4A SISTEM INFORMASI KEPARIWISATAAN-CONTOH Analisis Sistem Informasi
Sistem Genitalia Amphibi Jantan
-
Upload
universitasnegerimalang -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Sistem Genitalia Amphibi Jantan
Sistem Genitalia Amphibi Jantan
Pada amphibi jantan, testis berjumlah sepasang, berwarna putihkekuningan yang digantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudaldijumpai korpus adiposum, terletak di bagian posterior ronggaabdomen. Saluran reproduksinya yaitu, Tubulus ginjal akan menjadiduktus aferen dan membawa spermatozoa dari testis menuju duktusmesonefrus. Di dekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapaspesies akan membesar membentuk vasikula seminalis (penyimpansperma sementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saatmusim kawin saja. Vasa daferens merupakan saluran-saluran halusyang meninggalkan testis, berjalan ke medial menuju kebagian kranial ginjal. Duktus wolf keluar daridorsolateral ginjal, ia berjalan di sebelah lateral ginjal.Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai (Anton, 2009).
Pada urodela lebih panjang daripada salientia yang berbentuk ovalsampai bulat dan lebih kompak. Pada caecilian, strukturnyapanjang seperti rangkaian manik-manik. Pada salamander testisterlihat lebih pendek dengan permukaan yang tidak rata. Badanlemak terlihat pada gonad jantan (Anton, 2009).
2. Sistem Genitalia Amphibi Betina
Pada betina, ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnyadijumpai jaringan lemak berwarna kuning(korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasaldari plica gametalis, masing-masing gonalis, dan pars progonalis.Ovarium digantungkan oleh mesovarium. Saluran reproduksi berupaoviduk yang merupakan saluran berkelok-kelok. Oviduk dimulaidengan bangunan yang mirip corong (infundibulum) dengan lubangnyayang disebut oskum abdominal. Oviduk di sebelah kaudal mengadakanpelebaran yang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuaradi kloaka (Buku SPH II, diktat asistensi Anatomi Hewan).
3. Pembuahan Eksternal
Sistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secaraeksternal, artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina
terjadi di luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentukovum dalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinyafertilisasi lebih kecil dari pada pembuahan secara internal.
Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kitamembedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpaibentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya, itumerupakan ovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnyamencapai ribuan. Pada katak betina juga ditemukan semacam lekukanpada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat ”pegangan” bagikatak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal ini diimbangioleh katak jantan dengan adanya struktur khusus pada kakidepannya, yaitu berupa telapak yang lebih kasar. Fungsinya untukmemegang erat katak betina ketika terjadi fertilisasi.
SISTEM REPRODUKSISistem reproduksi pada hewan vertebrata terbagi menjadi 3,yaitu: Ovipar ( bertelur ), ovovivipar ( bertelur melahirkan ),dan vivipar ( melahirkan ). Sedangkancara fertilisasinya terbagi menjadi 2, yaitu: fertilisasi internal ( fertilisasi yang terjadidalam tubuh hewan betina ) dan fertilisasi eksternal ( fertilisasi yang terjadi di luar tubuh ). Fertilisasi eksternal adalah penyatuan sperma dan ovum di luar tubuh hewan betina, yakni berlangsung dalam suatu media cair, misalnya air. Contohnya pada ikan(pisces) dan amfibi (katak).Sedangkan fertilisasi internal merupakan penyatuansperma dan ovum yang terjadi di dalam tubuh hewan betina. Hal inidapat terjadikarena adanya peristiwa kopulasi, yaitu masuknya alat kelamin jantan ke dalam alatkelamin betina. Fertilisasi internal terjadi pada hewan yang hidup di darat (terestrial),misalnya hewan dari kelompok reptil, aves dan Mamalia.Hewan yang berkembangbiak dengan cara Ovipar (Bertelur), setelah selgamet jantan dan betina melakukan
fertilisasi, embrio akan berkembang dalam telur dan dilindungi oleh cangkang. Embrio mendapat makanan dari cadangan makananyang ada di dalam telur. Telur dikeluarkan dari tubuh induk betina lalu dieramihingga menetas menjadi anak. Ovipar terjadi pada ikan, burung dan beberapa jenisreptil.Hewan yang berkembangbiak dengan cara Vivipar (Beranak), setelah seltelur dan sel sperma melakukan fertilisasi, embrio berkembang dan mendapatkanmakanan dari dalam uterus (rahim) induk betina. Setelah anak siap untuk dilahirkan,anak akan dikeluarkan melewati vagina induk betinanya. Contoh hewan vivipar adalah kelompok mamalia (hewan yang menyusui), misalnya kelinci dan kucing.Sedangkan hewan yang berkembnagbiak dengan cara Ovovivipar (Bertelur dan Beranak), setelah sel telur dan sel sperma melakukan fertilisasiembrio akan berkembang di dalam telur, tetapi telur tersebut masih tersimpan didalam tubuh induk betina. Embrio mendapat makanan dari cadangan makanan yang berada di dalam telur. Setelah cukup umur, telur akan pecah di dalam tubuh induknyadan anak akan keluar dari vagina induk betinanya. Contoh hewan ovovivipar adalahkelompok reptil (kadal), beberapa jenis ikan pari, dan beberapa jenis ikan hiu.
BAB IIISIA. Sistem reproduksi pada amphibi ( Katak )Gambar II.1 : Organ Reproduksi Pada Amphibi Jantan
Sistem Genitalia Jantana. Testis berjumlah sepasang, berwarna putih kekuningan yangdigantungkan oleh mesorsium. Sebelah kaudal dijumpai korpusadiposum, terletak di bagian posterior rongga abdomen. b. Saluran reproduksi. Tubulus ginjal akan menjadi duktus aferen danmembawa spermatozoa dari testis menuju duktus mesonefrus. Didekat kloaka, duktus mesonefrus pada beberapa spesies akanmembesar membentuk vasikula seminalis (penyimpan spermasementara). Vesikula seminalis akan membesar hanya saat musimkawin saja. Vasa aferen merupakan saluran-saluran halus yangmeninggalkan testis, berjalan ke medial menuju ke bagian kranialginjal. Duktus wolf keluar dari dorsolateral ginjal, ia berjalan di
sebelah lateral ginjal. Kloaka kadang-kadang masih jelas dijumpai.Gambar II.2 : Organ Reproduksi Pada Amphibi Betina Sistem Genitalia Betinaa. Ovarium berjumlah sepasang, pada sebelah kranialnya dijumpai jaringan lemak bermwarna kuning (korpus adiposum). Baik ovarium maupum korpus adiposum berasal dari plica
gametalis,masing-masing gonalis, dan pars progonalis. Ovariumdigantungkan oleh mesovarium. b. Saluran reproduksi, oviduk merupakan saluran yang berkelok-kelok.Oviduk dimulai dengan bangunan yang mirip corong(infundibulum) dengan lubangnya yang disebut oskumabdominal.oviduk di sebelah kaudal mengadakan pelebaranyang disebut dutus mesonefrus. Dan akhirnya bermuara dikloaka. (Buku SH II, diktat asistensi AnatomiHewan).
Pembuahan EksternalSistem reproduksi pada amphibi, pembuahannya terjadi secaraeksternal artinya penyatuan gamet jantan dan gamet betina terjadidi luar tubuh. Pada pembuahan eksternal biasanya dibentuk ovumdalam jumlah besar, karena kemungkinan terjadinya fertilisasilebih kecil dari pada pembuahan secara internal.Pada katak betina menghasilkan ovum yang banyak, kalau kitamembedah katak betina yang sedang bertelur, kita akan menjumpai bentukan berwarna hitam yang hampir memenuhi rongga perutnya,itu merupakanovarium yang penuh berisi sel telur, jumlahnyamencapairibuan.Padakatak betina juga ditemukan semacamlekukan pada bagian leher, yang berfungsi sebagai tempat”pegangan” bagi katak jantan ketika mengadakan fertilisasi. Hal inidiimbangi oleh katak jantan dengan adanya struktur khusus padakaki depannya, yaitu berupan telapak yang lebih kasar. Fungsinyauntuk erat katak betina ketika terjadi fertilisasi.
Dee Lya Chan Jumat, 09 November 2012Makalah Amfibi
AMPHIBIMAKALAH
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas pada Mata Kuliah Zoologi Vertebrata
Oleh:
Dede Julia
1210206118
Pendidikan Biologi B/IV
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI
BANDUNG
2012
KATA PENGANTAR
Bismillahirrahmanirrahim
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, karena
atas rahmat-Nya lah penulis dapat menyelesaikan makalah ini.
Shalawat serta salam senantiasa tercurah kepada nabi besar
Muhammad SAW. besarta keluarga-Nya, para sahabat-Nya dan kita
selaku umat-Nya.
Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas mata kuliah
Zoologi Vertebrata. Dan dengan kerendahan hati penulis menyadari akan
keterbatasan dan kekurangan yang ada dalam makalah ini, baik dari
segi bahasa maupun tulisannya, karena wawasan pengetahuan dan
pengalaman penyusun masih sangat jauh dari kesempurnaan.
Oleh karenanya kritik serta saran yang bersifat membangun
sangat penulis harapkan untuk kesempurnan makalah selanjutnya,
selain itu penulis mengharapkan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang khususnya bagi penulis dan
umumnya bagi pembaca.
Bandung, Mei 2012
DAFTAR ISI
KATA
PENGANTAR........................................................
............................... i
DAFTAR
ISI..............................................................
......................................... ii
BAB I
PENDAHULUAN......................................................
............................. 1
A. Latar Belakang
Masalah..........................................................
................... 1
B. Rumusan
Masalah..........................................................
............................. 2
C.
Tujuan...........................................................
.............................................. 2
BAB II
PEMBAHASAN.......................................................
............................. 3
A. Definisi dan karakteristik
Amphibi..........................................................
.. 3
B. Klasifikasi dalam Kelas
Amphibi..........................................................
.... 5
1. Ordo
Caecilia.........................................................
......................... .... 6
2. Ordo Urodela
(Caudata)........................................................
............. 7
3. Ordo
Anura............................................................
........................ .... 10
4. Ordo
Proanura.........................................................
............................ 15
C. Morfologi Kelas
Amphibi..........................................................
................. 15
D. Anatomi dan
fisiologi........................................................
......................... 17
E. Habitat dan
persebaran.......................................................
........................ 31
F. Relasi dengan
Manusia..........................................................
..................... 32
BAB III
PENUTUP..........................................................
.................................. 33
Kesimpulan.......................................................
......................................... 33
DAFTAR
PUSTAKA..........................................................
............................... iii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Amfibi adalah kelompok terkecil di antara vertebrata, dengan
jumlah hanya 3.000 spesies. Seperti ikan dan reptilia, amfibi
adalah hewan berdarah dingin. Ini berarti amfibi tidak dapat
mengatur suhu badannya sendiri. Untuk itu, amfibi memerlukan
matahari untuk menghangatkan badan. Awalnya amfibi mengawali
hidup di perairan dan melakukan pernapasan menggunakan insang.
Seiring dengan pertumbuhannya paru-paru dan kakinya berkembang
dan amfibi pun dapat berjalan di atas daratan.
Amfibi dijumpai diseluruh dunia kecuali di kutub.
Mereka menempati sejumlah habitat yang berbeda-beda seperti hutan
hujan, kolam, dan danau. Mereka juga ada di daerah berumput di
lereng pegunungan tinggi, bahkan juga di gurun. Meskipun amfibi
dewasa dapat bertahan hidup selama periode kemarau panjang,
umumnya mereka membutuhkan tempat-tempat lembab seperti sungai
dan kolam. Di wilayah hutan hujan tropis yang lembab, banyak
katak dapat bertahan hidup tanpa memiliki sumber air tetap.
Sebagai hewan yang berdarah dingin, amfibi tidak aktif dalam
kondisi dingin. Pada kondisi ini mereka melakukan hibernasi,
biasanya dalam lumpur di dasar kolam. Musim kawin amfibi sering
berlangsung kacau. Amfibi jantan dan betina berkumpul bersama
dalam jumlah besar. Setelah membuahi telur, biasanya amfibi tidak
lagi mempedulikan telurnya. Hanya sedikit jenis amfibi yang
melindungi telur. Umumnya spesies amfibi kecil mengandalkan
penyamaran atau melarikan diri saat terancam pemangsa. Ada pula
amfibi yang mengandalkan kulit yang mencolok untuk menakuti
musuh. Ada jenis amfibi yang mempunyai racun.
Katak beracun dari Amerika Selatan memiliki warna yang
mencolok sebagai tanda bahaya pemangsanya. Racun katak sangat
kuat ‘racun emas’ yang dimiliki kodok dart dari kolombia
misalnya, dapat menewaskan sekitar 1.000 orang sekaligus.
Kebanyakan orang kesulitan dalam membedakan anggota dari kelas
amphibia yaitu antara katak dan kodok. Maka dari itulah kita
perlu mengenal kelas amphibia lebih jauh lagi.
B. Rumusan masalah
Melihat uraian diatas maka penulis merumuskan masalah sebagai
berikut:
a. Apa yang dimaksud dengan amphibia dan bagaimana
karakteristiknya?
b. Bagaimana klasifikasi dari kelas amphibia?
c. Bagaimana anatomi dan fisiologi pada amphibia?
d. Bagaimana persebaran dan habitat dari amphibia?
e. Bagaimana hubungan manusia dengan amphibia?
C. Tujuan
Adapun maksud dan tujuan makalah ini yaitu:
1. Mengetahui definisi serta karakteristik dari amphibia.
2. Mengetahui klasifikasi dari kelas amphibia
3. Mengetahui anatomi dan fisiologi dari amphibia.
4. Mengetahui bagaimana persebaran dan habitat dari amphibia.
5. Mengetahui hubungan atau relasi antara manusia dengan
amphibia.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Definisi dan karakteristik Amphibi
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat
diartikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) dengan
kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut yang
hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan. Karena itu
amphibi diartikan sebagai hewan yang mempunyai dua bentuk
kehidupan yaitu di darat dan di air. Pada umumnya, amphibia
mempunyai siklus hidup awal di perairan dan siklus hidup kedua
adalah di daratan. ( Zug, 1993)
Pada fase berudu amphibi hidup di perairan dan bernafas
dengan insang. Pada fase ini berudu bergerak menggunakan ekor.
Pada fase dewasa hidup di darat dan bernafas dengan paru-paru.
Pada fase dewasa ini amphibi bergerak dengan kaki. Perubahan cara
bernafas yang seiring dengan peralihan kehidupan dari perairan ke
daratan menyebabkan hilangnya insang dan rangka insang lama
kelamaan menghilang. Pada anura, tidak ditemukan leher sebagai
mekanisme adaptasi terhadap hidup di dalam liang dan bergerak
dengan cara melompat. (Zug, 1993)
Amphibia memiliki kelopak mata dan kelenjar air mata yang
berkembang baik. Pada mata terdapat membrana nictitans yang
berfungsi untuk melindungi mata dari debu, kekeringan dan kondisi
lain yang menyebabkan kerusakan pada mata. Sistem syaraf
mengalami modifikasi seiring dengan perubahan fase hidup. Otak
depan menjadi lebih besar dan hemisphaerium cerebri terbagi
sempurna. Pada cerebellum konvulasi hampir tidak berkembang. Pada
fase dewasa mulai terbentuk kelenjar ludah yang menghasilkan
bahan pelembab atau perekat. Walaupun demikian, tidak semua
amphibi melalui siklus hidup dari kehidupan perairan ke daratan.
Pada beberapa amphibi, misalnya anggota Plethodontidae, tetap
tinggal dalam perairan dan tidak menjadi dewasa. Selama hidup
tetap dalam fase berudu, bernafas dengan insang dan berkembang
biak secara neotoni. Ada beberapa jenis amphibi lain yang
sebagian hidupnya berada di daratan, tetapi pada waktu tertentu
kembali ke air untuk berkembang biak. Tapi ada juga beberapa
jenis yang hanya hidup di darat selama hidupnya. Pada kelompok
ini tidak terdapat stadium larva dalam air. (Duellman and Trueb,
1986)
Amfibia mempunyai ciri-ciri umum sebagai berikut:
Penutup
tubuh
Kulit yang berlendir
Alat gerak Dua pasang kaki dan pada setiap kakinya
terdapat selaput renang yang terdapat di
antara jari-jari kakinya dan kakinya
berfungsi untuk melompat dan berenang.Alat
pernapasan
Pernapasan pada saat masih kecebong berupa
insang, setelah dewasa alat pernapasannya
berupa paru-paru dan kulit dan hidung amfibi
mempunyai katup yang mencegah air masuk ke
dalam rongga mulut ketika menyelamSuhu tubuh tidak tetap, berubah-ubah mengikuti suhu
lingkungannya (berdarah dingin/poikiloterm)Peredaran
darah
Tertutup
Alat
penglihata
n
Mata dan matanya mempunyai selaput tambahan
yang disebut membrana niktitans yang sangat
berfungsi waktu menyelamBerkembang
biak
Dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi
oleh yang jantan di luar tubuh induknya
(pembuahan eksternalJantung Terdiri dari tiga ruangan yaitu dua serambi
dan satu bilik
Sedangkan, ciri-ciri khusus dari amphibi yaitu:
Tubuh diselubungi kulit yang berlendir serta tidak mempunyai
sisik
Merupakan hewan berdarah dingin (poikiloterm)
Mempunyai jantung yang terdiri dari tiga ruangan yaitu dua
serambi dan satu bilik
Mempunyai dua pasang kaki dan pada setiap kakinya terdapat
selaput renang yang terdapat di antara jari-jari kakinya dan
kakinya berfungsi untuk melompat dan berenang
Memiliki dua lubang hidung yang berhubungan dengan ruang
mulut yang mempunyai klep untuk menahan air
Umumnya pada mulut terdapat gigi dan lidah sering kali dapat
dikeluarkan
Matanya mempunyai selaput tambahan yang disebut membrana
niktitans yang sangat berfungsi waktu menyelam
Pernapasan pada saat masih kecebong berupa insang, setelah
dewasa alat pernapasannya berupa paru-paru dan kulit dan
hidungnya mempunyai katup yang mencegah air masuk ke dalam
rongga mulut ketika menyelam
Berkembang biak dengan cara melepaskan telurnya dan dibuahi
oleh yang jantan di luar tubuh induknya (pembuahan
eksternal).
Otak memiliki 10 pasang sarang krainal
Fertilisasi secara internal dan ekternal dan umumnya ovivar
dengan stadium larva dalam air dan bermetamorfosis menjadi
dewasa.
B. Klasifikasi dalam Kelas Amphibi
Adapun kedudukan amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas : Amphibia
Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Apoda (Caecilia),
Urodela (Salamander), dan Anura ( katak dan kodok), Proanura
(telah punah).
1. Ordo Caecilia
Ordo ini mempunyai anggota yang ciri umumnya adalah tidak
mempunyai kaki sehingga disebut Apoda. Tubuh menyerupai cacing
(gilig), bersegmen, tidak bertungkai, dan ekor mereduksi. Hewan
ini mempunyai kulit yang kompak, mata tereduksi, tertutup oleh
kulit atau tulang, retina pada beberapa spesies berfungsi sebagai
fotoreseptor.
Di bagian anterior terdapat tentakel yang fungsinya sebagai
organ sensory. Kelompok ini menunjukkan 2 bentuk dalam daur
hidupnya. Pada fase larva hidup dalam air dan bernafas dengan
insang. Pada fase dewasa insang mengalami reduksi, dan biasanya
ditemukan di dalam tanah atau di lingkungan akuatik. Fertilisasi
pada Caecilia terjadi secara internal. ( Webb et.al, 1981)
Ordo Caecilia mempunyai 5 famili yaitu Rhinatrematidae,
Ichtyopiidae, Uraeotyphilidae, Scolecomorphiidae, dan Caecilidae.
Famili Caecilidae mempunyai 3 subfamili yaitu Dermophinae,
Caecilinae dan Typhlonectinae. ( Webb et.al, 1981)
Famili yang ada di indonesia adalah Ichtyopiidae. Anggota
famili ini mempunyai ciri-ciri tubuh yang bersisik, ekornya
pendek, mata relatif berkembang. Reproduksi dengan oviparous.
Larva berenang bebas di air dengan tiga pasang insang yang
bercabang yang segera hilang walaupun membutuhkan waktu yang lama
di air sebelum metamorphosis. Anggota famili ini yang ditemukan
di indonesia adalah Ichtyophis sp., yaitu di propinsi DIY.
Contoh ordo caecilia
Anatomi tulang kepala ordo Caecilia
2. Ordo Urodela (Caudata)
Ordo ini mempunyai ciri bentuk tubuh memanjang, mempunyai
anggota gerak dan ekor serta tidak memiliki tympanum. Tubuh dapat
dibedakan antara kepala, leher dan badan. Beberapa spesies
mempunyai insang dan yang lainnya bernafas dengan paru-paru. Pada
bagaian kepala terdapat mata yang kecil dan pada beberapa jenis,
mata mengalami reduksi. Fase larva hampir mirip dengan fase
dewasa. Anggota ordo Urodela hidup di darat akan tetapi tidak
dapat lepas dari air. Pola persebarannya meliputi wilayah Amerika
Utara, Asia Tengah, Jepang dan Eropa. Urodella mempunyai 3 sub
ordo yaitu Sirenidea, Cryptobranchoidea dan Salamandroidea. Sub
ordo Sirenidae hanya memiliki 1 famili yaitu Sirenidae, sedangkan
sub ordo Cryptobranchoidea memiliki 2 famili yaitu
Cryptobranchidae dan Hynobiidae. Sub ordo Salamandroidea memiliki
7 famili yaitu Amphiumidae, Plethodontidae, Rhyacotritoniade,
Proteidae, Ambystomatidae, Dicamptodontidae dan Salamandridae.
( Pough et. al., 1998)
Salamander memiliki tubuh yang memanjang dan memiliki ekor.
Sebagian besar Salamander memiliki empat kaki, meskipun tungkai
pada beberapa spesies akuatik jelas sekali mereduksi. Ada 2
kecenderungan yang cukup menonjol dalam proses evolusi Salamander
yaitu hilangnya (mereduksi) paru-paru serta adanya paedomorphosis
(adanya karakteristik larva pada Salamander dewasa) (Pough et
al., 1998).
Sangat mengherankan jika suatu hewan terestrial dapat
bertahan hidup tanpa adanya paru-paru akan tetapi pada family
terbesar Salamander yaitu Plethodontidae memiliki karakteristik
tidak adanya paru-paru. Tidak adanya paru-paru mungkin terjadi
pada Salamander karena kulit Salamander memungkinkan terjadinya
pertukaran gas. Beberapa penjelasan telah disusun untuk
menunjukkan keuntungan dari hilangnya paru-paru pada
Plethodontidae, hipotesis yang paling mudah diterima berkaitan
dengan evolusi hilangnya paru-paru adalah spesialisasi dari
apparatus hyoideus yang terdapat di dalam tenggorokan sebagai
suatu mekanisme dalam menjulurkan lidah untuk menangkap mangsa.
Kartilago hyoideus merupakan bagian dari alat bantu pernapasan
pada Salamander yang memiliki paru-paru. Jadi pada
Plethodontidae, apparatus hyoideus yang seharusnya berperan
sebagai alat bantu pernapasan jika dia memiliki paru-paru
mengalami modifikasi menjadi mekanisme penjuluran lidah untuk
menangkap mangsa dikarenakan paru-paru mereduksi. Anggota dari
Pletodhontidae yang mampu menjulurkan lidah lebih jauh daripada
panjang kepala dan tubuh dikelompokkan dalam Bolitoglossine
(Pough et al., 1998).
Paedomorphosis adalah salah satu contoh dari fenomena
evolusi yang disebut dengan heterochrony. Herterochorny terkait
dengan perubahan waktu dan tingkat dari proses perkembangan
(terutama dalam masa embryonik) yang merubah bentuk tubuh hewan
dewasanya. Hewan dewasa yang paedomorphic biasanya memiliki
habitat aquatic dan memiliki karakteristik larva seperti adanya
insang luar, hilangnya kelopak mata serta perubahan pola gigi
dewasanya. Paedomorphosis merupakan karakteristik pada beberapa
Salamander aquatic seperti Proteidae. Pada family lain, seperti
Ambystomatidae, beberapa spesies paedomorphic tetap
bermetamorfosis menjadi Salamander dewasa yang terrestrial (Pough
et al., 1998).
Cau data atau Urodela mempunya anggota sekitar 350 spesies,
tersebar terbatas di belahan bumi utara; Amerika Utara, Amerika
Tengah, Asia Tengah (Cina, Jepang) dan Eropa. Bentuk tubuh setiap
anggota Salamander sangat berbeda, sehingga mudah untuk
mengidentifikasi. Kebanyakan family-family dari urodela terdapat
di amerika dan tidak terdapat di Indonesia. Sebagian besar masa
hidupnya di darat. Pembuahan ada yang eksternal dan ada yang
internal. Reproduksinya ovipar dan ovovivipar. Ciri yang lainnya
yaitu tidak memiliki tympanum, mempunyai insang atau tanpa insang
dan mata kecil atau mereduksi (Pough et al., 1998).
Salamander merupakan kelompok Amphibia yang berekor. Semua
anggota dari family ini memiliki ekor yang panjang, tubuh
silinder yang memanjang serta kepala yang berbeda. Sebagian besar
memiliki tungkai yang berkembang dengan baik, biasanya pendek
tergantung pada ukuran tubuh. Tengkoraknya mereduksi dikarenakan
adanya beberapa bagian yang menghilang. Sebagian besar anggotanya
memiliki fertilisasi internal meski tak satu pun anggota dari
family ini yang memiliki organ kopulasi. Fertilisasi internal
terjadi ketika jantan mendepositkan spermatopora yang kemudian
akan diterima oleh betina melalui bibir kloakanya (Zug, 1993).
Salamander
Morfologi ordo Urodela :
Tulang Rangka ordo urodela :
3. Ordo Anura
Nama anura mempunyai arti tidak memiliki ekor. Seperti
namanya, anggota ordo ini mempunyai ciri umum tidak mempunyai
ekor, kepala bersatu dengan badan, tidak mempunyai leher dan
tungkai berkembang baik. Tungkai belakang lebih besar daripada
tungkai depan. Hal ini mendukung pergerakannya yaitu dengan
melompat. Pada beberapa famili terdapat selaput diantara jari-
jarinya.
Membrana tympanum terletak di permukaan kulit dengan ukuran
yang cukup besar dan terletak di belakang mata. Kelopak mata
dapat digerakkan. Mata berukuran besar dan berkembang dengan
baik. Fertilisasi secara eksternal dan prosesnya dilakukan di
perairan yang tenang dan dangkal. (Duellman and Trueb, 1986)
Ordo Anura dibagi menjadi 27 famili, yaitu:
Ascaphidae Leiopelmatidae
Bombinatoridae Discoglossidae
Pipidae
Rhinophrynidae
Megophryidae Pelodytidae
Pelobatidae Allophrynidae
Bufonidae Branchycephalidae
Centrolenidae Heleophrynidae
Hylidae,Leptodactylidae Myobatrachidae
Pseudidae Rhinodermatidae
Sooglossidae Arthroleptidae
Dendrobatidae Hemisotidae
Hyperoliidae Microhylidae,
Ranidae Rachoporidae
Ada 5 Famili yang terdapat di indonesia yaitu Bufonidae,
Megophryidae, Ranidae, Microhylidae dan Rachoporidae. Adapun
penjelasan mengenai kelima famili tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Bufonidae
Famili ini sering disebut kodok sejati. Ciri-siri umumnya
yaitu kulit kasar dan berbintil, terdapat kelenjar paratoid di
belakang tympanum dan terdapat pematang di kepala. Mempunyai tipe
gelang bahu arciferal.
Sacara diapophisis melebar, Bufo mempunyai mulut yang lebar
akan tetapi tidak memiliki gigi. Tungkai belakang lebih panjang
dari pada tungkai depan dan jari-jari tidak mempunyai selaput.
Fertilisasi berlangsung secara eksternal.
Famili ini terdiri dari 18 genera dan kurang lebih 300
spesies. Beberapa contoh famili Bufo yang ada di Indonesia antara
lain: Bufo asper, Bufo biporcatus, Bufo melanosticus dan
Leptophryne borbonica. ( Eprilurahman, 2007)
(Bufo melanostictus)
b. Megophryidae
Ciri khas yang paling menonjol adalah terdapatnya bangunan
seperti tanduk di atas matanya, yang merupakan modifikasi dari
kelopak matanya. Pada umumnya famili ini berukuran tubuh kecil.
Tungkai relatif pendek sehingga pergerakannya lambat dan kurang
lincah.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Hidup di hutan dataran
tinggi. Pada fase berudu terdapat alat mulut seperti mangkuk
untuk mencari makan di permukaan air. Adapun contoh spesies
anggota famili ini adalah Megophrys montana dan Leptobranchium
hasselti. ( Eprilurahman, 2007)
Megophrys montana
c. Ranidae
Famili ini sering disebut juga katak sejati. Bentuk tubuhnya
relatif ramping. Tungkai relatif panjang dan diantara jari-
jarinya terdapat selaput untuk membantu berenang. Kulitnya halus,
licin dan ada beberapa yang berbintil.
Gelang bahu bertipe firmisternal. Pada kepala tidak ada
pematang seperti pada Bufo. Mulutnya lebar dan terdapat gigi
seperti parut di bagian maxillanya. Sacral diapophysis gilig.
Fertilisasi secara eksternal dan bersifat ovipar.
Famili ini terdiri dari 36 genus. Adapun contoh spesiesnya
adalah: Rana chalconota, Rana hosii, Rana erythraea, Rana nicobariensis, Fejervarya
cancrivora, Fejervarya limnocharis, Limnonectes kuhli, Occidozyga sumatrana.
( Eprilurahman,2007).
Rana chalconota
d. Microhylidae
Famili ini anggotanya berukuran kecil, sekitar 8-100 mm.
Kaki relatif panjang dibandingkan dengan tubuhnya. Terdapat gigi
pada maxilla dan mandibulanya, tapi beberapa genus tidak
mempunyai gigi.
Karena anggota famili ini diurnal, maka pupilnya memanjang
secara horizontal. Gelang bahunya firmisternal. Contoh spesiesnya
adalah: Microhyla achatina. ( Eprilurahman, 2007)
Microhyla achatina
e. Rachoporidae
Famili ini sering ditemukan di areal sawah. Beberapa jenis
mempunyai kulit yang kasar, tapi kebanyakan halus juga berbintil.
Tipe gelang bahu firmisternal. Pada maksila terdapat gigi
seperti parut. Terdapat pula gigi palatum. Sacral diapophysis
gilig. Berkembang biak dengan ovipar dan fertilisasi secara
eksternal. ( Eprilurahman, 2007).
Rhacophorus leucomystax sexvirgata
4. Ordo Proanura
Anggota-anggota ordo ini tidak dapat diketemukan atau dapat
dikatakan telah punah. Anggota-anggota ordo ini hidupnya di
habitat akuatik sebagai larva dan hanya sedikit saja yang
menunjukkan perkembangan ke arah dewasa.
Ciri-ciri umumnya adalah mata kecil, tungkai depan kecil,
tanpa tungkai belakang, kedua rahang dilapisi bahan tanduk,
mempunyai 3 pasang insang luar dan paru-paru mengalami sedikit
perkembangan. Amphibi ini tidak menunjukkan adanya dua bentuk
dalam daur hidupnya. (Duellman and Trueb, 1986)
C. Morfologi Kelas Amphibi
Kelompok hewan amfibi adalah binatang bertulang belakang
berkulit lembab tanpa bulu yang hidup di dua alam. Kebanyakan
hewan amfibi pada waktu berupa berudu hidup di air dan bernapas
dengan insang. Selanjutnya setelah dewasa hidup di darat dan
bernapas dengan paru-paru dan kulit. Hewan amfibi termasuk
kelompok hewan berdarah dingin, artinya hewan yang memanfaatkan
suhu lingkungan untuk mengatur suhu tubuhnya.
Kepala dan badan lebar bersatu, ada dua pasang kaki atau
anggota, tak ada leher dan ekor. Bagian dalam ditutupi dengat
kulit basah halus lunak. Pada kepala mempunyai mulut yang lebar
untuk mengambil makanan, 2 lubang hidung/ nares externa yang
kecil dekat ujung hidung yang berfungsi dalam pernapasan,
terdapat sepasang mata yang bulat, dibelakangnya terdapat 2
lubang pipih tertutup oleh membrane tympani yang berfungsi
sebagai telinga untuk menerima gelombang suara. Tiap mata
mempunyai kelopak mata atas dan bawah, serta di dalamnya
mempunyai selaput mata bening membrane nictitans untuk menutupi
mata apabila berada di dalam air. Di bagian ujung belakang badan
dijumpai anus, lubang kecil untuk membuang sisa-sisa makananyang
tak dicerna, urine dan sel-sel kelamin/ telur atau sperma dari
alat reproduksi.
Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang
kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium),
lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti).
Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki
(pes) dan jari-jari (digiti).
Tubuh katak bentuknya bilateral simetris, dengan bagian sisi
kiri dan kanan equal. Bagian tengah disebut medial,
samping/lateral, badan muka depan adalah ujung anterior, bagian
belakang disebutujung posterior, bagian punggung atau dorsal,
sedang bagian muka ventral. Bagian badan terdiri atas kepala/
caput, kerongkongan/ cervik, dada/ thorax atau pectoral, perut
atau abdomen, pantat pelvis serta bagian kaudal pendek.
Gambar morfologi katak
Pada rongga mulut ( cavum oris), dibatasi oleh maxillae (rahang
atas), sedangkan dibagian bawah dibatasi oleh mandibula (rahang
bawah) dan os hyoid. Pada rongga mulut terdapat lingula yang
pipih berpangkal pada dasar sebelah antrior mulut.Pada
permukaannya terdapat kuncup perasa dan papil yang dilapisi oleh
lendir dan dapat dijulurkan dari belkang ke muka untuk menangkap
mangsa. Pada maxillae sebelah luar terdapat denta maxillaris (gigi
maxillaris), sedangkan dibelakang maxillae terdapat gigi vormerin
yang berfungsi untuk menahan mangsa yang akan ditelan.Dekat denta
vomerin terdapat dua lubang nares interna yang berhubungan dengan
nares eksterna. Glotis terletak pada medium ventral pharynx
sebelah belakang lingula yang merupakan pintu menuju ke pulmo.
Dibelakang masing-masing mata di dekat sudut mulut terdapat
ostium pharyngeum dari tuba Eustachii yang menghubungkan cavum
oris dengan ruang telinga dalam.Pada katak jantan dari banyak
spesies memiliki saccus vocalis (saku suara) yang terbuka
disebelah muka dari ostium pharyngeum auditiivae Eustachii. Saku
suara ini dapat dikembang kempiskan sehingga menimbulkan suara.
D. Anatomi dan fisiologi
Sistem Rangka
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh
bagian-bagian yang lunak. Fungsi rangka adalah untuk melindungi
bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna
untuk gerak dan berjalan. Pada fase cebong (berudu) tulang-tulang
masih lunak.Kemudian pada fase dewasa menjadi keras. Tapi pada
sambungan-sambungan tulang masih tetap lunak dengan permukaan
yang licin.Tempurung kepala,vertebrae dan sternum merupakan
skeleton axiale sedang kaki merupakan skeleton appendiculare.
Tempurung kepala yang besar serta pipih terdiri atas:
1. Cranium yang sempit
2. Beberapa pasang kapsula sensoris dari hidung kapsula pendengar
dan kapsula yang besar untuk mata.
3. Tulang-tulang rahang, os hyoid dan tulang rawan dari larynx
(skleton viseral).
Bangsa amphibi merupakan Vertebrata yang pertama mempunyai
sternum (tulang dada) tetapi perkembangannya kurang sempurna.
Tulang iga hanya pendek dan kurang berkembang sehingga tidak
berhubungan dengan sternum seperti yang terjadi pada reptil,
burung atau mamal.
Sebagian besar amfibi mempunyai dua pasang tungkai dengan
empat jari kaki pada kaki depan dan lima jari kaki
belakang.Jumlah jari mungkin ada yang berkurang seperti pada
salamander, dan pasangan tungkai tidak ada pada Caecillia.Tungkai
biasanya tidak mempunyai kuku, tapi ada semacam tanduk pada jari-
jarinya.
Tulang punggung yang bersambung dengan kepala dan extrimitas
berfungsi menyokong tubuh dan melindungi sumsum, terdiri atas 9
columna vertebralis dan urostyl, yang merupkan silindris, masing-
masing vertebrae merupakan satu segmen pendek yang fleksibel
seperti vertebrae lainnya. Tiap-tiap vertebrae terdiri atas
centrum atau corpus yang memiliki lengkung atas (archus neuralis)
sebagai tempat sumsum.Sebelah atasnya terdapat cuatan neuralis
terdapat sepasang processus articularis yang menyebabkan
vertebrae dapat sedikit bergerak; tidak memunyai tulang rusuk
(costale).
Tempat tumpuan extemitas anterior berupa cingulum cranialis
(pectoral gridle) yang berbentuk sebagai rangka yang melingkari
alat-alat dalam thorax. cingulum cranialis melekat pada vertebrae
dengan otot daging. Masing-masing setengahnya terdiri atas tulang
rawan lebar. Supra scapula sebelah dorsal, scapula kecil sebelah
lateral dan clavicula yang silindris dan coracoid yang lebar
sebelah ventral.Coracoid bergabung dengan sternum yang berupa
tulang rawan besar, tersusun atas episternum,
omosternum,mesosternum,xiphisternum.Pada sternum bertemulah os
scapula dan carocoid, dan terbentuk mangkok cavitalis glenoidalis
yang merupakan sendi tempat kepala os humerus.
Tumuan extemitas posterior berupa cingulum posterior (pelvic
gridle) merupakan persatuan tulang yang mempunyai bentuk yanng
terdiri atas os illium sebelah anterior, os oschium sebelah
posterior dan os pubis sebelah ventral. Pada ketiga tulang
tersebut bertemu teerdapat mangkokan yang disebut acetabulum
tempat kepala os femur melekat.Tiap-tiap bagian dari sepasang os
illium yang merupakan tulang yang memanjang sejajar dengan
urostyl dan sejajar dengan sacrum.
Gambar Sistem Rangka Katak
Bentuk tulang mempunyai hubungan erat dengan tugasnya.Tulang
tempurung kepala bersenyawa, sedang cingulum anterior dengan
cingulum posterior merupakan tulang-tulang yang terangkai menjadi
satu. Tulang yang bersenyawa tidak dapat digerak-gerakkan
terhadap satu sama lain. Pada humerus dan femur terdapat satu
hubungan bentuk bola dan mangkokan yang menyebabkan gerak putar.
Hubungan engsel terdapat pada siku dan lutut. Gerakan-gerakan itu
dimungkinkan oleh adanya otot ligamen dari jaringan ikat.Kecuali
itu juga disebabkan oleh otot-otot daging yang dapat memanjang
dan memendek, sebagai penggeraknya.Pada tulang yang panjang
dibedakan atas bagian central yang disebut diaphyse sedang kedua
ujungnya disebut epiphyse.Pada tulang-tulang yang bersenyawa
terdapat hubungan satu sama lain, dan amsing-masing epiphyse dan
diaphyse juga terdapat hubungan tidak teratur dan terkunci oleh
sutura.Pada katak sutura masih berupa tulang rawan, sehingga
tulang itu dapat tumbuh terus.Pada burung dan sebagian besar
mamalia, masing-masing sutura menjadi tulang keras pada saat
tertentu. Dengan demikian pertumbuhan menjadi lebih besar lagi
tidak mungkin terjadi.
Sistem Otot
Sistem otot pada amfibi, seperti sistem-sistem organ yang
lain, sebagai transisi antara ikan dan reptil. Sistem otot paada
ikan berpusat pada gerakana tubuh ke lateral, membuka dan menutup
mulut serta gill apertura (celah insang) dan gerakan sirip yang
relatif sederhana.Kebutuhan hidup di darat mengubah susunan ini.
Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada
ikan, tetapai tampak tanda-tanda perbedaan. Sekat horizontal
membagi otot dorsal dan ventral. Bagian dari otot epeksial atau
dorsal mempengaruhi gerakan kepala. Otot ventral adalah menjadi
bukti dalam pembagian otot-otot setiap segmen tubuh amfibi.
Selanjutnya otot hipaksial terlepas atau terbagi-bagi
dalam lapisan-lapisan, kemudian membentuk otot-otot oblique
eksternal,oblique internal dan otot tranversus, sedangkan otot
dermal sangat kurang.Berbagai macam gerakan pada amfibi yaitu,
berenang,berjalan, meloncat atau memanjat, melibatkan
perkembangan berbagai tipe otot.Beberapa diantaranya terletak
dalam tungkai itu dan berupa otot intrinsik.
Tubuh katak dan vertebrata lainnya mengandung tiga
macam otot daging, yaitu otot daging berserat halus, otot daging
jantung, dan otot daging berserat melintang. Perbedaan itu
berdasar susunan secara mikroskopis dan fisologis. Otot daging
sebelah luar tediri atas otot daging skletal atau otot daging
yang melekat pada tulang-tulang.Otot daging tersebut
terkendalikan oleh kemauan pada gerakannya.Masing-masing otot
daging itu terdiri atas serat-serat yang satu sama lain digabung
oleh jaringan ikat.Kedua ujung biasanya melekat pada tulang yang
berlainan.Bagian central yang sedikit gerak disebut “origin”
sedang bagian distal yang merupakan bagian yang banyak gerak
disebut “insertion”. Banyak otot daging yang memiliki perluasan
dengan jaringan ikat sehingga dapat membungkus sebelah ujung
tulang yang disebut “tendon”.
Otot daging mengadakan aktivitas dengan jalan
kontraksi yakni memanjang-memendekkan jari;dengan demikian kedua
tulang yang terikat olehnya akan bergerak.Otot daging secara umum
dibagi atas dua kelompok yang berlawanan. Dibawah ini akan
disebutkan tipe umum dari otot-otot daging dengan model
aktivitasnya dengan masing-masing contoh:
Flexor : Mengikat satu bagian dengan bagian lain;
contoh biceps sebagai pengikat lengan bawah dengan lengan atas.
Extensor : Meluruskan atau memperluas suatu bagian;
contoh triceps meluruskan lengan bawah pada lengan atas.
Abductor : Menarik suatu bagian menjauh dari sumbu
tubuh (atau anggota); contoh deltoid menarik lengan ke samping.
Adductor : Menarik satu bagian menuju ke arah sumbu
tubuh (atau anggota); contoh atianus dorsi menarik lengan keatas dan
kembali.
Depressor : Menurunkan suatu bagian; contoh depresor
manbulae menggerakkan kebawah rahang bawah untuk menggerakkan
mulut.
Levator : Mengangkat atau meninggikan suatu bagian;contoh
masseter mengangkat rahang untuk menutup mulut.
Rotator : Memutar suatu bagian;contoh pyriformis,
meninggikan dan memutar femur.
Otot daging yang tunduk kepada kemauan dibagian atas
tiga bentuk struktur umum: (1) otot daging lebar dan pipih
misalnya obliqus externus dan transversus yang membentuk didnding
abdomen; (2) otot daging gilik (silindris) dengan ujung yang
menyisip, misalnya biceps atau deltoid dan (3) otot daging
sphincter dengan serat melingkar, misalnya sphincter ini yang
berfungsi untuk menutup anus.
Dalam banyak gerakan berbagai tubuh beberapa otot
daging bereaksi bersama-sama dengan beberapa kontraksi.
Koordinasi dalam hal tersebut dilaksanakan oleh sistem saraf.
Tiap-tiap serat atau berkas otot mempunyai akhir ujung saraf
motoris yang membawa perintah untuk merangsang kontraksi.
Sistem Pencernaan
Di dalam mulut terdapat gerigi kecil di sepanjang rahang
atas, dan ada gigi vomerin pada langit-langit mulut. Lidah
berotot dan bfurfate (cabang dua) pada ujungnya, dan bertaut pada
bagian anterior mulut. Saluran pencernaan mulai dari esophagus
(bedinding lurus dan besar) langsung bersatu dengan lambung.
Lambung memanjang dan erkelok ke samping kiri dan berotot. Usus
terdiri dari intestinum (keci, panjang, berkelok-kelok), rectum
yang langsung bersatu dengan cloaca. Hati dn pancreas mempunyai
mempunyai saluran-saluran menuju ke duodenum, kandung empedu,
lambung intestinum. Pada potongan melintang intestinum terdiri
dari empat lapisan, yaitu: peritoneum, lapisan otot, submukosa
dan mukosa (Brotowidjoyo, 1994: 56).
Alat pencernaan makanan diawali oleh cavum oris dan di
akhiri oleh anus. Pada beberapa bagian dari trackus digestoria
mempunyai struktur dan ukuran yang berbeda. Mangsa yang berupa
hewan kecil yang ditangkap untuk dimakan akan dibasahi oleh air
liur. Katak tidak begitu banyak mempunyai kelenjar ludah. Dari
cavum oris makanan akan melalui pharynx, oesophagus yang
menghasilkan sekresi alkalis dan mendorong makanan masuk ke dalam
vetriculus yang berfungsi sebagai gudang pencernaan. Kontraksi
dinding otot ventriculus meremas makanan menjadi hancur dan
dicampur dengan sekresi ventriculus yang mengandung enzim, yang
merupakan katalisator. Enzim yang dihasilkan oleh ventriculus dan
intestinum terdiri atas pepsin, tripsin, erepsin untuk protein,
lipase untuk lemak. Di samping itu ventrikulus menghasilkan asam
klorida untuk mengasamkan bahan makanan. Gerakan yang menyebabkan
bahan makanan berjalan dalam saluran disebut gerak peristaltik.
Makanan masuk ke dalam intestinum dari ventriculus melalui klep
pyloris. Kelenjar pencernaan yang besar ialah hepar dan
pancreaticum yang memberikan sekresinya pada intestinum. Hepar
yang besar terdiri dari beberapa lobus dan bilus (zat empedu)
yang dihasilkan akan ditampung sementara dalam vesica felea, yang
kemudian akan dituangkan dalam intestinum melalui ductus Cystecus
dahulu kemudian melalui ductus cholydocus yang merupakan saluran
gabungan dengan dengan saluran yang dari pankreas. Fungsi bilus
untuk mengemulsikan zat lemak. Bahan yang merupakan sisa di dalam
intestinum mayor menjadi feses dan selanjutnya di keluarkan
melalui anus.
Amfibi darat juga memiliki kelenjar intermaksilari
pada dinding mulutnya. Ada beberapa amfibi yang lidahnya tidak
dapat bergerak, tetapi sebagian besar bangsa Amfibi mempunyai
lidah yang dapat dijulurkan ke luar serta katak dan kodok lidah
digulung ke lambung. Usus menunjukkan berbagai variasi. Pada
Caecillia menunjukkan ada gulungan kecil dan tidak dibedakan
antara usus kecil dan usus besar, pada katak dan kodok terdapat
usus yang relatif panjang, menggulung yang membuka kloaka.
Sistem saraf
Sistem saraf pada amfibi terdiri atas sistem saraf sentral
dan sistem saraf periforium. Sistem saraf sentral terdiri dari :
encephalon (otak) dan medulla spinalis. Enchephalon terdapat pada kotak
otak (cranium). Pada sebelah dorsal akan tampak dua lobus olfactorium
menuju saccus nasalis, dua haemisperium cerebri atau cerebrum kanan kiri
yang berbentuk ooid yang dihubungkan dengan comisure anterior,
sedangkan bagian anteriornya dergabung dengan dienchepalon medialis.
Dibagian belakang ini terdapat dua bulatan lobus opticus yang
ditumpuk otak tengah tengah (mesenchepalon) sebelah bawahnya
merupakan cerebreum (otak kecil). Dibelakang terdapat bagian
terbuka sebelah atas yakni medulla oblongata yang berhubungan dengan
medulla spinalis dan berakhir disebelah felium terminale (Jasin, 1984:
271).
Terdiri atas sistem nervorum central dan sistem nervorum
periforium. Dalam Sistem nervorum central terdiri dari
encephalon (otak) dan medulla spinalis (nervecord). Encephalon
terdapat dalam kotak otak (Cranium). Dari pandangan sebelah
dorsal akan tampak dua lobus olfactorius menuju saccus nasalis,
dua hemispherium cerebri atau cerebrum kanan kiri yang berbentuk
ovoid yang dihubungkan oleh comissura anterior sedang bagian
anteriornya bergabung dengan diencephalon medialis. Di bagian
belakang terdapat dua bulatan lobus opticus yang ditumpu otak
tengah (mesencephalon) sebelah bawah dan selanjutnya diikuti
oleh cerebellum (otak kecil) yang merupakan bagian kecil. Di
belakangnya terdapat bagian yang terbuka sebelah atas yaitu
medulla oblongata yang selanjutnya berhubungan dengan medulla
spinalis, berakhir di sebelah caudal dengan felium terminale.
Diencephalon mempunyai badan sebelah dorsal yang disebut epiphyse
atau glandulae pinealis. Di bawah diencephalon terdapat chiasma
opticua, yang selanjutnya diikuti oleh infudibulum yang tumbuh
keluar sebagai segitiga tumpul dengan hypophyse atau glandulae
pituitaria pada posteriornya. Di dalam otak terdapat rongga-
rongga yang disebut ventriculus. Cairan cerebrospinalis mengisi
ventriculus-ventriculus tersebut dan sekitar otak. Pertukaran zat
atau metabolism pada otak dilakukan oleh pembuluh-pembuluh darah
arteri dan venulae yang meliputi jaringan permukaan otak. Otak
dan medulla spinalis dibungkus oleh dua membran yang tebal yaitu
duramater yang berbatasan dengan tulang, dan membran halus yaitu
piamater yang berbatasan dengan jaringan saraf. System nervorum
perivorum terdiri atas nervi Cranialis dan nervi spinalis. Nervi
spinalis berpusat pada otak di berbagai lobus.
Sistem respirasi
Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh.
Sistem ini terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit),
serta lapisan rongga kulit. Alat-alat ini mempunyai permukaan
yang basah (lapisan epithelium yang banyak mengandung pembuluh
darah). Oksigen yang berasal dari udara larut dalam cairan
permukaan respirasi dengan jalan difusi masuk ke pembuluh darah.
Dalam proses ini hemoglobin memegang peranan dalam oksidasi yang
selanjutnya akan dibawa ke jaringan-jaringan tubuh yang
memerlukan. Sebagian besar karbondioksida diangkut oleh plasma
darah dari jaringan ke alat respirasi. Struktur paru-paru amphibi
masih sederhana. Paru-paru katak terdiri atas dua sakus yang
elastis yang berisi lipatan yang membentuk kamar-kamar kecil yang
disebut alviola, yang masing-masing diliputi oleh pembuluh-
pembuluh kapiler. Masing-masing sakus paru-paru dihubungkan
dengan saluran bronchi yang pendek, kemudian kedua bronchi
bersatu menuju larynx (kotak suara) dengan lubangnya yang disebut
glottis.
Pada kodok, oksigen berdifusi melalui kulit, dan paru-paru.
Kecuali pada fase berudu bernapas dengan insang karena hidupnya
di air. Selaput rongga mulut dapat berfungsi sebagai alat
pernapasan karena tipis dan banyak terdapat kapiler yang bermuara
di tempat itu. Pada saat terjadi gerakan rongga mulut dan faring,
Iubang hidung terbuka dan glotis tertutup sehingga udara berada di
rongga mulut dan berdifusi masuk melalui selaput rongga mulut
yang tipis. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut, katak
bernapas pula dengan kulit, ini dimungkinkan karna kulitnya
selalu dalam keadaan basah dan mengandung banyak kapiler sehingga
gas pernapasan mudah berdifusi (Godknecht, 2004).
Oksigen yang masuk lewat kulit akan melewati vena kulit
(vena kutanea) kemudian dibawa ke jantung untuk diedarkan ke
seluruh tubuh. Sebaliknya karbon dioksida dari jaringan akan di
bawa ke jantung, dari jantung dipompa ke kulit dan paru-paru
lewat arteri kulit pare-paru (arteri pulmo kutanea). Dengan
demikian pertukaran oksigen dan karbon dioksida dapat terjadi di
kulit. Selain bernapas dengan selaput rongga mulut dan kulit,
katak bernapas juga dengan paruparu walaupun paru-parunya belum
sebaik paru-paru mamalia. Katak mempunyai sepasang paru-paru yang
berbentuk gelembung tempat bermuaranya kapiler darah. Permukaan
paru-paru diperbesar oleh adanya bentuk- bentuk seperti kantung
sehingga gas pernapasan dapat berdifusi. Paru-paru dengan rongga
mulut dihubungkan oleh bronkus yang pendek. Dalam paru-paru
terjadi mekanisme inspirasi dan ekspirasi yang keduanya terjadi
saat mulut tertutup. Fase inspirasi adalah saat udara (kaya
oksigen) yang masuk lewat selaput rongga mulut dan kulit
berdifusi pada gelembung-gelembung di paru-paru.
Mekanisme inspirasi adalah dimulai dari otot Sternohioideus
berkonstraksi sehingga rongga mulut membesar, akibatnya oksigen
masuk melalui koane. Setelah itu koane menutup dan otot rahang
bawah dan otot geniohioideus berkontraksi sehingga rongga mulut
mengecil. Mengecilnya rongga mulut mendorong oksigen masuk ke
paru-paru lewat celah-celah. Dalam paru-paru terjadi pertukaran
gas, oksigen diikat oleh darah yang berada dalam kapiler dinding
paru-paru dan sebaliknya, karbon dioksida dilepaskan ke
lingkungan.
Mekanisme ekspirasi adalah sebagai berikut. Otot-otot perut
dan sternohioideus berkontraksi sehingga udara dalam paru-paru
tertekan keluar dan masuk ke dalam rongga mulut. Celah tekak
menutup dan sebaliknya koane membuka. Bersamaan dengan itu, otot
rahang bawah berkontraksi yang juga diikuti dengan
berkontraksinya geniohioideus sehingga rongga mulut mengecil.
Dengan mengecilnya rongga mulut maka udara yang kaya karbon
dioksida keluar.
System respirasi pada amphibi
Sistem Reproduksi
Reproduksi pada amphibi ada dua macam yaitu secara eksternal
pada anura pada umumnya dan internal pada Ordo Apoda. Proses
perkawinan secara eksternal dilakukan di dalam perairan yang
tenang dan dangkal.
Di musim kawin, pada anura ditemukan fenomena unik yang
disebut dengan amplexus, yaitu katak jantan yang berukuran lebih
kecil menempel di punggung betina dan mendekap erat tubuh betina
yang lebih besar. Perilaku tersebut bermaksud untuk menekan tubuh
betina agar mengeluarkan sel telurnya sehingga bisa dibuahi
jantannya.
Amplexus bisa terjadi antara satu betina dengan 2 sampai 4
pejantan di bagian dorsalnya dan sering terjadi persaingan antar
pejantan pada musim kawin. Siapa yang paling lama bertahan dengan
amplexusnya, dia yang mendapatkan betinanya.
Amphibi berkembang biak secara ovipar, yaitu dengan bertelur,
namun ada juga beberapa famili amphibi yang vivipar, yaitu
beberapa anggota ordo apoda. (Duellman and Trueb, 1986)
Reproduksi pada katak yaitu dengan cara fertilisasi
eksternal, katak jantan menjepit katak betina ketika perkawinan
(yaitu ketika telur dilepaskan dan sperma disemprotkan)
(Brotowijdoyo.1989: 201).
Organon Uropetricum
Ginjal amfibi, seperti pada ikan sejenis
opistonefros. Amfibi berekor ginjalnya berstruktur elongasi
seperti pada Elasmobranchii tetapi pada jenis Anura ada tendensi
menjadi pendek. Banyak amphibi yang sebagian atau seluruh
hidupnya berada dalam air, korpuskel renalis nya berkembang untuk
membantu mencegah pengenceran yang berlebihan dari cairan tubuh.
Pembuluh arkinefrik amfibi jantan berupa genital ekskretori.
Pembuluh arkinefrik tersebut hanya melakukan transport sperma.
Sistem ini masih disebut sebagai suatu sistem gabungan
karena masing-masing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai
muara bersama baik untuk sistem ekskresi maupun untuk sistem
reproduksi, dan kecuali untuk feses.
Sistem ekskresi sebagai sistem pembuangan zat-zat
yang tidak berguna pada amphibi dilakukan oleh kulit, paru-paru,
dan beberapa zat yang tidak berguna itu dilepaskan oleh hati
berupa empedu dan yang terpenting dilakukan oleh ren. Ren yang
berbentuk bulat panjang, berwarna coklat terpisah dari coelom di
bawah vertebrae. Pemisahan ini disebut “retroperitonial”. Ren
merupakan alat filter selektif untuk membuang sisa-sisa zat
organis dan garam-garam mineral dari pembuluh darah. Proses
filtrasi terjadi pada capsula renalis. Sebuah capsula renalis terdiri
atas:
1. Pembuluh darah kecil yang berlekuk-lekuk yang disebut
“glomerulus”
2. Dinding ganda yang berbentuk mangkokan yang disebut “capsula
bowman”
3. Tubulus uriniferus yang merupakan pembuluh lanjutan dari
capsula bowman dililiti oleh pembuluh darah arteri. Tubulus itu
akan menyalurkan isinya pada pembuluh pengumpul yang disebut
ductus Wolfian atau ureter, yang merupakan pembuluh sepanjang dorsal
menuju ke vesica urinaria sebagai penyimpan sementara. Akhirnya
urin sebagai bahan sampah dibuang ke kloaka dan selanjutnya
dikeluarkan dari tubuh.
Organon Genitale
Organon ini terdiri atas:
Organon genitalis masculinus yang berupa sepasang testis berbentu
oval berwarna keputih-putihan, terletak di sebelah anterior dari
ren; diikat oleh alat penggantungnya yang kita sebut mesorchium
yang terjadi dari lipatan peritoneum. Di sebelah cranial testis
melekatlah corpus adiposum, suatu zat lemak yang berwarna
kekuning-kuningan, sedang di sebelah median dataran testis
terdapat saluran-saluran halus yang disebut vasa efferentia yang
bermuara pada saluran kencing, kemudian menuju ke kloaka. Akhir
dari ureter mengalami pembesaran dan disebut vesicular seminalis,
sebagai tempat penampungan spermatozoa sementara.
Organon genitalis femimus yang terdiri atas sepasang ovarium
dilekatkan dengan bagian dorsal coelom oleh alat penggantung yang
disebut mesovarium, yang terjadi dari lipatan peritoneum. Pada
hewan yang telah dewasa kadang-kadang terdapat ova yang berwarna
hitam dan putih berbentuk bintik-bintik. Pada ovarium juga
terdapat corpus adiposum yang berwarna kekuning-kuningan. Pada
“breeding season” ova yang telah masak menembus dinding ovarium
untuk masuk ke dalam oviduct, yaitu suatu saluran yang berkelok-
kelok dengan ujung terbuka sehingga tidak berhubungan dengan
ovarium. Pada sebelah posterior saluran ini melebar dengan
dinding yang tipis, kadang-kadang ada yang menyebut sebagai
uterus. Selanjutnya ovum menuju ke kloaka pada suatu papilae.
Fertilisasi terjadi di luar tubuh, tapi walaupun demikian pada
“breeding season” katak jantan menempel di punggung katak betina
untuk memudahkan terjadinya fertilisasi.
Sistem reproduksi pada katak
Organ Indra
Perubahan yang terjadi pada lingkungan hewan
merupakan rangsangan bagi organon sensoris atau receptor tubuh.
Organon sensoris mempunyai hubungan dengan nervi sensori yang
membawa rangsangan ke pusat (lobos pada otak). Tiap-tiap
rangsangan akan merangsang organon sensoris tertentu. Organon
visus akan menerima rangsangan yang berupa gelombang sinar,
sedangkan reseptor kulit menerima rangsangan yang berupa
sentuhan. Pada lingua terdapat papil-papil yang berupa tonjolan
yang berisi reseptor perasa yang peka terhadap zat-zat kimia yang
larut dalam air. Saccus nasalis yang mengandung receptor yang
peka terhadap rangsangan yang berupa gas. Telinga yang berisi
organon auditorius dan alat kesetimbangan tubuh.
Lensa mata tetap dan tidak berubah kecembungannya
untuk jarak pandangan yang relative jauh. Kelopak mata kurang
bagus bagi yang di air tetapi berkembang bagus pada spesies yang
di darat. Kelopak bagian bawah biasanya lebih mudah bergerak
daripada bagian atas karena kornea amphibi darat menjadi kering
akibat evaporasi, sehingga perlu dibasahi dengan cairan yang
dihasilkan oleh kelenjar Harderian. Parietal dan pinael body
berfungsi sebagai fotoreseptor, sensitive terhadap gelombang
panjang dan intensitas cahaya, berperan dalam termoregulasi dan
orientasi arah. Untuk alat pendengaran, salamander dan
golongannya tidak mempunyai pendengaran tengah, sedangkan katak
dan kodok mempunyai pendengaran tengah dan gendang telinga.
Sistem Kelenjar Endokrin
Sistem endokrin mirip dengan vertebrata tingkat
tinggi. Pada dasar otak terdapat glandula pituitari atau glandula
hypophysa. Bagian anteriokelenjar ini pada larva menghasilkan
hormon pertumbuhan. Hormon ini mengontrol pertumbuhan tubuh
terutama panjang tulang. Bila seekor berudu diambil bagian
anterior glandula hypophysanya, berudu tersebut tak akan tumbuh
menjadi katak. Tapi bila potongan ini ditranspantasikan kembali,
maka pertumbuhan akan terjadi sebagaimana mestinya. Pemberian
hormon yang dihasilkan oleh bagian anterior glandula hypophysa
ini baik secara oral maupun suntik mengakibatkan pertumbuhan
raksasa. Kelenjar paratiroid ada (tidak ada pada ikan), sebagai
regulator kalsium dalam sistem endokrin.
Pada katak dewasa bagian anterior glandula pituitaria ini
menghasilkan hormon yang merangsang gonad untuk menghasilkan
sel kelamin. Jika dilakukan inplantasi kelenjar ini dengan sukses
pada seekor katak dewasa yang tak dalam keadaan berkembangbiak ,
maka mulai saat itu segera terjadi perubahan. Inplantasi pada
katak betina menyebabkan hewan ini menghasilkan ovum yang telah
masak. Inplantasi pada katak jantan mengakibatkan hewan ini
menghasilkan sperma.
Bagian tengah glandula pituitaria akan menghasilkan
hormon intermidine yang mempunyai peranan dalam pengatran
chromorophora dalam kulit.
Bagian posterior glandula pituitaria menghasilkan suatu
hormon yang mengatur pengambilan air.
Glandula thyroidea yang terdapat di belakang tulang
rawan hyoid menghasilkan hormon thyroid yang mengatur metabolisme
secara umum. Kelenjar ini menjadi besar pada berudu sebelum
metamorphose menjadi katak. Jika kelenjar ini di ambil maka
berudu tidak akan menjadi katak. Bila ekstrak ini disuntikan pada
berudu yang secara normal memerlukan waktu dua tahun (untuk katak
yang diam di daerah dingin ) untuk berubah menjadi dewasa maka
waktu metamorphose ini akan dipercepat. Kelenjar tiroid tidak
hanyamengatur aktivitas metabolisme tubuh tetapi dipercaya sangat
penting dalam mempengaruhi periode pengelupasan lapisan luar
kulit.
Kelenjar pancreas di samping menghasilkan enzim juga
menghasilkan hormon insuline yang mengatur metabolisme zat gula.
Hormon ini juga dihasilkan oleh sekelompok sel dalam pulau
Langerhans.
Pada permukaan sebelah luar dari ginjal terdapat
glandulae supra renalis atau glandulae adrenalis yang menghasilkan
hormon adrenalin atau aphinephrine yang bekerja berlawanan dengan
insuline (hormon adrenalin mengubah glycogen menjadi glucosa,
kecuali itu menyebabkan pigmen mengumpul sehingga kulit berwarna
lebih gelap. Kelenjar adrenal, korteks dan medula bergabung tidak
terpisah seperti pada ikan.
E. Habitat dan persebaran
Amphibi muncul pada pertengahan periode Jura, pra era
Paleozoik sebagai vertebrata yang tertua. Kebanyakan Amfibi
adalah hewan tropis, karena sifatnya yang poikiloterm atau
berdarah dingin. Amphibi memerlukan sinar matahari untuk
mendapatkan panas ke tubuhnya, karena tidak bisa memproduksi
panas sendiri.
Oleh karena itu banyak amphibi yang ditemukan di wilatah
tropis dan sub tropis, termasuk di seluruh indonesia.
Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup
di darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan
dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir
sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya.
Amphibi banyak ditemukan di areal sawah, daerah sekitar
sungai, rawa, kolam, bahkan di lingkungan perumahan pun bisa
ditemukan.
F. Relasi dengan Manusia
Adapun relasi manusia dengan katak adalah sebagai berikut:
a. Digunakan untuk pengobatan khususnya di negara Cina
b. Dijadikan bahan kosmetik
c. Dijadikan sebagai bahan penelitian ilmu pengetahuan
d. Digunakan sebagai umpan ikan
e. Salah satu kelas amphibi yaitu Bufo melanosticus sebagai alat
tes kehamilan
f. Digunakan sebagai bahan makanan
g. Dijadikan hewan peliharaan
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Dari pembahasan tersebut dapat disimpulkan bahwa, kedudukan
amphibia dalam sistem klasifikasi yaitu:
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Upafilum : Vertebrata
Superkelas : Tetrapoda
Kelas : Amphibia
Kata amphibi berasal dari bahasa Yunani yang terdiri dari
dua kata, yaitu “Amphi” (rangkap) dan “bios” (hidup). Atau dapat
diartikan sebagai hewan bertulang belakang (vertebrata) dengan
kelembaban kulit yang tinggi, tidak tertutupi oleh rambut yang
hidup di dua alam; yakni di air dan di daratan.
Anggota amphibia terdiri dari 4 ordo yaitu Urodela
(Salamander), Apoda (Caecilia), dan Anura ( katak dan kodok),
Proanura (telah punah).
Adapun morfologi kelas amphibi yaitu kepala dan badan lebar
bersatu, ada dua pasang kaki atau anggota, tak ada leher dan
ekor. Kaki katak terdiri atas sepasang kaki depan dan sepasang
kaki belakang. Kaki depan terdiri atas lengan atas (brancium),
lengan bawah (antebrancium), tangan (manus), dan jari-jari (digiti).
Pada kaki belakang terdiri atas paha (femur), betis (crus), kaki
(pes) dan jari-jari (digiti).
Anatomi kelas amphibi yaitu
Rangka katak tersusun atas endoskeleton yang disokong oleh
bagian-bagian yang lunak.Fungsi rangka adalah untuk melindungi
bagian-bagian tubuh yang vital, melekatnya otot daging berguna
untuk gerak dan berjalan.
Sistem otot pada amfibi masih metamerik seperti pada ikan,
tetapai tampak tanda-tanda perbedaan. Tubuh katak dan vertebrata
lainnya mengandung tiga macam otot daging, yaitu otot daging
berserat halus, otot daging jantung, dan otot daging berserat
melintang.
Jantung amfibi terdiri dari tiga ruang yaitu 2 atrium dan 1
ventrikel. Jantung mempunyai sekat interatrial, kantong
ventrikulur, dan pembagian konus arteriosus dalam pembuluh
sistemik dan pembuluh pulmonari.
Sistem lymphatic terdiri dari beberapa macam saccus yaitu :
Saccus submaxillaris, Saccus pectolaris, Saccus abdominalis,
Saccus lateralis, Saccus brachialis, Saccus femuralis, Saccus
inter-femuralis dan Saccus cruralis.
Sistem pencernaan terdiri atas beberapa alat pencernaan yaitu
cavum oris, pharynx, oesophagus, ventriculus, intestinum dan di
akhirin oleh anus.
Respirasi adalah suatu proses penyediaan oksigen bagi tubuh.
Sistem ini terdiri atas paru-paru (pulmo) dan cutan (kulit),
serta lapisan rongga kulit.
Sistem urogenital disebut sebagai suatu sistem gabungan karena
masing-masing sistem masih tergabung pada kloaka sebagai muara
bersama baik untuk sistem ekskresi maupun untuk sistem
reproduksi, dan kecuali untuk feses. Terdiri dari organon
uropetricum dan organon genitalis. Organon genitalis terdiri dari
organon genitalis masculinus dan organon genitalis feminus.
Sistem saraf terdiri atas sistem nervorum central dan sistem
nervorum periforium.
Sistem indra terdiri dari beberapa organ seperti lingua,
organon visus Saccus nasalis, telinga.
Sistem endokrin terdiri dari beberapa glandula yang
menghasilkan hormone tertentu yaitu glandula pituitari atau glandula
hypophysa, glandula thyroidea, kelenjar pancreas, glandulae supra
renalis atau glandulae adrenalis
Amphibi umumnya merupakan makhluk semi akuatik, yang hidup di
darat pada daerah yang terdapat air tawar yang tenang dan
dangkal. Tetapi ada juga amphibi yang hidup di pohon sejak lahir
sampai mati, dan ada juga yang hidup di air sepanjang hidupnya.
DAFTAR PUSTAKA
Djarubito Brotowidjoyo, Mukayat.1994. Zoologi Dasar. Jakarta:
Erlangga.
Campbell, Reece, Michele. 2003. Biologi Edisi Kelima-Jilid III. Jakarta:
Erlangga.
Tuti Kurniati, M.Pd, Bintarti Yusriana, M.Si, Sumiyati Sa’adah M.Si.
2011. Zoologi Vertebrata. Prodi Pendidikan Biologi, Fakultas Tarbiyah
dan Keguruan. UIN SGD Bandung.
http://202.153.132.136/hadiruntukmu/fahutanipb/BOBY
%20DARMAWAN_E34103018.pdf
http://zonabawah.blogspot.com/2011/07/sistem-rangka-dari-
kelasamfibiamphibia.html
http://ksh.biologi.ugm.ac.id/index.php?
option=com_content&view=section&layout=blog&id=3&Itemid=14
http://id.wikipedia.org/wiki/Amfibia
http://www.gudangmateri.com/2010/03/amphibi.html
http://biologionline.blogspot.com/2011/04/kelas-amphibia.html
http://blog.uad.ac.id/uminatifatulchusnah/2011/12/06/kelas-
amphibia/