Laporan akhir fitokimia percobaan 1

65
BAB I PEMBUATAN SIMPILISIA NABATI DAN RAMUAN JAMU TRADISIONAL I. Tujuan 1. Agar mahasiswa dapat memahami dan melaksanakan proses pembuatan simplisia dari tahap awal pengumpulan bahan baku sampai pemeriksaan mutu. 2. Agar mahasiswa dapat membuat ramuan jamu daari simplisiadan tahu manfaan dan cara penggunaannya. II. Cara Percobaan 1. Dalam percobaan ini akan dibuat simplisia nabati saja yaitu simplisia yangberuoa tanaman utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman, dan pembuatannya dilakukan dengan cara pengeringan. 2. Mahasiswa bekerja secara kelompok dalampembuatan simplisia dari tanaman obat yang sudah ditentukan. Setiap mahasiswa dalam kelompok tersebut harus membuat pengepakan sendiri terhadap ramuannya dan melengkapinya dengan etiket. Etiket jamu dibuat perorangan berisi nama jamu, nama produsen, komposisi, khasiat, dan cara pemakaian.

Transcript of Laporan akhir fitokimia percobaan 1

BAB I

PEMBUATAN SIMPILISIA NABATI DAN RAMUAN JAMU TRADISIONAL

I. Tujuan

1. Agar mahasiswa dapat memahami dan

melaksanakan proses pembuatan simplisia dari

tahap awal pengumpulan bahan baku sampai

pemeriksaan mutu.

2. Agar mahasiswa dapat membuat ramuan jamu

daari simplisiadan tahu manfaan dan cara

penggunaannya.

II. Cara Percobaan

1. Dalam percobaan ini akan dibuat simplisia

nabati saja yaitu simplisia yangberuoa tanaman

utuh, bagian tanaman atau eksudat tanaman, dan

pembuatannya dilakukan dengan cara pengeringan.

2. Mahasiswa bekerja secara kelompok

dalampembuatan simplisia dari tanaman obat yang

sudah ditentukan. Setiap mahasiswa dalam kelompok

tersebut harus membuat pengepakan sendiri

terhadap ramuannya dan melengkapinya dengan

etiket. Etiket jamu dibuat perorangan berisi nama

jamu, nama produsen, komposisi, khasiat, dan cara

pemakaian.

III. Tinjauan Pustaka

Simplisia adalah bahan alamiah yang

dipergunakan sebagai obat yang belum mengalami

pengolahan apapun juga dan kecuali diyatakan lain

simplisia merupakan bahan yang dikeringkan.

Simplisia terdiri dari 3 golongan yaitu berupa

simplisia nabati, simplisia hewani dan simplisia

pelikan atau mineral.

Simplisia Nabati

Simplisia nabati adalah simplisia yang dapat

berupa tanaman utuh, bagian tanaman, eksudat

tanaman, atau gabungan antara ketiganya, misalnya

Datura Folium dan Piperis nigri Fructus. Eksudat

tanaman adalah isi sel yang secara spontan keluar

dari tanaman atau dengan cara tertentu sengaja

dikeluarkan dari selnya. Eksudat tanaman dapat

berupa zat-zat atau bahan-bahan nabati lainnya

yang dengan cara tertentu dipisahkan/diisolasi

dari tanamannya.

Simplisia Hewani

Simplisia hewani adalah simplisia yang dapat

berupa hewan utuh atau zat-zat berguna yang

dihasilkan oleh hewan dan belum berupa bahan

kimia murni, misalnya minyak ikan (Oleum iecoris

asselli) dan madu (Mel depuratum).

Simplisia Pelikan atau Mineral

Simplisia pelikan atau mineral adalah

simplisia berupa bahan pelikan atau mineral yang

belum diolah atau telah diolah dengan cara

sederhana dan belum berupa bahan kimia murni,

contoh serbuk seng dan serbuk tembaga

( Dep.Kes RI,1989).

Untuk menjamin keseragaman senyawa aktif,

keamanan maupun kegunaannya, maka simplisia harus

memenuhi persyaratan minimal. Dan untuk memenuhi

persyaratan minimal tersebut, ada beberapa faktor

yang berpengaruh, antara lain :

1. Bahan baku simplisia.

2. Proses pembuatan simplisia termasuk cara

penyimpanan bahan baku simplisia.

3. Cara pengepakan dan penyimpanan simplisia.

Agar simplisia memenuhi persyaratan minimal

yang ditetapkan, maka ketiga faktor tersebut harus

memenuhi syarat minimal yang ditetapkan.

A. Pembuatan Simplisia Secara Umum

1. Bahan Baku

Tanaman obat yang menjadi sumber

simplisia nabati , merupakan salah satu

faktor yang dapat mempengaruhi mutu

simplisia. Sebagai sumber simplisia, tanaman

obat dapat berupa tumbuhan liar atau berupa

tanaman budidaya. Tumbuhan liar adalah

tumbuhan yang tumbuh dengan sendirinya di

hutan atau tempat lain, atau tanaman yang

sengaja ditanam dengan tujuan lain, misalnya

sebagai tanaman hias, tanaman pagar, tetapi

bukan dengan tujuan untuk memproduksi

simplisia. Tanaman budidaya adalah tanaman

yang sengaja ditanam untuk tujuan produksi

simplisia. Tanaman simplisia dapat di

perkebunan yang luas, dapat diusahakan oleh

petani secara kecil-kecilan berupa tanaman

tumpang sari atau Tanaman Obat Keluarga.

Tanaman Obat Keluarga adalah pemanfaatan

pekarangan yang sengaja digunakan untuk

menanam tumbuhan obat.

2. Dasar Pembuatan Simplisia

a. Simplisia yang Dibuat Dengan Cara

Pengeringan

Pembuatan simplisia dengan cara ini

dilakukan dengan pengeringan cepat, tetapi

dengan suhu yang tidak terlalu tinggi.

Pengeringan yang terlalu lama akan

mengakibatkan simplisia yang diperoleh

ditumbuhi kapang. Pengeringan dengan suhu

yang tinggi akan mengakibatkan perubahan

kimia pada kandungan senyawa aktifnya.

Untuk mencegah hal tersebut, untuk

simplisia yang memerlukan perajangan perlu

diatur panjang perajangannya, sehingga

diperoleh tebal irisan yang pada

pengeringan tidak mengalami kerusakan.

b. Simplisia Dibuat Dengan Fermentasi

Proses fermentasi dilakukan dengan

seksama, agar proses tersebut tidak

berkelanjutan kearah yang tidak

diinginkan.

c. Simplisia Dibuat Dengan Proses Khusus

Pembuatan simplisia dengan penyulingan,

pengentalan eksudat nabati, penyaringan

sari air dan proses khusus lainnya

dilakukan dengan berpegang pada prinsip

bahwa pada simplisia yang dihasilkan harus

memiliki mutu sesuai dengan persyaratan.

d. Simplisia Pada Proses Pembuatan Memerlukan

Air

Pati, talk dan sebagainya pada proses

pembuatannya memerlukan air. Air yang

digunakan harus terbebas dari pencemaran

serangga, kuman patogen, logam berat dan

lain-lain.

3. Tahap Pembuatan Simplisia

Pada umumya pembuatan simplisia melalui

tahapan sebagai berikut :

a. Pengumpulan Bahan Baku

Kadar senyawa aktif dalam suatu

simplisia berbeda-beda antara lain

tergantung pada :

Bagian tanaman yang digunakan.

Umur tanaman yang digunakan.

Waktu panen.

Lingkungan tempat tumbuh.

Waktu panen sangat erat hubungannya

dengan pembentukan senyawa aktif di dalam 

bagian  tanaman  yang akan dipanen. Waktu 

panen  yang  tepat  pada saat  bagian 

tanaman  tersebut mengandung senyawa aktif

dalam jumlah  yang terbesar.

Senyawa  aktif terbentuk  secara

maksimal di dalam bagian  tanaman  atau 

tanaman  pada umur tertentu. Sebagai

contoh pada  tanaman  Atropa belladonna, 

alkaloid  hiosiamina  mula-mula 

terbentuk  dalam  akar. Dalam  tahun 

pertama,  pembentukan  hiosiamina

berpindah pada  batang yang  masih  hijau.

Pada  tahun  kedua batang  mulai 

berlignin  dan kadar  hiosiamina mulai

menurun  sedang pada daun kadar hiosiamina

makin  meningkat. Kadar alkaloid

hios'amina tertinggi dicapai I  dalam 

pucuk  tanaman pada saat tanaman berbunga

dan kadar alkaloid  menurun  pada saat 

tanaman  berbuah  dan  makin turun  ketika

buah makin  tua. Contoh  lain,  tanaman

Menthapiperita  muda  mengandung  mentol 

banyak  dalanl daunnya. Kadar  rninyak 

atsiri  dan mentol  tertinggi pada daun

tanaman ini  dicapai  pada  saat  tanaman 

tepat  akan  berbunga.  Pada Cinnamornunz

camphors, kamfer akan terkumpul dalam kayu

tanaman  yang  telah  tua. Penentuan 

bagian  tanaman  yang dikumpulkan dan 

waktu  pengumpulan  secara  tepat 

memerlukan  penelitian.  Di  samping

waktu  panen  yang dikaitkan  dengan 

umur,  perlu diperhatikan  pula  saat

panen dalam sehari. Contoh, simplisia 

yang mengandung minyak atsiri  lebih  baik

dipanen  pada  pagi  hari. Dengan 

demikian  untuk  menentukan  waktu  panen 

dalam  sehari perlu dipertimbangkan

stabilitas kimiawi  dan  fisik  senyawa 

aktif  dalam  simplisia  terhadap panas

sinar matahari.

Secara garis besar, pedoman  panen 

sebagai  berikut  :

Tanaman  yang  pada  saat  panen 

diambil  bijinya  yang telah tua 

seperti  kedawung (Parkia rosbbrgii),

pengambilan  biji ditandai  dengan 

telah mengeringnya  buah.  Sering pula 

pemetikan  dilakukan sebelum kering

benar,  yaitu  sebelum buah pecah 

secara  alami dan  biji  terlempar

jauh,  misal jarak  (Ricinus

cornrnunis).

Tanaman  yang pada saat  panen  diambil 

buahnya, waktu pengambilan  sering

dihubungkan  dengan tingkat  kemasakan,

yang ditandai dengan  terjadinya

perubahan  pada  buah seperti perubahan 

tingkat  kekerasan misal labu merah

(Cucurbita  n~oscllata).  Perubahan

warna, misalnya  asam  (Tarnarindus

indica), kadar air buah, misalnya

belimbing wuluh (Averrhoa  belimbi), 

jeruk  nipis  (Citrui aurantifolia) 

perubahan  bentuk  buah,  misalnya 

mentimun  (Cucurnis sativus), pare

(Mornordica charantia).

Tanaman  yang pada saat panen diambil

daun pucuknya pengambilan  dilakukan

pada  saat  tanaman  mengalami 

perubahan  pertumbuhan  dari vegetatif 

ke  generatif. Pada saat itu penumpukan 

senyawa  aktif  dalam kondisi  tinggi, 

sehingga  mempunyai mutu  yang 

terbaik.  Contoh  tanaman yang diambil 

daun pucuk  ialah kumis kucing

(Orthosiphon starnineus).

Tanaman  yang  pada saat  panen 

diambil  daun  yang telah tua, daun 

yang diambil dipilih yang  telah

membuka  sempurna  dan  terletak di

bagian  cabang atau  batang yang

menerima  sinar matahari sempurna. Pada 

daun tersebut  terjadi  kegiatan 

asimilasi  yang  sempurna. Contoh 

panenan  ini misal  sembung  (Blumea

balsamifera).

Tanaman  yang pada  saat panen diambil

kulit batang, pengambilan  dilakukan 

pada saat  tanaman  telah  cukup umur.

Agar  pada saat pengambilan tidak

mengganggu pertumbuhan, sebaiknya

dilakukan pada musim  yang menguntungkan

pertumbuhan antara  lain menjelang musim

kemarau.

Tanaman  yang pada saat  panen  diambil 

umbi  lapis,  pengambilan  dilakukan 

pada saat umbi mencapai  besar maksimum 

dan  pertumbuhan  pada bagian  di atas

tanah berhenti misalnya bawang merah

(Allium cepa).

Tanaman yang pada  saat  panen  diambil

rimpangnya, pengambilan dilakukan  pada

musim kering dengan tanda-tanda

mengeringnya bagian atas tanaman. Dalam

keadaan ini rimpang dalam keadaan  besar

maksimum. Panen  dapat  dilakukan

dengan  tangan,  menggunakan alat atau

menggunakan  mesin.  Dalam  ha1 ini

keterampilan  pemetik diperlukan, agar

diperoleh simplisia yang benar, tidak

tercampur  dengan  bagian  lain  dan 

tidak merusak  tanaman  induk. Alat 

atau mesin  yang digunakan untuk memetik

perlu dipilih yang  sesuai. Alat  yang 

terbuat  dari logam sebaiknya tidak

digunakan  bila  diperkirakan  akan

merusak  senyawa aktif  siniplisia 

seperti fenol, glikosida  dan

sebagainya.

Cara pengambilan bagian  tanaman untuk

pembuatan simplisia dapat dilihat pada

table berikut:

No

.

Bagian

Tanaman

Cara Pengumpulan Kadar Air

Simplisia1 Kulit Batang Dari batang utama dan

cabang, dikelupas dengan

ukuran panjang dan lebar

tertentu ;untuk kulit

batang mengandung minyak

atsiri/ golongan senyawa

fenol digunakan alat

pengelupas bukan logam.

10%

2 Batang Dari cabang dipotong-

potong dengan panjang

tertentu dan diameter

cabang tertentu.

10%

3 Kayu Dari batang atau cabang,

dipotong kecil atau

diserut(disugu) setelah

dikelupas kulitnya.

10%

4 Daun Tua dan muda (daerah

pucuk), dipetik dengan

tangan satu persatu.

5 %

5 Bunga Kuncup atau bunga mekar

atau mahkota bunga,

dipetik dengan tangan.

5 %

6 Pucuk Pucuk berbunga; dipetik

dengan tangan

(mengandung daun muda

dan bunga).

8%

7 Akar Dari bawah permukaan

tanah, dipotong dengan

ukuran tertentu.

10%

8 Rimpang Dicabut, dibersihkan

dari akar; dipotong

melintang dengan

ketebalan tertentu.

8%

9 Buah Masak, hampir masak,

dipetik dengan tangan.

8%

10 Biji Buah dipetik:dikupas

kulit buahnya dengan

pisau atau menggilas,

kemudian biji

dikumpulkan dan dicuci.

10%

11 Kulit Buah Seperti biji, kulit buah

dikumpulkan dan dicuci.

8 %

12 Bulbus Tanaman dicabut, bulbus

dipisah dari daun dan

akar dengan cara

dipotong kemudian

-

dicuci.

b. Sortasi Basah

Sortasi basah  dilakukan untuk

memisahkan kotoran-kotoran  atau  bahan-

bahan  asing  lainnya dari bahan 

simplisia. Misalnya  pada  simplisia 

yang  dibuat  dari akar suatu  tanaman

obat,  bahan-bahan  asing  seperti 

tanah,  kerikil,  rumput,  batang,  daun,

akar  yang telah  rusak, serta pengotoran 

lainnya harus  dibuang.  Tanah mengandung 

bermacam-macam mikroba  dalam  jurnlah 

yang  tinggi,  oleh  karena  itu 

pembersihan simplisia  dari  tanah  yang 

terikut dapat  mengurangi  jumlah mikroba

awal.

c. Pencucian

Pencucian dilakukan  untuk 

menghilangkan  tanah dan  pengotoran

lainnya yang melekat pada bahan simplisia.

Pencucian  dilakukan dengan air bersih,

misalnya air dari mata air, air sumur 

atau  air  PAM. Bahan simplisia  yang

mengandung  zat yang mudah  larut  di 

dalam  air yang mengalir, pencucian agar

dilakukan dalam  waktu  yang  sesingkat 

mungkin.  Menurut Frazier  (1978), 

pencucian sayur-sayuran  satu  kali  dapat

menghilangkan  25% dari jumlah mikroba

awal, jika  dilakukan pencucian  sebanyak 

tiga  kali, jumlah mikroba yang 

tertinggal hanya  42% dari jumlah 

mikroba  awal.  Pencucian tidak dapat

membersihkan  simplisia  dari semua

mikroba karena  air  pencucian  yang 

digunakan biasanya  mengandung juga 

sejumlah mikroba. Cara  sortasi dan

pencucian  sangat mempengaruhi jenis dan

jumlah rnikroba  awal simplisia. Misalnya

jika air yang digunakan  untuk  pencucian 

kotor,  maka jumlah mikroba  pada

permukaan  bahan  simplisia  dapat

bertambah dan air yang terdapat  pada 

permukaan bahan  tersebut  dapat 

menipercepat pertumbuhan  mikroba. 

Bakteri yang  umuln  terdapat  dalam air 

adalah  Pseudomonas, Proteus,Micrococcus, Bacill

us, Streptococcus, Enterobacter  dan Escherishia. 

Pada  simplisia akar,  batang  atau  buah 

dapat  pula dilakukan  pengupasan  kulit 

luarnya untuk mengurangi  jumlah mikroba

awal karena  sebagian  besar jumlah 

mikroba  biasanya  terdapat  pada 

permukaan  bahan  simplisia.  Bahan  yang

telah  dikupas  tersebut mungkin tidak

memerlukan  pencucian jika  cara

pengupasannya dilakukan dengan tepat dan

bersih.

d. Perajangan

Beberapa  jenis  bahan  simplisia

perlu mengalami  proses perajangan.

Perajangan bahan  simplisia  dilakukan 

untuk mempermudah  proses  pengeringan,

pengepakan  dan  penggilingan. Tanaman 

yang baru diambil  jangan  langsung 

dirajang tetapi dijemur dalam  keadaan 

utuh  selama  1  hari. Perajangan dapat

dilakukan  dengan  pisau, dengan  alat 

mesin  perajang  khusus sehingga 

diperoleh  irisan  tipis  atau  potongan 

dengan  ukuran yang  dikehendaki.

Semakin  tipis bahan yang akan

dikeringkan, semakin cepat penguapan air, 

sehingga  mempercepat waktu  pengeringan.

Akan  tetapi  irisan  yang  terlalu  tipis

juga  dapat menyebabkan berkurangnya 

atau  hilangnya  zat  berkhasiat  yang

mudah menguap. Sehingga mempengaruhi 

komposisi bau  dan rasa yang diinginkan.

Oleh  karena  itu bahan  simplisia 

seperti  temulawak,  temu  giring, jahe, 

kencur dan  bahan  sejenis  lainnya

dihindari perajangan yang terlalu  tipis 

untuk mencegah berkurangnya kadar minyak

atsiri. Selama perajangan  seharusnya

jumlah mikroba tidak bertambah.

Penjemuran  sebelum  perajangan 

diperlukan  untuk mengurangi pewarnaan 

akibat  reaksi  antara bahan dan logam

pisau. Pengeringan  dilakukan  dengan

sinar  matahari  selama  satu hari.

e. Pengeringan

Tujuan pengeringan ialah untuk

mendapatkan simplisia yang tidak mudah 

rusak,sehingga dapat disimpan dalam waktu

yang  lebih lama. Dengan mengurangi kadar 

air dan menghentikan  reaksi  enzimatik

akan dicegah penurunan mutu atau perusakan

simplisia. Air yang masih tersisa dalam

simplisia pada kadar tertentu dapat

merupakan media pertumbuhan kapang dan

jasad renik lainnya.Enzim tertentu dalam

sel,masih dapat bekerja,menguraikan

senyawa aktif sesaat setelah sel mati dan

selama bahan simplisia tersebut masih

mengandung kadar air tertentu. Pada

tumbuhan yang masih hidup pertumbuhan

kapang dan reaksi enzimatik yang merusak

itu tidak terjadi karena adanya

keseimbangan antara proses-proses

metabolisme, yakni proses sintesis,

transformasi dan penggunaan isi sel.

Keseimbangan ini hilang segera setelah sel

tumbuhan mati. Sebelum tahun 1950, sebelum

bahan dikeringkan, terhadap bahan

simplisia tersebut lebih dahulu  dilakukan

proses stabilisasi yaitu proses untuk

menghentikan reaksi enzimatik. Cara yang

lazim dilakukan pada saat itu, merendam

bahan simplisia dengan etanol  70 % atau

dengan mengaliri uap panas. Dari hasil

penelitian selanjutnya diketahui bahwa

reaksi enzimatik tidak berlangsung  bila 

kadar  air  dalam  simplisia  kurang dari 

10%.

Pengeringan simplisia dilakukan dengan

menggunakan sinar matahari atau 

menggunakan suatu alat pengering. Hal-ha1

yang perlu diperhatikan selama proses

pengeringan adalah suhu pengeringan,

kelembaban udara, aliran udara, Waktu

pengeringan dan luas permukaan bahan. Pada

pengeringan bahan simplisia tidak 

dianjurkan rnenggunakan alat dari plastik.

Selama proses pengeringan bahan simplisia,

faktor-faktor tersebut harus diperhatikan

sehingga diperoleh simplisia kering yang

tidak mudah mengalami kerusakan selama

penyimpanan. Cara pengeringan yang salah

dapat mengakibatkan terjadinya "Face

hardening", yakni bagian luar bahan sudah

kering sedangkan bagian dalamnya masih

basah. Hal ini  dapat disebabkan oleh

irisan bahan simplisia yang terlalu tebal,

suhu pengeringan yang terlalu tinggi, atau

oleh suatu keadaan lain yang menyebabkan

penguapan air permukaan bahan jauh lebih

cepat daripada difusi air dari dalam ke

permukaan tersebut, sehingga permukaan

bahan menjadi keras dan menghambat

pengeringan selanjutnya. "Face hardening"

dapat mengakibatkan kerusakan atau

kebusukan di bagian dalarn bahan yang

dikeringkan.

Suhu pengeringan tergantung kepada

bahan simplisia dan cara pengeringannya.

Bahan simplisia dapat dikeringkan pada

suhu 300 sampai 90°C, tetapi suhu yang

terbaik adalah tidak melebihi 60°C. Bahan

simplisia yang mengandung senyawa aktif

yang tidak tahan panas atau mudah menguap

harus dikeringkan pada suhu serendah

mungkin, misalnya 300 sampai 450 C, atau

dengan cara pengeringan vakum yaitu dengan

mengurangi tekanan udara di dalam ruang

atau lemari pengeringan, sehingga tekanan

kira-kira 5 mm Hg. Kelembaban juga

tergantung pada bahan simplisia,cara

pengeringan, dan tahap tahap selama

pengeringan. Kelembaban akan menurun

selama berlangsungnya proses pengeringan.

Berbagai  cara pengeringan telah dikenal

dan digunakan orang. Pada dasarnya dikenal

dua cara pengeringan yaitu pengeringan

secara alamiah dan buatan.

Pengeringan Alamiah

Tergantung dari senyawa aktif yang

dikandung dalam bagian tanaman yang

dikeringkan, dapat dilakukan dua cara

pengeringan :

Dengan panas sinar matahari langsung.

Cara ini dilakitkan untuk mengeringkan

bagian tanaman yang relatif keras

seperti kayu, kulit kayu, biji  dan

sebagainya, dan rnengandung senyawa

aktif yang relatif stabil. Pengeringan

dengan sinar matahari yang banyak

dipraktekkan di Indonesia merupakan

suatu cara yang mudah dan murah, yang

dilakukan dengan cara  membiarkan

bagian yang telah dipotong-potong di

udara  terbuka di atas  tampah-tampah

tanpa kondisi yang terkontrol sepertl

suhu, kelembaban dan aliran udara.

Dengan cara ini kecepatan pengeringan

sangat tergantung kepada keadaan

iklim, sehingga cara ini hanya baik

dilakukan di daerah  yang udaranya

panas atau kelembabannya rendah, serta

tidak turun hujan. Hujan atau cuaca

yang mendung dapat memperpanjang waktu

pengeringan sehingga memberi

kesempatan pada kapang atau mikroba

lainnya untuk tumbuh sebelum simplisia

tersebut kering. F'IDC (Food

Technology  Development Center IPB)

telah merancang dan membuat suatu alat

pengering dengan menggunakan sinar

matahari, sinar matahari tersebut

ditampung pada permukaan yang gelap

dengan sudut kemiringan tertentu.

Panas ini kemudian dialirkan keatas

rak-rak pengering yang diberi atap 

tembus cahaya di atasnya sehingga

rnencegah bahan menjadi basah jika

tiba-tiba turun hujan. Alat ini telah

digunakan untuk mengeringkan singkong

yang  telah dirajang dengan demikian

dapat pula digunakan untuk

mengeringkan  simplisia.

Dengan diangin-anginkan dan tidak

dipanaskan dengan sinar matahari

langsung. Cara ini terutama digunakan

untuk mengeringkan bagian tanaman 

yang lunak seperti bunga, daun, dan

sebagainya dan mengandung senyawa

aktif mudah menguap.

Pengeringan Buatan

Kerugian yang mungkin terjadi jika

melakukan pengeringan dengan sinar

matahari dapat diatasi jika melakukan

pengeringan buatan, yaitu dengan

menggunakan suatu alat atau mesin

pengering yang suhu kelembaban, tekanan

dan aliran udaranya dapat diatur.

Prinsip pengeringan buatan adalah

sebagai berikut:  “udara dipanaskan oleh

suatu sumber panas seperti lampu,

kompor, mesin disel  atau listrik, udara

panas dialirkan dengan kipas ke dalam

ruangan atau lemari yang berisi bahan

yang akan dikeringkan yang telah

disebarkan di atas rak-rak pengering”.

Dengan prinsip ini dapat diciptakan

suatu alat pengering yang sederhana,

praktis dan murah dengan hasil yang

cukup baik.

Dengan menggunakan pengeringan

buatan dapat diperoleh simplisia dengan 

mutu yang lebih baik karena pengeringan

akan lebih merata dan waktu  pengeringan

akan lebih cepat, tanpa dipengaruhi oleh

keadaan cuaca. Sebagai contoh misalnya

jika kita membutuhkan waktu 2 sampai 3

hari untuk penjemuran  dengan sinar

matahari sehingga diperoleh simplisia

kering dengan kadar air 10% sampai 12%,

dengan menggunakan suatu alat pengering

dapat diperoleh simplisia  dengan kadar

air yang sama dalam waktu 6 sampai 8 

jam.

Daya  tahan suatu simplisia selama

penyimpanan sangat tergantung pada

jenis  simplisia, kadar airnya dan cara

penyimpanannya. Beberapa simplisia yang

dapat  tahan lama dalam penyimpanan jika

kadar airnya diturunkan 4 sampai 8%,

sedangkan simplisia lainnya rnungkin

masih dapat tahan selama penyimpanan

dengan kadar air 10 sampai 12%.

f. Sortasi Kering

Sortasi setelah pengeringan sebenarnya

merupakan tahap akhir pembuatan 

simplisia. Tujuan sortasi untuk memisahkan

benda-benda asing seperti bagian-bagian 

tanaman yang tidak diinginkan dan

pengotoran-pengotoran lain yang masill ada

dan  tertinggal pada sirnplisia kering.

Proses ini dilakukan sebelum sirnplisia

dibungkus untuk  kernudian disimpan.

Seperti halnya pada sortasi awal, sortasi

disini dapat dilakukan dengan  atau secara

mekanik. Pada simplisia bentuk rimpang

sering jurnlah akar yang melekat pada

rimpang terlampau besar dan harus dibuang.

Demikian pula adanya partikel-partikel

pasir,  besi dan benda-benda tanah lain

yang tertinggal harus dibuang sebelum

simplisia dibungkus.

g. Penyimpanan dan Pengepakan

Simplisia dapat rusak, mundur atau

berubah mutunya karena berbagai faktor

luar dan dalam, antara lain :

Cahaya

Sinar dari panjang gelombang

tertentu dapat menimbulkan  perubahan

kimia pada simplisia, misalnya

isomerisasi,  polimerisasi, rasemisasi

dan sebagainya.

Oksigen Udara

Senyawa tertentu dalam simplisia

dapat mengalami perubahan kimiawi oleh

pengaruh oksigen udara terjadi  oksidasi

dan perubahan ini dapat berpengaruh pada

bentuk  simplisia, misalnya, yang semula

cair dapat berubah menjadi kental atau

padat, berbutir-butir dan sebagainya.

Reaksi Kimia Intern

Perubahan kimiawi dalam simplisia yang

dapat  disebabkan oleh reaksi kimia

intern, misalnya oleh enzim, 

polimerisasi, oto-oksidasi dan

sebagainya.

Dehidrasi

Apabila kelembaban luar lebih rendah

dari simplisia, maka  simplisia secara

perlahan-lahan akan kehilangan sebagian 

airnya sehingga rnakin lama makin

mengecil (kisut).

Penyerapan Air

Simplisia yang higroskopik, misalnya

agar-agar, bila  disimpan dalam wadah

yang terbuka akan  menyerap lengas 

udara sehingga menjadi kempal basah atau

mencair.

Pengotoran

Pengotoran pada simplisia dapat

disebabkan oleh berbagai  sumber,

misalnya debu atau pasir, ekskresi

hewan, bahan-bahan asing (misalnya

minyak yang tertumpah) dan fragmen wadah

(karung goni).

Serangga

Serangga dapat menitnbulkan

kerusakan dan pengotoran pada simplisia,

baik oleh bentuk ulatnya maupin oleh

bentuk  dewasanya. Pengotoran tidak

hanya berupa kotoran serangga, tetapi

juga sisa-sisa metamorfosa seperti

cangkang telur, bekas kepompong, anyaman

benang bungkus kepompong, bekas kulit

serangga dan sebagainya.

Kapang

Bila kadar air dalam simplisia

terlalu tinggi, maka simplisia  dapat

berkapang. Kerusakan yang timbul tidak

hanya terbatas pada jaringan simplisia,

tetapi juga akan merusak  susunan kimia

zat yang dikandung dan malahan dari 

kapangnya dapat mengeluarkan toksin yang

dapat mengganggu kesehatan.

Selama penyimpanan kemungkinan bisa

terjadi kerusakan pada simplisia,

kerusakan tersebut dapat mengakibatkan

kemunduran mutu, sehingga simplisia yang

bersangkutan tidak lagi memenuhi

persyaratan. Oleh karena itu, pada

penyimpanan simplisia perlu diperhatikan

hal yang dapat menyebabkan kerusakan pada

simplisia, yaitu cara pengepakan,

pembungkusan dan pewadahan, persyaratan

gudang simplisia, cara sortasi dan

pemeriksaan mutu serta cara pengawetannya.

Penyebab utama pada kerusakan simplisia

yang utama adalah air dan kelembaban.

Untuk dapat disimpan dalam waktu lama,

simplisia harus dikeringkan terlebih

dahulu sampi kering, sehingga kandungan

airnya tidak lagi dapat menyebabkan

kerusakan pada simplisia.

Cara menyimpan simplisia dalam wadah

yang kurang sesuai memungkinkan terjadinya

kerusakan pada simplisia karena dimakan

kutu atau ngengat yang temasuk golongan

hewan serangga atau insekta. Berbagai

jenis serangga yang dapat menimbulkan

kerusakan pada hampir semua jenis

simplisia yang berasal dari tumbuhan dan

hewan, biasanya jenis serangga tertentu

merusak jenis simplisia tertentu pula.

Kerusakan pada penyimpanan simplisia yang

perlu mendapatkan perhatian juga ialah

kerusakan yang ditimbulkan oleh hewan

pengerat seperti tikus.

Cara pengemasan simplisia tergantung

pada jenis simplisia dan tujuan penggunaan

pengemasan. Bahan dan bentuk pengemasannya

harus sesuai, dapat melindungi dari

kemungkinan kerusakan simplisia dan dengan

memperhatikan segi pemanfaatan ruang untuk

keperluan pengangkutan maupun

penyimpanannya.

Wadah harus bersifat tidak beracun dan

tidak bereaksi(inert) dengan isinya

sehingga tidak menyebabkan terjadinya

reaksi serta penyimpangan rasa, warna, bau

dan sebagainya pada simplisia. Selain itu

wadah harus melindungi simplisia dari

cemaran mikroba, kotoran, serangga serta

mempertahankan senyawa aktif yang mudah

menguap atau mencegah pengaruh sinar,

masuknya uap air dan gas-gas lainnya yang

dapat menurunkan mutu simplisia. Untuk

simplisia yang tidak tahan terhadap sinar,

misalnya yang banyak mengandung vitamin,

pigmen atau minyak, diperlukan wadah yang

melindungi simplisa terhadap cahaya,

misalnya aluminium foil, plastic atau

botol yang berwarna gelap, kaleng dan lain

sebagainya.

Bungkus yang paling lazim digunakan

untuk simplisia adalah karung goni. Sering

juga digunakan karung atau kantong

plastik, peti atau drum dari kayu atau

karton. Beberapa jenis simplisia terutaman

yang berbentuk cairan dikemas dalam botol

atau guci porselen. Simplisia yang berasal

dari akar, rimpang, umbi, kulit akar,

kulit batang, kayu, daun, herba, buah,

biji dan bunga sebaiknya dikemas pada

karung plastik. Simplisia dari daun atau

herba umumnya dimampatkan terlebih dahulu

dalam bentuk yang padat dan mampat,

dibungkus dalam karung plastik dan

dijahit. Untuk keperluan perdagangan  dan

ekspor simplisia dalam bungkus plastik

tersebut berbobot antara 50 sampai 125 kg

tiap bal.

Simplisia yang mudah menyerap air,

udara perlu dibungkus rapat untuk mencegah

terjadinya penyerapan kelembaban tersebut.

Sesudah dikeringkan sampai cukup kering di

bungkus dengan karung atau kantong

plastic, dalam peti drum atau kaleng besi

berlapis. Pada penyimpanannya, simplisia

tersebut dimasukkan dalam wada yang

tertutup rapat dan seringkali perlu diberi

kapur tohor sebagai bahan pengering.

Gom dan damar dikemas dalam wadah

drum, peti yang terbuat dari karton, kayu

atau besi berlapis sedangkan simplisia

aroma atau baunya perlu dipertahankan,

harus dikemas dalam peti kayu berlapis

timah.

Kaleng atau aluminium dapat digunakan

sebagai wadah untuk simplisia kering

terutama jika diperlukan penutupan secara

vakum. Akan tetapi kaleng dan bahan

aluminium bersifat korosif dan mudah

bereaksi dengan bahan yang disimpan di

dalamnya, sehingga kaleng atau aluminium

biasanya harus diberi lapisan khusus

misalnya lapisan oleoresin, vinil, malam

ataupun bahan yang lainnya. Sifat wadah

gelas yang mengguntungkan adalah tidak

beraksi, tetapi penggunaan wadah gelas

terbatas, karena gelas mudah pecah dan

berat, sehingga menyulitkan dalam

pengangkutan. Kertas dan karton tidak

dapat digunakan sebagai pembungkus

simplisia secara sempurna oleh karena itu,

biasanya bahan pembungkus kertas perlu

dilapis lagi dengan lilin, damar, atau

plastik untuk mencegah keluar masuknya gas

dan uap air. Plastik biasanya digunakan

untuk membungkus simplisia kering, tetapi

penggunaan plastik tidak tahan panas dan

mudah menguap. Sekarang ini, aluminium

foil mulai banyak digunakan karena

sifatnya mengguntungkan, diantaranya mudah

dilipat, ringan serta dapat mencegah

keluar masuknya air dan zat-zat yang mudah

menguap lainnya.

Penyimpanan simplisia kering, biasanya

dilakukan pada suhu kamar (15 sampai 30 ,

tetapi dapat pula dilakukan ditempat sejuk

(5  sampai 15 ), atau tempat dingin

(0  sampai 5 ), tergantung dari sifat dan

ketahanan simplisia tersebut. Kelemaban

udara di ruang penyimpanan simplisia

kering, sebaiknya diusahakan serendah

mungkin untuk mencegah terjadinya

penyerapan uap air. Di Indonesia daun

tembakau dikemas dalam keranjang bambu

yang bagian dalamnya diberi lapisan

pelepah daun pisang yang telah

dikeringkan.

Simplisia harus disimpan didalam

ruangan penyimpanan khusus atau dalam

gudang simplisia, terpisah dari tempat

penyimpanan bahan lainnya maupun alat-

alat. Gudang simplisia harus mempunyai

bentuk dan ukuran yang sesuai dengan

fungsinya, dibuat dengan konstruksi

permanen yang cukup kuat dan dipelihara

dengan baik. Gudang harus mempunyai

ventilasi udara yang cukup baik dan bebas

dari kebocoran dan kemungkinan kemasukan

air hujan. Perlu dilakukan pencegahan

kemungkinan kerusakan simplisia yang

ditimbulkan oleh hewan, baik serangga

maupun tikus yang sering memakan simplisia

yang disimpan. Untuk mencegah tertariknya

serangga pemakan simplisia ataupun lalat

dan nyamuk, gudang harus bersih dan bebas

dari sampah. Untuk mencegah masuknya tikus

ke dalam gudang simplisia, sedapat mungkun

lubang ventilasi, lubang-lubang saluran

air dan lubang-lubang lainnya diberi tutup

yang sesuai seperti kasa kawat atau yang

lainnya.

Cara penyimpanan simplisia dalam

gudang harus diatur sedemikian rupa,

sehingga tidak menyulitkan pemasukan dan

pengeluaran bahan simplisia yang disimpan.

Untuk simplisia yang sejenis, harus

diberlakukan prinsip “ pertama masuk,

pertama keluar ”, untuk itu perlu

dilakukan administrasi pergudangan yang

teratur dan rapi. Semua simplisia dalam

bungkus atau wadahnya masing-masing harus

diberi label dan dicantumkan nama jenis,

asal bahan, tanggal penerimaan, dan

pemasukan dalam gudang. Dalam jangka waktu

tertentu dilakukan pemeriksaan gudang

secara umum, dilakukan pengecekkan dan

pengujian mutu terhadap semua simplisia

yang dipandang perlu. Simplisia yang

setelah diperiksa ternyata tidak lagi

memenuhi syarat yang ditentukan misalnya

tumbuh kapang, dimakan serangga, berubah

warna, berubah bau dan lain sebagainya

dikeluarkan dari gudang dan dibuang.

B. Metodologi dan Parameter Standarisasi Simplisia

Ada tiga Parameter standarisasi simplisia

sebagai bahan baku yang diperlukan dalam analisa

mutu siplisia , yaitu :

1. Pengujian Pendahuluan (Kebenaran Simplisia)

a. Uji Organoleptis

Dilakukan dengan tujuan untuk

mengetahui kekhususan bau dan rasa

simplisia yang diuji.

b. Uji Makroskopik

Dilakukan dengan menggunakan kaca

pembesar atau tanpa alat, untuk mencari

kekhususan morfologi, ukuran dan warna

simplisia yang diuji.

c. Uji Mikroskopik

Dilakukan dengan menggunakan mikroskop

yang derajat pembesarannya disesuaikan

dengan keperluan. Simplisia yang diuji

dapat berupa sayatan maupun serbuk.

Tujuannya adalah untuk mencari unsur-unsur

anatomi jaringan yang khas. Dari pengujian

ini akan diketahui jenis simplisia

berdasarkan fragmen pengenal yang spesifik

bagi masing-masing simplisia. Serbuk yang

diperiksa adalah serbuk yang homogen dengan

derajat kehalusan 4/18 yang dipersyaratkan

oleh MMI. Ada 4 cara pengamatan menggunakan

mikroskop yaitu :

Mikroskopik 1

Menggunakan medium air atau gliserin.

Digunakan untuk mendeteksi hablur lepas,

butir pati, butir tepung sari, serabut,

sel batu, rambut penutup, rambut kelenjar

lepas serta beberapa jenis jaringan khas

lainnya.

Mikroskopik 2

Serbuk terlebih dahulu dididihkan

dalam larutan kloral hidra. Butir pati

akan larut akan larut dan jaringan yang

berisi klorofil menjadi jernih sehingga

pengamatan dapat lebih jelas. Akan tampak

sel-sel epidermis , mesofil, rongga

minyak, parenkim, hablur, sistolit dll.

Mikroskopik 3

Diakukan pewarnaan terhadap serbuk.

Sebaiknya dilakukan setelah serbuk

dijernihkan dengan chloral hidrat,

namun dalam hal-hal tertentu boleh

langsung menambahkan pereaksi tanpa

didahului penjernihan jaringan.

Pereaksi yang biasa digunakan misalnya

floroglusin-asam klorida akan

menimbulkan warna merah pada sel yang

berisi lignin ( sel batu, serabut dan

xilem ).

Mikroskopik 4

Dilakukan terhadap serbuk yang telah

diabukan. Uji ini khusus ditujukan untuk

mendeteksi ada tidaknya kerangka silika

pada tanaman yang banyak mengandung

silika seperti familia Poaceae /

Gramineae dan Equisetaceae.

2. Parameter Non Spesifik

a. Penetapan Kadar Air (MMI)

Kandungan air yang berlebihan pada

bahan / sediaan obat tradisional akan

mempercepat pertumbuhan mikroba dan juga

dapat mempermudah terjadinya hidrolisa

terhadap kandungan kimianya sehingga dapat

mengakibatkan penurunan mutu dari obat

tradisional. Oleh karena itu batas

kandungan air pada suatu simplisia

sebaiknya dicantumkan dalam suatu uraian

yang menyangkut persyaratan dari suatu

simplisia.

Tujuan dari penetapan kadar air adalah

utuk mengetahui batasan maksimal atau

rentang tentang besarnya kandungan air

dalam bahan. Hal ini terkait dengan

kemurnian dan adanya kontaminan dalam

simplisia tersebut. Dengan demikian,

penghilangan kadar air hingga jumlah

tertentu berguna untuk memperpanjang daya

tahan bahan selama penyimpanan. Simplisia

dinilai cukup aman bila mempunyai kadar

air kurang dari 10%. Penetapan kadar air

dapat dilakukan dengan 3 cara yaitu :

Metode Titrimetri

Metode ini berdasarkan atas reaksi

secara kuantitatif air dengan larutan

anhidrat belerang dioksida dan iodium

dengan adanya dapar yang bereaksi dengan

ion hydrogen. Kelemahan metode ini

adalah stoikiometri reaksi tidak tepat

dan reprodusibilitas bergantung pada

beberapa faktor seperti kadar relatif

komponen pereaksi, sifat pelarut inert

yang digunakan untuk melarutkan zat dan

teknik yang digunakan pada penetapan

tertentu. Metode ini juga perlu

pengamatan titik akhir titrasi yang

bersifat relatif dan diperlukan sistem

yang terbebas dari kelembaban udara

( Anonim, 1995 ).

Zat yang akan diperiksa dimasukkan

kedalam labu melalui pipa pengalir

nitrogen atau melalui pipa samping yang

dapat disumbat. Pengadukan dilakukan

dengan mengalirkan gas nitrogen yang

telah dikeringkan atau dengan pengaduk

magnit. Penunjuk titik akhir terdiri

dari batere kering 1,5 volt atau 2 volt

yang dihubungkan dengan tahanan variable

lebih kurang 2.000 ohm. Tahanan diatur

sedemikian sehingga arus utama yang

cocok yang melalui elektroda platina

berhubungan secara seri dengan

mikroammeter. Setiap kali penambahan

pereaksi Karl Fishcer, penunjuk

mikroammeter akan menyimpang tetapi

segera kembali ke kedudukan semula. Pada

titik akhir, penyimpangan akan tetap

selama waktu yang lebih lama. Pada zat-

zat yang melepaskan air secara perlahan-

lahan, umumnya dilakukan titrasi tidak

langsung.

Metode Azeotropi (Destilasi Toulena)

Metode ini efektif untuk penetapan

kadar air karena terjadi penyulingan

berulang ulang kali di dalam labu dan

menggunakan pendingin balik untuk

mencegah adanya penguapan berlebih.

Sistem yang digunakan tertutup dan tidak

dipengaruhi oleh kelembaban ( Anonim,

1995 ).

Kadar air (V/B) =Vol.Airyangterukurbobotawalsimplisia

×100%

Metode Gravimetri

Dengan menghitung susut pngeringan

hingga tercapai bobot tetap ( Anonim,

1995 ).

b. Penetapan Susut Pengeringan (MMI)

Susut pngeringan adalah kadar bagian

yang menguap suatu zat.kecuali dinyatakan

lain , suhu peetapan adalah 105oC ,

keringkan pada suhu penetapan hingga bobot

tetap. Jika suhu lebur zat lebih rendah

dari suhu penetapan, pengeringan dilakukan

pada suhu antara 5oC dan 10oC dibawah suhu

leburnya selama 1 jam sampai 2 jam,

kemudian pada suhu penetapan selama waktu

yang ditentukan atau hingga bobot tetap.

Susut pengeringan = (bobot awal –

bobot akhir) / bobot awal x 100% Untuk

simplisia yang tidak mengandung minyak

atsiridan sisa pelarut organik menguap,

susut pengeringan diidentikkan dengan

kadar air, yaitu kandungan air karena

simplisia berada di atmoster dan ligkungan

terbuka sehingga dipengaruhi oleh

kelembaban lingkungan penyimpanan.

c. Penetapan Kadar Abu (MMI)

Penetapan kadar abu merupakan cara

untuk mengetahui sisa yang tidak menguap

dari suatu simplisia pada pembakaran. Pada

penetapan kadar abu total, abu dapat

berasal dari bagian jaringan tanaman

sendiri atau dari pengotoran lain misalnya

pasir atau tanah.

d. Penetapan Kadar Abu yang Tidak Larut Dalam

Asam (MMI)

Ditujukan untuk mengetahui jumlah

pengotoran yang berasal dari pasir atau

tanah silikat.

e. Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam Air

(MMI)

Pengujian ini dimaksutkan untuk

mengetahui jumlah senyawa yang dapat

tersari dengan air dari suatu simplisia.

f. Penetapan Kadar Sari yang Larut Dalam

Etanol

Pengujian ini dimaksutkan untuk

mengetahui jumlah senyawa yang dapat

tersari dengan etanol dari suatu

simplisia.

g. Uji Cemaran Mikroba

Uji Aflatoksin

Uji ini bertujuan untuk mengetahui

cemaran aflatoksin yang dihasilkan oleh

jamur Aspergillus flavus.

Uji Angka Lempeng Total

Untuk mengetahui jumlah

mikroba/bakteri dalam sample. Batasan

angka lempengan total yang ditetapkan

oleh Kementrian Kesehatan yaitu 10oC

FU/gram.

Uji Angka Kapang

Untuk mengetahui adanya cemaran

kapang, batasan angka lempeng total yang

ditetapkan oleh Kemenkes yaitu

104 CFU/gram.

3. Parameter Spesifik

Parameter ini digunakan untuk mengetahui

identitas kimia dari simplisia. Uji kandungan

kimia simplisia digunakan untuk menetapkan

kandungan senyawa tertentu dari simplisia.

Biasanya dilakukan dengan analisa

kromatografi lapis tipis (KLT). Sebelum

dilakukan KLT perlu dilakukan preparasi

dengan penyarian senyawa kimia aktif dari

simplisia yang masih kasar.

1. Daun Jambu Biji (Psidi Folium)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh)

Super Divisi: Spermatophyta (Menghasilkan biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /

dikotil)

Sub Kelas : Rosidae

Ordo : Myrtales

Famili : Myrtaceae (suku jambu-jambuan)

Genus : Psidium

Spesies : Psidium guajava L.

Kandungan : Flavonoid, saponin, tanin, dan

alkaloid

Khasiat : Antidiare, antiinflamasi,

antimutagenik, diabetik,

analgesik

Tumbuhan ini berbentuk pohon, Batang jelas

terlihat, berkayu (lignosus), silindris,

permukaanya licin dan terlihat lepasnya kerak

(bagian kulit yang mati), batang berwarna

coklat muda, percabangan dikotom. Arah tumbuh

cabang condong keatas dan ada pula yang

mendatar. Jambu biji memiliki cabang sirung

pendek (virgula atau virgula sucre scens) yaitu

cabang-cabang kecil dengan ruas-ruas yang

pendek.

Daun jambu biji tergolong daun tidak

lengkap karena hanya terdiri dari tangkai

(petiolus) dan helaian (lamina) saja disebut daun

bertangkai. Dilihat dari letak bagian

terlebarnya jambu biji bagian terlebar daunya

berada ditengah-tengah dan memiliki bangun

jorong karena perbandingan panjang : lebarnya

adalah 1½ - 2 : 1 (13-15 : 5,6-6cm).

Daun jambu biji memiliki tulang daun yang

menyirip (penninervis) yang mana daun ini

memiliki satu ibu tulang yang berjalan dari

pangkal ke ujung dan merupakan terusan tangkai

daun dari ibu tulang kesamping, keluar tulang-

tulang cabang, sehingga susunannya mengingatkan

kita kepada susunan sirip-sirip pada ikan.

Jambu biji memiliki ujung daun yang tumpul.

Pangkal daun membulat (rotundatus), ujung daun

tumpul (obtusus). Jambu biji memiliki tepi daun

yang rata (integer), daging daun (intervinium)

seperti perkamen (perkamenteus). Pada umumnya

warna daun pada sisi atas tampak lebih hijau

licin jika di bandingkan dengan sisi bawah

karena lapisan atas lebih hijau, jambu biji

memiliki permukaan daun yang berkerut

(rogosus). Tangkai daun berbentuk silindris dan

tidak menebal pada bagian pangkalnya.

Morfologi Daun

Daun merupakan suatu bagian yang penting, yang

berfungsi sebagai alat pengambilan zat – zat

makanan (reabsorbsi), asimilasi transpirasi dan

respirasi. Daun jambu biji tergolong daun tidak

lengkap karena hanya terdiri dari tangkai dan

helaian saja disebut daun bertangkai.

Sifat – sifat daun yang di miliki oleh jambu

adalah sebagai berikut :

1. Bangun daun (Circumscription). Dilihat dari

letak bagian terlebarnya jambu biji bagian

terlebar daunya berada ditengah – tengah dan

memiliki bangun jorong karena perbandingan

panjang : lebarnya adalah ½ – 2 : 1.

2. Ujung (epex). Jambu biji memiliki ujung yang

tumpul tepi daun yang semula masih agak jauh

dari ibu tulang, cepat menuju kesuatu titik

pertemuan membentuk sudut 900.

3. Pangkal (basis folii). Karena tepi daunnya

tidak pernah bertemu, tetapi terpisah oleh

pangkal ibu tulang / ujung tangkai daun,

maka pangkal dari daun jambu biji ini,

adalah tumpul (obtusus).

4. Susunan tulang – tulang daun (nervation atau

vanation). Daun jambu biji memiliki

pertumbuhan daun yang menyirip (penninervis)

yang mana daun ini memiliki satu ibu tulang

yang berjalan dari pangkal ke ujung dan

merupakan terusan tangkai daun dari ibu

tulang kesamping, keluar tulang – tulang

cabang, sehingga susunannya mengingatkan

kita kepada susunan sirip – sirip pada ikan.

5. Tepi daun (margo). Jambu biji memiliki tepi

daun yang rata (integer)

6. Daging daun (intervinium)

Anatomi Daun

Epidermis atas : terdiri dari 1 lapis sel,

pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal,

dinding antiklinal lurus, tidak terdapat

stomata. Epidermis bawah : sel lebih kecil,

pipih, terentang tangensial, bentuk poligonal,

dinding antiklinal lurus. Stomata: Tipe

anomositik, banyak terdapat pada permukaan

bawah. Rambut penutup : Terdapat pada kedua

permukaan, lebih banyak pada permukaan bawah,

bentuk kerucut ramping yang umumnya agak

bengkok, terdiri dari 1 sel, berdinding tebal,

jernih, panjang rambut 150 µm, pangkal rambut

kadang-kadang agak membengkok, lumen kadang-

kadang mengandung zat berwarna kuning

kecoklatan. Jaringan air : Terdapat di bawah

epidermis atas, terdiri dari 2 sampai 3 lapis

sel yang besar, jernih dan tersusun rapat tanpa

ruang antar sel. Idioblas : terdapat di

beberapa tempat, berisi hablur kalsium oksalat

berbentuk roset yang besar dan bentuk prisma.

Kelenjar minyak : Rongga minyak bentuk lisigen

besar, terdapat lebih banyak di bagian bawah

dari pada di bagian atas. Jaringan palisade :

Terdiri dari 5 sampai 6 lapis sel, terletak di

bawah jaringan air, 2 lapis sel yang pertama

lebih besar dan mengandung lebih banyak zat

hijau daun, lapisan-lapisan berikutnya berongga

lebih banyak.

Kandungan Kimia

Kandungan senyawa kimia pada daun tersebut

meliputi alkohol, aldehida, hidrokarbon

alifatik, alkohol aromatik, kadalena,

kalsium, karbohidrat, beta kariofilena,

kasuarinin, klorofil A, klorofil B, sineol,

tanin terkondensasi, asam krategolat, asam 2-

alfa-3-beta-dihidroksi-olean-12en28-oat, asam

2-alfa-3 beta-dihidroksiurs- 12en28-oat, minyak

atsiri, galiotanin, 4-gentiobiosida asam

elagat, guajaverin, asam guajavolat, guavin A,

guavin B, guavin C, guavin D, tanin yang dapat

terhidrolisis, asam 2-alfa-hidroksi ursolat,

unsur anorganik, isostriktinin, leukosianidin,

limonena, D-limonena, DLlimonena, lutein, asam

mastinat, monoterpenoid, neo-beta-karotena U,

nerolidol, asam oleanolat, asam oksalat,

pedunkulagin, pigmen, kalium, asam psidiolat,

kuersetin, sesquiguavaena, sesquiterpenoid,

beta-sitosterol, stakiurin, striknin,

telimagrandin I, triterpenoid,  asam ursolat

(Soegijanto, 2010: 9).

Khasiat Daun Jambu Biji

Adapun khasiat dari daun jambu biji seperti,

sebagai deodorant alami, mengobati penyakit

diare, sariawan, luka dan borok, ambeien,

mengusir kembung, dan sebagai antimikroba.

2. Herba Tapak Dara (Catharanthus Herba)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (berpembuluh)

Superdivisio : Spermatophyta (menghasilkan

biji)

Divisio : Magnoliophyta (berbunga)

Kelas : Magnoliopsida (berkeping dua /

dikotil

Sub-kelas : Asteridae

Ordo : Gentianales

Familia : Apocynaceae

Genus : Catharanthus

Spesies : Catharanthus roseus (L.) G. Don

Kandungan : Vinblastin, vinristin, vindolin.

Khasiat : Antikanker, antihipertensi,

diuretik, diabetes,

Menetralkan racun.

Tumbuhan ini berasal dari Amerika Tengah,

umumnya ditanam sebagai tanaman hias. Tapak

dara bias tumbuh di tempat terbuka atau

terlindung pada bermacam-macam iklim, ditemukan

dari dataran rendah sampai ketinggian 800 m

dpl.

Terna atau semak, menahun, tumbuh tegak,

tinggi mencapai 120 cm, banyak bercabang.

Batang bulat, bagian pangkal berkayu, berambut

halus. Warnanya merah tengguli. Daun tunggal,

agak tebal, bertangkai pendek,berhadapan

bersilang. Helai daun elips, ujung runcing,

pangkal meruncing, tepi rata, pertulangan

menyirip, kedua permukaan daun mengkilap, dan

berambut halus. Perbungaan majemuk, keluar dari

ujung tangkai dan ketiak daun 5 helai, mahkota

bunga berbentuk terompet, warnanya ada yang

putih, merah muda, atau putih dengan bercak

merah di tengahnya. Buahnya buah bumbung

berbulu, menggantung, berisi banyak biji

berwarna hitam. Perbanyakan dengan biji, setek

bataang, atau akar.

Morfologi Tapak Dara

Tinggi tanaman bisa mencapai 0,2-1 meter.

Memiliki batang yang berbentuk bulat dengan

diameter berukuran kecil,berkayu, beruas, dan

bercabang serta berambut. Daunnya berbentuk

bulat telur, berwarna hijau, tersusun menyirip

berselingan dan diklasifikasikan berdaun

tunggal. Panjang daun sekitar 2-6 cm, lebar 1-3

cm, dan tangkai daunnya sangat pendek.

Bunganya aksial (muncul dari ketiak daun).

Kelopak bunga kecil, berbentuk paku. Mahkota

bunga berbentuk terompet dengan permukaan

berbulu halus, ujungnya melebar, berwarna

putih, biru, merah jambu atau ungutergantung

kultivarnya. Buahnya berbentuk silinder, ujung

lancip, berambut, panjang sekitar 1,5 – 2,5 cm,

dan memiliki banyak biji.

Ciri-Ciri Tapak Dara

Tapak dara merupakan tanaman herba/semak

yang tegak, hidup lama, tinggi 0,2-0,8 m dan

mengandung getah. Batangnya mengandung getah

berwarna putih susu, berbentuk bulat dengan

diameter berukuran kecil, berkayu, beruas,

bercabang, dan berambut sangat lebat. Daun

bersusun berhadapan, bertangkai pendek,

memanjang bulat telur dengan pangkal serupa

baji dan ujung tumpul panjang 2 – 6 cm, lebar 1

– 3 cm, dan tangkai daunnya sangat pendek.

Bunganya muncul dari ketiak daun. Kelopak bunga

kecil, berbentuk paku. Mahkota bunga berbentuk

terompet, dan ujungnya melebar. Tepi bunga

datar, terdiri dari taju bunga berbentuk bulat

telur, dan ujungnya runcing menutup ke kiri.

berbunga sepanjang tahun, berbentuk tubular,

panjang 1,5-4 cm, lebar 5 cm memiliki 5 mahkota

kecil. Bunga berwarna violet, merah rosa, putih

(var. albus), putih dengan bintik merah (var.

ocellatus), ungu, kuning pucat. Buahnya

berbentuk silindris, ujung lancip, berbulu,

panjang sekitar dengan panjang folikel 1-4 cm

hijau dan berbiji banyak tanpa rambut gombak.

Bijinya mempunyai panjang 1-2mm berbentuk

persegi panjang, hitam, kotiledon datar,

endosperm kecil. Panjang akar dapat mencapai 70

cm.

Kandungan Herba Tapak Dara

Herba mengandung lebih dari 70 macam alkaloid,

termasuk 28 biindole alkaloid. Komponen

antikanker, yaitu alkaloid seperti

vincaleukoblastine (vinblastin = VLB),

leurosidin dan katarantin, Alkalod yang

berkhasiat hipoglikemik (menurunkan kadar gula

darah) antara lain leurosin, katarantin,

lochneri, tetrahidroalstonin, vindolin dan

vindolinin. Sedangkan akar tapak dara

mengandung alkaloid, saponin, flafonoid dan

tanin.

Khasiat Herba Tapak Dara

Herba sedikit pahit rasanya, sejuk, agak

beracun (toksik), masuk meridian hati.

Berkhasiat sebagai anti kanker

(antineoplastik), menenangkan hati, peluruh

kencing (diuretic), menurunkan tekanan darah

(hipotensif), penenang (sedative), menyejukkan

darah, penghenti perdarahan (hemostatis), serta

menghilangkan panas dan racun. Sedangkan akar

tapak dara berkhasiat sebagai peluruh haid.

3. Selasih (Ocimum basilicum)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisio : Magnoliophyta 

Class : Magnoliopsida 

Ordo : Lamiales

Famili : Lamiaceae 

Genus : Ocimum 

Species : Ocimum basilicum

Kandungan : Eugenol, linalool, dan geraniol

Khasiat : Antifungi, antireppelant,

ekspektorant, dan

antikanker.

Tanaman selasih merupakan tanaman semusim,

tegak, banyak bercabang dibagian atas, berbau

harum, tinggi 50 – 80 cm dengan batang berwarna

coklat bersegi empat. Daun letaknya berhadapan

dan berdaun tunggal, bertangkai yang panjangnya

0,5 – 2 cm, helai daun bulat telur sampai

memanjang, ujung runcing, permukaan daun

berambut halus dengan bintik-bintik kelenjar,

tulang daun menyirip. Bunganya berwarna putih

atau lembayung, tersusun dalam tandan yang

panjangnya    5 – 30 cm yang keluar dari ujung

percabangan. Biji keras warnanya coklat tua,

bila dimasukan ke dalam air akan mengembang

seperti selai (Wijayakusumah. 1996)

Morfologi Selasih

Merupakan herba tegak, sangat harum, tinggi

0,6-1,6 m. Batang cokelat, segi empat. Daun

tunggal berhadapan, bertangkai, panjang 0,5-2

cm, bulat telur, ujung dan pangkal agak

meruncing, permukaan daun agak halus dan

bintil-bintik kelenjar, tulang daun menyirip,

tepi bergerigi, panjangnya 3,5-7,5 cm, lebar

1,5-2,5 cm, warna hijau tua. Bunga berwarna

putih atau lembayung, kelopak sisi luar

berambut, bulat telur terbalik dengan tepi

mengecil sepanjang tabung. Biji keras, cokelat

tua, bila dimasukkan dalam air akan

mengembang (Backer & van den Brink,

1965; Wijayakusuma   et al ., 1996) .

Tanaman selasih merupakan tanaman dikotil

yang tergolong tanaman yang melakukan

fotosintesis (Siklus Calvin). Pada siang hari

dengan mengubah RUBP dan CO2 dengan bantuan

enzim menjadi amilum yang akhirnya di salurkan

keseluruh tubuh tumbuhan melalui jaringan

floem. Untuk pemenuhan nutrisi kelebihannya

disimpan oleh tanaman sebagai pati yang juga

digunakan kembali untuk proses respirasi

tumbuhan.

Selasih merupakan tanaman herba tahunan

yang tumbuh rimbun. Selasih tumbuh di suatu

kawasan yang lapang seperti kawasan pertanian.

Bentuk batang selasih bulat dan bercabang

banyak, mempunyai tinggi 50 – 80 cmdan bentuk

daun adalah tunggal. Tumbuhan ini mudah membiak

dari biji benih yang tersebar di sekitarnya.

Selasih mempunyai enam kuntum bunga,

megikuti urutan dari atas ke tengah. Kelopak

bunganya bewarna hijau keunguan dan bagian atas

bunganya bewarna putih atau merah jambu pucat.

Selasih mempunyai bau yang khas dan harum.

Selain juga dipenggil ruku – ruku atau ruku –

ruku hitam.

Jenis selasih yang sering di jumpai adalah

kemangi. Kemangi ada yang berdaun agak keriting

dan ada pula mempunyai daun yang agak kecil dan

sering di makan sebagai ulam.

Kandungan Selasih

Selasih mengandung eugenol, linalool, dan

geraniol yang dikenal sebagai zat penolak

serangga sehingga zat – zat tersebut juga

berfungsi sebagai pengusir nyamuk. Bau daun

selasih sangat tajam bahkan jika tercium agak

lama atau disimpan dalam ruangan dapat

menimbulkan rasa mual dan pusing. Selasih juga

mengandung alkoloid, flavonoid, terpenoid,

steroid, dan saponin.

Khasiat Selasih

Menurut penelitian selasih dapat berkhasiat

sebagai antifungi, antireppelant, ekspektorant,

dan antikanker.

Selain itu selasih juga dapat meningkatkan

pengeluarana bendalir badan melalui air kencin

karena bersifat diuretik, sifat analgesik yang

membantu menahan atau meredakan sakit kepala,

sakit gigi, sakit perut demam, sifat diaforetik

yang membantu pengeluaran keringat, menurunkan

kolesterol, membantu pencernaan, mengobati kram

usus dan melancarkan buang air besar.

4. Daun Keji Beling (Sericoclyx Folium)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae (Tumbuhan)

Subkingdom : Tracheobionta (Tumbuhan

berpembuluh)

Super Divisi : Spermatophyta (Menghasilkan

biji)

Divisi : Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)

Sub divisi : Dicotyledonae (Tumbuhan berkeping

dua)

Kelas : Magnoliopsida (Tumbuhan dikotil)

Sub kelas : Asteridae

Ordo : Scrophulariales

Bangsa : Solanales

Famili : Acanthaceae

Genus : Strobilanthes

Spesies : Strobilanthes crispus Bl.

Sinonim : Sericoclyx crispus L

Kandungan : Kalsium karbonat, kalium,

natrium, posfor.

Khasiat : Diuretika

Keji beling (Strobilanthes crispus)   adalah

tanaman terna yang biasa ditanam masyarakat

sebagai tanaman pagar, bisa tumbuh hampir

diseluruh wilayah Indonesia. Tanaman ini juga

sebagai tanaman herba liar hidup menahun yang

banyak manfaatnya bagi kesehatan dalam

penyembuhan beberapa penyakit.

Tanaman keji beling atau Strobilanthes

crispus mudah berkembang biak pada tanah subur,

agak terlindung dan di tempat terbuka. Tumbuhan

ini dapat hidup di daerah dengan kondisi

ekologis dengan syarat sebagai berikut.

Hidupnya di ketinggian tempat 1m – 1.000 m di

atas permukaan laut dengan curah hujan tahunan

2.500 mm – 4.000  mm/tahun, iklimnya bulan

basah (di atas 100 mm/bulan) 8 bulan – 9 bulan,

bulan kering (di bawah 60 mm/bulan) 3 bulan – 4

bulan, hidup di suhu   udara 200 C – 250 C dengan

kelembapan sedang, penyinaran sedang, tekstur

tanah pasir sampai liat, drainase sedang –

baik, kedalaman air tanah 25 cm dari permukaan

tanah, kedalaman perakaran 5 cm dari permukaan

tanah, kemasaman (pH) 5,5 – 7 dan kesuburan

sedang.

Morfologi Keji Beling

Berdasarkan morfologi tanaman, keji beling

dibagi menjadi bagian akar, batang, daun, dan

bunga. Akar keji beling berbentuk akar tunggang

dan serabut. Akar berwarna putih kekuningan.

Fungsi akar untuk memperkuat berdirinya tanaman

serta menyerap air dan unsur hara dari tanah.

Tanaman ini menyerupai rumput besar. Batang

berbentuk bulat, beruas dengan diameter 0,2-0,7

cm. Batang berkulit ungu, memiliki bintik-

bintik hijau pada saat masih muda, dan berubah

menjadi cokelat setelah tua. Daun berbentuk

bulat telur, pada bagian tepi bergerigi, serta

berbulu halus. Panjang helaian daun adalah 2-5

cm berwarna hijau. Tanaman keji beling berbunga

setelah dewasa. Bunga keluar pada waktu

tertentu.

Tanaman ini berasal dari Mandagaskar, telah

dikenal secara pasti untuk pertama kalinya oleh

Thomas Anderson (1832-1870) yang mengkelaskan

tumbuhan ini di bawah Spermatophyta (tumbuhan

berbunga, gymnospermae)

Keji beling memiliki batang beruas, bentuk

batangnya bulat dengan diameter antara 0,12 -

0,7 cm, berbulu kasar, percabangan monopodial.

Kulit batang berwarna ungu dengan bintik-bintik

hijau pada waktu muda dan berubah jadi coklat

setelah tua. Tergolong jenis daun tunggal,

berhadapan, bentuk daunnya bulat telur sampai

lonjong, permukaan daunnya memiliki bulu halus,

tepi daunnya beringgit, ujung daun meruncing,

pangkal daun runcing, panjang helaian daun

berkisar ± 5 - 8 cm, lebar ± 2 - 5 cm,

bertangkai pendek, tulang daun menyirip, dan

warna permukaan daun bagian atas hijau tua

sedangkan bagian bawah hijau muda. Bunganya

tergolong bunga majemuk, bentuk bulir, mahkota

bunga bentuk corong, benang sari empat, dan

warna bunga putih agak kekuningan.

Strobilanthes crispus memiliki buah berbentuk

bulat, buahnya jika masih muda berwarna hijau

dan setelah tua atau masak berwarna hitam.

Untuk bijinya berbentuk bulat, dan ukurannya

kecil. Sistem perakarannya tunggang, bentuk

akar seperti tombak, dan berwarna putih.

Kandungan Daun Keji Beling

Daun keji beling mengandung vitamin C, B1,

B2 yang tinggi. Dari berbagai penelitian,

diketahui daun keji beling mengandung zat-zat

kimia antara lain : kalium, kalsium, natrium,

dan asam silikat.

Khasiat Daun Keji Beling

Tanaman keji beling diambil daunnya yang

diolah menjadi simplisia atau sebagai daun

segar, digunakan sebagai bahan racikan jamu

atau obat-obat tradisional. Sebagai tanaman

obat, keji beling bisa menyembuhkan beberapa

jenis penyakit antara lain batu ginjal, batu

empedu, diabetes, ambeien, kholesterol,

sembelit, dll.

Kalium pekat yang terkandung dalam keji

beling bisa meluruhkan batu ginjal dan batu

empedu. Unsur-unsur yang terkandung dalam daun

keji beling yang bersifat diuretic dapat

memperlancar sekresi gula dalam darah,

menghancurkan gumpalan kholesterol dalam darah,

membantu memperlancar proses pembuangan tinja

yang keras sehingga bisa berfungsi sebagai

pencahar. Disamping itu kandungan anti racun

yang disinyalir terdapat dalam daun keji beling

dapat menyembuhkan sakit akibat gigitan ular

berbisa atau semut hitam.

5. Biji Bunga Matahari (Helianthus Semen)

Klasifikasi

Kingdom : Plantae

Divisi          : Magnoliophyta

Kelas           : Magnoliopsida

Sub Kelas   : Asteridae

Ordo           : Asterales

Famili          : Asteraceae

Genus         : Helianthus

Spesies        : Helianthus annuus L

Kandungan : Vitamin B1, vitamin E, mangan,

magnesium,

posfor, folat

Khasiat : Antioksidan, antiinflamasi

Bunga matahari juga dikenal dengan

berbagai nama sun flower (Inggris),

mirasol(Filipina), himawari dan koujitsuki

(Jepang), serta xiang ri kui (Cina).Tanaman ini

tergolong dalam famili Compositae (Asteraceae)

dan memiliki nama latin Helianthus annuus

L.Heli berarti matahari,

dan annuus yaitu semusim.Dari situ, tanaman ini

masuk ke dalam jenis tanaman herba annual,

yaitu tanaman yang berumur pendek (kurang dari

setahun).

Tanaman cantik ini berasal dari Meksiko

dan Peru, Amerika Tenga.Tanaman ini telah

dibudidayakan secara besar-besaran pada abad

ke-18 di berbagai negara seperti Amerika,

Argentina, Rusia, Hongaria, Meksiko, Perancis,

Jerman, Rumania, Bulgaria, dan beberapa negara

yang ada di Benua Afrika.Sementara baru pada

tahun 1907, bunga matahari diperkenalkan ke

Indonesia oleh seorang ahli pertanian Belanda.

Bunga matahari dapat tumbuh di daerah

dingin ataupun di daerah kering pada ketinggian

sampai 1500 mdpl.Tanah berpasir hingga tanah

liar dengan drainase yang baik dan tidak asam

atau asin,serta pH yang berkisar antara 5,7-8,1

merupakan tanah yang baik untuk menanam

tumbuhan ini.Udara yang kering setelah

terbentuknya biji juga sangat penting untuk

membuat masak biji tumbuhan bunga matahari.

Morfologi Biji Bunga Matahari

Biji bunga matahari ini memiliki kulit yang

agak keras.Berbentuk pipih memanjang, warnanya

bisa putih keabuan atau hitam.Biji bunga

matahari ini dikenal dengan nama kuaci.

Kandungan Biji Bunga Matahari

Protein, globuiin, albumin, glutolin, asam

amino esensial, Beta sitosterol, prostaglandin

E, chlorogenic acid, quinic acid, phytin, dan

3,4 benzopyrene. Dalam 100 g minyak biji bunga

matahari: Lemak total: 100, lemak jenuh: 9,8:

lemak tidak jenuh: oleat 11,7 dan linoleat

72,9: kolesterol 3.

Khasiat Biji Bunga Matahari

Anti dysentery, membangkitkan nafsu makan,

lesu, sakit kepala, , disenteri berdarah,

merangsang pengeluaran cairan tubuh (hormon,

enzym, dll.), merangsang pengeluaran campak

(Measles).

IV. Alat dan Bahan

V. Evaluasi

VI. Pembahasan

VII.