jualan oleh pedagang kaki lima,

bahkan keberadaan trotoar hampir tidak ada di wilayah jalan tersebut.

Hal ini berakibat pada kurangnya keamanan khususnya bagi pejalan kaki,

serta kurangnya kenyamanan dalam berkendara sebab di beberapa bagian

jalan banyak terjadi kerusakan.

b. Jalan Bendungan Sutami

Jalan Bendungan Sutami terletak di Kecamatan Lowok Waru, Kota

Malang dengan letak astronomisnya 7.9o LS dan 112.61

o BT. Jalan

tersebut membentang sepanjang +/- 778 meter (2552 ft) dan diapit oleh

dua jalan yaitu Jalan Sumber Sari di sebelah utara dan Jalan Galunggung

disebalah selatan. Jalan Bendungan Sutami rata-rata memiliki lebar +/- 3

meter yang merupakan jalan arteri.

Gambar : Peta Jalan Bendungan Sutami

Keberadaan jalan tersebut sangat berfungsi sebagai jalan

penghubung antara jalan satu ke jalan yang lainnya. Hubungan antar

7

jalan tersebut dapat mengurangi waktu tempuh berkendara yang

mengarah kepada kelancaran berlau lintas. Kelancaran berlalu lintas juga

berkaitan dengan kondisi jalan. Kondisi jalan haruslah baik dari segala

aspek pendukungnya agar pengguna jalan merasa aman dan senang

apabila melewati jalan tersebut. Kondisi jalan tersebut meliputi rusak

atau tidaknya, kelengkapan sarana lalu lintas seperti zebra cross, lampu

jalan, lampu merah, dan juga trotoar.

c. Jalan MT. Haryono

Jalan MT. Terletak di Kelurahan Dinoyo, Kecamatan Lowokwaru, Kota

Malang. Letak geografis jalan MT. Haryono yaitu 7°56’34,71” S dan

112°36’36,99” T. Jalan ini memanjang dari Utara Kampus Universitas

Brawijaya sampai Kelurahan Landngsari. Di sepanjang jalan MT.

Haryono terdapat dua universitas yakni, Universitas Brawijaya, dan

Universias Islam Malang (UNISMA). Jalan MT. Haryono juga

merupakan jalan utama menuju Kota Batu, sehingga lalu lintas di jalan

ini sangat padat. Hal ini berpengaruh pada kondisi jalan. Kondisi jalan

MT. Haryono umumnya masuk dalam kategori kurang baik, dimana pada

sebagian badan jalan masih banyak terdapat kerusakan. Di samping itu,

keberadaan jalan ini tidak didukung oleh kelengkapan sarana dan

prasarana, salah satunya trotoar.

Keterangan : : Jalan MT. Haryono

8

2. Jenis kerusakan perkerasan jalan

Jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada pengambilan sampel ruas jalan

di Kota Malang yaitu di Jl. Soekarno-Hatta, Jl. Bendungan Sutami, dan Jl.

MT. Haryono, antara lain:

- Retak susut (shrinkage cracks). Retak yang saling bersambungan

membentuk kotak-kotak besar dengan sudut tajam. Retak disebabkan oleh

perubahan volume pada lapisan permukaan yang memakai aspal dengan

penetrasi rendah, atau perubahan volume pada lapisan pondasi dan tanah

dasar. Perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran

aspal cair dan pasir dan dilapisi dengan burtu.

- Kegemukan (bleeding). Kegemukan (bleeding) dapat disebabkan

pemakaian kadar aspal yang tinggi pada campuran aspal, pemakaian

terlalu banyak aspal pada pekerjaan prime coat atau tack coat. Dapat

diatasi dengan menaburkan agregat panas dan kemudian dipadatkan, atau

lapis aspal diangkat dan kemudian diberi lapisan penutup.

- Retak halus (hair cracking). Lebar celah lebih kecil atau sama dengan 3

mm, penyebab adalah bahan perkerasan yang kurang baik, tanah dasar atau

bagian perkerasan di bawah lapis permukaan kurang stabil. Retak halus ini

dapat meresapkan air ke dalam lapis permukaan.

- Retak memanjang. Retak ini disebabkan oleh tidak baiknya sokongan dari

arah samping, drainase kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau

terjadinya settlement dibawah daerah tersebut.

- Lubang (Potholes). Lubang ini menampung dan meresapkan air ke dalam

lapis permukaan yang menyebabkan semakin parahnya kerusakan jalan.

Cara perbaikannya yakni dibongkar dan dilapis kembali.

- Retak kulit buaya (alligator crack). Lebar celah lebih besar atau sama

dengan 3 mm. Saling berangkai membentuk serangkaian kotak-kotak kecil

yang menyerupai kulit buaya. Retak ini disebabkan oleh bahan perkerasan

yang kurang baik, pelapukan permukaan, tanah dasar atau bagian

perkerasan dibawah lapis permukaan yang kurang stabil, atau bahan lapis

pondasi dalam keadaan jenuh air (air tanah naik).

9

- Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks), adalah retak

memanjang yang terjadi pada sambungan antara perkerasan lama dengan

perkerasan pelebaran. Hal ini disebabkan oleh perbedaan daya dukung

dibawah bagian pelebaran dan bagian jalan lama, dapat juga disebabkan

oleh ikatan antara sambungan tidak baik. Perbaikan dilakukan dengan

mengisi celah-celah yang timbul dengan campuran aspal cair dan pasir.

- Retak pinggir (edge crack), Retak memanjang jalan, dengan atau tanpa

cabang yang mengarah ke bahu dan terletak dekat bahu jalan. Retak ini

disebabkan oleh tidak baiknyasokongan dari arah samping, drainase

kurang baik, terjadinya penyusutan tanah, atau terjadinya settlement

dibawah daerah tersebut. Akar tanaman yang tumbuh ditepi perkerasan

dapat pula menjadi sebab terjadinya retak pinggir ini. Di lokasi retak, air

dapat meresap yang dapat semakin merusak lapis permukaan.

- Retak refleksi (reflection cracks), retak memanjang, melintang, diagonal,

atau membentuk kotak. Untuk retak memanjang, melintang, dan diagonal,

perbaikan dapat dilakukan dengan mengisi celah dengan campuran aspal

cair dan pasir. Untuk retak berbentuk kotak perbaikan dilakukan dengan

membongkar dan melapis kembali dengan bahan yang sesuai.

- Amblas (grade depressions), terjadi setempat, dengan atau tanpa retak.

Amblas dapat terdeteksi dengan adanya air yang tergenang. Air tergenang

ini dapat meresap kedalam lapisan perkerasan yang akhirnya menimbulkan

lubang.

Adapun jenis kerusakan di setiap segmen jalan dijabarkan di bawah ini.

a) Jalan Soekarno-Hatta

Tabel jenis kerusakan di Jalan Soekarno-Hatta

No. Jenis kerusakan Gambar Prosentase kerusakan

1. Retak susut

(shrinkage

cracks)

± 10% dari

keseluruhan jalan

10

3. Lubang

(Potholes)

± 5% dari

keseluruhan jalan

4. Retak kulit

buaya (alligator

crack)

± 10% dari

keseluruhan jalan

5. Retak Halus

(hair cracking)

± 3% dari

keseluruhan jalan

6. Retak

sambungan

pelebaran jalan

(widening

cracks)

± 2% dari

keseluruhan jalan

7. Retak pinggir

(edge crack)

± 5% dari

keseluruhan jalan

8. Retak refleksi

(reflection

cracks)

± 5% dari

keseluruhan jalan

11

Dari tabel mengenai kerusakan jalan di atas, dapat disimpulkan bahwa ±

40% jalan Soekarno-Hatta mengalami kerusakan yang bervariasi. Dari

kerusakan yang berupa retak, sampai kepada kerusakan yang berupa

lubang pada beberapa bagin jalan. Artinya ± 60 % jalan Soekarno-Hatta

masih dalam kondisi baik, dan masih layak untuk digunakan. Hanya pada

beberapa titik dari keseluruhan jalan yang mengalami kerusakan parah

khususnya pada bagian pinggir jalan yang jenis kerusakannya adalah

terdapatnya lubang, serta genangan air yang ada di lubang-lubang

tersebut menandakan bahwasanya sistem drainase jalan di wilayah

tersebut masih buruk.

Gambar1 dan 2 : Bagian pinggir jalan yang rusak

dan Sistem drainase yang kurang baik

b) Jalan Bendungan Sutami

Tabel jenis kerusakan di Jalan Bendungan Sutami

No. Jenis kerusakan Gambar Prosentase kerusakan

1. Retak halus

(hair cracking)

± 3% dari keseluruhan

jalan

2. Lubang

(Potholes)

± 5% dari keseluruhan

jalan

12

3. Retak pinggir

(edge crack)

± 3% dari keseluruhan

jalan

4. Retak kulit

buaya (alligator

crack)

± 10% dari

keseluruhan jalan

5. Retak

sambungan

pelebaran jalan

(widening

cracks)

± 3% dari keseluruhan

jalan

6. Retak refleksi

(reflection

cracks)

± 5% dari keseluruhan

jalan

7. Amblas (grade

depressions)

± 2% dari keseluruhan

jalan

Berdasarkan tabel di atas, dapat disimpulkan bahwasanya ± 31% jalan

Bendungan Sutami mengalami kerusakan pada beberapa titik. Kondisi

jalan Bendungan Sutami rata-rata fisik jalannya masih dalam kondisi

baik, walaupun dibeberapa titik di dekat jalan Galunggung terdapat

beberapa lubang di badan jalan. Walaupun jumlah kerusakan jalan tidak

13

parah, namun hal ini sedikit mengganggu pengendara sehingga

menyebabkan kendaraan yang lewat harus menghindari jalan yang rusak

tersebut. Beberapa badan jalan yang rusak tersebut harus segera

diperbaiki untuk mengurangi resiko kecelakaan dan menjaga

kenyamanan dalam berlalu lintas.

Gambar 3 : Badan dan Sisi Jalan yang Rusak

c) Jalan MT. Haryono

Tabel jenis kerusakan di Jalan MT. Haryono

No. Jenis kerusakan Gambar Prosentase Kerusakan

1. Kegemukan

(bleeding)

± 3% dari keseluruhan

jalan

2. Retak halus

(hair cracking)

± 3% dari keseluruhan

jalan

3. Lubang

(potholes)

± 10% dari

keseluruhan jalan

14

4. Retak

sambungan

pelebaran jalan

(widening

carcks)

± 5% dari keseluruhan

jalan

5. Retak kulit

buaya (alligator

crack)

± 10% dari

keseluruhan jalan

6. Amblas (grade

depressions)

± 3% dari keseluruhan

jalan

Dari tabel mengenai kerusakan jalan di atas, dapat disimpulkan bahwa ±

34% jalan MT. Haryono mengalami kerusakan yang bervariasi, mulai

dari adanya retak sampai kepada amblas, dan terdapat lubang di beberapa

bagian jalan. Artinya ± 66 % jalan MT. Haryono masih dalam kondisi

baik, dan masih layak untuk digunakan. Hanya pada beberapa titik dari

keseluruhan jalan yang mengalami kerusakan parah khususnya pada

bagian pinggir jalan yang jenis kerusakannya adalah terdapatnya lubang,

serta genangan air yang ada di lubang-lubang tersebut menandakan

bahwasanya sistem drainase jalan di wilayah tersebut masih buruk.

Selain itu, dapat diidentifikasikan walaupun jumlah kerusakan jalan tidak

parah, namun hal ini sedikit mengganggu pengendara sehingga

menyebabkan kendaraan yang lewat harus menghindari jalan yang rusak

tersebut. Beberapa badan jalan yang rusak tersebut harus segera

diperbaiki untuk mengurangi resiko kecelakaan dan menjaga

kenyamanan dalam berlalu lintas.

15

Gambar 4 dan 5: Bagian pinggir jalan yang rusak

dan Sistem drainase yang kurang baik

3. Kondisi Trotoar

Sebagai salah satu kota pendidikan di Indonesia Kota Malang memiliki

tingkat aktifitas kehidupan masyarakat yang termasuk kategori cukup tinggi.

Di Kota Malang aktifitas masyarakat untuk menjangkau tempat-tempat

(lokasi) pusat kegiatan, bisa dilakukan dengan dua cara, yaitu dengan

memakai alat transportasi kendaraan bermotor, dan dengan berjalan kaki.

Bagi para pengguna kendaraan telah disediakan jalur-jalur lalu lintas jalan

yang diatur sedemikian tertib. Begitu pula bagi para pejalan kaki, telah ada

jalur trotoar yang disediakan secara khusus. Akan tetapi pada kenyataannya

sekarang ini trotoar sudah tidak lagi difungsikan sebagaimana idealnya.

Kebanyakan trotoar-trotoar di Kota Malang telah beralih fungsi. Hal ini dapat

dicontohkan pada beberapa ruas jalan yang ada di Kota Malang, seperti di Jl.

Soekarno-Hatta, Jl. MT. Haryono, dan Jl. Bend.Sutami. Adapun kondisi

trotoar pada beberapa ruas jalan di Kota Malang, sebagai berikut.

a) Jalan Soekarno-Hatta

Trotoar yang terdapat di Jalan Soekarno-Hatta saat ini digolongkan

dalam kondisi kritis. Hal ini disebabkan trotoar di ruas jalan tersebut

banyak dipenuhi oleh bangunan-bangunan kecil yang bersifat permanen

dan nonpermanen, seperti kios atau gerai pedagang kaki lima, pot

tanaman taman kota, penempatan poster dan papan reklame, parkir

kendaraan, kotak surat, pos polisi, dan berbagai jenis bangunan lain.

Adapun prosentase dari terdapatnya fasilitas trotoar di Jl. Soekarno-Hatta

hanya sekitar 10% dari keseluruhan jalan, dan itupun hanya terdapat pada

beberapa titik saja, seperti di depan Politeknik Negeri Malang, di depan

16

cafe Kopja, dsb. Namun, sayangnya ketersediaan trotoar di beberapa titik

pada ruas jalan tersebut tidak diimbangi dengan perawatan yang baik dari

dinas perhubungan sehingga kondisinya sudah rusak parah. Selain itu,

meningkatnya jumlah pedagang kaki lima di trotoar-trotoar di jalan

tersebut, menyebabkan terjadinya perubahan fungsi trotoar dari jalur

pejalan kaki menjadi tempat kegiatan perdagangan.

Gambar 6 : Kondisi trotoar yang mengalami kerusakan

Gambar 7: Trotoar yang dialihfungsikan untuk perdagangan

b) Jalan Bendungan Sutami

Di sepanjang jalan Bendungan Sutami hanya bagian pertokoan di depan

Sumber Sari Gang VI yang memiliki trotoar, dan selebihnya tidak

memiliki trotoar sehingga menyebabkan pejalan kaki harus ketar ketir

ketika berjalan di sisi jalan. Batas jalan langsung berbatasan dengan

bangunan dan halamannya tanpa adanya trotoar yang membatasi. Tak

jarang juga fungsi trotoar tergeser menjadi tempat parkir kendaraan,

seperti gambar dibawah ini.

17

Gambar 8 : Pergeseran Fungsi Trotoar

Trotoar harus ada disetiap jalan agar esensi dari trotoar tersebut juga

memberikan manfaat bagi penggunanya. Tidak hanya dilihat sebagai

pelengkap saja, namun trotoar sangatlah penting untuk melindungi

pejalan kaki dari bahaya pengguna jalan yang menggunakan kendaraan

sehingga kecelakan terhindari. Selain itu fungsi trotoar juga menjadi

tempat refresing bagi orang-orang sambil menikmati suasana kota dan

ramainya kendaraan.

c) Jalan MT. Haryono

Di sepanjang jalan MT. Haryono hanya bagian depan Universitas Islam

Malang dan di sekitar Pertigaan lampu merah saja yang memiliki trotoar.

Selebihnya tidak memiliki trotoar sehingga menyebabkan pejalan kaki

harus ketar ketir ketika berjalan di sisi jalan. Batas jalan langsung

berbatasan dengan bangunan dan halamannya tanpa adanya trotoar yang

membatasi. Tak jarang juga fungsi trotoar tergeser menjadi tempat parkir

kendaraan, seperti gambar dibawah ini.

Gambar 9 : Pergeseran Fungsi

Trotoar

Gambar 10 : Kondisi trotoar yang mengalami

kerusakan

18

Hal lain yang perlu menjadi perhatian khusus oleh dinas perhubungan,

yakni mengenai kondisi trotoar yang mengalami kerusakan pada

beberapa titik, yakni di sekitar pertigaan Dinoyo (lihat gambar 10).

Kerusakan-kerusakan tersebut hendaknya harus segera ditangani agar

trotoar yang fungsi awalnya yakni digunakan bagi pejalan kaki dapat

dipulihkan dan dimaksimalkan kembali. Di samping itu, untuk beberapa

titik yang tidak memiliki totoar hendaknya dilengkapi dengan fasilitas

tersebut, agar keselamatan dan kenyamanan dari pengguna sara lalu

lintas seperti pejalan kaki dapat terjaga dengan baik.

KESIMPULAN

1) Jenis-jenis kerusakan yang terjadi pada pengambilan sampel ruas jalan di

Kota Malang antara lain: Retak susut (shrinkage cracks), Kegemukan

(bleeding), Retak halus (hair cracking), Lubang (Potholes), Retak kulit buaya

(alligator crack), Retak sambungan pelebaran jalan (widening cracks), Retak

pinggir (edge crack), Retak refleksi (reflection cracks), dan Amblas (grade

depressions).

2) Untuk jalan Soekarno-Hatta, ±40% jalan mengalami kerusakan yang

bervariasi. Dari kerusakan yang berupa retak, sampai kepada kerusakan yang

berupa lubang pada beberapa bagin jalan. Di samping itu, Trotoar yang

terdapat di Jalan Soekarno-Hatta saat ini digolongkan dalam kondisi kritis.

Hal ini disebabkan trotoar di ruas jalan tersebut banyak dipenuhi oleh

bangunan-bangunan kecil yang bersifat permanen dan nonpermanen

3) Untuk Jl. Bendungan Sutami, ± 31% jalan mengalami kerusakan pada

beberapa titik. Sementara itu, di sepanjang jalan Bendungan Sutami hanya

bagian pertokoan di depan Sumber Sari Gang VI yang memiliki trotoar, dan

selebihnya tidak memiliki trotoar sehingga menyebabkan pejalan kaki harus

ketar ketir ketika berjalan di sisi jalan.

4) Untuk Jl. MT. Haryono, ± 34% jalan mengalami kerusakan yang bervariasi,

mulai dari adanya retak sampai kepada amblas, dan terdapat lubang di

beberapa bagian jalan. Sementara itu, pada sepanjang jalan MT. Haryono

hanya bagian depan Universitas Islam Malang dan di sekitar Pertigaan lampu

merah saja yang memiliki trotoar. Selebihnya tidak memiliki trotoar. Selain

19

jarangnya fasilitas trotoar, kondisi trotoar pun kurang terjaga dengan baik di

ruas jalan ini. Hal ini bisa dilihat dari banyaknya kerusakan pada trotoar yang

terjadi di ruas jalan MT. Haryono.

KAJIAN PUSTAKA

Badan Pusat Statistik Kota Malang. 2011. Malang Dalam Angka 2011. Malang:

Badan Pusat Statistik Kota Malang.

Departemen Perhubungan. 2010. Panduan Penempatan Fasilitas Perlengkapan

Jalan. Jakarta: Direktorat Jenderal Perhubungan Darat.

Djalante, Susanti. 2012. Majalah Ilmiah Mektek. Evaluasi Kondisi Dan

Kerusakan Perkerasan Lentur Di Beberapa Ruas Jalan Kota Kendari, 14:

hlm.1 dan 6, (Online),

(https://www.google.com/url?sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=1

&cad=rja&ved=0CC0QFjAA&url=http%3A%2F%2Fjurnal.untad.ac.id%2F

jurnal%2Findex.php%2FMektek%2Farticle%2Fdownload%2F558%2F481

&ei=rcdsUcWXEor_rAe5nICQAg&usg=AFQjCNE3eHGScdPBBZ51C-

dYgR5ziFqkKQ&sig2=pPaG9JQjV7hVkkUHd3uIjA&bvm=bv.45175338,d

.bmk), diakses 16 April 2013.

Direktorat Jenderal Bina Marga. 1990. Petunjuk Perencanaan Trotoar, (Online),

(http://binamarga.pu.go.id/referensi/nspm/standar6110.pdf), diakses 4 April

2013.

Universitas Kristen Petra. 2011. Perencanaan Tapak, (Online),

(http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=5&submit.y=18&submit=pre

v&page=5&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fars

4%2F2011%2Fjiunkpe-ns-s1-2011-22407098-21196-citywalk-

chapter2.pdf), diakses 10 April 2013.

Universitas Kristen Petra. 2011. BAN IV Perancangan, (Online),

(http://digilib.petra.ac.id/viewer.php?submit.x=23&submit.y=16&submit=pr

ev&page=2&qual=high&submitval=prev&fname=%2Fjiunkpe%2Fs1%2Fa

rs4%2F1995%2Fjiunkpe-ns-s1-1995-22490007-19094-pasar_bunga-

chapter4.pdf), diakses 10 April 2013.

20

Universitas Negeri Malang. 2010. Pedoman Penulisan Karya Ilmiah. Malang:

UM Press.

Saputro, Dian Agung, dkk. 2011. Evaluasi Kondisi Jalan Dan Pengembangan

Prioritas Penanganannya (Studi Kasus Di Kecamatan Kepanjen

Kabupaten Malang). 83: hlm.77, (Online),

(http://rekayasasipil.ub.ac.id/index.php/rs/article/view/178), diakses 16

April 2013.

Sukirman, Silvia. 1999. Perkerasan Lentur Jalan Raya. Bandung: Nova.

Yunus, Hadi Sabari. 2012. Struktur Tata Ruang Kota. Yogyakarta: Pustaka

Pelajar.

Wikipedia. Tanpa tahun. Trotoar, (Online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Trotoar),

diakses 4 April 2013.