PERCOBAAN II SEDIAAN LARUTAN
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of PERCOBAAN II SEDIAAN LARUTAN
PERCOBAAN II
SEDIAAN LARUTAN
I. Tujuan Percobaan
1. Mengamati terjadinya caplocking pada larutan
sirupus simpleks dengan konsentrasi yang berbeda
2. Mengamati terjadinya pertumbahan mikroorganisme
pada larutan sirupus simpleks dengan penambahan
pengawe dengan konsentrasi yang berbeda
3. Mengamati terjadinya perubahan organoleptik pada
larutan sirupus simpleks dengan konsentrasi yang
berbeda
4. Menentukan konstanta dielektrik zat aktif
paracetamol dengan metode titrasi
5. Melakukan evaluasi sedian larutan eliksir
paracetamol dengan mengamati perubahan
organoleptic, pH, uji kejernihan, viskositas, bobot
jenis dan volume terpindahkan.
II. Teori Penunjang
Larutan adalah sediaan cair yang mengandung satu atau
lebih zat kimia yang terlarut, terdispersi secara
molekuler dalam pelarut yang sesuai atau dalam
campuran pelarut yang saling bercampur. Selain itu
larutan juga didefinisikan sebagai campuran dua atau
lebih komponen yang membentuk fasa tunggal homogeny
dalam skala molecular.
Karena molekul-molekul dalam larutan terdispersi
secara merata, maka penggunaan larutan sebagai bentuk
sediaan, umumnya memberikan jaminan keseragaman dosis
dan memiliki ketelitian yang baik jika larutan
diencerkan atau dicampur.
Bila zat A dilarutkan dalam air atau pelarut lain
akan terjadi tipe larutan sebagai berikut :
1. Larutan encer, yaitu larutan yang mengandung
sejumlah kecil zat A yang terlarut.
2. Larutan, yaitu larutan yang mengandung sejumlah
besar zat A yang terlarut.
3. Larutan jenuh, yaitu larutan yang mengandung jumlah
maksimum zat A yang dapat larut dalam air pada
tekanan dan temperatur tertentu.
4. Larutan lewat jenuh, yaitu larutan yang mengandung
jumlah zat A yang terlarut melebihi batas
kelarutannya di dalam air pada temperatur tertentu.
Zat pelarut disebut juga solvent, sedangkan zat yang
terlarut disebut solute. Solvent yang biasa dipakai
adalah :
1. Air untuk macam-macam garam
2. Spiritus , misalnya untuk kamfer, iodium , menthol.
3. Gliserin, misalnya untuk tannin, zat samak, borax,
fenol.
4. Eter, misalnya untuk kamfer, fosfor , sublimat.
5. Minyak, misalnya untuk kamfer dan menthol
6. Parafin Liquidum, untuk cera, cetaceum, minyak-
minyak, kamfer, menthol, chlorobutanol.
7. Eter minyak tanah , untuk minyak-minyak lemak.
Beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam sediaan larutan :
1. Kelarutan zat aktif
Untuk meningkatkan kecepatan proses melarut :
Menggunakan panas, perlu diperhatikan kestabilan
senyawa terhadap panas
Mengurangi ukuran partikel zat terlarut
(menghaluskan), peningkatan luas permukaan
terhadap pelarut.
Menggunakan bahan pembantu pelarut
Pengaduk
2. Kestabilan zat aktif dalam pelarut
3. Dosis takar
4. Pentimpanan
5. Penampilan menarik (rasa, warna dan viskositas)
Faktor-faktor yang mempengaruhi kelarutan:
1. Sifat dari solute atau solven
Solute yang polar akan larut dalam solven yang
polar pula. Misalnya garam-garam anorganik larut
dalam air. Solute yang non polar larut dalam solven
yang non polar pula.
2. Kosolvensi
Peristiwa kenaikan kelarutan suatu zat karena
adanya penambahan pelarut lain atau modifikasi
pelarut.
3. Kelarutan
Zat yang mudah larut memerlukan sedikit pelarut,
sebaliknya zat yang sukar larut memerlukan banyak
pelarut
4. Suhu
Zat padat umumnya larut bila suhunya dinaikkan, zat
tersebut dikatakan bersifat endoterm, karena pada
proses kelarutannya membutuhkan panas. Beberapa zat
lain justru kenaikan temperature menyebabkan tidak
larut, zat tersebut dikatakan bersifat eksoterm,
karena pada proses kelarutannya menghasilkan panas.
5. Salting out
Peristiwa adanya zat terlarut tertentu yang
mempunyai kelarutan lebih besar dibandingkan zat
utama, akan menyebabkan penurunan kelarutan zat
utama atau terbentuknya endapan karena ada reaksi
kimia.
6. Salting in
Adanya zat terlarut tertentu yang menyebabkan
kelarutan zat utama dalam solvent menjadi lebih
besar.
7. Pembentukan kompleks
Peristiwa terjadinya interaksi antara senyawa tak
larut dengan zat yang larut dengan membentuk garam
kompleks
Sediaan larutan sejati pada umumnya terdiri dari :
1. Bahan berkhasiat/zat aktif
Merupakan bahan obat yang akan dibuat menjadi
sediaan farmasi untuk tujuan pengobatan
2. Bahan pembantu
Merupakan bahan yang dibutuhkan untuk membentuk
sediaan yang baik (stabil, efektif dan aman).
1. Pelarut
Pelarut / pembawa yang biasa digunakan adalah
air, ait aromatic, sirup atau campuran pelarut.
2. Pengawet
Pada umumnya sediaan sirup merupakan sediaan
dengan dosis berulang (multiple dose), sehingga
terdapat kemungkinan yang sangat besar mengalami
kontaminasi mikroorganisme, oleh sebab itu,
diperlukan pengawet yang merupakan salah satu
bahan pembantu yang ditambahkan, untuk
mengurangi kontaminasi mikroorganisme. Adanya
mikroorganisme di dalam sediaan akan
mempengaruhi stabilitas sediaan / potensi zat
aktif. Beberapa contoh pengawet diantaranya :
kloroform, etanol, asam benzoate, asam sorbet,
ester hidroksibenzoat, syrup, asam dan garam
benzoate, asam dan garam sorbet, methylparaben,
propylparaben.
3. Antioksidan
Antioksidan di dalam sediaan larutan berfungsi
sebagai zat yang mencegah reaksi oksidasi dari
senyawa yang mudah teroksidasi oleh oksigen.
Contoh antioksidan : asam askorbat, asam sitrat,
Na-metabisulfit dan Na sulfite.
4. Pengatur pH (larutan dapar/ buffer)
Zat yang range pH stabilitasnya kecil maka harus
didapar dengan dapar yang sesuai. Buffer atau
dapar adalah suatu material, yang ketika
dilarutkan dalam suatu pelarut, senyawa ini
mampu mempertahankan pH ketika suatu asam atau
basa ditambahkan. Buffer yang sering digunakan
adalah : karbonat, sitrat, glukonat, laktat,
fosfat / tartrat. Borat umumnya digunakan untuk
penggunaan luar.
5. Pemanis
Contoh dari pemanis : Suksrosa, sorbitol, sirup,
Aspartam
6. Pewarna
Zat pewarna ditambahkan ke dalam sediaan oral
cair untuk menutupi penampilan yang tidak
menarik atau meningkatkan penerimaan pasien. Zat
warna yang ditambahkan harus sesuai dengan
flavor sediaan tersebut.
7. Flavouring agent (pewangi dan pemberi rasa)
Flavour digunakn untuk menutupi rasa tidak enak
dan membuat agar obat dapat diterima oleh pasien
terutama anak-anak. Dalam pemilihan pewangi
harus dipertimbangkan, untuk siapa obat
diberikan dan beberapa usia pengkonsumsinya.
Anak-anak lebih menyukai rasa manis atau buah-
buahan sedangkan orang dewasa lebih menyukai
rasa asam. Contoh :
Untukmenutupirasa
Flavour
Asin
Maple, apricot, peach, vanili, butterscotch, wintergreen.
Pahit Mint
Manis Passion fruit, mint spice
AsamCitrus, vanili, berry, root beer, raspberry
8. Anticaplocking
Untuk mencegah kristalisasi gula (sukrosa) pada
daerah leher botol (cap locking), maka umumnya
digunakan alcohol polyhydric seperti sorbitol,
gliseril, atau propilenglikol. Yang paling umum
digunakan adalah sorbitol sebanyak 15-30%.
Eliksir merupakan suatu larutan sejati dengan
kelarutan zat aktif dalam air relative kecil. Pelarut
utama yang digunakan untuk sediaan eliksir adalah air,
karena sifatnya yang inert dan mudah didapat. Upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan kelarutan zat aktif
adalah
1. Menggunakan pelarut campur (konsolven)
Penggunaan pelarut campur dapat meningkatkan
kelarutan suatu zat dengan melihat kelarutan
maksimum pada masing-masing pelarut. Pemilihan
pelarut campur untuk sediaan farmasi cukup sulit,
karena sifat toksisitas dan iritasinya. Penting
diperhatikan konsentrasi maksimum komponen pelarut
campur harus dilihat harga konstanta dielektriknya.
Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai harga
dielektrik antara 25 sampai 80. Kombinasi pelarut
campur yang banyak digunakan dalam sediaan farmasi
adalah campuran air-alkohol atau pelarut lain yang
sesuai antara lain sorbitol, gliserin,
propilenglikol, dan polietilenglikol. Pada akhirnya
harus diperoleh kombinasi pelarut campur dengan
nilai kombinasi konstanta dielektrik pelarut campur
mendekati konstanta dielektrik zat aktif (KD
pelarut=KD zat aktif).
2. Pengontrolan pH
Suatu senyawa yang bersifat asam atau basa lemah
akan berubah kelarutannya dalam air dengan mengubah
pH larutan. Perubahan pH dapat merubah bentuk
senyawa asam atau basa lemah menjadi bentuk
garamnya yang lebih mudah larut. Parameter yang
perlu diketahui adalah harka pKa dan pKb senyawa
tersebut.
3. Solubilisasi miselar
Penambahan bahan yang bersifat aktif permukaan
dapat meningkatkan kelarutan suatu zat. Salah satu
contoh adalah penambahan surfaktan. Mekanismenya
adalah karena terjadi asosiasi senyawa yang
bersifat non polar dengan misel yang terbentuk
dalam larutan setelah tercapainya konsentrasi misel
kritik (KMK) surfaktan. Konsentrasi surfaktan yang
ditambahkan tidak boleh terlalu besa, karena selain
sifatnya yang toksik dan harganya yang mahal juga
akan terjadi busa pada saat pembuatan sediaan yang
sukar dihilangkan. Beberapa penelitian menunjukkan
bahwa pada konsentrasi surfaktan tertentu dapat
mengurangi ketersediaan hayati obat karena
terjadinya adsorpsi yang kuat di dalam misel. Harga
HLB surfaktan dapat dipakai untuk memperkirakan
kelarutan dan kemampuan tercampurnya dalam pelarut
yang digunakan. Beberapa surfaktan yang umum
digunakan dalam sediaan farmasi adalah tween,
ester-ester asam lemak, monoester sukrosa, ester
lanolin
4. Kompleksasi
Mekanisme meningkatkan kelarutan suatu zat
berdasarkan adanya interaksi dari senyawa yang
tidak larut dengan senyawa yang larut baik dengan
pembentukan kompleks intramolekuler yang larut
III. Preformulasi
Nama Resmi DextromethorphanumNama Lain DekstrometorphanNama Kimia 3-metoksi-17-metil-9α,13α,14α-morfinanStrukturMolekul
Formula C18H25N O Beratmolekul
271,4
Warna Hampir putih sampai agak kuningRasa PahitBau Tidak berbauPemerian Serbuk hablurKelarutan Praktis tidak larut dalam air (larut
dalam 60 bagian air) dan dalam 10bagian etanol 95% ; mudah larut dalamkloroform disertai pemisahan air ;praktis tidak larut eter.
Titik leleh 109,5 oC dan 112,5 oCpKa/pKb -pH larutan 5,2 – 6,5Stabilitas - Pada suhu > 40 oC akan lebih mudah
terdegradasi- Lebih mudah terurai dengan adanyaudara dari luar
Inkompatibilitas
- Obat-obat inhibitor MAO- Obat-obat selektif re-uptakeserotonin- Obat-obat depresan SSP, psikotropika- Alkohol
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat
Nama Resmi ParacetamolumNama Lain ParasetamolNama Kimia 4’-HidroksiasetanilidaStrukturMolekul
Formula C8H9N O 2
Beratmolekul
151,16
Warna PutihRasa PahitBau Tidak berbauPemerian Serbuk hablur
Kelarutan Larut dalam 70 bagian air, larut dalam7 bagian etanol (95%)P, larut dalam 13bagian aseton, larut dalam 40 bagiangliserol, larut dalam sebagianpropilen glikol, larut dalam alkalihidroksida.
Titik leleh 111 oCpKa/pKb -pH larutan 5-7Stabilitas Pada suhu > 40oC akan lebih mudah
terdegradasi, lebih mudah teruraidengan adanya udara dari luar danadanya cahaya, pH jauh dari rentang pHoptimum akan menyebabkan zatterdegradasi karena terjadihidrolisis.
Inkompatibilitas
-
Penyimpanan Dalam wadah tertutup rapat, tidaktembut cahaya
Sirupus simpleks
a. Warna : Tidak berwarna
b. Rasa : Manis
c. Bau : Tidak berbau
d. Pemerian : Cairan jernih, hablur, massa hablur
berbentuk kubus
e. Kelarutan : Larut dalam air, mudah larut
dalam air mendidih ; sukar
larut dalam etanol ; tidak larut dalam
kloroform dan eter.
f. Titik Didih / Lebur : 186 0C
g. Bobot Jenis : 1, 587 g/ mol
h. Stabilitas : lebih mudah terurai dengan adanya
udara dari luar
Sukrosa
a.Warna : Putih, tidak berwarna
b.Rasa : Manis
c.Bau : Tidak berwarna
d.Pemerian : Hablur, masa hablur, bentuk kubus
e.Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air, sangat
mudah larut dalam
air mendidih, sukar larut dalam etanol,
tidak larut dalam klroform dan eter.
f.Titik didih : 186 oC
g.Bobot jenis : 1,587 g/ mol
h.Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya
udara dari luar.
Metil paraben
a.Warna : Putih
b.Rasa : Tidak mempunyai rasa
c.Bau : Hampir tidak berbau
d.Pemerian : Serbuk hablur halus
e. Kelarutan : Larut dalam 500 bagian air, dalam 20
bagian air mendidih,
dalam 25 bagian etanol (95 %) P, dan dalam
3 bagian asetonP ; mudah larut dalam eter
P, dan dalam alkali hidroksida.
f. Titik Lebur : 1250C sampai 1280C
g. Pka/pkb : 8,4
h. Bobot Jenis : 1,352 gr/cm3 atau 1,352 gr/ml
i. pH larutan : 3-6
j. Stabilitas : Lebih mudah terurai dengan adanya
udara dari luar
Propil paraben
a. Warna: Putih
b. Rasa : Tidak berasa
c. Bau : Tidak berbau
d. Pemerian : Serbuk hablur putih
e. Kelarutan : Sangat sukar larut dalam air, larut
dalam 3,5 bagian etanol (95%)P, dalam 3 bagian
aseton P, dalam 140 bagian gliserol P, dan dalam
40 bagian minyak lemak, muda larut dalam larutan
alkali.
f. Titik didih : 95oC – 98oC
g. Bobot jenis : 180,21 g/mol
h. Stabilitas: Lebih mudah terurai dengan adanya
udara dari luar.
Sorbitol
a. Warna: putih
b. Rasa : rasa manis
c. Bau : tidak berbau
d. Pemerian : serbuk, butiran dan kepingan.
e. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, sukar
larut dalam etanol
(95%) P, dalam metanol P, dan dalam
asetatP.
f. Titik didih : suhu lebur hablur antara 174oC –
179oC
g. Stabilitas: terhadap udara higroskopis.
Aquadest
a. Warna : Jernih tidak berwarna
b. Rasa : Tidak mempunyai rasa
c. Bau : Tidak berbau
d. Pemerian : Cairan
e. Titik didih : 1800C
f. Pka/pkb : 8,4
g. Bobot Jenis : 1 gr/cm3 atau 1 gr/ml
h. pH larutan : 7
i. Stabilitas : Stabil diudara
Etanol
a. Warna : tidak berwarna
b. Rasa : rasa pahit
c. Bau : khas
d. Pemerian : cairan jernih, mudah menguap, bergerak,
dan mudah terbakar.
e. Kelarutan : sangat mudah larut dalam air, dan
dalam kloroform dan eter.
f. Bobot jenis : 0,8119 – 0,8139 g/mol
g. Stabilitas : mudah menguap, lebih mudah rusak
dengan adanya cahaya, dan muda terbakar
IV. Alat & Bahan
ALAT BAHAN
TimbanganMortirBatang pengadukBotol coklatSpatelKertas perkamenGelas ukurErlenmeyerPipet tetesBeaker glassViskometerHoeppler
DekstrometorphanMetilparabenPropilparabenSirupussimplexSorbitolAquadestParasetamolEtanol
Piknometer
V. Perhitungan & Penimbangan
Perhitungan
A. Sediaan Larutan
1) Sirupus Simpleks
65 % sukrosa → 65 g sukrosa dalam 100 mL
campuran (65 g dalam 100 g sirup)
Sukrosa yang dibutuhkan = 200mL100mLx65g=130g
Sirupus simpleks yang dibutuhkan untuk 5 botol
sediaan = 175 mL = 200 mL
Sir. Simpleks botol I = 25%100%
X100mL=25mL
Sir. Simpleks botol II = 75%100%
X100mL=75mL
Sir. Simpleks botol III =25 %100%
X100mL=25mL
Sir. Simpleks botol IV =25 %100%
X100mL=25mL
Sir. Simpleks botol V =25%100%
X100mL=25mL
o Metil paraben botol III = 0,18 % (b/v) = 0,18
g dalam 100 mL sediaan
o Metil paraben botol IV = 0,2 % (b/v) = 0,2 g
dalam 100 mL sediaan
o Propil Paraben botol III = 0,02 % (b/v) =
0,02 g dalam 100 mL sediaan
o Sorbitol botol V = 15 % (b/v) = 15 g dalam
100 mL sediaan
B. Eliksir
1) Parasetamol : kelarutan → 1 : 70 bagian air
1 : 7 bagian etanol 95 %
2) Untuk titrasi : parasetamol (120 mg/5 mL) yang
dibutuhkan Dalam 10 mL etanol : 10 mL/5 mL x 120
mg = 240 mg parasetamol
3) Untuk pembuatan sediaan (100 mL) :
120 mg/5 mL → 100 Ml
100 mL/5 mL x 120 mg = 2400 mg = 2,4 g
4) Titrasi paracetamol
Titrasi Paracetamoldengan etanol
Volumeetanol
Kelompok 1 19,3 mLKelompok 2 17,5 mLKelompok 3 16,5 mL
Kelompok 4 16,7 mLKelompok 5 13,5 mLJumlah Etanol 83,5 mLRata-rata Etanol 16,7 mL
5) Perhitungan KD parasetamol
KD kelompok 1
Vol air 100/119,3 x 100 % = 83,822 %
Vol etanol 19,3/119,3 x100% = 16,17%
KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD
etanol )
= (83,822 x 78,5 ) + ( 16,17 x25,7 )
= 6995,59 % = 69,915
KD kelompok 2
Vol air 100/117,9 x 100 % = 84,817 %
Vol etanol 17,9/117,9 x100% = 15,18%
KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD etanol )
= (84,817 x 78,5 ) +( 15,18 x25,7 )
= 70,40
KD kelompok 3
Vol air 100/116,5 x 100 % = 85,836 %
Vol etanol 16,5/116,5 x100% = 14,16%
KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD etanol )
= (100/116,5 x78,5 ) + (16,5/116,5x25,7)
= 71,01
KD kelompok 4
Vol air 100/116,7 x 100 % = 84,817 %
Vol etanol 16,7/ 116,7x100% = 14,31%
KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD etanol )
= (100/116,7 x78,5 ) + (1,67/116,7x25,7)
= 70,93
KD kelompok 5
Vol air 100/113,5 x 100 % = 88,10 %
Vol etanol 13,5/100 x100% = 11,89%
KD = ( vol air X kd air ) + (vol etanol x KD etanol )
= (88,10 x78,5 ) + (11,89 x25,7 )
= 72,218
ΣKD=69,95+70,48+71,01+70,93+72,218
5=70,9176
Penimbangan
A. Sediaan Larutan
No Bahan Berat1. Sukrosa (untuk 200 mL sir.
simpleks)- Sir. Simpleks botol I- Sir. Simpleks botol II- Sir. Simpleks botol III- Sir. Simpleks botol IV
130 g25 mL75 mL25 mL25 mL25 mL
2.
3.4.5.
- Sir. Simpleks botol VMetil paraben botol IIIMetil paraben botol IVPropil paraben botol IIISorbitol botol VAqua destilata add
0,18 g0,2 g0,02 g15 g100 mL
B. Eliksir
No Bahan Berat1.2.3.4.
Parasetamol untuk 100 mLsediaanParasetamol untuk titrasiEtanolAquadest add
2,4 g2,4 g16,7 mL100 mL
VI. Prosedur Percobaan
A. Sediaan Larutan
1) Sirupus simpleks
Sukrosa sebanyak 130 g dilarutkan dalam air panas
sebanyak 200 mL
Sediaan 1
25 mL sirupus simpleks, diaduk hingga homogen.
Campuran tersebut dimasukan ke dalam botol yang
sudah ditara. Add 100 mL dengan aquadest.
Sediaan 2
75 mL air dan diaduk hingga homogen. Campuran
tersebut dimasukan ke dalam botol yang sudah
ditara. Add 100 mL dengan aquadest.
Sediaan 3
0,18 g metil paraben dan 0,02 g propil paraben
dilarutkan dalam 2 mL etanol secara terpisah satu
sama lain. Setelah larut, masing-masing larutan
tersebut dimasukan ke dalam botol. Lalu
ditambahkan 25 mL sirupus simpleks. Setelah itu
aquadest dimasukan add 100 mL.
Sediaan 4
0,2 g metil paraben dilarutkan dalam 2 mL etanol.
25 mL sirupus simpleks dicampurkan dan diaduk
hingga homogen. Campuran tersebut dimasukan ke
dalam botol yang sudah ditara. Add 100 mL dengan
aquadest.
Sediaan 5
25 mL sirupus simpleks dan diaduk hingga homogen.
15 g sorbitol dilarutkan dalam air. Campuran
tersebut dimasukan ke dalam botol yang sudah
ditara. Add 100 mL dengan aquadest.
Semua sediaan dilakukan pengamatan selama 1
minggu. Amati :
- Pertumbuhan mikroorganisme
- Terjadinya kristal pada botol
- Pengamatan organoleptik
B. Eliksir
1) Penentuan konstanta dielektrik parasetamol (120
mg/5 mL) dengan cara titrasi :
- Parasetamol dilarutkan dalam air dengan
konsentrasi (120 mg/5 mL) sebanyak 100 mL
- Dilakukan titrasi dengan etanol sampai larutan
menjadi bening
- KD parasetamol dihitung berdasarkan data KD
pelarut campur
KDcamp = (% Vair x KDair) + (% Vetanol x
KDetanol)
1) Sediaan eliksir parasetamol (120 mg/5 mL)
dibuat sebanyak 100 mL, dengan cara :
a. Parasetamol 2,4 g dilarutkan di dalam 16,7 mL
etanol, diaduk sampai larut. Ditambahkan air
sebanyak 10 mL, aduk hingga homogen. Campuran
dimasukan ke dalam botol yang telah
dikalibrasi. Aquadest add 100 mL.
b. Air sebanyak 10 mL dan etanol 16,7 mL
dicampurkan. Kemudian masukan parasetamol
sebanyak 2,4 g sedikir demi sedikit ke dalam
pelarut campur. Aduk hingga homogen. Campuran
dimasukan ke dalam botol yang telah
dikalibrasi. Aquadest add 100 mL.
VII. Hasil pengamatan
A. Sediaan Larutan
Hari 1
pengamatan Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5
Pertumbuhanmikroba
- - - - -
Terjadinya kristal
- - - - -
Organoleptik bau
- - - - -
Rasa Manis Manis Manis Manis Manis
Warna Bening Kekuningan
Bening Bening Bening
Hari 2
pengamatan Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5
Pertumbuhanmikroba
- - - - -
Terjadinya kristal
- - - - -
Organoleptik bau
- - - - -
Rasa Manis Manis Manis Manis Manis
Warna Bening Kekuningan
Bening Bening Bening
Hari 3
pengamatan Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5
Pertumbuhanmikroba
Ada - - - Ada
Terjadinya kristal
- Ada - - -
Organoleptik bau
- - - - -
Rasa Manis Manis Manis Manis Manis
Warna Bening Kekuningan
Bening Bening Bening
Hari 4
pengamatan Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5
Pertumbuhan Ada - - Ada Ada
mikroba
Terjadinya kristal
- Ada - - -
Organoleptik bau
- - - - -
Rasa Manis Manis Manis Manis Manis
Warna Bening Kekuningan
Bening Bening Bening
B. Eliksir Evaluasi terhadap eliksir
Evaluasi BotolMetode 1 Metode 2
Warna Bening BeningBau Khas KhaspH 6 6Kejernihan Jernih jernihViskositas 1,20 detik 1,83 detikBobot jenis 0,970 0,994Volume terpindahkan 100 ml 100ml
Perhitungan bobot jenis
1) bobot jenis Botol 1dik : w1 = 19,7123
w2 = 30,356
w3 = 30,037
dit : dt?
Jwb : dt = w3-w1 / w2-w1
= 10,324/10,633 = 0,97100
2) Botol 2Dik : w1 = 20,1304
W2 = 30,4025
W3 = 30,3419
Dit : dt ?
Jwb : dt = w3-w1 / w2-w1
= 10,2115 /10,2721 0,994
VIII. Pembahasan
Dalam praktikum kali ini. Dilakukan pembuatan
sediaan larutan. Larutan adalah sediaan cair yang
mengandung bahan kimia terlarut, sebagai pelarut
digunakan air suling kecuali dinyatakan lain.
Sedangkan eliksir adalah sediaan berupa larutan yang
mempunyai rasa dan bau sedap, selain obat mengandung
juga zat tambahan seperti pelarut, pengawet,
antioksidan, dapar, pemanis, pewarna dan floveouring
agent
Zat aktif yang digunakan dalam praktikum pembuatan
larutan adalah dekstrometorphan. Dan bahan tambahan
yang digunakan adalah sirupus simpleks, sukrosa,
metil paraben, propil paraben, sorbitol, aquadest
serta etanol.
Pada percobaan larutan ini, kami membuat sediaan
sirup dengan formula : Sirupus simpleks 25%, 75%,
sirupus simplex 25% ditambah dengan pengawet metil
paraben dan Propil paraben dengan perbandingan 0.18%
: 0.02%, sirupus simplex 25% ditambah dengan
pengawet metil paraben 0,2%, sirupus simplex 25%
ditambah dengan sorbitol 15%. Sediaan yang dibuat
diamati selama 4 hari dengan pengamatan meliputi
pertumbuhan mikroorganisme, terjadinya kristal pada
botol, dan pengamatan pada organoleptis dari sediaan
tersebut.
Dari hasil pengamatan pada sediaan larutan pada
botol 1 didapatkan hasil bahwa pada hari ke pertama
hingga keempat tidak terbentuk kristalisasi. Ini
dapat disebabkan karena sediaan larutan pada botol 1
hanya berisi sirupus simpleks sebanyak 25 %. Kadar
gula yang sedikit, maka tidak akan membentuk
kristalisa pada sediaan ini. Pada hari ke pertama
dan kedua, tidak terlihat adanya pertumbuhan
mikroorganisme, tetapi pada hari ketiga
mikroorganisme mulai tumbuh dalam larutan. Hal ini
terjadi karena pada sediaan ini tidak ditambahkan
zat pengawet, serta dalam sediaan ini ditambahkan
akuades sebanyak 75%, dimana air merupakan media
yang baik untuk tempat tumbuhnya mikroorganisme.
Warna, rasa dan bau tidak mengalami perubahan dari
hari pertama hingga keempat, karena dalam sediaan
ini mengandung sirupus simpleks, maka rasa yang
terasa adalah rasa manis.
Pada hasil pengamatan sediaan larutan pada botol 2
yang berisi sirupus simpleks 75% dan akuades
sebanyak 25 ml. pada hari pertama dan kedua, tidak
terbentuk kristal dan pada hari ketiga terdapat
kristal pada tutup botol atau biasa disebut dengan
caplocking. Pembentukan kristal ini dapat disebabkan
oleh kadar sirupus simpleks yang digunakan dalam
larutan cukup tinggi yaitu sebanyak 75%, sediaan
larutan pada botol 2 juga tidak menggunakan bahan
tambahan anticaplocking, sehingga terbentuk kristal
pada mulut botol. Anti caplocking ini berfungsi
untuk pencegahan pembentukan kembali kristal-kristal
gula dari larutan gula. Contoh dari Anti caplocking
adalah sorbitol yang digunakan pada botol 5. Sediaan
larutan pada botol 2 tidak mengandung
mikroorganisme. Hal ini disebabkan oleh sedikitnya
kadar air yang digunakan yaitu sebanyak 25 ml,
sehingga kemungkinan kecil mikroorganisme untuk
hidup. Warna, rasa dan bau tidak mengalami perubahan
dari hari pertama hingga keempat, karena dalam
sediaan ini mengandung sirupus simpleks, maka rasa
yang terasa adalah rasa manis.
Pada hasil pengamatan sediaan larutan pada botol 3
yang mengandung sirupus simpleks 25%, metil paraben,
dan propil paraben. Dari ke pertama hingga keempat
tidak terbentuk kristal pada leher botol yang
dikarenakan oleh penggunaan sirupus simpleks yang
tidak terlalu banyak sehingga tidak terbentuk
kristalisasi gula. Pada sediaan larutan pada botol 3
juga tidak terbentuk mikroorganisme. Tidak
terbentuknya mikroorganisme disebabkan oleh
penggunaan metil paraben dan propil paraben yang
berfungsi sebagai pengawet. Warna, rasa dan bau
tidak mengalami perubahan dari hari pertama hingga
keempat, karena dalam sediaan ini mengandung
sirupus simpleks, maka rasa yang terasa adalah rasa
manis.
Dalam sediaan larutan botol 4 yang mengandung
sirupus simpleks 25% dan metil paraben, tidak
terdapat kristal pada mulut botol, karena penggunaan
sirupus simpleks yang sedikit yaitu 25%. Pada hari
ke 4 terlihat adanya pertumbuhan mikroba, seharusnya
dalam sediaan ini tidak terjadi kontaminasi oleh
mikroorganisme karena penggunaan metil paraben yang
berfungsi sebagai pengawet. Hal ini dapat disebabkan
oleh teroksidasinya senyawa aktif, mungkin pengawet
yang digunakan kurang memberikan kerja yang maksimal
sehingga terjadi kontaminasi mikroorganisme. Warna,
rasa dan bau tidak mengalami perubahan dari hari
pertama hingga keempat, karena dalam sediaan ini
mengandung sirupus simpleks, maka rasa yang terasa
adalah rasa manis.
Pada hasil pengamatan sediaan larutan pada botol 5
yang berisisirupus simpleks 25% dan sorbitol 15%,
tidak terlihat adanya kristal pada mulut botol. Hal
ini dapat disebabkan karena dalam sediaan 5 terdapat
sorbitol yang merupakan anticaplocking yang dapat
mencegah terbentuknya kristal gula pada leher botol.
Karena dalam sediaan ini tidak menggunakan pengawet,
maka pada hari ke 3 sudah ditumbuhi oleh
mikroorganisme, selain itu pelarut yang digunakan
adalah air yang merupakan media untuk timbulnya
mikroba. Warna, rasa dan bau tidak mengalami
perubahan dari hari pertama hingga keempat, karena
dalam sediaan ini mengandung sirupus simpleks, maka
rasa yang terasa adalah rasa manis.
Elixir adalah cairan jernih, rasanya manis,larutan
hidroalkohol digunakan untuk pemakaian oral, umunya
mengandung flavuoring agent untuk meningkatkan rasa
enak. Eliksir bersifat hidroalkohol, maka dapat
menjaga stabilitas obat baik yang larut dalam air
maupun alcohol. Dalam percobaan ini, selain membuat
sediaan larutan dilakukan pula percobaan membuat
eliksir dengan dua metode.
Metode pertama, parasetamol dilarutkan ke dalam
etanol kemudian ditambahkan air dan dimasukan ke
dalam botol. Metode kedua, air dan etanol
dicampurkan kemudian dimasukan parasetamol sedikit
demi sedikit lalu campuran tersebut diaduk hingga
homogen dan dimasukan ke dalam botol. Dari hasil
pengamatan yang didapat, terlihat bahwa metode
pertama lebih memberikan hasil yang maksimal dengan
parasetamol yang terlarut dengan sempurna
dibandingkan dengan metode kedua. Hal ini dapat
dilihat dari kejernihan kedua sediaan eliksir yang
dibuat, dimana eliksir yang dibuat dengan metode
pertama memiliki terlihat lebih jernih dibandingkan
dengan eliksir yang dibuat dengan metode kedua. Hal
ini dapat disebabkan karena parasetamol larut dalam
70 bagian air, dan dalam 7 bagian etanol (95%), yang
berarti bahwa 1 g parasetamol larut dalam 70 ml air
dan 1 g parasetamol larut dalam 7 ml etanol,
sehingga dengan menggunakan cara yang pertama yang
dilarutkan dalam etanol terlebih dahulu, parasetamol
akan lebih cepat larut. Disini etanol berfungsi
mempertinggi kelarutan obat pada elixir dapat pula
ditambahkan glicerol, sorbitol atau propilenglikol.
Sedangkan untuk pengganti gula bisa digunakan sirup
gula. (Lahman,1994)
Dilakukan evaluasi sediaan eliksir selama seminggu
yang mencakup evaluasi organoleptik (warna, rasa,
bau), pH, kejernihan, berat jenis, viskositas dan
volume terpindahkan. Dari hasil pengamatan
organoleptik, tidak terjadi perubahan warna, rasa
ataupun bau dari hari pertama hingga hari keempat.
Ini dapat disimpulkan bahwa kedua sediaan eliksir
yang dibuat cukup stabil. pH yang didapat dari kedua
sediaan adalah 6. Pengontrolan pH sangat penting
karena untuk meningkatkan kelarutan zat aktif.
Profil laju pH menunjukkan katalis asam spesifik
dengan stabilitas maksimumnya pada jarak pH 5 sampai
7.
Pada pembuatan sediaan elixir ini digunakan pelarut
campur (kosolven) untuk menaikkan kelarutan. Untuk
memperkirakan kelarutan suatu zat dalam pelarut
campur harus dilihat harga konstanta dielektriknya
(KD). Dimana semakin tinggi harga konstanta
dielektriknya, kepolarannya semakin tinggi. Dalam
percobaan ini di dapat harga KD pelarut campur yaitu
62,88. Suatu pelarut campur yang ideal mempunyai
harga konstanta dielektrik antara 25 sampai 80.
Dalam percobaan ini dihasilkan pelarut campur yang
memenuhi persyaratan pelarut yang ideal.
Anonim, 1979, Farmakope Indonesia, edisi III, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta.
Anonim, 1995, Farmakope Indonesia, edisi IV, Departemen
Kesehatan Republik Indonesia, Jakarta, 298
Connors, K.A., Amidon, G.L. and Stella, V.J., 1986,
Chemical Stability of Pharmaceutical, John
Willey and Sons, New York, 3-26, 163-168.
Lahman. L, dkk.1994. Teori dan Praktek Farmasi
Industri. Edisi III. Jakarta : UI Press.
LAPORAN PRAKTIKUM TEKNOLOGI SEDIAAN LIQUIDA SEMISOLIDA
(NON STERIL)
PERCOBAAN 2
SEDIAAN LARUTAN
Kelompok/Shift : 5/A
Anggota Kelompok :
Wendy Wijaya 10060312018
Gina Trihandayani 10060312020
Marsha Budi Clarasati 10060312022
Iftitah Rahmi 10060312024
Hinggrid Gharzia Rosihan 10060312025
Tanggal praktikum : 07 Oktober 2014
Tanggal laporan : 14 Oktober 2014
LABORATORIUM FARMASI TERPADU UNIT D