Disintegrasi Bangsa (Artikel Ilmiah)

26
UNITY IN DIVERSITY MELALUI PANCASILA Arlin Muzdalifah (140210102104) Abstract: Indonesia sebagai negara kepulauan, yang memiliki keanekaragaman baik dilihat dari segi ras, agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat sangat rentan dengan potensi konflik yang terjadi dalam negeri yang menimbulkan disintegrasi bangsa. Realita permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, yaitu memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa yang menimbulkan ancaman disintegrasi bangsa, dan melemahnya kemandirian bangsa. Terjadinya disintegrasi bangsa, akan menimbulkan perpecahan bangsa Indonesia sehingga bangsa ini dapat dijadikan sasaran empuk untuk dijajah seperti zaman terdahulu sebelum Indonesia merdeka. Dengan adanya Unity in Diversity, yang bermakna akan kebhinnekaan Bangsa mampu menjadi akar dalam mempersatukan keberagaman bangsa. Dan, hingga akhirnya unity in diversity dikukuhkan menjadi semboyan negara kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebutlah yang menjadikan eksistensi pancasila tidak akan pernah 1 | Page

Transcript of Disintegrasi Bangsa (Artikel Ilmiah)

UNITY IN DIVERSITY MELALUI PANCASILA

Arlin Muzdalifah (140210102104)

Abstract: Indonesia sebagai negara kepulauan, yang

memiliki keanekaragaman baik dilihat dari segi ras,

agama, bahasa, suku bangsa dan adat istiadat sangat

rentan dengan potensi konflik yang terjadi dalam negeri

yang menimbulkan disintegrasi bangsa. Realita

permasalahan kebangsaan yang berkembang saat ini, yaitu

memudarnya kesadaran terhadap nilai-nilai budaya bangsa

yang menimbulkan ancaman disintegrasi bangsa, dan

melemahnya kemandirian bangsa. Terjadinya disintegrasi

bangsa, akan menimbulkan perpecahan bangsa Indonesia

sehingga bangsa ini dapat dijadikan sasaran empuk untuk

dijajah seperti zaman terdahulu sebelum Indonesia

merdeka. Dengan adanya Unity in Diversity, yang bermakna

akan kebhinnekaan Bangsa mampu menjadi akar dalam

mempersatukan keberagaman bangsa. Dan, hingga akhirnya

unity in diversity dikukuhkan menjadi semboyan negara

kita, yaitu Bhinneka Tunggal Ika. Semboyan tersebutlah

yang menjadikan eksistensi pancasila tidak akan pernah

1 | P a g e

pudar. Tak pernah mati mesti arus modernisasi dan

globalisasi sangat keras.

Kata Kunci: Disintegrasi, Pancasila, Unity in diversity.

Abstract: The Indonesian archipelago, which has a good diversity in

terms of race, religion, language, ethnicity and customs are very vulnerable

to the potential conflict in the country that raises national disintegration.

Reality growing national problem today, namely the waning awareness of the

cultural values of the nation that poses a threat of national disintegration

and weakening of the independence of the nation. The disintegration of the

nation, will lead to the dismemberment of Indonesia so that this nation can

be a soft target for such colonized earlier time before Indonesia's

independence. With the Unity in Diversity, diversity Nations meaningful able

to be at the root of diversity in unifying the nation. And, until finally

confirmed as the unity in diversity of our country's motto, which is unity in

diversity. The motto is exactly what makes the existence of Pancasila will

never fade. Never die by modernization and globalization is very hard.

Keywords: Disintegration, Pancasila, Unity in diversity.

2 | P a g e

A. Pendahuluan

Berbicara tentang integrasi dan disintegrasi,

maka tidak dapat dipisahkan antara komponen- komponen

yang melakukan relasi didalamnya, pemerintahan dan

rakyat. Kedaulatan yang seyogyanya berada ditangan

rakyat, dan dimandatkan kepada pemerintah, sebagai

pihak yang dipercaya untuk mengemban amanah rakyat.

Komponen-komponen ini harus membentuk suatu sistem

sehingga tujuan dan cita-cita bangsa dapat terwujud.

Integrasi sendiri berasal dari bahasa inggris

“integration” yang berarti kesempurnaan atau

keseluruhan. Terciptanya integrasi nasional perlu

adanya suatu jiwa maya asas spiritual, suatu

solidaritas yang besar yang terbentuk ari persamaan

yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah

dibuat dan bersedia dibuat lagi pada masa

depan.  Sedangkan disintegrasi adalah suatu keadaan

tidak bersatu padu atau keadaan terpecah belah;

hilangnya keutuhan atau persatuan; perpecahan.

Disintegrasi secara harfiah dipahami sebagai

perpecahan suatu bangsa menjadi bagian-bagian yang

saling terpisah.

3 | P a g e

Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan

kebhinekaragaman. Selain itu, Indonesia juga

mempunyai wilayah yang sangat luas beserta sumber

daya alamanya yang melimpah. Keragaman yang ada bisa

merupakan sebagai potensi untuk memperkaya khazanah

bangsa sebagai bentuk persatuan dan kesatuan, tetapi

bisa juga menjadi sebuah potensi yang dapat

menimbulkan perpecahan. Ketika hal ini bisa

menyebabkan persatuan dan kesatuan bangsa, maka akan

semakin memperkokoh jati diri dan kepribadian bangsa.

Tetapi ketika keanekaragaman ini tidak bisa disikapi

dengan bijak, maka akan menyebabkan konflik- konflik

internal, yang jika dibiarkan dapat mengancam

persatuan dan kesatuan bangsa.

Pada realita saat ini, banyak konflik yang telah

terjadi di Indonesia. Ancaman tersebut tidak hanya

datang dari luar, tetapi juga dari dalam. Terbukti,

setelah perjuangan bangsa tercapai dengan

terbentuknya NKRI, ancaman dan gangguan dari dalam

juga timbul dari yang bersifat kegiatan fisik sampai

yang idiologis. Kondisi seperti ini dapat terlihat

dengan meningkatnya konflik yang bernuansa SARA,

munculya gerakan-gerakan yang ingin memisahkan diri

dari NKRI  akibat  dari ketidakpuasan dan perbedaan

4 | P a g e

kepentingan. Nasionalisme yang merupakan jati diri

bangsa yang kukuh sejak dulu pun kini mulai luntur.

Asas persamaan digerogoti oleh ketidakadilan

pengalokasian kekayaan yang tidak berimbang antara

pusat dan daerah selama ini. Menurut Aristoteles,

persoalan asas kesejahteraan yang terlalu diumbar,

merupakan salah satu sebab ancaman disintegrasi

bangsa, di samping instabilitas yang diakibatkan oleh

para pelaku politik yang tidak lagi bersikapnetral.

Meskipun barangkali filosof politik klasik

Aristoteles dianggap usang, namun bila dlihat dalam

konteks masa kini, orientasinya tetap bisa dijadikan

sebagai acuan. Paling tidak untuk melihat sebab-sebab

munculnya disintegrasi bangsa. Maka menyikapi

berbagai kasus dan tuntutan yang mengemuka dari

berbagai daerah sudah barang tentu diperlukan

konsekuensi politik dan legitimasi bukan janji-janji

sebagaimana yang dikhawatirkan oleh banyak kalangan.

Dalam kecenderungan seperti itu, maka kewaspadaan

dan kesiapsiagaan nasional dalam menghadapi ancaman

disintegrasi bangsa harus ditempatkan pada posisi

yang tepat sesuai dengan kepentingan nasional bangsa

Indonesia. Apabila kondisi seperti ini tidak segera

5 | P a g e

ditangani, maka akan berdampak pada disintegrasi

bangsa.

Kondisi bangsa ini juga semakin menunjukkan

perilaku tidak terpuji dan tidak menghargai budaya

bangsa yang tidak berdasarkan nilai-nilai dalam

Pancasila. Perilaku tidak terpuji tersebut antara

lain memudarnya sikap kebhinekaan dan

kegotongroyongan dalam kehidupan masyarakat

Indonesia. Di samping itu perilaku anarkisme dan

ketidakjujuran marak di kalangan peserta didik.

Seperti tawuran, menyontek dan plagiarisme. Di sisi

lain banyak terjadi penyalahgunaan wewenang oleh para

pejabat negara sehingga korupsi semakin merajalela di

hampir semua instansi pemerintah. Perilaku-perilaku

tersebut, menunjukkan bahwa bangsa ini telah terbelit

oleh rendahnya moral, akhlak atau karakter.

Bahaya disintegrasi bangsa masih menghantui

bangsa ini mengingat pemerataan ekonomi dan

pembangunan belum tercapai sepenuhnya. Para pemimpin

Indonesia masih asyik bermain di panggung politik

sehingga berbagai permasalahan mendasar bangsa ini

seolah terlupakan. Dalam kondisi demikian, masyarakat

Islam Indonesia yang berada jauh dari akses informasi

6 | P a g e

akan mudah dibuai dan terbujuk oleh pemahaman

perlunya mendirikan sebuah negara Islam di Indonesia.

Ancaman disintegrasi bangsa dibeberapa bagian

wilayah juga sudah berkembang sedemikian kuat. Bahkan

mendapatkan dukungan kuat sebagian masyarakat.

Segelintir elite politik lokal maupun elite politik

nasional dengan menggunakan beberapa isu global. isu

tersebut meliputi isu demokratisasi, HAM, lingkungan

hidup dan lemahnya penegakan hukum serta sistem

keamanan wilayah perbatasan.

Untuk mencegah ancaman disintegrasi, bangsa harus

kembali pada Pancasila yang merupakan ideologi bangsa

kita. Pancasila merupakan pedoman hidup bangsa kita

serta sumber dari segala sumber hukum, sumber nilai,

norma, serta kaidah, baik moral maupun hukum Negara,

dan menguasai hukum dasar baik yang tertulis seperti

Undang-Undang Dasar maupun yang tidak tertulis atau

dalam kedudukannya sebagai dasar Negara. Pancasila

mampu menyatukan ribuan perbedaan yang ada di Negeri

kita hanya dengan semboyan Bhinneka Tunggal Ika.

Oleh karena itu, penulis mengangkat judul “Unity

in Diversity Melalui Pancasila” agar para pembaca

sadar akan kesatuan dan persatuan bangsa ini. Dan

7 | P a g e

memberi informasi pada pembaca bahwa dasar negara

kitalah yang nantinya akan menyelamatkan kita dari

ancaman disintegrasi.

B. Metodologi

Metode pengumpulan data yang digunakan adalah

kajian pustaka dengan teknik analisis deskriptif.

Multikulturalisme berasal dari dua kata; multi

(banyak/beragam) dan cultural (budaya atau

kebudayaan), yang secara etimologi berarti

keberagaman budaya. Budaya yang mesti dipahami,

adalah bukan budaya dalam arti sempit, melainkan

mesti dipahami sebagai semua dialektika manusia

terhadap kehidupannya. Dialektika ini akan melahirkan

banyak wajah, seperti sejarah, pemikiran, budaya

verbal, bahasa dan lain-lain. (Yogi, 2013: 6).

Konsep tentang mutikulturalisme, sebagaimana

konsep ilmu-ilmu sosial dan kemanusiaan yang tidak

bebas nilai (value free), tidak luput dari pengayaan

maupun penyesuaian ketika dikaji untuk diterapkan.

Demikian pula ketika konsep ini masuk ke Indonesia,

yang dikenal dengan sosok keberagamannya. Muncul

konsep multikulturalisme yang dikaitkan dengan agama,

8 | P a g e

yakni ”multikulturalisme religius” yang menekankan

tidak terpisahnya agama dari negara, tidak mentolerir

adanya paham, budaya, dan orang-orang yang atheis.

Dalam konteks ini, multukulturalisme dipandangnya

sebagai pengayaan terhadap konsep kerukunan umat

beragama yang dikembangkan secara nasional (Yogi,

2013: 6).

Multikulturalisme mencakup suatu pemahaman,

penghargaan serta penilaian atas budaya seseorang,

serta suatu penghormatan dan keingintahuan tentang

budaya etnis orang lain (Yogi, 2013: 7).

Integrasi berasal dari bahasa inggris

“integration” yang berarti kesempurnaan atau

keseluruhan. Terciptanya integrasi nasional perlu

adanya suatu jiwa maya asas spiritual, suatu

solidaritas yang besar yang terbentuk ari persamaan

yang timbul sebagai akibat pengorbanan yang telah

dibuat dan bersedia dibuat lagi pada masa depan

(Ernest Renan,1825-1892).  

Disintegrasi adalah suatu keadaan tidak bersatu

padu atau keadaan terpecah belah; hilangnya keutuhan

atau persatuan; perpecahan.Disintegrasi secara

harfiah dipahami sebagai perpecahan suatu bangsa

9 | P a g e

menjadi bagian-bagian yang saling terpisah

(Merriam,1994). Pengertian ini mengacu pada kata

kerja disintegrate, “to lose unity or intergrity by or as if by breaking

into parts”.

Dari hasil penelitian Poetranto (2003) beberapa

faktor yang mempengaruhi terjadinya disintegrasi

bangsa :

a. Geografi. Letak Indonesia yang terdiri dari

pulau-pulau dan kepulauan memiliki karakteristik

yang berbeda-beda. Daerah yang berpotensi untuk

memisahkan diri adalah daerah yang paling jauh

dari ibu kota, atau daerah yang besar pengaruhnya

dari negara tetangga atau daerah perbatasan,

daerah yang mempunyai pengaruh global yang besar,

seperti daerah wisata, atau daerah yang memiliki

kakayaan alam yang berlimpah.

b. Demografi. Pengaruh (perlakuan) pemerintah pusat

dan pemerataan atau penyebaran penduduk yang

tidak merata merupakan faktor dari terjadinya

disintegrasi bangsa, selain masih rendahnya

tingkat pendidikan dan kemampuan SDM.

c. Kekayaan Alam. Kekayaan alam Indonesia yang

sangat beragam dan berlimpah dan penyebarannya

yang tidak merata dapat menyebabkan kemungkinan

10 | P a g e

terjadinya disintegrasi bangsa, karena hal ini

meliputi hal-hal seperti pengelolaan, pembagian

hasil, pembinaan apabila terjadi kerusakan 

akibat dari pengelolaan.

d. Ideologi. Akhir-akhir ini agama sering dijadikan

pokok masalah didalam terjadinya konflik di

negara ini, hal ini disebabkan karena kurangnya

pemahaman terhadap agama yang dianut dan agama

lain. Apabila kondisi ini tidak ditangani dengan

bijaksana pada akhirnya dapat menimbulkan

terjadinya kemungkinan disintegrasi bangsa, oleh

sebab itu perlu adanya penanganan khusus dari

para tokoh agama mengenai pendalaman masalah

agama dan komunikasi antar pimpinan umat beragama

secara berkesinambungan.

e. Politik. Masalah politik merupakan aspek yang

paling mudah untuk menyulut berbagai ketidak

nyamanan atau ketidak tenangan dalam

bermasyarakat  dan  sering   mengakibatkan 

konflik   antar  masyarakat  yang berbeda faham

apabila tidak ditangani dengan bijaksana akan

menyebabkan konflik sosial di dalam masyarakat.

Selain itu ketidak sesuaian kebijakan-kebijakan

pemerintah pusat yang diberlakukan pada

11 | P a g e

pemerintah daerah juga sering menimbulkan

perbedaan kepentingan yang akhirnya timbul

konflik sosial karena dirasa ada ketidak adilan

didalam pengelolaan dan pembagian hasil atau hal-

hal lain seperti perasaan pemerintah daerah yang

sudah mampu mandiri dan tidak lagi membutuhkan

bantuan dari pemerintah pusat, konflik antar

partai, kabinet koalisi yang melemahkan ketahanan

nasional dan kondisi yang tidak pasti dan tidak

adil akibat ketidak pastian hukum.

f. Ekonomi. Krisis ekonomi yang berkepanjangan

semakin menyebabkan sebagian besar penduduk hidup

dalam taraf kemiskinan. Kesenjangan sosial

masyarakat Indonesia yang semakin lebar antara

masyarakat kaya dengan masyarakat miskin dan

adanya praktek KKN.

g. Sosial Budaya. Pluralitas kondisi sosial budaya

bangsa Indonesia merupakan sumber konflik apabila

tidak ditangani dengan bijaksana.  Tata nilai

yang berlaku di daerah yang satu tidak selalu

sama dengan daerah yang lain. Konflik tata nilai

yang sering terjadi saat ini yakni konflik antara

kelompok yang keras dan lebih modern dengan

kelompok yang relatif terbelakang.

12 | P a g e

h. Pertahanan Keamanan. Kemungkinan disintegrasi

bangsa dilihat dari aspek pertahanan keamanan

dapat terjadi dari seluruh permasalahan aspek

asta gatra  itu sendiri.   Dilain pihak turunnya

wibawa TNI dan Polri akibat kesalahan dimasa lalu

dimana TNI dan Polri digunakan oleh penguasa

sebagai alat untuk mempertahankan kekuasaannya

bukan sebagai alat pertahanan dan keamanan

negara.

Masalah disintegrasi bangsa merupakan masalah

yang sangat mengkhawatirkan kelangsungan hidup bangsa

ini. Bangsa Indonesia yang kaya dengan keragaman yang

dimiliki masyarakatnya menempatkan dirinya sebagai

masyarakat yang plural. Masyarakat yang plural juga

berpotensi dan sangat rentan terhadap kekerasan

etnik, baik yang dikonstruksi secara kultural  maupun

politik. Bila etnisitas, agama, atau elemen

premordial lain muncul di pentas politik sebagai

prinsip paling dominan dalam pengaturan negara dan

bangsa, apalagi berkeinginan merubah sistem yang

selama ini berlaku, bukan tidak mungkin ancaman

disintegrasi bangsa dalam arti yang sebenarnya akan

terjadi di Indonesia.

13 | P a g e

Jean Jacques Rousseau dalam bukunya Du Contract

Social ou Principes du droit politique, melihat bahwa hubungan

individu dan negara harus didasarkan pada kesepakatan

untuk mencapai tujuan bersama. Adanyavolunte

generale (kehendak umum) yang merupakan cikal bakal

masyarakat sipil. Integrasi dimulai dari kontrak

sosial dan kesepakatan bersama, sedangkan

disintegrasi dapat terjadi ketika kontrak sosial dan

kesepakatan bersama mulai dilanggar. Kontrak sosial

bersifat terbuka dan relatif, hal ini akan kehilangan

legitimasi, ketika sadar atau tidak, rela atau

terpaksa, kesepakatan bersama sudah tidak ada lagi

(Rousseau: 1762).

Karakteristik Pancasila sebagai ideologi terbuka,

tentu sangat cocok bagi masyarakat Indonesia yang

notabene memiliki kemajemukan. Di samping, sudah

menjadi sebuah hakikat bahwa masyarakat akan

senantiasa berubah dan berkembang (Kansil, 2000).

Menurut argumentasi Nasikun struktur masyarakat

Indonesia ditandai oleh dua ciri yang bersifat unik,

yaitu:

(1) Secara horisontal, mereka ditandai kenyataan

(realitas) adanya kesatuan-kesatuan sosial

berdasarkan perbedaan-perbedaan kedaerahan.

14 | P a g e

(2) Secara vertikal masyarakat Indonesia ditandai

oleh perbedaan vertikal antara lapisan atas dan

lapisan bawah yang cukup tajam (Nasikun, 1993:

28).

Struktur masyarakat Indonesia yang demikian

beranekaragam, membawa akibat pada kerentanan

meletusnya fenomena konflik atau friksi. Namun,

berkat Pancasila yang fleksibel harusnya benih-benih

konflik atau friksi tersebut dapat dicegah. Sehingga,

integrasi nasional murni dan berkelanjutan akan

langgeng terpelihara.

C. Pembahasan

Indonesia merupakan bangsa yang kaya akan

kebhinekaragaman. Keragaman yang ada bisa merupakan

sebagai potensi untuk memperkaya khazanah bangsa

sebagai bentuk persatuan dan kesatuan, tetapi bisa

juga menjadi sebuah potensi yang dapat menimbulkan

perpecahan. Ketika hal ini bisa menyebabkan persatuan

dan kesatuan bangsa, maka akan semakin memperkokoh

jati diri dan kepribadian bangsa. Tetapi ketika

keanekaragaman ini tidak bisa disikapi dengan bijak,

maka akan menyebabkan konflik- konflik internal, yang

15 | P a g e

jika dibiarkan dapat mengancam persatuan dan kesatuan

bangsa.

Secara sadar kita harus mengakui bahwa pasca

reformasi telah terjadi ancaman disintegrasi bangsa

yang mencakup lima wilayah.

Pertama. Kekerasan memisahkan diri di Timor-Timor

setelah jajak pendapat tahun 1999 yang pada akhirnya

lepas dari NKRI, di Aceh sebelum perundingan Helsinki

dan beberapa kasus di Papua.

Kedua. Kekerasan komunal berskala besar, baik

antar agama, intra agama, dan antar etnis yang

terjadi Kalimatan Barat, Maluku, Sulawesi Tengah, dan

Kalimatan Tengah.

Ketiga. Kekerasan yang terjadi dalam skala kota

dan berlansung beberapa hari seperti peristiwa Mei

1998, huru-hara anti Cina di Tasikmalaya,

Banjarmasin, Situbondo dan Makassar.

Keempat. Kekerasan sosial akibat main hakim

sendiri seperti pertikaian antar desa dan pembunuhan

dukun santet di Jawa Timur 1998.

16 | P a g e

Kelima. Kekerasan yang terkait dengan terorisme

seperti yang terjadi di Bali dan Jakarta (Darmawan,

2010: Online).

Semua itu belum termasuk konflik kekerasan yang

diakibatkan Pilkada dan issu pemekaran yang

menggunakan rakyat sebagi objek kepentingan politik

kekuasaan para elit politik baik lokal maupun

nasional.

Perjalanan reformasi kadang-kadang melahirkan

ketidak pastian hukum dan mempertaruhkan esensi

demokrasi itu sendiri. Munculnya Perda-perda

bernuansa agama serta moralitas salah satu hasilnya

adalah lebih digunakan untuk mengalihkan perhatian

dari persoalan-persoalan riil didaerah yang tak mampu

dicarikan solusinya oleh para pemimpin daerah.

Apabila hal ini dapat dihayati dan diamalkan oleh

setiap warga negara maka akan terbangun rasa cinta

tanah air, oleh karena itu perlu mendefinisikan

kembali masa depan kebangsaan dan demokrasi Indonesia

yang menghargai keberagaman dalam berbagai perbedaan

sekaligus menumbuhkembangkan rasa persatuan dan

kesatuan dalam bingkai NKRI.

17 | P a g e

Saat inipun bangsa Indonesia justru makin banyak

menghadapi gejala-gejala disintegrasi. Misalnya,

secara vertikal ditandai oleh eksistensi gerakan-

gerakan separatisme bawah tanah (RMS, Gerakan

Organisasi Papua Merdeka, dan Separatisme Aceh) serta

secara horisontal oleh konflik-konflik antar kelompok

maupun etnis. Konflik horisontal indikasinya mudah

sekali dilihat di berbagai tempat seperti kerusuhan

Ambon, Aceh, Sampit, Poso, hingga kerusuhan

insidental menjelang atau pasca Pemilu. Belum lagi,

ketika melihat chaos antara masyarakat mayoritas dan

minoritas yang juga mendistorsi benih-benih menuju

integrasi nasional. Semisal contoh yang dilontarkan

oleh Peter Carey bahwa hubungan antara etnis Jawa

sebagai (mayoritas) dan China (minoritas) telah

diwarnai sikap pertentangan sejak era pemerintahan

Inggris di Pulau Jawa. Jika kondisi tersebut terus

dibiarkan, bukan muskil otoritarian mayoritas atau

tirani minoritas akan muncul (Handayono, 2010: 283).

Pluralisme Bangsa Indonesia yang beragam

menjadikan Bangsa ini sangat kaya akan suku Bangsa

sehingga tak ayal solidaritas dan integrasi bangsa

kerap kali terancam. Pancasila menjadi salah satu

“tameng” akan solidaritas diatas perbedaan lebih dari

18 | P a g e

sekitar 500 bangsa yang ada di Indonesia. Dan hal

tersebut menjadi salah satu eksotisme Bangsa

Indonesia yang disorot dunia. Unity in Diversity,

yang bermakna akan kebhinnekaan Bangsa mampu menjadi

akar dalam mempersatukan keberagaman Bangsa. Letak

geografis Indonesia yang terdiri atas ribuan pulau,

keberagaman akan ras, agama, profesi, adat, tradisi

dan segala hal yang berkaitan dengan kesukuan

menjadikan Indonesia salah satu Nirwana akan

keberagaman yang ada. Hal itu juga yang merupakan

pembeda dengan negara-negara maju yang berada di

benua sebrang, misalnya seperti Amerika. Di Amerika,

suku yang paling dikenal hanya suku Indian

( Apache ). Hal tersebut berbanding terbalik dengan

keadaan yang ada di Indonesia, dimana di negeri kita

terdapat beragam suku bangsa Indonesia, seperti suku

Jawa, suku Madura, suku Bali, dan lain sebagainya.

Keberagaman yang plural, merupakan salah satu

tonggak kepribadian bangsa yang menyangkut harkat

solidaritas suku yang beragam. Dan, merupakan

kegagahan dari sebuah ideologi Bangsa Indonesia.

Pancasila mampu menyatukan ribuan perbedaan yang ada

di Negeri ini hanya dengan semboyan Bhinneka Tunggal

Ika. Dengan semboyan tersebut, pluralisme Bangsa

19 | P a g e

melebur menjadi satu kesatuan yang memiliki tatanan

ideologis yang sistematis. Bukan perkara mudah untuk

mengintegrasikan Bangsa Indonesia yang memiliki

masyarakat multikulturalisme tinggi. Tapi realita

memang menjawab segalanya. Tentang keberagaman,

persatuan, dan segala bentuk paham yang menjadikan

Indonesia memiliki sebuah ideologis yang memang mampu

dijadikan falsafah, dan pedoman Bangsa.

Dari sabang sampai Merauke, Indonesia membentang

sangat luas, merangkul berbagai multikultural yang

mengitari perbedaan masyarakat dan Bangsa Indonesia.

Merah putih, sang saka merah putih yang abadi

menyatukan Bangsa Indonesia sejak Indonesia

mendeklarasikan kemerdekaannya. Unity in diversity

melalui Pancasila mampu mengerahkan segala

permasalahan Bangsa yang berkaitan langsung dengan

integrasi dan keberagaman Bangsa. Indonesia yang

berpijak pada satu arus ideologi menjadikan Bangsa

Indonesia sebagai Bangsa yang memiliki nilai luhur

guna membuka segala indera warga Negara agar tidak

menutup diri dari realitas sosial yang pada faktanya

mereka merupakan bagian dari fragmen-fragmen

keberagaman meski kerap kali etnosentris memuncul

kepermukaan.

20 | P a g e

Masyarakat Indonesia yang tingkat

multikulturalnya tinggi mampu bertahan dan

mempertahankan keberadaan serta eksistensinya di

tengah-tengah arus modernisasi dunia, di satu sisi

keberagaman Bangsa Indonesia merupakan salah satu

khazanah luhur Bangsa yang memang sudah selayaknya

menjadi warisan Bangsa. Bukan Indonesia namanya jika

tidak mampu bergulat dengan keadaan yang multi

dimensional. Dimana di Indonesia memang menyimpan

beragam kekayaan budaya yang tak lain merupakan

rangkaian rantai yang didalamnya terdapat keberagaman

masyarakat Indonesia.

Banyak faktor yang melatarbelakangi keberadaan

unity in diversity atas Pancasila. Bahwasannya dalam

Pancasila yang notabene landasan idiil Bangsa memang

mampu merekatkan segala perpecahan sekalipun yang

terjadi di Bangsa Indonesia (konflik dalam negeri).

Dengan demikian Bangsa Indonesia menjadi Negara yang

tingkat separasinya mampu diatasi, dikendalikan, dan

bahkan di minimalisir. Saat muncul pertanyaan akan

keberagaman Bangsa Indonesia, kita pasti memandang

akan deretan barisan suku Bangsa yang terbagi dengan

rata di sepanjang kepulauan Indonesia. Tak lepas dari

keadaan yang ada seperti ini, Indonesia pun menjadi

21 | P a g e

punggawa dunia yang memang melestarikan khazanah

Bangsa. Bukan tak mungkin dengan beribu-ribu

kekakayaan Bangsa yang sedemikian banyak akan

mengancam eksistensi keberadaan multikultural suku

Bangsa yang bisa saja pudar seiring arus modernisasi

dan globalisasi. Namun, Pancasila selalu memiliki

cara jitu guna mencegah perpecahan yang dihadirkan

melalui segala jenis isu-isu global dan perbedaan

yang memang menjadi permasalahan utama.

Dan Indonesia disatukan dalam satu wadah, yakni

unity in diversity yang memang menjadi salah satu

tempat mewadahi segala perbedaan yang menyebar di

Negeri ini. Dan hingga akhirnya unity in diversity

dikukuhkan menjadi semboyan Negara kita, yaitu

Bhinneka Tunggal Ika. Eksistensi pancasila juga tidak

pernah pudar. Tak pernah mati mesti arus modernisasi

dan globalisasi sangat keras.

Kesimpulan

Dengan meletakkan kembali nilai-nilai yang terkandung

dalam Pancasila akan mampu menepis disintegrasi yang

terjadi dalam bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai

22 | P a g e

suku, golongan, agama, dan ras. Pancasila sebagai

ideologi bangsa mampu menyatukan berbagai perbedaan

tersebut hanya dengan simbol Bhineka Tunggal Ika. Unity

in Diversity, yang bermakna akan kebhinnekaan Bangsa ini

mampu menjadi akar dalam mempersatukan keberagaman

Bangsa.

Saran

Perlu adanya “Revolusi Mental” secara besar-besaran

seperti yang dikatakan oleh Presiden Joko Widodo agar

moral bangsa dapat diperbaiki sehingga bisa

menempatkan sikapnya sebagai warga negara Indonesia.

Para instansi pemerintahan yang melakukan tindakan

melanggar etika harus benar-benar ditindaklanjuti,

agar tidak timbul kebencian dari masyarakat yang

nantinya berpengaruh pada perpecahan atau

disintegrasi bangsa.

23 | P a g e

Daftar Pustaka

Buku

Handoyo, Eko, dkk. 2010. Pancasila dalam Perspektif Kefilsafatan

dan Praksis. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Kansil, C. S. T. 2000. Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945.

Jakarta: Pradnaya Paramita.

Nasikun. 1993. Sistem Sosial Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo

Persada.

Rousseau, Jean-Jacques dan Lacroix, Pierre Firmin De.

1762. Du contrat social ou Principes du droit

politique. Paris: Marc. Michel Rev.

Merriam. 1994. Webster's New Encyclopedic Dictionary

Hardcover. Black Dog & Leventhal Pub.

Internet

Qarana, Pandhita Al. (Tanpa Tahun). Disintegrasi Bangsa.

http://www.scribd.com/doc/86754993/Makalah-

disintegrasi-bangsa. Tanggal akses: 20/09/2014 pukul:

09.45.

24 | P a g e

Yogi, Muhamad. 2013. Pengaruh Multikulturalisme Terhadap

Disintegrasi Nasional di Indonesia.

http://www.slideshare.net/Sugiessssss/pengaruh-

multikulturalisme-terhadap-disintegrasi-nasional-di-

indonesia-lengkap. [30 November 2013]. Tanggal akses:

20/09/2014 pukul: 09.57.

(Tanpa Nama). (Tanpa Tahun). RUU Kamnas: Integrasi atau

Disintegrasi Bangsa.

http://s1sosiologi.fisip.unsoed.ac.id/content/ruu-

kamnas-integrasi-atau-disintegrasi-bangsa. [02

Agustus 2012]. Tanggal akses: 20/09/2014 pukul:

10.00.

Darmawan, Andreas Adi, dkk. 2010. Pencegahan dan

Penanggulangan Ancaman Disintegrasi Bangsa Sebagai

Rasa Persatuan Indonesia atas dasar Bhinneka Tunggal

Ika.

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/11/pencegahan-

dan-penanggulangan-ancaman-disintegrasi-bangsa-

sebagai-rasa-persatuan-indonesia-atas-dasar-bhinneka-

tunggal-ika/. [23 November 2010]. Tanggal akses:

21/09/2014 pukul: 19.04.

Poetranto, Tri. 2003. Pengembangan Strategi Pertahanan

untuk Menanggulangi Kemungkinan Disintegrasi Bangsa

25 | P a g e

dalam Meningkatkan Ketahan

Sosial.  http://buletinlitbang.dephan.go.i d . Tanggal

akses: 21/09/2014 pukul: 19.15.

26 | P a g e