Pendidikan Inklusi

26
KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah Subhanahu Wata’ala atas kelimpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Dinamika Kelompok. Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Rahmatan lil’aalamiin, manusia terbaik yang di turunkan Allah ke muka bumi,sebagai cahaya penerang dalam kegelapan, yakni Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi Wasallam beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Semoga kita termasuk umat beliau yang berhak memperoleh safaatnya kelak di hari akhir, aamiin. Demikian, seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak retak, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun selalu kami nantikan, untuk perbaikan pembuatan makalah selanjutnya. Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh Barru, Oktober 2014 Pendidikan Inklusi (1)

Transcript of Pendidikan Inklusi

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Puji syukur Alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Allah

Subhanahu Wata’ala atas kelimpahan rahmat dan hidayah-Nya,

sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah ini untuk

memenuhi salah satu mata kuliah yaitu Dinamika Kelompok.

Shalawat serta salam semoga tercurahkan kepada junjungan

kita Nabi Rahmatan lil’aalamiin, manusia terbaik yang di

turunkan Allah ke muka bumi,sebagai cahaya penerang dalam

kegelapan, yakni Nabi Muhammad Shallallahu’Alaihi Wasallam

beserta keluarga dan sahabat-sahabatnya. Semoga kita termasuk

umat beliau yang berhak memperoleh safaatnya kelak di hari

akhir, aamiin.

Demikian, seperti kata pepatah, tak ada gading yang tak

retak, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun

selalu kami nantikan, untuk perbaikan pembuatan makalah

selanjutnya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullaahi Wabarakaatuh

Barru, Oktober

2014

Pendidikan Inklusi (1)

Karlina Amir

DAFTAR ISI

Kata Pengantar …………………………………………………………………….. i

Daftar Isi …………………………………………………………………………….. ii

Bab I Pendahuluan ..……………………………………………………………… 1

A. Latar Belakang ………………………………………………………… 1

B. Rumusan Masalah …………………………………………………… 2

C. Tujuan Penulisan …………………………………………………….. 2

Bab II Pembahasan …………………………………………………………….. 3

A.Definisi Anak Berkebutuhan Khusus ………………………… 3

B.Strategi Pembelajaran Pendidikan bagi ABK ……………… 4

1. Sarana dan Prasarana Umum …………………………….. 4

2. Sarana Khusus untuk ABK …………………………………. 5

Tunanetra ………………………………………………….. 5

Tunarungu …………………………………………………. 6

Tunagrahita …………………………………………………. 7

Tunadaksa ……………………………………………………. 8

Pendidikan Inklusi (2)

Tunalaras ……………………………………………………… 10

Anak Berbakat ………………………………………………. 11

Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar …………. 11

3. Prasarana Khusus ………………………………………………. 12

Bab III Penutup …………………………………………………………………….. 14

Kesimpulan ………………………………………………………………… 14

Saran………………………………………………………………………… 14

Daftar Pustaka ………………………………………………………………………. 16

Pendidikan Inklusi (3)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan adalah hak seluruh warga negara tanpa membedakan

asal-usul, status sosial ekonomi, maupun keadaan fisik seseorang,

termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan sebagaimana di

amanatkan dalam UUD 1945 pasal 31 (1). Dalam Undang-Undang Nomor

20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, hak anak untuk

memperoleh pendidikan dijamin penuh tanpa adanya diskriminasi

termasuk anak-anak yang mempunyai kelainan atau anak yang

berkebutuhan khusus.

Pada dasarnya setiap anak berpotensi mengalami problema

dalam belajar, hanya saja problema tersebut ada yang ringan dan

tidak memerlukan perhatian khusus dari orang lain karena dapat

diatasi sendiri oleh anak yang bersangkutan dan ada juga yang

problem belajarnya cukup berat sehingga perlu mendapatka

perhatian dan bantuan dari orang lain. Anak luar biasa atau

disebut sebagai anak berkebutuhan khusus (children with special needs),

memang tidak selalu mengalami problem dalam belajar. Namun,

ketika mereka diinteraksikan bersama-sama dengan anak- anak

sebaya lainnya dalam system pendidikan regular, ada hal-hal

tertentu yang harus mendapatkan perhatian khusus dari guru dan

sekolah untuk mendapatkan hasil belajar yang optimal.

Seiring dengan berkembangnya tuntutan bagi kelompok

perbedaan kemampuan (difabel) dalam menyuarakan hak-haknya, maka

kemudian muncul konsep pendidikan inklusi. Salah satu kesepakatan

Internasional yang mendorong terwujudnya sistem pendidikan

inklusi adalah Convention on the Rights of Person with

Disabilities and Optional Protocol yang disahkan pada Maret 2007.

Pada pasal 24 dalam Konvensi ini disebutkan bahwa setiap negara

Pendidikan Inklusi (4)

berkewajiban untuk menyelenggarakan sistem pendidikan inklusi di

setiap tingkatan pendidikan. Adapun salah satu tujuannya adalah

untuk mendorong terwujudnya partisipasi penuh difabel dalam

kehidupan masyarakat. Namun dalam prakteknya sistem pendidikan

inklusi di Indonesia masih menyisakan persoalan tarik ulur antara

pihak pemerintah dan praktisi pendidikan, dalam hal ini para

guru.

Pembelajaran untuk anak berkebutuhan khusus (student with special

needs) membutuhkan suatu strategi tersendiri sesuai dengan

kebutuhan masing – masing . Dalam penyusunan progam pembelajaran

untuk setiap bidang studi hendaknya guru kelas sudah memiliki

data pribadi setiap peserta didiknya. Data pribadi yakni

berkaitan dengan karateristik spesifik, kemampuan dan

kelemahanya, kompetensi yang dimiliki, dan tingkat

perkembanganya. Karakteristik spesifik student with special needs

pada umumnya berkaitan dengan tingkat perkembangan fungsional.

Karaktristik spesifik tersebut meliputi tingkat perkembangan

sensori motor, kognitif, kemampuan berbahasa, ketrampilan diri,

konsep diri, kemampuan berinteraksi social serta kreativitasnya.

Model pembelajaran untuk peserta didik berkebutuhan khusus

yang dipersiapkan oleh guru di sekolah, di tujukan agar peserta

didik mampu berinteraksi terhadap lingkungan social. Pembelajaran

tersebut disusun secara khusus melalui penggalian kemampuan diri

peserta didik yang didasarkan pada kurikulum berbasis kompetensi.

Kompetensi ini terdiri atas empat ranah yang perlu diukur

meliputi kompetensi fisik, kompetensi afektif, kompetensi sehari-

hari dan kompetensi akademik.

B. Rumusan Masalah

1.Apakah definisi dari anak berkebutuhan khusus?

Pendidikan Inklusi (5)

2.Bagaimana strategi pembelajaran atau pelayanan pendidikan bagi

individu berkebutuhan khusus?

C. Tujuan

1.Menjelaskan definisi dari anak berkebutuhan khusus.

2.Menjelaskan bagaimana strategi pembelajaran atau pelayanan 

pendidikan bagi anak berkebutuhan khusus.

Pendidikan Inklusi (6)

BAB II

PEMBAHASAN

A.Defenisi Anak Berkebutuhan Khusus

Menurut Heward, anak berkebutuhan khusus adalah individu /

anak dengan karakteristik khusus yang berbeda dengan individu /

anak pada umumnya tanpa selalu menunjukan pada ketidakmampuan

mental, emosi atau fisik. Anak dengan kebutuhan khusus adalah anak

yang secara signifikan mengalami kelainan/ penyimpangan (fisik,

mental-intelektual, sosial, dan emosional) dalam proses

pertumbuhkembangannya dibandingkan dengan anak-anak lain yang

seusia sehingga memerlukan pelayanan pendidikan khusus.

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk

menggantikan kata “Anak Luar Biasa (ALB)” yang menandakan adanya

kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai karakteristik

yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya. Karena

karakteristik dan hambatan yang dimilki, ABK memerlukan bentuk

pelayanan pendidikan khusus yang disesuaikan dengan kemampuan dan

potensi mereka, contohnya bagi tunanetra mereka memerlukan

modifikasi teks bacaan menjadi tulisan Braille dan tunarungu

berkomunikasi menggunakan bahasa isyarat. Anak berkebutuan khusus

biasanya bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) sesuai dengan

kekhususannya masing-masing. SLB bagian A untuk tunanetra, SLB

bagian B untuk tunarungu, SLB bagian C untuk tunagrahita, SLB

bagian D untuk tunadaksa, SLB bagian E untuk tunalaras dan SLB

bagian G untuk cacat ganda.

Anak dengan kebutuhan khusus dapat diartikan secara simpel

sebagai anak yang lambat (slow) atau mangalami gangguan (retarded)

yang tidak akan pernah berhasil di sekolah sebagaimana anak-anak

pada umumnya. Banyak istilah yang dipergunakan sebagai variasi

dari kebutuhan khusus, seperti disability, impairment, dan

Pendidikan Inklusi (7)

Handicap. Menurut World Health Organization (WHO), definisi

masing-masing istilah adalah sebagai berikut:

1.Disability : keterbatasan atau kurangnya kemampuan (yang

dihasilkan dari impairment) untuk menampilkan

aktivitas sesuai dengan aturannya atau masih dalam

batas normal, biasanya digunakan dalam level

individu.

2.Impairment : kehilangan atau ketidaknormalan dalam hal

psikologis, atau struktur anatomi atau fungsinya,

biasanya digunakan pada level organ.

3.Handicap : Ketidak beruntungan individu yang dihasilkan dari

impairment atau disability yang membatasi atau

menghambat pemenuhan peran yang normal pada

individu.

Selama ini anak – anak yang memiliki perbedaan kemampuan (difabel)

disediakan fasilitas pendidikan khusus disesuaikan dengan derajat

dan jenis difabelnya yang disebut dengan Sekolah Luar Biasa (SLB).

Secara tidak disadari sistem pendidikan SLB telah membangun tembok

eksklusifisme bagi anak – anak yang berkebutuhan khusus.

Tembok eksklusifisme tersebut selama ini tidak disadari telah

menghambat proses saling mengenal antara anak – anak difabel

dengan anak – anak non-difabel. Akibatnya dalam interaksi sosial

di masyarakat kelompok difabel menjadi komunitas yang teralienasi

dari dinamika sosial di masyarakat. Masyarakat menjadi tidak akrab

dengan kehidupan kelompok difabel. Sementara kelompok difabel

sendiri merasa keberadaannya bukan menjadi bagian yang integral

dari kehidupan masyarakat.

B. Strategi Pembelajaran Pendidikan bagi Anak Berkebutuhan Khusus

- Sarana dan Prasarana dalam Pendidikan Inklusif

Pendidikan Inklusi (8)

Sarana dan prasarana pendidikan inklusif adalah perangkat

keras maupun perangkat lunak yang dipergunakan untu menunjang

keberhasilan pelaksanaan pendidikan inklusi pada satuan pendidikan

tertentu.

Pada hakekatnya, semua sarana dan prasarana pendidikan pada

satuan pendidikan tertentu dapat digunakan dalam penyelenggaraan

pendidikan inklusi, tetapi untuk mengoptimalkan proses

pembelajaran perlu dilengkapi asesibilitas bagi kelancaran

mobilisasi anak berkebutuhan khusus, serta media pembelajaran yang

sesuai dengan kebutuhan anak berkebutuhan khusus.

1. Sarana dan Prasarana Umum

Sarana dan prasarana yang dibutuhkan di sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif tidak berbeda dengan sarana dan

parasarana yang dibutuhkan di sekolah regular pada umumnya,

yaitu:

Ruang kelas beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)

Ruang praktikum (laboratorium) beserta perangkatnya (perabot

dan peralatan)

Ruang perpustakaan beserta perangkatnya (perabot dan

peralatan)

Ruang serbaguna beserta perlengkapannya (perabot dan

peralatan)

Ruang BP/BK beserta perlengkapannya (perabot dan peralatan)

Ruang UKS berta perangkatnya (perabot dan peralatan)

Ruang kepala sekolah, guru, dan tata usaha, beserta

perlengkapannya (perabot dan peralatan)

Lapangan olahraga, beserta peralatannya (perabot dan

peralatan)

Toilet

Ruang ibadah, beserta perangkatnya (perabot dan peralatan)Pendidikan Inklusi (9)

Ruang kantin

Ruang sumber (tempat alat bantu belajar anak berkebutuhan

khusus)

2. Sarana Khusus untuk ABK

Penentuan sarana khusus untuk setiap jenis kelainan

didasarkan pada skala prioritas artinya mengacu pada kondisi dan

kebutuhan peserta didik.

a. Anak Tunanetra

Alat Asesmen

Assesmen kelainan penglihatan dilakukan untuk

mengukur kemampuan penglihatan dalam bentuk geometri,

mengukur kemampuan penglihatan dalam mengenal warna, serta

mengukur ketajaman penglihatan. Alat yang digunakan untuk

assesmen penglihatan anak tunanetra, antara lain snellen

chart, ishihara test, SVR (trial lens set), dan snellen

chart electronic.

Orientasi dan Mobilitas

Pada umumnya anak tunanetra mengalami gangguan

orientasi mobilitas baik sebagian maupun secara

keseluruhan. Untuk pengembangan orientasi mobilitasnya dapat

dilakukan dengan menggunakan alat-alat berikut ini tongkat,

tongkat lipat, tongkat elektrik (tongkat yang berbunyi

apabila ada benda di dekatnya), bola bunyi (bola sepak yang

mengeluarkan bunyi), pelindung kepala.

Alat Bantu Pembelajaran/ Akademik

Layanan pendidikan untuk anak tunanetra selain

membaca, menulis, berhitung juga mengembangkan sikap,

pengetahuan dan kreativitas. Untuk membantu penguasaan

kemampuan membaca, menulis, dan berhitung dapat dilakukanPendidikan Inklusi (10)

dengan menggunakan alat-alat seperti peta timbul, abacus,

penggaris Braille, blokies, papan baca, meteran Braille,

kompas Braille, kompas bicara, talking watc, gelas rasa,

botol aroma, Braille kit, mesin tik Braille, jam tangan

Braille, puzzle ball, model anatomi, globe timbul, bentuk–

bentuk geometri, dan collor sorting box.

Alat Bantu Visual (alat bantu penglihatan)

Kelainan penglihatan anak tunanetra bervariasi dari

yang ringan (low vision) sampai yang total (total blind).

Untuk membantu memperjelas penglihatannya pada anak

tunanetra jenis low vision dapat digunakan alat bantu

magnifier lens set, CCTV, view scan, televisi, prism

monocular.

Alat Bantu Auditif (alat bantu pendengaran)

Untuk melatih kepekaan pendengaran anak tunanetra

dalam mengikuti pelajaran dapat digunakan tape rekorder

doble dek, alat musik pukul, alat musik tiup (alat-alat

musik jenis tiup).

Alat Latihan Fisik

Pada umumnya anak tunanetra mengalami kesulitan dan

kelambanan dalam melakukan aktivitas fisik/ motorik. Hal

ini akan berpengaruh terhadap kekuatan fisiknya yang dapat

menimbulkan kerentanan terhadap kesehatannya. Untuk

mengembangkan kemampuan fisik alat yang dapat digunakan

untuk anak tunanetra adalah catur tunanetra, bridge

tunanetra, sepak bola dengan bola berbunyi, papan

keseimbangan, power rider, static bycicle.

b. Tunarungu/Gangguan Komunikasi

Alat Asesmen

Pendidikan Inklusi (11)

Asesmen kelainan pendengaran dilakukan untuk

mengukur kemampuan pendengaran, atau untuk menentukan

tingkat kekuatan suara/sumber bunyi. Alat yang digunakan

untuk asesmen pendengaran anak tunarungu adalah scan test,

bunyi-bunyian, garputala, audiometer & blanko audiogram,

mobile sound proof, sound level meter, hearing aids.

Anak tunarungu mengalami gangguan pendengaran baik

dari ringan sampai berat/total. Untuk membantu

pendengarannya dapat dilakukan menggunakan alat bantu dengar

(hearing aid) model saku, model belakang, model dalam

telinga.

Untuk membantu pendengaran dalam proses

pembelajaran dapat digunakan alat-alat hearing group, loop

induction system.

Latihan Bina Komunikasi Persepsi Bunyi dan Irama

Pada umumnya anak tunarungu mengalami gangguan

pendengaran baik ringan maupun secara keseluruhan/total,

sehingga mengakibatkan gangguan atau hambatan komunikasi

dan bahasa. Untuk pengembangan kemampuan berkomunikasi dan

bahasa dapat dilakukan dengan menggunakan cermin, alat

latihan meniup, alat musik perkusi, sikat getar, lampu

aksen, meja latihan wicara, speech and sound simulation,

spatel, TV/VCD.

Alat Bantu Belajar / Akademik

Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang

akademik, maka dibutuhkan layanan alat-alat yang dapat

membantu mengembangkan kemampuan akademik anak tunarungu

antara lain miniatur benda, finger alphabet, silinder, kartu

kata/ kalimat, menara segitiga, menara lingkaran, menara

Pendidikan Inklusi (12)

segi empat, peta dinding, model geometri, anatomi dan model

telinga, torso setengah badan, puzzle buah-buahan/ binatang/

konstruksi, atlas, globe, miniatur rumah adat/ rumah ibadah.

Alat Latihan Fisik

Untuk mengembangkan kemampuan motorik/fisik anak

tunarungu, alat-alat yang dipergunakan adalah bola dan net

volley, bola sepak, meja pingpong, raket, net bulutangkis

dan suttle cock, power rider (alat untuk melatih kecekatan

motorik).

c. Anak Tunagrahita

Alat asesmen

Alat untuk asesmen anak tunagrahita dapat digunakan

tes intelegensi WISC-R dan/ atau stanford binet, cognitive

ability test.

Latihan Sensori Visual

Untuk membantu sensori visual anak tunagrahita dapat

menggunakan alat gradasi kubus, gradasi balok 1, gradasi

balok 2, silinder 1, silinder 2, silinder 3, menara

segitiga, menara lingkaran, menara segi empat, kotak

silinder, multi sensori, puzzle binatang, puzzle konstruksi,

puzzle bola, boks sortir warna, geometri tiga dimensi, papan

geometri, box shape, konsentrasi mekanis, formmenstockbox

mit, formmenstockbox, scheiben-stepel puzzle, formstec-

stepel puzzle, fadeldreicke, schmettering puzzle,

streckspiel, geo-streckbrett, rogenbugentorte.

Latihan Sensori Perabaan

Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakan

dan mengenali bentuk. Untuk membantu sensori perabaan anak

tunagrahita dapat digunakan alat keping raba 1, 2, dan 3,

Pendidikan Inklusi (13)

alas raba, fub and hand, puzzle pubtastplatten, tactila,

balance labirinth spirale, balance labirinth maander.

Sensori Pengecap dan Perasa

Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk membedakan

rasa dan membedakan aroma/bau. Untuk itu anak tunagrahita

perlu latihan sensori pengecap dan perasa, alat yang

digunakan adalah gelas rasa, botol aroma, tactile

perception, aesthesiometer.

Latihan Bina Diri

Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk merawat

diri sendiri. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan bina

diri. Alat yang digunakan latihan bina diri dapat berupa

berpakaian 1 (bentuk kancing), berpakaian 2 (bentuk

resleting), berpakaian 3 (bentuk tali), dressing frame set,

pasta gigi dan lain sebagainya.

Konsep dan Simbol Bilangan

Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk memahami

konsep dan simbul bilangan. Untuk itu anak tunagrahita perlu

latihan memahami konsep dan simbul bilangan. Alat yang

digunakan melatih konsep dan simbul bilangan dapat berupa

keping pecahan, balok bilangan 1 dan 2, geometri tiga

dimensi, abacus, papan bilangan (cukes), tiang bilangan,

kotak bilangan.

Kreativitas, Daya Pikir dan Konsentrasi

Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk

berkreativitas dan pada daya pikirnya. Untuk itu anak

tunagrahita perlu latihan memahami kreativitas, daya pikir

dan konsentrasi. Alat yang digunakan dapat berupa box

Pendidikan Inklusi (14)

konsentrasi mekanis, puzle konstruksi, rantai persegi,

rantai bulat, lego/lazi.

Alat Pengajaran Bahasa

Anak tunagrahita mengalami kesulitan untuk

berkomunikasi dan berbahasa. Untuk itu anak tunagrahita

perlu latihan berbahasa. Alat yang digunakan melatih

berbahasa dapat berupa alphabet, alphabet fibre box, pias

kata dan kalimat.

Latihan Perseptual Motor

Keterbatasan intelegensi dan kognitif mengakibatkan

anak tunagrahita mengalami kesulitan dalam perseptual

motornya. Untuk itu anak tunagrahita perlu latihan

perseptual motor. Alat yang digunakan melatih perseptual

motor dapat berupa bak pasir, papan keseimbangan, gradasi

papan titian, keping keseimbangan, power rider, balancier

zehner, balamcierbrett, balancierwippe balancier steg.

d. Anak Tunadaksa

Alat Asesmen Kemampuan Gerak

Pada umumnya anak tunadaksa mengalami gangguan

perkembangan intelegensi motorik dan mobilitas, baik

sebagian maupun secara keseluruhan. Asesmen dilakukan pada

anak tunadaksa dilakukan untuk mengetahui keadaan postur

tubuh, keseimbangan tubuh, kekuatan otot, mobilitas,

intelegensi, serta perabaan. Alat yang digunakan untuk

assesmen anak tunadaksa seperti finger goniometer (alat ukur

sendi-daerah gerak), flexiometer (alat ukur kelenturan),

plastic goniometer (alat ukur sendi), reflex hammer

(pengukur gerak reflex kaki), posture evaluation set

(pengukur postur tubuh mengukur kelainan posisi tulang

belakang), TPD aesthesiometer (mengukur rasa permukaan kulitPendidikan Inklusi (15)

pada tubuh), ground rhytem tibre instrument, cabinet

geometric insert, color sorting box, tactile board sets.

Alat Latihan Fisik/ Bina Gerak

Pada umumnya anak tunadaksa mengalami hambatan dalam

pindah diri (ambulasi), dan koordinasi/keseimbangan tubuh.

Agar anak tunadaksa dapat melakukan kegiatan hidup sehari-

hari diperlukan latihan. Alat-alat yang dapat digunakan

dapat berupa pulley weight (untuk menguatkan otot tangan dan

perut), kanavel table (untuk menguatkan otot tangan,

pergelangan dan jari tangan), squeez ball (untuk latihan

daya remas tangan), restorator hand (untuk menguatkan otot

lengan), restorator leg (untuk menguatkan otot kaki,

tungkai), treadmill jogger (untuk menguatkan otot kaki,

tungkai dan jantung), safety walking strap (sabuk pengaman

ketika berlatih jalan), straight (alat latih memanjat),

sand-bag (pemberat beban pada latihan gerak sendi), exercise

mat (latihan mobilisasi gerak tidur, berguling), incline mat

(latihan untuk merangkak), neuro development rolls (latihan

untuk merangkak dan keseimbangan dalam posisi duduk, height

adjustable crowler (latihan untuk merangkak), floor sitter

(untuk latihan duduk tegak di lantai), kursi CP (untuk

latihan duduk tegak posisi normal), individual stand-in

table (untuk latihan berdiri tegak dan aktivitas tangan),

walking paralel (untuk latihan jalan dengan pegangan

memajang kiri dan kanan, walker khusus CP (untuk latihan m

obilitas berjalan), vestibular board (meja goyang untuk

latihan keseimbangan), balance beam set (papan titian untuk

latihan keseimbangan), dynamic body and balance (latihan

keseimbangan dan meloncat), kolam bola-bola (untuk latihan

koordinasi mata, kaki dan tangan), vibrator (untuk mengatasi

Pendidikan Inklusi (16)

kekakuan otot), infra-red lamp (infra fill) (melancarkan

peredaran darah dan relaksasi otot), dual speed massager

(alat pijat double kecepatan), speed training devices (alat

latih kecepatan gerakan mulut pada saat bicara), bola karet

(untuk latihan motorik),, balok berganda (papan untuk

melatih keseimbangan tubuh dalam bentuk bertingkat), balok

titian (papan untuk melatih keseimbangan tubuh).

Alat Bina Diri

Agar anak tuna daksa dapat melakukan perawatan diri

dan kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living),

maka perlu latihan. Alat-alat yang dapat digunakan dapat

berupa swivel utensil, dressing frame set, lacing shoes,

deluxe mobile commade, alat orthotic dan prosthetic.

Agar anak tuna daksa dapat melakukan ambulasi dan

kegiatan hidup sehari-hari (activity of daily living), maka

perlu alat bantu (orthonic dan prosthetic). Alat-alat yang

dapat digunakan meliputi cock-up resting splint, rigid

immobilitation elbow brace, flexion extention, back splint,

night splint, denish browns splint, x splint, o splint, long

leg brace set, ankle or short leg brace, original thomas

collar, simple cervical brace, corsett, crutch, clubfoot

walker shoes, thomas heel shoes, wheel chair, kaki palsu

sebatas lutut, kaki palsu sampai paha.

Alat Bantu Belajar/Akademik

Untuk membantu penguasaan kemampuan di bidang

akademik, maka dibutuhkan layanan dan peralatan khusus.

Alat-alat yang dapat membantu mengembangkan kemampuan

akademik pada anak tunadaksa dapat berupa kartu abjad,

kartu kata atau kalimat, torso seluruh badan, geometri

sharpe, menara gelang, menara segitiga, menara segiempat,Pendidikan Inklusi (17)

gelas rasa, botol aroma, abacus dan washer, papan pasak,

kotak bilangan.

e. Tunalaras

Asesmen Gangguan Perilaku

Anak tunalaras adalah anak yang mengalami gangguan

penyimpangan perilaku yang merugikan diri sendiri maupun

orang lain. Terganggunya perilaku anak tunalaras, menuntut

adanya pengelolaan yang cermat dalam mengidentifikasi

kekurangan dan kelebihan yang dimilikinya. Asesmen dilakukan

pada anak tunalaras untuk mengetahui penyimpangan perilaku

anak. Alat yang digunakan untuk assesmen anak tunalaras

seperti Adaptive Behavior Inventory for Children dan AAMD

Adaptive Behavior Scale.

Alat Terapi Perilaku

Perilaku menyimpang yang dilakukan anak tunalaras

cenderung untuk merugikan diri sendiri dan orang lain. Untuk

mereduksi perilaku yang menyimpang, maka dibutuhkan

peralatan khusus. Alat-alat tersebut dapat berupa pretend

game, hide-way, put me a tune, copy cats, jig-saw puzzle,

puppen house, hunt the timble, sarung tinju, hoopla, sand

pits, animal matching games, organ, tambur dengan stick dan

tripod, rebana, flute, torso, puzzle.

Alat Terapi Fisik

Untuk mengembangkan kemampuan motorik/fisik anak

tunalaras, alat yang dapat digunakan matras, straight-type

staircase, bola sepak, bola, net volley, power rider,

strickleiter , trecketsando (5 flat), rope lader.

f. Anak Berbakat

Alat Asesmen

Pendidikan Inklusi (18)

Anak berbakat mempunyai kemampuan yang istimewa

dibanding teman sebayanya. Asesmen dilakukan pada anak

berbakat untuk mengetahui. Keberbakatan dan menilai tentang

kebutuhannya untuk menempatkan dalam program-program

pendidikan sesuai dengan dan dalam rangka mengembangkan

potensinya. Alat yang digunakan untuk assesmen anak berbakat

seperti Tes Intelegensi WISC-R, tes intelegensi stanford

binet, cognitive ability tes, differential aptitude test.

Alat Bantu Ajar/Akademik

Anak berbakat memiliki sifat selalu haus pengetahuan

dan tidak puas bila hanya mendapat penjelasan dari orang

lain, mereka ingin menemukan sendiri dengan cara trial and

error (mengadakan percobaan/praktikum) di laboraturium atau

di masyarakat. Untuk itu sekolah inklusif hendaknya perlu

mengusahakan sarana yang lengkap. Sarana-sarana belajar

tersebut meliputi sumber belajar (buku paket, buku

pelengkap, buku referensi, buku bacaan, majalah, koran,

internet), media pembelajaran (radio, cassette recorder,

tv, ohp, wireless, slide projector, LD/VCD/DVD.

g. Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar

Alat Asesmen

Anak yang mengalami kesulitan belajar merupakan

kondisi kronis yang diduga bersumber neurologis yang secara

selektif menggangu perkembangan, integrasi, dan/atau

kemampuan verbal dan/atau non verbal. Kesulitan belajar

dapat berupa kesulitan berbahasa, membaca, menulis dan atau

matematika.

Asesmen pada anak yang mengalami kesulitan belajar

dilakukan untuk mengetahui bentuk kesulitan belajar dan

untuk memperoleh informasi yang dapat digunakan sebagaiPendidikan Inklusi (19)

bahan pertimbangan dalam merencanakan program

pembelajarannya. Alat yang digunakan untuk assesmen anak

yang mengalami kesulitan belajar seperti instrumen ungkap

riwayat kelainan dan tes inteligensi WISC.

Alat Bantu Ajar/Akademik

Kesulitan Belajar Membaca (Disleksi)

Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang

mengalami kesulitan belajar membaca (remedial membaca)

meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat,

kesulitan belajar bahasa.

Kesulitan Berbahasa

Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang

mengalami kesulitan belajar bahasa (remedial bahasa)

meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat.

Kesulitan Belajar Menulis (Disgrafia)

Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang

mengalami kesulitan belajar menulis (remedial menulis)

meliputi kartu abjad, kartu kata, kartu kalimat, balok

bilangan 1, balok bilangan 2.

Kesulitan Belajar Matematika (Diskalkulia)

Sarana khusus yang diperlukan oleh anak yang

mengalami kesulitan belajar matematika (remedial

matematika) meliputi balok bilangan 1, balok bilangan 2,

pias angka, kotak bilangan, papan bilangan.

3. Prasarana Khusus

Pendidikan Inklusi (20)

Anak Tunanetra

Untuk peserta didik tunanetra diperlukan ruang untuk

melaksanakan kegiatan asesmen, konsultasi, orientasi dan

mobilitas, remedial teaching, latihan menulis braille,

latihan mendengar, latihan fisik, keterampilan, dan

penyimpanan alat.

Anak Tunarungu/Gangguan Komunikasi

Untuk peserta didik tunarungu/Gangguan Komunikasi

diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan asesmen,

konsultasi, latihan bina wicara, bina persepsi bunyi dan

irama, remedial teaching, latihan fisik, keterampilan, dan

penyimpanan alat.

Anak Tunagrahita

Untuk peserta didik Tunagrahita/Anak Lamban Belajar

diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan assesmen,

konsultasi, latihan sensori, bina diri, remedial teaching,

latihan perseptual, keterampilan, dan penyimpanan alat.

Anak Tunadaksa

Untuk peserta didik Tunadaksa diperlukan ruang untuk

melaksanakan kegiatan assesmen, konsultasi, latihan fisik,

bina diri, remedial teaching, keterampilan, dan penyimpanan

alat.

Anak Tunalaras

Untuk peserta didik Tunalaras diperlukan ruang untuk

melaksanakan kegiatan assesmen, konsultasi, latihan perilaku,

terapi permainan, terapi fisik, remedial teaching, dan

penyimpanan alat.

Pendidikan Inklusi (21)

Anak Cerdas Istimewa

Di samping memberdayakan atau mengoptimalkan penggunaan

prasarana yang ada apabila di sekolah penyelenggara pendidikan

inklusif peserta didiknya ada yang berkecerdasan istimewa,

prasarana khusus yang perlu disediakan adalah ruang assesmen.

Anak Berbakat Istimewa

Untuk anak berbakat istimewa di samping memberdayakan

atau mengoptimalkan penggunaan prasarana yang ada apabila di

sekolah penyelenggara pendidikan inklusif peserta didiknya ada

yang berbakat, prasarana khusus yang perlu disediakan adalah

ruang assesmen.

Anak yang Mengalami Kesulitan Belajar

Untuk peserta didik yang mengalami kesulitan belajar

diperlukan ruang untuk melaksanakan kegiatan assesmen, dan

remedial. sebagai catatan, pada dasarnya di sekolah

penyelenggara pendidikan inklusif cukup disiapkan satu unit

ruang sebagai ”resource room” atau ruang sumber.

Pendidikan Inklusi (22)

BAB III

PENUTUP

A.KESIMPULAN

Anak Berkebutuhan Khusus (ABK) merupakan istilah lain untuk

menggantikan kata “Anak Luar Biasa ( ALB ) ” yang menandakan

adanya kelainan khusus. Anak berkebutuhan khusus mempunyai

karakteristik yang berbeda antara yang satu dengan yang lainnya.

Oleh sebab itu, ABK memerlukan bentuk pelayanan pendidikan khusus

yang disesuaikan dengan kemampuan dan potensi mereka.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) ini ada dua kelompok, yaitu:

ABK temporer (sementara) dan permanen (tetap). Adapun yang termasuk

kategori ABK temporer meliputi: anak-anak yang berada di lapisan

strata sosial ekonomi yang paling bawah, anak-anak jalanan

(anjal), anak-anak korban bencana alam, anak-anak di daerah

perbatasan dan di pulau terpencil, serta anak-anak yang menjadi

korban HIV-AIDS. Sedangkan yang termasuk kategori ABK permanen

adalah anak-anak tunanetra, tunarungu, tunagrahita, tunadaksa,

tunalaras, Autis, ADHD (Attention Deficiency and Hiperactivity Disorders),

Anak Berkesulitan Belajar, Anak berbakat dan sangat cerdas

(Gifted), dan lain-lain.

Pelayanan pendidikan untuk individu berkebutuhan khusus

adalah dengan pendidikan  inklusi .Pendidikan inklusi adalah

sebuah sistem pendidikan yang memungkinkan setiap anak penuh

berpartisipasi dalam kegiatan kelas reguler tanpa mempertimbangkan

kecacatan atau karakteristik lainnya. Disamping itu pendidikan

inklusi juga melibatkan orang tua dalam cara yang berarti dalam

berbagi kegiatan pendidikan, terutama dalam proses perencanaaan,

sedang dalam belajar mengajar, pendekatan guru berpusat pada anak.

Bagi anak berkebutuhan khusus, peran aktif orangtua ini

merupakan bentuk dukungan sosial yang menentukan kesehatan dan

Pendidikan Inklusi (23)

perkembangannya, baik secara fisik maupun psikologis. Dukungan

sosial pada umumnya menggambarkan mengenai peranan atau pengaruh

yang dapat ditimbulkan oleh orang lain yang berarti seperti

anggota keluarga, teman, saudara, dan rekan kerja.

B.SARAN

Jika pemerintah memang serius dalam melaksanakan program

pendidikan inklusi, maka yang harus dilakukan adalah dengan

menjalankan tahapan – tahapan pelaksanaan pendidikan inklusi

secara konsisten mulai dari sosialisasi hingga evaluasi

pelaksanaannya. Namun yang lebih penting dan secara langsung dapat

dilakukan oleh para guru untuk mewujudkan pendidikan inklusi

adalah dengan menciptakan suasana belajar yang saling

mempertumbuhkan (cooperative learning). Cooperative Learning akan

mengajarkan para siswa untuk dapat saling memahami (mutual

understanding) kekurangan masing – masing temannya dan peduli

(care) terhadap kelemahan yang dimiliki teman sekelasnya. Dengan

demikian maka sistem belajar ini akan menggeser sistem belajar

persaingan (competitive learning) yang selama ini diterapkan di

dunia pendidikan kita. Dalam waktu yang bersamaan competitive

learning dapat menjadi solusi efektif bagi persoalan yang dihadapi

oleh para guru dalam menjalankan pendidikan inklusi. Pada akhirnya

suasana belajar cooperative ini diharapkan bukan hanya menciptakan

kecerdasan otak secara individual, namun juga mengasah kecerdasan

dan kepekaan sosial para siswa.

Memiliki anak berkebutuhan khusus diakui merupakan

tantangan yang cukup berat bagi banyak orangtua. Tidak sedikit

yang mengeluhkan bahwa merawat dan mengasuh anak berkebutuhan

khusus membutuhkan tenaga dan perhatian yang ekstra karena tidak

semudah saat melakukannya pada anak-anak normal.

Pendidikan Inklusi (24)

Namun demikian, hal ini harus dapat disikapi secara

positif, agar selanjutnya orangtua dapat menemukan langkah-langkah

yang tepat untuk mengoptimalkan perkembangan dan berbagai potensi

yang masih dimiliki oleh anak-anak tersebut. Terlebih pada

prinsipnya, meskipun memiliki keterbatasan, bukan berarti tertutup

sudah semua jalan bagi anak berkebutuhan khusus untuk dapat

berhasil dalam hidupnya dan menjalani hari-harinya tanpa selalu

bergantung pada orang lain. Di balik kelemahan atau kekurangan

yang dimiliki, anak berkebutuhan khusus masih memiliki sejumlah

kemampuan atau modalitas yang dapat dikembangkan untuk membantunya

menjalani hidup seperti individu-individu lain pada umumnya.

Pendidikan Inklusi (25)

DAFTAR PUSTAKA

http://www.slideshare.net/WarmanTateuteu/strategi-pembelajaran-bagi-anak-berkebutuhan-khusus

http://www.academia.edu/6845679/pendidikan_inklusi

Pendidikan Inklusi (26)