makalah am dan Khos ulumu quran

27
‘AM DAN KHOSH MAKALAH UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ULUMUL QUR’AN 2 DOSEN PENGAMPU: AFIFUL IKHWAN,M.Pd.I Disusun oleh: KELOMPOK 8 EMMA KRISNA SARI (NIM : 2014471968) LAILI RAHMAWATI (NIM : 2014471978) NUCHA RICHANA (NIM : 20144711002) SITI KUNJARIAH (NIM : 2014471986) PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(PAI) SEMESTER 2

Transcript of makalah am dan Khos ulumu quran

‘AM DAN KHOSH

MAKALAH

UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ULUMUL QUR’AN 2

DOSEN PENGAMPU: AFIFUL IKHWAN,M.Pd.I

Disusun oleh:

KELOMPOK 8

EMMA KRISNA SARI (NIM : 2014471968)

LAILI RAHMAWATI (NIM : 2014471978)

NUCHA RICHANA (NIM : 20144711002)

SITI KUNJARIAH (NIM : 2014471986)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(PAI)SEMESTER 2

2

SEKOLAH TINGGI AGAMA ISLAM MUHAMMADIYAHTULUNGAGUNG(STAIM)

MEI 2015

KATA PENGANTAR

Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat AllahSWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungankita Nabi agung Muhammad SAW, beserta keluarga dansahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan agamaIslam.

Kemudian dari pada itu, kami mengucapkanterimakasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihakyang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini,diantaranya :

1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah(STAIM) Tulungangung Bapak Nurul Amin, M.Ag

2. Dosen Pengampu Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I

3. Teman-teman Mahasiswa dan seluruh pihak yangikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalahini.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masihbanyak kekurangan dan kekeliruan,maka dari itu kamimengharapkan saran dan kritik positif yang bersifatmembangun sehingga makalah ini bisa diperbaikiseperlunya.

Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bisabermanfaat bagi kelompok kami khususnya dan bagipembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal ‘Alamin.

ii

(PENYUSUN)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ........................................i

Kata Pengantar........................................ii

Daftar Isi...........................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang.................................1

B. Rumusan Masalah................................1

C. Tujuan Pembelajaran.............................

BAB II PEMBAHASAN

A.Pengertian ‘Amm dan Khash.......................2

B.Lafal-lafal ‘Amm................................3

C.Macam-macam ‘Amm................................4

D.Pengertian Khash dan Mukhassis..................7

E.Pembagian Mukhassis.............................8

iii

F.Takhsis sunnah dengan Al-Qur’an.................9

BAB III PENUTUP

Kesimpulan......................................11

DAFTAR PUSTAKA.....................................13

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Al Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan

kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan Bahasa

Arab. Sebagai bahasa Al Qur’an, Bahasa Arab memiliki

berbagai macam dialek (lahjah), sehingga tidak sedikit

dijumpai lafadz yang kadang kala bisa memiliki berbagai

macam arti. Dalam Al Qur’an banyak dijumpai istilah

yang biasa dipakai untuk menunjukkan makna tertentu,

seperti lafadz ‘am, khas, muthlaq, muqayyad, dan lain

sebagainya.

Untuk bisa memahami dengan baik dan benar bahasa

Al Qur’an tersebut, para ulama, baik ulama ushul fiqh,

ulama tafsir, ulama lughah, dan lain sebagainya, telah

mengadakan penelitian yang serius terhadap beberapa

lafadz, khususnya yang terkait dengan uslub atau gaya

bahasa arab.

Hasil penelitian dari para ulama tersebut

kemudian disusun menjadi beberapa kaidah-kaidah atau

ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan untuk memahami

nash-nash Al Qur’an secara baik dan benar. Kaidah-

kaidah tersebut bisa berupa kaidah yang terkait dengan

masalah kebahasaan, hukum, ilmu-ilmu Al Qur’an, dan

lain sebagainya. Dalam makalah ini kami akan mencoba

2

untuk membahas kaidah-kaidah kebahasaan dalam Al

Qur’an, khususnya dalam hal lafadz ‘am dan khas.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, disusun rumusan

masalah sebagai berikut :

1. Apakah pengertian lafadz ‘am dan khas ?

2. Bagaimana cara mengetahui lafadz ‘am dan khas ?

3. Apa saja jenis-jenis atau macam-macam lafadz ‘am ?

4. Apa pengertian khas dan mukhassis?

5. Bagaimana pembagian mukhassis?

6. Bagaimana Pentakhshishan sunnah dengan Al Qur’an?

C. Tujuan Pembelajaran

1. Mengetahui pengertian lafadz ‘am dan khas.

2. Mengetahui lafadz ‘am dan khas.

3. Mengetahui jenis-jenis atau macam-macam lafadz

‘am.

4. Mengetahui pengertian khas dan mukhassis.

5. Mengetahui pembagian mukhassis.

6. Mengetahui cara Pentakhshishan sunnah dengan Al

Qur’an.

3

BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian ‘Amm dan Khash

4

Al ‘amm secara etimologi berarti merata, yang

umum. Sedangkan secara terminologi atau istilah,

Muhammad Adib Saleh mendefinisikan bahwa al ‘amm

adalah lafadz yang diciptakan untuk pengertian umum

sesuai dengan pengertian tiap lafadz itu sendiri tanpa

dibatasi dengan jumlah tertentu.1

Lafaz amm ini adalah menurut kepada bentuk dari

suatu lafadz, di dalam lafadz itu tersimpul, atau masuk

semua jenis yang sesuai dengan lafadz itu. Sebagaimana

kita katakan al-insan (manusia, maka di dalam kata-kata

al-insan ini termasuk semua manusia yang ada di dunia

ini,baik manusia itu kecil ataupun besar, baik dia

merdeka maupun dia masuk golongan budak, baik dia bebas

maupun dia terikat. Adakalanya lafadz umum itu

ditentukan dengan lafadz yang telah disediakan untuk

itu, seperti lafadz “kullu, jami’u, dan lain-lain.

Maka yang dimaksud dengan ‘amm yaitu suatu lafadz

yang dipergunakan untuk menunjukkan suatu makna yang

pantas (boleh) dimasukkan pada makna itu dengan

mengucapkan sekali ucapan saja.seperti kita katakan

arrijal, maka lafadz ini meliputi semua laki-laki.2

1Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2005), 196.

2Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1996), 184

5

Manna’ Khalil al-Qattan mendefinisikan ‘Amm

sebagai berikut yaitu: “lafadz yang menghabiskan atau

mencakup segala apa yang pantas baginya tanpa ada

pembatasan”.3

Adapun Abdul Wahab Khalaf mendefinisikan Amm

sebagai berikut yaitu Al-‘Amm ialah lafadz yang menurut

arti bahasanya menunjukkan atas mencakup dan

menghabiskan semua satu-satuan yang ada di dalam lafadz

itu dengan tanpa menghitung ukuran tertentu dari

satuan-satuan itu.4

Al-‘amm (keumuman) ialah lafadz yang menunjukkan

pengertian yang meliputi seluruh objek-objeknya

seperti:

ة� .الاي�� سر ي� خ�� ف� سان� ل� …ان� الان��

“sesungguhnya manusia itu dalam kerugian….”.(QS. Al Asr:2)

Lafadz Insan adalah umum, yakni menunjukkan pengertian

menyeluruh atas semua orang.5

3Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, (Bogor: Litera Antar Nusa, Bogor, 2011), 312

4Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 298

6

Dari sini bisa disimpulkan bahwa lafadz ‘amm atau

umum ialah lafadz yang diciptakan untuk pengertian umum

sesuai dengan pengertian lafadz itu sendiri tanpa

dibatasi dengan jumlah tertentu.

B. Lafal –Lafal ‘Amm

Menurut Manna’ Khalil Al-Qattan6, sedikitnya ada 6

sigat ‘Amm diantaranya :

1. Kull, seperti firman Allah :

2. وت� م�� ة� ال� ق��� ائ�# س ذ� ف� ل ئ�� ي# … dan (ali ‘Imran : 185)ك��� ي� ل ش���+ ق� ك��� ال� -al)خ����An’am : 102). Searti dengan kulladalah jami’.

3. Lafaz-lafaz yang di-ma’rifah-kan dengan alyang bukan

al-‘ahdiyah.Misalnya :ر س����� ي� خ�� ف� ان� ل� س����� ر ان� الان�� عص����� -al-‘Asr : 1) وال�2). Maksudnya, setiap manusia, berdasarkan ayat

selanjutnya :وا ن� ن� ام� ي�6 ذ� : Juga seperti .(al-Asr : 3)  الا ال�5Muhammad Al-Khudhori Biek, Ushul Fiqih, (Pekalongan: RajaMurah, 1986), 187

6Manna’ Khalil Al-Qattan, 316.

7

ع, ي���� ل ال�ل���ة ال�ب< ارق� dan (al-Baqarah : 275)واخ���� عوا وال�س��� ط اق�� ة� ف����� ارق� وال�س���هما ذي�� MNي ا# …(al-Ma’idah : 38)

4. Isim Nakirah dalam konteks Nafy dan Nahi,

seperti :

5. ي� ال�حج� ذال ف� ��Uوق� ولا خ���س ث+ ولاف�� لا رف��  ,(al-Baqarah : 197) ف�� ف� ا ا# هم�� ل ل� ق��� لا ئ�� ف��(Al-Isra’ : 23), atau dalam konteks syarat seperti

:

6. لام ال�لة سمع ك� ي ن�� ي� ره خ� Uاج� ارك�b ف�� Uج ت� ن� اش� ي� رك� مس+ ن� ال� ذ م� (Al-bara’ah : 6) وان� اخ�7. Al-Lati dan Al-Laziserta cabang-cabangnya. Misalnya :

ما ك ل� ف� ة ا# ذي������� وال� ال ل� ي� ف������� ذ� maksudnya setiap (al-Ahqaf : 17)  وال������orang yang mengatakan seperti itu, berdasarkan

firman sesudahnya dalam sigat jamak, yaitu : bك ئ# اول�ول ق� ة ال� لي� ق� ع� ن� ح� ي�6 ذ� (al-Ahqaf : 18)ال�

8. Semua isim syarat.Misalnya : ة ��� لي� اح ع� ن���� Uلا خ� ���رف�� م ت� ث� اواع� ي� ال�ب< ج� ف��من� ح�

هما Uوف� ي� ط���� ini untuk menunjukkan (al-Baqarah : 158)ان� ي��umum bagi semua yang berakal. Dan ة ال�لة علم��� ���ر ئ�� ي� ن� خ� و م� عل��� ق� ا ئ�� وم����(al-Baqarah : 197) ini untuk menunjukkan bagi yang

tidak berakal.

8

9. Ismul-Jins (kata jenis) yang di-idafat-kan kepada

isim ma’rifah. Misalnya مره ن� ا# ون� ع� ق� ال� ج� ن� ي�� ي�6 ذ� ر ال� ذ� ج لت� : an-Nur) ف��63) maksudnya segala perintah Allah. Dan ي� م ال�ل��ة ف� ك ئ� وص��� ي��

م ولاذك� (an-Nisa’ : 11) ا#

C. Macam-macam ‘Amm

Abdul Wahab Khalaf menyimpulkan bahwa menurut

hasil penelitiannya terhadap beberapa nash, telah

ditetapkan bahwa al-‘amm itu ada tiga bagian7 :

1. ‘Amm yang tetap dalam keumumannya (Al-‘amm al-baqi ala

umumih)

Seperti ‘Amm dalam firman Allah SWT :

ها ق�� لي ال�لة رر� الا ع� ي� الارض� ف� ة� Uن� ذاي� ا م� وم�

“dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah

yang memberi rizkinya.” (QS. Hud : 6)

Dan firman Allah :

7Abdul Wahab Khalaf, 305

9

ي# حي� ي� ل ش�+ ن� ال�ماء ك� ا م� علئ� Uوج�

“Dan daripada air ,kami jadikan segala sesuatu yang hidup” (QS.Al

Anbiya 30)

Di dalam masing-masing ayat tersebut terdapat ketetapan

sunnah tuhan yang umum yang tidak ditakhsiskan atau

diganti. Jadi Al-‘Amm yang terdapat dalam dua ayat

tersebut, adalah pasti dalalahnya tentang keumumannya

dan tidak mempunyai kemungkinan bahwa yang dimaksud

daripadanya adalah kekhususan.

Contoh lain seperti dicontohkan oleh Manna Khalil al-

Qattan misalnya :

dalam surat An-Nisa’ayat 176 :ر ي�6 ذ ي# ف�� ي� ل ش�+ لي ك� .وال�لة ع� Dalam surat Al-Kahfi ayat 49 :ذا خ� كb ا# UNب لم ر ظ�  .ولا ي�� Dalam surat An-Nisa’ ayat 23 :م ك ي�6 ها م ام� ك لئ� ث� ع� رم� ‘ج�

Amm dalam ayat-ayat di atas tidak mengandung

kekhususan.8

2. (Al-‘amm al-murad bihi al-khusus)

8Manna’ Khalil Al-Qattan, 317

10

Yaitu ‘amm yang dibarengi dengan qorinah yang dapat

meniadakan ketetapan al-‘amm kepada keumumannya, dan

dapat menjelaskan bahwa yang dimaksud daripadanya ialah

sebagian satuannya. Seperti firman Allah :

لا ئ� ب< ة س� ي� اع ال� ظ ت� اش� ن� ث� م� ي� ال�ب< ج� اس ح� لي ال�ئ� …ول�لة ع�

”mengerjakan haji ke baitullah adalah kewajiban manusia terhadap

Allah” (QS. Ali Imron:97)

Manusia dalam pengertian nash ini adalah ‘am, yang

dimaksud dengan itu khusus orang-orang mukallaf. Karena

akal itu (sebuah batasan) yang menetapkan tidak

masuknya anak kecil dan orang-orang gila. Seperti

firman Allah :

ة� : Uوي� ول ال�لة )ال�ن� ن� رس� وا ع� ق� ل ج� ت� ن� ي�� راتU ا# ن� الاع� هم م� ول� ن� ح� وم� ة� ي� ي¯� ل ال�مذ ه� ان� لا# اك� (۱٢ .م�

“tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab

Baduwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah

(untuk pergi berjuang) (QS. At-Taubah : 120)

Sepintas lalu difahami bahwa ayat tersebut menunjukkan

makna umum, yaitu setiap penduduk madinah dan orang-

orang sekitarnya termasuk orang-orang sakit dan orang-

orang lemah harus turut menyertai Rasulullah pergi

berperang.Namun yang dimaksud oleh ayat tersebut

11

bukanlah makna umum itu, tetapi hanyalah orang-orang

yang mampu.9

Contoh lain adalah seperti firman Allah ;

ل ئ��� عم ال�وك� ا ال�ل��ة وئ�� ن� Uب س�� وا خ� ال� ا وف���� ماي���� ي�6 م ا اذه� ���ز� م ف� وه� س��+ اخ�� م ف�� ك وا ل� مع�� Uذ ج� اس ف���� اس ان� ال�ئ��� هم ال�ئ��� ال ل� ن� ف���� ي�6 ذ� ال���(۱٧۳)ال ع�مران� :

Maksud an-Nas yang pertama adalah Nu’aim bin Mas’ud,

sedang An-Nas kedua adalah Abu Sufyan. Kedua lafadz

tersebut tidak dimaksudkan untuk makna

umum.kesimpulannya ditunjukkan pada ayat sesudahnya ا م�� اي��م ك ال� sebab ذ� syarat dengan  م ك ال� hanya ذ� menunjukkan kepadasatu orang tertentu.

3. ‘Amm yang di khususkan (Al-‘amm al-makhsus)

yaitu‘amm al-Muthlaqyang dibarengi dengan qorinah yang

dapat meniadakan kemungkinan mentakhsisnya, dan tidak

pula merupakan qorinah yang dapat meniadakan dalalahnya

atas umum. Seperti kebanyakan nash yang di dalamnya

terdapat sighot umum, adalah digeneralkan dari qorinah-

qorinah berupa akal atau lafadz, atau urf (kebiasaan)

9Satria Effendi, M. Zein Ushul Fiqh, 199

12

yang dapat menentukan umum atau khusus. Ini jelas umum

sampai ada dalil yang mentakhsisnya.Seperti : ات� ق�������� ل مظ وال�

ن� ص�� UNي�ري perempuan-perempuan yang dijatuhi talak itu menahan diri atau“ي��

menunggu” .dalam membedakan antara, al-‘am yang

dimaksudkan dengan itu al-khusus dan al-amm al-makhsus,

imam asy-Syaukani berkata : Al-‘amm yang dimaksudkan

dengan itu al-khusus ialah bukan umum. Seperti khitab-

khitab taklif yang umum. Maka yang dimaksud dengan al-

amm di sana ialah khususnya orang-orang yang menjadi

objek taklif. Karena akal merupakan batasan yang

menghendaki memperkecualikan bukan mukallaf.10

‘Amm macam ini banyak ditemukan dalam Quran

sebagaimana akan dikemukakan nanti. Contohnya, ayat

97surat ali Imran :

لا ئ� ب< ة س� ي� اع ال� ظ ت� اش� ن� ث� م� ي� ب< ال� ج� اس ح� لي ال�ئ� ول�لة ع�

D. Pengertian Khas dan Mukhassis

Lafadz khas merupakan lawan dari lafadz ‘am, jika

lafadz ‘am memberikan arti umum, yaitu suatu lafadz

yang mencakup berbagai satuan-satuan yang bnyak, maka

lafadz khas adalah suatau lafadz yang menunjukan makna

10Abdul Wahab Khalaf, 306

13

khusus.11 Definisi lafadz khas dari para ulama adalah

sebagai berikut:

1. Menurut Manna al-Qaththan, lafadz khas adalah

lafadz yang merupakan kebalikan dari lafadz ‘am,

yaitu yang tidak menghabiskan semua apa yang

pantas baginya tanpa ada pembatasan.

2. Menurut Mushtafa Said al-Khin, lafadz khas adalah

setiap lafadz yang digunakan untuk menunjukkan

makna satu atas beberapa satuan yang diketahui.

3. Sedangkan menurut Abdul Wahhab Khallaf, lafadz

khas adalah lafadz yang digunakan untuk

menunjukkan satu orang tertentu.12

Khas adalah lawan kata ‘amm, karena itu tidak

menghabiskan semua apa yang pantas baginya tanpa

pembatasan. Takhsis adalah mengeluarkan sebagian apa

yang dicakup lafadz ‘amm. Dan mukhassis (yang

mengkhususkan) ada kalanya muttasil, yaitu yang antara

‘amm dan mukhassis tidak dipisah oleh sesuatu hal, dan

adakalanya munfasil, yaitu kebalikan dari muttasil13

11Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-qur’an,( Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 185

12Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 1994), 299.

13Manna’ khalil Al-Qattan, 319

14

Seperti yang dikemukakan Adib Shalih, lafadz khash

adalah lafadz yang mengandung satu satu pengertian

tunggal secara tunggal atau beberapa pengertian yang

terbatas. Sedangkan Saiful Hadi mengatakan lafadz

khusus adalah lafadz yang menunjukkan arti satu atau

lebih tapi masih dapat di hitung atau terbatas, seperti

ال[14 Uف� رخ� ل� , ا# لان� Uل, رخ� Uرخ�

Jadi yang dimaksud dengan khas ialah lafadz yang

tidak meliputi mengatakannya sekaligus terhadap dua

sesuatu atau beberapa hal tanpa menghendaki kepada

batasan.15

E. Pembagian Mukhassis

Manna’ Khalil Al-Qattan membagi mukhassin menjadi

2 bagian yaitu mukhassin muttashil dan mukhassis

munfasil. Mukhassis muttashil ada lima diantaranya :

14Saeful Hadi, Ushul Fiqih, (Yogyakarta: Sabda Media, 2011), 46

15Nazar Bakri, 195

15

1. Istisna’ (pengecualian) seperti firman Allah : ن� ي�6 ذ� وال����ذا ����UNي هاذه� ا# هم ش�����+ وا ل� ل���� Uئ ف� ذه� ولا ئ�� ل���� Uن� خ� Mي Çاب� م���� م ي�+ ذوه� ل���� Uاخ� هذاء ف�� ش�����+ ة� ع���� UNرئ ا# Uو ي� ي�6 ا# م ي������ م ل� ث�+ ات� ئ� ص���� مح ون� ال� رم����� ي��

وا Uاي� ن� ي�� ي�6 ذ� ون� الا ال� ق� اس� م ال�ق� كb ه� ئ# ول� (An-Nur : 4-5) وا#2. Sifat, misalnya هن� Uم ي� لت� ذخ�� ي� � ت6 م ال�لا ك اي�# س�� ن� ن�� م م� ورك� � Uج ي� ح� �ي� ف� Nم ال�لات ك Uئ ÓÔNي ا �UNي lafadz ور

هن� Uم ي� لت� ذخ�� ي� � ت6 adalah ال�لا sifat bagi lafadz nisa’ukum.

Maksudnya, anak perempuan istri telah digauliitu

haram dinikahi oleh suami, dan halal bila belum

menggaulinya.

3. Syarat, misalnya : ة� ي� �����ر ال�وص������ ي� وت� ان� ي�������رك�b خ� م����� م ال� ذك� خ������ ر ا# ص������ ا ح� م اذ� ك لئ� ثU ع� ي� ك�

ن� Mي ئ� س�������� مح لي ال� ا ع� ق��������� ج� ال�معروف� ��������Uن� ي�Mي UNب ���������ز ن� والاف� ي�6 ذ لوال��������� al-Baqarah)  ل� : 180).lafadzر���� ي� adalah (jika ia meninggalkan harta)ان� ي������رك�b خ�syarat dalam wasiat. Dan م ك مئ� ي�� ت� ا# ك ل ا م� م����� اتU م� كئ������ ون� ال� ع������ ي� ب< Mن� ب� ي�6 ذ� وال������ي��������را هم خ� ي� Óم ف�� لمت� م ان� ع� وه� Uن Ó�6ي ا ك������� an-Nur) ق�� : 33), yakni mengetahuiadanya kesanggupan untuk membayar ayau jujur dan

penghasilan.

16

4. Ghayah (batas sesuatu), seperti dalam ي ي� م خ� ك س���� و رو# لق���� ج ولا ي��ة ل ج ذي� م� ه����������� ع� ال� ل����������� Uئ Mي�(al-Baqarah : 196) dan    ي�ي ن� خ� وه� �����������UNي ق�ر ولا ئ��

طهرن� (Al-Baqarah : 222)ي��

5. Badal Ba’d min kull (sebagian menggantikan

keseluruhan) Misalnya :لا ئ� ب< ة س�� � ي� اع ال� ظ ت� اش�� ن� ث� م� ي� ب< ال� ج� اس ح� لي ال�ئ�� ول�ل�ة ع�(ali Imran : 97) lafadz  اع ظ ت� اش�� ن� adalah badal dari م�اس maka kewajiban haji hanya khusus bagi mereka .ال�ئ�yang mampu.16

Mukhassin munfasil adalah mukhassis yang terdapat di

tempat lain, baik ayat, hadis, ijma’ ataupun qiyas.

Contoh yang ditakhsis oleh Quran ialah : ن� ص������ UNي�ري ات� ي�� ق������� ل وال�مظ������زوء ة� ف� �����+Nي لا هن� ي�+ س����� ف� ئ�� ا# Uي� (al-Baqarah : 228). Ayat ini adalah ‘Amm,

mencakup setiap istri yang dicerai baik dalam keadaan

hamil maupun tidak, sudah digauli maupun belum. Tetapi

keumuman ini ditakhsis oleh ayat : عن� ض���� لهن� ان� ي�� Uخ� ال ا# م��� ولات� الاج� وا#

16Manna’ khalil Al-Qattan, 319

17

ملهن� ن� dan firmannya (at-Thalaq : 4) ج� ن� م� م��وه� ت� ف� ل م ط� ث�+ ات� ئ��� م� مو# م ال� ت� ح ك Çا ي� اذ�ه� ذ ن� ع� هن� م� لي� م ع� ك مال� ن� ف�� وه� مس ل ان� ي�� Uن .(al-Ahzab : 49)  ف��

Contoh yang ditakhsis oleh hadis ialah ayat :ع ي��� ل ال�ل��ة ال�ب< واخ���ا UNي ز م ال� ر Ayat ini di takhsis oleh .(al-Baqarah : 275)  وج�������jual beli yang fasid sebagaimana disebutkan dalam

sejumlah hadis. Antara lain disebutkan dalam kitab

sahih bukhari, dari ibnu umar, ia berkata : “Rasulullah

melarang mengambil upah dari air mani kuda jantan”.

Dalam sahihain diriwayatkan dari ibnu umar bahwa

Rasulullah melarang jual beli kandungan binatang yang

mengandung, jual beli seekor unta sampai unta itu

melahirkan, kemudian anaknya itu beranak pula. (redaksi

hadis ini adalah redaksi bukhari). Dan hadis-hadis

lainnya.

Dan dari jenis riba didispensasikanlah jual beli

‘ariyah, yakni menjual kurma basah yang masih di pohon

dengan kurma kering. Jual beli ini diperkenankan

(mubah) oleh sunnah.

18

ا ذون� م� ت� Óها ف�� خ�رص�� Uا ي� عراي��� ع ال� ي�� ي� ي�< ص ف� م رح�� ل ة وس�� � لي� ل ال�ل�ة ع� ول ال�ل�ة ص�� ن� رس�� ة ا# ي�� ي� ال�ل�ة ع� ره� رض� ي�6 ر ه� ي� UNت ن� ا# ع�

ق� وس� ا# مسة� ي� ج�� وء ف� ا# ق� وس� ا# مسة� ج��

“Dari Abi Hurairah, Bahwa Rasulullah member keringanan untuk jual beli

‘ariyah dengan ukuran yang sama jika kurang dari lima wasaq’

(muttafaqun ‘alaihi)17

F. Takhsis sunnah dengan al-Quran

Di antara ulama ushul tidak ada perbedaan di dalam

hal bahwa mentakhsis keumuman al-Quran dengan al-Quran

atau dengan as-Sunnah yang mutawattir adalah

boleh.Karena nash-nash al-Quran dan as-Sunnah yang

mutawattir itu bersifat pasti ketetapannya. Maka

sebagian bisa mentakhsis sebagian yang lain. Adapun

mentakhsis al-Quran dengan as-Sunnah yang tidak

mutawattir, menurut mayoritas ulama’ ushul boleh.Mereka

beralasan bahwa hal itu terjadi, dan sepakat

mengamalkannya.

Jadi hadits: ة ي������� ب� ئ� ل م� ج������ ه ال� او# ور م������� و ال�طه������ mentakhsis keumuman ه�������firman Allah ة� ي� مب� م ال� ك لئ� ث� ع� رم� ج�

17Manna’ khalil Al-Qattan, 320

19

Hadits   Uسث ن� ال�ن� خرم م� ا ي�� اء م� ص�� ن� ال�ز خرم م� adalah mentakhsis keumumanي��firman Allahم ك ال� ا وراء ذ� م م� ك ل ل� خ� وا#

Mendakwahkan kemutawatiran atau kemasyhuran hadis-

hadis ini, adalah tidak ada dalilnya.Inilah madzhab

yang benar.Mereka yang melarang mentakhsis keumuman al-

Quran dengan as-Sunnah yang tidak mutawattir adalah

berarti menolak beberapa pengkhususan oleh Nabi.Bagi

mereka tidak ada jalan mengingkari, mentakwili, dan

menetapkan kemutawatiran hadits-hadits tersebut.18

BAB III

KESIMPULAN

Kesimpulan

Dari uraian sebelumnya di makalah ini, kami

menyimpulkan diantaranya:

1. Lafadz ‘am adalah lafadz yang memiliki  makna umum

yang di dalamnya terdapat dua makna atau lebih..

18Abdul Wahab Khalaf, 313

20

2. Menurut Manna’ Khalil Al-Qattan sedikitnya ada 6

sigat ‘Amm

3. Macam-macam ‘Amm:

a) Al-‘amm al-baqi ala umumih

b) Al-‘amm al-murad bihi al-khusus

c) Al-‘amm al-makhsus

4. Lafadz khas adalah suatau lafadz yang menunjukan

makna khusus.

5. Pembagian Mukhassis ada 4 yaitu:

a. Istisnak.

b. Sarat

c. Sifat

d. Ghayah

e. Badal Ba’d min kull

6. mentakhsis keumuman al-Quran dengan al-Quran atau

dengan as-Sunnah yang mutawattir adalah

boleh.Karena nash-nash al-Quran dan as-Sunnah yang

mutawattir itu bersifat pasti ketetapannya. Maka

sebagian bisa mentakhsis sebagian yang lain.

DAFTAR PUSTAKA

21

Al-Qattan.Manna’ Khalil.2011. Studi Ilmu-Ilmu Quran, Bogor;Litera Antar Nusa.

Bakry. Bakrey.1996.Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta; PT Rajagrafindo Persada.

Beak.Muhammad Al-Khudhori.1986.Ushul Fiqih, Pekalongan; Raja Murah

Effendi Satria Zein. M.2005.Ushul Fiqh, Jakarta; PrenadaMedia.

Hadi.Saeful.2011.Ushul Fiqih, Yogyakarta;Sabda Media.

Ikhwan.Mohammad Nor.2002.Memahami Bahasa Al-qur’an, Jogjakarta;Pustaka Pelajar.

Khalaf.Abdul Wahab.1996.Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta;PT Rajagrafindo Persada,

Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel.2012.Studi Al-Quran, Surabaya;IAIN SA Press.

Al Quran Terjemahan.2009.Pena Al-Qur’an.,Jakarta

 

22