artikel ilmiah pengaruh proporsi serat abaka dan semen ...

15
ARTIKEL ILMIAH PENGARUH PROPORSI SERAT ABAKA DAN SEMEN PORTLAND TERHADAP KEKUATAN PATAH PAPAN KOMPOSIT MENGGUNAKAN METODE ANOVA The Impact of Proportion of Abaka Fiber and Portland Cement on the Fracture Strength of Composite Board Using ANOVA Method Tugas Akhir Untuk memenuhi sebagai persyaratan Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil Oleh: YUSUF YUSRIL F1A 016 168 JURUSAN TEKNIK SIPIL FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MATARAM 2021

Transcript of artikel ilmiah pengaruh proporsi serat abaka dan semen ...

ARTIKEL ILMIAH

PENGARUH PROPORSI SERAT ABAKA DAN SEMEN PORTLAND

TERHADAP KEKUATAN PATAH PAPAN KOMPOSIT

MENGGUNAKAN METODE ANOVA

The Impact of Proportion of Abaka Fiber and Portland Cement on the Fracture Strength

of Composite Board Using ANOVA Method

Tugas Akhir

Untuk memenuhi sebagai persyaratan

Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Teknik Sipil

Oleh:

YUSUF YUSRIL

F1A 016 168

JURUSAN TEKNIK SIPIL

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS MATARAM

2021

PENGARUH PROPORSI SERAT ABAKA DAN SEMEN PORTLAND

TERHADAP KEKUATAN PATAH PAPAN KOMPOSIT

MENGGUNAKAN METODE ANOVA

Diana Ramadan1, Jauhar fajrin, S.T., M.Sc Eng., Ph.D.2, Hariyadi, S.T., M.Sc Eng., Dr.Eng.2

1mahasiswa Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram

2Dosen Jurusan Teknik Sipil Universitas Mataram

Jurusan Teknik Sipil, Fakultas Teknik, Universitas Mataram

ABSTRAK

Pada saat ini papan komposit banyak diminati masyarakat untuk keperluan furnitur atau komponen

interior maupun eksterior, selain biaya produksi yang ekonomis, karakteristik yang dihasilkan juga hampir sama

dengan produk papan kayu hutan. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh proporsi semen dan

serat abaka terhadap sifat fisik dan mekanik papan komposit.

Dalam penelitian ini digunakan beberapa faktor kontrol seperti proporsi semen, proporsi serat, ukuran

serat, dan persentase katalisator. Dengan perbandingan acuan berat serat dan semen 1:9.3, 1:10, 1:11, 1:12, dan

1:13. Pembuatan papan dilakukan menggunakan cetakan berukuran 20 x 5 x 1 cm, setelah itu dilakukan

pengempaan pendahuluan secara manual dengan cara ditekan dan menutup bagian atas mat dengan plat penutup

dengan diberi tekanan, kemudian dilakukan pengkleman selama 24 jam, setelah itu cetakan dibuka dan

dikeringkan selama 28 hari. Pengujian karakteristik papan dilakukan dengan mengamati parameter sifat fisik dan

mekaniknya, berdasarkan standar JIS A 5908 (2003) yaitu: kerapatan, kadar air dan kuat patah (MOR).

Hasil pengujian sifat mekanik, didapatkan perbedaan yang signifikan antara perlakuan CaCl2 dengan

perlakuan NaOH. Perbandingan komposisi bahan dan faktor perlakuan sangat mempengaruhi sifat fisik dan

mekanik papan komposit. Untuk perlakuan perendaman serat dengan NaOH tidak disarankan untuk penelitian

selanjutnya karena hasil dari pengujian kuat patah yang tidak memenuhi standar.

Abstrak: papan komposit, anova, serat, abaka

PENDAHULUAN

Latar belakang

Pada saat ini papan komposit banyak

diminati masyarakat untuk keperluan furnitur atau

komponen interior maupun eksterior, selain biaya

produksi yang ekonomis, karakteristik yang

dihasilkan juga hampir sama dengan produk papan

kayu hutan. Papan komposit adalah salah satu

alternatif untuk menghasilkan material yang dari

sifat mekaniknya lebih baik dari material lainnya,

terdiri dari dua atau lebih fase yang diproses secara

terpisah dan kemudian diikat secara bersama-sama

untuk menghasilkan sifat-sifat superior dari

material-material pembentuknya. Pembuatan papan

komposit semen dan serat memberikan jalan

pemecahan limbah lignoselulosa disamping

menghasilkan produk dengan sifat spesifik. papan

serat secara umum adalah bahan kimia yang

dibutuhkan sangat sedikit sehingga lebih ramah

lingkungan.Pembuatan papan serat memberikan

jalan pemecahan limbah lignoselulosa disamping

menghasilkan produk dengan sifat spesifik. papan

serat secara umum adalah bahan kimia yang

dibutuhkan sangat sedikit sehingga lebih ramah

lingkungan.

Berdasarkan cara pembentukan (mat

forming), papan serat dibedakan menjadi 3 yaitu

cara basah, cara setengah kering dan cara kering.

Sedangkan berdasarkan cara pengempaan yang

dikombinasikan dengan cara pembentukan mat

dapat dibedakan menjadi produk papan serat adalah

papan serat porus, dua permukaan kasar (S-O-S),

papan serat medium atau keras, satu permukaan licin

(S-1-S), dan papan serat medium atau keras, dua

permukaan licin (S-2-S). Menurut Kollman et al.

(1975), klasifikasi papan serat seperti yang

dilakukan oleh FAO, USDA dan ISO hanya

berdasarkan kerapatan cara membuatnya, sementara

ada beberapa faktor lain yang dapat dijadikan

sebagai pertimbangan dalam klasifikasi papan serat

tersebut. Faktor–faktor tersebut adalah tipe bahan

baku dan cara penguraian serat ,cara pembentukan

mat, kerapatan papan jenis dan tempat penggunaan

,dan jenis bahan penolog/pelengkap. Dengan

mempertimbangkan kelima faktor tersebut, maka

klasifikasi berdasarkan kerapatan akan lebih

lengkap dan tepat sesuai dengan kualitas papan serat

dan penggunaannya. Hal tersebut sangat relevan

dengan kualitas papan serat di samping

memperpanjang umur pakai produk dan dapat

meningkatkan efisiesi pemakaian.

Keuntungan pemakaian serat alam

dibandingkan dengan serat sintetis antara lain adalah

sumber bisa diperbarui dan berkelanjutan, dapat

didaur ulang, lebih ringan, energi yang diperlukan

untuk memproduksi lebih rendah, tersedia dalam

jumlah banyak dan lebih murah. Dari aspek teknis,

serat alam mudah didegradasi, kekuatan spesifik

lebih baik, sifat akustik dan thermal baik.

Pemanfaatan serat alam sebagai filler komposit telah

diaplikasikan secara komersial di berbagai bidang

seperti bidang konstruksi dan otomotif. Di antara

berbagai jenis serat alam, ada serat abaka (Musa

Textilis Nee) termasuk dalam pisang-pisangan

(Musacease) yang dikategorikan sebagai pisang

jantan, yang bisa dijadikan produksi utama berupa

serat (fiber) yang terkenal dalam perdagangan

internasional sebagai serat berkualitas tinggi, sebab

serat pisang abaka ini tahan terhadap air garam

sehingga banyak digunakan sebagai pembungkus

kabel bawah laut atau tali temali pada kapal.

Serat abaka sebagai elemen penguat sangat

menentukan sifat mekanik dari komposit karena

meneruskan beban yang didistribusikan oleh matrik.

Orientasi volume dan pola anyaman adalah faktor

yang mempengaruhi property mekanik dari

komposit. Serat abaka yang dikombinasi dengan

semen sebagai matrik, dapat menghasilkan

komposit alternatif berupa papan komposit. Dengan

memvariasikan fraksi volume, serat abaka

diharapkan mendapat hasil property mekanik

komposit yang maksimal untuk mendukung

pemanfaatan komposit alternatif tersebut.

Penelitian ini adalah untuk meneliti

pengaruh proporsi serat abaka dengan variable

respon yang akan diteliti adalah kuat patah (MOR)

pada pembuatan papan komposit terhadap serat

semen dengan mengaplikasikan metode analysis of

variance (ANOVA). Pengaplikasian metode statik

ini di maksud untuk menghasilkan kesimpulan yang

lebih akuran dan terencana. Melalui metode ini,

analisis data dapat dilakukan secara mendalam

dengan tidak hanya membandingkan nilai rata-rata.

Landasan Teori

Material Komposit

Komposit terbentuk dari dua atau lebih

komponen (bahan penguat dan matriks) memiliki

karakteristik yang berbeda dengan bahan-bahan

pembentuknya dengan secara makrokopis dicampur

dengan tetap memiliki batas fasa yang jelas, dan

teridentifikasi (Bhagwan, 1990). Salah satu contoh

paling mudah dari material komposit adalah beton

cor yang tersusun atas campuran dari pasir, batu

koral, semen, besi, dan air. Nampak bahwa material-

material penyebut tersebut memiliki sifat-sifat yang

berbeda-beda, namun ketika dicampurkan dengan

perbandingan serta teknik tertentu akan

menghasilkan beton yang sangat kuat, keras, dan

tahan terhadap berbagai cuaca. Material komposit

tersusun atas dua tipe material penyusun yakni

matriks dan fiber (reinforcement). Keduanya

memiliki fungsi yang berbeda, fiber berfungsi

sebagai material rangka yang menyusun komposit,

sedangkan matriks berfungsi untuk merekatkan fiber

dan menjaganya agar tidak berubah posisi.

Campuran keduanya akan menghasilkan material

yang keras, kuat, namun ringan. Dalam penelitian

ini, komposit terdiri dari matriks (semen) dan serat

(pisang abaka), salah satu keuntungan material

komposit ini adalag berat yang lebih ringan,

kekuatan yang lebih tinggi, tahan korosi, memiliki

biaya perakitan yang lebih murah, kemampuan

material dapat diarahkan sehingga kekuatannya

diatur hanya pada arah tertentu yang kita kehendaki,

hal ini dinamakan “tailoring properties” (Sinarep

dkk, 2011).

Bahan Penguat (Serat Abaka)

Serat berfungsi sebagai penguat untuk

menahan beban. Serat dapat diklarifikasikan

menjadi 2 berdasarkan material pembentuknya yaitu

serat alam (Natural Fiber) dan serat sintetis

(Synthetic Fiber). Berikut pada tabel di bawah ini

akan disajikan kelebihan serta kekurangan serat

alam dan serat sintetis beserta contohnya. Serat alam

yang digunakan dalam penelitian kali ini adalah

serat Pisang Abaka. Pisang Abaka (Musa Textilis)

adalah salah satu spesies pisang yang merupakan

tumbuhan asli Filipina, namun tumbuh liar ini

tumbuh dengan baik di Kalimantan dan Sumatera.

Serat pisang ini diambil dari batangnya yang

dikeringkan, dan dari serat ini dapat dibentuk

menjadi benang. Penanaman Pisang Abaka untuk

tujuan komersil mulai diminati di Indonesia.

Sejumlah investor telah menanamkan modalnya di

Jawa Timur dan Sulawesi Tengah untuk menanam

pisang jenis ini.

Bahan Pengikat / Matriks (Semen PCC)

Matriks dalam komposit berfungsi sebagai

bahan pengikat serat menjadi sebuah unit struktur,

melindungi bahan penguat dari perusakan ekternal,

meneruskan atau memindahkan beban eksternal

pada bidan geser antara serat dan matrik, sehingga

matrik dan serat saling berhubungan (Schwartz,

1996). Sedangkan menurut (Moncrieff, R.W, 1975),

matriks atau pengisi ruang komposit yang diperkuat

dengan serat memegang peranan yang tidak kalah

penting dalam mentransfer tegangan antara matriks,

melindungi dari kondisi lingkungan luar dan

menjaga permukaan serat dari pengikisan.

Jenis matriks yang digunakan pada

penelitian kali ini adalah matriks semen PCC Type I

(Portland Composite Cement Type 1) yang biasa

digunakan secara umum serta tidak memerlukan

persyaratan khusus. Matriks semen ini tergolong

dalam Ceramic matrix composite (CMC). (Heidi

Duma, 2008) Dalam pengertian umum, Semen

merupakan istilah yang umum digunakan untuk

menggambarkan campuran bahan organik dan

anorganik yang menyusunnya. Secara umum semen

adalah material yang mempunyai sifat adhesive dan

kohesif yang dapat mengikat butiran-butiran mineral

menjadi satu kesatuan yang kompak. Dalam

pengertian sehari-hari semen yang dikenal

merupakan Hydraulic Cement atau Semen Hidrolis

karena kemampuannya bereaksi dengan air dan

mengeras dalam kondisi tanpa udara. Kemampuan

mengeras dalam kondisi tanpa udara

membedakannya dengan semen lainnya yang dapat

bereaksi dengan air akan tetapi proses reaksinya

masih tergantung kepada karbondioksida untuk

mendapatkan peningkatan tegangan dalam proses

pengerasannya.

Alkalisasi

Alkalisasi pada serat alam adalah metode

yang telah digunakan untuk menghasilkan serat

berkualitas tinggi. Alkalisasi pada serat merupakan

metode perendaman serat ke dalam basa alkali.

Alkalisasi merupakan salah satu metode modifikasi

permukaan serat yang dilakukan untuk memperoleh

ikatan yang baik antara permukaan matriks dan serat

(Maryanti, 2011).

Katalisator

Katalisator dapat digunakan atau tidak

tergantung dengan kebutuhan desain. Untuk kondisi

papan semen dengan serat alam, katalisator cukup

diperlukan karena serat alam mengandung selulosa

yang dapat menghambat pengerasan semen.

Sehingga diperlukan adanya katalisator sebagai

bahan tambah untuk meningkatkan ikatan antara

semen dan serat alam agar tercapai ikatan yang

optimum serta mempengaruhi proses pengerasan

semen lebih cepat. Katalis yang digunakan pada

penilitian ini adalah katalis CaCl2.

Persyaratan Sifat Fisis dan Mekanis Papan

Komposit

Sebagai acuan dalam penentuan kualitas

baik atau tidaknya suatu produk papan semen, maka

perlu diketahui standar minimum nilai kekuatan

fisik dan kekuatan mekaniknya. Papan semen dapat

dikatakan berkualitas baik apabila karakteristiknya

telah memenuhi standar yang disyaratkan.Terdapat

beberapa standar kualitas papan semen yang

digunakan, diantaranya ISO 8335 (1987), JIS A

5417 (2003), dan SNI_03 -2105-2006). Pada Tabel

2.1 dirangkum nilai minimum kekuatan fisis dan

mekanik papan semen sebagai standar acuan

penentuan mutu atau kualitas papan semen.

Kerapatan

Kerapatan papan komposit merupakan

salah satu sifat fisis papan komposit yang sangat

berpengaruh terhadap sifat mekanis lainnya (Luthfi

Hakim & Fauzi, 2005). Kerapatan papan adalah

faktor penting yang mempengaruhi kualitas papan.

Meningkatnya kerapatan papan dapat

mempengaruhi sifat fisis, kecuali stabilitas dimensi

dalam perendaman air dan pemaparan pada

kelembapan yang tinggi (Maloney TM. 1993 dalam

Muldatulnia, 2016).

Pengujian densitas sampel uji dilakukan

pada kondisi kering. Mula-mula sampel uji

ditimbang menggunakan timbangan digital dan

dicatat hasilnya sebagai m. Selanjutnya dilakukan

perhitungan menggunakan persamaan (2.2) untuk

mendapatkan nilai densitas atau kerapatan sampel

uji (Devi Yunita, 2017). Menurut putra (2011:12)

dalam Muldatulnia (2016) kerapatan papan

komposit dapat dihitung menggunakan Persamaan:

ρ =m

V (2-1)

Kadar Air

Kadar air adalah salah satu sifat fisis papan

komposit yang menunjukkan kandungan air papan

komposit dalam keadaan kesetimbangan dengan

lingkungan sekitarnya (Luthfi Hakim & Fauzi,

2005). Papan komposit terdiri atas bahan-bahan

yang mengandung lignoselulosa sehinga bersifat

higroskopis (Zaini LH, 2009). Kadar air bahan baku

sangat menentukan kadar air papan komposit yang

dihasilkan, sehingga semakin tinggi kadar air bahan

baku maka kadar air papan komposit juga semakin

tinggi karena tidak semua uap air dapat dikeluarkan

dari dalam papan. Pembuatan papan komposit bahan

baku harus dalam keadaan kering dengan kadar air

sekitar 2%-5%, sehingga jika ditambahkan perekat

kadar air bahan baku akan meningkat sampai 4%-

6% (Haygreen dan Bowyer, 1996 dalam Luthfi

Hakim & Fauzi, 2005). Menurut Putra (2011: 13)

dalam Muldatulnia (2016:11), kadar air papan

partikel dapat dihitung dengan menggunakan

Persamaan:

𝐾𝐴 = [m𝐤𝐮 − m𝐤𝐨

m𝐤𝐨] x 100% (2-2)

Sifat Mekanis Papan Komposit

Modulus patah (MOR) merupakan kuat

patah dari suatu balok yang dinyatakan dalam

besarnya tegangan pada permukaan bagian atas dan

bagian bawah pada balok pada beban maksimum

(Maloney, 1993). Modulus patah papan komposit

dapat dihitung dengan menggunakan Persamaan:

𝑀𝑂𝑅 = 3𝑃𝐿

2𝑏ℎ2 (2-5)

Teknik Analisa Model Eksperimen

Menggunakan Metode Analysis Of Variance

(ANOVA)

Statistika merupakan suatu ilmu yang

terdiri dari teori dan metode yang merupakan cabang

dari matematika terapan dan membicarakan tentang

bagaimana mengumpulkan data, bagaimana

meringkas data, mengolah dan menyajikan data,

bagaimana menarik kesimpulan dari hasil analisis,

serta bagaimana menentukan keputusan dalam

batas-batas resiko tertentu berdasarkan strategi yang

ada. Metode statistika yang banyak digunakan

dalam menganalisis suatu hasil penelitian maupun

observasi adalah metode analysis of variance

(anova). Secara umum, analisis varians menguji dua

varians (atau ragam) berdasarkan hipotesis nol

bahwa kedua varians itu sama. Varians pertama

adalah varians antar contoh (among samples) dan

varians kedua adalah varians di dalam masing-

masing contoh (within samples). Dengan ide ini,

analisis dengan dua contoh akan memberikan hasil

yang sama dengan uji-t untuk dua rerata (mean).

Sesuai dengan kebutuhannya, anova

dibedakan menjadi 2 yaitu anova satu arah dan

anova dua arah. Anova satu arah hanya

memperhitungkan 1 faktor yang menimbulkan

variasi, sedangkan anova dua arah

memperhitungkan dua faktor yang menimbulkan

variasi. Analisis anova yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis anova satu arah dan dua

arah atau juga sering disebut dengan one-way dan

two-way ANOVA.

Metode one-way anova digunakan untuk

menguji secara serentak apakah suatu populasi

mempunyai nilai rata-rata yang sama. Sedangkan

dengan Metode two-way anova digunakan peneliti

untuk mengatasi perbedaan nilai variabel terikat

yang dikategorikan berdasarkan variasi bebas yang

banyak dan masing-masing variabel terdiri dari

beberapa kelompok.

Selain melakukan perhitungan teoritis, juga

dilakukan analisa dengan menggunakan software

statistik, yakni MINITAB19. Minitab merupakan

salah satu program aplikasi statistika yang banyak

digunakan untuk mempermudah pengolahan data

statistik. Berbeda halnya dengan perhitungan secara

manual yang membandingkan F- hitung dengan F-

tabel, dalam anova menggunakan software minitab

hanya perlu melihat besarnya nilai P-value hasil dari

output programnya. Kesimpulan atas hipotesis yang

digunakan dalam analisis anova menggunakan

software minitab 18, diformulasikan seperti

Persamaan (1) – (2).

-Menolak H0 (menerima H1) apabila nilai P-value <

Taraf signifikansi α (1)

-Menolak H1 (menerima H0) apabila nilai P-value >

Taraf signifikansi α (2)

Dimana :

H0 : 𝜇1 = 𝜇2 = ⋯ = 𝜇𝑘 (Perbandingan

komposisi bahan dan metode perataan campuran

maupun perlakuan tidak berpengaruh signifikan

terhadap sifat fisis dan mekanis papan komposit)

H1 : 𝜇1 ≠𝜇2 ≠ ⋯ ≠ 𝜇𝑘 (Perbandingan

komposisi bahan dan metode perataan campuran

maupun perlakuan berpengaruh signifikan tehadap

sifat fisis dan mekanis papan komposit)

Α : Taraf signifikansi (α = 0,05)

Penolakan H0 menunjukkan bahwa

terdapat perbedaan yang signifikan antara nilai rata-

rata kelompok variabel pengujian, sehingga

kesimpulan yang digunakan adalah berdasarkan

hipotesa H1.

METODELOGI PENELITIAN

Metode Penelitian

Pada dasarnya penelitian ini dilakukan

untuk mengetahui berapa proporsi yang dapat

menghasilkan kuat patah yang optimal dari papan

serat dengan bahan perekat semen. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode

eksperimen murni dimana percobaan

laboratoriumnya didesain sebagai single faktor

eksperimen. Penelitian eksperimen merupakan

penelitian yang dimaksudkan untuk mengetahui ada

tidaknya akibat dari “sesuatu” yang dikenakan pada

subjek selidik atau mencoba meneliti ada tidaknya

hubungan sebab akibat. Selanjutnya dijelaskan juga

cara melakukan eksperimen yakni dengan

membandingkan satu atau lebih kelompok

eksperimen yang diberi perlakuan dengan satu atau

lebih kelompok pembanding yang tidak menerima

perlakuan. Hasil eksperimen kemudian dianalisis

menggunakan metode one-way dan two-way

ANOVA. Metode ini dipercaya sebagai metode

penelitian yang paling akurat dalam melakukan

eksperimen yang berusaha membuktikan atau

menolak hipotesis secara matematika dengan

menggunakan analisa statistik. Hal yang menonjol

dari metode ini adalah adanya variabel dan kontrol

grup (Shuttleworth, 2008). Kontrol adalah perlakuan

yang dijadikan sebagai standar (benchmark) untuk

mengevaluasi efektifitas dari perlakuan-perlakuan

yang diberikan dalam eksperimen (Kuehl, 2000).

Proses Penelitian

A, Tahap Penilitian

Penelitian dilakukan dengan menggunakan

metode statistik yang diakomodasi dengan

menggunakan software Minitab18.

B. Rencana Eksperimen

Bahan–bahan dasar dalam pembuatan papan semen

serat seperti: semen, serat, dan air dicampur dalam

satu wadah pencampuran (mixing station). Pada

tahap perencanaan eksperimen, terdapat beberapa

proses yang harus dilakukan seperti penentuan

variabel tak bebas, penentuan variabel bebas.

C. Identifikasi Faktor-faktor

Penentuan variabel bebas (faktor) adalah variabel

yang perubahannya tergantung pada variabel-

variabel lain. Penentuan faktor diperoleh dari

penelitian-penelitian sebelumnya terkait papan

semen serat, serta berdasarkan komposisi bahan

pada produk-produk papan semen serat yang telah

banyak dipasarkan. Identifikasi faktor dilakukan

dengan menggunakan diagram sebab akibat.

D. Penentuan Variabel Tak Bebas

Variabel tak bebas adalah variabel yang

perubahannya tergantung pada variabel-variabel

lain, disebut juga variabel respon. Pada penelitian ini

yang merupakan variabel respon yang akan

diselidiki adalah kuat patah atau MOR papan semen

serat abaka. Karakteristiknya adalah semakin ringan

dan kuat semakin baik (larger the better).

E. Penentuan Jumlah dan Faktor

Berdasarkan penjabaran diagram sebab akibat pada

Gambar 3.1 terlihat beberapa faktor yang

mempengaruhi kekuatan patah papan semen serat.

Dalam penelitian ini akan digunakan beberapa

faktor kontrol seperti proporsi semen, proporsi serat,

ukuran serat, persentase katalisator CaCl2, serta

perlakuan NaOH pada serat. Nilai level acuan

proporsi serat dengan semen dengan perbandingan

1:9.3, 1:10, 1:11, 1:12, dan 1:13. Sehingga dari

penentuan perlakuan serat ada dua yaitu perlakuan

alkali NaOH (treated) dan tanpa perlakuan

(untreated) pada serat dari berat air rendaman.

Faktor kadar air yang digunakan yaitu 30 % dan

33% dari berat semen. Pada faktor kadar katalis

CaCl2 akan digunakan 1% dan 3% dari berat semen.

Faktor panjang serat yang digunakan yaitu panjang

serat 1 cm dan 2 cm. Untuk NaOH di pakai 6%

dengan 500 ml aquades dan 30 gr NaOH di rendam

selama 4 jam.

Cara perataan campuran yang ditentukan ada 2 yaitu

pertama dengan cara manual dan yang kedua dengan

mesin. Seperti yang sudah di sampaikan pembuatan

papan semen komposit serat abaka di buat menjadi

lima komposisi campuran dengan diberi kode

sampel KAS untuk metode perataan campuran

menggunakan manual dan menggunakan mesin

meja getar diberikan kode sampel MKAS.

Sedangkan untuk perlakuan perendaman serat

NaOH, di beri kode KAS-1 sampai dengan KAS-5,

dan untuk penambahan CaCl2 di beri KAS-6 sampai

dengan KAS-10 dari perbandingan 1:9,3, 1:10, 1:11,

1:12, dan 1:13 dengan arah serat acak atau random

(randomly oriented). Masing-masing komposisi

campuran memiliki 3 sampel sebagai bahan

pengulangan. Berikut rancangan model eksperimen

yang di tampilkan dalam bagan berikut:

PEMBAHASAN DAN HASIL

Analisa Sifat Fisis

Kerapatan

Kerapatan menunjukkan banyaknya massa

persatuan volume. Nilainya sangat bergantung pada

tekanan kempa yang di berikan selama pembuatan

papan. Hasil pengujian kerapatan papan semen yang

menggunakan serat abaka di perlihatkan pada Tabel

4.1-Tabel 4.29. Seperti yang sudah di sampaikan

pembuatan papan semen komposit serat abaka di

buat menjadi lima komposisi campuran dengan

diberi kode sampel KAS untuk metode perataan

campuran menggunakan manual dan menggunakan

mesin meja getar diberikan kode sampel MKAS.

Sedangkan untuk perlakuan perendaman serat

NaOH, di beri kode KAS-1 sampai dengan KAS-5,

dan untuk penambahan CaCl2 di beri KAS-6 sampai

dengan KAS-10 dari perbandingan 1:9,3, 1:10, 1:11,

1:12, dan 1:13 dengan arah serat acak atau random

(randomly oriented). Masing-masing komposisi

campuran memiliki 3 sampel sebagai bahan

pengulangan.

Analisa Kerapatan Papan Komposit Serat Abaka

antar Metode Perataan Campuran dan

Perlakuan

Tabel 1 Kerapatan Papan Komposit Serat Abaka

dengan Metode Perataan Campuran dan Perlakuan

1 2 3

KAS-1 0.64 0.62 0.65 0.64 0.0113

KAS-2 0.71 0.69 0.68 0.69 0.0166

KAS-3 0.75 0.67 0.72 0.71 0.0392

KAS-4 0.75 0.77 0.75 0.75 0.0120

KAS-5 0.80 0.80 0.81 0.80 0.0079

KAS-6 0.63 0.66 0.66 0.65 0.0140

KAS-7 0.70 0.71 0.70 0.70 0.0046

KAS-8 0.75 0.76 0.72 0.74 0.0212

KAS-9 0.78 0.76 0.79 0.78 0.0175

KAS-10 0.77 0.80 0.81 0.79 0.0223

MKAS-1 0.61 0.58 0.61 0.60 0.0137

MKAS-2 0.64 0.66 0.66 0.65 0.0131

MKAS-3 0.70 0.68 0.67 0.68 0.0115

MKAS-4 0.72 0.72 0.73 0.72 0.0034

MKAS-5 0.76 0.76 0.74 0.76 0.0101

MKAS-6 0.61 0.61 0.60 0.61 0.0071

MKAS-7 0.68 0.65 0.68 0.67 0.0180

MKAS-8 0.65 0.68 0.64 0.66 0.0212

MKAS-9 0.69 0.75 0.73 0.73 0.0288

MKAS-10 0.76 0.74 0.79 0.76 0.0257

CaCl - Mesin

Kode Sampel

Pengulangan

Rerata Standart DeviasiVariabel Terikat

NaoH - Manual

CaCl - Manual

NaOH - Mesin

Selanjutnya rangkuman isi Tabel 1

disajikan dalam bentuk diagram batang seperti yang

di perlihatkan pada Gambar 1

Gambar 1 Rerata Kerapatan Papan Semen

Komposit dari Keseluruhan Sampel dengan Intraksi

antara Variasi Perlakuan dan Metode Perataan

Campuran

Selanjutnya, untuk menganalisa kerapatan

papan komposit serat abaka untuk keseluruhan

sampel dengan intraksi antara variasi perlakuan dan

metode perataan campuran sesuai dengan variabel

terikatnya menggunakan analisa varian dua jalur

atau two-way. Proses uji dengan two-way ANOVA

dimulai dengan menyusun ulang data hasil

pengujian kedalam tabel yang memperlihatkan

adanya replikasi yang kemudian data tersebut

dimasukan kedalam spreadsheet-nya minitab,

seperti yang dimuat dalam tabel dan gambar untuk

hasil uji kerapatan papan komposit.

Tabel 2 Two-Way Analysis of Variance dan Hasil

Komparasi Pairwise Comparisons untuk pengujian

kerapatan papan semen komposit antara Faktor

Perlakuan dan Faktor metode perataan Campuran

Gambar 3.1 Bagan Alir Rencana Teknik Sampling

Metode Perataan

campuran

Manual Meja Getar

Perlakuan

NaOH

Tanpa

Perlakuan

NaOH

Perlakuan

NaOH

Tanpa

Perlakuan

NaOH

Kode

Sampling:

KAS-1

KAS-2

KAS-3

KAS-4

KAS-5

Kode

Sampling:

KAS-6

KAS-7

KAS-8

KAS-9

KAS-10

Keterangan Hasil

Antar Faktor Perlakuan (P-value)

Antar Faktor Perataan Campuran (P-value)

Intraksi Antar Faktor Perlakuan dan Faktor Perataan Campuran (P-value)

0,645

0,006

0,663

Tingkat Keberpengaruhan Variabel (%) 13,09 %

Membandingkan Antara Faktor Perlakuan dan Metode Perataan Campuran P-value

(CaCl2 KERAPATAN-MESIN) - (CaCl2 KERAPATAN-MANUAL) 0,000

(NaOH KERAPATAN-MANUAL) - (CaCl2 KERAPATAN-MANUAL) 0,003

(NaOH KERAPATAN-MESIN) - (CaCl2 KERAPATAN-MANUAL) 0,001

(NaOH KERAPATAN-MANUAL) - (CaCl2 KERAPATAN-MESIN) 0,379

(NaOH KERAPATAN-MESIN) - (CaCl2 KERAPATAN-MESIN) 0,042

(NaOH KERAPATAN-MESIN) - (NaOH KERAPATAN-MANUAL) 0,114

Hasil Komparasi berdasarkan nilai rata-rata menggunakan Pairwise Comparisons Grouping

Faktor Perlakuan

CaCl2

NaOH

A

B

Faktor Metode Perataan Campuran

Manual

Mesin Meja Getar

A

B

Kesimpulan (Faktor Perlakuan*Faktor Metode Perataan Campuran)

CaCl2 KERAPATAN-MANUAL

NaOH KERAPATAN-MANUAL

CaCl2 KERAPATAN-MESIN

NaOH KERAPATAN-MESIN

A

B

C

D

Hasil uji two-way ANOVA dengan

softaware minitab ditampilkan pada kolom Analysis

of Variance adalah bagian paling penting untuk

pengambilan keputusan dari data yang diperlihat

oleh nilai P-value = 0,000. Untuk faktor perlakuan

antara perendaman serat menggunakan NaOH dan

penambahan CaCl2 pada campuran, karena nilai P-

value nya lebih besar dari 0,05 (taraf sifnifikansi, α

= 5%) yaitu 0,645, maka hipotesis H0 diterima dan

sebagai konsekuensinya hipotesis alternatif H1

ditolak. Hal ini bermakna bahwa tidak ada

perbedaan yang cukup signifikan antara perendaman

serat menggunakan NaOH dan penambahan CaCl2

pada campuran. Sedangkan untuk faktor perataan

campuran antara metode manual dan mesin meja

getar, nilai P-value nya lebih kecil dari 0,05 (taraf

signifikansi, α = 5%) yaitu 0,006, maka hipotesis H0

ditolak dan sebagai konsekuensinya hipotesis

alternatif H1 diterima. Hal ini bermakna bahwa

terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara

metode perataan campuran manual dan

menggunakan mesin meja getar. Untuk intraksi

antara faktor perlakuan dan faktor perataan

campuran nilai P-value = 0,663 lebih besar dari 0,05

(taraf signifikansi, α = 5%), maka maka hipotesis H0

diterima dan sebagai konsekuensinya hipotesis

alternatif H1 ditolak. Hal ini bermakna bahwa

terdapat intraksi atau pengaruh yang cukup

signifikan antara faktor perlakuan dengan metode

perataan campuran terhadap kerapatan papan

komposit serat abaka tersebut.

Tingkat pengaruh dari pengujian kerapatan

dengan metode perataan campuran dan perlakuan

mempunyai sumbangan efektif sebesar 13,09 %,

sisanya 86,91 % dipengaruhi oleh komposisi bahan

dan faktor lainnya. Untuk menunjukkan urutan hasil

pengujian yang lebih baik antara faktor perlakuan

dan metode perataan campuran tersebut digunakan

komparasi pairwise comparisons.

Papan semen serat abaka dengan

membandingkan antara perlakuan perendaman serat

menggunakan NaOH dan penambahan CaCl untuk

mengetahui perbandingan dari kedua perlakuan

yang mempunyai nilai kerapatan yang sama

baiknya. Hasil komparasi nilai kerapatan antara

faktor perataan campuran dari pairwise

comparisons dengan menggunakan metode Tukey,

diketahui bahwa papan semen komposit untuk faktor

perataan campuran antara metode manual dan mesin

meja getar, nilai P-value nya lebih kecil dari 0,05

(taraf signifikansi, α = 5%) yaitu 0,006, bahwa

terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara

metode perataan campuran tersebut. Papan semen

komposit metode manual mempunyai nilai

kerapatan tertinggi dengan rata-rata sebesar

0,725430 (gram/cm3) sedangkan papan semen

komposit dengan metode perataan campuran

menggunakan mesin, mempunyai nilai rata-rata

kerapatan terendah yaitu 0,683007 (gram/cm3).

Hasil urutan dari yang lebih tinggi ke rendah ada

pada grouping- pairwise comparisons (dengan

notasi grade A-B-C-D-E).

Hasil Intraksi antara faktor perlakuan dan faktor

perataan campuran menunjukkan pengujian papan

komposit dengan metode manual yang diberi

penambahan CaCl2 pada campuran bahan

mempunyai nilai kerapatan sedikit lebih baik jika

dibandingkan dengan papan komposit

menggunakan metode mesin meja getar yang

diberikan penambahan CaCl2 pada campuran.

Untuk kedua perlakuan dan metode perataan

campuran mempunyai nilai kerapatan yang sama

baiknya, karena P-value yang dihasilkan lebih kecil

dari 0,05 (taraf signifikansi, α = 5%), selain itu juga

nilai kerapatan yang didapatkan dari hasil analisa

memenuhi nilai standar kerapatan yang telah

ditetapkan yaitu (JIS) A 5908-2003 sebesar 0,4-0,9

gram/cmᶟ.

Nilai kerapatan papan komposit serat abaka

menggunakan metode manual memang mempunyai

hasil pengujian yang sedikit lebih baik, karena

ketika proses pembuatan papan komposit

menggunakan sistem tekanan atau pengempaan

dengan alat press yang membuat hasilnya juga lebih

padat. Akan tetapi berdasarkan analisa perbandingan

lapangan, kekurangan dari metode perataan

campuran manual ini adalah permukaan papan

komposit terlihat kurang rapi atau sedikit

bergelombang pada saat proses pencetakan yang

mengakibatkan sisi lain dari papan komposit

tersebut mengalami penebalan lebih dari tebal yang

sudah direncanakan, dan tentu akan sangat

berpengaruh pada pengujian kuat patah (MOR).

Sehingga lebih disarankan untuk menggunakan

metode perataan campuran dengan mesin meja

getar, dikarenakan sistem getar memiliki kelebihan

dibanding sistem tekanan dimana dalam prosesnya

tidak memerlukan tenaga atau alat press, serta proses

pembuatan papan komposit akan menjadi lebih

mudah dan efesien dalam segi waktu. Dengan sistem

getar hasil akhir dari semen yang dicetak akan lebih

mulus dan rapi karena partikel-partikel kasar yang

ada di dalam campuran akan terangkat ke atas

sehingga mendapat nilai kerapatan yang cukup baik.

Selain itu juga nilai kerapatan yang di hasilkan dari

perbandingan metode perataan campuran manual

dan mesin hanya sedikit menghasilkan perbedaan

atau bisa juga dikatakan nilai kerapatan yang

dihasilkan hampir sama dan dari keduanya

memenuhi nilai standar kerapatan yang telah

ditetapkan yaitu (JIS) A 5908-2003 sebesar 0,4-0,9

gram/cmᶟ

Kadar Air

Tabel 3 Kadar Air Papan Komposit Serat Abaka

dengan Metode Perataan Campuran dan Perlakuan

1 2 3

KAS-1 11.42% 11.66% 11.44% 11.51% 0.13%

KAS-2 11.29% 10.70% 11.41% 11.13% 0.38%

KAS-3 11.14% 11.89% 12.02% 11.68% 0.48%

KAS-4 11.11% 10.89% 11.75% 11.25% 0.45%

KAS-5 10.52% 10.82% 10.74% 10.69% 0.16%

KAS-6 12.30% 12.01% 12.60% 12.30% 0.30%

KAS-7 13.11% 13.03% 12.65% 12.93% 0.25%

KAS-8 12.43% 12.99% 13.04% 12.82% 0.34%

KAS-9 12.31% 13.09% 13.49% 12.96% 0.60%

KAS-10 13.27% 12.74% 12.07% 12.70% 0.60%

MKAS-1 10.69% 10.95% 10.91% 10.85% 0.14%

MKAS-2 10.10% 10.28% 10.10% 10.16% 0.11%

MKAS-3 10.55% 10.44% 10.75% 10.58% 0.16%

MKAS-4 11.62% 11.56% 12.49% 11.89% 0.52%

MKAS-5 11.47% 10.83% 10.66% 10.99% 0.43%

MKAS-6 12.77% 13.00% 12.86% 12.88% 0.11%

MKAS-7 12.48% 12.81% 12.99% 12.76% 0.26%

MKAS-8 12.72% 12.86% 13.33% 12.97% 0.32%

MKAS-9 13.00% 12.66% 12.37% 12.67% 0.32%

MKAS-10 12.80% 13.27% 12.71% 12.93% 0.30%

Variabel Terikat Kode Sampel

NaOH - Mesin

CaCl - Mesin

PengulanganRerata Standart Deviasi

NaoH - Manual

CaCl - Manual

Selanjutnya rangkuman isi Tabel 7 disajikan dalam

bentuk diagram batang seperti yang di perlihatkan

pada Gambar 2

Gambar 2 Rerata Kadar Air Papan Semen

Komposit dari Keseluruhan Sampel dengan Intraksi

antara Variasi Perlakuan dan Metode Perataan

Campuran

Tabel 4 Two-Way Analysis of Variance dan Hasil

Komparasi Pairwise Comparisons untuk pengujian

Kadar Air papan semen komposit antara Faktor

Perlakuan dan Faktor metode perataan Campuran

Hasil uji two-way ANOVA dengan softaware

minitab ditampilkan pada kolom Analysis of

Variance adalah bagian paling penting untuk

pengambilan keputusan dari data yang diperlihat

oleh nilai P-value = 0,000. Untuk faktor perlakuan

antara perendaman serat menggunakan NaOH dan

penambahan CaCl2 pada campuran, karena nilai P-

value nya lebih kecil dari 0,05 (taraf sifnifikansi, α

= 5%) yaitu 0,000, maka hipotesis H0 ditolak dan

sebagai konsekuensinya hipotesis alternatif H1

diterima. Hal ini bermakna bahwa terdapat

perbedaan yang cukup signifikan antara perendaman

serat menggunakan NaOH dan penambahan CaCl2

pada campuran. Sedangkan untuk faktor perataan

campuran antara metode manual dan mesin meja

getar, nilai P-value nya lebih besar dari 0,05 (taraf

signifikansi, α = 5%) yaitu 0,295, maka hipotesis H0

diterima dan sebagai konsekuensinya hipotesis

alternatif H1 ditolak. Hal ini bermakna bahwa tidak

terdapat perbedaan yang cukup signifikan antara

metode perataan campuran manual dan

menggunakan mesin meja getar. Untuk intraksi

antara faktor perlakuan dan faktor perataan

campuran nilai P-value = 0,066 lebih besar dari 0,05

(taraf signifikansi, α = 5%), maka maka hipotesis H0

diterima dan sebagai konsekuensinya hipotesis

alternatif H1 ditolak. Hal ini bermakna bahwa

terdapat intraksi atau pengaruh yang cukup

signifikan antara faktor perlakuan dengan metode

perataan campuran terhadap kadar air papan

komposit serat abaka tersebut.

Keterangan Hasil

Antar Faktor Perlakuan (P-value)

Antar Faktor Perataan Campuran (P-value)

Intraksi Antar Faktor Perlakuan dan Faktor Perataan Campuran (P-value)

0,000

0,295

0,066

Tingkat Keberpengaruhan Variabel (%) 78,19 %

Membandingkan Antara Faktor Perlakuan dan Metode Perataan Campuran P-value

(CaCl2 Kadar Air - Mesin) - (CaCl2 Kadar Air - MANUAL) 0,938

(NaOH Kadar Air - MANUAL) - (CaCl2 Kadar Air - MANUAL) 0,000

(NaOH Kadar Air - Mesin) - (CaCl2 Kadar Air - MANUAL) 0,000

(NaOH Kadar Air - MANUAL) - (CaCl2 Kadar Air - Mesin) 0,000

(NaOH Kadar Air - Mesin) - (CaCl2 Kadar Air - Mesin) 0,000

(NaOH Kadar Air - Mesin) - (NaOH Kadar Air - MANUAL) 0,174

Hasil Komparasi berdasarkan nilai rata-rata menggunakan Pairwise Comparisons Grouping

Faktor Perlakuan

NaOH

CaCl2

A

B

Faktor Metode Perataan Campuran

Mesin Meja Getar

Manual

A

B

Kesimpulan (Faktor Perlakuan*Faktor Metode Perataan Campuran)

NaOH Kadar Air - Mesin

NaOH Kadar Air - MANUAL

CaCl2 Kadar Air - MANUAL

CaCl2 Kadar Air - Mesin

A

B

C

D

Tingkat pengaruh dari pengujian kadar air

dengan metode perataan campuran dan perlakuan

mempunyai sumbangan efektif sebesar 78,19 %,

sisanya 21,81 % dipengaruhi oleh komposisi bahan

dan faktor lainnya. Untuk menunjukkan urutan hasil

pengujian yang lebih baik antara faktor perlakuan

dan metode perataan campuran tersebut digunakan

komparasi pairwise comparisons.

Hasil Intraksi antara faktor perlakuan dan faktor

perataan campuran menunjukkan pengujian papan

komposit dengan metode mesin yang diberi

perlakuan serat menggunakan NaOH mempunyai

nilai kadar sedikit lebih baik jika dibandingkan

dengan papan komposit menggunakan metode

mesin meja getar yang diberikan penambahan CaCl2

pada campuran. Berdasarkan analisa perbandingan

lapangan, nilai kadar air papan komposit serat abaka

menggunakan mesin memang mempunyai hasil

pengujian yang sedikit lebih baik, karena ketika

proses pembuatan papan komposit menggunakan

sistem getar memiliki kelebihan dibanding sistem

tekanan dimana dalam prosesnya tidak memerlukan

tenaga atau alat press, serta proses pembuatan papan

komposit akan menjadi lebih mudah dan efesien

dalam segi waktu. Sistem getar juga menghasilkan

rongga yang lebih kecil, sehingga kadar air yang

terdapat pada papan komposit lebih sedikit. Nilai

kadar air yang di hasilkan dari perbandingan metode

perataan campuran manual dan mesin tidak

menghasilkan perbedaan yang signifikan atau bisa

juga dikatakan nilai kadar yang dihasilkan hampir

sama, serta kedua perlakuan dan metode perataan

campuran memenuhi nilai standar kadar air yang

telah ditetapkan yaitu (JIS) A 5908-2003 sebesar 5-

13 %.

Analisa Sifat Mekanis Penelitian Papan

Komposit

Pengujian kuat patah papan semen komposit

dilaksanakan di laboratorium Tanah Fakultas

Teknik Universitas Mataram. Modulus of Rupture

(MOR) atau Kuat Patah merupakan kemampuan

papan untuk menahan beban hingga batas

maksimum yang dinyatakan dalam besarnya

tegangan persatuan luas, dan dapat dihitung dengan

menentukan besarnya tegangan permukaan bagian

atas dan bagian bawah dari benda pada beban

maksimum (Maloney 1993). Pengujian kuat patah

dilakukan dengan alat CBR Tester T104. Papan

semen komposit serat abaka diuji dengan sampel

benda uji yang berukuran 20x5 cm

Tabel 5 Kuat Patah Papan Komposit Serat Abaka

dengan Metode Perataan Campuran dan Perlakuan

1 2 3

KAS-1 3.95 3.51 4.39 3.95 0.4388 5.36 Tidak Aman

KAS-2 5.54 5.01 4.65 5.07 0.4438 6.33 Tidak Aman

KAS-3 6.59 4.92 4.83 5.45 0.9895 9.49 Tidak Aman

KAS-4 6.85 6.50 7.03 6.80 0.2681 7.91 Tidak Aman

KAS-5 7.47 7.47 7.03 7.32 0.2546 8.26 Tidak Aman

KAS-6 20.21 18.01 19.42 19.22 1.1146 5.36 Sangat Aman

KAS-7 15.03 19.25 13.01 15.76 3.1847 6.33 Sangat Aman

KAS-8 21.09 24.92 24.02 23.34 2.0009 9.49 Sangat Aman

KAS-9 18.01 17.14 15.47 16.87 1.2943 7.91 Sangat Aman

KAS-10 18.90 18.54 19.25 18.90 0.3510 8.26 Sangat Aman

MKAS-1 3.95 3.87 4.92 4.25 0.5848 5.36 Tidak Aman

MKAS-2 4.04 6.06 4.66 4.92 1.0355 6.33 Tidak Aman

MKAS-3 4.92 7.03 6.76 6.24 1.1495 9.49 Tidak Aman

MKAS-4 5.71 5.63 7.29 6.21 0.9402 7.91 Tidak Aman

MKAS-5 8.87 5.27 7.47 7.20 1.8169 8.26 Tidak Aman

MKAS-6 15.56 14.59 18.01 16.05 1.7654 5.36 Sangat Aman

MKAS-7 15.64 11.51 11.86 13.01 2.2904 6.33 Sangat Aman

MKAS-8 16.43 18.90 20.04 18.46 1.8420 9.49 Sangat Aman

MKAS-9 15.82 14.06 13.45 14.44 1.2305 7.91 Sangat Aman

MKAS-10 22.23 15.82 18.67 18.91 3.2151 8.26 Sangat Aman

Ket

NaoH - Manual

CaCl - Manual

NaOH - Mesin

CaCl - Mesin

Kontrol (-NaOH dan -CaCl2)

MpaVariabel Terikat Kode Sampel

PengulanganRerata Standart Deviasi

Selanjutnya rangkuman isi Tabel 11di sajikan dalam

bentuk diagram batang seperti yang di perlihatkan

pada Gambar 3

Gambar 3 Rerata Kuat Patah Papan Semen

Komposit dari Keseluruhan Sampel dengan Intraksi

antara Variasi Perlakuan dan Metode Perataan

Campuran

Tabel 6 Two-Way Analysis of Variance dan Hasil

Komparasi Pairwise Compariso untuk pengujian

Kuat Patah papan semen komposit antara Faktor

Perlakuan dan Faktor metode perataan Campuran

Keterangan Hasil

Antar Faktor Perlakuan (P-value)

Antar Faktor Perataan Campuran (P-value)

Intraksi Antar Faktor Perlakuan dan Faktor Perataan Campuran (P-value)

0,000

0,039

0,032

Tingkat Keberpengaruhan Variabel (%) 87,07 %

Membandingkan Antara Faktor Perlakuan dan Metode Perataan Campuran P-value

(CaCl MOR-MESIN) - (CaCl MOR-MANUAL) 0,018

(NaOH MOR-MANUAL) - (CaCl MOR-MANUAL) 0,000

(NaOH MOR-MESIN) - (CaCl MOR-MANUAL) 0,000

(NaOH MOR-MANUAL) - (CaCl MOR-MESIN) 0,000

(NaOH MOR-MESIN) - (CaCl MOR-MESIN) 0,000

(NaOH MOR-MESIN) - (NaOH MOR-MANUAL) 1,000

Hasil Komparasi berdasarkan nilai rata-rata menggunakan Pairwise Comparisons Grouping

Faktor Perlakuan

CaCl2

NaOH

A

B

Faktor Metode Perataan Campuran

Manual

Mesin Meja Getar

A

B

Kesimpulan (Faktor Perlakuan*Faktor Metode Perataan Campuran)

CaCl2 MOR - Manual

CaCl2 MOR – Mesin Meja Getar

NaOH MOR - MANUAL

NaOH MOR - Mesin

A

B

C

D

Hasil uji two-way ANOVA dengan softaware

minitab ditampilkan pada kolom Analysis of

Variance adalah bagian paling penting untuk

pengambilan keputusan dari data yang diperlihat

oleh nilai P-value = 0,000. Untuk faktor perlakuan

antara perendaman serat menggunakan NaOH dan

penambahan CaCl2 pada campuran, karena nilai P-

value nya lebih kecil dari 0,05 (taraf sifnifikansi, α

= 5%) yaitu 0,000, maka hipotesis H0 ditolak dan

sebagai konsekuensinya hipotesis alternatif H1

diterima. Hal ini bermakna bahwa terdapat

perbedaan yang signifikan antara perbandingan

perendaman serat menggunakan NaOH dan

penambahan CaCl2 pada campuran. Sedangkan

untuk faktor perataan campuran antara metode

manual dan mesin meja getar, nilai P-valuenya juga

lebih kecil dari 0,05 (taraf signifikansi, α = 5%) yaitu

0,039, maka hipotesis H0 ditolak dan sebagai

konsekuensinya hipotesis alternatif H1 diterima. Hal

ini bermakna bahwa terdapat perbedaan yang cukup

signifikan antara metode perataan campuran manual

dan menggunakan mesin meja getar. Untuk intraksi

antara faktor perlakuan dan faktor perataan

campuran nilai P-value = 0,032 lebih kecil dari 0,05

(taraf signifikansi, α = 5%), maka maka hipotesis H0

ditolak dan sebagai konsekuensinya hipotesis

alternatif H1 diterima. Hal ini bermakna bahwa

hanya terdapat sebagian intraksi atau pengaruh yang

cukup signifikan antara faktor perlakuan dengan

metode perataan campuran terhadap Kuat Patah

papan komposit serat abaka tersebut, karena P-value

yang mendekati 5%.

Tingkat pengaruh dari pengujian Kuat Patah

dengan metode perataan campuran dan perlakuan

mempunyai sumbangan efektif sebesar 87,07 %,

sisanya 12,93 % dipengaruhi oleh komposisi bahan

dan faktor lainnya. Untuk menunjukkan urutan hasil

pengujian yang lebih baik antara faktor perlakuan

dan metode perataan campuran tersebut digunakan

komparasi pairwise comparisons.

Hasil Intraksi antara faktor perlakuan dan faktor

perataan campuran menunjukkan pengujian papan

komposit dengan metode manual yang diberi

penambahan CaCl2 pada campuran bahan

mempunyai nilai kuat patah sedikit lebih baik jika

dibandingkan dengan papan komposit

menggunakan metode mesin meja getar yang

diberikan penambahan CaCl2 pada campuran.

Sedangkan untuk pengujian papan komposit dengan

metode manual maupun metode mesin meja getar

untuk perlakuan pada serat abaka menggunakan

NaOH, untuk keduanya memiliki perbedaan nilai

kuat patah yang signifikan. Selain itu juga perlakuan

menggunakan NaOH pada serat abaka tidak

disarankan untuk dijadikan sebagai rencana dalam

mendesain papan komposit selanjutnya,

dikarenakan nilai MOR yang dihasilkan kurang dari

nilai standar yang telah ditetapkan yaitu (JIS) A

5908-2003 minimum 8 MPa.

Kesimpulan

Berdasarkan hasil pembuatan papan semen

komposit menggunakan bahan baku serat abaka

dengan hasil penelitian yang telah dilakukan

terhadap parameter-parameter yang telah diamati,

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

1.Dalam pembuatan papan semen komposit,

perbandingan antara semen dan serat abaka

mempengaruhi sifat fisik dan mekanik.

2. Hasil analisa papan semen komposit serat abaka

didapatkan komposisi optimal pada campuran

menggunakan metode manual yang diberi perlakuan

penambahan CaCl2, perbandingan 1:11 dengan

komposisi bahan 176 gram semen dan 16 gram serat.

3.Dari hasil pengujian sifat mekanik, didapatkan

perbedaan yang signifikan menggunakan kedua

metode perataan campuran dengan perlakuan

penambahan CaCl2 pada campuran mendapatkan

nilai yang lebih tinggi jika dibandingkan

menggunakan perlakuan NaOH pada serat dari

kedua metode perataan campuran tidak memenuhi

standar.

4.Untuk pengujian sifat fisik dari semua perlakuan

maupun metode perataan campuran memenuhi

standar.

Saran

Berdasarkan hasil penelitian sifat fisik dan

mekanik papan komposit serat abaka dapat

disarankan beberapa hal sebagai berikut:

1.Perlu dilakukan uji lanjutan sifat mekanik papan

komposit serat abaka dari berbagai taraf perlakuan.

2.Diharapkan untuk penelitian papan semen

komposit selanjutnya mampu memodifikasi variabel

independent dengan cara mengganti atau menambah

variabel. Sehingga dapat menghasilkan hasil yang

lebih objektif dan lebih bervariasi.

3.Untuk penggunaan perlakuan perendaman serat

dengan perlakuan NaOH pada serat abaka tidak

disarankan untuk penelitian selanjutnya,

dikarenakan hasil dari kuat patah pada penelitian ini

yang tidak memenuhi standar.

4.Berdasarkan analisa perbandingan lapangan,

bahwa kekurangan dari metode perataan campuran

manual ini adalah permukaan papan komposit yang

terlihat kurang rapi, tenaga yang dibutuhkan lebih

banyak dan dari segi efesiensi waktu pembuatan

yang cukup lama. Mempertimbangkan hal-hal

tersebut disarankan untuk menggunakan mesin meja

getar untuk memaksimalkan kekurangan yang ada

pada metode manual. Selain itu juga kekuatan patah

yang dihasilkan papan komposit hampir signifikan

sama.

DAFTAR PUSTAKA

Asriyati, A. (2016). Pengaruh Penambahan Serat

batang Pisang Terhadap Sifat fisis dan

Mekanik Papan Partikel dari Sabut Kelapa

dan Polyester (Doctoral dissertation, uin

Alauddin Makassar).

Chung, D. D. (2010). Composite materials: science

and applications. Springer Science &

Business Media.

Fajrin, J., Pathurahman, Lalu Gita Pratama, Basuki,

T., Lia, V., Balai, U. P. T., Biomaterial, P.,

Marpaung, J. L., Sutrisno, A., Lumintang, R.,

Surata, I. W., Lokantara, I. P., Arimbawa, P.,

& Purwanto, D. (2016). Aplikasi Metode

Analysis of Variance (Anova) Untuk

Mengkaji Pengaruh. Jurnal Energi Dan

Manufaktur. 6 (2), 11-23.

Hendrik. 2005. Pembuatan Papan Semen Gypsum

Dari Kayu Acacia Mangium willd. Skripsi.

Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor.

Bogor.

Indonesia, S. N. (2004). Semen portland komposit.

SNI 15-7064-2004, ICS 91.10. 10, Badan

Standardisasi Nasional, Jakarta.

Ismail Budiman, Firda Aulya Syamani, Subyakto,

dan Bambang Subiyanto. (2005).

Pemanfaatan Serat Abaka (Musa Textilis

Nee) Untuk Komposit Papan Serat dengan

Perekat semen. Prosiding Seminar Nasional

MAPEKI VIII, 66-71.

Japanese Industrial Standard: Cement Bonded

Particle Boards, JIS A 5417-1992 (1992).

Jauhar Fajrin1, Pathurahman2, Lalu Gita Pratama3.

(2016). Aplikasi Metode Analysis Of

Variance (Anova) Untuk Mengkaji

Pengaruh Penambahan Silica Fume

Terhadap Sifat Fisik dan Mekanik Mortar.

Vol. 12, No. 1, Februari 2016, 12, 11-23

Kaewkuk, S., Sutapun, W., & Jarukumjorn, K.

(2013). Effects of interfacial modification

and fiber content on physical properties of

sisal fiber/polypropylene composites.

Composites Part B: Engineering, 45(1),

544-549.

Maurya, H. O., Gupta, M. K., Srivastava, R. K., &

Singh, H. (2015). Study on the mechanical

properties of epoxy composite using short

sisal fibre. Materials Today: Proceedings,

2(4-5), 1347-1355.

Meriatna, M., & Abubakar, A. (2019, October).

Pengaruh Fraksi Volume Terhadap

Kekuatan Tarik Komposit Polyester Bqtn

Type 157-Ex Yang Diperkuat Serat Abaka.

In Seminar Nasional Teknik Industri 2019

(Vol. 4, No. 1). Teknik Industri Universitas

Malikussaleh.

Nasional, B. S. (2006). SNI 03-2105-2006

(Revisi SNI 03-2105-1996) Mutu Papan

Partikel. BSN. Jakarta.

Nasional, B. S. (2006). Papan partikel. Standar

Nasional Indonesia (SNI), 03-2105.

Nurwahida, N. (2019). Uji Sifat Fisik dan Mekanik

Papan Komposit dari Campuran Serat

Batang Pisang dan Serat Kulit Durian

menggunakan Perekat Polyester (Doctoral

dissertation, Universitas Islam Negeri

Alauddin Makassar).

Rahbini, R., Soemardi, H. B., & Sarjiyana, S.

(2017). Analisis Campuran Serat Pelepah

Tangkai Pisang Kepok Dengan Resin

Katalis Terhadap Kekuatan Tarik. JTT

(Jurnal Teknologi Terapan), 3(2).

Setiawan, D. (2020). Karakterisasi Serat Abaka

Sebagai Alternatif Material Penguat

Komposit Ramah Lingkungan. Jurnal

Industri Elektro dan Penerbangan, 4(1).

Sosiati, H., Nahyudin, A., Fauzi, I., Wijayanti, D.

A., & Triyana, K. (2016, April). Bio-

composites fabricated by sandwiching sisal

fibers with polypropylene (PP). In AIP

Conference Proceedings (Vol. 1725, No. 1,

p. 020081). AIP Publishing LLC.

Sosiati, H., Pratiwi, H., & Wijayanti, D. A. (2015).

The Influence of Alkali Treatments on

Tensile Strength and Surface Morphology

of Cellulose Microfibrils. In Advanced

Materials Research (Vol. 1123, pp. 147-

150). Trans Tech Publications Ltd.

Schwartz, J., Dockery, D. W., & Neas, L. M. (1996).

Is daily mortality associated specifically

with fine particles?. Journal of the Air &

Waste Management Association, 46(10),

927-939.

Shuttleworth, M. (2008). Definition of research.

Experiment Resources.

Suantara, D., & Oktaviani, E. (2015). Pemanfaatan

Serat Kelapa Dan Serat Abaka Sebagai

Bahan Baku Papan Partikel. Arena Tekstil,

30(1).

Yunita, D., & Mahyudin, A. (2017). Pengaruh

Persentase Serat Bambu terhadap Sifat

Fisik dan Mekanik Papan Beton Ringan.

Jurnal Fisika Unand, 6(4), 348-354.