Pendidikan Inklusi
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of Pendidikan Inklusi
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah
Subhanahu Wata’ala atas kelimpahan rahmat dan hidayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk
memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Dinamika Kelompok.
Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan
kita Nabi Rahmatan lil’aalamiin, manusia terbaik yang di
turunkan Allah ke muka bumi,sebagai cahaya penerang dalam
kegelapan, yakni Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi Wasallam
beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Semoga kita termasuk
umat beliau yang berhak memperoleh safaatnya kelak di hari
akhir, aamiin.
Demikian, seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak
retak, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun
selalu kami nantikan, untuk perbaikan pembuatan makalah
selanjutnya.
Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh
Barru, Oktober
2014
Pendidikan Inklusi (1)
Karlina Amir
DAFTAR ISI
Kata Pengantar …………………………………………………………………….. i
Daftar Isi …………………………………………………………………………….. ii
Bab I Pendahuluan ..……………………………………………………………… 1
A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1
B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 2
C. Tujuan Penulisan …………………………………………………….. 2
Bab II Pembahasan …………………………………………………………….. 3
A.Definisi Anak Berkebutuhan Khusus ………………………… 3
B.Strategi Pembelajaran Pendidikan bagi ABK ……………… 4
1. Sarana dan Prasarana Umum …………………………….. 4
2. Sarana Khusus untuk ABK …………………………………. 5
Tunanetra ………………………………………………….. 5
Tunarungu …………………………………………………. 6
Tunagrahita …………………………………………………. 7
Tunadaksa ……………………………………………………. 8
Pendidikan Inklusi (2)
Tunalaras ……………………………………………………… 10
Anak Berbakat ………………………………………………. 11
Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar …………. 11
3. Prasarana Khusus ………………………………………………. 12
Bab III Penutup …………………………………………………………………….. 14
Kesimpulan ………………………………………………………………… 14
Saran………………………………………………………………………… 14
Daftar Pustaka ………………………………………………………………………. 16
Pendidikan Inklusi (3)
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan
asal-usul, status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang,
termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan sebagaimana di
amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 (1). Dalam Undang-Undang Nomor
20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak untuk
memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi
termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang
berkebutuhan khusus.
Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema
dalam belajar, hanya saja problema tersebut ada yang ringan dan
tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain karena dapat
diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang
problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka
perhatian dan bantuan dari orang lain. Anak luar biasa atau
disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs),
memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun,
ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak
sebaya lainnya dalam system pendidikan regular, ada hal-hal
tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan
sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.
Seiring dengan berkembangnya tuntutan bagi kelompok
perbedaan kemampuan (difabel) dalam menyuarakan hak-haknya, maka
kemudian muncul konsep pendidikan inklusi. Salah satu kesepakatan
Internasional yang mendorong terwujudnya sistem pendidikan
inklusi adalah Convention on the Rights of Person with
Disabilities and Optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007.
Pada pasal 24 dalam Konvensi ini disebutkan bahwa setiap negara
Pendidikan Inklusi (4)
berkewajiban untuk menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi di
setiap tingkatan pendidikan. Adapun salah satu tujuannya adalah
untuk mendorong terwujudnya partisipasi penuh difabel dalam
kehidupan masyarakat. Namun dalam prakteknya sistem pendidikan
inklusi di Indonesia masih menyisakan persoalan tarik ulur antara
pihak pemerintah dan praktisi pendidikan, dalam hal ini para
guru.
Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special
needs) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan
kebutuhan masing – masing . Dalam penyusunan progam pembelajaran
untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki
data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni
berkaitan dengan karateristik spesifik, kemampuan dan
kelemahanya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat
perkembanganya. Karakteristik spesifik student with special needs
pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional.
Karaktristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan
sensori motor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri,
konsep diri, kemampuan berinteraksi social serta kreativitasnya.
Model pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus
yang dipersiapkan oleh guru di sekolah, di tujukan agar peserta
didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan social. Pembelajaran
tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri
peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi.
Kompetensi ini terdiri atas empat ranah yang perlu diukur
meliputi kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi sehari-
hari dan kompetensi akademik.
B. Rumusan Masalah
1.Apakah definisi dari anak berkebutuhan khusus?
Pendidikan Inklusi (5)
2.Bagaimana strategi pembelajaran atau pelayanan pendidikan bagi
individu berkebutuhan khusus?
C. Tujuan
1.Menjelaskan definisi dari anak berkebutuhan khusus.
2.Menjelaskan bagaimana strategi pembelajaran atau pelayanan
pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.
Pendidikan Inklusi (6)
BAB II
PEMBAHASAN
A.Defenisi Anak Berkebutuhan Khusus
Menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah individu /
anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan individu /
anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan
mental, emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak
yang secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik,
mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses
pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang
seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk
menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya
kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik
yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena
karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk
pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan
potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan
modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu
berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus
biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan
kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB
bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB
bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB
bagian G untuk cacat ganda.
Anak dengan kebutuhan khusus dapat diartikan secara simpel
sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded)
yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak
pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi
dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan
Pendidikan Inklusi (7)
Handicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi
masing-masing istilah adalah sebagai berikut:
1.Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang
dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan
aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam
batas normal, biasanya digunakan dalam level
individu.
2.Impairment : kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal
psikologis, atau struktur anatomi atau fungsinya,
biasanya digunakan pada level organ.
3.Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari
impairment atau disability yang membatasi atau
menghambat pemenuhan peran yang normal pada
individu.
Selama ini anak – anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel)
disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat
dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).
Secara tidak disadari sistem pendidikan SLB telah membangun tembok
eksklusifisme bagi anak – anak yang berkebutuhan khusus.
Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak disadari telah
menghambat proses saling mengenal antara anak – anak difabel
dengan anak – anak non-difabel. Akibatnya dalam interaksi sosial
di masyarakat kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi
dari dinamika sosial di masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab
dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara kelompok difabel
sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral
dari kehidupan masyarakat.
B. Strategi Pembelajaran Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus
- Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Inklusif
Pendidikan Inklusi (8)
Sarana dan prasarana pendidikan inklusif adalah perangkat
keras maupun perangkat lunak yang dipergunakan untu menunjang
keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusi pada satuan pendidikan
tertentu.
Pada hakekatnya, semua sarana dan prasarana pendidikan pada
satuan pendidikan tertentu dapat digunakan dalam penyelenggaraan
pendidikan inklusi, tetapi untuk mengoptimalkan proses
pembelajaran perlu dilengkapi asesibilitas bagi kelancaran
mobilisasi anak berkebutuhan khusus, serta media pembelajaran yang
sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.
1. Sarana dan Prasarana Umum
Sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif tidak berbeda dengan sarana dan
parasarana yang dibutuhkan di sekolah regular pada umumnya,
yaitu:
Ruang kelas beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
Ruang praktikum (laboratorium) beserta perangkatnya (perabot
dan peralatan)
Ruang perpustakaan beserta perangkatnya (perabot dan
peralatan)
Ruang serbaguna beserta perlengkapannya (perabot dan
peralatan)
Ruang BP/BK beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)
Ruang UKS berta perangkatnya (perabot dan peralatan)
Ruang kepala sekolah, guru, dan tata usaha, beserta
perlengkapannya (perabot dan peralatan)
Lapangan olahraga, beserta peralatannya (perabot dan
peralatan)
Toilet
Ruang ibadah, beserta perangkatnya (perabot dan peralatan)Pendidikan Inklusi (9)
Ruang kantin
Ruang sumber (tempat alat bantu belajar anak berkebutuhan
khusus)
2. Sarana Khusus untuk ABK
Penentuan sarana khusus untuk setiap jenis kelainan
didasarkan pada skala prioritas artinya mengacu pada kondisi dan
kebutuhan peserta didik.
a. Anak Tunanetra
Alat Asesmen
Assesmen kelainan penglihatan dilakukan untuk
mengukur kemampuan penglihatan dalam bentuk geometri,
mengukur kemampuan penglihatan dalam mengenal warna, serta
mengukur ketajaman penglihatan. Alat yang digunakan untuk
assesmen penglihatan anak tunanetra, antara lain snellen
chart, ishihara test, SVR (trial lens set), dan snellen
chart electronic.
Orientasi dan Mobilitas
Pada umumnya anak tunanetra mengalami gangguan
orientasi mobilitas baik sebagian maupun secara
keseluruhan. Untuk pengembangan orientasi mobilitasnya dapat
dilakukan dengan menggunakan alat-alat berikut ini tongkat,
tongkat lipat, tongkat elektrik (tongkat yang berbunyi
apabila ada benda di dekatnya), bola bunyi (bola sepak yang
mengeluarkan bunyi), pelindung kepala.
Alat Bantu Pembelajaran/ Akademik
Layanan pendidikan untuk anak tunanetra selain
membaca, menulis, berhitung juga mengembangkan sikap,
pengetahuan dan kreativitas. Untuk membantu penguasaan
kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dapat dilakukanPendidikan Inklusi (10)
dengan menggunakan alat-alat seperti peta timbul, abacus,
penggaris Braille, blokies, papan baca, meteran Braille,
kompas Braille, kompas bicara, talking watc, gelas rasa,
botol aroma, Braille kit, mesin tik Braille, jam tangan
Braille, puzzle ball, model anatomi, globe timbul, bentuk–
bentuk geometri, dan collor sorting box.
Alat Bantu Visual (alat bantu penglihatan)
Kelainan penglihatan anak tunanetra bervariasi dari
yang ringan (low vision) sampai yang total (total blind).
Untuk membantu memperjelas penglihatannya pada anak
tunanetra jenis low vision dapat digunakan alat bantu
magnifier lens set, CCTV, view scan, televisi, prism
monocular.
Alat Bantu Auditif (alat bantu pendengaran)
Untuk melatih kepekaan pendengaran anak tunanetra
dalam mengikuti pelajaran dapat digunakan tape rekorder
doble dek, alat musik pukul, alat musik tiup (alat-alat
musik jenis tiup).
Alat Latihan Fisik
Pada umumnya anak tunanetra mengalami kesulitan dan
kelambanan dalam melakukan aktivitas fisik/ motorik. Hal
ini akan berpengaruh terhadap kekuatan fisiknya yang dapat
menimbulkan kerentanan terhadap kesehatannya. Untuk
mengembangkan kemampuan fisik alat yang dapat digunakan
untuk anak tunanetra adalah catur tunanetra, bridge
tunanetra, sepak bola dengan bola berbunyi, papan
keseimbangan, power rider, static bycicle.
b. Tunarungu/Gangguan Komunikasi
Alat Asesmen
Pendidikan Inklusi (11)
Asesmen kelainan pendengaran dilakukan untuk
mengukur kemampuan pendengaran, atau untuk menentukan
tingkat kekuatan suara/sumber bunyi. Alat yang digunakan
untuk asesmen pendengaran anak tunarungu adalah scan test,
bunyi-bunyian, garputala, audiometer & blanko audiogram,
mobile sound proof, sound level meter, hearing aids.
Anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran baik
dari ringan sampai berat/total. Untuk membantu
pendengarannya dapat dilakukan menggunakan alat bantu dengar
(hearing aid) model saku, model belakang, model dalam
telinga.
Untuk membantu pendengaran dalam proses
pembelajaran dapat digunakan alat-alat hearing group, loop
induction system.
Latihan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama
Pada umumnya anak tunarungu mengalami gangguan
pendengaran baik ringan maupun secara keseluruhan/total,
sehingga mengakibatkan gangguan atau hambatan komunikasi
dan bahasa. Untuk pengembangan kemampuan berkomunikasi dan
bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan cermin, alat
latihan meniup, alat musik perkusi, sikat getar, lampu
aksen, meja latihan wicara, speech and sound simulation,
spatel, TV/VCD.
Alat Bantu Belajar / Akademik
Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang
akademik, maka dibutuhkan layanan alat-alat yang dapat
membantu mengembangkan kemampuan akademik anak tunarungu
antara lain miniatur benda, finger alphabet, silinder, kartu
kata/ kalimat, menara segitiga, menara lingkaran, menara
Pendidikan Inklusi (12)
segi empat, peta dinding, model geometri, anatomi dan model
telinga, torso setengah badan, puzzle buah-buahan/ binatang/
konstruksi, atlas, globe, miniatur rumah adat/ rumah ibadah.
Alat Latihan Fisik
Untuk mengembangkan kemampuan motorik/fisik anak
tunarungu, alat-alat yang dipergunakan adalah bola dan net
volley, bola sepak, meja pingpong, raket, net bulutangkis
dan suttle cock, power rider (alat untuk melatih kecekatan
motorik).
c. Anak Tunagrahita
Alat asesmen
Alat untuk asesmen anak tunagrahita dapat digunakan
tes intelegensi WISC-R dan/ atau stanford binet, cognitive
ability test.
Latihan Sensori Visual
Untuk membantu sensori visual anak tunagrahita dapat
menggunakan alat gradasi kubus, gradasi balok 1, gradasi
balok 2, silinder 1, silinder 2, silinder 3, menara
segitiga, menara lingkaran, menara segi empat, kotak
silinder, multi sensori, puzzle binatang, puzzle konstruksi,
puzzle bola, boks sortir warna, geometri tiga dimensi, papan
geometri, box shape, konsentrasi mekanis, formmenstockbox
mit, formmenstockbox, scheiben-stepel puzzle, formstec-
stepel puzzle, fadeldreicke, schmettering puzzle,
streckspiel, geo-streckbrett, rogenbugentorte.
Latihan Sensori Perabaan
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakan
dan mengenali bentuk. Untuk membantu sensori perabaan anak
tunagrahita dapat digunakan alat keping raba 1, 2, dan 3,
Pendidikan Inklusi (13)
alas raba, fub and hand, puzzle pubtastplatten, tactila,
balance labirinth spirale, balance labirinth maander.
Sensori Pengecap dan Perasa
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakan
rasa dan membedakan aroma/bau. Untuk itu anak tunagrahita
perlu latihan sensori pengecap dan perasa, alat yang
digunakan adalah gelas rasa, botol aroma, tactile
perception, aesthesiometer.
Latihan Bina Diri
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk merawat
diri sendiri. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan bina
diri. Alat yang digunakan latihan bina diri dapat berupa
berpakaian 1 (bentuk kancing), berpakaian 2 (bentuk
resleting), berpakaian 3 (bentuk tali), dressing frame set,
pasta gigi dan lain sebagainya.
Konsep dan Simbol Bilangan
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk memahami
konsep dan simbul bilangan. Untuk itu anak tunagrahita perlu
latihan memahami konsep dan simbul bilangan. Alat yang
digunakan melatih konsep dan simbul bilangan dapat berupa
keping pecahan, balok bilangan 1 dan 2, geometri tiga
dimensi, abacus, papan bilangan (cukes), tiang bilangan,
kotak bilangan.
Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk
berkreativitas dan pada daya pikirnya. Untuk itu anak
tunagrahita perlu latihan memahami kreativitas, daya pikir
dan konsentrasi. Alat yang digunakan dapat berupa box
Pendidikan Inklusi (14)
konsentrasi mekanis, puzle konstruksi, rantai persegi,
rantai bulat, lego/lazi.
Alat Pengajaran Bahasa
Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk
berkomunikasi dan berbahasa. Untuk itu anak tunagrahita
perlu latihan berbahasa. Alat yang digunakan melatih
berbahasa dapat berupa alphabet, alphabet fibre box, pias
kata dan kalimat.
Latihan Perseptual Motor
Keterbatasan intelegensi dan kognitif mengakibatkan
anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam perseptual
motornya. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan
perseptual motor. Alat yang digunakan melatih perseptual
motor dapat berupa bak pasir, papan keseimbangan, gradasi
papan titian, keping keseimbangan, power rider, balancier
zehner, balamcierbrett, balancierwippe balancier steg.
d. Anak Tunadaksa
Alat Asesmen Kemampuan Gerak
Pada umumnya anak tunadaksa mengalami gangguan
perkembangan intelegensi motorik dan mobilitas, baik
sebagian maupun secara keseluruhan. Asesmen dilakukan pada
anak tunadaksa dilakukan untuk mengetahui keadaan postur
tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatan otot, mobilitas,
intelegensi, serta perabaan. Alat yang digunakan untuk
assesmen anak tunadaksa seperti finger goniometer (alat ukur
sendi-daerah gerak), flexiometer (alat ukur kelenturan),
plastic goniometer (alat ukur sendi), reflex hammer
(pengukur gerak reflex kaki), posture evaluation set
(pengukur postur tubuh mengukur kelainan posisi tulang
belakang), TPD aesthesiometer (mengukur rasa permukaan kulitPendidikan Inklusi (15)
pada tubuh), ground rhytem tibre instrument, cabinet
geometric insert, color sorting box, tactile board sets.
Alat Latihan Fisik/ Bina Gerak
Pada umumnya anak tunadaksa mengalami hambatan dalam
pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh.
Agar anak tunadaksa dapat melakukan kegiatan hidup sehari-
hari diperlukan latihan. Alat-alat yang dapat digunakan
dapat berupa pulley weight (untuk menguatkan otot tangan dan
perut), kanavel table (untuk menguatkan otot tangan,
pergelangan dan jari tangan), squeez ball (untuk latihan
daya remas tangan), restorator hand (untuk menguatkan otot
lengan), restorator leg (untuk menguatkan otot kaki,
tungkai), treadmill jogger (untuk menguatkan otot kaki,
tungkai dan jantung), safety walking strap (sabuk pengaman
ketika berlatih jalan), straight (alat latih memanjat),
sand-bag (pemberat beban pada latihan gerak sendi), exercise
mat (latihan mobilisasi gerak tidur, berguling), incline mat
(latihan untuk merangkak), neuro development rolls (latihan
untuk merangkak dan keseimbangan dalam posisi duduk, height
adjustable crowler (latihan untuk merangkak), floor sitter
(untuk latihan duduk tegak di lantai), kursi CP (untuk
latihan duduk tegak posisi normal), individual stand-in
table (untuk latihan berdiri tegak dan aktivitas tangan),
walking paralel (untuk latihan jalan dengan pegangan
memajang kiri dan kanan, walker khusus CP (untuk latihan m
obilitas berjalan), vestibular board (meja goyang untuk
latihan keseimbangan), balance beam set (papan titian untuk
latihan keseimbangan), dynamic body and balance (latihan
keseimbangan dan meloncat), kolam bola-bola (untuk latihan
koordinasi mata, kaki dan tangan), vibrator (untuk mengatasi
Pendidikan Inklusi (16)
kekakuan otot), infra-red lamp (infra fill) (melancarkan
peredaran darah dan relaksasi otot), dual speed massager
(alat pijat double kecepatan), speed training devices (alat
latih kecepatan gerakan mulut pada saat bicara), bola karet
(untuk latihan motorik),, balok berganda (papan untuk
melatih keseimbangan tubuh dalam bentuk bertingkat), balok
titian (papan untuk melatih keseimbangan tubuh).
Alat Bina Diri
Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan diri
dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living),
maka perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat
berupa swivel utensil, dressing frame set, lacing shoes,
deluxe mobile commade, alat orthotic dan prosthetic.
Agar anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan
kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka
perlu alat bantu (orthonic dan prosthetic). Alat-alat yang
dapat digunakan meliputi cock-up resting splint, rigid
immobilitation elbow brace, flexion extention, back splint,
night splint, denish browns splint, x splint, o splint, long
leg brace set, ankle or short leg brace, original thomas
collar, simple cervical brace, corsett, crutch, clubfoot
walker shoes, thomas heel shoes, wheel chair, kaki palsu
sebatas lutut, kaki palsu sampai paha.
Alat Bantu Belajar/Akademik
Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang
akademik, maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus.
Alat-alat yang dapat membantu mengembangkan kemampuan
akademik pada anak tunadaksa dapat berupa kartu abjad,
kartu kata atau kalimat, torso seluruh badan, geometri
sharpe, menara gelang, menara segitiga, menara segiempat,Pendidikan Inklusi (17)
gelas rasa, botol aroma, abacus dan washer, papan pasak,
kotak bilangan.
e. Tunalaras
Asesmen Gangguan Perilaku
Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan
penyimpangan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun
orang lain. Terganggunya perilaku anak tunalaras, menuntut
adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi
kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Asesmen dilakukan
pada anak tunalaras untuk mengetahui penyimpangan perilaku
anak. Alat yang digunakan untuk assesmen anak tunalaras
seperti Adaptive Behavior Inventory for Children dan AAMD
Adaptive Behavior Scale.
Alat Terapi Perilaku
Perilaku menyimpang yang dilakukan anak tunalaras
cenderung untuk merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk
mereduksi perilaku yang menyimpang, maka dibutuhkan
peralatan khusus. Alat-alat tersebut dapat berupa pretend
game, hide-way, put me a tune, copy cats, jig-saw puzzle,
puppen house, hunt the timble, sarung tinju, hoopla, sand
pits, animal matching games, organ, tambur dengan stick dan
tripod, rebana, flute, torso, puzzle.
Alat Terapi Fisik
Untuk mengembangkan kemampuan motorik/fisik anak
tunalaras, alat yang dapat digunakan matras, straight-type
staircase, bola sepak, bola, net volley, power rider,
strickleiter , trecketsando (5 flat), rope lader.
f. Anak Berbakat
Alat Asesmen
Pendidikan Inklusi (18)
Anak berbakat mempunyai kemampuan yang istimewa
dibanding teman sebayanya. Asesmen dilakukan pada anak
berbakat untuk mengetahui. Keberbakatan dan menilai tentang
kebutuhannya untuk menempatkan dalam program-program
pendidikan sesuai dengan dan dalam rangka mengembangkan
potensinya. Alat yang digunakan untuk assesmen anak berbakat
seperti Tes Intelegensi WISC-R, tes intelegensi stanford
binet, cognitive ability tes, differential aptitude test.
Alat Bantu Ajar/Akademik
Anak berbakat memiliki sifat selalu haus pengetahuan
dan tidak puas bila hanya mendapat penjelasan dari orang
lain, mereka ingin menemukan sendiri dengan cara trial and
error (mengadakan percobaan/praktikum) di laboraturium atau
di masyarakat. Untuk itu sekolah inklusif hendaknya perlu
mengusahakan sarana yang lengkap. Sarana-sarana belajar
tersebut meliputi sumber belajar (buku paket, buku
pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, koran,
internet), media pembelajaran (radio, cassette recorder,
tv, ohp, wireless, slide projector, LD/VCD/DVD.
g. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
Alat Asesmen
Anak yang mengalami kesulitan belajar merupakan
kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara
selektif menggangu perkembangan, integrasi, dan/atau
kemampuan verbal dan/atau non verbal. Kesulitan belajar
dapat berupa kesulitan berbahasa, membaca, menulis dan atau
matematika.
Asesmen pada anak yang mengalami kesulitan belajar
dilakukan untuk mengetahui bentuk kesulitan belajar dan
untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagaiPendidikan Inklusi (19)
bahan pertimbangan dalam merencanakan program
pembelajarannya. Alat yang digunakan untuk assesmen anak
yang mengalami kesulitan belajar seperti instrumen ungkap
riwayat kelainan dan tes inteligensi WISC.
Alat Bantu Ajar/Akademik
Kesulitan Belajar Membaca (Disleksi)
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang
mengalami kesulitan belajar membaca (remedial membaca)
meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat,
kesulitan belajar bahasa.
Kesulitan Berbahasa
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang
mengalami kesulitan belajar bahasa (remedial bahasa)
meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat.
Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang
mengalami kesulitan belajar menulis (remedial menulis)
meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, balok
bilangan 1, balok bilangan 2.
Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia)
Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang
mengalami kesulitan belajar matematika (remedial
matematika) meliputi balok bilangan 1, balok bilangan 2,
pias angka, kotak bilangan, papan bilangan.
3. Prasarana Khusus
Pendidikan Inklusi (20)
Anak Tunanetra
Untuk peserta didik tunanetra diperlukan ruang untuk
melaksanakan kegiatan asesmen, konsultasi, orientasi dan
mobilitas, remedial teaching, latihan menulis braille,
latihan mendengar, latihan fisik, keterampilan, dan
penyimpanan alat.
Anak Tunarungu/Gangguan Komunikasi
Untuk peserta didik tunarungu/Gangguan Komunikasi
diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan asesmen,
konsultasi, latihan bina wicara, bina persepsi bunyi dan
irama, remedial teaching, latihan fisik, keterampilan, dan
penyimpanan alat.
Anak Tunagrahita
Untuk peserta didik Tunagrahita/Anak Lamban Belajar
diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan assesmen,
konsultasi, latihan sensori, bina diri, remedial teaching,
latihan perseptual, keterampilan, dan penyimpanan alat.
Anak Tunadaksa
Untuk peserta didik Tunadaksa diperlukan ruang untuk
melaksanakan kegiatan assesmen, konsultasi, latihan fisik,
bina diri, remedial teaching, keterampilan, dan penyimpanan
alat.
Anak Tunalaras
Untuk peserta didik Tunalaras diperlukan ruang untuk
melaksanakan kegiatan assesmen, konsultasi, latihan perilaku,
terapi permainan, terapi fisik, remedial teaching, dan
penyimpanan alat.
Pendidikan Inklusi (21)
Anak Cerdas Istimewa
Di samping memberdayakan atau mengoptimalkan penggunaan
prasarana yang ada apabila di sekolah penyelenggara pendidikan
inklusif peserta didiknya ada yang berkecerdasan istimewa,
prasarana khusus yang perlu disediakan adalah ruang assesmen.
Anak Berbakat Istimewa
Untuk anak berbakat istimewa di samping memberdayakan
atau mengoptimalkan penggunaan prasarana yang ada apabila di
sekolah penyelenggara pendidikan inklusif peserta didiknya ada
yang berbakat, prasarana khusus yang perlu disediakan adalah
ruang assesmen.
Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar
Untuk peserta didik yang mengalami kesulitan belajar
diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan assesmen, dan
remedial. sebagai catatan, pada dasarnya di sekolah
penyelenggara pendidikan inklusif cukup disiapkan satu unit
ruang sebagai ”resource room” atau ruang sumber.
Pendidikan Inklusi (22)
BAB III
PENUTUP
A.KESIMPULAN
Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk
menggantikan kata “Anak Luar Biasa ( ALB ) ” yang menandakan
adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai
karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.
Oleh sebab itu, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus
yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.
Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu:
ABK temporer (sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk
kategori ABK temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan
strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan
(anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah
perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi
korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen
adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,
tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity Disorders),
Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas
(Gifted), dan lain-lain.
Pelayanan pendidikan untuk individu berkebutuhan khusus
adalah dengan pendidikan inklusi .Pendidikan inklusi adalah
sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap anak penuh
berpartisipasi dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan
kecacatan atau karakteristik lainnya. Disamping itu pendidikan
inklusi juga melibatkan orang tua dalam cara yang berarti dalam
berbagi kegiatan pendidikan, terutama dalam proses perencanaaan,
sedang dalam belajar mengajar, pendekatan guru berpusat pada anak.
Bagi anak berkebutuhan khusus, peran aktif orangtua ini
merupakan bentuk dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan
Pendidikan Inklusi (23)
perkembangannya, baik secara fisik maupun psikologis. Dukungan
sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau pengaruh
yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti
anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja.
B.SARAN
Jika pemerintah memang serius dalam melaksanakan program
pendidikan inklusi, maka yang harus dilakukan adalah dengan
menjalankan tahapan – tahapan pelaksanaan pendidikan inklusi
secara konsisten mulai dari sosialisasi hingga evaluasi
pelaksanaannya. Namun yang lebih penting dan secara langsung dapat
dilakukan oleh para guru untuk mewujudkan pendidikan inklusi
adalah dengan menciptakan suasana belajar yang saling
mempertumbuhkan (cooperative learning). Cooperative Learning akan
mengajarkan para siswa untuk dapat saling memahami (mutual
understanding) kekurangan masing – masing temannya dan peduli
(care) terhadap kelemahan yang dimiliki teman sekelasnya. Dengan
demikian maka sistem belajar ini akan menggeser sistem belajar
persaingan (competitive learning) yang selama ini diterapkan di
dunia pendidikan kita. Dalam waktu yang bersamaan competitive
learning dapat menjadi solusi efektif bagi persoalan yang dihadapi
oleh para guru dalam menjalankan pendidikan inklusi. Pada akhirnya
suasana belajar cooperative ini diharapkan bukan hanya menciptakan
kecerdasan otak secara individual, namun juga mengasah kecerdasan
dan kepekaan sosial para siswa.
Memiliki anak berkebutuhan khusus diakui merupakan
tantangan yang cukup berat bagi banyak orangtua. Tidak sedikit
yang mengeluhkan bahwa merawat dan mengasuh anak berkebutuhan
khusus membutuhkan tenaga dan perhatian yang ekstra karena tidak
semudah saat melakukannya pada anak-anak normal.
Pendidikan Inklusi (24)
Namun demikian, hal ini harus dapat disikapi secara
positif, agar selanjutnya orangtua dapat menemukan langkah-langkah
yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan dan berbagai potensi
yang masih dimiliki oleh anak-anak tersebut. Terlebih pada
prinsipnya, meskipun memiliki keterbatasan, bukan berarti tertutup
sudah semua jalan bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat
berhasil dalam hidupnya dan menjalani hari-harinya tanpa selalu
bergantung pada orang lain. Di balik kelemahan atau kekurangan
yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus masih memiliki sejumlah
kemampuan atau modalitas yang dapat dikembangkan untuk membantunya
menjalani hidup seperti individu-individu lain pada umumnya.
Pendidikan Inklusi (25)
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/WarmanTateuteu/strategi-pembelajaran-bagi-anak-berkebutuhan-khusus
http://www.academia.edu/6845679/pendidikan_inklusi
Pendidikan Inklusi (26)