PENGARUH PENAMBAHAN KARBON NANO TERHADAP ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN KARBON NANO TERHADAP ...
PENGARUH PENAMBAHAN KARBON NANO TERHADAP
KONDUKTIVITAS LISTRIK PCM CAMPURAN
MINYAK JAGUNG DAN AIR
SKRIPSI
Diajukan Sebagai Salah Satu Persyaratan
Guna Memperoleh Gelar Sarja Teknik (S.T)
Program Studi Teknik Mesin
Disusun Oleh :
UZIA DWI INDRAWAN
NIM : 175214038
PROGRAM STUDI TEKNIK MESIN
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
i
EFFECT OF ADDITIONAL CARBON NANO ON
ELECTRICAL CONDUCTIVITY OF MIXED PCM
CORN OIL AND WATER
HALAMAN JUDUL
SKRIPSI
Submitted As One of Requirements
To Obtain the Engineering Degree (S.T)
Mechanical Engineering
Arranged by :
UZIA DWI INDRAWAN
STUDENT NUMBER: 175214038
MECHANICAL ENGINEERING DEPARTMENT
FACULTY OF SCIENCE AND TECHNOLOGY
SANATA DHARMA UNIVERSITY
YOGYAKARTA
2021
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ii
LEMBAR PENGESAHAN
Mengesahkan skripsi dengan judul
PENGARUH PENAMBAHAN KARBON NANO TERHADAP
KONDUKTIVITAS LISTRIK PCM CAMPURAN
MINYAK JAGUNG DAN AIR
Disusun oleh :
UZIA DWI INDRAWAN
NIM : 175214038
Disetujui oleh,
Dosen Pembimbing
Dr. I Gusti Ketut PujaTUJUAN
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iii
PENGARUH PENAMBAHAN KARBON NANO TERHADAP
KONDUKTIVITAS LISTRIK PCM CAMPURAN
MINYAK JAGUNG DAN AIR
Telah dipertahankan dihadapan Dewan Penguji
Pada tanggal 23 Juli 2021
dan dinyatakan lulus memenuhi syarat
Susunan Dewan Penguji
Nama Lengkap Tanda Tangan
Ketua : Wibowo Kusbandono, M.T. ...............
Sekertaris : Ir. FA. Rusdi Sambada, M.T. ...............
Anggota : Dr. I Gusti Ketut Puja ...............
Skripsi ini diterima sebagai salah satu persyaratan untuk
memperoleh gelar Sarjana Teknik
Yogyakarta, 28 Juli 2021
Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma
Dekan,
Sudi Mungkasi, S.Si., M.Math.Sc., Ph.D.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
iv
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI
Dengan ini saya menyatakan dalam skripsi dengan judul :
PENGARUH PENAMBAHAN KARBON NANO TERHADAP
KONDUKTIVITAS LISTRIK PCM CAMPURAN
MINYAK JAGUNG DAN AIR
Yang dibuat guna memperoleh gelar Sarjana Teknik pada Program Strata 1,
Program Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata
Dharma. Dalam penulisan yang saya lakukan tidak terdapat tiruan dari skripsi atau
penelitian yang sebelumnya dilakukan oleh pihak lain yang bersangkutan, kecuali
kalimat yang diacu dalam naskah penelitian ini sebagaimana disebutkan dalam
daftar pustaka.
Yogyakarta, 18 Juni 2021
Penulis
Uzia Dwi Indrawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
v
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI
Yang bertanda tangan dibawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata
Dharma :
Nama : Uzia Dwi Indrawan
Nomor Mahasiswa : 175214038
Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada Perpustakaan
Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul :
PENGARUH PENAMBAHAN KARBON NANO TERHADAP
KONDUKTIVITAS LISTRIK PCM CAMPURAN
MINYAK JAGUNG DAN AIR
Dengan demikian saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas Sanata
Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media yang lain,
mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu
meminta ijin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama
mencantumkan nama saya sebagai penulis. Demikian pernyataan ini saya buat
dengan sebenarnya.
Yogyakarta, 18 Juni 2021
Penulis
Uzia Dwi Indrawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vi
INTISARI
Phase change material (PCM) adalah material yang mampu menyimpan
energi saat perubahan fase, dimana banyak diterapkan pada “latent heat thermal
energy storage” (LHTES). Konduktivitas termal material PCM yang rendah
menjadi salah satu hambatan pada penerapan sistem LHTES. Penelitian ini
bertujuan untuk mengkaji konduktivitas listrik PCM campuran minyak jagung dan
air, serta untuk mengetahui gugus molekul PCM. Penelitian ini menggunakan
material PCM organik campuran minyak jagung dan air ditambah karbon nano
arang tempurung kelapa. Karbon nano arang tempurung kelapa disintesis dengan
metode top-down dengan menggunakan mesin shaker mills selama kurang lebih
2.000.000 siklus. Pada penelitian ini menggunakan konsentrasi karbon nano 50
ppm, 100 ppm, dan 150 ppm yang dicampurkan pada 25% dan 30% minyak jagung
dan air dengan volume total 100 ml. Pengujian yang dilakukan pada penelitian ini
yaitu uji konduktivitas dan FTIR (Fourier Trasnform Infrared). Pengujian
konduktivitas dilakukan untuk mengetahui nilai konduktvitas listrik, sedangkan
FTIR dilakukan untuk mengetahui gugus fungsional material PCM. Hasil pengujian
menunjukkan peningkatan nilai konduktivitas listrik seiring dengan penambahan
konsentrasi karbon nano. Peningkatan konduktivitas listrik pada konsentrasi 25%
dan 30% minyak jagung dengan penambahan 150 ppm karbon nano masing -
masing sebesar 0,02 mS/cm dan 0,03 mS/cm, dengan persentase masing - masing
28,57% dan 60% dibanding tanpa penambahan karbon nano. Analisis spektrum
FTIR menunjukkan adanya gugus fungsional carboxylic. Carboxylic membantu
karbon nano bereaksi dengan air dan menyebar dengan baik. Penyebaran partikel
nano yang baik membantu meningkatkan nilai konduktivitas material PCM.
Kata Kunci: PCM Organik, Konduktivitas listrik, FTIR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
vii
ABSTRAC
Phase change material (PCM) is a material that is able to store energy during
phase changes, which is widely applied to “latent heat thermal energy storage”
(LHTES). The low thermal conductivity of PCM material is one of the obstacles in
the application of the LHTES system. This study aims to examine the electrical
conductivity of a PCM mixture of corn oil and water, as well as to determine the
PCM molecular group. This research uses organic PCM material, a mixture of corn
oil and water plus carbon nano coconut shell charcoal. Coconut shell charcoal nano
carbon was synthesized by a top-down method using shaker mills for approximately
2,000,000 cycles. In this study, the concentration of nano carbon 50 ppm, 100 ppm,
and 150 ppm were mixed with 25% and 30% corn oil and water with a total volume
of 100 ml. The tests carried out in this study were the conductivity test and FTIR
(Fourier Transform Infrared). Conductivity testing was carried out to determine the
value of electrical conductivity, while FTIR was carried out to determine the
functional groups of PCM materials. The test results showed an increase in the value
of the electrical conductivity along with the addition of carbon nano concentrations.
The increase in electrical conductivity at concentrations of 25% and 30% of corn
oil with the addition of 150 ppm of nano carbon was 0.02 mS/cm and 0.03 mS/cm,
respectively, with a percentage of 28.57% and 60% compared to without the
addition of nano carbon. FTIR spectrum analysis showed the presence of a
carboxylic functional group. Carboxylic helps nano carbon react with water and
spread well. Better dispersion of nanoparticles helps to increase the conductivity
value of PCM materials.
Keywords: Organic PCM, Electrical conductivity, FTIR
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
viii
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Kasih karena skripsi ini telah
selesai tepat pada waktunya. Skripsi ini berjudul “Pengaruh Penambahan Karbon
Nano Terhadap Konduktivitas Listrik PCM Campuran Minyak Jagung dan Air”
dapat berjalan dari awal hingga akhir dengan lancar. Skripsi tugas akhir ini dibuat
guna menjadi syarat kelulusan untuk mendapatkan gelar Sarjana Teknik di Program
Studi Teknik Mesin, Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma .
Pada kesempatan yang dapat dituliskan ini, penulis menyadari bahwa
pembuatan skripsi tugas akhir masih jauh dari kata sempurna, baik dari segi tata
tulisan, pemilihan diksi kata-kata, maupun pembahasaannya dikarenakan
kurangnya ilmu pengetahuan bagi penulis. Maka dari itu, penulis berharap adanya
kritik, dan saran dalam penulisan pada tugas akhir skripsi ini. Penulis juga
menyadari bahwa banyaknya dukungan dari berbagai pihak. Oleh karena itu,
penulis ingin menyampaikan rasa apresiasi kepada beberapa pihak :
1. Bapak Sudi Mungkasi, Ph.D., selaku dekan Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sanata Dharma.
2. Bapak Budi Setyahandana, S.T., M.T., selaku Ketua Program Studi Teknik
Mesin Universitas Sanata Dharma.
3. Bapak Dr. I Gusti Ketut Puja, selaku dosen pembimbing yang telah
meluangkan waktu dalam membimbing, memberikan kritik dan saran untuk
skripsi ini.
4. Bapak Raden Benedictus Dwiseno Wihadi S.T., M.Si., selaku dosen
pembimbing akademik yang telah banyak memberikan petunjuk akademik
serta non-akademik dari awal hingga akhir perkuliahan.
5. Dosen penguji yang telah meluangkan waktu dalam memberikan
bimbingan, kritik, dan saran untuk kesempurnaan skripsi ini
6. Kedua orang tua saya (Filemon Harman dan Penina Mindari), serta keluarga
besar yang selalu mendukung, mendorong, dan memberikan doa untuk
penulis.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
ix
7. Seluruh teman-teman dari Program Studi Teknik Mesin Universitas Sanata
Dharma Yogyakarta.
8. Seluruh teman-teman kelas Teknik Mesin A dari awal hingga akhir semester
yang selalu bersama, serta teman-teman saat penjurusan material.
9. Seluruh teman-teman seperjuangan yang memberikan dukungan, semangat,
motivasi, dan doa untuk penulis.
10. Segenap dosen, laboran, karyawan, dan staff sekretariat Teknik Mesin,
Fakultas Sains dan Teknologi, Universitas Sanata Dharma, yang telah
banyak membagikan ilmu serta pengalamannya dari awal hingga akhir
perkuliahan.
11. Semua pihak yang tidak bisa disebutkan satu per satu yang telah
memberikan banyak dukungan dan bantuan.
Dengan segala ketidaksempurnaan dan kekurangan dalam penulisan skripsi
tugas akhir ini, penulis berharap bahwa skripsi tugas akhir dapat menjadi manfaat,
informasi, dan acuan dalam kemajuan penulisan penulisan skripsi tugas akhir
selanjutnya.
Yogyakarta, 18 Juni 2021
Penulis
Uzia Dwi Indrawan
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
x
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ................................................................................................ i
LEMBAR PENGESAHAN .................................................................................... ii
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI .............................................. iv
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI.................................. v
INTISARI ............................................................................................................... vi
ABSTRAC ............................................................................................................ vii
KATA PENGANTAR ......................................................................................... viii
DAFTAR ISI ........................................................................................................... x
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................... xiii
DAFTAR TABEL ................................................................................................ xiv
DAFTAR GRAFIK ............................................................................................... xv
BAB I PENDAULUAN .......................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang ......................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................... 3
1.3. Batasan Masalah ....................................................................................... 3
1.4. Tujuan Penelitian ...................................................................................... 4
1.5. Manfaat Penelitian .................................................................................... 4
BAB II DASAR TEORI ......................................................................................... 5
2.1. Penelitian Sebelumnya ............................................................................. 5
2.2. Phase Change Material ( PCM ) ............................................................... 7
2.2.1. Klasifikasi PCM ................................................................................ 8
2.2.2. Sifat PCM ......................................................................................... 8
2.2.3. Kelemahan PCM ............................................................................. 10
2.2.4. Konduktivitas termal ....................................................................... 10
2.2.5. Konduktivitas listrik ........................................................................ 12
2.2.6. PCM Organik .................................................................................. 12
2.2.7. PCM Anorganik .............................................................................. 15
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xi
2.3. Air ........................................................................................................... 17
2.4. Minyak Jagung (Corn Oil) ..................................................................... 19
2.5. Nano Teknologi ...................................................................................... 20
2.5.1. Pendekatan Top-down ..................................................................... 21
2.5.2. Pendekatan Bottom-up .................................................................... 21
2.6. Karbon .................................................................................................... 22
2.7. FTIR (Fourier Transform Infrared Spectrometer) .................................. 23
BAB III METODE PENELITIAN....................................................................... 26
3.1 Bahan dan Alat Penelitian ...................................................................... 26
3.1.1. Bahan............................................................................................... 26
3.1.2. Alat .................................................................................................. 27
3.2 Parameter yang divariasikan................................................................... 29
3.2.1. Variabel yang divariasikan .............................................................. 29
3.2.2. Variabel yang diteliti ....................................................................... 29
3.2.3. Variabel terkontrol .......................................................................... 29
3.2.4. Variabel tak terkontrol .................................................................... 29
3.3 Diagram Alir Penelitian .......................................................................... 30
3.4 Tempat Penelitian ................................................................................... 31
3.5 Prosedur Penelitian ................................................................................. 32
3.5.1. Pembuatan karbon nano .................................................................. 32
3.5.2. Pembuatan Material PCM ............................................................... 32
3.5.3. Pengujian konduktivitas listrik ........................................................ 34
3.5.4. Pengujian FTIR (Fourier Transform Infrared) ................................ 34
3.6 Rencana Analisis Data ............................................................................ 35
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................. 36
4.1 Data Pengujian Konduktivitas Listrik .................................................... 36
4.2 Data Pengujian FTIR .............................................................................. 37
4.3 Analisis Konduktivitas Listrik ................................................................ 38
BAB V KESIMPULAN ........................................................................................ 45
5.1 Kesimpulan ............................................................................................. 45
5.2 Saran ....................................................................................................... 46
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xii
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 47
LAMPIRAN .......................................................................................................... 50
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2. 1 Cara kerja PCM .................................................................................. 7
Gambar 2. 2 Klasifikasi PCM ................................................................................. 8
Gambar 2. 3 Metode untuk meningkatkan konduktivitas ..................................... 11
Gambar 2. 4 Ikatan kovalen tunggal H2O ............................................................. 17
Gambar 2. 5 Perbandingan nilai kapasitas penyimpanan (storage capacity)
beberapa material .................................................................................................. 18
Gambar 2. 6 Sintesis nanomaterial ....................................................................... 22
Gambar 2. 7 Karbon tempurung kelapa ................................................................ 23
Gambar 2. 8 Skema diagram FTIR ....................................................................... 24
Gambar 3. 1 Karbon nano arang tempurung kelapa .............................................26
Gambar 3. 2 Air..................................................................................................... 27
Gambar 3. 3 Minyak jagung.................................................................................. 27
Gambar 3. 4 Shaker mills ...................................................................................... 28
Gambar 3. 5 Conductivity meter ........................................................................... 28
Gambar 3. 6 Alat uji FTIR ................................................................................... 29
Gambar 3. 7 Diagram alur penelitian .................................................................... 31
Gambar 3. 8 25% MJ (a), 30% MJ (b), 25% MJ + 50 ppm karbon nano (c), 25%
MJ + 100 ppm karbon nano (d), 25 % MJ + 150 ppm karbon nano (e), 30 % MJ +
50 ppm karbon nano (f), 30 % MJ + 100 ppm karbon nano (g), 30% MJ + 150
ppm karbon nano (h). ............................................................................................ 34
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2. 1 Sifat PCM yang diinginkan (sumber : Rathod & Banerjee, 2013). ....... 8
Tabel 2. 2 Klasifikasi air berdasarkan harga konduktivitas ................................. 12
Tabel 2. 3 Beberapa jenis material parafin............................................................ 13
Tabel 2. 4 Titik leleh dan panas laten peleburan beberapa jenis material parafin 13
Tabel 2. 5 Beberapa jenis material non-parafin .................................................... 15
Tabel 2. 6 Beberapa jenis material hidrat garam.................................................. 16
Tabel 2. 7 Beberapa jenis material PCM logam ................................................... 17
Tabel 2. 8 Komposisi asam lemak dalam minyak jagung ..................................... 19
Tabel 2. 9 Contoh asam lemak jenuh dan tak jenuh. ........................................... 20
Tabel 2. 10 Daerah gugus fungsi FTIR ................................................................. 25
Tabel 3. 1 Sampel Material PCM….......................................................................33
Tabel 4. 1 Data Pengujian Konduktivitas Listrik 25% Minyak Jagung.................36
Tabel 4. 2 Data Pengujian Konduktivitas Listrik 30% Minyak Jagung. ............... 36
Tabel 4. 3 Tabel Pengujian FTIR Minyak Jagung. ............................................... 37
Tabel 4. 4 Tabel Pengujian FTIR 25 % Minyak Jagung Tanpa Penambahan
Karbon Nano ......................................................................................................... 37
Tabel 4. 5 Tabel Pengujian FTIR 25% Minyak Jagung (150 ppm karbon nano). 38
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
xv
DAFTAR GRAFIK
Grafik 4. 1 Grafik hubungan konduktivitas listrik dan konsentrasi karbon nano. 39
Grafik 4. 2 Grafik spektrum FTIR minyak jagung tanpa penambahan nano ........ 41
Grafik 4. 3 Grafik spektrum FTIR material PCM dengan 25% minyak jagung
tanpa penambahan karbon nano. ........................................................................... 42
Grafik 4. 4 Grafik spektrum FTIR 25% minyak jagung ditambah 150 ppm karbon
nano. ...................................................................................................................... 43
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Kebutuhan akan energi semakin meningkat setiap tahunnya di
Indonesia. Peningkatan kebutuhan energi dipengaruhi oleh pola konsumsi
dan pertumbuhan ekonom yang semakin meningkat. Pengolahan dan
pengembangan energi terbarukan sangat panting untuk dilakukan untuk
menjaga kelangsungan hidup manusia dan lingkungan itu sendiri. Oleh
karena itu salah satu topik yang menarik untuk dikaji yaitu pengembangan
thermal energy storage (TES). TES merupakan media penyimpan energi
listrik, panas, kimia, dan mekanik. TES memanfaatkan energi panas laten
untuk menyimpan dan melepaskan energi selama perubahan fase. Penyimpan
energi panas laten dapat menggunakan material PCM.
PCM (Phase Change Material) atau Material Perubah Fasa merupakan
suatu zat yang dapat menyerap panas laten dalam jumlah yang besar.
Penyerapan panas laten terjadi ketika mengalami perubahan pada keadaan
fisiknya, yaitu padat menjadi cair atau sebaliknya. Perubahan fase pada
material PCM terjadi setelah material mencapai temperatur perubahan fase
spesifiknya. Selama proses penyerapan atau pelepasan panas laten,
temperatur PCM tetap konstan. Aplikasi PCM dalam menyerap dan
melepaskan panas dalam jumlah besar dengan cara yang terkontrol dapat
digunakan untuk meningkatkan kinerja suatu produk. Oleh karena itu, PCM
dianggap sebagai sarana penyimpanan panas yang sangat efisien (Pause,
2018).
Ester minyak jagung merupakan salah satu jenis PCM organik. Ester
minyak jagung mengandung asam lemak yang tinggi serta memiliki metil
ester dengan rantai kabron tunggal. Ester asam lemak merupakan material
PCM yang baru dan data yang tersedia dalam literatur masih terbatas (Aydin
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
2
dan Okutan, 2011). Ester minyak jagung dipilih sebagai bahan campuran
karena memiliki superior properties sebagai PCM organik. Air juga
merupakan salah satu material PCM digunakan penelitian ini. Air memiliki
keandalan, stabilitas, panas jenis yang tinggi, kepadatan yang tinggi,
kapasitas panas laten yang tinggi, dan mudah didapat. Material yang
mempunyai kepasitas panas yang tinggi dan temperatur perubahan fase yang
konstan dianggap sebagai PCM yang baik (Nyoman Suamir et al., 2019). Air
merupakan senyawa dengan rumus kimia H2O. Atom oksigen (O) dari satu
molekul air dapat berikatan dengan atom hidrogen (H+) dari molekul air yang
lain, hal tersebut menyebabkan terjadi penggabungan molekul-molekul air
melalui ikatan hidrogen. Pencampuran ester minyak jagung dan air akan
membentuk suatu larutan. Metil ester yang terkandung dalam minyak jagung
memicu kelarutan ester minyak jagung dalam air.
PCM mempunyai keunggulan dan kekurangan. Keunggulan material
PCM yaitu kepadatan penyerap panas yang tinggi, kontrol temperatur yang
konstan, hemat energi, dan rentang temperatur perubahan fase yang tinggi (-
20 hingga 1000◦C). Kekurangan material PCM salah satunya yaitu,
konduktivitas termal yang rendah. Konduktivitas termal PCM yang rendah
akan membatasi kinerja penyerapan dan pelepasan energi yang disimpan.
Oleh karena itu, masih diperlukan variabel pendukung untuk mengatasi
kekurangan tersebut. Salah satunya variabel pendukung yaitu penambahan
karbon nano.
Penambahan material karbon nano diharapkan dapat meningkatkan
nilai konduktvitas PCM. Material karbon dipilih karena memiliki
konduktivitas termal yang tinggi, sifat kimia yang stabil, dan densitas yang
rendah (Wang dkk, 2012). Material karbon telah disintesis dengan metode
top-down sehingga diperoleh material berukuran nano. Material karbon nano
yang digunakan dalam penelitian ini adalah karbon nano arang tempurung
kelapa. Arang tempurung kelapa dipilih karena memiliki karakteristik sebagai
aditif untuk meningkatkan konduktivitas termal material PCM.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
3
Penambahan material aditif memungkinkan material PCM mengalami
penambahan atau pengurangan unsur-unsur kimia yang terkandung
didalamnya. Oleh karena itu, perlu dikaji efek penambahan material karbon
nano arang tempurung kelapa pada material PCM. Penambahan unsur-unsur
baru dapat dilihat dengan adanya gugus fungsional baru yang muncul.
Berdasarkan uraian diatas maka dalam penelitian ini dilakukan
pengujian konduktivitas dengan conduktivity meter dan pengujian gugus
fungsional dengan FTIR dari material PCM minyak jagung dengan
penambahan material karbon nano arang tempurung kelapa.
1.2. Rumusan Masalah
Permasalahan yang dapat dirumuskan pada penelitian ini adalah
sebagai berikut :
1) Bagaimana konduktivitas listrik larutan PCM dengan komposisi 25%
dan 30% minyak jagung tanpa penambahan karbon nano, dan
penambahan masing – masing 50, 100, dan 150 ppm karbon nano?
2) Bagaimana gugus molekul larutan 100% minyak jagung?
3) Bagaimana gugus molekul larutan PCM dengan komposisi 25%
minyak jagung tanpa penambahan karbon nano dan penambahan 150
ppm nano?
1.3. Batasan Masalah
Agar terarah dan sistematis, penulis memberikan batasan masalah
sebagai berikut :
1) Material yang diuji adalah PCM campuran minyak jagung-air dengan
volume 100 ml.
2) Komposisi material PCM berbasis air dengan penambahan karbon 50,
100, dan 1500 ppm, serta minyak jagung dengan komposisi 25% dan
30%.
3) Pengujian yang dilakukan adalah menguji konduktivitas listrik PCM
berbasis air dengan volume sampel 100 ml dengan berbagai variasi
penambahan karbon nano dan minyak jagung.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
4
4) Pengujian dilakukan dengan metode FTIR untuk mengetahui gugus
molekul dari larutan PCM.
1.4. Tujuan Penelitian
1) Mengkaji pengaruh penambahan karbon nano arang tempurung kelapa
pada larutan PCM terhadap peningkatan konduktivitas listrik.
2) Mengetahui gugus molekul larutan 100% minyak jagung.
3) Mengetahui gugus molekul larutan PCM berbahan campuran air dan
minyak jagung ditambah karbon nano.
1.5. Manfaat Penelitian
Manfaat dari penelitian pengaruh penambahan karbon nano dan
minyak jagung terhadap PCM berbasis air adalah :
1) Memperkaya dan menambah referensi hasil pengujian dengan kondisi
pengujian yang dilakukan.
2) Menjadi referensi untuk pengembangan dan penelitian selanjutnya
dalam lingkup teknik mesin.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Sebelumnya
M E Arsana, I W Temaja, I B G Widiantara, I B P Sukadana (2019)
melakukan penelitian yang berjudul Corn Oil Phase Change Material (PCM)
In Frozen Food Cooling Machine to Improve Energy Efficiency. Penelitian
tersebut bertujuan untuk meningkatkan efisiensi energi pada mesin pendingin
makanan dengan menggunakan minyak jagung sebagai material PCM. Mesin
pendingin (Cooling Machine) telah dimodifikasi dengan penambahan PCM
layer pada bagian evaporator.
Penambahan PCM layer pada penelitian ini mampu meningkatakan
nilai COP (Coefficient of Performance). Sebelum penambahan PCM nilai
COP sebesar 2,1, sedangkan setelah penambahan PCM nilai COP naik
sebesar 6% menjadi 2,25. Periode siklus on-off kompresor selama
penggunaan evaporator dengan PCM menjadi lebih lama. Hal tersebut terjadi
karena temperatur ruang evaporator menjadi lebih stabil. Penggunaan daya
kompresor dalam 12 juga menurun. Penurunan daya kompresor dari 1770,0
kW menjadi 906,50 kW atau menurun sebesar 4% (Arsana et al., 2020).
Manila Chieruzzi, Gian F Cerritelli, Adio Miliozzi, dan Jose M Kenny
(2013) melakukan penelitian yang berjudul Effect of Nanoparticles on Heat
Capacity of Nanofluids Based on Molten Salts as PCM for Thermal Energy
Storage. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui efek dari
penambahan nanofluida berdasar garam cair sebagai material PCM untuk
penyimpan energi panas yang dapat diaplikasikan pada pembangkit tenaga
surya. Penelitian tersebut dilakukan dengan cara mencampurkan garam cair
murni dengan dengan nanopartikel. Material nanopertikel yang digunakan
yaitu : silika (7 nm), alumina (13 nm), hydrophilic fumed mixed oxide silika
dan alumina (2-200 nm), dan titania (20 nm). Masing – masing dengan tiga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
6
konsentrasi berat (wt%) : 0,5; 1,0; 1,5, dicampurkan kedalam campuran 60%
NaOH3 dan 40% KOH3.
Hasil dari penelitian tersebut nanofluida temperatur tinggi dengan
penambahan nanopartikel yang bervariasi terhadap garam dasar (60% NaOH3
dan 40% KOH3) meningkatkan panas fusi. Temperatur onset dan temperatur
leleh menurun dengan penambahan nanopartikel. Nilai CP meningkat dengan
penambahan 1,0 wt% nanopertikel. Peningkatan tertinggi diperoleh dengan
penambahan 1,0 wt% SiO2-Al2O3. Nilai kapasitas panas yang ditingkatkan
dapat secara signifikan mengurangi jumlah media penyimpan panas yang
dibutuhkan di pembangkit tenaga surya dan mengurangi beban biaya listrik
(Chieruzzi et al., 2013).
Tessy Theres Baby dan S Ramaprabhu melakukan penelitian yang
berjudul Investigation of thermal and electrical conductivity of graphene
based nanofluids. Penelitian tersebut dilakukan untuk mengetahui
konduktivitas termal dan konduktivitas listrik material nanofluida berbasis
graphene. Pada penelitian ini menggunakan material air dan etilen glikol
sebagai fluida basa. Graphene disintesis dengan metode thermal exfoliation
of graphene oxide (pengelupasan termal graphene oksida) pada temperatur
1050°C pada tekanan atmosfer. Graphene yang telah disintesis selanjutnya
didispersikan kedalam fluida dasar tanpa surfaktan apapun. Hasil dari
penelitian ini menunujukkan peningkatan konduktivitas listrik sejalan dengan
peningkatan konduktivitas termal. Konduktivitas termal untuk nanofluid
berbasis air meningkat sebesar 14% dan 64% pada temperatur masing-masing
25°C dan 50°C dengan fraksi volume sebesar 0,056%. Pengukuran
konduktivitas listrik juga menunjukkan peningkatan sebesar 60 μS/cm pada
fraksi volume 0,03%, dimana konduktivitas listrik air sekitar 4 μS/cm.
Peningkatan sebesar 1400% pada fraksi volume 0,03% pada temperatur 25°C
(Baby & Ramaprabhu, 2010).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
7
2.2. Phase Change Material ( PCM )
Phase change material atau yang disebut material perubah fase
merupakan salah satu media penyimpan energi. Energi yang disimpan dalam
bentuk energi panas laten. Latent heat storage (LHS) mempunyai kepadatan
penyimpanan yang tinggi (Rathod & Banerjee, 2013). Latent heat storage
(LHS) atau penyimpan panas laten memanfaatkan energi panas laten pada
material PCM untuk menyimpan energi. Panas laten yaitu jumlah panas yang
dapat diserap selama proses perubahan fasa. Panas laten dibagi menjadi
beberapa jenis, yaitu panas peleburan (heat of fusion), panas pemadatan (heat
of solidification), panas penguapan (heat of vaporization), panas kondensasi
(heat of condentation). Panas peleburan adalah jumlah energi yang diserap
ketika terjadi perubahan fasa dari padat ke cair. Panas pemadatan adalah
jumlah energi panas yang diserap ketika terjadi perubahan fasa dari cair ke
padat. Panas penguapan adalah jumlah energi panas yang diserap ketika
terjadi perubahan fasa dari cair ke gas. Panas kondensasi adalah jumlah energi
panas yang diserap ketika terjadi perubahan fasa dari gas ke cair.
Penggunaan material PCM untuk aplikasi LHS mempunyai kentungan
yaitu, dengan volume material yang kecil dapat menyimpan panas dalam
kapasitas yang besar dengan proses penyerapan/ pengisian dan pelepasan
energi panas yang terjadi pada temperatur yang hampir konstan. Akan tetapi,
konduktivitas termal material PCM yang rendah membatasi proses
penyerapan dan pelepasan energi panas. Gambar 2.1 menunjukkan skema
sederhana dari cara kerja material PCM.
Gambar 2. 1 Cara kerja PCM (sumber : https://bit.ly/3xlndRe )
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
8
Material PCM secara umum dibagi menjadi tiga jenis yaitu, organik,
inorganik, dan eutectic. PCM organik terdiri dari parrafin dan non-parrafin.
PCM inorganik dibagi menjadi dua jenis, yaitu garam hidrat (salt hydrate)
dan metallics. Sedangkan PCM eutectic terdiri dari PCM organik-organik,
inorganik-inorganik, dan inorganik-organik (campuran). Klasifikasi PCM
dapat dilihat pada gambar 2.1.
2.2.1. Klasifikasi PCM
Gambar 2. 2 Klasifikasi PCM
2.2.2. Sifat PCM
Pemilihan material PCM mempertimbangkan beberapa sifat –
sifat material tersebut. Beberapa sifat yang dipertimbangkan yaitu,
termal, fisik, kinetik, kimia dan kriteria ekonomis tercantum pada
Tabel 2.1.
Tabel 2. 1 Sifat PCM yang diinginkan (sumber : Rathod & Banerjee, 2013).
Sifat termal Titik leleh yang sesuai untuk
aplikasi tertentu.
Panas fusi laten yang tinggi
per unit volum.
PCM
solid-liquid
solid-solid
solid-gas
iquid-gas
organic
inorganik
eutectic
organic-organic
salt hydrate
non-paraffin
paraffin
metallics
inorganic-inorganic
Inorganic-organik
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
9
Konduktivitas termal yang
tinggi pada fase padat dan cair
untuk perpndahan kalor yang
lebih baik.
Panas spesifik yang lebih
tinggi untuk penyimpanan
panas sensible tambahan.
Sifat fisik Kesetimbangan fase yang
baik
Densitas yang tinggi
Perubahan volum yang kecil
selama transisi fase
Tekanan uap yang rendah
Sifat kinetik Sedikit atau hampir tidak ada
supercooling.
Laju nukleasi dan laju
pertumbuhan kristal yang
tinggi.
Perpindahan panas yang
efektif pada saat kondisi
isotermal.
Sifat kimia Tidak terjadi degradasi
selama siklus pencairan atau
pembekuan.
Tidak korosif
Tidak ada dekomposisi
kimiawi
Tidak beracun
Tidak mudah terbakar
Tidak berpolusi
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
10
Tidak eksplosif
Kriteria ekonomi Mudah diperoleh
Murah
Kemudahan daur ulang dan
perawatan.
2.2.3. Kelemahan PCM
Material PCM masih mempunyai beberapa kelemahan.
Kelemahan utama material PCM adalah konduktivitas termal dan
stabilitas termal yang rendah. Untuk material PCM organik nilainya
antara 0,15-0,3 W/ mK, dan untuk garam hidrat antara 0,4-0,7 W/
mK. Nilai konduktivitas yang rendah mempengaruhi proses
charging dan discharging dengan penuruan temperatur yang cukup
besar. Akibatnya laju proses perubahan fase (peleburan dan
pemadatan PCM) tidak sesuai dengan yang diharapkan atau
menyembabkan sistem tersebut menjadi kurang efisien.
Pemilihan material PCM didadasarkan pada sifat – sifat PCM
pada tabel 2.1. Masing – masing material PCM memiliki
karakteristik, aplikasi, kelebihan dan batasan. Karena tidak ada
material tunggal yang dapat memenuhi semua kriteria untuk media
penyimpan panas yang ideal (Rathod & Banerjee, 2013). Oleh
karena itu, material PCM dapat dimodifikasi dengan bahan lain
untuk dapat mencapai sifat – sifat yang diinginkan.
2.2.4. Konduktivitas termal
Konduktivitas termal merupakan kemampuan suatu material
untuk menghantarkan panas. Nilai konduktivitas termal suatu
material menunjukkan seberapa cepat perpindahan panas yang
mengalir pada suatu material. Semakin cepat molekul berpindah,
maka semakin cepat energi yang diangkut. Material dengan nilai
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
11
konduktivitas yang tinggi disebut konduktor, sedangkan material
dengan nilai konduktivitas yang rendah disebut isolator.
Konduktivitas termal material PCM yang rendah membatasi
proses kinetika pengisian dan pemakaian energi (charging dan
discharging) (Lin et al., 2018). Terdapat dua cara yang digunakan
untuk mengatasi kelemahan PCM yaitu dengan penambahan bahan
pengisi yang memiliki nilai konduktivitas yang tinggi dan atau
metode pengkapsulan seperti ditunjukkan pada gambar 2.2.
Penambahan nanofluida diaplikasikan untuk meningkatkan
konduktivitas termal (Septiadi et al., 2017).
Gambar 2. 3 Metode untuk meningkatkan konduktivitas termal PCM. (sumber :
Lin et al., 2018)
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
12
2.2.5. Konduktivitas listrik
Konduktivitas listrik merupakan kemampuan suatu larutan
untuk menghantarkan arus listrik. Arus listrik di dalam larutan
dihantarkan oleh ion-ion yang bergerak dalamnya. Ion memiliki
karakteristik tersendiri dalam menghantarkan arus listrik. Maka dari
itu nilai konduktivitas listrik hanya menunjukkan konsentrasi ion
atau elektrolit total dalam larutan. Ion dari konsentrasi padatan
terlarut dalam air menciptakan kemampuan pada air untuk
menghasilkan arus listrik yang dapat diukur menggunakan
conductivity meter.
Pengukuran dengan condukctivity meter dinyatakan dengan
satuan mS/cm. Pengukuran konduktivitas bertujuan untuk mengukur
kemampuan ion dalam menghantarkan arus listrik. Kandungan ion
mempengaruhi daya hantar arus listrik. Hubungan antara harga
konduktivitas dan macam air seperti terlihat pada Tabel 2.2.
Tabel 2. 2 Klasifikasi air berdasarkan harga konduktivitas
2.2.6. PCM Organik
PCM organik merupakan suatu material yang mempunyai
rentang temperatur antara 0◦C sampai 200◦C. PCM organik cukup
stabil diaplikasikan pada temperatur rendah. PCM organik
mempunyai massa jenis lebih rendah dari PCM anorganik, dengan
nilai kurang dari 103 kg/ m3. Kalor fusi laten PCM lebih kecil per
No. Konduktivitas (mS/cm) Klasifiasi
1 0,0055 Air murni
2 0,5 – 5 Air suling
3 5 – 30 Air hujan
4 30 – 200 Air tanah
5 45000 – 55000 Air laut
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
13
volume daripada PCM anorganik. PCM organik dibagi menjadi dua
jenis yaitu, parafin dan non-parafin (Pudjiastuti, 2011).
2.2.5.1. Parafin
Parafin alami merupakan campuran alkana murni.
Parafin terdiri dari rantai lurus n-alkana CH3-(CH2)-CH3
dengan kisaran temperatur 23◦C-67◦C. Kristalisasi rantai
(CH3)- menyebabkan pelepasan sejumlah panas laten.
Semakin panjang rantai titik leleh dan panas peleburan
semakin meningkat. Parafin mempunyai rentang temperatur
perubahan fasa yang cukup luas.
Tabel 2. 3 Beberapa jenis material parafin
Sumber : (Sharma et al., 2009)
Tabel 2. 4 Titik leleh dan panas laten peleburan beberapa jenis
material parafin
Paraffin Freezing point/range
(◦C)
Heat of fusion
(KJ/kg)
6106 42-44 189
P166c 45-48 210
5838 48-50 189
6035 58-60 189
6403 62-64 189
6499 66-68 189
No. of carbon
atoms
Melting point (◦C) Laten heat of fusion
(KJ/kg)
14 5,5 228
15 10 205
16 16,7 237,1
17 21,7 213
18 28 244
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
14
Sumber : (Sharma et al., 2009)
2.2.5.2. Non-parafin
PCM organik non-parafin merupakan material yang
paling banyak diteliti dan mempunyai banyak variasi.
Material non-parafin merupakan kandidat yang baik untuk
media penyimpan panas (Sharma et al., 2009). Beberapa
jenis material non-parafin diantaranya ester, asam lemak,
alkohol, dan glikol (Abhat et al., 1981). Beberapa ciri
material tersebut yaitu, panas fusi yang tinggi, mudah
terbakar, konduktivitas termal yang rendah, titik nyala
yang rendah, tingkat toksisitas yang bervariasi, dan stabil
pada temperatur tinggi. Beberapa jenis material non-
parafin dapat dilihat pada tabel 2.5.
19 32 222
20 36,7 246
21 40,2 200
22 44 249
23 47,5 232
24 50,6 255
25 49,4 238
26 56,3 256
27 58,8 236
28 61,6 253
29 63,4 240
30 65,4 251
31 68 242
32 69,5 170
33 73,9 268
34 75,9 269
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
15
Tabel 2. 5 Beberapa jenis material non-parafin
Sumber : (Sharma et al., 2009)
2.2.7. PCM Anorganik
PCM anorganik dibagi menjadi dua jenis yaitu hidrat garam
(salt hydrate) dan logam (metallic).
2.2.7.1. Hidrat garam (salt hydrate)
Hidrat garam merupakan campuran garam organik dan
air yang membentuk kristal tertentu. Beberapa sifat dari
PCM jenis ini adalah:
1) Panas laten peleburan per satuan volume yang tinggi,
2) Konduktivitas termal yang tinggi (hampir dua kali PCM
parafin),
3) Perubahan volume yang kecil selama mencair,
4) Tidak terlalu korosif,
5) Tingkat toksisitas kecil dan tidak mudah bereaksi
dengan material plastik.
Material Formula Melting
Point ( ̊ C)
Latent
heat
(kJ/kg)
Acetic acid CH3COOH 16,7 184
Polyethylene
glycol 600 H(OC2H2)n
-OH 20 - 25 146
Capric acid CH3(CH2)8-COOH 36 152
Eladic acid C8H7C9H16-COOH 47 218
Lauric acid CH3(CH2)10-COOH 49 178
Tristearin (C17H35COO)C3H5 56 191
Stearic acid CH3(CH2)16-COOH 69,4 199
Acetamide CH3CONH2 81 241
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
16
Tabel 2. 6 Beberapa jenis material hidrat garam
Material Melting Point
(◦C)
Latent Heat
(KJ/Kg)
K2HPO4.6H2O 14,0 109
FeBr3.6H2O 21,0 105
Mn(NO3)2.6H2O 25,5 148
FeBr3.12H2O 27,0 105
CaCl2.12H2O 29,8 174
LiNO3.2H2O 30,0 296
LiNO3.3H2O 30 267
Na2O3.10H2O 32,0 241
Na2SO3.10H2O 32,4 173
KFe(SO4)2.12H2O 33 138
CaBr2.6H2O 34 124
LiBr2.2H2O 34 134
Zn(NO3)2.6H2O 36,1 223
Sumber : (Sharma et al., 2009)
2.2.7.2. Logam (metallic)
PCM jenis ini merupakan golongan logam dengan titik
leleh yang rendah dan logam campuran. PCM logam belum
banyak digunakan karena sangat berat. PCM logam
mempunyai panas laten peleburan yang tinggi dan
mempunyai nilai konduktivitas termal yang tinggi sehingga
tidak diperlukan penambahan bahan pengisi lain.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
17
Tabel 2. 7 Beberapa jenis material PCM logam
Material Melting Point
(◦C)
Latent Heat
(KJ/Kg)
Gallium-gallium
Antimony eutectic
29,8 -
Gallium 30,0 80,3
Cerrolow-eutectic 58 90,9
Bi-Cd-In eutectic 61 25
Cerrobend eutectic 70 32,6
Bi-Pb-In eutectic 70 29
Bi-In eutectic 72 25
Bi-Pb-Tin eutectic 96 -
Bi-Pb eutectic 125 -
Sumber : (Sharma et al., 2009)
2.3. Air
Air merupakan senyawa dengan rumus kimis H2O. Dalam satu molekul
air tersusun dari dua atom hidrogen yang terikat secara konvalen pada saru
atom hidrogen.
Gambar 2. 4 Ikatan kovalen tunggal H2O
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
18
Air pada temperatur 0°C yang menunjukan titik beku (freezing point).
Pada temperatur 100°C merupakan titik didih (boiling point) air. Air memiliki
berat molekul sebesar 18 gram/mol. Air mempunyai perubahan temperatur
yang lambat. Pergantian temperatur air berlangsung lambat sehingga air
mempunyai sifat sebagai penyimpan panas yang sangat baik. Sifat ini
memungkinkan air tidak menjadi panas atau dingin dalam rentang waktu yang
relatif cepat. Perubahan temperatur air yang lambat dapat mencegah
terbentuknya ketegangan (stress) pada makhluk hidup yang disebabkan
adanya perubahan temperatur yang signifikan dan memelihara suhu bumi
agar sesuai bagi makhluk hidup. Sifat ini juga menyebabkan air sangat baik
digunakan sebagai pendingin mesin (Effendi, 2003).
Gambar 2. 5 Perbandingan nilai kapasitas penyimpanan (storage capacity)
beberapa material (Khadiran et al., 2015)
Air memiliki panas laten penguapan dan fusi yang tinggi. Panas laten
penguapan adalah energi yang dibutuhkan untuk menguapkan 1 gram air pada
suhu 20° C. Sedangkan panas laten fusi merupakan energi yang dibutuhkan
untuk mencairkan 1 gram es pada suhu 0° C. Besarnya energi panas laten
penguapan adalah 586 kalori dan untuk panas laten fusi adalah 80 kalori.
Tingginya energi yang diperlukan untuk menguapkan air penting untuk
menjaga stabilitas suhu.
Air memiliki viskositas (hambatan untuk pengaliran) rendah.
Viskositas air yang rendah dipengaruhi oleh ikatan hidrogen. Setiap ikatan
hidrogen dimiliki bersama-sama oleh dua molekul air lainnya, sehingga
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
19
ikatan hidrogennya menjadi lemah dan mudah terputus. Inilah yang
menyebabkan viskositas air rendah. Viskositas air yang rendah menyebabkan
air menjadi pelarut yang baik.
2.4. Minyak Jagung (Corn Oil)
Minyak nabati adalah jenis minyak yang terbuat dari bahan alam seperti
tumbuhan. Minyak nabati juga digunakan sebagai bahan makanan. Minyak
jagung merupakan salah satu jenis minyak nabati. Minyak jagung berpotensi
menjadi sumber energi terbarukan. Minyak jagung merupakan jenis material
PCM organik yang tersusun dari gliserol dan asam lemak. Minyak jagung
mengandung trigliserida dengan komposisi 98,6 persen trigliserida,
sedangkan sisanya merupakan bahan nonminyak, seperti abu, zat warna atau
lilin. Asam lemak yang terdapat dalam minyak jagung terdiri dari asam lemak
jenuh dan asam lemak tak jenuh.
Tabel 2. 8 Komposisi asam lemak dalam minyak jagung (Dwiputra,
2015)
Jenis asam lemak Jumlah (%)
Oleat 19-49
Linoleat 34-62
Palmitat 8-12
Stearat 2,5-4,5
Vitamin E >40
Miristat 0,1
Palmitoleat 0,1
Linolenat 1,2
Minyak jagung tidak hanya tinggi kandungan asam lemak, tetapi juga
tinggi kandungan metil ester. Ester merupakan salah satu jenis rantai
hidrokarbon yang membentuk suatu ikatan hidrogren (Mahardiani et al.,
2011). Secara kimiawi minyak jagung terdiri dari metil ester 38,54%, benzena
17.45%, sikloheksadiena 8,29%, beta-sesquiphellandrene 23,83%.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
20
Komposisi minyak jagung paling besar yaitu metil ester, dapat memicu
kelarutan minyak jagung dalam air. Metil ester tidak mengikat molekul
hidrogen dengan sendirinya tetapi, metil ester dapat menghidrogenkan ikatan
dengan molekul air. Metil ester memiliki gugus molekul –OH yang kemudian
diionisasi dengan melepaskan atom hidrogen untuk membuat ion H+
(Nyoman Suamir et al., 2019).
Tabel 2. 9 Contoh asam lemak jenuh dan tak jenuh.
Nama Asam Struktur Sumber
Jenuh
Butirat C3H2COOH Lemak susu
Palmitat C15H31COOH Lemak hewani dan nabati
Stearat C17H35COOH Lemak hewani dan nabati
Kaproat C5H11COOH Lemak hewani dan nabati
Tak jenuh
Palmitoleat C15H29COOH Lemak hewani dan nabati
Oleat C17H33COOH Lemak hewani dan nabati
Linoleat C17H31COOH Minyak nabati
Linolenat C17H29COOH Minyak biji sawit
Arakidonat C21H31COOH Minyak
2.5. Nano Teknologi
Pengertian teknologi nano oleh US Environmental Protection Agency
(2007) sebagai “the science of understanding and control of matter at
dimensions of roughly 1–100 nm, where unique physical properties make
novel applications possible.”(Savage et al., 2007). Sementara, the US
National Nanotechnology Initiative (NNI (tanpa tahun) mendefinisikan
teknologi nano sebagai “science, engineering, and technology conducted at
the nanoscale, which is about 1 to 100 nanometers.”(Roco, 2004). Definisi
lain dari teknologi nano dikemukakan oleh Institute of Technology di Inggris,
yang mendefinisikan teknologi nano sebagai "science and technology where
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
21
dimensions and tolerances in the range of 0.1 nanometer (nm) to 100 nm play
a critical role."(Srivastava & Srivastava, 2009). Ukuran dari 1 nanometer
adalah 1 x 10−9 meter. Teknologi nano meliputi karakterisasi, fabrikasi,
manipulasi struktur, perangkat atau bahan yang memiliki setidaknya satu
dimensi (atau mengandung komponen dengan satu dimensi) yang kira-kira
panjangnya 1-100 nm (Duncan, 2011). Ukuran partikel yang sangat kecil
menghasilkan suatu material dengan sifat-sifat fisik dan kimia yang berbeda
dari material berukuran makro yang terdiri dari substansi yang sama.
Terdapat dua pendekatan sintesis partikel nano secara umum, yaitu top-
down dan bottom-up (Ariningsih, 2016).
2.5.1. Pendekatan Top-down
Pendekatan top-down merupakan pendekatan dengan cara
memecah partikel dengan ukuran yang besar menjadi partikel
dengan ukuran nanometer. Keunggulan dari pendekatan ini adalah
menghasilkan sifat atau kemampuan yang lebih baik. Kekurangan
dari metode sintesis ini, yaitu adanya tekanan internal, kerusakan
permukaan, dan kontaminasi.
2.5.2. Pendekatan Bottom-up
Pendekatan bottom-up merupakan pendekatan dengan cara
memulai dari atom-atom atau molekul-molekul yang kemudian
membentuk partikel berukuran nanometer. Keunggulan
menggunakan pendekatan bottom-up, yaitu dapat mempeoleh
struktur nano dengan lebih sedikit cacat dan komposisi kimia yang
lebih homogen. Kelemahan dari pendekatan ini adalah faktor biaya
yang cukup besar.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
22
Gambar 2. 6 Sintesis nanomaterial
2.6. Karbon
Material berbasis karbon merupakan salah satu aditif paling umum
karena mempunyai konduktivitas termal yang tinggi, sifat kimia yang stabil,
kegunaan yang luas dan densitas yang rendah (Lin et al., 2018). Beberapa
variasi material berbasis karbon, yaitu expended graphite (EG), carbon fiber
(CF), graphene, dan carbon nanotube (CNT). Expended graphite (EG)
memiliki struktur berpori. Kombinasi antara PCM organik dan EG
menghasilkan PCM/EG komposit, dimana PCM organik mempunyai
temperatur perubahan fase pada 44◦C dan kapasitas panas laten yang baik
(diatas 200 kJ/kg). Carbon fiber merupakan senyawa serat karbon
anoraganik. CF mempunyai ketahanan korosi yang baik, tahan terhadap
reaksi kimia, dan kompatibel dengan berbagai macam PCM. Graphene
memiliki struktur lapisan tunggal dua dimensi yang mempunyai sifat fisik dan
kimia yang khas, dan konduktivitas termal yang baik. Carbon nanotubes
mempunyai konduktivitas termal yang baik, kepadatan yang rendah dan rasio
luas permukaan terhadap volume yang besar. CNT terdiri dari atom-atom
karbon dengan kepadatan yang mendekati kepadatan bahan organik, sehingga
memungkinkan membuat campuran yang stabil untuk material berbasis
organik (Lin et al., 2018).
Karbon komposit merupakan salah satu pengembangan dari expended
graphite composite. Karbon komposit dapat diperoleh dari arang tempurung
kelapa dan polyvinyl alcohol (PVA) (Rampe et al., 2011). Komposisi utama
Bulk Top – Down
Dipecah
Bottom – Up
Disusun (Assembly)
Nanopartikel Atoms/ Clusters
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
23
arang tempurung kelapa, yaitu selulosa, lgnin hemiselulosa dengan
kandungan atom-atom C, O, H, dan N. Material organik ini memiliki gugus
fungsional seperti hridroksil (R-OH), alkana (R-(CH2)n-R’), karboksil (R-
COOH), karbonil (R-CO-R’), ester (R-CO-O-R’), gugus eter dan siklik (R-
O-R’) dengan variasi karbon.
Gambar 2. 7 Karbon tempurung kelapa
2.7. FTIR (Fourier Transform Infrared Spectrometer)
Spektrometer inframerah (spektrofotometer) merupakan salah satu
instrumen yang banyak digunakan untuk mengetahui spektrum vibrasi suatu
molekul yang dapat digunakan untuk memprediksi struktur senyawa kimia
(Sulistyani, 2018). Menggunakan jalur optical untuk menghasilkan pola yang
disebut interferogram. Interferogram berupa sinyal kompleks dengan pola
seperti gelombang, berisi semua frekuensi yang membentuk spektrum
inframerah. Menggunakan operasi matematika fourier transform (FT) untuk
menghasilkan spektrum interferogram, sehingga alat ini dinamakan Fourier
Transform Infrared Spectrometer atau FT-IR (Pavia et al., 2008).
Keuntungan menggunakan FTIR yaitu dapat memperoleh spektrum
interferogram dengan cepat dan tingkat akurasi yang baik. Skema diagram
FTIR dapat dilihat pada gambar 5.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
24
Gambar 2. 8 Skema diagram FTIR (sumber : Lampman et al., 1973).
Prinsip kerja FTIR menggunakan interferometer untuk menyalurkan
energi ke sampel. Sumber energi atau radiasi didalam interferometer (infrared
source) dipancarkan melalui beam splitter (sebuah kaca dengan sudut 45
derajat terhadap sumber radiasi). Interferometer berfungsi untuk mengatur
intensitas sinar inframerah dengan mengubah posisi beam splitter. Sinar
radiasi yang melalui beam splitter akan dipecah menjadi dua sinar tegak lurus.
Sinar radiasi kemudian dipantulkan oleh fixed mirror dan moving mirror lalu
kembali ke beam splitter untuk saling berinteraksi. Dari beam splitter,
sebagian sinar diarahkan menuju sampel dan sebagian menuju sumber.
Gerakan cermin (moving mirror) menyebabkan sinar yang diterima detektor
akan berfluktuasi. Gabungan dari dua sinar yang berfluktuasi disebut dengan
interferogram.
Interferogram yang dihasilkan dari kombinasi dua sinar diorientasikan
melewati sampel oleh beam splitter. Kemudian sampel menyerap setiap
panjang gelombang (wavelength) yang melewatinya. Sinyal interferogram
yang terbaca oleh detektor akan diubah menjadi spektrum antara intensitas
dan frekuensi. Sinyal diproses secara matematis dengan fourier transform.
Menggunakan software komputer yang secara otomatis menganalisa
spektrum senyawa yang terdapat dalam sampel dalam bentuk grafik. (Pavia
et al., 2014). Tabel 2. 10 digunakan untuk menganalisis grafik hasil uji FTIR.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
25
Tabel 2. 10 Daerah gugus fungsi FTIR (Hanlan et al., 1973).
Ikatan Tipe Senyawa Daerah
frekuensi (cm-1)
Intensitas
C – H Alkana 2850 – 2970
1340 - 1470
Kuat
Kuat
C – H Alkena
3010 – 3095
675 - 995
Sedang
Kuat
C – H Alkuna
3300 Kuat
C – H Cincin Aromatik 3010 – 3100
690 – 900
Sedang
Kuat
O – H Fenol, Manomer
Alkohol, Alkohol ikatan
hidrogen, Fenol,
manomer asam
karboksilat, ikatan
hidrogen asam
karboksilat
3590 – 3650
3200 – 3600
3500 – 3650
2500 - 2700
Berubah – ubah
Berubah – ubah,
terkadang
melebar
Sedang
Melebar
N – H Amina, Amida 3300 – 3500 Sedang
C = C Alkena 1610 – 1680 Berubah – ubah
C = C Cicin Aromatik 1500 – 1600 Berubah – ubah
C ≡ C Alkuna 2100 – 2260 Berubah – ubah
C – N Amina, Amida 1180 – 1360 Kuat
C ≡ N Nitril 2210 – 2280 Kuat
C – O Alkohol, Eter, Asam
Karboksilat, Ester
1050 – 1300 Kuat
C = O Alhedid, Keton, Asam
Karboksilat, Ester
1690 – 1760 Kuat
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
26
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Bahan dan Alat Penelitian
3.1.1. Bahan
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah :
- Arang tempurung kelapa
Arang tempurung kelapa disintesis dengan menggunakan alat
shaker mills hingga berukuran nano meter, yang akan menjadi bahan
tambah pada sampel uji PCM.
Gambar 3. 1 Karbon nano arang tempurung kelapa
- Air
Air merupakan bahan utama dalam pembuatan sampel PCM pada
penelitian ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
27
Gambar 3. 2 Air
- Ester minyak jagung
Ester minyak jagung merupakan jenis PCM organik yang menjadi
bahan campuran air dalam sampel uji PCM.
Gambar 3. 3 Minyak jagung
3.1.2. Alat
Alat yang digunakan untuk mendukung penelitian ini adalah :
- Mesin Shaker Mills
Pembuatan karbon nano dilakukan dengan mesin shaker
mills. Pada penelitian ini, putaran yang digunakan sebesar 150 rpm,
dan ukuran bola baja (ball mills) yang digunakan 5/32 inchi. Gambar
mesin shaker mills terdapat pada gambar 3.4.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
28
Gambar 3. 4 Shaker mills
- Conductivity Meter CT – 303
Pengujian konduktivitas listrik dilakukan dengan alat
conductivity meter (Model : CT – 303), seperti pada gambar 3.2.
Alat ini berfungsi untuk mengambil nilai konduktivitas listrik pada
sampel PCM.
Gambar 3. 5 Conductivity meter
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
29
- Mesin uji Fourier Transform Infra Red
Digunakan untuk mengetahui gugus molekul pada sampel
material PCM. Gambar Mesin Fourier Transform Infra Red
terdapat pada gambar 3.6.
Gambar 3. 6 Alat uji FTIR
3.2 Parameter yang divariasikan
3.2.1. Variabel yang divariasikan
- Konsetrasi minyak jagung
- Konsentrasi karbon nano
3.2.2. Variabel yang diteliti
- Konduktivitas
- Gugus fungsi
3.2.3. Variabel terkontrol
- Suhu pengujian (temperatur sampel) : 25 ◦C.
3.2.4. Variabel tak terkontrol
- Kondisi lingkungan (temperatur ruangan, kelembaban, dan
tekanan).
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
30
3.3 Diagram Alir Penelitian
Tahapan – tahapan dalam pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai
berikut :
Mulai
Studi Literatur
Konduktivitas Termal
Phase Change Material
Karbon Nano Phase Change Material
Phase Change Material Organik
A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
31
Gambar 3. 7 Diagram alir penelitian
3.4 Tempat Penelitian
Tempat penelitian ini dilakukan di dua tempat :
1. Pembuatan material PCM dan karbon nano dilakukan di Laboraturium
Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Analisis dan Pembahasan
Kesimpulan
Selesai
Kajian Pustaka
Komposisi Phase Change Material
Conductivity Meter Fourier Transform Infra Red
Gugus Molekul Konduktivitas Listrik
A
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
32
2. Pengujian konduktivitas listrik material PCM dan karbon nano
dilakukan di Laboraturium Teknik Mesin Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3. Pengujian FTIR material PCM dan karbon nano dilakukan di
Laboraturium Pendidikan Kimia Universitas Sanata Dharma
Yogyakarta.
3.5 Prosedur Penelitian
3.5.1. Pembuatan karbon nano
Bahan uji yang digunakan pada penelitian ini adalah arang
tempurung kelapa. Pembuatan bahan uji menjadi nano partikel
menggunakan metode top-down yaitu metode membentuk
nanopartikel dengan peralatan mekanik dengan proses milling. Pada
prosesnya, material ditumbuk hingga ukuran partikel material akan
tereduksi hingga ukuran nano, penghancuran serbuk arang bambu
dengan metode tumbukan menggunakan bola baja (Ball mills) ukuran
5/32 inchi pada alat Shaker Mills. Serbuk arang bambu dan bola baja
dimasukkan dalam tabung uji dengan takaran ukuran 1/3 tabung diisi
bola baja, 1/3 arang bambu dan 1/3 lagi berisi udara. Selanjutnya
tabung uji diletakkan ke alat Shaker Mills untuk dilakukan pengujian.
Prinsip kerja alat Shaker Mills seperti ayunan, sehingga tabung uji
yang diletakkan pada alat di ayun-ayunkan untuk membuat bola baja
(Ball mills) di dalam tabung saling bertumbukan untuk menumbuk
serbuk arang. Proses ini digunakan untuk pembuatan bahan uji dan
mengubah material serbuk arang tempurung kelapa menjadi ukuran
nanometer.
3.5.2. Pembuatan Material PCM
Untuk tahap awal dalam penelitian ini disiapkan 3 material yang
akan digunakan yaitu air sebagai bahan terdispersi kemudian minyak
jagung sebagai bahan pemicu nukleasi dan nano karbon tempurung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
33
kelapa sebagai karbon aktif. Kemudian siapkan minyak jagung
dengan komposisi 25% dan 30% dari volume total 100 ml, setelah itu
disiapkan karbon nano 50 ppm, 100 ppm, 150 ppm untuk
dicampurkan ketiga naterial tersebut menjadi satu dengan volume
masing – masing komposisi 100 ml. Setelah semua sampel siap
dengan komposisi masing-masing kemudian sampel dimasukan
kedalam botol kaca dengan volume 100 ml. Setelah itu sampel diaduk
selama 1 menit supaya material dapat bercampur secara merata.
Dalam penelitian ini akan menggunakan 8 sampel dengan komposisi
yang dapat dilihat pada tabel 3.1.
Tabel 3. 1 Sampel Material PCM
Kode
Sampel Air
Minyak
Jagung
Nano
Karbon Jumlah
1 75 ml 25 ml - 100 ml
2 70 ml 25 ml 50 ppm 100 ml
3 65 ml 25 ml 100 ppm 100 ml
4 60 ml 25 ml 150 ppm 100 ml
5 70 ml 30 ml - 100 ml
6 65 ml 30 ml 50 ppm 100 ml
7 60 ml 30 ml 100 ppm 100 ml
8 55 ml 30 ml 150 ppm 100 ml
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
34
Gambar 3. 8 25% MJ (a), 30% MJ (b), 25% MJ + 50 ppm karbon nano (c), 25%
MJ + 100 ppm karbon nano (d), 25 % MJ + 150 ppm karbon nano (e),
30 % MJ + 50 ppm karbon nano (f), 30 % MJ + 100 ppm karbon nano
(g), 30% MJ + 150 ppm karbon nano (h).
3.5.3. Pengujian konduktivitas listrik
Pengujian konduktivitas listrik dilakukan dengan cara
mencelupkan conductivity meter kedalam material PCM. Alat uji
yang digunakan mempunyai ketelitian 0 – 19,99 mS/cm. Hasil
pengukuran akan ditampilkan pada bagian layar berupa angka.
3.5.4. Pengujian FTIR (Fourier Transform Infrared)
Pengujian FTIR dilakukan menggunakan alat di Laboratorium
Pendidikan Kimia Universitas Sanata Dharma. Pengujian dilakukan
terhadap beberapa sampel, yaitu : sampel 100% minyak jagung,
sampel dengan komposisi 25% minyak jagung tanpa penambahan
karbon nano, dan sampel dengan komposisi 25% minyak jagung
dengan penambahan 150 ppm karbon nano.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
35
3.6 Rencana Analisis Data
Phase Change Material atau PCM sangat berkaitan dengan sifat
termal. Pemanfaatan sifat termal material PCM perlu dioptimalkan.
Optimalisasi sifat termal PCM bisa dilakukan dengan penambahan karbon
aktif sebagai bahan tambah untuk meningkatkan konduktivitas termal
material PCM. Hal ini perlu dilakukan pengujian dengan baik dan benar
untuk menghasilkan data pengembangan PCM yang lebih akurat.
Pengujian dilakukan dengan dua metode yaitu pengukuran dengan alat
condukctivity meter dan pengujian FTIR (Fourier Transform Infrared).
Pengujian dengan conductivity meter dilakukan untuk memperoleh
data konduktivitas listrik material PCM pada masing-masing konsentrasi.
Data yang diperoleh kemudian dibuat grafik hubungan antara nilai
konduktivitas listrik dan konsentrasi masing-masing sampel. Grafik
hubungan tersebut dikorelasikan dengan teori konduktivitas termal dari
penelitian sebelumnya, sehingga didapat perkembangan sifat termal dari
material PCM tersebut setelah ditambah material karbon nano.
Pengujian FTIR (Fourier Transform Infrared) dilakukan untuk
memperoleh gugus molekul dari sampel yang diuji. Gugus molekul
diperoleh dari suatu pola yang disebut interferogram. Interferogram yaitu
berupa sinyal kompleks dengan pola seperti gelombang. Analisis gugus
molekul diperoleh dengan membaca titik puncak atau peak pada pola
gelombang tersebut. Nilai titik puncak tersebut menentukan gugus
molekul yang terkandung dalam sampel tersebut. Nilai tersebut dapat
dicari dengan menggunakan tabel 2.10.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
36
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian yang dilakukan meliputi pengujian konduktivitas listrik dan
pengujian FTIR (Fourier Transform Infrared). Pengujian pertama yang
dilakukan yaitu pengujian konduktivitas listrik. Dari pengujian konduktivitas
listrik didapat nilai konduktivitas listrik material PCM, kemudian dikonversi
dalam grafik untuk melihat perubahan yang terjadi. Pengujian kedua yaitu
pengujian FTIR. Dari pengujian FTIR didapat data berupa spektrum
interferogram. Spektrum interferogram digunakan untuk menentukan gugus
molekul dari peak yang diperoleh, dengan membaca tabel.
4.1 Data Pengujian Konduktivitas Listrik
Tabel 4. 1 Data pengujian konduktivitas listrik 25% minyak jagung.
Waktu
(menit)
Konduktivitas (mS/cm)
Tanpa
Nano 50 ppm 100 ppm 150 ppm
0 0,07 0,08 0,09 0,09
5 0,07 0,08 0,09 0,09
10 0,07 0,08 0,08 0,09
Rata-
rata 0,07 0,08 0,087 0,09
Tabel 4. 2 Data pengujian konduktivitas listrik 30% minyak jagung.
Waktu
(menit)
Konduktivitas (mS/cm)
Tanpa
Nano 50 ppm 100 ppm 150 ppm
0 0,05 0,06 0,07 0,08
5 0,05 0,06 0,07 0,08
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
37
10 0,05 0,06 0,07 0,08
Rata-
rata
0,05 0,06 0,07 0,08
4.2 Data Pengujian FTIR
Tabel 4. 3 Tabel pengujian FTIR minyak jagung.
Tabel 4. 4 Tabel pengujian FTIR 25 % minyak jagung tanpa
penambahan karbon nano.
No. Peak Intensity Area
1 920,57 78,7 189,583
2 991,27 83,36 337,423
3 1040,55 70,54 1006,39
4 1079,11 82,02 226,162
No. Peak Intensity Area
1 836,3 57,47 932,274
2 921,28 59,67 1194,213
3 989,84 61,43 795,842
4 1037,69 26,17 2939,755
5 1077,69 59,93 1249,817
6 1135,53 63,97 1091,895
7 1227,66 83,72 46,249
8 1287,65 79,93 56,978
9 1330,5 79,56 211,073
10 1374,07 74,25 173,542
11 2873,11 82,26 487,117
12 2930,25 80,71 54,863
13 2970,96 80,52 354,267
14 3313,76 66,26 72,151
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
38
5 1136,25 83,5 551,362
6 1641,88 72,61 58,156
7 3297,33 48,93 109,364
Tabel 4. 5 Tabel pengujian FTIR 25% minyak jagung ditambah 150
ppm karbon nano.
No. Peak Intensity Area
1 990,56 84,19 208,358
2 1041,26 73,17 879,057
3 1081,26 83,54 34,92
4 1137,68 84,88 258,706
5 1639,74 73,15 57,288
6 1700,44 68,09 43,425
7 3310,19 52,45 101,825
4.3 Analisis Konduktivitas Listrik
Hasil pengukuran konduktivitas listrik selanjutnya dibuat grafik
hubungan antara konduktivitas listrik dan konsentrasi karbon nano seperti
terlihat pada grafik 4.1 dibawah ini.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
39
Grafik 4. 1 Grafik hubungan konduktivitas listrik dan konsentrasi karbon nano.
Grafik diatas merupakan grafik hubungan antara konduktivitas listrik dan
konsentrasi karbon nano pada PCM. Dari grafik diatas menunjukkan bahwa tingkat
konsentrasi karbon nano yang semakin meningkat, juga meningkatkan nilai
konduktivitas listrik material PCM. Pada PCM dengan konsentrasi 25% minyak
jagung tanpa nano mempunyai nilai konduktivitas listrik 0,07 mS/cm. PCM dengan
konsentrasi 25% minyak jagung ditambah 50 ppm karbon nano, nilai konduktivitas
listrik sebesar 0,08 mS/cm. PCM dengan konsetrasi 25% minyak jagung ditambah
100 ppm karbon nano, nilai konduktivitas listrik sebesar 0,087 mS/cm. PCM
dengan konsetrasi 25% minyak jagung ditambah 150 ppm karbon nano, nilai
konduktivitas sebesar 0,09 mS/cm. Rata-rata peningkatan nilai konduktivitas listrik
dengan penambahan konsentrasi karbon nano yang bervasiasi adalah 0,0075
mS/cm.
PCM dengan konsentrasi 30% minyak jagung tanpa tambahan karbon nano
mempunyai nilai konduktvitas listrik sebesar 0,05 mS/cm. Pada PCM dengan
konsentrasi 30% minyak jagung ditambah 50 ppm karbon nano, nilai konduktivitas
listrik sebesar 0,06 mS/cm. PCM dengan konsetrasi 30% minyak jagung ditambah
100 ppm karbon nano, nilai konduktivitas listrik sebesar 0,07 mS/cm. Pada PCM
0,07
0,080,087 0,09
0,05
0,06
0,07
0,08
y = 0,0067x + 0,065
y = 0,01x + 0,04
0,03
0,04
0,05
0,06
0,07
0,08
0,09
0,1
Tanpa nano 50 ppm 100 ppm 150 ppm
Ko
nd
ukti
vit
as L
istr
ik (
mS
/cm
)
Konsentrasi Karbon Nano
Grafik Hubungan Konduktivitas Listrik dan
Konsentrasi Karbon Nano
25% Minyak Jagung30% Minyak Jagung
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
40
dengan konsentrasi 30% minyak jagung ditambah 150 ppm karbon nano, nilai
konduktivitas listrik sebesar 0,08 mS/cm. Rata-rata peningkatan nilai konduktivitas
listrik pada konsentrasi 30% minyak jagung adalah 0,01 mS/cm.
Dari grafik diatas dapat dilihat bahwa nilai konduktivitas listrik meningkat
dengan penambahan karbon nano yang bervariasi. Peningkatan nilai konduktivitas
listrik disebabkan karena penambahan karbon nano arang tempurung kelapa.
Penambahan karbon nano berpotensi meningkatkan nilai konduktivitas listrik
karena material karbon dalam skala nano mempermudah interaksi antara molekul
air dengan karbon, sehingga dapat menyebar dengan baik. Penyebaran nanopertikel
yang baik membantu meningkatkan nilai konduktivitas termal dan listrik material
PCM (Baby & Ramaprabhu, 2010). Korelasi peningkatan konduktivitas termal dan
listrik ditunjukkan pada penelitian Tessy Theres Baby dan S Ramaprabu.
Konduktivitas termal untuk nanofluid berbasis air meningkat sebesar 14% dan 64%
pada temperatur masing-masing 25°C dan 50°C dengan fraksi volume sebesar
0,056%. Pengukuran konduktivitas listrik juga menunjukkan peningkatan sebesar
60 μS/cm pada fraksi volume 0,03%, dimana konduktivitas listrik air sekitar 4
μS/cm. Peningkatan sebesar 1400% pada fraksi volume 0,03% pada temperatur
25°C (Baby & Ramaprabhu, 2010).
Penambahan karbon yang bersifat aktif meningkatkan jumlah ion yang
terkandung dalam larutan PCM. Proses menambahkan partikel yang bermuatan
(ionisasi) membuat struktur semakin rapat sehingga arus listrik dapat mengalir
dengan baik. Ukuran partikel nano mempengaruhi kecepatan gerak Brown.
Semakin kecil ukuran partikel menyebabkan derak Brown semakin cepat. Gerakan
partikel yang semakin cepat berpotensi meningkatkan nilai konduktivitas listrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
41
Grafik 4. 2 Grafik spektrum FTIR minyak jagung tanpa penambahan nano
Grafik 4.2 merupakan spektrum FTIR dari minyak jagung. Nilai puncak yang
ditunjukkan pada grafik diatas terdapat pada 3313, 76 cm-1. Nilai area puncak antara
3200-3600 cm-1 menunjukkan gugus O – H. Menurut (Pavia et al., 2014) hampir
semua jenis ikatan mempunyai gugus molekul tersebut. Nilai puncak dari gugus O
– H menunjukkan intensitas yang berubah – ubah. Hal ini terjadi karena penguraian
gugus molekul dan air yang terabsorsi. Gugus O – H merupakan kelompok senyawa
fenol, manomer alkohol, alkohol ikatan hidrogen, asam karboksilat, ikatan hidrogen
asam karboksilat. Selanjutnya terdapat tiga puncak dengan nilai puncak antara 2850
– 2970 cm-1 dengan intensitas yang kuat. Ketiga nilai puncak tersebut
mengindikasikan gugus C – H. Gugus C – H merupakan jenis senyawa alkana.
Nilai puncak antara 1050 – 1300 cm-1 menunjukkan gugus C – O. Pita
penyerapan yang muncul antara 1050 – 1300 cm-1 merupakan ester umum yaitu,
ester dari asam aromatic. Gugus C – O merupakan kelompok senyawa alkohol,
ether, ester, asam carboxylic, dan anhydrides. Metil ester yang terkandung dalam
minyak jagung dapat memicu kelarutan minyak jagung dalam air. Pita penyerapan
antara 675 – 995 cm-1 menunjukkan gugus C – H (C = C – H) dengan intensitas
kuat. Gugus C – H (C = C – H) merupakan jenis senyawa alkena.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
42
Grafik 4. 3 Grafik spektrum FTIR material PCM dengan 25% minyak jagung
tanpa penambahan karbon nano.
Grafik 4.3 dibagi menjadi beberapa area puncak. Area puncak pada nilai
antara 3200-3600 cm-1 ( 3297,33 cm-1). Pada area tersebut terdapat gugus O – H
stretching (peregangan). Dari hasil yang didapat terjadi penguraian gugus hidroksil
dan air yang terabsorsi, hal tersebut menunjukkan adanya ikatan hidrogen yang
kuat. Puncak penyerapan pada 1641,88 cm-1 mengindikasi adanya gugus C = C.
Gugus C = C merupakan senyawa alkena dengan intesitas yang berubah – ubah.
Puncak serapan pada nilai antara 1050-1300 cm-1 mengindikasikan adanya
gugus C – O. Ditandai dengan adanya dua atau lebih pita absorsi peregangan
getaran pada kisaran 1050-1300 cm-1. Pada kisaran nilai 1150 cm-1 terindikasi
terjadi absorsi ester dari asam jenuh. Gugus C – O untuk ”alkohol” (bagian dari
ester) terindikasi lemah pada kisaran 1000-1150 cm-1. Pada area puncak antara 675
– 995 cm-1, dengan nilai masing – masing 920,57 cm-1 dan 991,27 cm-1. Nilai
puncak tersebut mengindikasikan gugus molekul C – H (C = C – H). Gugus C – H
(C = C – H) merupakan senyawa alkena.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
43
Grafik 4. 4 Grafik spektrum FTIR 25% minyak jagung ditambah 150 ppm karbon
nano.
Grafik 4.4 menunjukkan Spektrum FTIR 25% minyak jagung dengan
penambahan 150 ppm karbon nano. Area puncak pada nilai antara 3200-3600 cm-1
( 3310,19 cm-1). Pada area tersebut terdapat gugus O – H stretching (peregangan).
Dari hasil yang didapat terjadi penguraian gugus hidroksil dan air yang terabsorsi,
hal tersebut menunjukkan adanya ikatan hidrogen yang kuat. Selanjutnya muncul
nilai puncak absorsi pada 1700,44 cm-1. Puncak absorsi pada nilai antara 1690-1760
cm-1, mengindikasi adanya gugus C = O. Gugus C = O merupakan suatu gugus khas
yang menunjukkan adanya karbon aktif dalam sampel tersebut. Pada puncak absorsi
sekitar 1700 cm-1, merupakan kelompok carboxylic acid. Kelompok ini membantu
karbon nano ketika berinteraksi dengan molekul air dan menyebar dengan baik.
Penyebaran partikel nano yang baik membantu pengingkatan konduktivitas termal
dan listrik.
Puncak serapan pada nilai antara 1050-1300 cm-1 mengindikasikan adanya
gugus C – O. Ditandai dengan adanya dua atau lebih pita absorsi peregangan
getaran pada kisaran 1050-1300 cm-1. Pada kisaran nilai 1150 cm-1 terindikasi
terjadi absorsi ester dari asam jenuh. Gugus C – O untuk ”alkohol” (bagian dari
ester) terindikasi lemah pada kisaran 1000-1150 cm-1. Pada area puncak antara 675
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
44
– 995 cm-1, dengan nilai 990,56 cm-1. Nilai puncak tersebut mengindikasikan gugus
molekul C – H (C = C – H). Gugus C – H (C = C – H) merupakan senyawa alkena.
Dari ketiga grafik spektrum FTIR diatas dapat dilihat pola gelombang yang
hampir sama. Hal tersebut menunjukkan bahwa penambahan karbon nano dengan
volume yang relatif kecil (150 ppm paling tinggi) tidak terlalu berpengaruh
terhadap gugus fungsional sampel tersebut. Akan tetapi, pada grafik 4.1
menunjukkan penambahan karbon nano dengan konsentrasi yang berbeda dapat
meningkatkan nilai konduktivitas listrik sampel tersebut. Itu terjadi karena kabon
merupakan material konduktor listrik yang baik. Penambahan karbon nano
menyebabkan terbentuk gugus C = O atau gugus karbonil. Gugus karbonil
merupakan gugus khusus berupa karbon aktif yang dapat meningkatkan
konduktivias PCM. Berbagai gugus molekul yang muncul pada material PCM
menunjukkan adanya gelombang. Gelombang yang muncul menyebabkan getaran
pada molekul – molekul material PCM yang disebut dengan fonon. Fonon
merupakan energi getaran atau vibrasi yang merambat. Rambatan energi tersebut
menghasilkan gelombang listrik.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
45
BAB V
KESIMPULAN
5.1 Kesimpulan
Pada penelitian ini telah dilakukan pengujian konduktivitas listrik
material PCM minyak jagung berbasis air dengan konsentrasi 25% dan 30%
minyak jagung ditambah variasi penambahan karbon nano (50 ppm, 100 ppm,
dan 150 ppm) guna meningkatkan konduktivitas listrik dan termal material
PCM. Dari pengujian yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan sebagai
berikut:
1. Dari pengujian konduktivitas listrik dengan menggunakan
conductivity meter diperoleh peningkatan nilai konduktivitas listrik
PCM setelah penambahan karbon nano arang tempurung kelapa.
peningkatan rata-rata sebesar 0,01 mS/cm. Konduktivitas listrik
tertinggi diperoleh pada campuran 25% minyak jagung ditambah
150 ppm karbon nano dengan nilai 0,09 mS/cm, sedangkan
campuran 30% minyak jagung ditambah 150 ppm karbon nano nilai
konduktivitas listrik sebesar 0,08 mS/cm. Persentase peningkatan
tertinggi sebesar 60% pada 30% minyak jagung, sedangkan pada
25% minyak jagung sebesar 28,57% dibandingkan campuran tanpa
penambahan karbon nano.
2. Minyak jagung murni mempunyai 4 puncak penyerapan dan
membentuk gugus fungsioanl berupa O – H (Gugus hidroksil) ,C –
H (Alkana), C – O (Ester), C – H (C = C – H) (Alkena).
3. Hasil uji FTIR pada 25 % minyak jagung tanpa nano diperoleh gugus
molekul O – H, C = C, C – O, dan C = C – H, sedangkan pada 25%
minyak jagung ditambah nano diperoleh gugus molekul Hasil
pengujian dengan penambahan karbon nano diperoleh gugus
molekul O – H, C = O, C – O, dan C = C – H.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
46
Dari pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa penambahan material
karbon nano arang tempurung kelapa pada PCM minyak jagung dapat
meningkatkan konduktivitas listrik dan termal.
5.2 Saran
Saran dari penulis untuk memperbaiki penelitian berikutnya, antara
lain:
1. Pengujian konduktivitas listrik dan termal harus menggunakan alat
yang sesuai agar diperoleh hasil yang lebih akurat, maka perlu alat
uji konduktivitas termal agar dapat mengetahui nilai konduktivitas
secara lebih tepat.
2. Material PCM mempunyai variasi yang beragam, untuk itu perlu
dikembangkan variasi material PCM yang memiliki karakteristik
baik, aman, dan ramah lingkungan.
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
47
DAFTAR PUSTAKA Abhat, A., Heine, D., Heinisch, M., Malatidis, N. A., & Neuer, G. (1981).
Development of a modular heat exchanger with an integrated latent heat
storage. Report No. BMFT FBT.
Ariningsih, E. (2016). Prospek Penerapan Teknologi Nano dalam Pertanian dan
Pengolahan Pangan di Indonesia. Forum Penelitian Agro Ekonomi, 34(1).
https://doi.org/10.21082/fae.v34n1.2016.1-20
Arsana, M. E., Temaja, I. W., Widiantara, I. B. G., & Sukadana, I. B. P. (2020).
Corn oil phase change material (PCM) in frozen food cooling machine to
improve energy efficiency. Journal of Physics: Conference Series, 1450(1).
https://doi.org/10.1088/1742-6596/1450/1/012107
Baby, T. T., & Ramaprabhu, S. (2010). Investigation of thermal and electrical
conductivity of graphene based nanofluids. Journal of Applied Physics,
108(12). https://doi.org/10.1063/1.3516289
Chieruzzi, M., Cerritelli, G. F., Miliozzi, A., & Kenny, J. M. (2013). Effect of
nanoparticles on heat capacity of nanofluids based on molten salts as PCM
for thermal energy storage. Nanoscale Research Letters, 8(1).
https://doi.org/10.1186/1556-276X-8-448
Duncan, T. V. (2011). Applications of nanotechnology in food packaging and
food safety: Barrier materials, antimicrobials and sensors. Journal of Colloid
and Interface Science, 363(1). https://doi.org/10.1016/j.jcis.2011.07.017
Dwiputra, D. (2015). Minyak Jagung Alternatif Pengganti Minyak yang Sehat.
Jurnal Aplikasi Teknologi Pangan, 04(02).
https://doi.org/10.17728/jatp.2015.09
Effendi, H. (2003). Telaah Kualitas Air. In Kanisius.
Hanlan, J., Skoog, D. A., & West, D. M. (1973). Principles of Instrumental
Analysis. Studies in Conservation, 18(1). https://doi.org/10.2307/1505543
Khadiran, T., Hussein, M. Z., Zainal, Z., & Rusli, R. (2015). Encapsulation
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
48
techniques for organic phase change materials as thermal energy storage
medium: A review. In Solar Energy Materials and Solar Cells (Vol. 143).
https://doi.org/10.1016/j.solmat.2015.06.039
Lampman, P., Vyvyan, K., Pavia, D. L., & Kriz, G. S. (1973). INTRODUCTION
TO SPECTROSCOPY (4th Edition).
Lin, Y., Jia, Y., Alva, G., & Fang, G. (2018). Review on thermal conductivity
enhancement, thermal properties and applications of phase change materials
in thermal energy storage. In Renewable and Sustainable Energy Reviews
(Vol. 82). https://doi.org/10.1016/j.rser.2017.10.002
Mahardiani, L., Kurniawan, E., Trisunaryanti, W., & Triyono, T. (2011).
HIDRORENGKAH METIL ESTER ASAM LEMAK (MEPO)
MENGGUNAKAN ZEOLIT ALAM TERAKTIVASI HYDROCRACKING
OF FATTY ACID METIL ESTER (FAME) USING ACTIVATED
NATURAL ZEOLITE. Molekul, 6(2).
https://doi.org/10.20884/1.jm.2011.6.2.98
Nyoman Suamir, I., Made Rasta, I., Sudirman, & Tsamos, K. M. (2019).
Development of corn-oil ester and water mixture phase change materials for
food refrigeration applications. Energy Procedia, 161.
https://doi.org/10.1016/j.egypro.2019.02.082
Pause, B. (2018). Phase change materials and their application in coatings and
laminates for textiles. In Smart Textile Coatings and Laminates.
https://doi.org/10.1016/B978-0-08-102428-7.00008-0
Pavia, D. L., Lampman, G. M., & Kriz, G. S. (2014). Introduction to
Spectroscopy fifth edition. In Thomson Learning, Inc.
Pudjiastuti, W. (2011). Jenis-Jenis Bahan Berubah Fasa dan Aplikasinya. Jurnal
Kimia Dan Kemasan, 33(1). https://doi.org/10.24817/jkk.v33i1.1838
Rampe, M. J., Setiaji, B., Trisunaryanti, W., & Triyono, T. (2011).
FABRICATION AND CHARACTERIZATION OF CARBON
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI
49
COMPOSITE FROM COCONUT SHELL CARBON. Indonesian Journal of
Chemistry, 11(2). https://doi.org/10.22146/ijc.21398
Rathod, M. K., & Banerjee, J. (2013). Thermal stability of phase change materials
used in latent heat energy storage systems: A review. In Renewable and
Sustainable Energy Reviews (Vol. 18).
https://doi.org/10.1016/j.rser.2012.10.022
Roco, M. C. (2004). The US National Nanotechnology Initiative after 3 years
(2001-2003). In Journal of Nanoparticle Research (Vol. 6, Issue 1).
https://doi.org/10.1023/B:NANO.0000023243.25838.73
Savage, N., Thomas, T. A., & Duncan, J. S. (2007). Nanotechnology applications
and implications research supported by the US Environmental Protection
Agency STAR grants program. In Journal of Environmental Monitoring
(Vol. 9, Issue 10). https://doi.org/10.1039/b704002d
Septiadi, W. N., Sukadana, I. G. K., Astawa, K., Nyoman, N. P. I. A., Trisdadewi,
T., & Iswari, G. A. (2017). Konduktivitas Termal Hybrid Nanofluid Al 2 O 3
-TiO 2 -Air pada Fraksi Volume Rendah. Prosiding Konferensi Nasional
Engineering Perhotelan VIII - 2017, 2017.
Sharma, A., Tyagi, V. V., Chen, C. R., & Buddhi, D. (2009). Review on thermal
energy storage with phase change materials and applications. In Renewable
and Sustainable Energy Reviews (Vol. 13, Issue 2).
https://doi.org/10.1016/j.rser.2007.10.005
Srivastava, A. K., & Srivastava, N. B. (2009). Nanotechnology and nanofibers.
Man-Made Textiles in India, 52(3).
Sulistyani, M. (2018). Spektroskopi Fourier Transform Infra Red Metode
Reflektansi (Atr-Ftir) Pada Optimasi Pengukuran Spektrum Vibrasi Vitamin
C. Jurnal TEMAPELA, 1(2). https://doi.org/10.25077/temapela.1.2.39-
43.2018
PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI