formulasi sediaan gel ekstrak etil asetat - perpustakaan ...

106
FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETIL ASETAT RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) DAN UJI AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Propionibacterium acnes STEFANI MANGNGISENGI N111 08 108 PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR 2013

Transcript of formulasi sediaan gel ekstrak etil asetat - perpustakaan ...

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETIL ASETAT RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) DAN UJI

AKTIVITAS ANTIBAKTERI TERHADAP Propionibacterium acnes

STEFANI MANGNGISENGI N111 08 108

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETIL ASETAT RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) DAN UJI AKTIVITAS

ANTIBAKTERI TERHADAP Propionibacterium acnes

SKRIPSI

Untuk melengkapi tugas-tugas dan memenuhi syarat-syarat untuk mencapai gelar sarjana

STEFANI MANGNGISENGI N111 08 108

PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS HASANUDDIN MAKASSAR

2013

iii

PERSETUJUAN

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETIL ASETAT RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) DAN UJI AKTIVITAS

ANTIBATERI TERHADAP Propionibacterium acnes

STEFANI MANGNGISENGI N111 08 108

Disetujui oleh :

Pembimbing Utama Pembimbing Pertama, Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt NIP. 19610606 198803 2 002 NIP. 19730309 199903 2 002

Pada Tanggal, Juli 2013

iv

PENGESAHAN

FORMULASI SEDIAAN GEL EKSTRAK ETIL ASETAT RIMPANG LENGKUAS (Alpinia galanga L. Willd) DAN UJI AKTIVITAS

ANTIBATERI TERHADAP Propionibacterium acnes

Oleh : STEFANI MANGNGISENGI

N111 08 108

Dipertahankan di hadapan Panitia Penguji Skripsi Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Pada Tanggal: 16 Juli 2013

Panitia Penguji Skripsi

1. Prof. Dr. M. Nasir Djide, MS., Apt. :………………..

(Ketua)

2. Dra. Hj. Aisyah Fatmawaty, M.Si., Apt. :……………….

(Sekretaris)

3. Abd. Rahim, S.Si., M.Si., Apt : ……………….

(Anggota)

4. Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. : ……………….

(Ex Officio)

5. Dr. Mufidah, S.Si., M.Si., Apt : ……………….

(Ex Officio)

Mengetahui :

Dekan Fakultas Farmasi Universitas Hasanuddin

Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA., Apt NIP. 19560114 198601 2 001

v

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam skripsi ini adalah karya

saya sendiri, tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk

memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang

pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah

ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu

dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Apabila di kemudian hari terbukti bahwa pernyataan saya ini tidak

benar, maka skripsi dan gelar yang diperoleh, batal demi hukum.

Makassar, Juli 2013

Penyusun,

Stefani Mangngisengi

vi

UCAPAN TERIMA KASIH

Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha

Esa karena atas berkah dan rahmat-Nya sehingga penulis dapat

menyelesaikan tugas akhir ini sebagai salah satu persyaratan untuk

menyelesaikan studi di Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan skripsi ini banyak

rintangan dan hambatan yang dihadapi, namun dengan doa dan bantuan

dari berbagai pihak, skripsi ini dapat terselesaikan. Oleh karena itu,

perkenankanlah penulis mengungkapkan rasa terima kasih yang sebesar-

besarnya kepada ayahanda Fransiskus M. dan ibunda Tong Sing Luei,

yang telah banyak memberikan pengorbanan baik moril maupun materil

yang tidak akan mampu penulis balas hingga akhir hayat. Penulis juga

menyampaikan terima kasih kepada saudara-saudara penulis Stevanus

Erwin M, S.E., dan Carolina M. yang selalu tak henti-henti memberikan

nasehat, bantuan dan semangat, serta untuk seluruh kerabat penulis yang

sudah mendukung, yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu.

Pada kesempataan kali ini pula, penulis menyampaikan terima

kasih kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Elly Wahyudin, DEA, Apt. selaku Dekan Fakultas

Farmasi Universitas Hasanuddin

2. Dra. Ermina Pakki, M.Si., Apt. selaku pembimbing utama, dan Dr.

Mufidah,S.Si., M.Si, Apt selaku pembimbing pertama yang telah

vii

meluangkan waktu untuk membimbing penulis selama proses

penyelesaian skripsi ini.

3. Bapak Prof. Dr. H. M. Nasir Djide, M.S., Apt., Ibu Dra. Hj. Aisyah

Fatmawaty, M.Si., Apt., dan Bapak Abd. Rahim S.Si., M.Si., Apt.,

selaku penguji yang telah memberikan saran dan kritik demi

perbaikan skripsi ini.

4. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada bapak Andi

Affandi, S.Si., Apt yang senantiasa memberi bantuan dan

masukkan dalam penelitian hingga terselesaikannya skripsi ini.

5. Selain itu kepada teman-teman angkatan 2008 Farmasi yang

senantiasa menemani dari masa perkuliahan sampai skripsi ini

disusun terkhusus Geng 05 (Feby Witadewi, Kakak Achmad

Himawan, Lie Yusak, dan Johan T.), Dwi Wahyudi R.A., Andi

Kariyawati Kadir, Rahmawati M., Ratna P.D.P., Sri Febrianti, dan

teman-teman yang tidak disebut oleh penulis.

6. Kepada seluruh Laboran Fakultas Farmasi terutama Kanda Ismail,

S.Si., Apt., ibu Sumiati S.Si terima kasih untuk waktu dan

bantuannya.

7. Kepada kakak Nurfaisyah dan kakak kardono yang telah menjadi

teman seperjuangan yang selalu mendukung, memberikan kritikan,

bantuan dan masukkan dalam penelitian hingga terselesaikannya

skripsi ini.

viii

8. Teman-teman asisten Laboratorium Mikrobiologi dan Farmasietika

yang telah meluangkan waktunya untuk membantu dalam

penelitian ini terkhusus pada Suryadi S.Si

9. Ucapan terima kasih juga penulis sampaikan kepada Bapak dan

Ibu Dosen di Fakultas Farmasi, serta seluruh staf dan karyawan,

Fakultas Farmasi, Universitas Hasanuddin.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kesempurnaan,

banyak kekurangan dan kelemahan. Maka dari itu saran dan kritik

membangun sangat penulis harapkan guna tambahan wawasan agar

dalam pengerjaan penelitian selanjutnya dapat lebih baik.

Akhirnya semoga karya kecil ini dapat bermanfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang farmasi, amin.

Makassar, Mei 2013

Penulis

ix

ABSTRAK

Telah dilakukan penelitian mengenai formulasi sediaan gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas (Alpinia galanga L.Willd) dengan tujuan untuk mendapatkan formula yang stabil secara fisik serta memiliki kemampuan menghambat pertumbuhan Propionibacterium acnes. Evaluasi sediaan gel meliputi pengamatan organoleptik, homogenitas, pH, daya sebar, viskositas baik sebelum maupun selama penyimpanan pada suhu 40°C, kelembaban relatif 75% selama 60 hari. Pengujian aktivitas antibakteri dilakukan secara in vitro dengan metode difusi sumur agar. Hasil pengamatan stabilitas fisik sediaan meliputi pengamatan organoleptik, dan homogenitas menunjukkan sebelum maupun setelah penyimpanan tidak terjadi perubahan, sedangkan untuk pengukuran viskositas, dan daya sebar mengalami penurunan selama penyimpanan. Hasil menunjukkan bahwa semua formula gel stabil secara fisik dan gel dengan karbopol 940 konsentrasi 1,25% b/b memiliki kestabilan fisik yang paling baik. Hasil uji aktivitas menunjukkan gel dengan karbopol 940 konsentrasi 1,25% memberikan daya hambat sebesar 12,29 mm sebelum penyimpanan, sedangkan setelah penyimpanan 60 hari memberikan daya hambat sebesar 11,98 mm. Hasil analisis statistik menunjukkan bahwa variasi konsentrasi karbopol pada formula gel memperlihatkan pengaruh yang tidak nyata terhadap aktivitas penghambatan bakteri P. acnes.

x

ABSTRACT

A research about formulation of gel preparations of ethyl acetate extract of galangal rhizome (Alpinia galanga L.Willd) had been done with the aim to get a stable formula physically as well as have the ability to inhibit the growth of Propionibacterium acnes. The evaluation of gel preparations includes the organoleptic observations, homogeneity, pH, spreading ability, viscosity both before and during storage at temperature of 40°C, relative humidity 75% for 60 days. The testing of antibacterial activity was done by in vitro study using agar well-diffusion method. The result of physical stability observations of the preparations include organoleptic observations, and homogeneity indicates that there are no changes occurred before and after storage, while for the measurement of viscosity and spreading ability has decreased on during storage. The result showed that all formulations gels are physically stable and gels with carbopol 940 consentration of 1.25% w/w is physically the most stable formula. The result of antibacterial activity test showed the gel with carbopol 940 concentration of 1.25% give inhibitory zone of 12.29 mm before storage, while after storage 60 days give inhibitory zone of 11.98 mm. Statistical analysis result showed that the gel formula showed unsignificantly different on inhibitory activity of the bacteria P. acnes.

xi

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN PERSETUJUAN SKRIPSI ................................................... iii

UCAPAN TERIMA KASIH ...................................................................... vi

ABSTRAK ............................................................................................. ix

ABSTRACT ........................................................................................... x

DAFTAR ISI .......................................................................................... xi

DAFTAR TABEL ................................................................................... xv

DAFTAR GAMBAR ............................................................................... xvii

DAFTAR LAMPIRAN ............................................................................ xviii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................ 1

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ............................................................... 4

II.1 Uraian Tanaman ...................................................................... 4

II.1.1 Sistematika Tanaman ........................................................... 4

II.1.2 Nama Lain ........................................................................... 4

II.1.3 Morfologi ............................................................................... 4

II.1.4 Kandungan Kimia ................................................................. 5

II.1.5 Kegunaan ............................................................................ 6

II.2 Ekstrak dan Ekstraksi .............................................................. 6

II.2.1 Ekstrak ................................................................................. 6

II.2.2 Ekstraksi .............................................................................. 6

II.3 Kulit ........................................................................................ 10

xii

II.3.1 Anatomi Kulit ....................................................................... 10

II.3.2 Fungsi Kulit .......................................................................... 14

II.3.3 Pemberian obat melalui Kulit ............................................... 15

II.4 Jerawat ................................................................................... 17

II.4.1 Definisi Jerawat .................................................................... 17

II.4.2 Etiologi Jerawat .................................................................... 17

II.4.3 Patogenesis Jerawat ............................................................ 18

II.4.4 Pembagian Jerawat ............................................................. 19

II.4.5 Penanganan Jerawat ........................................................... 21

II.5 Gel .......................................................................................... 23

II.5.1 Definisi Gel ............................................................................ 23

II.5.2 Klasifikasi Gel ....................................................................... 23

II.5.3 Karakteristik Gel ................................................................... 24

II.5.4 Parameter Kestabilan Gel .................................................... 25

II.5.6 Kondisi Penyimpanan Dipercepat ........................................ 27

II.6 Antibakteri ............................................................................... 27

II.6.1 Definisi Antibakteri ............................................................... 27

II.6.2 Pengujian Kepekaan Antibakteri Secara In Vitro ................. 28

II.6.3 Uraian Bakteri ...................................................................... 30

II.7 Uraian Bahan Tambahan ......................................................... 31

BAB III PELAKSANAAN PENELITIAN .................................................. 35

III.1 Alat dan Bahan ....................................................................... 35

III.2 Metode Kerja ......................................................................... 35

xiii

III.2.1 Penyiapan Sampel Uji Pendahuluan ................................... 35

III.2.1.1 Pengambilan Sampel ....................................................... 35

III.2.1.2 Ekstraksi Sampel Uji Pendahuluan ................................. 35

III.2.2 Uji Efek Antibakteri terhadap P. acnes .............................. 36

III.2.2.1 Sterilisasi Alat ................................................................. 36

III.2.2.2 Pembuatan Medium Fluid Thyoglycolate Agar (FTM) ... 36

III.2.3 Penyiapan Bakteri Uji ……………………………………. ...... 37

III.2.3.1 Peremajaan Bakteri .......................................................... 37

III.2.3.2 Pembuatan Suspensi Bakteri .......................................... 37

III.2.4 Uji Kadar Hambat Minimum (KHM) terhadap P.acnes ....... 37

III.2.5 Uji Efek Ekstrak Etil Asetat Rimpang Lengkuas ................. 38

III.2.6 Ekstraksi Sampel ................................................................ 38

III.2.7 Formulasi Gel ..................................................................... 39

III.2.8 Pengerjaan Sediaan ........................................................... 39

III.2.9 Uji Kestabilan Gel ............................................................... 40

III.2.9.1 Pemeriksaan Organoleptis .............................................. 40

III.2.9.2 Pemeriksaan Homogenitas .............................................. 40

III.2.9.3 Pengukuran pH ................................................................ 40

III.2.9.4 Pengukuran Daya Sebar ................................................. 40

III.2.9.5 Pengukuran Viskositas .................................................... 41

III.2.10 Uji Daya Antibakteri Gel terhadap P. acnes ...................... 41

III.2.10.1 Uji Daya Hambat Gel ……………………………………. .. 41

III.3 Pengumpulan dan Analisa Data ............................................ 42

xiv

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN .................................................... 43

IV.1 Hasil Penelitian ..................................................................... 43

IV.2 Pembahasan ......................................................................... 49

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ................................................... 54

V.1 Kesimpulan ............................................................................. 54

V.2 Saran ...................................................................................... 54

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................. 55

LAMPIRAN............................................................................................. 59

xv

DAFTAR TABEL

Tabel halaman

1. Formula Gel Ekstrak Etil Asetat Rimpang Lengkuas …………… 39

2. Hasil pengamatan organoleptis gel ekstrak rimpang lengkuas ………………………………………………………………………… 44

3. Hasil pengamatan homogenitas gel ekstrak rimpang lengkuas ………….….….….….….….….….….….….….….….….….….….… 45

4. Hasil pengukuran pH gel ekstrak rimpang lengkuas ………….… 46

5. Hasil pengukuran daya sebar gel ekstrak rimpang lengkuas ………….…….….….….….….….….….….….….….….….….….… 47

6. Hasil pengukuran viskositas gel ekstrak rimpang lengkuas ………….……………………………………………………………. 48

7. Hasil pengujian daya hambat gel ekstrak rimpang lengkuas …………………………………………………………………..…… 49

8. Hasil pengukuran daya sebar gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas ………….…………….…………….…………….………… 66

9. Hasil analisis SPSS 16 pengukuran daya sebar gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas ………….…………….…………….…… 67

10. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh formula gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas terhadap daya sebar ………….…………….…………….………… 68

11. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh lama penyimpanan dipercepat gel ekstrak rimpang lengkuas terhadap daya sebar ………….…………….…………… 70

12. Hasil pengukuran viskositas gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas ………….…………….…………….…………….………… 72

13. Hasil analisis SPSS 16 pengukuran viskositas gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas ………….…………….…………….…… 73

xvi

14. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh formula gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas terhadap viskositas ………….…………….…………….………… 74

15. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh lama penyimpanan dipercepat gel ekstrak rimpang lengkuas terhadap viskositas ………….…………….……………. 76

16. Hasil uji efek gel ekstrak rimpang lengkuas ………….………… 78

17. Hasil analisis SPSS 16 uji efek gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas ………….…………….…………….…………….………… 79

18. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh formula gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas terhadap pertumbuhan P.acnes ………….…………….………… 80

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar halaman

1. Anatomi Kulit ………………………………………………………. 11

2. Hasil pengujian dilusi cair ……………………..………….…....... 83

3. Hasil pengujian lanjutan dari dilusi cair …………..…………..... 84

4. Hasil uji daya hambat ……………………..………….…............. 85

5. Lengkuas ……………………..………….….......……………...... 85

6. Hasil uji homogenitas gel …………………..………….….......… 86

7. Hasil gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas …………..…… 87

8. Hasil uji daya hambat gel rimpang lengkuas ….….......……… 88

xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran halaman

1. Skema Kerja Uji Pendahuluan……..……..……..……..……..…….. 59

2. Skema Kerja Uji Kadar Hambat Minimum……………...……..…… 60

3. Skema Kerja Uji Efek Ekstrak Etil Asetat Rimpang Lengkuas…... 61

4. Skema Kerja Pengolahan Rimpang Lengkuas …………………... 62

5. Skema Kerja Formulasi Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas ………. 63

6. Skema Kerja Uji Aktivitas Antibakteri Gel …………………………. 64

7. Komposisi Medium …………………………………………………… 65

8. Perhitungan Statistik Daya Sebar Gel Ekstrak Etil Asetat Rimpang Lengkuas ............................ …………………………….. 66

9. Perhitungan Statistik Viskositas Gel Ekstrak Etil Asetat Rimpang Lengkuas ............................ .......... …………………… 72

10. Perhitungan Statistik Efek Sediaan Gel terhadap P. acnes berdasarkan Rancangan Acak Lengkap (RAL)…………………… 78

11. Gambar Penelitian…………………………………………………… 83

1

BAB I

PENDAHULUAN

Jerawat adalah penyakit yang mempengaruhi folikel polisebasea,

terutama pada wajah dan bagian tubuh yang sering dijumpai pada usia

remaja, walaupun tidak jarang dijumpai pada usia yang lebih tua (1,2).

Salah satu faktor yang dianggap dapat menyebabkan jerawat yaitu

Propionibacterium acnes. Propionibacterium acnes merupakan bakteri

pada kulit yang berada pada folikel rambut sebagai flora normal yang

memiliki kemampuan untuk mendegradasi trigliserida sebum menjadi

asam-asam lemak bebas yang dapat memicu terjadinya respon inflamasi.

Bakteri ini menginfeksi kelenjar polisebasea akibat perangkap minyak

sebum yang terlalu banyak dalam folikel, sehingga menyebabkan jerawat

(3).

Penggunaan antibiotika menjadi pilihan dalam pengobatan jerawat

(4). Penggunaan antibiotika dalam pengobatan jerawat mulai dianggap

kurang efektif, selain karena efek samping yang ditimbulkannya cukup

besar, juga karena meningkatnya resistensi P. acnes, sehingga

mendorong usaha penemuan antijerawat yang berasal dari bahan alam

(5).

Salah satu tanaman yang diduga dapat dimanfaatkan sebagai obat

jerawat adalah lengkuas (Alpinia galanga L.Willd) dari suku

Zingiberaceae. Lengkuas secara empiris digunakan oleh masyarakat

2

untuk mengobati gangguan pencernaan, sakit tenggorokan, demam,

sariawan, sebagai antioksidan dan antijamur. Rimpang lengkuas

mengandung beberapa senyawa kimia seperti acetoxychavicol Acetat,

flavanoid, fenil propanoid, dan minyak atsiri, berupa eugenol, kamfer,

seskuiterpen, galangin, kaemferida, dan kadinen (6,7). Penelitian

pendahuluan mengenai aktivitas antibakteri beberapa ekstrak rimpang

lengkuas yaitu ekstrak heksan, ekstrak etil asetat, dan ekstrak etanol 70%,

menunjukan ekstrak etil asetat rimpang lengkuas memiliki daya hambat

yang baik terhadap pertumbuhan bakteri penyebab jerawat. (P. acnes

dengan MIC 0,9 mg/ml). Hasil tersebut menunjukan bahwa ekstrak

rimpang lengkuas berpotensi untuk dibuat menjadi sediaan topikal

antijerawat, salah satunya dalam bentuk sediaan gel.

Gel merupakan sistem semi padat yang terdiri dari suspensi partikel

anorganik kecil atau molekul organik besar yang terpenetrasi oleh suatu

cairan (8). Sediaan gel memiliki kadar air yang tinggi dibandingkan

dengan sediaan topikal lainnya, jumlah air yang tinggi pada gel

mengakibatkan kelembaban dikulit terakumulasi yang menyebabkan

hidrasi stratum korneum pada lapisan epidermis menjadi lebih permeabel

terhadap zat aktif yang dapat meningkatkan permesiasi zat aktif (9).

Sediaan dalam bentuk gel lebih banyak digunakan karena penggunaan

dan penyebarannya di kulit yang lebih mudah, elastis dengan daya lekat

tinggi, serta mudah dicuci dengan air (9,10).

3

Pembuatan gel memerlukan basis yang disebut gelling agent.

Salah satu basis gel yang biasa digunakan adalah karbopol. Karbopol 940

merupakan kelompok polimer akrilat, yang memberikan kekentalan yang

baik pada konsentrasi rendah dan sebagai basis gel digunakan pada

konsentrasi 0,5 – 2%. Karbopol 940 aman untuk pemakaian secara

topikal, tidak mudah ditumbuhi oleh mikroorganisme, serta stabil pada

suhu tinggi. Karbopol kompatibel dengan senyawa yang ada pada ekstrak

rimpang lengkuas (8,11).

Berdasarkan hal tersebut, dilakukan penelitian dengan tujuan untuk

mendapatkan formula yang stabil secara fisik serta memiliki kemampuan

menghambat pertumbuhan P. acnes.

4

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Uraian Tanaman

II.1.1 Sistematika Tanaman (12,13)

Dunia : Plantae

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Liliopsida

Bangsa : Zingiberales

Suku : Zingiberaceae

Marga : Alpinia

Jenis : Alpinia galanga L.willd

II.1.2 Nama Lain (14,17)

Lengkuas, langkuwas (Melayu); isem, kalawasan, lahwas,

hingkuase (Nusa Tenggara); langkuwas (Kalimantan); ringkuwas,

lingkoas, lincuas, laja, aliku, lingkoboto (Sulawesi); langwas, lawase,

lakwase, kourola, laawai, lawasi, lakuwase, galiasa (Maluku); laos (jawa);

laja (Sunda); java galangal, galangal (Inggris); dan san chiang, hong dou

kou (cina).

II.1.3 Morfologi (14,15,16)

Lengkuas merupakan tanaman terna yang tumbuh tegak dengan

tinggi batang 2-2,5 meter. Lengkuas dapat hidup di daerah daratan rendah

sampai daratan tinggi, lebih kurang 1200 meter di atas permukaan laut.

5

Ada 2 varietas tumbuhan lengkuas yang dikenal, yaitu varietas dengan

rimpang umbi berwarna putih dan varietas dengan rimpang umbi

berwarna merah. Lengkuas berimpang umbi putih digunakan sebagai

penyedap masakan, sedangkan lengkuas berimpang umbi merah

digunakan sebagai obat. Lengkuas mempunyai batang pohon yang terdiri

susunan pelepah-pelepah daun. Daun-daunnya berbentuk bulat panjang

dan antara daun yang terdapat pada bagian bawah terdiri dari pelepah-

pelepah saja, sedangkan daun yang terletak di bagian atas batang terdiri

dari pelepah-pelepah lengkap dengan helaian daun. Bunga muncul pada

bagian ujung tumbuhan, berbau wangi, dan berwarna putih kekuningan.

Rimpang umbi lengkuas selain berserat kasar, juga mempunyai aroma

yang khas.

II.1.4 Kandungan Kimia

Simplisia rimpang lengkuas mengandung asetoksicavikol, dan 1-

asetoksieugenol (15). Selain asetoksicavikol, dan 1-asetoksieugenol

rimpang lengkuas mengandung minyak atsiri yang terdiri dari alfa-

bergamoten, alfa-pinen, alfa terpineol, 1,8-cineol, sitronelil asetat, terpinen

4-ol, metilsinamat, sineol, kamfer, -pinen, galangin dan eugenol. Juga

mengandung camphor, galangol, seskuiterpen, kadinena, hydrates

hexahydrocadalene dan Kristal kuning (14,16,17). Adapun Minyak pada

daun seperti myrcene, -ocimene,-pinene, borneol, -caryophyllene,

dan -bisabolene. Sedangkan bunganya mengandung -pinene,

sabinene, limonene, -phyllandrene, 1,8-cineole, linalool, terpinen-4-ol, -

6

terpineol, methyl eugenol, -patchoulene, caratol, -caryophyllene, -

bergamotene, -farnesene, nerolidol, -bisabolol and benzyl benzoate

(19).

II.1.5 Kegunaan

Masyarakat menggunakan tanaman lengkuas untuk tujuan

pengobatan pada panu, kurap, kutil, jerawat, demam, menghilangkan bau

mulut dan bau badan, masuk angin, sariawan, bronchitis,

membangkitkan nafsu makan, rematik, diare, radang lambung, radang

paru, morbili, dan obat sakit limpah (16,17). Rimpang lengkuas memiliki

aktivitas sebagai antibakteri dan antiprotozoa. Komponen utama dari

minyak juga diuji dan terpinen-4-ol ditemukan paling aktif melawan

Trichophyton mentagrophytes dan bersifat antibakteri terhadap berbagai

jenis bakteri penyebab penyakit (15,18). Selain itu rimpang lengkuas

memiliki aktivitas sebagai antioksidan dan antijamur (20.21).

II.2 Ekstrak dan Ekstraksi

II.2.1 Ekstrak (22)

Ekstrak adalah sediaan kering, kental, atau cair dibuat dengan

menyari simplisia nabati atau hewani menurut cara yang cocok, di luar

pengaruh cahaya matahari langsung. Ekstrak kering harus mudah digerus

menjadi serbuk.

II.2.2 Ekstraksi (23,24)

Ekstraksi adalah proses melarutkan komponen-komponen kimia

yang terdapat dalam suatu sampel dengan menggunakan pelarut yang

7

sesuai dengan komponen yang diinginkan. Tujuan ekstraksi adalah untuk

menarik komponen kimia yang terdapat dalam bahan alam. Ekstraksi ini

didasarkan pada perpindahan massa komponen zat padat ke dalam

cairan penyari dan perpindahan mulai terjadi pada lapisan antarmuka,

kemudian terdifusi masuk ke dalam pelarut. Jenis-jenis ekstraksi bahan

alam yang sering dilakukan adalah ekstraksi secara dingin seperti

maserasi, perkolasi dan ekstraksi secara panas seperti infudasi, sokletasi

dan destilasi uap air.

a. Metode Infudasi

Infus adalah sediaan cair yang dibuat dengan menyari simplisia

dengan air pada suhu 900C selama 15 menit. Infudasi adalah proses

penyarian yang umumnya digunakan untuk menyari zat kandungan aktif

yang larut dalam air dari bahan-bahan nabati. Penyarian dengan cara ini

menghasilkan sari yang tidak stabil dan mudah tercemar oleh kuman dan

kapang. Oleh karena itu, sari yang diperoleh dengan cara ini tidak boleh

disimpan lebih dari 24 jam.

b. Metode Maserasi

Maserasi merupakan cara penyarian yang sederhana. Maserasi

dilakukan dengan cara merendam simplisia dalam cairan penyari. Cairan

penyari akan menembus dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang

mengandung zat aktif yang akan larut, dan karena adanya perbedaan

konsentrasi antara larutan zat aktif yang di dalam dengan yang di luar sel,

maka larutan yang terpekat akan terdesak keluar. Peristiwa tersebut

8

berulang sehingga tercapai keseimbangan konsentrasi antara larutan di

luar sel dan di dalam sel. Maserasi digunakan untuk penyarian simplisia

yang mengandung zat aktif yang mudah larut dalam cairan penyari, tidak

mengandung zat yang mudah mengembang dalam cairan penyari, tidak

mengandung benzoin, stirak, dan lain-lain. Keuntungan cara penyarian

dengan maserasi adalah cara pengerjaan dan peralatan yang digunakan

sederhana dan mudah diusahakan.

c. Metode Perkolasi

Perkolasi adalah cara penyarian yang dilakukan dengan

mengalirkan cairan penyari melalui serbuk simplisia yang telah dibasahi.

Cairan penyari dialirkan dari atas ke bawah melalui serbuk tersebut,

cairan penyari akan melarutkan zat aktif sel-sel yang dilalui sampai

mencapai keadaan jenuh.

d. Metode Soxhletasi

Penyarian dengan soxhlet merupakan salah satu metode yang

dapat digunakan dalam penyarian untuk mendapatkan ekstrak, pada

proses ini sampel yang akan disari dimasukkan pada alat penyari Soxhlet,

kemudian cairan penyari dimasukkan ke dalam labu. Cairan penyari

dipanaskan hingga mendidih, lalu uap cairan penyari akan naik ke atas

melalui pipa samping, kemudian diembunkan kembali oleh pendinginan.

Cairan penyari akan turun ke labu melalui tabung, sambil melarutkan zat

aktif pada serbuk simpisia. Karena adanya pipa sifon, maka cairan yang

telah mencapai permukaan sifon, seluruh cairan akan kembali ke labu.

9

Cara ini lebih menguntungkan karena uap panas tidak melalui serbuk

simplisia tetapi melalui pipa samping.

e. Metode Destilasi uap

Destilasi uap dapat dipertimbangkan untuk menyari simplisia yang

mengandung komponen yang memiliki titik didih tinggi pada tekanan

udara normal, dengan pemanasan biasa kemungkinan terjadi kerusakan

zat aktifnya. Destilasi uap bukan hanya suatu proses penguapan pada titik

didihnya, tetapi suatu proses perpindahan massa ke suatu media yang

bergerak. Uap jenuh akan membasahi permukaan simplisia, kemudiaan

melunakkan jaringan dan menembus ke dalam melalui dinding sel,

sehingga zat aktif akan berpindah ke rongga uap air yang aktif dan

selanjutnya akan berpindah ke rongga uap yang bergerak antar fase.

f. Metode gelombang ultrasonik (sonication)

Metode ini menggunakan gelombang ultrasonic dengan frekuensi

antara 20 – 2000 kilohertz (kHz) yang akan meningkatkan permeabilitas

dari dinding sel dan menghasilkan rongga. Meskipun proses ini

bermanfaat pada beberapa tanaman seperti ekstraksi dari akar rauwolfia,

pemanfaatan metode ini dalam secara skala besar sangat terbatas karena

banyaknya biaya yang diperlukan. Kelemahan lain yang sesekali terjadi

tetapi sangat merugikan adalah sifat dari energi gelombang ultrasonik

(lebih dari 20 kHz), yang akan menghilangkan efek dari zat aktif pada

tanaman obat dengan membentuk radikal bebas yang akibatnya merubah

bentuk molekul dari zat aktif tersebut.

10

II.3 Kulit

Kulit merupakan suatu organ besar yang berlapis-lapis, menutupi

permukaan lebih dari 20.000 cm2 yang mempunyai bermacam-macam

fungsi dan kegunaan. Didalam kulit terdapat ujung saraf peraba yang

mempunyai fungsi, antara lain membantu mengatur suhu, dan

mengendalikan hilangnya air dari tubuh. Kulit juga berfungsi melindungi

tubuh dari serangan mikroorganisme. Secara anatomi, kulit terdiri dari

banyak lapisan jaringan, tetapi pada umumnya kulit dibagi dalam tiga

lapisan jaringan yaitu epidermis, dermis dan hipodermis (25,26).

II.3.1 Anatomi Kulit (27,28) Kulit terdiri dari dua bagian utama. Lapisan terluar adalah lapisan

epidermis, yaitu lapisan tipis yang tersusun dari jaringan epitel skuamosa

bertingkat yang mengalami kreatinisasi, jaringan ini tidak memiliki

pembuluh darah, dan sel-selnya sangat rapat. Epidermis dihubungkan ke

bagian yang lebih dalam dan lebih tebal, yaitu jaringan penghubung

(connective tissue) yang disebut dermis. Di bawah dermis adalah lapisan

subkutan yang disebut hipodermis yang terdiri dari jaringan areolar dan

jaringan adiposa.

Lapisan epidermis merupakan lapisan epitel terluar yang terdiri dari

5 lapisan dan berfungsi sebagai pelindung terhadap pengaruh luar.

11

Gambar 1. Gambar anatomi kulit (41).

Urutan lapisan tersebut dari dalam ke luar adalah:

a. Stratum basalis/ germinativum

Stratum germinativum merupakan lapisan dasar epidermis dan

merupakan satu-satunya lapisan yang mampu mengalami reproduksi.

Lapisan ini terdiri dari sel-sel berbentuk kolumnar dan kuboid yang mampu

mengalami pembelahan sel-sel. Sel pada lapisan ini mampu membelah

dan bermultiplikasi untuk memperbarui lapisan epidermis secara

berkesinambungan. Ketika sel-sel ini bermultiplikasi, sel-sel ini akan

terdorong ke permukaan dan menjadi bagian dari lapisan selanjutnya.

Pada bagian ini terdapat pigmen melanin yang berperan dalam

memberikan warna pada kulit dan sel-sel Merkel yang peka terhadap

Stratum spinosum

Stratum basale

Kelenjar sebaseus

Kelenjar keringat

Saluran keringat

Epidermis

Dermis

Stratum granulosum

Stratum lusidum

Stratum korneum (lapisan tanduk)

Daerah membran paling dasar

Pembuluh darah

Folikel rambut

Subkutan (hypodermis)

jaringan adiposa

Sel yang lepas dari

stratum korneum

Pembukaan dari

saluran keringat

Batang rambut

12

sentuhan. Selain itu, lapisan ini juga membentuk jalinan-jalinan epidermal

dengan pola tertentu yang kita kenal sebagai sidik jari.

b. Stratum spinosum

Stratum spinosum merupakan lapisan epidermis yang terdiri dari 8-

10 sel polihedral yang tersusun berdekatan satu sama lain. Permukaan

sel ini mengandung penonjolan berbentuk seperti duri.

c. Stratum granulosum

Stratum granulosum merupakan tempat terjadinya aktivitas biokimia

dan perubahan morfologi sel, sehingga pada zona ini terdapat campuran

sel yang hidup dengan sel keratin yang mati. Pada lapisan ini terjadi

sintesis keratohialin yang menghasilkan keratin, yaitu suatu protein yang

tidak tembus air.

d. Stratum lusidum

Stratum lusidum adalah lapisan jernih dan tembus cahaya dari sel-

sel gepeng tidak bernukleus yang mati atau hampir mati dengan ketebalan

empat sampai tujuh lapisan sel. Secara normal hanya ditemukan pada

kulit yang tebal seperti telapak kaki dan tangan. Sel-sel pada stratum

lusidum berbentuk pipih dan berisi eleidin. Eleidin ini dibentuk dari

keratohialin dan akhirnya diubah menjadi keratin. Bila serabut keratin telah

berkembang sempurna maka sel-sel penghasilnya akan berubah bentuk

menjadi pipih dan tipis, membrannya menebal serta permeabilitasnya

berkurang kemudian inti dan organel lainnya mengalami desintegrasi dan

akhirnya mati. Membran sel akhirnya tertutup oleh keratin.

13

e. Stratum korneum

Stratum korneum terdiri dari 15-30 lapisan sel-sel yang kompak,

rata, kering dan mengandung keratin datar dan sel mati. Sel-sel ini

dilepaskan dan digantikan terus-menerus melalui pembelahan sel di

lapisan basalis. Sel tersebut bergerak ke atas, ke arah permukaan

mengalami kerantinisasi, dan kemudian mati. Dengan demikian, seluruh

permukaan tubuh terbuka ditutup oleh lembaran sel epidermis mati.

Stratum korneum merupakan penyangga yang efektif untuk melawan

gelombang panas dan cahaya, serangan mikroorganisme dan senyawa

kimia. Keseluruhan lapisan epidermis akan digantikan dari dasar ke atas

setiap 15 sampai 30 hari.

Dermis dipisahkan dari lapisan epidermis dengan adanya membran

dasar, atau lamina. Membran ini tersusun dari dua lapisan jaringan ikat,

yaitu lapisan papilar dan lapisan retikular. Lapisan papilar terdiri dari

jaringan ikat areolar renggang dan serabut elastin,sehingga bersifat elastis

dengan fibroblast, sel mast, dan makrofag. Lapisan ini mengandung

banyak pembuluh darah, yang memberi nutrisi pada epidermis di atasnya,

juga terdapat papila dermal serupa jari, yang mengandung reseptor dan

pembuluh darah, menonjol ke dalam lapisan epidermis. Sedangkan

lapisan retikular mengandung serabut yang tidak beraturan sehingga

bersifat fleksibel. Lapisan ini terletak lebih dalam dari lapisan papilar dan

tersusun dari jaringan ikat iregular yang rapat, kolagen dan serat elastik.

14

Daerah retikular berhubungan dengan organ-organ yang berada di

bawahnya seperti tulang dan otot melalui lapisan hipodermis.

Hipodermis atau subkutan merupakan lapisan yang terikat sangat

lemah dengan dermis. Antara dermis dan hipodermis tidak ada pembatas

yang jelas. Hipodermis tersusun dari jaringan ikat longgar yang banyak

mengandung lemak, serta berisi banyak pembuluh darah dan ujung saraf.

Lapisan berperan dalam stabilisasi posisi kulit dalam kaitannya dengan

jaringan atau organ lain.

II.3.2 Fungsi Kulit (27,29)

Fungsi kulit, antara lain:

1. Perlindungan

Kulit melindungi tubuh dari mikroorganisme, penarikan atau

kehilangan cairan, gangguan mekanik seperti tekanan, tarikan, gesekan,

dan gangguan kimiawi seperti zat iritan kimia. Pigmen melanin yang

terdapat pada kulit memberikan perlindungan selanjutnya terhadap sinar

ultraviolet matahari.

2. Pengaturan suhu tubuh

Pembuluh darah dan kelenjar keringat dalam kulit berfungsi untuk

mempertahankan dan mengatur suhu tubuh.

3. Ekskresi

Zat berlemak, air dan ion-ion, seperti Na+ di keluarkan melalui

kelenjar-kelenjar pada kulit. Produk kelenjar lemak dan keringat di

permukaan kulit membentuk keasaman kulit pada pH 5-6,5.

15

4. Metabolisme

Dengan bantuan radiasi sinar matahari atau sinar ultraviolet, proses

sintesis vitamin D yang penting untuk pertumbuhan dan perkembangan

tulang, dimulai dari sebuah molekul perkursor (dehidrokolestrol-7) yang

ditemukan di kulit.

5. Absorpsi

Kemampuan absorpsi kulit dipengaruhi oleh ketebalan kulit, hidrasi,

kelembaban udara, metabolisme dan jenis vehikulum zat yang menempel

di kulit. Penyerapan dapat melalui celah antar sel, saluran kelenjar atau

saluran keluar rambut.

6. Pengindra (sensori)

Kulit mengandung ujung-ujung saraf sensorik di dermis dan

subkutan. Saraf- saraf sensorik tersebut lebih banyak jumlahnya di daerah

erotik.

II.3.3 Pemberian obat melalui kulit

Tujuan umum penggunaan obat pada terapi dermatologi adalah

untuk menghasilkan efek terapetik pada tempat-tempat spesifik di jaringan

epidermis (26). Penetrasi obat melalui startum korneum dapat terjadi

karena adanya proses difusi melalui dua rute, yaitu transepidermis dan

transappendageal (30).

Rute transepidermal atau melalui jaringan epidermis, difusi melalui

transepidermal terjadi melalui dua jalur yaitu transeluler dan jalur

interseluler. Jalur transeluler menembus sel-sel stratum korneum,

16

sedangkan jalur interseluler lewat antara celah sel-sel stratum korneum.

Untuk rute transappendageal, atau melalui kelenjar minyak, kelenjar

keringat, dan melalui dinding saluran folikel rambut yang disebabkan

karena adanya saluran untuk penetrasi sehingga memungkinkan obat

tersebut berpenetrasi. Rute ini penting untuk senyawa yang dapat

terionisasi dan senyawa-senyawa polar dengan molekul besar yang tidak

dapat menembus stratum korneum (26,30).

Faktor-faktor yang mempengaruhi permeasi kulit sangat

bergantung dari sifat fisika kimia obat dan juga bergantung pada zat

pembawa, pH dan konsentrasi. Perbedaan fisiologis melibatkan kondisi

kulit yaitu apakah kulit dalam keadaan baik atau luka, umur kulit,

perbedaan spesies dan kelembaban yang dikandung oleh kulit (26).

Prinsip penyerapan obat ke dalam kulit terjadi melalui difusi pasif,

yaitu suatu proses dimana substrak bergerak dari satu wilayah ke sistem

lain, mengikuti gerakan acak molekul. Difusi pasif merupakan bagian

terbesar dari proses trans-membran bagi obat pada umumnya. Difusi obat

berbanding lurus dengan konsentrasi obat, koefisien difusi, luas

permukaan kulit dan ketebalan membran (31,32). Selain itu difusi pasif

dipengaruhi oleh koefisien partisi, dimana peningkatan koefisien partisi

maka semakin cepat difusi obat (30).

17

II.4 Jerawat

II.4.1 Definisi Jerawat

Jerawat adalah penyakit yang mempengaruhi folikel polisebasea,

terutama pada wajah dan bagian tubuh. Salah satu faktor yang dianggap

dapat menyebabkan jerawat yaitu Propionibacterium acnes,

Staphylococcus epidermidis dan Staphylococcus aureus (1).

II.4.2 Etiologi Jerawat (1,2,33)

Etiologi jerawat adalah multi faktoral. Faktor yang dianggap dapat

menyebabkan jerawat, terdiri atas:

1. Faktor Herediter

Penderita jerawat mempunyai salah satu dari orang tuanya juga

menderita jerawat. Penderita faktor ini dilahirkan dengan diatesis seborea

yang berarti kelenjar sebaseus memproduksi sebum lebih banyak dari

orang non diatesis seborea. Menurut Kligman, jumlah sebum yang

dihasilkan dapat menentukan beratnya jerawat. Faktor genetik ini

dipengaruhi faktor lain misalnya sinar ultra violet, makanan yang banyak

mengandung lemak dan karbohidrat.

2. Hormon

Hormon androgen yang diproduksi oleh kelenjar adrenal, testis dan

ovarium dapat berpengaruh langsung pada kelenjar sebaseus.

Testosterone yang diproduksi ini akan diubah oleh enzim 5-reduktase

menjadi dehidrotestosteron(DHT). Dehidrotestosteron yang menyebabkan

18

kelenjar sebaseus menjadi lebih besar dan lebih aktif memproduksi

sebum.

3. Propionibacterium acnes

Selain sebum dan sel-sel epitel saluran polisebaseus mengandung

berbagai mikroorganisme. Bagian infrainfundibulum mengandung bakteri

anaerob, yaitu P. acnes. Sedangkan pada bagian akroinfundibulum

ditempati oleh Pityrosporum ovale dan P. orbiculare. Selain itu

dipermukaan kulit sekitar folikel terdapat kokus aerob, yaitu

Staphylococccus epidermidis. Sebum pertama kali dikeluarkan dalam

bentuk trigliserida, ester lilin (wax) dan skualene serta sedikit kolesterol

dan ester kolesterol. Bila sekret sebum mengalir keatas, maka komposisi

ini akan berubah karena adanya enzim lipase yang dapat menghidrolisis

trigliserida menjadi gliserol dan asam lemak bebas.

II.4.3 Patogenesis Jerawat (1,34)

Secara garis besar faktor-faktor penyebab jerawat yang berperan

dalam patogenesis jerawat. Salah satu faktor penyebab jerawat yaitu

hormon. Hormon dapat menyebabkan kelenjar sebaseus lebih besar dan

lebih aktif memproduksi sebum. Untuk membantu menjaga kelembaban

kulit, kelenjar sebaseus memproduksi komponen minyak yang disebut

sebum. Ketika kelenjar sebaseus memproduksi sebum terlalu banyak,

saluran folikel rambut yang merupakan saluran ke epidermis akan

menimbun banyak kotoran berupa sebum, dan bakteri, membentuk

komedo (noninflammatory acne) yang menonjol pada permukaan kulit.

19

Komedo ini akan berkembang menjadi peradangan (inflammatory acne)

apabila terinfeksi oleh bakteri.

Sebum yang menumpuk pada pori-pori menjadi media yang baik

bagi pertumbuhan bakteri anaerob Propionibacterium acnes yang

menempati unit-unit polisebaseus kulit. Peranan P.acnes dalam

patogenesis jerawat dapat dilihat melalui dua hal, pertama, adanya respon

sistem imun terhadap antigen yang terdapat pada dinding sel P.acnes

dengan melepaskan mediator-mediator radang. Kedua, adanya enzim

lipase yang dilhasilkan oleh P.acnes yang digunakan untuk memecah

trigliserida sebum menjadi gliserol dan asam-asam lemak bebas. Asam-

asam lemak bebas yang terbentuk merangsang produksi sitokin

proinflamasi yang selanjutnya menarik netrofil menuju saluran folikel

rambut, sehingga timbul peradangan.

II.4.4 Pembagian Jerawat (1,33)

Pembagian jerawat berdasarkan tingkat berat ringannya penyakit,

terbagi menjadi 3 skala, yaitu:

1. Jerawat ringan

Umumnya jerawat jenis ini terdiri dari lesi-lesi non inflamasi, yaitu

komedo tertutup (white head), Komedo terbuka (black head), dan papul

yang in aktif.

Komedo tertutup (white head) merupakan bintik putih yang

disebabkan oleh penyumbatan muara polisebaseus oleh massa sebum

dan tertutup oleh lapisan epitel.

20

Komedo terbuka (black head) merupakan penyumbatan muara

polisebaseus oleh sebum tanpa ditutupi oleh epitel kulit, terjadi ketika

folikel terbuka di permukaan kulit, sehingga sebum yang mengandung

pigmen melanin, teroksidasi dan berubah menjadi coklat/hitam.

Papul terjadi ketika dinding folikel rambut mengalami kerusakan

atau pecah sehingga sel darah putih keluar dan terjadi inflamasi di lapisan

dalam kulit. Papul berbentuk benjolan lunak kemerahan di kulit tanpa

memiliki kepala. Papul terbagi atas dua yaitu yang aktif dan kurang aktif.

Papul yang kurang aktif berdiameter 4 mm, 7% diantaranya akan

mengalami resolusi, sedang yang lainnya akan berubah jadi papul yang

aktif atau menjadi pustule. Sedangkan papul yang aktif lebih merah dan

lebih besar.

2. Jerawat Sedang

Jerawat ini umumnya mempunyai lesi predominan yaitu papul,

pustule, dan nodul. Bila penderita menderita jerawat di punggung dan

dada walaupun hanya komedo dan papul, maka digolongkan dalam

Jerawat sedang.

Pustul terjadi beberapa hari setelah terbentul papul ketika sel darah

putih keluar ke permukaan kulit. Pustul berbentuk benjolan merah dengan

titik putih atau kuning di tengahnya yang mengandung sel darah putih.

Pustul ini berasal dari papul yang mengalami inflamasi dan menetap lebih

dari 7 hari serta mengalami resolusi dalam waktu 2-6 minggu.

21

Nodul.Bila folikel pecah di dasarnya maka terjadi benjolan radang

yang besar yang sakit bila disentuh.

3. Jerawat Berat

Jerawat ini dibagi atas:

1. Akne Konglobata merupakan bentuk jerawat berat yang kronik,

ditandai dengan adanya sinus, abses, dan jaringan parut yang tak

teratur. Abses berasal dari pengelompokan papul dan pustul yang

berwarna kemerahan, nyeri dan cendrung mengeluarkan bahan

berupa campuran darah, nanah dan sebum.

2. Akne fulminan merupakan akne yang ditandai dengan adanya akne

konglobata yang ulserativ, disertai demam dan poliartralgia pada sendi

lutut dan paha. Adanya peningkatan leukosit terutama sel utama sel-

sel polimorfonuklear dan laju endap darah menunjukkan bahwa

penyakit ini akut.

II.4.5 Penanganan Jerawat (2)

Usaha pengobatan jerawat dapat dilakukan dengan 5 cara:

1. Pengobatan topikal

Prinsip pengobatan topikal adalah mencegah pembentukan

komedo (jerawat ringan), ditujukan untuk menekan peradangan dan

kolonisasi bakteri, serta penyembuhan lesi jerawat. Misalnya dengan

pemberian bahan iritan, antibakteri topikal dan hormon seperti; sulfur,

asam salisilat, asam vitamin A, benzoil peroksida, asam azelat, tetrasiklin,

eritromisin, klindamisin, dan kortikosteroid tropikal.

22

2. Pengobatan sistemik

Pengobatan sistemik ditujukan untuk penderita jerawat sedang

sampai berat, dengan prinsip menghambat perkembangan jasad renik,

menekan produksi sebum dan mempengaruhi keseimbangan hormonal.

Golongan obat sistemik misalnya: pemberian antibiotik (tetrasiklin

hidroklorida, eritromisin, minosiklin, linkomisin dan klindamisin), obat

hormonal (estrogen, siproteron asetat, klormadion asetat, spironolakton,

kortikosteroid dan isotretinoin.

3. Pengobatan gabungan sistemik dan tropical

Pengobatan gabungan ditujukan untuk penderita jerawat sedang

sampai berat, untuk lesi jerawat tertentu atau sebagai antibakteri dan anti

pembentuk sebum.

4. Pengobatan dengan tindakan tambahan

Pengobatan ini ditujukan untuk menghilangkan komedo dan lesi

pada penderita jerawat. Cara ini dapat menghilangkan komedo terbuka

maupun komedo tertutup dengan tekanan ringan memakai komedo

ekstraktor, sehingga dapat mencegah timbulnya lesi meradang. Ataupun

pada lesi kista dapat dilakukan tindakan menyuntikkan dengan

kortikosteroid intralesi atau krioterapi.

5. Pengobatan untuk parut bekas jerawat

Pengobatan ini ditujukan untuk memperbaiki jaringan parut yang

terjadi akibat jerawat. Tindakan dapat dilaksanakan setelah jerawat

sembuh baik dengan cara bedah kimia, dermabrasi atau implan kolagen.

23

II.5 Gel

II.5.1 Definisi Gel

Gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat

dari partikel anorganik kecil atau molekul organik besar yang terpenetrasi

oleh suatu cairan. Jika massa gel terdiri dari jaringan partikel kecil yang

berlainan, gel ini digolongkan sebagai sistem dua fase. Dalam sistem dua

fase, jika ukuran partikel dari fase terdispersi relatif besar, massa gel

kadang dinyatakan sebagai magma. Sedangkan gel fase tunggal terdiri

dari molekul organik besar atau makromolekul yang tersebar rata dalam

suatu cairan hingga tidak terlihat adanya batas antara makromolekul yang

terdispersi dalam cairan (10).

II.5.2 Klasifikasi Gel (8)

Basis gel dapat berupa basis hidrofobik atau basis hidrofilik. Basis

hidrofobik atau organogel umumnya terdiri dari partikel-partikel anorganik.

Basis gel ini didispersikan pada pelarut bukan air/pelarut organik, antara

lain plastibase (suatu polietilen dengan BM rendah yang terlarut dalam

minyak mineral), dan dispersi logam stearat dalam minyak.

Basis hidrofilik terbentuk oleh molekul polimer hidrofilik yang saling

sambung silang melalui ikatan kimia. Pelarut yang digunakan adalah

pelarut air. Sistem koloid hidrofilik biasanya lebih mudah untuk dibuat dan

memiliki stabilitas yang lebih tinggi. Selain itu, gel ini bersifat lembut/

lunak, elastis sehingga meminimalkan iritasi karena friksi atau mekanik

24

pada jaringan sekitarnya. Basis gel hidrofilik antara lain bentonit, veegum,

silika, pektin, tragakan, metil selulosa, dan karbopol.

II.5.3 Karakteristik Gel (10)

Idealnya, bahan pembentuk gel yang digunakan untuk sediaan

kosmetik dan farmasetik harus inert, aman digunakan dan tidak bereaksi

dengan komponen lainnya dalam formulasi. Gel harus menunjukkan

sedikit perubahan viskositas pada saat penyimpanan maupun ketika

digunakan. Karena umumnya gel merupakan polisakarida alam yang

cocok untuk pertumbuhan mikroba, maka harus mengandung pengawet

untuk mencegah kontaminasi mikroba. Selain itu, gel untuk penggunaan

topikal tidak boleh terlalu encer. Konsentrasi bahan pembentuk gel yang

terlalu tinggi dapat menyebabkan gel sulit untuk dikeluarka saat hendak

digunakan.

1. Mengembang

Gel dapat mengembang karena komponen pembentuk gel dapat

menyerap air yang menyebabkan terjadinya peningkatan volume. Pelarut

berpenetrasi ke dalam matriks gel sehingga interaksi gel dengan gel

digantikan dengan interaksi gel dengan pelarut. Pengembangan gel

kurang sempurna jika terjadi ikatan silang antara polimer didalam matriks

gel yang dapat menyebabkan kelarutan komponen gel berkurang.

2. Sinersis

Sineresis yaitu proses yang terjadi akibat adanya kontraksi di

dalam massa gel. Cairan yang terjerat akan ke luar dan akan berada di

25

atas permukaan gel. Pada saat pembentukan gel, terjadi tekanan yang

elastis sehingga terbentuk massa gel yang tegar. Mekanisme terjadinya

kontraksi berhubungan dengan fase relaksasi akibat adanya tekanan

elastis pada saat pembentukan gel. Adanya perubahan pada ketegaran

sel akan mengakibatkan karakter antar matriks berubah, sehingga

memungkinkan cairan bergerak menuju permukaan, sinerisis dapat terjadi

pada hidrogel maupun organogel.

3. Aliran

Larutan dari bahan pembentuk gel dan dispersi dari padatan yang

terflokulasinya menunjukkan aliran pseudoplastik, yaitu aliran non

Newtonian yang viskositasnya menurun dengan peningkatan tekanan.

II.5.5 Parameter Kestabilan Gel (8,35)

Beberapa hal yang dapat mempengaruhi kestabilan gel selama

penyimpanannya, yaitu:

a. Organoleptik

Pengamatan gel dapat dilakukan dengan mengamati penampakan

visual, warna, dan bau. Pengaruh suhu terhadap gel dapat menyebabkan

terjadinya perubahan visual, warna, dan bau. Sediaan gel yang sering

dipilih memilih tingkat kejernihannya tinggi. Namun, ada beberapa gel

yang keruh karena bahan – bahannya tidak terdispersi secara molekular

dengan sempurna atau membentuk agregat yang mendispersikan cahaya.

b. Homogenitas

Gel yang stabil harus dapat mempertahankan homogenitasnya

26

selama waktu penyimpanan. Gel harus dapat memperlihatkan susunan

yang homogen atau tidak adanya pemisah fase baik berpisahnya fase

cairan sebagai sinersis atau berpisahnya padatan sebagai partikel yang

bersedimentasi.

c. Pengukuran pH

Pengukuran pH sediaan gel merupakan pemeriksaan yang penting.

Nilai pH biasanya telah disesuaikan, idealnya sama dengan pH kulit atau

tempat pemakaian spesifik untuk menghindari timbulnya iritasi. Banyaknya

reaksi dan proses yang bergantung pada nilai pH, antara lain kekefektifan

pengawet, degredasi dari bahan, kelarutan, dan stabilitas. Oleh sebab itu,

pemeriksaan pH perlu dilakukan.

d. Daya sebar

Pengujian ini ditujukan untuk mengetahui pengantaran dosis dari

obat yang bergantung pada daya sebar. Faktor yang mempengaruhi daya

sebar seperti kecepatan pengantaran yang bergantung pada viskositas

sediaan, kecepatan penguapan pelarut, dan kecepatan peningkatan

viskositas karena penguapan. Suatu sediaan hrus memiliki formula yang

menjamin dosis yang sesuai telah dihantarkan ke target. Penghantaran

dosis yang tepat bergantung pada daya sebar suatu sediaan.

e. Viskositas

Gel menunjukkan perubahan viskositas yang berbeda pada

temperatur yang berbeda-beda, karena viskositas gel sangat dipengaruhi

oleh suhu. Gel merupakan hasil interaksi dari partikel-partikel dengan

27

cairan pelarut. Saat tekanan meningkat, struktur yang dihasilkan dari

interaksi tersebut rusak dan terbentuk struktur yang baru kembali. Dengan

adanya tekanan yang cukup ikatan akan dipecahkan, struktur berubah

dan terjadilah aliran yang viskos. Untuk menetahui perubahan yang terjadi

maka dilakukan pengukuran viskositas.

II.5.6 Kondisi Penyimpanan Dipercepat

Salah satu cara yang digunakan untuk mengetahui kestabilan suatu

sediaan adalah dengan penyimpanan dipercepat selama beberapa

periode waktu tertentu dengan temperature yang lebih tinggi dari normal.

Evalusi sediaan menggunakan suhu 40°C, kelembaban relatif 75 %

selama 2 bulan, dengan pengamatan dan pengukuran evaluasi sediaan

tiap 12 hari.

II.6 Antibakteri

II.6.1 Definisi Antibakteri (36,37)

Antibakteri adalah obat pembasmi bakteri khususnya bakteri yang

merugikan manusia. Berdasarkan sifat toksisitas selektif, ada bakteri yang

bersifat menghambat pertumbuhan bakteri dan ada yang bersifat

membunuh bakteri. Kadar minimal yang diperlukan untuk menghambat

atau membunuh pertumbuhan bakteri masing-masing dikenal sebagai

Kadar Hambat Minimal (KHM) dan Kadar Bunuh Minimal (KBM).

Antibakteri tertentu aktivitasnya dapat meningkat menjadi bakterisida bila

kadar antibakterinya ditingkatkan melebihi KHM.

28

Mekanisme kerja antibakteri adalah sebagai berikut :

a. Kerusakan pada dinding sel. Bakteri memiliki lapisan luar yang

disebut dinding sel yang dapat mempertahankan bentuk bakteri dan

melindungi membran protoplasma di bawahnya.

b. Perubahan permeabilitas sel. Beberapa antibiotik mampu merusak

atau memperlemah fungsi ini yaitu memelihara integritas komponen-

komponen seluler.

c. Perubahan molekul protein dan asam nukleat. Suatu antibakteri

dapat mengubah keadaan ini dengan mendenaturasikan protein dan

asam-asam nukleat sehingga merusak sel tanpa dapat diperbaiki

lagi.

d. Penghambatan kerja enzim. Setiap enzim yang ada di dalam sel

merupakan sasaran potensial bagi bekerjanya suatu antibakteri.

Penghambatan ini dapat mengakibatkan terganggunya metabolisme

atau matinya sel.

II.6.2 Pengujian Kepekaan Antibakteri Secara In vitro (36,38)

Pengujian efek antibakteri dapat dilakukan secara in vitro dengan

tujuan untuk menentukan potensi agen antimikrobia dalam larutan,

konsentrasinya dalam cairan tubuh atau jaringan, dan kepekaan

mikroorganisme penyebab terhadap obat yang diketahui. Pengujian

secara in vitro ini dapat dikerjakan dengan dua metode, yaitu :

29

1. Metode Dilusi

Metode ini menggunakan antimikroba dengan kadar zat yang

menurun secara bertahap, baik dengan media cair atau padat. Kemudian

media diinokulasi dengan bakteri uji dan diinkubasi. Tujuan akhirnya untuk

mengetahui berapa banyak jumlah zat antimikroba yang diperlukan untuk

menghambat pertumbuhan atau membunuh bakteri yang diuji. Uji

kepekaan cara dilusi agar memakan waktu dan penggunaannya dibatasi

pada keadaan tertentu saja. Uji kepekaan cara dilusi cair dengan

menggunakan tabung reaksi, tidak praktis dan jarang dipakai, namun kini

ada cara yang lebih sederhana dan banyak dipakai, yakni dengan

microdilution plate. Keuntungan uji mikrodilusi adalah bahwa uji ini

memberi hasil kuantitatif yang menunjukkan jumlah antimikroba yang

dibutuhkan untuk mematikan bakteri.

2. Metode Difusi

Metode yang paling sering digunakan adalah metode difusi agar.

Cakram kertas saring (metode disc diffusion) berisi sejumlah tertentu obat

ditempatkan pada permukaan medium padat yang sebelumnya telah

diinokulasi bakteri uji pada permukaannya. Setelah inkubasi, diameter

zona hambatan sekitar cakram dipergunakan mengukur kekuatan

hambatan obat terhadap mikroorganisme uji. Metode difusi sumur serupa

dengan metode disc diffusion, di mana dibuat sumur pada medium agar

yang telah ditanami dengan mikroorganisme dan pada sumur tersebut

diberi agen antimikroba yang akan diuji.

30

Metode difusi dipengaruhi oleh beberapa faktor fisik dan kimia,

selain faktor antara obat dan organisme (misalnya sifat medium dan

kemampuan difusi, ukuran molekular dan stabilitas obat). Meskipun

demikian, standardisasi faktor-faktor tersebut memungkinkan melakukan

uji kepekaan dengan baik.

II.6.3 Uraian Bakteri

Sistematika bakteri Propionibacterium acnes adalah sebagai

berikut (39) :

Dunia : Bacteria

Divisi : Actinobacteria

Kelas : Actinobacteridae

Bangsa : Actinomycetales

Suku : Propionibacteriaceae

Marga : Propionibacterium

Jenis : Propionibacterium acnes

Spesies Propionibacterium adalah anggota flora normal kulit dan

selaput lendir manusia. Pada pewarnaan Gram, bakteri ini sangat

pleomorfik, berbentuk panjang, dengan ujung yang melengkung, seperti

gada atau titik, dengan pewarnaan seperti manik-manik dan tidak rata,

serta kadang-kadang berbentuk kokus atau bulat (36).

P. acnes ikut serta dalam patogenesis jerawat dengan

menghasilkan lipase, yang memecahkan asam lemak bebas dari lipid

kulit. Asam lemak ini dapat menimbulkan radang jaringan dan ikut

31

menyebabkan jerawat. P. acnes kadang-kadang menyebabkan infeksi

katup jantung prostetik dan pintas cairan serebrospinal (36).

II.7 Uraian Bahan Tambahan (11)

1. Karbopol

Nama lain: Acrypol, Acritamer, acrylic acid polymer, carbomera, Carbopol,

carboxy polymethylene, polyacrylic acid, carboxyvinyl polymer, Pemulen,

Tego Carbomer . (11)

Karbopol berbentuk serbuk halus putih, sedikit berbau khas,

higroskopis, memiliki berat jenis 1,76-2,08 g/cm³ dan titik lebur pada 260º

C selama 30 menit. Karbopol merupakan kelompok polimer aklrilik cross-

linked dengan polialkenil ether. Digunakan pada formulasi krim, gel dan

salep dan kemungkinan digunakan dalam sedian ophtalmic, rektal dan

sedian topikal lain. (11)

Karbopol larut dalam air, etanol dan gliserin. Konsentrasi umum

karbopol sebagai pembentuk gel yaitu dengan 0,5-2%. Karbopol

merupakan basis gel yang pembentukan gelnya tergantung pada pH. (11).

2. Propilen glikol (11)

Nama lain: 1,2-Dihydroxypropane, E1520, 2-hydroxypropanol, methyl

ethylene glycol, methyl glycol, propane-1,2-diol, propylenglycolum. Rumus

molekul: C3H8O2. Berat molekul: 76,09.

Propilenglikol berfungsi sebagai pengawet, emollient, humektan,

plasticizer dan pelarut yang bercampur dengan air. Propilenglikol

merupakan cairan jernih kental, tidak berwarna, tidak berbau dan memiki

32

rasa manis. Propilen glikol dapat bercampur dengan etanol, gliserin, dan

air, serta tidak bercampur dengan minyak mineral, tetapi bercampur

dengan minyak esensial. Pada suhu rendah, propilenglikol tetap stabil

dalam wadah tertutup rapat, tetapi pada suhu tinggi dan di tempat terbuka,

propilenglikol akan teroksidasi. Propilenglikol bersifat higroskopis dan

harus disimpan dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya, serta di

tempat sejuk dan kering. Propilenglikol tidak dapat tercampurkan dengan

zat-zat pengoksidasi seperti kalium permanganat dan bersifat lebih iritan

terhadap kulit dari pada gliserin.

Propilen glikol telah banyak digunakan sebagai pelarut dan

pengawet dalam berbagai formulasi parenteral dan nonparenteral.

Propilen glikol secara umum merupakan pelarut yang lebih baik dari

gliserin dan dapat melarutkan berbagai bahan, seperti kortikosteroid,

fenol, obat-obatan sulfa, barbiturat, vitamin A dan D, alkaloid, dan banyak

anestesi lokal.

3. Gliserin (11)

Nama lain: Croderol, E422, glycerol, glycerolum, glycon G-100,

Kemstrene, Optim, Pricerine, 1,2,3-propanetriol, trihydroxypropane

glycerol.

Gliserin dapat berfungsi sebagai pelarut, emollient, humektan.

Glycerin adalah larutan seperti sirup, jernih, tidak berwarna, tidak berbau,

cair higroskopik, dan memiliki rasa manis 0,6 kali lebih manis dari sukrosa.

Glycerin dapat bercampur dengan air, methanol, dan etanol 95%, tidak

33

bercampur dengan kloroform, eter, dan minyak lemak. Konsentrasi

glycerin yang biasa digunakan sebagai humektan dan emolien dalam

sediaan kosmetik tidak lebih dari 30%.

4. Trietanolamin (11)

Nama lain: TEA, Tealan, triethylolamine, trihydroxytriethylamine,

tris(hydroxyethyl)amine, trolaminum. Rumus molekul: C6H15NO3. Berat

molekul: 149,19.

Trietanolamin berfungsi sebagai agen pembasa dan pengemulsi.

Trietanolmin merupakan cairan kental tidak berwarna hingga kuning

pucat, memiliki sedikit bau amoniak. Trietanolamin merupakan senyawa

amin tersier yang mengandung gugus hidroksil, dapat bercampur dengan

air dan dengan alkohol.

5. Metil Paraben (11)

Nama lain : metil parahidroksi benzoat, nipagin. Rumus Molekul : C8H8O3.

Berat molekul : 152,15.

Metil paraben banyak digunakan sebagai pengawet dan

antimikroba dalam kosmetik, produk makanan, dan formulasi farmasi dan

digunakan baik sendiri atau dalam kombinasi dengan paraben lain atau

dengan antimikroba lain. Pada kosmetik, metil paraben adalah pengawet

antimikroba yang paling sering digunakan. Metil paraben efektif pada

kisaran pH yang luas dan memiliki aktivitas antimikroba spektrum luas.

Kemampuan pengawet metil paraben ditingkatkan dengan penambahan

propilen glikol 2-5%.

34

Metil paraben berupa serbuk hablur halus, hampir tidah berbau,

tidak mempunyai rasa, kemudian agak membakar diikuti rasa tebal. Larut

dalam 500 bagian air, dalam 20 bagian air mendidih, dalam 3,5 bagian

etanol (95%) P dan dalam 3 bagian aseton P; mudah larut dalam eter, jika

didinginkan larutan tetap jernih. Titik lebur 125 – 128oC. Konsentrasi metil

paraben yang biasa digunakan pada sediaan topikal adalah 0,02-0,3 %.

Aktivitas antimikroba efektif pada pH 4-8 dan aktivitas berkurang dengan

bertambahnya pH disertai pembentukan anion fenolat. Larutan metil

paraben dalam air dengan pH 3-6, stabil dalam penyimpanan selama 4

tahun pada suhu kamar, sedangkan pada pH lebih dari 8 akan cepat

terhidrolisis.

Metil paraben tidak tercampurkan dengan surfaktan anionik,

bentonit, magnesium trisilikat, talk, tragakan, dan sorbitol. Plastik dapat

mengabsorpsi metil paraben. Metil paraben akan berubah warna apabila

terjadi kontak dengan besi dan hidrolisis terjadi apabila ada basa lemah

dan asam kuat.

35

BAB III

PELAKSANAAN PENELITIAN

III.1 Alat dan Bahan

Alat-alat yang digunakan adalah botol kaca, cawan petri, climatic

chamber(Friocell), inkubator (WTB binder D-100), corong buchner, jangka

sorong, Laminar Air Flow (Envirco), autoklaf (All American), oven

(Memmert Ecocell), pengaduk elektrik (Philips), mikro pipet, pH meter

(Sartorius), rotary evaporator(Buchi), timbangan analitik (Sartorius), dan

viskometer (Brookfield).

Bahan-bahan yang digunakan adalah air suling, biakan bakteri

Propionibacterium acnes, Etil Asetat, karbopol 940, kertas saring, rimpang

lengkuas (Alpinia galanga L.Willd.), gliserin, medium Fluid Thyoglycollate

(FTM), metil paraben, propilen glikol, dan trietanolamin.

III.2 Metode Kerja

III.2.1 Penyiapan Sampel Uji Pendahuluan

III.2.1.1 Pengambilan Sampel

Sampel rimpang lengkuas diambil dari Pasar Terong Kota

Makassar.

III.2.1.2 Ekstraksi Sampel Uji Pendahuluan

Rimpang lengkuas yang masih segar dicuci dengan air mengalir

kemudian dipotong kecil-kecil dan dikeringkan. Rimpang lengkuas yang

telah kering lalu diserbukkan dan diekstraksi dengan metode maserasi

36

menggunakakan alat sonikator. Serbuk kasar rimpang lengkuas sebanyak

100 g dibasahi dengan cairan penyari heksan hingga terbasahi semua

kemudian dicukupkan volume cairan penyari sebanyak 500 ml, dibiarkan

selama 1 jam sambil sesekali diaduk. Setelah 1 jam sampel diambil

fitratnya sedangkan ampasnya dikeringkan kemudian diremaserasi

kembali menggunakan pelarut etil asetat. Ampas hasil remaserasi pelarut

etil asetat dikeringkan kemudian diremaserasi kembali dengan pelarut

etanol 70% menghasilkan filtrat yang diuapkan sehingga diperoleh ekstrak

heksan, etil asetat, dan etanol 70%.

III.2.2 Uji Efek Antibakteri terhadap Propionibacterium acnes

III.2.2.1 Sterilisasi Alat

Alat-alat gelas disterilkan dengan menggunakan oven pada suhu

180°C selama 2 jam. Sedangkan alat gelas berskala dan alat plastik

disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121°C tekanan 2 atm selama 15

menit. Alat-alat logam disterilkan dengan pemanasan langsung pada

lampu spiritus hingga memijar.

III.2.2.2 Pembuatan Medium Fluid Thyoglycollate Agar (FTM)

Pembuatan 1000 ml medium FTM agar dilakukan dengan

menimbang 29,8 g medium FTM agar sintetik yang dilarutkan dalam 1000

ml air suling di dalam Erlenmeyer, kemudian dipanaskan hingga semua

medium larut, dan dilakukan pengaturan pH dengan menggunakan NaOH

1N dan HCI 1N sampai diperoleh pH yang sesuai ( antara pH 6,6-7).

Medium disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit dan

37

ketika akan digunakan, dipanaskan kembali untuk mencairkan médium

sehingga mudah digunakan dan dituang.

III.2.3 Penyiapan Bakteri Uji

III.2.3.1 Peremajaan Bakteri

Bakteri uji P. acnes dibiakkan pada medium FTM agar miring dalam

tabung reaksi, selanjutnya diinkubasikan anaerob pada suhu 37°C

selama 2 x 24 jam.

III.2.3.2 Pembuatan Suspensi Bakteri

Bakteri uji P. acnes yang telah diremajakan disuspensikan dengan

menggunakan larutan fisiologis NaCl 0,9%.

III.2.4 Uji Kadar Hambat Minimum (KHM) terhadap P. acnes

Pelaksanaan uji kadar hambat minimum ekstrak heksan, etil asetat,

dan etanol 70% rimpang lengkuas dilakukan secara aseptik dengan

metode dilusi cair. Untuk uji KHM, semua ekstrak rimpang lengkuas

dilarutkan dalam propilen glikol dalam berbagai konsentrasi. Sebanyak

0,02 ml biakan bakteri Propionibacterium acnes yang telah disuspensikan,

dicampur dengan medium FTM pada tabung reaksi dan ditambahkan

berbagai konsentrasi ekstrak rimpang lengkuas. Tabung reaksi diinkubasi

anaerob selama 2x24 jam pada suhu 370 C. Setelah 2x24 jam dilakukan

uji lanjutan pada medium FTM agar yang diinkubasi anaerob selama 2x24

jam pada suhu 370 C. Kejernihan yang tampak pada medium tanpa

pertumbuhan bakteri uji dinyatakan sebagai kadar hambat minimum.

38

III.2.5 Uji Efek Ekstrak Etil Asetat Rimpang Lengkuas

Pelaksanaan uji efek ekstrak etil asetat rimpang lengkuas dilakukan

secara aseptik dengan metode difusi agar. Untuk uji efek antibakteri,

ekstrak etil asetat rimpang lengkuas dilarutkan propilen glikol dalam

berbagai konsentrasi dan diteteskan 0,2 ml pada kertas cakram.

Sebanyak 0,2 ml biakan bakteri Propionibacterium acnes ditambahkan

dengan 20 ml medium FTM ke dalam cawan petri kemudian

dihomogenkan. Setelah medium memadat, diletakkan kertas cakram yang

telah mengandung ektrak etil asetat di atas medium. Cawan petri

diinkubasi anaerob dengan cara terbalik selama 2x24 jam pada suhu

370C. Daerah bening di sekitar kertas cakram yang diperoleh diukur.

III.2.6 Ekstraksi Sampel

Rimpang lengkuas yang masih segar dicuci dengan air mengalir

kemudian dipotong kecil-kecil dan dikeringkan. Rimpang lengkuas yang

telah kering lalu diserbukkan dan diekstraksi dengan metode maserasi.

Serbuk kasar rimpang lengkuas sebanyak 200 g dibasahi dengan cairan

penyari etil asetat hingga terbasahi semua kemudian dicukupkan volume

cairan penyari sebanyak 1000 ml, dibiarkan selama 4 hari sambil sesekali

diaduk. Setelah 4 hari sampel diambil filtratnya sedangkan ampasnya

diremaserasi kembali menggunakan pelarut etil asetat. Ekstrak ini

kemudian diuapkan pelarutnya dengan rotary evaporator sampai diperoleh

ekstrak kental etil asetat.

39

III.2.7 Formulasi Gel

Dibuat formulasi gel yang mengandung ekstrak etil asetat rimpang

lengkuas (Alpinia galanga L.Willd) sebagai zat aktif. Formulasi gel

menggunakan basis karbopol 940 dengan berbagai variasi

konsentrasi,yaitu 0,75; 1; 1,25 %b/b. Formula disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Formula gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas

No. Bahan Formula Gel (%b/b)

I II III IV

1. Ekstrak etil asetat rimpang lengkuas 2 2 2 -

2. Karbopol 940 0,75 1 1,25 0,75

3. Metil paraben 0,15 0,15 0,15 0,15

4. Propilene glikol 1,5 1,5 1,5 1,5

5. Gliserin 10 10 10 10

6. Trietanolamine 0,75 1 1,25 0,75

7. Aquadest hingga 100 100 100 100

III.2.8 Pengerjaan Sediaan

Bahan-bahan yang digunakan ditimbang sesuai dengan

perhitungan. Aquadest dipanaskan hingga mendidih, kemudian

ditambahkan metil paraben hingga larut. Basis gel kemudian dibuat

dengan mendispersikan serbuk karbopol 940 ke dalam campuran tersebut

dan didiamkan selama 24 jam pada temperatur ruangan. Setelah

didiamkan, campuran diaduk hingga homogen dan ditambahkan dengan

trietanolamin sedikit demi sedikit hingga terbentuk basis gel. Ekstrak etil

asetat rimpang lengkuas dilarutkan dalam propilen glikol dan gliserin

kemudian dimasukkan ke dalam campuran basis sedikit demi sedikit

40

sambil terus diaduk hingga konstan menggunakan pengaduk elektrik

hingga terbentuk gel yang homogen.

III.2.9 Uji Kestabilan Gel

III.2.9.1 Pemeriksaan Organoleptik

Sediaan gel setelah pembuatan diamati warna, tekstur dan baunya

kemudian disimpan pada kondisi penyimpanan dipercepat pada suhu

400C, kelembaban relatif 75% selama 60 hari dan diamati perubahan

warna, tekstur dan baunya setiap 12 hari.

III.2.9.2 Pemeriksaan Homogenitas

Sediaan gel setelah pembuatan dioleskan pada sekeping kaca

kemudian diamati homogenitasnya. Setelah itu, gel disimpan pada kondisi

penyimpanan dipercepat pada suhu 400C, kelembaban relatif 75% selama

60 hari dan diamati homogenitasnya setiap 12 hari.

III.2.9.3 Pengukuran pH

Sediaan gel diukur pHnya dengan menggunakan pH meter, diamati

pH sediaan kemudian disimpan pada kondisi penyimpanan dipercepat

pada suhu 400C, kelembaban relatif 75% selama 60 hari, pH gel diukur

setiap 12 hari dengan menggunakan pH meter.

III.2.9.4 Pengukuran Daya Sebar

Sediaan gel dengan berat 1 gram diletakkan dengan hati-hati diatas

kaca berukuran 10 x 10 cm yang telah ditimbang terlebih dahulu,

kemudian ditutup lagi dengan kaca yang diberi beban 125 gram.

Penyebaran gel dihitung dengan rumus:

41

S= m x L

T

Dimana :

S= Daya Sebar Gel (g cm detik-1)

m= Beban yang diberikan (g)

L= Panjang objek glass (cm)

T= Waktu yang diperlukan untuk menyebar sepanjang kaca (detik)

Sisa gel disimpan pada kondisi penyimpanan dipercepat pada suhu

400C, kelembaban relatif 75% selama 60 hari dan dilakukan kembali

pengukuran daya sebar setiap 12 hari.

III.2.9.5 Pengukuran Viskositas

Sediaan gel setelah pembuatan dimasukkan ke dalam gelas piala

50 ml kemudian diukur viskositasnya dan disimpan pada kondisi

penyimpanan yang dipercepat pada suhu 400C, kelembaban relatif 75%

selama 60 hari dan dilakukan pengukuran viskositas setiap 12 hari

dengan menggunakan viskometer (Brookfield) dengan kecepatan 50

putaran per menit (rpm) menggunkan spindel no.7.

III.2.10 Uji Daya Antibakteri Gel terhadap Propionibacterium acnes

III.2.10.1 Uji Daya Hambat Gel

Pelaksanaan uji aktivitas antimikroba dilakukan secara aseptik

dengan metode difusi sumur agar. Medium FTM agar yang telah dicairkan

dituang kedalam cawan petri untuk membuat base layer, kemudian 0,1 ml

biakan bakteri P. acnes yang telah disuspensikan, dicampur dengan

42

medium FTM agar didalam botol pengencer dan dihomogenkan, lalu

dituang ke dalam cawan petri yang disebut seed layer. Setelah medium

memadat, dibuat sumuran (lubang) pada medium dengan tiap sumuran

dimasukkan gel yang telah dibuat dengan konsentrasi karbopol 940 yang

berbeda-beda sebanyak 0,1 ml. Adapun kontrol negatif digunakan formula

basis gel karbopol 940 tanpa ekstrak rimpang lengkuas dan kontrol positif

digunakan ekstrak rimpang lengkuas konsentrasi 2%. Setiap sampel diuji

dalam tiga replikasi dan diinkubasi selama 2 x 24 jam pada suhu 370C

dalam keadaan anaerob. Pertumbuhan mikroba ditentukan berdasarkan

pengukuran diameter zona bening yang terbentuk di sekitar sumuran.

III.3 Pengumpulan dan Analisis Data

Data dari hasil penelitian dikumpulkan dan dilakukan analisis data

TWO away menggunakan SPSS 16 dengan langkah-langkah sebagai

berikut pertama-tama masukkan nama perlakuan pada variable view serta

tentukan jenis data kuantitatif yang diperoleh. Lalu masukkan semua data

pada data view setelah itu pilih analyze pada toolbar dilanjutkan general

linear model lalu univariate. Setelah itu muncul tabel univariate, lalu

masukkan data hasil pada dependent variable sedangkan untuk faktor

yang mempengaruhi masukkan pada fixed factor. Kemudiaan pilih posthot

untuk memilih metode yang digunakan. Setelah itu pilih options untuk

mengetahui homogeneity tests dan deskriptive statistics. Lalu muncul hasil

ANOVA yang dilakukan pengujian hipotesis untuk menyimpulkan hasil

penelitian.

43

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

IV.1 Hasil Penelitian

lengkuas merupakan salah satu tanaman yang dapat dimanfaatkan

sebagai obat yang berasal dari suku zingiberaceae. Lengkuas secara

empiris digunakan oleh masyarakat untuk pengobatan antibakteri

terhadap P.acnes. Uji pendahuluan menunjukkan bahwa rimpang

lengkuas memiliki Kadar Hambat Minimum (KHM) sebesar 0,09% b/v

terhadap bakteri P.acnes. Sedangkan pengujian lanjutan pada medium

FTM agar menunjukkan bahwa ekstrak rimpang lengkuas memiliki daya

hambat terhadap P.acnes yang lebih besar dari 10 mm jika digunakan

konsentrasi ekstrak 2 %. Sedangkan pada konsentrasi ekstrak 0,5; 1; dan

1,5% menunjukkan daya hambat masing-masing sebesar 6,85; 8,17; dan

9,15 mm. Berdasarkan uji pendahuluan tersebut maka ekstrak rimpang

lengkuas diformulasi dalam bentuk gel dengan konsentrasi 2%. Karbopol

940 digunakan sebagai basis gel dengan variasi konsentrasi basis yakni

0,75; 1; dan 1,25% b/b. Setelah rimpang lengkuas diformulasi dalam

sediaan gel, dilakukan evaluasi kestabilan gel sebelum dan selama

penyimpanan dipercepat.

44

Evaluasi yang dilakukan memberikan hasil sebagai berikut:

1. Pengamatan organoleptis

Tabel 2. Hasil pengamatan organoleptis gel ekstrak rimpang lengkuas

Lama

Penyimpanan

(40°C)

Formula

Parameter

Bau Warna Tekstur

Hari ke-0

F1 Khas Coklat kekuningan Halus

F2 Khas Coklat kekuningan Halus

F3 Khas Coklat kekuningan Halus

Hari ke-12

F1 Khas Coklat kekuningan Halus

F2 Khas Coklat kekuningan Halus

F3 Khas Coklat kekuningan Halus

Hari ke-24

F1 Khas Coklat kekuningan Halus

F2 Khas Coklat kekuningan Halus

F3 Khas Coklat kekuningan Halus

Hari ke-36

F1 Khas Coklat kekuningan Halus

F2 Khas Coklat kekuningan Halus

F3 Khas Coklat kekuningan Halus

Hari ke-48

F1 Khas Coklat kekuningan Halus

F2 Khas Coklat kekuningan Halus

F3 Khas Coklat kekuningan Halus

Hari ke-60

F1 Khas Coklat kekuningan Halus

F2 Khas Coklat kekuningan Halus

F3 Khas Coklat kekuningan Halus

Keterangan : F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%; Lama penyimpanan pada suhu 40°C, kelembaban relatif 75%

45

2. Pengamatan homogenitas

Tabel 3. Hasil pengamatan homogenitas gel ekstrak rimpang lengkuas

Lama Penyimpanan

(40°C) Formula Homogenitas

Hari ke-0

F1 Homogen

F2 Homogen

F3 Homogen

Hari ke-12

F1 Homogen

F2 Homogen

F3 Homogen

Hari ke-24

F1 Homogen

F2 Homogen

F3 Homogen

Hari ke-36

F1 Homogen

F2 Homogen

F3 Homogen

Hari ke-48

F1 Homogen

F2 Homogen

F3 Homogen

Hari ke-60

F1 Homogen

F2 Homogen

F3 Homogen

Keterangan : F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%; Lama penyimpanan pada suhu 40°C, kelembaban relatif 75%

46

3. Pengukuran pH

Tabel 4. Hasil pengukuran pH gel ekstrak rimpang lengkuas

Lama Penyimpanan

(40°C) Formula

Hasil pengukuran

pH

Hari ke-0

F1 4,73

F2 4,95

F3 4,84

Hari ke-12

F1 4,64

F2 4,84

F3 4,80

Hari ke-24

F1 4,60

F2 4,82

F3 4,78

Hari ke-36

F1 4,63

F2 4,89

F3 4,79

Hari ke-48

F1 4,63

F2 4,82

F3 4,79

Hari ke-60

F1 4,65

F2 4,88

F3 4,82

Keterangan : F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%; Lama penyimpanan pada suhu 40°C, kelembaban relatif 75%

47

4. Pengukuran Daya Sebar

Tabel 5. Hasil pengukuran daya sebar gel ekstrak rimpang lengkuas

Lama

Penyimpanan

(40°C)

Formula

Pengukuran Ke

Rata-rata ± SD I II III

Hari ke-0

F1 2,74 2,68 2,75 2,72 ± 0,03

F2 2,38 2,45 2,34 2,39 ± 0,05

F3 2,22 2,15 2,18 2,18 ± 0,03

Hari ke-12

F1 3,61 3,73 3,55 3,48 ± 0,2

F2 3,12 3,10 3,02 3,08 ± 0,05

F3 2,64 2,65 2,69 2,66 ± 0,02

Hari ke-24

F1 4,35 4,19 4,08 4,21 ± 0,13

F2 3,25 3,21 3,25 3,24 ± 0,02

F3 2,48 2,63 2,54 2,55 ± 0,07

Hari ke-36

F1 5,53 5,0 4,37 4,97 ± 0,58

F2 3,3 3,48 3,54 3,44 ± 0,12

F3 2,68 2,80 2,95 2,81 ± 0,13

Hari ke-48

F1 5,60 5,98 5,78 5,79 ± 0,19

F2 3,36 3,28 3,18 3,27 ± 0,09

F3 2,88 2,93 2,76 2,86 ± 0,09

Hari ke-60

F1 6,41 5,86 6,86 6,38 ± 0,51

F2 3,38 3,18 3,32 3,29 ± 0,1

F3 3,03 2,78 2,88 2,89 ± 0,09

Keterangan : F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%; Lama penyimpanan pada suhu 40°C, kelembaban relatif 75%

48

5. Pengukuran Viskositas

Tabel 6. Hasil pengukuran viskositas gel ekstrak rimpang lengkuas

Lama

Penyimpanan

(40°C)

Formula

Pengukuran Ke

Rata-rata ± SD

Viskositas

(dalam

cps) I II III

Hari ke-0

F1 24,5 24 24,5 24,33 ± 0,29 19464

F2 32 31 31,5 31,5 ± 0,5 25200

F3 37 36,5 36 36,5 ± 0,5 29200

Hari ke-12

F1 12 11 12 11,67 ± 0,58 9336

F2 21,5 21,5 22 21,67 ± 0,29 17336

F3 26 26 25 25,67 ± 0,58 20536

Hari ke-24

F1 12 11 11 11,33 ± 0,58 9064

F2 19 19 18,5 18,83 ± 0,29 15064

F3 26 26,5 27 26,5 ± 0,5 21200

Hari ke-36

F1 10,5 10,5 11 10,67 ± 0,29 8536

F2 18,5 18,5 19 18,67 ± 0,29 14936

F3 25 25 24,5 24,83 ± 0,29 19864

Hari ke-48

F1 8 10 10,5 9,5 ± 1,32 7600

F2 19 18,5 19 18,83 ± 0,29 15064

F3 24,5 23,5 23 23,67 ± 0,76 18936

Hari ke-60

F1 8,5 8,5 10 9 ± 0,86 7200

F2 17 17,5 17,5 17,33 ± 0,29 13864

F3 24 23 23 23,33 ± 0,57 18664

Keterangan : F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%;

Lama penyimpanan pada suhu 40°C, kelembaban relatif 75%

49

6. Pengujian daya hambat gel terhadap P. acnes

Tabel 7. Hasil pengujian daya hambat gel ekstrak rimpang lengkuas

Lama

Penyimpanan

(40°C)

Formula

Pengukuran Ke

Rata-rata ± SD I II III

Hari ke-0

F1 12,025 11,63 10,775 11,48 ± 0,45

F2 12,5 11,658 11,492 11,88 ± 0,38

F3 12,5 11,492 11,9 12,29 ± 0,45

F4 15,108 11,88 14,433 14,59 ± 1,38

F5 - - - -

F6 - - - -

Hari ke-60

F1 11,35 11,05 11,25 11,22 ± 0,10

F2 11,2 11,05 11,45 11,45 ± 0,23

F3 12,4 12,1 11,45 11,98 ± 0,34

F4 14,45 13,2 13.4 13,68 ± 0,47

F5 - - - -

F6 - - - -

Keterangan : F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%; F4 : Ekstrak rimpang lengkuas 2%; F5 : Basis Gel dengan Karbopol 940 0,75%;

F6 : Pelarut Propilene glikol

IV.2 Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan formula

yang stabil secara fisik serta memiliki kemampuan menghambat

pertumbuhan P. acnes.

Ekstrak etil asetat rimpang lengkuas diperoleh dengan

menggunakan metode maserasi, yakni dengan merendam 200 gram

serbuk kasar rimpang lengkuas dalam 1000 ml larutan penyari etil asetat.

Ekstraksi ini menghasilkan ekstrak kental sebanyak 14,3 gram dengan

persen rendamen sebesar 0,204%. Cairan penyari akan menembus

50

dinding sel dan masuk ke dalam rongga sel yang mengandung zat aktif

yang akan larut, dan karena adanya perbedaan konsentrasi antara larutan

zat aktif yang di dalam dengan yang di luar sel, maka larutan yang

terpekat akan terdesak keluar. Pengadukan berulang memungkinkan

pelarut masuk kedalam dinding sel seluruh simplisia (23).

Pembuatan gel memerlukan basis gel yang disebut gelling agent.

Salah satu basis gel yang biasa digunakan adalah karbopol. Karbopol 940

merupakan kelompok polimer akrilat, yang memberikan kekentalan yang

baik pada konsentrasi rendah dan sebagai basis gel digunakan pada

konsentrasi 0,5 – 2%. Pembuatan gel ekstrak rimpang lengkuas

menggunakan karbopol 940 sebagai basis gel, karena karbopol 940 aman

untuk pemakaian secara tropical, tidak mudah ditumbuhi oleh

mikroorganisme, stabil pada suhu tinggi, serta memberikan kekentalan

yang baik pada konsentrasi rendah (8,11).

Evaluasi sediaan dilakukan untuk melihat kestabilan fisik sediaan

selama penyimpanan di climatic chamber. Berdasarkan pengamatan

organoleptis terhadap sediaan gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas

tidak menunjukkan perubahan warna, bau, dan tekstur selama

penyimpanan pada suhu 40°C, kelembaban relatif 75%, selama 60 hari,

yakni sediaan gel tetap berwarna coklat kekuningan dengan bau khas

lengkuas dan tekstur yang halus. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terjadi

interaksi antara ekstrak dengan basis karbopol 940.

51

Pengamatan homogenitas menunjukkan gel tetap homogen selama

penyimpanan pada suhu 40°C, kelembaban relatif 75%, selama 60 hari.

Hal ini menunjukkan tidak adanya pemisahan fase cairan keatas

permukaan gel dari massa gel yang disebut sinersis.

Hasil pengukuran pH sediaan gel menunjukkan adanya perubahan

pH pada semua formula selama penyimpanan pada suhu 40°C,

kelembaban relatif 75%, selama 60 hari. Namun perubahan pH yang

terjadi pada semua formula masih berada pada kisaran pH normal kulit

yaitu 4,5-6,5 (40).

Hasil pengukuran viskositas sediaan gel memperlihatkan adanya

perubahan viskositas pada semua fomula selama penyimpanan pada

suhu 40°c, kelembaban relatif 75%, selama 60 hari. Hal ini disebabkan

oleh kelembaban udara pada alat penyimpanan dan kemasan yang

kurang kedap, menyebabkan gel menyerap air dari luar, sehingga

menambah volume air dalam formula, yang mengakibatkan penurunan

nilai viskositas dari sediaan (21).

Data hasil analisis statistik dengan rancangan acak lengkap

menunjukkan bahwa ada pengaruh yang nyata formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan terhadap viskositas. Uji lanjutan dengan

perbandingan berganda Duncan menunjukkan hasil bahwa viskositas

semua formula sebelum penyimpanan lebih stabil daripada gel selama

penyimpanan hari ke 12 ,24, 36, 48, dan 60. Formula 3 memiliki viskositas

gel yang tinggi dan berbeda nyata dengan formula lainnya.

52

Hasil pengujian daya sebar sediaan gel memperlihatkan adanya

perubahan daya sebar pada semua formula selama penyimpanan pada

suhu 40°C, kelembaban relatif 75%, selama 60 hari. Data hasil analisis

statistik berdasarkan rancangan acak lengkap menunjukkan bahwa ada

pengaruh yang nyata formula gel rimpang lengkuas dan lama

penyimpanan terhadap daya sebar. Uji lanjutan dengan perbandingan

berganda Duncan menunjukkan bahwa hasil daya sebar semua formula

sebelum penyimpanan lebih baik daripada gel selama penyimpanan hari

ke 12, 24, 36, 48, dan 60. Formula 3 memiliki daya sebar yang paling

rendah dan berbeda sangat nyata dengan formula lainnya.

Berdasarkan data viskositas dan daya sebar tersebut dapat terlihat

bahwa gel yang memiliki viskositas tinggi akan memiliki daya sebar yang

rendah sehingga lebih optimum. Hal ini sesuai dengan uraian pada

pustaka yaitu pengujian daya sebar, memperlihatkan bahwa penambahan

konsentrasi karbopol menyebabkan penurunan daya sebar sediaan (8).

Nilai daya sebar ini bukan merupakan data yang absolut karena tidak ada

pustaka yang menyatakan angka yang pasti, sehingga nilai daya sebar ini

merupakan data yang relatif.

Pengujian aktivitas antibakteri gel ekstrak rimpang lengkuas

terhadap pertumbuhan P. acnes dilakukan untuk melihat efek gel yang

telah diformulasi, bakteri ini menghasilkan enzim lipase yang memiliki

kemampuan untuk mendegradasi trigliserida sebum menjadi asam-asam

lemak bebas yang dapat memicu terjadinya respon inflamasi (34).

53

Pengujian efek gel menunjukkan penurunan daya hambat ekstrak

rimpang lengkuas setelah diformulasikan dalam sediaan gel. Ekstrak

rimpang lengkuas 2% memiliki daya hambat sebesar 14,59 mm terhadap

P. acnes. Sedangkan sediaan gel ekstrak rimpang lengkuas dengan

konsentrasi karbopol 940 0,75; 1; dan 1,25% memberikan daya hambat

berturut-turut 11,48; 11,88; dan 12,29 mm terhadap P. acnes. Hal ini

diduga karena ekstrak rimpang lengkuas yang dilarutkan dalam pelarut

propilen glicol memiliki kemampuan difusi yang lebih baik dibandingkan

dengan ekstrak rimpang lengkuas yang diformulasi dalam sediaan gel.

Hasil analisis statistik menggunakan rancangan acak lengkap kemudiaan

dilanjutkan dengan uji perbandingan berganda Duncan, menunjukkan

bahwa setelah penyimpanan suhu 40°C, kelembaban relatif 75%, selama

60 hari terjadi penurunan aktivitas antibakteri yang tidak nyata. Variasi

konsentrasi karbopol pada formula gel juga menunjukkan pengaruh yang

tidak nyata terhadap aktivitas penghambatan bakteri P. acnes.

54

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat ditarik kesimpulan:

1. Semua formulasi gel ekstrak rimpang lengkuas stabil secara fisik

selama 60 hari penyimpanan pada suhu 400C, kelembaban relatif 75%.

Gel ekstrak rimpang lengkuas dengan karbopol 940 konsentrasi 1,25%

memiliki kestabilan fisik yang paling baik.

2. Uji aktivitas menunjukkan gel dengan karbopol 940 konsentrasi 1,25%

memberikan daya hambat terhadap bakteri P.acnes sebesar 12,29 mm

sebelum penyimpanan, sedangkan setelah penyimpanan 60 hari

memberikan daya hambat sebesar 11,98 mm. Hasil analisis statistik

menunjukkan bahwa variasi konsentrasi karbopol pada formula gel

memperlihatkan pengaruh yang tidak nyata terhadap aktivitas

penghambatan bakteri P. acnes.

V.2 Saran

Perlu dilakukan uji keamanan sediaan untuk mengetahui apakah

gel ini aman digunakan serta tidak menimbulkan iritasi.

55

DAFTAR PUSTAKA

1. Cunliffe William J. The Acne. Martin Dunitz Ltd. United Kingdom.

1989. p.1, 14-34,151-155,178-201.

2. Supardiman Lily. Akne Vulgaris.Yayasan Penerbit IDI. Jakarta. 1993. hal. 1-33.

3. Singh Deepak, Bhushan Hatwar, dan S. Nayak. Herbal Plants and

Propionibacterium acnes: on overvie. Internasional Journal of Biomedical Research. India. [Serial on the internet]. 2010. p. 486-498. [Diakses tanggal: 3 juni 2012]. Available from: http://ijbr.ssjournals.com/index.php/journal/article/.../45

4. Dipiro Joseph T., Robert L. Talbert, Gary C. Yees, Gary R.Matzke, Barbara G. Wells. L. Michael Posey. Pharmacotherapy a Pathopyhysiologic Approach, sixth Edition. The Mc Graw-Hill Companies. United States of America. 2005. p.1759-1764. Available as PDF file.

5. Sanghyun L, Shin DS, Ju SK, Oh KB, Kang SS. Antibacterial

coumarins from Angelica gigas roots. Archives of pharmacal research. 2003; 26 (6): 449.

6. Sinaga Erna. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tumbuhan Obat UNAS. [serial on the internet] 2000. [Diakses 4 mei 2012]. Available from:http://pandawa.ipb.ac.id/bebas/v12/artikel/ttg_tanaman_obat/unas/Lengkuas.pdf.

7. Niyomkam Prisana. Screening of Antibakteri Activity of Thailand Medicinal Plants against Propionibacterium acnes dan Preliminary Formulation Study. Faculty of Pharmaceutical Science Prince of Songkla University. 2006. Hal. V.

8. Lieberman, H., Rieger, M.M., Banker, G.S.Pharmaceutical dosage form: disperse system Volume 2. Marcel Dekker Inc. New York. 1996. p.399-417. Available as PDF file.

9. Bharadwaj Sudhir, G.D.Gupta, V.K.Sharma. Tropical Gel: A novel approach for drug delivery. Journal of chemical,Biological and physical Sciences, vol 2 No.2, India. [Serial on the internet]. 2011. p.856-867. [Diakses 10 februari 2013]. Available from: http://cbsc.org/journal/Paper/Vol.../V2_I2_B16.pdf

56

10. Allen LV. The art, science and technology of pharmaceutical compounding. Washington D.C: American Pharmaceutical Association; 2002. p.202-212.

11. Rowe C.Raimond, Sheskey J. Paul & Quinn E. Marian. Handbook of Pharmaceutical Excipients Sixth Edition. 2009. p.:110, 754, 592, 441. Available as PDF file.

12. Verma Ramesh K., Garima Mishra, Pradeep Singh, K.K.Jha, R.L.Khosa. Alpinia galanga- an Important Medicinal Plant:A review. Pelagia Research Library. [Serial on the internet]. 2011.2(1): p. 142-154. [Diakses 9 maret 2013] Available from: http://pelagiaresearchlibrary.com/der.../vol2-iss1.html

13. Total herb Solutions. Knowledge of Herbs-Alpinia galanga (Linn.)Willd.

India. [serial on the internet]. 2012. [Diakses 25 maret 2013] Available from: http//hillgeen.com/pdf/ALPINIA%20GALANGA.pdf

14. Redaksi Agromedia. Buku Pintar Tanaman Obat, 431 jenis tanaman penggempur aneka penyakit. PT. Agromedia Pustaka. Jakarta. 2008. Hal. 163-164.

15. Ong, Hean Chooi. Rempah ratus: Khasiat makanan & ubatan. Ulusan publication & Distribution Sdn Bhd. Malaysia. 2008. Hal. 162.

16. S, Thomas A.N. Tanaman Obat Tradisional 2. Kanisius. Yogyakarta. 2007. Hal. 76-78.

17. Hariana. H. Arief. Tumbuhan Obat dan Khasiatnya 2. Penebar Swadaya. Jakarta. 2008. Hal. 95-98.

18. Sundari, D dan M. W. Winarno. Informasi Tumbuhan Obat sebagai AntiJamur. Departemen Kesehatan RI. ). Jakarta. [serial on the internet]. 2001 (130). Hal. 28-30. [Diakses 16 juli 2012]. Available from:http://warintek.ristek.go.id/pangan_kesehatan/tanaman_obat/.../buku07.p...

19. Arambewela Lakshmi and Aravinda Wijesinghe. Sri Lankan Medicinal Plant Monographs and Analysis Vol-10 Alpinia galanga. Nasional Science Foundation. 2006. p. 1-38 Available as PDF file.

20. Fitriani. Aplikasi Ekstrak Lengkuas (Alpinia galnga L.Swartz) Dalam Sabun Transparan Antijamur. Bogor). [serial on the internet]. 2007. Hal. 1-108. [Diakses 25 september 2012]. Available from: http:// balittro.litbang.deptan.go.id/…/sabun 10.pdf

57

21. Wathoni Nasrul, Taofik Rusdiana, Riny Yusnita Hutagaol. Formulasi

Gel Antioksidan Ekstrak Rimpang Lengkuas (Alpinia galanga L.Willd) dengan Menggunakan Basis Aqupec 505 HV. Farmaka, volume 7 nomor 1. April 2009. Hal. 15-27.

22. Direktorat Jendreal Pengawasan Obat dan Makanan. Farmakope Indonesia, Edisi III. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1979. Hal. 9.

23. Direktorat Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. Sediaan galenik. Departemen Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta. 1986. Hal. 11.

24. Handa SS, Khanuja SPS, Longo G, Rakesh DD. Extraction Technologies for Medical and Aromatic Plants. International Centre for Science and High Technology. Trieste. 2008. p. 22-25 Available as PDF file.

25. Pearce Evelyn C. Anatomi dan Fisiologi Untuk Paramedis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. 2009. Hal. 290.

26. Lachman Leon, Herbert A. Lieberman, Joseph L. Kanig. Teori dan Praktek Farmasi Industri II Edisi Ketiga. Terjemahan: Siti Suyatmi. UI Press. Jakarta. 2008. Hal. 1092, 1095-1100.

27. Ethel Sloane. Anatomi dan Fisiologi Untuk Pemula. EGC. Jakarta. 2003. Hal. 84-89.

28. Wasitaatmadja S.M. Anatomi kulit. Di dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S, editors. Ilmu penyakit kulit dan kelamin. Ed. 3. FK UI. Jakarta; 1999. Hal. 7, 235-241.

29. Wasitaatmadja S.M. Penuntun Ilmu kosmetik Medik. UI Press. Jakarta. 1997. Hal. 27.

30. Trommer H., R.H.H. Neubert. Overcoming the Stratum Corneum: The Modulation of Skin Penetration. Skin Pharmacol Physiol. [Serial on the internet]. Germany. 2006. p.19,106-121. [Diakses 21 april 2013]. Available from: http://nanobiotec.iqm.unicamp.br/.../Trommer_sk..

31. Mehta Ratna, Ph.D., Tropical and transdermal Drug Delivery: What a Pharmacist Needs to Know.InetCE, Inc. [Serial on the internet]Glendale. 2004. . [Diakses 21 april 2013]. Available from: http:// inetce.com/articles/pdf/221-146-04-054-H01.pdf

58

32. Aulton ME. The science of dosage form design second edition. Churchill Livingstone. New York. 2001. p. 507-511. Available as PDF file.

33. Plewig Gerd, Kligman Albert M., Acne: Morphogenesis and Treatment.

Springer-Verlag. Berlin Heidelberg. New York. 1975. p. 1-2,51,76-82,86-87,168-201.

34. Radji Maksum, M.Biomed. Buku Ajar Mikrobiologi; Panduan Mahasiswa Farmasi dan Kedokteran. EGC. Jakarta. 2010. Hal. 205.

35. Garg, A. Aggarwal, D., Garg, S. et al. Spreading of semisolid formulations an update. [Serial on the internet]. 2002. p.84-105. [Diakses 21 januari 2013]. Avaiable from: http://pharmtech.com/pharmtech/data/.../article.pd..

36. Jawetz, Melnick, and Adelberg’s. Medical Microbiologi 24 th ed. United Statet of America. Mc Graw-Hill Companies, Inc. 2007. p. 161, 217,308.

37. Djide Natsir dan Sartini. Dasar-dasar Mikrobiologi Farmasi. Lembaga penerbitan Universitas Hasanuddin. Makassar. 2008. Hal. 340-342.

38. Pratiwi Sylvia T., Mikrobiologi Farmasi. Erlangga. Jakarta. 2008. Hal. 188-190.

39. Goldman E, Green LH. Practical Handbook of Microbiology second edition. CRC Press. United State. 2008. p. 276-8, 375, 414. Available as PDF file.

40. Tabor Aaron and Robert Blair. Nutritional Cosmetics: Beauty from Within. Elsevier Inc. United State.2009. p. 63. Available as PDF file.

41. Light D,. Cells, Tissues, and Skin. Chelsea House Publishers. Philadelphia. 2004. p. 95.Available as PDF file.

59

Lampiran I

Skema Kerja Uji Pendahuluan

- Dicuci pada air mengalir - Diiris tipis-tipis - Dikeringkan dengan tidak dibawah sinar

matahari langsung

Di sonikasi dengan pelarut heksan

Di sonikasi dengan pelarut etil asetat

Di sonikasi dengan pelarut etanol 70%

Di kisatkan dengan rotary evaporator

Rimpang lengkuas

Serbuk Rimpang Lengkuas

Filtrat Ampas

Filtrat Ampas

Ampas Filtrat

Ekstrak rimpang lengkuas

60

Lampiran II

Skema Kerja Uji Kadar Hambat Minimum

- Dilarutkan dengan pelarut propilen glikol dengan berbagai konsentrasi dalam vial

- Ditambahkan suspensi bakteri P.acnes sebanyak 20l dan medium FTM

- Ditambahkan berbagai konsentarsi ekstrak - Diinkubasi pada suhu 37°C selama 2x 24 jam dalam

kondisi anaerob

- Kejernihan yang tampak pada konsentrasi terrendah dilakukan uji lanjutan

- Konsentrasi terrendah tanpa pertumbuhan digoreskan pada medium FTM agar

- Diinkubasi pada suhu 37°C selama 2x 24 jam dalam kondisi anaerob

Ekstrak etil asetat rimpang lengkuas

Tabung Reaksi

Pengamatan Kekeruhan

Cawan Petri

Pengamatan

Analisis Data

Kesimpulan

61

Lampiran III

Skema Kerja Uji Efek Ekstrak Etil Asetat Rimpang Lengkuas

- Dilarutkan dengan pelarut propilen glikol dengan berbagai konsentrasi

- Ditambahkan suspensi bakteri P.acnes sebanyak

100l dan medium FTM agar sebanyak 20 ml

- Dibiarkan medium memadat

- Ekstrak yang telah dilarutkan ditambahkan 100l masing-masing konsentrasi (dengan 3 replikasi)

- Diinkubasi pada suhu 37°C selama 2x 24 jam dalam kondisi anaerob

Ekstrak etil asetat rimpang lengkuas

Cawan Petri

Suspensi bakteri + Medium

Analisis Data

Pengamatan

Zona Bening

Peper disk

Kesimpulan

62

Lampiran IV

Skema Kerja Pengolahan Rimpang Lengkuas

- Dicuci pada air mengalir - Diiris tipis-tipis - Dikeringkan dengan tidak

dibawah sinar matahari langsung

Dimaserasi dengan pelarut etil asetat

Remaserasi 2x

Di kisatkan dengan rotary evaporator

Serbuk Rimpang Lengkuas

Ekstrak kental etil asetat

Filtrat Ampas

Rimpang lengkuas

63

Lampiran V

Skema Kerja Formulasi Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas

Kontrol negatif

(basis)

FORMULASI

EVALUASI KESTABILAN

Uji pH

Uji Homogenitas

Uji Viskositas Pengamatan

Organoleptis

Ekstrak kental etil asetat Bahan Tambahan

Formula III

karbopol 1,25 %b/b

Formula I

karbopol 0,75%b/b

Formula II

karbopol 1%b/b

Uji Daya Hambat

Pengukuran Daya

Sebar

64

Lampiran VI

Skema Kerja Uji Aktivitas Antibakteri Gel

Ditambahkan suspensi bakteri P.acnes sebanyak

100l dan medium FTM agar sebanyak 20 ml

Dibiarkan memadat dan dibuat sumuran/ lubang

Dimasukkan gel F1, F2, F3, F4, F5, dan F6

masing masing 100l (dengan 3 replikasi)

Diinkubasi pada suhu 37°C selama 2x 24 jam dalam kondisi anaerob

Uji aktivitas antibakteri gel

Cawan petri

Suspensi bakteri uji + medium agar

Analisis Data

Zona bening

Sumur agar

Pengamatan

Pembahasan

Kesimpulan

65

Lampiran VII

Komposisi Medium

Tiap 1000 ml medium FTM mengandung :

Ekstrak khamir 5,00 g

NaCl 2,50 g

Pancreas digest of casein 15,00 g

L-sistein 0,50 g

Natrium rezasurin 0,15% b/v

Natrium Tiogliokolat 0,50 g

Pati 1,50 g

Glukosa anhidrat 5,50 g

Agar 0,75 g

Air suling ad 1000 ml

pH setelah sterilisasi 7,1 ± 0,2

66

Lampiran VIII

Perhitungan Statistik Daya Sebar Gel Ekstrak Etil Asetat Rimpang Lengkuas

Tabel 8. Hasil pengukuran daya sebar gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas

Penyimpanan

Dipercepat Formula

Pengukuran Ke Rata-rata

I II III

Sebelum

F1 2,74 2,68 2,75 2,72

F2 2,38 2,45 2,34 2,39

F3 2,22 2,15 2,18 2,18

Hari ke-12

F1 3,61 3,73 3,55 3,48

F2 3,12 3,10 3,02 3,08

F3 2,64 2,65 2,69 2,66

Hari ke-24

F1 4,35 4,19 4,08 4,21

F2 3,25 3,21 3,25 3,24

F3 2,48 2,63 2,54 2,55

Hari ke-36

F1 5,53 5,0 4,37 4,97

F2 3,3 3,48 3,54 3,44

F3 2,68 2,80 2,95 2,81

Hari ke-48

F1 5,60 5,98 5,78 5,79

F2 3,36 3,28 3,18 3,27

F3 2,88 2,93 2,76 2,86

Hari ke-60

F1 6,41 5,86 6,86 6,38

F2 3,38 3,18 3,32 3,29

F3 3,03 2,78 2,88 2,89

Keterangan :

F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%;

67

Tabel 9. Hasil analisis SPSS 16 pengukuran daya sebar gel ekstrak etil asetat rimpang

lengkuas

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Daya Sebar

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 68.769a 17 4.045 98.058 .000

Intercept 648.128 1 648.128 1.571E4 .000

Formula 37.642 2 18.821 456.223 .000

LamaPenyimpanan 18.518 5 3.704 89.778 .000

Formula *

LamaPenyimpanan 12.609 10 1.261 30.565 .000

Error 1.485 36 .041

Total 718.383 54

Corrected Total 70.255 53

a. R Squared = .979 (Adjusted R Squared = .969)

Kesimpulan :

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dari pengaruhi

faktor formula, faktor lama penyimpanan dan faktor interaksi terhadap

daya sebar gel rimpang lengkuas dengan variasi konsentrasi karbopol 940

0,75; 1; 1,25% maka disusun hipotesis sebagai berikut:

a. Untuk Faktor Formula

H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh formula gel ekstrak rimpang

lengkuas terhadap daya sebar

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh formula gel ekstrak rimpang

lengkuas terhadap daya sebar

68

Untuk mengetahui perbedaan dari pengaruh faktor formula

terhadap daya sebar gel ekstrak rimpang lengkuas, maka dapat dilihat

pada nilai signifikansi (Sig.) uji F tabel Analisis Variansi diatas, sebesar

0.000, yang berarti lebih kecil dari taraf kesalahan 5%, maka dapat

disimpulkan untuk menerima H1 yang berarti terdapat perbedaan

pengaruh formula gel ekstrak rimpang lengkuas dengan karbopol 940

0,75%; 1%; dan 1,25% terhadap daya sebar. Untuk mengetahui formula

gel rimpang lengkuas mana yang paling berbeda, maka dilakukan uji

perbandingan berganda Duncan.

Tabel 10. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh formula

gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas terhadap daya sebar

Daya Sebar

Duncan

Formula N

Subset

1 2 3

F3 18 2.6594

F2 18 3.1189

F1 18 4.6150

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .041.

Tabel uji perbandingan berganda Duncan di atas digunakan untuk

mengetahui formula gel rimpang lengkuas mana yang berbeda paling

nyata. Secara umum, untuk memahami tabel diatas dapat dilihat jika rata–

69

rata daya sebar gel tiap formula terletak pada kolom yang sama berarti

bahwa perlakuan tersebut tidak berbeda nyata, sedangkan jika rata-rata

daya sebar gel tiap formula terletak dalam kolom berbeda berarti bahwa

perlakuan tersebut berbeda secara nyata. Dari hasil tabel tersebut dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan daya sebar secara nyata antara formula 1, formula 2,

dengan formula 3.

2. Nilai rata-rata daya sebar terendah terdapat pada formula 3 yang

berarti bahwa formula 3 lebih baik daripada formula 1 dan 2.

b. Untuk Faktor Lama Penyimpanan Dipercepat

H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh lama penyimpanan

dipercepat terhadap daya sebar gel rimpang lengkuas

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh lama penyimpanan dipercepat

terhadap daya sebar gel rimpang lengkuas

Untuk mengetahui perbedaan dari pengaruh faktor lama penyimpanan

terhadap daya sebar gel rimpang lengkuas, maka dapat dilihat pada nilai

signifikansi (Sig.) uji F tabel Analisis Variansi diatas, sebesar 0.000, yang

berarti lebih kecil dari taraf kesalahan 5%, maka dapat disimpulkan untuk

menerima H1 yang berarti terdapat perbedaan pengaruh lama

penyimpanan terhadap daya sebar gel rimpang lengkuas. Untuk

mengetahui faktor lama penyimpanan mana yang paling berbeda, maka

dilakukan uji perbandingan berganda Duncan.

70

Tabel 11. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh lama

penyimpanan dipercepat gel ekstrak rimpang lengkuas terhadap daya sebar

Daya Sebar

Duncan

Lama

Penyimpanan

Dipercepat N

Subset

1 2 3 4 5 6

0 9 2.4322

12 9 3.1233

24 9 3.3311

36 9 3.7389

48 9 3.9722

60 9 4.1889

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .041.

Tabel uji perbandingan berganda Duncan di atas digunakan untuk

mengetahui lama penyimpanan dipercepat mana yang berbeda paling

nyata. Secara umum, untuk memahami tabel diatas dapat dilihat jika rata–

rata daya sebar gel tiap lama penyimpanan terletak pada kolom yang

sama berarti bahwa perlakuan tersebut tidak berbeda nyata, sedangkan

jika rata-rata daya sebar gel tiap lama penyimpanan terletak dalam kolom

berbeda berarti bahwa perlakuan tersebut berbeda secara nyata. Dari

hasil tabel tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata daya sebar terendah terdapat pada penyimpanan gel

rimpang lengkuas pada hari ke 0 berarti bahwa gel sebelum

71

penyimpanan dipercepat lebih stabil daripada gel pada

penyimpanan dipercepat pada hari ke 15, 30, 45, dan 60.

c. Untuk Faktor Formula dan Lama Penyimpanan

H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan dipercepat terhadap daya sebar

gel rimpang lengkuas

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh antara formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan dipercepat terhadap daya sebar

gel rimpang lengkuas

Untuk mengetahui perbedaan dari pengaruh antara formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan dipercepat terhadap daya sebar gel

rimpang lengkuas, maka dapat dilihat pada nilai signifikansi (Sig.) uji F

tabel Analisis Variansi diatas, sebesar 0.000, yang berarti lebih kecil dari

taraf kesalahan 5%, dapat disimpulkan untuk menerima H1 yang berarti

terdapat perbedaan pengaruh antara formula gel rimpang lengkuas dan

lama penyimpanan terhadap daya sebar gel rimpang lengkuas.

72

Lampiran IX

Perhitungan Statistik Viskositas Gel Ekstrak Etil Asetat Rimpang Lengkuas

Tabel 12. Hasil pengukuran viskositas gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas

Penyimpanan

Dipercepat Formula

Pengukuran Ke Rata-rata

I II III

Sebelum

F1 24,5 24 24,5 24,33

F2 32 31 31,5 31,5

F3 37 36,5 36 36,5

Hari ke-12

F1 12 11 12 11,67

F2 21,5 21,5 22 21,67

F3 26 26 25 25,67

Hari ke-24

F1 12 11 11 11,33

F2 19 19 18,5 18,83

F3 26 26,5 27 26,5

Hari ke-36

F1 10,5 10,5 11 10,67

F2 18,5 18,5 19 18,67

F3 25 25 24,5 24,83

Hari ke-48

F1 8 10 10,5 9,5

F2 19 18,5 19 18,83

F3 24,5 23,5 23 23,67

Hari ke-60

F1 8,5 8,5 10 9

F2 17 17,5 17,5 17,33

F3 24 23 23 23,33

Keterangan :

F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%;

73

Tabel 13. Hasil analisis SPSS 16 pengukuran viskositas gel ekstrak etil asetat rimpang

lengkuas

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Viskositas

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 3066.134a 17 180.361 556.542 .000

Intercept 22062.449 1 22062.449 6.808E4 .000

Formula 1787.148 2 893.574 2.757E3 .000

LamaPenyimpanan 1259.912 5 251.982 777.546 .000

Formula *

LamaPenyimpanan 19.074 10 1.907 5.886 .000

Error 11.667 36 .324

Total 25140.250 54

Corrected Total 3077.801 53

a. R Squared = .996 (Adjusted R Squared = .994)

Kesimpulan :

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dari pengaruhi

faktor formula, faktor lama penyimpanan dan faktor interaksi terhadap

viskositas gel rimpang lengkuas dengan variasi konsentrasi karbopol 940

0,75; 1; 1,25% maka disusun hipotesis sebagai berikut:

a. Untuk Faktor Formula

H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh formula gel ekstrak rimpang

lengkuas terhadap viskositas

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh formula gel ekstrak rimpang

lengkuas terhadap viskositas

74

Untuk mengetahui perbedaan dari pengaruh faktor formula

terhadap viskositas gel ekstrak rimpang lengkuas, maka dapat dilihat pada

nilai signifikansi (Sig.) uji F tabel Analisis Variansi diatas, sebesar 0.000,

yang berarti lebih kecil dari taraf kesalahan 5%, maka dapat disimpulkan

untuk menerima H1 yang berarti terdapat perbedaan pengaruh formula gel

ekstrak rimpang lengkuas dengan karbopol 940 0,75%; 1%; dan 1,25%

terhadap viskositas. Untuk mengetahui formula gel rimpang lengkuas

mana yang paling berbeda, maka dilakukan uji perbandingan berganda

Duncan.

Tabel 14. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh formula

gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas terhadap viskositas

Viskositas

Duncan

Formula N

Subset

1 2 3

F1 18 12.750

F2 18 21.139

F3 18 26.750

Sig. 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .324.

Tabel uji perbandingan berganda Duncan di atas digunakan untuk

mengetahui formula gel rimpang lengkuas mana yang berbeda paling

nyata. Secara umum, untuk memahami tabel diatas dapat dilihat jika rata–

75

rata viskositas gel tiap formula terletak pada kolom yang sama berarti

bahwa perlakuan tersebut tidak berbeda nyata, sedangkan jika rata-rata

viskositas gel tiap formula terletak dalam kolom berbeda berarti bahwa

perlakuan tersebut berbeda secara nyata. Dari hasil tabel tersebut dapat

disimpulkan sebagai berikut:

1. Ada perbedaan viskositas secara nyata antara formula 1, formula 2,

dengan formula 3.

2. Nilai rata-rata viskositas tertinggi terdapat pada formula 3 yang berarti

bahwa formula 3 lebih baik daripada formula 1 dan 2.

b. Untuk Faktor Lama Penyimpanan Dipercepat

H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh lama penyimpanan

dipercepat terhadap viskositas gel rimpang lengkuas

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh lama penyimpanan dipercepat

terhadap viskositas gel rimpang lengkuas

Untuk mengetahui perbedaan dari pengaruh faktor lama penyimpanan

terhadap viskositas gel rimpang lengkuas, maka dapat dilihat pada nilai

signifikansi (Sig.) uji F tabel Analisis Variansi diatas, sebesar 0.000, yang

berarti lebih kecil dari taraf kesalahan 5%, maka dapat disimpulkan untuk

menerima H1 yang berarti terdapat perbedaan pengaruh lama

penyimpanan terhadap viskositas gel rimpang lengkuas. Untuk

mengetahui faktor lama penyimpanan mana yang paling berbeda, maka

dilakukan uji perbandingan berganda Duncan.

76

Tabel 15. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh lama

penyimpanan dipercepat gel ekstrak rimpang lengkuas terhadap viskositas

Viskositas

Duncan

Lama

Penyimpanan

Dipercepat N

Subset

1 2 3 4 5 6

60 9 16.556

48 9 17.333

36 9 18.056

24 9 18.889

12 9 19.667

0 9 30.778

Sig. 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .324.

Tabel uji perbandingan berganda Duncan di atas digunakan untuk

mengetahui lama penyimpanan dipercepat mana yang berbeda paling

nyata. Secara umum, untuk memahami tabel diatas dapat dilihat jika rata–

rata viskositas gel tiap lama penyimpanan terletak pada kolom yang sama

berarti bahwa perlakuan tersebut tidak berbeda nyata, sedangkan jika

rata-rata daya sebar gel tiap lama penyimpanan terletak dalam kolom

berbeda berarti bahwa perlakuan tersebut berbeda secara nyata. Dari

hasil tabel tersebut dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Nilai rata-rata viskositas tertinggi terdapat pada penyimpanan gel

rimpang lengkuas pada hari ke 0 berarti bahwa gel sebelum

77

penyimpanan dipercepat lebih stabil daripada gel pada penyimpanan

dipercepat pada hari ke 15, 30, 45, dan 60.

c. Untuk Faktor Formula dan Lama Penyimpanan

H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan dipercepat terhadap viskositas

gel rimpang lengkuas

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh antara formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan dipercepat terhadap viskositas

gel rimpang lengkuas

Untuk mengetahui perbedaan dari pengaruh antara formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan dipercepat terhadap viskositas gel

rimpang lengkuas, maka dapat dilihat pada nilai signifikansi (Sig.) uji F

tabel Analisis Variansi diatas, sebesar 0.000, yang berarti lebih kecil dari

taraf kesalahan 5%, dapat disimpulkan untuk menerima H1 yang berarti

terdapat perbedaan pengaruh antara formula gel rimpang lengkuas dan

lama penyimpanan terhadap viskositas gel rimpang lengkuas.

78

Lampiran X

Perhitungan Statistik Efek Sediaan Gel terhadap Propionibacterium acnes

Tabel 16. Hasil uji efek gel ekstrak rimpang lengkuas

Lama

Penyimpanan

(40°C)

Formula

Pengukuran Ke

Rata-rata ± SD I II III

Hari ke-0

F1 12,025 11,63 10,775 11,48

F2 12,5 11,658 11,492 11,88

F3 12,5 11,492 11,9 12,29

F4 15,108 11,88 14,433 14,59

F5 - - - -

F6 - - - -

Hari ke-60

F1 11,35 11,05 11,25 11,22

F2 11,2 11,05 11,45 11,45

F3 12,4 12,1 11,45 11,98

F4 14,45 13,2 13.4 13,68

F5 - - - -

F6 - - - -

Keterangan : F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%; F4 : Ekstrak rimpang lengkuas 2%; F5 : Basis Gel dengan Karbopol 940 0,75%; F6 : Pelarut Propilene glikol

79

Tabel 17. Hasil analisis SPSS 16 uji efek gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas

Tests of Between-Subjects Effects

Dependent Variable:Dayahambat

Source

Type III Sum of

Squares Df Mean Square F Sig.

Corrected Model 22.184a 7 3.169 5.503 .002

Intercept 3546.416 1 3546.416 6.158E3 .000

Formula 21.426 3 7.142 12.401 .000

Lamapenyimpanan .386 1 .386 .670 .425

Formula *

Lamapenyimpanan .373 3 .124 .216 .884

Error 9.214 16 .576

Total 3577.814 24

Corrected Total 31.399 23

a. R Squared = .707 (Adjusted R Squared = .578)

Kesimpulan :

Untuk mengetahui apakah terdapat perbedaan dari pengaruhi

faktor formula, faktor lama penyimpanan dan faktor interaksi terhadap

penghambatan pertumbuhan P.acnes maka disusun hipotesis sebagai

berikut:

a. Untuk Faktor Formula

H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh formula gel ekstrak rimpang

lengkuas terhadap penghambatan pertumbuhan P.acnes

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh formula gel ekstrak rimpang

lengkuas terhadap penghambatan pertumbuhan P.acnes

80

Untuk mengetahui perbedaan dari pengaruh faktor formula

terhadap penghambatan pertumbuhan P.acnes, maka dapat dilihat pada

nilai signifikansi (Sig.) uji F tabel Analisis Variansi diatas, sebesar 0.000,

yang berarti lebih kecil dari taraf kesalahan 5%, maka dapat disimpulkan

untuk menerima H1 yang berarti terdapat perbedaan pengaruh formula gel

ekstrak rimpang lengkuas dengan karbopol 940 0,75%; 1%; dan 1,25%

terhadap penghambatan pertumbuhan P.acnes. Untuk mengetahui

formula gel rimpang lengkuas mana yang paling berbeda, maka dilakukan

uji perbandingan berganda Duncan.

Tabel 18. Hasil uji perbandingan berganda Duncan analisis SPSS 16 pengaruh formula

gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas terhadap pertumbuhan P.acnes

Dayahambat

Duncan

Formula N

Subset

1 2

F1 6 11.3467

F2 6 11.5583

F3 6 11.9737

F4 6 13.7452

Sig. .193 1.000

Means for groups in homogeneous subsets are

displayed.

Based on observed means.

The error term is Mean Square(Error) = .576.

Tabel uji perbandingan berganda Duncan di atas digunakan untuk

mengetahui formula gel rimpang lengkuas mana yang berbeda paling

81

nyata. Secara umum, untuk memahami tabel diatas dapat dilihat jika rata–

rata penghambatan pertumbuhan P.acnes tiap formula terletak pada

kolom yang sama berarti bahwa perlakuan tersebut tidak berbeda nyata,

sedangkan jika rata-rata penghambatan pertumbuhan P.acnes tiap

formula terletak dalam kolom berbeda berarti bahwa perlakuan tersebut

berbeda secara nyata. Dari hasil tabel tersebut dapat disimpulkan sebagai

berikut:

1. Tidak ada perbedaan penghambatan pertumbuhan P.acnes secara

nyata antara formula 1, 2, dan 3, sedangkan jika formula 1-3

dibandingkan dengan formula 4 terdapat perbedaan penghambatan

pertumbuhan P.acnes secara nyata.

2. Nilai rata-rata penghambatan pertumbuhan P.acnes tertinggi terdapat

pada formula 3 yang berarti bahwa formula 3 lebih baik daripada

formula 1 dan 2.

b. Untuk Faktor Lama Penyimpanan Dipercepat

H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh lama penyimpanan

dipercepat terhadap penghambatan pertumbuhan P.acnes

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh lama penyimpanan dipercepat

terhadap penghambatan pertumbuhan P.acnes

Untuk mengetahui perbedaan dari pengaruh faktor lama penyimpanan

terhadap penghambatan pertumbuhan P.acnes, maka dapat dilihat pada

nilai signifikansi (Sig.) uji F tabel Analisis Variansi diatas, sebesar 0.425,

yang berarti lebih besar dari taraf kesalahan 5%, maka dapat disimpulkan

82

untuk menerima H0 yang berarti tidak terdapat perbedaan pengaruh lama

penyimpanan terhadap penghambatan pertumbuhan P.acnes.

c. Untuk Faktor Formula dan Lama Penyimpanan

H0 : Tidak terdapat perbedaan pengaruh antara formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan dipercepat terhadap

penghambatan pertumbuhan P.acnes

H1 : Terdapat perbedaan pengaruh antara formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan dipercepat terhadap

penghambatan pertumbuhan P.acnes

Untuk mengetahui perbedaan dari pengaruh antara formula gel rimpang

lengkuas dan lama penyimpanan dipercepat terhadap viskositas gel

rimpang lengkuas, maka dapat dilihat pada nilai signifikansi (Sig.) uji F

tabel Analisis Variansi diatas, sebesar 0.884, yang berarti lebih besar dari

taraf kesalahan 5%, dapat disimpulkan untuk menerima H0 yang berarti

tidak terdapat perbedaan pengaruh antara formula gel rimpang lengkuas

dan lama penyimpanan terhadap penghambatan pertumbuhan P.acnes.

83

Lampiran XI

Gambar Penelitian

VI.1 Gambar Uji Pendahuluan

A B

C A

Gambar 2. Hasil pengujian dilusi cair Keterangan: A : Pada ekstrak heksan B : Pada ekstrak etil asetat C : Pada ekstrak etanol 70% Gambar 3. Hasil pengujian lanjutan dari dilusi cair Keterangan : A : Untuk ekstrak etanol 70% dan etil asetat

84

B C

D E

Gambar 3. Hasil pengujian lanjutan dari dilusi cair Keterangan : B : Untuk ekstrak etil asetat C : Untuk etanol 70%, heksan dan PG (kontrol negatif) D : Untuk ekstrak heksan E : Untuk etanol 70%

85

A

Gambar 4. Hasil Uji daya hambat Keterangan: A : Pada ekstrak etil asetat

VI.2 Gambar Hasil Penelitian

A B Gambar 5. Lengkuas Keterangan : A : Foto rimpang lengkuas B : Foto ekstrak etil asetat rimpang lengkuas

86

A B C D E F Gambar 6. Hasil uji homogenitas gel Keterangan: A : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-0 B : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-12 C : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-24 D : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-36 E : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-48 F : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-60 F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%;

F3 F2 F1

F3 F2 F1

F3 F2 F1

F3 F2 F1

F1 F1 F2 F2 F3 F3

87

A B C D E F Gambar 7. Hasil gel ekstrak etil asetat rimpang lengkuas Keterangan: A : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-0 B : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-12 C : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-24 D : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-36 E : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-48 F : Pada penyimpanan dipercepat hari ke-60 F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%

F1 F1

F1 F1

F1 F2

F2 F2

F2 F2 F3 F3

F3 F3

F3 F1 F2 F3

88

A B Gambar 8. Hasil uji daya hambat gel rimpang lengkuas Keterangan : A : Untuk hari ke-0 B : Untuk hari ke-60 F1 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 0,75%; F2 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1%; F3 : Gel Ekstrak Rimpang Lengkuas dengan Karbopol 940 1,25%; F4 : Ekstrak rimpang lengkuas 2%; F5 : Basis Gel dengan Karbopol 940 0,75%; F6 : Pelarut Propilene glikol

F6

F1

F4 F3 F5

F2

F3

F5 F4

F2

F1 F6