LAPORAN PENDAHULUAN percobaan 6
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
3 -
download
0
Transcript of LAPORAN PENDAHULUAN percobaan 6
LAPORAN PENDAHULUANPRAKTIKUM FISIKA KOMPUTASI
I. NOMOR PERCOBAAN : VI
II.NAMA PERCOBAAN : ARUS MATA JALA
III.TUJUAN PERCOBAAN :
1.Dapat mengetahui cara mengerjakan suatu rangkaian dengan menggunakan
analisis mata jala (mesh analysis) yang berhubungan dengan Hukum Arus
Kirchoff.
2.Dapat menyelesaikan jaringan dengan menggunakan metode arus cabang.
3.Dapat menganalisa mata jala dengan menggunakan sumber arus dan
sumber tegangan.
IV.TINJAUAN PUSTAKA
Pada modul ini kita akan mempelajari macam-macam metode untuk
menganalisa rangkaian resistip seperti : analisa mata jala, super posisi, Teorema
Thevenin dan Norton, dan lain-lain. Metode-metode dapat diterapkan untuk
menganalisa respon keadaan tunak dari rangkaian AC dengan bantuan konsep
fasor.
Analisa mata jala (Mesh Analysis) adalah metode analisis rangkaian yang
berdasar pada prinsip Hukum Kirchoff Tegangan (KVL). Mata jala adalah bentuk
khusus dari sebuah loop. Mata jala adalah loop yang tidak mengandung loop ini
didalam siklus tertutupnya. Metode mata jala ini hanya berlaku pada rangkaian
planar.
Metode mata jala dilakukan dengan membuat persamaan KVL pada siklus
tertutup mata jala tersebut. Apabila suatu rangkaian mempunyai N buah mata
jala maka persamaan KVL yang dihasilkan N buah. Persamaan KVL ini biasanya
dituliskan dalam bentuk matrik :
[ R ] [ I ]=[V ]
Variabel yang dicari dalam analisis mata jala adalah arus mata jala. Arus
mata jala adalah arus yang mengalir pada elemen yang dilewati jalur mata jala.
Arus mata jala diberi arah searah dengan jarum jam. Arus mata jala buka
merupakan arus cabang, tetapi hanyalah :”dummy current”. Sehingga arus yang
mengalir pada suatu elemen yang dilalui oleh dua mata jala adalah jumlah
aljabar dari arus dua mata jala.
1.Rangkaian dengan sumber tegangan
Perhatikan rangkaian yang mengandung sumber tegangan dibawah ini :
R1 R3 R5
V s1 R2 R4 V s2
I 1 I 2 I 3
Rangkaian diatas terdiri dari 3 buah mata jala. Persamaan KVL dituliskan untuk
masing-masing mata jala.
Mata jala 1 :
−V s1+R1 i1+R2 (i1−i2 )=0
(R1+R2 ) i1−R2 i2=V s1(1)
Mata jala 2 :
R2 (i2−i1)+R3i2+R4 (i2−i31 )=0
−R2 i2+(R2+R3+R4 ) i2−R4 i3=0 (2)
Mata jala 3 :
R4 (i3−i2 )+R5 i3+V s2=0
−R4 i2+(R4+R5 )i3=−V s2(3)
Ketiga persamaan diatas dapat dituliskan dalam bentuk matrik :
[(R1+R2) −R2 0−R2 (R2+R3+R4) −R40 −R4 (R4+R5)][
i1i2i3]=[V s1
0V s2
]i1=
|V s1 −R2 0−R2 (R2+R3+R4) −R40 −R4 (R4+R5)|
|(R1+R2) −R2 0−R2 (R2+R3+R4) −R40 −R4 (R4+R5)
|i2=
|(R1+R2) V s1 0−R2 0 −R40 V s2 (R4+R5)|
|(R1+R2) −R2 0−R2 (R2+R3+R4) −R40 −R4 (R4+R5)
|i3=
|(R1+R2) −R2 V s1
−R2 (R2+R3+R4) 00 −R4 −V s2
||(R1+R2) −R2 0
−R2 (R2+R3+R4) −R40 −R4 (R4+R5)
|
2.Rangkaian dengan sumber arus
Metode analisis mata jala pada rangkaian dengan sumber arus lebih mudah
dibanding dengan sumber tegangan. Arus mata jala sama dengan arus sumber
yang mengalir pada mata jala tersebut.
R1 R3 R5
V s1 R2 R4 V s2
I 1 I 2 I 3
Dari rangkaian diatas, arus mata jala 1 dan 3 langsung diketahui :
i1=is1i3=is2
Sehingga hanya satu arus mata jala yang dicari yaitu i2. Persamaan KVL yang
diperlukan hanya satu saja yaitu pada mata jala dua :
Mata jala 2 :
R2 (i2−i1)+R3i2+R4 (i2−i31 )=0
pada rangkaian dengan sumber arus, persamaan KVL menjadi berkurang
sejumlah sumber arus yang ada. Apabila sumber arus berada pada dua mata
jala seperti gambar dibawah ini :
is=i2−i1
untuk mendapatkan arus mata jala, rangkaian dapat diandaikan dengan
membuat suatu mata jala super (super mesh) dimana sumber arus is dimisalkan
hubungan terbuka.
R1R2
V
I 1 I 1
Mata jala super :
−V s+R1i1+R2i2+R3i2=0
R1 i1+(R2+R3 ) i2=V s
R1 i1+(R2+R3 ) (i¿¿ s+ i1)=V s¿
(R1+R2+R3 ) i1+ (R2+R3 ) is=V s
i1=V s+(R2+R3 )(i s)
(R1+R2+R3 )
Untuk menganalisa rangkaian domain waktu, kita mengganti nilai tiap-tiap
elemen dengan masing-masing impedensinya dan mengganti sumber arus dan
tegangan menjadi fasornya. Setelah rangkaian diubah menjadi rangkaian fasor,
maka rangkaian tersebut dapat diperlukan seperti rangkaian resistip sehingga
prosedur pengerjaan analisanya sama dengan rangkaian resitip.
Untuk menggambarkan penggunaan analisa mata jala guna mencari respon
keadaan tunak rangkaian sinusoidal kita lihat contoh berikut : gunakan analisa
mata jala untuk mencari tegangan keadaan tunak pada induktor V L dari
rangkaian berikut :
15mH 200 μF
I 15Ω I 2
200cos100 tV 30cos (1000 t−90 ° )V
Penyelesaian :
Sumber-sumber tegangan kita ganti dengan fasornya yaitu :
V s1=200cos 100t=20⦟0
V s2=30cos (1000t−90° )=30⦟90 °
Kemudian ganti nilai C dan L dengan impedensi masing-masing :
Z c=1
jωC= 1
j 1000.200.10−6 F= 1
j0,2=− j5Ω
ZL= jωL= j1000.15 .10−3H= j15Ω
Jika kita gambarkan rangkaian fasornya :
j 15Ω − j5Ω
I 1 I 2
20⦟<0 ° 30⦟←90 ° V
Persamaan mata jala 1:
j 15 I1+10 ( I 1−I 2)=20⦟0 °
( j15+10 ) I 1−10 I 2=20⦟0°
Persamaan mata jala 2 :
10 ( I 2−I1 )+ (− j5 ) I 2=30⦟−90 °
(−10 ) I 1+(10− j 5 ) I 2=30⦟ 90°(3)(4)
Atur persamaan(3.3) dan (3.4) sehingga membentuk matriks 2x2 :
[(10+ j15) −10−10 (10− j5)] [I 1I 2]=[ 20⦟0 °30⦟90 ° ]
det=(10+ j15 ) (10− j 5 )−(−10 ) (−10 )
¿75+ j100
∆ I 1=| 20⦟0 ° −1030⦟90 ° (10− j 5)|
∆ I 1=20 (10− j5 )−(−10)( j 30)
¿200+ j200
Arus mata jala 1 :
I 1=∆ I1det
=200+ j 20075+ j 100
=200√2⦟45°125⦟53,13 °=2,16⦟−8,13 ° A
Jadi besarnya tegangan tunak pada indikator adalah :
V L=I 1 . j15
¿2,26⦟−8,13 ° .15⦟90 °¿33,9⦟81,87 °V
Kita kembalikan dalam domain waktu :
V L=33,9 cos (1000 t+81,87 ° )V
Tahapan-tahapan pengerjaan analisa mata jala untuk mencari arus mata jala
keadaan tunak dengan konsep fasor, yaitu :
1.Ubah sumber bebas (tegangan/arus) ke bentuk fasor
2.Tentukan arus mata jalanya
3.Gunakan ω sumber untuk mendapatkan impedansi tiap-tiap elemen L, C
4.Tuliskan persamaan KVL untuk tiap-tiap arus mata jala
5.Gunakan aturan cramer/kofaktor untuk mendapatkan arus mata jala
6.Ubah arus mata jala fasor kebentuk domain waktu.
Contoh :
10 20
100V 10 15
3 5
Gambar 1.
10 20
100V 10 15
3 5
Gambar 2.
Persamaan HKT yang dapat disusun berdasarkan Gambar 2 adalah :100=23 I 1−10 I 2
−15=−10 I 1+35 I2
Persamaan diatas dapat ditulis dalam bentuk matriks seperti persamaan
berikut:
|100−15|=| 23 10−10 35||I 1I 2|V=Z I
Determinan Z adalah : 23x 53−10∗10=705
I 1=|100 −10−15 35 |705
=4.7517730
I 2=| 23 100−10 −15|705
=0.9290780
I tot=I1−I2
I tot=3.82269503546 (Hadi, 2013).Arus Mata Jala dan Matriks
Persamaan matriks yang timbul dari, metode arus mata jala (mesh current
method) dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Salah satu diantaranya yakni
metode determinan (aturan cramer).
Persamaan simultan n dari sebuah jaringan mata jala n dapat dituliskan
dalam bentuk matriks, dalam suatu pendahuluan bagi matriks dan determinan.
Bila hukum tegangan Kirchoff dterapkan pada jaringan tiga mata jala Gambar
3-1, diperoleh tiga persamaan berikut :
(RA+RB ) I 1−RB I 2=V a
−RB I 1+(RB+RC+RD ) I 2−RD I3=0
−RD I1+(RD+RE ) I 3=−V b
Buat persamaan-persamaan tersebut dalam bentuk matriks,
[RA+RB −RB 0−RB RB+RC+RD −RD
0 −RD RD+RE] [I 1I 2I 3]=[ V a
0−V b
] RA RC RE
V a I 1RB I 2RD I 3 V b
Gambar 1. Hukum Tegangan Kirchoff pada Jaringan Tiga Mata Jala
Elemen-elemen matriks dapat ditunjukkan dalam bentuk umum sebagai berikut:
[R11 R12 R13R21 R22 R23R31 R32 R33 ][
I 1I 2I 3]=[V 1
V 2
V 3]
Metode Determinan dan Arus Mata Jala
Persamaan matriks yang timbul dari metode arus mata (mesh current
method) dapat diselesaikan dengan berbagai cara. Salah satu di antaranya yakni
metode determinan (aturan Cramer) akan dikemukakan di sini. Akan tetapi,
sebaiknya dinyatakan bahwa cara-cara lain jauh lebih efesien untuk jaringan-
jaringan besar.
Matematika Terapan adalah matematika yang dipergunakan dalam bidang
teknik seperti menghitung pemakaian daya listrik, harga energi listrik dan arus
listrik Arus I 1 yang tidak diketahui diperoleh sebagai perbandingan dua
determinan. Determinan penyebut mempunyai elemen-elemen dari matriks tahan
an. Ini bisa ditunjukkan sebagai determinan dari koefesien-koefesien dan diberi
symbol ∆R. Determinan pembilang memiliki elemen yang sama seperti ∆R kecuali
dalam kolom pertama di mana elemen matriks tegangan menggantikan elemen
determinan koefesien. Jadi
I 1=|V 1 R12 R13V 2 R22 R23V 3 R32 R33|
|R11 R12 R13R21 R22 R23R31 R32 R33|
= 1∆R|V 1 R12 R13
V 2 R22 R23V 3 R32 R33|
Dengan cara yang sama,
I 2=1∆R|R11 V 1 R13
R21 V 2 R23R31 V 3 R33|I 3= 1
∆R|R11 R12 V 1
R21 R22 V 2
R31 R32 V 3|
Tujuan analisis rangkaian listrik pada umumnya untuk menentukan kuat arus
dan beda potensial (tegangan) pada suatu rangkaian listrik. Untuk analisis
rangkaian listrik ini, disamping hukum Ohm, hukum yang banyak dipakai adalah
hukum I Kirchoff atau KCL (Kirchoff’s Current Law) dan hukum II Kirchoff atau
KVL (Kirchoff’s Voltage Law) (Hidayat, 2008).
Hukum Kirchoff I menyatakan : Jumlah aljabar kuat arus yang menuju suatu
titik cabang rangkaian listrik = jumlah aljabar yang meninggalkan titik cabang
tersebut.
Atau :
∑ Imenujutitik cabang=∑ Imeninggalkantitik cabang
Hukum II Kirchoff menyatakan : Jumlah aljabar penurunan tegangan (voltage
drop) pada rangkaian tertutup (loop) menuruti arah yang ditentukan = jumlah
aljabar kenaikan tegangan (voltage rise) nya.
Atau :
∑V drop=∑V rise (Jumadi, 2010) . Arus yang mengalir pada setiap bagian rangkaian yang rumit dapat
diselesaikan dengan menggunakan hukum Kirchoff yaitu :
1.Pada rangkaian tertutup jumlah sumber tegangan akan sama dengan jumlah
penurunan potensial. 2.Jumlah arus yang masuk suatu sambungan akan sama dengan jumlah arus
yang melewati dari sambungan tersebut.
E1 E2
R2R1 I 1 Loop1 I 2Loop2 I 3
Gambar 1. Rangkaian Multiloop
Penggunaan hukum Kirchoff pada Gambar 1, menghasilkan :
I 1+ I 2=I 3E1=I 1R1−I 2R3
E1=I 2R2+ I 3 R3…………(1)
Dari ketiga persamaan tersebut dapat diperoleh :
I 1=R2 (E1+E2 )+R3 E1R1R2+R2R3+R3R1
…………(2)
I 2=R1E2−R3E1
R1R2+R2R3+R3R1
(Johan, 2013).Metode analisis arus cabang
Metode analisis arus cabang adalah salah satu metode yang dapat
digunakan untuk menganalisissuatu rangkaian listrik baik AC maupun DC.
Metode ini dapat menganalisis suatu rangkaian yang memiliki catu sumber
tegangan dan sumber arus dalam satu rangkaian listrik. Sumber arus terdiri dari
dua macam yaitu sumber arus bebas (independent) dan sumber arus tak bebas
(dependent). Sumber arus bebas adalah sumber arus yang besarnya tidak
bergantung pada harga tegangan dan arus lainnya sedangkan sumber arus tak
bebas merupakan sumber arus yang bergantung pada sumber tegangan atau
arus lain. Dalam artikel ini akan dibahas mengenai penerapan analisis arus
cabang pada suatu rangkaian dengan sumber arus yang bebas (independent).
Arus cabang adalah arus yang benar-benar ada atau dapat diukur
yang mengalir pada suatu cabang. Artinya arus cabang adalah arus yang
mengalir pada suatu percabangan (Merlina, 2013).Metode Arus Mesh, atau juga disebut metode Arus Cabang dalam pengguna
an persamaan KVL dan hukum Ohm untuk menghitung arus pada rangkaian.
Yang membedakannya dengan metode Arus Cabang adalah metode ini tidak
menggunakan KCL, dan biasanya memiliki variabel yang tidak diketahuinya lebih
sedikit dari pada metode arus cabang. Keuntungan utama dari analisa Mesh ini
adalah akan mendapatkan persamaan yang lebih sedikit dari pada
menggunakan analisa cabang (Setiawan, 2014).
V.Algoritma a.Magnitude of Current
STEP 1 : Mulai
STEP 2 : Inisialisasi f=100000:50000:10000000
Vs=120
C=0.265e-9
L=0.15e-3
r=120
grid on
STEP 3 : Proses I 0=Vs/ (r+ j∗2∗pi∗f∗L− j /(2∗pi∗f∗C ))
STEP 4 : Cetak semilogx(f,abs(I 0))
\bfplot of magnitude of current flow vs frequency
\bffrequency (Hz)
\bfcurrent (A)
STEP 5 : Selesai
b.Phase Angle
STEP 1 : Mulai
STEP 2 : Inisialisasi f=100000:50000:10000000
Vs=120
C=0.265e-9
L=0.15e-3
r=120
figure(1)
grid on
STEP 3 : Proses I 0=Vs/ (r+ j∗2∗pi∗f∗L− j /(2∗pi∗f∗C ))
Phase=angle(I 0)∗180/ pi
STEP 4 : Cetak semilogx(f,phase,’linewidth’,2)
\bfplot of phase of current flow vs frequency
\bffrequency (Hz)
\bfcurrent (A)
STEP 5 : Selesai
c.Both phase angle and magnitude on single plot
STEP 1 : Mulai
STEP 2 : Inisialisasi f=100000:50000:10000000
Vs=120
C=0.265e-9
L=0.15e-3
r=120
figure(1)
subplot(2,1,1)
subplot(2,1,2)
grid on
STEP 3 : Proses I 0=Vs/ (r+ j∗2∗pi∗f∗L− j /(2∗pi∗f∗C ))
Phase=angle(I 0)∗180/ pi
STEP 4 : Cetak semilogx(f,abs(I0),’linewidth’,2)
\bfplot of phase of current flow vs frequency
\bfcurrent (A)
semilogx(f,phase,’linewidth’,2)
\bfplot of phase of current flow vs frequency
\bffrequency (Hz)
\bfphase (deg)
STEP 5 : Selesai
VI.FLOWCHARTa. Magnitude of Current
Mulai
Inisialisasi
f=100000:50000:10000000, Vs=120,
C=0.265e-9, L=0.15e-3, grid on
Proses
I 0=Vs/ (r+ j∗2∗pi∗f∗L− j /(2∗pi∗f∗C ))
b. Phase Angle
Cetak
semilogx(f,abs(I 0))
\bfplot of magnitude of current flow vs frequency
\bffrequency (Hz)
\bfcurrent (A)
Selesai
Mulai
Inisialisasi
f=100000:50000:10000000, Vs=120,
C=0.265e-9, L=0.15e-3, figure(1) grid
on
Proses
I 0=Vs/ (r+ j∗2∗pi∗f∗L− j /(2∗pi∗f∗C ))
Phase=angle(I 0)∗180/ pi
c. Both phase angle and magnitude on single plot
Cetak
semilogx(f,phase,’linewidth’,2)
\bfplot of phase of current flow vs frequency \
bffrequency (Hz)
\bfcurrent (A)
Selesai
Mulai
Inisialisasi
f=100000:50000:10000000, Vs=120,
C=0.265e-9, L=0.15e-3, figure(1) ,
subplot(2,1,1), subplot(2,1,2), grid on
Proses
I 0=Vs/ (r+ j∗2∗pi∗f∗L− j /(2∗pi∗f∗C ))
Phase=angle(I 0)∗180/ pi
Cetak
semilogx(f,abs(I0),’linewidth’,2)
\bfplot of phase of current flow vs frequency \
bfcurrent (A)
semilogx(f,phase,’linewidth’,2)
VII.LISTING
a. Magnitude of current
F=100000 :50000:10000000 ;
%INITIALIZE RANGE OF FREQUENCY
Vs=120;
C=0.265e-9 ;
L=0.15e-3 ;
r=120;
I 0=Vs/ (r+ j∗2∗pi∗f∗L− j /(2∗pi∗f∗C )) ; % CALCULATE OUTPUT CURRENT
semilogx(f,abs(I0));
%PLOT ON LOG – LINIER SCALE
title(‘\bfplot of magnitude of current flow vs frequency’);
xlabel(‘\bffrequency (Hz)’);
ylabel(‘\bfcurrent (A)’);
grid on;
b.Phase angle
f=100000 :50000:10000000 ;
%INITIALIZE RANGE OF FREQUENCY
Cetak
semilogx(f,abs(I0),’linewidth’,2)
\bfplot of phase of current flow vs frequency \
bfcurrent (A)
semilogx(f,phase,’linewidth’,2)
Selesai
Vs=120;
C=0.265e-9 ;
L=0.15e-3 ;
r=120;
I 0=Vs/ (r+ j∗2∗pi∗f∗L− j /(2∗pi∗f∗C )) ; % CALCULATE OUTPUT CURRENT
Phase=angle(I 0)∗180/ pi;
Figure (1);
semilogx(f,phase,’linewidth’,2);
%PLOT ON LOG – LINIER SCALE
title(‘\bfplot of phase of current flow vs frequency’);
xlabel(‘\bffrequency (Hz)’);
ylabel(‘\bfcurrent (A)’);grid on;
c.Both phase angle and magnitude on single plot
f=100000 :50000:10000000 ;
%INITIALIZE RANGE OF FREQUENCY
Vs=120;
C=0.265e-9 ;
L=0.15e-3 ;
r=120;
I 0=Vs/ (r+ j∗2∗pi∗f∗L− j /(2∗pi∗f∗C )) ; % CALCULATE OUTPUT CURRENT
Phase=angle(I 0)∗180/ pi;
%PHASE ANGLE IN DEGRESS
Figure (1);
Subplot(2,1,1);
%SUB-PLOT-1
semilogx(f,abs(I0),’linewidth’,2);
%MAGNITUDE
title(‘\bfplot of phase of current flow vs frequency’);
ylabel(‘\bfcurrent (A)’);
grid on;
Subplot(2,1,2); %SUB-PLOT-1
semilogx(f,phase,’linewidth’,2);
%PHASE
title(‘\bfplot of phase of current flow vs frequency’);
xlabel(‘\bffrequency (Hz)’);
ylabel(‘\bfphase (deg)’);
grid on;
VIII.TUGAS PENDAHULUAN1.Lihat gambar :
R1 R3 R5
1. VVs1 R2 R4 Vs2
I1 I2 I3
Jika :
Vs1=10V
Vs2=27V
R1=2ohm
R2=5ohm
R3=5 ohm
R4=4ohm
R5=1ohm
Selesaikan dengan menggunakan arus mata jala dengan sumber
tegangan !
Jawab :
Rangkaian diatas terdiri dari 3 buah mata jala. Persamaan KVL dituliskan
untuk masing – masing mata jala.:
Mata jala 1 :
−V S 1+R1i1+R2 (i1– i2 )=0
(R1+R2 ) i1– R2i2=V s1 (1 )
(2+5 ) i1−5 i2=10
7 i1−5 i2=10
Mata jala 2 :
R2 (i2– i1 )+R3 i2+R4 (i2– i3 )=0
−R2 i1+(R2+R3+R4 ) i2– R4 i3=0 (2 )
−5 i1+ (5+5+4 ) i2−4 i3=0
−5 i1+14 i2−4 i3=0
Mata jala 3 :
R4 (i3−i2 )+R3 i2+V s2=0
−R4 i2+(R4+R5 )i3=−V s2 (3 )
−4 i2+(4+5 ) i3=−27
−4 i2+9i3=−27
Ketiga persamaan diatas dituliskan dalam bentuk matrik :
[ (R1+R2 ) −R2 0−R2 (R2+R3+R4 ) −R40 −R4 (R4+R5 )][ i1i2i3]=[V s1
0V s2
] [ 7 −5 0
−5 14 −40 −4 5 ][ i1i2i3]=[10027]
i1=|V s1 −R2 0−R2 (R2 R3R4) −R40 −R4 (R4+R5)|
|(R1+R2) −R2 0−R2 (R2+R3+R4) −R40 −R4 (R4+R5)
|
i1=| 10 −5 00 14 −4
−27 −4 5 || 7 −5 0−5 14 −40 −4 5 |
i1=0 A
i2=
|(R1+R2 ) V s 1 0−R2 0 −R40 V s 2 (R4+R5)
|
|( R1+R2 ) −R2 0−R2 (R2+R3+R4 ) −R40 −R4 (R4+R5)
|
i2=
|7 10 0
−5 0 −40 −27 5
|
|7 −5 0
−5 14 −40 −4 5
|
i2=−2 A
i3=
|( R1+R2) −R2 V s1
−R2 (R2+R3+R4 ) 00 −R4 −V s2
|
|( R1+R2) −R2 0
−R2 (R2+R3+R4 ) −R40 −R4 (R4+R5)
|
i3=| 7 −5 10−5 14 00 −4 27|
| 7 −5 0−5 14 −40 −4 5 |
i3=−7 A
2.Tuliskan dan jelaskan mengenai hukum kirchoff beserta hubungannya
dengan metode analisis mata jala.!
Jawab :
Hukum I Kirchhoff berbunyi“ Jumlah Aljabars semua arus dalam titik
percabangan itu sama dengan nol”. ∑ I = 0. Hukum kirchoff ini menerangkan
tentang hokum arus kirchoff. Hukum Kirchhoff 2 / Kirchhoff Voltage Law,
berbunyi“Penjumlahan tegangan pada masing-masing komponen penyusun
yang membentuk satu lintasan tertutup akan bernilai Nol”. ∑V = 0.
Hubungannya adalah pada saat menentukan metode analisis mata jala
patokan utama penulisan atau konsep dari metode ini adalah hukum kirchoff
1.
II. Data Hasil Percobaan
a. Magnitude of current
Mata jala merupakan bentuk khusus dari sebuah loop. Sedangkan arus
mata jala merupakan arus yang mengalir pada elemen yang dilewati jalur mata
jala.
Pada percobaan ini hasil yang ditampilkan berupa grafik, walaupun tidak
dituliskan plot pada listing program, karena disini yang berperan untuk
menampilkan grafik merupakan semilogx(...), ditambah dengan xlabel, ylabel,
sebagai sumbu x dan sumbu y pada grafik.
Gambar grafik yang ditampilkan berbeda-beda bergantung pada proses
yang dituliskan pada listing program. Grafik pada program c menampilkan
gabungan dari kedua grafik dari grafik program a dan b, karena listing pada
program c adalah gabungan dari program a dan program b pada satu grafik.
Pada ketigaprogram yang ada, terdapat rumus
I0=Vs/(r+j*2*pi*f*L-j/(2*pi*f*C)), dimana j merupakan bilangan imajiner untuk
metode Norton dan Thevenin. Pada rumus tersebut setelah Vs haus ditambah
tanda titik dan setelah (r+j*2*pi*f*L-j juga harus ditambah tanda titik agar
program dapat di running dan program tidak error.
Semilogx(...) dalam algoritma di dalam algoritma dan flowchart bukanlah
merupakan suatu proses, melainkan yang akan dicetak pada hasil output
program. Selain itu, terdapat grid on pada program yang digunakan untuk
menyambungkan titik antara skala nilai pada sumbu x dan skala nilai pada
sumbu y, yang berupa garis putus-putus.
Frekuensi pada listing dapat diubah-ubah nilainya. Hanya saja dengan
mengubah nilai frekuensi tersebut maka gambar grafiknya pun akan berubah.
Semakin besar nilai frekuensi maka grafiknya semakin rapat, dan semakin kecil
nilai frekuensi maka grafiknya akan semakin renggang.
Pada xlabel dan ylabel, terdapat tulisan bf sebelum kata frequency dan
current. Di sana, bf yang dimaksudkan mempunyai fungsi untuk menebalkan
kata setelahnya. Seperti misalnya “bffrequency”, maka pada grafik, kata
frequency itu akan dicetak tebal. Namun jangan lupa menambahkan garis
miring “\” sebelum bf, sebab apabila garis miring tersebut tidak ditambahkan,
maka walaupun dituliskan bf sebelum kata yang akan dicetak tebal, kata
tersebut tidak akan tercetak tebal. Dan untuk mencetak tulisan berbentuk italic,
maka tambahkan sebelum tulisan tersebut “\it”, misalnya “\itcurrent” maka pada
grafik akan dicetak tulisan current dengan tulisan bercetak miring. Diperlukan
ketelitian dalam menuliskan listing pada program matlab, sebab ketidaktelitian
dapat membuat program yang dituliskan tidak dapat dieksekusi.
IV. Kesimpulan
1. Percobaan ini semua programnya menampilkan output berupa grafik.
2. Grid on digunakan untuk menyambungkan titik antara skala nilai pada
sumbu x dan skala nilai pada sumbu y, yang berupa garis putus-putus.
3. Program ketiga menampilkan grafik gabungan antara hasil program satu
da hasil program dua.
4. Semilogx(...) hampir sama dengan plot, tetapi tampilan grafiknya berbeda,
karena biasanya semilog diginakan untuk menampilkan grafik yang di
dalam semilog tersebut dapat diperhitungkan.
5. Jika nilai frekuensi diubah-ubah, maka bentuk grafik pun akan berubah.
Semakin besar frekuensi maka grafik akan semakin rapat, begitu juga
sebaliknya.
DAFTAR PUSTAKA
Hadi, 2013, Modul Penuntun praktikum Fisika komputasi, Inderalaya:
Universitas sriwijaya.
Hidayat, Rahmat, 2008, Perbandingan Korelasi Hasil Belajar Mahasiswa
Program Studi Teknik Listrik Dalam Menguasai Matematika Determinan
Dengan Hasil Ujian Nasioal Yang Berasal Dari SMA IPA Berbanding Dari
SMK (STM), Politeknik Negeri Banjarmasin, Vol.8 No.2, P.115-121.
Johan, Akmal, 2013, Penuntun Praktikum Fisika Dasar 1, Inderalaya :
Universitas Sriwijaya.
Jumaidi, 2010, Hukum kirchoff, (online)(http://www.google.com/url?Sa=t&rct=j&q
=&esrc=s&source=web&cd=3&cad=rja&uact=8&ved=0CCFjAC&url=http
%3A%2F%2Fstaff.uny.ac.id%2Fsystem%2Ffiles%2Fpendidikan
%2FJumadi%2C%2520M.Pd.%2C%2520Dr.%2Fhukum
%2520Kirchoff.pdf&ei=tQ0yVKqUNsKluATh8YCQDg&usg=AFQjCNHrl8Y
EPhlrwrxZeAsWuQx-),diakses
tanggal 4 Oktober 2015.
Merlina, 2013, Metode Analisis Arus Cabang, (online)(http://merlinai.wordpress.
com/ipa-3/listrik-dinamis/hukum-ohm/), diakses tanggal 4 Oktober 2015.
Setiawan, Puja, 2014, Metode Analisa Mesh, (online)(http://pujasetiawan.
wordpress.com/2014/05/07/metode-analisa-mesh), diakses tanggal 4
oktober 2015