APENGARUH APLIKASI KMnO4 DAN LARUTAN CaCl2 TERHADAP KUALITAS DAN UMUR SIMPAN PISANG (Musa...
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
8 -
download
0
Transcript of APENGARUH APLIKASI KMnO4 DAN LARUTAN CaCl2 TERHADAP KUALITAS DAN UMUR SIMPAN PISANG (Musa...
PENGARUH APLIKASI KMnO4 DAN LARUTAN CaCl2TERHADAP KUALITAS DAN UMUR SIMPAN PISANG
(Musa paradisiaca.L) VARIETAS RAJA
Usulan Penelitian
Diajukan oleh :Ahmad Ikhsanuddin
20120210115Program Studi Agroteknologi
KepadaFAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA
i
Usulan Penelitian
PENGARUH APLIKASI KMnO4 DAN LARUTAN CaCl2 TERHADAP KUALITASDAN UMUR SIMPAN PISANG(Musa paradisiaca.L) VARIETAS RAJA
Yang diajukan oleh
Ahmad Ikhsanuddin20120210115
Program Studi Agroteknologi
telah disetujui/disahkan oleh:
Pembimbing Utama
................................... Tanggal .........................
Pembimbing Pendamping
................................... Tanggal .........................
Mengetahui:Ketua Program Studi Agroteknologi
ii
I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pisang Raja merupakan salah satu buah tropikal yang banyak
sekali tumbuh di wilayah Asia Tenggara termasuk Indonesia dan
Malaysia. Buah yang satu ini cukup populer karena rasanya
yang tergolong sangat manis bila dibandingkan dengan buah
pisang lainnya. Tidak hanya rasa manisnya saja yang membuat
pisang raja digemari, kandungan Vitamin C dan Vitamin A yang
tinggi membuat buah ini menjadi primadona. Vitamin C dan
Vitamin A yang terkandung dalam buah ini merupakan anti
oksidan yang sangat baik untuk mengurangi dampak radikal
bebas dan mencegah kanker.
Buah Pisang raja yang telah matang biasanya langsung dikonsumsi
secara langsung, namun beberapa penikmat buah ini terkadang
juga mengolahnya menjadi pisang rebus atau pisang goreng.
Tidak jarang pula buah pisang yang masih belum matang
digunakan sebagai bahan pembuat keripik pisang, sale pisang.
Pisang (Musa sp) merupakan salah satu komoditas asli Asia
Tenggara dantermasuk jenis buah-buahan penting terutama di
kawasan Filipina, Malaysia dan Indonesia, baik ditinjau dari
luas lahan maupun produksinya. Simmonds (1966) menyatakan
bahwa pisang berasal dari kawasan Asia Tenggara yang
penyebarannya meluas hingga ke seluruh belahan dunia yang
meliputi daerah tropik dan sub-tropik karena itu buah pisang
1
merupakan salah satu jenis buah yang memiliki peranan penting
di dunia. Berdasarkan data Departemen Pertanian (2004),
produksi pisang Indonesia dari tahun 1997-2004 menempati
urutan pertama diantara produksi buah-buahan lainnya, meski
mengalami kenaikan yang tidak stabil, produksi tahun 2004
merupakan yang tertinggi dibandingkan tahuntahun sebelumnya
yakni sebesar 4,5 juta ton. Ekspor pisang Indonesia ke luar
negeri dari tahun 1998 mencapai 77,47 juta ton dengan nilai
US$14 juta. Namun pada kurun waktu tahun 2000 hingga 2003,
volume ekspor menurun drastic hingga mencapai angka 0,24 juta
ton dengan nilai sebesar US$ 510.000. Penurunan ini terkait
erat dengan terjadinya krisis moneter pada tahun 1998
sehingga menyebabkan para eksportir Indonesia kewalahan dan
gulung tikar
(Departemen Pertanian, 2004).
Berdasarkan hasil penelitian Nurhasanah (2006), daya simpan
pisang Raja yang berasal dari enam pasar hanya mencapai 5-8
hari setelah berada di tangan konsumen dan disimpan dalam
ruangan dengan suhu kamar (27 ºC).
Penanganan pasca panen pisang Raja yang dilakukan oleh
pedagang masih sangat sederhana. Berdasarkan hasil wawancara
yang dilakukan oleh Nurhasanah(2006), para pedagang pisang
mengalami kesulitan untuk penanganan dengan carayang lebih
baik karena kurangnya dana. Ditambahkan lagi, panjangnya
1
rantai pemasaran pisang Raja dari petani sampai konsumen di
beberapa pasar mengakibatkan semakin tingginya resiko
kerusakan pisang. Karena itu, metode pasca panen yang mudah,
murah, tepat guna dan efektif perlu diupayakan untuk
mengurangi kerugian karena kehilangan hasil dan mutu akan
tetap terjaga sampai ke tangan konsumen. Berbagai upaya
dilakukan untuk
1
2
menghambat proses pematangan dan mempertahankan kualitas
buah. Salah satunya adalah denganpemberian bahan-bahan kimia
secara eksogen. Penggunaan KMnO4 mampu menyerap gas etilen
yang keluar dari jaringan buah. Menurut Sholihati (2004),
secara umum perlakuan bahan penyerap etilen kalium
permanganate memberikan pengaruh terhadap penghambatan
pematangan dengan ditekannya produksi etilen dan dapat
dipertahankannya warna hijau, tekstur serta aroma pisang Raja
selama 15 hari pada suhu 28ºC dan 45 hari pada suhu 13º C.
Tetapi tidak bias mempengaruhi bobot, ph.
Berdasarkan penelitian Anggreayani (2005), KMnO4 k mampu
mempertahankan kondisi pisang Mas selama masa penyimpanan
dengan menekan perubahan susut bobot, pH dan kelunakan kulit
buah.
Penelitian Sari et al (2004) menyatakan bahwa perendaman buah
manga dalam larutan CaCl2 berkadar 4 dan 8% selama 60, 90 dan
120 menit dapat memperlambat pematangan 1-3,6 hari. Agar
aplikasi pada pasca panen buah lebih efektif, kalsium klorida
yang diberikan harus mengalami kontak langsung dengan buah
(Wills et al, 1981).
B. Rumusan Masalah
2
1. Adakah pengaruh aplikasi KMnO4 dan Larutan CaCl2 terhadap
kualitas dan umur simpan pisang (Musa paradisiaca) varietas
Raja.
C. Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk melihat efektifitas perlakuan
penyerap etilen KMnO4 dan Larutan CaCl2 terhadap kualitas dan
umur simpan pisang (Musa paradisiaca) varietas Raja.
II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Perubahan Selama Proses Pematangan
Siklus hidup buah secara garis besar dapat dibedakan
menjadi tiga tahapanfisiologi yaitu pertumbuhan (growth),
pematangan (ripening), dan pelayuan (senescence). Pertumbuhan
melibatkan pembelahan sel dan diteruskan dengan pembesaran
sel yang bertanggung jawab terhadap ukuran maksimal sel
tersebut. Pematangan adalah kejadian dramatik dalam
kehidupan buah karena mengubah organ tanaman dari matang
secara fisiologis menjadi dapat dimakan serta terkait
dengan tekstur, rasa dan aroma. Pematangan merupakan
istilah khusus untuk buah yang merupakan tahap awal dari
senesen. Senescence dapat diartikan sebagai periode menuju
ke arah penuaan (ageing) dan akhirnya mengakibatkan
kematian dari jaringan (Santoso dan Purwoko. 1995).
Wills et al (1989) menambahkan tahap pendewasaan (maturation)
pada tahapan fisiologi setelah proses inisiasi. Tahap
pendewasaan dimulai sebelum pertumbuhan berakhir dan
diakhiri oleh tahap pematangan yang ditandai dengan
perubahan fisik dan kimia buah, terkait erat dengan
kualitas buah. Tahap pertumbuhan dan pendewasaan sering
disebut fase perkembangan (Santoso dan Purwoko, 1995).
Peacock dan Blake (1970) dalam Turner (1997)
mendefinisikan maturity kedalam istilah fisiologis yakni
3
tahapan perkembangan biokimia dimana buah telah berada
pada dimulainya fase klimakterik.
Proses metabolisme pada buah dan sayuran masih tetap
berlangsung meskipun buah tersebut telah dipanen, proses
tersebut menandakan bahwa buah–buahan berusaha
mempertahankan sistem fisiologisnya sebagaimana saat
melekat pada pohon induknya (Santoso dan Purwoko, 1995).
Namun pisang yang ditujukan untuk skala komersial umumnya
dipanen pada saat kondisi masih hijau (mature green) dengan
tingkat ketuaan mencapai 70-90% dengan ciri-ciri
diantaranya jari buah sudah tidak bersiku lagi. Pemanenan
awal tersebut bertujuan agar pisang terhindar dari
kerusakan fisik, kimia dan penyakit pasca panen setelah
buah matang. Kegiatan metabolisme yang utama pada buah
adalah respirasi yaitu pemecahan bahan-bahan komplek dalam
sel seperti tepung,
3
4
gula dan asam aminomenjadi molekul sederhana seperti CO2
dan air serta energi dan molekul lainnya yang dapat
digunakan oleh sel untuk reaksi sintesis.
Menurut Mikasari (2004), proses respirasi pada buah
berguna sebagai petunjuk lama penyimpanan buah, semakin
rendah laju respirasi memberikan umur simpan yang semakin
panjang dan sebaliknya. Lebih lanjut, laju respirasi yang
tinggi mempercepat batas penyimpanan buah yang ditandai
oleh adanya kerusakan fisik pada buah seperti warna kulit
menguning disertai bintik hitam yang semakin meluas
dipermukaan kulit, aroma buah berubah menjadi asam dan
buah menjadi lunak. Reaksi metabolisme akan mengakibatkan
berubahnya sifat fisik dan kimia dari buah tersebut dan
secara tidak langsung akan mempengaruhi kualitas buah.
Sifat fisik yang berubah meliputi, warna ukuran, kekerasan
dan rasio daging/kulit buah, sedangkan sifat kimianya
yakni kandungan karbohidrat, gula, asam, rasa, aroma,
vitamin.
Pola respirasi buah dibedakan menjadi dua kelompok, yaitu
klimaketrik dan non klimakterik. Turner (1997) menyatakan
bahwa pisang merupakan buah dengan tipe respirasi
klimakterik dimana proses pematangan dikaitkan dengan
terjadinya peningkatan respirasi hingga mencapai puncaknya
setelah tiga atau empat hari dan kemudian mengalami
4
penurunan namun masih tetap tinggi. Santoso dan Purwoko
(1995) menjelaskan bahwa pola klimakterik mempunyai puncak
respirasi yang khas dimana terjadinya peningkatan produksi
CO2 dan penurunan O2.
Beberapa jam sebelum dimulainya repirasi klimakterik,
produksi etilenakan mengalami peningkatan dari 0,005 ml/kg
jam saat fase preklimakterik meningkat menjadi 3 ml/kg
jam. Peningkatan etilen mencapai puncaknya saat proses
respirasi meningkat dengan cepat (Turner, 1997). Santoso
dan Purwoko (1995) menyatakan bahwa respirasi dan produksi
etilen merupakan dua hal pokok yang terkait erat untuk
menjelaskan mekanisme pematangan (ripening).
Seiring dengan proses pematangan, warna kulit pisang akan
mengalami perubahan dari hijau gelap menjadi hijau terang
dan terakhir akan berwarna kuning. Hal tersebut terjadi
karena klorofil mengalami degradasi struktur disertai
menurunnya konsentrasi klorofil dari 50-100 mg/kg pada
kulit pisang hijaumenjadi nol pada stadia matang penuh
5
sehingga terbentuk pigmen kuning (Simmonds, 1966). Menurut
Turner (1997), perubahan warna menjadi petunjuk yang mudah
untuk melihat tingkat kematangan buah pisang.
Menurut Kader (1992), kehilangan air sebagai akibat dari
proses transpirasi dan respirasi buah akan menyebabkan
deteriorasi yang berpengaruh secara langsung pada
kehilangan kuantitatif (susut bobot) serta penurunan
kualitas buah dalam hal penampilan dan tekstur seperti
pelunakan buah dan hilangnya kerenyahan. Tingkat kekerasan
pisang Raja cenderung menurun selama penyimpanan yang
terjadi akibat proses perubahan protopektin yang banyak
terdapat pada buah mentah memiliki sifat tidak larut air
menjadi pektin yang dapat larut.
Menurut Mikasari (2004) perubahan kekerasan pisang Raja
mulai terjadi penurunan setiap lima hari penyimpanan
Kandungan karbohidrat dalam buah pisang mentah jauh lebih
tinggi dibandingkan pada saat buah matang, karena untuk
menghasilkan energi guna melanjutkan proses metabolisme
zat pati dihidrolisis menjadi gula (Mikasari,
2004). Menurut Simmonds (1966), kandungan gula pada daging
buah pisang mentah sangat sedikit, sekitar 1-2% dan
meningkat menjadi 15-29% saat buah matang. Kandungan gula
pada buah pisang lebih cepat meningkat dibandingkan pada
kulit pisang. Perbedaan ini berhubungan dengan perubahan
5
tekanan osmotic akibatnya terjadi perpindahan air dari
kulit buah menuju ke daging buah sehingga terjadi
peningkatan rasio daging/kulit buah.
B. Bahan-bahan Penghambat Pematangan
Ciri-ciri buah klimaterik menurut Kader (1992) adalah
tingginya tingkat repirasi buah dan produksi etilen
endogen yang cukup besar untuk pematangan buah. Kedua hal
tersebut merupakan faktor penyebab buah-buahan menjadi
mudah rusak dan daya simpan pendek. Menurut Santoso dan
Purwoko (1995)
Etilen (C2H4) adalah hormon tanaman yang aktif dan bekerja
sama dengan hormon-hormon tanaman lainnya dalam
mengendalikan proses pematangan buah. Umumnya, produksi
C2H4 akan meningkat seiring dengan pematangan saat panen,
terjadinya kerusakan fisik, terserang penyakit dan
terjadinya peningkatan suhu diatas 30ºC (Kader,
6
1992). Berbagai metode telah dikembangkan untuk
meminimalkan jumlah etilen di atmosfer sekitar komoditi
yang sensitif terhadap pengaruh etilen. Menurut Santoso
dan Purwoko (1995), pada sebagian besar kasus, kandungan
etilen yang tinggi di area sekitar penyimpanan dapat
dihindari dengan membuang sumber sumber etilen untuk
mencegah deteriorasi komoditi sayuran dan buah yang mudah
rusak dan peka etilen.
Pembuangan etilen dapat dilakukan dengan proses kimia.
Beberapa senyawa kimia yang dapat digunakan untuk membuang
etilen adalah KMnO4 dengan nama dagang Purafil yang
berfungsi untuk mengoksidasi etilen menjadi CO2 dan H2O
(Reid, 1992). Menurut Sholihati (2004), secara umum
perlakuan bahan penyerap etilen kalium permanganat
memberikan pengaruh terhadap penghambatan pematangan
dengan ditekannya produksi etilen dan dapat
dipertahankannya warna hijau, tekstur serta aroma pisang
Raja selama 15 hari pada suhu 28ºC dan 45 hari pada suhu
13ºC.
Kalsium memiliki kemampuan dalam menghambat laju
respirasi, menunda senesen pada beberapa organ tanaman dan
menghambat aktifitas enzim-enzim yang menyebabkan
kelunakan pada buah sehingga dapat menghambat pematangan.
Menurut Kerbel dan Njoroge (1993), kalsium (Ca) dapat
6
menghambat proses pematangan dan memperpanjang masa simpan
buah tomat dengan menghambat produksi etilen tanpa
mempengaruhi pH, padatan total terlarut maupun warna buah.
Penggunaan kalsium pada beberapa penelitian umumnya dalam
bentuk CaCl2 (kalsium klorida) dan CaO (kalsium oksida,
kapur sirih). Qiu et al (1995) melaporkan bahwa perlakuan
CaCl2 pada buah pepaya efektif menghambat peluanakan dan
perubahan warna buah dengan meningkatnya konsentrasi
kalsium dalam buah. Namun Meilawati (2005) melaporkan
bahwa aplikasi CaCl2 prapanen konsentrasi tinggi terhadap
kualitas buah tomat dapat mempengaruhi kandungan Ca pada
buah secara proporsional, tetapi tidak dapat menghambat
indeks perubahan warna kulit buah, kelunakan, kandungan
asam tertitrasi, laju respirasi selama penyimpanan dan
tidak dapat mempertahankan kekerasan buah tomat.
Penelitian dengan memanfaatkan CaO (kapur sirih) untuk
menghambat proses pematangan buah sampai sejauh ini belum
ditemukan. Masyarakat umumnya
7
memanfaatkan kapur sirih pada potongan buah dengan cara
merendamnya selama beberapa waktu sehingga permukaan
potongan buah tersebut menjadi keras.
C. Hipotesis
Perlakuan penyerap etilen KMnO4 larutan CaCl2 dapat
mempertahankan kualitas dan umur simpan pisang Raja.
III. TATA CARA PENELITIAN
A. Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan pada ………. hingga …… di laboratorium
Pasca Panen, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta.
B. Bahan dan Alat
Bahan
Bahan-bahan yang digunakan adalah pisang Raja
Bahan untuk menunda pematangan terdiri dari
KMnO4 dengan bahan aktif permanganat (Selma, C.A.USA), dan
CaCl2
Alat
Alat yang digunakan selama penelitian :
alat-alat titrasi, penetrometer untuk mengukur tingkat
kekerasan buah, saring untukmemperoleh ekstrak buah,
timbangan, mortar dan pisau.
C. Metode PenelitianRancangan percobaan yang digunakan adalah Rancangan Acak
Lengkap satu faktor. Perlakuan yang digunakan dalam
penelitian adalah
Perlakuan A = KMnO4 (kemasan plastic + KMnO4)
Perlakuan B = KMnO4 (kemasan plastic + CaCl2 4%)
Perlakuan C = KMnO4 (kemasan plastik + CaCl2 8%)
8
Setiap unit percobaan disimpan dalam suhu ruang (25-27º C).
Pengambilan sampel secara destruktif dilakukan setiap tiga
hari sekali yakni pada hari ke-3, 6, 9, 12 dan 15, masing-
masing 3 ulangan. setiap satuan percobaan menggunakan satu
sisir pisang. Uji organoleptik terhadap warna, rasa, aroma
dan tingkat kesukaan secara umum dilakukan pada hari ke-6, 9,
12 dan 15.
D. Cara Penelitian
Sebelum digunakan buah pisang di beri perlakuan. Untuk
mencegah agar buah tidak terserang cendawan atau
mikroorganisme lainnya. Setelah dipotong menjadi setengah
sisir
8
9
(6-7 jari), buah pisang direndam dalam larutan clorox 10%
(v/v) selama 120 detik dandikeringanginkan untuk selanjutnya
diberi perlakuan.
Pembuatan Penyerap Etilen
KMnO4
Bahan penyerap etilen dibuat dengan merendam Zeolit sebanyak
½ kg kedalam larutan KMnO4 jenuh (75gr/liter air) selama 30
menit setelah itu dikeringanginkan. Selanjutnya, 6,5 gram
KMnO4 (zeolit) diambil dan dikemas kedalam kain kassa.
Penggunaan KMnO4 (zeolit) dimasukkan kedalam plastik
transparan berisi ½ sisir pisang, namun diupayakan agar KMnO4
tidak menyentuh pisang karena itu harus digantung.
CaCl2
CaCl2sebanyak 1,5 gram dilarutkan kedalam 100 ml air. Untuk
merendam 1,5 sisir pisang dibutuhkan wadah baskom dengan
kapasitas 1,2 liter air, sehingga dibutuhkan 18 gram CaCl2.
Perendaman dilakukan selama 120 menit dan kemudian
dikeringanginkan .
E. Parameter1. Warna
Pengujian untuk mengetahu perubahan warna pada kulit buah
pisang ditentukan berdasarkan indeks skala warna kulit
buah pisang. Menurut Turner (1997, dikutip oleh Muyasaroh,
2007 ), tahapan kematangan pisang berdasarkan pada derajat
9
warna kulit buah yang nilainya antara 1 sampai dengan 8,
nilai tersebut adalah :
Indeks Skala Warna Warna Kulit Buah Pisang
1 Hijau
2 Hijau dengan sedikit kuning
3 Hijau kekuningan
4 Kuning lebih banyak dari hijau
5 Hijau pada bagian ujung
6 Kuning lebih banyak dari hijau
7 Kuning dengan bintik coklat
8 Kuning kecoklatan
11
2. Kekerasan Buah
Kekekerasan dihitung dengan penetrometer berdasar daya
tembus jarum terhadap buah sebelum dikupas dengan beban
maksimum 5 kg. Buah diletakkan sedimikian rupa sehingga
stabil kemudian jarum ditusukkan pada tiga tempat yaitu
ujung, tengah dan pangkal sebanyak dua kali ulangan pada
tiap pengukuran dan kemudian dirata-ratakan. Nilai
pengukuran dinyatakan dalam kg/detik.
3. Susut Bobot
Sampel pisang terlebih dahulu ditimbang sebelum diberi
perlakuan untuk memperoleh nilai bobot awal Rumus
perhitungan :
Susut Bobot = A – B x 100%
A
Keterangan :
A = Bobot awal simpan buah pisang (gram)
B = Bobot akhir buah pisang pada hari pengamatan ke-2, 4,
dan 6 (gram)
4. Organoleptik
Uji organoleptik merupakan suatu cara untuk mengukur,
menganalisis serta menginterpretasikan berdasarkan tingkat
kesukaan dari karakter suatu produk pangan yang dirasakan
oleh indra perasa, penciuman, penglihatan serta peraba.
Jumlah panelis yang digunakan sebanyak 10 orang dimana
11
bahan disajikan secara acak dengan memberikan kode.
Panelis diminta memberikan penilaian kriteria kesukaan
terhadap warna, tekstur dan aroma berdasarkan skala mutu
hedonik 1 sampai 7 yang dikonversi dalam bentuk angka.
Ujiorganoleptik dilakukan terhadap buah yang layak untuk
dikonsumsi dandilakukan pada hari ke-2, 4, dan 6 setelah
perlakuan.
5. Mengukur kandungan gizi
Buah Pisang Raja mengandung energi sebesar 120 kilokalori,
protein 1,2 gram, karbohidrat 31,8 gram, lemak 0,2 gram,
kalsium 10 miligram, fosfor 22 miligram, dan zat besi 1
miligram. Selain itu di dalam Buah Pisang Raja juga
terkandung vitamin A sebanyak 950 IU, vitamin B1 0,06
miligram dan vitamin C 10 miligram. Hasil tersebut
didapat dari melakukan penelitian terhadap 100 gram Buah
Pisang Raja, dengan jumlah yang dapat dimakan sebanyak 70
%
F. Analisa Data
11
Analisa data yang di gunakan dalam penelitian ini berdasarkan
adalah uji varian (ANOVA) menggunakan satu factor dan tiga
kali ulangan
G. Jadwal Penelitian
12
Daftar Pustaka
Anggreayani, H. 2005. Pengaruh Pengendalian Pematangan Sistem
Kemas erhadap Kondisi
Pisang (Musa paradisiaca L) Varietas Mas Pada Dua Suhu
Simpan. Skripsi.
Departemen Budidaya Pertanian. Institut Pertanian Bogor.
Bogor
Departemen Pertanian. 2004. Statistik Pertanian. Departemen
Pertanian. Jakarta
http://www.deptan.go.id
Espino,RRC., Jaaluddin SH., Silayoi B., dan Nasution RE.
1997. Musa L (kultivar yang
Dapat Dimakan). Didalam. (ed) Verheij,EWM., Coronel RE.
Plant Resources of
South East Asia No.2: Buah-buahan yang Dapat Dimakan. Prosea
Foundation:
Bogor. Hal 285-296.
Juniarti, D. 1999. Pengaruh Beberapa Perlakuan Pasca panen
dan Suhu Simpan Terhadap
12
Kualitas dan Daya Simpan Buah PIsang Cavendish
(Musaparadiasaca L). Skripsi. Jurusan Budidaya Pertanian,
FakultasPertanian IPB. Bogor
Kader, A.A. 1992. Postharvest Biology and Technolgy : An
Overview. P.15-20. dalam.
Kader, A.A. (Ed). Postharvest Technology for
Horticultural Crops. (Second
edition). Publ. 3311. University of California
BarkeleyKerbel E.L dan C.K.
Njoronge. 1993. Effect of Postharvest Calcium Treatment on
Soluble Solid, pH, Firmness
and Colour of Stored Tomato Friuts. J. Afr. Agric. 58(3): 111-
116
Nurhasanah. 2006. Survei Kondisi dan Daya Simpan Pisang (Musa
paradisiacaL)
Kultivar Raja Bulu di Pasar Induk Kramat Jati dan
Sekitar Bogor.Skripsi.
Departemen Agronomi dan Hortikultura. Fakultas
Pertanian,IPB.
12
Wills, R. B. H, W. B. Mc. Galsson, D. Graham, T.H. Lee and E.
G. Hall. 1989.
Postharvest an Introduction to the Physiology and
Handling of Fruitand
Vegetables. An AVI Book, Van Nostrand Reinhold, New
York. Bogor.
13
Lampiran
B2
A1 B3 A3
B1 C1
A2 C2 C3
Keterangan :
A1 = Kontrol KMnO4 (kemasan plastic + KMnO4)
ulangan 1
A2 = Kontrol KMnO4 (kemasan plastic + KMnO4)
ulangan 2
A3 = Kontrol KMnO4 (kemasan plastic + KMnO4)
ulangan 3
B1 = KMnO4 (kemasan plastic + CaCl2 4%)ulangan
1 B2 = KMnO4 (kemasan
plastic + CaCl2 4%) ulangan 2
B3 = KMnO4 (kemasan plastic + CaCl2 4%) ulangan