Laporan Praktikum Kimia Pangan I - kerusakan Minyak
-
Upload
universitasjenderalsoedirman -
Category
Documents
-
view
10 -
download
0
Transcript of Laporan Praktikum Kimia Pangan I - kerusakan Minyak
LAPORAN PRAKTIKUMKIMIA PANGAN I
Kerusakan Minyak
Penanggungjawab:
Lisa Aprilia RiyantoA1M013011Tety Heryanti A1M013021
KEMENTRIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAANUNIVERSITAS JENDRAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIANPURWOKERTO
2014
KERUSAKAN MINYAK
Lisa Aprilia Riyanto, A1M013011 dan Tety Heryanti,
A1M013021
Praktikum ini bertujuan untuk mengetahui bertujuan untuk
mengetahui pengaruh kerusakan minyak, menggunakan metode
penambahan NaOH dan etanol panas dengan menggunakan
minyak goreng kelapa merk Muliaco, minyak klentik merk
Muliaco, minyak VCO (Virgin Coconut Oil), minyak kelapa
sawit curah merk Malinda, minyak jelantah, minyak jagung,
minyak kedelai. Semua bahan ditimbang sebanyak 14,2 gram
kemudian ditambahkan dengan etanol panal 100 ml dan
dititrasi dengan NaOH sampai berubah warna menjadi merah
muda. Berdasarkan pengujian minyak VCO memerlukan NaOH
sebanyak 8,2 ml menunjukan banyaknya asam lemak bebas
yang ada.
Kata kunci: kerusakan minyak, titrasi, asam lemak bebas,
oksidasi.
PENDAHULUAN
Minyak merupakan salah satu kebutuhan manusia,
minyak dibutuhkan untuk menggoreng, menumis dan sebagai
nya dalam proses pengolohan makanan. Akan tetapi, miyak
dapat mengalami kerusakan karena adanya reaksi oksidasi
dan hidrolisis yang menyebabkan menurun nya mutu minyak.
Kerusuakan yang terjadi pada minyak disebabkan oleh
beberapa faktor, seperti absorbsi bau dan kontaminasi,
aksi enzim, aksi mikroba, serta reaksi kimia (Pahan,
2006). Kerusakan pada minyak yang utama adalah timbulnya
bau dan rasa tengik yang disebut proses ketengikan hal
ini disebabkan oleh autooksidasi radikal asam tidak jenuh
dalam lemak (Salirawati,2005).
Pada pengolahan minyak kelapa biasa atau minyak
goreng secara tradisional dihasilkan minyak kelapa
bermutu kurang baik. Hal tersebut ditandai dengan adanya
kadar air dan asam lemak bebas yang cukup tinggi di dalam
minyak kelapa. Bahkan warnanya agak kecoklatan sehingga
cepat menjadi tengik. Daya simpannya pun tidak lama,
hanya sekitar dua bulan saja (Novarianto, 2004).
Penetapan Kadar Asam Lemak Bebas
Alkalimetri adalah penetapan kadar senyawa-senyawa
yang bersifat asam dengan menggunakan baku basa.
Alkalimetri termasuk reaksi netralisasi yakni reaksi
antara ion hidrogen yang berasal dari asam dengan ion
hidroksida yang berasal dari basa untuk menghasilkan air
yang bersifat netral.
Suatu indikator merupakan asam atau basa lemah yang
berubah warna diantara bentuk terionisasinya dan bentuk
tidak terionisasinya. Sebagai contoh fenolftalein (pp),
mempunyai pka 9,4 (perubahan warna antara pH 8,4-10,4).
Struktur fenolftalein akan mengalami perataan ulang pada
kisaran pH ini karena proton dipindahkan dari struktur
fenol dari pp sehingga pH meningkat akibatnya akan
terjadi perubahan warna (Rohman, 2007).
Tujuan dari praktikum ini adalah mengetahui pengaruh
kerusakan pada berbagai macam minyak.
METODE PRAKTIKUM
ALAT DAN BAHAN
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
minyak goreng kelapa merk Muliaco, minyak klentik merk
Muliaco, VCO (virgin coconut oil), minyak goreng kelapa
sawit merk Bimoli, minyak kelapa sawit curah merk
Malinda, minyak jelantah, minyak jagung, minyak kedelai,
etanol netral, indikator PP, NaOH 0,1 N.
Alat yang digunakan adalah labu erlenmeyer 100 ml,
neraca digital, bunsen dan spiritus, kaki tiga, kassa,
pipet dan gelas beker.
PROSEDUR PELAKSANAAN
Masing-masing minyak ditimbang sebanyak 14,2 gram dan
dimasukkan ke dalam erlenmeyer 100 ml. Setelah itu
panaskan etanol sampai mendidih, kemudian 25 ml etanol
tersebut dimasukkan ke dalam erlenmeyer yang berisi
minyak, digoncang-goncangkan sembari didinginkan. Setelah
erlenmeyer dingin kemudian ditambahkan 3 tetes indikator
PP dan dititrasi dengan larutan NaOH 0,1 N sampai tepat
berubah warna merah jambu. Setelah selesai kemudian
dibandingkan jumlah NaOH yang diperlukan untuk titrasi
sampel-sampel lainya yang diuji.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Pengamatan
No Jenis Minyak Jumlah NaOH titrasi (ml)1 Minyak Klentik 0,72 Minyak curah 0,93 Bimoli 0,34 Minyak kelapa 0,2
5 VCO 8,26 Minyak jagung 0,17 Minyak jelantah 4,18 Minyak kedelai 0,2
Pembahasan
Pada praktikum kali ini digunakan berbagai
jenis minyak yaitu minyak klentik, minyak curah, minyak
Bimoli, minyak kelapa sawit, VCO, minyak jagung, minyak
jelantah, minyak kedelai. Dari berbagai jenis minyak
tersebut memiliki kandungan asam lemak bebas yang berbeda
beda. Hal ini dapat terjadi karena proses dari pembuatan
masing-masing minyak tidaklah sama. Sebagai indikator
besar kecilnya kandungan asam lemak bebas yang terdapat
pada minyak adalah berdasarkan jumlah NaOH yang
diperlukan untuk titrasi. Sebelum memasuki proses
titrasi,minyak dicampur terlebih dahulu dengan etanol
netral. Tujuanya adalah agar asam lemak bebas dapat
terikat pada etanol sehingga lebih mudah terdeteksi oleh
NaOH saat titrasi. Etanol bersifat asam dan NaOH bersifat
basa. Penambahan indikator PP adalah untuk mengetahui
tingkat equivalen larutan tersebut atau larutan menjadi
netral.
Berdasarkan hasil pengamatan, urutan minyak yang
memerlukan jumlah NaOH yang paling sedikit sampai yang
paling banyak adalah minyak jagung (0,1 ml), minyak
kedelai (0,2 ml), minyak kelapa (0,2 ml), minyak bimoli
(0,3 ml), minyak klentik (0,7 ml), minyak curah (0,9 ml),
minyak jelantah (4,1 ml), dan VCO (8,2 ml). Semakin
banyak NaOH yang digunakan untuk titrasi, maka kandungan
asam lemak bebas dari minyak tersebut juga semakin
banyak.
Proses pembutan minyak klentik sama persis dengan
proses pembuatan minyak VCO. Perbedaannya apabila pada
pembuatan minyak klentik melewati proses pemanasan tetapi
pada minyak VCO tidak melewati proses pemanasan. Sehingga
hasil yang didapatkan untuk minyak VCO warnanya jauh
lebih jernih dibandingkan minyak klentik. Minyak VCO
diperoleh dari santan kelapa dan dalam proses
pembuatannya ditambahkan air. Karena ada air inilah akan
terjadi reaksi hidrolisis. Hasil dari hidrolisis adalah
asam lemak dan gliserol. Sehingga jumlah asam lemak bebas
pada VCO paling tinggi,yang ditandai dengan banyaknya
jumlah NaOH titrasi yaitu 8,2 ml. Sedangkan pada minyak
klentik walaupun melewati proses hidrolisis juga, tetapi
karena proses pemanasan yang cukup sehingga jumlah NaOH
titrasinya lebih rendah dibanding minyak VCO yaitu hanya
0,7 ml.
Minyak jelantah menempati posisi kedua untuk jumlah
asam lemak bebas terbanyak setelah minyak VCO yang
ditandai dengan jumlah NaOH titrasi sebanyak 4,1 ml. Hal
ini terjadi karena minyak jelantah adalah minyak yang
telah mengalami proses penggorengan secara berulang kali
sehingga telah teroksidasi. Dari proses oksidasi tersebut
akan menghasilkan asam lemak bebas. Sehingga semakin
banyak pengulangan penggorengan pada minyak,maka jumlah
asam lemak bebasnya akan semakin banyak. Berbeda dengan
minyak curah. Apabila pada minyak curah,belum digunakan
untuk menggoreng sehingga minyaknya belum mengalami
oksidasi sehingga jumlah asam lemak bebasnya lebih
sedikit yang ditandai dengan jumlah NaOH titrasinya
hanyalah 0,9 ml.
Pembuatan minyak jagung yang kaya manfaat
menggunakan metode pelarutan dilakukan dengan melarutkan
pelarut organik seperti n – Hexane (C6H14) ke biji
jagung yang telah digiling. Dalam proses ektraksi
ditambahkan beberapa bahan seperti garam (NaCl) dan NaOH
sebagai penurun kandungan asam lemak bebas, bleaching
earth dan karbon aktif sebagai penyerap warna agar lebih
jernih, dan ascorbyl palmitat sebagai sebagai penyerap
bau. Larutan minyak yang dihasilkan kemudian dipisahkan
melalui metode destilasi.Karena pada pembuatannya
ditambahkan dengan NaOH untuk menurunkan kandungan asam
lemak bebasnya,maka dari hasil uji telah terbukti bahwa
jumlah NaOH titrasi untuk minyak jagung hanyalah 0,1 ml.
Minyak kelapa goreng memiliki kadar asam lemak bebas
yang paling rendah. Minyak kelapa goreng terbuat dari
kopra. Serbuk kopra dipanaskan lalu diperas hingga
mengeluarkan minyak lalu disaring. Kemudian ditambahkan
senyawa alkali NaOH atau KOH untuk netralisasi atau
menghilangkan asam lemak bebas. Sehingga kandungan asam
lemak bebas dari minyak kelapa goreng rendah.
Percobaan minyak kelapa sawit merek Bimoli
membutuhkan NaOH sebanyak 0,3 ml. Perbedaan mendasar
dari minyak kelapa sawit kemasan dengan minyak kelapa
sawit curah adalah pada proses
pemurnian,penyulingan,penghilangan bau. Setelah kelapa
sawit berubah menjadi CPO, maka proses selanjutnya adalah
mengolah CPO menjadi minyak goreng sawit. Secara garis
besar proses pengolahan CPO menjadi minyak goreng sawit,
terdiri dari dua tahap yaitu tahap pemurnian (refinery) dan
pemisahan (fractionation) untuk mendapatkan fraksi bahan
padat (stearin) dan bahan cair (olein) dari minyak sawit.Tahap pemurnian terdiri dari penghilangan gum (degumming).
Minyak lalu disaring dan dijernihkan (bleaching). Setelah
itu penghilangan bau. Sehingga sebagai produk akhirnya
minyak kelapa sawit kemasan memiliki warna yang lebih
bening dari minyak curah dan kandungan asam lemak
bebasnya sedikit. Minyak sawit terdiri dari gliserida
campuran yang merupakan ester dari gliserol dan asam
lemak rantai panjang. Dua jenis asam lemak yang paling
dominan dalam minyak sawit yaitu asam palmitat, C16:0
(jenuh), dan asam oleat, C18:1 (tidak jenuh). Pada
pembuatan minyak kelapa sawit ada tahap perebusan sebagai
sterilizer yang bertujuan untuk membuat daging kelapa
sawit empuk dan menonaktifkan enzim lipase yang merupakan
katalisator pembentuk asam lemak bebas.
Untuk menghasilkan minyak kedelai, biji kedelai
dihancurkan, diatur kadar airnya, dipanaskan hingga
88 oC, digiling, dan minyaknya diekstraksi dengan
bantuan heksana. Setelah itu minyak kedelai dimurnikan
dengan membuang heksananya lalu diberikan bahan tambahan
sesuai dengan tujuan penggunaannya, terkadang
dihidrogenasi. Minyak kedelai murni maupun terhidrogenasi
berada dalam wujud cair pada temperatur ruang. Limbah
sisa pengolahan (tepung kedelai) dijadikan
bahan pakan hewan ternak. Di musim tanam tahun 2002-2003,
minyak kedelai yang dihasilkan di seluruh dunia mencapai
30.6 juta ton atau mencapai setengah dari seluruh minyak
nabati produksi dunia dan 30 persen dari produksi seluruh
lemak dan minyak (termasuk lemak dari hewan).
KESIMPULAN
Pada praktikum kerusakan minyak dapat disimpulkan
bahwa asam lemak bebas yang ada mempengaruhi banyaknya
NaOH yang dititrasi pada minyak. VCO (virgin coconut oil)
memiliki nilai titrasi NaOH yang tinggi yaitu sebesar 8,2
ml, karena pada proses pembuatan VCO tersebut yang
menggunakan proses hidrolisis. Selanjutnya minyak
jelantah dengan nilai titrasi NaOH sebnyak 4,1 ml yang
tertinggi kedua setelah VCO dikarenakan minyak jelantah
sudah mengalami proses pemanasan yang tinggi sehingga
terjadinya proses oksidasi yang bertambahnya asam lemak
bebas yang mempengaruhi kerusakan minyak.
DAFTAR PUSTAKA
Novarianto, Hengki. 2004. Pembuatan dan Pemanfaatan
Minyak Kelapa Murni. Penebar Swadaya: Jakarta.
Pahan, Iyung. 2006. Panduan Lengkap Kelapa Sawit:
Manajemen Agribisnis dari Hulu hingga Hilir.
Penebar Swadaya.
Rohman, A. dan Soemantri, 2007. Analisis Makanan. UGM
Press: Yogyakarta.
Salirawati, Das, Fitria Meilina K., Jamil
Suprihatiningrum. 2005. Belajar Kimia Secara
Menarik. PT Grasindo.
http://free-rawwatertreatment.blogspot.com/2011/05/asam-
lemak-bebas-dari-buah-kelapa-sawit.html (Diakses
pada: 23 Desember 2014)
http://www.psychologymania.com/2012/10/asam-lemak-
bebas.html (Diakses pada: 23 Desember 2014)