PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ...

165
i PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL DENGAN MATA KULIAH BAHASA INDONESIA PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia Oleh: Agatha Ferilia Krisna Awanda NIM: 141224021 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA JURUSAN BAHASA DAN SENI FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2018 PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

Transcript of PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL ...

i

PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DENGAN MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia

Oleh:

Agatha Ferilia Krisna Awanda

NIM: 141224021

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA SASTRA INDONESIA

JURUSAN BAHASA DAN SENI

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

2018

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iii

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

iv

MOTTO

“Lebih baik “bergerak” sedikit demi sedikit, daripada tidak sama sekali”

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini

tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan

dalam kutipan dan daftar pustaka, sebagaimana layaknya karya ilmiah.

Yogyakarta, 8 Juni 2018

Yang membuat pernyataan,

Agatha Ferilia Krisna Awanda

141224021

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vi

PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

Tuhan Yesus Kristus yang selalu menyertai dalam setiap perjalanan saya.

Ibu (Cicilia Sriningsih) dan Bapak (FX. Kaswadi), yang selalu mendoakan dan

memotivasi selama saya mengerjakan skripsi.

Teman sejawat yang selalu menemani dan mendukung selama saya mengerjakan

skripsi.

Teman skripsi payung yang selalu membantu dalam suka dan duka.

Semua pihak yang membantu saya dalam menyelesaikan skripsi ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

vii

PERNYATAAN PERSETUJUAN

PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS

Yang bertandatangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta:

Nama : Agatha Ferilia Krisna Awanda

Nomor Induk Mahasiswa : 141224021

Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan kepada

Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah saya berjudul:

PENGINTEGRASIAN PENDIDIKAN MULTIKULTURAL

DENGAN MATA KULIAH BAHASA INDONESIA

PADA MAHASISWA PGSD UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

Dengan demikian, saya memberikan kepada Perpustakaan Universitas

Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain,

mengelolanya dalam pangkalan data, mendistribusikan secara terbatas, dan

memublikasikannya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa

perlu meminta izin dari saya maupun memberikan royalti kepada saya selama

tetap mencantumkan nama saya sebagai penulis.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya.

Yogyakarta, 8 Juni 2018

Yang menyatakan,

Agatha Ferilia Krisna Awanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

viii

ABSTRAK

Awanda, Agatha Ferilia Krisna. 2018. Pengintegrasian Pendidikan Multikultural

dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada Mahasiswa PGSD

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta. Skripsi. Yogyakarta: PBSI,

FKIP, USD.

Jenis penelitian ini adalah penelitian pengembangan. Produk akhir dari

penelitian ini adalah buku ajar. Penelitian ini mengkaji mengenai pendidikan

multikultural yang diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia,

khususnya pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Penelitian pengembangan ini mempunyai rumusan masalah yang berkaitan

dengan pengintegrasian pendidikan multikultural dengan mata kuliah Bahasa

Indonesia.

Terdapat 12 responden yang terlibat dalam penelitian pengembangan ini.

Responden adalah mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Proses penyusunan buku ajar melewati beberapa langkah. Langkah pertama yaitu

pengumpulan informasi yang dilakukan dengan wawancara, penyebaran angket

analisis kebutuhan, dan pengerjaan tes kemampuan berbahasa Indonesia. Data

yang didapat akan dianalisis guna membuat perencanaan buku ajar. Kegiatan

tersebut merupakan langkah kedua. Langkah ketiga yaitu penyusunan desain

produk. Peneliti akan menyusun desain produk sesuai dengan hasil pada langkah

sebelumnya. Langkah keempat yaitu validasi buku ajar oleh dosen ahli yang berisi

komentar, kritik, dan saran. Proses ini akan mengantarkan peneliti ke langkah

kelima, yaitu revisi buku ajar. Draf buku ajar akan dikembangkan isinya

berdasarkan isi pada langkah sebelumnya. Selanjutnya, langkah keenam yaitu

buku ajar akan diujicobakan kepada lima responden. Terakhir, pada langkah

ketujuh, peneliti akan merevisi produk berdasarkan hasil uji coba produk.

Penelitian ini memperoleh hasil sebagai berikut. Pertama, pengintegrasian

pendidikan keanekaragaman suku dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada

mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma dari segi materi perkuliahan, sikap

sosial, dan ketersediaan sumber belajar sudah diterapkan. Kedua, keanekaragaman

agama dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan dan

ketersediaan sumber belajar sudah diterapkan. Sementara itu, sebanyak 25%

responden menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman agama belum

diterapkan dari segi sikap sosial. Ketiga, pengintegrasian keanekaragaman

ras/etnis dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan, sikap

sosial, dan ketersediaan sumber belajar sudah diterapkan. Keempat, responden

menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan dengan

mata kuliah Bahasa Indonesia sudah diterapkan dari segi materi perkuliahan,

sikap sosial, dan ketersediaan sumber belajar. Dari hasil tersebut, peneliti

bermaksud mengembangkan pengintegrasian pendidikan multikultural dengan

mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma

Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

ix

Kata kunci: pendidikan multikultural, keanekaragaman suku, keanekaragaman

agama, keanekaragaman ras, keanekaragaman golongan

ABSTRACT

Awanda, Agatha Ferilia Krisna. 2018. Integrating Multicultural Education with

Indonesian Language Course on PGSD Students of Sanata Dharma

University, Yogyakarta. Essay. Yogyakarta: PBSI, FKIP, USD.

This type of research is development research. The final product of this

research is textbook. This study examines the multicultural education that is

integrated with Indonesian language courses, especially in PGSD students of

Sanata Dharma University, Yogyakarta. This research development has a

problem formulation related to the integration of multicultural education with

Indonesian language courses.

There are 12 respondents involved in this development research.

Respondents are PGSD students of Sanata Dharma University, Yogyakarta. The

process of preparing the textbook passes several steps. The first step is to collect

information that is done by interview, questionnaire distribution of needs analysis,

and workmanship of Indonesian ability test. The data obtained will be analyzed to

make the textbook planning. The activity is the second step.

The third step is the preparation of product design. The researcher will arrange

the product design in accordance with the results in the previous step. The fourth

step is the validation of textbooks by expert lecturers containing comments,

criticisms, and suggestions. This process will lead researchers to the fifth step,

which is the revision of textbooks. Draft textbooks will be developed based on

content in the previous step. Furthermore, the sixth step of the textbook will be

piloted to five respondents. Finally, in step seven, the researcher will revise the

product based on the product trial results.

This study obtained the following results. First, the integration of ethnic

diversity education with the Indonesian language on PGSD students of Sanata

Dharma University in terms of lecture materials, social attitudes, and availability

of learning resources have been applied. Second, religious diversity with

Indonesian subjects in terms of course material and the availability of learning

resources has been applied. Meanwhile, 25% of respondents stated that religious

diversity education has not been applied in terms of social attitudes. Third, the

integration of racial / ethnic diversity with Indonesian subjects in terms of lecture

materials, social attitudes, and availability of learning resources has been

applied. Fourth, the respondents stated that the integration of the diversity

education of the classes with Indonesian subjects has been applied in terms of

lecture materials, social attitudes, and availability of learning resources. From

these results, researchers intend to develop the integration of multicultural

education with the Indonesian language course on PGSD students Sanata

Dharma University Yogyakarta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

x

Keywords: multicultural education, religion diversity, ethnic diversity, tribal

diversity, diversity of groups.

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti haturkan kepada Tuhan Yang Maha Kuasa atas

anugerah dan perlindungan, sehingga skripsi berjudul Pengintegrasian

Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada

Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dapat selesai dengan

baik. Skripsi ini disusun sebagai syarat memperoleh gelar Sarjana Pendidikan

pada Program Studi Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan

Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma,Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini dapat selesai dengan baik berkat doa,

bantuan, dan motivasi dari banyak pihak. Oleh karena itu, peneliti ingin

mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada:

1. Tuhan Yang Maha Kuasa, atas anugerah dan perlindungan kepada saya.

2. Prof. Dr. Pranowo, M.Pd., selaku dosen pembimbing yang selalu sabar dan

murah hati ketika mendampingi saya dalam menyelesaikan skripsi.

3. Rishe Purnama Dewi, S.Pd., M.Hum., selaku Ketua Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang selalu mendukung saya.

4. Danang Satria Nugraha, S.S., M.A., selaku Wakil Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang mendukung saya.

5. Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum., selaku validator dalam penelitian saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xi

6. Theresia Rusmiyati, selaku karyawan sekretariat Program Studi

Pendidikan Bahasa Sastra Indonesia yang dengan sabar membantu

mengurus administrasi penyelesaian skripsi saya.

7. Ibu Cicilia Sriningsih, ibu yang setia memotivasi, mendukung, menemani,

dan mendoakan dalam pengerjaan skripsi saya.

8. Keluarga besar yang selalu mendoakan dan memotivasi selama

mengerjakan skripsi ini.

9. Teman skripsi payung, Feeling Wulandini Bakri, yang membantu dan

mendukung dalam penyelesaian skripsi.

10. Teman-teman PBSI angkatan 2014 yang selalu memberi semangat.

11. Keduabelas responden yang dengan setia meluangkan waktu untuk

diwawancarai, mengisi angket, mengerjakan tes, dan mengisi kuesioner uji

coba produk.

12. Sahabat-sahabat “Enamsrikandi” yang selalu mendukung dan membantu

saya dalam mengerjakan skripsi.

13. Sahabat-sahabat “Cah Wacana” yang selalu memotivasi saya dalam

mengerjakan skripsi.

14. Vitalis Duhita Della, sahabat yang selalu mengingatkan saya untuk

mengerjakan skripsi.

15. Dionysius Fije Anggi Prasvian yang dengan setia menemani saya dalam

mengerjakan skripsi.

16. Neneng Tia Ati Yanti, S.Pd. yang telah membantu dan memberi semangat

dalam pengerjaan skripsi saya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xii

17. Martinus Dwi Antoro yang telah membantu saya dalam melengkapi

persyaratan ujian pendadaran.

18. Priscilla Felicia Elu yang telah membantu saya dalam pengecekan berkas-

berkas.

19. Agustinus Poga yang pernah menemani saya dalam mengerjakan skripsi.

20. Teman-teman bimbingan yang bersama-sama dengan setia menunggu

Bapak dan Ibu dosen di kampus tercinta.

21. Delta Fotokopi, Cahaya Fotokopi, dan Acadia Fotokopi, tempat yang

selalu saya datangi dan telah menghabiskan beribu lembarnya untuk

skripsi saya.

22. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu yang membantu

penyelesaian skripsi ini.

Peneliti menyadari bahwa skripsi ini masih ada kekurangan. Semoga

ini bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.

Peneliti

Agatha Ferilia Krisna Awanda

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL.................................................................................. i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING...................................... ii

HALAMAN PENGESAHAN.................................................................... iii

MOTTO....................................................................................................... iv

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................... v

HALAMAN PERSEMBAHAN................................................................ vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN.......................................... vii

ABSTRAK................................................................................................... viii

ABSTRACT.................................................................................................. ix

KATA PENGANTAR................................................................................ x

DAFTAR ISI............................................................................................... xiii

DAFTAR TABEL....................................................................................... xvi

DAFTAR DIAGRAM................................................................................ xvii

DAFTAR SKEMA...................................................................................... xviii

DAFTAR LAMPIRAN.............................................................................. 109

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah......................................................................

1.2 Rumusan Masalah................................................................................

1.3 Tujuan Penelitian.................................................................................

1.4 Manfaat Penelitian...............................................................................

1.5 Batasan Istilah......................................................................................

1.6 Sistematika Penyajian..........................................................................

1

4

5

6

6

8

BAB II LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan...................................................

9

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xiv

2.2 Buku Ajar.............................................................................................

2.3 Pendidikan Multikultural....................................................................

2.4 Kompetensi Guru.................................................................................

2.5 Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia...............................................

2.6 Kerangka Berpikir...............................................................................

13

16

24

28

41

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian.....................................................................................

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian......................................................

3.3 Teknik Pengumpulan Data.................................................................

3.4 Instrumen Penelitian...........................................................................

3.5 Teknik Analisis Data...........................................................................

3.5.1 Identifikasi..................................................................................

3.5.2 Klasifikasi...................................................................................

3.5.3 Interpretasi.................................................................................

3.5.4 Pelaporan...................................................................................

3.6 Prosedur Pengembangan Produk......................................................

42

47

47

49

51

51

54

55

55

55

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data.....................................................................................

4.2 Analisis Data........................................................................................

4.3 Pembahasan.........................................................................................

4.3.1 Pengetahuan Mahasiswa tentang Pendidikan Multikultural.....

4.3.2 Analisis Kebutuhan Mahaasiswa..............................................

4.3.3 Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia....................................

63

64

66

67

72

82

BAB V PENUTUP

5.1 Simpulan Hasil Penelitian...................................................................

5.2 Implikasi...............................................................................................

5.3 Saran....................................................................................................

101

104

104

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xv

DAFTAR PUSTAKA............................................................................... 106

LAMPIRAN

Lampiran 1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian..................................................

Lampiran 2 Angket Analisis Kebutuhan.....................................................

Lampiran 3 Hasil Analisis Kebutuhan.........................................................

Lampiran 4 Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia...................................

Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia............

Lampiran 6 ITK Butir Soal...........................................................................

Lampiran 7 Hasil Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia............................

Lampiran 8 Lembar Validasi Dosen.............................................................

Lampiran 9 Lembar Uji Coba Produk........................................................

110

125

126

128

129

130

131

132

133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvi

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian terhadap Produk dengan Skala Empat............ 47

Tabel 3.2 Tabel Konversi Skala Empat.................................................. 47

Tabel 3.3 Kategori ITK........................................................................ 51

Tabel 3.4 Kategori Penilaian Nurgiyantoro............................................ 52

Tabel 3.5 Interval Skala Likert............................................................. 53

Tabel 4.1 Indiktor Pendidikan Keanekaragaman Suku............................. 70

Tabel 4.2 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Agama........................ 72

Tabel 4.3 Indikator Pendidikan Keanekaragama Ras/Etnis...................... 74

Tabel 4.4 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Golongan.................... 76

Tabel 4.5 Kategori ITK....................................................................... 80

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan ITK Butir Soal.......................................... 80

Tabel 4.7 Indikator Memahami Arti Kata, Istilah, dan Ungkapan............. 82

Tabel 4.8 Indikator Mampu Menyimpulkan Isi Teks.............................. 82

Tabel 4.9 Indikator Memahami Kaidah Penulisan.................................. 83

Tabel 4.10 Indikator Mampu Memahami Fungsi Bahasa Indonesia......... 84

Tabel 4.11 Indikator Mampu Menyusun Struktur Teks.......................... 85

Tabel 4.12 Indikator Mampu Memahami Keterampilan Berbahasa.......... 86

Tabel 4.13 Indikator Mampu Menyusun Kalimat Pasif............................ 87

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xvii

Tabel 4.14 Indikator Mampu Mengidentifikasi Jenis Kata....................... 87

Tabel 4.15 Indikator Mampu Mengidentifikasi Pembentukan Kata.........

Tabel 4.16 Indikator Mampu Memahami Jenis Kalimat.............................

88

89

DAFTAR DIAGRAM

Diagram 4.1 Penilaian 10 Indikator Tes Kemampuan Berbahasa

Indonesia........................................................................................

81

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

xviii

DAFTAR SKEMA

Skema 2.1 Kerangka berpikir......................................................................

Skema 3.1 Langkah-langkah Penggunaan Metode Research and

Development.....................................................................................

41

56

Skema 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan.................................... 58

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pada zaman yang serba sulit ini, pendidikan sangat dibutuhkan manusia di

sebuah negara. Menjadi negara yang maju, tentu menjadi cita-cita negara yang

masih berstatus berkembang. Seperti Indonesia, yang masih merupakan negara

berkembang, dapat meraihnya dengan pendidikan. Menurut UU No 20 Tahun

2003 tentang sistem pendidikan nasioanal, pendidikan adalah usaha sadar dan

terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pemebajaran agar

peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki

kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan,

akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, dan

negara.

Indonesia merupakan negara yang terdiri atas banyak suku, ras, agama,

dan budaya. Indonesia juga dapat disebut sebagai negara multikultural.

Multikultural adalah masyarakat yang terdiri dari dua atau lebih komunitas

atau kelompok, yang secara kultural dan ekonomi terfragmentasi dan memiliki

struktur kelembagaan yang berbeda satu sama lain (J. S. Furnival).

Multikulturalisme bangsa Indonesia merupakan suatu paham yang tidak dapat

diabaikan karena lahirnya bangsa Indonesia didukung oleh berbagai suku,

agama, ras, dan golongan. Hal itu sudah tercantum dalam UUD 1945 yang

membahas tentang agama, suku, ras, dan golongan. Pendidikan multikultural

dapat diterapkan di Indonesia karena memenuhi kriteria bangsa yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

2

mempunyai keberagaman agama, suku, ras, dan golongan.

Masyarakat Indonesia tentu sudah tidak asing lagi bila harus hidup bersama

dengan masyarakat lain yang berbeda agama, suku, ras, dan golongan. Bahkan

jika dilihat dari segi bahasa, masyarakat Indonesia telah mengenal ratusan

bahasa daerah yang sangat unik. Bahasa-bahasa daerah tersebut telah

diciptakan oleh nenek moyang bangsa Indonesia sampai pada lahirnya bahasa

Indonesia yang dijadikan sebagai bahasa pemersatu bangsa.

Namun, hidup dengan kondisi multikultural tidak mudah. Masyarakat

multikultural harus melewati berbagai konflik yang tidak sedikit. Konflik

horisontal sering terjadi. Akar permasalahannya adalah mengenai agama,

suku, ras, dan golongan. Dari segi agama misalnya, banyak mahasiswa yang

terlibat bullying di lingkungan sekolah. Bullying adalah penggunaan

kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau

mengintimidasi orang lain. Mahasiswa yang terlibat bullying biasanya kurang

mentoleransi mahasiswa lain. Intoleransi tersebut berakar dari kurangnya

pemahaman terhadap agama dan keyakinan orang lain. Mahasiswa memang

diajarkan bahwa para penganut keenam agama memiliki ritual-ritual

kepercayaan dan cara memahami Tuhan yang bervariasi ketika berada di

sekolah. Meski demikian, tidak banyak yang memperoleh pengetahuan lebih

lanjut tentang penganut keyakinan yang berbeda lantaran minimnya akses atau

upaya mengkotak-kotakkan yang bisa dilakukan keluarga, lingkungan

sekolah, atau kelompok pergaulannya. Konflik yang seperti itu akan

menghambat proses pembelajaran di sekolah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

3

Berkaitan dengan hal itu, multikulturalisme yang diterapkan di sekolah

maupun lembaga pendidikan lainnya harus dipahami terlebih dahulu oleh

pendidik di Indonesia. Pendidik atau guru sangat berperan dalam proses

pembelajaran multikultural di sekolah. Pendidikan multikultural akan dapat

membiasakan memahami, menghormati, menghargai harkat dan martabat

manusia di mana pun berada dan dari mana pun asalnya. Mahasiswa dapat

melakukan hal itu dari aspek agama, budaya, sosial, ekonomi, bahasa, dan

negara.

Dalam penelitian ini, peneliti akan mengamati proses pembelajaran mata

pelajaran bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma

yang berbasis pendidikan multikultural. Universitas Sanata Dharma telah

menerapkan pendidikan yang berbasis multikultural. Universitas Sanata

Dharma memiliki beragam mahasiswa yang mempunyai beragam agama,

budaya, sosial, ekonomi, bahasa, dan negara. Tidak hanya proses

pembelajarannya yang akan diamati, namun juga buku pegangan mahasiswa,

dan sejumlah buku ajar yang digunakan dalam proses pembelajaran.

Oleh karena itu, buku ajar dapat membantu proses pembelajaran. Buku

ajar adalah salah satu bentuk bahan ajar yang dikemas secara sistematis dan

menarik sehingga mudah untuk dipelajari secara mandiri. Meningkatkan

motivasi mahasiswa, karena setiap kali mengerjakan tugas pelajaran yang

dibatasi dengan jelas dan sesuai dengan kemampuan. Setelah dilakukan

evaluasi, guru dan mahasiswa mengetahui benar, pada buku ajar yang mana

mahasiswa telah berhasil dan pada bagian buku ajar yang mana mereka belum

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

4

berhasil. Selain itu, mahasiswa juga dapat bekerjasama dengan mahasiswa lain

dalam kelompok belajar.

B. Rumusan Masalah Penelitian

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah utama yaitu

“Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan multikultural dengan mata kuliah

Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma?”.

Kondisi multikultural yang dimaksud difokuskan pada masalah SARA (suku,

agama, ras, dan golongan). Oleh karena itu, atas dasar rumusan masalah utama

tersebut, disusun submasalah sebagai berikut.

1. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku dengan

mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata

Dharma?

2. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama

dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD

Universitas Sanata Dharma?

3. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman ras/etnis

dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas

Sanata Dharma?

4. Bagaimanakah pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan

dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas

Sanata Dharma?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

5

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini adalah pengembangan materi buku ajar

Bahasa Indonesia mahasiswa PGSD yang terintegrasi dengan

multikulturalisme khususnya suku, agama, ras, dan golongan yang sering

dijadikan pemicu konflik sosial dalam masyarakat. Berdasarkan tujuan

umum tersebut, disusun tujuan khusus sebagai berikut.

1. Memaparkan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman suku dengan

mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata

Dharma.

2. Memaparkan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama dengan

mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata

Dharma.

3. Memaparkan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman ras/etnis

dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD

Universitas Sanata Dharma.

4. Memaparkan pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan

dengan mata kuliah Bahasa Indonesia pada mahasiswa PGSD Universitas

Sanata Dharma.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat kepada para pembaca,

yaitu sebagai berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

6

1. Manfaat Umum

Secara umum, manfaat penelitian ini dapat membantu mahasiswa dalam

pembelajaran agar berjalan lebih efektif.

2. Manfaat Khusus

Secara khusus, manfaat penelitian ini dapat membantu

a. Peningkatan kemampuan belajar mahasiswa secara mandiri.

b. Mempermudah dosen dan mahasiswa agar pembelajaran lebih

terstruktur.

E. Batasan Istiah

Adapun beberapa batasan ilmiah yang ada dalam skripsi ini sebagai berikut.

a. Buku ajar adalah suatu kesatuan unit pembelajaran yang berisi informasi,

pembahasan serta evaluasi (Mintowawi, 2003).

b. Pendidikan multikultural adalah proses pengembangan seluruh potensi

manusia yang menghargai pluralitas dan heterogenitas sebagai

konsekuensi keragaman budaya etnis, suku, dan aliran/agama (Dawam,

2003).

c. Agama adalah suatu sistem yang mengatur tata keimanan serta peribadatan

kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta aturan atau tata kaidah yang memiliki

hubungan dengan pergaulan manusia dengan manusia,manusia dengan

Penciptanya serta manusia dengan lingkungannya (Kamus Besar Bahasa

Indonesia).

d. Ras adalah segolongan manusia yang mempunyai persamaan sifat-sifat

lahir tertentu yang dilanjutkan kepada keturunannya (Arrasjid, 1972).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

7

e. Suku bangsa adalah sekelompok manusia yang memiliki kesatuan dalam

budaya dan terikat oleh kesadarannya akan identitasnya tersebut,

kesadaran dan identitas yang dimiliki biasanya di perkuat dengan

kesatuan bahasa (Koentjaraningrat, 2002).

f. Kelompok/golongan merupakan sekelompok (dua orang atau lebih) yang

memiliki persepsi sebagai suatu kesatuan serta memiliki perasaan sebagai

bagian dari kelompok, mempunyai tujuan bersama dan saling

ketergantungan satu sama lain (Sarwono, 2002).

g. Pendekatan adalah asumsi teoretis yang berkaitan dengan hakikat bahasa,

belajar bahasa, dan pengajaran bahasa (Anthony, 1963 dalam Pranowo,

2014).

h. Metode adalah rancang bangun pembelajaran yang satu sama lain tidak

saling bertentangan untuk mencapai suatu tujuan (Pranowo, 2014).

i. Teknik adalah cara bagaimana suatu tujuan dapat tercapai (Pranowo,

2014).

j. Strategi adalah siasat untuk mencapai suatu tujuan (Pranowo, 2014).

F. Sistematika Penyajian

Penelitian ini terdiri atas lima bab. Bab I ini menguraikan latar belakang

masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, batasan

istilah, dan sistematika penyajian.

Bab II berisi kajian teori. Pada bab ini diuraikan tentang kajian teori dan

kerangka berpikir. Kajian teori berisi uraian tentang penelitian yang relevan,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

8

buku ajar, pendidikan multikultural, teori pembelajaran bahasa, dan kerangka

pikir.

Bab III berisi tentang metode penelitian. Bab ini menguraikan jenis

penelitian, proses pengembangan, setting penelitian, validasi produk, jenis

data, teknik pengumpulan data instrumen penelitian, dan teknik analisis data.

Bab IV berisi hasil penelitian dan pembahasan. Bab ini menguraikan hasil

dan pembahasan penelitian. Bab ini memaparkan hasil data dari penilaian

validator atau expert judgement yang berasal dari Universitas Sanata Dharma.

Terakhir adalah menjelaskan deskripsi dan analisis data dari hasil uji coba

yang dilakukan oleh peneliti terhadap subyek penelitian. Hasil uji coba yang

dilakukan berasal dari angket umpan balik beserta penskoran terhadap media

pembelajaran berupa buku ajar.

Bab V berisi kesimpulan, saran, dan keterbatasan hasil penelitian. Bab ini

menguraikan simpulan, implikasi, dan saran yang bermanfaat bagi pihak lain

terkait dengan penelitian ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

9

BAB II

LANDASAN TEORI

2.1 Penelitian Terdahulu yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian ini, antara lain:

Pertama, Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Kegiatan

Pembelajaran di SMA Al-Muayyad Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014

diteliti oleh Nafis Nailil Hidayah, mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta (2014). Kedua,

Pengembangan Buku Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis

Pendekatan Proses untuk Siswa SMA dan MA Kelas XI diteliti oleh Siti

Latifah Mubasiroh, mahasiswa Fakultas Bahasa dan Seni, Universitas

Negeri Yogyakarta (2013). Ketiga, Implementasi Pendidikan Multikultural

di SMA Selamat Pagi Indonesia Batu diteliti oleh Nurul Islamiyah,

mahasiswa Program Studi Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Fakultas

Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Universitas Islam Negeri Maulana Malik

Ibrahim Malang (2015). Keempat, Pengembangan Buku Ajar Menulis

Nonsastra Berdasarkan Strategi RAFT (Role Audience Formal Topic)

Untuk SMP/MTS Kelas VIII, diteliti oleh Nirnawati, mahasiswa Fakultas

Bahasa dan Seni, Universitas Negeri Yogyakarta (2015).

Penelitian pertama, Nafis Lailil Hidayah (2014) berjudul

Implementasi Pendidikan Multikultural Dalam Kegiatan Pembelajaran di

SMA Al-Muayyad Surakarta Tahun Pelajaran 2013/2014. Penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

10

bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural yang

diterapkan di lingkungan SMA AL-Muayyad Surakarta pada Tahun

Pelajaran 2013/2014. Permasalahan yang diangkat adalah bagaimana

implementasi pendidikan multikultul yang diterapkan di lingkungan SMA

AL-Muayyad Surakarta pada tahun pelajaran 2013/2014. Penelitian ini

menggunakan penelitian kualitatif dengan strategi pendekatan

fenomenologi. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah

observasi, wawancara, wawancara mendalam, dan dokumentasi. Hasil

penelitian menunjukkan bahwa pelaksanaan pengimplementasian

pendidikan multikultural di SMA Al-Muayyad Surakarta bisa dikatakan

hampir 24 jam per hari. Hal ini dikarenakan siswa dan siswi wajib untuk

tinggal di asrama selama masa pendidikan hingga dinyatakan lulus.

Relevansi penelitian pertama dengan penelitian Pengintegrasian

Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada

Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah pada

topik pendidikan multikultural dalam kegiatan pembelajaran.

Perbedaannya terletak pada pengembangan media, pendekatan penelitian,

dan metode penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.

Penelitian kedua, Siti Latifah Mubasiroh (2013) berjudul

Pengembangan Buku Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis

Pendekatan Proses untuk Siswa SMA dan MA Kelas XI. Tujuan penelitian

yang ditulis oleh Siti Latifah Mubasiroh adalah untuk menghasilkan

produk buku ajar menulis berbasis pendekatan proses untuk siswa SMA

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

11

dan MA kelas XI dan memenuhi kriteria kelayakan. Permasalahan yang

diangkat yaitu buku ajar yang menyajikan keterampilan tertentu dan

berdasarkan pada pendekatan tertentu masih jarang dikembangkan,

terutama dalam hal ini adalah keterampilan menulis. Penelitian ini

menggunakan pendekatan Research and Development (R&D). Teknik

pengumpulan data dalam penelitian ini adalah angket. Hasil penelitian ini

berupa Buku Pembelajaran Keterampilan Menulis Berbasis Pendekatan

Proses untuk Siswa SMA dan MA Kelas XI. Buku ajar tersebut terdiri atas

tiga bagian, yaitu bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian tambahan.

Relevansi penelitian kedua dengan penelitian Pengintegrasian

Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada

Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yaitu terletak

pada pengembangan media buku ajar. Perbedaannya terletak pada strategi

dan obyek penelitian.

Penelitian ketiga, Nurul Islamiyah (2015) berjudul Implementasi

Pendidikan Multikultural di SMA Selamat Pagi Indonesia Batu. Penelitian

ini bertujuan untuk mengetahui implementasi pendidikan multikultural dan

mengetahui faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi

pendidikan multikultural di SMA Selamat Pagi Batu. Permasalahan yang

diangkat adalah bagaimana implementasi pendidikan multikultural dan

apakah faktor pendukung dan penghambat dalam implementasi pendidikan

multikultural di SMA Selamat Pagi Batu. Penelitian ini menggunakan

pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

12

adalah observasi, wawancara, dan dokumentasi. Hasil penelitian

menunjukkan bahwa warga sekolah dengan latar belakang yang berbeda-

beda dapat hidup berdampingan dengan guyup dan rukun.

Relevansi penelitian ketiga dengan penelitian Pengintegrasian

Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada

Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta adalah pada

pendidikan multikultural dalam kegiatan pembelajaan. Perbedaannya

terletak pada pengembangan media, pendekatan penelitian, dan metode

penelitian yang dilaksanakan oleh peneliti.

Penelitian keempat, Nirnawati (2015) berjudul Pengembangan

Buku Ajar Menulis Nonsastra Berdasarkan Strategi RAFT (Role Audience

Formal Topic) Untuk SMP/MTS Kelas VIII. Penelitian ini bertujuan untuk

untuk mengetahui gambaran awal penggunaan buku ajar menulis nonsastra

di SMP, desain pengembangan buku ajar menulis nonsastra berdasarkan

strategi RAFT (Role Audience Format Topic) bagi siswa SMP kelas VIII,

dan kelayakan buku ajar menulis nonsastra berdasarkan strategi RAFT

(Role Audience Format Topic) bagi siswa SMP kelas VIII. Permasalahan

yang diangkat adalah buku ajar sebagai pegangan siswa di sekolah yang

fokus pada satu keterampilan berbahasa dengan mengintegrasikan suatu

strategi belum banyak berkembang dan perlu dilakukan pengembangan

buku ajar pada satu keterampilan berbahasa dengan mengintegrasikan

suatu strategi sebagai wujud inovasi baru dalam dunia pendidikan.

Penelitian ini menggunakan pendekatan Research and Development

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

13

(R&D). Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini yaitu wawancara

dan angket. Hasil penelitian dan pengembangan menunjukkan bahwa

media buku ajar dapat memudahkan proses pembelajaran siswa SMP/MTS

kelas VIII.

Relevansi penelitian keempat dengan penelitian Pengintegrasian

Pendidikan Multikultural dengan Mata Kuliah Bahasa Indonesia pada

Mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma Yogyakarta yaitu terletak

pada pengembangan media buku ajar. Perbedaannya terletak pada strategi

dan obyek penelitian.

2.2 Buku Ajar

Produk yang akan dikembangkan dalam penelitian ini yaitu buku ajar.

Peneliti akan mengembangkan buku ajar bahasa Indonesia yang

diintegrasikan dengan pendidikan multikultural. Berikut akan dipaparkan

teori-teori mengenai buku ajar.

2.2.1 Pengertian Buku Ajar

Menurut Suharjono (2001) buku ajar adalah buku yang digunakan

sebagai buku pelajaran dalam bidang studi tertentu, yang merupakan buku

standar yang disusun oleh pakar dalam bidangnya untuk maksud-maksud

dan tujuan pengajaran, yang dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran

yang serasi dan mudah dipahami oleh para pemakainya disekolah-sekolah

dan perguruan tinggi sehingga dapat menunjang suatu progam pengajaran.

Menurut Mintowati (2003) buku ajar merupakan salah satu sarana

keberhasilan proses belajar mengajar. Buku ajar merupakan suatu kesatuan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

14

unit pembelajaran yang berisi informasi, pembahasan serta evaluasi. Buku

ajar yang tersusun secara sistematis akan mempermudah peserta didik

dalam materi sehingga mendukung ketercapaian tujuan pembelajaran.

Maka dari itu, buku ajar harus disusun secara sistematis, menarik, aspek

keterbacaan tinggi, mudah dicerna, dan mematuhi aturan penulisan yang

berlaku.

Berdasarkan pengertian buku ajar di atas, dapat disimpulkan bahwa

buku ajar adalah sebuah karya tulis yang berbentuk buku dalam bidang

tertentu, yang merupakan buku standar yang digunakan guru dan siswa

dalam proses pembelajaran untuk maksud dan tujuan instruksional, yang

dilengkapi dengan sarana-sarana pengajaran yang serasi dan mudah

dipahami oleh pemakainya di sekolah dan perguruan tinggi, sehingga

dapat menunjang progam pembelajaran.

Unsur-unsur penting dalam pengertian buku ajar adalah sebagai

berikut (1) buku ajar merupakan buku pelajaran yang ditunjukan bagi

siswa pada jenjang tertentu. (2) Buku ajar selalu berkaitan dengan mata

pelajaran tertentu. (3) Buku ajar merupakan buku standar. (4) Buku ajar

ditulis untuk tujuan instruksional tertentu. (5) Buku ajar ditulis untuk

menunjang suatu progam pengajaran tertentu. (Arifin, 2009)

Buku ajar yang dikembangkan oleh peneliti berisi tentang materi

pelajaran bahasa Indonesia diintegrasikan dengan pendidikan

multikultural, khususnya agama, ras, suku, dan golongan. Buku ajar

tersebut terdiri dari judul bab, materi bahasa Indonesia, ringkasan materi,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

15

dan soal latihan. Materi bahasa Indonesia disajikan dengan bahasa yang

sederhana sehingga mudah dipahami oleh mahasiswa. Soal latihan yang

dibuat oleh penulis juga berfungsi untuk memperdalam pengetahuan

mahasiswa.

2.2.2 Fungsi Buku Ajar

Buku ajar berfungsi sebagai penunjang keberhasilan pembelajaran.

Pada bagian ini, akan dipaparkan mengenai fungsi buku ajar. Greene dan

Petty (1981) merumuskan beberapa peranan dan kegunaan buku ajar

sebagai berikut.

a. Mencerminkan suatu sudut pandang yang tangguh dan modern

mengenai pengajaran serta mendemontrasikan aplikasi dalam

bahan pengajaran yang disajikan.

b. Menyajikan suatu sumber pokok masalah atau subject matter yang

kaya, mudah dibaca dan bervariasi, yang sesuai dengan minat dan

kebutuhan para siswa, sebagai dasar bagi program-program

kegiatan yang disarankan di mana keterampilan-keterampilan

ekspresional diperoleh pada kondisi yang menye-rupai kehidupan

yang sebenarnya.

c. Menyediakan suatu sumber yang tersusun rapi dan bertahap

mengenai keterampilan-keterampilan ekspresional.

d. Menyajikan (bersama-sama dengan buku manual yang

mendampinginya) metode-metode dan sarana-sarana pengajaran

untuk memotivasi siswa.

e. Menyajikan fiksasi awal yang perlu sekaligus juga sebagai

penunjang bagi latihan dan tugas praktis.

f. Menyajikan bahan atau sarana evaluasi dan remedial yang serasi

dan tepat guna.

Buku ajar berfungsi sebagai penarik minat dan motivasi mahasiswa

atau pembaca pada umumnya. Motivasi mahasiswa dapat timbul karena

penyajian materi buku yang menarik perhatian dan relevan dengan

kebutuhan mahasiswa. Motivasi mahasiswa juga dapat timbul karena buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

16

ajar menggunakan bahasa sederhana, sehingga mudah dipahami. Selain

itu, mahasiswa dapat menemukan gagasan baru yang berkaitan dengan

materi buku ajar.

2.3 Pendidikan Multikultural

Pendidikan multikultural tidak dapat dipisahkan dari masyarakat

Indonesia. Hal itu dikarenakan Indonesia tumbuh dari berbagai

keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan. Berikut ini akan

dijabarkan mengenai pendidikan multikultural.

2.3.1 Pengertian Pendidikan Multikultural

Dawam (2003) mengatakan, pendidikan multikultural adalah

proses pengembangan seluruh potensi manusia yang menghargai pluralitas

dan heterogenitas sebagai konsekuensi keragaman budaya etnis, suku, dan

aliran (agama). Menurut Tilaar (2004), pendidikan multikultural berawal

dari berkembangnya gagasan dan kesadaran tentang “interkulturalisme”

seusai perang dunia II. Kemunculan gagasan dan kesadaran

“interkulturalisme” ini selain terkait dengan perkembangan politik

internasional menyangkut HAM, kemerdekaan dari kolonialisme, dan

diskriminasi rasial dan lain-lain, juga karena meningkatnya pluralitas di

negara-negara barat sendiri sebagai akibat dari peningkatan migrasi dari

negara-negara baru merdeka ke Amerika dan Eropa.

Suparta dalam bukunya Islamic Multicultural Education (2008),

mencatat lebih dari sepuluh definisi tentang pendidikan multikultural,

diantaranya adalah; (a) Pendidikan Multikultural adalah sebuah filosofi

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

17

yang menekankan pada makna penting, legitimasi dan vitalitas keragaman

etnik, dan budaya dalam membentuk kehidupan individu, kelompok,

maupun bangsa. (b) Pendidikan Multikultural adalah menginstitusionalkan

sebuah filosofi pluralisme budaya ke dalam sistem pendidikan yang

didasarkan pada prinsip-prinsip persamaan (equality), saling menghormati

dan menerima, memahami dan adanya komitmen moral untuk sebuah

keadilan sosial. (c) Pendidikan Multikultural adalah sebuah pendekatan

pengajaran dan pembelajaran yang didasarkan atas nilai-nilai demokratis

yang mendorong berkembangnya pluralisme budaya; dalam hampir

seluruh bentuk komprehensifnya. Pendidikan multikultural merupakan

sebuah komitmen untuk meraih persamaan pendidikan, mengembangkan

kurikulum yang menumbuhkan pemahaman tentang kelompok-kelompok

etnik dan memberangus praktik-praktek penindasan. (d) Pendidikan

Multikultural merupakan reformasi sekolah yang komprehensif dan

pendidikan dasar untuk semua anak didik yang menentang semua bentuk

diskriminasi dan intruksi yang menindas dan hubungan antar personal di

dalam kelas dan memberikan prinsipprinsip demokratis keadilan sosial.

Berdasarkan hasil penelitian, pendidikan multikultural sudah

diterapkan pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma meskipun

belum maksimal. Beberapa mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma

juga sudah memahami pendidikan multikultural yang melekat pada bangsa

Indonesia. Bahkan, mayoritas mahasiswa mengatakan bahwa pendidikan

multikultural penting diterapkan sejak dini melalui pendidikan. Tujuannya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

18

yaitu melatih rasa toleransi akan keanekaragaman agama, ras, suku, dan

etnik.

2.3.2 Peran Pendidikan Multikultural bagi Pendidikan Indonesia

Indonesia adalah salah satu negara multikultural terbesar di dunia.

Pernyataan tersebut dapat dilihat dari kondisi sosio-kultural maupun

geografis yang begitu beragam dan luas. Saat ini, jumlah pulau yang ada di

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) sekitar 13.000 pulau

besar dan kecil. Populasi penduduknya terdiri dari 300 suku yang

menggunakan hampir 200 bahasa yang berbeda. Selain itu, mereka juga

menganut berbagai macam agama dan aliran kepercayaan. Keragaman ini,

diakui maupun tidak, dapat menimbulkan berbagai persoalan seperti saat

ini, seperti korupsi, nepotisme, kolusi, premanisme, perseteruan politik,

kemiskinan, kekerasan, perusakan lingkungan, dan hilangnya rasa

kemanusiaan.

Berkaitan dengan hal itu, pendidikan multikultural menawarkan

satu alternatif melalui penerapan strategi dan konsep pendidikan yang

berbasis pada pemanfaatan keragaman yang ada di masyarakat, khususnya

yang ada pada siswa seperti keragaman etnis, budaya, bahasa, agama,

status sosial, gender, kemampuan, umur, dan ras. Menurut Yaqin (2005),

strategi pendidikan multikultural tidak hanya bertujuan agar siswa mudah

memahami pelajaran yang dipelajari, akan tetapi juga untuk meningkatkan

kesadaran siswa agar selalu berperilaku humanis, pluralis, dan demokratis.

Oleh karena itu, seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk menguasai

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

19

dan mampu secara profesional mengajarkan mata pelajaran yang

diajarkannya. Seorang pendidik juga harus mampu menanamkan nilai-nilai

inti dari pendidikan multikultural, yakni humanis, pluralis, dan demokratis.

Pada akhirnya, diharapkan bahwa permasalahan yang terjadi di Indonesia,

lambat laun dapat diminimalkan, karena generasi muda di masa yang akan

datang adalah “generasi multikultural”, yang menghargai perbedaan, selalu

menegakkan nilai demokrasi, keadilan, dan kemanusiaan.

Pada penelitian kali ini, peneliti akan mengembangkan buku ajar

mata kuliah Bahasa Indonesia yang diintegrasikan dengan pendidikan

multikultural. Peneliti mengintegrasikan keduanya pada contoh teks,

kegiatan pembelajaran, dan soal latihan.

2.3.3 Dimensi Pendidikan Multikultural

Dimensi pendidikan multikultural merupakan salah satu komponen

penting dalam teori pendidikan multikultural. Hal itu meliputi integrasi

konten, proses penyusunan pengetahuan, mengurangi prasangka, pedagogi

kesetaraan, dan budaya dan struktur sekolah yang memberdayakan. Banks

(2002:14) menyatakan bahwa pendidikan multikultural dapat

dikonsepsikan atas lima dimensi, yaitu:

a. Integrasi konten

Integrasi konten merupakan pemaduan konten menangani sejauh mana

guru menggunakan contoh dan konten dari beragam budaya dan

kelompok untuk menggambarkan konsep, prinsip, generalisasi, serta teori

utama dalam bidang mata pelajaran atau disiplin mereka.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

20

b. Proses penyusunan pengetahuan

Proses penyusunan pengetahuan merupakan sesuatu yang berhubungan

dengan sejauh mana guru membantu siswa paham, menyelidiki, dan untuk

menentukan bagaimana asumsi budaya yang tersirat, kerangka acuan,

perspektif dan prasangka di dalam disiplin mempengaruhi cara

pengetahuan disusun di dalamnya.

c. Mengurangi prasangka

Dimensi ini berfokus pada karakteristik dari sikap rasial siswa dan

bagaimana sikap tersebut dapat diubah dengan metode dan materi

pengajaran.

d. Pedagogi kesetaraan

Pedagogi kesetaraan ada ketika guru mengubah pengajaran mereka ke

cara yang akan memfasilitasi prestasi akademis siswa dari berbagai ras,

budaya, dan kelas sosial. Termasuk dalam pedagogi ini adalah

penggunaan beragam gaya mengajar di dalam berbagai kelompok budaya

dan ras.

e. Budaya dan struktur sekolah yang memberdayakan

Dimensi ini merupakan praktik pengelompokan dan penamaan partisipasi

olah raga, prestasi yang tidak proporsional, dan interaksi staf, serta siswa

antaretnis dan ras adalah beberapa dari komponen budaya sekolah yang

harus diteliti untuk menciptakan budaya sekolah yang memberdayakan

siswa dari beragam kelompok, ras, etnis, dan budaya.

Pada dimensi integrasi konten, para guru menggabungkan materi

pembelajaran ke dalam kurikulum dengan berbagai sudut pandang. Salah

satunya dengan cara mengakui kontribusi kurikulum dengan membatasi

fakta tentang semangat kepahlawanan dari berbagai kelompok. Dimensi

kedua yaitu proses penyusunan pengetahuan. Pada dimensi ini, guru

membantu siswa untuk memahami beberapa perspektif dan merumuskan

kesimpulan yang dipengaruhi oleh disiplin pengetahuan yang mereka

miliki. Dimensi ketiga yaitu mengurangi prasangka. Pada dimensi ini guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

21

berusaha untuk membantu siswa dalam mengembangkan perilaku positif

tentang perbedaan kelompok.

Dimensi keempat yaitu pedagogi kesetaraan. Dimensi ini

memperhatikan cara-cara mengubah fasilitas pembeajaran agar

mempermudah pencapaian hasil belajar. Salah satu cara yang dapat

dilakukan guru yaitu memberi tugas dengan bentuk kerja sama dalam

kelompok belajar. Dimensi kelima yaitu budaya dan struktur sekolah yang

memberdayakan. Dimensi ini memanfaatkan potensi keanekaragaman

budaya yang dimiliki oleh siswa sebagai karakteristik sekolah. Hal ini

dilkukan untuk menghargai perbedaan yang ada di sekolah.

2.3.4 Karakteristik Pendidikan Multikultural

Karakteristik pendidikan multikultural termasuk hal penting dalam teori

pendidikan multikultural. Menurut Maksum (2011: 153), hal-hal yang

merupakan karakteristik pendidikan multikultural yaitu:

a. Penolakan terhadap teori universalitas yang cenderung mendukung

pihak yang kuat, sedangkan teori multikultural lebih cenderung

mendukung dan berupaya memberdayakan pihak yang lemah.

b. Teori multikultural menjadi inklusif yaitu berupaya untuk menawarkan

teori atas kelompok-kelompok lemah.

c. Teori multikultural tidak bebas atau tidak mengobral nilai, tetapi lebih

kepada menyusun teori atas nama pihak yang lemah dan bekerja di

dunia sosial, kultur, dan prospek untuk masing-masing individu.

d. Teori multikultural tidak hanya berkecimpung dalam dunia sosial saja

tetapi juga dunia intelektual, dengan cara menjadikannya lebih terbuka

dan beragam.

e. Tidak ada untuk menarik garis yang jelas antara teori dan type narasi

lainnya.

f. Teori multikultural sangat kritis, yaitu kritik terhadap diri dan kritik

terhadap teori lain, yang paling penting terhadap dunia sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

22

g. Teori multikultural menyadari bahwa karya mereka dibatasi oleh

sejarah tertentu, konteks kultural dan sosial tertentu, yang mana

mereka pernah hidup dalam konteks tersebut.

Karakteristik adalah sifat-sifat yang perlu diteliti berkenaan dengan

kekhasan yang membedakan seseorang dengan orang lainnya. Hal ini

dilakukan agar dapat menyesuaikan cara-cara membujuknya. Pada

dasarnya, multikulturalisme yang terbentuk di Indonesia merupakan akibat

dari kondisi sosio-kultural maupun geografis yang begitu beragam dan

luas. Menurut kondisi geografis, Indonesia memiliki banyak pulau dimana

stiap pulau tersebut dihuni oleh sekelompok manusia yang membentuk

suatu masyarakat. Dari masyarakat tersebut terbentuklah sebuah

kebudayaan mengenai masyarakat itu sendiri. Tentu saja hal ini berimbas

pada keberadaan kebudayaan yang sangat banyak dan beraneka ragam.

Oleh karena itu, masyarakat indonesia telah melekat pada istilah

pendidikan multikultural.

2.3.5 Faktor Pendidikan Multikultural

Pada bagian ini akan diuraikan faktor-faktor dalam pendidikan

multikultural. Faktor-faktor dalam pendidikan multikultural meliputi

agama, ras, suku, dan golongan (Sarwono, 2002). Agar lebih jelas,

peneliti memaparkannya di bawah ini, yaitu sebagai berikut.

a. Agama

Agama adalah sebuah kepercayaan dan pandangan dunia yang

menghubungkan manusia dengan tatanan/perintah dalam kehidupan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

23

Agama memiliki simbol dan sejarah suci yang dimaksudkan untuk

menjelaskan asal usul dan makna kehidupan. Dalam agama terdapat ikatan

yang kuat dengan seseorang karena setiap agama memiliki aturan, kitab

suci, dan tempat tempat suci yang mempengaruhi kehidupan penganutnya.

Agama adalah sebuah kepercayaan yang dianut oleh seseorang. Terdapat

enam agama yang ada di Indonesia, yaitu Islam, Katolik, Kristen, Budha,

Hindu, dan Khonghuchu. Penganut agama yang berbeda dalam suatu

wilayah akan menciptakan lingkungan masyarakat multikultural, oleh

karena itu agama merupakan salah satu faktor yang dapat memicu

timbulnya masyarakat multikultural

b. Ras

Ras adalah suatu sistem klasifikasi yang digunakan untuk

mengelompokkan manusia dalam suatu kelompok besar berdasarkan ciri

fisik, asal usul geografis, tampang, dan kesukuannya.

Ras adalah pengelompokan penduduk suatu daerah yang memiliki

sifat-sifat keturunan tertentu yang tidak sama dengan penduduk lainnya.

Terdapat berbagai macam ras yang ada di Indonesia, misalnya Negro

Melanesia dan Melayu. Paradigma ras sering digunakan dalam berbagai

disiplin ilmu yang lebih menekan pada sifat biologis atau konstruk sosial

seseorang. Paran antropolog dan ilmuan evolusi mengidentifikasikan

istilah ras untuk membahas perbedaan genetika (biologis), sedangkan

sejarawan dan ilmuwan sosial mendefinisikan ras sebagai kategori

kebudayaan atau konstruksi sosial, suatu cara tertentu orang berbicara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

24

tentang diri mereka dan tentang orang lain. Perbedaan ras dapat mejadi

salah satu faktor pemicu timbulnya masyarakat multikultural.

c. Suku

Suku bangsa atau yang juga sering kita sebut dengan etnis adalah

kelompok manusia yang anggotanya mendefinisikan diri mereka

berdasarkan garis keturunan dan ciri ciri fisik yang dianggap sama.

Suku adalah kelompok manusia yang dibedakan atas beberapa

perbedaan dengan kelompok manusia lain, misalnya tempat tinggal dan

kebudayannya. Suku yang terdapat di Indonesia sangat banyak, misalnya

suku Jawa, suku Sunda, suku Borneo, dan suku Betawi. Identitas suku

ditandai dengan pengakuan dari orang lain terhadap ciri khas suatu

kelompok tersebut. Misalnya Indonesia sebagai negara denagn suku

bangsa yang beranekaragam, ada suku bali, batak, aceh dan masih banyak

lagi. Semua suku tersebut disatukan dalam sebuah negara sehingga

membentuk kehidupan masyarakat multikultural dalam satu kesatuan.

d. Golongan

Kelompok/golongan merupakan setiap kumpulan orang yang memiliki

kesadaran bersama akan keanggotaan dan saling berinteraksi.

Karakteristik pertama yaitu kumpulan orang untuk mempertegas

bahwa kelompok bukan individu dan kelompok bukan masyarakat.

Karakteristik kedua yaitu memiliki kesadaran bersama akan keanggotaannya.

Golongan adalah kumpulan manusia yang sadar akan pentingnya berinteraksi

satu sama lain. Keempat faktor tersebut sangat erat hubungannya dengan

pendidikan multikultural yang diterapkan di Indonesia. Hal itu didukung oleh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

25

keanekaragaman agama, ras, suku, dan golongan yang melekat pada bangsa

Indonesia.

2.4 Kompetensi Guru

Kompetensi guru dituangkan secara jelas di UU No. 14 tahun 2005. Hal-

hal yang bersifat lebih teknis dan penjabarannya dapat diperhatikan melalui

PP No. 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan, yaitu pendidik

harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai agen

pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan

mewujudkan tujuan pendidikan nasional. Kompetensi guru yang dimaksudkan

dalam UU No. 14 tahun 2005 adalah:

a. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik,

mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai, dan

mengevaluasi peserta didik pada pendidikan a anak usia dini jalur

pendidikan formal, pendidikan dasar, dan penidikan menengah. (UU

12/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1)

b. Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan

keahlian, kemahiran, atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau

norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi. (UU 14/2005

tentang Guru sdan Dosen pasal 1)

c. Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan

sertifikat pendidik (UU 14/2005 tentang Guru dan Dosen pasal 2).

Kompetensi yang dimaksudkan dalam UU Nomor 14 tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen yaitu berkenaan dengan kompetensi pedagogik,

kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

1) Kompetensi pedagogik

Kompetensi pedagogik berkaitan langsung dengan penguasaan disiplin

ilmu pendidikan dan ilmu lain yang berkaitan dengan tugasnya sebagai guru.

Oleh karena itu, seorang calon guru harus memiliki latar belakang pendidikan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

26

keguruan yang relevan dengan bidang keilmuannya. Secara teknis kompetensi

pedagogik ini meliputi:

a. Menguasai karakteristik peserta didik

b. Menguasai teori dan prinsip-prinsip pembelajaran

c. Mengembangkan kurikulum dan rancangan pembelajaran

d. Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

e. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk

kepentingan pembelajan

f. Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik

g. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik

h. Menyelenggarakan evaluasi dan penilaian proses dan hasil belajar

i. Memanfaatkan hasil evaluasi dan penilaian untuk kepentingan

pembelajaran

j. Melakukan tindakan reflektif untuk peningkatan kualitas pembelajaran

2) Kompetensi profesional

Kompetensi profesional merupakan kemampuan dasar tenga pendidik. Ia

akan disebut profesional jika ia mampu menguasai keahlian dan keterampilan

teoritik dan praktik dalam proses pembelajaran. Kompetensi ini cenderung

mengacu kepada kemampuan teoritik dan praktik lapangan. Secara rinci

kemampuan profesional dapat dijabarkan sebagai berikut.

a. Menguasai materi, strukur, konsep, dan pola pikir keilmuan yang sesuai

dan mendukung bidang keahlian/bidang studi yang diampu.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

27

b. Memanfaatkan teknologi informasi dan teknologi (TIK) untuk

meningkatkan kualitas pembelajaran sesuai bidang studi yang diampu.

c. Menguasai filosofi, metodologi, teknis, dan fraksis penelitian dan

pengembangan ilmu yang sesuai dan mendukung bidang keahliannya.

d. Mengembangkan diri dan kinerja profesionalitasnya dengan melakukan

tindakan reflektif dan penggunaan TIK.

e. Meningkatkan kinerja dan komitmen dalam pelaksanaan pengabdian

kepada masyarakat.

3) Kompetensi kepribadian

Kemampuan ini meliputi kemampuan personalitas, jati diri sebagai

seorang tenaga pendidik yang menjadi panutan bagi peserta didik.

Kompetensi inilah yang selalu menggambarkan prinsip bahwasannya guru

adalah sosok yang patut diguru dan ditiru. Dengan kata lain, guru menjadi

sumber dasar bagi peserta didik. Secara khusus kemampuan ini dapat

dijabarkan berupa:

a. Berjiwa pendidik dan bertindak sesuai dengan norma agama, hukum,

sosial, dan kebudayaan nasional Indonesia

b. Tampil sebagai pribadi yang jujur, berakhlak mulia dan menjadi teladan

bagi peserta didik dan masyarakat

c. Tampil sebagai pribadi yang mantap, dewasa, stabil, dan berwibawa

d. Menunjukkan etos kerja, tanggung jawab, rasa bangga sebagai tenaga

pendidik dan percaya diri

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

28

4) Kompetensi sosial

Kompetensi ini berkaitan dengan kemampuan guru berinteraksi dengan

peserta didik dan orang yang ada di sekitar dirinya. Modal interaksi berupa

komunikasi personal yang dapat diterima oleh peserta didik dan masyarakat

yang ada di sekitarnya. Selanjutnya, kemampuan sosial dapat dirinci sebagai

berikut.

a. Bersikap inklusif dan bertindak obyektif

b. Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas dan dengan lingkungan

masyarakat

c. Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan komunitas

profesi sendiri maupun profesi lain, secara lisan dan tulisan atau bentuk

lain.

d. Berkomunikasi secara empatik dan santun dengan masyarakat luas.

2.5 Teori Pembelajaran Bahasa Indonesia

Teori pembelajaran bahasa Indonesia meliputi aspek-aspek pembelajaran

bahasa Indonesia, fokus pembelajaran bahasa Indonesia, dan materi

pembelajaran bahasa Indonesia. Berikut ini akan dipaparkan mengenai teori

pembelajaran bahasa Indonesia.

2.5.1 Aspek-aspek Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Peserta didik

Peserta didik adalah seseorang yang ingin belajar atau memperoleh

pendidikan. Peserta didik adala seseorang yang memiliki hak untuk

memperoleh layanan pendidikan (pembelajaran) dari pemerintah atau

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

29

masyarakat luas sesuai dengan kebutuhan dan kemampuannya (Ahmadi,

2014). Menurut Tirtarahardja dan Sulo (2008), peserta didik berstatus sebagai

subjek didik karena peserta didik (tanpa pandang usia) adalah subjek atau

pribadi yag otonom, yang ingin diakui keberadaannya. Ciri khas peserta didik

yang perlu dipahami oleh pendidik ialah (Tirtarahardja dan Sulo, 2008):

1) Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas

Anak yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas merupakan insan

yang unik. Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potensi yang ingin

dikembangkan dan diaktualisasikan. Untuk mengaktualisasikannya

membutuhkan bantuan dan bimbingan.

2) Individu yang sedang berkembang

Maksudnya dari perkembangan di sini adalah perubahan yang terjadi

dalam diri peserta didik secara wajar, baik ditujukan kepada diri sendiri

maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan. Sejak manusia lahir bahkan

sejak masih berada dalam kandungan, ia berada dalam proses perkembangan.

Proses perkembangan melalui suatu rangkaian yang bertingkat-tingkat dan

setiap tingkat mempunyai sifat-sifat khusus. Perbedaan sifat tersebut harus

diketahui oleh pendidik pada masing-masing tingkat perkembangan. Atas

dasar itu pendidikan dapat mengatur kondisi dan strategi yang relevan dengan

kebutuhan peserta didik.

3) Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan

manusiawi

Dalam proses perkembangannya, peserta didik membutuhkan bantuan dan

bimbingan. Bayi yang baru lahir secara badani dan hayati tidak terlepas dari

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

30

ibunya, seharusnya setelah ia tumbuh berkembang menjadi dewasa ia sudah

dapat hidup sendiri. Namun kenyataannya, untuk kebutuhan perkembangan

hidupnya, ia masih menggantungkan diri sepenuhnya kepada orang dewasa,

sepanjang ia belum dewasa. Dalam perjalanan hidup, peserta didik memiliki

persoalan yang berbeda, ada yang bisa mengatasinya sendiri tetapi ada juga

yang memerlukan bantuan orang lain.

4) Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri

Kewajiban pendidik dan orang tua (si pendidik) adalah memberikan

kebebasan kepada peserta didik. Jadi, pendidik tidak boleh memaksakan agar

peserta didik berbuat menurut pola yang dikehendaki pendidik. Maksudnya

yaitu agar peserta didik memperoleh kesempatan memerdekakan diri dan

bertanggung jawab sesuai dengan kepribadiannya sendiri.

b. Pendidik

Pendidik adalah orang yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan

pendidikan dengan sasaran peserta didik (Tirtarahardja dan Sulo, 2008).

Peserta didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan yaitu

lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.

Konteks pendidikan di lingkungan sekolah menjadi tanggung jawab utama

seorang guru.

Pendidik harus memiliki kewibawaan (kekuasaan batin mendidik) dan

menghindari penggunaan kekuasaan lahir, yaitu kekuasaan yang semata-mata

didasarkan kepada unsur wewenang jabatan. Pendidik adalah pendukung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

31

norma-norma (pendukung kewibawaan). Pendidik mempunyai tugas untuk

mentransformasikan norma-norma atau kewibawaan tersebut kepada peserta

didik. Peserta didik membutuhkan sesuatu (perlindungan, bantuan, dan

bimbingan) dari pendidik dan pendidik dengan rela memenuhinya.

Menururt Langeveld (1955) dalam Tirtarahardja dan Sulo (2008), terdapat

tiga sendi kewibawaan yaitu kepercayaan, kasih sayang, dan kemampuan.

1) Kepercayaan, pendidik harus percaya bahwa dirinya bisa mendidik dan

juga harus percaya bahwa peseta didik dapat dididik.

2) Kasih sayang, mengandung dua makna yaitu penyerahan diri kepada yang

disayangi dan pengendalian terhadap yang disayangi. Dengan adanya sifat

penyeraan diri maka pada pendidik timbul kesediaan untuk berkorban

yang dalam bentuk konkretnya berupa pengabdian dalam kerja.

Pengendalian terhadap yang disayangi dimaksudkan agar peserta didik

tidak berbuat sesuatu yang merugikan dirinya.

3) Kemampuan, mendidik dapat dikembangkan melalui beberapa cara, antara

lain pengkajian terhadap ilmu pengetahuan kependidikan, mengambl

manfaat dari pengalaman kerja, dan lain-lain.

c. Materi

Dalam sistem pendidikan persekolahan, materi telah diramu dalam

kurikulum yang akan disajikan sebagai sarana pencapaian tujuan. Dalam

materi pembelajaran Bahasa Indonesia, pembelajaran bahasa menyangkut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

32

empat keterampilan, yaitu keterampilan mendengarkan, keterampilan

berbicara, keterampilan membaca, dan keterampilan menulis baik dalam

bidang bahasa maupun sastra (Pranowo, 2014). Di sampng itu, materi

kebahasaan yang diperlukan ketika sedang mempelajari empat keterampilan

tersebut harus diintegrasikan ketika pembelajaran keterampilan sedang

berlangsung.

d. Pendekatan

Pendekatan adalah asumsi teoretis yang berkaitan dengan hakikat bahasa,

belajar bahasa, dan pengajaran bahasa (Anthony, 1963 dalam Pranowo).

Pendekatan mengandung keselarasan teori-teori tentang apa yang dipelajari,

tentang proses pembelajaran (teori pembelajaran), dan tentang apa yang mesti

dilakukan guru (teori pengajaran). Misalnya, linguistik struktural

berkeyakinan bahwa belajar bahasa pada hakikatnya adalah menguasai

elemen-elemen bahasa yang kemudian elemen-elemen tersebut dapat

digunakan untuk berbahasa secara baik dan benar. Lain halnya dengan

pendekatan komunikatif yang menekankan fungsi bahasa dalam kehidupan

nyata, teori pembelajaran yang menekankan keaktifan pembelajar sebagai

subjek yang aktif terlibat dalam kegiatan-kegiatan untuk mencapai

penguasaan kompetensi komunikatif (kemampuan menggunakan bahasa

secara akurat dalam kehidupan nyata), sehingga dibutuhkan peran guru

sebagai fasilitator dalam mencapai penguasaan kompetensi komunikatif

tersebut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

33

Berdasarkan pendekatan-pendekatan yang telah disebutkan, sebagai

seorang guru bahasa sebenarnya bebas dalam memilih pendekatan yang akan

digunakan. Menurut Pranowo (2014), pendekatan manapun yang digunakan

apabila memenuhi ketentuan secara ketat dan disiplin, semuanya akan

memberikan hasil secara maksimal. Jika pendekatan yang digunakan, dipilih

sesuai dengan karakteristik siswa, kegiatan pembelajaran bahasa akan

berjalan dengan efektif sehingga tujuan pembelajaran akan dengan mudah

dicapai.

e. Metode

Metode adalah rancang bangun pembelajaran yang satu sama lain tidak

saling bertentangan untuk mencapai suatu tujuan. Metode pembelajaran

bahasa adalah rencana pembelajaran bahasa, yang mencakup pemilihan,

penentuan, dan penyusunan secara sistematis bahan yang akan diajarkan.

Pemilihan, penentuan, dan penyusunan bahan ajar secara sistematis dilakukan

agar siswa mudah menyerap dan menguasai bahan ajar tersebut. Semuanya

itu didasarkan pada pendekatan yang dianut, dengan kata lain, pendekatan

merupakan dasar penentu metode yang digunakan.

Dalam pembelajaran Bahasa Indonesia, guru dapat memilih banyak

metode. Namun, guru yang baik pasti mampu menentukan metode yang

sesuai agar tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien. Dalam hal ini,

setelah guru menetapkan tujuan yang hendak dicapai kemudian ia mulai

memilih bahan ajar yang sesuai dengan bahan ajar tersebut. Setelah itu, guru

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

34

menentukan hahan ajar yang telah dipilih, yang sesuai dengan tingkat usia,

tingkat kemampuan, kebutuhan, dan latar belakang lingkungan siswa.

Kemudian, bahan ajar tersebut disusun menurut urutan tingkat kesukaran,

yakni dari yang mudah ke yang lebih sukar. Di samping itu, guru

merencanakan pula cara mengevaluasi, mengadakan remedi serta

mengembangkan bahan ajar tersebut.

f. Teknik

Menurut Pranowo (2014) teknik adalah cara bagaimana seseorang

melewati jalan yang sudah dipili berdasarkan suatu asumsi tertentu. Teknik

adalah cara bagaimana suatu tujuan dapat tercapai. Teknik pembelajaran

merupakan cara guru menyampaikan bahan ajar yang telah disusun (dalam

metode), berdasarkan pendekatan yang dianut. Seorang guru harus mampu

mencari cara agar proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar dan

mencapai tujuan. Dalam menentukan teknik pembelajaran ini, guru perlu

mempertimbangkan situasi kelas, lingkungan, kondisi siswa, sifat-sifat siswa,

dan kondisi-kondisi yang lain. Pemilihan teknik harus diperhatikan dengan

baik agar dapat mencapai suatu tujuan dengan efektif dan efisien.

g. Strategi

Strategi adalah siasat untuk mencapai suatu tujuan. Teknik apapun yang

dipilih oleh guru, harus memperhitungkan strategi. Setiap strategi harus

memperhitungkan bahwa tujuan akan tercapai dengan baik (Pranowo, 2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

35

2.5.2 Fokus Pembelajaran Bahasa Indonesia

a. Paradigma Lama

Keadaan pembelajaran bahasa di sekolah-sekolah tidak membawa peserta

didik dan mahasiswa ke arah pencapaian kemahiran berbahasa. Menurut

Sumardi dalam Nurhayati yang ditulis dalam jurnalnya Berbagai Strategi

Pembelajaran Bahasa dapat Meningkatkan Kemampuan Berbahasa Siswa,

guru lebih banyak memberikan bekal berupa teori dan pengetahuan bahasa

daripada mengutamakan keterampilan berbahasa baik lisan maupun tulisan.

Keterampilan berbahasa peserta didik dan mahasiswa masih sangat

kurang, sehingga kemampuan mendengarkan, membaca, berbicara, dan

menulis masih cukup rendah. Salah satu hal yang menjadi penyebab

rendahnya motivasi peserta didik adalah pembelajaran bahasa Indonesia yang

hanya terfokus pada tata bahasa, bukan bagaimana menggunakan bahasa

untuk berkomunikasi dengan baik dan benar.

Selain faktor di atas, guru juga harus mampu memiliki kreativitas dalam

menggunakan metode pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa. Guru

harus mampu membangkitkan semangat peserta didik dan mahasiswa dalam

belajar bahasa Indonesia. Guru harus memiliki strategi agar peserta didik dan

mahasiswa menjadi lebih aktif dalam kegiatan belajar mengajar. Dengan

demikian, pada hakikatnya yang aktif dalam kegiatan pembelajaran adalah

siswa (student-centered).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

36

b. Paradigma Baru

Paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia adalah

pembelajaran yang komunikatif. Artinya, siswa mempelajari hal-ikhwal

berbahasa dan bukan mempelajari tentang bahasa. Hal ini sesuai dengan

paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia, yang

pembelajarannya berpusat pada siswa, lingkungan merupakan pusat bagi

siswa, kekuatan dan tanggug jawab yang utama berpusat pada diri siswa.

Selain itu, siswa juga dibimbing dalam megembangkan kemampuan

menjawab pertanyaan “how” dan “why” bukan hanya “what” dan “when”

(Sulistyowati dalam jurnalnya Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di

Sekolah dan Perguruan Tinggi). Dalam jurnal tersebut, pendekatan

komunikatif didasarkan pada pemikiran menurut Littlewood sebagai berikut:

1) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang lebih luas

tentang bahasa. Hal ini terutam dilihat bahwa bahasa tidak terbatas pada tata

bahasa dan kosa kata, tetapi juga pada fungsinya sebagai sarana

berkomunikasi.

2) Pendekatan komunikatif membuka diri bagi pandangan yang luas dalam

pembelajaran bahasa. Hal ini menimbulkan kesadaran bahwa mengajarkan

bahasa, tidak cukup dengan memberikan bentuk-bentuk asing kepada peserta

didik dan mahasiswa, tetapi peserta didik dan mahasiswa harus mampu

mengembangkan cara-cara menerapkan bentuk itu sesuai dengan fungsi

bahasa sebagai sarana komunikasi dalam situasi dan waktu yag tepat.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

37

Paradigma baru pembelajaran bahasa dan sastra Indonesia yang

komunikatif menjadikan peserta didik dan mahasiswa sebagai pusatnya

karena kegiatan lebih banyak pada diri peserta didik dan mahasiswa. Akan

tetapi, guru hanya sebagai fasilitator, sedangkan siswa diberi kebebasan,

tanggung jawab, dan kreativitas yang lebih besar dalam proses belajar

(Stevik dalam Sumardi, 1992).

Tujuan pengajaran bahasa bukan hanya untuk menguasai

linguistik, tetapi juga bertujuan untuk mampu berkomunikasi secara rill

sehingga peserta didik dan mahasiswa mencapai kemampuan

berkomunikasi yang baik. Oleh karena itu, pembelajaran Bahasa Indonesia

seharusnya tidak hanya mengajarkan teori-teori kebahasaan, tetapi guru

perlu menitikberatkan materi pembelajaran pada praktik penggunaan

bahasa. Misalnya, peserta didik dan mahasiswa diminta untuk menulis dan

menciptakan karya sastra.

2.5.3 Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia

Pembelajaran Bahasa Indonesia memiliki peranan yang penting

dalam dunia pendidikan. Hal itu dikarenakan karena setiap mata pelajaran

memerlukan bahasa Indonesia dalam prosesnya yang meliputi

keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Melalui

pembelajaran bahasa, peserta didik dan mahasiswa dapat mempelajari

materi pelajaran lain, karena materi yang dibahas diintegrasikan dengan

kompetensi inti yang terintegrasi dengan mata pelajaran lainnya, sehingga

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

38

pembelajaran Bahasa Indonesia lebih sebagai penghela mata pelajaran

lainnya, baik dalam pengetahuan, sikap, dan keterampilan (Sulistyowati

dalam jurnalnnya Pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia di Sekolah

dan Perguruan Tinggi).

Materi pelajaran perlu didukung dengan adanya penggunaan metode,

media, alat peraga, dan sebagainya agar dapat mencapai tujuan dengan

efektif dan efisien. Namun untuk dapat melakukan itu, guru harus

mempunyai empat kompetensi guru, yakni kompetensi pedagogis,

kompetensi profesional, kompetensi kepribadian, dan kompetensi sosial.

Hal tersebut perlu diperhatikan karena guru masih seringkali mengahadapi

masalah dalam menentukan materi pembelajaran yang tepat untuk

mencapai tujuan pembelajaran.

Dalam materi pembelajaran Bahasa Indonesia, para pendidik pasti

sudah mengetahui empat keterampilan yang harus diajarkan kepada

peserta didik dan mahasiswa, yaitu keterampilan menyimak, berbicara,

membaca, dan menulis baik dalam bidang bahasa maupun sastra

(Pranowo, 2014). Keempat keterampilan tersebut perlu diajarkan kepada

peserta didik dan mahasiswa. Selain itu, materi kebahasaan yang

diperlukan ketika sedang memperlajari empat keterampilan tersebut harus

diintegrasikan ketika pembelajaran keterampilan sedang berlangsung,

misalnya penggunaan kaidah kebahasaan yang baik dan benar. Berikut

merupakan penjelasan singkat mengenai materi yang diajarkan dalam

pembelajaran Bahasa Indonesia (Pranowo, 2014:253-256).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

39

a. Keterampilan menyimak

Dalam kegiatan berkomunikasi secara lisan, sebagai mitra tutur

seseorang harus mampu menerima informasi yang disampaikan oleh

penutur. Informasi yang diterima pun bukan sekadar informasi secara

tersurat, tetapi juga informasi secara tersirat yang ada dalam kegiatan

komunikasi tersebut. Jika tuturan hanya ditangkap sebatas informasi

tersuratnya, sebenarnya mitra tutur tidak mendapatkan informasi apapun

(Pranowo, 2014).

b. Keterampilan berbicara

Menurut Pranowo (2014), keterampilan berbicara merupakan

kemampuan mengungkapkan gagasan menggunakan bahasa lisan. Materi

yang dapat diajarkan misalnya wawancara, diskusi, bercerita, dan

sebagainya. Dalam kegiatan berbicara, pembelajar harus mengetahui siapa

yang menjadi mitra bicaranya, bagaimana situasinya, pokok masalah yang

dibacarakan dan ragam bahasa yang digunakan.

c. Keterampilan membaca

Keterampilan membaca merupakan kemampuan menangkap

informasi yang disampaikan melalui bahasa tulis. Sudah banyak materi

membaca yang biasa diajarkan oleh guru. Misalnya, membaca teks cerpen,

membaca puisi, membaca teks drama, dan lain sebagainya (Pranowo,

2014).

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

40

d. Keterampilan menulis

Keterampilan menulis adalah keterampilan mengungkapkan

gagasan menggunakan bahasa tulis (Pranowo, 2014). Materi yang perlu

diajarkan dalam keterampilan menulis adalah menulis karya ilmiah

sederhana, menulis puisi, menulis surat, menulis pengumuman, menulis

berita, dan menulis berbagai bentuk paragraf (narasi, deskripsi, eksposisi,

argumentasi, eksplanasi).

e. Materi kebahasaan

Materi kebahasaan terintegrasi dengan materi keterampilan berbahasa.

Permasalahan yang sering muncul dalam pembelajaran, antara lain:

a) Permasalahan ejaan tidak terletak oada kejelasan aturan tetapi pada

penggunaannya dalam berbahasa. Pembelajar kurang menguasai

ejaan karena kurang mendapat porsi memadai dari guru.

b) Permasalahan sintaksis muncul terutama berkaitan dengan

penyusunan kalimat secara baik dan benar. Pengunan subjek,

predikat, dan objek adalah permasalahan serius yang dihadapi oleh

pembelajar. Selain itu, permasalahan dalam penggunaan kalimat

efektif. Faktor penyebabnya adalah kurang mahirnya guru dalam

mengidentifikasi ciri penanda fungsi kata dalam kalimat.

c) Permasalahan semantik muncul berkaitan dengan pemakaian kata

kata baku dan takbaku dalam berbahasa. Kata-kata yang lazim

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

41

dipakai dalam bahasa tutur sering terbawa dalam bahasa baku.

Misalnya: “bisa – dapat – mampu”.

d) Permasalahan pragmatik muncul berkaitan dengan pemakaian

bahasa yang tidak sesuai dengan konteks. Hal ini terjadi karena guru

terbiasa dengan pemakaian bahasa secara tekstual seperti dalam

kajian linguistik.

2.6 Kerangka Berpikir

Paparan subbab tentang kerangka pikir yang digunakan dalam

mengembangkan produk media pembelajaran buku ajar sebagai media untuk

memudahkan belajar bahasa Indonesia secara mandiri bagi mahasiswa PGSD.

Pendidik bukanlah satu-satunya sumber belajar. Pernyataan tersebut

memberikan tantangan bagi para pendidik agar mampu mengoptimalkan

peran media pembelajaran sebagai perantara untuk menyampaikan berbagai

informasi yang dijadikan sebagai sumber belajar. Buku ajar merupakan

perantara yang digunakan untuk menyampaikan sesuatu. Buku ajar

pembelajaran merupakan perangkat pembelajaran yang digunakan untuk

menyampaikan bahan ajar kepada siswa. Penggunaan buku ajar bertujuan

untuk menciptakan pembelajaran yang lebih menyenangkan.

Mengintegrasikan pembelajaran dengan pendidikan multikultural merupakan

salah satu cara untuk memperkenalkan multikulturalisme kepada peserta

didik. Oleh karena itu, pendidik juga membina sikap peserta didik dan

mahasiswa agar dapat menghargai dan menjujung tinggi keberagaman.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

42

Berdasarkan harapan di atas, peneliti melakukan pengembangan buku

ajar berbasis pendidikan multikultural teritegrasi dengan mata kuliah Bahasa

Indonesia pada mahasiswa PGSD, berdasarkan analisis kebutuhan dan silabus

mata kuliah Bahasa Indonesia mahasiswa PGSD. Uji coba produk dilakukan

dengan tiga tahap: Pertama, penilaian yang dilakukan oleh dosen ahli dari

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta dan satu pengampu mata kuliah

Bahasa Indonesia pada jurusan PGSD. Kedua, uji coba lapangan. Ketiga,

revisi produk yang dilakukan berdasarkan uji coba.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

43

Skema 2.1 Kerangka Berpikir

Mahasiswa PGSD

Pendidikan Multikultural

Materi Bahasa Indonesia

Pengetahuan

mahasiswa

tentang

pendidikan

multikultural

Kebutuhan

mahasiswa

Kemampuan

berbahasa

Indonesia

mahasiswa

Pengintegrasian pendidikan

multikultural dengan mata

kuliah Bahasa Indonesia

Buku ajar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

44

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian

Penelitian ini termasuk jenis penelitian pengembangan atau Research and

Development (R&D). Sukmadinata (2011: 164) menjelaskan bahwa penelitian dan

pengembangan (Research and Development) adalah suatu proses atau langkah-

langkah untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk

yang telah ada, yang dapat dipertanggungjawabkan.

Penelitian ini bertujuan untuk mengembangkan dan menghasilkan produk

tertentu dan menguji validitas produk yang dihasilkan (Dewi, 2015: 1301).

Berdasarkan pernyataan dari beberapa ahli di atas, produk yang akan

dikembangkan adalah buku ajar. Buku ajar yang dikembangkan dapat

memudahkan mahasiswa dalam belajar. Produk yang dihasilkan berupa hardware

yang bersifat gambar/visual.

Pengembangan yang akan dilakukan sesuai langkah-langkah pengembangan

menurut Borg and Gall. Terdapat sepuluh langkah penelitian pengembangan yaitu

sebagai berikut (Sugiyono, 2015).

1. Potensi dan masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai

tambah. Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila kita tidak

mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Namun demikian, masalah juga dapat

dijadikan potensi, apabila kita dapat mendayagunakannnya. Masalah adalah

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

45

penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah

yang dikemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik.

2. Mengumpulkan informasi

Berbagai informasi yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai bahan untuk

perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang

dibahas dalam penelitian. Pada langkah ini diperlukan metode penelitian

tersendiri. Metode yang akan digunakan tergantung pada permasalahan dan

ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

3. Desain produk

Hasil akhir dari penelitian pengembangan yaitu berupa desain produk baru

yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk harus diwujudkan dalam

gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai

dan membuatnya.

4. Validasi desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan

produk akan lebih efektif dari media yang lama atau tidak. Validasi desain dapat

dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa ahli atau pakar yang sudah

berpengalaman untuk menilai sebuah produk. Pakar atau ahli diminta untuk

menilai sebuah produk agar dapat diketahui kelemahan dan kelebihannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

46

5. Perbaikan desain

Setelah produk yang dihasilkan divalidasi oleh ahli atau pakar, kelemahan produk

akan tampak. Kelemahan tersebut yang akan diperbaiki oleh peneliti agar produk

yang dihasilkan semakin efektif.

6. Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan setelah perbaikan desain. Pada langkah ini, uji coba

produk ditujukan pada kelompok terbatas. Tujuan primer uji coba produk yaitu

menentukan kesuksesan produk baru dalam menemukan tujuannya. Sementara

tujuan sekunder uji coba produk adalah mengumpulkan informasi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kursus dalam revisi berikutnya.

7. Revisi Produk

Setelah produk yang dibuat oleh peneliti diujicobakan, peneliti akan melihat

efektivitas produk. Selanjutnya, peneliti akan memperbaiki produk tersebut.

8. Uji Coba Pemakaian

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka selanjutnya produk

diujicobakan pada sampel yang lebih luas. Dalam uji pemakaian, sebaiknya

peneliti selalu mengevaluasi kinerja produk.

9. Revisi Produk

Pada tahap ini, revisi produk dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian pada

sampel yang lebih luas terdapat kelemahan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

47

10. Pembuatan Produk Masal

Pembuatan produk masal dilakukan apabila produk yang telah diujicoba

dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk dapat memproduksi

masal, peneliti perlu bekerja sama dengan perusahaan.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall di atas ditunjukan

pada gambar berikut.

Skema 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development

(Borg&Gall, 2007)

Berkaitan dengan judul penelitian dan disesuaikan dengan kondisi lapangan,

yaitu jangkauan waktu dan biaya, maka peneliti mengadaptasi beberapa langkah

sesuai dengan kebutuhan yang ada. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gall, yaitu

jika proyek R&D digunakan untuk tesis, cara yang paling baik adalah

melaksanakan dalam skala kecil dengan jumlah terbatas dari instruksi desain yang

asli. Langkah penelitian dengan skala kecil adalah membatasi pengembangan

Potensi dan

Masalah

Pengumpu-

lan Data Desain

Produk

Validasi

Desain

Revisi

Desain

Ujicoba

produk

Revisi

Produk

Ujicoba

pemakaian

Revisi Produk Produksi Masal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

48

hanya menggunakan beberapa langkah dari langkah siklus R&D (Gall, 2007:

593). Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian

pengembangan ini adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan desain, (3)

desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk, dan

(7) revisi produk.

3.2 Sumber Data dan Data Penelitian

Berikut ini akan dijelaskan mengenai sumber data dan data penelitian.

3.2.1 Sumber Data Penelitian

Subjek data penelitian adalah mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma yang

sedang dan sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia pada tahun 2017.

3.2.2 Data Penelitian

Data penelitian berupa pemakaian bahasa Indonesia mahasiswa PGSD yang

kuliah di PGSD Universitas Sanata Dharma tahun akademik 2014-2016.

3.3 Teknik Pengumpulan Data

Data yang diperoleh dalam penelitian dan pengembangan ini adalah data

kualitatf dan kuantitatif. Data kualitatif berupa informasi yang didapat dari

validasi oleh expert judgement, wawancara dan angket yang ditujukan kepada

mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma yang sedang dan sudah menempuh

mata kuliah Bahasa Indonesia. Hasil validasi merupakan data yang digunakan

sebagai pedomana untuk merevisi produk dan mengetahui kelayakan produk yang

akan diujicobakan.

Data kuantitatif berupa skor dari hasil validasi oleh expert judgement dan skor

dari angket yang diisi oleh mahasiswa. Analisis data-data di lapangan berupa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

49

skor-skor yang diperoleh dari penilaian produk dan angket menggunakan teknik

deskriptif rata-rata (mean). Skala penilaian terhadap produk adalah sangat baik

(5), baik (4), tidak baik (2), dan sangat tidak baik (1). Skala tersebut disebut Skala

Likert menggunakan metode penilaian skala empat. Skala 3 kategori cukup

dihilangkan supaya responden tidak bersikap netral/cukup/ragu-ragu sehingga

memaksa responden menentukan nilai terhadap pernyataan dalam instrumen

(Widoyoko, 2014:104). Pilihan respon skala empat mempunyai variabilitas respon

lebih baik atau lebih lengkap dibandingkan skala tiga dan skala lima. Penyusunan

tabel klasifikasi menggunakan aturan yang sama dengan dasar jumlah responden,

yaitu mencari skor tertinggi, skor terendah, jumlah kelas, dan jarak interval.

Skor tertinggi = 5

Skor terendah = 1

Jumlah kelas = 4

Jarak interval = (5-1)/4 = 1

Tabel 3.1 Kriteria Penilaian terhadap Produk dengan Skala Empat

Bobot Kategori

5 Sangat Baik

4 Baik

2 Tidak baik

1 Sangat tidak baik

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

50

Tabel 3.2 Tabel Konversi Skala Empat

Interval Skor Kategori

Sangat Baik

Baik

Tidak baik

Sangat tidak baik

Hasil dari penghitungan skor masing-masing validasi yang dilakukan

akan dicari rerata skor perolehannya kemudian dapat dikonversikan dari

data kuantitatif ke data kualitatif dalam kategori tertentu seperti yang

tertera pada tabel kriteria skor skala empat.

3.4 Instrumen Penelitian

Penelitian dan pengembangan ini menggunakan instrumen penelitian

berupa angket analisis kebutuhan, tes kemampuan berbahasa mahasiswa,

dan wawancara dengan mahasiswa. Angket analisis kebutuhan disusun

untuk mengetahui kebutuhan mahasiswa dalam pembelajaran. Tes

kemampuan berbahasa mahasiswa dilakukan untuk mengetahui sejauh

mana kemampuan mahasiswa dalam berbahasa. Wawancara dilaksanakan

sebagai langkah untuk menganalisis kebutuhan terhadap media buku ajar

bahasa Indonesia. Angket disusun untuk mengevaluasi dan menilai

kelayakan media buku ajar bahasa Indonesia. Instrumen penelitian ini

sudah divalidasi oleh validator ahli bahasa Indonesia. Bagian yang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

51

divalidasi adalah isi dan konstruk dari tiap instrumen penelitian yang akan

digunakan.

a. Angket analisis kebutuhan

Angket analisis kebutuhan berisi tentang apa saja yang dibutuhkan

mahasiswa selama mengikuti mata pelajaran Bahasa Indonesia yang

diintegrasikan dengan pendidikan multikultural. Selanjutnya, angket

analisis kebutuhan akan digunakan peneliti sebagai acuan dalam

mengembangkan buku ajar. Pada angket analisis kebutuhan, peneliti

membuat 20 butir soal yang mencakup pemahaman tentang agama, suku,

ras, dan golongan.

b. Tes kemampuan berbahasa mahasiswa

Tes kemampuan berbahasa mahasiswa dilakukan untuk mengetahui

tingkat kemampuan berbahasa mahasiswa. Peneliti membuat 15 butir soal

yang memuat pengetahuan umum berbahasa Indonesia. Soal yang dibuat

berupa soal pilihan ganda

c. Wawancara dengan mahasiswa mengenai perkuliahan Bahasa Indoensia

Wawancara atau interview dilakukan oleh peneliti pada mahasiswa

PGSD Universitas Sanata Dharma. Peneliti akan menanyakan beberapa

hal, misalnya penerapan pendidikan multikultural pada mata kuliah Bahasa

Indonesia, media yang digunakan dalam pembelajaran, dan harapan

mahasiswa akan pendidikan multikultural.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

52

3.5 Teknik analisis data

Menganalisis data adalah langkah pertama yang harus dilakukan untuk

melihat kembali penelitian guna memeriksa rencana penyajian dan

pelaksaan data. Beberapa langkah yang akan dilakukan adalah identifikasi,

klasifikasi, interpretasi, dan pelaporan (Furchan, 1982).

3.5.1 Identifikasi

Identikasi dilakukan untuk melihat apakah data yang terkumpul

dapat dinyatakan benar atau tidak. Oleh karena itu, jawaban responden dari

hasil angket dan tes yang ada akan dilihat dan dikelompokkan berdasarkan

penanda yang telah dibuat. Identifikasi akan dilakukan pada angket

analisis kebutuhan mahasiswa, tes kemampuan berbahasa Indonesia, dan

wawancara dengan mahasiswa.

3.5.1.1 Identifikasi Data Angket Analisis Kebutuhan

Angket analisis kebutuhan berbentuk pilihan YA dan TIDAK.

Identifikasi data ini dilakukan dengan menghitung jumlah pilihan jawaban

YA dan jumlah pilihan jawaban TIDAK. Peneliti melakukan modifikasi

rumus mengidentifikasi data angket analisis kebutuhan dengan

menjumlahkan skor jawaban YA dibagi jumlah indikator. Jika hasil yang

didapat tidak bulat, peneliti akan membulatakan hasil perhitungan. Hasil

tersebut kemudian dibagi dengan jumlah indikator lalu dibagi 100.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

53

3.5.1.2 Identifikasi Data Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia

Peneliti mengidentifikasi data dengan cara memberi skor (1) untuk

jawaban benar dan skor (0) untuk jawaban salah. Penilaian dilakukan

dengan cara jumlah benar x 4. Langkah selanjutnya dilakukan dengan

menghitung rata-rata dengan rumus menurut Nurgiyantoro (2010), yaitu

sebagai berikut.

Rata-rata = ∑n

N

Keterangan:

∑n : jumlah nilai responden

N : jumlah responden

Dalam soal tes terdapat Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) setiap butir soal.

ITK digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya butir soal. Cara

yang digunakan untuk mencari ITK adalah jawaban benar setiap soal

dibagi dengan jumlah responden. Berikut ini adalah kategori ITK.

Kategori Rentang Indeks

Sulit 0,20 – 0,40

Sedang 0,41 – 0,60

Mudah 0,61 – 0,80

Tabel 3.3 Kategori ITK

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

54

Selanjutnya adalah penilaian aspek kemampuan berbahasa Indonesia.

Penilaian ini dilakukan dengan rumus sebagai berikut.

Jumlah butir soal x jumlah responden

Berikut ini merupakan kategori penilaian menurut Nurgiyantoro (2010).

No. Rentang Nilai Skala Kategori

1. 81 – 100 5 Kemampuan berbahasa Indonesia sangat

tinggi

2. 61 – 80 4 Kemampuan berbahasa Indonesia tinggi

3. 41 – 60 3 Kemampuan berbahasa Indonesia cukup

4. 21 – 40 2 Kemampuan berbahasa Indonesia rendah

5. 1 – 20 1 Kemampuan berbahasa Indonesia sangat

rendah

Tabel 3.4 Kategori Penliaian Nurgiyantoro

3.5.1.3 Identifikasi Data Wawancara dengan Mahasiswa

Wawancara dengan mahasiswa menggunakan skala likert untuk

mengetahui pengetahuan mahasiswa tentang pendidikan multikultural.

Menurut Ridwan (2002), untuk mencari skor total angket analisis

kebutuhan dengan rumus sebagai berikut.

Skor Ideal (X) : skor tertinggi likert x jumlah responden

Skor Rendah (Y) : skor terendah likert x jumlah responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

55

Agar dapar menginterpretasikan hasil wawancara dengan mahasiswa, diperlukan

rumus index %, yaitu:

Index % : total skor/skor ideal x 100

Sebelum melakukan interpretasi, peneliti menentukan interval interval

dan interpretasi persen untuk mengetahui penilaian. Untuk menentukan kategori

dalam skala ini, peneliti menggunakan interval yang dilakukan dengan

perhitungan rumus interval yang adalah 100 dibagi dengan jumlah skor pada skala

likert, yaitu lima. Namun, agar semua data yang tercakup dalam kategori skala

likert, seperti nilai 40,35, maka intervalnya yaitu 20,99. Tabel kategori interval

skala likert sebagai berikut.

Rentang Skor Kategori

81,00% - 100% Sangat Tinggi

61,00% - 80,99% Tinggi

41,00% - 60,00 % Sedang

21,00% - 40,99% Rendah

0% - 20,99% Sangat Rendah

Tabel 3.5 Interval Skala Likert

3.5.2 Klasifikasi

Pada bagian klasifikasi, data yang didapat dikelompokkan sesuai dengan

pedoman yang telah ditetapkan. Data akan dikelompokkan berdasarkan indikator

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

56

yang sudah disusun. Proses ini akan memudahkan peneliti menganalisis data di

tahap selanjutnya.

Selain itu, peneliti juga akan mendeskripsikan data. Deskripsi data

dilakukan dengan melihat data dari responden dan mengaitkannya dengan

pendidikan multikultural. Hal ini bertujuan memperjelas analisis penelitian agar

mudah dipahami. Dalam mendeskripsikan data terdapat dua jenis data, yaitu data

kuantitatif (perhitungan skala likert) dan kualitatif (deskripsi data).

3.5.3 Interpretasi

Proses interpretasi dilakukan untuk memaknai data yang diperoleh. Proses

ini memuat kesimpulan data, misalnya responden belum memahami pentingnya

pendidikan multikultural. Setelah proses ini, akan dibuat produk dan akan

divalidasi oleh dosen ahli.

3.5.4 Pelaporan

Setelah tiga proses di atas selesai dilakukan, data akan dilaporkan kepada

dosen ahli. Pelaporan ini dilaksanakan untuk beberapa keperluan, yaitu keperluan

peneliti dan keperluan akademik. Pada tahap ini terdapat proses pengujian yang

dilakukan oleh dosen ahli. Pengujian ini untuk mengecek keabsahan peneliti.

3.6 Prosedur Pengembangan Produk

Pengembangan yang akan dilakukan sesuai dengan langkah-langkah

pengembangan menurut Borg and Gall. Penelitian ini mengikuti langkah-langkah

secara siklus. Produk yang dikembangkan, yaitu buku ajar yang harus sesuai

dengan hasil analisis kebutuhan sehingga produk tersebut tepat sasaran dan tepat

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

57

guna. Pengembangan yang akan dilakukan sesuai langkah-langkah pengembangan

menurut Borg and Gall. Terdapat sepuluh langkah penelitian pengembangan yaitu

sebagai berikut (Sugiyono, 2015).

1. Potensi dan masalah

Potensi adalah segala sesuatu yang bila didayagunakan akan memiliki nilai

tambah. Semua potensi akan berkembang menjadi masalah bila kita tidak

mendayagunakan potensi-potensi tersebut. Namun demikian, masalah juga dapat

dijadikan potensi, apabila kita dapat mendayagunakannnya. Masalah adalah

penyimpangan antara yang diharapkan dengan yang terjadi. Potensi dan masalah

yang di kemukakan dalam penelitian harus ditunjukkan dengan data empirik.

2. Mengumpulkan informasi

Berbagai informasi yang dikumpulkan dapat digunakan sebagai bahan untuk

perencanaan produk tertentu yang diharapkan dapat mengatasi masalah yang

dibahas dalam penelitian. Pada langkah ini diperlukan metode penelitian

tersendiri. Metode yang akan digunakan tergantung pada permasalahan dan

ketelitian tujuan yang ingin dicapai.

3. Desain produk

Hasil akhir dari penelitian pengembangan yaitu berupa desain produk baru

yang lengkap dengan spesifikasinya. Desain produk harus diwujudkan dalam

gambar atau bagan, sehingga dapat digunakan sebagai pegangan untuk menilai

dan membuatnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

58

4. Validasi desain

Validasi desain merupakan proses kegiatan untuk menilai apakah rancangan

produk akan lebih efektif dari media yang lama atau tidak. Validasi desain dapat

dilakukan dengan cara menghadirkan beberapa ahli atau pakar yang sudah

berpengalaman untuk menilai sebuah produk. Pakar atau ahli diminta untuk

menilai sebuah produk agar dapat diketahui kelemahan dan kelebihannya.

5. Perbaikan desain

Setelah produk yang dihasilkan divalidasi oleh ahli atau pakar, kelemahan produk

akan tampak. Kelemahan tersebut yang akan diperbaiki oleh peneliti agar produk

yang dihasilkan semakin efektif.

6. Uji Coba Produk

Uji coba produk dilakukan setelah perbaikan desain. Pada langkah ini, uji coba

produk ditujukan pada kelompok terbatas. Tujuan primer uji coba produk yaitu

menentukan kesuksesan produk baru dalam menemukan tujuannya. Sementara

tujuan sekunder uji coba produk adalah mengumpulkan informasi yang dapat

digunakan untuk meningkatkan kursus dalam revisi berikutnya.

7. Revisi Produk

Setelah produk yang dibuat oleh peneliti diujicobakan, peneliti akan melihat

efektivitas produk. Selanjutnya, peneliti akan memperbaiki produk tersebut.

8. Uji Coba Pemakaian

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

59

Setelah pengujian terhadap produk berhasil, maka selanjutnya produk

diujicobakan pada sampel yang lebih luas. Dalam uji pemakaian, sebaiknya

peneliti selalu mengevaluasi kinerja produk.

9. Revisi Produk

Pada tahap ini, revisi produk dilakukan apabila dalam uji coba pemakaian pada

sampel yang lebih luas terdapat kelemahan.

10. Pembuatan Produk Masal

Pembuatan produk masal dilakukan apabila produk yang telah diujicoba

dinyatakan efektif dan layak untuk diproduksi masal. Untuk dapat memproduksi

masal, peneliti perlu bekerja sama dengan perusahaan.

Langkah-langkah penelitian dan pengembangan Borg and Gall di atas ditunjukan

pada gambar berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

60

Skema 3.1 Langkah-langkah penggunaan metode Research and Development

(Borg&Gall, 2007)

Berkaitan dengan judul penelitian dan disesuaikan dengan kondisi lapangan,

yaitu jangkauan waktu dan biaya, maka peneliti mengadaptasi beberapa langkah

sesuai dengan kebutuhan yang ada. Hal ini sejalan dengan pernyataan Gall, yaitu

jika proyek R&D digunakan untuk tesis, cara yang paling baik adalah

melaksanakan dalam skala kecil dengan jumlah terbatas dari instruksi desain yang

asli. Langkah penelitian dengan skala kecil adalah membatasi pengembangan

hanya menggunakan beberapa langkah dari langkah siklus R&D (Gall, 2007:

593). Model penelitian dan pengembangan yang digunakan dalam penelitian

pengembangan ini adalah (1) potensi dan masalah, (2) pengumpulan desain, (3)

desain produk, (4) validasi desain, (5) revisi desain, dan (6) uji coba produk, dan

(7) revisi produk. Langkah-langkah penelitian dan pengembangan yang dilakukan

secara sistematika digambarkan sebagai berikut.

Potensi dan

Masalah

Pengumpu-

lan Data Desain

Produk

Validasi

Desain

Revisi

Desain

Ujicoba

produk

Revisi

Produk

Ujicoba

pemakaian

Revisi Produk Produksi Masal

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

61

Skema 3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Langkah 5

Revisi Desain

Langkah 7

Revisi Produk

Langkah 1

Potensi dan Masalah

Pengukuran

Kebutuhan Analisis

Kebutuhan

Langkah 2

Pengumpulan Data

Wawancara Angket/

Kuesioner

Langkah 3

Desain Produk

Rancangan Produk Pengembangan

Komponen Media Buku

Ajar

Expert

Judgement

Langkah 4

Validasi Desain

Kekurangan Kelebihan

Kelompok

Terbatas

Wawancara

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

62

Penelitian dan pengembangan yang dilakukan adalah upaya untuk

mengembangkan produk media buku ajar, yang memudahkan mahasiswa belajar

secara mandiri. Langkah pertama yaitu potensi dan masalah. Langkah pertama

tersebut melaksanakan pengukuran kebutuhan dengan menggunakan teknik

wawancara. Wawancara ditujukan kepada mahasiswa PGSD Universitas Sanata

Dharma yang sedang dan sudah menempuh mata kuliah Bahasa Indonesia.

Kegiatan ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik dan kebutuhan mahasiswa

dalam penggunaan media pembelajaran yang menunjang proses belajar bahasa

Indonesia di kelas. Data hasil wawancara sebagai data analisis kebutuhan. Data

analisis kebutuhan tersebut menjadi acuan dan sebagai bahan pertimbangan dalam

perencanaan pengembangan produk yang berupa media buku ajar bahasa

Indonesia.

Langkah kedua adalah pengumpulan data. Pengumpulan data dilakukan

dengan teknik wawancara dan kuesioner/angket. Wawancara yang dilakukan

adalah wawancara terstruktur. Keduanya ditujukan kepada mahasiswa PGSD

Universitas Sanata Dharma.

Langkah ketiga yaitu desain produk. Pada langkah ini akan dijelaskan

berkaitan dengan rancangan produk yang berupa rancang bidang dari media buku

ajar bahasa Indonesia dan proses pengembangan produk. Proses pengembangan

produk menjelaskan tentang langkah-langkah pengembangan media buku ajar

bahasa Indonesia.

Langkah keempat adalah validasi desain. Validasi desain dilakukan oleh

expert judgement dari Universitas Sanata Dharma. Pada langkah ini, validator

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

63

akan menilai kekurangan dan kelebihan dari desain prouduk yang sudah dibuat

oleh peneliti.

Langkah kelima adalah revisi desain. Setelah mendapat penilaian dari

validator, desain direvisi sesuai dengan masukan, kritikan, dan saran. Dari

kekurangan itulah, revisi dilakukan. Revisi desain dilakukan agar desain menjadi

lebih baik.

Langkah keenam adalah uji coba produk. Uji coba produk dilakukan pada

mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma yang sedang dan sudah menempuh

mata kuliah Bahasa Indonesia dalam kelompok terbatas. Tujuan primer uji coba

produk yaitu menentukan kesuksesan produk baru dalam menemukan tujuannya.

Sementara tujuan sekunder uji coba produk adalah mengumpulkan informasi yang

dapat digunakan untuk meningkatkan kursus dalam revisi berikutnya.

Langkah ketujuh adalah pelaksanaan revisi produk. Revisi produk dilakukan

berdasarkan hasil uji coba produk. Revisi produk juga produk memperhatikan

hasil angket umpan balik kelompok terbatas pada uji coba produk.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

64

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Deskripsi Data

Peneliti melakukan pengambilan data pada mahasiswa PGSD Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menggunakan teknik angket kebutuhan

mahasiswa, tes kemampuan berbahasa, dan wawancara dengan mahasiswa dalam

pengambilan data. Pertama, peneliti melakukan pengambilan data nontes.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11-12 Oktober 2017. Peneliti

menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan jumlah soal 8 butir soal. Pada

pengambilan data ini, peneliti menyediakan empat jawaban A-D yang mencakup

pengetahuan tentang pendidikan multikultural. Pada hari pertama, peneliti

mendapatkan empat responden. Kemudian pada hari kedua, peneliti mendapatkan

delapan responden. Maka total responden yang membantu peneliti dalam

pengumpulan data sejumlah 12 responden.

Kedua, peneliti melakukan pengambilan data berupa angket analisis

kebutuhan pada 6 dan 7 Februari 2018. Angket analisis kebutuhan yang

digunakan oleh peneliti hanya menggunakan pilihan YA atau TIDAK. Peneliti

membuat 20 butir soal. Pengambilan data ini dilakukan secara langsung dan

online. Pada hari pertama, peneliti mendapatkan tujuh responden. Selanjutnya,

pada hari kedua, peneliti mendapatkan responden sejumlah lima responden. Total

responden yang melakukan pengisian soal secara langsung yaitu enam responden,

dan yang online sejumlah enam responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

65

Ketiga, pada 16-18 Februari 2018, peneliti melakukan pengambilan data

yaitu tes kemampuan berbahasa. Pengambilan data ini dilakukan secara langsung

dan online. Peneliti membuat 25 butir soal yang juga disediakan jawaban optional

A-D. Pada 16 Februari 2018, peneliti mendapatkan tiga responden. Pada 17

Februari 2018, peneliti mendapatkan lima responden. Kemudian, pada 18 Februari

2018, peneliti mendapatkan empat responden. Total responden yang melakukan

pengisian soal secara langsung yaitu delapan responden, dan yang online sejumlah

empat responden.

4.2 Analisis Data

Peneliti melakukan analisis data dengan menggunakan instrumen tes dan

nontes yang telah diisi oleh responden. Instrumen tes tersebut adalah tes

kemampuan berbahasa. Pada instrumen nontes, peneliti akan menganalisis angket

kebutuhan mahaasiswa dan wawancara terstruktur mengenai pengetahuan tentang

pendidikan multikultural. Hasil analisis data yang dilakukan akan dikembangkan

menjadi sebuah produk yaitu buku ajar. Buku ajar yang dikembangkan akan

diintegrasikan dengan pendidikan multikultural.

4.2.1 Identifikasi, Klasifikasi, dan Interpretasi Data

Pada bagian ini akan dijelaskan satu persatu mengenai identifikasi,

klasifikasi, dan interpretasi data. Identifikasi data berarti mengidentifikasi

jawaban responden. Oleh karena itu, dari angket yang diberikan akan

diidentifikasi jawaban setuju, netral, dan tidak setuju yang dipilih responden. Dari

jawaban tersebut, akan diketahui seberapa besar atau berapa persen responden

yang memilih setuju, netral, dan tidak setuju mengenai suatu pernyataan.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

66

Klasifikasi yaitu pengelompokkan. Sebelumnya sudah dibahas bahwa

penelitian akan menggunakan skala likert. Dari lima skala likert yang digunakan,

akan dikelompokkan jawaban responden dengan kategori tinggi, cukup, dan

sangat rendah. Jadi skala 1 dan 2, 4 dan 5 dibuat menjadi satu kategori dengan

kategori tinggi untuk 4 dan 5, kategori rendah untuk skala 1 dan 2, sedangkan

skala 3 merupakan kategori cukup.

Interpretasi adalah penafsiran dari jawaban atau hasil yang telah dianalisis.

Setelah menganalisis setiap indikator dari angket, peneliti akan mengambil

kesimpulan. Misalnya untuk angket analisis kebutuhan dinyatakan bahwa “belum

adanya buku ajar bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan

multikultural”.

4.2.2 Deskripsi Penelitian

Peneliti melakukan pengambilan data pada mahasiswa PGSD Universitas

Sanata Dharma Yogyakarta. Peneliti menggunakan teknik angket kebutuhan

mahasiswa, tes kemampuan berbahasa, dan wawancara dengan mahasiswa dalam

pengambilan data. Pertama, peneliti melakukan pengambilan data nontes.

Pengambilan data dilakukan pada tanggal 11-12 Oktober 2017. Peneliti

menggunakan teknik wawancara terstruktur dengan jumlah soal 8 butir soal. Pada

pengambilan data ini, peneliti menyediakan empat jawaban A-D yang mencakup

pengetahuan tentang pendidikan multikultural. Pada hari pertama, peneliti

mendapatkan empat responden. Kemudian pada hari kedua, peneliti mendapatkan

delapan responden. Maka total responden yang membantu peneliti dalam

pengumpulan data sejumlah 12 responden.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

67

Kedua, peneliti melakukan pengambilan data berupa angket analisis

kebutuhan pada 6 dan 7 Februari 2018. Angket analisis kebutuhan yang

digunakan oleh peneliti hanya menggunakan pilihan YA atau TIDAK. Peneliti

membuat 20 butir soal. Pengambilan data ini dilakukan secara langsung dan

online. Pada hari pertama, peneliti mendapatkan tujuh responden. Selanjutnya,

pada hari kedua, peneliti mendapatkan responden sejumlah lima responden. Total

responden yang melakukan pengisian soal secara langsung yaitu enam responden,

dan yang online sejumlah enam responden.

Ketiga, pada 16-18 Februari 2018, peneliti melakukan pengambilan data

yaitu tes kemampuan berbahasa. Pengambilan data ini dilakukan secara langsung

dan online. Peneliti membuat 25 butir soal yang juga disediakan jawaban optional

A-D. Pada 16 Februari 2018, peneliti mendapatkan tiga responden. Pada 17

Februari 2018, peneliti mendapatkan lima responden. Kemudian, pada 18 Februari

2018, peneliti mendapatkan empat responden. Total responden yang melakukan

pengisian soal secara langsung yaitu delapan responden, dan yang online sejumlah

empat responden.

4.3 Pembahasan

Pada bagian ini akan dipaparkan hasil analisis dan perhitungan angket

analisis kebutuhan, wawancara pengetahuan tentang pendidikan multikultural, dan

tes kemampuan berbahasa. Pembahasan ini akan menjawab empat rumusan

masalah pada bab 1. Berikut paparannya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

68

4.3.1 Pengetahuan Mahasiswa Tentang Pendidikan Multikultural

Penelitian pengetahuan mahasiswa tentang pendidikan multikultural

dilakukan untuk mengetahui sejauh mana pemahaman responden mengenai

pendidikan multikultural. Penelitian ini dilakukan dengan teknik wawancara

terstruktur yang terdiri dari delapan inti pertanyaan. Pertanyaan yang dibuat

dikaitkan dengan pendidikan multikultural.

Terdapat delapan indikator dalam angket ini, yaitu (1) memahami

pendidikan multikultural, (2) memahami pentingnya pendidikan multikultural, (3)

memahami relevansi pendidikan multikultural dalam pembelajaran Bahasa

Indonesia, (4) mampu memberi harapan tentang adanya pendidikan multikultural

dalam mata kuliah Bahasa Indonesia, (5) mencipta gagasan ketersediaan sumber

belajar yang berhubungan dengan pendidikan multikultural, (6) mampu

memahami penggunaan buku ajar dalam perkuliahan Bahasa Indonesia yang

terintegrasi dengan pendidikan multikultural, (7) mampu memberi harapan

mengenai pengembangan buku ajar untuk perkuliahan Bahasa Indonesia yang

terintegrasi dengan pendidikan multikultural, dan (8) mampu mengidentifikasi

kegiatan perkuliahan Bahasa Indonesia dalam ranah psikomotorik dan kognitif

yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural.

Untuk mendapatkan hasilnya, peneliti memeriksa jawaban responden dan

menyimpulkannya dalam bentuk paragraf-paragraf. Hasilnya yaitu sebagai

berikut. Sebagian besar mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma mengetahui

tentang pendidikan multikultural. Namun, dua mahasiswa tidak mengetahui

tentang pendidikan multikultural, sedangkan satu mahasiswa masih ragu-ragu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

69

mengenai pendidikan multikultural. Satu mahasiswa mengetahui pendidikan

multikultural yaitu sebagai pembelajaran yang mengaitkan materi dengan

keberagaman suku, agama, ras, dan golongan. Lima mahasiswa lainnya

memandang pendidikan multikultural yaitu menerapkan sikap sosial dan toleransi

atas keberagaman suku, agama, ras, dan golongan. Sementara enam mahasiswa

lainnya memahami pendidikan multikultural yaitu mengaitkan materi

pembelajaran dengan keberagaman serta menerapkan sikap sosial dan toleransi

atas keberagaman.

Berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti, semua mahasiswa

berpendapat bahwa pendidikan multikultural sangat penting diterapkan.

Pendidikan multikultural penting diterapkan yaitu untuk menanamkan sikap saling

menghargai atas perbedaan suku, agama, ras, dan golongan. Akan tetapi, tiga

mahasiswa berpendapat bahwa pendidikan multikultural penting diterapkan yaitu

untuk meminimalisir konflik yang kerap terjadi di masyarakat atas keberagaman.

Relevansi pendidikan multikultural dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

dari segi materi perkuliahan belum diterapkan. Dua mahasiswa mengatakan

bahwa relevansi pendidikan multikultural dalam pembelajaran Bahasa Indonesia

dari segi materi perkuliahan sudah diterapkan namun kurang maksimal.

Sementara dua mahasiswa mengatakan ragu-ragu adanya relevansi pendidikan

multikultural dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan.

Akan tetapi, tiga mahasiswa mengatakan bahwa relevansi pendidikan

multikultural dalam pembelajaran Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan

sudah diterapkan. Menurut wawancara yang dilakukan oleh peneliti, semua

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

70

mahasiswa mengatakan pendidikan multikultural sudah diterapkan dalam

perkuliahan dari segi sikap sosial.

Adapun harapan mahasiswa terhadap pendidikan multikultural yang

diterapkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia. Harapannya adalah agar

pendidikan di Indonesia tidak hanya mementingkan kemampuan akademik tetapi

juga dapat menumbuhkan sikap toleransi pada diri peserta didik maupun

mahasiswa.

Ketersediaan sumber belajar yang berhubungan dan mendukung adanya

pendidikan multikultural sudah ada. Akan tetapi, dua mahasiswa mengatakan

belum adanya ketersediaan sumber belajar yang berhubungan dan mendukung

adanya pendidikan multikultural. Sumber belajar yang sudah digunakan yaitu

penjelasan dosen. Dua mahasiswa mengatakan bahwa buku pegangan sudah

digunakan dalam pembelajaran. Dua mahasiswa lainnya mengatakan bahwa

power point sudah digunakan dalam pembelajaran. Selain itu, satu mahasiswa

mengatakan bahwa penjelasan dosen disertai presentasi sudah digunakan,

sedangkan satu mahasiswa lainnya mengatakan bahwa modul sudah digunakan

dalam pembelajaran. Akan tetapi, satu mahasiswa mengatakan bahwa buku

pegangan, penjelasan dosen, power point, dan modul sudah digunakan dalam

pembelajaran. Sementara itu, mahasiswa yang mengatakan bahwa belum adanya

sumber belajar, penjelasan dosen dianggap dapat mendukung proses

pembelajaran.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

71

Penggunaan buku ajar dalam perkuliahan Bahasa Indonesia yang

terintegrasi dengan pendidikan multikultural dapat mendukung proses

perkuliahan. Namun, satu mahasiwa mengatakan ragu-ragu terhadap penggunaan

buku ajar yang mendukung proses perkuliahan. Berdasarkan hasil wawancara,

komponen yang paling penting untuk diperhatikan dalam buku ajar yaitu materi.

Satu mahasiswa lainnya mengatakan bahwa desain sebagai komponen paling

penting yang diperhatikan. Sementara itu, satu mahasiswa lainnya mengatakan

bahwa pengemasan dan materi merupakan komponen paling penting yang harus

diperhatikan. Akan tetapi, satu mahasiswa juga mengatakan bahwa pengemasan,

desain, materi, dan contoh teks merupakan komponen paling penting untuk

diperhatikan.

Harapan mengenai pengembanagn buku ajar untuk perkuliahan Bahasa

Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural yaitu sebagai berikut.

Tujuh mahasiswa berharap bahwa buku ajar dibuat semenarik mungkin dan materi

yang dibahas sesuai dengan jenjang pendidikan yang dituju. Empat mahasiswa

lainnya berharap adanya keseimbangan antara materi yang diberikan dengan

pendidikan multikultural. Akan tetapi, satu mahasiswa berharap bahwa buku ajar

dibuat semenarik mungkin dan materi yang dibahas sesuai dengan jenjang

pendidikan yang dituju dan adanya keseimbangan antara materi yang diberikan

dengan pendidikan multikultural.

Contoh kegiatan perkuliahan Bahasa Indonesia dalam ranah psikomotorik

yang terintgrsi dengan pendidikan multikultural yaitu kegiatan atau kerja

kelompok. Tiga mahasiswa lainnya mengatakan kegiatan di luar kelas, seperti

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

72

melakukan pengamatan atau observasi. Sementara dua mahasiwa lainnya

mengatakan kegiatan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan

dengan pendidikan multikultural. Selain itu, lima mahasiswa mengemukakan

contoh kegiatan pembelajaran dalam ranah kognitif yaitu menganalisis teks

Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan pendidikan multikultural. Empat

mahasiswa lainnya mengatakan bahwa mencari informasi atau pengetahuan

mengenai menyimak, berbicara, membaca, dan menulis yang berkaitan dengan

pendidikan multikultural. Akan tetapi, dua mahasiswa mengatakan kegiatan

pembelajaran seperti mempelajari teori Bahasa Indonesia yang didukung dengan

contoh mengenai pendidikan multikultural.

Kesimpulan hasil wawancara pengetahuan mahasiswa tentang pendidikan

multikultural:

Dari hasil wawancara terstruktur yang telah dilakukan peneliti, diketahui

bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan tentang pendidikan

multikultural. Sebanyak 11 dari 12 responden menyatakan bahwa mereka

mempunyai pengetahuan tentang pendidikan multikultural. Sebanyak 12

responden juga menyatakan setuju pada pernyataan pentingnya pendidikan

multikultural. Selain itu, keduabelas responden mempunyai harapan mengenai

pengembangan buku ajar untuk perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi

dengan pendidikan multikultural. Dengan demikian, dapat dilihat bahwa

responden setuju jika keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan

diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

73

4.3.2 Analisis Kebutuhan Mahasiswa

Peneliti menyebarkan angket analisis kebutuhan mahasiswa untuk

mengetahui kebutuhan mahasiswa dalam perkuliahan Bahasa Indonesia yang

dikaitkan dengan keanekaragaman suku, golongan, ras, dan agama. Pengisian

angket dilakukan peneliti dengan melibatkan 12 responden. Responden diminta

mengisi 20 pertanyaan yang memuat dua pilihan jawaban, yaitu YA dan TIDAK.

Responden akan memberikan jawaban mereka pada kolom yang telah disediakan.

Pada angket ini, terdapat lima indikator yang akan dijadikan pedoman dalam

penyusunan pernyataan atau subindikator. Indikator dalam angket ini yaitu (a)

pendidikan keanekaragaman suku, (b) pendidikan keanekaragaman agama, (c)

pendidikan keanekaragaman ras, dan (d) pendidikan keanekaragaman golongan.

Masing-masing indikator tersebut memiliki subindikator, yaitu (1) pengetahuan

mengenai pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan, (2)

pentingnya penerapan pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras, dan

golongan, (3) penerapan pendidikan keanekaragaman suku, agama, ras, dan

golongan dari segi materi perkuliahan, (4) penerapan pendidikan keanekaragaman

suku, agama, ras, dan golongan dari segi sikap sosial/kegiatan berkelompok, dan

(5) ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan

keanekaragaman suku, agama, ras, dan golongan dalam perkuliahan Bahasa

Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

74

a. Indikator Pendidikan Keanekaragaman Suku

Pada indikator pendidikan keanekaragaman suku terdapat lima

subindikator yang dibuat oleh peneliti. Kelima indikator tersebut sudah

dibahas sebelumnya. Berikut akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.

T

Tabel 4.1 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Suku

Pada subindikator pertama, yaitu “Anda memiliki pengetahuan

mengenai pendidikan keanekaragaman suku”, memiliki jawaban setuju.

Sebanyak 12 atau 100% responden menjawab YA. Sementara untuk

jawaban TIDAK memiliki persentase 0%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

Pernyataan YA TIDAK

1. Anda memiliki pengetahuan mengenai

pendidikan keanekaragaman suku.

12 -

2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman

suku penting atau tidak untuk diterapkan.

12 -

3. Pendidikan keanekaragaman suku sudah

diterapkan dari segi materi perkuliahan.

11 1

4. Pendidikan keanekaragaman suku sudah

diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan

berkelompok).

11 1

5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat

sumber belajar yang mendukung adanya

pendidikan keanekaragaman suku.

10 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

75

semua responden memiliki pengetahuan tentang pendidikan

keanekaragaman suku.

Sama halnya dengan subindikator pertama, subindikator kedua,

yaitu “pentingnya penerapan pendidikan keanekaragaman suku memiliki

jawaban YA dengan persentase 100%. Sebanyak 12 responden

menyatakan jawaban YA pada kolom yang disediakan. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa semua responden setuju dengan pentingnya

penerapan pendidikan keanekaragaman suku.

Pada subindikator ketiga, yaitu “penerapan keanekaragaman suku

dari segi materi perkuliahan”, memiliki jawaban YA sebanyak 11

responden dan jawaban TIDAK sebanyak 1 responden. Sebanyak 91,7%

menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan

dari segi materi perkuliahan. Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan

bahwa pendidikan keanekaragaman suku belum diterapkan dari segi

materi perkuliahan.

Sama dengan subindikator ketiga, subindikator keempat, yaitu

“penerapan pendidikan keanekaragaman suku dari segi sikap sosial”,

memiliki jawaban YA sebanyak 11 responden dan jawaban TIDAK

sebanyak 1 responden. Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pendidikan

keanekaragaman suku sudah diterapkan dari segi sikap sosial. Sementara

itu, sebanyak 8,3% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman suku

belum diterapkan dari segi sikap sosial.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

76

Pada subindikator kelima, yaitu “ketersediaan sumber belajar yang

mendukung adanya pendidikan keanekaragaman suku”, memiliki jawaban

dominan setuju. Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab YA.

Sebanyak 2 atau 16,7% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada

ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan

keanekaragaman suku.

b. Indikator Pendidikan Keanekaragaman Agama

Pada indikator pendidikan keanekaragaman agama terdapat lima

subindikator yang dibuat oleh peneliti. Kelima indikator tersebut sudah

dibahas sebelumnya. Berikut akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.

Pernyataan YA TIDAK

1. Anda memiliki pengetahuan mengenai

pendidikan keanekaragaman agama.

12 -

2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman

agama penting atau tidak untuk diterapkan.

12 -

3. Pendidikan keanekaragaman agama sudah

diterapkan dari segi materi perkuliahan.

10 2

4. Pendidikan keanekaragaman agama sudah

diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan

berkelompok).

9 3

5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat

sumber belajar yang mendukung adanya

11 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

77

pendidikan keanekaragaman agama.

Tabel 4.2 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Agama

Pada subindikator pertama, yaitu “Anda memiliki pengetahuan

mengenai pendidikan keanekaragaman agama”, memiliki jawaban setuju.

Sebanyak 12 atau 100% responden menjawab YA. Sementara untuk

jawaban TIDAK memiliki persentase 0%. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

semua responden memiliki pengetahuan tentang pendidikan

keanekaragaman agama.

Sama dengan subindikator pertama, subindikator kedua, yaitu

“pentingnya penerapan pendidikan keanekaragaman agama”, memiliki

jawaban YA dengan persentase 100%. Sebanyak 12 responden

menyatakan jawaban YA pada kolom yang disediakan. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa semua responden setuju dengan pentingnya

penerapan pendidikan keanekaragaman agama.

Pada subindikator ketiga, yaitu “penerapan keanekaragaman agama

dari segi materi perkuliahan”, memiliki jawaban dominan setuju.

Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab YA. Sebanyak 2 atau

16,7% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat disimpulkan bahwa

sebagian besar responden menyatakan sudah ada penerapan pendidikan

keanekaragaman agama dari segi materi perkuliahan.

Berbeda dengan subindikator sebelumnya, indikator keempat, yaitu

“penerapan pendidikan keanekaragaman agama dari segi sikap sosial”,

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

78

memiliki jawaban YA sebanyak 9 responden dan jawaban TIDAK

sebanyak 3 responden. Sebanyak 75% menyatakan bahwa pendidikan

keanekaragaman agama sudah diterapkan dari segi sikap sosial. Sementara

itu, sebanyak 25% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman agama

belum diterapkan dari segi sikap sosial.

Pada subindikator kelima, yaitu “ketersediaan sumber belajar yang

mendukung adanya pendidikan keanekaragaman agama”, memiliki

jawaban dominan setuju. Sebanyak 11 atau 91,7% responden menjawab

YA. Sebanyak 1 atau 8,3% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada

ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan

keanekaragaman agama.

c. Indikator Keanekaragaman Ras/Etnis

Pada indikator pendidikan keanekaragaman agama terdapat lima

subindikator yang dibuat oleh peneliti. Kelima indikator tersebut sudah

dibahas sebelumnya. Berikut akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.

Pernyataan YA TIDAK

1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan

keanekaragaman ras/etnis.

9 3

2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman

ras/etnis penting atau tidak untuk diterapkan.

10 2

3. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah

diterapkan dari segi materi perkuliahan.

11 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

79

T

Tabel 4.3 Indikator Pendidikan Keanekaragama Ras/Etnis

Pada subindikator pertama, yaitu “Anda memiliki pengetahuan

mengenai pendidikan keanekaragaman ras/etnis”, memiliki jawaban

dominan setuju. Sebanyak 9 atau

75% responden menjawab YA. Sementara itu, sebanyak 3 atau

25% responden menyatakan bahwa belum mempunyai pengetahuan

mengenai pendidikan keanekaragaman ras/etnis.

Pada subindikator kedua, yaitu “pentingnya penerapan pendidikan

keanekaragaman ras/etnis”, memiliki jawaban dominan setuju. Sebanyak

10 atau 83,3% responden menjawab YA. Sebanyak 2 atau 16,7%

responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden setuju dengan pentingnya penerapan pendidikan

keanekaragaman ras/etnis.

Pada subindikator ketiga, yaitu “penerapan keanekaragaman

ras/etnis dari segi materi perkuliahan”, memiliki jawaban YA sebanyak 11

responden dan jawaban TIDAK sebanyak 1 responden. Sebanyak 91,7%

4. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah

diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan

berkelompok).

11 1

5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat

sumber belajar yang mendukung adanya

pendidikan keanekaragaman ras/etnis.

11 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

80

menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah diterapkan

dari segi materi perkuliahan. Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan

bahwa pendidikan keanekaragaman ras/etnis belum diterapkan dari segi

materi perkuliahan.

Sama dengan subindikator ketiga, subindikator keempat, yaitu

“penerapan pendidikan keanekaragaman ras/etnis dari segi sikap sosial”,

memiliki jawaban YA sebanyak 11 responden dan jawaban TIDAK

sebanyak 1 responden. Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pendidikan

keanekaragaman ras/etnis sudah diterapkan dari segi sikap sosial.

Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan bahwa pendidikan

keanekaragaman ras/etnis belum diterapkan dari segi sikap sosial.

Subindikator kelima, yaitu “ketersediaan sumber belajar yang

mendukung adanya pendidikan keanekaragaman ras/etnis”, memiliki

jawaban dominan setuju. Sebanyak 11 atau 91,7% responden menjawab

YA. Sebanyak 1 atau 8,3% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada

ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan

keanekaragaman ras/etnis.

d. Indikator Pendidikan Keanekaragaman Golongan

Pada indikator pendidikan keanekaragaman agama terdapat lima

subindikator yang dibuat oleh peneliti. Kelima indikator tersebut sudah

dibahas sebelumnya. Berikut akan dipaparkan pada tabel di bawah ini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

81

Pernyataan YA TIDAK

1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan

keanekaragaman golongan.

12 -

2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman

golongan penting atau tidak untuk diterapkan.

12 -

3. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah

diterapkan dari segi materi perkuliahan.

8 4

4. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah

diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan

berkelompok).

11 1

5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat

sumber belajar yang mendukung adanya

pendidikan keanekaragaman golongan.

10 2

Tabel 4.4 Indikator Pendidikan Keanekaragaman Golongan

Pada subindikator pertama, yaitu “Anda memiliki pengetahuan

mengenai pendidikan keanekaragaman golongan”, memiliki jawaban

setuju. Sebanyak 12 atau 100% responden menjawab YA. Sementara

untuk jawaban TIDAK memiliki persentase 0%. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa semua responden memiliki pengetahuan tentang pendidikan

keanekaragaman golongan.

Sama dengan subindikator pertama, subindikator kedua, yaitu

“pentingnya penerapan pendidikan keanekaragaman golongan”, memiliki

jawaban YA dengan persentase 100%. Sebanyak 12 responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

82

menyatakan jawaban YA pada kolom yang disediakan. Dengan demikian,

dapat disimpulkan bahwa semua responden setuju dengan pentingnya

penerapan pendidikan keanekaragaman golongan.

Pada subindikator ketiga, yaitu “penerapan keanekaragaman

golongan dari segi materi perkuliahan”, memiliki jawaban YA sebanyak 8

responden dan jawaban TIDAK sebanyak 4 responden. Sebanyak 66,7%

menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman golongan sudah

diterapkan dari segi materi perkuliahan. Sementara itu, sebanyak 33,3%

menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman golongan belum

diterapkan dari segi materi perkuliahan.

Pada subindikator keempat, yaitu “penerapan pendidikan

keanekaragaman golongan dari segi sikap sosial”, memiliki jawaban YA

sebanyak 11 responden dan jawaban TIDAK sebanyak 1 responden.

Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman

golongan sudah diterapkan dari segi sikap sosial. Sementara itu, sebanyak

8,3% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman golongan belum

diterapkan dari segi sikap sosial.

Pada subindikator kelima, yaitu “ketersediaan sumber belajar yang

mendukung adanya pendidikan keanekaragaman golongan”, memiliki

jawaban dominan setuju. Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab

YA. Sebanyak 2 atau 16,7% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

83

ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan

keanekaragaman golongan.

Kesimpulan angket analisis kebutuhan:

Dari hasil angket analisis kebutuhan yang sudah dipaparkan di atas,

terlihat bahwa sebagian responden menjawab YA pada pernyataan-

pernyataan yang dibuat oleh peneliti. Dalam hal ini, tidak ada

perbandingan yang mencolok antara jawaban YA dan TIDAK. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar responden menyatakan setuju jika

keanekaragaman suku, agama, ras/etnis, dan golongan diintegrasikan

dengan mata kuliah Bahasa Indonesia.

4.3.3 Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia

Peneliti memberikan tes kemampuan berbahasa Indonesia untuk

mengetahui kemampuan berbahasa Indonesia para responden. Tes ini

memiliki 25 soal yang berkaitan dengan berbahasa Indonesia. Terdapat

empat pilihan dalam tes, yaitu pilihan A, B, C, dan D. Responden diminta

untuk memberikan jawaban dengan memilih salah satu pilihan yang

tersedia. Terdapat sepuluh indikator yang terdapat dalam soal tes yang

terbagi menjadi 25 soal. Indikator tersebut yaitu (1) memahami arti kata,

istilah, dan ungkapan, (2) mampu menyimpulkan isi teks, (3) mampu

memahami kaidah penulisan, (4) mampu memahami fungsi bahasa

Indonesia, (5) mampu menyusun stuktur teks, (6) mampu memahami

keterampilan berbahasa, (7) mampu menyusun kalimat pasif, (8) mampu

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

84

mengidentifikasi jenis kata, (9) mampu mengidentifikasi pembentukan kata,

dan (10) mampu memahami jenis kalimat.

Untuk mendapatkan hasil tes, peneliti memeriksa tes yang sudah

dikerjakan dengan memberi skor satu (1) untuk jawaban benar dan skor nol

(0) untuk jawaban salah. Nilai diperoleh dengan mengalikan jawaban benar

dikalikan empat. Dari nilai yang diperoleh 12 responden, peneliti mencari

rata-rata nilai keseluruhan dengan cara jumlah jawaban benar senua

responden dibagi dengan jumlah responden. Rumusnya yaitu sebagai

berikut.

Rata-rata = ∑n

N

Keterangan:

∑n : jumlah nilai responden

N : jumlah responden

Dari rumus yang dipaparkan di atas, didapat nilai rata-rata tes kemampuan

berbahasa Indonesia mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma, yaitu

77,3.

Dalam soal tes terdapat Indeks Tingkat Kesulitan (ITK) setiap butir soal.

ITK digunakan untuk menentukan layak atau tidaknya butir soal. Cara

yang digunakan untuk mencari ITK adalah jawaban benar setiap soal

dibagi dengan jumlah responden. Berikut ini adalah kategori ITK.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

85

Kategori Rentang Indeks

Sulit 0,20 – 0,40

Sedang 0,41 – 0,60

Mudah 0,61 – 0,80

Tabel 4.5 Kategori ITK

Berdasarkan tabel ITK di atas, terdapat 25 soal yang dianalisis melalui tes

kemampuan berbahasa. Berikut akan diperlihatkan hasil perhitungan ITK setiap

butir soal pada tabel di bawah ini.

No. Kategori Predikat No. Butir Soal

1. Sulit Layak 3, 6, 8, 11, 12, 16, 17, 18, 19, 20, 21, 22, 23,

24, 25

2. Sedang Layak 2, 4, 5, 7, 9, 10, 15, 14, 15

3. Mudah Layak -

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan ITK Butir Soal

Pada tabel di atas dapat dilihat hasil perhitungan ITK setiap butir soal.

Terdapat 15 butir soal dengan kategori sulit. Ada sembilan (9) butir soal yang

berkategori sedang. Kemudian, tidak ads butir soal yang berkategori mudah. 24

soal tersebut memiliki predikat layak. Butir soal yang tidak masuk dianggap tidak

layak karena terlalu mudah atau terlalu sulit. Selain melakukan perhitungan ITK,

peneliti juga menghitung penilaian terhadap 10 indikator yang terdaoat dalam tes

kemampuan berbahasa Indonesia. Diagram di bawah ini merupakan diagram hasil

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

86

tes kemampuan berbahasa Indonesia mahasiswa PGSD Universitas Sanata

Dharma.

Diagram 4.1 Penilaian 10 Indikator Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia

Diagram di atas menunjukkan hasil tes kemampuan berbahasa Indonesia

yang mencakup 10 indikator. Kesepuluh indikator tersebut yaitu, (1) memahami

arti kata, istilah, dan ungkapan, (2) mampu menyimpulkan isi teks, (3) mampu

memahami kaidah penulisan, (4) mampu memahami fungsi bahasa Indonesia, (5)

mampu menyusun stuktur teks, (6) mampu memahami keterampilan berbahasa,

(7) mampu menyusun kalimat pasif, (8) mampu mengidentifikasi jenis kata, (9)

mampu mengidentifikasi pembentukan kata, dan (10) mampu memahami jenis

kalimat.

Meskipun dalam kategori kelayakan butir soal tidak dicantumkan

beberapa butir soal yang tidak layak, namun analisis 10 indikator, butir soal

0

10

20

30

40

50

60

70

80

Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

87

tersebut akan dimasukkan. Hal ini bertujuan untuk membandingkan butir soal

yang layak dan tidak layak. Berikut akan dipaparkan penjelasan mengenai 10

indikator.

a. Indikator Memahami Arti Kata, Istilah, dan Ungkapan

Pada indikator pertama, terdapat satu butir soal. Soal tersebut yaitu soal

nomor 9. Lebih jelasnya akan dipaparkan pada tabel berikut.

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Memahami

arti kata,

istilah, dan

ungkapan

1 9 12 12 0

Total 1 1 12 12 0

Tabel 4.7 Indikator Memahami Arti Kata, Istilah, dan Ungkapan

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab

benar dan salah. Indikator pertama yang terdiri dari butir soal nomor 9, sebanyak

12 responden menjawab benar. Tidak ada seorang pun yang menjawab salah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman arti kata, istilah, dan

ungkapan yang dimiliki responden sudah baik.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

88

b. Indikator Mampu Menyimpulkan Isi Teks

Pada indikator kedua, terdapat tiga butir soal di dalamnya. Soal-soal

tersebut yaitu soal nomor 2, 4, dan 12. Lebih jelasnya akan dipaparkan pada tabel

berikut.

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Mampu

menyimpulkan

isi teks

1 2 12 12 0

2. 1 4 12 12 0

3. 1 12 12 6 6

Total 3 3 36 30 6

Tabel 4.8 Indikator Mampu Menyimpulkan Isi Teks

Pada tabel di atas, dapat dilihat jumlah respoden yang menjawab benar dan

salah. Terdapat 12 mahasiswa yang menjawab benar pada butir soal nomor 2.

Terdapat 12 mahasiswa yang menjawab benar pada butir soal nomor 4.

Kemudian, terdapat 6 mahasiswa yang menjawab benar pada butir soal nomor 12,

sedangkan 6 responden lainnya menjawab salah. Hal ini menandakan bahwa

kemampuan menyimpulkan teks yang dimiliki responden sudah baik.

c. Indikator Mampu Memahami Kaidah Penulisan

Pada indikator ketiga, terdapat enam butir soal di dalamnya. Soal-soal

yang termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 2, 10, 13, 14, 15, dan 22. Lebih

jelasnya akan dipaparkan pada tabel berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

89

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Memahami

Kaidah

Penulisan

1 3 12 10 2

2. 1 10 12 12 0

3. 1 13 12 12 0

4. 1 14 12 12 0

5. 1 15 12 12 0

6. 1 22 12 9 3

Total 6 6 72 67 5

Tabel 4.9 Indikator Memahami Kaidah Penulisan

Pada tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab benar

dan salah. Pada soal nomor 3, jumlah responden yang menjawab benar yaitu

sepuluh responden, sedangkan dua lainnya menjawab salah. Pada soal nomor 10,

13, 14, dan 15, jumlah responden yang menjawab benar yaitu 12 responden.

Untuk soal-soal tersebut tidak ada yang menjawab salah. Selanjutnya, pada soal

nomor 22, jumlah responden yang menjawab benar yaitu sembilan responden,

sedangkan tiga lainnya menjawab salah. Hal ini menandakan bahwa mayoritas

responden sudah memiliki pemahaman kaidah penulisan yang baik.

d. Indikator Mampu Memahami Fungsi Bahasa Indonesia

Pada indikator keempat, terdapat dua butir soal di dalamnya. Soal-soal

yang termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 1, dan 5. Lebih jelasnya akan

dipaparkan pada tabel berikut.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

90

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Mampu

memahami

fungsi bahasa

Indonesia

1 1 12 4 8

2. 1 5 12 12 0

Total 2 2 24 16 8

Tabel 4.10 Indikator Mampu Memahami Fungsi Bahasa Indonesia

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab

benar dan salah. Pada soal nomor 1, terdapat empat responden yang menjawab

benar. Kemudian responden yang menjawab salah berjumlah delapan responden.

Oleh karena itu, butir soal nomor 1 termasuk dalam kategori tidak layak karena

terlalu sulit. Sementara pada butir soal nomor 5, sebanyak 12 responden

menjawab benar. Perbandingan jawaban benar dan salah, jawaban benar unggu

satu poin. Artinya, pemahaman sebagian responden mengenai fungsi bahasa

Indonesia masih kurang.

e. Indikator Mampu Menyusun Stuktur Teks

Pada indikator kelima, terdapat satu butir soal di dalamnya. Soal yang

termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 8. Lebih jelasnya akan dipaparkan

pada tabel berikut.

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Mampu 1 8 12 10 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

91

menyusun

struktur teks

Total 1 1 12 10 2

Tabel 4.11 Indikator Mampu Menyusun Struktur Teks

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab

benar dan salah. Indikator kelima yang terdiri dari butir soal nomor 8, sebanyak

10 responden menjawab benar. Sementara 2 responden lainnya menjawab salah.

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar responden memiliki

kemampuan menyusun teks sudah baik.

f. Indikator Mampu Memahami Keterampilan Berbahasa

Pada indikator keenam, terdapat empat butir soal di dalamnya. Soal-soal

yang termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 16, 17, 21, 24. Lebih jelasnya

akan dipaparkan pada tabel berikut.

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Mampu

memahami

keterampilan

berbahasa

1 16 12 8 4

2. 1 17 12 7 5

3. 1 21 12 10 2

4. 1 24 12 6 6

Total 4 4 48 31 17

4.12 Indikator Mampu Memahami Keterampilan Berbahasa

Dari tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab benar

dan salah. Pada butir soal nomor 16, jumlah responden yang menjawab benar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

92

sebanyak delapan, sedangkan empat lainnya menjawab salah. Pada butir soal

nomor 17, jumlah responden yang menjawab benar sejumlah tujuh responden,

sedangkan lima lainnya menjawab salah. Selanjutnya, pada butir soal nomor 21,

jumlah responden yang menjawab benar yaitu sepuluh responden, sedangkan dua

lainnya menjawab salah. Sementara pada butir soal nomor 24, jumlah responden

yang menjawab benar dan salah masing-masing enam responden. Dengan

demikian, dapat disimpulkan bahwa pemahaman mengenai keterampilan

berbahasa yang dimiliki sebagian besar responden sudah cukup baik.

g. Indikator Mampu Menyusun Kalimat Pasif

Pada indikator ketujuh, terdapat satu butir soal di dalamnya. Soal yang

termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 6. Lebih jelasnya akan dipaparkan

pada tabel berikut.

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Mampu

menyusun

kalimat pasif

1 6 12 8 4

Total 1 1 12 8 4

Tabel 4.13 Indikator Mampu Menyusun Kalimat Pasif

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab

benar. Indikator ketujuh yang terdiri dari butir soal nomor 6, sebanyak delapan

responden menjawab benar. Sementara empat responden lainnya menjawab salah.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

93

Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar responden memiliki

kemampuan sudah baik dalam menyusun kalimat pasif.

h. Indikator Mampu Mengidentifikasi Jenis Kata

Pada indikator kedelapan, terdapat lima butir soal di dalamnya. Soal-soal

yang termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 7, 18, 19, 20, 23. Lebih jelasnya

akan dipaparkan pada tabel berikut.

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Mampu

mengidentifikasi

jenis kata

1 7 12 12 0

2. 1 18 12 7 5

3. 1 19 12 5 7

4. 1 20 12 9 3

5. 1 23 12 7 5

Total 5 5 60 40 20

Tabel 4.14 Indikator Mampu Mengidentifikasi Jenis Kata

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab

benar dan salah. Pada butir soal nomor 7, jumlah responden yang menjawab benar

sebanyak 12 responden, sedangkan responden yang menjawab salah tidak ada.

Pada butir soal nomor 18 dan 23, jumlah responden yang menjawab salah

sebanyak tujuh responden, sedangkan yang menjawab salah sebanyakn lima

responden. Kemudian, pada butir soal nomor 19, jumlah responden yang

menjawab benar sejumlah lima, sedangkan yang menjawab salah sejumlah tujuh.

Selanjutnya, pada butir soal nomor 20, sebanyak sembilan responden menjawab

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

94

benar dan tiga responden menjawab salah. Jika dilihat perbandingan jawaban

benar dan salah, jawaban benar unggul empat poin. Dengan demikian, dapat

disimpulkan bahwa sebagian besar responden sudah mampu mengidentifikasi

jenis kata.

i. Indikator Mampu Mengidentifikasi Pembentukan Kata

Pada indikator kesembilan, terdapat satu butir soal di dalamnya. Soal yang

termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 25. Lebih jelasnya akan dipaparkan

pada tabel berikut.

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Mampu

mengidentifikasi

pembentukan

kata

1 25 12 7 5

Total 1 1 12 7 5

Tabel 4.15 Indikator Mampu Mengidentifikasi Pembentukan Kata

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab

benar dan salah. Indikator kesembilan yang terdiri dari butir soal nomor 25,

sebanyak tujuh responden menjawab benar. Sementara lima responden lainnya

menjawab salah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar

responden memiliki kemampuan sudah baik dalam mengidentifikasi pembentukan

kata.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

95

j. Indikator Mampu Memahami Jenis Kalimat

Pada indikator sepuluh, terdapat satu butir soal di dalamnya. Soal yang

termuat pada indikator ini yaitu soal nomor 11. Lebih jelasnya akan dipaparkan

pada tabel berikut.

No. Indikator Jumlah Butir

Soal

Jumlah

Mahasiswa

Jumlah

Benar

Jumlah

Salah

1. Mampu

memahami

jenis kalimat

1 11 12 10 2

Total 1 1 12 10 2

Tabel 4.16 Indikator Mampu Memahami Jenis Kalimat

Berdasarkan tabel di atas, dapat dilihat jumlah responden yang menjawab

benar. Indikator kesepuluh yang terdiri dari butir soal nomor 11, sebanyak

sepuluh responden menjawab benar. Sementara dua responden lainnya menjawab

salah. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa sebagaian besar responden

memiliki kemampuan sudah baik dalam menyusun kalimat pasif.

Kesimpulan hasil tes kemampuan berbahasa Indonesia:

Setelah melakukan proses pengoreksian setiap tes yang telah dijawab oleh

responden, didapat nilai masing-masing responden. Hasil tes cukup memuaskan

karena rata-rata nilai yang diperoleh responden yaitu 77,3. Nilai responden yang

tidak mencapai nilai 70 hanya dua responden, yaitu 64 dan 60. Dari pernyataan

tersebut, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden sudah baik dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

96

berbahasa Indonesia. Hal ini ditandai dengan banyaknya responden yang

memperoleh nilai di atas rata-rata.

4.3.4 Pengembangan Buku Ajar

Paparan mengenai pengembangan buku ajar dilihat dari beberapa hal,

seperti deskripsi produk, validasi produk, revisi produk, dan uji coba produk.

Penjabaran mengenai keempat hal tersebut akan dijelaskan secara terpisah.

Berikut ini merupakan paparan mengenai keempat hal yang telah disebutkan.

4.3.4.1 Deskripsi Produk

Penelitian ini berhasil membuat sebuah produk yaitu buku ajar. Buku ajar

tersebut memuat materi dan latihan yang diintegrasikan dengan pendidikan

multikultural. Secara khusus, buku ini ditujukan kepada mahasiswa Pendidikan

Guru Sekolah Dasar. Hal ini berlandaskan pada hasil pengumpulan data yang

memuat hasil kesadaran akan pentingnya penerapan pendidikan multikultural

sudah cukup baik. Oleh karena itu, peneliti menyusun buku ajar ini guna

membantu mahasiswa dalam belajar mata kuliah Bahasa Indonesia yang

diintegrasikan dengan pendidikan multikultural. Berikut deskripsi buku ajar yang

dihasilkan oleh peneliti.

a. Sampul Depan

Judul buku ajar yang dihasilkan oleh peneliti yaitu “Bahasa Indonesia

Terintegrasi dengan Pendidikan Multikultural”.

b. Sampul belakang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

97

Sampul belakang buku memuat sinopsis buku yang memaparkan isi keseluruhan

buku. Di samping itu, terdapat juga harapan penulis agar buku ajar dapat

bermanfaat bagi pembaca.

c. Isi

Buku ajar ini terdiri dari delapan bab. Masing-masing bab memuat

materi bahasa Indonesia yang diintegrasikan dengan pendidikan multikultural.

Bab-bab tersebut yaitu pemerolehan bahasa, paragraf deskripsi, paragraf

eksposisi, paragraf argumentasi, paragraf persuasi, teks pidato, hakikat sastra

anak, dan kontribusi sastra anak. Buku ajar ini disertai soal latihan dan ringkasan

materi agar memudahkan pemahaman mahasiswa. Selain itu, terdapat gambar

dalam buku ajar agar pembaca tidak cepat bosan.

d. Daftar Pustaka

Daftar pustaka buku berisi referensi yang dipakai dalam buku ajar.

Referensi yang dipakai didapat dari buku dan internet.

4.3.4.2 Validasi Produk

Buku ajar yang dikembangkan oleh peneliti harus melewati proses validasi

oleh dosen ahli. Tujuan dari validasi produk ini dilakukan untuk menguji

keabsahan buku. Selain itu juga dilakukan untuk menemukan kelebihan dan

kekuragan buku ajar. Validasi yang dulakukan dosen ahli adalah validasi dengan

memberikan jawaban YA atau TIDAK pada kolom yang disediakan.

4.3.4.2.1 Deskripsi Data Validasi Dosen Ahli

Validasi dilakukan setelah buku ajar dicetak. Dosen ahli yang memvalidasi

buku ajar ini yaitu Dr. R. Kunjana Rahardi, M.Hum. Peneliti memberikan lembar

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

98

validasi yang berisi aspek-aspek yang dinilai kepada dosen ahli. Terdapat empat

aspek yang akan dinilai, yaitu aspek penyajian materi dalam buku ajar, aspek

materi dalam buku ajar, aspek bahasa dan keterbacaan buku ajar, dan aspek

format buku ajar.

a. Aspek Penyajian Materi dalam Buku Ajar

Pada aspek ini, terdapat dua poin yang akan dinilai, yaitu kesesuaian buku

ajar dengan urutan penyajian materi dan kesesuaian contoh teks dengan materi

yang ada dalam buku ajar.

b. Aspek Subsatansi Materi dalam Buku Ajar

Pada aspek kedua ini, terdapat tiga poin yang dinilai. Ketiga poin tersebut

yaitu kesesuaian isi dengan judul dan subjudul; kelengkapan, kedalaman, dan

kejelasan materi; dan kesesuaian evaluasi dalam buku ajar.

c. Aspek Bahasa dan Keterbacaan Buku Ajar

Terdapat dua poin yang dinilai pada aspek ini. Kedua poin tersebut yaitu

keefektifan kalimat yang digunakan dan penggunaan tanda baca pada kalimat

sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia.

d. Aspek Format Buku Ajar

Aspek terakhir yang dinilai berkaitan dengan tampilan buku ajar. Terdapat

tiga poin, yaitu judul buku, kesesuaian pemilihan gambar atau foto dengan materi

buku ajar, dan komposisi sampul buku dan ilustrasi.

4.3.4.3 Revisi Produk

Buku ajar yang sudah dibuat kemudian dicetak untuk divalidasi oleh dosen

ahli. Kekurangan-kekurangan dalam buku ajar dapat diketahui dari hasil validasi.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

99

Kekurangan itulah yang membuat buku ajar tidak optimal dalam membantu

belajar mahasiswa. Oleh karena itu, peneliti melakukan revisi berdasarkan hasil

validasi dosen ahli.

Setelah produk divalidasi oleh dosen ahli, terdapat beberapa aspek yang perlu

direvisi. Pertama, revisi pada aspek penyajian materi dalam buku ajar. Menurut

dosen ahli, pada poin pertama masih perlu diperluas dan diperdalam. Kemudian

pada poin kedua, yaitu kesesuaian contoh teks dalam buku ajar masih perlu

divariasi.

Kedua, pada aspek substansi materi dalam buku ajar. Pada poin pertama, yaitu

kesesuaian materi dengan judul atau subjudul masih perlu diperdalam. Pada poin

kedua, yaitu kelengkapan, kedalaman, dan kejelasan materi masih kurang.

Kemudian, pada poin ketiga, yaitu kesesuaian evaluasi dalam buku ajar masih

perlu diperbaiki.

Ketiga, pada aspek format buku ajar. Poin yang perlu direvisi yaitu kedua dan

ketiga. Pada poin kedua, pemilihan gambar atau foto kurang menarik. Kemudian

pada poin ketiga, yaitu kesesuaian komposisi sampul buku dan ilustrasi masih

kurang. Peneliti akan merevisi buku ajar sesuai dengan hasil validasi oleh dosen

ahli. Secara garis besar, peneliti akan menambah substansi materi, memperjelas

materi, memvariasi contoh, dan memperbaiki sampul buku ajar.

4.3.4.4 Uji Coba Produk

Setelah peneliti melakukan revisi terhadap buku ajar, maka buku tersebut

sudah layak untuk diujicobakan kepada mahasiswa. Uji coba produk dilakukan

dalam kelompok terbatas yang terdiri dari lima (5) orang mahasiswa. Mahasiswa

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

100

tersebut merupakan mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas

Sanata Dharma.

a. Aspek Penyajian Materi dalam Buku Ajar

Pada aspek pertama ini, tedapat dua poin yang ada di dalamnya. Dua poin

tersebut yaitu kesesuaian buku ajar dengan urutan penyajian materi dan

kesesuaian contoh teks dengan materi yang ada dalam buku ajar. Dari hasil uji

coba produk, kelima mahasiswa menyatakan YA untuk poin pertama. Kelima

responden menyatakan buku ajar tersusun secara sistematis dan komunikatif. Pada

poin kedua, kelima responden juga menyatakan jawaban YA karena relevan dan

sesuai dengan materi.

b. Aspek Substansi Materi dalam Buku Ajar

Penilaian aspek substansi materi dalam buku ajar mencakup tiga poin. Poin

pertama yaitu kesesuaian isi dengan judul adan subjudul; kedua, kelengkapan,

kedalaman, dan kejelasan materi; dan ketiga yaitu materi dalam buku ajar sudah

terintegrasi dengan pendidikan multikultural atau tidak. Jawaban mahasiswa

mengenai tiga aspek tersebut adalah YA. Responden menyatakan bahwa buku ajar

mudah dipahami dan bahasa yang digunakan tidak bertele-tele. Selain itu, mereka

juga menyatakan buku ajar yang dikembangkan oleh peneliti sudah terintegrasi

dengan pendidikan multikultural.

c. Aspek Bahasa dan Keterbacaan Buku Ajar

Pada aspek ini, terdapat dua poin, yaitu penggunaan tanda baca pada kalimat

sesuai dengan Ejaan Bahasa Indonesia (EBI) dan keefektifan kalimat yang

digunakan. Kelima responden menyatakan bahasa yang digunakan dalam buku

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

101

ajar sederhana. Ada juga responden yang menyatakan bahasa yang digunakan

baku.

d. Aspek Format Buku Ajar

Penilaian pada aspek ini mencakup dua poin, yaitu kemenarikan judul dan

kesesuaian pemilihan gambar atau foto dengan isi materi buku ajar. Kelima

responden menyatakan judul buku sangat menarik. Selain itu, gambar yang

berwarna menarik perhatian pembaca. Responden juga menyatakan buku ajar

menarik karena buku ajar dengan topik yang sama masih jarang ditemui dan

adanya soal latihan yang disertai gambar pada setaip bab yang memaksa pembaca

untuk menyampaikan opini.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

102

BAB V

PENUTUP

5.1 Simpulan Hasil Penelitian

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab IV, peneliti memperoleh

kesimpulan yang akan dipaparkan berikut ini.

Pengintegrasian keanekaragaman suku dengan mata kuliah Bahasa Indonesia

pada mahasiswa PGSD Universitas Sanata Dharma dari segi materi perkuliahan

dan sikap sosial sudah diterapkan. Sebanyak 91,7% responden menyatakan bahwa

pendidikan keanekaragaman suku sudah diterapkan. Sementara itu, sebanyak

8,3% responden menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman suku belum

diintegrasikan dari segi materi perkuliahan Bahasa Indonesia. Ketersediaan

sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman suku yang

diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia memiliki jawaban dominan

setuju. Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab sudah ada. Sebanyak 2 atau

16,7% responden menjawab belum ada. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden menyatakan sudah ada ketersediaan sumber belajar yang

mendukung adanya pendidikan keanekaragaman suku yang diintegrasikan dengan

mata kuliah Bahasa Indonesia.

Pengintegrasian keanekaragaman agama dengan mata kuliah Bahasa Indonesia

dari segi materi perkuliahan sudah diterapkan. Sebanyak 10 atau 83,3% responden

menjawab sudah diintegrasikan. Sebanyak 2 atau 16,7% responden menjawab

belum diintegrasikan. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

103

menyatakan sudah ada pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama

dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan.

Pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama dengan mata kuliah Bahasa

Indonesia dari segi sikap sosial sudah diterapkan. Sebanyak 75% menyatakan

bahwa pendidikan keanekaragaman agama sudah diterapkan dari segi sikap sosial.

Sementara itu, sebanyak 25% responden menyatakan bahwa pendidikan

keanekaragaman agama belum diterapkan dari segi sikap sosial. Ketersediaan

sumber belajar yang mendukung adanya pengintegrasian pendidikan

keanekaragaman agama dengan mata kuliah Bahasa Indonesia sebanyak 11 atau

91,7% responden menjawab sudah tersedia. Sebanyak 1 atau 8,3% responden

menjawab belum tersedia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian besar

responden menyatakan sudah ada ketersediaan sumber belajar yang mendukung

adanya pengintegrasian pendidikan keanekaragaman agama dengan mata kuliah

Bahasa Indonesia.

Pengintegrasian keanekaragaman ras/etnis dengan mata kuliah Bahasa

Indonesia dari segi materi perkuliahan dan sikap sosial sudah diterapkan.

Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah

diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dari segi materi perkuliahan

dan sikap sosial. Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan bahwa pendidikan

keanekaragaman ras/etnis yang diintegrasikan dengan mata kuliah Bahasa

Indonesia belum diterapkan dari segi materi perkuliahan. Ketersediaan sumber

belajar yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman ras/etnis sebanyak

11 atau 91,7% responden menjawab sudah tersedia. Sebanyak 1 atau 8,3%

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

104

responden menjawab belum terserdia. Jadi, dapat disimpulkan bahwa sebagian

besar responden menyatakan sudah ada ketersediaan sumber belajar yang

mendukung adanya pengintegrasian pendidikan keanekaragaman ras/etnis dengan

mata kuliah Bahasa Indonesia.

Pengintegrasian keanekaragaman golongan dengan mata kuliah Bahasa

Indonesia dari segi materi perkuliahan sudah diterapkan. Sebanyak 66,7%

menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan dengan

mata kuliah Bahasa Indonesia sudah diterapkan dari segi materi perkuliahan.

Sementara itu, sebanyak 33,3% menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan

keanekaragaman golongan belum diterapkan dari segi materi perkuliahan.

Pengintegrasian pendidikan keanekaragaman golongan dengan mata kuliah

Bahasa Indonesia dari segi sikap sosial sudah diterapkan pada mahasiswa PGSD.

Sebanyak 91,7% menyatakan bahwa pengintegrasian pendidikan keanekaragaman

golongan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia sudah diterapkan dari segi sikap

sosial. Sementara itu, sebanyak 8,3% menyatakan bahwa pendidikan

keanekaragaman golongan belum diterapkan dari segi sikap sosial. Sementara

ketersediaan sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan keanekaragaman

golongan sudah tersedia. Sebanyak 10 atau 83,3% responden menjawab YA.

Sebanyak 2 atau 16,7% responden menjawab TIDAK. Jadi, dapat disimpulkan

bahwa sebagian besar responden menyatakan sudah ada ketersediaan sumber

belajar yang mendukung adanya pengintegrasian pendidikan keanekaragaman

golongan dengan mata kuliah Bahasa Indonesia.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

105

5.2 Implikasi

Buku ajar Bahasa Indonesia Terintegrasi dengan Pendidikan Multikultural

baik jika digunakan oleh mahasiswa Program Studi Pendidikan Guru Sekolah

Dasar. Hal itu dikarenakan buku ini dirancang sesuai analisis kebutuhan

mahasiswa PGSD sendiri. Apabila buku ajar ini digunakan oleh mahasiswa lain,

pengguna buku ajar sebaiknya memperhatikan hal-hal berikut.

1. Pengguna buku ajar harus memperhatikan kesesuaian materi dalam buku ajar

dengan materi yang akan dipelajari.

2. Pengguna buku ajar harus memperhatikan kesesuaian buku ajar dengan

strategi atau metode pembelajaran dengan tingkat kognitif mahasiswa agar

pemakaian buku bisa optimal, sehingga tujuan pembelajaran bisa tercapai.

3. Pengguna buku ajar harus memperhatikan strategi atau metode yang akan

dipakai dalam pembelajaran, dan melihat kesesuaian strategi yang ada dalam

buku ajar.

5.3 Saran

Peneliti menyampaikan beberapa saran dengan harapan dapat berguna bagi

kepentingan pihak-pihak terkait. Saran yang disampaikan peneliti ditujukan untuk

(1) dosen, (2) mahasiswa, dan 3 (peneliti lain). Penjelasan ketiga saran tersebut

yaitu sebagai berikut.

1. Bagi Dosen

Peneliti berharap para dosen untuk lebih memperhatikan pengintegrasian

pendidikan multikultural dengan mata kuliah Bahasa Indonesia dalam

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

106

implementasinya. Para dosen juga diharapkan dapat memberikan pemahaman

mengenai pendidikan multikultural melalui pembelajaran. Selain itu, para dosen

perlu meningkatkan motivasi mahasiswa agar memahami pentingnya pendidikan

multikultural dan menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.

2. Bagi Mahasiswa

Peneliti mengembangkan produk berupa buku ajar untuk memenuhi syarat

Tugas Akhir. Dengan demikian, buku ajar ini perlu dikaji dan dikembangkan

lebih lanjut untuk melengkapi kekurangan buku ajar agar dapat membantu

mahasiswa, khususnya mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Selain itu,

untuk meningkatkan rasa solidaritas dan toleransi antarmahasiswa terhadap

keanekaragaman suku, ras, agama, dan budaya, perlu adanya pemahaman

mengenai hal itu melalui pembelajaran maupun sikap sosial.

3. Bagi Peneliti Lain

Penelitian ini masih memiliki kekurangan dalam hal materi, desain, dan

pemaparannya. Peneliti lain diharapkan dapat mengembangkan penelitian ini guna

memperbaiki kekurangan yang ada. Penelitian ini diharapkan dapat memberi

wawasan, informasi, dan gagasan baru mengenai pengintegrasian pendidikan

multikultural dengan mata kuliah Bahasa Indonesia, sehingga dapat menghasilkan

penelitian selanjutnya.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

107

DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi, Rulam. 2014. Pengantar Pendidikan: Asas dan Filsafat Pendidikan.

Yogyakarta: Ar-Ruzz Media.

Banks, Cherry A. & James A. Banks. 1989. Multicultural Education: Issues and

Prespective. London: Allyn and Bacon.

Dawam, Ainurrafiq. 2003. Emoh Sekolah “Menolak Komersialisasi Pendidikan

dan Kanibalis Intelektual Menuju Pendidikan Multikultural”. Yogyakarta:

Inspeal Press.

Dewi, dkk. 2015. Bahasa Indonesia di Perguruan Tinggi. Yogyakarta: Aswaja

Pressindo.

Furchan, Arief. 1982. Pengantar Penelitian Dalam Pendidikan. Surabaya: Usaha

Nasional.

Gall, Meredith D., dkk. 2007. Educational Research: An Itroduction (8th.

Edition). Boston: Allyn an Bacon.

Janawi. 2012. Kompetensi Guru Citra Guru Profesional. Bandung: Alfabeta.

Koentjaraningrat. 2002. Pengantar Ilmu Antropologi. Jakarta: Rineka Cipta.

Maksum, Ali. 2011. Pluralisme dan Multikulturalisme. Yogyakarta: Aditya

Media.

Mintowati. 2003. Panduan Penulisan Buku Ajar. Jakarta: Depdikbud.

Molan, Benyamin. 2015. Multikulturalisme: Cerdas Membangun Hidup Bersama

yang Stabil dan Dinamis. Jakarta: Indeks.

Mundzier, Suparta. 2008. Islamic Multicultural Education: Sebuah Refleksi atas

Pendidikan Agama Islam di Indonesia. Jakarta: Al Ghazali Center.

Nurgiyantoro, Burhan. 2010. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis

Kompetensi. Yogyakarta: PBFE

Pranowo. 2014. Teori Belajar Bahasa. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Putra, Nusa. 2015. Research and Development. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Ridwan. 2002. Skala Pengukuran Variabel-Variabel. Bandung: Alfabeta.

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

108

Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial: Individu dan Teori-Teori

Sosial. Jakarta: Balai Pustaka.

Sitepu, B.P. 2012. Penulisan Buku Teks Pelajaran. Bandung: Remaja

Rosdakarya.

Sugiyono. 2014. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung:

Alfabeta.

Sugiyono. 2015. Metode Penelitian Pendidikan (Pendekatan Kuantitatif,

Kualitatif, dan R&D). Bandung: Alfabeta.

Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung:

Remaja Rosdakarya.

Sumardi, Muljanto. 1992. Berbagai Pendekatan dalam Pengajaran Bahasa dan

Sastra: Struktur, Humanistik, Komunikatif, Pragmatik. Jakarta: Pustaka

Sinar Harapan.

Tegeh, I Made, dkk. 2014. Model Penelitian Pengembangan. Yogyakarta: Graha

Ilmu.

Tilaar, H.A.R. 2004. Multikulturalisme: Tantangan-tantangan Global Masa

Depan dalam Transformasi Pendidikan Nasional. Jakarta: Grasindo.

Tirtarahardja, Umar & Sulo. 2008. Pengantar Pendidikan (Edisi Revisi). Jakarta:

Rineka Cipta.

Yaqin, Ainul. 2005. Pendidikan Multikultural: Cross-Cultural Understanding

untuk Demokrasi dan Keadilan. Yogyakarta: Pilar Media.

Sumber internet:

Pengertian agama dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diakses pada 11 Juli

2018

Tujuan dan Fungsi Pendidikan dalam

http://file.upi.edu/Direktori/FIP/JUR._PEND._LUAR_SEKOLAH/196111

141987031-ELIH_SUDIAPERMANA/Tujuan_dan_Fungsi_Pendidikan.pdf

diakses pada 29 Oktober 2017

Contoh buku ajar dalam

http://digilib.unila.ac.id/1765/8/BAB%20II.pdf diakses pada 1 November

2017

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

109

LAMPIRAN

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

110

Lampiran 1 Kisi-Kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi Instrumen Penelitian

Kisi-kisi instrumen wawancara pengetahuan tentang pendidikan

multikultural

Wawancara ini dilakukan dengan teknik wawancara terstruktur.

Pertanyaannya berkisar tentang konsep pendidikan multikultural dan

implementasinya dalam dunia pendidikan. Pertanyaan dalam penelitian ini akan

berhubungan dengan hal-hal berikut.

1. Apakah Anda tahu apa itu pendidikan multikultural?

2. Apa yang Anda ketahui mengenai keragaman suku, agama, ras, dan

golongan dalam dunia pendidikan?

3. Menurut Anda, apakah keberagaman suku, agama, ras, dan golongan

dalam dunia pendidikan penting atau tidak untuk diterapkan?

4. Selama Anda mengikuti perkuliahan Bahasa Indonesia, apakah

keberagaman suku, agama, ras, dan golongan dalam dunia pendidikan

sudah diterapkan dari segi materi perkuliahan dan sikap sosial?

5. Apa harapan Anda jika suku, agama, ras, dan golongan dalam dunia

pendidikan diterapkan dalam mata kuliah Bahasa Indonesia?

6. Apakah selama perkuliahan Bahasa Indonesia, ada sumber belajar

yang berhubungan dan mendukung adanya keberagaman suku, agama,

rasa, dan golongan dalam dunia pendidikan?

7. Menurut Anda, apakah buku ajar dapat mendukung proses perkuliahan

Bahasa Indonesia yang terintegrasi dengan keberagaman suku, agama,

ras, dan golongan?

8. Jika peneliti mengembangkan sebuah buku ajar, apa harapan Anda

agar buku ajar yang dikembangkan layak untuk digunakan?

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

111

9. Dalam ranah psikomotorik, kegiatan pembelajaran seperti apa yang

dapat mendukung proses perkuliahan Bahasa Indonesia yang

terintegrasi dengan keberagaman suku, agama, ras, dan golongan?

10. Dalam ranah kognitif, kegiatan pembelajaran seperti apa yang dapat

mendukung proses perkuliahan Bahasa Indonesia yang terintegrasi

dengan keberagaman suku, agama, ras, dan golongan?

Kisi-kisi Angket Kebutuhan Mahasiswa

Indikator Instrumen

1. Pendidikan keanekaragaman

suku

2. Pendidikan keanekaragaman

agama

3. Pendidikan keanekaragaman ras

4. Pendidikan keanekaragaman

golongan

o Pengetahuan mengenai

pendidikan keanekaragaman

suku, agama, ras, dan golongan

o Pentingnya penerapan

pendidikan keanekaragaman

suku, agama, ras, dan golongan

o Penerapan pendidikan

keanekaragaman suku, agama,

ras, dan golongan dari segi

materi perkuliahan

o Penerapan pendidikan

keanekaragaman suku, agama,

ras, dan golongan dari segi sikap

sosial/kegiatan berkelompok

o Ketersediaan sumber belajar

yang mendukung adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

112

pendidikan keanekaragaman

suku, agama, ras, dan golongan

dalam perkuliahan Bahasa

Indonesia.

Kisi-kisi Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia

No. Indikator Instrumen

1. Memahami arti kata,

istilah, dan ungkapan

1. Jika musim penghujan sudah datang,

salah satu masalah yang muncul adalah

banjir. Banjir ini disebabkan oleh banyak

hal. Mulai dari penumpukan sampah yang

menyumbat saluran air, dangkalnya sungai,

serta semakin berkurangnya pepohonan

akibat illegal logging.

Arti kata illegal logging dalam teks di atas

adalah… .

A. Penebangan pohon

B. Pembuangan sampah

C. Penanaman pohon secara illegal

D. Penebangan pohon secara illegal

2. Mampu menyimpulkan

isi teks

2. Paguyuban merupakan kelompok

masyarakat yang ikatan sosialnya didasari

oleh ikatan perorangan yang sangat kuat.

Tanda-tandanya antara lain sesama

anggota menampakkan pertemanan atau

persahabatan yang rukun, berhubungan

simpatik, dan tak ada permusuhan.

Dalam suasana yang guyub ada kerukunan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

113

atau harmoni. Kerukunan berarti suasana

damai dan tanpa pertengkaran. Kerukunan

berarti pula adanya perasaan satu hati dan

kesepakatan. Itulah sebabnya terdapat

istilah rukun tetangga dan rukun warga

dalam struktur masyarakat di Indonesia.

Maksudnya tidak lain agar di dalam

kelompok masyarakat itu tercipta

kedamaian. Kelompok yang rukun ditandai

dengan semacam perjanjian dalam

perasaan, sikap atau tindakan setiap

anggota untuk gembira membangun

kebersamaan sehingga yang terjadi adalah

hal-hal yang menyenangkan.

Teks tersebut termasuk jenis teks eksplanasi

yang menjelaskan terjadinya fenomena ... .

A. alam

B. sosial

C. politik

D. budaya

3. Putra adalah seorang mahasiswa di salah

satu Universitas di Bandung. Ayahnya

adalah keturunan Jawa tepatnya di daerah

Solo, sedangkan Ibunya lahir dan besar di

daerah Sumatera. Namun sebelum menjadi

mahasiswa di Bandung, Putra hidup di

daerah Jakarta bersama orang tuanya.

Berdasarkan cerita di atas, bahasa pertama

Putra adalah...

A. Jawa

B. Bandung

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

114

C. Sumatera

D. Indonesia

4.ADHD (Attention Deficite Hyperactivity

Disorder) merupakan gangguan kesehatan

jiwa yang sering terjadi pada anak. ADHD

ini disebabkan oleh kerusakan ringan pada

struktur otak, kurangnya aktivitas di daerah

frontal otak, dan faktor keturunan.

Otak terdiri dari otak besar dan otak

kecil. Belahan-belahan otak tersebut

dihubungkan oleh neuron. Pada penderita

ADHD, neuron penghubung otak tersebut

rusak sehingga penderita tidak dapat

menafsirkan makna atau gerakan sehingga

mereka kurang focus dan berlari ke jalanan

tanpa melihat sekelilingnya.

Pada penderita ADHD, daerah yang

mengendalikan ingatan (memori) dan emosi

berukuran lebih kecil daripada orang normal.

Hal ini menyebabkan penderita ADHD

sering kehilangan atau melupakan sesuatu,

kurang sadar, dan mudah emosi. Penderita

ADHD, terkadang berasal dari gen atau

keturunan. Walaupun tidak semua penderita

ADHD merupakan keturunan penderita,

tetapi faktor keturunan juga memicu

seseorang menderita ADHD.

Judul yang paling sesuai untuk teks di atas

adalah…

A. ADHD (Attention Deficite

Hyperactivity Disorder)

B. Attention Deficite Hyperactivity

Disorder

C. Gangguan ADHD dalam Otak

Manusia

D. Bagian-bagian dalam Otak

Manusia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

115

3. Mampu memahami

kaidah penulisan

5. Berikut ini adalah penulisan kalimat yang

sesuai dengan peraturan kaidah, yaitu …

A. Parjo selalu menolong Beta

setiap hari.

B. Anita adalah wanita Si pengirim

surat itu.

C. Walaupun hujan, putu tetap pergi

ke pura.

D. Setiap malam Ahmad selalu

menunggu Sang kekasih.

6. Seorang atlit profesionil, setiap

bertandingpasti menggunakan metoda

bermain secara

konsekwen, berbeda dengan atlit amateran.

Beberapa kata yang harus diperbaiki pada

kalimat diatas adalah:

A. Atlet, profesional, metode,

konsekuen, amatiran

B. Atlet, propesional, metode,

konsekuen, amatiran

C. Atlit, profesional, metodologi,

konsekwen, amatir

D. Atlet, propesional, methoda,

konsekuwen, amatiran

7. Berikut ini merupakan penulisan

tanggal surat yang tepat, yaitu …

A. Malang, 15 Agustus 2016.

B. Malang, 15 Agustus 2016

C. Malang 15 Agustus 2016

D. Malang, 15-08-2016

8. Bahasa Indonesia yang baku tidak

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

116

digunakan dalam … .

A. surat lamaran kerja

B. surat keputusan

C. surat pribadi

D. surat resmi

9. Kalimat-kalimat di bawah ini yang

mengandung kata berawalan ber-

yang menyatakan makna memiliki

adalah …

A. Doni dan Anita sangat

bergembira karena mereka akan

pergi ke rumah nenek.

B. Meskipun Dini berambut

panjang, ia selalu mengikatnya

agar terlihat lebih rapi.

C. Berdasarkan perkiraan cuaca,

hari ini hujan akan turun dengan

intensitas yang tinggi.

D. Saat sedang berangkat sekolah,

Anjasmara berjumpa dengan

Thomas yang baru saja pulang

dari Medan

10. Penulisan judul yang tepat dan

sesuai adalah …

A. Keanekaragaman Suku Dan

Budaya di Indonesia

B. Keanekaragaman Suku Dan

Budaya Di Indonesia

C. Keanekaragaman Suku dan

budaya Di Indonesia

D. Keanekaragaman Suku dan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

117

Budaya di Indonesia

4. Mampu memahami

fungsi bahasa Indonesia

11. Setiap orang di Indonesia pasti

memiliki suku yang beragam. Akan

tetapi, mereka dapat saling

berkomunikasi dengan satu bahasa yang

dapat mereka pahami yaitu bahasa

Indonesia tanpa melupakan identitas

kesukuan mereka dan bahasa daerah

asalnya.

Pernyataan di atas menyatakan fungsi bahasa

Indonesia sebagai…

A. Identitas bangsa Indonesia

B. Alat pemersatu suku bangsa

C. Bahasa resmi Negara Indonesia

D. Lambang kebanggaan bangsa

Indonesia

12. Penyajian buku pelajaran di Indonesia

seringkali ditulis dalam bahasa

Indonesia agar dapat dibaca oleh

seluruh warga Indonesia dari suku dan

budaya manapun.

Berdasarkan pernyataan tersebut

menyatakan fungsi bahasa Indonesia sebagai

A. identitas bangsa Indonesia

B. bahasa resmi Negara Indonesia

C. bahasa pengantar dalam

pendidikan

D. alat kepentingan pembangunan

nasional

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

118

5. Mampu menyusun stuktur

teks

13. Bacalah dengan cermat struktur teks

eksplanasi di bawah ini!

(1) Penyebab utama banjir bandang

adalah terjadinya proses

orografi. Hujan orografis adalah

hujan yang terjadi karena angin

yang mengandung uap air dan

bergerak secara horizontal.

Kemudian air tersebut naik

menuju pegunungan, suhu udara

di pegunungan yang dingin

menyebabkan kondensasi dan

akhirnya terjadi hujan di sekitar

pegunungan. Karena curah hujan

yang deras, akhirnya

mengakibatkan banjir bandang

yang terjadi di daerah-daerah

sepanjang aliran sungai.

(2) Banjir bandang tidak bisa

ditanggap sebagai satu persoalan

tunggal, tetapi sesuatu yang

diakibatkan oleh beberapa faktor

yang secara berantai

mengundang banjir. Pemerintah

dan masyarakat harus bersatu

padu menanggulangi banjir agar

dampak negatif bencana alam

yang satu ini dapat

diminimalisasi.

(3) Banjir bandang merupakan banjir

yang besar dan datang dengan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

119

tiba-tiba, mengalir dengan deras

juga menghanyutkan benda-

benda besar. Banjir bandang juga

disebut dengan air bah.

Urutan struktur yang tepat berdasarkan teks

di atas adalah… .

A. (3), (2), (1)

B. (3), (1), (2)

C. (2), (1), (3)

D. (1), (3), (2)

6. Mampu memahami

keterampilan berbahasa

14. Jenis keterampilan berbahasa yang

bersifat produktif adalah ... .

A. berbicara dan menulis

B. menulis dan membaca

C. mendengarkan dan berbicara

D. mendengarkan dan membaca

15. Yang merupakan persamaan antara

keterampilan mendengarkan dengan

membaca

adalah ...

A. kedua kegiatan tersebut

merupakan hasil akal budi

manusia dalam berbahasa

B. kedua kegiatan tersebut

merupakan kajian dalam ilmu

bahasa

C. kedua kegiatan tersebut bersifat

produktif

D. kedua kegiatan tersebut bersifat

reseptif

16. Berikut ini yang merupakan contoh

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

120

kegiatan keterpaduan keterampilan membaca

dengan

fokus menyimak adalah ...

A. Setelah menyimak penjelasan

tentang penyakit yang berjangkit

akhir-akhir ini, siswa ditugasi

membaca wacana kesehatan

yang berjudul “flu burung”.

Kemudian siswa diminta

menjawab beberapa pertanyaan

yang berkaitan dengan hal

tersebut.

B. Siswa diberi tugas untuk

membuat tulisan tentang bencana

alam, kemudian salah satu dari

mereka diminta membacakan

hasil tulisannya di depan kelas,

sementara itu teman-teman

lainnya menyimak.

C. Siswa menyimak rekaman video

mengenai kenaikan harga bahan-

bahan pokok. Kemudian guru

meminta siswa menyimpulkan

apa yang mereka lihat secara

lisan.

D. Guru meminta siswa mengamati

alam sekitar, kemudian membuat

cerita secara lisan berdasarkan

apa yang mereka simak tadi.

17. Hal-hal yang harus diperhatikan ketika

bercerita adalah ...

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

121

A. penguasaan dan penghayatan

cerita, pemilihan dan

penyusunan kalimat,

pengekspresian yang alami.

B. memberikan hiburan,

mengajarkan kebenaran,

memberikan keteladanan.

C. memahami pendengar,

menguasai materi cerita,

menguasai olah suara.

D. menentukan ide,

mengembangkan ide,

menuangkan ide.

7. Mampu menyusun

kalimat pasif

18. "Saya sangat senang, karena besok

Johanes akan datang!" kata Wayan.

Kalimat tidak langsung yang paling

tepat dari kalimat diatas adalah ...

A. Wayan senang sekali karena

besok Johanes akan datang.

B. Wayan mengatakan bahwa ia

sangat senang karena Johanes

datang.

C. Wayan mengatakan bahwa saya

sangat senang karena Johanes

datang.

D. Wayan mengatakan bahwa ia

sangat senang karena besok

Johanes akan datang.

8. Mampu mengidentifikasi

jenis kata

19. Perhatikan kutipan teks berikut!

Gempa terjadi … adanya

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

122

pergeseran lapisan bawah bumi.

Pergeseran ini bisa juga terjadi

akibat letusan gunung merapi.

Gempa bumi yang terjadi begitu

cepat sering menimbulkan dampak

yang luar biasa. Getaran gempa

merambat ke segala arah … dapat

menghancurkan gedung, jalan, dan

fasilitas umum lain.

Konjungsi pembentuk hubungan

sebab akibat yang tepat untuk

mengisi bagian yang kosong di atas

adalah… .

A. Dapat, adanya

B. Sebab, sehingga

C. Maka, karena itu

D. Karena, sehingga

20. Gadis cantik yang berbaju merah itu

berjalan termasuk ke dalam satuan ... .

A. morfem

B. kata

C. frasa

D. klausa

21. Paman Eko sedang menanam pohon di

halaman rumah.

Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam

frasa … .

A. verba

B. adjektifa

C. nomina

D. adverbial

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

123

22. Ibu guru sedang mengajar mata

pelajaran bahasa Indonesia di kelas.

Frasa yang dicetak tebal termasuk dalam

frasa … .

A. adverbia

B. adjektifa

C. verba

D. nomina

23. Gadis cantik yang berbaju merah

itu termasuk ke dalam satuan ... .

A. kalimat

B. klausa

C. frasa

D. kata

9. Mampu mengidentifikasi

pembentukan kata

24. Seorang ibu menimang-nimang

bayinya sambil bernyanyi.

Proses pembentukan kata ulang pada

kalimat tersebut sama dengan

kalimat …

A. Ibu membeli sayur-mayur di

pasar.

B. Foto-foto itu dicetak oleh ayah

kemarin sore.

C. Ana membuang-buang makanan

yang sudah basi.

D. Kemarin pagi Budi mencoret-

coreti buku Roni di sekolah.

10. Mampu memahami jenis

kalimat

25. Jika kita akan membuat teks

eksplanasi, berikut ini yang bukan

kalimat penjelas tentang

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

124

dampak yang dirasakan oleh

manusia terkait perubahan iklim yang

ekstrem adalah…

A. Meluasnya berbagai penyakit

yang mengancam manusia

B. Hilangnya berbagai jenis

keragaman hayati

C. Penjajahan dalam bentuk budaya

D. Meningkatnya permukaan air laut

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

125

Lampiran 2 Angket Analisis Kebutuhan

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

126

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

127

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

128

Lampiran 3 Hasil Analisis Kebutuhan

Pernyataan YA TIDAK

1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan

keanekaragaman suku.

12 -

2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman suku

penting atau tidak untuk diterapkan.

12 -

3. Pendidikan keanekaragaman suku sudah

diterapkan dari segi materi perkuliahan.

11 1

4. Pendidikan keanekaragaman suku sudah

diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan

berkelompok).

11 1

5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat

sumber belajar yang mendukung adanya

pendidikan keanekaragaman suku.

10 2

Pernyataan YA TIDAK

1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan

keanekaragaman agama.

12 -

2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman

agama penting atau tidak untuk diterapkan.

12 -

3. Pendidikan keanekaragaman agama sudah

diterapkan dari segi materi perkuliahan.

10 2

4. Pendidikan keanekaragaman agama sudah

diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan

berkelompok).

9 3

5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat 11 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

129

sumber belajar yang mendukung adanya

pendidikan keanekaragaman agama.

Pernyataan YA TIDAK

1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan

keanekaragaman ras/etnis.

9 3

2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman

ras/etnis penting atau tidak untuk diterapkan.

10 2

3. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah

diterapkan dari segi materi perkuliahan.

11 1

4. Pendidikan keanekaragaman ras/etnis sudah

diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan

berkelompok).

11 1

5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat

sumber belajar yang mendukung adanya

pendidikan keanekaragaman ras/etnis.

11 1

Pernyataan YA TIDAK

1. Anda memiliki pengetahuan mengenai pendidikan

keanekaragaman golongan.

12 -

2. Menurut Anda pendidikan keanekaragaman

golongan penting atau tidak untuk diterapkan.

12 -

3. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah

diterapkan dari segi materi perkuliahan.

8 4

4. Pendidikan keanekaragaman golongan sudah

diterapkan dari segi sikap sosial (kegiatan

berkelompok).

11 1

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

130

5. Selama perkuliahan Bahasa Indonesia, terdapat

sumber belajar yang mendukung adanya pendidikan

keanekaragaman golongan.

10 2

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

131

Lampiran 4 Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

132

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

133

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

134

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

135

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

136

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

137

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

138

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

139

Lampiran 5 Kunci Jawaban Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia

Kunci Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia

1. B

2. B

3. A

4. D

5. C

6. D

7. D

8. B

9. D

10. A

11. C

12. A

13. B

14. C

15. D

16. A

17. D

18. D

19. C

20. A

21. A

22. D

23. B

24. A

25. C

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

140

Lampiran 6 ITK Butir Soal

INDEKS TINGKAT KESULITAN BUTIR SOAL

Butir

Soal

Benar Salah ITK Predikat

1 4 8 0,16 Tidak layak

2 12 0 0,48 Sedang

3 10 2 0,40 Sulit

4 12 0 0,48 Sedang

5 12 0 0,48 Sedang

6 8 4 0,32 Sulit

7 12 0 0,48 Sedang

8 10 2 0,40 Sulit

9 12 0 0,48 Sedang

10 12 0 0,48 Sedang

11 10 2 0,40 Sulit

12 6 6 0,24 Sulit

13 12 0 0,48 Sedang

14 12 0 0,48 Sedang

15 12 0 0,48 Sedang

16 8 4 0,32 Sulit

17 7 5 0,28 Sulit

18 7 5 0,28 Sulit

19 5 7 0,28 Sulit

20 9 3 0,36 Sulit

21 10 2 0,40 Sulit

22 9 3 0,36 Sulit

23 7 5 0,28 Sulit

24 6 6 0,24 Sulit

25 7 5 0,28 Sulit

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

141

Lampiran 7 Hasil Tes Kemampuan Berbahasa Indonesia

NILAI TES KEMAMPUAN BERBAHASA INDONESIA

No. NAMA SEMESTER JUMLAH

BENAR

NILAI

1. Tika IV 19 76

2. Ludi Frandika VI 21 84

3. Rosalia Galih IV 18 72

4. Yosep Mindo II 16 64

5. Oda Nimas Ayu Prabu VIII 23 92

6. Agatha Yekti VI 20 80

7. Agnes Endah M. VI 20 80

8. Angela VIII 20 80

9. Yosie VI 18 72

10. Theresia Tri Kurniawati S. IV 21 84

11. Rosa Dania Astari VIII 21 84

12. Bagas Sinung VII 15 60

Jumlah Nilai = 928

Berdasarkan hasil tes di atas, peneliti menghitung rata-rata dengan rumus =

Jumlah nilai : responden

Berikut perhitungannya

Rata-rata = 928 : 12

= 77,3

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

142

Lampiran 8 Lembar Validasi Dosen

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

143

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

144

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

145

Lampiran 9 Lembar Uji Coba Produk

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

146

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI

147

PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI