Sistem Genitalia Amphibi Jantan

58
Sistem Genitalia Amphibi Jantan Pada amphibi jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan sperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halus yang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009). Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk oval sampai bulat dan lebih kompak. Pada caecilian, strukturnya panjang seperti rangkaian manik-manik. Pada salamander testis terlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badan lemak terlihat pada gonad jantan (Anton, 2009). 2. Sistem Genitalia Amphibi Betina Pada betina, ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak berwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupa oviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara di kloaka (Buku SPH II, diktat asistensi Anatomi Hewan). 3. Pembuahan Eksternal Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secara eksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina

Transcript of Sistem Genitalia Amphibi Jantan

Sistem Genitalia Amphibi Jantan 

Pada amphibi jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putihkekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudaldijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior ronggaabdomen. Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadiduktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktusmesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapaspesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpansperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saatmusim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halusyang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju kebagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar daridorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal.Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009).

Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk ovalsampai bulat dan lebih kompak. Pada caecilian, strukturnyapanjang seperti rangkaian manik-manik. Pada salamander testisterlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badanlemak terlihat pada gonad jantan (Anton, 2009).

2. Sistem Genitalia Amphibi Betina

Pada betina, ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnyadijumpai jaringan lemak berwarna kuning(korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasaldari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis.Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupaoviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulaidengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnyayang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakanpelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuaradi kloaka (Buku SPH II, diktat asistensi Anatomi Hewan).

3. Pembuahan Eksternal

Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secaraeksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina

terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentukovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinyafertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal. 

Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kitamembedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpaibentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itumerupakan ovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnyamencapai ribuan. Pada katak betina juga ditemukan semacam lekukanpada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagikatak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangioleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada kakidepannya, yaitu berupa telapak yang lebih kasar. Fungsinya untukmemegang erat katak betina ketika terjadi fertilisasi.

  SISTEM REPRODUKSISistem reproduksi pada hewan vertebrata terbagi menjadi 3,yaitu: Ovipar ( bertelur ), ovovivipar ( bertelur melahirkan ),dan vivipar ( melahirkan ). Sedangkancara fertilisasinya terbagi menjadi 2, yaitu: fertilisasi internal ( fertilisasi yang terjadidalam tubuh hewan betina ) dan fertilisasi eksternal ( fertilisasi yang terjadi di luar tubuh ). Fertilisasi eksternal adalah penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan(pisces) dan amfibi (katak).Sedangkan fertilisasi internal merupakan penyatuansperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal inidapat terjadikarena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alatkelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial),misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan Mamalia.Hewan yang berkembangbiak dengan cara Ovipar (Bertelur), setelah selgamet jantan dan betina melakukan

fertilisasi, embrio akan berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan makananyang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dieramihingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada ikan, burung dan beberapa jenisreptil.Hewan yang berkembangbiak dengan cara Vivipar (Beranak), setelah seltelur dan sel sperma melakukan fertilisasi, embrio berkembang dan mendapatkanmakanan dari dalam uterus (rahim) induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan,anak akan dikeluarkan melewati vagina induk betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang menyusui), misalnya kelinci dan kucing.Sedangkan hewan yang berkembnagbiak dengan cara Ovovivipar (Bertelur dan Beranak), setelah sel telur dan sel sperma melakukan fertilisasiembrio akan berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih tersimpan didalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknyadan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalahkelompok reptil (kadal), beberapa jenis ikan pari, dan beberapa jenis ikan hiu.

  BAB IIISIA. Sistem reproduksi pada amphibi ( Katak )Gambar II.1 : Organ Reproduksi Pada Amphibi Jantan 

Sistem Genitalia Jantana. Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yangdigantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpusadiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. b. Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen danmembawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Didekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akanmembesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan spermasementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musimkawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yangmeninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranialginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di

  sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai.Gambar II.2 : Organ Reproduksi Pada Amphibi Betina Sistem Genitalia Betinaa. Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica

gametalis,masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovariumdigantungkan oleh mesovarium. b. Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok.Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong(infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskumabdominal.oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaranyang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara dikloaka. (Buku SH II, diktat asistensi AnatomiHewan).

   

Pembuahan EksternalSistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secaraeksternal artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadidi luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovumdalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasilebih kecil dari pada pembuahan secara internal.Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kitamembedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya,itu merupakanovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnyamencapairibuan.Padakatak betina juga ditemukan semacamlekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal inidiimbangi oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus padakaki depannya, yaitu berupan telapak yang lebih kasar. Fungsinyauntuk erat katak betina ketika terjadi fertilisasi.

Dee Lya Chan Jumat, 09 November 2012Makalah Amfibi

AMPHIBIMAKALAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas  pada Mata Kuliah Zoologi Vertebrata

 

Oleh:

Dede Julia

1210206118

Pendidikan Biologi B/IV

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI

BANDUNG

2012

KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena

atas rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.

Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada nabi besar

Muhammad SAW. besarta keluarga-Nya, para sahabat-Nya dan kita

selaku umat-Nya.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah

Zoologi Vertebrata. Dan dengan kerendahan hati penulis menyadari akan

keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam makalah ini, baik dari

segi bahasa maupun tulisannya, karena wawasan pengetahuan dan

pengalaman penyusun  masih sangat jauh dari kesempurnaan.

Oleh karenanya kritik serta saran yang bersifat membangun

sangat penulis harapkan untuk kesempurnan makalah selanjutnya,

selain itu penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat

bermanfaat bagi semua pihak yang khususnya bagi penulis dan

umumnya bagi pembaca.

Bandung, Mei 2012

Penyusun

DAFTAR ISI

KATA

PENGANTAR........................................................

............................... i

DAFTAR

ISI..............................................................

......................................... ii

BAB I

PENDAHULUAN......................................................

............................. 1

A.    Latar Belakang

Masalah..........................................................

................... 1

B.     Rumusan

Masalah..........................................................

............................. 2

C.    

Tujuan...........................................................

.............................................. 2

BAB II

PEMBAHASAN.......................................................

............................. 3

A.    Definisi dan karakteristik

Amphibi..........................................................

.. 3

B.     Klasifikasi dalam Kelas

Amphibi..........................................................

.... 5

1.      Ordo

Caecilia.........................................................

......................... .... 6

2.      Ordo Urodela

(Caudata)........................................................

............. 7

3.      Ordo

Anura............................................................

........................ .... 10

4.      Ordo

Proanura.........................................................

............................ 15

C.     Morfologi Kelas

Amphibi..........................................................

................. 15

D.    Anatomi dan

fisiologi........................................................

......................... 17

E.     Habitat dan

persebaran.......................................................

........................ 31

F.      Relasi dengan

Manusia..........................................................

..................... 32

BAB III

PENUTUP..........................................................

.................................. 33

Kesimpulan.......................................................

......................................... 33

DAFTAR

PUSTAKA..........................................................

............................... iii

BAB 1

PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah           

Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan

jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi

adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat

mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan

matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali

hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang.

Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang

dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan.

            Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub.

Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan

hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di

lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi

dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang,

umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai

dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak

katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap.

Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam

kondisi dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi,

biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin amfibi sering

berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama

dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi tidak

lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang

melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan

penyamaran atau melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula

amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk menakuti

musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun.

Katak beracun dari Amerika Selatan memiliki warna yang

mencolok sebagai tanda bahaya pemangsanya. Racun katak sangat

kuat ‘racun emas’ yang dimiliki kodok dart dari kolombia

misalnya, dapat menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus.

Kebanyakan orang kesulitan dalam membedakan anggota dari kelas

amphibia yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah kita

perlu mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.

B.     Rumusan masalah

Melihat uraian diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai

berikut:

a.       Apa yang dimaksud dengan amphibia dan bagaimana

karakteristiknya?

b.      Bagaimana klasifikasi dari kelas amphibia?

c.       Bagaimana anatomi dan fisiologi pada amphibia?

d.      Bagaimana persebaran dan habitat dari amphibia?

e.       Bagaimana hubungan manusia dengan amphibia?

C.    Tujuan

Adapun maksud dan tujuan makalah ini yaitu:

1.      Mengetahui definisi serta karakteristik dari amphibia.

2.      Mengetahui klasifikasi dari kelas amphibia

3.      Mengetahui anatomi dan fisiologi dari amphibia.

4.      Mengetahui bagaimana persebaran dan habitat dari amphibia.

5.      Mengetahui hubungan atau relasi antara manusia dengan

amphibia.

BAB II

PEMBAHASAN

A.    Definisi dan karakteristik Amphibi

Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari

dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat

diartikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) dengan

kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut yang

hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena itu

amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk

kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia

mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua

adalah di daratan. ( Zug, 1993)

Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas

dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor.

Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.

Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara

bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke

daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama

kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai

mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak

dengan cara melompat. (Zug, 1993)

Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang

berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang

berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi

lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf

mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak

depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi

sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada

fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan

bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua

amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan.

Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap

tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup

tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang

biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang

sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu

kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa

jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok

ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb,

1986)

            Amfibia mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:

Penutup

tubuh

Kulit yang berlendir

Alat gerak Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya

terdapat selaput renang yang terdapat di

antara jari-jari kakinya dan kakinya

berfungsi untuk melompat dan berenang.Alat

pernapasan

Pernapasan pada saat masih kecebong berupa

insang, setelah dewasa alat pernapasannya

berupa paru-paru dan kulit dan hidung amfibi

mempunyai katup yang mencegah air masuk ke

dalam rongga mulut ketika menyelamSuhu tubuh tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu

lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm)Peredaran

darah

Tertutup

Alat

penglihata

n

Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan

yang disebut membrana niktitans yang sangat

berfungsi waktu menyelamBerkembang

biak

Dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi

oleh yang jantan di luar tubuh induknya

(pembuahan eksternalJantung Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi

dan satu bilik  

Sedangkan, ciri-ciri khusus dari amphibi yaitu:

Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai

sisik

Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)

Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua

serambi dan satu bilik

Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat

selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan

kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang

Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang

mulut yang mempunyai klep untuk menahan air

Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat

dikeluarkan

Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana

niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam

Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah

dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan

hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam

rongga mulut ketika menyelam

Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi

oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan

eksternal).

Otak memiliki 10 pasang sarang krainal

Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar

dengan stadium larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi

dewasa.

B.     Klasifikasi dalam Kelas Amphibi

Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:

Kerajaan    : Animalia

Filum         : Chordata

Upafilum   : Vertebrata

Superkelas : Tetrapoda

Kelas         : Amphibia

Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Apoda (Caecilia),

Urodela (Salamander), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura

(telah punah).

1.      Ordo Caecilia

Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak

mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing

(gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan

ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh

kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai

fotoreseptor.

Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai

organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur

hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan

insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya

ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi

pada Caecilia terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)

Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae,

Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae.

Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,

Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981)

Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota

famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya

pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous.

Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang

bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama

di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan

di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.

 

Contoh ordo caecilia

 

Anatomi tulang kepala ordo Caecilia

2.      Ordo Urodela (Caudata)

Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai

anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat

dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies

mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada

bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis,

mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase

dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak

dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika

Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa.  Urodella mempunyai 3 sub

ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub

ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan

sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu

Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki

7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade,

Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae.

( Pough et. al., 1998)

Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor.

Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai

pada beberapa spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2

kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander

yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis

(adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et

al., 1998).

Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat

bertahan hidup tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family

terbesar Salamander yaitu Plethodontidae memiliki karakteristik

tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi

pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya

pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun untuk

menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada

Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan

dengan evolusi hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari

apparatus hyoideus yang terdapat di dalam tenggorokan sebagai

suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa.

Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu pernapasan

pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada

Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan

sebagai alat bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru

mengalami modifikasi menjadi mekanisme penjuluran lidah untuk

menangkap mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi. Anggota dari

Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih jauh daripada

panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine

(Pough et al., 1998).

Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena

evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait

dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan

(terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan

dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki

habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya

insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi

dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa

Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti

Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap

bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial (Pough

et al., 1998).

Cau data atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies,

tersebar terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika

Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap

anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk

mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat

di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa

hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang

internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya

yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang

dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).

Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua

anggota dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh

silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian besar

memiliki tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya pendek

tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan

adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya

memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari

family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal

terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian

akan diterima oleh betina melalui bibir kloakanya (Zug, 1993).

 

Salamander

Morfologi ordo Urodela :

 

Tulang Rangka ordo urodela :

3.      Ordo Anura

Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti

namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai

ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan

tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada

tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan

melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-

jarinya.

Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran

yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata

dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan

baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di

perairan yang tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb, 1986)

Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:

         Ascaphidae                             Leiopelmatidae

         Bombinatoridae                      Discoglossidae

         Pipidae                                               

Rhinophrynidae

         Megophryidae                         Pelodytidae

         Pelobatidae                             Allophrynidae

         Bufonidae                               Branchycephalidae

         Centrolenidae                          Heleophrynidae

         Hylidae,Leptodactylidae        Myobatrachidae

         Pseudidae                                Rhinodermatidae

         Sooglossidae                           Arthroleptidae

         Dendrobatidae                                    Hemisotidae

          Hyperoliidae                          Microhylidae,

          Ranidae                                  Rachoporidae

Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae,

Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun

penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai

berikut:

a.       Bufonidae

Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya

yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di

belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe

gelang bahu arciferal.

Sacara diapophisis melebar, Bufo mempunyai mulut yang lebar

akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang

dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput.

Fertilisasi berlangsung secara eksternal.

Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300

spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara

lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan

Leptophryne borbonica. ( Eprilurahman, 2007)

(Bufo melanostictus)

b.      Megophryidae

Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan

seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari

kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil.

Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang

lincah.

Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran

tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk

untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies

anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium

hasselti. ( Eprilurahman, 2007)

   

Megophrys montana

c.       Ranidae

Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya

relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-

jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus,

licin dan ada beberapa yang berbintil.

Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada

pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi

seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig.

Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar.

Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya

adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya

cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.

( Eprilurahman,2007).

 

Rana chalconota

d.      Microhylidae

Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm.

Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi

pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak

mempunyai gigi.

Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang

secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya

adalah: Microhyla achatina. ( Eprilurahman, 2007)

 

Microhyla achatina

e.       Rachoporidae

Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis

mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.

Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi

seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis

gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara

eksternal. ( Eprilurahman, 2007).

Rhacophorus leucomystax sexvirgata

4.      Ordo Proanura

Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat

dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di

habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang

menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.

Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil,

tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk,

mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit

perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk

dalam daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)

C.    Morfologi Kelas Amphibi

Kelompok hewan amfibi adalah binatang bertulang belakang

berkulit lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan

hewan amfibi pada waktu berupa berudu hidup di air dan bernapas

dengan insang. Selanjutnya setelah dewasa hidup di darat dan

bernapas dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi termasuk

kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan

suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.

Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau

anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat

kulit basah halus lunak. Pada kepala mempunyai mulut yang lebar

untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang

kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan,

terdapat sepasang mata yang bulat, dibelakangnya terdapat 2

lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang berfungsi

sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata

mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya

mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi

mata apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan

dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa makananyang

tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari

alat reproduksi.

Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang

kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium),

lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti).

Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki

(pes) dan jari-jari (digiti).

Tubuh katak bentuknya bilateral simetris, dengan bagian sisi

kiri dan kanan equal. Bagian tengah disebut medial,

samping/lateral, badan muka depan adalah ujung anterior, bagian

belakang disebutujung posterior, bagian punggung atau dorsal,

sedang bagian muka ventral. Bagian badan terdiri atas kepala/

caput, kerongkongan/ cervik, dada/ thorax atau pectoral, perut

atau abdomen, pantat pelvis serta bagian kaudal pendek.

Gambar morfologi  katak

Pada rongga mulut ( cavum oris), dibatasi oleh maxillae (rahang

atas), sedangkan dibagian bawah dibatasi oleh mandibula (rahang

bawah) dan os hyoid. Pada rongga mulut terdapat lingula yang

pipih berpangkal pada dasar sebelah antrior mulut.Pada

permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil yang dilapisi oleh

lendir dan dapat dijulurkan dari belkang ke muka untuk menangkap

mangsa. Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi

maxillaris), sedangkan dibelakang maxillae terdapat gigi vormerin

yang berfungsi untuk menahan mangsa yang akan ditelan.Dekat denta

vomerin terdapat dua lubang nares interna yang berhubungan dengan

nares eksterna. Glotis terletak pada medium ventral pharynx

sebelah belakang lingula yang merupakan pintu menuju ke pulmo.

Dibelakang masing-masing mata di dekat sudut mulut terdapat

ostium pharyngeum dari tuba Eustachii yang menghubungkan cavum

oris dengan ruang telinga dalam.Pada katak jantan dari banyak

spesies memiliki saccus vocalis (saku suara) yang terbuka

disebelah muka dari ostium pharyngeum auditiivae Eustachii. Saku

suara ini dapat dikembang kempiskan sehingga menimbulkan suara.

D.    Anatomi dan fisiologi

      Sistem Rangka

Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh

bagian-bagian yang lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi

bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna

untuk gerak dan berjalan. Pada fase cebong (berudu) tulang-tulang

masih lunak.Kemudian pada fase dewasa menjadi keras. Tapi pada

sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan

yang licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum merupakan

skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton appendiculare.

Tempurung kepala yang besar serta pipih terdiri atas:

1.      Cranium yang sempit

2.      Beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengar

dan kapsula yang besar untuk mata.

3.      Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx

(skleton viseral).

Bangsa amphibi merupakan Vertebrata yang pertama mempunyai

sternum (tulang dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna.

Tulang iga hanya pendek dan  kurang berkembang sehingga tidak

berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi pada reptil,

burung atau mamal.

Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan

empat jari kaki pada kaki depan dan lima jari kaki

belakang.Jumlah jari mungkin ada yang berkurang seperti pada

salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia.Tungkai

biasanya tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk pada jari-

jarinya.

Tulang punggung yang bersambung dengan kepala dan extrimitas

berfungsi menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9

columna vertebralis dan urostyl, yang merupkan silindris, masing-

masing vertebrae merupakan satu segmen pendek yang fleksibel

seperti vertebrae lainnya. Tiap-tiap vertebrae terdiri atas

centrum atau corpus yang memiliki lengkung atas (archus neuralis)

sebagai tempat sumsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan neuralis

terdapat sepasang processus articularis yang menyebabkan

vertebrae dapat sedikit bergerak; tidak memunyai tulang rusuk

(costale).

Tempat tumpuan extemitas anterior berupa cingulum cranialis

(pectoral gridle) yang berbentuk sebagai rangka yang melingkari

alat-alat dalam thorax. cingulum cranialis melekat pada vertebrae

dengan otot daging. Masing-masing setengahnya terdiri atas tulang

rawan lebar. Supra scapula sebelah dorsal, scapula kecil sebelah

lateral dan clavicula yang silindris dan coracoid yang lebar

sebelah ventral.Coracoid bergabung dengan sternum yang berupa

tulang rawan besar, tersusun atas episternum,

omosternum,mesosternum,xiphisternum.Pada sternum bertemulah os

scapula dan carocoid, dan terbentuk mangkok cavitalis glenoidalis

yang merupakan sendi tempat kepala os humerus.

Tumuan extemitas posterior berupa cingulum posterior (pelvic

gridle) merupakan persatuan tulang yang mempunyai bentuk yanng

terdiri atas os illium sebelah anterior, os oschium sebelah

posterior dan os pubis sebelah ventral. Pada ketiga tulang

tersebut bertemu teerdapat mangkokan yang disebut acetabulum

tempat kepala os femur melekat.Tiap-tiap bagian dari sepasang os

illium yang merupakan tulang yang memanjang sejajar dengan

urostyl dan sejajar dengan sacrum.

Gambar Sistem Rangka Katak

Bentuk tulang mempunyai hubungan erat dengan tugasnya.Tulang

tempurung kepala bersenyawa, sedang cingulum anterior dengan

cingulum posterior merupakan tulang-tulang yang terangkai menjadi

satu. Tulang yang bersenyawa tidak dapat digerak-gerakkan

terhadap satu sama lain. Pada humerus dan femur terdapat satu

hubungan bentuk bola dan mangkokan yang menyebabkan gerak putar.

Hubungan engsel terdapat pada siku dan lutut. Gerakan-gerakan itu

dimungkinkan oleh adanya otot ligamen dari jaringan ikat.Kecuali

itu juga disebabkan oleh otot-otot daging yang dapat memanjang

dan memendek, sebagai penggeraknya.Pada tulang yang panjang

dibedakan atas bagian central yang disebut diaphyse sedang kedua

ujungnya disebut epiphyse.Pada tulang-tulang yang bersenyawa

terdapat hubungan satu sama lain, dan amsing-masing epiphyse dan

diaphyse juga terdapat hubungan tidak teratur dan terkunci oleh

sutura.Pada katak sutura masih berupa tulang rawan, sehingga

tulang itu dapat tumbuh terus.Pada burung dan sebagian besar

mamalia, masing-masing sutura menjadi tulang keras pada saat

tertentu. Dengan demikian pertumbuhan menjadi lebih besar lagi

tidak mungkin terjadi.

      Sistem Otot

Sistem otot pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang

lain, sebagai transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot paada

ikan berpusat pada gerakana tubuh ke lateral, membuka dan menutup

mulut serta gill apertura (celah insang) dan gerakan sirip yang

relatif sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini.

            Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada

ikan, tetapai tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal

membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari otot epeksial atau

dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi

bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.

            Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi

dalam lapisan-lapisan, kemudian membentuk otot-otot oblique

eksternal,oblique internal dan otot tranversus, sedangkan otot

dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu,

berenang,berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan

perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya terletak

dalam tungkai itu dan berupa otot intrinsik.

            Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga

macam otot daging, yaitu otot daging berserat halus, otot daging

jantung, dan otot daging berserat melintang. Perbedaan itu

berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging

sebelah luar tediri atas otot daging skletal atau otot daging

yang melekat pada tulang-tulang.Otot daging tersebut

terkendalikan oleh kemauan pada gerakannya.Masing-masing otot

daging itu terdiri atas serat-serat yang satu sama lain digabung

oleh jaringan ikat.Kedua ujung biasanya melekat pada tulang yang

berlainan.Bagian central yang sedikit gerak disebut “origin”

sedang bagian distal yang merupakan bagian yang banyak gerak

disebut “insertion”. Banyak otot daging yang memiliki perluasan

dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung

tulang yang disebut “tendon”.

            Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan

kontraksi yakni memanjang-memendekkan jari;dengan demikian kedua

tulang yang terikat olehnya akan bergerak.Otot daging secara umum

dibagi atas dua kelompok yang berlawanan. Dibawah ini akan

disebutkan tipe umum dari otot-otot daging dengan model

aktivitasnya dengan masing-masing contoh:

      Flexor              : Mengikat satu bagian dengan bagian lain;

contoh biceps sebagai pengikat lengan bawah dengan lengan atas.

      Extensor          : Meluruskan atau memperluas suatu bagian;

contoh triceps meluruskan lengan bawah pada lengan atas.

      Abductor         : Menarik suatu bagian menjauh dari sumbu

tubuh (atau anggota); contoh  deltoid menarik lengan ke samping.

      Adductor         : Menarik satu bagian menuju ke arah sumbu

tubuh (atau anggota); contoh atianus dorsi menarik lengan keatas dan

kembali.

      Depressor        : Menurunkan suatu bagian; contoh depresor

manbulae menggerakkan kebawah rahang bawah untuk menggerakkan

mulut.

      Levator            : Mengangkat atau meninggikan suatu bagian;contoh

masseter mengangkat   rahang untuk menutup mulut.

      Rotator            : Memutar suatu bagian;contoh pyriformis,

meninggikan dan memutar femur.

            Otot daging yang tunduk kepada kemauan dibagian atas

tiga bentuk struktur umum: (1) otot daging lebar dan pipih

misalnya obliqus externus dan transversus yang membentuk didnding

abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang

menyisip, misalnya biceps atau deltoid dan (3) otot daging

sphincter dengan serat melingkar, misalnya sphincter ini yang

berfungsi untuk menutup anus.

            Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot

daging bereaksi bersama-sama dengan beberapa kontraksi.

Koordinasi dalam hal tersebut dilaksanakan oleh sistem saraf.

Tiap-tiap serat atau berkas otot mempunyai akhir ujung saraf

motoris yang membawa perintah untuk merangsang kontraksi.

      Sistem Pencernaan

Di dalam mulut terdapat gerigi kecil di sepanjang rahang

atas, dan ada gigi vomerin pada langit-langit mulut. Lidah

berotot dan bfurfate (cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada

bagian anterior mulut. Saluran pencernaan mulai dari esophagus

(bedinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan lambung.

Lambung memanjang dan erkelok ke samping kiri dan berotot. Usus

terdiri dari intestinum (keci, panjang, berkelok-kelok), rectum

yang langsung bersatu dengan cloaca. Hati dn pancreas mempunyai

mempunyai saluran-saluran menuju ke duodenum, kandung empedu,

lambung intestinum. Pada potongan melintang intestinum terdiri

dari empat lapisan, yaitu: peritoneum, lapisan otot, submukosa

dan mukosa (Brotowidjoyo, 1994: 56).

Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di

akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari trackus digestoria

mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang berupa

hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air

liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari

cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang

menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam

vetriculus yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi

dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan

dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang

merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan

intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein,

lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan asam

klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan

bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik.

Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep

pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar dan

pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum. Hepar

yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu)

yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang

kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus

dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran

gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus

untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam

intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan

melalui anus.

            Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari

pada dinding mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak

dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai

lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah

digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada

Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan

antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat

usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka.    

      Sistem saraf

Sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf sentral

dan sistem saraf periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari :

encephalon (otak) dan medulla spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak

otak (cranium). Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorium

menuju saccus nasalis, dua haemisperium cerebri atau cerebrum kanan kiri

yang berbentuk ooid yang dihubungkan dengan comisure anterior,

sedangkan bagian anteriornya dergabung dengan dienchepalon medialis.

Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus yang

ditumpuk otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya

merupakan cerebreum (otak kecil). Dibelakang terdapat bagian

terbuka sebelah atas yakni medulla oblongata yang berhubungan dengan

medulla spinalis dan berakhir disebelah felium terminale (Jasin, 1984:

271).

Terdiri atas sistem nervorum central dan sistem nervorum

periforium.  Dalam Sistem nervorum central terdiri dari

encephalon (otak) dan medulla spinalis (nervecord). Encephalon

terdapat dalam kotak otak (Cranium). Dari pandangan sebelah

dorsal akan tampak dua lobus olfactorius menuju saccus nasalis,

dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk

ovoid yang dihubungkan oleh comissura anterior sedang bagian

anteriornya bergabung dengan diencephalon medialis. Di bagian

belakang terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpu otak

tengah  (mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya diikuti

oleh cerebellum (otak kecil) yang merupakan bagian kecil. Di

belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah atas yaitu

medulla oblongata yang selanjutnya berhubungan dengan medulla

spinalis, berakhir di sebelah caudal dengan felium terminale.

Diencephalon mempunyai badan sebelah dorsal yang disebut epiphyse

atau glandulae pinealis. Di bawah diencephalon terdapat chiasma

opticua, yang selanjutnya diikuti oleh infudibulum yang tumbuh

keluar sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse atau glandulae

pituitaria pada posteriornya. Di dalam otak terdapat rongga-

rongga yang disebut ventriculus. Cairan cerebrospinalis mengisi

ventriculus-ventriculus tersebut dan sekitar otak. Pertukaran zat

atau metabolism pada otak dilakukan oleh pembuluh-pembuluh darah

arteri dan venulae yang meliputi jaringan permukaan otak. Otak

dan medulla spinalis dibungkus oleh dua membran yang tebal yaitu

duramater yang berbatasan dengan tulang, dan membran halus yaitu

piamater yang berbatasan dengan jaringan saraf. System nervorum

perivorum terdiri atas nervi Cranialis dan nervi spinalis. Nervi

spinalis berpusat pada otak di berbagai lobus.

      Sistem respirasi

Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh.

Sistem ini terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit),

serta lapisan rongga kulit. Alat-alat ini mempunyai permukaan

yang basah (lapisan epithelium yang banyak mengandung pembuluh

darah). Oksigen yang berasal dari udara larut dalam cairan

permukaan respirasi dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah.

Dalam proses ini hemoglobin memegang peranan dalam oksidasi yang

selanjutnya akan dibawa ke jaringan-jaringan tubuh yang

memerlukan. Sebagian besar karbondioksida diangkut oleh plasma

darah dari jaringan ke alat respirasi. Struktur paru-paru amphibi

masih sederhana. Paru-paru katak terdiri atas dua sakus yang

elastis yang berisi lipatan yang membentuk kamar-kamar kecil yang

disebut alviola, yang masing-masing diliputi oleh pembuluh-

pembuluh kapiler. Masing-masing sakus paru-paru dihubungkan

dengan saluran bronchi yang pendek, kemudian kedua bronchi

bersatu menuju larynx (kotak suara) dengan lubangnya yang disebut

glottis.

Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru.

Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya

di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat

pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara

di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,

Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di

rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut

yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak

bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karna kulitnya

selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga

gas pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).

Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit

(vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke

seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di

bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru

lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan

demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di

kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit,

katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum

sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang

berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan

paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung

sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga

mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru

terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi

saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya

oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit

berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru.

Mekanisme inspirasi adalah dimulai dari otot Sternohioideus

berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen

masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang

bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut

mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke

paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran

gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding

paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke

lingkungan.

Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut

dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru

tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak

menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot

rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan

berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.

Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon

dioksida keluar.

 

System respirasi pada amphibi

      Sistem Reproduksi

Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal

pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses

perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang

tenang dan dangkal.

Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang

disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih

kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina

yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh

betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi

jantannya.

Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4

pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar

pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan

amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.

Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur,

namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu

beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)

Reproduksi pada katak yaitu dengan cara fertilisasi

eksternal, katak jantan menjepit katak betina ketika perkawinan

(yaitu ketika telur dilepaskan dan sperma disemprotkan)

(Brotowijdoyo.1989: 201).

Organon Uropetricum

            Ginjal amfibi, seperti pada ikan sejenis

opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya berstruktur elongasi

seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi

menjadi pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau seluruh

hidupnya berada dalam air, korpuskel renalis nya berkembang untuk

membantu mencegah pengenceran yang berlebihan dari cairan tubuh.

Pembuluh arkinefrik amfibi jantan berupa genital ekskretori.

Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan transport sperma.

Sistem ini masih disebut sebagai suatu sistem gabungan

karena masing-masing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai

muara bersama baik untuk sistem ekskresi maupun untuk sistem

reproduksi, dan kecuali untuk feses.

            Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat

yang tidak berguna pada amphibi dilakukan oleh kulit, paru-paru,

dan beberapa zat yang tidak berguna itu dilepaskan oleh hati

berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang

berbentuk bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom di

bawah vertebrae. Pemisahan ini disebut “retroperitonial”. Ren

merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-sisa zat

organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah. Proses

filtrasi terjadi pada capsula renalis. Sebuah capsula renalis terdiri

atas:

1.      Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut

“glomerulus”

2.      Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut “capsula

bowman”

3.      Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari

capsula bowman dililiti oleh pembuluh darah arteri. Tubulus itu

akan menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut

ductus Wolfian atau ureter, yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal

menuju ke vesica urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya

urin sebagai bahan sampah dibuang ke kloaka dan selanjutnya

dikeluarkan dari tubuh.

Organon Genitale

         Organon ini terdiri atas:

Organon genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentu

oval berwarna keputih-putihan, terletak di sebelah anterior dari

ren; diikat oleh alat penggantungnya yang kita sebut mesorchium

yang terjadi dari lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis

melekatlah corpus adiposum, suatu zat lemak yang berwarna

kekuning-kuningan, sedang di sebelah median dataran testis

terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang

bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir

dari ureter mengalami pembesaran dan disebut vesicular seminalis,

sebagai tempat penampungan spermatozoa sementara.

Organon genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium

dilekatkan dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang

disebut mesovarium, yang terjadi dari lipatan peritoneum. Pada

hewan yang telah dewasa kadang-kadang terdapat ova yang berwarna

hitam dan putih berbentuk bintik-bintik. Pada ovarium juga

terdapat corpus adiposum yang berwarna kekuning-kuningan. Pada

“breeding season” ova yang telah masak menembus dinding ovarium

untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-

kelok dengan ujung terbuka sehingga tidak berhubungan dengan

ovarium. Pada sebelah posterior saluran ini melebar dengan

dinding yang tipis, kadang-kadang ada yang menyebut sebagai

uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu papilae.

Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun demikian pada

“breeding season” katak jantan menempel di punggung katak betina

untuk memudahkan terjadinya fertilisasi. 

 

Sistem reproduksi pada katak

      Organ Indra

            Perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan

merupakan rangsangan bagi organon sensoris atau receptor tubuh.

Organon sensoris mempunyai hubungan dengan nervi sensori yang

membawa rangsangan ke pusat (lobos pada otak). Tiap-tiap

rangsangan akan merangsang organon sensoris tertentu. Organon

visus akan menerima rangsangan yang berupa gelombang sinar,

sedangkan reseptor kulit menerima rangsangan yang berupa

sentuhan. Pada lingua terdapat papil-papil yang berupa tonjolan

yang berisi reseptor perasa yang peka terhadap zat-zat kimia yang

larut dalam air. Saccus nasalis yang mengandung receptor yang

peka terhadap rangsangan yang berupa gas. Telinga yang berisi

organon auditorius dan alat kesetimbangan tubuh.

            Lensa mata tetap dan tidak berubah kecembungannya

untuk jarak pandangan yang relative jauh. Kelopak mata kurang

bagus bagi yang di air tetapi berkembang bagus pada spesies yang

di darat. Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah bergerak

daripada bagian atas karena kornea amphibi darat menjadi kering

akibat evaporasi, sehingga perlu dibasahi dengan cairan yang

dihasilkan oleh kelenjar Harderian. Parietal dan pinael body

berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitive terhadap gelombang

panjang dan intensitas cahaya, berperan dalam termoregulasi dan

orientasi arah. Untuk alat pendengaran, salamander dan

golongannya tidak mempunyai pendengaran tengah, sedangkan katak

dan kodok mempunyai pendengaran tengah dan gendang telinga.    

      Sistem Kelenjar Endokrin

            Sistem endokrin mirip dengan vertebrata tingkat

tinggi.  Pada dasar otak terdapat glandula pituitari atau glandula

hypophysa. Bagian anteriokelenjar ini pada larva menghasilkan

hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh

terutama panjang tulang. Bila seekor berudu diambil bagian

anterior glandula hypophysanya, berudu tersebut tak akan tumbuh

menjadi katak. Tapi bila potongan ini ditranspantasikan kembali,

maka pertumbuhan akan terjadi sebagaimana mestinya. Pemberian

hormon yang dihasilkan oleh bagian  anterior glandula hypophysa

ini baik secara oral maupun suntik mengakibatkan pertumbuhan

raksasa. Kelenjar paratiroid ada (tidak ada pada ikan), sebagai

regulator kalsium dalam sistem endokrin.

            Pada katak dewasa bagian anterior glandula pituitaria ini

menghasilkan hormon yang merangsang  gonad untuk  menghasilkan

sel kelamin. Jika dilakukan inplantasi kelenjar ini dengan sukses

pada seekor katak dewasa yang tak dalam keadaan berkembangbiak ,

maka mulai saat itu segera terjadi perubahan. Inplantasi pada

katak betina menyebabkan hewan ini menghasilkan ovum yang telah

masak. Inplantasi pada katak jantan mengakibatkan hewan ini

menghasilkan sperma.

            Bagian  tengah  glandula pituitaria akan menghasilkan 

hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengatran

chromorophora dalam kulit.

            Bagian posterior glandula pituitaria menghasilkan suatu

hormon yang mengatur pengambilan air.

            Glandula thyroidea yang terdapat di belakang tulang

rawan hyoid menghasilkan hormon thyroid yang mengatur metabolisme

secara umum. Kelenjar ini menjadi besar pada berudu sebelum

metamorphose menjadi katak. Jika kelenjar ini di ambil maka

berudu tidak akan menjadi katak. Bila ekstrak ini disuntikan pada

berudu yang secara normal memerlukan waktu dua tahun (untuk katak

yang diam di daerah dingin ) untuk berubah menjadi dewasa maka

waktu metamorphose ini akan dipercepat. Kelenjar tiroid tidak

hanyamengatur aktivitas metabolisme tubuh tetapi dipercaya sangat

penting dalam mempengaruhi periode pengelupasan lapisan luar

kulit.

            Kelenjar pancreas di samping menghasilkan enzim juga

menghasilkan hormon insuline yang mengatur metabolisme zat gula.

Hormon ini juga dihasilkan  oleh sekelompok sel dalam pulau

Langerhans.

            Pada permukaan sebelah luar dari ginjal terdapat

glandulae supra renalis atau glandulae adrenalis yang menghasilkan

hormon adrenalin  atau aphinephrine yang bekerja berlawanan dengan

insuline (hormon adrenalin mengubah glycogen menjadi glucosa,

kecuali itu menyebabkan pigmen mengumpul  sehingga kulit berwarna

lebih gelap. Kelenjar adrenal, korteks dan medula bergabung tidak

terpisah seperti pada ikan.

E.     Habitat dan persebaran

Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era

Paleozoik sebagai vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi

adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau

berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk

mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi

panas sendiri.

Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah

tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh indonesia.

Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup

di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan

dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir

sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya.

Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar

sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa

ditemukan.

F.     Relasi dengan Manusia

Adapun relasi manusia dengan katak adalah sebagai berikut:

a.        Digunakan untuk pengobatan khususnya di negara Cina

b.        Dijadikan bahan kosmetik

c.        Dijadikan sebagai bahan penelitian ilmu pengetahuan

d.       Digunakan sebagai umpan ikan

e.        Salah satu kelas amphibi yaitu Bufo melanosticus sebagai alat

tes kehamilan

f.         Digunakan sebagai bahan makanan

g.        Dijadikan hewan peliharaan

BAB III

PENUTUP

Kesimpulan

Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, kedudukan

amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:

Kerajaan    : Animalia

Filum         : Chordata

Upafilum   : Vertebrata

Superkelas : Tetrapoda

Kelas         : Amphibia

Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari

dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat

diartikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) dengan

kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut yang

hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan.

Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela

(Salamander), Apoda (Caecilia), dan Anura ( katak dan kodok),

Proanura (telah punah).

Adapun morfologi kelas amphibi yaitu kepala dan badan lebar

bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan

ekor. Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang

kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium),

lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti).

Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki

(pes) dan jari-jari (digiti).

Anatomi kelas amphibi yaitu                  

      Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh

bagian-bagian yang lunak.Fungsi rangka adalah untuk melindungi

bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna

untuk gerak dan berjalan.

      Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan,

tetapai tampak tanda-tanda perbedaan. Tubuh katak dan vertebrata

lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot daging

berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat

melintang.

      Jantung amfibi terdiri dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan 1

ventrikel. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong

ventrikulur, dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh

sistemik dan pembuluh pulmonari.

      Sistem  lymphatic terdiri dari beberapa macam saccus yaitu :

Saccus submaxillaris, Saccus pectolaris, Saccus abdominalis,

Saccus lateralis, Saccus brachialis, Saccus femuralis, Saccus

inter-femuralis dan Saccus cruralis.

      Sistem pencernaan terdiri atas beberapa alat pencernaan yaitu

cavum oris,  pharynx, oesophagus, ventriculus, intestinum dan di

akhirin oleh anus.

      Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh.

Sistem ini terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit),

serta lapisan rongga kulit.

      Sistem urogenital disebut sebagai suatu sistem gabungan karena

masing-masing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai muara

bersama baik untuk sistem ekskresi maupun untuk sistem

reproduksi, dan kecuali untuk feses. Terdiri dari organon

uropetricum dan organon genitalis. Organon genitalis terdiri dari

organon genitalis masculinus dan organon genitalis feminus.

      Sistem saraf terdiri atas sistem nervorum central dan sistem

nervorum periforium.

      Sistem indra terdiri dari beberapa organ seperti lingua,

organon visus Saccus nasalis, telinga.

      Sistem endokrin terdiri dari beberapa glandula yang

menghasilkan hormone tertentu yaitu glandula pituitari atau glandula

hypophysa, glandula thyroidea, kelenjar pancreas, glandulae supra

renalis atau glandulae adrenalis

Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di

darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan

dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir

sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya.

DAFTAR PUSTAKA

Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat.1994. Zoologi Dasar. Jakarta:

Erlangga.

Campbell, Reece, Michele. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid III. Jakarta:

Erlangga.

Tuti Kurniati, M.Pd, Bintarti Yusriana, M.Si, Sumiyati Sa’adah M.Si.

2011. Zoologi  Vertebrata. Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah

dan Keguruan. UIN SGD Bandung.

http://202.153.132.136/hadiruntukmu/fahutanipb/BOBY

%20DARMAWAN_E34103018.pdf

http://zonabawah.blogspot.com/2011/07/sistem-rangka-dari-

kelasamfibiamphibia.html

http://ksh.biologi.ugm.ac.id/index.php?

option=com_content&view=section&layout=blog&id=3&Itemid=14

http://id.wikipedia.org/wiki/Amfibia

http://www.gudangmateri.com/2010/03/amphibi.html

http://biologionline.blogspot.com/2011/04/kelas-amphibia.html

http://blog.uad.ac.id/uminatifatulchusnah/2011/12/06/kelas-

amphibia/

http://zonabawah.blogspot.com/2011/07/morfologi-

amfibiamphibia.html

www.scribd.com/doc/80092463/dunia-hewan

http://dhey2riska.blogspot.com/2009/10/kelas-amfibi-hewan-amfibi-

kelas.html