Pelestarian Kawasan Permukiman Loji Selatan Embong Brantas Kota Malang

12
arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 91 PELESTARIAN KAWASAN PERMUKIMAN LOJI SELATAN EMBONG BRANTAS KOTA MALANG Putri Puspita Sari, Antariksa, Septiana Hariyani Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Program Studi Teknik Sipil Program Magister dan Doktor Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145; Telp (0341) 567886 Email: [email protected] Abstrak Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik lingkungan dan bangunan kuno, dan menganalisis kualitas lingkungan dan bangunan kuno di Kawasan Permukiman Loji Selatan Embong Brantas Kota Malang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, evaluatif, dan development. Lokasi studi berada di kawasan permukiman Loji Selatan Embong Brantas, Kelurahan Kidul Dalem, Kecamatan Klojen Kota Malang. Berdasarkan hasil studi karakteristik lingkungan merupakan permukiman masyarakat pribumi yang pada tahun 1800-an dimanfaatkan kompeni sebagai rumah benteng. Lingkungan merupakan kawasan yang sangat mudah diakses, aman dan bebas dari bencana, dengan fasilitas umum yang mudah dijangkau, dan lingkungannya bersih dan sehat. Kualitas bangunan kuno terdapat 60 bangunan kuno yang letaknya menyebar dengan gaya arsitektur kolonial dan Jengki. Sebagian besar kerusakan bangunan kuno diakibatkan oleh kerusakan pada finishing bangunan seperti berlumut atau kerusakan cat. Kata kunci: permukiman bersejarah, kualitas lingkungan dan bangunan kuno, pelestarian Abstract The purpose of this study is to identify the characteristics of the environment and ancient buildings, and to analyze the quality of the environment and ancient buildings in settlement areas of south Loji Embong Brantas Malang. The method used is descriptive, evaluative, and development. Location of this study is in settlement areas of south Loji Embong Brantas, Kidul Dalem, District Klojen Malang. Based on the result of this study the environmental characteristics are a society settlement of indigenous people who in the 1800s exploited the Dutch colonial as a home fortress. The environment is an area that easily reached, safe and free from disasters, with an easily reached for public facilities, and clean and healthy environment. The quality of old buidings be found 60 old buildings which placed spread with colonial architecture and Jengki styles. Most of the of old buildings is caused by damage of buildings finishing, such as mossy or paint damage. Keywords: historic settlements, environmental quality and old buildings, conservation Pendahuluan Kota Malang sering disebut sebagai salah satu hasil perencanaan kota kolonial yang terbaik di Hindia Belanda pada jamannya. Kota Malang mempunyai banyak peninggalan Arsitektur Kolonial yang sampai sekarang masih berdiri megah. Kota Malang sebagai pusat kerajaan sudah ada pada tahun 1400. Letak pusat kerajaannya ada di tikungan Sungai Brantas dimana dibangun benteng yang kokoh. Kutobedah namanya. Belanda (kompeni), menguasai daerah Malang pada tahun 1767. Seperti kebiasaan kompeni setelah menaklukkan suatu daerah, maka langsung didirikan benteng untuk memperkuat kedudukannya. Di dalam benteng tersebut kemudian berkembang awal permukiman Belanda. Kata loji menjadi sebutan bagi daerah perbentengan Belanda tersebut. (Handinoto & Soehargo, 1996: 15)

Transcript of Pelestarian Kawasan Permukiman Loji Selatan Embong Brantas Kota Malang

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 91

PELESTARIAN KAWASAN PERMUKIMAN LOJI SELATAN EMBONG BRANTAS KOTA MALANG

Putri Puspita Sari, Antariksa, Septiana Hariyani Minat Perencanaan Wilayah dan Kota Program Studi Teknik Sipil

Program Magister dan Doktor Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167 Malang 65145; Telp (0341) 567886

Email: [email protected]

Abstrak

Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasi karakteristik lingkungan dan bangunan kuno, dan menganalisis kualitas lingkungan dan bangunan kuno di Kawasan Permukiman Loji Selatan Embong Brantas Kota Malang. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif, evaluatif, dan development. Lokasi studi berada di kawasan permukiman Loji Selatan Embong Brantas, Kelurahan Kidul Dalem, Kecamatan Klojen Kota Malang. Berdasarkan hasil studi karakteristik lingkungan merupakan permukiman masyarakat pribumi yang pada tahun 1800-an dimanfaatkan kompeni sebagai rumah benteng. Lingkungan merupakan kawasan yang sangat mudah diakses, aman dan bebas dari bencana, dengan fasilitas umum yang mudah dijangkau, dan lingkungannya bersih dan sehat. Kualitas bangunan kuno terdapat 60 bangunan kuno yang letaknya menyebar dengan gaya arsitektur kolonial dan Jengki. Sebagian besar kerusakan bangunan kuno diakibatkan oleh kerusakan pada finishing bangunan seperti berlumut atau kerusakan cat. Kata kunci: permukiman bersejarah, kualitas lingkungan dan bangunan kuno, pelestarian

Abstract

The purpose of this study is to identify the characteristics of the environment and ancient buildings, and to analyze the quality of the environment and ancient buildings in settlement areas of south Loji Embong Brantas Malang. The method used is descriptive, evaluative, and development. Location of this study is in settlement areas of south Loji Embong Brantas, Kidul Dalem, District Klojen Malang. Based on the result of this study the environmental characteristics are a society settlement of indigenous people who in the 1800s exploited the Dutch colonial as a home fortress. The environment is an area that easily reached, safe and free from disasters, with an easily reached for public facilities, and clean and healthy environment. The quality of old buidings be found 60 old buildings which placed spread with colonial architecture and Jengki styles. Most of the of old buildings is caused by damage of buildings finishing, such as mossy or paint damage. Keywords: historic settlements, environmental quality and old buildings, conservation

Pendahuluan Kota Malang sering disebut sebagai salah satu hasil perencanaan kota kolonial

yang terbaik di Hindia Belanda pada jamannya. Kota Malang mempunyai banyak peninggalan Arsitektur Kolonial yang sampai sekarang masih berdiri megah. Kota Malang sebagai pusat kerajaan sudah ada pada tahun 1400. Letak pusat kerajaannya ada di tikungan Sungai Brantas dimana dibangun benteng yang kokoh. Kutobedah namanya. Belanda (kompeni), menguasai daerah Malang pada tahun 1767. Seperti kebiasaan kompeni setelah menaklukkan suatu daerah, maka langsung didirikan benteng untuk memperkuat kedudukannya. Di dalam benteng tersebut kemudian berkembang awal permukiman Belanda. Kata loji menjadi sebutan bagi daerah perbentengan Belanda tersebut. (Handinoto & Soehargo, 1996: 15)

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 92

Kawasan permukiman Loji Selatan merupakan salah satu kawasan bersejarah dari perkembangan Kota Malang. Pelestarian kawasan ini penting dilakukan mengingat kawasan ini memiliki banyak nilai sejarah dan masih terdapat peninggalan bangunan-bangunan kuno yang patut dipertahankan sampai saat ini (tahun 2011). Pelestarian dilakukan agar di masa mendatang tidak lagi terjadi pengubahan (seperti pembongkaran) terhadap objek yang memiliki nilai sejarah, yang menyebabkan semakin hilangnya objek-objek sejarah yang mampu memberikan kenangan masa lalu.

Oleh karena itu, berdasarkan latar belakang di atas, maka perlu dilakukan identifikasi terhadap karakteristik lingkungan dan bangunan kuno, identifikasi penurunan kualitas lingkungan dan bangunan kuno di Kawasan Loji Selatan, sehingga diperoleh suatu tindakan pelestarian bagi lingkungan dan bangunan kuno berdasarkan makna kultural yang ada di kawasan tersebut. Metode Penelitian

Metode yang digunakan dalam studi ini adalah metode deskriptif, evaluatif dan development. 1. Metode pengumpulan data

Data primer, teknik-teknik yang digunakan, yaitu berupa observasi lapangan, kuisioner, dan wawancara.

Data sekunder, menggunakan teknik studi literatur serta data instansi dan organisasi.

2. Metode pemilihan sampel Teknik pengambilan sampel menggunakan metode purposive sampling. Dalam menentukan jumlah sampel lingkungan, penelitian ini menggunakan rumus

Slovin. Rumus Slovin :

Keterangan : n = ukuran sampel N = ukuran populasi e = persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan misalnya 2%

Tabel 1. Perhitungan Slovin Dengan Asumsi Bahwa Populasi Berdistrbusi Normal

Populasi Batas-batas kesalahan +1% +2% +3% +4% +5% +10%

500 - - - - 222 83 1500 - - 638 441 316 94 2500 - 1250 769 500 345 96 5000 - 1667 909 556 370 98 10000 5000 2000 1000 588 385 99 50000 8333 2381 1087 617 387 100

Berdasarkan Rumus Slovin, populasi di Kelurahan Kidul Dalem (yang terdiri dari 8 RW) sebanyak 6.567 orang, dengan mengambil batas kesalahan 10% maka sampelnya sebanyak 98 orang. Karena wilayah studi hanya terdiri dari 3 RW, maka sampel untuk lingkungan yang diambil sebanyak 90 orang. Terdiri dari 60 orang pemilik bangunan kuno dan 30 orang non pemilik bangunan kuno. Lokasi penelitian berada di Kecamatan Klojen, Kelurahan Kidul Dalem Kota Malang. (Gambar 1 dan Gambar 2)

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 93

Gambar 1. Batas wilayah studi.

Gambar 2. Kondisi wilayah studi.

Sampel untuk bangunan kuno sebanyak 60 bangunan rumah tinggal, yang berusia minimal 50 tahun atau dibangun pada periode tahun 1960 ke atas (terhitung mulai tahun 2010) dan karakter bangunan yang masih bercirikan Arsitektur Kolonial dan Arsitektur Jengki (Gambar 3).

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 94

Tabel 2. Sampel Bangunan Kuno No. Alamat Kode Tahun

berdiri Fungi

bangunan Gaya

Arsitektur 1. Jl. Embong Brantas No. 4 RW. 07 EB1 1920 Rumah tinggal Kolonial 2. Jl. Embong Brantas No. 7 RW. 07 EB2 1933 Rumah tinggal Kolonial 3. Jl. Embong Brantas No. 9 RW. 07 EB3 1933 Rumah tinggal Kolonial 4. Jl. Embong Brantas No. 11 RW. 07 EB4 1920 Rumah tinggal Kolonial 5. Jl. Embong Brantas No. 15 RW. 07 EB5 1933 Rumah tinggal Kolonial 6. Jl. Embong Brantas No. 16 RW. 07 EB6 1920 Rumah tinggal Kolonial 7. Jl. Embong Brantas No. 23 RW. 07 EB7 1933 Rumah tinggal Kolonial 8. Jl. Embong Brantas No. 25 RW. 07 EB8 1933 Rumah tinggal Kolonial 9. Jl. Embong Brantas No. 44 RW. 07 EB9 1940 Rumah tinggal Kolonial 10. Jl. Embong Brantas Gg. SD No. 48 RW. 07 EB10 1920 Rumah tinggal Kolonial 11. Jl. Embong Brantas No. 29 RW. 07 EB11 1850 Rumah tinggal Kolonial 12. Jl. Embong Brantas No. 31 RW. 07 EB12 1850 Rumah tinggal Kolonial 13. Jl. Embong Brantas No. 32 RW. 07 EB13 1920 Rumah tinggal Kolonial 14. Jl. Embong Brantas No. 34 RW. 07 EB14 1920 Rumah tinggal Kolonial 15. Jl. Embong Brantas No. 36a RW. 07 EB15 1940 Rumah tinggal Kolonial 16. Jl. Embong Brantas No. 36b RW. 07 EB16 1940 Rumah tinggal Kolonial 17. Jl. Embong Brantas No. 36c RW. 07 EB17 1900 Rumah tinggal Kolonial 18. Jl. Embong Brantas No. 37 RW. 07 EB18 1850 Rumah tinggal Kolonial 19. Jl. Embong Brantas No. 40 RW. 07 EB19 1940 Rumah tinggal Kolonial 20. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 26 RW. 05 EB20 1850 Rumah tinggal Kolonial 21. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 28 RW. 05 EB21 1850 Rumah tinggal Kolonial 22. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1431 RW. 05 EB22 1900 Rumah tinggal Kolonial 23. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1433 RW. 05 EB23 1960 Rumah tinggal Jengki 24. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1438 RW. 05 EB24 1960 Rumah tinggal Jengki 25. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1494 RW. 05 EB25 1940 Rumah tinggal Kolonial 26. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1497 RW. 05 EB26 1960 Rumah tinggal Jengki 27. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1501 RW. 05 EB27 1920 Rumah tinggal Kolonial 28. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1506 RW. 05 EB28 1854 Rumah tinggal Kolonial 29. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1507 RW. 05 EB29 1854 Rumah tinggal Kolonial 30. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1509 RW. 05 EB30 1855 Rumah tinggal Kolonial 31. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1510 RW. 05 EB31 1855 Rumah tinggal Kolonial 32. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1511 RW. 05 EB32 1855 Rumah tinggal Kolonial 33. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1512 RW. 05 EB33 1850 Rumah tinggal Kolonial 34. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1519 RW. 05 EB34 1940 Rumah tinggal Kolonial 35. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1531 RW. 05 EB35 1870 Rumah tinggal Kolonial 36. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1533 RW. 05 EB36 1900 Rumah tinggal Kolonial 37. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1538 RW. 05 EB37 1870 Rumah tinggal Kolonial 38. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1545 RW. 05 EB38 1900 Rumah tinggal Kolonial 39. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1547 RW. 05 EB39 1855 Rumah tinggal Kolonial 40. Jl. Embong Brantas Gg. IV No. 1548 RW. 05 EB40 1950 Rumah tinggal Jengki 41. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1562 RW. 06 EB41 1920 Rumah tinggal Kolonial 42. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1564 RW. 06 EB42 1920 Rumah tinggal Kolonial 43. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1569 RW. 06 EB43 1850 Rumah tinggal Kolonial 44. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1571 RW. 06 EB44 1850 Rumah tinggal Kolonial 45. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1574 RW. 06 EB45 1915 Rumah tinggal Kolonial 46. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1575 RW. 06 EB46 1915 Rumah tinggal Kolonial 47. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1576 RW. 06 EB47 1915 Rumah tinggal Kolonial 48. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1577 RW. 06 EB48 1920 Rumah tinggal Kolonial 49. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1580 RW. 06 EB49 1920 Rumah tinggal Kolonial 50. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1581 RW. 06 EB50 1860 Rumah tinggal Kolonial 51. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1616 RW. 06 EB51 1915 Rumah tinggal Kolonial 52. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1583 RW. 06 EB52 1860 Rumah tinggal Kolonial 53. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1593 RW. 06 EB53 1860 Rumah tinggal Kolonial 54. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1600 RW. 06 EB54 1870 Rumah tinggal Kolonial 55. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1602 RW. 06 EB55 1920 Rumah tinggal Kolonial 56. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1604 RW. 06 EB56 1915 Rumah tinggal Kolonial 57. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1609 RW. 06 EB57 1940 Rumah tinggal Kolonial 58. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1612 RW. 06 EB58 1870 Rumah tinggal Kolonial 59. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1613 RW. 06 EB59 1910 Rumah tinggal Kolonial 60. Jl. Embong Brantas Gg. II No.1619 RW. 06 EB60 1960 Rumah tinggal Jengki

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 95

Gambar 3. Bangunan kuno yang menjadi objek studi.

3. Metode analisis data Tahap I : metode deskriptif Mengidentifikasi karakteristik lingkungan dan bangunan di Kawasan Loji Selatan. Tahap II : metode evaluatif Mengidentifikasi kualitas lingkungan dan bangunan kuno di Kawasan Loji Selatan Embong Brantas dengan menggunakan metode pengukuran (scoring).

Hasil dan Pembahasan A. Karakteristik lingkungan Loji Selatan

Menggunakan 5 elemen pembentuk fisik kawasan menurut Shirvani (1985:5-46). Tata guna lahan

Penggunaan lahan di kawasan studi antara lain sebagai permukiman, pendidikan, perdagangan dan jasa, peribadatan, dan kesehatan. (Gambar 4 dan Gambar 5)

Gambar 4. Penggunaan lahan di kawasan studi.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 96

Gambar 5. Penggunaan lahan di kawasan studi.

Bentuk dan massa bangunan Pada awal pembangunan pihak Dewan Kota tidak menetapkan KDB dalam penataan bangunan di kawasan studi. Ketinggian bangunan antara 1-2 lantai. Fasade bangunan memiliki gaya Kolonial dan gaya Jengki. (Gambar 6)

Gambar 6. Kondisi bangunan saling berdempetan.

Sirkulasi dan parkir Kawasan studi dilalui oleh dua jenis transportasi, yaitu angkutan jalan raya dan angkutan kereta api. Kawasan studi hanya berjarak sekitar 100 m dari Stasiun Kota Baru, sehingga aksesnya sangat mudah. Kawasan studi juga mudah diakses dengan angkutan umum berupa angkot, ojek, dan becak (Gambar 7). Kawasan studi masih belum memiliki konsep penataan sistem perparkiran yang optimal. (Gambar 8)

Gambar 7. Akses menuju kawasan studi.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 97

Gambar 8. Sistem parkir on street.

Jalur pedestrian Pada kawasan studi tidak terdapat trotoar maupun zebra cross, hanya terdapat polisi tidur. Hal ini disebabkan karena keterbatasan lahan yang ada, sehingga tidak memberikan ruang bagi para pejalan kaki.

Ruang terbuka hijau Kawasan studi termasuk dalam lingkungan yang padat penduduk, terlihat dari kurang adanya ruang terbuka hijau berupa taman, sehingga kawasan secara umum dinilai masih belum memiliki ruang terbuka hijau yang memadai.

Karakteristik sosial ekonomi Penduduk di kawasan studi sebagian besar beragama Islam, sehingga ritual budaya warga setempat berkaitan erat dengan ajaran-ajaran Islam. Hal ini dapat dilihat pada saat ritual kelahiran, kematian, maupun pernikahan. Hampir sebagian besar ritual memakai ruang di masjid atau musholla.

Karakteristik lingkungan Loji Selatan yang diuraikan di atas menjadi masukan (input) untuk analisis kualitas lingkungan. B. Karakteristik bangunan kuno di Kawasan Loji Selatan

Identifikasi karakteristik bangunan kuno di Kawasan Loji Selatan menjadi masukan (input) untuk analisis makna kultural bangunan kuno. Usia bangunan

Bangunan kuno yang ada di Kawasan Loji Selatan sudah berkembang sejak abad ke-19, dibuktikan dengan adanya beberapa bangunan yang berusia lebih dari 160 tahun. (Tabel 3)

Tabel 3. Usia Bangunan Kuno No Usia Bangunan Jumlah Responden (%) 1. 50-60 tahun 5 8% 2. 60-70 tahun 7 12% 3. 70-80 tahun 5 8% 4. 80-90 tahun 12 20% 5. 90-100 tahun 6 10% 6. > 100 tahun 25 42% Jumlah 60 100%

Sebanyak 25 bangunan (42%) yang berusia lebih dari 100 tahun. (Gambar 9)

Gambar 9. Salah satu bangunan yang berusia lebin dari 100 tahun.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 98

Status kepemilikan bangunan

Status kepemilikan bangunan kuno di Kawasan Loji Selatan terbagi atas tiga klasifikasi, yaitu sertifikasi hak milik, hak guna bangunan, dan sewa pada orang lain. (Tabel 4)

Tabel 4. Status Kepemilikan Bangunan Kuno

No Status Kepemilikan Jumlah Responden (%) 1. Sertifikat Hak Milik 52 87% 2. Hak Guna Bangunan 2 3% 3. Sewa pada orang lain 6 10% Jumlah 60 100%

Sebagian besar bangunan kuno adalah memiliki status sertifikasi hak milik, yaitu sebesar 52 bangunan (87%). Terdapat 6 responden yang merupakan penyewa bangunan kuno di kawasan Loji Selatan ini. Alasan pemilik bangunan menyewakan rumahnya, yaitu agar bangunan tersebut terawat, daripada tidak ditempati membuat bangunan menjadi tidak terawat dan rusak.

Cara memperoleh

Pemilik maupun pengelola bangunan kuno memiliki beberapa cara untuk memperoleh bangunan kuno tersebut, yaitu (Tabel 5):

Tabel 5. Cara Memperoleh Bangunan Kuno

No. Cara memperoleh Jumlah Responden (%)1. Warisan 37 62% 2. Beli 15 25% 3. Hibah/wakaf 2 3% 4. Sewa 6 10% Jumlah 60 100%

Sebagian besar bangunan kuno diperoleh dari warisan orang tua atau kerabat pemilik bangunan. Untuk melihat hubungan karakteristik dari usia bangunan, status kepemilikan bangunan dan cara memperoleh bangunan dibuat dalam crosstab berikut. (Tabel 6)

Tabel 6. Crosstab Analisis Karakteristik Bangunan Kuno

Usia Bangunan 50-60

tahun 60-70 tahun

70-80 tahun

80-90 tahun

90-100 tahun

>100 tahun

Jumlah

I. Status Kepemilikan Bangunan Kuno

Hak Milik 5 6 5 11 6 19 52 Hak Guna Bangunan - 1 - - - 1 2 Sewa - - - 1 - 5 6 Total 5 7 5 12 6 25 60

II. Cara Memperoleh Bangunan Kuno

Warisan 3 2 5 6 5 16 37 Beli 2 4 - 5 1 3 15 Hibah - 1 - - - 1 2 Sewa - - - 1 - 5 6 Total 5 7 5 12 6 25 60

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 99

Fungsi bangunan Bangunan kuno di Kawasan Loji Selatan seluruhnya belum pernah mengalami perubahan fungsi. Dari awal didirikan bangunan kuno berfungsi sebagai bangunan rumah tinggal. Alasan dari responden untuk tetap mempertahankan bangunan kuno adalah (Tabel 7):

Tabel 7. Alasan Mempertahankan Fungsi Bangunan No. Alasan Jumlah Responden (%) 1. Aktivitas di lingkungan sekitar sesuai

dengan fungsi bangunan 18 30%

2. Fisik bangunan tidak sesuai dengan fungsi lainnya

9 15%

3. Aktivitas bangunan ini masih diperlukan

3 5%

4. Kesadaran akan pelestarian bangunan bersejarah

9 15%

5. Aktivitas turun-temurun 21 35% Jumlah 60 100%

Sebagian besar responden memilih untuk tetap mempertahankan bangunan kuno karena aktivitas turun temurun.

Perubahan fisik bangunan Perubahan pada fisik bangunan kuno merupakan hal yang sering terjadi pada bangunan di Kawasan Loji Selatan, mengingat rata-rata usia bangunan kuno lebih dari 50 tahun. Bangunan yang mengalami perubahan fisik dari pertama kali dibangun berdasarkan hasil kuisioner (Tabel 8):

Tabel 8. Perubahan Fisik Bangunan Kuno No. Perubahan Fisik Jumlah Responden (%)

1. Ya 22 37% 2. Tidak 38 63% Jumlah 60 100%

Tidak ada dana untuk merenovasi menjadi alasan sebagian besar responden untuk mempertahankan bangunan kuno.

C. Pengukuran kualitas lingkungan Loji Selatan Pengukuran kualitas lingkungan dilihat berdasarkan 5 aspek perencanaan kawasan

kota dalam mewujudkan Friendly City (Wijayanti 2003). Aspek yang digunakan, yaitu aspek kemudahan, keamanan dan keselamatan, kenyamanan, kesehatan, dan keromantisan. (Tabel 9 dan Gambar 10)

Tabel 9. Kualitas Lingkungan di Kawasan Loji Selatan

No Aspek Kriteria Bobot

Jumlah Respond

en

Nilai Kualitas

(4x5) Keterangan

1 2 3 4 5 6 7 1. Kemudaha

n Sangat mudah

3 67% 2.01 Dilihat dari aspek kemudahan, lingkungan tergolong kriteria sangat mudah dalam pencapaian. Akses menuju lingkungan dapai dicapai oleh transportasi umum, baik oleh angkutan umum, kendaraan roda dua atau becak. Selain itu, lingkungan juga dekat dengan pusat kota.

Cukup mudah

2 33% 0.66

Sulit dicapai

1 0% -

2. Keamanan dan keselamatan

Sangat aman

3 0% - Dilihat dari aspek keamanan dan keselamatan, lingkungan tergolong kriteria cukup aman. Walaupun di Jl. Embong Brantas tidak terdapat trotoar, namun warga setempat

Cukup aman

2 96% 1.92

Tidak 1 4% 0.04

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 100

aman membuat polisi tidur sebagai penghambat laju kendaraan bermotor, sehingga mengurangi bahaya bagi pejalan kaki. Selain itu, lingkungan bebas dari bencana banjir atau longsor, karena air hujan langsung mengalir ke sungai Brantas.

3. Kenyamanan

Sangat nyaman

3 30% 0.90 Dilihat dari aspek kenyamanan, lingkungan tergolong kriteria cukup nyaman. Fasilitas umum masih dapat dijangkau dengan berkendara maupun berjalan kaki, karena terletak di tepi jalan utama, yaitu di Jl. Embong Brantas RW.7. Adanya pasar Embong Brantas melayani segala kebutuhan sehari-hari masyarakat sekitar.

Cukup nyaman

2 70% 1.40

Tidak nyaman

1 0% -

4. Kesehatan Sangat sehat

3 25% 0.75 Dilihat dari aspek kesehatan, lingkungan tergolong kriteria cukup sehat. Masyarakat di Loji Selatan tidak pernah mengalami masalah pada jaringan listrik dan jaringan air bersih. Meningkatnya polusi udara dan polusi suara dari Jl. Panglima Sudirman dan Jl. Trunojoyo diminimalisir oleh masyarakat sekitar dengan penghijauan. Warga berusaha mengadakan penghijauan di depan rumah walaupun dengan lahan terbatas/sempit, dengan meletakkan tanaman di pot-pot.

Cukup sehat

2 75% 1.50

Tidak sehat

1 0% -

5. Keromantisan

Sangat romantis

3 0% - Dilihat dari aspek keromantisan, lingkungan tergolong kriteria cukup romantis. Lingkungan tidak memiliki pedoman penataan sempadan bangunan dan jalur pedestrian. Keaslian dari lingkungan Loji Selatan dengan bangunannya yang dempet dan jalan-jalannya yang sempit dengan kemiringan kontur sungai membuat lingkungan terkesan romantis.

Cukup romantis

2 42% 0.84

Tidak romantis

1 58% 0.58

Gambar 10. Hasil pengukuran kualitas lingkungan.

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 101

D. Pengukuran kualitas bangunan kuno di Kawasan Loji Selatan

Pengukuran mengenai penurunan kualitas bangunan kuno di Kawasan Loji Selatan dapat diketahui dari tingkat kerusakan bangunan kuno tersebut. Untuk menilai tingkat kerusakan bangunan kuno digunakan standar perhitungan kerusakan berdasarkan Kepmen KIMPRASWIL No. 332/KPTS/M/2002, tentang Pedoman Teknis Pembangunan Bangunan dan Gedung Negara. (Purnama 2006: 177) (Tabel 10).

Tabel 10. Tingkat Kerusakan Bangunan Kuno di Kawasan Loji Selatan

No. Tingkat Kerusakan Jumlah Bangunan (%)1. Kerusakan ringan 33 55% 2. Kerusakan sedang 19 32% 3. Kerusakan berat 8 13% Jumlah 60 100%

Berdasarkan Tabel 9 diketahui bahwa 33 bangunan (55%) mengalami kerusakan ringan (Gambar 11). Komponen bangunan yang terbesar yang mengalami kerusakan adalah finishing bangunan, seperti berlumut atau kerusakan cat.

Gambar 11. Tingkat kerusakan bangunan kuno di kawasan studi. Kesimpulan dan Saran Kesimpulan Karakteristik Kawasan Loji Selatan merupakan kawasan permukiman bersejarah

peninggalan Belanda yang masih bertahan dan masih terdapat bangunan kuno dengan gaya Arsitektur Kolonial dan Arsitektur Jengki. Kawasan ini tergolong padat dengan bagunan-bangunan yang saling berdempetan menjadi ciri khas dari kawasan. Kawasan studi berada di kawasan strategis, akses menuju kawasan sangat mudah dicapai dan dilalui oleh berbagai jenis angkutan umum.

Lingkungan di Loji Selatan tergolong aman dan bebas dari bencana banjir atau longsor karena air hujan langsung mengalir ke sungai Brantas, masyarakat merasa nyaman

arsitektur e-Journal, Volume 3 Nomor 1, November 2010 102

dengan adanya fasilitas umum yang mudah dijangkau, lingkungannya bersih dan sehat dengan adanya penghijauan yang meminimalisasi polusi, dan tergolong cukup romantis. Penurunan kualitas bangunan kuno di kawasan dapat dilihat dari tingkat kerusakan yang terjadi pada bangunan.

Saran

Perlu dilakukan pembahasan mengenai persepsi dan pendapat masyarakat terhadap batas/radius perlindungan bangunan-bangunan bersejarah dan jarak yang diijinkan untuk adanya pembangunan. Oleh karena itu, perlu peninjauan lebih lanjut terhadap bangunan-bangunan yang layak dilestarikan di sempadan sungai Brantas khususnya di Kawasan Loji Selatan. Selain itu, perlu adanya penelaahan aspek ekonomi, yaitu upaya untuk mejadikan objek pelestarian mampu membiayai dirinya sendiri atau bahkan memberi keuntungan bagi masyarakat setempat. Kejelian dalam melihat nilai-nilai komersialisasi dari suatu objek pelestarian dan mengembangkanya sebagai produk yang dipasarkan merupakan tantangan bagi pihak yang berwenang di bidang pelestarian. Daftar Pustaka Handinoto & Soehargo, P. 1996. Perkembangan Kota dan Arsitektur Kolonial Belanda di

Malang, Surabaya: Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat. Universitas Kristen PETRA.

Shirvani, Hamid. 1985. The Urban Design Process. New York: Van Nostrad Reinhold Company, Inc.

Wijayanti. 2003. City for Citizen in the Realm of a Friendly City. Jurusan Arsitektur Fakultas Teknik Univesitas Diponegoro. Diakses tanggal 30 Desember 2010.

Purnama, Agus. 2006. Pelestarian Kawasan Istana Kesultanan Bima di Kota Bima. Tesis Magister Program Studi Teknik Sipil, Minta PWK, Universitas Brawijaya Malang.

Antariksa © 2011