Permukiman Perdesaan di Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto

17
PERMUKIMAN PERDESAAN DI DESA TROWULAN KECAMATAN TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO Ike Permatasari, Antariksa, Wara Indira Rukmi Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145 E-mail: [email protected] ABSTRAK Studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi, sosial budaya dan ruang fisik permukiman perdesaan. Pengambilan Desa Trowulan sebagai objek studi adalah didasarkan pada temuan-temuan para ahli arkeologi yang menyimpulkan bahwa kepadatan temuan di daerah sekitar kolam Segaran sangat tinggi. Pada masa Majapahit juga terdapat banyak aliran agama dan kepercayaan, dan diperkirakan telah terjadi pembauran atau sinkritisme agama. Sampel yang diambil adalah masyarakat Desa Trowulan yang sekaligus sebagai pemilik bangunan. Hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat terdapat keterkaitan antara upacara adat yang dilakukan oleh responden dengan pola ruang hunian internal (pola ruang rumah), dan hubungan kekerabatan serta lokasi lahan pertanian pada pola hunian eksternalnya (pola hunian dalam kelompok hunian). Karakteristik ruang fisik pola hunian dengan orientasi halaman yang digunakan secara bersama, cenderung memiliki karakteristik sosial, ekonomi dan budaya yang serupa (sama). Berbeda dengan pola hunian dengan orientasi linier dan linier memusat, mempunyai kecenderungan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya yang beragam. Kata kunci: permukiman perdesaan, Desa Trowulan, pola hunian ABSTRACT This study carries out to recognize the characteristic of social economic, social culture and physical space of village settlement. The selection of Trowulan village as an object of study is based on finding of an archeologist which concluded that archeological density in the area of Segaran pond is extremely high. In the Majapahit period is also founded many religious sect and mysticism, and probably they previously be assimilate or religious syncretism. Sample taken is Trowulan village community which all at once as building owners. The result of this study shown that the majority of the community be found interrelatedness between traditional ceremony to carry out by the respondent through internal dwelling space pattern (hosing space pattern), and kinship relationship along with farmland agriculture location to external dwelling pattern (dwelling pattern in dwelling cluster). The physical space characteristic of dwelling pattern by means of yard oriented that used in a collective, inclined acquire of social characteristic, economic and culture is similar. Different with dwelling pattern through linear orientation and linear centered have inclined several of social characteristic, economic and culture. Key words: village settlement, Trowulan village, dwelling pattern Pendahuluan Pertumbuhan penduduk suatu daerah dapat mengidentifikasikan bahwa daerah tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Populasi penduduk yang cenderung meningkat dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi yang diprediksi akan meningkat dalam arti kuantitas maupun kualitasnya. Masalah yang timbul adalah persediaan lahan menjadi semakin terbatas, sedangkan kebutuhan permukiman sebagai tempat tinggal menjadi kebutuhan yang sangat mendesak, karena rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat bernaung, tidur, istirahat dan berkumpul bersama keluarga. arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008 77

Transcript of Permukiman Perdesaan di Desa Trowulan Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto

PERMUKIMAN PERDESAAN DI DESA TROWULAN KECAMATAN TROWULAN KABUPATEN MOJOKERTO

Ike Permatasari, Antariksa, Wara Indira Rukmi Jurusan Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Brawijaya

Jl. Mayjen Haryono 167, Malang 65145 E-mail: [email protected]

ABSTRAK

Studi ini dilakukan untuk mengetahui karakteristik sosial ekonomi, sosial budaya dan ruang fisik permukiman perdesaan. Pengambilan Desa Trowulan sebagai objek studi adalah didasarkan pada temuan-temuan para ahli arkeologi yang menyimpulkan bahwa kepadatan temuan di daerah sekitar kolam Segaran sangat tinggi. Pada masa Majapahit juga terdapat banyak aliran agama dan kepercayaan, dan diperkirakan telah terjadi pembauran atau sinkritisme agama. Sampel yang diambil adalah masyarakat Desa Trowulan yang sekaligus sebagai pemilik bangunan. Hasil studi menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat terdapat keterkaitan antara upacara adat yang dilakukan oleh responden dengan pola ruang hunian internal (pola ruang rumah), dan hubungan kekerabatan serta lokasi lahan pertanian pada pola hunian eksternalnya (pola hunian dalam kelompok hunian). Karakteristik ruang fisik pola hunian dengan orientasi halaman yang digunakan secara bersama, cenderung memiliki karakteristik sosial, ekonomi dan budaya yang serupa (sama). Berbeda dengan pola hunian dengan orientasi linier dan linier memusat, mempunyai kecenderungan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya yang beragam.

Kata kunci: permukiman perdesaan, Desa Trowulan, pola hunian

ABSTRACT

This study carries out to recognize the characteristic of social economic, social culture and physical space of village settlement. The selection of Trowulan village as an object of study is based on finding of an archeologist which concluded that archeological density in the area of Segaran pond is extremely high. In the Majapahit period is also founded many religious sect and mysticism, and probably they previously be assimilate or religious syncretism. Sample taken is Trowulan village community which all at once as building owners. The result of this study shown that the majority of the community be found interrelatedness between traditional ceremony to carry out by the respondent through internal dwelling space pattern (hosing space pattern), and kinship relationship along with farmland agriculture location to external dwelling pattern (dwelling pattern in dwelling cluster). The physical space characteristic of dwelling pattern by means of yard oriented that used in a collective, inclined acquire of social characteristic, economic and culture is similar. Different with dwelling pattern through linear orientation and linear centered have inclined several of social characteristic, economic and culture.

Key words: village settlement, Trowulan village, dwelling pattern Pendahuluan

Pertumbuhan penduduk suatu daerah dapat mengidentifikasikan bahwa daerah tersebut mengalami pertumbuhan dan perkembangan. Populasi penduduk yang cenderung meningkat dapat mempengaruhi perkembangan sosial dan ekonomi yang diprediksi akan meningkat dalam arti kuantitas maupun kualitasnya. Masalah yang timbul adalah persediaan lahan menjadi semakin terbatas, sedangkan kebutuhan permukiman sebagai tempat tinggal menjadi kebutuhan yang sangat mendesak, karena rumah merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia yang berfungsi sebagai tempat bernaung, tidur, istirahat dan berkumpul bersama keluarga.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

77

Desa Trowulan sebagai bekas pusat Kota Majapahit dihuni oleh penduduk dengan agama yang beragam mendasari adanya studi permukiman yang pernah dilakukan di Desa Trowulan, Mojokerto. Pola permukiman yang ada di Desa Trowulan mampu menggambarkan lingkungan alami, tingkatan teknologi yang digunakan untuk membangun dan jenis interaksi sosial serta sebagai alat kontrol budaya masyarakat yang ada di desa tersebut.

Studi ini bermaksud untuk menggali karakteristik permukiman perdesaan sebagai salah satu upaya untuk melengkapi pemahaman tentang karakteristik permukiman masyarakat perdesaan yang berada pada kawasan yang khas, yaitu kawasan bersejarah bekas kerajaan. Studi ini diharapkan dapat menemukan karakteristik khas dari permukiman di Desa Trowulan, sehingga dapat dijadikan masukan dalam penataan permukiman bersejarah. Harapan kedepannya adalah permukiman perdesaan di Desa Trowulan dapat berkembang dalam konteks yang tidak meninggalkan karakter aslinya.

Tujuan studi ini adalah untuk memperoleh gambaran mengenai karakteristik sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat, serta ruang fisik permukiman perdesaan di Desa Trowulan. Selanjutnya hasil studi ini dapat dimanfaatkan sebagai masukan dalam penyusunan konsep dan arahan penataan permukiman perdesaan di kawasan bersejarah peninggalan Kerajaan, khususnya di Desa Trowulan dan mengembangkan Desa Trowulan sebagai kawasan sejarah budaya.

Metode Penelitian Metode yang digunakan dalam studi ini, adalah pendekatan analisis kuantitatif dan

kualitatif dengan metode deskriptif explanatory, yaitu mengkaji kecenderungan karakterisitik fisik ruang serta kegiatan sosial, ekonomi dan budaya. Metode pengambilan sampel dengan teknik purposive sampling, dilakukan melalui wawancara ke responden langsung di Desa Trowulan.

Pengambilan sampel yang juga merupakan unit amatan, selanjutnya disebut dengan kelompok hunian, dan didasarkan pada ciri khas permukiman perdesaannya. Dengan tujuan agar karakteristik sosial budaya pada masing-masing kelompok hunian dapat tergali.

Kelompok hunian ini digunakan pada proses pengumpulan data eksisting, pembahasan dan proses analisis. Pembagian kelompok hunian yang berdasar pada ciri khas permukiman perdesaan dilakukan berdasar pada pertimbangan bahwa penduduk yang berkarakter sosial budaya yang sama cenderung mengelompok pada satu lokasi. Pembagian kelompok hunian dapat dilihat pada Tabel 1.

Fokus studi meliputi: • Analisis sosial ekonomi dan sosial budaya

Analisis ini menjelaskan tentang kegiatan sosial ekonomi dan sosial budaya masyarakat Desa Trowulan yang berkaitan dengan perkembangan fisik pola permukimannya terdiri atas: - Kajian aktivitas sosial ekonomi masyarakat Desa Trowulan; dan - Kajian aktivitas sosial budaya masyarakat Desa Trowulan. • Analisis ruang fisik permukiman perdesaan

Analisis ini menjelaskan tentang bentuk-bentuk pola permukiman yang ada di Desa Trowulan dikaitkan dengan perkembangan hunian, lingkungan dan fisik bangunan serta prasarana sebagai pelengkap permukiman terdiri atas: - Kajian pola hunian; - Kajian lingkungan dan fisik bangunan; dan - Kajian prasarana desa.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

78

Tabel 1 Pembagian Kelompok Hunian Responden

Dusun KH Lokasi Jumlah responden

A Jalan Telogogede RT 02 / RW 01 5 Telogogede

B Jalan Pondok Al-Islah RT 02 / RW 02 9 C Jalan Raden Wijaya, Jalan R. Wijaya Gg III 19 D Jalan Brawijaya, Jalan A. Yani RT 01/RW 01 3 Trowulan E Jalan Keramat RT 04 / RW 02 6

Tegalan F Jalan Kiteran 12 G Jalan Pendopo agung 6

Unggahan H Jalan Brawijaya, Jalan Minak Jinggo 11

I Jalan Minak jingo, Jalan Minak jingo Gg II, Jalan Candi Tikus 11

J Jalan Raden Fatah, Jalan Pendopo agung 8 Nglinguk

K Jalan A. Yani 4 Total 94

Hasil dan Pembahasan Karakteristik Ruang Fisik Permukiman • Analisis pola ruang dan pola permukiman

Desa Trowulan termasuk pada tipologi desa persawahan. Dengan pola permukiman yang linier terdiri atas pola permukiman linier dan memusat. Pada tiap dusunnya terdapat pola hunian sebagai berikut: - Mengumpul dengan orientasi rumah adalah halaman yang digunakan secara

bersama (komunal). (Gambar 1 sampai dengan Gambar 4)

0 2512,5

Jl. Telogogede

3

2

54

Langgar

1

Halaman bersama

Petak Rumah0 25 5012.5

67

8

10

1213

11 9

14

Halaman bersama

Petak Rumah

Gambar 2. Kelompok hunian B (KH B).

Skala :

Gambar 1. Kelompok hunian A (KH A).

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

79

Jl.

Pen

dopo A

gu

ng

83

86

85

84

87

88

8990

Halaman bersama

0 25 5012,5Petak Rumah

Gambar 4. Kelompok hunian J (KH J).

Jl.

Pen

dop

o A

gu

ng

5657

60

55

59 58

Petak Rumah

Gambar 3. Kelompok hunian G (KH G).

- Linier dengan orientasi rumah adalah jalan untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 5 sampai dengan Gambar 10:

Jl. R. Wijaya Gg. III

Jl.

R.

Wij

aya

24

2019

26

25

1516

17 18

21

2223

27

28

29

30

3132

33

0 25 5012,5Petak Rumah

0 12.5 25 50

Jl. Pendopo Agung 34

35

36

Petak Rumah

Gambar 6. Kelompok hunian D (KH D).

G

80

Gambar 5. Kelompok hunian C

Jl.

Min

ak

Jin

gg

o

Jl. B

raw

ijaya

J l. Braw ijaya

Jl. P

en

dopo A

gun

g

71

66

61

67

62

63

64 65

6869

70

1000 25 5012,5

Petak R um ah

K O L A M SE G A R A N

Gambar 8. Kelompok hunian H (KH H).

J l. K eram at

37

38404139 42

0 12 .5 25 P etak R um ah

ambar 7. Kelompok hunian E (KH E).

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

Jl. A. Yani

94

93

92

Jl. Minak Jinggo Gg. II

Jl. Candi Tikus

Jl. C

an

di Tik

us

7375

8280

79

7274

76

77

78

81

0 12.5 25 50 Petak Rumah

91

Petak Rumah0 25 5012,5

Gambar 10. Kelompok hunian K (KH K).

Gambar 9. Kelompok hunian I (KH

- Linier memusat dengan orientasi rumah adalah jalan dan secara geografis cenderung terpisah dengan dusun yang lain. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.

- Linier memusat dengan orientasi rumah adalah jalan dan secara geografis cenderung terpisah dengan dusun yang lain. untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 11.

Jl. Kite

ran

47 46

44

43

51

45

48

49

52

50

5354

0 12.5 25 50

Petak Rumah

LAHAN

PERTANIAN

Gambar 11. Kelompok hunian F (KH F). • Analisis lingkungan dan fisik bangunan • Analisis lingkungan dan fisik bangunan A. Analisis fisik bangunan rumah A. Analisis fisik bangunan rumah

Tipologi atap rumah responden terdiri atas pelana dan limasan, dan sebagian besar responden yang tipologi atapnya limasan mempunyai pekerjaan petani. Secara umum, rumah-rumah responden yang ada di Desa Trowulan mempunyai fungsi antara lain sebagai hunian dan berfungsi ganda, yaitu sebagai hunian dan tempat usaha. Fungsi rumah tersebut berubah sesuai dengan kebutuhan pemiliknya. Pada umumnya responden yang rumahnya berfungsi ganda, yaitu sebagi hunian serta tempat usaha, membangun tempat usahanya tersebut di depan rumahnya, dengan skala pelayanannya adalah skala lokal desa. Lahan yang dipakai biasanya adalah teras atau halaman di depan rumahnya. Bangunan-bangunan rumah responden yang ada di Desa Trowulan, terdiri atas bangunan yang bersifat permanen, semi permanen dan non permanen.

Tipologi atap rumah responden terdiri atas pelana dan limasan, dan sebagian besar responden yang tipologi atapnya limasan mempunyai pekerjaan petani. Secara umum, rumah-rumah responden yang ada di Desa Trowulan mempunyai fungsi antara lain sebagai hunian dan berfungsi ganda, yaitu sebagai hunian dan tempat usaha. Fungsi rumah tersebut berubah sesuai dengan kebutuhan pemiliknya. Pada umumnya responden yang rumahnya berfungsi ganda, yaitu sebagi hunian serta tempat usaha, membangun tempat usahanya tersebut di depan rumahnya, dengan skala pelayanannya adalah skala lokal desa. Lahan yang dipakai biasanya adalah teras atau halaman di depan rumahnya. Bangunan-bangunan rumah responden yang ada di Desa Trowulan, terdiri atas bangunan yang bersifat permanen, semi permanen dan non permanen.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

81

Rumah dengan bahan non permanen paling banyak ditemukan pada kelompok hunian F, rumah-rumah tersebut dindingnya terbuat dari bambu.

Kecenderungan tindakan yang dilakukan responden jika terdapat penambahan

jumlah anggota keluarga: - Membangun rumah baru (55.3%);

Kasus kecenderungan tindakan yang dilakukan bila ada penambahan jumlah anggota keluarga (Gambar 12-14) - No responden : 01 - Nama / usia : Ibu Rateni/77 tahun - Alamat : Jln. Telogogede RT/RW 02/01 Dusun Telogogede - Pekerjaan : Petani - Bentuk tindakan : Membangun rumah baru

Foto rumah (A) sebelum dibangun rumah baru :

Foto rumah (B) sesudah dibangun rumah baru :

1 2

Gambar 12. Rumah sebelum dan sesudah dibangun.

Denah rumah sebelum dibangun rumah baru :

Ruang Keluarga

Kamar mandi

Ruang Tamu

Kamar Tidur

Kamar Tidur

Kamar Tidur

Kamar Tidur orang

tua

Dapur

Gambar 13. Denah sebelum dibangun rumah baru.

Denah rumah Sesudah dibangun rumah baru :

Kamar mandi Kamar

Tidur

Kamar Tidur

Ruang Tamu

Kamar Tidur orang

tua

Warung

Dapur

Ruang Keluarga

Gambar 14. Denah sesudah dibangun rumah baru.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

82

- Merubah bentuk bangunan, dengan cara menambah ruangan atau merubah fungsi ruang (29.8%):

Kasus kecenderungan tindakan yang dilakukan bila ada penambahan jumlah anggota keluarga (Gambar 15-17): - No responden : 92 - Nama/usia : Bpk. Kadeni/ 37 tahun - Alamat : Jln. Gajah Mada RT/RW 02/02 Dusun Nglinguk - Pekerjaan : Swasta - Bentuk tindakan : Merubah rumah dengan cara menambah ruangan

Gambar 15. Rumah sesudah dibangun.

Ruang Tamu

Ruang KeluargaKamar

Tidur

Kamar Tidur

Kamar mandi

Dapur

M ushola

Kamar Tidur

Kamar Tidur

Gambar 17. Denah sesudah dibangun ruangan baru.

R uang Tam u

R uang K eluarga

K am ar T idur

K am ar T idur

K am ar T idur

K am ar m andi

Gambar 16. Denah sebelum dibangu ruangan baru.

- Tinggal di rumah yang sama, tanpa merubah bangunan (8.5%); - Meninggalkan rumahnya untuk tinggal di rumah suami (5.3%); dan - Tinggal di rumah istri (1.1%).

B. Analisis perubahan bangunan rumah Berdasarkan hasil wawancara, sebesar 55.3% responden menyatakan pernah

melakukan perubahan pada rumah yang ditinggalinya sekarang. Alasan dilakukannya perubahan tersebut antara lain sebagai berikut (Tabel 10):

- Untuk usaha baru (ekonomi) (15.4%); - Untuk mengikuti mode/trend (42.3%); dan - Alasan tuntutan kebutuhan (42.3%), misalnya pertambahan jumlah keluarga

dalam satu rumah.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

83

Tabel 10 Jenis Perubahan Bangunan Rumah No Jenis Jumlah (%) 1 Bahan baku 30 57.7 2 Bahan baku +

penambahan ruang

14 26.9

3 Bahan baku + perubahan fungsi 7 13.5

4 Arah orientasi 1 1.9 Total 52 100

Berikut ini merupakan salah satu contoh kasus perubahan yang dilakukan responden pada rumahnya, dengan cara merubah arah orientasi rumah tempat tinggalnya (Gambar 18 dan Gambar19):

- No responden : 83 - Nama/usia : Bpk. Imam Syafa'at/53 tahun - Alamat : Jln. Raden Fatah 3 RT/RW 02/03 Nglinguk - Pekerjaan : Swasta - Bentuk Perubahan : Arah orientasi rumah

Gambar 19. Sesudah perubahan orientasi.

Gambar 18. Sebelum perubahan orientasi rumah.

A. Analisis jaringan jalan Sebagian besar rumah-rumah responden terdapat pada jalan aspal (57.4%) dan

terdapat juga rumah responden yang aksesnya berupa jalan tanah dan makadam (42,6%). Rumah responden yang terletak pada jalan tanah dan makadam adalah rumah-rumah yang termasuk dalam pola hunian mengumpul dengan orientasi halaman yang digunakan secara bersama (komunal).

Tipologi permukimannya cenderung mengumpul, pada kelompok hunian A dan B. Pada kelompok hunian yang berada pada jalan aspal cenderung mempunyai tipologi pola permukiman yang linier, dapat dilihat pada kelompok hunian C, E, H dan K. Tipologi pola permukiman pada kelompok hunian F adalah linier memusat, hal ini dikarenakan letak geografisnya yang memusat dan dengan dusun lainnya terpisahkan oleh lahan pertanian yang cukup luas.

B. Analisis prasarana drainase

Berdasarkan hasil wawancara, sebesar 56.4% menyatakan rumahnya tidak dilengkapi dengan saluran drainase. Hal ini lebih dikarenakan lokasi rumah yang menyebar dan polanya tidak teratur. Secara teknis, pembuangan air di alirkan ke belakang rumah dengan cara membuat lubang di tanah atau dibiarkan begitu saja mengalir di belakang rumah. Sebanyak 37,23% responden, rumahnya memiliki saluran drainase. Rumah-rumah yang memiliki saluran drainase pada umumnya adalah rumah-rumah yang berpola linier di sepanjang jalan yang diperkeras dengan aspal.

Kelompok hunian yang terdapat saluran drainasenya hanyalah kelompok hunian A, sedangkan untuk kelompok hunian E dan J tidak dilengkapi dengan sarana drainase. Kelompok hunian yang paling banyak dilengkapi dengan sarana drainase adalah kelompok hunian C (11.70%).

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

84

C. Analisis prasarana listrik Rumah responden yang dilengkapi dengan penerangan kistrik adalah sebanyak

91.5%, dan yang tidak dilengkapi sebanyak 8.5%. Responden yang sebagian besar tidak dilengkapi dengan listrik berada pada kelompok hunian F.

Jika ada responden yang menyatakan tidak ada fasilitas listrik dalam rumahnya, hal ini dikarenakan mereka tidak memasang listrik sendiri melainkan dengan cara menumpang kepada tetangganya yang rumahnya terdapat fasilitas listrik. Para responden yang menumpang listrik ini, mengganti jasa pemanfaatan listrik tetangga dengan cara pembayaran rutin tiap bulannya. Besarnya nominal pembayaran uang jasa listrik tersebut di musyawarahkan di antara keduanya, dapat dilihat pada kelompok hunian B, E F dan K.

Karakteristik sosial ekonomi

Sosial ekonomi adalah suatu bentuk kehidupan masyarakat yang ditinjau kaitannya dengan aspek ekonomi. A. Analisis mata pencaharian (Tabel 2 sampai dengan Tabel 6 serta Gambar 20 dan

Gambar 21)

Tabel 2 Pekerjaan Responden No Pekerjaan Jumlah (%) 1 Pensiunan 2 2.1 2 Petani 22 23.4 3 Buruh tani 14 14.9 4 Wirasasta 23 24.5 5 PNS 3 3.2 6 Swasta 22 23.4 7 Lainnya 8 8.5

Total 94 100

Gambar 21. Aktivitas bertani.Gambar 20. Aktivitas pembuatan batu bata.

Tabel 3 Alasan Pemilihan Pekerjaan Responden No Alasan Jumlah (%) 1 Tidak punya keahlian

lain 41 43.6

2 Sesuai dengan keahliannya 20 21.3

3 Menjanjikan penghasilan lebih 21 22.3

4 Warisan 12 12.8 Total 94 100

Tabel 4 Lokasi Kerja Responden

No Lokasi kerja Jumlah (%) 1 Desa Trowulan 69 73.4 2 Kecamatan Trowulan 4 4.3 3 Di luar Kec Trowulan,

dalam Kab. Mjk 15 16.0

4 Di luar Kab Mojokerto 6 6.4 Total 94 100

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

85

Tabel 5 Peralihan Pekerjaan Responden No Peralihan Pekerjaan Jumlah (%) 1 Beralih pekerjaan 27 28.7 2 Tetap 67 71.3

Total 94 100

Tabel 6 Jenis Pekerjaan Sebelumnya

No Pekerjaan Jumlah (%) 1 Petani 5 18.5 2 Wirasasta 2 7.4 3 PNS 2 7.4 4 Swasta 10 37 5 DLL 8 29.6

Total 27 100

B. Analisis kegiatan ekonomi 1. Pendapatan perbulan (Tabel 7)

Tabel 7 Pendapatan Total Perbulan Responden No Pendapatan/bulan Jumlah %) 1 <500 ribu 33 35.1 2 500 - 1 juta 41 43.6 3 > 1 juta 20 21.3 Total 94 100

Pada kelompok hunian A, B, F dan I jumlah tertinggi pendapatan responden adalah sebesar Rp. 500.000 sampai dengan Rp. 1.000.000 dan berpendidikan maksimal adalah SMU.

Kelompok hunian C, D, E, G, H , J dan K mempunyai jumlah pendapatan tertinggi, yaitu lebih dari Rp. 1.000.000. sebagian responden yang mempunyai pendapatan lebih dari 1 juta adalah mereka yang bekerja di sebagai petani, wiraswasta, PNS dan swasta dan berpendidikan maksimal sarjana, rata-rata mempunyai jumlah anggota antara 2-5 orang. 2. Pengeluaran perbulan

Hasil wawancara dan tabulasi silang dapat diambil kesimpulan, responden yang berada pada kelompok hunian A, I dan K tidak mempunyai pengeluaran khusus untuk keperluan perawatan rumah, dengan alasan penghasilan yang pas-pasan. Responden yang menyatakan tidak mempunyai pengeluaran khusus untuk perawatan rumahnya sebagian besar adalah responden yang mempunyai penghasilan kurang dari Rp 500.000/bulan.

Responden yang mempunyai anggaran khusus untuk perawatan rumah, adalah responden yang mempunyai pendapatan antara Rp 500.000-1.000.000/bulan dan lebih dari Rp 1.000.000/bulan. Karakteristik sosial budaya A. Analisis sistem nilai 1. Kegiatan kepercayaan dan upacara adat a. Cok bakal

Merupakan kegiatan adat/tradisi berupa pembuatan sesajen bertujuan untuk menghormati para leluhur yang sudah meninggal. Dilakukan oleh 64.9% responden, dilakukan jika mereka mempunyai hajat. Persembahan tersebut diletakkan di kamar

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

86

mandi, dapur, saluran air dan setiap kanan dan kiri tenda. Sebagian besar melaksanakan kegiatan ini dengan alasan untuk ketenangan hati (59%). (Gambar 22)

b. Tingkep

Merupakan kegiatan selamatan untuk ibu yang sedangn hamil 7 bulan. Tujuannya adalah untuk keselamatan ibu dan anak yang sedang dikandungnya. Kegiatannya berupa selamatan dan siraman. Untuk tamu laki-laki ditempatkan pada ruang tamu dan untuk tamu perempuan ditempatkan di ruang keluarga/dekat dengan kamar (Gambar 23).

Gambar 22. Cok bakal.Gambar 23. Kegiatan siraman pada tingkep.

c. Among-among Dalam bahasa Indonesia among-among berarti suguhan, suguhan ini diperuntukkan

kepada para roh leluhur yang menurut kepercayaan masyarakat setempat akan pulang kerumahnya pada hari jumat, suguhan diletakkan di atas meja di kamar utama Kegiatan ini dulunya rutin diadakan setiap malam jumat, namun dikarenakan adanya akulturasi budaya, maka ritual ini biasanya dilaksanakan pada malam jumat legi saja atau sudah tidak sama sekali. Hanya sebagian kecil masyarakat saja yang masih melaksanakannya. (Gambar 24)

Gambar 24. Perlengkapan Among-among.

d. Tandur, keleman dan wiwit Tandur dilakukan beberapa hari setelah padi ditanam, biasa dilakukan di hari

dengan pasaran wage. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah selamatan dengan menggunakan tumpeng dan cok bakal.

Acara selanjutnya adalah keleman. Menurut kepercayaan masyarakat setempat keleman ini diibaratkan upacara tingkep pada manusia, sehingga harapannya tidak beda jauh dengan upacara tingkep, yaitu hal-hal yang baik pada hasil panen dan keselamatan pekerja. Perlengkapan lainnya adalah pleret, pleret adalah makanan yang dibentuk menyerupai ulat, sapi dan kerbau yang biasa diletakkan di sawah dan candi tikus yang dipercaya dapat mendatangkan hasil panen yang baik.

Wiwit adalah upacara yang dilakukan pada saat panen. Kegiatan yang biasa dilakukan adalah mengggelar acara selamatan tumpeng di rumah. (Gambar 25 dan Gambar 26)

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

87

Gambar 25. Kegiatan tandur. Gambar 25. Kegiatan wiwit.

e. Bersih desa Upacara bersih desa atau dalam masyarakat jawa lebih dikenal dengan sebutan

”resik desa/ ruwat desa” adalah salah satu bentuk dari upacara adat yang bertujuan untuk membersihkan desa dari adanya kekuatan jahat yang mengganggu ketentraman desa. Dalam upacara tersebut disertai seperangkat sesajen dan perlengkapan lain dengan harapan mendapatkan perlindungan dari Tuhan Yang Maha Esa, sehingga desa mereka sehat, aman, tentram dan jauh dari bencana. (Gambar 27)

Gambar 27. Kegiatan wayangan pada bersih desa.

2. Norma masyarakat Norma masyarakat yang dibahas dalam studi ini terdiri dari dua, yaitu sebagai

berikut: Adat asli, terdiri dari norma-norma yang dibangun oleh penduduk, sepanjang sejarah mereka dan yang dipandang oleh mereka sebagai pedoman, warisan dari masyarakat mereka; dan Norma agama (syari’ah Islam atau syarak), tidak dibuat oleh penduduk sendiri, tetapi merupakan sistem norma yang didapatkan dari agama yang dianut penduduk setempat.

Berdasarkan kedua norma di atas, dalam perkembangannya masyarakat yang ada di Desa Trowulan terbagi dalam dua kelompok, yaitu sebagai berikut:

Kelompok yang menganut norma adat, yaitu hasil percampuran budaya pada jaman majapahit dan budaya serta agama yang masuk atau biasa disebut kaum abangan, yaitu sebesar 69.15% responden. Kelompok yang memegang teguh aturan-aturan Islam tanpa adanya akulturasi budaya, kelompok ini disebut kaum, putihan, yaitu sebesar 30.85%. Keberadaan kelompok kaum putihan lebih mengumpul di sekitar Pondok Al Islah yang ada di Dusun Telogogede dan Masjid Raden Fatah yang ada di Dusun Trowulan, serta masjid Al Muhajirin serta masji-masjid yang lainnya yang ada di Desa Trowulan.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

88

3. Hubungan kekerabatan Dalam perkembangannya, masyarakat pedesaan lebih dikenal dengan masyarakat

keluarga/masyarakat paguyuban yang mempunyai sifat antara lain sebagai berikut (Gambar 28):

Saling kenal mengenal dengan baik di antara satu dengan yang lain; Memiliki keintiman yang tinggi di kalangan warganya; Memiliki rasa persaudaraan dan persekutuan yang tinggi; Memiliki jalinan emosional yang kuat di kalangan warganya; dan Saling bantu membantu, tolong menolong atas dasar kekeluargaan.

Sistem hubungan kekerabatan masyarakat Desa Trowulan sama seperti masyarakat jawa pada umumya, yaitu bilateral. Sistem kekerabatan bilateral adalah suatu prinsip yang menentukan hubungan kekerabatan seseorang berlaku rangkap, yaitu melalui garis keturunan pria dan garis keturunan wanita. Dengan demikian hubungan anak dengan kerabat pihak ayah dan ibu mempumyai derajat yang sama (Koentjaraningrat 1975:86).

Pada dasarnya setiap keluarga yang ada pada kelompok hunian B adalah satu keturunan/berasal dari keturunan yang sama. Responden dengan nomor rumah 10 dan 11 serta orang tua dari responden dengan nomor rumah 12 dan 13 merupakan saudara kandung. (Tabel 8 dan Tabel 9 serta Tabel 10 dan Tabel 11 pada lampiran)

10 11

12 13 86 7

0 25 50 100

11 910

6 78

13 12

14

Halaman bersama

Gambar 28. Hubungan kekerabatan.

Tabel 8 Lokasi Kekerabatan Responden No Dusun Jumlah Prosentase

(%) 1 Dusun Telogogede 9 10.1 2 Dusun Trowulan 38 42.7 3 Dusun Unggahan 17 19.1 4 Dusun Nglinguk 20 22.5 5 Dusun Tegalan 5 5.6

Total 89 100

Tabel 9 Status Kekerabatan Responden

No Jenis hubungan kekerabatan Jumlah (%)

1 Orang tua 40 44.9 2 Saudara

kandung 33 37.1

3 Sepupu 3 3.4 4 Anak 6 6.7 5 Mertua 1 1.1 6 Keponakan 5 5.6 7 Bude 1 1.1

Total 89 100

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

89

B. Aktivitas sosial 1. Kegiatan gotong royong

Semua bapak-bapak yang ada di terdaftar sebagai anggota organisasi jamaah sedangkan ibu-ibunya terdaftar sebagai anggota organisasi perempuan. Jenis kegiatan yang dilakukan adalah pengajian, tahlil, gotong royong (hajatan/mbyodo, bersih desa, membangun rumah, PKK, RT/RW, Dusun, dan lain sebagainya). (Gambar 29) 2. Kegiatan organisasi/kelembagaan

Wujud kegiatan gotong rotong adalah bila ada keluarga atau tetangga yang mempunyai hajat, maka kebiasaan yang biasa dilakukan adalah datang sebelum acara berlangsung, dengan membantu berupa bahan pokok secukupnya. Dengan tujuan utama adalah untuk kerukunan, saling membantu dan menjaga silahturahmi. Wujud lainnya adalah dengan mengikuti kegiatan jamaah tahlil. (Gambar 30)

Gambar 29. Tradisi mbyodo/rewang. Gambar 30. Kegiatan jamaah tahlil.

Kesimpulan Karakteristik ruang fisik dan karakteristik sosial ekonomi dan sosial budaya

permukiman perdesaan Desa Trowulan menunjukkan bahwa sebagian besar masyarakat terdapat adanya keterkaitan antara upacara adat yang dilakukan oleh responden dengan pola ruang hunian internal (pola ruang rumah) serta hubungan kekerabatan serta lokasi lahan pertanian pada pola hunian eksternalnya (pola hunian dalam kelompok hunian). Karakteristik ruang fisik pola hunian dengan orientasi halaman yang digunakan secara bersama, cenderung memiliki karakteristik sosial, ekonomi dan budaya yang serupa (sama). Berbeda dengan pola hunian dengan orientasi linier dan linier memusat, mempunyai kecenderungan karakteristik sosial, ekonomi dan budaya yang beragam. Saran

Adapun saran yang diberikan untuk studi lebih lanjut mengenai sistem dan aturan pewarisan lahan pertanian serta aktivitas dan aturan dari kedua kelompok, yaitu kelompok putihan (santri) dan kelompok abangan. Di samping itu, permukiman di kawasan bersejarah tersebut perlu ditinjau lebih dalam lagi dari berbagai aspek serta bangunan-bangunan mana yang perlu untuk dilakukan upaya pelestarian. Daftar Pustaka Dwi Ari, I. R. & Antariksa. 2005. Studi Karakteristik Pola Permukiman Di Kecamatan

Labang Madura. Jurnal ASPI. 4 (2): 78-93. Asniawaty, Dharoko, A. & Wijono, D. 2001. Pola Spasial Permukiman Desa Galesong.

Teknosains. 2 (14): 213-233. Parmono, A., Purbadi, Y. D. & Mildawani, I. 1998 Early Moslem Settlement in Trowulan,

International Symposium and Workshops on Historic Cities in Islamic Societis Yogyakarta, Indonesia. April, 1998, hlm. 1-17.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

90

Kusumaning, D. J. 2006. Perkembangan spasial Komplek Wisata Ritual Gunung Kawi. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya

Ernawati, J. 1992. Studi Pendekatan Penanganan Permukiman dalam Kawasan Bersejarah Kota yang Merupakan Aset Wisata di Kampung Taman Sari Yogyakarta. Thesis. Tidak dipublikasikan. Bandung: ITB

Kartodirjo, S. 1993. 700 Tahun Majapahit (1293-1993) Suatu Bunga Rampai. Surabaya: Dinas Pariwisata Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Jawa Timur

Maharini. 2005. Upacara Bersih Desa di Desa Wates Sumpak Kecamatan Trowulan Kabupaten Mojokerto. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Institut Keguruan dan Ilmu Pendidikan Budi Utomo.

Mundardjito. 2003. Pendekatan Studi Permukiman Sebagai Strategi Kegiatan Arkeologi Terpadu disampaikan pada Ceramah Ilmiah Jurusan Arkeologi Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia Kampus UI Depok, 24 April 2003. dari http:// www. Indonesia Archaeolgy on the net.com. Diakses pada tanggal 9 Desember 2005

Nazir, M. 1983.Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia Oka, I. G. B. 2004. Konsep Penataan Kawasan Suci Margi Agung Pura Besakih (Suatu

Kajian Latar Belakang Filosofis), Jurnal Permukiman Natah. 2 (2): 56-107. Pamungkas, S.T. 1992. Evolusi Tata Ruang Desa Wonokitri. Jurnal Fakultas Teknik. 1

(2): 23-40. Pipie. 2004. Rumah Budaya. http:// www. Cybersastra. Net. Diakses pada tanggal 19

Januari 2006. Pratomo, A. S. 2006. Pelestarian Kawasan Kampung Batik Laweyan Kota Surakarta.

Skripsi. Tidak dipublikasikan. Malang: Universitas Brawijaya Radja, A. M., Soewarno, N. & Adhisakti, L. T. 2000. Keragaman Rumah Tradisional

Makassar di Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar Sulawesi Selatan. Media Teknik. XXII (3): 28-36.

Sasongko, I. 2002. Transformasi Struktur Ruang Pada Permukiman Sasak, Kasus: Permukiman Tradisional Desa Puyung. Jurnal ASPI. 2 (1):117-125.

Tim Penulis Sejarah Kabupaten Mojokerto. 1993. Sejarah Mojokerto, Sebuah Pendekatan Administratif dan Sosial Budaya. Mojokerto

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 1992 Tentang Penataan Ruang. Wikantiyoso, R. 1997. Konsep Pengembangan: Transformasi Pola Tata Ruang

Tradisional Studi Kasus: Pemukiman Tradisional Jawa di Kotagede Yogyakarta-Indonesia. Science. 37: 25-33.

Yunita, E., Pangarsa, G. W. & Antariksa. 1998. Penelusuran Perkembangan Tipologis Arsitektur Perumahan Perdesaan Trowulan. Jurnal Teknik. V (2):11-26.

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

91

Tabel 10. Bentukan Pola Ruang Internal Berdasarkan Pengaruh dari Kegiatan Upacara Adat di Desa Trowulan

No Kegiatan upacara adat

Bentukan terhadap pola ruang rumah Keterangan

1 • Cok bakal • Tingkep • Among-

among

1. Terdapat pembagian ruang berdasarkan gender pada kegiatan tingkep

- RT Tamu Laki-laki - RK Tamu Perempuan - KM/WC Lokasi Siraman

2. Kamar tidur orang tua berada di kamar tidur bagian belakang, dipergunakan untuk kegiatan among-among.

3. Berdasarkan kepercayaan pola ruang rumah yang dianut warga setempat, bahwa kamar anak tidak boleh berada di belakang kamar tidur orang tua.

2 • Tandur

• Keleman • Wiwit

1. Ruang tamu dan halaman berfungsi untuk menampung tamu yang diundang pada kegiatan keleman dan wiwit.

2. Halaman berfungsi sebagai tempat untuk menjemur gabah hasil panen. Untuk mempermudah proses penjemuran di bawah sinar matahari, maka halaman dilapisi dengan semen (plester)

3. Berdasarkan kepercayaan pola ruang rumah yang dianut warga setempat, bahwa kamar anak tidak boleh berada di belakang kamar tidur orang tua.

3 • Bersih Desa

1. Berdasarkan kepercayaan pola ruang rumah masyarakat, bahwa kamar anak tidak boleh berada di belakang kamar tidur orang tua.

DAPUR

RT

KT Anak

KT Anak

KT Orang Tua

KM/WC

RK

DAPUR

HALAMAN

RT

RK

KM/WC

KT Orang Tua

KT Anak

KT Anak

DAPUR

RT

RK

KM/WC

KT Orang Tua

KT Anak

KT Anak

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

92

Tabel 11. Bentukan Pola Ruang Eksternal Berdasarkan Pengaruh Hubungan Kekerabatan dan Lokasi Lahan Pertanian di Desa Trowulan

No Jenis Kekerabatan

Bentukan terhadap pola ruang kelompok hunian Keterangan

1 Hubungan kekerabatan dekat (satu keturunan)

1. Pola hunian ini berorientasi pada halaman yang digunakan secara bersama (komunal), terbentuk karena hubungan kekerabatan yang erat, karena mereka berasal dari satu keturunan yang sama.

2. Lokasi lahan pertanian berjauhan dengan lokasi hunian.

3. Terdapat bangunan inti berupa mushola yang selain berfungsi sebagai tempat ibadah, juga tempat untuk saling bersosialisasi antar kerabat.

1. Pola kelompok hunian yang terbentuk adalah linier dengan orientasi jalan lingkungan dan cenderung mendekati lokasi lahan pertaniannya.

2. Lahan pertanian berada di ujung jalan culdesak.

3. Terdapat halaman rumah yang cukup luas yang digunakan untuk menjemur gabah hasil panen.

2 Hubungan kekerabatan jauh

1. Pola kelompok hunian yang terbentuk adalah linier memusat dengan orientasi jalan dan cenderungan terpisah secara geografis dengan dusun (lokasi permukiman) yang lainnya.

2. Lokasi hunian cenderungan mendekati lokasi lahan pertaniannya.

3. Terdapat halaman rumah yang cukup luas yang digunakan untuk menjemur gabah hasil panen.

Copyright © 2008 by Antariksa

Lahan Pertanian

Halaman Bersama

Mushola

Lahan Pertanian

Permukiman

lain

Lahan Pertanian

Lahan Pertanian

arsitektur e-Journal, Volume 1 Nomor 2, Juli 2008

93