PELESTARIAN KAMPUNG KEMASAN KOTA LAMA KABUPATEN GRESIK

8
1 PELESTARIAN KAMPUNG KEMASAN KOTA LAMA KABUPATEN GRESIK Cahya Riski, Antariksa, Surjono Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl Mayjend Haryono No, 167 Malang 65145 - Telp. (0341) 567886 e-mail : [email protected] ABSTRAK Kawasan Kota Lama Gresik merupakan cikal bakal terbentuknya Kabupaten Gresik, yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dan kekhasan kawasan dilihat dari aspek fisiknya. Pergeseran fungsi kawasan dari pusat industri pada masa kolonial Belanda menjadi kawasan permukiman saat ini merupakan hal yang melatarbekalangi studi ini. Tujuan studi ini adalah untuk mengidetifikasi karakteristik fisik (pola guna lahan dan bangunan kuno) dan non fisik (sosial, ekonomi, dan hukum) yang membentuk kawasan Kota Lama. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif untuk mengetahui karakteristik fisik dan non fisik kawasan Kota Lama dan metode evaluatif untuk mengevaluasi bangunan kuno potensial dengan penilaian makna kultural. Hasil dari pembobotan tersebut akan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bangunan kuno potensial tinggi, bangunan kuno potensial sedang, dan bangunan kuno potensial rendah. Hasil studi studi menunjukkan bangunan kuno yang termasuk potensial tinggi berjumlah 26 bangunan, potensial sedang berjumlah 36 bangunan, dan potensial rendah berjumlah 78 bangunan. Kata kunci : Sejarah Gresik, pelestarian, bangunan kuno, kawasan Kota Lama ABSTRACT Gresik Old city district is the first beginning of Gresik Regency which have high historical value and unique area based on its physical aspect. Transitioned its area function from centre of industry in Dutch colonial era be a settlement area is a thing that motivate this study. The purpose of this study is to identification physical (land use and old-fashioned building) and non physical (social, economic, and law) characteristics of Gresik Old City that shaped Gresik Old City district. Methods that was used in this study are descriptive method to know physical and non physical characteristics of Gresik Old City and evaluative method to evaluating potency of old-fashioned building with cultural sense scoring. The result of scoring it would be classified in three categories, which is high potential building, medium potential building, and low potential building. The result of study show the old-fashioned building that counted to high potential are 26 buildings, medium potential are 36 buildings, and low potential are 78 buildings. Key word: History of Gresik, conservation, old-fashioned building, Old City district PENDAHULUAN Dalam upaya pembangunan perkotaan yang berwawasan identitas, salah satu aspek yang sering terlupakan adalah konservasi bangunan kuno/ bersejarah, yang banyak terdapat di segenap pelosok daerah. Perhatian terlalu banyak dicurahkan pada bangunan baru yang memang lebih mengesankan sebagai cerminan modernitas, Budihardjo (2003). Lagipula perubahan masyarakat maupun lingkungan binaannya memang sering tidak dapat dielakkan. Akibatnya, beberapa tahun terakhir ini banyak bangunan kuno/ bersejarah yang dibongkar atau digusur, dengan alasan lahannya diperlukan untuk pembangunan fasilitas baru, namun di sisi lain, dengan hilangnya bangunan kuno tersebut, lenyap pulalah bagian dari sejarah suatu tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri. Dinamika perkembangan masyarakat kota disini akan tercermin pada bentukan fisik dan perilaku sosial budaya masyarakatnya, dengan demikian membahas kota tidak akan terlepas dari perspektif sejarah pembentukan suatu kota (Wikantiyoso, 2004: 163). Dewasa ini, warga Kampung Kemasan sedang gencar- gencarnya memulihkan kawasan Kota Lama tersebut secara swadaya. Hal ini dikarenakan belum adanya perda yang melindungi bangunan-bangunan bersejarah dan memiliki potensi berupa keanekaragaman style arsitektural masa kolonial serta posisinya yang dilalui oleh jalan protokol kota. Salah satu upaya warga setempat agar membuat kawasan Kota Lama Gresik mudah dikenang dan lebih hidup adalah dengan mengadakan event di salah satu Kawasan tersebut yang bertemakan “Ajang Reuni Warga dengan Makanan Khas Gresik” dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Gresik baru-baru ini. Keberadaan bangunan-bangunan kuno yang berada di Kawasan Kota Lama Gresik mengalami penurunan kualitas fisik, dimana bangunan-bangunan yang memiliki nilai-nilai sejarah tersebut tidak terawat dengan baik, mengalami kerusakan dan ada pula yang mengalami perubahan bentuk fisik dan belum adanya kebijakan pemerintah daerah yang jelas terhadap keberadaan bangunan-bangunan bersejarah dalam bentuk perlindungan secara legal. Hingga tahun 2007, Perda atau SK Bupati tentang Kawasan Cagar Budaya belum diterbitkan oleh pemerintah daerah. Tujuan studi ini adalah Mengidentifikasi karakteristik dilihat dari aspek fisik dan non fisik serta potensi kawasan bersejarah Kota Lama Kabupaten Gresik berdasarkan makna kulturalnya.

Transcript of PELESTARIAN KAMPUNG KEMASAN KOTA LAMA KABUPATEN GRESIK

1

PELESTARIAN KAMPUNG KEMASAN KOTA LAMA KABUPATEN GRESIK Cahya Riski, Antariksa, Surjono

Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota, Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl Mayjend Haryono No, 167 Malang 65145 - Telp. (0341) 567886

e-mail : [email protected]

ABSTRAK

Kawasan Kota Lama Gresik merupakan cikal bakal terbentuknya Kabupaten Gresik, yang memiliki nilai sejarah yang tinggi dan kekhasan kawasan dilihat dari aspek fisiknya. Pergeseran fungsi kawasan dari pusat industri pada masa kolonial Belanda menjadi kawasan permukiman saat ini merupakan hal yang melatarbekalangi studi ini. Tujuan studi ini adalah untuk mengidetifikasi karakteristik fisik (pola guna lahan dan bangunan kuno) dan non fisik (sosial, ekonomi, dan hukum) yang membentuk kawasan Kota Lama. Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif untuk mengetahui karakteristik fisik dan non fisik kawasan Kota Lama dan metode evaluatif untuk mengevaluasi bangunan kuno potensial dengan penilaian makna kultural. Hasil dari pembobotan tersebut akan diklasifikasikan menjadi tiga, yaitu bangunan kuno potensial tinggi, bangunan kuno potensial sedang, dan bangunan kuno potensial rendah. Hasil studi studi menunjukkan bangunan kuno yang termasuk potensial tinggi berjumlah 26 bangunan, potensial sedang berjumlah 36 bangunan, dan potensial rendah berjumlah 78 bangunan. Kata kunci : Sejarah Gresik, pelestarian, bangunan kuno, kawasan Kota Lama

ABSTRACT

Gresik Old city district is the first beginning of Gresik Regency which have high historical value and unique area based on its physical aspect. Transitioned its area function from centre of industry in Dutch colonial era be a settlement area is a thing that motivate this study. The purpose of this study is to identification physical (land use and old-fashioned building) and non physical (social, economic, and law) characteristics of Gresik Old City that shaped Gresik Old City district. Methods that was used in this study are descriptive method to know physical and non physical characteristics of Gresik Old City and evaluative method to evaluating potency of old-fashioned building with cultural sense scoring. The result of scoring it would be classified in three categories, which is high potential building, medium potential building, and low potential building. The result of study show the old-fashioned building that counted to high potential are 26 buildings, medium potential are 36 buildings, and low potential are 78 buildings. Key word: History of Gresik, conservation, old-fashioned building, Old City district

PENDAHULUAN

Dalam upaya pembangunan perkotaan yang berwawasan identitas, salah satu aspek yang sering terlupakan adalah konservasi bangunan kuno/ bersejarah, yang banyak terdapat di segenap pelosok daerah. Perhatian terlalu banyak dicurahkan pada bangunan baru yang memang lebih mengesankan sebagai cerminan modernitas, Budihardjo (2003). Lagipula perubahan masyarakat maupun lingkungan binaannya memang sering tidak dapat dielakkan. Akibatnya, beberapa tahun terakhir ini banyak bangunan kuno/ bersejarah yang dibongkar atau digusur, dengan alasan lahannya diperlukan untuk pembangunan fasilitas baru, namun di sisi lain, dengan hilangnya bangunan kuno tersebut, lenyap pulalah bagian dari sejarah suatu tempat yang sebenarnya telah menciptakan suatu identitas tersendiri.

Dinamika perkembangan masyarakat kota disini akan tercermin pada bentukan fisik dan perilaku sosial budaya masyarakatnya, dengan demikian membahas kota tidak akan terlepas dari perspektif sejarah pembentukan suatu kota (Wikantiyoso, 2004: 163). Dewasa ini, warga Kampung Kemasan sedang gencar-gencarnya memulihkan kawasan Kota Lama tersebut secara swadaya. Hal ini dikarenakan belum adanya perda yang melindungi bangunan-bangunan bersejarah dan memiliki potensi berupa keanekaragaman style arsitektural masa kolonial serta posisinya yang dilalui oleh jalan protokol kota. Salah satu upaya warga setempat agar membuat kawasan Kota Lama Gresik mudah dikenang dan lebih hidup adalah dengan mengadakan event di salah satu Kawasan tersebut yang bertemakan “Ajang Reuni Warga dengan Makanan Khas Gresik” dalam rangka memperingati hari jadi Kabupaten Gresik baru-baru ini.

Keberadaan bangunan-bangunan kuno yang berada di Kawasan Kota Lama Gresik mengalami penurunan kualitas fisik, dimana bangunan-bangunan yang memiliki nilai-nilai sejarah tersebut tidak terawat dengan baik, mengalami kerusakan dan ada pula yang mengalami perubahan bentuk fisik dan belum adanya kebijakan pemerintah daerah yang jelas terhadap keberadaan bangunan-bangunan bersejarah dalam bentuk perlindungan secara legal. Hingga tahun 2007, Perda atau SK Bupati tentang Kawasan Cagar Budaya belum diterbitkan oleh pemerintah daerah.

Tujuan studi ini adalah Mengidentifikasi karakteristik dilihat dari aspek fisik dan non fisik serta potensi kawasan bersejarah Kota Lama Kabupaten Gresik berdasarkan makna kulturalnya.

2

Kajian ini mencakup aspek sejarah kawasan, karakteristik bangunan kuno, pola penggunaan lahan, perkembangan kawasan, dan potensi kawasan Kota Lama.

METODE PENELITIAN

Wilayah Studi

Secara administratif Kota Lama Gresik termasuk dalam Kelurahan Kebungson, Pekelingan, Kemuteran dan Kecamatan Gresik (Gambar 1). Pembatasan wilayah studi di atas meliputi kawasan yang berada di dalam Kampung “Kemasan”. Pada masa pemerintahan kolonial Belanda Kampung tersebut merupakan cikal bakal berdirinya kegiatan industri di Kabupaten Gresik. Seiring perkembangan zaman, kampung ini mengalami penurunan fungsi karena penduduknya sudah banyak beralih profesi dan bukan lagi sebagai pengusaha penyamakan kulit seperti yang pernah dikerjakan oleh nenek moyangnya dulu, sehingga Kampung Kemasan terkesan sudah mati. Luas Kawasan Kota Lama seluas ± 33 hektar, terdiri dari fungsi hunian, perdagangan, dan budaya.

Gambar 1. Peta wilayah studi

Pemilihan Sampel 1. Penentuan jenis sampel

Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam studi ini adalah teknik accidental sampling atau teknik pengambilan sampel secara kebetulan. Responden dimintai infoermasi secara kebetulan tanpa suatu pertimbangan tertentu. Teknik accidental sampling digunakan dalam menentukan sampel masyarakat pemilik/pengelola bangunan/lingkungan non tua/bersejarah di dalam wilayah studi. 2. Penentuan jumlah sampel

a. Sampel bangunan kuno di kawasan Kota Lama dilakukan terhadap seluruh populasi yang berjumlah 140 bangunan kuno.

b. Sampel masyarakat dibagi menjadi dua, yaitu masyarakat pemilik bangunan kuno dan non kuno. Sampel masyarakat pemilik bangunan kuno adalah 140 orang sesuai dengan jumlah sampel bangunan kuno. Sampel masyarakat pemilik bangunan non tua adalah 76 orang yang ditentukan berdasarkan perhitungan slovin.

c. Sampel instansi dan pakar, terdiri dari Bappeda Kabupaten Gresik yang merupakan instansi terkait dengan pengelolaan dan pengembangan bangunan dan Untuk Pakar yang berperan sebagai pemerhati perkembangan Kota dan memberi masukan dalam rencana-rencana pembangunan di Kabupaten Gresik dimasa yang akan datang, dalam hal ini diwakili oleh Mustaqim., S.S sebagai sejarawan di Kabupaten Gresik, Ir. Bambang Suhartono selaku arsitek dan pengamat pertumbuhan Kota, dan H.Muchtar Jamil sebagai tokoh masyarakat kawasan yang ada di kawasan Kota Lama Gresik.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sejarah Perkembangan

A. Tahap I (Periode tahun 1480-1487) Tahap perkembangan awal Kerajaan Giri Kedaton masih murni sebagai pusat pengembangan dan

pendalaman ajaran Islam di seluruh Jawa. Dengan kata lain Giri Kedaton menjadi sentra religius. Hampir seluruh masyarakat Jawa saat itu mengenal Pesantren Giri.

3

B. Tahap II (Periode tahun 1487-1605) Tahap II dimulai saat Giri Kedaton selain jadi sentra religius, Kota Grisse mulai berkembang dengan

membuka pelabuhan. Perubahan ini menjadikan bentukan baru bagi Kota Grisse, yaitu sebagai kota dengan fungsi ekonomi dan kota dengan fungsi politik. Dengan kemajuan yang sangat pesat ini Giri Kedaton menjadi perhatian bagi kerajaan-kerajaan Islam di tanah Jawa maupun di luar Jawa. C. Tahap III (Periode tahun 1605-1748)

Pada Tahap ini Kerajaan Giri Kedaton mengalami masa suram pasca wafatnya Sunan Prapen dan pimpinan diambil alih oleh Pangeran Singosari. Pasukan Belanda berkroni dengan Raja Mataram yaitu Amangkurat II menyerang Giri Kedaton hingga memukul mundur Pangeran Singosari ke Bojonegoro. Pada masa ini Giri Jedaton tidak berkembang, malah mengalami penurunan cenderung diabaikan akibat konflik kepentingan antara Kerajaan Mataram dengan Pemerintah Belanda D. Tahap IV (Periode tahun 1748-1916)

Tahap IV ditandai dengan tumbuhnya kegiatan perindustrian di Kampung Kemasan yang menjadi cikal bakal terbentuknya image Kabupaten Gresik menjadi kota industri. Permukiman Kota Lama mulai meluas ke arah timur dan ke barat dengan pembangunan permukiman dan industri. Maka, Kota Grisse mulai mendapatkan perhatian oleh Pemerintah Belanda yang menjadikan kawasan tersebut sebagai kawasan industri penyamakan kulit beserta fasilitas-fasilitas publik lainnya. Kantor Bea cukai pun dibangun di dekat pelabuhan. Kota Grisse mulai berkembang dengan membuka jaringan kereta api dan membuka pelabuhan. E. Tahap V (Periode tahun 1916-2008)

Tahap V ditandai pembangunan pelabuhan di Kota Surabaya pada tahun 1911 jalur perdagangan secara berangsur mulai pindah ke Tanjung Perak dan pelabuhan Gresik mulai ditinggalkan para saudagar besar. Akibatnya, kampung Kemasan mulai mengalami fase keterpurukan penjualan kulit pada tahun 1918. Setelah memasuki pasca kemerdekaan, pada tahun 1977 Gresik lepas dari bagian Kota Surabaya berdiri menjadi Kabupaten Gresik, barulah Kabuapten Gresik berbenah dan pembangunan berjalan kembali. Kota Gresik mulai meluas dari arah utara ke arah selatan dengan pembangunan permukiman, perdagangan dan industri. Akibatnya, Kota Lama Gresik mulai ditinggalkan yang menjadikan kawasan tersebut sebagai fungsi yang ada saat ini hanya dapat menghidupkan aktivitas kawasan pada siang hari. Perkembangan kawasan Kota Lama dapat dilihat pada gambar 2.

(a) (b) (c)

(d) (e) Gambar 2. Perkembangan kawasan Kota Lama Tahap I (a), Tahap II (b), Tahap III (c), Tahap IV (d), dan Tahap V (e)

Karakteristik Kawasan 1. Karakteristik non fisik

Kesadaran masyarakat mengenai kegiatan pelestarian di kawasan Kota Lama, berdasarkan pendapat dari akademisi, sudah baik. Mereka setuju diadakannya kegiatan pelestarian dan bersedia untuk mendukung pelaksanaan kegiatan tersebut.

4

Penduduk yang berada di kawasan Kota Lama Gresik memiliki mata pencaharian yang sangat beragam, seperti nelayan, buruh bangunan, pedagang, PNS/ABRI, hingga swasta. Namun, sebagian besar penduduk tersebut bekerja pada sebagai pedagang dan wiraswasta dengan prosentase 37% dan 30%.

Kepedulian masyarakat terhadap kegiatan pelestarian belum ditunjang dengan adanya Perda dari Pemerintah Kabupaten ataupun forum diskusi dalam internal masyarakat Kota Lama untuk membahas tentang kegiatan pelestarian. Namun, berdasarkan hasil survey lapangan, beberapa masyarakat masih ada yang tidak peduli dengan kegiatan pelestarian, karena kegiatan tersebut dianggap membatasi akan keinginan dan kebutuhan perkembangan zaman. 2. Karakteristik fisik a. Penggunaan lahan

Penggunaan lahan pada kawasan Kota Lama Gresik dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini.

(a) (b) (c)

Gambar 3. Penggunaan Lahan (a) blok A, (b) blok B, dan blok C kawasan Kota Lama. Fungsi yang paling mendominasi di kawasan Kota Lama adalah rumah tinggal, perdagangan, dan

bangunan kosong. Keberadaan fungsi ini yang tersebar merata di seluruh kawasan Kota Lama Gresik.

Gambar 4. Beberapa bangunan permukiman yang mendominasi koridor utama

blok A (A-21 dan A-22). b. Bangunan kuno � Usia bangunan

Usia Bangunan di Kawasan Kota Lama Gresik bervariasi, yaitu antara usia 114 tahun sebanyak 6% dan yang termuda 53 tahun sebanyak 5%.

� Cara memperoleh bangunan Dilihat dari cara masyarakat Kota Lama memperoleh bangunan yang mereka tempati saat ini mayoritas masyarakat memperoleh bangunan melalui warisan (64%) dan beli (14%). Sebagian kecil masyarakat lainnya ada yang melalui sewa (10%) dan ada sebagian yang tidak mengetahui cara memperoleh bangunan tersebut (12%) mengingat bangunan tersebut telah ditinggalkan pemiliknya. Hal ini mengindikasikan bahwa kekerabatan di Kawasan Kota Lama ini masih kuat.

� Fungsi bangunan Berdasar hasil interview di lapangan menunjukkan bahwa fungsi bangunan pada jaman kolonial Belanda di Kawasan Kota Lama terdiri dari rumah tinggal, perdagangan, industri dan pergudangan. Fungsi yang paling mendominasi Kawasan Kota Lama adalah rumah tinggal (80%), industri dan pergudangan (14%),

5

dan toko (6%). Kondisi ini menunjukkan fungsi yang mendominasi Kawasan Kota Lama Gresik adalah rumah tinggal.

� Status kepemilikan Berdasarkan status bangunan, diketahui bahwa sebagian besar status bangunan menrupaka hak milik pribadi (75%). Kondisi demikian tidak akan terjadi apabila Pemerintah punya aturan hukum yang kongkrit untuk mengikat setiap pemilik bangunan kuno. Selain hak milik pribadi status bangunan di Kawasan Kota Lama beragam antara lain sewa (9%), HGB (4%), tidak ada pemilik bangunan (10%), dan wakaf (2%).

� Biaya pemeliharaan bangunan Berkaiatan dengan upaya pelestarian bangunan kuno yang terdapat di Kawasan Kota Lama, sebagian besar biaya yang harus dikeluarkan masyarakat untuk pemeliharaan bangunan kuno berasal dari penghuni bangunan (66%), pengguna (23%), dan tidak ada pengguna ataupun penghuni (11%). Besar biaya yang harus dikeluarkan angka rata-rata Rp 500.000 – Rp 1.000.000 per bulan, hal ini mengindikasikan bahwa aspek pemeliharaan bangunan oleh masyarakat tergolong cukup besar.

� Kondisi fisik bangunan Koefisien dasar bangunan (KDB) pada bangunan-bangunan kuno di kawasan Kota Lama berkisar antara 60% hingga 100%. Sebanyak 110 bangunan kuno atau 79% bangunan memiliki koefisien dasar bangunan sebesar 100%. Sisanya, bangunan yang memiliki KDB 70% sebanyak 3 bangunan (2%), dan bangunan yang memiliki KDB 60% sebanyak 2 bangunan (1%) dan 80% sebanyak 5 bangunan (4%), serta bangunan yang memiliki KDB 90% sebanyak 19 bangunan (14%). Dengan demikian, bangunan-bangunan kuno yang ada di kawasan Kota Lama mayoritas tidak memiliki lahan tak terbangun.

Gambar 5. Beberapa bangunan yang menjadi magnet pada blok B dengan kondisi yang cukup terawat (B-26 dan B-28).

Gambar 6. Beberapa bangunan yang berubah fungsi dan bertambah (C-16 dan C-39).

Gambar 7. Beberapa bangunan yang sudah ditinggalkan pemiliknya pada blok B dengan kondisi yang tidak terawat (B-9

dan B-55). 3. Citra kawasan � Jaringan jalan (path)

Path Merupakan rute-rute sirkulasi yang biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum. Pada kawasan studi dan sekitarnya, path yang teridentifikasi adalah koridor Jalan K.H. Kholil, sebab koridor tersebut merupakan koridor utama pada kawasan studi. Path yang berada di sekitar kawasan studi diantaranya adalah Jalan Nyi Ageng Arem-Arem, Jalan Faqih Usman, dan Jalan Haji Samanhudi

� Tengeran (landmark) Kawasan Kota Lama memiliki landmark yang berdasarkan masyarakat setempat merupakan sesuatu yang paling menonjol dan sudah dikenal masyarakat Gresik secara luas. Kampung Kemasan merupakan landmark karena memiliki karakter arsitektur yang khas dan memiliki peranan sejarah yang besar dalam kegiatan perekonomian di Kota Lama (Gambar 8).

6

Gambar 8. Landmark pada kawasan Kota Lama (Kampung Kemasan).

� Kawasan (district) Kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat kawasan Kota Lama mengenai fungsi kawasan yang dirasa paling menonjol di seluruh kawasan tersebut, menyimpulkan bahwa fungsi permukiman dianggap paling dominan oleh masyarakat.

� Batas (edge) Batas (edge) deretan bangunan di Jalan KH Kholil dan Faqih Usman lebih kuat dari pada bangunan pada jalan Sindujoyo, karena bangunan-bangunan yang berarsitektur kolonial tersebut sangat berbeda dengan bangunan-bangunan yang berada di sebelah barat yang lebih menonjol dengan arsitektur modernnya.

� Pusat Kegiatan (node) Berdasarkan hasil kuisioner yang disebarkan kepada masyarakat di kawasan Kota Lama, terdapat dua node yang menurut mereka merupakan pusat kegiatan yang sering digunakan oleh masyarakat sekitar. Nodes tempat konsentrasi dan bertemunya kegiatan masyarakat, nodes Kawasan Kota Lama adalah social space yang terdapat pada Jalan Nyi Ageng Arem-Arem gang III berupa masjid Kemasan serta beberapa fasilitas umum dan perdagangan pada Jalan Samanhudi berupa praktek dokter dr Farida Nuraini dan Bank Amanah Sejahtera (Gambar 9).

Gambar 9. Node pada kawasan Kota Lama (Masjid Kemasan, Praktek Dr. Farida Nuraini, dan Bank Amanah Sejahtera).

Potensi Bangunan Kuno Analisis ini dilakukan dengan menilai makna kultural yang dimiliki oleh setiap bangunan kuno di

kawasan Kota Lama dengan tujuan untuk mendapatkan klasifikasi bangunan yang nantinya menjadi dasar bagi penentuan bentuk pelestarian untuk setiap bangunannya. Berdasarkan hasil penilaian makna kultural setiap bangunan kuno yang ada di kawasan Kota Lama didapatkan klasifikasi bangunan kuno potensial, yaitu bangunan potensial tinggi, sedang dan rendah. Lebih jelasnya mengenai batas pengelompokan dan jumlah bangunan kuno yang masuk dalam masing-masing kelompok dapat dilihat pada Tabel 1, Gambar 14 dan Gambar 10.

Tabel 1. Klasifikasi Bangunan Kuno Potensial di Kawasan Kota Lama Gresik

Golongan Batas Nilai

Jumlah

Potensial tinggi

≥ 116,95 26

Potensial sedang

104,22 – 116,95

36

Potensial rendah

< 104,22 78

(a) (b) (c)

Gambar 14. Beberapa bangunan kuno yang termasuk golongan potensial tinggi (a), potensial sedang (b), dan potensial rendah (c)

7

(a) (b) (c)

Gambar 10. Potensi bangunan kuno berdasarkan makna kulturalnya blok A (a), blok B (b), dan blok C (c)

KESIMPULAN

Penggunaan lahan yang mendominasi kawasan Kota Lama adalah permukiman dan bangunan kosong, fungsi lainnya yang mendominasi adalah kegiatan usaha yang hanya hidup siang hari.

Kawasan tersebut dibentuk oleh koridor utama JL K.H. Kholil, JL. Nyi Ageng Arem-Arem, JL Faqih Usman, JL. Samanhudi dan JL. Nyi Ageng Pinatih yang merupakan alur pergerakan utama kawasan Kota Lama berbatasan langsung dengan pelabuhan Gresik di bagian utara kawasan. Kampung Kemasan merupakan landmark dari kawasan tersebut. Masjid Kemasan yang berada di JL Nyi Ageng Arem-Arem Gang III dan beberapa fasilitas sosial di JL Samanhudi merupakan pusat kegiatan (node) pada kawasan Kota Lama.

Bangunan kuno yang berada di kawasan Kota Lama seluruhnya berjumlah 140 bangunan, yang terdiri dari 26 bangunan potensial tinggi, 36 bangunan potensial sedang, dan 78 bangunan potensial rendah.

SARAN

� Perlunya melengkapi data-data sejarah dan perkembangan kawasan Kota Lama, baik berasal dari sumber data tertulis, informasi, dan sumber data primer (wawancara).

� Perlunya membuat Perda mengenai cagar budaya untuk melindungi bangunan-bangunan bersejarah yang ada di Kabupaten Gresik.

� Perlunya membuat data masing-masing bangunan yang dilindungi untuk memudahkan dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian.

� Perlunya penelitian mengenai zoning regulation tentang rencana kegiatan pelestarian di kawasan Kota Lama Gresik.

� Bagi pihak-pihak terkait, penelitian ini dapat dijadikan studi awal dan diharapkan dapat dilakukan studi lanjutan yang berkaitan dengan penataan kawasan Kota Lama yaitu revitalisasi kawasan Kota Lama.

DAFTAR PUSTAKA

Budiharjo, Eko. 1982. Sejumlah Masalah Permukiman Kota. Bandung: Alumni Bandung. Catanese, A.J & Snyder, J.C. 1992. Perencanaan Kota. Jakarta : Erlangga. Lilananda, Rudy Prasatya. 1997. Upaya Peningkatan Kualitas Lingkungan dan Pelestarian Bangunan di

Kawasan Nyamplungan Surabaya. Makalah disampaikan pada International Symposium On Saving Our City Environtment Towards Anticipating Urbanization Impact In 21th Century. Pusat Studi

8

Manajemen dan Teknologi Lingkungan (PSMTL) Fakultas Teknik Universitas Merdeka Malang: tanggal 8-9 September.

Tim BAPPEDA. 2004. Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Gresik 2004-2014. Gresik :

Pemda Gresik Widodo, Dukut. 2007. Grisse Tempoe Doloe. Gresik : Pemda Gresik.