Pelestarian Koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto Kota Malang

14
PELESTARIAN KORIDOR JL. JAKSA AGUNG SUPRAPTO KOTA MALANG Evy Rishnawati, Antariksa, Ismu Rini Dwi Ari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 E-mail: [email protected] ABSTRAK Latarbelakangi studi ini, adalah bahwa kota sedang menghadapi situasi dilematik antara tuntutan pengembangan (fisik) kota modern dengan pelestarian kota bersejarah. Akibatnya, beberapa tahun terakhir ini banyak bangunan kuno/bersejarah yang dibongkar, dengan alasan lahannya diperlukan untuk pembangunan gedung baru yang modern. Tujuan dalam studi ini adalah mengidentifikasi karakteristik koridor dari elemen-elemen perancangan kota, mengetahui variabel yang mempengaruhi perubahan pada bangunan kuno, serta menentukan prioritas pelestarian melalui kajian makna kulturalnya. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik koridor, metode korelasi untuk menganalisis perubahan bangunan dan metode pembobotan untuk menentukan prioritas pelestarian. Hasil yang diperoleh, dari 15 bangunan kuno di koridor, 9 bangunan mengalami perubahan kecil, 1 bangunan mengalami perubahan besar dan 5 bangunan tidak mengalami perubahan. Variabel yang mempengaruhi perubahan bangunan kuno di koridor, yaitu variabel bahan bangunan yang tidak tahan lama dan variabel perubahan selera pemilik. Dari 15 bangunan kuno, 3 bangunan direkomendasikan untuk dipreservasi, 3 bangunan direkomendasikan untuk dikonservasi dan 9 bangunan direkomendasikan untuk direhabilitasi. Kata kunci: koridor, perubahan, prioritas pelestarian ABSTRACT Background of this study is relating to the dilemmatic situation between quality demands of modern city development along with historical city conservation. As a consequence, in the last several years many ancient/historic buildings which are demolish, and the reason that the land owner is needed to expand a new modern buildings. The purpose of this study is to identify the corridor characteristic of elements design of town, to know a variable which influencing the changing of ancient building, and to determine conservation priority through a cultural meaning study. This study used descriptive method, and this method apply to identify corridor characteristic, correlation method to analyzing the change of buildings, and mass method to formative conservation priority. Result of this study obtained, from 15 ancient buildings in the corridor, there are 9 buildings in small change, 1 building in big change and 5 building do not occurrence change. Variable which influenced to the change of ancient buildings in the corridor is building material variable that is not durable and variable change of the owner enthusiasm. From 15 ancient building, 3 building recommended for preservation, 3 building recommended for conservation and 9 building recommended to be rehabilitated. Keywords: corridor, change, priority of conservation Pendahuluan Koridor merupakan pembentuk kualitas ruang dan arsitektural dari ruang yang melingkupinya, serta dapat digunakan oleh publik dan juga memberikan kesempatan timbulnya bermacam-macam kegiatan (Kristiawan, 1998: 55). Koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto merupakan salah satu saksi sejarah dari perkembangan Kota Malang. Pada masa kolonial, Jl. Jaksa Agung Suprapto lebih dikenal dengan nama Tjelaket dan nama Tjelaket merupakan satu-satunya nama jalan di arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008 121

Transcript of Pelestarian Koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto Kota Malang

PELESTARIAN KORIDOR JL. JAKSA AGUNG SUPRAPTO KOTA MALANG

Evy Rishnawati, Antariksa, Ismu Rini Dwi Ari Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145 E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Latarbelakangi studi ini, adalah bahwa kota sedang menghadapi situasi dilematik antara tuntutan pengembangan (fisik) kota modern dengan pelestarian kota bersejarah. Akibatnya, beberapa tahun terakhir ini banyak bangunan kuno/bersejarah yang dibongkar, dengan alasan lahannya diperlukan untuk pembangunan gedung baru yang modern. Tujuan dalam studi ini adalah mengidentifikasi karakteristik koridor dari elemen-elemen perancangan kota, mengetahui variabel yang mempengaruhi perubahan pada bangunan kuno, serta menentukan prioritas pelestarian melalui kajian makna kulturalnya. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah deskriptif untuk mengidentifikasi karakteristik koridor, metode korelasi untuk menganalisis perubahan bangunan dan metode pembobotan untuk menentukan prioritas pelestarian. Hasil yang diperoleh, dari 15 bangunan kuno di koridor, 9 bangunan mengalami perubahan kecil, 1 bangunan mengalami perubahan besar dan 5 bangunan tidak mengalami perubahan. Variabel yang mempengaruhi perubahan bangunan kuno di koridor, yaitu variabel bahan bangunan yang tidak tahan lama dan variabel perubahan selera pemilik. Dari 15 bangunan kuno, 3 bangunan direkomendasikan untuk dipreservasi, 3 bangunan direkomendasikan untuk dikonservasi dan 9 bangunan direkomendasikan untuk direhabilitasi.

Kata kunci: koridor, perubahan, prioritas pelestarian

ABSTRACT

Background of this study is relating to the dilemmatic situation between quality demands of modern city development along with historical city conservation. As a consequence, in the last several years many ancient/historic buildings which are demolish, and the reason that the land owner is needed to expand a new modern buildings. The purpose of this study is to identify the corridor characteristic of elements design of town, to know a variable which influencing the changing of ancient building, and to determine conservation priority through a cultural meaning study. This study used descriptive method, and this method apply to identify corridor characteristic, correlation method to analyzing the change of buildings, and mass method to formative conservation priority. Result of this study obtained, from 15 ancient buildings in the corridor, there are 9 buildings in small change, 1 building in big change and 5 building do not occurrence change. Variable which influenced to the change of ancient buildings in the corridor is building material variable that is not durable and variable change of the owner enthusiasm. From 15 ancient building, 3 building recommended for preservation, 3 building recommended for conservation and 9 building recommended to be rehabilitated.

Keywords: corridor, change, priority of conservation Pendahuluan

Koridor merupakan pembentuk kualitas ruang dan arsitektural dari ruang yang melingkupinya, serta dapat digunakan oleh publik dan juga memberikan kesempatan timbulnya bermacam-macam kegiatan (Kristiawan, 1998: 55).

Koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto merupakan salah satu saksi sejarah dari perkembangan Kota Malang. Pada masa kolonial, Jl. Jaksa Agung Suprapto lebih dikenal dengan nama Tjelaket dan nama Tjelaket merupakan satu-satunya nama jalan di

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

121

Indonesia bahkan di dunia (Prijotomo, 2004: 145). Pada tahun 1914, koridor ini merupakan jalan menuju ke Surabaya dari Alun-alun yang strategis dan sudah penuh dengan penduduk Eropa (Handinoto, 1996: 58). Di sepanjang Tjelaket (Jl. Jaksa Agung Suprapto), ada empat jalan yang bermuara di jalan ini, yakni masing-masing (diurut dari arah selatan) Wilhelminalaan dan Klodjen Lor, keduanya di sisi timur; jalan – (tak terbaca, tapi saat ini bernama Jl. Hasanuddin) dan Jl. Oro-oro Dowo di sisi barat Jl. Tjelaket. Jl. Oro-oro Dowo ini sekaligus menempati titik ujung pertemuan antara Tjelaket dengan Kajoetangan.

Pelestarian di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto penting dilakukan mengingat koridor ini merupakan koridor tua dan merupakan koridor yang penting pada masa kolonial hingga sekarang (tahun 2008), dikarenakan koridor ini termasuk jalan utama yang menghubungkan pusat Kota Malang dengan luar kota (arah utara), serta masih terdapat peninggalan berupa bangunan-bangunan kuno yang patut dipertahankan, seperti bangunan Cor Jesu dan Frateran. Pelestarian dilakukan agar di masa mendatang tidak lagi terjadi pengubahan (seperti pembongkaran) terhadap objek yang memiliki nilai sejarah, yang menyebabkan semakin hilangnya objek-objek sejarah yang mampu memberikan kenangan masa lalu.

Berdasar latar belakang di atas, maka rumusan masalahannya adalah bagaimana karakteristik dan perubahan koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto. Tujuan studi ini, adalah untuk mengidentifikasi karakteristik fisik koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto, mengidentifikasi perubahan fisik pada koridor dan menentukan nilai prioritas pelestarian berdasarkan nilai makna kultural masing-masing bangunan kuno yang ada di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto Kota Malang.

Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif evaluatif.

1. Metode Pengambilan Sampel Sampel dalam studi ini, ialah bangunan yang tampilannya terlihat dari ruas Jl. Jaksa

Agung Suprapto berjumlah 98 bangunan dan termasuk di dalamnya bangunan kuno yang berjumlah 15 bangunan. Sampel juga meliputi masyarakat pengguna koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto, sejumlah 100 responden dan masyarakat pemilik bangunan kuno sejumlah 15 responden. 2. Metode Analisis Data a) Tahap pertama: mengidentifikasi karakteristik koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto.

1. Karakteristik guna lahan Digunakan analisis deskriptif terhadap fungsi dan peruntukkan lahan, analisis figure-ground, skala ruang kota dan citra kota.

2. Karakteristik bangunan Digunakan analisis deskriptif statistik terhadap intensitas bangunan dan analisis komparatif dengan kebijakan RDTRK Kecamatan Klojen Tahun 2005.

3. Karakteristik transportasi Digunakan analisis deskriptif terhadap jaringan jalan, pergerakan, perparkiran dan perabot jalan, serta analisis komparatif dengan standar-standar perabot jalan.

b) Tahap kedua: mengidentifikasi dan mengevaluasi perubahan di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto. 1. Perubahan guna lahan

Digunakan analisis before-after. Before mewakili masa sebelum kemerdekaan (sebelum tahun 1945), dan after mewakili masa setelah kemerdekaan hingga saat ini (1945-2008).

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008 122

2. Perubahan bangunan

Digunakan analisis korelasi terhadap variabel penyebab perubahan dengan tingkat perubahan bangunan

3. Perubahan transportasi Digunakan analisis before-after. Before mewakili masa sebelum kemerdekaan (sebelum tahun 1945), dan after mewakili masa setelah kemerdekaan hingga saat ini (1945-2008).

c) Tahap ketiga: menentukan prioritas pelestarian berdasarkan nilai makna kultural dari kriteria-kriteria pelestarian: estetika, kejamakan, memperkuat citra kawasan, keaslian dan peran sejarah.

Hasil dan Pembahasan 1. Karakteristik koridor

a) Peruntukkan lahan Peruntukkan lahan di koridor studi antara lain sebagai perdagangan, jasa, pendidikan, perkantoran, kesehatan, permukiman, militer, fungsi sosial dan RTH. Peruntukkan lahan di koridor studi paling luas adalah kesehatan, sebesar 31,76 %, hal ini dikarenakan adanya RSUD Saiful Anwar yang memiliki luas lahan paling besar, yaitu 79580 m2.

b) Figure-ground Berdasarkan perbandingan solid dan void, ruangan di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto memiliki sifat ground yang figuratif, yaitu konfigurasi ruang atau void dilihat sebagai suatu bentuk tersendiri. Ruang koridor yang terbentuk bersifat solid dengan tipe blok tunggal, yaitu bahwa massa/bangunan di koridor terkesan bersifat individual dan memiliki sifat yang penting, yaitu sebagai penyambung dan penentu sudut. Elemen void di Jl. Jaksa Agung Suprapto, memiliki sistem tertutup yang linear (linear closed system), yaitu bahwa ruang di koridor studi yang berupa koridor jalan, memiliki bentuk linear dan terkesan tertutup oleh massa berupa bangunan-bangunan di kedua sisinya. c) Skala ruang koridor Zahnd (1999: 151), memberikan sebuah standar yang secara umum mengenai skala ruang dengan memperhatikan pembatas place secara vertikal, yaitu skala 140-180 ruang akan terkesan agak luas atau sunyi; skala 300-450 ruang akan terkesan netral atau harmonis; dan skala 600 ruang akan terkesan agak sempit. Nilai skala ruang di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto, yaitu sebesar 27.50, yang berarti kesan yang dibentuk pada koridor cenderung melihat benda sebagai sebuah komposisi keseluruhan bersama detailnya, dan ruang di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto terkesan netral atau harmonis. d) Citra koridor Path Jl. Jaksa Agung Suprapto dikategorikan sebagai path, karena merupakan sebuah jalur akses utama yang menghubungkan pusat kota dengan daerah utara (Kota Surabaya). Path pada koridor ini juga berupa jalur hijau, karena merupakan jalur dari tanaman yang terdapat hampir di sepanjang koridor jalan. Jalur hijau ini memiliki tujuan, yaitu sebagai tanaman peneduh pada koridor (Gambar 1).

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

123

Gambar 1. Path di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto.

Node Nodes dalam studi ini diartikan sebagai titik pergantian ke luar masuknya arus lalu lintas dan sebagai titik kegiatan. Bagian kawasan studi yang dikategorikan sebagai nodes adalah persimpangan Oro-oro Dowo dan RSUD Saiful Anwar (Gambar 2).

Gambar 2. Node di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto.

Landmark Landmark di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto berupa RSUD Saiful Anwar, pendidikan Cor Jesu dan Hotel Kartika (Gambar 3).

Gambar 3. Landmark di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto.

e) Bangunan Fungsi masing-masing bangunan di koridor studi, dari 98 bangunan sampel, yaitu fungsi bangunan sebagai perdagangan sebanyak 36 bangunan, fungsi jasa 30 bangunan, fungsi pendidikan 6 bangunan, fungsi perkantoran 2 bangunan, fungsi

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008 124

kesehatan 7 bangunan, fungsi permukiman 8 bangunan, fungsi militer 1 bangunan, fungsi sosial 1 bangunan dan bangunan kosong sebanyak 7 bangunan. Nilai rata-rata KDB di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto, yaitu sebesar 55, yang berarti 55% dari luas lahan di koridor adalah lahan terbangun dan hasil komparatif dengan kebijakan, lahan di koridor masih bisa dikembangkan. Nilai rata-rata KLB di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto, yaitu sebesar 1 dan hasil komparatif dengan kebijakan, KLB di koridor masih bisa dikembangkan. Ketinggian rata-rata di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto sebesar 10.8 meter dengan jumlah lantai bangunan 2 lantai dan ketinggian bangunan di koridor sudah sesuai dengan kebijakan yang ada. GSmB rata-rata di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto berkisar antara 4 hingga 5 meter.

f) Bangunan kuno Usia bangunan Bangunan kuno pada koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto, rata-rata berdiri setelah tahun 1900, yaitu didirikan sekitar tahun 1900-an (Cor Jesu) hingga 1955-an (Hotel Trio Indah). Dengan demikian, usia bangunan kuno pada koridor ini telah lebih dari 50 tahun. Fungsi bangunan Fungsi bangunan pada koridor ini beragam, mulai dari perdagangan, jasa, perkantoran, pendidikan, hingga permukiman. Dari 15 bangunan kuno yang ada, terdapat 3 bangunan dengan fungsi perdagangan, 2 bangunan dengan fungsi jasa, 2 bangunan dengan fungsi pendidikan, 4 bangunan dengan fungsi permukiman, 1 bangunan dengan fungsi kesehatan, 1 bangunan dengan fungsi sosial dan 1 bangunan dalam keadaan kosong. Status kepemilikan bangunan Status kepemilikan bangunan pada koridor ini, meliputi bangunan milik sendiri, dan milik yayasan. Dari 15 bangunan kuno yang ada, terdapat 11 bangunan milik sendiri, dan 4 bangunan milik yayasan. Gaya bangunan Dari 15 bangunan kuno yang ada pada koridor ini, terdapat 2 bangunan dengan gaya Romantiek, 9 bangunan dengan gaya Amsterdam School dan 4 bangunan dengan gaya De Stijl.

g) Jaringan jalan Jl. Jaksa Agung Suprapto merupakan jalan dengan kelas arteri sekunder (data Dinas Pekerjaan Umum Kota Malang Maret 2002) dengan panjang jalan 1366,986 m dan lebar ruang milik jalan mencapai 21 m. Ruas Jl. Jaksa Agung Suprapto dilengkapi dengan median jalan yang sebagian difungsikan sebagai jalur hijau dan penempatan lampu jalan serta juga dilengkapi dengan pedestrian jalan berupa trotoar disisi barat. Jalan ini menjadi jalur yang cukup padat dilalui oleh kendaraan karena kedekatannya dengan pusat kota.

h) Pergerakan Arah pergerakan lalu lintas pada koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto ditetapkan dua arah, jalur sebelah barat untuk arah pergerakan kendaraan dari arah selatan ke utara, sedangkan jalur sebelah timur untuk arah pergerakan kendaraan dari arah utara ke selatan. Sirkulasi pada arah utara, mulai dari depan Frateran hingga pangkal jalan (utara) dibagi menjadi dua, hal ini difungsikan untuk jalur cepat dan jalur lambat.

i) Perparkiran Sistem parkir di koridor studi dikategorikan menjadi dua jenis, yaitu parkir tepi jalan (on street) dan parkir halaman (off street). Parkir on-street disebabkan karena bangunan tidak memiliki fasilitas parkir seperti pada Bank BTPN dan SMUK Cor Jesu, namun pada umumnya perparkiran pada wilayah studi berupa parkir off-street yang disediakan oleh masing-masing kavling bangunan yang ada. Sudut parkir pada parkir

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

125

off-street seringkali menyesuaikan bentuk lahan parkir yang ada, sedangkan sudut parkir pada parkir on-street di koridor studi membentuk sudut 00/sejajar jalan dan sudut 450 (Gambar 4).

(a) (b) (c) Gambar 4. Perparkiran di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto (a) Parkir dalam kavling bangunan; (b) Parkir on-street dengan sudut 00; (c) Parkir on-street dengan sudut 450

j) Perabot jalan Perabot jalan di koridor studi terdiri dari 6 buah zebra cross; 1 buah jembatan penyeberangan; 4 buah halte; trotoar sepanjang sisi barat jalan; lampu jalan yang terletak di tepi jalan, median, jalur hijau dan jembatan memiliki bentuk yang berbeda, penandaan terbagi atas rambu lalu lintas, penunjuk sirkulasi dan reklame yang tersebar merata di koridor jalan; keberadaan pohon dan tanaman perdu mampu memberikan kesan hijau dan sebagai tanaman peneduh di koridor; 6 buah telepon umum dan 14 buah tempat sampah. Pada dasarnya kondisi dari perabot jalan di koridor studi dalam keadaan baik.

2. Perubahan koridor a) Perubahan peruntukkan lahan Peruntukkan lahan di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto dari masa sebelum kemerdekaan sudah berfungsi sebagai perdagangan dan jasa, hal ini dibuktikan dengan adanya Toko Avia yang sudah ada sejak tahun 1910, dan bengkel mobil Berrety (saat ini berubah menjadi Kartika Graha). Fungsi perdagangan dan jasa ini tetap bertahan hingga saat ini (tahun 2008).

Pada Gambar 5a, lahan terbangun masih sedikit bila dibandingkan dengan lahan tidak terbangun. Dapat dilihat pada lingkaran berwarna merah A, adalah lokasi bangunan Unio. Lingkaran merah B, merupakan bangunan pendidikan Cor Jesu yang berdiri tahun 1900. Lingkaran merah C, merupakan lokasi bangunan pendidikan Frateran dan Apotek Melati. Lingkaran warna merah D merupakan lokasi dari rumah sakit dan lingkaran warna merah E merupakan lokasi dari Toko Avia. Pada gambar 5b, kelima bangunan yang diberi lingkaran masih tetap ada (tahun 2008), namun lahan terbangun lebih besar, bahkan sebagian besar lahan di koridor ini telah terbangun.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008 126

b) Perubahan bangunan Bangunan-bangunan kuno yang terdapat pada koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto dapat dikategorikan menjadi tiga tingkat berdasarkan tingkat perubahannya, yaitu bangunan yang tidak mengalami perubahan, bangunan yang mengalami perubahan kecil, dan bangunan yang mengalami perubahan besar (Tabel 1). Nilai korelasi dari masing-masing variabel terhadap tingkat perubahan bangunan kuno (Tabel 2).

Tabel 1. Tingkat Perubahan Bangunan Kuno di Koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto

No. Nama Bangunan Tingkat perubahan Tingkat perubahan 1 Unio

Jl. Jaksa Agung Suprapto 75 (Blok 3)

Perubahan besar

2 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 61 (Blok 4)

Perubahan kecil

3 Cor Jesu Jl. Jaksa Agung Suprapto 55 (Blok 5)

Tidak berubah

4 Toko Palem Mas Jl. Jaksa Agung Suprapto 53 (Blok 6)

Perubahan kecil

5 Celaket Net Jl. Jaksa Agung Suprapto 51 (Blok 6)

Tidak berubah : kategori bangunan yang tetap/hampir tidak ada perubahan yang berarti, yaitu bila bangunan tidak mengalami perubahan dari bentuk awalnya Perubahan kecil : kategori bangunan adanya perubahan kecil, yaitu apabila sifat perubahannya pada masing-masing bagian bangunan tidak secara sempurna atau tidak mempengaruhi bentuk kerangka bangunan, seperti diperbaiki sebagian dan sebagainya serta mengalami

Perubahan kecil

E. Bangunan Toko Avia

C. Bangunan FrateranD. Bangunan Rumah Sakit Militer

B. Bangunan Cor JesuA. Bangunan Unio

ED

C

B

A

Gambar 5aPeruntukkan lahan di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto

masa sebelum kemerdekaan ( <1945 )

KETERANGAN

Sungai

Jalan

Persil

Sumber : Handinoto, 1996

Persil

A. Bangunan UnioB. Bangunan Cor Jesu

D. Bangunan RSUD Saiful AnwarC. Bangunan Frateran

E. Bangunan Toko Avia

E

D

C

B

A

Jembatan

Jalur Hijau/RTH

Median Jalan

Persil

Jalan

Sungai

KETERANGAN

Sumber : Hasil Analisis, 2008

Gambar 5bPeruntukkan lahan di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto

masa setelah kemerdekaan (tahun 2008)

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

127

6 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 45 (Blok 6)

Perubahan kecil

7 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 43 (Blok 6)

Perubahan kecil

8 Apotek Melati Jl. Jaksa Agung Suprapto 23 (Blok 8)

Tidak berubah

9 Frateran Jl. Jaksa Agung Suprapto 21 (Blok 8)

Tidak berubah

10 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 3 (Blok 9)

Tidak berubah

11 Toko Avia Jl. Jaksa Agung Suprapto 1 (Blok 9)

Perubahan kecil

12 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 66 (Blok 10)

Perubahan kecil

13 Bank Jatim Jl. Jaksa Agung Suprapto 24-26 (Blok 12)

Perubahan kecil

14 Panti Asuhan St. Theresia Jl. Jaksa Agung Suprapto 22 (Blok 12)

Tidak berubah

15 Hotel Trio Indah Jl. Jaksa Agung Suprapto 18-20 (Blok 12)

kerusakan, namun kerusakannya tidak sampai menganggu fungsi bagian tersebut. Perubahan besar : kategori bangunan adanya perubahan besar, yaitu apabila perubahan pada bagian bangunan bersifat sempurna atau telah mempengaruhi bentuk kerangka bangunan, seperti diganti, dijual, dan menganggu fungsi bagian yang rusak atau mengubah struktur utama bangunan, serta merubah arah orientas bangunan.

Perubahan kecil

Tabel 2. Nilai Korelasi Masing-masing Variabel Penyebab Perubahan No Variabel Nilai Korelasi Hubungan dengan

Tingkat Perubahan Bangunan Kuno 1 Usia bangunan 0.39 Lemah 2 Perubahan fungsi bangunan 0.13 Lemah 3 Ketidaksesuaian dengan perkembangan

kota 0.25 Lemah

4 Bahan bangunan yang tidak tahan lama 0.58 Sedang 5 Perubahan selera pemilik 0.525 Sedang

Berdasar Tabel 2, dapat diketahui variabel yang mempengaruhi perubahan bangunan kuno di koridor studi, yaitu bahan bangunan yang tidak tahan lama dan perubahan bangunan akibat perubahan selera pemilik.

c) Perubahan transportasi Perubahan jaringan jalan

Jaringan jalan pada masa sebelum kemerdekaan (<1945) telah mengalami perkerasan dengan lebar jalan sekitar 8 meter. Kondisi jalan dalam keadaan baik dan terawat, dikarenakan merupakan jalur utama dari luar kota (arah utara) menuju ke pusat kota. Belum ada pemisah antara lajur kanan dan kiri, dikarenakan kondisi lalu lintas yang belum ramai. Jaringan jalan pada masa setelah kemerdekaan (1945-2008) tetap mengalami perkerasan, namun dengan kondisi perkerasan yang lebih baik. Ada pemisah antara lajur sisi barat dan sisi kiri dengan menggunakan median jalan, pada sebagian lajur sisi barat (sisi utara jalan) terjadi pemisahan untuk jalur cepat dan lambat dengan menggunakan jalur hijau. (Gambar 6)

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008 128

Gambar 6. Jaringan jalan di koridor masa sebelum kemerdekaan (<1945) (gambar kiri); dan masa setelah kemerdekaan (1945-2008) (gambar kanan).

Perubahan perabot jalan Perabot jalan yang mengalami perubahan antara lain jalur pejalan kaki (Gambar 7), lampu jalan, penandaan berupa reklame dan tanaman peneduh. Perabot jalan yang keberadaannya masih tetap ada, antara lain lampu pada jembatan dengan bentuk kunonya dan penandaan berupa petunjuk sirkulasi pada tiang bunderan Oro-oro Dowo. Penyeberangan, halte, telepon umum dan tempat sampah merupakan perabot jalan yang baru ditempatkan di koridor.

Gambar 7. Salah satu contoh perubahan perabot jalan di koridor, yaitu berupa perubahan jalur pejalan kaki. Gambar kiri: jalur pejalan kaki masa sebelum kemerdekaan (<1945); dan Gambar kanan: jalur pejalan kaki masa setelah kemerdekaan (1945-2008).

3. Prioritas pelestarian Penghitungan makna kultural menggunakan metode pembobotan pada masing-masing kriteria pelestarian terhadap objek studi, diperoleh perangkingan nilai makna kultural dan rekomendasi pelestariannya, sebagai berikut (Tabel 3, Gambar 8, Gambar 9, Gambar 10, dan Gambar 11):

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

129

Tabel 3. Perangkingan Nilai Makna Kultural Bangunan Kuno di Koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto

Peringkat Total Nilai Objek Studi Prioritas

Pelestarian Rekomendasi

Pelestarian I 16.89 Cor Jesu

Jl. Jaksa Agung Suprapto 55 (Blok 5)

Tinggi Preservasi

I 16.89 Frateran Jl. Jaksa Agung Suprapto 21 (Blok 8)

Tinggi Preservasi

I 15.39 Bank Jatim Jl. Jaksa Agung Suprapto 24-26 (Blok 12)

Tinggi Preservasi

II 14.81 Apotek Melati Jl. Jaksa Agung Suprapto 23 (Blok 8)

Sedang Konservasi

II 14.77 Toko Avia Jl. Jaksa Agung Suprapto 1 (Blok 9)

Sedang Konservasi

II 13.96 Panti Asuhan St. Theresia Jl. Jaksa Agung Suprapto 22 (Blok 12)

Sedang Konservasi

III 13.21 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 45 (Blok 6)

Rendah Rehabilitasi

III 13.14 Hotel Trio Indah Jl. Jaksa Agung Suprapto 18-20 (Blok 12)

Rendah Rehabilitasi

III 13.10 Celaket Net Jl. Jaksa Agung Suprapto 51 (Blok 6)

Rendah Rehabilitasi

III 12.64 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 3 (Blok 9)

Rendah Rehabilitasi

III 12.39 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 61 (Blok 4)

Rendah Rehabilitasi

III 12.01 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 66 (Blok 10)

Rendah Rehabilitasi

III 11.92 Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 43 (Blok 6)

Rendah Rehabilitasi

III 11.58 Toko Palem Mas Jl. Jaksa Agung Suprapto 53 (Blok 6)

Rendah Rehabilitasi

III 11.41 Unio Jl. Jaksa Agung Suprapto 75 (Blok 3)

Rendah Rehabilitasi

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008 130

KonservasiToko Avia(Blok 9)

RehabilitasiRumah No. 3(Blok 9)

RehabilitasiRumah No. 43(Blok 6)

RehabilitasiRumah No. 45(Blok 6)

RehabilitasiCelaket Net(Blok 6)

RehabilitasiToko Palem Mas(Blok 6)

PreservasiCor Jesu(Blok 5)

PreservasiFrateran(Blok 8)

KonservasiApotek Melati(Blok 8)

RehabilitasiHotel Trio Indah(Blok 12)

KonservasiPanti Asuhan St. Theresia(Blok 12)

PreservasiBank Jatim(Blok 12)

RehabilitasiRumah No. 61(Blok 4)

RehabilitasiUnio(Blok 3)

RehabilitasiRumah No. 66(Blok 10)

Gambar 8. Rekomendasi pelestarian di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

131

Kesimpulan Koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto merupakan koridor dengan fungsi perdagangan

dan jasa yang masih memiliki bangunan kuno peninggalan masa kolonial Belanda. Perubahan fungsi lahan di koridor studi disebabkan karena adanya perubahan

pemilik bangunan yang memberikan keleluasaan bagi pemilik kemudian untuk mengembangkan fungsi bangunan. Sebagian besar pemilik bangunan memanfaatkan nilai kestrategisan lokasi koridor yang dekat dengan pusat kota. Bangunan di kawasan studi umumnya mengalami perubahan kecil dengan jumlah 9 bangunan atau sebesar 60% dari total jumlah bangunan kuno di koridor studi. Bangunan yang mengalami perubahan besar sebanyak 1 bangunan dengan prosentase 6.67%. Adapun bangunan yang tidak mengalami perubahan sebanyak 5 bangunan atau sebesar 33.3%. Dari hasil analisis dengan menggunakan metode korelasi, diperoleh variabel yang mempengaruhi perubahan di koridor studi yang paling berpengaruh menyebabkan perubahan bangunan kuno adalah bahan bangunan yang tidak tahan lama dan perubahan selera pemilik bangunan.

Hasil diperoleh dari 15 bangunan kuno yang ada di koridor Jl. Jaksa Agung Suprapto, terdapat 3 bangunan yang memiliki nilai makna kultural tinggi dan direkomendasikan untuk dipreservasi, 3 bangunan memiliki nilai makna kultural sedang dan direkomendasikan untuk dikonservasi, serta 9 bangunan memiliki nilai makna kultural rendah dan direkomendasikan untuk direhabilitasi. Daftar Pustaka Handinoto & Soehargo, P.H. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda

di Malang. UK Petra Surabaya. Yogyakarta: Andi Kristiawan, B.Y. 1998. Koridor Utama sebagai Generator Kota Lama Semarang. Vhastu

VI (2) : 53-66. Prijotomo, J. 2004. Dari Lamin dan Bilik Pengakuan Dosa: Lupa dan Kenang di Tiga Era

Modern Kota Malang. Surabaya: Wastu Lanas Grafika. Zahnd, M. 1999. Perancangan Kota Secara Terpadu; Teori Perancangan Kota dan

Penerapannya. Yogyakarta: Kanisius.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008 132

Bank Jatim Jl. Jaksa Agung Suprapto 24-26

Fungsi: jasa perbankan

Frateran Jl. Jaksa Agung Suprapto 21

Fungsi: pendidikan

Cor Jesu Jl. Jaksa Agung Suprapto 55

Fungsi: pendidikan

Gambar 9. Makna kultural tinggi dengan rekomendasi preservasi.

Panti Asuhan St. Theresia Jl. Jaksa Agung Suprapto 23

Fungsi: sosial

Toko Avia Jl. Jaksa Agung Suprapto 1

Fungsi: perdagangan

Apotek Melati Jl. Jaksa Agung Suprapto 23

Fungsi: kesehatan

Gambar 10. Makna kultural sedang dengan rekomendasi konservasi.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

133

Celaket Net Jl. Jaksa Agung Suprapto 51

Fungsi: jasa

Hotel Trio Indah Jl. Jaksa Agung Suprapto 18-20

Fungsi: jasa perhotelan

Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 45

Fungsi: rumah

Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 43

Fungsi: rumah

Toko Palem Mas Jl. Jaksa Agung Suprapto 53

Fungsi: perdagangan

Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 66

Fungsi: rumah

Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 61

Fungsi: rumah

Rumah Jl. Jaksa Agung Suprapto 3

Fungsi: rumah

Unio Jl. Jaksa Agung Suprapto 75

Fungsi: pendidikan

Gambar 11. Makna kultural rendah dengan rekomendasi rehabilitasi.

Copyright © 2008 by Antariksa

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

134