pengaruh proporsi penambahan hidrokoloiddan penggunaan ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of pengaruh proporsi penambahan hidrokoloiddan penggunaan ...
PENGARUH PROPORSI PENAMBAHAN HIDROKOLOIDDAN PENGGUNAAN JENIS
BAHAN PENGEMBANGTERHADAP KARAKTERISTIK FISIK, KIMIA DAN
ORGANOLEPTIK ROTI MANIS BEBAS GLUTEN BERBAHAN BAKU TEPUNG BERAS,
PASTA KENTANG DAN TEPUNG TAPIOKA
SKRIPSI
Oleh:
NURUL HUSNI
NIM 125100501111012
JURUSAN TEKNOLOGI HASIL PERTANIAN
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
RIWAYAT HIDUP
NurulHusnidilahirkan di DesaWajakKabupaten Malang padatanggal 15Oktober
1994.PenulismerupakanputripertamadariBapakSarnamalmarhumdanIbuMuslikah.Pendidikan
penulismeliputipendidikansekolahdasardi SDN NgembalKecamatanWajak,
pendidikansekolahmenengahpertama di SMPN 1 Wajak,
sertapendidikansekolahmenengahatas di SMA
HasanuddinWajak.Penulismelanjutkanpendidikankuliah S1 di Program
StudiIlmudanTeknologiPangan, JurusanTeknologiHasilPertanian,
UniversitasBrawijayapadatahun 2012 denganjalurPrestasiAkadatauUndangan.
Pendidikankuliahpenulisditamatkan pad bulanMaret 2018.
Padamasaperkuliahanpenulispernahmengikutikegiatanorganisasiyaitusebagaistafedu
cation English for Specific Purpuse.Penulisaktifmengikutikepanitiaan Seminar ESP Great
Present
sebagaiwakilsekretaris.Penulisjugaaktifmengikutikepanitiaansebagaianggotadevisikerohania
n di kegiatan OPJH 2013.Penulispernahaktif di kegiatanlombadebatbahasaInggrissebagai
debater padaNebie University Debate Competition danpada MTQ FTP tahun 2013
dansebagai adjudicator pada UB National University Debate Competition.
Malang, 19 Juli 2019
NurulHusni
HALAMAN PERUNTUKAN
AlhamdulillahiRabbilalamiin…
Segalapujibagi Allah SWT atasrahmatdankaruniaNyaserta
sholawatdansalamuntukRasulullahNabi Muhammad SAW.
Terselesaikannyapenulisanskripsiinitaklepasataspertolongan Allah SWT
dannikmatNyaberupaimandantaqwa, dankesempatanuntukmenunututilmu
hinggapenulismampumenyelesaikantugasakhirini.
KaryainipenulispersembahkanuntukBapakdanIbu yang memberikansegala yang
dimilikinyauntukkesuksesanputrinya.Begitu pula untukparasahabataktivisdakwahdanteman-
teman yang senantiasamemberikandukungankepadapenulis.
“Menuntutilmuadalahkewajibanuntuksetiapmuslim” (SunanIbnuMajah, hadits no. 220).
Makatidakada yang lain, bahwakitamenjalankaninisematauntukmeraihridho Allah SWT
dansemogamemberikanikemaslahatanbagiumat.
Sejarahtelahmembuktikanbahwabangsa yang majuadalahbangsa yang mencintaiilmu
Semogakaryainidapatbermanfaatbagisemuakalangan.
*Perjalananhidupadalahperjalananuntukmeraihcita-cita*
Orang yang memilikicita-citabesar,
makahidupnyaberorientasipadahal-hal yang besa
Begitujuga orang yang memilikicita-citaremeh,
makahidupnyaberorientasipadahal-hal yang remeh
i
NurulHusni. 125100501111012.
PengaruhProporsiPenambahanHidrokoloiddanPenggunaanBahanPengemb
angterhadapKarakteristikFisik, Kimia danOrganoleptik Roti ManisBebas
Gluten Berbahan Baku TepungBeras, Pasta KentangdanTepungTapioka.
TugasAkhir.
Pembimbing: Dr. Ir. AjiSutrisno, M.Sc, Ph.D
RINGKASAN
Roti merupakansalahsatuprodukfermentasiberbahanbakutepungteriguyang
digemariolehmasyarakat Indonesia. Indonesia
bukannegarapenghasilgandumsehinggaketersediaantepungterigudiperolehdenga
ncaraimpor, di sampingitukandungan gluten
padagandumbersifatalergenterhadappenderitapenyakitseliak. Pembuatan roti
berbahanbaku non terigusepertitepungberas, pasta
kentangdantepungtapiokamerupakansalahsatuupayauntukmengurangipengguna
antepungterigusekaligusamandikonsumsiolehpenderitapenyakitseliak.
Pembuatan roti
padapenelitianinimenggunakanvariabelproporsipenambahanhidrokoloiddanpeng
unaanbahanpengembang.
Tujuandaripenelitianiniadalahmengetahuipengaruhproporsipenambahanhid
rokoloiddanpenggunaanbahanpengembangterhadapkarakteristikfisik,
kimiadanorganoleptikroti manisbebas gluten berbahanbakutepungberas, pasta
kentangdantepungtapioka. PenelitianinimenggunakanRancanganAcakKelompok
(RAK) dengan 2 faktor.Faktor I
yaituproporsipenambahanhidrokoloidglukomanandan xanthan gum terdiridari 3
level (2%:0%, 1%:1%dan0%:2%) danfaktor II
yaitupenggunaanbahanpengembang yeast dan baking powderterdiridari 3 level
(2,5%:0%, 2,5%:1%dan1%:0%). Masing-masingdengan 3 kali
ulangansehinggadiperoleh 27 unit percobaan. Data
hasilpengamatandianalisismenggunakan ANOVA dilanjutkanuji DMRT atau BNT
dengantarafbedanyata5%. HasilujiorganoleptikdianalisisdenganmetodeHedonic
Scale Scoring.
Hasilpenelitianmenunjukkanbahwaperlakuanproporsipenambahanhidrokolo
iddanpenggunaanbahanpengembangberpengaruhnyata (α=0,05)
terhadappengembanganspesifik, volume pengembangan roti, volume
pengembangan roti, porositas,
kekerasandanwarnanamuntidakberpengaruhnyatapada staling rate.
Perlakuanterbaikroti manisbebas glutendenganmetodeMultiple atributeyaitupada
roti denganproporsipenambahanhidrokoloidglukomanandan xanthan gum 1%:1%
menggunakanbahanpengembang yeastmemilikikandungankadar air 48,57%,
kadar protein 6,7%, kadarlemak 7,4% dankadarabu 0,81%, warna (L*) 68,45; (a*)
3,67; (b*) 17,38, pengembanganspesifik 1,15 cm3/g, volume pengembangan
172,55%, porositas 71,74%, kekerasan5,44 Ndan staling rate 17,26%. Parameter
ii
organoleptik aroma 3,14 (agaksuka); rasa 3,28 (agaksuka); warna3,85 (suka)
dantekstur 3,54 (suka).
Kata kunci: Roti ManisBebas Gluten, Glukomanan, Xanthan Gum, Baking
Powder, Yeast.
iii
NurulHusni. 125100501111012. The Effect of Hydrocolloid Proportion and
The Use of Leavening Agent Type to The Physical, Chemical and
Organoleptic Characteristics of Gluten Free Bread Made of Rice Flour,
Potato Paste and Tapioca Flour. Final project
Supervisor: Dr. Ir. AjiSutrisno, M.Sc, Ph.D
Summary
Bread is one of most favourite fermentation product in Indonesia made
from wheat flour. Indonesia is not a wheat producing country so the availability of
wheat flour is obtained by import.Otherwise the content of gluten in wheat is
allergenic to celiac diseases patients. The making of non-wheat flour based
breads such as rice flour, potato paste and tapioca flour as raw materials is one
of effort to reduce the use of wheat flour as well as to raise the safetyof breads
consumtion by patients with celiac disease. The variables used inthsstudy are the
proportion of hydrocolloid addition and the use of leavening agent.
The purpose of this research is to know the influence of the proportion of
hydrocolloid addition and the use of leavening agent to the physical, chemical
and organoleptic characteristics of sweet gluten-free bread made from rice flour,
potato paste and tapioca flour. This study used Randomized Block Design with 2
factors. The first factor is the proportion of hydrocolloid addition, glucomannan :
xanthan gum consisted of 3 levels (2%: 0%, 1%: 1% and 0%: 2%) and the
second factor is the use leavening agent,yeast and baking powder consisted of 3
levels (2 , 5%: 0%, 2.5%: 1% and 1%: 0%). Each treatment was repeated 3 times
to obtain 27 units of experiment. The observational data was analyzed using
ANOVA followed by DMRT or BNT test with 5% real difference. The result of
organoleptic test was analyzed with Hedonic Scale Scoring method.
The resultof this research showed that the proportion of hydrocolloid
addition and the use of leavening agent gave significant effect (α = 0,05) to bread
specific volume, bread volume, porosity, hardness and color but gave no
significant effect to staling rate. The best treatment analyzed withMultipleiiittribute
method is on bread with addition proportion of glukomanan and xanthan gum 1%:
1% using yeast as the leavening agent. It has 48,57% of moisture, 6,7% of
protein content, 7, 4% of fat content and 0,81%,ash content, 68,45 in whiteness
(L *) color, 3.67 in redness color (a *), 17,38 in yellowness color (b *),1.15 cm3 /g
in specific volume, 172.55% in loaf volume, 71.74% in porosity, 5.44 N in
hardness and 17.26% of staling rate. Organoleptic parameters, the panelist gave
scores 3,14 (rather like) for aroma; 3,28 (rather like) for taste; 3,85 (like) for color
(like) and 3,54 (like) for texture.
Keywords: Sweet Free Gluten Bread, Glucomannant, Xathan Gum, Yeast,
Baking Powder
iv
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, pujisyukurpenulispanjatkankepadaAllah SWT
ataslimpahanrahmat, taufiq,
danhidayahNyasehinggapenulisdapatmenyelesaikanpenyusunanskripsiinidengan
baik.Skripsiinisebagaisyaratdalammemperolehgelarkesarjanaan di
FakultasTeknologiPertanianUniversitasBrawijaya Malang.
Penyusunanskripsiinitidakterlepasdaribantuanberbagaipihak,
untukitutidaklupapenulismengucapkanterimakasihkepada:
1. Allah SWT atassegalalimpahanberkah,rahmatdankaruniaNyasertaRasulullah
SAW atasupayadakwahdanperjuanganbeliau.
2. BapakDr. Ir. AjiSutrisno, M.Sc, Ph.Dselakudosenpembimbing yang
telahmemberikanbimbingan,
ilmudanpengetahuansertawaktunyauntukmembimbinghinggapenulismendapat
gelarsarjana.
3. Orang tuasayaibudanbapakatasdoa, kasihsayang, sertadukunganbaik moral
ataupun material yang telahdiberikan.
4. Makhabatul (adik) dansaudarasepupusaya
5. Keluargabesarsaya di DesaWajak
6. Sahabat-sahabatPejuangSyariahdanKhilafahkhususnyamusrifahdanteman-
temanAsy-Syahidah,Asma’dantimdakwah FTP.
7. PuputSafitri (meri bro), teman yang selalumemberisaya support
8. Maisarohtemanseperjuangan di bangkuperkuliahandanpenelitian.
9. Teman-temanAngkatan 2012 TeknologiHasilPertaniandansemuapihak yang
telahmembantukelancaranpenyusunanskripsiinidanmemberidukungan,
doasertasemangatbagiparapenulis.
Semogatugasakhirinidapatdipahamibagisiapapun yang
membacanya.Sekiranyatugasakhir yang telahdisusun, masihterdapatkekurangan
kami mohon saran dankritik yang bersifatmembangun demi perbaikan di
masamendatang.
Malang, Juli2019
vi
DAFTAR ISI
RINGKASAN ……………………………………………………………………... i
KATA PENGANTAR…………………………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………………..... iii
DAFTAR TABEL...………………………………………………………………. x
DAFTAR GAMBAR ……………………………………………………………… xi
BAB I PENDAHULUAN …………………………………………………………. 1
1.1 LatarBelakang..……………………………………………………… 1
1.2 RumusanMasalah.………………………………………………….. 3
1.3 TujuanPenelitian..…………………………………………………… 3
1.4 ManfaatPenelitian.………………………………………………….. 3
1.5 Hipotesis……………………………………………………………… 3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.…………………………………………………. 4
2.1 TepungBeras………………………………………………………… 4
2.2 Kentang (Solanumtuberosum L.) ..………………………………… 6
2.3 TepungTapioka……………………………………………………… 7
2.4 Roti Manis……………………………..……………………………… 9
2.5Hidrokoloid..………………………………………………………….. 10
2.6 Glukomanan …..………………………………………………… 11
2.7 Xanthan Gum ..…………………………………………………. 13
2.6 Bahan-bahanTambahanpadaPembuatan Roti ManisBebas
Gluten………………………………………………………………….
16
2.7 Pembuatan Roti Manis....…………………………………………. 23
BAB III METODE PENELITIAN ………………………………………………... 27
3.1 TempatdanWaktuPenelitian……………………………………… 27
3.2 AlatdanBahan………………………………………………………. 27
3.3 MetodePenelitian…………………………………………………… 28
3.4 PelaksanaanPenelitian…………………………………………….. 29
3.5 pengamatandanAnalisis Data ……………………………………. 30
3.6 Diagram AlirPenelitian……………………………………………... 31
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN ..…………………………………………... 33
4.1 AnalisisBahan Baku …………………………………………………… 33
4.2 KarakteristikFisik Roti ManisBebasGluten ..………………………. 37
4.2.1 VolumePengembanganSpesifik …………………………….. 37 4.2.2 Volume Pengembangan Roti ………………………………….. 39 4.2.3 Porositas …………………………………………………………. 45 4.2.4 Kekerasan ……………………………………………………….. 49 4.2.5 Staling Rate …………………………………………………….. 52 4.2.6 Tingkat Kecerahan (L*) ………………………………………… 55 4.2.7 Tingkat Kemerahan (a*) ……………………………………….. 59 4.2.8 Tingkat Kekuningan (b*) ……………………………………….. 61
4.3 KarakteristikOrganoleptik Roti ManisBebas Gluten ………………. 64 4.3.1 UjiOrganoleptik Roti ManisBebas Gluten …………………… 65
vii
4.3.1.1 Aroma …………………………………………………… 66 4.3.1.2 Tekstur ………………………………………………….. 67 4.3.1.3 Warna …………………………………………………… 68 4.1.1.4 Rasa …………………………………………………….. 69
4.4. PemilihanPerlakuanTerbaik ………………………………………… 70 BAB V Penutup ………………………...…………………………………………... 74
5.1 Kesimpulan ……………………………………………………………… 74 5.2 Saran………………..…………………………………………………… 74
DaftarPustaka ………………………...…………………………………………... 75
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 StandarMutuTepungBerasBersadarkan SNI 3549-2009 ………... 5
Tabel 2.2 KandunganNutrisiKentangTiap 100 g ……………………………… 7
Tabel 2.3 KomposisikimiaTepungTapioka 100 g ….……..…………............... 8
Tabel 2.5Standar Mutu Tepung Porang ………………………………………… 12
Tabel 2.7.1 FaktorKonversidalamPenimbangan ……… ……………………… 24
Tabel 3.1 RincianKombinasiPerlakuan……….………………………............... 28
Tabel 4.1 Data AnalisisBahan Baku danPerbandingannyadenganLiteratur 33
Tabel 4.2 PerlakuanTerbaikRoti ManisBebas Gluten
BerdasarkanAnalisisMultiple
Atribute…………………………………………………...................
71
Tabel 4.3 Karakteristik Kimia PerlakuanTerbaik Roti ManisBebasGluten.... 72
ix
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1Kentang (Solanumtuberosum) ……………………………………... 6
Gambar 2.2 Roti Manis ………………………….………………………………... 9
Gambar2.3Struktur Kimia Glukomanan………………………………………. 1
1
Gambar 2.4Struktur Kimia Xanthan Gum …. …………………………………. 1
4
Gambar 3.1 Diagram AlirPembuatan Pasta Kentang……………………….. 3
1
Gambar 3.2Diagram AlirPembuatanRoti ManisBebasGluten ..………….. 3
2
Gambar 4.1GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadap
Volume PengembanganSpesifik Roti ManisBebas Gluten
3
7
Gambar 4.2GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadap
Volume Pengembangan Roti ManisBebas Gluten ………
4
0
Gambar 4.3Perbandingan Volume Roti ManisBebas Gluten
denganPerlakuanProporsiPenambahanHidrokoloiddanPenggunaanJe
nisBahanPengembang…………………………………………………….
4
4
Gambar 4.4GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum
sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadapPorositas Roti
ManisBebas Gluten ………………………...
4
5
Gambar 4.5PerbandinganPorositas Roti ManisBebas Gluten
denganPerlakuanProporsiPenambahanHidrokoloiddanPenggunaanJe
nisBahanPengembang……………………..............................................
.
4
8
Gambar 4.6GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum
sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadapKekerasan Roti
ManisBebas Gluten ….………...................
4
9
Gambar 4.7GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum
sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadapStaling Rate Roti
ManisBebasGluten .…………………..
5
2
Gambar
4.8GambarAktivitasPolimerPatiPadaSaatGelatinisasidanRetrogradasi
…………………………………………………………….....
5
4
Gambar 4.9GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum sertaPengggunaanJenisBahanPengembangterhadap
Tingkat KecerahanCrumb Roti ……………………………..
5
6
Gambar 4.10GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadap
5
8
x
Tingkat KecerahanCrust Roti ……………..
Gambar 4.11GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadap
Tingkat KemerahanCrumb Roti ..………..
5
9
Gambar 4.12GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadap
Tingkat Kemerahan Crust Roti ……………..
6
0
Gambar 4.13GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadap
Tingkat Kekuningan Crumb Roti ……………..
6
2
Gambar 4.14
GrafikPengaruhProporsiPenambahanHidrokoloidGlukomanandan
Xanthan Gum sertaPenggunaanJenisBahanPengembangterhadap
Tingkat Kekuningan Crust Roti ……………..
6
3
Gambar 4.15 Spider Chart UjiOrganoleptik Roti ManisBebas Gluten
BerdasarkanSkorKesukaanPanelis ..………………………………..
6
5
xi
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 ProsedurAnalisisKimiadanFisik ………………………………... 81
Lampiran 2 ProsedurUjiOrganoleptik..………………………………………... 85
Lampiran 3 LembarKuesionerUjiOrganoleptik.……………………………... 86
Lampiran 4 Data DataPengamatandanAnalisisRagam Roti ManisBebas
Gluten……………………………………………………………..…….. 87
Lampiran 5 Data AnalisisStatistikOrganoleptik Roti ManisBebas Gluten …. 106
Lampiran 6 Data DataAnalisisPerlakuanTerbaik(Zeleny) Roti ManisBebas
Gluten …………………………………………………………… 114
1
I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Roti merupakan salah satu produk fermentasi yang digemari oleh
masyarakat Indonesia sebagai pengganti nasi. Data Survei Sosial Ekonomi
Nasional (Susenas) menunjukkan nilai konsumsi roti manis pada tahun 2008
mencapai 6,4 miliar potong (Mulyadi, 2011). Roti pada umumnya terbuat dari
tepung terigu yang berbahan baku gandum. Indonesia sendiri belum bisa
memproduksi gandum karena iklim yang kurang cocok. Ketersediaan gandum di
Indonesia diperoleh dengan impor dari berbagai negara. Volume impor gandum
dari tahun ke tahun pun semakin meningkat. Berdasarkan data APTINDO (2013),
Indonesia mengimpor gandum terbanyak dari Australia (70,7 %), Kanada (14,9
%), dan Amerika Serikat (11 %). Indonesia juga mengimpor gandum dari India,
Rusia, Pakistan, dan Turki dalam jumlah yang lebih sedikit.
Menurut FAO (Badan Pertanian Dunia) dan WHO (Badan Kesehatan
Dunia) tepung gandum mengandung gluten yang alergen. Salah satu penyakit
alergi gluten adalah penyakit seliak,yaitu penyakit rusaknya lapisan usus halus
sehingga tidak mampu menyerap nutrisi yang masuk ke dalam tubuh ketika
penderita mengkonsumsi gluten. Hal ini menyebabkan penderita mengalami
kekurangan vitamin, mineral, protein, karbohidrat dan lemak.Di Eropa, terutama
di Kroasia sekitar 1% dari penduduknya menderita penyakit ini (Moore,2006).
Upaya yang dilakukan untuk menekan impor tepung terigu dan
menciptakan produk yang aman bagipenderita penyakit seliakadalah mengganti
tepung terigu dengan bahan pangan lokal yang dapat diproduksi di Indonesia
seperti tepung beras, atau tepung umbi-umbian (Richana, 2012).Dalam
penelitian ini, bahan bakuyang digunakan adalah tepung beras, pasta kentang
dan tepung tapioka.Tepung beras adalah bahan utama sumber karbohidrat pada
penelitian ini karena mempunyai karakter rasa yang paling mirip dengan tepung
terigu. Kentang mempunyai pati dengan daya ikat air yang tinggi berfungsi
mempertahankan kelembaban sehingga roti menjadi lebih empuk dan lembut.
Tepung tapioka berfungsi sebagai sumber pati yang berperan dalam
pengembangan dan pembentukan pori karena kemampuannya dalam mengikat
air dan menahan gas.
2
Tepung beras dan tapioka telah banyak digunakan sebagai bahan baku roti
bebas gluten, akan tetapi umbi kentang belum pernah digunakan. Selama ini
pasta kentang hanya disubstitusikan pada produk roti atau donat berbahan
tepung terigu. Adapun pada produk roti bebas gluten, kebanyakan yang
digunakan adalah pati kentang (potato starch). Oleh karena itu dalam penelitian
ini pasta kentang digunakan sebagai salah satu bahan baku pembuatan roti
manis bebas gluten.
Penggunaan tepung non terigu (bebas gluten) pada pembuatan roti
memiliki viskositas adonan yang rendah karena kurangnya kemampuan pati
dalam mengikat air dan menahan gas. Hal ini menyebabkan lemahnya struktur
adonan yang berdampak pada tidak optimalnya pengembangan danpori-pori
crumb yang dihasilkan pun tidak halus dan seragam.Oleh karena itu diperlukan
bahan pengganti gluten yang dapat menigkatkan pengembangan dan
memperbaiki pori-pori crumb roti, yakni senyawa hidrokoloid.
Senyawa hidrokoloid dipilih untuk memperbaiki sifat reologi dan kestabilan
adonan, meningkatkan pengembangansertamengoptimalkan pemerangkapan
gas.Hidrokoloid yang digunakan pada penelitian ini adalah glukomannan dan
xanthan gum. Menurut Charoenrein et al. (2010) Glukomanan mempunyai
kemampuan membentuk matriks film yang melingkupi granula pati sehingga
dapat memerangkap gas untuk membentuk pori-pori roti. Xanthan gum dalam
pembuatan adonan roti mampu berikatan dengan komponen pati dan protein.
Xanthan gum dapat membentuk lapisan film tipis dengan pati sehingga bisa
memiliki fungsi yang mirip dengan gluten untuk memerangkap gas. Hasil
interaksi antara pati dan xanthan gum tersebut mampu meningkatkan struktur
crumb yang baik (Kuswardani et al., 2008). Hidrokoloid dalam pembuatan roti
akanmengikat air selamapembentukan adonan sehingga saatpemanggangan, air
yang dibutuhkan untukgelatinisasi pati tersedia. Hasil interaksitersebut mampu
meningkatkan umur simpan,menghasilkan struktur crumb yang baik
danmempertahankan kelembaban(Whistler dan BeMiller, 1993).
Yeast dan baking powder merupakan bahan pengembang pada roti.
Keduanya, baking powder dan yeast mengembangkan adonan dengan sifat
pengembangan yang berbeda serta menghasilkan remah roti yang berbeda.
Oleh karena itu pengaruh penambahan yeast,baking powder dan perpaduan
keduanya perlu untuk diamati.
3
Berdasarkan hal tersebut, maka dilakukan penelitian lebih lanjut untuk
mengetahui proporsi hidrokoloid yang tepat serta pengaruh penambahan bahan
pengembang yeastdan baking powderdalam pembuatan roti manis bebas gluten
dengan sifat fisik, kimia dan organoleptik yang dapat diterima oleh konsumen.
1.2. Perumusan Masalah
a. Bagaimana pengaruh proporsi penambahan hidrokoloidglukomanan dan
xanthan gumserta penambahanyeast danbaking powderterhadap
karakteristik fisik, kimia dan organoleptik roti manis bebas gluten?
b. Bagaimana daya terima panelis terhadap karakteristik roti manis bebas
gluten?
1.3. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proporsi penambahan hidrokoloid glukomanan dan xanthan
gum serta pengaruh bahan pengembang yeast dan baking powderterhadap
karakteristik fisik, kimia dan organoleptik roti manis bebas gluten.
2. Mengetahui daya terima panelis terhadap karakteristik roti manis bebas
gluten.
1.4. Manfaat Penelitian
1. Sebagai alternatif dalam pembuatan roti manisbebas gluten untuk
mendukung ketahanan dan keamanan pangan nasional.
2. Menjadi produk alternatif yang mampu dikonsumsi oleh konsumen
dengan kebutuhan khusus.
3. Mengurangi konsumsi dan impor tepung terigu.
1.5. Hipotesis
Diduga proporsi penambahan hidrokoloid glukomannandan xanthan gum
serta penggunaan bahan pengembangyeastdan baking powder pada pembuatan
roti manis bebas gluten mempengaruhi karakteristik dan daya terima konsumen.
4
II TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tepung Beras
Beras merupakan makanan pokok di tidak kurang 26 negara padat
penduduk (China, India, Indonesia, Pakistan, Bangladesh, Malaysia, Thailanddan
Vietnam) atau lebih dari separuh penduduk dunia (Koswara, 2009). Dilihat dari
kandungan gizinya, beras memang relatif unggul dibandingkan dengan bahan
makanan pokok lainnya. Kandungan energinya mencapai 360 kalori per 100
gram. Beras adalah sumber protein yang baik dengan kandungan protein 6,8
gram per 100 gram. Seseorang yang makan beras dalam jumlah yang cukup
pasti tidak akan kekurangan protein (Suhartiningsih, 2004).
Beras umumnya diolah menjadi nasi yang merupakan makanan pokok di
beberapa Negara di dunia. Selain itu, beras juga bisa diolah menjadi tepung
beras yang banyak digunakan sebagai bahan baku industri seperti bihun,mi, roti,
makaroni, aneka snacks, aneka kue kering (cookies), biskuit, makanan bayi,
tepung campuran (composite flour) dan sebagainya (Koswara, 2009). Beras
terdiri dari banyak jenis yang setiap jenisnya mempunyai karakter dan flavor yang
berbeda. Namun secara keseluruhan beras mempunyai tekstur yang lunak dan
lembut, sehingga beras menjadi bahan yang paling sering digunakan sebagai
makanan balita (Hui, 2006)
Beberapa produk olahan dari beras biasanya dijual secara komersial
sebagai bahan makanan, di antaranya tepung beras dan bekatul. Bekatul
merupakan produk samping penggilingan beras yang memberikan manfaat bagi
kesehatan. Bekatul memiliki serat pangan yang tinggi, lemak, protein, antioksidan
terutama Vitamin E (tocotrienol), oleh karena itu bekatul biasa ditambahkan
dalam pembuatan roti, biskuit atau cookies untuk memperbaiki teksur dan gizi.
Tepung beras merupakan tepung polesan yang digiling hingga halus. Tepung
beras merupakan tepung yang paling sering digunkan untuk pembuatan roti
bebas gluten karena memiliki karakter yang mirip dengan tepung terigu (Hui,
2006).
Standar mutu tepung beras ditentukan menurut Standar Industri Indonesia
(SII). Di Amerika, dikenal dua jenis tepung beras, yaitu tepung beras ketan dan
tepung beras biasa. Tepung ketan mempunyai mutu yang lebih tinggi jika
digunakan sebagai pengental susu, pudding dan makanan ringan atau roti
(Koswara, 2009).Standard mutu tepung beras dapat dilihat pada tabel 2.1
5
Tabel 2. 1 Standard Mutu Tepung beras Berdasarkan SNI 3549-2009
Komponen Jumlah
Keadaan
Bentuk Serbuk halus
Bau Normal
Warna Putih khas tepung beras
Benda asing Tidak boleh ada
Serangga dalam semua bentuk stadia
dan potongan-potongannya
Tidak boleh ada
Jenis pati selain pati beras Tidak boleh ada
Kehalusan, lolos ayakan 80 mesh (%) Min 90
Kadar air (%) Maks 13
Kadar abu (%) Maks 1,0
Belerang dioksida Tidak boleh ada
Silikat (%) Maks 0,1
pH 5-7
Cemaran logam
Kadmium (Cd) (mg/kg) Maks 0,4
Timbal (Pb) (mg/kg) Maks 0,3
Merkuri (Hg) (mg/kg) Maks 0,05
Arsen (As) (mg/kg) Maks 0,5
Cemaran Mikroba
Angka lempeng total (koloni/g) Maks 1x108
Escherichia coli (APM/g) Maks. 10
Bacillus cereus (koloni/g) Maks 1x104
Kapang (koloni/g) Maks 1x104
(SNI 3549, 2009)
Proses pembuatan tepung beras dimulai dengan penepungan kering
dilanjutkan dengan penepungan basah yaitu dengan cara: beras direndam dalam
air selama satu malam, ditiriskan, lalu digiling menjadi tepung hingga ukuran 80
mesh. (Koswara, 2009).
6
2.2. Kentang (Solanum tuberosum L.)
Gambar 2.1 Kentang (Solanum tuberosum) (Zalewskiego, 2013)
Kentang merupakan hasil panen terpenting ketiga di dunia setelah beras
dan gandum (FAO, 2010). Kentang merupakan komoditas pangan non-grain
yang paling banyak dikonsumsi manusia. Kentang terdiri sekitas 200
spesies,namun hanya ada 4 spesies kentang yang dikonsumsi secara luas di
dunia(FAO, 2008). Masing-masing spesie memiliki bentuk, ukuran, warna kulit
dan daging umbi yang berbeda. Di Indonesia, kentang dibedakan menjadi tiga
golongan, yaitu kentang kuning, putih dan merah. Kentang kuning terdiri dari
beberapa varietas yang di antaranya adalah Pattrones, Katella, Cipanas dan
Granola. Kentang putih terdiri dari varietas Donata, Radosa dan Sebago.
Sedangkan kentang merah terdiri dari varietas Red Pontiac, Arka dan Desiree.
Dari ketiga varietas kentang tersebut, kentang kuning adalah kentang yang
paling digemari karena memiliki rasa yang enak, gurih, empuk dan sedikit berair
(Aini, 2012). Pembuatan roti bebas gluten dalam penelitian ini pun menggunakan
kentang kuning.
Kandungan nutrisi pada kentang relatif tinggi.Protein pada kentang
mangandung banyak asam amino essensial yaitu lisin, leusin, fenilalanin, treonin
dan valin (Lisinska, 2006). Kentang mempunyai kandungan pati yang tinggi dan
rendah kadar gula serta mengandung mineral K, Mg, Fe, Cu, J dan P. Kentang
juga memiliki sejumlah vitamin seperti vitamin B, asam folat, vitamin E larut
lemak, vitamin K dan karotenoid yang bisa disintesis menjadi vitamin A (Wroniak,
2006).
7
Kentang merupakan umbi-umbian dengan kandungan protein tertinggi
dibanding umbi lainnya. Kandungan karbohidrat yang tinggi menyebabkan
kentang dikenal sebagai bahan pangan yang dapat menggantikan bahan beras,
gandum dan jagung sehingga berpotensi dalam program diversifikasi pangan
untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat (Imran, 2011). Pada umumnya,
kandungan vitamin pada umbi-umbian tidaklah tinggi, namun 200 gram kentang
dapat memenuhi kebutuhan harian dari sumber nutrisi tersebut (Lisinska,
2006).Kandungan nutrisi pada bungkil kacang tanah dapat dilihat pada Tabel 2.2
Tabel 2. 2 Kandungan Nutrisi Kentang Tiap 100 g
(USDA, 2016)
Selain dikonsumsi secara langsung sebagai sumber karbohidrat, dewasa
ini kentang juga dimanfaatkan menjadi berbagai produk makanan olahan. Secara
umum, produk olahan kentang dapat berupa tepung, kentang kering, kentang
beku, keripik kentang, roti, cakes dll (Wattimena, 2006).
Horstmann et al. (2016) menyatakan bahwa pati kentang merupakan pati
terbaik untuk pembuatan roti non terigu. Ukuran granula pati pada tepung yang
dijadikan sebagai bahan pembuatan roti memberikan hasil yang sangat
signifikan. Kentang memiliki granula pati yang paling besar dibanding dengan
granula pati ubi lainnya, dan lebih besar daripada granula pati serealia sehingga
mempunyai kemampuan mengikat air yang lebih banyak. kemampuannya dalam
Komponen Jumlah
Air (g) 64,44
Protein (g) 2,75
Lemak (g) 5,48
Karbohidrat (g) 25,55
Serat (g) 2,00
Abu (g) 0,93
Vitamin C (mg) 8,6
Vitamin B-6 (mg) 0,26
Tiamin (mg) 0,13
Riboflavin (mg) 0,032
Niasin (mg) 2,07
Vitamin E (mg) 0,39
8
mengikat air menyebabkan roti yang terbuat dari kentang mempunyai tekstur
yang lembut dan kadar air yang tinggi.
2.3. Tepung Tapioka
Tepung tapioka merupakan pati yang diekstrak dari umbi singkong. Proses
ekstraksi singkong relatif mudah karena singkong memiliki kandungan protein
dan lemak yang rendah. Jika proses pembuatannya dilakukan dengan baik, pati
yang dihasilkan akan berwarna putih bersih Berdasarkan derajat keputihan,
semakin putih tepung tapioka mutunya juga semakin baik (Moorthy, 2004).
Adapun komposisi kimia pada tepung tapioka dapat dilihat pada tabel 2.2.
Tabel 2.2 Komposisi Kimia Tepung Tapioka 100 g
(Badan Ketahanan Pangan dan Penyuluhan Provinsi DIY, 2012)
Pada pembuatan rotibebas gluten, tepung tapioka mempunyai kandungan
amilopektin yang tinggi sehingga memiliki daya ikat air yang baik dan membentuk
massa adonan yang kental dengan sifat yang liat, lengket, dan sedikit elastis
(Kuswardani, 2008).Selama pemanggangan roti, pati akan tergelatinisasi
sehinnga menjadi mengembang dan larut sebagian, akan tetapi masih
mempertahankan bentuk granulanya (Abdel, 2009). Gelatinisasi pati memainkan
peranan penting pada pembuatan roti bebas gluten karena mampu membentuk
matriks yang dapat menangkap udara sehingga terbentuklah rongga. Selain itu,
penambahan pati pada roti bebas gluten bisa memperbaiki kestabilan adonan
pada saat penyampuran dan meningkatkan kelembutan crumb (Arendt, 2011).
Komponen Jumlah
Energi 362 kkal
protein (g) 0,5
Lemak (g) 0,3
Karbohidrat (g) 86,9
Kalsium (mg) 0
Besi (mg) 0
Fosfor (mg) 0
Vitamin A (mg) 0
Vitamin B1 (mg) 0
Vitamin C (mg) 0
Air (g) 1
9
2.4. Roti Manis
Gambar 2.2 Roti Manis (Resep Masakan Indonesia, 2017)
Secara garis besar, produk bakery bisa dikelompokkan menjadi kelompok
roti dan kelompok biskuit. Produk roti mempunyai struktur berongga-ronga,
dikembangkan dengan ragi roti dan produk akhirnya bersifat plastis dan elastis
karena kadar airnya relatif tinggi. Produk biskuit terdiri dari berbagai bentuk dan
mempunyai struktur lebih padat dengan tektur mulai dari rapuh atau renyah
sampai relatif keras, serta kadar airnya rendah sehingga lebih awet dari pada
roti(Hendrasty, 2013).
Roti didefinisikan sebagai makanan yang pada umumnya terbuat dari
tepung terigu yang diragikan dengan ragi roti dan dipanggang. Adonan roti boleh
ditambahkan garam, gula, susu, lemak dan bahan-bahan pelezat seperti coklat,
kismis dan sukade (SNI, 1990). Berdasarkan formulasinya, roti dapat dibedakan
menjadi tiga jenis yaitu roti manis, roti tawar dan adonan soft rolls (Hendrasty,
2013).
Roti merupakan salah satu dari 14 bahan makanan praktis dengan bahan
baku tepung terigu, ragi (yeast), dan air, sedangkan bahan tambahan lain seperti
gula, garam, lemak, susu, coklat, kismis, dan sukade merupakan bahan pelezat.
Sebagai salah satu makanan praktis, roti dapat diolah menjadi berbagai macam
bentuk dan rasa sesuai dengan keinginan konsumen dan pembuatnya.
Roti manis adalah roti yang berasa manis dan merupakan produk yang
sangat digemari oleh masyarakat. Adonan roti manis adalah adonan yang dibuat
dari formulasi yang banyak menggunakan gula, lemak dan telur yang lebih
banyak daripada adonan roti tawar.Pada umumnya roti ini berbahan dasar
tepung terigu, mentega, telur, susu, air dan ragi yang di dalamnya dapat diisi
10
dengan keju, coklat, pisang, selai, sarikaya, kelapa, fla, daging ayam, sosis, atau
yang lainnya. Roti manis yang beredar di masyarakat bentuk, rupa, rasa dan
jenis yang sangat. Di Indonesia, roti manis bisa berbentuk bulat, keong, bajul
(buaya), gelung, tanduk, lonjong, dan bisa disesuaikan dengan ciri khas
daerah,misalnya roti buaya merupakan roti khas masyarakat Betawi yang
dibuatpada event-event tertentu (Hendrasty, 2013).
2.5. Hidrokoloid
Hidrokoloid atau hidrofilik koloid adalah suatu polimer larut dalam air yang
mampu membentuk koloid dan mampu mengentalkan larutan atau membentuk
gel dari larutan tersebut jika terdispersi dalam air. Adanya gugus hidroksil (-OH)
sehingga memiliki daya ikat atau tarik menarik dengan molekul air yang artinya
hidrokoloid mempunyai sifat hidrofilik (Azmi, 2005).
Pada pembuatan roti bebas gluten, hidrokoloid berfungsi sebagai
pengganti gluten. Struktur jaringan yang lemah dalam adonan tepung non terigu
dan struktur adonan yang kurang seragam mengakibatkan kekuatan adonan
dalam pembuatan roti menjadi kurang optimal, sehingga menghasilkan roti yang
kurang mengembang, sifat crumb yang keras, dan pori-pori yang tidak seragam.
(López et al.,2004). Untuk itu diperlukan bahan tambahan yang dapat
meningkatkan viskositas dan pengembangan adonan roti bebas gluten.
Penambahan senyawa hidrokoid ditujukan untuk menghasilkan sifat viskoelastis,
meningkatkan struktur dan pengembangan adonan dengan pengikatan air dan
pemerangkapan gas yang optimal. Contoh dari hidrokoloid adalah agar,
karagenan, gum arab, guar gum, xanthan gum, glukomanan dan
pektin.Penambahan hidrokoloid berfungsi sebagai geling agent dan
pemerangkap gas pada fermentasi roti dan memberikan volume yang baik pada
produk akhir.
Penambahan hidrokoloid dapat meningkatkan volume roti yang dihasilkan.
Seberapa besar volume peningkatannya tergantung pada jenis dan jumlah
hidrokoloid yang digunakan. Sampai pada jumlah optimum, peningkatan jumlah
hidrokoloid yang ditambahkan akan meningkatkan volume roti. Volume akan
kembali menurun jika penambahan hidrokoloid melebih jumlah optimumnya.
Penambahan hidrokoloid juga dapat meningkatkan porositas roti, elastisitas
crumb (Syamsir, 2013).
11
2.5.1 Glukomanan
Glukomanan merupakan polisakarida yang terdiri atassatuan-satuan D-
glukosa dan D-mannosa.Dalam satu molekul glukomannan terdapat D-mannosa
sebanyak 67% dan D-glukosa 33%. Sumber glukomananadalah umbi porang
(Amorphopallus onchophillus) dengan kandungan glukomanan yang bervariasi
tergantung kepada spesiesnya,dengan kisaran kandungan glukomanan antara 5-
65%. Umbi Porang termasuk ke dalam marga Amorphophallus,terdiri atas 80
jenis. Di Indonesia, yang banyak dijumpai adalah A.campanulatus, A.
oncophyllus, A. variabilis, A. spectabilis, dan A. muelleri Blume. Umbi porang
biasanya tumbuh alami di daerah vegetasi sekunder seperti tepi-tepihutan,
belukar, hutan jati, atau hutan desa (Saputro et al., 2014).
Menurut Canga (2004) glukomanan digunakan sebagai penekan rasa lapar
karena menghasilkan rasa kenyang dengan menciptakan solusi yang sangat
kental yang menghambat penyerapan nutrisi dalam makanan. Satu gram
glukomannan terlarut dapat menyerap hingga 200 ml air, sehingga juga
digunakan pada produk non pangan untuk partikel penyerap seperti popok sekali
pakai. Glukomanan adalah heteropolisakarida yang terdiri dari D-manosa dan D-
glukosa dalam rasio 1,6:1 dengan gabungan β (1,4). Unit polimer memiliki pola:
GGMMGMMMMMGGM. Terdapat gugus asetat pada karbon 6 pada setiap 9-19
unit dari rantai utama. Hidrolisis dari kelompok asetat menyebabkan
terbentuknya ikatan hidrogen antarmolekul yang bertanggung jawab dalam
pembentukan gel (Roubroeks,2001).
Gambar 2.3 Struktur Kimia Glukomanan(Keithley et al., 2013)
Hasil penelitian Maekaji (1974) menyatakan bahwa glukomanan kehilangan
gugus asetilnya pada keadaan basa, dan glukomanan yang kehilangan gugus
12
asetilnya kemudian berkumpul satu dengan yang lain bergabung dengan ikatan
hidrogen, sehingga rantai glukomanan akan membentuk ikatan yang baru.
Dengan cara demikian, gugus asetil inilah yang pada akhirnya berperan utama
untuk membentuk gel. Dampak dari penambahan alkali/basa ini memudahkan
deasetilasi dari rantai-rantai glukomanan. Hal tersebut telah diterima secara luas
bahwa deasetilasi yang menyebabkan pembentukan gel oleh glukomanan
(Maekaji, 1974).
Tepung porang adalah serat murni larut air, tanpa kanji dan gula, tidak
mengandung kalori, dan bebas gelatin. Tepung porang merupakan serat larutan
yang memiliki tingkat kekentalan paling tinggi secara alamiah. Tepung porang
merupakan serat soluble yang paling kental yang ada di alam, yang memiliki
kekuatan pengental 10 kali lebih besar daripada kanji tepung jagung. Tepung
porang mengentalkan dengan kelembutan dan penampakan luar yang
mengkilap. Tepung ini tidak menambahkan rasa pada rasa asli makanan.
Tabel 2.4Komposisi Kimia Tepung Porang
Komponen (%)
Kadar air 8,71
Kadar abu 4,47
Kadar pati 3,09
Kadar protein 3,34
Kadar lemak 2,98
Kalsium oksalat 22,72
Glukomanan 43,98
(Widjanarko, 2014)
Glukomanan termasuk dalam polisakarida non-pati yang merupakan
cadangan tanaman seperti insulin, galaktomanan, lendir atau getah, alginat, gum
dan berbagai polisakarida termodifikasi. Polisakarida non pati atau serat pangan
dapat menyebabkan fecal bulking effect karena tahan terhadap fermentasi di
usus besar (Nyma et al, 1993). Keistimewaan glukomanan yang lain, yaitu
glukomanan dapat mengembang di dalam air hingga mencapai 138-200%
dengan cepat. Jika dibandingkan dengan pati yang hanya mampu mengembang
sebanyak 25%. Glukomanan larut dan membentuk larutan kental dalam air
dingin, (Sumarwono, 2007). Tepung porang adalah jenis serat yang larut dalam
13
air. Tepung ini memiliki kandungan kalori yang rendah dan visikositas tinggi.
Tepung porang dapat membentuk gel dan stabil pada kondisi panas dengan
penambahan alkali ringan, berinteraksi dengan pati dan bersifat sinergi dengan
kappa karagenan (Wang dan Johnson, 2009).
Glukomanan mempunyai pengaruh penting pada pengembangan roti
bebas gluten. Semakin tinggi glukomanun yang ditambahkan, maka akan
semakin banyak pula air yang diserap. Wojtowicz (2008) menyatakan bahwa
penambahan glukomanan sebagai emulsifier, stabilizer dan thickening agent
yang memiliki kemampuan mengikat airvyang kuat. Glukomanan di dalam air
bisa mengmbang hingga 200 kali berat awal.Charoenrein et al. (2010)
mengatakan bahwa glukomanan berinteraksi dengan pati dengan membentuk
matriks film yang menyelimuti granula pati. Dengan terbentuknya matriks film
tersebut, maka glukomanan dapat menggantikan fungsi gluten dalam
pembentukan pori roti dan pemerangkapan gas hasil fermentasi yeast.
2.5.2 Xanthan Gum
Xanthan gum adalah polisakarida dengan ikatan β-D-glukosa seperti
selulosa, tetapi setiap unit glukosa kedua melekat pada trisakarida yang terdiri
dari manosa, asam glukuronat, dan manosa. Manosa yang paling dekat dengan
ikatan β-D-glukosa memiliki ester asam asetat pada karbon 6, dan manosa pada
akhir trisakarida terkait melalui karbon 6 dan 4 dengan karbon kedua asam
piruvat (Zamora, 2016).
Xanthan gum dihasilkan melalui fermentasi dekstrosa dengan bakteri
Xanthomonas campestris, yang ditemukan pada sayuran seperti kol dan
kembang kol. Kelompok karboksil bermuatan negatif pada rantai samping
menyebabkan terbentuknya cairan yang sangat kental, liat dan lentur bila
dicampur dengan air. Xanthan gum digunakan sebagai pengental untuk saus,
untuk mencegah pembentukan kristal es dalam es krim, dan sebagai pengganti
rendah kalori untuk lemak. Xanthan sering dicampur dengan gum guar karena
viskositas kombinasi lebih besar daripada ketika salah satu digunakan sendiri
(Zamora,2016).
Xanthan gum berupa bubuk berwarna krem yang dengan cepat larut dalam
air panas atau air dingin membentuk larutan kental yang tidak tiksotrofik. Xanthan
gumdapat membentuk larutan kental pada konsentrasi rendah (0,1%–0,2%).
Pada konsentrasi 2%-3% terbentuk gel. Pada perubahan suhu terjadi sedikit
14
perubahan kekentalannya, mantap pada rentangan pH yang luas, mantap pada
keadaan beku xanthan gum dapat dicampur dengan protein atau polisakarida
lain (Azmi, 2005).
Gambar 2.4 Struktur Kimia Xanthan Gum(Zamora,2016)
Menurut Azmi (2005), karakteristik xanthan gum adalah sebagai berikut:
1. Larut dalam air dingin.
2. Larutan dengan aliran yang sangat pseudoplastis. Pseudoplastis
yaitukemampuan mengubah viskositas nyata karena adanya laju geser. Jika
laju geser meningkat, viskositas berkurang dan sebaliknya.
3. Viskositasnya sangat stabil pada berbagai pH dan temperature.
4. Polisakarida tahan terhadap degradasi enzimatik.
5. Menunjukan interaksi yang sesuai dengan galactomannans guar gum, locust
bean gum (LBG) dan glukomanan.
6. Pada konsentrasi tinggi, dia berwujud lunak, elastis, termal reversible
dengan locust bean gum dan glukomanan.
Xanthan gum memiliki berat molekul yang beragam. Diduga semakin besar
berat molekul yang dimiliki, semakin banyak gugus hidroksil yang dimiliki, maka
akan semakin kuat pula dalam mengikat air. Xanthan gum dapat secara
menyeluruh larut pada air dingin maupun air panas (Nussimovitch, 1997).
Xanthan gum dapat berhidrasi secara cepat pada air dingin tanpa mengalami
penggumpalan dan menghasilkan viskositas yang tinggi. Oleh karena itu, xnthan
15
gum dapat berfungsi sebagai thickener, stabilizer, emulsifier dan foaming agent.
Kemampuan xanthan gum dalam mengikat air memberikan sifat fungsional lain,
yaitu pengontrol sineresis (Nussimovitch, 1997).
Sifat xanthan gum yang penting adalah kemampuannya dalam membentuk
larutan dengan viskositas yang tinggi pada konsentrasi rendah dengan sifat
pseudoplastis yang tinggi. Xanthan gum memiliki viskositas yang stabil pada
konsentrasi garam luas (hingga 150 g/L NaCl), pada suhu hingga 90OC dan pH
2-11. Oleh karena karakteristik larutan tersebut, maka xanthan gum digunakan
secara luas di industri-industri pangan. Di samping itu, xanthan gum juga
kompetibel dengan berbagai bahan tambahan lain, yang airtinya penambahan
bahan tertentu dapat meningkatkan kelarutan xanthan gum (Nussimovitch,
1997).
Adonan roti bebas gluten mempunyai kemampuan menahan gas yang
masih rendah sehingga perlu ditambahkan bahan yang dapat membantu
menahan gas, salah satunya adalah xanthan gum. Keuntungan xanthan gum
dalam pembuatan roti adalah mampu berinteraksi dengan komponen lain yang
ada seperti pati dan protein. Xanthan gum bersifat mengikat air selama
pembentukan adonan sehingga saat pemanggangan, air yang dibutuhkan untuk
gelatinisasi pati tersedia dan gelatinisasi lebih cepat terjadi. Selain itu xanthan
gum dapat membentuk lapisan film tipis dengan pati sehingga dapat berfungsi
seperti gluten dalam roti. Hasil interaksi tersebut mampu meningkatkan umur
simpan, menghasilkan struktur crumb yang baik dan mempertahankan
kelembaban (Whistler dan Be Miller, 1993). Jungbunzlauer (1987) menyatakan
xanthan gum juga mampu membentuk gel yang dapat mempertahankan
kelembaban dan memperbaiki sifat sensoris roti manis tanpa gluten.
Penggunaan xanthan gum pada produk bakery pada umumnya berkisar antara
0,1-0,5%. Lopez et.al. (2004) menggunakan xanthan gum sebanyak 0,5% dalam
pembuatan robebas gluten yang dibuat dari satu macam tepung saja, yaitu
tepung beras, maizena, atau tapioka. Namun demikian, konsentrasi penambahan
xantan gum yang sesuai sangat ditentukan oleh formula roti yang digunakan.
Oleh karena itu perludilakukan penelitian penggunaan xantan gum pada roti
bebas gluten yang terbuat dari kombinasi tepung beras, pasta kentang dan
tapioka agar diperoleh produk yang disukai dari segi rasa jugadari segi
penampakan dan teksturnya.
16
Xanthan gum berperan penting dalam volume dan pengembangan roti.
Semakin besar xanthan gum yang ditambahkan, semakin besar pula
pengembangan roti. Xanthan gum adalah thickener yang dapat menstabilkn dan
memekatkan makanan yang dicampurkan dengan air akan membentuk gel. Gel
berfunngsi sebagai pengganti gluten yang dapat meningkatkan daya kembang
roti (Winarno, 2014). Dibandingkan dengan hidrokoloid lain, xanthan gum
menghasilkan adonan dengan sifat yang paling mirip dengan adonan terigu.
2.6 Bahan-bahan Tambahan pada Pembuatan Roti Manis Bebas Gluten
2.6.1 Gula
Gula adalah istilah umum yang digunakan untuk menyebut karbohidrat
yang digunakan sebagai pemanis yang paling banyak diperdagangkan dalam
bentuk Kristal padat atau cairan kental. Gula biasanya dieksstrak dari tanaman
seperti tebu, bit, agave, nira aren, nira kelapa dll (Buckle, 1997). Gula pada
umumnya mempunyai rasa manis, namun masing-masing bahan pada komposisi
gula mempunyai rasa manis yang khas dan berbeda-beda. Kemanisan tersebut
dipengaruhi oleh jenis gula (Sukrosa, fruktosa, glukosa, maltosa, laktosa, high
fructose syrup, maple syrup atau agave syrup) konsentrasi, suhu serta sifat
mediumnya (Sudarmadji, 1989).
Sebagian besar pemanis ditambahkan pada pembuatan roti sebagai
penambah rasa manis dan sebagai pengempuk. Gula dalam berbagai bentuk,
baik yang Kristal maupun syrup seperti madu ditambahkan karena akan
berpengaruh terhadap perisa (flavor) dan berpengaruh juga pada proses
fermentasi. Jika gula yang ditambahkan berbentuk cairan atau sirup, gula
berfungsi sebagai pelembab, sedangkan jika gula yang ditambahkan berbentuk
Kristal atau bubuk maka berfungsi sebagai pengaring. Jika bentuknya Kristal
halus, maka akan menghasilkan remahan roti yang mudah hancur, sedangkan
jika berbentuk Kristal kasar maka akan menjadikan roti lebih crispy (Hendrasty,
2013).
Gula juga berfungsi sebagai pewarna karena pada saat pemanggangan,
gula akan mengalami karamelisasi yang menyebabkan adanya crust berwarna
kecoklatan. Selain menjadi pemanis dan pewarna, gula juga berfungsi untuk
membentuk struktur. Konsentrasi gula yang ditambahkan pada adonan sangat
berpengaruh terhadap gelatinisai pati. Semakin tinggi konsentrasi gula yang
17
digunakan, maka penundaan suhu gelatinisasinya kan semakin lama. Contohnya
pada konsentrasi 50% (seperti pada adonan cake) suhu gelatinisasi pati dapat
meningkat dari 60OC menjadi 80OC. Sebaliknya, konsentrasi gula yan rendah
akan berpengaruh pada suhu koagulasi protein dalam sistem (Hendrasty, 2013).
Pada prinsipnya, roti dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan
penyusun lainnya menjadi adonan kemudia difermentasi dan dipanggang.
Pembuatan roti dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu proses pembuatan adonan
dan proses pembakaran. Kedua proses utama tersebut akan menentukan mutu
akhir roti (Hendrasty, 2013).
Pembuatan roti manis tidaklah berbeda dengan pembuatan roti pada
umumnya, yakni terdiri dari beberapa langkah urutan langkah tersebut adalah
penimbangan bahan baku, pencampuran/pengadukan, pembentukan adonan,
fermentasi, punching, benching dan resting, pembentukan (make-up), proofing
dan pemanggangan (Hendrasty, 2013).
2.6.2 Minyak Goreng
Minyak goreng merupakan salah satu jenis lemak yang digunakan dalam
pembuatan roti manis. Lemak dalam pembuatan roti berfungsi untuk memberikan
flavour dan cita rasa. Lemak yang biasa digunakan dalam pembuatan roti
adalahh butter, margarin, shortening dan minyak goreng (Brooker, 1993). Di
mana masing-masing lemak memberikan karakter yang berbeda terhadap
produk akhir. Roti yang menggunakan lemak padat seperti butter, shortening
atau margarin menghasilkan tekstur crumb roti yang lebih lembut daripada lemak
cair seperti minyak goreng (Hendrasty, 2013).
Jenis dan jumlah lemak yang digunakan dalam produk bakeryakan
menentukan respon adonan dan kualitas dari produk akhir. Fungsi lemak dalam
adonan adalah untuk memisahkan serabut-serabut gluten yang membentuk
jaringan tiga dimensi antara gluten dengan pati. Hal ini membuat adonan menjadi
lebih elastis sehingga terbentuk remah-remah yang halus(Hendrasty, 2013).
Minyak goreng dipilih dalam pembuatan roti manis bebas gluten karena lebih
ekonomis dan lebih sehat. Trigliserida pada minyak goreng mempunyai asam
lemak yang lebih jenuh daripada margarin, namun margarin memiliki asam lemak
bergugus karbon transyang beresiko menaikkan LDL atau kolesterol jahat dalam
tubuh. Dengan demikian, minyak goreng lebih aman dan lebih terjangkau.
18
Lemak juga berfungsi melunakkan adonan roti serta memperbaiki tekstur.
Selain itu juga digunakan untuk mencegah kelengketan dan menjadikan produk
lebih lunak dan memudahkan pengembangan adonan (Hendrasty, 2013). Dalam
pembuatan roti bebas gluten, lemak memainkan peranan penting dalam menjaga
kestabilan sel gas selama pemanggangan. Lemakcair yang terserap oleh adonan
menyediakan bahan ekstra dan interfacial untuk mempermudah pegembangan
poriroti serta mencegah dari menyusutnya volume setelah pemanggangan
(Brooker, 1993)
2.6.3 Yeast
Ragi roti atau yeast adalah mikroorganisme hidup jenis khamir yang sering
disebut Saccharomyces cerevisiae, berkembang biak melalui cara membelah diri
atau budding. Yeast berperan untuk memfermentasi adonan sehingga
menghasilkan gas karbondioksida yang akan mengembangkan adonan. Jika
proses fermentasi terkendali dengan baik, maka akan menghasilkan produk
bakeri seperti roti dan donat yang baik, dalam arti mempunyai volume dan tekstur
yang baik serta cita rasa yang enak. Selama proses fermentasi akan terbentuk
CO2 dan etil alkohol. Gula-gula sederhana seperti glukosa dan fruktosa
digunakan sebagai substrat penghasil CO2. Gas CO2 yang terbentuk
menyebabkan adonan roti mengembang dan alkohol berkontribusi dalam
membentuk aroma roti (Hendrasty, 2013)
Yeast merupakan organisme hidup yang sangat sensitive terhadap suhu.
Pada suhu kurang dari 20OC atau lebih dari 40OC, laju pertumbuhannya sangat
kurang. Yeast memelukan suhu 27OC hingga 38OC, namun paling optimum
adalah pada suhu 38OC, namun paling optimum pada suhu 35OC, sedangkan
yeast tetap aktif pada suhu 0-55OC (Hendrasty, 2013). Menurut Young dan
Cauvain (2006), semakin banyak yeast yang ditamvahkansemakin cepat laju
CO2 yang dihasilkan. Reaksinya terhadap suhu dan akan terus meningkat
dengan meningkanya suhu, namun yeast tidak bekerja (in-active) pada suhu
55OC.
Yeast yang digunakan pada pembuatan produk bakery mempunyai
keaktivan yang berbeda-beda, sehingga penambahannya harus disesuaikan
dengan keaktivannya. Dalam pembuatan roti, adonan akan di-proofing atau
difermentasi. Fermentasi pada adonan tidak hanya berfungsi untuk
mengembangkan adonan, melainkan juga berperan dalam pembentukan flavor
19
pada roti. Setelah fermentasi, yeast menghasilkan beberapa senyawa seperti
asam-asam organik, alkohol, aldehid, ester dan keton. Senyawa-senyawa
tersebut menguap pada saat pemanggangan, dan beberapa berkontribusi dalam
menghasilkan flavor dan aroma pada roti sekaligus menjadidough conditioner
yang dapat mengembangkan adonan (Hui, 2006).
Kondisi fermentasi yang ideal adalah pada temperatur 30-38°C dan
kelembaban 75-80%. Kondisi untuk ragi yang penting dalam pengembangan
membelah diri adalah tersedianya air, subtrat (glukosa), suhu 26 - 28°C dan
tersedianya oksigen. Suhu ideal absolut fermentasi adalah 38°C pada
kelembaban relatif 80%. Proses fermentasi oleh ragi juga berhubungan dengan
aktivitas enzim yang terdapat pada ragi. Enzim yang terdapat pada ragi adalah
invertase, maltase dan zimase (Hendrasty, 2013).
2.6.4 Baking powder
Baking powder merupakan campuran dari satu bagian soda bikarbonat
yang bersifat alkali dan dua bagian cream powder yang bersifat asam. Keduanya
jika dibasahi dan dipanaskan akan memproduksi gas CO2 selama tahap awal
pemanggangan. Gas akan berekspansi sebagai penetrasi panas sampai protein
dalam adonan terkoagulasi. Struktur akan menjadi kaki dan mengembang
sempurna (Hendrasty, 2013).
Baking powder mempunyai satu atau lebih komponen asam yang
dikombinasikan dengan soda dan carriernya, misalnya pati. Pati yang digunakan
sebagai carrier memisahkan soda dan asam secara fisik dan mencegah
terjadinya reaksi selama penyimpanan. Baking powder dikelompokkan menjadi 4
jenis berdasarkan kemampuannya dalam membentuk pengembangan pada
produk bakery, yaitu single acting, fast acting, slow acting dan double acting.
Proses pengembangan yang dibuat oleh soda dan asam pada pembuatan
produk bakery terjadi tidak secara bersamaan. Asam yang biasanya membuat
pengembangan pada adonan dikategorikan sebagai “fast acting baking powder”,
sementara yang bereaksi selama pemanggangan adalah slow acting.
Pembentukan gas oleh baking powder bisa terjadi selama pencampuran bahan.
Semakin rata gas yang terbentuk, maka semakin baik tekstur dan hasil akhirnya.
Gas yang dihasilkan oleh baking powder ini merupakan gas yang membentuk
rongga kecil-kecil yang disebabkan oleh adanya ekspansi gas selama
pemanggangan (Hui, 2006).
20
Baking powder sering digunakan pada pada pembuatan cake karena aman
untuk dikonsumsi. Namun jika penggunaannya terlalu banyak, maka akan
menyebabkan rasa pahit, struktur yang rapuh dan remahan yang kasar.
Penggunaan yang terlalu banyak menyebabkan adonan mengembang dengan
cepat, dan runtuh dengan cepat karena gelembung udara dalam adonan terlalu
besar dan menyebabkan adonan pecah, dan volumenya pun menurun.
Sebaliknya jika penggunaan baking powder terlalu sedikit maka produk yang
dihasilkan akan keras dan tidak mengembang secara optimum. Baking powder
tidak akan bereaksi dengan cepat jika dicampur dengan air dingin, dan akan
menghasilkan volume pengembangan yang besar jika dicampur dengan air
panas (Hendrasty, 2013).Dalam pembuatan roti bebas gluten, baking powder
bisa melembutkan tekstur remahan roti, termasuk melembutkan crust dan
membantu pengembangan (Spacher, 2012).
2.6.5 Telur
Telur merupakan salah satu bahan yang mempunyai peranan penting
dalam pembuatan roti. Telur mengandung 75% air. Lemak dan protein yang
terkandung dalam telur akan berpengaruh terhadap kelunakan dan kelembaban
roti (Hendrasty, 2013). Fungi telur dalam pembuatan roti adalah menguatkan
adonan, dan memberikan warna, perisa dan menambah nilai gizi. Oleh karena
itu, penggunaan telur seringkali dikaitkan dengan kualitas organoleptik roti.
Kuning telur sering digunakan sebagai emulsifier karena mengandung
lesitin. Emulsifier inilah yang dapat mempertahankan kelembaban adonan karane
dapat mengurangi tenganan antarara permukaan minyak dan air. Penggunaan
telur yang ideal biasanya adalah 70% dari berat tepung (Hendrasty, 2013).
Kandungan lemak dari telur seluruhnya ada pada bagian kuning telur, yang
terdiri dari gliserida dan fosfolipid dengan perbandingan 2:1. Sekitar 30% asam
lemak (gliserida) merupakan asam lemak jenuh. Phospholipidakan
mempengaruhi sifat emulsifier kuning telur, yang tersusun dari lesitin 60%,
cephalin 25%, dan lainnya 15%. Selain itu juga terdapat sejumlah kolesterol
dalam kuning telur (Hendrasty, 2013).
Komponen utama putih telur adalah air, dan kandungan lainnya berupa
protein dan beberapa komponen gula serta ion an-organik. Viskositas putih telur
menurun seiring dengan bertambahnya putih telur. Hal ini disebabkan adanya
browning non-enzimatis atau reaksi maillard yang terjadi antara gula dan asam
21
amino pada putih telur. Prosentasi glukosa dalam putih teluradalah separuh dari
apa yang ada di putih telur dan jika berkurang adalah disebabkan oleh
penyimpanan. Pada penyimpanan, kemungkinan akan terjadi bau apek, rusak
bahkan timbul bau busuk. Hal ini tidak diakibatka karena aktivitas enzimatis
(Hendrasty, 2013).
2.6.6 Susu Skim
Susu skim merupakan susu yang kebanyakan berupa susu bubuk. Susu ini
dikenal dengan Non Fat Dried Milk (NFDM), yaitu susu bubuk tanpa lemak
dikenal juga sebagai padatan susu lemak yang dikeringkan dan dijadikan bubuk.
Susu skim tersedia dalam bentuk instan yang lebih mudah dilarutkan dalam air
(Hendrasty, 2013).
Susu skim yang biasanya digunakan sekitar 5-12% dalam adonan akan
menambah enak, melunakkan, dan membuat kulit roti lebih menarik. Susu skim
mengandung 52% laktosa yang dapat mengurangi penambahan gula dan
mengurangi terjadinya proses maillard (Hendrasty, 2013).
Penggunaan susu untuk produk-produk bakery berfungsi membentuk
flavor, mengikat air, sebagai bahan pengisi, membentuk poros dan struktur yang
kuat karena adanya protein berupa kasein, membentuk warna karena terjadi
reaksi pencoklatan dan menambah keempukan karena adanya laktosa. Alasan
utama pemakaian susu dalam pembuatan roti adalah gizi. Susu mengandung
protein (kasein), gula laktosa dan mineral kalsium. Susu juga memberikan efek
terhadap kulit dan memperkuat gluten karena kandungan kalsiumnya. Efek
penyangga juga terlihat, yaitu akan menghambat fermentasi (Koswara, 2009).
Protein susu dapat digunakan di dalam formula roti bebas gluten untuk
meningkatkan penyerapan (absorpsi) air adonan. Roti bebas gluten yang dibuat
dengan penambahan skim milk replacer, sodium kaseinat dan isolate protein
susu memiliki volume yang lebih tinggi dengan crust (kulit) dan crumb (remah)
yang lebih lembut (Syamsir, 2013).
2.6.7 Air
Secara kimia, air merupakan bahan tambahan yang paling sederhana
digunakan tetapi mempunyai peranan yang sangat penting pada proses
pemanggangan sehingga mempengaruhi kualitas dan daya simpan roti (Young
22
and Cauvian, 2000). Air yang digunakan dapat berupa telur atau air yang
memang sengaja ditambahkan sebagai ingredien. Hal ini merupakan kunci yang
sangat berperandikaitkan dengan kelarutan bahan baku selama pencampuran
bahan dan fermentasi adonan (Hendrasty, 2013).
Dalam pembuatan roti, air akan melakukan hidrasi dan bersenyawa
dengan protein membentuk gluten dan dengan pati membentuk gel setelah
dipanaskan. Disamping itu air juga berfungsi sebagai pelarut garam, gula, susu,
dan sebagainya. Jumlah air yang digunakan tergantung pada kekuatan tepung
dan proses yang digunakan. Faktor-faktor yang terlibat pada proses penyerapan
air antara lain macam dan jumlah protein serta sebanyak 45,5% air akan
berikatan dengan pati, 32,2%dengan protein dan 23,4% dengan pentosan.
Banyaknya air yang dipakai akan menentukan mutu dari roti yang dihasilkan
(Koswara, 2009).
Air mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam pembuatan adonan.
Yeast tidak akan bisa hidup tanpa air yang cukup. Banyaknya air yang digunakan
akan memberikan kualitas produk yang diinginkan dan merupakan optimalisasi
sebagai produk intermediate yang akan menentukan sifat produk akhirnya.
Penambahan air juga dikaitkan dengan banyaknya gula yang digunakan. Struktur
adonan roti dapat diubah dengan mengubah kandungan air. Namun demikian, air
yang berlebihan akan melemahkan adonan dan menjadikannya lengket
(Hendrasty, 2013).
2.6.8 Garam
Garam adalah bahan utama untuk mengatur rasa. Garam akan
membangkitkan rasa pada bahan-bahan lainnya dan membantu membangkitkan
harum dan meningkatkan sifat-sifat roti. Garam adalah salah satu bahan
pengeras, bila adonan tidak memakai garam, maka adonan agak basah. Garam
memperbaiki pori-pori roti dan tekstur roti akibat kuatnya adonan, dan secara
tidak langsung berarti membantu pembentukan warna (Koswara, 2009).
Garam merupakan antioksidan alami, dan jika jumlah garam dikurangi dari
adonan rotii yang dicampur pada kecepatan tinggi maka oksidasi dalam adonan
roti akan meningkat. Sebagian besar pigmen seperti karotenoid pada kentang
dapat rusak sebelum ditambahkan garam, dengan demikian akan mengurangi
komponen perisa dan pewarna yang berkaitan dengannya (Hendrasty, 2013).
23
Sejumlah kecil garam dapat menghambat laju fermentasi dan aktivitas
enzim dalam adonan roti. Hal ini disebabkan karena garam mempunyai sifat
higroskopis, yang berarti cenderung untuk menarik air dari sekelilingnya. Jika
Kristal garam dan sel yeast bersaing untuk mendapatkan air yang sama, maka
garam akan memperlambat proses hidup yeast. Penambahan sejumlah kecil
garam dapat berguna dalam menghindari fermentasi berlanjut, karena tahap
akhir kadar garam dalam adonan roti terbatas (sekitar 1,8-2,2% dari berat
tepung) yang secara normal adalah 2%. Namun kekurangan garam dalam
adonan dapat berpengaruh terhadap kelembutan adonan dan berpengaruh pada
pembentukan perisa. Walaupun demikian, jika garam yang ditambahkan lebih
besar dari 2,2% dari berat tepung, maka akan menyebabkan rasa asin pada roti.
Oleh karena itu garam ditambahkan dalam jumlah yang optimal sehingga
terbentuk flavor alami dan optimal dalam mempengaruhi proses fermentasi
(Hendrasty, 2013).
Secara alami, garam mempunyai pengaruh yang penting pada roti. Bahkan
setelah tahap fermentasi, adanya garam cenderung mempertahankan
kandungan air dan dengan cara demikian akan memperkecil bau dalam
lingkungan kering. Pada penanganan lain, dalam ruang lembab, garam dalam
roti dapat mengabsorbsi air dari atmosfer dan menaikkan kelunakan atau bahkan
perkembangan kerak yang lunak (Hendrasty, 2013).
2.7 Pembuatan Roti Manis
Pada prinsipnya, roti dibuat dengan cara mencampurkan tepung dan bahan
penyusun lainnya menjadi adonan kemudian difermentasi dan dipanggang.
Pembuatan roti dibagi menjadi 2 bagian utama, yaitu proses pembuatan adonan
dan proses pembakaran. Kedua proses utama akan menentukan mutu akhir roti
(Hendrasty, 2013).
Pembuatan roti manis tidaklah berbeda dengan pembuatan roti pada
umumnya, yakni terdiri dari beberapa langkah urutan langkah tersebut adalah
penimbangan bahan baku, pencampuran/pengadukan, pembentukan adonan,
fermentasi, punching, benching dan resting, pembentukan (make-up), proofing
dan pemanggangan.
2.7.1 Penimbangan Bahan
24
Penimbangan bahan dilakukan dengan tepat menggunakan timbangan roti
dengan satuan berat gram. Namun demikian untuk resep internasional sering kali
ukuran berat yang digunakan adalah lb, pound, oz dll. Faktor konversi ukuran
internasional yang sering digunakan dalam penimbangan bahan baku dapat
dilihat pada tabel 2.5
Tabel 2.5 Faktor konversi dalam penimbangan
Ukuran internasional Ukuran (konversi
1 lb 0,453 kg
2,205 lb 1 kg
1 cup 250 ml
1 tablespoon 15 ml
1 dessertspoon 10 ml
1 teaspoon 5,0 ml
1 sack (280 lb) 127 kg
(Cauvin, 2006)
2.7.2 Pencampuran/pengadukan
Pencampuran pada pembuatan roti dilakukan dengan tujuan untuk
membuat dan mengembangkan sifat daya rekat, Tepung mengandung protein
dan sebagaian besar protein akan mengambil bentuk protein itu dibasahi, diaduk-
aduk, ditarik, dan diremas-remas.
Secara tradisional ada dua cara pencampuran adonan roti. Cara pertama
yaitu kombinasi bahan cair dan padat untuk membentuk masa
homogeny.Selama tahap awal ini, pati dan protein yang ada dalam tepung akan
menyerap air dan mulai mengikat satu dan lainnya dalam bentuk yang tidak
beraturan. Kemudian, ikatan berkembang antara protein sederhana tertentu yang
tidak larut dalam air. Pada saat pencampuran awal ini adonan menjadi lebih
berair daripada padatan. Setelah tahap pertama, jika hidrasi pati dan protein
sudah sempurna, mulai terjadi pengembangan adonan. Pada tahap ini adonan
sudah menjadi elastis dan mudah dibentuk (Hendrasty, 2013).
Cara kedua adalah mencampurkan semua bahan kering kecuali yeast
setelah ditimbang. Yeast didehidrasi lebih dulu sebelum digunakan, yaitu
dengancara menambahkan air hangat dan sedikit gula, diidtirahatkan selama 10-
25
15 menit. Kondisi ini merupakan kondisi yang lebih baik untuk pertumbuhan
yeast. Setelah itu, yeast dicampurkan pada bahan kering tadi. Pengadukan
adonan dilakukan sampai lunak dan dapat dibentuk. Pengadukan harus
dilakukan secara merata (Hendrasty, 2013).
2.7.3 Pembentukan Adonan
Secara umum ada tiga cara pembuatan adonan dalam pembuatan roti,
yaitu sponge dough, straight dough dan no time dough. Sistem sponge dough
terdiri dari 2 langkah pengadukan yaitu pembuatan sponge dan pembuatan
dough, yaitu mencampurkan semua bahan kecuali 20-40% tepung, bahan ini
dimasukkan terakhir. Tepung ini ditambahkan setelah adonan mengalami
fermentasi, kemudian adonan ini difermentasi lagi (Hendrasty, 2013).
Sedangkan sistem straight dough (secara langsung) adalah proses di
mana bahan diaduk secara bersama-sama dalam satu langkah. Cara ini
merupakan cara yang sederhana, dengan waktu yang diperlukan dari 30 menit
hingga 16 jam, sesuai dengan jumlah yeast, air dan garam yang ditambahkan,
tepung yang digunakan, suhu adonan dan tempat penyimpanan adonan (Fance,
1978).
Sedangkan sistem no time dough adalah proses langsung dengan waktu
fermentasi yang sesingkat mungkin atau ditiadakan sama sekali. Pada metode
cepat ini, seluruh bahan dicampur sekaligus dan adonan langsung dibentuk atau
masuk ke dalam alat pencampur tanpa fermentasi. Dari ketiga cara tersebut,
cara sponge adalah cara yang paling baik untuk menghasilkan roti yang
berkualitas (Hendrasty, 2013).
2.7.4 Peragian dan fermentasi
Fermentasi terjadi sesegera mungkin setelah terjadi pencampuran antara
yeast, tepung dan air. Fermentasi dapat terjadi selama 0-15 menit pada no time
dough sampai 4-5 jam atau lebih. Fermentasi merupakan proses secara
kesluruhan dalam proses pembuatan adonan bahkan saat pengembangan 10
menit pertama dalam oven (Hendrasty, 2013).
Fermentasi berperan dalam pembentukanpori dan cita rasa roti. Selama
fermentasi, enzim-enzim ragi bereaksi dengan pati dan gula untuk menghasilkan
gas karbondioksida. Perkembangan gas ini menyebabkan adonan mengembang
26
dan menyebabkan adonan menjadi lebih ringan dan lebih besar. Jika ingin
memperoleh hasil yang seragam, suhu dan kelembaban dalam ruang fermentasi
perlu diatur. Suhu formal untuk fermentasi ialah kurang lebih 26oC dan
kelembabannya 70-75 %.
2.7.5Proofing
Proofing (bench-proof) merupakan waktu istirahat adonan antara
pembagian adonan dan pembentukan volume yang penanganannya dapat santai
dan mengembang sebelum dicetak. Periode ini biasanya membutuhkan waktu
15-30 menit. Setelah periode ini ada periode final proof, yaitu periode fermentasi
setelah bentuk mengembang diikuti dengan pertumbuhan ukuran potensial
sebelum dimasukkan ke dalam oven. Biasanya tahap ini memerlukan waktu 45-
90 menit (Hendrasty, 2013).
Menurut Knight dan Kotschevar (1979), kelembaban linkungan
proofingyang diinginkan sekitar 80-85%, dengan suhu sekitar 32-38OC dengan
waktu 15-45 menit. Dengan cara ini akan menghasilkan produk yang lembut dan
volume mengembang yang sempurna. Apabila proofing dilakukan melebihi 45
menit, maka adonan akan mengembang berlebihan sehingga roti yang dihasilkan
akan berwarna keabu-abuan dan kehilangan flavor.
2.7.6 Pemanggangan
Pemanggangan adalah tahap akhir pembuatan roti di mana adonan
dimasukkan ke dalam oven untuk mematangkan roti. Beberapa menit pertama
setelah adonan masuk oven, terjadi peningkatan volume adonan cepat. Pada
saat ini enzim amilase menjadi lebih aktif dan terjadi perubahan. pati menjadi
dekstrin adonan menjadi lebih cair sedangkan produksi gas karbondioksida
meningkat.
Pada suhu sekitar 50-60oC, aktivitas metabolisme yeast meningkat, sampai
terjadi perusakan khamir karena panas berlebihan. Pada saat suhu mencapai
sekitar 76oC, alkohol dibebaskan serta menyebabkan peningkatan tekanan
dalam gelembung udara. Sejalan dengan terjadinya gelatinisasi pati, struktur
hidrokoloid mengalami kerusakan karena penarikan air oleh pati. Di atas suhu
76oC terjadi penggumpalan gluten yang memberikan struktur crumb. Pada akhir
27
pemanggangan, terjadi pembentukan crust serta aroma. Pembentukan crust
terjadi sebagai hasil reaksi maillard dan karamelisasi gula (Koswara, 2009).
28
III METODE PENELITIAN
3.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Rekayasa dan Pengolahan
Pangan, Laboratorium Biokimia dan Kimia Pangan, Jurusan Teknologi Hasil
Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Universitas Brawijaya Malang,
dilakukan pada bulan September 2016 hingga Oktober 2017.
3.2 Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Alat yang digunakan dalam pembuatan roti manis bebas gluten adalah
mixer (Miyako), timbangan digital, loyang alumunium ukuran 15x6x6cm, baskom,
plastik, sendok, spatula, pisau, gunting, toples dan oven (Masphion)
Alat yang digunakan dalam analisis adalah kertas saring, spatula,
alumunium foil, kapas, benang kasur, kertas label, corong, wadah alumunium,
tisu, plastik, pipet tetes, mortar, pipet ukur 10 ml (pyrex), alat destilasi, oven,
glassware (pyrex), kompor listrik, destilator, desikator, tabung ekstraksi soxhlet,
colour reader, reflux, shaker, vortex, thermometer, freezer, perangkat kejedahl,
spektrofotometer, universal texture mechine dan reflux.
3.2.2 Bahan
Bahan baku yang digunakan untuk membuat roti dalam penelitian ini
adalah tepung beras (rosebrand), tepung tapioka (Rosebrand), pasta kentang
didapat dari pasar tradisional Merjosari, telur, gula, minyak goreng (Sania),
xanthan gum didapatkan dari toko kimia Makmur, glukomanan, garam halus, ragi
instan (Fermipan), baking powder (Hercules) dan air.
Bahan kimia yang digunakan untuk analisis dalam penelitian ini adalah
aquadest, natrium metabisulfit, K2SO4, asam borat, tablet kjedahl, H2SO4,
indikator pp, NaOH 45 %, indicator metilen red, HCI 0,1 N,petroleum eter-PA,
etanol 10%, HCl 25%, larutan Nelson A dan B dan arsenomolibdat.
29
3.3 Metode Penelitian
Metode Penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok
(RAK) faktorial dengan 2 faktor. Faktor pertama yaitu proporsi penambahan
hidrokoloid yang terdiri dari 3 level, sedangkanfaktor kedua adalah penambahan
bakingpowderdan yeast yang terdiri dari 3 level.
Faktor 1, penambahan hidrokoloid (H) :
H1 : Proporsi penambahan glukomanan : xanthan gum (2:0)% (b/b)
H2 : Proporsi penambahan glukomanan : xanthan gum (1:1)% (b/b)
H3 : Proporsi penambahan glukomanan : xanthan gum (0:2)% (b/b)
Kontrol : Roti tepung terigu
Faktor 2, penambahan yeastdanbaking powder(B):
B1 : Penambahan yeast :baking powder(2,5:0)% (b/b)
B2 : Penambahanyeast :baking powder(2,5:1)% (b/b)
B3 : Penambahan yeast :baking powder(1:2,5)% (b/b)
Menghasilkan kombinasi perlakuan sebagai berikut:
Tabel 3.1 Rincian kombinasi perlakuan
Penambahan yeast
dan baking
powder(B)
Proporsi penambahan hidrokoloid
(H)
H1 H2 H3
B1 H1B1 H2B1 H3B1
B2 H1B2 H2B2 H3B2
B3 H1B3 H2B3 H3B3
Diperoleh 9 kombinasi perlakuan, sesuai dengan rumus (p-1)(n-1)=15 di
mana p adalah banyaknya perlakuan dan n adalah banyaknya ulangan, maka
diperoleh tiga kali ulangan.
Pemilihan proporsi hidrokoloid dan penambahan yeastdan baking
powderdiperoleh dari penelitian pendahuluan dan studi literatur. Pemberian 2%
hidrokoloid terhadap berat tepung memberikan hasil yang terbaik bagi roti bebas
gluten berbasis pati (Horstmann, 2016). Berdasarkan hal tersebut, maka
dilakukan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui proporsi hidrokoloid yang tepat
dan pengaruh penambahan baking powder dan yeast terhadap karakteristik fisik,
kimia dan organoleptik roti manis bebas gluten dengan perlakuan terbaik.
30
Penggunaan bahan pengembang yeast dan baking powderdiputuskan dari
hasil penelitian pendahuluan serta uji literatur. Menurut Hendrasty (2013) bahan
pengembang yeast yang digunakan dalam pembuatan roti tepung terigu
biasanya sebanyak 2%, sedangkan menurut Sauvage (2012) roti bebas gluten
membutuhkan bahan pengembang lebih banyak, sehingga dipilihlah penggunaan
yeast sebanyak 2,5% dan penelitian pendahuluan telah membuktikan bahwa
penggunaan yeast dengan konsentrasi tersebut menghasilkan produk dengan
karakter crumb yang baik. Sementara menurut Hendrasty (2013), baking powder
sebanyak 0,5% sudah mempu membentuk pori pada cake tepung terigu. Namun
pada penelitian pendahuluan, penggunaan baking powder 0,5% tidak dapat
mengembangkan roti dengan baik sehingga dipilihlah penggunaan baking
powder 1%.
3.4 Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilakukan dalam tiga tahap, yaitu tahap studi literature, tahap
penelitian pendahuluan, tahap penelitian utama dengan pengamatan fisik, kimia
dan dan organoleptik.
3.4.1 Studi Literatur
Studi literatur dilakukkan dengan mempelajari jurnal nasional maupun
internasinal, skripsi penelitian sebelumnya, buku teks, e-book, dan beberapa
situs di internet berkaitan dengan pembuatan roti bebas gluten.
3.4.2 Penelitian Pendahuluan
Penelitian pendahuluan dilakukan untuk mendapatkan proporsi hidrokoloid
yang digunakan pada pembuatan rotimanis bebas gluten dengan karakteristik
fisik yang terbaik. Hidrokoloid yang digunakan yaitu glukomanan dan xanthan
gum. Penambahan hidrokoloid glukomanan dilakukan dengan perbandingan 1:1,
0,5:0,5, 1:0 dan 0:1 pada penambahan sebanyak 1% dan 2%. Pada
penambahan hidrokoloid glukomanan sebanyak 1%, roti manis mempunyai
volume dan pengembangan yang baik, namun terjadi penurunan volume setelah
dipanggang dan strukturnya kurang stabil. Pada penambahan hidrokoloid 2%
pori yang terbentuk tidak jauh berbeda dengan penambahan hidrokoloid
31
sebanyak 1%, namun pengembangannya lebih maksimal, struktur roti yang
dihasilkan cukup stabil dan tidak banyak kehilangan volume setelah proses
pemanggangan. Pori yang dihasilkan pada penambahan hidrokoloid 2% juga
lebih bagus, seragam dan stabil. Berdasarkan pennelitian pendahuluan dan studi
literatur menyatakan bahwa penambahan hidrokoloid sebanyak 2% menunjukkan
karakteristik terbaik roti manis bebas gluten. Maka dari itu, dipilihlah 2% sebagai
proporsi penambahan hidokoloid untuk penelitian utama. Proporsi penambahan
hidrokoloid yang digunakan apa penelitian utama adalah glukomanan dan
xanthan gum dengan perbandingan sesuai dengan rancangan di atas.
3.4.3 Penelitian Utama
Penelitian utama dilakukan untuk mengetahui pengaruh proporsi
penambahan hidrokoloid glukomanan dan xanthan gum dengan konsentrasi total
2% terhadap karakteristik fisik, kimia dan organoleptik roti manis bebas gluten,
sehingga didapatkan hasil yang terbaik pada roti tawar bebas gluten.
3.5 Pengamatan dan Analisis
1. Pengamatan Fisik
- Warna (Colour reader, Tamara et al., 2014)
- Distribusi pori (Yuwono dan Santoso, 1996)
- Volume pengembangan roti (Hartajanie, 2010)
- Kekerasan roti (Hartajanie dan Rhani, 2010)
- Uji staling (Penetrometer units, Maleki dan Seibel, 1972)
2. Pengamatan Kimia
- Analisis kadar air (AOAC, 1996)
- Analisis kadar protein (Metode Kjedahl, Sudarmaji et al., 2007)
- Analisis karbohidrat (Sudarmadji et al., 2007)
- Analisis kadar abu (Sudarmadji et al., 2007)
- Analisis kadar lemak (AOAC, 1970)
32
3. Uji Organoleptik
Uji organoleptik menggunakan metode hedonik (uji kesukaan) dan uji
skoring. Uji kesukaan dilakukan dengan mengukur tingkat kesukaan terhadap
produk roti manis bebas gluten oleh panelis tidak terlatih, sedangkan uji skoring
merupakan uji deskriptif dengan memberikan penilaian secara spesifik terhadap
produk. Panelis yang digunakan ada 50 panelis tidak terlatih. Kesukaan yang
diuji meliputi rasa, warna, aroma dan tekstur. Sedangkan skoring yang digunakan
adalah rentang nilai skor 1-5.
3.6 Analisis Data
Data yang diperoleh dianalisis statistik dengan Analisis Varian (ANOVA),
jika terjadi perbedaan nyata pada masing-masing faktor maka dilakukan uji BNT
(Beda Nyata Terkecil) dengan taraf 5% dan jika terdapat perbedaan nyata pada
interaksi kedua faktor maka dilakukan uji lanjut DMRT (Duncan Multiple Range
Test). Pemilihan perlakuan terbaik dilakukan dengan menggunakan metode
Multiple Atribute Zeleny.
3.7 Diagram Alir Penelitian
3.7.1 Diagram Alir Pembuatan Pasta Kentang
Dicuci dengan air mengalir
Dipotong mnjadi dua bagian
Dioven pada suhu 200oC selama 30 menit
Didinginkan, dikupas, lalu ditumbuk hingga halus menggunakan mortar
Gambar 3.1Pembuatan Pasta kentang
Pasta kentang
Kentang
33
3.7.2 Diagram Alir Pembuatan Roti Bebas Gluten
Diaduk dan dicampur rata
Diaduk dengan mixer pada kecepatan rendah hingga kalis
Loyang roti dioles dengan mentega
Adonan dimasukkan ke dalam loyang
Ditutup dengan plastik wrap dan didiamkan pada suhu ruang selama 45 menit
Dioven pada suhu 170oC selama 45 menit
Gambar 3.2 Diagram Alir Pembuatan Roti Manis Bebas Gluten (Modifikasi dari
Spacher, 2012)
Tepung beras, pasta kentang, tepung tapioka
(4:3:3) total 100 g
Minyak goreng 10% (b/b), telur 50% (b/b)
Analisis fisik: - Warna - Distribusi pori - Volume
pengembangan spesifik
- Volume pengembangan roti
- Kekerasan roti - Staling rate Analisis Kimia: - Kadar air - Kadar lemak - Kdar abu - Kadar protein - Karbohidrat Analisis Organoleptik: - Rasa - Aroma - Warna - Tekstur
Gula 25% (b/b), glukomanan, xanthan gum, air, yeast 2,5 g, garam 1 g, bakingpowder 1 g,
susu skim 6 g
Roti manis bebas gluten