PERCOBAAN II SEDIAAN LARUTAN

43
PERCOBAAN II SEDIAAN LARUTAN I. Tujuan Percobaan 1. Mengamati terjadinya caplocking pada larutan sirupus simpleks dengan konsentrasi yang berbeda 2. Mengamati terjadinya pertumbahan mikroorganisme pada larutan sirupus simpleks dengan penambahan pengawe dengan konsentrasi yang berbeda 3. Mengamati terjadinya perubahan organoleptik pada larutan sirupus simpleks dengan konsentrasi yang berbeda 4. Menentukan konstanta dielektrik zat aktif paracetamol dengan metode titrasi 5. Melakukan evaluasi sedian larutan eliksir paracetamol dengan mengamati perubahan organoleptic, pH, uji kejernihan, viskositas, bobot jenis dan volume terpindahkan. II. Teori Penunjang

Transcript of PERCOBAAN II SEDIAAN LARUTAN

PERCOBAAN II

SEDIAAN LARUTAN

I. Tujuan Percobaan

1. Mengamati terjadinya caplocking pada larutan

sirupus simpleks dengan konsentrasi yang berbeda

2. Mengamati terjadinya pertumbahan mikroorganisme

pada larutan sirupus simpleks dengan penambahan

pengawe dengan konsentrasi yang berbeda

3. Mengamati terjadinya perubahan organoleptik pada

larutan sirupus simpleks dengan konsentrasi yang

berbeda

4. Menentukan konstanta dielektrik zat aktif

paracetamol dengan metode titrasi

5. Melakukan evaluasi sedian larutan eliksir

paracetamol dengan mengamati perubahan

organoleptic, pH, uji kejernihan, viskositas, bobot

jenis dan volume terpindahkan.

II. Teori Penunjang

Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau

lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi secara

molekuler dalam pelarut yang sesuai atau dalam

campuran pelarut yang saling bercampur. Selain itu

larutan juga didefinisikan sebagai campuran dua atau

lebih komponen yang membentuk fasa tunggal homogeny

dalam skala molecular.

Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi

secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk

sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis

dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan

diencerkan atau dicampur.

Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain

akan terjadi tipe larutan sebagai berikut :

1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung

sejumlah kecil zat A yang terlarut.

2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah

besar zat A yang terlarut.

3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah

maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada

tekanan dan temperatur tertentu.

4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung

jumlah zat A yang terlarut melebihi batas

kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.

Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang

terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai

adalah :

1. Air untuk macam-macam garam

2. Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.

3. Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax,

fenol.

4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat.

5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol

6. Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-

minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol.

7. Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.

Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan larutan :

1. Kelarutan zat aktif

Untuk meningkatkan kecepatan proses melarut :

Menggunakan panas, perlu diperhatikan kestabilan

senyawa terhadap panas

Mengurangi ukuran partikel zat terlarut

(menghaluskan), peningkatan luas permukaan

terhadap pelarut.

Menggunakan bahan pembantu pelarut

Pengaduk

2. Kestabilan zat aktif dalam pelarut

3. Dosis takar

4. Pentimpanan

5. Penampilan menarik (rasa, warna dan viskositas)

Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan:

1. Sifat dari solute atau solven

Solute yang polar akan larut dalam solven yang

polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut

dalam air. Solute yang non polar larut dalam solven

yang non polar pula.

2. Kosolvensi

Peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena

adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi

pelarut.

3. Kelarutan

Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut,

sebaliknya zat yang sukar larut memerlukan banyak

pelarut

4. Suhu

Zat padat umumnya larut bila suhunya dinaikkan, zat

tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada

proses kelarutannya membutuhkan panas. Beberapa zat

lain justru kenaikan temperature menyebabkan tidak

larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm,

karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.

5. Salting out

Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang

mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat

utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat

utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi

kimia.

6. Salting in

Adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan

kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih

besar.

7. Pembentukan kompleks

Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak

larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam

kompleks

Sediaan larutan sejati pada umumnya terdiri dari :

1. Bahan berkhasiat/zat aktif

Merupakan bahan obat yang akan dibuat menjadi

sediaan farmasi untuk tujuan pengobatan

2. Bahan pembantu

Merupakan bahan yang dibutuhkan untuk membentuk

sediaan yang baik (stabil, efektif dan aman).

1. Pelarut

Pelarut / pembawa yang biasa digunakan adalah

air, ait aromatic, sirup atau campuran pelarut.

2. Pengawet

Pada umumnya sediaan sirup merupakan sediaan

dengan dosis berulang (multiple dose), sehingga

terdapat kemungkinan yang sangat besar mengalami

kontaminasi mikroorganisme, oleh sebab itu,

diperlukan pengawet yang merupakan salah satu

bahan pembantu yang ditambahkan, untuk

mengurangi kontaminasi mikroorganisme. Adanya

mikroorganisme di dalam sediaan akan

mempengaruhi stabilitas sediaan / potensi zat

aktif. Beberapa contoh pengawet diantaranya :

kloroform, etanol, asam benzoate, asam sorbet,

ester hidroksibenzoat, syrup, asam dan garam

benzoate, asam dan garam sorbet, methylparaben,

propylparaben.

3. Antioksidan

Antioksidan di dalam sediaan larutan berfungsi

sebagai zat yang mencegah reaksi oksidasi dari

senyawa yang mudah teroksidasi oleh oksigen.

Contoh antioksidan : asam askorbat, asam sitrat,

Na-metabisulfit dan Na sulfite.

4. Pengatur pH (larutan dapar/ buffer)

Zat yang range pH stabilitasnya kecil maka harus

didapar dengan dapar yang sesuai. Buffer atau

dapar adalah suatu material, yang ketika

dilarutkan dalam suatu pelarut, senyawa ini

mampu mempertahankan pH ketika suatu asam atau

basa ditambahkan. Buffer yang sering digunakan

adalah : karbonat, sitrat, glukonat, laktat,

fosfat / tartrat. Borat umumnya digunakan untuk

penggunaan luar.

5. Pemanis

Contoh dari pemanis : Suksrosa, sorbitol, sirup,

Aspartam

6. Pewarna

Zat pewarna ditambahkan ke dalam sediaan oral

cair untuk menutupi penampilan yang tidak

menarik atau meningkatkan penerimaan pasien. Zat

warna yang ditambahkan harus sesuai dengan

flavor sediaan tersebut.

7. Flavouring agent (pewangi dan pemberi rasa)

Flavour digunakn untuk menutupi rasa tidak enak

dan membuat agar obat dapat diterima oleh pasien

terutama anak-anak. Dalam pemilihan pewangi

harus dipertimbangkan, untuk siapa obat

diberikan dan beberapa usia pengkonsumsinya.

Anak-anak lebih menyukai rasa manis atau buah-

buahan sedangkan orang dewasa lebih menyukai

rasa asam. Contoh :

Untukmenutupirasa

Flavour

Asin

Maple, apricot, peach, vanili, butterscotch, wintergreen.

Pahit Mint

Manis Passion fruit, mint spice

AsamCitrus, vanili, berry, root beer, raspberry

8. Anticaplocking

Untuk mencegah kristalisasi gula (sukrosa) pada

daerah leher botol (cap locking), maka umumnya

digunakan alcohol polyhydric seperti sorbitol,

gliseril, atau propilenglikol. Yang paling umum

digunakan adalah sorbitol sebanyak 15-30%.

Eliksir merupakan suatu larutan sejati dengan

kelarutan zat aktif dalam air relative kecil. Pelarut

utama yang digunakan untuk sediaan eliksir adalah air,

karena sifatnya yang inert dan mudah didapat. Upaya

yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif

adalah

1. Menggunakan pelarut campur (konsolven)

Penggunaan pelarut campur dapat meningkatkan

kelarutan suatu zat dengan melihat kelarutan

maksimum pada masing-masing pelarut. Pemilihan

pelarut campur untuk sediaan farmasi cukup sulit,

karena sifat toksisitas dan iritasinya. Penting

diperhatikan konsentrasi maksimum komponen pelarut

campur harus dilihat harga konstanta dielektriknya.

Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai harga

dielektrik antara 25 sampai 80. Kombinasi pelarut

campur yang banyak digunakan dalam sediaan farmasi

adalah campuran air-alkohol atau pelarut lain yang

sesuai antara lain sorbitol, gliserin,

propilenglikol, dan polietilenglikol. Pada akhirnya

harus diperoleh kombinasi pelarut campur dengan

nilai kombinasi konstanta dielektrik pelarut campur

mendekati konstanta dielektrik zat aktif (KD

pelarut=KD zat aktif).

2. Pengontrolan pH

Suatu senyawa yang bersifat asam atau basa lemah

akan berubah kelarutannya dalam air dengan mengubah

pH larutan. Perubahan pH dapat merubah bentuk

senyawa asam atau basa lemah menjadi bentuk

garamnya yang lebih mudah larut. Parameter yang

perlu diketahui adalah harka pKa dan pKb senyawa

tersebut.

3. Solubilisasi miselar

Penambahan bahan yang bersifat aktif permukaan

dapat meningkatkan kelarutan suatu zat. Salah satu

contoh adalah penambahan surfaktan. Mekanismenya

adalah karena terjadi asosiasi senyawa yang

bersifat non polar dengan misel yang terbentuk

dalam larutan setelah tercapainya konsentrasi misel

kritik (KMK) surfaktan. Konsentrasi surfaktan yang

ditambahkan tidak boleh terlalu besa, karena selain

sifatnya yang toksik dan harganya yang mahal juga

akan terjadi busa pada saat pembuatan sediaan yang

sukar dihilangkan. Beberapa penelitian menunjukkan

bahwa pada konsentrasi surfaktan tertentu dapat

mengurangi ketersediaan hayati obat karena

terjadinya adsorpsi yang kuat di dalam misel. Harga

HLB surfaktan dapat dipakai untuk memperkirakan

kelarutan dan kemampuan tercampurnya dalam pelarut

yang digunakan. Beberapa surfaktan yang umum

digunakan dalam sediaan farmasi adalah tween,

ester-ester asam lemak, monoester sukrosa, ester

lanolin

4. Kompleksasi

Mekanisme meningkatkan kelarutan suatu zat

berdasarkan adanya interaksi dari senyawa yang

tidak larut dengan senyawa yang larut baik dengan

pembentukan kompleks intramolekuler yang larut

III. Preformulasi

Nama Resmi DextromethorphanumNama Lain DekstrometorphanNama Kimia 3-metoksi-17-metil-9α,13α,14α-morfinanStrukturMolekul

Formula C18H25N O Beratmolekul

271,4

Warna Hampir putih sampai agak kuningRasa PahitBau Tidak berbauPemerian Serbuk hablurKelarutan Praktis tidak larut dalam air (larut

dalam 60 bagian air) dan dalam 10bagian etanol 95% ; mudah larut dalamkloroform disertai pemisahan air ;praktis tidak larut eter.

Titik leleh 109,5 oC dan 112,5 oCpKa/pKb -pH larutan 5,2 – 6,5Stabilitas - Pada suhu > 40 oC akan lebih mudah

terdegradasi- Lebih mudah terurai dengan adanyaudara dari luar

Inkompatibilitas

- Obat-obat inhibitor MAO- Obat-obat selektif re-uptakeserotonin- Obat-obat depresan SSP, psikotropika- Alkohol

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat

Nama Resmi ParacetamolumNama Lain ParasetamolNama Kimia 4’-HidroksiasetanilidaStrukturMolekul

Formula C8H9N O 2

Beratmolekul

151,16

Warna PutihRasa PahitBau Tidak berbauPemerian Serbuk hablur

Kelarutan Larut dalam 70 bagian air, larut dalam7 bagian etanol (95%)P, larut dalam 13bagian aseton, larut dalam 40 bagiangliserol, larut dalam sebagianpropilen glikol, larut dalam alkalihidroksida.

Titik leleh 111 oCpKa/pKb -pH larutan 5-7Stabilitas Pada suhu > 40oC akan lebih mudah

terdegradasi, lebih mudah teruraidengan adanya udara dari luar danadanya cahaya, pH jauh dari rentang pHoptimum akan menyebabkan zatterdegradasi karena terjadihidrolisis.

Inkompatibilitas

-

Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidaktembut cahaya

Sirupus simpleks

a. Warna : Tidak berwarna

b. Rasa : Manis

c. Bau : Tidak berbau

d. Pemerian : Cairan jernih, hablur, massa hablur

berbentuk kubus

e. Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut

dalam air mendidih ; sukar

larut dalam etanol ; tidak larut dalam

kloroform dan eter.

f. Titik Didih / Lebur : 186 0C

g. Bobot Jenis : 1, 587 g/ mol

h. Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya

udara dari luar

Sukrosa

a.Warna : Putih, tidak berwarna

b.Rasa : Manis

c.Bau : Tidak berwarna

d.Pemerian : Hablur, masa hablur, bentuk kubus

e.Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sangat

mudah larut dalam

air mendidih, sukar larut dalam etanol,

tidak larut dalam klroform dan eter.

f.Titik didih : 186 oC

g.Bobot jenis : 1,587 g/ mol

h.Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya

udara dari luar.

Metil paraben

a.Warna : Putih

b.Rasa : Tidak mempunyai rasa

c.Bau : Hampir tidak berbau

d.Pemerian : Serbuk hablur halus

e. Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20

bagian air mendidih,

dalam 25 bagian etanol (95 %) P, dan dalam

3 bagian asetonP ; mudah larut dalam eter

P, dan dalam alkali hidroksida.

f. Titik Lebur : 1250C sampai 1280C

g. Pka/pkb : 8,4

h. Bobot Jenis : 1,352 gr/cm3 atau 1,352 gr/ml

i. pH larutan : 3-6

j. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya

udara dari luar

Propil paraben

a. Warna: Putih

b. Rasa : Tidak berasa

c. Bau : Tidak berbau

d. Pemerian : Serbuk hablur putih

e. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut

dalam 3,5 bagian etanol (95%)P, dalam 3 bagian

aseton P, dalam 140 bagian gliserol P, dan dalam

40 bagian minyak lemak, muda larut dalam larutan

alkali.

f. Titik didih : 95oC – 98oC

g. Bobot jenis : 180,21 g/mol

h. Stabilitas: Lebih mudah terurai dengan adanya

udara dari luar.

Sorbitol

a. Warna: putih

b. Rasa : rasa manis

c. Bau : tidak berbau

d. Pemerian : serbuk, butiran dan kepingan.

e. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar

larut dalam etanol

(95%) P, dalam metanol P, dan dalam

asetatP.

f. Titik didih : suhu lebur hablur antara 174oC –

179oC

g. Stabilitas: terhadap udara higroskopis.

Aquadest

a. Warna : Jernih tidak berwarna

b. Rasa : Tidak mempunyai rasa

c. Bau : Tidak berbau

d. Pemerian : Cairan

e. Titik didih : 1800C

f. Pka/pkb : 8,4

g. Bobot Jenis : 1 gr/cm3 atau 1 gr/ml

h. pH larutan : 7

i. Stabilitas : Stabil diudara

Etanol

a. Warna : tidak berwarna

b. Rasa : rasa pahit

c. Bau : khas

d. Pemerian : cairan jernih, mudah menguap, bergerak,

dan mudah terbakar.

e. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dan

dalam kloroform dan eter.

f. Bobot jenis : 0,8119 – 0,8139 g/mol

g. Stabilitas : mudah menguap, lebih mudah rusak

dengan adanya cahaya, dan muda terbakar

IV. Alat & Bahan

ALAT BAHAN

TimbanganMortirBatang pengadukBotol coklatSpatelKertas perkamenGelas ukurErlenmeyerPipet tetesBeaker glassViskometerHoeppler

DekstrometorphanMetilparabenPropilparabenSirupussimplexSorbitolAquadestParasetamolEtanol

Piknometer

V. Perhitungan & Penimbangan

Perhitungan

A. Sediaan Larutan

1) Sirupus Simpleks

65 % sukrosa → 65 g sukrosa dalam 100 mL

campuran (65 g dalam 100 g sirup)

Sukrosa yang dibutuhkan = 200mL100mLx65g=130g

Sirupus simpleks yang dibutuhkan untuk 5 botol

sediaan = 175 mL = 200 mL

Sir. Simpleks botol I = 25%100%

X100mL=25mL

Sir. Simpleks botol II = 75%100%

X100mL=75mL

Sir. Simpleks botol III =25 %100%

X100mL=25mL

Sir. Simpleks botol IV =25 %100%

X100mL=25mL

Sir. Simpleks botol V =25%100%

X100mL=25mL

o Metil paraben botol III = 0,18 % (b/v) = 0,18

g dalam 100 mL sediaan

o Metil paraben botol IV = 0,2 % (b/v) = 0,2 g

dalam 100 mL sediaan

o Propil Paraben botol III = 0,02 % (b/v) =

0,02 g dalam 100 mL sediaan

o Sorbitol botol V = 15 % (b/v) = 15 g dalam

100 mL sediaan

B. Eliksir

1) Parasetamol : kelarutan → 1 : 70 bagian air

1 : 7 bagian etanol 95 %

2) Untuk titrasi : parasetamol (120 mg/5 mL) yang

dibutuhkan Dalam 10 mL etanol : 10 mL/5 mL x 120

mg = 240 mg parasetamol

3) Untuk pembuatan sediaan (100 mL) :

120 mg/5 mL → 100 Ml

100 mL/5 mL x 120 mg = 2400 mg = 2,4 g

4) Titrasi paracetamol

Titrasi Paracetamoldengan etanol

Volumeetanol

Kelompok 1 19,3 mLKelompok 2 17,5 mLKelompok 3 16,5 mL

Kelompok 4 16,7 mLKelompok 5 13,5 mLJumlah Etanol 83,5 mLRata-rata Etanol 16,7 mL

5) Perhitungan KD parasetamol

KD kelompok 1

Vol air 100/119,3 x 100 % = 83,822 %

Vol etanol 19,3/119,3 x100% = 16,17%

KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD

etanol )

= (83,822 x 78,5 ) + ( 16,17 x25,7 )

= 6995,59 % = 69,915

KD kelompok 2

Vol air 100/117,9 x 100 % = 84,817 %

Vol etanol 17,9/117,9 x100% = 15,18%

KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD etanol )

= (84,817 x 78,5 ) +( 15,18 x25,7 )

= 70,40

KD kelompok 3

Vol air 100/116,5 x 100 % = 85,836 %

Vol etanol 16,5/116,5 x100% = 14,16%

KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD etanol )

= (100/116,5 x78,5 ) + (16,5/116,5x25,7)

= 71,01

KD kelompok 4

Vol air 100/116,7 x 100 % = 84,817 %

Vol etanol 16,7/ 116,7x100% = 14,31%

KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD etanol )

= (100/116,7 x78,5 ) + (1,67/116,7x25,7)

= 70,93

KD kelompok 5

Vol air 100/113,5 x 100 % = 88,10 %

Vol etanol 13,5/100 x100% = 11,89%

KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD etanol )

= (88,10 x78,5 ) + (11,89 x25,7 )

= 72,218

ΣKD=69,95+70,48+71,01+70,93+72,218

5=70,9176

Penimbangan

A. Sediaan Larutan

No Bahan Berat1. Sukrosa (untuk 200 mL sir.

simpleks)- Sir. Simpleks botol I- Sir. Simpleks botol II- Sir. Simpleks botol III- Sir. Simpleks botol IV

130 g25 mL75 mL25 mL25 mL25 mL

2.

3.4.5.

- Sir. Simpleks botol VMetil paraben botol IIIMetil paraben botol IVPropil paraben botol IIISorbitol botol VAqua destilata add

0,18 g0,2 g0,02 g15 g100 mL

B. Eliksir

No Bahan Berat1.2.3.4.

Parasetamol untuk 100 mLsediaanParasetamol untuk titrasiEtanolAquadest add

2,4 g2,4 g16,7 mL100 mL

VI. Prosedur Percobaan

A. Sediaan Larutan

1) Sirupus simpleks

Sukrosa sebanyak 130 g dilarutkan dalam air panas

sebanyak 200 mL

Sediaan 1

25 mL sirupus simpleks, diaduk hingga homogen.

Campuran tersebut dimasukan ke dalam botol yang

sudah ditara. Add 100 mL dengan aquadest.

Sediaan 2

75 mL air dan diaduk hingga homogen. Campuran

tersebut dimasukan ke dalam botol yang sudah

ditara. Add 100 mL dengan aquadest.

Sediaan 3

0,18 g metil paraben dan 0,02 g propil paraben

dilarutkan dalam 2 mL etanol secara terpisah satu

sama lain. Setelah larut, masing-masing larutan

tersebut dimasukan ke dalam botol. Lalu

ditambahkan 25 mL sirupus simpleks. Setelah itu

aquadest dimasukan add 100 mL.

Sediaan 4

0,2 g metil paraben dilarutkan dalam 2 mL etanol.

25 mL sirupus simpleks dicampurkan dan diaduk

hingga homogen. Campuran tersebut dimasukan ke

dalam botol yang sudah ditara. Add 100 mL dengan

aquadest.

Sediaan 5

25 mL sirupus simpleks dan diaduk hingga homogen.

15 g sorbitol dilarutkan dalam air. Campuran

tersebut dimasukan ke dalam botol yang sudah

ditara. Add 100 mL dengan aquadest.

Semua sediaan dilakukan pengamatan selama 1

minggu. Amati :

- Pertumbuhan mikroorganisme

- Terjadinya kristal pada botol

- Pengamatan organoleptik

B. Eliksir

1) Penentuan konstanta dielektrik parasetamol (120

mg/5 mL) dengan cara titrasi :

- Parasetamol dilarutkan dalam air dengan

konsentrasi (120 mg/5 mL) sebanyak 100 mL

- Dilakukan titrasi dengan etanol sampai larutan

menjadi bening

- KD parasetamol dihitung berdasarkan data KD

pelarut campur

KDcamp = (% Vair x KDair) + (% Vetanol x

KDetanol)

1) Sediaan eliksir parasetamol (120 mg/5 mL)

dibuat sebanyak 100 mL, dengan cara :

a. Parasetamol 2,4 g dilarutkan di dalam 16,7 mL

etanol, diaduk sampai larut. Ditambahkan air

sebanyak 10 mL, aduk hingga homogen. Campuran

dimasukan ke dalam botol yang telah

dikalibrasi. Aquadest add 100 mL.

b. Air sebanyak 10 mL dan etanol 16,7 mL

dicampurkan. Kemudian masukan parasetamol

sebanyak 2,4 g sedikir demi sedikit ke dalam

pelarut campur. Aduk hingga homogen. Campuran

dimasukan ke dalam botol yang telah

dikalibrasi. Aquadest add 100 mL.

VII. Hasil pengamatan

A. Sediaan Larutan

Hari 1

pengamatan Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5

Pertumbuhanmikroba

- - - - -

Terjadinya kristal

- - - - -

Organoleptik bau

- - - - -

Rasa Manis Manis Manis Manis Manis

Warna Bening Kekuningan

Bening Bening Bening

Hari 2

pengamatan Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5

Pertumbuhanmikroba

- - - - -

Terjadinya kristal

- - - - -

Organoleptik bau

- - - - -

Rasa Manis Manis Manis Manis Manis

Warna Bening Kekuningan

Bening Bening Bening

Hari 3

pengamatan Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5

Pertumbuhanmikroba

Ada - - - Ada

Terjadinya kristal

- Ada - - -

Organoleptik bau

- - - - -

Rasa Manis Manis Manis Manis Manis

Warna Bening Kekuningan

Bening Bening Bening

Hari 4

pengamatan Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5

Pertumbuhan Ada - - Ada Ada

mikroba

Terjadinya kristal

- Ada - - -

Organoleptik bau

- - - - -

Rasa Manis Manis Manis Manis Manis

Warna Bening Kekuningan

Bening Bening Bening

B. Eliksir Evaluasi terhadap eliksir

Evaluasi BotolMetode 1 Metode 2

Warna Bening BeningBau Khas KhaspH 6 6Kejernihan Jernih jernihViskositas 1,20 detik 1,83 detikBobot jenis 0,970 0,994Volume terpindahkan 100 ml 100ml

Perhitungan bobot jenis

1) bobot jenis Botol 1dik : w1 = 19,7123

w2 = 30,356

w3 = 30,037

dit : dt?

Jwb : dt = w3-w1 / w2-w1

= 10,324/10,633 = 0,97100

2) Botol 2Dik : w1 = 20,1304

W2 = 30,4025

W3 = 30,3419

Dit : dt ?

Jwb : dt = w3-w1 / w2-w1

= 10,2115 /10,2721 0,994

VIII. Pembahasan

Dalam praktikum kali ini. Dilakukan pembuatan

sediaan larutan. Larutan adalah sediaan cair yang

mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut

digunakan air suling kecuali dinyatakan lain.

Sedangkan eliksir adalah sediaan berupa larutan yang

mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung

juga zat tambahan seperti pelarut, pengawet,

antioksidan, dapar, pemanis, pewarna dan floveouring

agent

Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan

larutan adalah dekstrometorphan. Dan bahan tambahan

yang digunakan adalah sirupus simpleks, sukrosa,

metil paraben, propil paraben, sorbitol, aquadest

serta etanol.

Pada percobaan larutan ini, kami membuat sediaan

sirup dengan formula : Sirupus simpleks 25%, 75%,

sirupus simplex 25% ditambah dengan pengawet metil

paraben dan Propil paraben dengan perbandingan 0.18%

: 0.02%, sirupus simplex 25% ditambah dengan

pengawet metil paraben 0,2%, sirupus simplex 25%

ditambah dengan sorbitol 15%. Sediaan yang dibuat

diamati selama 4 hari dengan pengamatan meliputi

pertumbuhan mikroorganisme, terjadinya kristal pada

botol, dan pengamatan pada organoleptis dari sediaan

tersebut.

Dari hasil pengamatan pada sediaan larutan pada

botol 1 didapatkan hasil bahwa pada hari ke pertama

hingga keempat tidak terbentuk kristalisasi. Ini

dapat disebabkan karena sediaan larutan pada botol 1

hanya berisi sirupus simpleks sebanyak 25 %. Kadar

gula yang sedikit, maka tidak akan membentuk

kristalisa pada sediaan ini. Pada hari ke pertama

dan kedua, tidak terlihat adanya pertumbuhan

mikroorganisme, tetapi pada hari ketiga

mikroorganisme mulai tumbuh dalam larutan. Hal ini

terjadi karena pada sediaan ini tidak ditambahkan

zat pengawet, serta dalam sediaan ini ditambahkan

akuades sebanyak 75%, dimana air merupakan media

yang baik untuk tempat tumbuhnya mikroorganisme.

Warna, rasa dan bau tidak mengalami perubahan dari

hari pertama hingga keempat, karena dalam sediaan

ini mengandung sirupus simpleks, maka rasa yang

terasa adalah rasa manis.

Pada hasil pengamatan sediaan larutan pada botol 2

yang berisi sirupus simpleks 75% dan akuades

sebanyak 25 ml. pada hari pertama dan kedua, tidak

terbentuk kristal dan pada hari ketiga terdapat

kristal pada tutup botol atau biasa disebut dengan

caplocking. Pembentukan kristal ini dapat disebabkan

oleh kadar sirupus simpleks yang digunakan dalam

larutan cukup tinggi yaitu sebanyak 75%, sediaan

larutan pada botol 2 juga tidak menggunakan bahan

tambahan anticaplocking, sehingga terbentuk kristal

pada mulut botol. Anti caplocking ini berfungsi

untuk pencegahan pembentukan kembali kristal-kristal

gula dari larutan gula. Contoh dari Anti caplocking

adalah sorbitol yang digunakan pada botol 5. Sediaan

larutan pada botol 2 tidak mengandung

mikroorganisme. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya

kadar air yang digunakan yaitu sebanyak 25 ml,

sehingga kemungkinan kecil mikroorganisme untuk

hidup. Warna, rasa dan bau tidak mengalami perubahan

dari hari pertama hingga keempat, karena dalam

sediaan ini mengandung sirupus simpleks, maka rasa

yang terasa adalah rasa manis.

Pada hasil pengamatan sediaan larutan pada botol 3

yang mengandung sirupus simpleks 25%, metil paraben,

dan propil paraben. Dari ke pertama hingga keempat

tidak terbentuk kristal pada leher botol yang

dikarenakan oleh penggunaan sirupus simpleks yang

tidak terlalu banyak sehingga tidak terbentuk

kristalisasi gula. Pada sediaan larutan pada botol 3

juga tidak terbentuk mikroorganisme. Tidak

terbentuknya mikroorganisme disebabkan oleh

penggunaan metil paraben dan propil paraben yang

berfungsi sebagai pengawet. Warna, rasa dan bau

tidak mengalami perubahan dari hari pertama hingga

keempat, karena dalam sediaan ini mengandung

sirupus simpleks, maka rasa yang terasa adalah rasa

manis.

Dalam sediaan larutan botol 4 yang mengandung

sirupus simpleks 25% dan metil paraben, tidak

terdapat kristal pada mulut botol, karena penggunaan

sirupus simpleks yang sedikit yaitu 25%. Pada hari

ke 4 terlihat adanya pertumbuhan mikroba, seharusnya

dalam sediaan ini tidak terjadi kontaminasi oleh

mikroorganisme karena penggunaan metil paraben yang

berfungsi sebagai pengawet. Hal ini dapat disebabkan

oleh teroksidasinya senyawa aktif, mungkin pengawet

yang digunakan kurang memberikan kerja yang maksimal

sehingga terjadi kontaminasi mikroorganisme. Warna,

rasa dan bau tidak mengalami perubahan dari hari

pertama hingga keempat, karena dalam sediaan ini

mengandung sirupus simpleks, maka rasa yang terasa

adalah rasa manis.

Pada hasil pengamatan sediaan larutan pada botol 5

yang berisisirupus simpleks 25% dan sorbitol 15%,

tidak terlihat adanya kristal pada mulut botol. Hal

ini dapat disebabkan karena dalam sediaan 5 terdapat

sorbitol yang merupakan anticaplocking yang dapat

mencegah terbentuknya kristal gula pada leher botol.

Karena dalam sediaan ini tidak menggunakan pengawet,

maka pada hari ke 3 sudah ditumbuhi oleh

mikroorganisme, selain itu pelarut yang digunakan

adalah air yang merupakan media untuk timbulnya

mikroba. Warna, rasa dan bau tidak mengalami

perubahan dari hari pertama hingga keempat, karena

dalam sediaan ini mengandung sirupus simpleks, maka

rasa yang terasa adalah rasa manis.

Elixir adalah cairan jernih, rasanya manis,larutan

hidroalkohol digunakan untuk pemakaian oral, umunya

mengandung flavuoring agent untuk meningkatkan rasa

enak. Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat

menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air

maupun alcohol. Dalam percobaan ini, selain membuat

sediaan larutan dilakukan pula percobaan membuat

eliksir dengan dua metode.

Metode pertama, parasetamol dilarutkan ke dalam

etanol kemudian ditambahkan air dan dimasukan ke

dalam botol. Metode kedua, air dan etanol

dicampurkan kemudian dimasukan parasetamol sedikit

demi sedikit lalu campuran tersebut diaduk hingga

homogen dan dimasukan ke dalam botol. Dari hasil

pengamatan yang didapat, terlihat bahwa metode

pertama lebih memberikan hasil yang maksimal dengan

parasetamol yang terlarut dengan sempurna

dibandingkan dengan metode kedua. Hal ini dapat

dilihat dari kejernihan kedua sediaan eliksir yang

dibuat, dimana eliksir yang dibuat dengan metode

pertama memiliki terlihat lebih jernih dibandingkan

dengan eliksir yang dibuat dengan metode kedua. Hal

ini dapat disebabkan karena parasetamol larut dalam

70 bagian air, dan dalam 7 bagian etanol (95%), yang

berarti bahwa 1 g parasetamol larut dalam 70 ml air

dan 1 g parasetamol larut dalam 7 ml etanol,

sehingga dengan menggunakan cara yang pertama yang

dilarutkan dalam etanol terlebih dahulu, parasetamol

akan lebih cepat larut. Disini etanol berfungsi

mempertinggi kelarutan obat pada elixir dapat pula

ditambahkan glicerol, sorbitol atau propilenglikol.

Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup

gula. (Lahman,1994)

Dilakukan evaluasi sediaan eliksir selama seminggu

yang mencakup evaluasi organoleptik (warna, rasa,

bau), pH, kejernihan, berat jenis, viskositas dan

volume terpindahkan. Dari hasil pengamatan

organoleptik, tidak terjadi perubahan warna, rasa

ataupun bau dari hari pertama hingga hari keempat.

Ini dapat disimpulkan bahwa kedua sediaan eliksir

yang dibuat cukup stabil. pH yang didapat dari kedua

sediaan adalah 6. Pengontrolan pH sangat penting

karena untuk meningkatkan kelarutan zat aktif.

Profil laju pH menunjukkan katalis asam spesifik

dengan stabilitas maksimumnya pada jarak pH 5 sampai

7.

Pada pembuatan sediaan elixir ini digunakan pelarut

campur (kosolven) untuk menaikkan kelarutan. Untuk

memperkirakan kelarutan suatu zat dalam pelarut

campur harus dilihat harga konstanta dielektriknya

(KD). Dimana semakin tinggi harga konstanta

dielektriknya, kepolarannya semakin tinggi. Dalam

percobaan ini di dapat harga KD pelarut campur yaitu

62,88. Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai

harga konstanta dielektrik antara 25 sampai 80.

Dalam percobaan ini dihasilkan pelarut campur yang

memenuhi persyaratan pelarut yang ideal.

Daftar Pustaka

Anief, Moh. 2008. Ilmu Meracik Obat. Jakarta : Gadjah

Mada University Press

Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.

Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen

Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 298

Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986,

Chemical Stability of Pharmaceutical, John

Willey and Sons, New York, 3-26, 163-168.

Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi

Industri. Edisi III. Jakarta : UI Press.

LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA SEMISOLIDA

(NON STERIL)

PERCOBAAN 2

SEDIAAN LARUTAN

Kelompok/Shift : 5/A

Anggota Kelompok :

Wendy Wijaya 10060312018

Gina Trihandayani 10060312020

Marsha Budi Clarasati 10060312022

Iftitah Rahmi 10060312024

Hinggrid Gharzia Rosihan 10060312025

Tanggal praktikum : 07 Oktober 2014

Tanggal laporan : 14 Oktober 2014

LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D

PROGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS ISLAM BANDUNG

2014