PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERI ...
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERI ...
PENGARUH PENAMBAHAN TEPUNG IKAN TERI (Stolephorus sp)
TERHADAP MUTU ORGANOLEPTIK DAN KADAR PROTEIN
KERUPUK UBI JALAR (Ipomoea batatas L)
Karya Tulis Ilmiah
Diajukan ke Program Studi D.III Gizi Politeknik Kesehatan Kemenkes
Padang sebagai Persyaratan Dalam Menyelesaikan Pendidikan
Diploma III Politeknik Kesehatan Kemenkes Padang
Oleh :
VERA NOPITA SARI
NIM : 1321101
JURUSAN GIZI
POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES PADANG
TAHUN 2017
DAFTAR RIWAYAT HIDUP
Nama : Vera Nopita Sari
Tempat, Tanggal Lahir : Bukit Silapu Air Haji, Pesisir Selatan/06 Juni 1995
Agama : Islam
Status Perkawinan : Belum Kawin
Nama Orang Tua
Ayah : Bakri
Ibu : Nurmaini
Alamat :Bukit Silapu Air Haji, Kecamatan Linggo Sari
Baganti, Kabupaten Pesisir Selatan.
Riwayat Pendidikan :
1. 2001 – : SDN Lubuk Buaya, Air Haji
2. 2007 – : SMP Negeri 1 Linggo Sari Baganti
3. 2010 – : SMA Negeri 1 Linggo Sari Baganti
4. - : Jurusan Gizi Politekknik Kesehatan Kemenkes Padang
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan do’a dan mengucapkan puji syukur kehadirat
Tuhan Yang Maha Esa, dengan berkat serta Rahmat dan Karunia-Nya, penulisan
Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan oleh penulis walaupun menemui
kesulitan maupun rintangan dalam pembuatannya.
Penyusunan dan penulisan karya tulis ilmiah ini merupakan suatu
rangkaian dari proses pendidikan secara menyeluruh di Program Studi D-III
Jurusan Gizi Politeknik Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang, dan sebagai
prasyaratan dalam menyelesaikan pendidikan D-III Gizi pada masa akhir
pendidikan.
Judul Karya Tulis Ilmiah ini “Pengaruh Penambahan Tepung Ikan Teri
(Stolephorus sp) Terhadap Mutu Organoleptik dan Kadar Protein Kerupuk
Ubi Jalar (Ipomoea batatas L)”
Pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan rasa terima kasih yang
sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan pengarahan dari Ibu Ir. Mulyantni,
SKM, M.Kes Selaku pembimbing utama dan Bapak Zul Amri, DCN, M.Kes
selaku Pembimbing pendamping Karya Tulis Ilmiah. Ucapan terima kasih ini
penulis sampaikan juga kepada:
1. Bapak H. Sunardi, SKM, M.Kes selaku Direktur Politeknik
Kesehatan Kementerian Kesehatan Padang.
2. Ibu Hasnelli, DCN, M. Biomed selaku Ketua Jurusan Gizi.
3. Ibu Kasmiyetti, DCN, M. Biomed selaku Ketua Prodi D-III Gizi.
4. Ibu Defriani Dwiyanti, S.SiT, M.Kes selaku Pembimbing
Akademik.
5. Bapak Zulkifli, SKM, M.Si selaku Ketua Dewan Penguji.
6. Bapak Gusnedi, S.TP, MPH selaku Anggota Dewan Penguji.
7. Staf dosen serta karyawan/karyawati Jurusan Gizi Poltekkes
Kemenkes Padang.
8. Kepada keluarga terutama orang tua dan teman – teman yang telah
memberikan motivasi, semangat, dan do’a dalam menyelesaikan
Karya Tulis Ilmiah ini.
9. Serta semua pihak yang telah membantu dalam proses.
Penulis menyadari akan keterbatasan kemampuan yang ada, sehingga
penulis merasa masih belum sempurna baik dalam isi maupun dalam
penyajiannya. Untuk itu penulis selalu terbuka atas kritik dan saran yang
membangun guna penyempurnaan Karya Tulis Ilmiah Ini. Semoga Karya Tulis
Ilmiah ini dapat memberi manfaat kepada kita semua.
Padang, Juni 2017
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL………………………………………………………… i
LEMBAR PENGESAHAN…………………………………………………. ii
KATA PENGANTAR …………………………………………………… .. iii
DAFTAR ISI …………………………………………………………… . v
DAFTAR TABEL ..................................................................................... … vii
DAFTAR GRAFIK…………………………………………………………. viii
DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. … ix
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ..............................................................................
B. Rumusan Masalah ..........................................................................
C. Tujuan penelitian ............................................................................
Tujuan Umum ............................................................................
Tujuan Khusus ..........................................................................
D. Manfaat Penelitian .........................................................................
E. Ruang Lingkup Penelitian ..............................................................
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerupuk ..........................................................................................
B. Ikan Teri .........................................................................................
C. Tepung Ikan Teri ............................................................................
D. Nutrifikasi Pangan ..........................................................................
E. Penilaian Organoleptik ...................................................................
F. Protein ............................................................................................
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ...............................................................................
B. Waktu dan Tempat Penelitian ........................................................
C. Bahan dan Alat ..............................................................................
D. Rancangan Penelitian .....................................................................
E. Pelaksanaan Penelitian ...................................................................
F. Pengamatan ...................................................................... ………
G. Pengolahan Data dan Analisis Data………………………………
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
A Hasil Penelitian…………………………………………………… 4
B Pembahasan ………………………………………………………
BAB V PENUTUP DAN KESIMPULAN
A. Kesimpulan …………………………………………………………
B. Saran ………………………………………………………………
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DOKUMENTASI
DAFTAR TABEL
Tabel Kandungan Gizi Ikan Teri Kering……………………………
Tabel Kandungan Gizi Tepung Ikan Teri……………………………………
Tabel Perlakuan dalam pembuatan kerpuk ubi jalar kuning……………
Tabel 4 Skala Hedonik dan Numerik…………………………………………
Tabel 5 Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa kerupuk ubi
Jalar penambahan tepung ikan teri…………………………………
Table 6 Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma kerupuk ubi
jalar penambahan tepung ikan teri…………………………………
Tabel 7 Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap warna kerupuk ubi
jalar penambahan tepung ikan teri……………………………………
Tabel 8 Nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur kerupuk ubi
jalar penambahan tepung ikan teri……………………………………
Tabel 9 Nilai rata-rata penerimaan terhadap mutu organoleptik kerupuk ubi
jalar penambahan tepung ikan teri………………………………… 4
DAFTAR GRAFIK
Halaman
Grafik 1. Nilai Rata-Rata dari Rasa, Warna, Aroma, dan Tekstur
kerupuk ubi jalar yang Ditambahkan dengan Tepung ikan teri
Berdasarkan Uji Organoleptik……………………………………… 4
DAFTAR LAMPIRAN
LAMPIRAN A : Format Uji Organoleptik
LAMPIRAN B : Prosedur Pembuatan Tepung Ikan
LAMPIRAN C : Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian
LAMPIRAN D : Bagan Alir Pembuatan kerupuk
LAMPIRAN E : Rencana Anggaran Biaya (Rab) Penelitian
LAMPIRAN F : Hasil Olah Data Uji Organoleptik
LAMPIRAN G : Permohonan Peminjaman Labor dan Alat Labor ITP
LAMPIRAN H : Hasil Labor Uji Kadar Protein Pada Perlakuan Terbaik
LAMPIRAN I : Jadwal Kegiatan
LAMPIRAN J : Kartu Konsultasi
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peningkatan status gizi penduduk, dapat dilakukan dengan penyediaan
beranekaragam pangan dalam jumlah mencukupi, disamping peningkatan
daya beli masyarakat. Pola konsumsi pangan, yang lebih banyak menekankan
pada energi berasal dari karbohidrat didorong untuk berubah ke arah pola
pangan sesuai dengan Pedoman Umum Gizi Seimbang (PGUS).
Untuk meningkatkan kualitas jajanan tradisional adalah dengan cara
nutrifikasi zat gizi ke dalam makanan. Nutrifikasi merupakan penambahan
makronutrien dan mikronutrien ke dalam makanan jajanan. Teknik nutrifikasi
makronutrien dan mikronutrien melalui kombinasi bahan pangan sehingga di
hasilkan makanan yang bergizi tinggi. Salah satu zat gizi makro yang biasa
ditambahkan dalam bahan makanan adalah protein.
Pada makanan pokok, beras terbanyak dikonsumsi oleh sebagian besar
penduduk Indonesia (97,7 %) dengan konsumsi sebesar 201,3 gr/orang/hari,
diikuti terigu dan olahannya yang dikonsumsi oleh sekitar 30,2 % penduduk
dengan konsumsi sebesar 51,6 gr/orang/hari. Jenis umbi-umbian dan
olahannya menempati urutan ketiga dengan konsumsi sebesar 27,1
gr/orang/hari dan dikonsumsi oleh sekitar 19,6 % penduduk. Dari ketiga jenis
makanan pokok tersebut, jenis umbi-umbian yang umumnya merupakan
produksi lokal, justru jumlahnya paling sedikit dikonsumsi oleh penduduk.
Konsumsi kelompok akar terbanyak adalah kentang dengan rata-rata
27,9 gr/orang/hari. Singkong dan ubi jalar dikonsumsi dalam jumlah sedikit
oleh sebagian kecil penduduk.
Secara nasional tingkat kecukupan protein per orang per hari tertinggi
terlihat pada kelompok umur 0-59 bulan (134,5% AKP), diikuti kelompok
umur 5-12 tahun (115,9% AKP), kelompok umur 19-55 tahun (107,2% AKP),
kelompok umur >55 tahun (93% AKP) dan terendah pada kelompok umur 13-
18 tahun (89,5% AKP). Penduduk dengan tingkat kecukupan protein sangat
kurang (<80% AKP) sebesar 36,1 persen, tingkat kecukupan protein kurang
(70 - <100% AKP) sebesar 17,3 persen dan tingkat kecukupan protein normal
(>100% AKP) sebesar 46,5 persen.
Rerata tingkat kecukupan energi dan protein pada kelompok umur
remaja (13-18 tahun) sebesar 72,3 persen dan 89,5 persen, paling rendah
dibandingkan dengan empat kelompok umur lainnya. Proporsi remaja dengan
tingkat kecukupan energy sangat kurang (<70% AKE) sebanyak 52,5 persen
tertinggi dibandingkan dengan empat kelompok umur lainnya
Secara umum, rerata asupan energi semua kelompok umur berada
diatas 70 persen AKG. Asupan energi paling tinggi ditemukan pada kelompok
balita yaitu 97,3 AKG dan paling rendah pada laki-laki kelompok umur 13-18
tahun. Penduduk perdesaan memiliki rerata asupan 78,8 persen AKG
sedangkan penduduk perkotaan 76,8 persen AKG. Berdasarkan tingkat
ekonomi, asupan energi terendah ditemukan pada kuintil terbawah yaitu
sebesar 75 persen AKG.
Asupan protein pada semua kelompok umur sudah berada diatas 90
persen AKG, bahkan pada kelompok umur 0-59 bulan asupan proteinnya
mencapai 137 persen AKG. Asupan protein penduduk perkotaan mencapai
117 persen AKG sedangkan di perdesaan sedikit lebih rendah yaitu 104 persen
AKG. Berdasarkan tingkat ekonomi, asupan protein tertinggi ditemukan pada
kuintil teratas, yaitu 123 persen AKG dan terendah pada kuintil terbawah yaitu
sebesar 96,4 persen AKG.
Persentase penduduk menurut klasifikasi tingkat kecukupan energy
dan protein menggambarkan bahwa berdasarkan klasifikasi umur di Provinsi
Sumatera Barat penduduk masih dominan ditingkat kekurangan dan juga
kelebihan energy dan protein. Sehingga masih relevan dengan kondisi yang
ditemukan saat ini dimana angka kekurangan gizi (stunting) cukup tinggi dan
angka obesitas juga mulai meningkat. Diantara itu kelompok umur 13 -19
tahun terbesar mengalami deficit energy dan protein.
Ubi jalar (Ipomoea batatas L) merupakan sumber karbohidrat penting
selain padi, jagung, sagu, singkong dan ubi-ubian lain. Selama ini ubi jalar
hanya menjadi bahan pangan sampingan dengan pengolahan sederhana.
Padahal, ubi jalar juga dapat diolah menjadi produk industry dengan nilai
tambah tinggi. Kandungan Energi ubi jalar kuning dalam 100 gr yaitu 102
kkal, Protein 2,1 gr, Lemak 0,1 gr, dan Karbohidrat 24,3 gr. Bentuk lain yang
memiliki prospek untuk ubi jalar adalah bahan setengah jadi sebagai bahan
industry lanjutan. Sifat produk ini kering, awet, dan tahan disimpan lama.
Wujudnya berupa irisan ubi kering (gaplek), tepung dan pati. Selain itu juga
dapat diolah menjadi kerupuk.4
Kerupuk pada dasarnya hanya mengandung pati dan mempunyai
kandungan energi sebesar 350 kkal, Protein 0,5 gr, Karbohidrat 85,9 gr,
Lemak 0,2 gr, Kalsium 0 mg, fosfor 0 mg, dan zat besi 0 mg. Untuk lebih
meningkatkan nilai gizinya kerupuk perlu penambahan zat gizi protein.
Kerupuk juga bisa dibuat dari ubi jalar. Ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L)
mengandung karbohidrat dan rendah protein, dengan diolah menjadi kerupuk
maka di tingkatkan dengan protein dengan penambahan tepung ikan teri,
karena memiliki daya simpan yang cukup lama dibandingkan dengan ikan
segar. Dengan penambahkan ikan, tepung udang dan sumber protein lainnya
pada adonan kerupuk diharapkan akan meningkatkan kandungan protein
kerupuk yang dihasilkan.
Selama ini masyarakat menganggap ubi jalar merupakan bahan pangan
dalam situasi darurat (kurang makanan) bahkan disebut sebagai makanan
masyarakat kelas bawah. Padahal potensi ekonomi dan sosial ubi jalar
(Ipomoea batatas L) cukup tinggi. Hasil pengolahan ubi jalar menjadi aneka
macam (jenis) makanan untuk seperti dibuat keripik, chips, tepung, mie,
snack, permen dan gula fruktosa. Salah satu umbi-umbian yang merupakan
sumber kalori dan mikronutrien adalah ubi jalar kuning, dimana ubi jalar
warna kuning juga merupakan bahan pangan yang memiliki keunggulan
nutrisi. Mikronutrien yang terkandung dalam ubi jalar antara lain zat besi dan
vitamin A.
Sumatera Barat merupakan salah satu sentra produksi ubi jalar di
Indonesia.
Menurut Badan Pusat Statistik (BPS) Potensi produksi ubi jalar di
Indonesia pada tahun 2011 sebesar 2.192.242 ton (BPS,2011). Produksi
tanaman ubi jalar di Sumatera Barat pada tahun 2013 meningkat sebesar 9.572
ton bila dibandingkan dengan produksi ubi jalar tahun 2012. Hal ini secara
signifikan disebabkan oleh peningkatan produktivitas dari 285,64 Ku/Ha
menjadi 296,81 Ku/Ha dan peningkatan luas panen dari 4.372 Ha pada tahun
2012 menjadi 4.530 Ha. Pada tahun 2014 produksi tanaman ubi jalar sebesar
133.745 ton umbi basah. Sedangkan untuk Kabupaten Pesisir Selatan
penghasil ubi jalar pada tahun 2013 1.298 ton (BPS,2015).
Asupan protein pada semua kelompok umur sudah berada diatas 90
persen AKG, Asupan protein penduduk perkotaan mencapai 117 persen AKG
sedangkan di perdesaan sedikit lebih rendah yaitu 104 persen AKG.
Berdasarkan tingkat ekonomi, asupan protein tertinggi ditemukan pada kuintil
teratas, yaitu 123 persen AKG dan terendah pada kuintil terbawah yaitu
sebesar 96,4 persen AKG.
Rata-rata Konsumsi ikan sebesar 98,4 gr/orang/hari dan berasal dari
kelompok ikan laut dan ikan tawar. Jumlah penduduk yang mengkonsumsi
ikan laut adalah 30,2 %.
Menurut Dinas perikanan dan Kelautan Kota Padang produksi ikan teri
tahun 2012 untuk pasar domestic meningkat dibanding 2011. Totalnya
mencapai 375.431 ton dari produksi tahun 2011 sebesar 328.065 ton.
Ikan teri (Stolephorus sp.) merupakan ikan penghuni perairan pesisir
dan eustaria serta beberapa jenis dapat hidup pada perairan dengan salinitas
10-15%. pada umumnya, ikan teri hidup bergerombol, terutama jenis-jenis
yang berukuran kecil, yang terdiri dari ratusan sampai ribuan ekor
Tepung ikan teri salah satu produk pengolahan ikan yang berkadar air
rendah yang diperoleh dari penggilingan ikan. Pengolahan ikan menjadi
tepung ikan tidak sulit dilakukan. Tepung ikan adalah suatu produk padat
kering yang dihasilkan dengan cara mengeluarkan cairan atau lemak yang
terkandung dalam tubuh ikan.
Pembuatan tepung ikan berbahan dasar ikan teri dapat menjadi suatu
bentuk bahan pangan. Selain memiliki daya simpan yang cukup lama
dibandingkan dengan ikan segar, bentuknya yang berupa tepung diharapkan
menjadi tepung ikan teri lebih fleksibel dalam pemanfaatannya. Penggunaan
tepung ikan teri sebagai bahan pelengkap ubi jalar kuning pada pembuatan
kerupuk ubi jalar merupakan salah satu alternatif variasi makanan tradisional
yang dapat melengkapi zat gizi kerupuk sehingga memiliki kelengkapan zat
gizi , terutama protein.
Berdasarkan permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk
melaksanakan penelitian yang berjudul ”Pengaruh Penambahan Tepung Ikan
Teri (Stolephorus sp) Terhadap Mutu Organoleptik Kerupuk Ubi Jalar dan
Proteinnya.
B. Rumusan Masalah
Bagaimana Pengaruh Penambahan Tepung Ikan Teri ( Stolephorus sp)
Terhadap Mutu Organoleptik Dan Kadar Protein Kerupuk Ubi Jalar (Ipomoea
batatas L)?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui bagaimana pengaruh penambahan tepung ikan teri
(Stolephorus sp) terhadap mutu organoleptik dan kadar protein kerupuk
ubi jalar (Ipomoea batatas L).
2. Tujuan Khusus
1. Diketahui rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap warna kerupuk ubi
jalar.
2. Diketahui rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma kerupuk ubi
jalar.
3. Diketahui rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur kerupuk
ubi jalar.
4. Diketahui rata-rata tingkat kesukaan panelis terhadap rasa kerupuk ubi
jalar.
5. Diketahuinya pengaruh penambahan tepung ikan teri terhadap warna,
aroma, tekstur dan rasa kerupuk ubi jalar.
6. Diketahuinya perlakuan terbaik terhadap kerupuk ubi jalar yang
ditambahkan tepung ikan teri dengan perbandingan tertentu.
7. Diketahuinya kadar protein kerupuk ubi jalar yang dihasilkan.
D. Manfaat
1. Bagi Peneliti
Merupakan penerapan ilmu yang didapat tentang teknologi pangan
dalam rangka pengembangan pangan yang berkualitas, dapat diterima,
dikonsumsi, dan disukai oleh masyarakat. Dan dapat melihat pengaruh
tepung ikan teri terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa kerupuk ubi jalar
kuning.
2. Bagi Masyarakat
a. Memberikan pengetahuan kepada masyarakat tentang pemanfaatan
ikan teri yang selama ini belum di manfaatkan secara maksimal.
b. Meningkatkan daya tarik masyarakat terhadap produk olahan dari ikan
teri.
c. Dapat membuka peluang usaha baru.
E. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini tentang mutu organoleptik kerupuk ubi jalar (rasa,
aroma, warna dan tekstur) dengan penambahan tepung ikan teri dan
pengaruhnya terhadap kadar protein. Pembuatan kerupuk ubi jalar dilakukan
di rumah peneliti dan uji kadar protein dilakukan di Balai Riset Dan
Standardisasi Industri Padang (BARISTAN), sedangkan Uji Organoleptik
dilakukan dikampus Poltekkes Kemenkes Padang.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kerupuk
1. Pengertian Kerupuk
Kerupuk merupakan makanan tradisional yang sangat disuka orang
sebagai teman nasi atau sekedar sebagai cemilan. Untuk meningkatkan
status gizi dan cita rasa kerupuk sering kali dicampur dengan pangan asal
laut, antara lain udang dan ikan.4
Pengembangan kerupuk merupakan proses ekspansi tiba-tiba dari
uap air dalam struktur adonan sehingga diperoleh produk yang volumenya
mengembang. Pada dasarnya kerupuk mentah diproduksi dengan adonan
pati pada tahap pengukusan, selanjutnya adonan dicetak dan dikeringkan.
Pada proses penggorengan akan terjadi penguapan air yang terikat dalam
gel pati akibat peningkatan suhu dan dihasilkan tekanan uap yang
mendesak gel pati sehingga terjadi pengembangan dan sekaligus terbentuk
rongga-rongga udara pada kerupuk yang telah digoreng. 4
Asal mula kerupuk tidak jelas, karena jenis makanan ini tidak hanya
di kenal dan dikonsumsi di negara kita, tetapi juga di negara–negara Asia
lainnya seperti Malaysia, Singapura, Cina dan lain-lain. Namun, besar
kemungkinan jenis produk ini berasal dari Cina, yang kemudian disebar-
luaskan berkat adanya hubungan dagang dan perpindahan penduduk dari
negeri Cina ke negara-negara Asia lainnya. 4
Pada umumnya kerupuk dikonsumsi sebagai makanan tambahan
untuk lauk pauk atau sebagai makanan kecil. Salah satu faktor utama yang
menentukan mutu kerupuk adalah kerenyahannya (dalam bahasa sunda
disebut “rangu”) semua konsumen menginginkan kerupuk yang renyah,
artinya yang menimbulkan bunyi sewaktu digigit dan dikunyah. Kerupuk
yang sudah lemas atau lembek dinilai tidak enak lagi. Rasa kerupuk
menjadi faktor nomor dua yang dinilai konsumen, meskipun di dalam
membeli produk makanan tersebut (baik mentah maupun yang sudah
digoreng) faktor warna kerupuk tetap menjadi penentu utama bagi
konsumen.4
2. Cara membuat kerupuk ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L)
Rasa dari kerupuk pada umumnya gurih dan renyah.
Cara membuat :
1. Ubi jalar kuning dibersihkan telebih dahulu, dan rebus sampai lunak
dengan suhu besar.
2. Setelah lunak, lalu hancurkan sampai halus dengan menggunakan
sendok.
3. Ikan teri dibersihkan terlebih dahulu, lalu dicuci dan dijemur dibwah
sinar matahari sampai kering selanjutnya baru dihancurkan dengan
blender sampai halus.
4. Setelah halus, lakukan pengayakan.
5. Campurkan tepung ikan teri dan tambahkan daun bawang + seledri, dan
sedikit garam.
6. Lalu tambahkan tepung tapioca/kanji.
7. Aduk hingga membentuk adonan.
8. Cetak tipis adonan yang sudah di aduk dengan menggunakan piring
stenlis.
9. Uapkan di atas air panas (mendidih) sampai matang.
10. Setelah itu di jemur di bawah sinar matahari sampai kering, lalu di
goreng di atas minyak yang banyak dan panas hingga matang dan
berwarna kuning kecoklatan.
Komposisi:
1) 4 kg ubi jalar kuning(Ipomoea batatas L).
2) 800 gr tepung tapioca
3) 0 gr ikan teri
4) 800 gr Daun bawang dan seledri
5) 40 gr Garam
6) 2 kg Minyak goreng
Kandungan gizi kerupuk ubi jalar dalam 100 gram didapat Kalori =
670,5 kal, Protein =35,2 gr, Lemak =5,4 gr, dan Karbohidrat = 115,6 gr.
3. Bahan Pembuatan Kerupuk Ubi Jalar
1) Ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L)
2) Tepung Tapioca
3) Tepung ikan teri
4) Daun bawang dan seledri
5) Garam
6) Minyak Goreng
1. Ubi Jalar Kuning (Ipomoea batatas L)
Ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L) merupakan salah satu
tanaman rakyat yang banyak dihasilkan di Negara berkembang. Posisinya
menduduki peringkat kesembilan di antara tanaman pangan terpenting. Di
Indonesia, ubi jalar dimanfaatkan sebagai makanan penyelang atau
hidangna ringan. Biasanya, ubi jalar dinikmati bersama secangkir kopi
panas atau dikonsumsi setelah direbus, dikukus, atau digoreng.
Ubi jalar (Ipomoea batatas L) banyak mengandung pro vitamin A,
vitamin B dan vitamin C. selain itu juga terdapat banyak kandungan
karbohidrat dan lemak serta sedikit protein, yang sangat berguna untuk
penghasil energy dan kesehatan tubuh. 4
2. Tepung Tapioka
Tepung tapioka biasa juga disebut dengan tepung kanji. Dibuat dari
saripati ketela pohon (singkong). Biasanya dipakai untuk membuat pangan
tradisional seperti kue, selain itu juga sering digunakan untuk pengental
makanan. Warnanya bening, kental dan bersifat agak lengket bila
dipanaskan. Tapioka mempunyai keunggulan yang tidak dimiliki jenis
tepung lainnya. Tepung ini tidak mengandung gluten, sehingga aman bagi
yang alergi, karena mengandung linamarin, tapioka dapat menangkal
pertumbuhan sel kanker.
Tapioka sering diolah menjadi sirup glukosa dan dekstrin yang
sangat diperlukan oleh berbagai industri, antara lain industri kembang
gula, pengalengan buah, pengolahan es krim, minuman, dan industri
peragian. Tapioka digunakan sebagai bahan pengental, bahan pengisi, dan
bahan pengikat dalam industri pangan, industri farmasi, dan lain
sebagainya. Tapioka juga banyak digunakan sebagai bahan baku pewarna
putih alami pada industri pangan dan industri tekstil.
3. Daun seledri
Sayuran berdaun hijau selalu baik untuk kesehatan. Salah satunya
adalah seledri. baik daun, batang, maupun akar seledri menyimpan banyak
manfaat untuk kesehatan, selain dikenal sebagai sayuran penambah aroma
masakan, daun seledri juga dikenal sebagai tanaman obat.
4. Garam
Garam adalah sejenis mineral yang dapat membuat rasa asin.
Biasanya garam dapur yang tersedia secara umum adalah Natrium klorida
(NaCl) yang dihasilkan oleh air laut. Garam sangat diperlukan tubuh,
namun bila dikonsumsi secara berlebihan dapat menyebabkan berbagai
penyakit, termasuk tekanan darah tinggi (hipertensi). Selain itu garam juga
digunakan untuk mengawetkan makanan dan sebagai bumbu. Untuk
mencegah penyakit gondok, garam dapur juga sering ditambahi yodium.
5. Minyak Goreng
Minyak goreng adalah minyak yang berasal dari lemak tumbuhan
atau hewan yang dimurnikan dan berbentuk cair dalam suhu kamar dan
biasanya digunakan untuk menggoreng bahan makanan. Minyak goreng
berfungsi sebagai pengantar panas, penambah rasa gurih, dan penambah
nilai kalori bahan pangan.
B. Ikan Teri
Ikan teri (Stolephorus sp) atau dalam bahasa Inggrisnya disebut
anchovy merupakan salah satu kelompok ikan Pelagis (hidup di dekat
permukaan laut). Berbeda dengan jenis ikan-ikan besar, gaya hidup ikan teri
adalah berkoloni, yaitu membentuk kumpulan yang terdiri dari ratusan bahkan
ribuan ekor. Ikan teri umumnya berukuran kecil dengan panjang sekitar 6-9
cm, namun ada pula yang berukuran relatife panjang hingga 17,5 cm. Ciri-ciri
ikan teri adalah: bentuk tubuhnya memanjang (fusiform) atau mampat ke
samping (compressed), terdapat selempang putih keperakan memanjang dari
kepala sampai ekor, memiliki sisik kecil, tipis dan sangat mudah lepas, tulang
rahang atas memanjang mencapai celah ingsang.
Ikan teri termasuk ikan kecil, paling panjang 12 cm, mulut relatif
besar, banyak diolah menjadi ikan kering atau ikan asin. Badannya berkilauan
dan besarnya bervariasi (Tarwotjo, 1998). Teri masuk dalam keluarga ikan
laut yang bentuk fisiknya kecil. Total ada 160 species ikan teri di dunia ini
yang banyak ditemukan ditemukan di lautan Atlantik dan Pasific (Gustanten,
2009). Ikan Teri adalah ikan laut yang hidup di kawasan dingin yang kaya
asam lemak omega 3 (Hartono, 1999). Ikan teri biasanya bertelur pada saat
mulai musim panas dan telurnya menetas dalam waktu 24 jam .
Klasifikasi ikan Teri berdasarkan ikan yang termasuk cartilaginous
(bertulang rawan) atau bony ( bertulang keras), menurut Young (1962) dan De
Bruin et al (1994) adalah sebagai berikut:
Phylum : Chordat
Sub-Phylum : Vertebrae
Class : Actinopterygi
Ordo : Clupeiformes
Famili : Engraulididae
Genus : Stolephorus
Species : Stolephorus commersoni
Ikan teri yang termasuk dalam Famili Engraulididae ini mempunyai
banyak species. species umum yang teridentifikasi adalah Stolephorus
heterobolus, S.devisii, S. buccaneeri, S. indicus, dan S. commersonii (De
Bruin et al 4)
Salah satu makanan yang biasa diawetkan dengan cara diasinkan
adalah ikan teri. Ikan teri merupakan makanan rakyat yang mudah didapat
dan murah harganya. Ikan teri banyak dikonsumsi oleh kalangan menengah
ke bawah, ternyata merupakan salah satu sumber kalsium terbaik untuk
mencegah pengeroposan tulang.
Menurut Hendradi (2009) ikan teri
merupakan sumber kalsium yang tahan dan tidak mudah larut dalam air. Ikan
teri sangat baik sebagai sumber kalsium yang murah dan mudah didapat.
Menurut Astawan (2008) ikan teri merupakan jenis ikan yang memilki nilai
ekonomi tinggi. Jenis ikan teri yang biasa diperjual belikan adalah ikan teri
nasi, ikan teri halus dan ikan teri jengki.
Ikan teri dapat diolah menjadi berbagai jenis masakan, seperti: pepes,
rempeyek, sambal goring balado, atau digoreng kering bersama kacang tanah.
ikan teri yang dikeringkan dan diasinkan dapat bertahan lama selama
berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.
Menurut Wirosaputro (1998) keperluan Ca terbesar pada waktu
terjadi pertumbuhan dan Ca masih diperlukan lebih lanjut walaupun telah
mencapai tahap dewasa. Pada proses pembentukan tulang baru dan
penghancuran tulang yang telah tua. Ca yang berada dalam peredaran darah
dan jaringan tubuh mempunyai fungsi dalam berbagai kegiatan, diantaranya
adalah untuk transmisi impuls-impuls saraf, kontraksi otot, penggumpalan
darah, pengaturan permeabilitas membran sel dan aktivitas enzim.
Menurut Astawan (2008) ikan teri sangat tinggi kandungan proteinnya,
yaitu 42 g/100 g teri kering asin. Protein ikan teri mengandung sejumlah asam
amino esensial, yaitu asam amino yang tidak dapat dibentuk di dalam tubuh,
tetapi harus berasal dari makanan. Asam amino esensial yang paling menonjol
pada ikan teri adalah isoleusin, leusin, lisin dan valin. Selain mengandung
asam amino esensial, ikan teri juga kaya akan asam amino non esensial. Asam
amino non esensial yang menonjol pada ikan teri adalah asam glutamat dan
asam aspartat. Kandungan zat gizi yang sangat berarti dari ikan teri adalah
mineral, kalsium, fosfor dan zat besi.
Tabel 1
Kandungan Gizi Ikan Teri Kering Dalam 100 Gram
No Zat Gizi Jumlah
Kalori 170 kkal
Protein 33,4 gr
Lemak 3 gr
4 Karbohidrat 0 gr
Sumber :DKBM
C. Tepung Ikan Teri
Untuk menambah manfaat ikan teri yang berupa daya simpan dan nilai
gizi yang lebih baik maka ikan dapat diolah dalam bentuk tepung. Tepung
ikan adalah suatu produk padat kering yang dihasilkan dengan jalan
mengeluarkan sebagian besar cairan dengan sebagian atau seluruh lemak yang
terkandung dalam tubuh ikan. Tepung ikan mempunyai nilai gizi yang tinggi
terutama kandungan proteinnya yang kaya akan asam amino esensial seperti
lisin dampingan metionin..
Disamping itu tepung ikan teri juga kaya akan
vitamin B, mineral, dan memiliki kandungan serat yang rendah.
Menurut Moeljanto (1982) Komposisi tepung ikan teri tidak hanya
tergantung pada spesies ikan yang digunakan, tetapi juga dipengaruhi oleh
bentuk dan kualitas bahan baku yang digunakan. Tepung ikan teri dengan
kadar protein tinggi menghasilkan kadar mineral sekitar 12-33% untuk kadar
protein yang rendah. Sebagian besar abu dan mineral dalam tepung ikan teri
berasal dari tepung kepala dan tulang ikan. Kadar mineral tepung ikan akan
lebih tinggi bila bahan mentahnya berasal dari sisa-sisa ikan berupa ikan
berupa kepala dan tulang-tulang ikan. Sebagian besar abu berupa kalsium
fosfat. Tepung ikan juga mengandung trace element, diantaranya Zn, I, Fe,
Cu, Mn, dan Co.
Table 2
Kandungan Gizi Tepung Ikan Teri Dalam 100 Gr
No Zat Gizi Jumlah
Energy 375 kkal
Protein ,
Lemak 10,5 gr
4 Karbohidrat 0 gr
Sumber : Nutrisurvey
D. Nutrifikasi pangan
Nutrifikasi merupakan penambahan makronutrien dan mikronutrien ke
dalam makanan. Teknik nutrifikasi makronutrien dan mikronutrien melalui
kombinasi bahan pangan sehingga di hasilkan makanan yang bergizi tinggi.
Salah satu zat gizi makro yang bias ditambahkan dalam bahan makanan
adalah protein.
Tingkat nutrifikasi makanan dilakukan dengan cara penambahan
makronutrien pada tingkat yang telah disarankan, dan dengan mudah dapat
menyesuiakan dengan kebutuhan serta tingkat perkembangan ilmu gizi saat
itu. untuk menyusun zat gizi yang berkecukupan, tapi tidak berlebihan, yaitu
dengan melakukan kombinasi dari berbagai individu makanan sehingga
memiliki nilai gizi yang lebih seimbang bila hanya terdiri dari satu jenis
pangan saja.
E. Penilaian Organoleptik
Uji organoleptik atau uji Indera atau uji sensori merupakan cara
pengujian terhadap makanan dengan menggunakan indera manusia sebagai
alat utama untuk pengukuran daya penerimaan pada suatu produk. Penilaian
organoleptik meliputi penilaian terhadap:
a. Warna Makanan
Warna merupakan penampilan luar dari makanan. Warna yang
dimiliki oleh makanan dapat meransang selera untuk mengkonsumsi
makanan tersebut. Makanan yang memiliki warna kurang menarik dan
kelihatan pucat akan mengurangi penilaian terhadap penampilan makanan.
b. Aroma Makanan
Aroma makanan merupakan bau yang dihasilkan dari makanan dan
merupakan salah satu penambahan nilai terhadap cita rasa makanan.
Pembauan juga disebut pencicipan jarak jauh karena manusia dapat
mengenal enaknya makanan yang belum terlihat hanya dengan mencium
baunya dari jarak jauh. Indera pembau berfungsi untuk menilai bau-bauan
dari suatu produk atau komoditi baik berupa makanan atau non-pangan.
Banyak sekali jenis bau-bauan yang diterima oleh alat pembau .
c. Tekstur Makanan
Tekstur makanan adalah bentuk luar dan dalam dari makanan ada
yang lunak, padat, cair, dan keras. Juga merupakan salah satu penambahan
nilai terhadap cita rasa makanan.
d. Rasa makanan
Rasa adalah yang dikandung oleh makanan yang turut menentukan
cita rasa makanan, Beberapa hal yang dapat menentukan rasa dari
makanan adalah bumbu, suhu penyajian, dan tingkat kematangan.
Untuk melakukan penilaian organoleptik diperlukan panel. Panel
terdiri dari orang atau kelompok yang bertugas menilai sifat dan mutu
berdasarkan kesan subjektif. Orang yang menjadi anggota panel disebut
panelis.
Beberapa macam panel yang digunakan dalam penilaian
organoleptik yaitu sebagai berikut:
1. Panel Perseorangan
Panel perseorangan adalah orang yang sangat ahli dengan
kepekaan spesifik yang sangat tinggi yang diperoleh karena bakat atau
latihan-latihan yang sangat intensif. Panel perseorangan sangat mengenal
sifat, peranan dan cara pengolahan bahan yang akan dinilai dan menguasai
metode-metode analisis organoleptik dengan sangat baik. Keuntungan
menggunakan panelis ini adalah kepekaan tinggi, bias dapat dihindari,
penilaian efisien dan tidak cepat fatik. Panel perseorangan biasanya
digunakan untuk mendeteksi jangan yang tidak terlalu banyak dan
mengenali penyebabnya. Keputusan sepenuhnya ada pada seorang.
2. Panel Terbatas
Panel terbatas terdiri dari 3-5 orang yang mempunyai kepekaan
tinggi sehingga bias lebih di hindari. Panelis ini mengenal dengan baik
faktor-faktor dalam penilaian organoleptik dan mengetahui cara
pengolahan dan pengaruh bahan baku terhadap hasil akhir. Keputusan
diambil berdiskusi diantara anggota-anggotanya.
3. Panel Terlatih
Panel terlatih terdiri dari 15-25 orang yang mempunyai kepekaan
cukup baik. Untuk menjadi terlatih perlu didahului dengan seleksi dan
latihan-latihan. panelis ini dapat menilai beberapa rangsangan sehingga
tidak terlampau spesifik. Keputusan diambil setelah data dianalisis secara
bersama.
4. Panel Agak Terlatih
Panel agak terlatih terdiri dari 15-25 orang yang sebelumya dilatih
untuk mengetahui sifat-sifat tertentu. Panel agak terlatih dapat dipilih dari
kalangan terbatas dengan menguji datanya terlebih dahulu. Sedangkan
data yang sangat menyimpang boleh tidak digunakan dalam keputusannya
5. Panel Tidak Terlatih
Panel tidak terlatih terdiri dari 25 orang awam yang dapat dipilih
berdasarkan jenis suku-suku bangsa, tingkat sosial dan pendidikan. Panel
tidak terlatih hanya diperbolehkan menilai alat organoleptik yang
sederhana seperti sifat kesukaan, untuk itu panel tidak terlatih biasanya
dari orang dewasa dengan komposisi panelis pria sama dengan panelis
wanita.
6. Panel Konsumen
Panel konsumen terdiri dari 30 hingga 100 orang yang tergantung
pada target pemasaran komoditi. Panel ini mempunyai sifat yang sangat
umum dan dapat ditentukan berdasarkan perorangan atau kelompok
tertentu.
Prosedur pengujian adalah sebagai berikut:
1. Disediakan 3 sampel yang diletakkan dalam piring yang sama, masing-
masing sampel diberi kode.
2. Panelis diminta untuk mencicipi satu persatu sampel dan mengisi
formulir uji organoleptik sesuai tanggapannya.
3. Setiap panelis akan mencicipi sampel lain, panelis diminta minum air
yang telah disediakan terlebih dahulu.
4. Panelis mengisi formulir yang telah disediakan terhadap rasa, aroma,
tekstur, dan warna dalam bentuk angka.
5. Nilai tingkat kesukaan antara lain:
a. Sangat suka(4)
b. Suka(3)
c. Agak suka(2)
d. Tidak suka(1)
Salah satu uji yang digunakan dalam peneltian pangan yaitu uji
penerimaan. Uji penerimaan yaitu penilain seseorang terhadap suatu
sifat/kualitas suatu benda yang menyebabkan orang menyukainya. Dalam
kelompok uji penerimaan ini termasuk uji kesukaan ( uji hedonic ) dan uji
mutu hedonik. Uji hedonik disebut juga uji kesukaan, dimana panelis
diminta tanggapan pribadinya tentang kesukaan atau sebaliknya. Uji
hedonik tidak menyatakan suka atau tidak suka melainkan menyatakan
kesan baik atau buruk.
F. Uji Kadar Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang amat penting bagi tubuh.
Karena zat gizi ini di samping berfungsi sebagai bahan bakar dalam tubuh
juga berfungsi sebagai zat pembangun dan pengatur. Untuk penentuan kadar
protein ada beberapa macam :
a. Metode Kualitatif
1. Uji Xantoprotein
Adalah uji untuk menentukan apakah suatu protein mengandung
gugus benzene (cincin fenil). 20 jenis asam amino essensial dalam
organisme kehidupan yang mengandung gugus bezena ada 3 yaitu
fenilalanin, triptofan dan tirosin. Maka uji Xantoprotein ini hanya positif
jika asam amino fenilalanin, triptofan dan tirosin ditambahkan asam nitrat
pekat terbentuk endapan putih dan berubah menjadi kuning sewaktu
dipanaskan.
2. Uji Hopkins-Cole
Merupakan uji kimia yang digunakan untuk menunjukan adanya
asam amino triptofan. Pereaksi yang dipakai mengandung asam glioksilat.
Kondensasi 2 inti induk dari triptofan oleh asam glioksilat akan
menghasilkan senyawa berwarna ungu. Reaksi positif ditunjukan dengan
adanya cincin ungu pada bidang atas.
3. Uji Millon
Adalah larutan merkuro dan merkuri nukrat dalamasam nikrat.
Apabila pereaksi ini ditambahkan pada larutan protein, akan
menghasilakan endapan putih yang dapat berubah menjadi merah oleh
pemanas.
4. Uji Natrium Nitroprusida
Merupakan uji yang digunakan untuk mendeteksi asam amino
sistein. Gugus tiol(-SH) dalam sistein akan bereaksi dengan sodium
nitroprusside dalam keadaan ammonia terlebih membentuk senyawa
berwarna putih.
5. Uji Biuret
Digunakan untuk menunjukan adanya ikatan peptida dalam suatu
zat yang diuji. Adanya ikatan peptida mengidentifikasi adanya protein,
karena asam amino berkaitan dengan asam amino yang lain melalui
ikatan peptida membentuk protein. Ikatan peptida merupakan ikatan yang
terbentuk ketika atom karbon dari gugus gugus amina molekul lain.
Reaksi tersebut melepaskan molekul air sehingga disebut reaksi
kondensasi. Ikatan peptida akan bereaksi dengan reagen biuret
menghasilkan perubahan warna. reaksi positif uji biuret ditunjukkan
dengan munculnya warna ungu atau merah muda akibat adanya
senyawaan antara Cu++ dari reagen biuret dengan NH dari ikatan peptida
dan O dari air. Semakin panjang ikatan peptide (banyak asam amino yang
berikatan) akan memunculkan warna ungu, semakin pendek ikatan
peptida (sedikit asam amino yang berikatan) akan memunculkan warna
merah muda.
b. Metode Kuantitatif
1. Metode Kjeldahl
Metode ini merupakan metode yang sederhana untuk penetapan
nitrogen total pada asam amino, protein, dan senyawa yang mengandung
nitrogen. sampel didestruksi dengan asam sulfat dan dikatalisis dengan
katalisator yang sesuai sehingga akan menghasilkan amonium sulfat.
Setelah pembebasan alkali dengan kuat, amonia yang terbentuk disuling
uap secara kuantitatif kedalam larutan penyerap dan ditetapkan secara
titrasi.
2. Metode Titrasi Formol
Metode titrasi formol adalah metode analisis cara penentuan
protein dengan cara titrasi formol untuk menghidrolisis protein dalam
sampel. Titrasi formol hanya tepat digunakan untuk menentukan suatu
proses terjadinya pemecahan protein dan kurang tepat untuk penentuan
jenis protein.
3. Metode Lowry
Merupakan pengembangan dari metode Biuret. Dalam metode ini
terlibat 2 reaksi. Awalnya, kompleks Cu(II)-protein akan terbentuk
sebagaimana metode biuret, yang dalam suasana alkalis Cu(II) akan
tereduksi menjadi Cu(I). Ion Cu+ kemudian akan mereduksi reagen
Folin-Ciocalteu, kompleks phosphormolibdat phosphotungstat
(phosphomolyb dotungstate), menghasilkan heteropolymolyb denum blue
akibat reaksi oksidasi gugus aromatik (rantai samping asam amino)
terkatalis Cu, yang memberikan warna biru intensif yang dapat dideteksi
secara kolorimetri. Kekuatan warna biru terutama bergantung pada
kandungan residu tryptophan dan tyrosine-nya.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen dengan membuat
berbagai perlakuan. Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh
penambahan tepung ikan teri terhadap mutu organoleptik kerupuk ubi jalar
dan kadar protein.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan Bulan Januari sampai April 2016. Pembuatan
kerupuk ubi jalar dilakukan di rumah peneliti sesuai dengan standar yang
sudah ditetapkan dan uji kadar protein dilakukan di Balai Riset Dan
Standardisasi Industri Padang (BARISTAN) sedangkan uji organoleptik
dilakukan dikampus Poltekkes Kemenkes Padang.
C. Bahan dan Alat
1. Bahan
1) Ubi jalar kuning (Ipomoea batatas L)
2) Tepung Tapioca
3) Tepung ikan (Stolephorus sp)
4) Daun bawang dan seledri
5) Garam
6) Minyak Goreng
1) Bahan pembuatan kerupuk
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: ubi jalar
kuning 4 kg, tepung tapioka 800 gr, ikan teri jenis (Stolephorus sp)
berukuran sedang yang bercirikan ada garis putih perak ditengah
tubuhnya yang berjumlah 350 gr yang akan dijadikan tepung, disamping
bahan-bahan penyusun lainnya daun bawang + seledri 800 gr dan garam
40 gr, minyak goreng 2 kg.
2) Bahan pembuatan tepung ikan teri
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah ikan teri jenis
Stolephorus sp yang berukuran sedang yang bercirikan ada garis putih
perak dibagian tengah tubuhnya yang berjumlah 350 gram yang dijadikan
tepung.
3) Bahan untuk uji organoleptik
Air minum kemasan 25 buah, piring ceper putih besar, dan kerupuk
dengan 4 perlakuan.
4) Bahan untuk uji protein
0,3 g sampel, selenium 4 gr + CuSO4.5H20 3 gr serta 20 ml
H2SO4 pekat, dengan 300 ml aquadest, 100 ml NaOH 33%, larutan HCL
0,02 %, 2-3 tetes fenolftalein 5%, NaOH 0,02 %.
2. Alat
1) Alat pembuatan Tepung Ikan Teri
Peralatan yang digunakan pada pembuatan tepung ikan teri
adalah blender 1 buah, 4 buah baskom yang ukuran menengah,
ayakan 1 buah dan timbangan rumah tangga I buah.
2) Alat pembuatan kerupuk
Peralatan yang digunakan pada pembuatan kerupuk antara:
Sendok makan 4 buah, baskom ukuran menengah 4 buah, piring
stenlis 4 buah, ayakan 1 buah, panci ukuran menengah 1 buah dan
kompor gas.
3) Alat Uji Organoleptik
Peralatan yang digunakan pada uji organoleptik antara lain:
Piring ceper putih besar 25 buah.
4) Alat Uji Protein
Alat yang digunakan untuk uji protein : labu penyuling,
timbangan analitik, labu destruksi, sendok kecil, erlenmenyer, tabung
mikro kjeldahl, bagian penangkas air, tempat sampel.
D. Rancangan Penelitian
Rancangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Rancangan
Acak Lengkap (RAL) dengan 4 perlakuan dan dua ulangan. Dimana
perlakuannya adalah:
a. Kontrol A : Penambahan tepung ikan 0 gram
b. Perlakuan B : Penambahan tepung ikan 30 gram
c. Perlakuan C : Penambahan tepung ikan 40 gram
d. Perlakuan D : Penambahan tepung ikan 50 gram
Table 3
Perlakuan dalam pembuatan kerupuk ubi jalar kuning
Bahan Kontrol Perlakuan
A B C D
Ubi jalar kuning (gr)
Tepung tapioca (gr)
Tepung ikan (gr) 4
Daun bawang( gr)
Daun seledri (gr)
Garam (gr)
E. Pelaksanaan penelitian
1. Penelitian pendahuluan
Sebelum dilakukan penelitian lanjutan, maka dilakukan dulu
penelitian pendahuluan yang bertujuan untuk mendapatkan metode dan
menentukan jumlah tepung ikan teri yang tepat dalam pembuatan kerupuk
ubi jalar.
Peneliti telah melakukan penelitian pendahuluan, dengan ubi jalar
kuning 1 kg, tepung tapioka 100 gr dan tepung ikan teri 50 gr. Hasilnya
adalah berbentuk bulat tipis, ada aroma ikan, tekstur renyah dan warna agak
kuning kecoklatan, dan ikan nya sedikit terasa.
2. Penelitian Lanjutan
1) Proses Pembuatan Tepung Ikan Teri
Ikan teri yang dibeli sudah jadi ikan teri kering asin, lalu ikan teri
teri dibersihkan dengan membuang kepala dan isi perut bagian yang hitam
kemudian di cuci dan di jemur sampai kering dibawah sinar matahari
menggunakan nampan. Setelah kering hancurkan ikan teri tersebut dengan
blender dan diayak sehingga menghasilkan tepung.
2) Proses Pembuatan Kerupuk ubi jalar
Ubi jalar dibersihkan telebih dahulu, dan rebus sampai lunak.
Setelah lunak, lalu hancurkan sampai halus dengan menggunakan sendok
makan, tambahkan tepung tapioka/kanji, tambahkan tepung ikan teri dan
daun bawang + seledri. Lalu aduk hingga membentuk adonan. Cetak tipis
adonan yang sudah di aduk dengan menggunakan piring stenlis. Uapkan di
atas air panas sampai matang. Setelah itu di jemur menggunakan nampan
di bawah sinar matahari sampai kering sehingga bisa di belah dua, lalu di
goreng di atas minyak yang banyak dan panas dengan suhu yang sedang,
dan proses penggorengan selama + 1 menit hingga matang dan berwarna
kuning kecoklatan.
F. Pengamatan
Pengamatan yaitu kegiatan menggunakan satu indra atau lebih seperti
melihat, mendengar, mencium, mengecap dan meraba secara saksama untuk
mendapatkan keterangan atau makna dari suatu yang diamati. Kegiatan ini
bertujuan untuk mendapatkan keterangan atau pengetahuan dari suatu
peristiwa. Pengamatan (observasi) dapat dilakukan secara kualitatif maupun
kuantitatif.
1. Pengamatan subjektif
Dilakukan dengan uji organoleptik terhadap warna, aroma, rasa, dan
tekstur. Dilakukan dengan uji penerimaan yaitu uji hedonik atau uji
kesukaan. Kriteria yang dipakai menggunakan tingkat skala sebagai
berikut:
Tabel 4
Skala Hedonik dan Numerik
Skala Hedonik Skala Numerik
Sangat suka 4
Suka
Agak suka
Tidak suka
Panelis yang dipakai dalam uji hedonik adalah panelis yang agak
terlatih, yaitu mahasiswa Jurusan Gizi Tingkat II yang berjumlah 25 orang.
Persyaratan panelis adalah tidak dalam keadaan kenyang dan lapar,
tidak merokok, tidak dalam keadaan sakit, tidak dalam keadaan mabuk,
tidak terlalu sedih, gembira, dan terburu-buru, dan tidak dalam keadaan
stress. Sebelum melakukan pengujian terlebih dahulu diberikan
pengarahan, tata tertib prosedur pengujian dan contoh formulir
organoleptik.
2. Pengamatan objektif
Uji kadar protein menggunakan Mikro Kjedahl, dengan prosedur
sebagai berikut.
1) Tahap Destruksi
Kira-kira sebanyak 0,3 gr sampel (X) ditimbang dengan
menggunakan timbangan analitik, setelah itu sampel dimasukkan ke
dalam labu Destruksi, kedalam labu ditambahkan kira-kira 3 sendok
kecil (teh) katalis campuran ( selenium 4 gr + CuSO4.5H20 3 gr ) serta
20 ml H2SO4 pekat teknis secara homogen. Campuran tersebut
dipanaskan dengan alat Destruksi mula-mula pada posisi low selama 10
menit, kemudian pada posisi medium selama 5 menit dan high sampai
larutan menjadi jernih dan berwarna hijau kekuningan, proses ini
berlangsung di dalam ruang asam.
2) Tahap Destilasi
Setelah itu labu destruksi didinginkan dan larutan di masukkan
kedalam labu penyulihan dan diencerkan dengan 300 ml aquadest yang
tidak mengandung N. Tambahkan beberapa butir batu didih dan larutan
dijadikan basa dengan menambahkan kira-kira 100 ml NaOH 33%.
kemudian labu penyuling dipasang dengan cara cepat di atas alat
penyuting. Proses penyulingan ini diteruskan hingga semua N telah
tertangkap oleh boraks yang ada didalam erlenmenyer atau bila 2/3 dari
cairan dalam labu penyuling telah menguap.
3) Tahap titrasi
a. Standarisai larutan HCL 0,02 %
1) Pipet 25 ml larutan HCl 0,02 n ke dalam erlenmenyer 250 ml, lalu
tambahkan 2-3 tetes indicator fenolftalein 5%.
2) Titrasi larutan HCl 0.02 N dengan NaOH 0,02 % N yang telah
distandarisasi.
3) Catat volume NaOH yang diperlukan untk titrasi hingga warna
larutan berubah menjadi merah muda.
4) Hitung normalitas larutan HCl dengan menggunakan rumus :
N HCL = (
ml NaOH)(N NaOH)
Ml Cl
b. Titrasi deslitat dengan HCL 0,02 % N standar
1) Encerkan destilat dalam erlenmenyer hingga kira-kira 50 ml.
2) Titrasi dengan HCL 0,02 % n terstandar sampai terjadi perubahan
menjadi abu-abu.
3) c tat volume HCL 0.02% N terstandar yang diperlukan untuk
titrasi.
c. Penetapan blanko
1) Dengan prosedur yang sama seperti pada sample, lakukan analisis
untuk blanko (blanko sample).
2) Catat volume HCL 0,02 % N standar yang digunakan untuk titrasi
blanko.
Perhitungan:
%N = (ml HCL sample – ml HCl blanko)x HCL x 14.007 x 100
Mg sampel
% protein =% N x Faktor Konversi
Factor konversi yang digunakan untuk menentukan kadar protein
sampel yaitu 6,25.
G. Pengolahan Data dan Analisis Data
Data yang diperoleh dari hasil pengujian organoleptik akan
ditabulasikan dalam suatu label, kemudian diolah secara statistic dengan
menggunakan uji sidik ragam (ANOVA) pada taraf 95%. Bila perbedaan
nyata maka, dilanjutkan dengan uji Duncan New Multiple Range Test
(DNMRT) pada taraf 5% yang bertujuan untuk melihat perlakuan mana yang
berbeda.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Uji Organoleptik
Hasil dari uji organoleptik kerupuk ubi jalar yang ditambahkan
dengan tepung ikan teri terhadap rasa, aroma, warna dan tekstur didapatkan
hasil sebagai berikut:
1. Warna
Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap aroma kerupuk ubi
jalar dengan penambahan tepung ikan teri, diperoleh nilai rata-rata tingkat
kesukaan panelis masing-masing perlakuan, seperti terlihat pada Tabel 7:
Tabel 7
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Warna
Kerupuk Ubi Jalar Dengan Penambahan Tepung Ikan Teri
Perlakuan Nilai rata-rata Tingkat kesukaan
A : 0 gr 3.12a Suka
B : 30 gr 3.2b Suka
C : 40 gr 3.2ab Suka
D : 50 gr 2.68c Suka
Ket :angka-angka pada lajur sebelah kanan yang diikuti oleh huruf kecil
yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%.
Berdasarkan Tabel nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
terhadap warna kerupuk ubi jalar dengan penambahan tepung ikan teri
nilai berkisar antara – . Nilai berada pada tingkat suka berarti
panelis menyukai setiap warna sampel perlakuan kerupuk ubi jalar yang
ditambahkan dengan tepung ikan teri. Warna kerupuk ubi jalar yang
dihasilkan berwarna kuning kecoklatan. Pada perlakuan A, B, C, dan D
warna yang dihasilkan berwarna kuning kecoklatan. Rata-rata warna
tertinggi terdapat pada kerupuk ubi jalar perlakuan A dengan penambahan
gram tepung ikan teri yaitu 3. dan rata-rata nilai terendah pada
perlakuan D dengan penambahan gram tepung ikan teri yaitu
Ada kecendrungan peningkatan nilai rata-rata kesukaan panelis
terhadap warna kerupuk ubi jalar yang ditambahkan tepung ikan teri
sampai batas 40 gram (perlakuan C) dan bila penambahan dilanjutkan
menjadi 50 gram (perlakuan D) nilai rata-rata tingkat kesukaan menjadi
turun dan berada pada tingkat suka.
Uji analisa sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5% didapatkan hasil F
hitung lebih besar F tabel, yaitu F hitung 4, dan F tabel 2.76. Nilai
tersebut menunjukkan adanya perbedaan nyata dari perlakuan nutrifikasi
tepung ikan teri terhadap warna kerupuk ubi jlar.
Selanjutnya dilakukan uji statistic DNMRT pada taraf 5% yang
berfungsi untuk menentukan pasangan perlakuan mana yang berbeda
nyata. Hasil yang didapatkan dari pasangan perlakuan tersebut yaitu
perlakuan A berbeda nyata denganperlakuan B, perlakuan A tidak berbeda
nyata dengan perlakuan C, perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan
D, perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan C, perlakuan B
berbeda nyata dengan perlakuan D, perlakuan C berbeda nyata dengan
perlakuan D.
2. Aroma
Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap aroma kerupuk ubi
jalar dengan penambahan tepung ikan teri, diperoleh nilai rata-rata tingkat
kesukaan panelis masing-masing perlakuan, seperti terlihat pada Tabel 6 :
Table 6
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Aroma
Kerupuk Ubi Jalar Dengan Penambahan Tepung Ikan Teri
Perlakuan
Nilai rata-rata Tingkat kesukaan
A : 0 gr 3.02a Suka
B : 30 gr 3.06a Suka
C : 40 gr 3.14a Suka
D : 50 gr 2.16b Agak suka
Ket :angka-angka pada lajur sebelah kanan yang diikuti oleh huruf kecil
yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%.
Berdasarkan Tabel diketahui nilai rata-rata tingkat kesukaan
panelis terhadap aroma kerupuk ubi jalar dengan penambahan tepung ikan
teri nilai berkisar antara – 4, nilai berada pada tingkat agak suka
hingga suka.
Ada kecendrungan peningkatan nilai rata-rata kesukaan panelis
terhadap aroma kerupuk ubi jalar yang ditambahkan tepung ikan teri
sampai batas 40 gram (perlakuan C) dan bila penambahan dilanjutkan
menjadi 50 gram (perlakuan D) nilai rata-rata tingkat kesukaan menjadi
turun dan berada pada tingkat agak suka.
Aroma dari kerupuk ubi jalar yang yang penambahan tepung ikan
teri adalah aroma khas ubi jalar dan aroma tepung ikan teri. Nilai rata-rata
aroma tertinggi terdapat pada kerupuk ubi jalar perlakuan C penambahan
tepung ikan teri yaitu 3.14 dan rata-rata nilai terendah pada perlakuan D
dengan penambahan 50 gram tepung ikan teri yaitu 2.16.
Uji analisa sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5% didapatkan hasil F
hitung lebih besar F tabel, yaitu F hitung , dan F tabel 2.76. Nilai
tersebut menunjukkan adanya perbedaan nyata dari perlakuan penambahan
tepung ikan teri terhadap aroma kerupuk ubi jalar.
Selanjutnya dilakukan uji statistic DNMRT pada taraf 5% yang
berfungsi untuk menentukan pasangan perlakuan mana yang berbeda
nyata. Hasil yang didapatkan dari pasangan perlakuan tersebut yaitu
perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, perlakuan A tidak
berbeda nyata dengan C, perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan D,
perlakuan B tidak bebeda nyata dengan perlakuan C, perlakuan B berbeda
nyata dengan perlakuan D, perlakuan c berbeda nyata dengan perlakuan D.
3. Tekstur
Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap aroma kerupuk ubi
jalar dengan penambahan tepung ikan teri, diperoleh nilai rata-rata tingkat
kesukaan panelis masing-masing perlakuan, seperti terlihat pada Tabel 8:
Tabel 8
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Tekstur
Kerupuk Ubi Jalar Dengan Penambahan Tepung Ikan Teri
Perlakuan
Nilai rata-rata Tingkat kesukaan
A : 0 gr 3.02a Suka
B : 30 gr 3.28b Suka
C : 40 gr 3.36b Suka
D : 50 gr 2.78ac Suka
Ket :angka-angka pada lajur sebelah kanan yang diikuti oleh huruf kecil
yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%.
Berdasarkan Tabel 8 nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
terhadap tekstur kerupuk ubi jalar dengan penambahan tepung ikan teri
nilai berkisar antara 2.78 – . Nilai tersebut berada pada suka. Menurut
panelis, tekstur yang dihasilkan dari ubi jalar yang ditambahkan dengan
tepung ikan teri dengan perlakuan A, B, C dan D memiliki tekstur yang
bagus.
Ada kecendrungan peningkatan nilai rata-rata kesukaan panelis
terhadap tekstur kerupuk ubi jalar yang ditambahkan tepung ikan teri
sampai batas 40 gram (perlakuan C) dan bila penambahan dilanjutkan
menjadi 50 gram (perlakuan D) nilai rata-rata tingkat kesukaan menjadi
turun dan berada pada tingkat suka.
Nilai rata-rata tekstur tertinggi terdapat pada kerupuk ubi jalar
perlakuan C penambahan 4 gram tepung ikan teri yaitu dan rata-rata
nilai terendah pada perlakuan D dengan penambahan 50 gram tepung ikan
teri yaitu 2.
Uji analisa sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5% didapatkan hasil
F hitung lebih besar F tabel, yaitu F hitung , dan F tabel 2.76. Nilai
tersebut menunjukkan adanya perbedaan nyata dari perlakuan penambahan
tepung ikan teri terhadap tekstur kerupuk ubi jlar.
Selanjutnya dilakukan uji statistic DNMRT pada taraf 5% yang
berfungsi untuk menentukan pasangan perlakuan mana yang berbeda
nyata. Hasil yang didapatkan dari pasangan perlakuan tersebut yaitu
perlakuan A berbeda nyata dengan perlakuan B, perlakuan A berbeda
nyata dengan perlakuan C, perlakuan A tidak berbeda nyata dengan
perlakuan D, perlakuan B berbeda nyata dengan perlakuan C, perlakuan B
tidak berbeda nyata dengan perlakuan D, perlakuan C tidak berbeda nyata
dengan perlakuan D.
4. Rasa
Berdasarkan hasil uji organoleptik terhadap rasa kerupuk ubi jalar
dengan penambahan tepung ikan teri, diperoleh nilai rata-rata tingkat
kesukaan panelis masing-masing perlakuan, seperti terlihat pada Tabel 5:
Table 5
Nilai Rata-Rata Tingkat Kesukaan Panelis Terhadap Rasa Kerupuk
Ubi Jalar Dengan Penambahan Tepung Ikan Teri
Perlakuan
Nilai rata-rata Tingkat kesukaan
A : 0 gr 3.14a Suka
B : 30 gr 3.34ab Suka
C : 40 gr 3.48b Suka
D : 50 gr 2.42c Agak suka
Ket :angka-angka pada lajur sebelah kanan yang diikuti oleh huruf kecil
yang sama berarti tidak berbeda nyata menurut uji DNMRT 5%.
Berdasarkan Tabel nilai rata-rata tingkat kesukaan panelis
terhadap rasa kerupuk ubi jalar dengan penambahan tepung ikan teri nilai
berkisar antara 4 – 4 Nilai berada pada tingkat agak suka hingga
suka, berarti panelis menyukai setiap rasa sampel. Rasa dari kerupuk ubi
jalar dengan penambahan tepung ikan teri adalah gurih. Rasa gurih
didapatkan dari tepung tapioca yang dicampurkan dengan ubi jalar dan
campuran garam dan tepung ikan teri yang di olah menjadi kerupuk
melalui proses penggorengan.
Dimana terjadi peningkatan nilai rata-rata penambahan tepung ikan
teri, perlakuan A sebagai kontrol nilai rata-rata 3.14, perlakuan B
penambahan tepung ikan teri 30 gram nilai rata-rata meningkat menjadi
3.34, perlakuan C penambahan tepung ikan teri 40 gram nilai rata-rata
meningkat menjadi 3.48, dan perlakuan D penambahan tepung ikan teri 50
gram nilai rata-rata menurun menjadi 2.42 karena semakin banyak
penambahan tepung ikan teri semakin rendah nilai rata-rata dari rasa
kerupuk ubi jalar.
Nilai rata-rata rasa tertinggi terdapat pada kerupuk ubi jalar
perlakuan C penambahan 40 gram tepung ikan teri yaitu 3.4 dan rata-rata
nilai terendah pada perlakuan D dengan penambahan 50 gram tepung ikan
teri yaitu 2.42.
Uji analisa sidik ragam (ANOVA) pada taraf 5% didapatkan hasil F
hitung lebih besar F tabel, yaitu F hitung , dan F tabel 2.76. Nilai
tbersebut menunjukkan adanya perbedaan nyata dari perlakuan
penambahan tepung ikan teri terhadap rasa kerupuk ubi jalar.
Selanjutnya dilakukan uji statistic DNMRT pada taraf 5% yang
berfungsi untuk menentukan pasangan perlakuan mana yang berbeda
nyata. Hasil yang didapatkan dari pasangan perlakuan tersebut yaitu
perlakuan A tidak berbeda nyata dengan perlakuan B, perlakuan A berbeda
nyata dengan perlakuan C, perlakuan A berbeda nyata dengaan D,
perlakuan B tidak berbeda nyata dengan perlakuan C, perlakuan B berbeda
nyata dengan D, perlakuan C berbeda nyata dengan perlakuan D.
5. Perlakuan terbaik
Perlakuan terbaik didapatkan dari rata-rata rasa, aroma, warna dan
tekstur dari setiap perlakuan yang dijumlahkan kemudian dibagi sebanyak
kategori penilaian, nilai tertinggi dari hasil pembagian itu lah perlakuan
terbaiknya. Berdasarkan uji organoleptik kerupuk ubi jalar dengan
penambahan tepung ikan teri yang dilakukan, didapatkan rata-rata
kesukaan panelis dapat dilihat pada Tabel
Tabel
Nilai Rata-Rata Penerimaan Terhadap Mutu Organoleptik Kerupuk
Ubi Jalar Dengan Penambahan Tepung Ikan Teri
Perlakuan Rasa Aroma Warna Tekstur Rata-Rata
A 4
B 4
C 4 4 .
D 4
Berdasarkan Tabel , diketahui dari uji organoleptik terhadap
kerupuk ubi jalar dengan penambahan tepung ikan teri, didapatkan dari
nilai rata-rata rasa, aroma, warna dan tekstur dari setiap perlakuan berada
pada tingkat suka berkisar pada nilai - Perlakuan terbaik yang
didapatkan pada kerupuk ubi jalar dengan penambahan tepung ikan teri
adalah pada perlakuan C dengan nilai rata-rata tertinggi yaitu 3.
Grafik 1.
Nilai Rata-Rata Dari Warna, Aroma, Tekstur Dan Rasa Kerupuk Ubi
Jalar Yang Ditambahkan Dengan Tepung Ikan Berdasarkan Uji
Organoleptik
3.12
3.02 3.02 3.14
3.2 3.06 3.28
3.34 3.2 3.14
3.36 3.48
2.68
2.16
2.78 2.42
0
0.5
1
1.5
2
2.5
3
3.5
4
Warna Aroma Tekstur Rasa
A
B
C
D
Keterangan : A = Kontrol
B = Penambahan Tepung Ikan Gr
C = Penambahan Tepung Ikan 4 Gr
D = Penambahan Tepung ikan gr
Dari Grafik 1 dapat disimpulkan bahwa rata-rata daya terima
panelis terhadap warna, aroma, tekstur, dan rasa pada kerupuk ubi jalar
dengan penambahan tepung ikan teri disukai panelis dari setiap perlakuan.
Dari hasil tersebut penilaian tertinggi dari segi warna, aroma, tekstur, dan
rasa kerupuk ubi jalar didapatkan pada perlakuan C dengan penambahan
tepung ikan teri sebanyak 4 gr.
6. Kadar rotein
Pada penelitian ini dilakukan pengujian kadar protein dengan
tujuan untuk mengetahui protein pada kerupuk ubi jalar yang ditambahkan
dengan tepung ikan teri. Uji kadar protein pada perlakuan terbaik yaitu
perlakuan C dengan penambahan tepung ikan teri sebanyak 40 gram
dengan kadar protein yang didapatkan yaitu 4,25 %.
B. Pembahasan
Penilaian mutu makanan dilakukan pada produk akhir yang akan
dikonsumsi. Penilaian tersebut merupakan kumpulan ciri khas pada makanan
yang menunjukkan bagaimana keadaan makanan tersebut. Mutu makanan
yang disajikan dapat dinilai melalui penampilan, rasa dan sanitasi makanan
serta peralatannya. Makanan yang bermutu dapat memberikan kepuasaan dan
rasa aman pada konsumen apabila makanan tersebut dikonsumsi.
1. Warna
Warna merupakan penampilan atau penampilan makanan secara
keseluruhan yang dinilai secara deskriptif. warna makanan memegang
peranan utama dalam penampilan makanan. Selain factor yang ikut
menentukan mutu, warna juga dapat digunakan sebagai indicator
kesegaran dan kematangan. Daya tarik suatu makanan sangat dipengaruhi
oleh penampilan fisik dan warna dari makanan tersebut dan merupakan
salah satu untuk menggugah selera seseorang dalam memilih makanan.
Hasil penilaian uji organoleptik terhadap warna kerupuk ubi jalar
yang ditambahkan dengan tepung ikan teri diperoleh nilai rata-rata tingkat
kesukaan panelis berkisar antara antara 2.68 sampai 3.12. Panelis
menyatakan suka untuk semua perlakuan yaitu perlakuan A, B, C dan D
yang bisa diartikan bahwa penambahan tepung ikan teri terhadap kerupuk
ubi jalar ada sedikit menimbulkan perbedaan dari segi warna. Warna yang
didapatkan dari kerupuk ubi jalar adalah kuning kecoklatan. Hal tersebut
dikarenakan warna dari tepung ikan teri yang kecoklatan, sehingga
menghasilkan kerupuk ubi jalar dengan warna kuning kecoklatan yang
lebih pekat apabila semakin banyak penambahan tepung ikan teri.
Warna kuning kecoklatan juga disebabkan karena adanya proses
karamelisasi dan reaksi Maillard. Menurut Winarno, proses karamelisasi
terjadi karena adanya reaksi antara gula pereduksi dengan gugus amina
primer atau pemakaian suhu tinggi.
Reaksi Maillard merupakan reaksi
antara gugus karbonil dengan gugus amin. Misal, reaksi antara gugus
karbonil gula pereduksi dan gugus amin dari asam amino menyebabkan
reaksi Maillard yang menghasilkan senyawa berwarna cokelat. Suhu
pengeringan juga berpengaruh pada warna kerupuk ubi jalar dikarenakan
pengaruh lama pengeringan terhadap kerupuk ubi jalar membuat reaksi
pencoklatan pada ikan teri berlangsung secara terus menerus sehingga
wran kerupuk ubi jalar akan menjadi lebih gelap. Hal tersebut
menyebabkan semakin tinggi suhu pengeringan maka warna yang
dihasilkan semakin gelap.
Menurut Setyoko (2008), menyatakan bahwa ikan teri yang
dikering mengalami reaksi pencoklatan non-enzymatis (maillard). Reaksi
maillard membentuk pigmen coklat (melanoidin) yang terjadi pada
makanan hasil perlakuan pemanasan selama pengeringan dapat
menyebabkan terjadinya reaksi antara senyawa asam amino denga gula
pereduksi atau disebut reaksi maillard. Gula pereduksi pada ikan
merupakan hasil pemecahan glikogen sesaat setelah ikan mati sedangkan
asam amino merupakan komponen penyusun protein ikan. Reaksi antara
asam amino dan gula pereduksi tersebut menghasilkan melanoidin
(pigmen warna coklat) yang dapat menurunkan nilai kenampakan produk.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Rahima 4
tentang
“Pengaruh penambahan tepung ikan teri terhadap mutu organoleptik kue
tambang”, timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya
senyawa yang mudah menguap. Aroma yang dikeluarkan setiap makanan
berbeda-beda. Selain itu, cara memasak yang berbeda akan menimbulkan
aroma yang berbeda pula.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Sutia
tentang
“Pengaruh substitusi ikan teri terhadap mutu organoleptik dan kadar
kalsium kwetiau”, penambahan tepung ikan teri lebih banyak dari
perlakuan lain sedikit tercium aroma ikan teri sehingga juga
mempengaruhi tingkat kesukaan pada panelis.
Hal ini sama dengan penelitian “Liatya Cahyo Asmoro” dengan
judul “Karakteristik Organoleptik Biscuit Dengan Penambahan Tepung
Ikan Teri Nasi (Stolephorus Sp) tahun 2012, semakin banyak tepung ikan
teri yang ditambahkan semakin kecil nilai rata-rata kesukaan panelis
terhadap aroma biscuit”
Dari hasil uji sidik ragam (ANOVA) terdapat perbedaan nyata
terhadap warna kerupuk yang ditambahkan dengan tepung ikan teri.
Dengan rata-rata penilaian tertinggi yaitu perlakuan C dengan penambahan
tepung ikan teri sebanyak 40 gram dengan warna kuning kecoklatan yang
menarik. Semakin banyak penambahan tepung ikan teri membuat warna
pada kerupuk ubi jalar menjadi warna kuning kecoklatan.
2. Aroma
Aroma adalah bau yang dikeluarkan oleh makanan atau minuman
yang menjadi daya tarik yang sangat kuat untuk merangsang indera
penciuman manusia sehingga membangkitkan selera untuk makan. Aroma
juga menjadi salah satu faktor penentu industri pangan dalam menentukan
disukai atau tidaknya makanan tersebut melalui uji bau yang dilakukan.
Karena aroma juga mempengaruhi daya terima konsumen terhadap produk
pangan.
Hasil penilaian uji organoleptik terhadap aroma kerupuk ubi jalar
yang ditambahkan dengan tepung ikan teri diperoleh nilai rata-rata tingkat
kesukaan panelis berkisar antara sampai 4. Panelis menyatakan
suka untuk perlakuan yaitu perlakuan A, B, dan C, sedangkan untuk
perlakuan D panelis menyatakan agak suka terhadap aroma kerupuk ubi
jalar yang ditambahkan dengan tepung ikan teri. Aroma kerupuk ubi jalar
yang agak disukai panelis disebabkan karena adanya aroma amis dari
tepung ikan teri tersebut.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Rahima 4
tentang
“Pengaruh penambahan tepung ikan teri terhadap mutu organoleptik kue
tambang”, timbulnya aroma makanan disebabkan oleh terbentuknya
senyawa yang mudah menguap. Aroma yang dikeluarkan setiap makanan
berbeda-beda. Selain itu, cara memasak yang berbeda akan menimbulkan
aroma yang berbeda pula.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Sutia
tentang
“Pengaruh substitusi ikan teri terhadap mutu organoleptik dan kadar
kalsium kwetiau”, penambahan tepung ikan teri lebih banyak dari
perlakuan lain sedikit tercium aroma ikan teri sehingga juga
mempengaruhi tingkat kesukaan pada panelis.
Hal ini sama dengan penelitian “Liatya Cahyo Asmoro” dengan
judul “Karakteristik Organoleptik Biscuit Dengan Penambahan Tepung
Ikan Teri Nasi (Stolephorus Sp) tahun 2012, semakin banyak tepung ikan
teri yang ditambahkan semakin kecil nilai rata-rata kesukaan panelis
terhadap aroma biscuit”
Dari hasil uji sidik ragam (ANOVA) terdapat perbedaan nyata
terhadap aroma kerupuk ubi jalar yang ditambahkan dengan tepung ikan
teri. Aroma amis pada tepung ikan teri sedikit mempengaruhi aroma pada
kerupuk ubi jalar yang dihasilkan, namun aromanya juga tertutupi oleh
aroma khas dari daun bawang dan seledri. Dengan rata-rata penilaian
tertinggi yaitu perlakuan B dengan penambahan tepung ikan teri sebanyak
40 gram dan nilai terendah didapatkan oleh perlakuan D dengan
penambahan tepung ikan teri sebanyak 50 gram.
3. Tekstur
Tekstur produk pangan sangat mempengaruhi cita rasa dan
penerimaan konsumen terhadap produk pangan yang dihasilkan.
Terkadang tekstur merupakan salah satu daya tarik tersendiri bagi suatu
produk pangan dibandingkan dengan aroma, rasa dan warna, karena
tekstur dapat mempengaruhi cita rasa dari makanan.
Hasil penilaian uji organoleptik terhadap tekstur kerupuk ubi jalar
yang ditambahkan dengan tepung ikan teri diperoleh nilai rata-rata tingkat
kesukaan panelis berkisar antara 2.78 sampai 3.36. Panelis menyatakan
suka untuk semua perlakuan A, B, C, dan D.
Perbedaan tekstur diduga ada kaitannya dengan protein yang
terkandung pada ikan teri. Protein memiliki kemampuan untuk mengikat
komponen lain seperti air dan lemak. Kemampuan mengikat air ini
dikarenakan oleh sifat gugus asam amino yang hidrofilik (suka air) dan
ikatan hydrogen pada ikan teri.
Menurut Kusnandar (2011), menyatakan bahwa sifat fungsional
protein bergantung pada keterikatan protein dengan air. Interaksi antara
keduanya menentukan sifat pangan seperti tekstur, daya ikat air, dan daya
gel. Pada saat ikan teri segar, protein didalamnya banyak mengikat air,
namun ketika dikeringkan maka jumlah air yang terikat akan terlepas dan
ikatan hydrogen antar asam amino akan terlepas. Kondisi rantai-rantai
polipeptida yang menjadi lebih pendek atau telah terdenaturasi membuat
tekstur ikan teri menjadi lebih padat sehingga mmenyebabkan tekstur pada
kerupuk ubi jalar menjadi renyah.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Rahima 4
tentang
“Pengaruh penambahan tepung ikan teri terhadap mutu organoleptik kue
tambang”, penambahan tepung ikan teri yang semakin banyak
menghasilkan tekstur yang lebih renyah sehingga lebih disukai oleh
panelis.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Sutia
tentang
“Pengaruh substitusi ikan teri terhadap mutu organoleptik dan kadar
kalsium kwetiau”, semakin banyak penambahan tepung ikan teri pada
pembuatan kwetiau semakin tidak disukai, ini dipengaruhi oleh
penambahan tepung ikan teri yang menggantikan tepung beras. Sehingga
semakin besarSnya perbandingan substitusi tepung ikan teri dengan tepung
beras maka tekstur kwetiau yang dihasilkan akansemakin kasar dan mudah
putus.
Dari hasil uji sidik ragam (ANOVA) terdapat perbedaan nyata
terhadap tekstur kerupuk ubi jalar. Rata-rata penerimaan panelis dari
tekstur kerupuk ubi jalar tertinggi adalah pada perlakuan C dengan
penambahan tepung ikan teri sebanyak 40 gram. Pada perlakuan C tekstur
kerupuk ubi jalar lebih gurih, dan ikan sedikit terasa sehingga lebih disukai
oleh panelis.
4. Rasa
Rasa adalah salah satu factor penentu yang mempengaruhi
konsumen untuk menerima atau menolak suatu makanan atau produk
pangan. Ada empat komponen rasa yang dikenali oleh manusia yaitu rasa
pahit, asam, manis dan asin. Rasa dipengaruhi oleh beberapa faktor
senyawa seperti suhu, senyawa kimia, konsentrasi dan interaksi oleh
komponen lainnya.
Hasil penilaian uji organoleptik terhadap rasa kerupuk ubi jalar
yang ditambahkan dengan tepung ikan teri diperoleh nilai rata-rata tingkat
kesukaan berkisar antara 2.42 sampai 3.48. Panelis menyatakan suka untuk
perlakuan yaitu perlakuan A, B, dan C, dan pada perlakuan D panelis
menyatakan agak suka. Yang bisa diartikan bahwa penambahan tepung
ikan teri terhadap rasa kerupuk ubi jalar ada sedikit menimbulkan rasa
amis.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Rahima 4
tentang
“pengaruh penambahan tepung ikan teri terhadap mutu organoleptik kue
tambang”, semakin banyak penambahan tepung ikan teri maka rasa ikan
teri semakin kuat, hal itu dikarenakan rasa amis ikan teri yang terlalu kuat.
Hasil ini sama dengan penelitian yang dilakukan Sutia
tentang
“Pengaruh substitusi ikan teri terhadap mutu organoleptik dan kadar
kalsium kwetiau”, semakin banyak penambahan tepung ikan teri kwetiau
semakin pahit. Menurut Winarno (1997) dalam Liatya Cahyo Asmoro, dkk
) mengatakan bahwa rasa suatu bahna pangan dipengaruhi oleh
beberapa factor yaitu senyawa kimia, temperature dan interaksi dengan
komponen rasa yang lain.
Dari hasil uji sidik ragam (ANOVA) terdapat perbedaan nyata
terhadap rasa kerupuk ubi jalar yang ditambahkan dengan tepung ikan teri.
Dengan nilai rata-rata rasa tertinggi terdapat pada kerupuk ubi jalar
perlakuan C (penambahan 40 gram tepung ikan teri) yaitu 3.48. Rata-rata
nilai terendah pada perlakuan D dengan penambahan 50 gram tepung ikan
teri yaitu 2.4 , hal tersebut dipengaruhi oleh rasa amis dari tepung ikan teri
sedikit mempengaruhi daya terima panelis terhadap kerupuk ubi jalar
penambahan tepung ikan teri.
Rasa yang dihasilkan dari kerupuk ubi jalar yang ditambahkan
dengan tepung ikan teri adalah gurih. Rasa amis juga berkaitan dengan
aroma tepung ikan teri yaitu memiliki aroma amis, dari tepung ikan teri
tidak terlalu mempengaruhi rasa dari kerupuk ubi jalar tetapi semakin
banyak dilakukan penambahan tepung ikan teri pada kerupuk ubi jalar
mempengaruhi daya terima panelis terhadap dari kerupuk ubi jalar
penambahan tepung ikan teri karena bau amis yang berkaitan dengan
tepung ikan teri akan mempengaruhi rasa dari kerupuk ubi jalar tersebut.
5. Perlakuan Terbaik
Perlakuan terbaik adalah salah satu perlakuan terbaik dari semua
perlakuan yang memiliki rata-rata tertinggi dari segi warna, aroma, tekstur
dan rasa. Perlakuan terbaik yang didapatkan pada kerupuk ubi jalar dengan
penambahan tepung ikan adalah pada perlakuan C dengan penambahan
tepung ikan 40 gram dengan nilai rata-rata penerimaan panelis tertinggi
yaitu 3. . Hal tersebut disebabkan karena perpaduan ubi jalar dengan
tepung ikan teri yang menghasilkan kerupuk ubi jalar dengan ciri-ciri baik
yaitu rasa yang gurih, warna kuning kecoklatan, aroma khas khas ubi jalar
dan aroma tepung ikan teri serta tekstur yang dihasilkan dari ubi jalar yang
ditambahkan dengan tepung ikan teri memiliki tekstur yang bagus.
6. Kadar Protein
Protein merupakan suatu zat makanan yang sangat penting bagi
tubuh, karena zat ini disamping berfungsi sebagai zat pembangun dan juga
sebagai pengatur. Protein adalah sumber asam amino yang mengandung
unsure C, H, O dan N yang tidak dimiliki lemaka dan karbohidrat.
Hasil penilaian objektif yang dilakukan terhadap uji kadar protein
pada kerupuk ubi jalar adalah pada perlakuan hasil terbaik. Pada penelitian
ini didapatkan perlakuan hasil terbaik yaitu pada perlakuan C dengan
penambahan tepung ikan teri sebanyak 40 gram dengan kadar protein 4,25
%. Jadi untuk 100 gram kerupuk ubi jalar perlakuan terbaik di dapatkan
protein sebanyak 0,425 gram, jika anak remaja memakan 10 buah kerpuk
ubi jalar yang beratnya 11 gram satu buah maka dapat memberikan
kontribusi protein 4,6 gram.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Nilai rata – rata tingkat kesukaan panelis terhadap warna kerupuk ubi jalar
yaitu , , dan penambahan tepung ikan teri berada pada
tingkat suka.
2. Nilai rata – rata tingkat kesukaan panelis terhadap aroma kerupuk ubi jalar
yaitu , , 4 dan penambahan tepung ikan teri berada pada
tingkat agak suka sampai suka.
3. Nilai rata – rata tingkat kesukaan panelis terhadap tekstur kerupuk ubi
jalar yaitu , , dan penambahan tepung ikan teri berada
pada tingkat suka.
4. Nilai rata – rata daya tingkat kesukaan terhadap rasa kerupuk ubi jalar
yaitu 4, 4, 4 dan 4 penambahan tepung ikan teri berada pada
tingkat agak suka sampai suka.
5. Adanya pengaruh penambahan tepung ikan teri dalam pembuatan kerupuk
ubi jalar terhadap warna, aroma, tekstur dan rasa.
6. Hasil terbaik yang paling disukai oleh panelis pada kerupuk ubi jalar
penambahan tepung ikan teri perlakuan C yaitu penambahan 40 gram.
7. Kadar protein perlakuan terbaik pada kerupuk ubi jalar yaitu 4,25 %.
B. Saran
1. Disarankan dalam pembuatan kerupuk ubi jalar yang ditambahkan dengan
tepung ikan teri memakai perbandingan 10, 15 dan 20 gram.
2. Disarankan penelitian lanjutan untuk meneliti kadar kalsium kerupuk ubi jalar
yang ditambahkan dengan tepung ikan teri.
DAFTAR PUSTAKA
1. Almatsier, sunita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta: Gramedia Pustaka
Indah. 2009
2. Siswanto, dkk. Kementerian Kesehatan RI Buku Survei Konsumsi
Makanan Individu dalam Studi Diet Total. Jakarta : Badan Penelitian
dan Pengembangan Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI. 2014
3. Sundari, Siti dan Gusnedi. Laporan studi diet total Survey konsumsi
makanan individu Provinsi sumatera barat. Badan penelitian dan
pengembangan kesehatan Kementerian Kesehatan RI Tahun 2014
4. Koswara, Sutrisno. Pengolahan Aneka Kerupuk. @Ebookpangan.com.
Tanggal akses:16 November 2015)
5. Murniyati, A.S. dan Sunarman. Pendinginan, Pembekuan dan
Pengawetan Ikan. Yogyakarta. Penerbit : Kanisius. 2000.
6. Rukmana, rahmat. Ubi Jalar Budidaya dan Pasca Panen.
https://books.geogle.co.id. Tanggal akses : 16 November 2015)
7. Astirin, O.P. Permasalahan Pengelolaan Keanekaragaman Hayati di
Indonesia. Biodiversitas. 1(1):36-4
8. Badan Pusat statistic (BPS ) 2011 .Potensi produksi ubi jalar di
Indonesia.
9. Badan Pusat Statistik (BPS) 2015. Produksi Tanaman Ubi Jalar.
10. Anonim. Produksi Ikan Teri. Sumber online. http://repository. IPB.
Id/bitstreem/handle/123456789/56473/BAB%2011%TINJAUAN2011.p
df?sequence =2. Diakses tanggal 12 september 2015. 2010.
11. Afrianto, eddy dan Liviawaty, evi. Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Yogyakarta. Penerbit :Kanisius. 1989
12. Sunarto. Membuat Kerupuk singkong dan Keripik kedelai. Yogyakarta.
Penerbit :Kanisius. 2002
13. Sawrwono, B. Ubi Jalar. Cetakan 1. Jakarta :Penebar Swadaya. 2005
14. Suparman. Bercocok Tanam Ubi Jalar. Penerbit : Azka Mulia Media.
15. (http://www.scribd.com/doc/Tepung Tapioka.Diakses) tanggal 10
0ktober 2015
16. http://www.merdeka.com/sehat/10-manfaat-mengejutkan-mengonsumsi-
seledri-untuk-kesehatan.html diakses tanggal 10 desember 2015
17. https://id.wikipedia.org/wiki/Garam_dapur diakses tanggal 10 desember
18. Afrianto, eddy dan Liviawaty, Pengawetan dan Pengolahan Ikan.
Yogyakarta. Penerbit : Kanisius. 1989
19. Aritonang, irianto. Penyelenggaraan Makanan. Yogyakarta : Leutika.
20. Winarno , F.G. Kimia pangan dan gizi. Jakarta: Gramedia. 2004
21. Soekarno, S.T. Penilaian Organoleptik untuk Industri Pangan dan Hasil
Pertanian . Bogor :PUSBANG-TEPA IPB. 1985
22. http://cahyo-fpk11.web.unair.ac.id/artikel_detail-107847-Umum
Analisa%20Protein.html diakses tanggal 10 desember 2015
23. http://perpus-maya.blogspot.co.id/2015/06/pengertian-pengamatan-dan-
jenis-jenis.html diakses tanggal 07 desember 2015
24. Rahima,
Z.
Pengaruh Penambahan Tepung Ikan Teri Terhadap Mutu
Organoleptik Kue Tambang. Padang. jurusan Gizi. Politeknik Kesehatan
Kemenkes RI Padang; 2013
25. Sutia, D. Pengaruh Substitusi Tepung Ikan Teri Terhadap Mutu
Organoleptik Dan Kadar Kalsium Kwitiau. Padang. jurusan Gizi.
Politeknik Kesehatan Kemenkes RI Padang; 2012
26. Setyoko, Senen, Dan Darmanto. 2008. Pengeringan Teri Dengan System
Vakum Dan Paksa. Majalah Info Edisi XII(1):1-
27. Kurniati, R. 2006. Pengaruh Substitusi Kacang Merah (Phaseolus
Vulgaris L) Dan Suhu Pengeringan Terhadap Karakteristik Dendeng
Giling Ikan Patin (Pangasius Sp). Universitas Pasundan. Bandung
28. Kusnandar, F. 2011. Kimia Pangan. Dian Rakyat. Jakarta
LAMPIRAN A
FORMAT UJI ORGANOLEPTIK
No : .........................................................................
Nama Panelis :........................................................................
Umur : ........................................................................
Jenis Kelamin : .......................................................................
Tanggal :.........................................................................
Nama Produk : Kerupuk Ubi Jalar
Petunjuk Pengisian : .......................................................................
a. Disediakan sampel yang telah diletakkan pada sebuah piring. Setiap sampel
diberi kode.
b. Penelis diminta mencicipi satu per satu sampel dan mengisi formulir uji
organoleptik sesuai dengan tanggapannya.
c. Sebelum penelis mencicipi sampel, terlebih dahulu panelis diminta untuk
minum air yang telah disediakan. Air minum berfungsi untuk menetralkan
indera pengecap penelis sebelum melakukan uji organoleptik.
d. Panelis mengisi formulir uji organoleptik yang telah disediakan terhadap cita
rasa (rasa, warna, tekstur, dan aroma) dalam bentuk angka.
Nilai tingkat kesukaan antara lain:
Sangat suka 4
Suka
Agak Suka
Tidak suka
e. Isilah nilai tingkat kesukaan diatas pada tabel di bawah ini :
No Kode perlakuan Penilaian
Warna Aroma Tekstur Rasa
4 4
Komentar :
Lampiran B
Prosedur Pembuatan Tepung Ikan
Sumber : (Murniyati A.S dan Sunarman, 1989).
Ikan teri yang dibeli, lalu
dibersihkan di buang kepala
dan isi perut bagian yang hitam
Kemudian dicuci dengan air
yang mengalir.
Selanjutkan ikan teri dijemur
dibawah sinar matahari hingga
kering dengan menggunakan
nampan.
Setelah kering hancurkan
dengan blender hingga halus.
Setelah halus lalu diayak.
Lampiran C
Bagan Alir Pelaksanaan Penelitian
Ubi jalar kuning 4 kg
Dibersihkan kulit nya lalu
direbus sampai lunak.
Lalu dibersihkan dan
dibuang isi perut nya.
Ikan teri gr
Campurkan ubi jalar yang
telah dihancur dengan
bahan yang lain dan
tepung ikan teri yang telah
di haluskan.
Aduk hingga adonan tersebut di
dalam baskom sampai merata.
Lalu bentuk adonan di atas piring
stenlis, cetak bulat dan tipis
menggunakan sendok makan.
Lalu dihancurkan
menggunakan
sendok makan.
Lalu diblender sampai
halus, setelah halus lalu
di ayak.
Sumber : (Sunarto, 2002)
Panaskan air di suhu 70oC hingga
mendidih, lalu letakkan adonan yang
telah dicetak diatas piring stenlis
hingga masak sekitar 5-7 menit.
Setelah masak, adonan tersebut di
ambil dan letak kan diatas nampan dan
jemur dengan sinar matahari sampai
kering sehingga kerupuk itu bisa
dipatahkan, dan tingkat kekeringan nya
-4
Lalu di goreng dengan
minyak yang biasa. Di
suhu 50- oC
Lampiran D
Bagan Alir Pembuatan kerupuk
Ubi jalar kuning 4 kg
Dibersihkan kulit nya
lalu direbus sampai
lunak.
.
Ikan teri
Campurkan ubi jalar yang
telah dihancur dengan bahan
yang lain dan tepung ikan teri
yang telah di haluskan.
Aduk hingga adonan tersebut di
dalam baskom sampai merata.
Lalu bentuk adonan di atas piring
stenlis, cetak bulat dan tipis
menggunakan sendok makan.
Lalu dihancurkan
menggunakan
sendok makan.
Tepung
Ikan 0
gr
Tepung
ikan
30gr
Tepung
ikan
40gr gr
Tepung
ikan
50gr
Sumber : (Sunarto, 2002)
Panaskan air di suhu 70oC hingga
mendidih, lalu letakkan adonan yang
telah dicetak diatas piring stenlis
hingga masak sekitar 5-7 menit.
Setelah masak, adonan tersebut di
ambil dan letak kan diatas nampan
dan jemur dengan sinar matahari
sampai kering sehingga kerupuk itu
bisa dipatahkan, dan tingkat
kekeringan nya 3-4
.
Lalu di goreng dengan minyak
yang biasa. Di suhu 50- oC
LAMPIRAN E
Rencana Anggaran Biaya (RAB) Penelitian
1. Pembuatan kerupuk ubi jalar
No Nama Bahan Jumlah Harga (Rp)
Ubi jalar kuning 4 kg Rp. 20000
Ikan teri 350 gr Rp.17000
Tepung tapioca 800 gr Rp. 6500
4 Minyak goring 2 kg Rp 24000
Daun bawang+ Seledri 8 ikat Rp. 16000
Garam 4 sdm Rp. 200
Total Biaya Rp.83.700
2. Pengamatan dan Lain-lain
No Uraian Jumlah
Proposal
Buku Rp 70.000
Foto copy Bahan Rp 30.000
Print KTI Rp 50.000
4 Fotocopy KTI Rp 50.000
Jilid KTI Rp 12.000
Transportasi Rp 35.00
Biaya Tak Terduga Rp 200.000
Total Rp. 447.000
Total biaya = 83.700 + 447.000 = 530.700 ,-
LAMPIRAN F
Hasil Olah Data Uji Organoleptik
Warna
Panelis Perlakuan
yi ∑ Yi 2 A B C D
4
4
4 4 4 4
4 4 4
4 4 4
4 4
4 4 4
44
4 44
4
4 4 4 44
4 44
44
4 4
4 4
4 4
4 4 4 4
4 4 4
Yi .
∑
Yi2 4 4 4 44
Faktor Koreksi (FK) =
= ( )
25 x 4
,
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Total Jumlah Kuadrat – Faktor Koreksi
= - ,
44,
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = – Faktor Koreksi
= - ,
4, - ,
4,
Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = – Faktor Koreksi
= , - ,
4
44, - ,
4,
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) ∑ JKT –∑JKP-∑JKK
= 44,75– 4,67– 4,
,
Kuadrat Total Perlakuan =
= JKP
Perlakuan -
= 4,
4 -
= 1,55 KTP
Kuadrat Total Kelompok =
= JKK
Panelis -
= 4,
-
= 0,58 KTK
Kuadrat Total Galat (KTG) =
= JKG
(perlakuan -1)x(panelis – )
= ,
3 x 24
,
F hitung = KTP
KTG
= ,
,
4,
SK DB JK KT F hitung F table
Perlakuan 4, , 4, ,
Panelis 4 4, ,
Galat , ,
Total 44, ,4
Dari hasil analisa ragam diketahui bahwa F hitung > F tabel maka terdapat
perbedaan nyata terhadap kerupuk ubi jalar.
UJI DUNCAN NEW MULTIPLE RANGE TEST (DNMRT)
SE (Satndart Error) = = = ,
Range LSR tingkat 5% dengan derajat bebas galat 72 (60) dimana:
P 4
Range (SSR) , , , , 4
LSR (Least
Significant
Range)
, , , ,
Perlakuan dari
nilai tertinggi
C B A D
Rata-rata , , , ,
C-B= , - , , Tidak beda nyata
C-A= , - , , , Tidak beda nyata
C-D= , - , , , Beda nyata
B-A= , - , , , Beda nyata
B-D= , - , , , Beda nyata
A-D= , - , ,44 , Beda nyata
Aroma
Panelis Perlakuan
Yi ∑ Yi 2 A B C D
4
4
44
4 44
4
4
4 44
4 4
4
4 4 4
4
4 4
4 4
4
4 4 4
4
yi
4 .
.
∑ 4
.
Yi2 .
4
Faktor Koreksi (FK) =
= ( 4, )
25 x 4
= 4 , = ,4
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Total Jumlah Kuadrat – Faktor Koreksi
= , - ,4
4 ,
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = – Faktor Koreksi
= - ,4
, - ,4
,
Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = – Faktor Koreksi
= - ,4
4
, - ,4
,4
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) ∑ JKT –∑JKP-∑JKK
= 41,35– 15,83– ,4
,
Kuadrat Total Perlakuan =
= JKP
Perlakuan -
= ,
4 -
= 5,27 KTP
Kuadrat Total Kelompok =
= JKK
Panelis -
= ,4
-
= 0,26 KTK
Kuadrat Total Galat (KTG) =
= JKG
(perlakuan -1)x(panelis – )
= ,
3 x 24
,
F hitung = KTP
KTG
= ,
,
,
SK DB JK KT F hitung F table
Perlakuan , , , ,
Panelis 4 ,4 ,
Galat , ,
Total 4 , , ,
Dari hasil analisa ragam diketahui bahwa F hitung > F tabel maka terdapat
perbedaan nyata terhadap kerupuk ubi jalar.
UJI DUNCAN NEW MULTIPLE RANGE TEST (DNMRT)
SE (Satndart Error) = = = ,
Range LSR tingkat 5% dengan derajat bebas galat 72 (60) dimana:
P 4
Range (SSR) , , , , 4
LSR (Least
Significant
Range)
, , , 4
Perlakuan dari
nilai tertinggi
C B A D
Rata-rata , 4 , , ,
C-B=3,14 - , , , Tidak beda nyata
C-A=3,14 - , , Tidak beda nyata
C-D=3,14 - , , , Beda nyata
B-A=3,06 - , , 4 , Tidak beda nyata
B-D=3,06 - , , Beda nyata
A-D=3,02 - , , , Beda nyata
Tekstur
Panelis Perlakuan
Yi ∑ Yi 2 A B C D
4 4 4
4 4 4 4
44
4 4
4 4 4
4 4 4
4 4
4 4
4
4 4 4
4 4
4 4
4 4
4
4 44
yi 4
∑
.
Yi2 4 4 .
Faktor Koreksi (FK) =
= ( )
25 x 4
= = ,
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Total Jumlah Kuadrat – Faktor Koreksi
= , - ,
,
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = – Faktor Koreksi
= 4 - ,
,4 - ,
,
Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = – Faktor Koreksi
= - ,
4
, - ,
, 4
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) ∑ JKT –∑JKP-∑JKK
= 31,29– 5,21– , 4
, 4
Kuadrat Total Perlakuan =
= JKP
Perlakuan -
= ,
4 -
= 1,73 KTP
Kuadrat Total Kelompok =
= JKK
Panelis -
= , 4
-
= 0,41 KTK
Kuadrat Total Galat (KTG) =
= JKG
(perlakuan -1)x(panelis – )
= , 4
3 x 24
,
F hitung = KTP
KTG
= ,
,
,
SK DB JK KT F hitung F table
Perlakuan , , , ,
Panelis 4 , 4 ,4
Galat , 4 ,
Total , ,
Dari hasil analisa ragam diketahui bahwa F hitung > F tabel maka terdapat
perbedaan nyata terhadap kerupuk ubi jalar.
UJI DUNCAN NEW MULTIPLE RANGE TEST (DNMRT)
SE (Satndart Error) = = = ,
Range LSR tingkat 5% dengan derajat bebas galat 72 (60) dimana:
P 4
Range (SSR) , , , , 4
LSR (Least
Significant
Range)
, , 4 ,
Perlakuan dari
nilai tertinggi
C B A D
Rata-rata , , , ,
C-B= , - , , , Tidak beda nyata
C-A= , - , , 4 Beda nyata
C-D= , - , , , Beda nyata
B-A= , - , , , Beda nyata
B-D= , - , , Beda nyata
A-D= , - , , 4 , Tidak beda nyata
Rasa
Panelis Perlakuan
yi ∑ Yi 2 A B C D
4
4
4
44
4
44
44
44
4
4 44
44
4
4
4
4
4
4
4 44
yi .
.
∑
.
Yi2 .
4 4 4 4
Faktor Koreksi (FK) =
= ( )
25 x 4
= , = ,
Jumlah Kuadrat Total (JKT) = Total Jumlah Kuadrat – Faktor Koreksi
= , - ,
4 ,
Jumlah Kuadrat Perlakuan (JKP) = – Faktor Koreksi
= 4 , - ,
4, - ,
,
Jumlah Kuadrat Kelompok (JKK) = – Faktor Koreksi
= - ,
4
, - ,
,
Jumlah Kuadrat Galat (JKG) ∑ JKT –∑JKP-∑JKK
= 43,35– 16,65– ,
,
Kuadrat Total Perlakuan =
= JKP
Perlakuan -
= ,
4 -
= 5,55 KTP
Kuadrat Total Kelompok =
= JKK
Panelis -
= ,
-
= 0,36 KTK
Kuadrat Total Galat (KTG) =
= JKG
(perlakuan -1)x(panelis – )
= ,
3 x 24
, 4
F hitung = KTP
KTG
= ,
, 4
,
SK DB JK KT F hitung F table
Perlakuan , , , ,
Panelis 4 , ,
Galat , , 4
Total 4 , ,
Dari hasil analisa ragam diketahui bahwa F hitung > F tabel maka terdapat
perbedaan nyata terhadap kerupuk ubi jalar.
UJI DUNCAN NEW MULTIPLE RANGE TEST (DNMRT)
SE (Satndart Error) = = = , 4
Range LSR tingkat 5% dengan derajat bebas galat 72 (60) dimana:
P 4
Range (SSR) , , , , 4
LSR (Least
Significant
Range)
, , ,
Perlakuan dari
nilai tertinggi
C B A D
Rata-rata ,4 , 4 , 4 ,4
C-B= ,4 - , 4 , 4 , Tidak beda nyata
C-A= ,4 - , 4 , 4 Beda nyata
C-D= ,4 - ,4 , , Beda nyata
B-A= , 4- , 4 , , Tidak beda nyata
B-D= , 4- ,4 , Beda nyata
A-D= , 4- ,4 , , Beda nyata
LAMPIRAN G
Hal: Permohonan Peminjaman Labor dan Alat Labor ITP
Padang, 12 April 2016
Kepada Yth
Ketua Jurusan Gizi
Cq. Kepala Sub Unit Laboratorium Jurusan Gizi
Poltekkes Kemenkes Padang
Dengan hormat,
Sehubungan dengan penelitian untuk Karya Tulis Ilmiah (KTI)
sebagai persyaratan dalam menyelesaikan studi pada program Diploma III
Jurusan Gizi, saya diwajibkan melakukan penelitian sesuai dengan topik
proposal yang diteliti.
Adapun saya yang meminjam
Nama : Vera Nopita Sari
NIM 4
Judul KTI :Pengaruh penambahan tepung ikan teri
(stolephorus sp) terhadap mutu organoleptik dan
kadar protein kerupuk ubi jalar (ipomoea batatas l)
Oleh karena itu, saya memohon peminjaman labor ITP beserta
peralatan pendukungnya, untuk melakukan uji organoleptik pada tanggal
14 April 2016 Jam 09.00-10.00 WIB.
Nama Alat Jumlah Keterangan
Piring snack 25 buah Alat Hidang
Demikianlah permohonan ini saya buat dengan sebenarnya, atas
perhatian dan bantuan Bapak / Ibu saya ucapkan terimakasih.
Pemohon
Vera Nopita Sari
NIM : 132110184
Lampiran I Jadwal Kegiatan Penelitian KTI Tahun 2015 dan Tahun 2017
No Kegiatan Tahun 2015 Tahun 2017
Sep Okt Nov Des Jan Feb Mar Apr Mei Jun Jul
Penentuan
Judul
Evaluasi
Kepastian
judul
Penulisan
Proposal
4 Ujian
Proposal
Perbaikan
Proposal
Penelitian
Pengolahan
Data
Penulisan
Laporan
Penelitian
Seminar
KTI
Perbaikan
KTI
Penyerahan
KTI
Padang, Juni
Mahasiswa,
(Vera Nopita Sari)