makalah am dan Khos ulumu quran
-
Upload
staim-tulungagung -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of makalah am dan Khos ulumu quran
‘AM DAN KHOSH
MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH ULUMUL QUR’AN 2
DOSEN PENGAMPU: AFIFUL IKHWAN,M.Pd.I
Disusun oleh:
KELOMPOK 8
EMMA KRISNA SARI (NIM : 2014471968)
LAILI RAHMAWATI (NIM : 2014471978)
NUCHA RICHANA (NIM : 20144711002)
SITI KUNJARIAH (NIM : 2014471986)
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM(PAI)SEMESTER 2
KATA PENGANTAR
Syukur alhamdulillah kami ucapkan kehadirat AllahSWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya,sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat dan salam kami haturkan kepada junjungankita Nabi agung Muhammad SAW, beserta keluarga dansahabat-sahabatnya yang telah memperjuangkan agamaIslam.
Kemudian dari pada itu, kami mengucapkanterimakasih yang sedalam-dalamnya kepada pihak-pihakyang telah membantu demi terselesaikannya makalah ini,diantaranya :
1. Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam Muhammadiyah(STAIM) Tulungangung Bapak Nurul Amin, M.Ag
2. Dosen Pengampu Bapak Afiful Ikhwan, M.Pd.I
3. Teman-teman Mahasiswa dan seluruh pihak yangikut berpartisipasi dalam penyelesaian makalahini.
Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari masihbanyak kekurangan dan kekeliruan,maka dari itu kamimengharapkan saran dan kritik positif yang bersifatmembangun sehingga makalah ini bisa diperbaikiseperlunya.
Akhirnya kami berharap semoga makalah ini bisabermanfaat bagi kelompok kami khususnya dan bagipembaca pada umumnya. Amin Ya Robbal ‘Alamin.
ii
(PENYUSUN)
DAFTAR ISI
Halaman Judul ........................................i
Kata Pengantar........................................ii
Daftar Isi...........................................iii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.................................1
B. Rumusan Masalah................................1
C. Tujuan Pembelajaran.............................
BAB II PEMBAHASAN
A.Pengertian ‘Amm dan Khash.......................2
B.Lafal-lafal ‘Amm................................3
C.Macam-macam ‘Amm................................4
D.Pengertian Khash dan Mukhassis..................7
E.Pembagian Mukhassis.............................8
iii
F.Takhsis sunnah dengan Al-Qur’an.................9
BAB III PENUTUP
Kesimpulan......................................11
DAFTAR PUSTAKA.....................................13
1
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Al Qur’an merupakan wahyu Allah yang diturunkan
kepada Nabi Muhammad SAW dengan menggunakan Bahasa
Arab. Sebagai bahasa Al Qur’an, Bahasa Arab memiliki
berbagai macam dialek (lahjah), sehingga tidak sedikit
dijumpai lafadz yang kadang kala bisa memiliki berbagai
macam arti. Dalam Al Qur’an banyak dijumpai istilah
yang biasa dipakai untuk menunjukkan makna tertentu,
seperti lafadz ‘am, khas, muthlaq, muqayyad, dan lain
sebagainya.
Untuk bisa memahami dengan baik dan benar bahasa
Al Qur’an tersebut, para ulama, baik ulama ushul fiqh,
ulama tafsir, ulama lughah, dan lain sebagainya, telah
mengadakan penelitian yang serius terhadap beberapa
lafadz, khususnya yang terkait dengan uslub atau gaya
bahasa arab.
Hasil penelitian dari para ulama tersebut
kemudian disusun menjadi beberapa kaidah-kaidah atau
ketentuan-ketentuan yang dapat digunakan untuk memahami
nash-nash Al Qur’an secara baik dan benar. Kaidah-
kaidah tersebut bisa berupa kaidah yang terkait dengan
masalah kebahasaan, hukum, ilmu-ilmu Al Qur’an, dan
lain sebagainya. Dalam makalah ini kami akan mencoba
2
untuk membahas kaidah-kaidah kebahasaan dalam Al
Qur’an, khususnya dalam hal lafadz ‘am dan khas.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, disusun rumusan
masalah sebagai berikut :
1. Apakah pengertian lafadz ‘am dan khas ?
2. Bagaimana cara mengetahui lafadz ‘am dan khas ?
3. Apa saja jenis-jenis atau macam-macam lafadz ‘am ?
4. Apa pengertian khas dan mukhassis?
5. Bagaimana pembagian mukhassis?
6. Bagaimana Pentakhshishan sunnah dengan Al Qur’an?
C. Tujuan Pembelajaran
1. Mengetahui pengertian lafadz ‘am dan khas.
2. Mengetahui lafadz ‘am dan khas.
3. Mengetahui jenis-jenis atau macam-macam lafadz
‘am.
4. Mengetahui pengertian khas dan mukhassis.
5. Mengetahui pembagian mukhassis.
6. Mengetahui cara Pentakhshishan sunnah dengan Al
Qur’an.
4
Al ‘amm secara etimologi berarti merata, yang
umum. Sedangkan secara terminologi atau istilah,
Muhammad Adib Saleh mendefinisikan bahwa al ‘amm
adalah lafadz yang diciptakan untuk pengertian umum
sesuai dengan pengertian tiap lafadz itu sendiri tanpa
dibatasi dengan jumlah tertentu.1
Lafaz amm ini adalah menurut kepada bentuk dari
suatu lafadz, di dalam lafadz itu tersimpul, atau masuk
semua jenis yang sesuai dengan lafadz itu. Sebagaimana
kita katakan al-insan (manusia, maka di dalam kata-kata
al-insan ini termasuk semua manusia yang ada di dunia
ini,baik manusia itu kecil ataupun besar, baik dia
merdeka maupun dia masuk golongan budak, baik dia bebas
maupun dia terikat. Adakalanya lafadz umum itu
ditentukan dengan lafadz yang telah disediakan untuk
itu, seperti lafadz “kullu, jami’u, dan lain-lain.
Maka yang dimaksud dengan ‘amm yaitu suatu lafadz
yang dipergunakan untuk menunjukkan suatu makna yang
pantas (boleh) dimasukkan pada makna itu dengan
mengucapkan sekali ucapan saja.seperti kita katakan
arrijal, maka lafadz ini meliputi semua laki-laki.2
1Satria Effendi, M. Zein, Ushul Fiqh, (Jakarta: Prenada Media, 2005), 196.
2Nazar Bakry, Fiqh dan Ushul Fiqh, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada, 1996), 184
5
Manna’ Khalil al-Qattan mendefinisikan ‘Amm
sebagai berikut yaitu: “lafadz yang menghabiskan atau
mencakup segala apa yang pantas baginya tanpa ada
pembatasan”.3
Adapun Abdul Wahab Khalaf mendefinisikan Amm
sebagai berikut yaitu Al-‘Amm ialah lafadz yang menurut
arti bahasanya menunjukkan atas mencakup dan
menghabiskan semua satu-satuan yang ada di dalam lafadz
itu dengan tanpa menghitung ukuran tertentu dari
satuan-satuan itu.4
Al-‘amm (keumuman) ialah lafadz yang menunjukkan
pengertian yang meliputi seluruh objek-objeknya
seperti:
ة� .الاي�� سر ي� خ�� ف� سان� ل� …ان� الان��
“sesungguhnya manusia itu dalam kerugian….”.(QS. Al Asr:2)
Lafadz Insan adalah umum, yakni menunjukkan pengertian
menyeluruh atas semua orang.5
3Manna’ Khalil al-Qattan, Studi Ilmu-Ilmu Quran, (Bogor: Litera Antar Nusa, Bogor, 2011), 312
4Abdul Wahab Khalaf, Kaidah-Kaidah Hukum Islam, (Jakarta: PT Rajagrafindo Persada), 298
6
Dari sini bisa disimpulkan bahwa lafadz ‘amm atau
umum ialah lafadz yang diciptakan untuk pengertian umum
sesuai dengan pengertian lafadz itu sendiri tanpa
dibatasi dengan jumlah tertentu.
B. Lafal –Lafal ‘Amm
Menurut Manna’ Khalil Al-Qattan6, sedikitnya ada 6
sigat ‘Amm diantaranya :
1. Kull, seperti firman Allah :
2. وت� م�� ة� ال� ق��� ائ�# س ذ� ف� ل ئ�� ي# … dan (ali ‘Imran : 185)ك��� ي� ل ش���+ ق� ك��� ال� -al)خ����An’am : 102). Searti dengan kulladalah jami’.
3. Lafaz-lafaz yang di-ma’rifah-kan dengan alyang bukan
al-‘ahdiyah.Misalnya :ر س����� ي� خ�� ف� ان� ل� س����� ر ان� الان�� عص����� -al-‘Asr : 1) وال�2). Maksudnya, setiap manusia, berdasarkan ayat
selanjutnya :وا ن� ن� ام� ي�6 ذ� : Juga seperti .(al-Asr : 3) الا ال�5Muhammad Al-Khudhori Biek, Ushul Fiqih, (Pekalongan: RajaMurah, 1986), 187
6Manna’ Khalil Al-Qattan, 316.
7
ع, ي���� ل ال�ل���ة ال�ب< ارق� dan (al-Baqarah : 275)واخ���� عوا وال�س��� ط اق�� ة� ف����� ارق� وال�س���هما ذي�� MNي ا# …(al-Ma’idah : 38)
4. Isim Nakirah dalam konteks Nafy dan Nahi,
seperti :
5. ي� ال�حج� ذال ف� ��Uوق� ولا خ���س ث+ ولاف�� لا رف�� ,(al-Baqarah : 197) ف�� ف� ا ا# هم�� ل ل� ق��� لا ئ�� ف��(Al-Isra’ : 23), atau dalam konteks syarat seperti
:
6. لام ال�لة سمع ك� ي ن�� ي� ره خ� Uاج� ارك�b ف�� Uج ت� ن� اش� ي� رك� مس+ ن� ال� ذ م� (Al-bara’ah : 6) وان� اخ�7. Al-Lati dan Al-Laziserta cabang-cabangnya. Misalnya :
ما ك ل� ف� ة ا# ذي������� وال� ال ل� ي� ف������� ذ� maksudnya setiap (al-Ahqaf : 17) وال������orang yang mengatakan seperti itu, berdasarkan
firman sesudahnya dalam sigat jamak, yaitu : bك ئ# اول�ول ق� ة ال� لي� ق� ع� ن� ح� ي�6 ذ� (al-Ahqaf : 18)ال�
8. Semua isim syarat.Misalnya : ة ��� لي� اح ع� ن���� Uلا خ� ���رف�� م ت� ث� اواع� ي� ال�ب< ج� ف��من� ح�
هما Uوف� ي� ط���� ini untuk menunjukkan (al-Baqarah : 158)ان� ي��umum bagi semua yang berakal. Dan ة ال�لة علم��� ���ر ئ�� ي� ن� خ� و م� عل��� ق� ا ئ�� وم����(al-Baqarah : 197) ini untuk menunjukkan bagi yang
tidak berakal.
8
9. Ismul-Jins (kata jenis) yang di-idafat-kan kepada
isim ma’rifah. Misalnya مره ن� ا# ون� ع� ق� ال� ج� ن� ي�� ي�6 ذ� ر ال� ذ� ج لت� : an-Nur) ف��63) maksudnya segala perintah Allah. Dan ي� م ال�ل��ة ف� ك ئ� وص��� ي��
م ولاذك� (an-Nisa’ : 11) ا#
C. Macam-macam ‘Amm
Abdul Wahab Khalaf menyimpulkan bahwa menurut
hasil penelitiannya terhadap beberapa nash, telah
ditetapkan bahwa al-‘amm itu ada tiga bagian7 :
1. ‘Amm yang tetap dalam keumumannya (Al-‘amm al-baqi ala
umumih)
Seperti ‘Amm dalam firman Allah SWT :
ها ق�� لي ال�لة رر� الا ع� ي� الارض� ف� ة� Uن� ذاي� ا م� وم�
“dan tidak ada satu binatang melata pun di bumi melainkan Allahlah
yang memberi rizkinya.” (QS. Hud : 6)
Dan firman Allah :
7Abdul Wahab Khalaf, 305
9
ي# حي� ي� ل ش�+ ن� ال�ماء ك� ا م� علئ� Uوج�
“Dan daripada air ,kami jadikan segala sesuatu yang hidup” (QS.Al
Anbiya 30)
Di dalam masing-masing ayat tersebut terdapat ketetapan
sunnah tuhan yang umum yang tidak ditakhsiskan atau
diganti. Jadi Al-‘Amm yang terdapat dalam dua ayat
tersebut, adalah pasti dalalahnya tentang keumumannya
dan tidak mempunyai kemungkinan bahwa yang dimaksud
daripadanya adalah kekhususan.
Contoh lain seperti dicontohkan oleh Manna Khalil al-
Qattan misalnya :
dalam surat An-Nisa’ayat 176 :ر ي�6 ذ ي# ف�� ي� ل ش�+ لي ك� .وال�لة ع� Dalam surat Al-Kahfi ayat 49 :ذا خ� كb ا# UNب لم ر ظ� .ولا ي�� Dalam surat An-Nisa’ ayat 23 :م ك ي�6 ها م ام� ك لئ� ث� ع� رم� ‘ج�
Amm dalam ayat-ayat di atas tidak mengandung
kekhususan.8
2. (Al-‘amm al-murad bihi al-khusus)
8Manna’ Khalil Al-Qattan, 317
10
Yaitu ‘amm yang dibarengi dengan qorinah yang dapat
meniadakan ketetapan al-‘amm kepada keumumannya, dan
dapat menjelaskan bahwa yang dimaksud daripadanya ialah
sebagian satuannya. Seperti firman Allah :
لا ئ� ب< ة س� ي� اع ال� ظ ت� اش� ن� ث� م� ي� ال�ب< ج� اس ح� لي ال�ئ� …ول�لة ع�
”mengerjakan haji ke baitullah adalah kewajiban manusia terhadap
Allah” (QS. Ali Imron:97)
Manusia dalam pengertian nash ini adalah ‘am, yang
dimaksud dengan itu khusus orang-orang mukallaf. Karena
akal itu (sebuah batasan) yang menetapkan tidak
masuknya anak kecil dan orang-orang gila. Seperti
firman Allah :
ة� : Uوي� ول ال�لة )ال�ن� ن� رس� وا ع� ق� ل ج� ت� ن� ي�� راتU ا# ن� الاع� هم م� ول� ن� ح� وم� ة� ي� ي¯� ل ال�مذ ه� ان� لا# اك� (۱٢ .م�
“tidaklah sepatutnya bagi penduduk Madinah dan orang-orang Arab
Baduwi yang berdiam di sekitar mereka, tidak turut menyertai Rasulullah
(untuk pergi berjuang) (QS. At-Taubah : 120)
Sepintas lalu difahami bahwa ayat tersebut menunjukkan
makna umum, yaitu setiap penduduk madinah dan orang-
orang sekitarnya termasuk orang-orang sakit dan orang-
orang lemah harus turut menyertai Rasulullah pergi
berperang.Namun yang dimaksud oleh ayat tersebut
11
bukanlah makna umum itu, tetapi hanyalah orang-orang
yang mampu.9
Contoh lain adalah seperti firman Allah ;
ل ئ��� عم ال�وك� ا ال�ل��ة وئ�� ن� Uب س�� وا خ� ال� ا وف���� ماي���� ي�6 م ا اذه� ���ز� م ف� وه� س��+ اخ�� م ف�� ك وا ل� مع�� Uذ ج� اس ف���� اس ان� ال�ئ��� هم ال�ئ��� ال ل� ن� ف���� ي�6 ذ� ال���(۱٧۳)ال ع�مران� :
Maksud an-Nas yang pertama adalah Nu’aim bin Mas’ud,
sedang An-Nas kedua adalah Abu Sufyan. Kedua lafadz
tersebut tidak dimaksudkan untuk makna
umum.kesimpulannya ditunjukkan pada ayat sesudahnya ا م�� اي��م ك ال� sebab ذ� syarat dengan م ك ال� hanya ذ� menunjukkan kepadasatu orang tertentu.
3. ‘Amm yang di khususkan (Al-‘amm al-makhsus)
yaitu‘amm al-Muthlaqyang dibarengi dengan qorinah yang
dapat meniadakan kemungkinan mentakhsisnya, dan tidak
pula merupakan qorinah yang dapat meniadakan dalalahnya
atas umum. Seperti kebanyakan nash yang di dalamnya
terdapat sighot umum, adalah digeneralkan dari qorinah-
qorinah berupa akal atau lafadz, atau urf (kebiasaan)
9Satria Effendi, M. Zein Ushul Fiqh, 199
12
yang dapat menentukan umum atau khusus. Ini jelas umum
sampai ada dalil yang mentakhsisnya.Seperti : ات� ق�������� ل مظ وال�
ن� ص�� UNي�ري perempuan-perempuan yang dijatuhi talak itu menahan diri atau“ي��
menunggu” .dalam membedakan antara, al-‘am yang
dimaksudkan dengan itu al-khusus dan al-amm al-makhsus,
imam asy-Syaukani berkata : Al-‘amm yang dimaksudkan
dengan itu al-khusus ialah bukan umum. Seperti khitab-
khitab taklif yang umum. Maka yang dimaksud dengan al-
amm di sana ialah khususnya orang-orang yang menjadi
objek taklif. Karena akal merupakan batasan yang
menghendaki memperkecualikan bukan mukallaf.10
‘Amm macam ini banyak ditemukan dalam Quran
sebagaimana akan dikemukakan nanti. Contohnya, ayat
97surat ali Imran :
لا ئ� ب< ة س� ي� اع ال� ظ ت� اش� ن� ث� م� ي� ب< ال� ج� اس ح� لي ال�ئ� ول�لة ع�
D. Pengertian Khas dan Mukhassis
Lafadz khas merupakan lawan dari lafadz ‘am, jika
lafadz ‘am memberikan arti umum, yaitu suatu lafadz
yang mencakup berbagai satuan-satuan yang bnyak, maka
lafadz khas adalah suatau lafadz yang menunjukan makna
10Abdul Wahab Khalaf, 306
13
khusus.11 Definisi lafadz khas dari para ulama adalah
sebagai berikut:
1. Menurut Manna al-Qaththan, lafadz khas adalah
lafadz yang merupakan kebalikan dari lafadz ‘am,
yaitu yang tidak menghabiskan semua apa yang
pantas baginya tanpa ada pembatasan.
2. Menurut Mushtafa Said al-Khin, lafadz khas adalah
setiap lafadz yang digunakan untuk menunjukkan
makna satu atas beberapa satuan yang diketahui.
3. Sedangkan menurut Abdul Wahhab Khallaf, lafadz
khas adalah lafadz yang digunakan untuk
menunjukkan satu orang tertentu.12
Khas adalah lawan kata ‘amm, karena itu tidak
menghabiskan semua apa yang pantas baginya tanpa
pembatasan. Takhsis adalah mengeluarkan sebagian apa
yang dicakup lafadz ‘amm. Dan mukhassis (yang
mengkhususkan) ada kalanya muttasil, yaitu yang antara
‘amm dan mukhassis tidak dipisah oleh sesuatu hal, dan
adakalanya munfasil, yaitu kebalikan dari muttasil13
11Mohammad Nor Ikhwan, Memahami Bahasa Al-qur’an,( Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2002), 185
12Abdul Wahhab Khallaf, Ilmu Ushul Fiqh, (Semarang: Dina Utama, 1994), 299.
13Manna’ khalil Al-Qattan, 319
14
Seperti yang dikemukakan Adib Shalih, lafadz khash
adalah lafadz yang mengandung satu satu pengertian
tunggal secara tunggal atau beberapa pengertian yang
terbatas. Sedangkan Saiful Hadi mengatakan lafadz
khusus adalah lafadz yang menunjukkan arti satu atau
lebih tapi masih dapat di hitung atau terbatas, seperti
ال[14 Uف� رخ� ل� , ا# لان� Uل, رخ� Uرخ�
Jadi yang dimaksud dengan khas ialah lafadz yang
tidak meliputi mengatakannya sekaligus terhadap dua
sesuatu atau beberapa hal tanpa menghendaki kepada
batasan.15
E. Pembagian Mukhassis
Manna’ Khalil Al-Qattan membagi mukhassin menjadi
2 bagian yaitu mukhassin muttashil dan mukhassis
munfasil. Mukhassis muttashil ada lima diantaranya :
14Saeful Hadi, Ushul Fiqih, (Yogyakarta: Sabda Media, 2011), 46
15Nazar Bakri, 195
15
1. Istisna’ (pengecualian) seperti firman Allah : ن� ي�6 ذ� وال����ذا ����UNي هاذه� ا# هم ش�����+ وا ل� ل���� Uئ ف� ذه� ولا ئ�� ل���� Uن� خ� Mي Çاب� م���� م ي�+ ذوه� ل���� Uاخ� هذاء ف�� ش�����+ ة� ع���� UNرئ ا# Uو ي� ي�6 ا# م ي������ م ل� ث�+ ات� ئ� ص���� مح ون� ال� رم����� ي��
وا Uاي� ن� ي�� ي�6 ذ� ون� الا ال� ق� اس� م ال�ق� كb ه� ئ# ول� (An-Nur : 4-5) وا#2. Sifat, misalnya هن� Uم ي� لت� ذخ�� ي� � ت6 م ال�لا ك اي�# س�� ن� ن�� م م� ورك� � Uج ي� ح� �ي� ف� Nم ال�لات ك Uئ ÓÔNي ا �UNي lafadz ور
هن� Uم ي� لت� ذخ�� ي� � ت6 adalah ال�لا sifat bagi lafadz nisa’ukum.
Maksudnya, anak perempuan istri telah digauliitu
haram dinikahi oleh suami, dan halal bila belum
menggaulinya.
3. Syarat, misalnya : ة� ي� �����ر ال�وص������ ي� وت� ان� ي�������رك�b خ� م����� م ال� ذك� خ������ ر ا# ص������ ا ح� م اذ� ك لئ� ثU ع� ي� ك�
ن� Mي ئ� س�������� مح لي ال� ا ع� ق��������� ج� ال�معروف� ��������Uن� ي�Mي UNب ���������ز ن� والاف� ي�6 ذ لوال��������� al-Baqarah) ل� : 180).lafadzر���� ي� adalah (jika ia meninggalkan harta)ان� ي������رك�b خ�syarat dalam wasiat. Dan م ك مئ� ي�� ت� ا# ك ل ا م� م����� اتU م� كئ������ ون� ال� ع������ ي� ب< Mن� ب� ي�6 ذ� وال������ي��������را هم خ� ي� Óم ف�� لمت� م ان� ع� وه� Uن Ó�6ي ا ك������� an-Nur) ق�� : 33), yakni mengetahuiadanya kesanggupan untuk membayar ayau jujur dan
penghasilan.
16
4. Ghayah (batas sesuatu), seperti dalam ي ي� م خ� ك س���� و رو# لق���� ج ولا ي��ة ل ج ذي� م� ه����������� ع� ال� ل����������� Uئ Mي�(al-Baqarah : 196) dan ي�ي ن� خ� وه� �����������UNي ق�ر ولا ئ��
طهرن� (Al-Baqarah : 222)ي��
5. Badal Ba’d min kull (sebagian menggantikan
keseluruhan) Misalnya :لا ئ� ب< ة س�� � ي� اع ال� ظ ت� اش�� ن� ث� م� ي� ب< ال� ج� اس ح� لي ال�ئ�� ول�ل�ة ع�(ali Imran : 97) lafadz اع ظ ت� اش�� ن� adalah badal dari م�اس maka kewajiban haji hanya khusus bagi mereka .ال�ئ�yang mampu.16
Mukhassin munfasil adalah mukhassis yang terdapat di
tempat lain, baik ayat, hadis, ijma’ ataupun qiyas.
Contoh yang ditakhsis oleh Quran ialah : ن� ص������ UNي�ري ات� ي�� ق������� ل وال�مظ������زوء ة� ف� �����+Nي لا هن� ي�+ س����� ف� ئ�� ا# Uي� (al-Baqarah : 228). Ayat ini adalah ‘Amm,
mencakup setiap istri yang dicerai baik dalam keadaan
hamil maupun tidak, sudah digauli maupun belum. Tetapi
keumuman ini ditakhsis oleh ayat : عن� ض���� لهن� ان� ي�� Uخ� ال ا# م��� ولات� الاج� وا#
16Manna’ khalil Al-Qattan, 319
17
ملهن� ن� dan firmannya (at-Thalaq : 4) ج� ن� م� م��وه� ت� ف� ل م ط� ث�+ ات� ئ��� م� مو# م ال� ت� ح ك Çا ي� اذ�ه� ذ ن� ع� هن� م� لي� م ع� ك مال� ن� ف�� وه� مس ل ان� ي�� Uن .(al-Ahzab : 49) ف��
Contoh yang ditakhsis oleh hadis ialah ayat :ع ي��� ل ال�ل��ة ال�ب< واخ���ا UNي ز م ال� ر Ayat ini di takhsis oleh .(al-Baqarah : 275) وج�������jual beli yang fasid sebagaimana disebutkan dalam
sejumlah hadis. Antara lain disebutkan dalam kitab
sahih bukhari, dari ibnu umar, ia berkata : “Rasulullah
melarang mengambil upah dari air mani kuda jantan”.
Dalam sahihain diriwayatkan dari ibnu umar bahwa
Rasulullah melarang jual beli kandungan binatang yang
mengandung, jual beli seekor unta sampai unta itu
melahirkan, kemudian anaknya itu beranak pula. (redaksi
hadis ini adalah redaksi bukhari). Dan hadis-hadis
lainnya.
Dan dari jenis riba didispensasikanlah jual beli
‘ariyah, yakni menjual kurma basah yang masih di pohon
dengan kurma kering. Jual beli ini diperkenankan
(mubah) oleh sunnah.
18
ا ذون� م� ت� Óها ف�� خ�رص�� Uا ي� عراي��� ع ال� ي�� ي� ي�< ص ف� م رح�� ل ة وس�� � لي� ل ال�ل�ة ع� ول ال�ل�ة ص�� ن� رس�� ة ا# ي�� ي� ال�ل�ة ع� ره� رض� ي�6 ر ه� ي� UNت ن� ا# ع�
ق� وس� ا# مسة� ي� ج�� وء ف� ا# ق� وس� ا# مسة� ج��
“Dari Abi Hurairah, Bahwa Rasulullah member keringanan untuk jual beli
‘ariyah dengan ukuran yang sama jika kurang dari lima wasaq’
(muttafaqun ‘alaihi)17
F. Takhsis sunnah dengan al-Quran
Di antara ulama ushul tidak ada perbedaan di dalam
hal bahwa mentakhsis keumuman al-Quran dengan al-Quran
atau dengan as-Sunnah yang mutawattir adalah
boleh.Karena nash-nash al-Quran dan as-Sunnah yang
mutawattir itu bersifat pasti ketetapannya. Maka
sebagian bisa mentakhsis sebagian yang lain. Adapun
mentakhsis al-Quran dengan as-Sunnah yang tidak
mutawattir, menurut mayoritas ulama’ ushul boleh.Mereka
beralasan bahwa hal itu terjadi, dan sepakat
mengamalkannya.
Jadi hadits: ة ي������� ب� ئ� ل م� ج������ ه ال� او# ور م������� و ال�طه������ mentakhsis keumuman ه�������firman Allah ة� ي� مب� م ال� ك لئ� ث� ع� رم� ج�
17Manna’ khalil Al-Qattan, 320
19
Hadits Uسث ن� ال�ن� خرم م� ا ي�� اء م� ص�� ن� ال�ز خرم م� adalah mentakhsis keumumanي��firman Allahم ك ال� ا وراء ذ� م م� ك ل ل� خ� وا#
Mendakwahkan kemutawatiran atau kemasyhuran hadis-
hadis ini, adalah tidak ada dalilnya.Inilah madzhab
yang benar.Mereka yang melarang mentakhsis keumuman al-
Quran dengan as-Sunnah yang tidak mutawattir adalah
berarti menolak beberapa pengkhususan oleh Nabi.Bagi
mereka tidak ada jalan mengingkari, mentakwili, dan
menetapkan kemutawatiran hadits-hadits tersebut.18
BAB III
KESIMPULAN
Kesimpulan
Dari uraian sebelumnya di makalah ini, kami
menyimpulkan diantaranya:
1. Lafadz ‘am adalah lafadz yang memiliki makna umum
yang di dalamnya terdapat dua makna atau lebih..
18Abdul Wahab Khalaf, 313
20
2. Menurut Manna’ Khalil Al-Qattan sedikitnya ada 6
sigat ‘Amm
3. Macam-macam ‘Amm:
a) Al-‘amm al-baqi ala umumih
b) Al-‘amm al-murad bihi al-khusus
c) Al-‘amm al-makhsus
4. Lafadz khas adalah suatau lafadz yang menunjukan
makna khusus.
5. Pembagian Mukhassis ada 4 yaitu:
a. Istisnak.
b. Sarat
c. Sifat
d. Ghayah
e. Badal Ba’d min kull
6. mentakhsis keumuman al-Quran dengan al-Quran atau
dengan as-Sunnah yang mutawattir adalah
boleh.Karena nash-nash al-Quran dan as-Sunnah yang
mutawattir itu bersifat pasti ketetapannya. Maka
sebagian bisa mentakhsis sebagian yang lain.
DAFTAR PUSTAKA
21
Al-Qattan.Manna’ Khalil.2011. Studi Ilmu-Ilmu Quran, Bogor;Litera Antar Nusa.
Bakry. Bakrey.1996.Fiqh dan Ushul Fiqh, Jakarta; PT Rajagrafindo Persada.
Beak.Muhammad Al-Khudhori.1986.Ushul Fiqih, Pekalongan; Raja Murah
Effendi Satria Zein. M.2005.Ushul Fiqh, Jakarta; PrenadaMedia.
Hadi.Saeful.2011.Ushul Fiqih, Yogyakarta;Sabda Media.
Ikhwan.Mohammad Nor.2002.Memahami Bahasa Al-qur’an, Jogjakarta;Pustaka Pelajar.
Khalaf.Abdul Wahab.1996.Kaidah-Kaidah Hukum Islam, Jakarta;PT Rajagrafindo Persada,
Tim Penyusun MKD IAIN Sunan Ampel.2012.Studi Al-Quran, Surabaya;IAIN SA Press.
Al Quran Terjemahan.2009.Pena Al-Qur’an.,Jakarta