PENTINGNYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAN STRATEGI

31
PENTINGNYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT kebudayaan adalah satu keseluruhan yang kompleks, yang terkandung di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan yang lain serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota dari suatu masyarakat.Untuk itu nilai-nilai budaya merupakan suatu bagian yang sangat penting untuk dilestarikan.Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari melestarikan nilai-nilai budaya,salah satunya yaitu bidaya sebagai perekat bangsa. Dalam melestarikan nilai-nilai budaya banyak sekali langkah- langkah yang diambil masyarakat agar budaya itu tidak punah.Salah satunya dengan cara pemberdayaan masyarakat dan pengenalan terhadap peninggalan sejarah dan budaya melalui dibangunya suatu museum budaya agar semua peninggalan budaya dapat terangkum dan tersimpan dengan baik supaya kita dapat memperoleh informasi berkenaan dengan sejarah panjang leluhur dan akan terjadi tranformasi nilai dari generasi terdahulu ke generasi sekarang.

Transcript of PENTINGNYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAN STRATEGI

PENTINGNYA PELESTARIAN NILAI BUDAYA DAN STRATEGI PEMBERDAYAAN

MASYARAKAT ADAT

kebudayaan adalah satu keseluruhan yang kompleks, yang

terkandung di dalamnya pengetahuan, kepercayaan, kesenian,

moral, hukum, adat-istiadat dan kemampuan-kemampuan yang lain

serta kebiasaan-kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai

anggota dari suatu masyarakat.Untuk itu nilai-nilai budaya

merupakan suatu bagian yang sangat penting untuk

dilestarikan.Banyak sekali manfaat yang dapat diperoleh dari

melestarikan nilai-nilai budaya,salah satunya yaitu bidaya

sebagai perekat bangsa.

Dalam melestarikan nilai-nilai budaya banyak sekali langkah-

langkah yang diambil masyarakat agar budaya itu tidak

punah.Salah satunya dengan cara pemberdayaan masyarakat dan

pengenalan terhadap peninggalan sejarah dan budaya melalui

dibangunya suatu museum budaya agar semua peninggalan budaya

dapat terangkum dan tersimpan dengan baik supaya kita dapat

memperoleh informasi berkenaan dengan sejarah panjang leluhur

dan akan terjadi tranformasi nilai dari generasi terdahulu ke

generasi sekarang.

PENDAHULUAN

Dalam buku "Primitive Cultur" karangan E.B.Tylor dikutip oleh

Prof. Harsojo (1967:13),bahwa kebudayaan adalah satu

keseluruhan yang kompleks, yang terkandung di dalamnya

pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, adat-

istiadat dan kemampuankemampuan yang lain serta kebiasaan-

kebiasaan yang didapat oleh manusia sebagai anggota dari suatu

masyarakat. R.Linton (1947) dalam bukunya "The cultural

background of personality" mengatakan bahwa kebudayaan adalah

konfigurasi dari tingkah laku yang dipelajari dan hasil-hasil

dari tingkah laku, yang unsur-unsur pembentuknya didukung dan

diteruskan oleh anggota dari masyarakat tertentu. Kebudayaan

juga dapat diartikan sebagai keseluruhan bentuk kesenian, yang

meliputi sastra, musik, pahat/ukir, rupa, tari, dan berbagai

bentuk karya cipta yang mengutamakan keindahan (estetika)

sebagai kebutuhan hidup manusia. Pihak lain mengartikan

kebudayaan sebagai lambang, benda atau obyek material yang

mengandung nilai tertentu. Lambang ini dapat berbentuk

gerakan, warna, suara atau aroma yang melekat pada lambang

itu. Masyarakat tertentu (tidak semua) memberi nilai pada

warna hitam sebagai lambang duka cita, suara lembut (tutur

kata) melambangkan kesopanan (meskipun didaerah lain suara

lantang berarti keterbukaan), dan seterusnya. Koentjaraningrat

(1982) memperinci kebudayaan kedalam tiga wujud dari

keseluruhan hasil budi dan karya manusia, yaitu:

a. sebagai suatu kompleks ide-ide, gagasan-gagasan, nilai-

nilai, norma-norma, peraturan dan sebagainya.

b. sebagai suatu kompleks aktivitas kelakuan manusia dalam

masyarakat.

c. sebagai benda-benda hasil karya manusia.

Abdulkadir Muhammad (1987), menyebutkan tiga unsur budaya

dalam diri manusia, yaitu:

a. Unsur cipta (budi), berkenaan dengan akal (rasio), yang

menimbulkan ilmu dan teknologi (science and technology).

Dengan akal itu manusia menilai mana yang benar dan mana

yang tidak benar menurut kenyataan yang diterima oleh akal

(nilai kebenaran atau nilai kenyataan).

b. Unsur rasa (Estetika), yang menimbulkan kesenian, dengan

rasa itu manusia menilai mana yang indah dan mana yang tidak

indah (nilai keindahan).

c. Unsur karsa (etika), yang menimbulkan kebaikan, dengan

karsa itu manusia menilai mana yang baik dan mana yang tidak

baik (nilai kebaikan atau nilai moral).

Secara umum kita mengakui bahwa Negara Indonesia merupakan

negara yang memiliki berbagai macam kebudayaan dari Sabang

sampai Merauke.Budaya tersebut merupakan peninggalan dari

nenek moyang kita yang semestinya pasti akan diturunkan kepada

kita sebagai generasi penerus agar budaya itu tidak punah.Akan

tetapi,dalam kenyataannya banyak sekali generasi muda yang

kurang peduli dengan budaya peninggalan nenek moyang

tersebut.Untuk itu perlu diadakannya sosialisasi tentang

betapa pentingnya melestarikan nilai-nilai budaya didalam

suatau masyarakat agar budaya yang kita miliki ini tidak

punah.

Dalam melestarikan kebudayaan yang ada,masyarakat harus

memiliki strategi-strategi khusus dalam melestarikan suatu

kebudayaan yaitu dengan cara memberdayakan masyarakat terutama

masyarakat adat yang ada di seluruh Indonesia untuk bersama-

sama melestarikan kebudayaan yang ada di negeri kita tercinta

ini.

PEMBAHASAN

1. Nilai-Nilai Budaya Sebagai Perekat Bangsa

Nilai-Nilai Budaya adalah Perekat yang sangat kuat untuk

mempersatukan suatu Bangsa. Hal ini disadari betul oleh para

founding fathers bangsa kita, maka mereka membangun negara

diatas landasan kebudayaan. Sayangnya, hingga hari ini pun

banyak ilmuwan kita yang tidak memahami hal ini. Mereka masih

beranggapan bahwasanya Budaya Nusantara hanyalah sebuah Mitos.

Mereka masih menganggap Budaya Jawa lain dari Budaya Sunda,

dan Budaya Sunda beda dengan Budaya Minang. Anggapan keliru

itu terjadi, karena umumnya kita masih menyalahartikan adat

sebagai budaya.Adat Jawa barangkali berbeda dengan Adat

Minang,demikian dengan adat-adat lain.Namun Unggulan-Unggulan

dari setiap adat atau kebiasaan itu Satu dan Sama.Dan, para

founding fathers kita mengumpulkan Unggulan-Unggulan itu maka

terkumpulah Lima Unggulan yang bersifat Universal dan ada

dalam setiap adat di setiap daerah dan setiap pulau. Lima

Unggulan ini yang kemudian dikenal sebagai Lima Butir

Pancasila, yakni Ketuhanan, Kemanusiaan, Kebangsaan,

Kedaulatan Rakyat, dan Keadilan serta Kesejahteraan Sosial.

Dalam Lima Butir Pancasila tersebut, kita semua bertemu. Maka,

sebagaimana diungkapkan oleh Bapak Pendidikan kita, Ki Hajar

Dewantara, sesungguhnya Pancasila adalah Intisari atau

Saripati Budaya. Inilah Budaya Nasional kita, Budaya

Nusantara, Budaya Indonesia. Tidak berarti bahwa diluar kelima

unggulan tersebut, tidak ada unggulan-unggulan lain. Setiap

daerah memiliki unggulan-unggulan lain. Dalam setiap adat,

kita menemukan unggulan-unggulan lain. Namun, unggulan-

unggulan itu tidak selalu bersifat universal. Ada di satu

daerah, tak ada di daerah lain. Sementara itu, kelima unggulan

yang tertuang dalam butir-butir Pancasila bersifat universal.

Ada dimana-mana. Ada di Jawa, ada di Sunda, pun ada di Minang,

di Kalimantan, di Sulawesi dan di Nusa Tenggara.

Pancasila memang digali oleh Bung Karno, kemudian dijabarkan

lebih lanjut oleh para pemikir seperti Dewantara, Sanoesi Pane

dan lain-lain tetapi sebagaimana diakui oleh sang penggali

sendiri, sila-sila itu sudah ada sejak zaman dahulu. Bung

Karno tidak menciptakan Pancasila, beliau hanyalah menggalinya

dari budaya kita sendiri.Kemudian, berlandaskan pada Budaya

Lokal tersebut, dibangunlah Negara Kesatuan Republik Indonesia

(NKRI). Pancasila adalah Landasan yang digunakan untuk

membangun NKRI. Landasan ini, jelas sudah ada sebelum adanya

bangunan. Sebab itu, setiap upaya untuk merongrongi landasan

ini –hanyalah melemahkan bangunan bangsa dan negara kita.

Upaya-upaya seperti itu mesti dicegah. Tidak boleh dan tidak

bisa menunggu hingga bangunan sudah runtuh, baru beraduh-aduh.

Sayang sekali, saat ini anak bangsa yang tidak mengerti

perkara budaya, justru meremehkan peran budaya sebagai perekat

– dan mencari perekat-perekat lain. Ada yang berusaha untuk

mengganti landasan budaya dengan syariah atau peraturan-

peraturan agama, ada pula yang menganggap pembangunan dan

ekonomi sebagai perekat. Syariah agama “tertentu” jelas tidak

bisa menjadi perekat bagi bangsa besar seperti Indonesia,

karena kita tidak beragama satu dan sama. Jumlah agama “resmi”

sebagaimana terwakili dalam Departmen Agama pun sesungguhnya

tidak sesuai dengan semangat Undang-Undang Dasar kita, dimana

setiap anak bangsa memiliki hak untuk beragama sesuai dengan

keyakinannya. Jadi, jumlah agama dan kepercayaan itu

sesungguhnya tidak dapat dibatasi. Istilah agama resmi dan

tidak resmi pun hanyalah sebuah lelucon.

Ekonomi dan pembangunan tidak bisa menjadi perekat yang

kuat. Saat ini, Amerika Serikat kembali menggalakkan

pendalaman sejarah bagi setiap warganya. Bagi imigran yang

hendak menetap, penguasaan terhadap sejarah menjadi wajib.

Kenapa? Karena mereka baru sadar bila pembangunan dan ekonomi

terbukti tidak cukup kuat sebagai perekat bangsa.Timur Tengah

pernah menjadikan peraturan-peraturan agama sebagai perekat.

Ternyata gagal jua. Walau mayoritas beragama satu dan sama –

akhirnya tetap juga terpecah-belah menjadi sekian banyak

negara.Negara Pakistan yang lahir berlandaskan syariat agama

tertentu tidak mampu mempertahankan persatuan bangsanya lebih

dari 25 tahun. Maka,lahirlah Bangladesh dari rahim

Pakistan.Jauh sebelumnya, Eropa pernah bersatu dibawah satu

gereja. Tidak lama juga. Negara-negara yang awalnya bersatu

itu tidak hanya terpecah-belah menjadi sekian banyak negara

gerejanya pun terpecah-belah.Sementara itu, Nusantara dengan

jumlah pulaunya yang tak terhitung secara persis, dengan latar

belakang yang sangat beragam pula – pernah bersatu selama 1

milenia di masa Sriwijaya. Kemudian selama 4 abad lebih di

masa Singasari dan Majapahit. Saat ini pun, lebih dari enam

puluh tahun sejak kita memproklamasikan kemerdekaan kita dari

penjajah asing – kita masih bersatu. Kenapa? Karena “Kekuatan

Budaya”.Ketika Majapahi melemah dan Perekat Budaya diganti

dengan Akidah Agama oleh Raden Patah dan mereka yang

mendukungnya – maka kita tidak mampu bertahan lebih dari 1

abad. Dalam 1 abad saja, terjadilah perang saudara, yang

kemudian dimanfaatkan oleh para sudagar asing untuk menguasai

kepulauan kita.

Maka, jelas sudah bahwasanya Budaya sebagai perekat Bangsa

memang tak tertandingi oleh perekat-perekat lain.

2. Pengenalam Peninggalan Sejarah dan Budaya

Keberadaan peninggalan sejarah serta adat istiadat budaya

masyarakat perlu mendapatkan perhatian dari pemerintah untuk

dilestarikan keberadaanya,karena keberadaanya dapat dijadikan

sumber bagi upaya pengenalan nilai warisan budaya kepada

generasi muda saat ini.Memang upaya untuk melestarikan

peninggalan sejarah yang tersebar di situs sejarah bukanlah

suatu pekerjaan yang mudah dan tanpa biaya,karena upaya ke

arah itu selalu berbenturan dengan kepentingan ekonomi sesaat

dengan alasan pembangunan sehingga tidak heran jika di daerah

lain banyak situs-situs sejarah beralih fungsi menjadi kawasan

pemukiman atau industri.Hal ini terjadi karena kurangnya rasa

peduli pemerintah,termasuk pemerintah daerah untuk

mempertahankan dan melestarikan keberadaan situs sejarah

tersebut.Mereka lebih mengedepankan kepentingan ekonomi sesaat

dan kepentingan segelintir orang tanpa berfikir untuk jangka

panjang bagi generasi berikutnya.

Keberadaan situs sejarah yang banyak tersebar memang

secara perhitungan ekonomi sesaat tidaklah

menguntungkan,tetapi nilai yang terkandung di dalamnya

merupakan suatu potensi yang besar melebihi potensi ekonomi

sesaat. Keberadaannya akan menjadi suatu kebanggaan bagi

masyarakat dan tentunya menjadi modal bagi pendidikan generasi

muda hingga mereka tidak “pareumeun obor” akan sejarah masa

lalunya.Salah satu bentuk pelestarian nilai sejarah pada

situs-situs sejarah yang tersebar di seluruh Indonesia adalah

dengan melalui kegiatan widya wisata bagi para pelajar. Selama

kegiatan kunjungan tersebut siswa akan memperoleh informasi

berkenaan dengan sejarah panjang leluhur mereka dan akan

terjadi tranformasi nilai dari generasi terdahulu ke generasi

sekarang.

3. Pentingnya Keberadaan Museum Umum

Perjalanan panjang sejarah Banten telah meninggalkan banyak

benda yang

mempunyai nilai bagi sejarah perkembangan masyarakat,selain

itu keberadaan adat istiadat budaya masyarakat yang khas masih

dipegang hingga saat ini perlu diperkenalkan kepada

masyarakat.Upaya memperkenalkan tersebut tidaklah mungkin

dilakukan jika keberadaan benda-benda tersebut tidak

dikumpulkan dalam suatu tempat,sehingga untuk itu perlu

membangun sebuah Museum.Museum ini tidak hanya menyimpan dan

memamerkan selah satu jenis koleksi,melainkan dapat menampung

berbagai koleksi yang berkaitan dengan perjalanan sejarah

budaya masyarakat serta lingkungannya yang justru tidak

dimungkinkan untuk disimpan dan dipamerkan pada jenis Museum

khusus.

Selain memamerkan benda-benda yang mengandung nilai sejarah,

pada Museum ini dapat juga dipamerkan potensi yang dimiliki

oleh Daerah,seperti potensi adat istiadat dan budaya

masyarakat, potensi Sumberdaya Alam, potensi penduduk serta

berbagai potensi yang dapat dijadikan modal bagi pembangunan

daerah. Akibatnya keberadaan Museum tidak hanya berfungsi

sebagai “album Sejarah” melainkan juga dapat dijadikan sebagai

tempat untuk memperkenalkan berbagai potensi yang dimiliki

daerah sebagai modal bagi terlaksananya pembangunan.Keberadaan

Museum tidak hanya berfungsi sebagai lembaga yang mengumpulkan

dan memamerkan benda-benda yang berkaitan dengan sejarah

perkembangan kehidupan manusia dan lingkungan, tetapi

mempunyai fungsi yang sangat mulia yaitu merupakan suatu

lembaga yang mempunyai tugas untuk melakukan pembinaan dan

pengembangan nilai budaya bangsa guna memperkuat kepribadian

dan jati diri bangsa, mempertebal keimanan dan ketaqwaan

kepada Tuhan, serta meningkatkan rasa harga diri dan

kebanggaan nasional sehingga melalui transformasi nilai yang

terjadi di Museum diharapkan budaya lokal yang berkembang di

masyarakat dapat tetap lestari di tengah serbuan budaya asing

yang masuk tidak terbendung.

Bagi dunia pendidikan, keberadaan Museum sangat mendukung

bagi tercapainya keberhasilan dalam mencapai tujuan

pendidikan. Karena antara Museum dengan dunia pendidikan

mempunyai tujuan yang sama, yaitu mencerdaskan kehidupan

bangsa serta pelestaraian nilai luhur bangsa kita walau dengan

cara yang berbeda. Karena di sekolah pencapaian tujuan

pendidikan dilakukan melalui interaksi antara guru dengan

murid sedangkan di museum interaksi yang terjadi adalah

interaksi antara benda koleksi dengan pengunjung yang datang

untuk melihat dan mencoba untuk menarik makna yang terkandung

di dalamnya. Pendirian Museum dari segi ekonomi memang tidak

akan menguntungkan karena nilai yang ditanamkan di dalamnya

tidak akan dapat kembali dengan segera bahkan tidak mungkin

untuk dapat kembali, sehingga diperlukan kesadaran dari

berbagai pihak guna mewujudkannya. Manfaat yang sangat besar

telah menanti melebihi dari sekedar manfaat jangka pendek

berupa pertumbuhan ekonomi. Setelah Museum berdiri,

keberadaannya akan menjadi aset yang sangat tinggi nilainya

untuk jangka waktu yang panjang terutama berkaitan dengan

penumbuhan nilai-nilai kebangsaan dan pelestarian budaya

nasional pada siri generasi muda di tengah terjangan budaya

global.

Untuk lebih memahami betapa pentingnya keberadaan sebuah

museum,perlu kita renungkan tulisan berikut ini :

“Apabila suatu bangsa adalah sebuah keluarga yang hidup dengan

dan dalam rumah kebudayaannya, maka Museum dapatlah dipahami

sebagai album keluarga itu. Di dalam album itulah foto-foto

seluruh keluarga tersimpan dan disusun dari setiap masa dan

generasi. Foto-foto itu ditatap untuk tidak sekedar menjenguk

dan menziarahi sebuah masa lalu, sebab waktu bukan hanya

terdiri dari ruang dimensi kemarin, hari ini dan besok pagi.

Foto-foto itu adalah waktu yang menjadi tempat untuk menatap

dan memaknai seluruhnya, bukan hanya peristiwa, akan tetapi

juga pemaknaan di balik peristiwa-peristiwa itu. Pemaknaan

tentang seluruh identitas, di dalam dan di luar kota. Foto-

foto itu akhirnya bukan lagi dipahami sebagai sebuah benda”

(HU Pikiran Rakyat, 22 Februari 2001). Melalui berbagai upaya

pelestarian nilai sejarah, adat istiadat dan budaya bangsa

serta pengenalan berbagai potensi pembangunan yang dimiliki

daerah diharapkan akan muncul generasi-generasi yang tangguh

yang menghargai dan menjunjung tinggi budaya sendiri serta

mampu mempertahankannya di tengah terpaan budaya asing yang

datang menyerbu.

4 . Stategi Pemberdayaan Masyarakat Adat

Secara ilmiah dalam kondisi kehidupan masyarakat yang

telah semakin berkembang dan modern, tentu segala aktivitas

selalu diperhitungkan fungsi dan kemanfaatnya bagi kepentingan

hidup manusia dalam masyarakat dengan landasan kebaikan dan

kebaikan dan kebenaran. Tidak menilai unsur kebudayaan secara

subyektif, melainkan menggunakan penalaran kausalitas yang

logis sesuai dengan kehendak dan kepentingan masyarakat

setempat. Hal ini berarti masyarakat setempat selayaknya mampu

memilih dan memberikan penilaian terhadap fungsi kebudayaan

yang telah ada, dan masyarakat harus berani menolak nilai-

nilai yang tidak sesuai lagi atau nilai-nilai budaya asing

yang cenderung merusak prinsip kepribadian bangsa secara umum.

Sikap subyektif meskipun wajar, akan tetapi tetap tunduk

terhadap prinsip adat istiadat setempat. Kebiasaan asing yang

menyangkut usaha pemenuhan kebutuhan hidup, seharusnya dinilai

secara rasional dan obyektif baik meterial maupun spiritual.

Kehidupan masyarakat sebagai suatu kondisi pergaulan yang

dinamis dengan segala konsekuensinya perlu diikat dengan

nilai-nilai dan makna moral, agar dapat tercipta stabilitas

sosial yang mantap serta agar tak terjadi disintegrasi. Banyak

pendapat yang mengatakan bahwa biang kerok dari disintegrasi

dan konflik itu adalah kemiskinan, kemerosotan moral dan

ambisi berlebihan. Oleh karena itu kita harus waspada agar

gerakan modernisasi dalam pembangunan segala bidang tidak

berdampak negatif dan salah kaprah, agar tidak keliru menilai

rasa dan makna dari kebudayaan yang ada, khususnya penerapan

nilai kehormatan,haraga diri dalam kehidupan masyarakat.

Sebagaimana dijelaskan di atas, bahwa masih banyak nilai

kehormatan yang relevan dan dapat kita teladani dalam bergelut

dengan kompleksitas kepentingan di abad globalisasi ini.

Membawa badik atau senjata tajam, kini perlu dievaluasi secara

cermat dengan pandangan yang rasional dari segi bahaya dan

untung ruginya. Salah satu cara pemeliharaan budaya menurut

Berger (dikutip dari Slamet Rahardjo, Editor Nurdin HK., 1983)

adalah dengan pendekatan kultural, sebab hanya manusia

budayalah yang suatu hari bisa berhenti dari kegiatannya, lalu

melihat sekitar, merenung, lalu timbul dalam sanubarinya

desakan yang kuat untuk meninjau kembali segala yang telah

dijalaninya. Lalu ia merubah sikap atau memperbaiki apa yang

selama ini diyakini, atau bahkan merubah dan meninggalkannya.

Dan merintis horizon keyakinan yang baru, lebih matang dan

lebih memadai. Solidaritas sosial diharapkan dapat mempererat

persatuan dan kesatuan dalam setiap derap langkah upaya

pencapaian sasaran dan tujuan pembangunan. Prinsip hidup

sering menjadi penengah yang adil dapat dijadikan modal dasar

dalam pendekatan sosial budaya dalam rangka meningkatkan

kwalitas pembangunan hukum, sosial budaya dan stabilitas

masyarakat. Pendekatan fungsional juga nampaknya tidak kalah

penting untuk memonitor perkembangan budaya dan pembangunan

daerah, terutama jika kita hendak mengetahui keselarasan

kepentingan masyarakat dengan unsur-unsur kebudayaan yang

dianutnya. Dengan pendekatan ini diharapkan berbagai kegiatan

dapat diarahkan, diperbaiki atau dikembangkan, unsur-unsur

budaya mana yang merugikan atau menyimpang dari keharusan

tuntutan stabilitas sosial, keamanan dan kesejahteraan sosial

masa kini. Kita belum perlu mencari dan membentuk budaya baru,

yang penting adalah meningkatkan kualitas kemanfaatannya

secara rasional dan adaptif. Oleh karena masyarakat adat

memiliki keragaman sifat, sikap, etnis dan kebudayaan, maka

dalam pengambilan langkah kebijakan pemberdayaan masyarakat

adat perlu adanya pendekatan secara strategis terhadap nilai-

nilai budaya yang dianut. Berbagai keputusan diambil dalam

perencanaan dan pelaksanaan pembangunan harus benar-benar

dapat memenuhi aspirasi masyarakat adat. Untuk itu dibutuhkan

strategi yang efektif berdasarkan norma-norma dan nilai-nilai

budaya yang sesuai dengan kepribadian dan pandangan hidup

masyarakat adat.

Menurut Ali Moertopo (1978), strategi pada hakekatnya berarti:

hal-hal yang berkenaan dengan cara dan usaha menguasai dan

mendayagunakan segala sumber daya suatu masyarakat, suatu

bangsa, untuk mencapai tujuannya. Lebih lanjut Moertopo

memperinci pendekatan strategis ke dalam lima ciri, yaitu:

a. Memusatkan perhatian kepada kekuatan, kepada power.

Kekuatan adalah bagaikan fokus pokok di dalam pendekatan

strategis.

b. Memusatkan perhatian kepada analisis dinamik, analisa

gerak, analisa aksi.

c. Strategi memusatkan perhatian kepada tujuan yang ingin

dicapai serta gerak untuk mencapai tujuan tersebut.

d. Strategi memperhitungkan faktor-faktor waktu (sejarah: masa

lampau, masa kini dan terutama masa depan) dan faktor

lingkungan.\

e. Strategi berusaha menemukan masalah-masalah yang terjadi

dari peristiwa-peristiwa yang ditafsirkan berdasarkan

konteks kekuatan, kemudian mengadakan analisa mengenai

kemungkinan-kemungkinan serta memperhitungkan pilihan-

pilihan dan langkah-langkah yang dapat diambil, dalam rangka

bergerak menuju kepada tujuan itu.

Dengan strategi pendekatan nilai-nilai budaya, diharapkan

kebijakan yang akan diambil dapat melahirkan suatu keputusan

yang benar-benar memperoleh dukungan masyarakat. Berbagai

perbedaan diharapkan dapat disadari sebagai kekurangan,

sehingga prinsip kebersamaan dan persamaan persepsi dapat

dipelihara dipertahankan. Konsekuensi dari pengakuan

masyarakat terhadap langkah-langkah pemberdayaan masyarakat

adat yang telah direncanakan itu dapat mendorong masyarakat

untuk bekerja keras dan realistik. Sebaliknya jika langkah-

langkah penerapan kebijakan itu tidak menyentuh kepentingan

masyarakat adat, maka mereka akan menarik diri dan membentuk

cara alternatif baru yang justru menimbulkan konflik.

Ketidakperdulian terhadap nilai-nilai budaya masyarakat

dapat mengakibatkan jatuhnya derajad nilai kebudayaan

sebagai pandangan hidup masyarakat. Suatu kebijaksanaan yang

ideal dalam usaha pemberdayaan masyarakat adat adalah dengan

memuat strategi pendekatan budaya lokal yang dapat membantu

masyarakat keluar dari kesulitan, baik kesulitan waktu kini

maupun kesulitan penataan masa depannya. Khususnya penataan

kehidupan masa depan masyarakat adat, terutama dalam

menggali dan memberdayakan potensi sikap mental mereka.

Sikap mental sebagian masyarakat adat yang masih relatif

tergantung dengan nilai-nilai budaya lokal dan tidak relevan

dengan tuntutan kebutuhan masyarakat masa kini, segera

dievaluasi secara selektif. Tentu tidak merombak total atau

membuangnya secara tiba-tiba dari kehidupan masyarakat, akan

tetapi secara bertahap memberdayakannya kearah sikap

perilaku yang positif. Dengan kesadaran ilmiah dan bertahap

upaya ini diharapkan dapat membuka tabir misteri budaya,

sehingga makna dan manfaatnya dapat dijadikan pedoman dalam

kehidupan masyarakat. Kesadaran ilmiah merupakan faktor

pendorong bagi tumbuhnya semangat dan kreativitas masyarakat

untuk bersedia melakukan perubahan-perubahan terhadap

tradisi-tradisi yang menghambat proses pembangunan kearah

perbaikan kehidupan masyarakat. Perubahan-perubahan sikap

mental diperluas mencakup sebagian besar golongan masyarakat

dengan penekanan terhadap prinsip kebersamaan dan perjuangan

atas hak-hak bersama yang berkesinambungan. Strategi ini

dimaksudkan untuk memperkecil skala prioritas etos kerja

yang bersifat mendahulukan hak-hak individu. Suatu realitas

perkembangan kehidupan masyarakat yang tidak dapat

dipungkiri adalah gejala tantangan pluralistik etnis dan

tekanan ekonomi yang kian mengedepan. Hal ini akhirnya

berpengaruh pada terciptanya stratifikasi dan kesenjangan

sosial ekonomi masyarakat. Oleh karena itu upaya

pemberdayaan masyarakat adat harus dapat menempatkan peran

individu kedalam pekerjaan yang sesuai dengan kemampuan dan

minatnya. Memberikan tanggung jawab kemandirian kepada

masyarakat berdasarkan pengalaman sendiri dapat mendorong

kearah terciptanya hasil kerja dan hasil guna yang tinggi.

Masyarakat perlu diarahkan pada kehidupan empiris dengan

perjuangan dan kerja keras sesuai dengan tuntunan nilai-

nilai luhur budaya daerah yang tertuang dalam pandangan

hidupnya. Pelaksanaan pembangunan ekonomi harus dilaksanakan

pada setiap lapisan masyarakat adat secara interaktif dengan

pola penyederhanaan kondisional pada setiap daerah.

Spesifikasi budaya daerah merupakan acuan pendekatan

strategis dalam menentukan prioritas pengembangan potensi

masyarakat adat. Sasaran yang utamanya adalah melakukan

persiapan mengembalikan kekuatan masyarakat melalui

partisipasinya dalam pembangunan ekonomi kerakyatan.

Langkah-langkah yang sebaiknya ditempuh adalah:

a. Melibatkan masyarakat dalam setiap perencanaan dan

pengambilan keputusan program pembangunan sebagai wujud

demokrasi sosial

b. Program pembangunan yang dilegitimasi dapat memberikan

jaminan terhadap prioritas hak-hak masyarakat, dan

pemerataan kesempatan usaha

c. Memberdayakan sikap independensi peranserta masyarakat

d. Membangun kemitraan dengan pemerintah, kaum intelektual,

dan lembaga-lembaga terkait.

Program pemberdayaan masyarakat adat yang berwawasan

ekonomi kerakyatan akan lebih relevan dan efektif, apabila

dalam realisasinya disertai dengan contoh-contoh perilaku dan

perlakuan yang nyata, minimal dapat mencerminkan cara hidup

yang terarah. Dalam perspektif sosiologis diharapkan hasil

kemajuan itu, dapat menumbuhkan sikap perilaku individu yang

tidak hanya memikirkan perbaikan nasib diri sendiri, melainkan

nasib sesama anggota masyarakat adat. Titik tolak dari tujuan

pemberdayaan masyarakat adat adalah usaha perbaikan kondisi

kehidupan masyarakat secara material dan spiritual. Untuk

mendukung upaya pencapaian tujuan ini perlu pertajaman peranan

masyarakat adat dengan beberapa cara, yaitu:

a. Pematangan pemahaman masyarakat terhadap sarana material

baru yang berhubungan langsung dengan teknologi baru

pembangunan

b. Membentuk kebiasaan kehidupan baru yang berhubungan produk-

produk baru

c. Membentuk kelompok kerja baru secara rasional ekonomis

d. Membentuk kesadaran baru yang mendukung perubahan dan

modernisasi

e. Mengupayakan kenaikan imbalan sosial ekonomis untuk menuju

perbaikan kesejahteraan

Untuk mewujudkan tujuan itu perlu mengadakan

perbandingan, inventarisasi dan evaluasi secara terus menerus

terhadap keberadaan aneka ragam dan perkembangan kebudayaan

masyarakat. Beban pembangunan nasional merupakan tanggungjawab

bersama antara pemerintah, agen pembangunan dan masyarakat

dengan meletakkan pembangunan ekonomi kerakyatan dalam skala

prioritas utama. Untuk mengemban tugas itu perlu pengembangan

semangat kerja keras agar masyarakat dapat memperkokoh jati

dirinya sebagai bangsa yang terbuka, kreatif, inovatif dan

reformatif. Hal ini perlu dibuktikan dengan prestasi-prestasi

gemilang, baik perorangan maupun kelompok diberbagai bidang

keahlian. Prestasi-prestasi ini dapat diperoleh melalui

keberanian membela kebenaran, kesanggupan merevisi kesalahan,

alih teknologi dan kerja keras sesuai dengan profesi dan

keahliannya. Untuk meningkatkan kualitas dan kuantitasnya,

perlu diadakan usaha penggalian dan pemanfatan sumber daya

manusia, yaitu dengan mengikutsertakan masyarakat, mengadakan

kaderisasi dan perluasan lapangan kerja. Agar tidak terjadi

erosi nilai budaya dan rendahnya relevansi hasil-hasil

pembangunan, maka perlu memperkuat etos kerja yang berakar

dari nilai-nilai budaya. Dengan demikian diharapkan agar

masyarakat memiliki kemampuan dalam menempatkan dan

mempertimbangkan nilai-nilai budaya yang dapat bermanfaat bagi

perkembangan dan pertumbuhan kesejahteraan hidupnya.

PENUTUP

Budaya merupakan suatu komponen yang sangat berarti bagi

suatu bangsa karena budaya merupakan perekat bangsa dan

menjadi ciri khas dari suatu negara.Dengan adanya kebudayaan

maka suatu negara dapat dibedakan dengan negara satu dengan

negara yang lainnya karena masing-masing negara mempunyai

budaya yang berbeda-beda.Karena peranan budaya sangat

penting,maka perlunya pelestarian nilai-nilai budaya dalam

masyarakat agar budaya tersebut tidak punah termakan usia

karena jika dilihat dalam kenyataanya banyak sekali generasi

muda yang kurang bahkan tidak peduli dengan

kebudayaannya.Untuk itu perlu adanya sosialisasi dan perhatian

dari pemerintah serta kesadaran masyarakat khususnya

masyarakat Indonesia untuk melestarikan nilai-nilai budaya

dalam kehidupannya dengan cara pemberdayaan masyarakat dalam

upaya pelestarian nilai budaya.

KESIMPULAN

1. Kebudayaan merupakan suatu komponen penting dalam suatu

negara sehingga kebudayaan penting dan harus dilestarikan.

2. Pelestarian nilai-nilai budaya dapat dilakukan dengan

cara pengenalan peninggalan sejarah dan nilai budaya kepada

masyarakat.

3. Pembuatan museum umum merupakan langkah nyata dalam

melestarikan sejarah dan nilai budaya.

4. Pemberdayaan masyarakat khususnya masyarakat adat yang

ada di setiap wilayah Indonesia merupakan salah satu upaya

pelestarian nilai-nilai budaya.

5. Dibutuhkan strategi yang efektif berdasarkan norma-norma

dan nilai-nilai budaya yang sesuai dengan kepribadian dan

pandangan hidup masyarakat adat dalam upaya pelestarian

nilai-nilai budaya.

DAFTAR PUSTAKA

(http://blog.unila.ac.id/abdulsyani/files/2009/08/artikel-

pelestarian-nilai2-budaya

lokal.pdf (diakses Sabtu tanggal 25 desember 2010 pukul 18.47

WIB))

(http://fikirjernih.blogspot.com/2010/03/pentingnya-

pelestarian-nilai-budaya.htm (diakses Selasa tanggal 28

desember 2010 pukul 19.40 WIB))

(http://www.akcbali.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=228:nilai nilai-

budaya&catid=15&Itemid=56 (diakses Selasa tanggal 28 desember

2010 pukul 19.55 WIB)

Abdulkadir Muhammad, 1987. Ilmu Budaya Dasar (IBD). Jakarta:

Fajar Agung

Ali Murtopo, 1978. Strategi Kebudayaan. Jakarta: Yayasan

Proklamasi

(http://www.akcbali.org/index.php?

option=com_content&view=article&id=228:nilai-nilai-

budaya&catid=15&Itemid=56 )

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR.....................................................

..........................................................

DAFTAR

ISI...........................................................

..............................................................

....

PENDAHULUAN...................................................

..............................................................

....PEMBAHASAN................................................

..............................................................

..........

1. Nilai-Nilai Budaya Sebagai Perekat

Bangsa............................................

..1

2. Pengenalan Peninggalan Sejarah dan

Budaya............................................

2

3. Pentingnya Keberadaan Museum

Umum..............................................

.....3

4. Stategi Pemberdayaan MasyarakatAdat....................................................4

PENUTUP................................................................................................................................

KESIMPULAN........................................................................................................................

DAFTARPUSTAKA..............................................................................................................

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Alhamdulillah puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat

Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat dan hidayahnya kepada

penulis sehingga dapat menyelesaikan Tugas Makala ini.

Shalawat serta salam tak lupa pula dihaturkan kepada kekasih

Allah Rasulullah Nabi Muhammad SAW beserta keluarga dan para

sahabatnya, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah

kepada zaman yang penuh dengan ilmu pengetahuan.