Disintegrasi Bangsa (Artikel Ilmiah)
Transcript of Disintegrasi Bangsa (Artikel Ilmiah)
UNITY IN DIVERSITY MELALUI PANCASILA
Arlin Muzdalifah (140210102104)
Abstract: Indonesia sebagai negara kepulauan, yang
memiliki keanekaragaman baik dilihat dari segi ras,
agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat sangat
rentan dengan potensi konflik yang terjadi dalam negeri
yang menimbulkan disintegrasi bangsa. Realita
permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, yaitu
memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa
yang menimbulkan ancaman disintegrasi bangsa, dan
melemahnya kemandirian bangsa. Terjadinya disintegrasi
bangsa, akan menimbulkan perpecahan bangsa Indonesia
sehingga bangsa ini dapat dijadikan sasaran empuk untuk
dijajah seperti zaman terdahulu sebelum Indonesia
merdeka. Dengan adanya Unity in Diversity, yang bermakna
akan kebhinnekaan Bangsa mampu menjadi akar dalam
mempersatukan keberagaman bangsa. Dan, hingga akhirnya
unity in diversity dikukuhkan menjadi semboyan negara
kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebutlah
yang menjadikan eksistensi pancasila tidak akan pernah
1 | P a g e
pudar. Tak pernah mati mesti arus modernisasi dan
globalisasi sangat keras.
Kata Kunci: Disintegrasi, Pancasila, Unity in diversity.
Abstract: The Indonesian archipelago, which has a good diversity in
terms of race, religion, language, ethnicity and customs are very vulnerable
to the potential conflict in the country that raises national disintegration.
Reality growing national problem today, namely the waning awareness of the
cultural values of the nation that poses a threat of national disintegration
and weakening of the independence of the nation. The disintegration of the
nation, will lead to the dismemberment of Indonesia so that this nation can
be a soft target for such colonized earlier time before Indonesia's
independence. With the Unity in Diversity, diversity Nations meaningful able
to be at the root of diversity in unifying the nation. And, until finally
confirmed as the unity in diversity of our country's motto, which is unity in
diversity. The motto is exactly what makes the existence of Pancasila will
never fade. Never die by modernization and globalization is very hard.
Keywords: Disintegration, Pancasila, Unity in diversity.
2 | P a g e
A. Pendahuluan
Berbicara tentang integrasi dan disintegrasi,
maka tidak dapat dipisahkan antara komponen- komponen
yang melakukan relasi didalamnya, pemerintahan dan
rakyat. Kedaulatan yang seyogyanya berada ditangan
rakyat, dan dimandatkan kepada pemerintah, sebagai
pihak yang dipercaya untuk mengemban amanah rakyat.
Komponen-komponen ini harus membentuk suatu sistem
sehingga tujuan dan cita-cita bangsa dapat terwujud.
Integrasi sendiri berasal dari bahasa inggris
“integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Terciptanya integrasi nasional perlu
adanya suatu jiwa maya asas spiritual, suatu
solidaritas yang besar yang terbentuk ari persamaan
yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah
dibuat dan bersedia dibuat lagi pada masa
depan. Sedangkan disintegrasi adalah suatu keadaan
tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah;
hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.
Disintegrasi secara harfiah dipahami sebagai
perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang
saling terpisah.
3 | P a g e
Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan
kebhinekaragaman. Selain itu, Indonesia juga
mempunyai wilayah yang sangat luas beserta sumber
daya alamanya yang melimpah. Keragaman yang ada bisa
merupakan sebagai potensi untuk memperkaya khazanah
bangsa sebagai bentuk persatuan dan kesatuan, tetapi
bisa juga menjadi sebuah potensi yang dapat
menimbulkan perpecahan. Ketika hal ini bisa
menyebabkan persatuan dan kesatuan bangsa, maka akan
semakin memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa.
Tetapi ketika keanekaragaman ini tidak bisa disikapi
dengan bijak, maka akan menyebabkan konflik- konflik
internal, yang jika dibiarkan dapat mengancam
persatuan dan kesatuan bangsa.
Pada realita saat ini, banyak konflik yang telah
terjadi di Indonesia. Ancaman tersebut tidak hanya
datang dari luar, tetapi juga dari dalam. Terbukti,
setelah perjuangan bangsa tercapai dengan
terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam
juga timbul dari yang bersifat kegiatan fisik sampai
yang idiologis. Kondisi seperti ini dapat terlihat
dengan meningkatnya konflik yang bernuansa SARA,
munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri
dari NKRI akibat dari ketidakpuasan dan perbedaan
4 | P a g e
kepentingan. Nasionalisme yang merupakan jati diri
bangsa yang kukuh sejak dulu pun kini mulai luntur.
Asas persamaan digerogoti oleh ketidakadilan
pengalokasian kekayaan yang tidak berimbang antara
pusat dan daerah selama ini. Menurut Aristoteles,
persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar,
merupakan salah satu sebab ancaman disintegrasi
bangsa, di samping instabilitas yang diakibatkan oleh
para pelaku politik yang tidak lagi bersikapnetral.
Meskipun barangkali filosof politik klasik
Aristoteles dianggap usang, namun bila dlihat dalam
konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan
sebagai acuan. Paling tidak untuk melihat sebab-sebab
munculnya disintegrasi bangsa. Maka menyikapi
berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari
berbagai daerah sudah barang tentu diperlukan
konsekuensi politik dan legitimasi bukan janji-janji
sebagaimana yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.
Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan
dan kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi ancaman
disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada posisi
yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional bangsa
Indonesia. Apabila kondisi seperti ini tidak segera
5 | P a g e
ditangani, maka akan berdampak pada disintegrasi
bangsa.
Kondisi bangsa ini juga semakin menunjukkan
perilaku tidak terpuji dan tidak menghargai budaya
bangsa yang tidak berdasarkan nilai-nilai dalam
Pancasila. Perilaku tidak terpuji tersebut antara
lain memudarnya sikap kebhinekaan dan
kegotongroyongan dalam kehidupan masyarakat
Indonesia. Di samping itu perilaku anarkisme dan
ketidakjujuran marak di kalangan peserta didik.
Seperti tawuran, menyontek dan plagiarisme. Di sisi
lain banyak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh para
pejabat negara sehingga korupsi semakin merajalela di
hampir semua instansi pemerintah. Perilaku-perilaku
tersebut, menunjukkan bahwa bangsa ini telah terbelit
oleh rendahnya moral, akhlak atau karakter.
Bahaya disintegrasi bangsa masih menghantui
bangsa ini mengingat pemerataan ekonomi dan
pembangunan belum tercapai sepenuhnya. Para pemimpin
Indonesia masih asyik bermain di panggung politik
sehingga berbagai permasalahan mendasar bangsa ini
seolah terlupakan. Dalam kondisi demikian, masyarakat
Islam Indonesia yang berada jauh dari akses informasi
6 | P a g e
akan mudah dibuai dan terbujuk oleh pemahaman
perlunya mendirikan sebuah negara Islam di Indonesia.
Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian
wilayah juga sudah berkembang sedemikian kuat. Bahkan
mendapatkan dukungan kuat sebagian masyarakat.
Segelintir elite politik lokal maupun elite politik
nasional dengan menggunakan beberapa isu global. isu
tersebut meliputi isu demokratisasi, HAM, lingkungan
hidup dan lemahnya penegakan hukum serta sistem
keamanan wilayah perbatasan.
Untuk mencegah ancaman disintegrasi, bangsa harus
kembali pada Pancasila yang merupakan ideologi bangsa
kita. Pancasila merupakan pedoman hidup bangsa kita
serta sumber dari segala sumber hukum, sumber nilai,
norma, serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara,
dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis seperti
Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau
dalam kedudukannya sebagai dasar Negara. Pancasila
mampu menyatukan ribuan perbedaan yang ada di Negeri
kita hanya dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.
Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Unity
in Diversity Melalui Pancasila” agar para pembaca
sadar akan kesatuan dan persatuan bangsa ini. Dan
7 | P a g e
memberi informasi pada pembaca bahwa dasar negara
kitalah yang nantinya akan menyelamatkan kita dari
ancaman disintegrasi.
B. Metodologi
Metode pengumpulan data yang digunakan adalah
kajian pustaka dengan teknik analisis deskriptif.
Multikulturalisme berasal dari dua kata; multi
(banyak/beragam) dan cultural (budaya atau
kebudayaan), yang secara etimologi berarti
keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami,
adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan
mesti dipahami sebagai semua dialektika manusia
terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan
banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya
verbal, bahasa dan lain-lain. (Yogi, 2013: 6).
Konsep tentang mutikulturalisme, sebagaimana
konsep ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan yang tidak
bebas nilai (value free), tidak luput dari pengayaan
maupun penyesuaian ketika dikaji untuk diterapkan.
Demikian pula ketika konsep ini masuk ke Indonesia,
yang dikenal dengan sosok keberagamannya. Muncul
konsep multikulturalisme yang dikaitkan dengan agama,
8 | P a g e
yakni ”multikulturalisme religius” yang menekankan
tidak terpisahnya agama dari negara, tidak mentolerir
adanya paham, budaya, dan orang-orang yang atheis.
Dalam konteks ini, multukulturalisme dipandangnya
sebagai pengayaan terhadap konsep kerukunan umat
beragama yang dikembangkan secara nasional (Yogi,
2013: 6).
Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman,
penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang,
serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang
budaya etnis orang lain (Yogi, 2013: 7).
Integrasi berasal dari bahasa inggris
“integration” yang berarti kesempurnaan atau
keseluruhan. Terciptanya integrasi nasional perlu
adanya suatu jiwa maya asas spiritual, suatu
solidaritas yang besar yang terbentuk ari persamaan
yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah
dibuat dan bersedia dibuat lagi pada masa depan
(Ernest Renan,1825-1892).
Disintegrasi adalah suatu keadaan tidak bersatu
padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan
atau persatuan; perpecahan.Disintegrasi secara
harfiah dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa
9 | P a g e
menjadi bagian-bagian yang saling terpisah
(Merriam,1994). Pengertian ini mengacu pada kata
kerja disintegrate, “to lose unity or intergrity by or as if by breaking
into parts”.
Dari hasil penelitian Poetranto (2003) beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya disintegrasi
bangsa :
a. Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari
pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik
yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk
memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh
dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya
dari negara tetangga atau daerah perbatasan,
daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar,
seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki
kakayaan alam yang berlimpah.
b. Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat
dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang
tidak merata merupakan faktor dari terjadinya
disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya
tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.
c. Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang
sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya
yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan
10 | P a g e
terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini
meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian
hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan
akibat dari pengelolaan.
d. Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan
pokok masalah didalam terjadinya konflik di
negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya
pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama
lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan
bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan
terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh
sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari
para tokoh agama mengenai pendalaman masalah
agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama
secara berkesinambungan.
e. Politik. Masalah politik merupakan aspek yang
paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak
nyamanan atau ketidak tenangan dalam
bermasyarakat dan sering mengakibatkan
konflik antar masyarakat yang berbeda faham
apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan
menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat.
Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan
pemerintah pusat yang diberlakukan pada
11 | P a g e
pemerintah daerah juga sering menimbulkan
perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul
konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan
didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-
hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang
sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan
bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar
partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan
nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak
adil akibat ketidak pastian hukum.
f. Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan
semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup
dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial
masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara
masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan
adanya praktek KKN.
g. Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya
bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila
tidak ditangani dengan bijaksana. Tata nilai
yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu
sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai
yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara
kelompok yang keras dan lebih modern dengan
kelompok yang relatif terbelakang.
12 | P a g e
h. Pertahanan Keamanan. Kemungkinan disintegrasi
bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan
dapat terjadi dari seluruh permasalahan aspek
asta gatra itu sendiri. Dilain pihak turunnya
wibawa TNI dan Polri akibat kesalahan dimasa lalu
dimana TNI dan Polri digunakan oleh penguasa
sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya
bukan sebagai alat pertahanan dan keamanan
negara.
Masalah disintegrasi bangsa merupakan masalah
yang sangat mengkhawatirkan kelangsungan hidup bangsa
ini. Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang
dimiliki masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai
masyarakat yang plural. Masyarakat yang plural juga
berpotensi dan sangat rentan terhadap kekerasan
etnik, baik yang dikonstruksi secara kultural maupun
politik. Bila etnisitas, agama, atau elemen
premordial lain muncul di pentas politik sebagai
prinsip paling dominan dalam pengaturan negara dan
bangsa, apalagi berkeinginan merubah sistem yang
selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman
disintegrasi bangsa dalam arti yang sebenarnya akan
terjadi di Indonesia.
13 | P a g e
Jean Jacques Rousseau dalam bukunya Du Contract
Social ou Principes du droit politique, melihat bahwa hubungan
individu dan negara harus didasarkan pada kesepakatan
untuk mencapai tujuan bersama. Adanyavolunte
generale (kehendak umum) yang merupakan cikal bakal
masyarakat sipil. Integrasi dimulai dari kontrak
sosial dan kesepakatan bersama, sedangkan
disintegrasi dapat terjadi ketika kontrak sosial dan
kesepakatan bersama mulai dilanggar. Kontrak sosial
bersifat terbuka dan relatif, hal ini akan kehilangan
legitimasi, ketika sadar atau tidak, rela atau
terpaksa, kesepakatan bersama sudah tidak ada lagi
(Rousseau: 1762).
Karakteristik Pancasila sebagai ideologi terbuka,
tentu sangat cocok bagi masyarakat Indonesia yang
notabene memiliki kemajemukan. Di samping, sudah
menjadi sebuah hakikat bahwa masyarakat akan
senantiasa berubah dan berkembang (Kansil, 2000).
Menurut argumentasi Nasikun struktur masyarakat
Indonesia ditandai oleh dua ciri yang bersifat unik,
yaitu:
(1) Secara horisontal, mereka ditandai kenyataan
(realitas) adanya kesatuan-kesatuan sosial
berdasarkan perbedaan-perbedaan kedaerahan.
14 | P a g e
(2) Secara vertikal masyarakat Indonesia ditandai
oleh perbedaan vertikal antara lapisan atas dan
lapisan bawah yang cukup tajam (Nasikun, 1993:
28).
Struktur masyarakat Indonesia yang demikian
beranekaragam, membawa akibat pada kerentanan
meletusnya fenomena konflik atau friksi. Namun,
berkat Pancasila yang fleksibel harusnya benih-benih
konflik atau friksi tersebut dapat dicegah. Sehingga,
integrasi nasional murni dan berkelanjutan akan
langgeng terpelihara.
C. Pembahasan
Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan
kebhinekaragaman. Keragaman yang ada bisa merupakan
sebagai potensi untuk memperkaya khazanah bangsa
sebagai bentuk persatuan dan kesatuan, tetapi bisa
juga menjadi sebuah potensi yang dapat menimbulkan
perpecahan. Ketika hal ini bisa menyebabkan persatuan
dan kesatuan bangsa, maka akan semakin memperkokoh
jati diri dan kepribadian bangsa. Tetapi ketika
keanekaragaman ini tidak bisa disikapi dengan bijak,
maka akan menyebabkan konflik- konflik internal, yang
15 | P a g e
jika dibiarkan dapat mengancam persatuan dan kesatuan
bangsa.
Secara sadar kita harus mengakui bahwa pasca
reformasi telah terjadi ancaman disintegrasi bangsa
yang mencakup lima wilayah.
Pertama. Kekerasan memisahkan diri di Timor-Timor
setelah jajak pendapat tahun 1999 yang pada akhirnya
lepas dari NKRI, di Aceh sebelum perundingan Helsinki
dan beberapa kasus di Papua.
Kedua. Kekerasan komunal berskala besar, baik
antar agama, intra agama, dan antar etnis yang
terjadi Kalimatan Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, dan
Kalimatan Tengah.
Ketiga. Kekerasan yang terjadi dalam skala kota
dan berlansung beberapa hari seperti peristiwa Mei
1998, huru-hara anti Cina di Tasikmalaya,
Banjarmasin, Situbondo dan Makassar.
Keempat. Kekerasan sosial akibat main hakim
sendiri seperti pertikaian antar desa dan pembunuhan
dukun santet di Jawa Timur 1998.
16 | P a g e
Kelima. Kekerasan yang terkait dengan terorisme
seperti yang terjadi di Bali dan Jakarta (Darmawan,
2010: Online).
Semua itu belum termasuk konflik kekerasan yang
diakibatkan Pilkada dan issu pemekaran yang
menggunakan rakyat sebagi objek kepentingan politik
kekuasaan para elit politik baik lokal maupun
nasional.
Perjalanan reformasi kadang-kadang melahirkan
ketidak pastian hukum dan mempertaruhkan esensi
demokrasi itu sendiri. Munculnya Perda-perda
bernuansa agama serta moralitas salah satu hasilnya
adalah lebih digunakan untuk mengalihkan perhatian
dari persoalan-persoalan riil didaerah yang tak mampu
dicarikan solusinya oleh para pemimpin daerah.
Apabila hal ini dapat dihayati dan diamalkan oleh
setiap warga negara maka akan terbangun rasa cinta
tanah air, oleh karena itu perlu mendefinisikan
kembali masa depan kebangsaan dan demokrasi Indonesia
yang menghargai keberagaman dalam berbagai perbedaan
sekaligus menumbuhkembangkan rasa persatuan dan
kesatuan dalam bingkai NKRI.
17 | P a g e
Saat inipun bangsa Indonesia justru makin banyak
menghadapi gejala-gejala disintegrasi. Misalnya,
secara vertikal ditandai oleh eksistensi gerakan-
gerakan separatisme bawah tanah (RMS, Gerakan
Organisasi Papua Merdeka, dan Separatisme Aceh) serta
secara horisontal oleh konflik-konflik antar kelompok
maupun etnis. Konflik horisontal indikasinya mudah
sekali dilihat di berbagai tempat seperti kerusuhan
Ambon, Aceh, Sampit, Poso, hingga kerusuhan
insidental menjelang atau pasca Pemilu. Belum lagi,
ketika melihat chaos antara masyarakat mayoritas dan
minoritas yang juga mendistorsi benih-benih menuju
integrasi nasional. Semisal contoh yang dilontarkan
oleh Peter Carey bahwa hubungan antara etnis Jawa
sebagai (mayoritas) dan China (minoritas) telah
diwarnai sikap pertentangan sejak era pemerintahan
Inggris di Pulau Jawa. Jika kondisi tersebut terus
dibiarkan, bukan muskil otoritarian mayoritas atau
tirani minoritas akan muncul (Handayono, 2010: 283).
Pluralisme Bangsa Indonesia yang beragam
menjadikan Bangsa ini sangat kaya akan suku Bangsa
sehingga tak ayal solidaritas dan integrasi bangsa
kerap kali terancam. Pancasila menjadi salah satu
“tameng” akan solidaritas diatas perbedaan lebih dari
18 | P a g e
sekitar 500 bangsa yang ada di Indonesia. Dan hal
tersebut menjadi salah satu eksotisme Bangsa
Indonesia yang disorot dunia. Unity in Diversity,
yang bermakna akan kebhinnekaan Bangsa mampu menjadi
akar dalam mempersatukan keberagaman Bangsa. Letak
geografis Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau,
keberagaman akan ras, agama, profesi, adat, tradisi
dan segala hal yang berkaitan dengan kesukuan
menjadikan Indonesia salah satu Nirwana akan
keberagaman yang ada. Hal itu juga yang merupakan
pembeda dengan negara-negara maju yang berada di
benua sebrang, misalnya seperti Amerika. Di Amerika,
suku yang paling dikenal hanya suku Indian
( Apache ). Hal tersebut berbanding terbalik dengan
keadaan yang ada di Indonesia, dimana di negeri kita
terdapat beragam suku bangsa Indonesia, seperti suku
Jawa, suku Madura, suku Bali, dan lain sebagainya.
Keberagaman yang plural, merupakan salah satu
tonggak kepribadian bangsa yang menyangkut harkat
solidaritas suku yang beragam. Dan, merupakan
kegagahan dari sebuah ideologi Bangsa Indonesia.
Pancasila mampu menyatukan ribuan perbedaan yang ada
di Negeri ini hanya dengan semboyan Bhinneka Tunggal
Ika. Dengan semboyan tersebut, pluralisme Bangsa
19 | P a g e
melebur menjadi satu kesatuan yang memiliki tatanan
ideologis yang sistematis. Bukan perkara mudah untuk
mengintegrasikan Bangsa Indonesia yang memiliki
masyarakat multikulturalisme tinggi. Tapi realita
memang menjawab segalanya. Tentang keberagaman,
persatuan, dan segala bentuk paham yang menjadikan
Indonesia memiliki sebuah ideologis yang memang mampu
dijadikan falsafah, dan pedoman Bangsa.
Dari sabang sampai Merauke, Indonesia membentang
sangat luas, merangkul berbagai multikultural yang
mengitari perbedaan masyarakat dan Bangsa Indonesia.
Merah putih, sang saka merah putih yang abadi
menyatukan Bangsa Indonesia sejak Indonesia
mendeklarasikan kemerdekaannya. Unity in diversity
melalui Pancasila mampu mengerahkan segala
permasalahan Bangsa yang berkaitan langsung dengan
integrasi dan keberagaman Bangsa. Indonesia yang
berpijak pada satu arus ideologi menjadikan Bangsa
Indonesia sebagai Bangsa yang memiliki nilai luhur
guna membuka segala indera warga Negara agar tidak
menutup diri dari realitas sosial yang pada faktanya
mereka merupakan bagian dari fragmen-fragmen
keberagaman meski kerap kali etnosentris memuncul
kepermukaan.
20 | P a g e
Masyarakat Indonesia yang tingkat
multikulturalnya tinggi mampu bertahan dan
mempertahankan keberadaan serta eksistensinya di
tengah-tengah arus modernisasi dunia, di satu sisi
keberagaman Bangsa Indonesia merupakan salah satu
khazanah luhur Bangsa yang memang sudah selayaknya
menjadi warisan Bangsa. Bukan Indonesia namanya jika
tidak mampu bergulat dengan keadaan yang multi
dimensional. Dimana di Indonesia memang menyimpan
beragam kekayaan budaya yang tak lain merupakan
rangkaian rantai yang didalamnya terdapat keberagaman
masyarakat Indonesia.
Banyak faktor yang melatarbelakangi keberadaan
unity in diversity atas Pancasila. Bahwasannya dalam
Pancasila yang notabene landasan idiil Bangsa memang
mampu merekatkan segala perpecahan sekalipun yang
terjadi di Bangsa Indonesia (konflik dalam negeri).
Dengan demikian Bangsa Indonesia menjadi Negara yang
tingkat separasinya mampu diatasi, dikendalikan, dan
bahkan di minimalisir. Saat muncul pertanyaan akan
keberagaman Bangsa Indonesia, kita pasti memandang
akan deretan barisan suku Bangsa yang terbagi dengan
rata di sepanjang kepulauan Indonesia. Tak lepas dari
keadaan yang ada seperti ini, Indonesia pun menjadi
21 | P a g e
punggawa dunia yang memang melestarikan khazanah
Bangsa. Bukan tak mungkin dengan beribu-ribu
kekakayaan Bangsa yang sedemikian banyak akan
mengancam eksistensi keberadaan multikultural suku
Bangsa yang bisa saja pudar seiring arus modernisasi
dan globalisasi. Namun, Pancasila selalu memiliki
cara jitu guna mencegah perpecahan yang dihadirkan
melalui segala jenis isu-isu global dan perbedaan
yang memang menjadi permasalahan utama.
Dan Indonesia disatukan dalam satu wadah, yakni
unity in diversity yang memang menjadi salah satu
tempat mewadahi segala perbedaan yang menyebar di
Negeri ini. Dan hingga akhirnya unity in diversity
dikukuhkan menjadi semboyan Negara kita, yaitu
Bhinneka Tunggal Ika. Eksistensi pancasila juga tidak
pernah pudar. Tak pernah mati mesti arus modernisasi
dan globalisasi sangat keras.
Kesimpulan
Dengan meletakkan kembali nilai-nilai yang terkandung
dalam Pancasila akan mampu menepis disintegrasi yang
terjadi dalam bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai
22 | P a g e
suku, golongan, agama, dan ras. Pancasila sebagai
ideologi bangsa mampu menyatukan berbagai perbedaan
tersebut hanya dengan simbol Bhineka Tunggal Ika. Unity
in Diversity, yang bermakna akan kebhinnekaan Bangsa ini
mampu menjadi akar dalam mempersatukan keberagaman
Bangsa.
Saran
Perlu adanya “Revolusi Mental” secara besar-besaran
seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo agar
moral bangsa dapat diperbaiki sehingga bisa
menempatkan sikapnya sebagai warga negara Indonesia.
Para instansi pemerintahan yang melakukan tindakan
melanggar etika harus benar-benar ditindaklanjuti,
agar tidak timbul kebencian dari masyarakat yang
nantinya berpengaruh pada perpecahan atau
disintegrasi bangsa.
23 | P a g e
Daftar Pustaka
Buku
Handoyo, Eko, dkk. 2010. Pancasila dalam Perspektif Kefilsafatan
dan Praksis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.
Kansil, C. S. T. 2000. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.
Jakarta: Pradnaya Paramita.
Nasikun. 1993. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo
Persada.
Rousseau, Jean-Jacques dan Lacroix, Pierre Firmin De.
1762. Du contrat social ou Principes du droit
politique. Paris: Marc. Michel Rev.
Merriam. 1994. Webster's New Encyclopedic Dictionary
Hardcover. Black Dog & Leventhal Pub.
Internet
Qarana, Pandhita Al. (Tanpa Tahun). Disintegrasi Bangsa.
http://www.scribd.com/doc/86754993/Makalah-
disintegrasi-bangsa. Tanggal akses: 20/09/2014 pukul:
09.45.
24 | P a g e
Yogi, Muhamad. 2013. Pengaruh Multikulturalisme Terhadap
Disintegrasi Nasional di Indonesia.
http://www.slideshare.net/Sugiessssss/pengaruh-
multikulturalisme-terhadap-disintegrasi-nasional-di-
indonesia-lengkap. [30 November 2013]. Tanggal akses:
20/09/2014 pukul: 09.57.
(Tanpa Nama). (Tanpa Tahun). RUU Kamnas: Integrasi atau
Disintegrasi Bangsa.
http://s1sosiologi.fisip.unsoed.ac.id/content/ruu-
kamnas-integrasi-atau-disintegrasi-bangsa. [02
Agustus 2012]. Tanggal akses: 20/09/2014 pukul:
10.00.
Darmawan, Andreas Adi, dkk. 2010. Pencegahan dan
Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa Sebagai
Rasa Persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal
Ika.
http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/11/pencegahan-
dan-penanggulangan-ancaman-disintegrasi-bangsa-
sebagai-rasa-persatuan-indonesia-atas-dasar-bhinneka-
tunggal-ika/. [23 November 2010]. Tanggal akses:
21/09/2014 pukul: 19.04.
Poetranto, Tri. 2003. Pengembangan Strategi Pertahanan
untuk Menanggulangi Kemungkinan Disintegrasi Bangsa
25 | P a g e
dalam Meningkatkan Ketahan
Sosial. http://buletinlitbang.dephan.go.i d . Tanggal
akses: 21/09/2014 pukul: 19.15.
26 | P a g e