EFEK PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT BATANG KAYU KUNING (Arcangelisia flava (L.) Merr.) TERHADAP KADAR...

12
EFEK PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT BATANG KAYU KUNING (Arcangelisia flava (L.) Merr.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS PUTIH JANTAN GALUR WISTAR DIABETES MELITUS RESISTENSI INSULIN Artikel Arina Fikarotal Ulya 1040911013 PROGRAM STUDI S1 FARMASI SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI YAYASAN PHARMASISEMARANG 2013

Transcript of EFEK PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT BATANG KAYU KUNING (Arcangelisia flava (L.) Merr.) TERHADAP KADAR...

EFEK PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT BATANG KAYU KUNING

(Arcangelisia flava (L.) Merr.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS

PUTIH JANTAN GALUR WISTAR DIABETES MELITUS RESISTENSI INSULIN

Artikel

Arina Fikarotal Ulya

1040911013

PROGRAM STUDI S1 FARMASI

SEKOLAH TINGGI ILMU FARMASI “YAYASAN PHARMASI”

SEMARANG

2013

Artikel

EFEK PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT BATANG KAYU KUNING

(Arcangelisia flava (L.) Merr.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS

PUTIH JANTAN GALUR WISTAR DIABETES MELITUS RESISTENSI INSULIN

Oleh :

Arina Fikarotal Ulya

1040911013

Telah disetujui oleh :

Pembimbing I

Wahyuning Setyani, M.Sc., Apt. Tanggal

Pembimbing II

Dwi Hadi Setya Palupi, M.Si., Apt. Tanggal

1

EFEK PEMBERIAN FRAKSI ETIL ASETAT BATANG KAYU KUNING

(Arcangelisia flava (L.) Merr.) TERHADAP KADAR GLUKOSA DARAH TIKUS

PUTIH JANTAN GALUR WISTAR DIABETES MELITUS RESISTENSI INSULIN

THE EFFECTS OF YELLOW WOOD STEM OF ETHYL ACETATE FRACTION

(Arcangelisia flava (L.) Merr.) ON BLOOD GLUCOSE LEVEL IN THE MALE WHITE

RATS WISTAR STRAIN OF DIABETES MELLITUS INSULIN RESISTANCE

Arina Fikarotal Ulya, Wahyuning Setyani, Dwi Hadi Setya Palupi

Program Studi S1 Farmasi Sekolah Tinggi Ilmu Farmasi “YAYASAN PHARMASI”

SARI

Kandungan utama dalam batang kayu kuning (Arcangelisia flava (L.)

Merr.) adalah alkaloid berberine dan senyawa-senyawa fenolik. Salah satu

senyawa fenolik adalah flavonoid yang dapat berpotensi untuk mengatasi diabetes

melitus. Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui efek pemberian fraksi etil

asetat batang kayu kuning dalam menurunkan kadar glukosa darah tikus diabetes

melitus resistensi insulin. Penelitian menggunakan 30 ekor tikus putih jantan galur

Wistar yang dibagi menjadi 6 kelompok, yaitu kelompok kontrol normal, kontrol

negatif, kontrol positif (metformin 126mg/kgBB), kelompok pemberian fraksi etil

asetat batang kayu kuning dosis 7, 14 dan 28mg/kgBB. Induksi diabetes melitus

resistensi insulin dilakukan dengan fruktosa 1,8g/kg BB dan pakan kaya lemak

(15% lemak babi dan 5% kuning telur bebek) selama 50 hari. Pengukuran kadar

glukosa darah dilakukan dengan test toleransi glukosa oral (TTGO) sedangkan

untuk menegaskan terjadinya resistensi insulin dilakukan uji daya hipoglikemi

glibenklamid. Hasil menunjukkan bahwa hewan uji telah mengalami resisten

insulin. Pengujian yang dilakukan selama 7 hari menunjukkan kadar glukosa

darah setelah pemberian fraksi etil asetat batang kayu kuning mengalami

penurunan yang signifikan (p<0,05) dibandingkan dengan kontrol negatif. Fraksi

etil asetat kayu kuning terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah pada tikus

yang mengalami diabetes melitus resistensi insulin. Fraksi etil asetat batang kayu

kuning yang berpotensi sebagai antihiperglikemi adalah dosis 7mg/kgBB.

Kata Kunci : diabetes melitus resistensi insulin, kadar glukosa darah, fraksi etil

asetat batang kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.)

ABSTRACT

A main compound in yellow wood stem (Arcangelisia flava (L.) Merr.) are

alkaloid berberine and phenolics, which is flavonoid that have been proved to

overcome the diabetes mellitus. These have been studied for identify

administration effect of yellow wood stem on decrease blood glucose levels in the

rat of diabetes mellitus insulin resistance. An experimental used 30 male white

rats wistar strain which were divided into 6 groups: normal control, negative

control, positive contol (metformin 126mg/kgBW), the yellow wood stem ethyl

acetate fraction doses of 7, 14 and 28 mg/kgBW. The diabetes mellitus insulin

2

resistance induction had been done with 1.8 g/kgBW fructose and high-fat feed

(15% lards and 5% duck egg yolks) for 50 days. The measurement of blood

glucose levesl had been done with oraly glucose tolerance test (OGTT), whereas

ensure that insulin resistance has been done with the hipoglycemic activity test of

glibenclamide. The result showed that test animal has been insulin resistance.

Seven days test of the yellow wood stem ethyl acetate fraction can reduced blood

glucose levels significant (p<0,05) than negative control. The yellow wood stem

ethyl acetate fraction in 7mg/kgBW can reduced blood glucose levels in diabetes

mellitus insulin resistance rat.

Keywords :diabetes mellitus, insulin resistance, blood glucose level, yellow wood

stem ethyl acetate fraction, Arcangelisia flava (L.) Merr.

PENDAHULUAN

Keadaan Diabetes Melitus resistensi insulin ditandai dengan hilangnya

toleransi karbohidrat dalam tubuh akibat terjadi kerusakan reseptor insulin, yang

menyebabkan terjadinya peningkatan kadar glukosa darah. Peningkatan kadar

glukosa darah yang tidak terkendali dapat menyebabkan penyakit kardiovaskular

(risiko ganda), kegagalan kronis ginjal (penyebab utama dialisis), kerusakan retina

(retinopati) yang dapat menyebabkan kebutaan, serta kerusakan saraf yang dapat

menyebabkan impotensi dan gangren dengan risiko amputasi (Gustaviani, 2006).

Salah satu tanaman yang berpotensi sebagai antihiperglikemi adalah

tanaman kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.). Kayu kuning mengandung

alkaloid (Suzuki dkk, 2011) yang terbukti dapat menurunkan kadar glukosa darah

(Steriti, 2010). Batang kayu kuning juga mengandung senyawa 6-

hidroksiarcangelisin yang merupakan komponen fenolik (Meistiani, 2001).

Senyawa fenolik terutama flavonoid mampu membantu menurunkan kadar

glukosa dalam darah (Kwon dkk, 2007).

Saat ini kayu kuning semakin sulit ditemukan dan potensinya belum banyak

diketahui masyarakat luas. Penelitian ini diharapkan dapat membuktikan efek

tanaman kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.) sebagai antihiperglikemi

sehingga tanaman ini dapat dimanfaatkan secara maksimal untuk pengobatan

diabetes melitus resistensi insulin

3

METODE PENELITIAN

Penelitian ini merupakan penelitian eksperimental. Objek yang diteliti

adalah kadar glukosa tikus putih jantan galur Wistar hiperlipidemia. Sampel yang

digunakan adalah batang kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.). Variabel

yang digunakan dala penelitian ini adalah :

1. Variabel bebas : dosis fraksi etil asetat batang kayu kuning (Arcangelisia

flava (L.) Merr.).

2. Variabel terikat : kadar glukosa darah tikus.

3. Variabel terkontrol : jenis kelamin, usia, tempat pemeliharaan, cara

pemeliharaan, waktu perlakuan hewan uji, pakan.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan adalah timbangan tikus, timbangan digital, timbangan

analitik, spuit, sonde tikus, ependroff, sentrifuge, alat-alat gelas, rotary

evaporator, sentrifuge, spektrofotometer ABX Pentra-400 dan lempeng KLT.

Bahan yang digunakan adalah fraksi etil asetat kayu kuning, tikus putih jantan

galur Wistar usia 1-3 bulan, pakan standar, pakan kaya lemak (15% lemak babi

dan 5% kuning telur bebek), fruktosa, glukosa, metformin, aquadest, CMC Na,

reagen kit glukosa FS untuk pengukuran kadar glukosa darah.

Fraksinasi

Fraksinasi ekstrak etanol kayu kuning dilakukan secara partisi dengan

corong pisah. Fraksinasi dilakukan secara bertahap dengan menggunakan palarut

heksana, air dan etil asetat. Sebanyak 10 gram ekstrak dilarutkan dalam 100ml

metanol:air (1:1) dan dimasukkan corong pisah. Ditambahkan 100 ml heksana

kedalam corong pisah. Campuran digojog hingga terbentuk 2 lapisan dan

dipisahkan fase heksana. Dilakukan hingga fase heksana jernih, diambil fase

metanol:air. Metanol diuapkan hingga diperoleh fase air, fase air yang diperoleh

kemudian difraksinasi kembali dengan etil asetat (1:1). Diambil fase etil asetat

dan diuapkan hingga diperoleh fraksi etil asetat kental. Dilakukan uji

pendahuluan, uji penegasan dengan KLT, penetapan kadar fenolik dan flavonoid

total, uji aktivitas serta dihitung rendemen.

4

Pakan kaya lemak dan resistensi insulin

Hewan uji diberikan fruktosa 1,8 g/kgBB tikus dalam sejumlah volume

tertentu dan pakan kaya lemak dengan mencampur pakan standar tikus dengan

15% lemak babi dan 5% kuning telur bebek. Jumlah hewan uji yang mendapat

makanan kaya lemak sebanyak 5 kelompok dan 1 kelompok normal mendapat

pakan standar. Berdasarkan penelitian Warditiani (2012), masing- masing tikus

mengkonsumsi makana setiap harinya sebanyak 15 gram.

Hewan uji diabetes melitus (DM) resistensi insulin dapat dilihat dari

parameter uji daya hipoglikemi glibenklamid dan tes toleransi glukosa oral

(TTGO).

Pengujian aktivitas farmakologi

Tikus sebanyak 30 ekor diadaptasikan selama 7 hari dengan diberi pakan

standar dan minum ad libitum. Pengukuran kadar glukosa darah sebagai glukosa

darah awal dilakukan hari ke-0, setelah itu 5 ekor tikus dikelompokkan sebagai

tikus normal tanpa mengalami induksi dan sisanya diberi larutan fruktosa dosis

1,8 g/kgBB dan pakan kaya lemak (15% lemak babi dan 5 % kuning telur bebek)

selama 50 hari. Pada hari ke 51 dilakukan uji evaluasi untuk mengetahui bahwa

hewan uji telah menderita diabetes melitus resistensi insulin. Tikus diabetes

melitus resistensi insulin dikelompokkan secara acak menjadi 5 kelompok.

Kelompok kontrol positif : Pemberian metformin 126mg/kgBB peroral

Kelompok kontrol negatif : Pemberian suspensi CMC-Na 0,5%

Kelompok perlakuan I : Pemberian fraksi etil asetat batang kayu kuning dosis

7mg/kg BB

Kelompok perlakuan II : Pemberian fraksi etil asetat batang kayu kuning dosis

14mg/kg BB

Kelompok perlakuan III : Pemberian fraksi etil asetat batang kayu kuning dosis

28mg/kg BB

Perlakuan pada masing-masing kelompok tersebut dilakukan selama 7 hari,

setelah itu diambil sampel darah tikus dan pengukuran kadar glukosa darah pada

hari ke-58.

5

Data yang diperoleh adalah data kadar glukosa darah saat H0 (sebelum

induksi), H50 (setelah induksi) dan H58 (setelah pemberian fraksi etil asetat kayu

kuning kontrol positif dan kontrol negatif). Analisis data dilakukan dengan uji

statistika anova dengan taraf kepercayaan 95%.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Fraksinasi ekstrak etanol kental batang kayu kuning (Arcangelisia flava (L.)

Merr) dilakukan bertahap dengan menggunakan pelarut n-heksan, pelarut air dan

selanjutnya pelarut etil asetat. Pelarut n-heksan akan menarik senyawa non polar,

pelarut air akan menarik senyawa polar dan pelarut etil asetat akan menarik

senyawa yang bersifat semipolar yang terdapat dalam ekstrak etanol kental batang

kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr). Senyawa yang akan digunakan dalam

penelitian ini adalah senyawa flavonoid dimana flavonoid ini merupakan senyawa

yang bersifat semipolar sehingga dalam proses fraksinasi ini diharapkan senyawa

flavonoid dapat tersari dalam pelarut etil asetat. Fraksi etil asetat yang diperoleh

ditampung kemudian diuapkan sehingga didapatkan fraksi dalam bentuk kental,

berwarna coklat kehitaman dan berbau khas fraksi. Rendemen fraksi etil asetat

batang kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr) yang diperoleh yaitu sebesar

9,33 %.

Uji pendahuluan fraksi etil asetat batang kayu kuning (Arcangelisia flava

(L.) Merr) positif mengandung empat senyawa yaitu alkaloid, polifenol, fenolik

dan flavonoid sehingga dilakukan uji penegasan dengan KLT untuk memastikan

kandungan senyawa yang diduga terkandung dalam fraksi. Hasil uji penegasan

dengan KLT menunjukkan fraksi etil asetat batang kayu kuning positif

mengandung senyawa yaitu alkaloid, fenolik dan flavonoid. Selanjutnya

dilakukan uji penegasan selanjutnya dilakukan uji kuantitatif dengan penetapan

kadar fenolik total dan penetapan kadar flavonoid total pada masing-masing fraksi

yang bertujuan untuk memastikan bahwa kandungan fenolik dan flavonoid total

terbesar terdapat dalam fraksi etil asetat batang kayu kuning (Arcangelisia flava

(L.) Merr). Penetapan kadar fenolik total menggunakan metode folin-ciocalteau

6

dan penetapan kadar flavonoid total dilakukan dengan metode kolorimetri AlCl3.

Hasil penetapan kadar senyawa fenolik dan flavonoid ditunjukkan pada tabel 1.

Tabel 1. Hasil Penetapan Kadar Fenolik dan Flavonoid Total Batang Kayu

Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr.)

Sampel Rerata kadar fenolik total

(mg/g)

Rerata Kadar Flavonoid total (mg/g)

Fraksi n-heksana 30,4024 -

Fraksi etil asetat 228,0247 172,2757

Fraksi air 82,0085 -

Pengukuran kadar glukosa darah dalam penelitian ini dilakukan 3 kali, yaitu

hari ke-0, hari ke-50, dan hari ke-58. Kondisi DM resistensi insulin dicapai

dengan pemberian pakan kaya lemak sebanyak 15 gram untuk masing-masing

hewan uji, dan fruktosa per oral dosis 1,8mg/kgBB. Pemberian pakan kaya lemak

ini diharapkan dapat meningkatkan kandungan asam lemak bebas di dalam plasma

sel yang dapat menurunkan kemampuan insulin reseptor substrat untuk

mengaktivasi P13-kinase dan menyebabkan ekspresi GLUT 4 menurun, sehingga

aktivitas pengangkutan glukosa menurun akibatnya kadar glukosa dalam darah

meningkat (Shulman, 2000). Fruktosa didalam hati akan dimetabolisme menjadi

asam lemak bebas di dalam darah yang dapat mengganggu metabolisme dan

pengangkutan dari glukosa. Peningkatan asam lemak bebas akan menyebabkan

penurunan kadar hormon adinopektin yang berfungsi untuk mensensitisasi

reseptor insulin. Hal tersebut dapat meningkatkan terjadinya resistensi insulin

(Champe dkk, 2010).

Tabel 2.Rerata Kadar Glukosa Darah Tikus Diabetes Melitus dengan

Pemberian Fraksi Etil Asetat Batang Kayu Kuning (Arcangelisia

flava (L.) Merr)

Kelompok

Kadar glukosa darah (mg/dL)

( )

hari 0 hari 51 hari 58

Normal 63,52 ± 10,2 121,62 ± 14,1 159,72 ± 7,5

Kontrol positif 81,54 ± 16,89 196,94 ± 27,19 144,28 ± 16,31

Kontrol negative 89,8 ± 14,93 196,0 ± 9,92 220,14 ± 11,15

Dosis 7mg/kgBB 97,5 ± 29,47 199,9 ± 5,69 180,3 ± 4,03

Dosis 14mg/kgBB 83,8 ± 9,46 204,1 ± 15,42 181,6 ± 8,48

Dosis 28mg/kgBB 91,6 ± 29,13 236,4 ± 48,95 165,0 ± 14,02

7

Berdasarkan pengukuran kadar glukosa darah pada hari ke-0, dan hari ke-50

tampak bahwa terjadi peningkatan kadar glukosa darah lebih tinggi pada

kelompok tikus lemak-fruktosa dibandingkan dengan kelompok tikus normal.

Hasil analisis statistik dengan independent samplet test menunjukkan adanya

perbedaan yang signifikan (p<0,05) antara hari ke-0 (sebelum induksi) dengan

hari ke-51 (setelah induksi) pada kelompok tikus induksi lemak-fruktosa,

sedangkan pada tikus normal tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan

(p>0,05). Hasil perolehan dapat dilihat pada gambar 1. Hal ini mengindikasikan

bahwa induksi pemberian diet fruktosa dan pakan kaya lemak selama 50 hari

dapat menyebabkan kondisi resistensi insulin pada hewan uji.

Gambar 1.Peningkatan Kadar Glukosa Darah Tikus pada Kondisi Tikus

Normal dan Tikus Diabetes Melitus Resistensi Insulin Keterangan: *(hari ke-51 berbeda signifikan dibandingkan dengan hari ke-0)

Evaluasi untuk terjadinya diabetes melitus resistensi insulin pada tikus

dalam penelitian ini ditentukan dengan 2 metode. Metode pertama berupa test

toleransi glukosa oral (TTGO). Prinsip kerjanya adalah membebani hewan uji

dengan glukosa hingga tercapai keadaan hiperglikemi tanpa merusak pankreas

hewan uji. TTGO dapat memberikan gambaran kenaikan kadar glukosa darah

dengan cepat setelah pembebanan glukosa, sehingga dapat digunakan untuk

mengamati efek penurunan kadar glukosa darah secara cepat pula. Metode kedua

untuk mengevaluasi diabetes melitus resistensi insulin adalah dengan uji daya

hipoglikemi dari glibenklamid. Glibenklamid merupakan obat penurun kadar

glukosa darah intrapankreatik dimana glibenklamid dapat menstimulasi

pengeluaran insulin. Pada kondisi resistensi insulin pemberian obat glibenklamid

dapat meningkatkan sekresi insulin namun sensitifitas reseptor insulin tidak

mengalami perubahan yang mengakibatkan kadar glukosa darah masih tinggi.

0

50

100

150

200

250

300

hari 0 hari 51

KG

D (

mg/

dl)

tikus normal

*

8

Pada kelompok normal, pemberian obat glibenklamid tidak mempengaruhi kadar

glukosa darah karena tubuh memiliki mekanisme homeostatis untuk

mempertahankan kadar gula tetap pada keadaan normal (Suherman, 207 : 489).

Hasil pengukuran kadar glukosa darah dengan uji daya hipoglikemi glibenklamid

dapat dilihat pada gambar 2.

Gambar 2. Aktivitas Hipoglikemi Glibenklamid pada Tikus Normal dan

Tikus Lemak-Fruktosa Keterangan:*(perlakuan glibenklamid berbeda signifikan dibandingkan dengan tanpa

perlakuan glibenklamid)

Pengujian senyawa uji dilakukan selama 7 hari dimulai dari hari ke-51

sampai hari ke-58. Pada hari ke-58 dilakukan pengukuran kadar glukosa darah

untuk mengetahui pengaruh dari pengobatan metformin dan pemberian fraksi etil

asetat batang kayu kuning. Hasil pengukuran KGD hewan uji berdasarkan tabel 2

dapat diketahui bahwa antara hari ke-51(setelah induksi) dengan hari ke-58

(setelah perlakuan) terdapat perbedaan. Hasil analisis statistik uji anava

menunjukkan adanya perbedaan KGD secara signifikan (p<0,05) antara kelompok

perlakuan pada hari ke-58 setelah perlakuan, selanjutnya dilakukan Post Hoc Test.

Hasil uji dapat dilihat pada tabel 3.

Tabel 3. Hasil Uji Post Hoc Kadar Glukosa Darah Tikus Diabetes Melitus

Resistensi Insulin setelah Pemberian Fraksi Etil Asetat Batang

Kayu Kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr)

Perbandingan kelompok Sig Simpulan

Kontrol negatif vs normal 0,000 Berbeda signifikan

Kontrol negatif vs kontrol positif 0,000 Berbeda signifikan

Kontrol negatif vs dosis 7 mg/kgBB 0,001 Berbeda signifikan

Kontrol negatif vs dosis 14 mg/kgBB 0,001 Berbeda signifikan

Kontrol negatif vs dosis 28 mg/kgBB 0,000 Berbeda signifikan

0 25 50 75

100 125 150 175 200 225

tanpa glibenklamid perlakuan glibenklamid

KG

D (

mg/

dl)

tikus normal

tikus lemak-fruktosa

9

Kadar glukosa darah kelompok normal dibandingkan dengan kelompok

negatif menunjukkan perbedaan yang signifikan, perbedaan ini menunjukkan

bahwa induksi pakan tinggi lemak dan fruktosa telah menyebabkan peningkatan

kadar glukosa darah tikus. Kelompok kontrol negatif dibandingkan dengan

kontrol positif memiliki perbedaan yang signifikan (P<0,05) hal ini menunjukkan

bahwa metode penelitian dapat dikatakan benar, karena metformin merupakan

salah satu obat antidiabetik oral yang mampu menurunkan kadar glukosa darah.

Perbedaan signifikan (P<0,05) juga terjadi pada kontrol negatif dengan perlakuan

fraksi etil asetat batang kayu kuning dosis 7 mg/kgBB, 14 mg/kgBB dan 28

mg/kgBB, hal ini berarti bahwa fraksi etil asetat batang kayu kuning terbukti

dapat menurunkan kadar glukosa darah tikus.

Pada tabel 2 menunjukkan adanya peningkatan kadar glukosa darah pada

saat kondisi diabetes melitus resistensi insulin (hari ke-51) dan terjadi penurunan

kadar glukosa darah setelah perlakuan (hari ke-58). Penurunan kadar glukosa

darah terkait dengan adanya kadar flavonoid dan alkaloid yang terdapat didalam

fraksi etil asetat batang kayu kuning (Arcangelisia flava (L.) Merr).

SIMPULAN DAN SARAN

Berdasarkan hasil dari da[at disimpilkan bahwa :

1. Pemberian fraksi etil asetat batang kayu kuning terhadap tikus putih jantan

galur Wistar yang menderita diabetes melitus resistensi insulin terbukti dapat

menurunkan kadar glukosa darah secara signifikan.

2. Dosis efektif fraksi etil asetat batang kayu kuning yang memberikan efek

penurunan kadar glukosa darah adalah 7mg/kgBB.

Berdasarkan penelitian ini dapat disarankan :

1. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang jenis senyawa flavonoid

senyawa yang berpotensi menurunkan kadar glukosa darah dalam tanaman

kayu kuning melalui isolasi.

2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai mekanisme flavonoid dalam

menurunkan kadar glukosa darah.

10

3. Perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut terhadap kondisi sel β pankreas dan

sensitifitas reseptor insulin pada jaringan tikus yang menderita diabetes

melitus resistensi insulin.

DAFTAR PUSTAKA

Carranza, A.,Mendez, M.,Barontini and Nowicki, S. 2004. Insulin Enhances I-

Dopa Renal Proximal tubule uptake: A Regulatory Mechanism impaired in

insulin esistance. Jurnal Pflygers Archiv.Eur.J.Physiol. vol (448): 85-92

Champe, P.C., Richard A.H., Denise R.F. 2010. Biokimia Ulasan Bergambar.

Diterjemahkan oleh Andhita.N., Imam.N., Titiek.R. Edisi III. Jakarta :

EGC.

Gustaviani, R. 2006. Diagnosis dan Klasifikasi Diabetes Mellitus. Di dalam :

Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, Editor. Buku

Ajar Ilmu Penyakit Dalam . Edisi IV. Jilid III. Jakarta : Pusat Penerbitan

Departemen Ilmu Penyakit Dalam FKUI.

Keawpradub, N., Sukanya D., Supreeya T. 2005. Antioxidant and cytotoxic

activities of Thai medical plants named Khaminkhruea: arcangelisia flava,

Coscinium blumeanum and fibraurea tintoria. Jurnal of Songklanakarin J.

Sci. Technol : vol 27.

Kwon, O., Peter E., Shenglin C., Christopher P.C., Je-Hyuk L., Michael K., Mark

L. 2007. Inhibition of the intestinal glucose trasporter GLUT2 by

flavonoid. Jurnal. FASEB J. 21, 366–377

Meistiani, Y. 2001. Isolasi dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dari Akar Kuning

(Arcangelisia flava (L) Merr). Skripsi. Bogor: Institut Pertanian Bogor.

Seriti, R. 2010. Berberin for Diabetes Melitus Type 2. Jurnal of Natural Medicine.

Vol 2 (10)

Shulman GI. 2000. Cellular Mechanisms of Insulin Resistance. The Journal of

Clinical Investigation. Volume 106, Number 2.

Stainhope, Kimber, Steven G., Nancy K., Masumi A., Seikoto O., Katsuyuki N.,

Ernst J.S., Peter J.H. 2007. Consumption of Fructose-but not Glukose-

Sweetened Beverages Produces an Antherogenic Lipid Profile in

Overweigh/Obese Men and Women. Jurnal Nutrition-Clinical :0062-OR

Suzuki, Toshisada, Tamiko, K., Mami M., Yakeshi K., Kaori T.,Y., Wasrin S.,

Sipon M. 2011. Furanoditerpenes from Arcangelidia flava (L.) Merr. And

their antifungal activity. Jurnal of Phytochemistry Latters 4: 333-336.