1 Proses Pembelajaran 7. Enzim Pada kegiatan belajar ini ...
Percobaan karbohidrat, lipid, asam amino, dan enzim
Transcript of Percobaan karbohidrat, lipid, asam amino, dan enzim
Bundelan Pratikum Biokimia
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 3
Rizki Agustina Asri F1C113016
Aan Sukri F1C113024
Kartika Eka Putri F1C113036
Maulana M. Yusuf F1C113052
Lena F1C113062
PROGRAM STUDI S-1 KIMIA
FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI
1
DAFTAR ISI
Table of ContentsDAFTAR ISI..................................................iiKarbohidrat..................................................1
I. Tujuan Percobaan........................................1II. Dasar Teori.............................................1
III.......................................Prosedur Percobaan4
IV. Hasil...................................................9V. Pembahasan.............................................10
VI. Kesimpulan.............................................14VII...........................................Daftar Pustaka
15LIPIDA......................................................16
I. Tujuan Percobaan.......................................16II. Dasar Teori............................................16
III.......................................Prosedur Percobaan21
IV. Hasil..................................................24V. Pembahasan.............................................25
VI. Kesimpulan.............................................28VII...........................................DAFTAR PUSTAKA
29PROTEIN DAN ASAM AMINO......................................30
I. TUJUAN PERCOBAAN.......................................30II. DASAR TEORI............................................30
iii
III...........................................Prosedur Kerja34
IV. HASIL..................................................37
V. PEMBAHASAN.............................................38VI. KESIMPULAN.............................................40
VII...........................................DAFTAR PUSTAKA41
ENZIM.......................................................42I. Tujuan Percobaan.......................................42
II. Dasar Teori............................................42III...........................................Prosedur Kerja
47IV. Hasil..................................................50
V. Pembahasan.............................................51VI. Kesimpulan.............................................54
VII...........................................DAFTAR PUSTAKA55
iv
Karbohidrat
Hari :
Tanggal :
I. Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Menguji adanya karbohidrat dari beberapa bahan
yang diuji
2. Menentukan jenis dari karbohidrat
3. Memeriksa adanya gugus keton pada gula (fruktosa)
dan aldose (glukosa)
4. Memeriksa larutan yang mengandung glukosa 1%,
maltose 1% dan fruktosa 1% pada uji benedict
II. Dasar Teori
Karbohidrat merupakan senyawa karbon yang
mengandung hidrogen dan oksigen yang secara empiric
mempunyai rumus Cx(H2O)y. Karbohidrat adalah
polihidroksi dari aldehid dan keton.
(Besari,
2000)
Salah satu perbedaan utama antara berbagai tipe-
tipe karbohidrat ialah ukurannya. Monosakarida adalah
satuan karbohidrat yang sederhana, mereka tidak dapat
1
dihidrolisis menjadi molekul karbohidrat yang lebih
kecil. Monosakarida dapapt diikat bersama-sama
membentuk molekul dimer, krimmer dan lain sebagainya
yang kemudian akan menjadi polimer. Sedangkan molekul
yang mengandung aldehid disebut aldose. Gukosa,
galaktosa, ribose dan deoksiribosa semuaya tergolong
sebagai aldose. Monosakarida dengan gugus keton
didalamnya disebut ketosa. Karbohidrat yang tersusun
dari dua atau delapan satuan monosakarida dirujuk
sebagai oligosakarida.
(Fessenden,
1990)
Karbohidrat dikelompokkan menjadi empat kelompok
penting yaitu monosakarida, disakarida, oligosakaarida
dan polisakarida. Monosakarida merupakan karbohidrat
yang tidak dapat terhidrolisis dan tidak kehilangan
sifat gulanya contohnya ribose dan glukosa.
Disakarida merupakan karbohidrat yang dapat
terhidrolisis menghasilkan 2 monosakarida yang
berbeda. Contohnya adalah sukrosa yang apabila
dihidrolisis akan menghasilkan glukosa dan fruktosa.
Polisakarida yang merupakan polimer monosakarida yang
memiliki bobot molekul yang tinggi, dan bila
terhidrolisis akan menghasilkan lebih dari sepuluh
2
monosakarida diantaranya amilum, glikogen dan
selulosa.
(Poedjiadi,
Anna: 1994)
Dalam tubuh manusia, karbohidrat dapat dibentuk
dari beberapa asam amino dan sebagian dari gliserol
lemak. Tapi sebagian besar dari karbohidrat diperoleh
dari bahan makanan yang dimakan sehari-hari, terutama
bahan yang berasal adri tumbuh-tumbuhan. Karbohidrat
juga mempunyai perana penting dalam menentukan
karakteristik bahan makanan misalnya rasa, warna,
tekstur dan lain sebagainya. Sedangkan dalam tubuh
karbohidrat berguna untuk mencegah timbulnya ketosis,
pemecahna protein yang berrlebihan, kehilangan mineral
dan berguna untuk membantu metabolism lemak dan
protein.
(Winarno, F.G,
1991)
Banyak tes yang digunakan untuk mengetahui
karakteristik karbohidrat. Uji Molish adalah pengujian
yang paling umum untuk semua karbohidrat. Hal ini
didasarkan pada kemampuan karbohidrat dalam mengalami
dehidrasi asam katalis untuk menghasilkan furfural
atau 5 hidroksi metil furfural. Uji seliwanof adalah
uji yang digunakan untuk membedakan ketosa (enam
3
karbon gula yang mengandung keton pada ujung sisinya)
dan aldose (enam karbon yang mengandung aldehid pada
ujungnya). Keton menghidrasi dengan cepat menghasilkan
5 hidroksi metil furfural, sedangkan untuk aldose
lebih lama. Sekali 5 hidroksi metil furfural
dihasilkan akan bereaksi dengan resosinol dan
menghasilkan warna merah. Uji benedict digunakan untuk
menentukan monosakarida dan disakarida yang mengandung
gugus aldehid yang dapat dioksidasi asam karboksil.
Gula akan mereduksi ion kupri pada larutan
benedict.uji benedict digunakan untuk memisahkan
antara monosakarida dan disakarida yang dapat
mereduksi ion kupri. Reagen barfoed bereaksi dengan
monosakarida untuk meghasilkan kupri oksida yang lebih
cepat dibandingkan dengan disakarida.
(Eaton,
1980)
Keberadaan karbohidrat dapat dilihat dengan uji
molish atau uji bahan gula bebas, alcohol, nafthol,
dan H2SO4. Pada uji benedict ion cupri (Cu2+) direduksi
menjadi Cu2O dalam larutan alkalin sitrat. Sitrat
menahan kestabilan Cu2+ selama reaksi dengan menjaga
dari penguraian menjadi hitam, larutan CuO. Dalam uji
bbarfoed Cu2+ tereduksi menjadi CuO pada larutan asam
lemah. Secara praktek dapat dilihat bahwa monosakarida
4
mengurangi lebih cepat pada asam lemah dibandingkan
disakarida. Uji seliwanof reaksi spesifik warna untuk
ketosa. Pada larutan HCl, ketosa mengalami menjadi
furural lebih cepat dibandingkan dengan aldose. Lebih
lanjut furfural akan bereaksi dengan resorsinol yang
menghasilkan warna dan resorsinol menyediakan bukti
bahwa aldose dan ketosa murni terdapat pada gula.
(Clark,
1964)
5
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan bahan
a. Alat
Tabung reaksi
Pipet tetes
Penangas air
Kertas Saring
b. Bahan
Iodida
Fruktosa
Maltose
Amilum
Gula
Madu
H2SO4
Reagen Molish
Pereaksi Seliwanof
Glukosa
Reagen Benedict
Aquades
6
3.2 Skema Kerja
a. Uji iod
Dimasukan 2 ml larutan
yang akan diuji kedalam
tabung reaksi
Ditambahkan pada masing-masing tabung
reaksi
Ditambah kedalam
masing tabung reaksi
7
Hasilpengamatan
2 tetesiod
2 tetesHCl
2 tetesNaOH
2 tetesair
Tabungreaksi 3
Tabungreaksi 2
Tabungreaksi 1
b. Uji Molish
Disiapkan
Dimasukan 2 ml larutan yang akan diuji kedalam
tabung reaksi
8
ReagenMolish
Sarijeruk
Saritebu
Sariubi
akuades
Aircucian
Tabungreaksi
Tabungreaksi
Tabungreaksi
Tabungreaksi
Tabungreaksi
Ditambah 1 tetes
kedalam masing tabung
reaksi
Digoyangkan
Ditambah kedalam
masing-masing tabung
reaksi
Digoyangkan perlahan
Diamati perubahan
warna
c. Uji Seliwanof
9
Tabungreaksi 2
Tabungreaksi 1
HasilPengamatan
H2SO4
Disiapkan
Ditambah 2 ml pada
tabung reaksi
Ditambahkan pada masing-masing tabung
reaksi
Dipanaskan pada
penangas air selama1
menit
Dicatat terbentuknya
warna gelap
Dibandingkan
kecepatannya
10
Hasilpengamatan
2 tetesfruktosa
2 tetesglukosa
PereaksiSeliwano
d. Uji Benedict
Dimasukan 2 ml pada tabung reaksi
Ditambahkan 8 tetes tabung reaksi
Dipanaskan 2-3 menit
e. Hidrolisis Selulosa
Dimasukkan kedalam gelas kimiaDibasahi dengan air
Ditambahkan perlahan-lahan
Diaduk
11
H2SO4
pekat
Potongankertas
Hasilpengamatan
2 tetesNaOH
Reagenbenedict
Dipanaskan
Ditambah secukupnya
Ditambah beberapa tetes reagen benedict
setelah 1 jam
IV. Hasil
a. Uji Iodida
NoSampel
yang Diuji
PerlakuanHCl + iod NaOH +
iod
Air + iod
1 Fruktosa
10%
Kuning Kuning Kuning
2 Maltose
10%
Kuning Kuning
muda
Kuning
3 Amilum 10% Biru
kehitaman
Bening Biru
kehitaman4 Larutan
Gula
Kuning Bening Bening
5 Larutan
Madu
Kuning Bening Kuning
12
Hasilpengamatan
Air
6 Aquades Kuning Bening Kuning
pucat
b. Uji Molish
NoSampel yang
diuji
PerlakuanReagen
molish
H2SO4
1 Sari jeruk Hijau tua Coklat2 Sari tebu Putih keruh Coklat3 Sari ubi kayu Putih keruh Ungu4 Air cucian
beras
Putih keruh Ungu muda
5 akuades Tidak ada Tidak ada
c. Uji Seliwanof
No Sampel yang
diuji
Perlakuan2 tetes Seliwanof
1 Fruktosa Tidak ada
perubahan2 gukosa Tidak ada
perubahan
d. Uji Benedict
NoSampel yang
diuji
PerlakuanReagen Benedict
1 Glukosa 1% Kecoklatan (+)
13
2 Maltose 1% Jingga (+)3 Fruktosa 1% Jingga (+)
e. Hirolisis Selulosa
No Perlakuan Uji
Benedict
Tetesa
n 1 Larutan kertas
saring
Warna Biru
(+)
Ke 10
V. Pembahasan
a. Uji iod
Uji iod dengan prinsip bahwa iod jika direaksikan
dengan pati (amilosa) akan dapat membentuk ikatan
kompleks yang berwarna biru. Reaksi pada uji iod
dengan menggunkan sampel yang diantaranya yaitu
fruktosa 10%, amilum 10%, maltose 10%, larutan gula,
larutan madu dan akuades. Dengan berbagai perlakuan
yang pertama diuji dengan HCl dan iod, yang kedua
dijuji dengan NaOH dan iod dan perlakuan yang
terakhir yaitu diuji dengan akuades dan iod.
Pada sampel yang pertama yaitu fruktosa 10% diuji
dengan HCl dan iod menghasilkan warna kuning, diuji
dengan NaOH dan iod akan menghasilkan warna kuning
dan untuk air dan iod juga akan menghasilkan warna
14
kuning. Selanjutnya untuk sampel yang kedua yaitu
maltose 10%, larutan gula dan larutan madu juga
memberikan warna yang sama yaitu kuning saat diuji
dengan HCl dan iod, NaOH dan iod, serta air dan iod.
Dari hasil uji ini bisa dilihat bahwa sampel
memberikan hasil yang negative.pada prinsipnya
seharusnya jika tergolong pati akan memberikan warna
biru pada larutan. Sedangkan jika itu golongan
glikogen dan pati terhidrolisis sebagian akan
menghasilkan kompleks yang berwarna merah- coklat.
Hasil yang berbeda yang didapat dari pengujian
iod pada amilum 10% memberikan hasil yang positif
pada uji karbohidrat dengan HCl + iod yang memberikan
warna biru. Hal yang sama juga ditunjukkan oleh air
dan iod yang juga menghasilkan warna biru. Hal ini
disebabkan pada pati terdapt unit-unit glukosa yang
membentuk rantai heliks karena adanya ikatan dengan
konfigurasi pada tiap unit glukosanya. Bentuk inilah
yang menyebabkan pati dapat membentuk kompleks dengan
molekul iodium yang dapat masuk kespiralnya sehingga
menyebabkan terbentuknya warna biru tua pada larutan
kompleks tersebut.
b. Uji Molish
Uji molish adalah uji yang digunakan untuk
membuktikan adanya karbohidrat. Berdasarkan
15
prinsipnya semua larutan karbohidrat jika direaksikan
dengan pereaksi molish akan membentuk kompleks cincin
yang berwarna ungu. Pada percobaan ini bahan yang
diuji adalah air cucian beras, sari jeruk, sari ubi
kayu, sari tebu dan akuades. Untuk bahan sari
jeruk,sari tebu, air cucian beras dan akuades
memberikan hasil yang negative terhadap uji molish
ini. Hal ini terjadi dan bisa disebabkan karena
kemungkinan tabung reaksi yang digunakan tidak dalam
kondisi yang steril atau bersih. Dan factor lainnya
adalah kemungkinan pipet tetes yang digunakan juga
terkontaminasi zat lainnya.
Sedangkan untuk sari ubi kayu memberikan hasil
yang positif yang ditandai dengan terbentuknya cincin
ungu setelah ditambahkn H2SO4. Dari hasil ini bisa
dilihat pada larutan uji menunjukan adanya
kabohidrat. Larutan uji ini setelah ditambah dengan
reagen molish, kemudian dialirkan dengan H2SO4 pekat
dengan cara diteteskan pada bgain pinggir tabung
reaksi. Hal ini dilakukan agar larutan H2SO4 tidak
bercampur secara lansung dengan larutan uji yang ada
di dalam tabung reaksi. Sehingga reaksi dapat terjadi
perlahan, dapat diamati dan juga berlansung dalam
waktu yang dapat diamati perubahan yang terjadi.
16
Sehingga pada akhir reaksi didapatkan hasil yaitu
adanya pembentukan cincin ungu pada batas antara
kedua lapisa tersebut dalam tabung reaksi.
Terbentuknya kompleks yang berwarna ungu ini
disebabkan karena pengaruh dehidrasi monosakarida
(furfural) dengan α naftol yang ada pada pereaksi
molish. Sedangkan H2SO4 disini berperan sebagai
katalis sehingga reaksi dapat berjalan lebih cepat.
c. Uji seliwanof
Uji seliwanof adalah pengujian yang dilakukan
pada golongan aldehid (aldose) dan keton (ketosa)
yang ada pada karbohidrat. Bahan yang diuji pada
percobaan ini adalah fruktosa dan glukosa. Sukrosa
adalah karbohidrat yang mengandung gugus aldehid pada
salah satu atom karbonnya. Sedangkan fruktosa adalah
karbohidrat yang mengandung gugus keton (ketosa).
Dari hasil percobaan ini didapatkan hasil yaitu untuk
fruktosa dan sukrosa memberikan hasil negative yaitu
tidak ada perubahan apa-apa pada larutan uji jika
dibandingkan dengan hasil yang didapat berdasarkan
literature.
Berdasarkan literature apabila tergolong
karbohidrat yang mengandung keton akan mengalami
dehidrasi untuk menghasilkan 4 hidroksi metil
furfural yang kemudian mengalami kondensasi dengan
17
resorsinol yang kemudian menghasilkan kompleks yang
berwarna merah orange atau uji yang spesifik dalam
mengidentifikasi gula ketosa. Menurut Herper et all
(1999) fruktosa dapat bereaksi dengan pereaksi
Seliwanof menghasilkan komplek yang berwarna merah
ceri. Dari hasilyang didapat tetap berwarna kuning.
Hal ini terjadi karena pereaksi seliwanof yang
digunakan sudah lama, selain itu factor kebesihan
alat dan bahan yang digunakan dalam percobaan ini
juga berpengaruh.
d. Uji Benedict
Uji benedict adalah uji yang digunakan untuk
membuktikan adanya gula pereduksi. Dengan prinsip
berdasarkan reaksi Cu2+, menjadi Cu+ yang mengendap
sebagai Cu2O yang berwarna merah bata (jingga). Untuk
menghindari pengendapan CuCO3 pada larutan natrium
karbonat (reagen benedict) maka ditambahkan asam
sitrat. Larutan tembaga yang dikatalis dapat
direduksi oleh karbohidrat yang mengandung gugus
aldehid atau keton bebas.
Sehingga sukrosa yang tidak mengandung aldehid
atau keton bebas tidak dapat mereduksi larutan
benedict. Dari hasil percobaan ini didapat hasil yang
positif untuk semua larutan uji yaitu untuk glukosa
1% memberikan warna kecoklatan, maltose 1% memberikan
18
warna jingga begitupun dengan fruktosa 1% yang juga
memberikan warna jingga. Adapun tujuan dari pemanasan
yang dilakukan untuk mempercepat reaksi antara logam
Cu dalam pereaksi benedict dengan sampel yang diuji.
e. Hidrolisis Selulosa
Hidrolisis selulosa ini dilakukan dengan
membasahi potongan kertas saring dengan air secara
perlahan-lahan. Kemudian ditambah dengan H2SO4
dipanaskan, didiamkan selama 1 jam kemudian ditetes
dengan pereaksi benedict. Dari hasil percobaan
didapat hasil yang positif yaitu dengan menghasilkan
warna biru saa ditambah 10 tetes pereaksi benedict.
Tujuan dari proses pemanasan disini adalah agar
sukrosa yang memiliki molekul yang kompleks, dapat
terurai menjadi molekul monosakarida yang sederhana
sehingga bisa diuji keberadaan karbohidrat berupa
monosakarida yang sederhana dengan pereaksi benedict.
Selain itu penambahan H2SO4 disini berperan sebagai
katalisator dalam reaksi ini sehingga reaksi dapat
berlansung lebih cepat.
19
VI. Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari percobaan ini adalah sebagai
berikut:
1. Karbohidrat dapat diidentifikasi berdasarkan sifat-
sifatnya dengan menggunakan uji kualitatif yang
meliputi uji iod, uji molish, uji benedict dan uji
seliwanof.
2. Suatu karbohidrat dapat dibuktikan dengan
terbentuknya cincin berwarna ungu pada amilum,
dekstin, sukrosa, maltose, fruktosa, galaktosa dan
arabinose.
3. Polisakarida dibutikan dengan terbentuknya kompleks
berwarna spesifik, amilum berwarna biru dan
dekstrin berwarna merah anggur sehingga menandakan
adanya polisakarid.
4. Gula reduksi pada suatu karbohidrat dapat
dibuktikan dengan terbentuknya endapan yang
berwarna merah bata. Pada maltose, galaktosa,
fruktosa, glukosa dan arabinose, hijau kekuningan
pada dekstrin dan jingga pada maltose.
20
VII. Daftar Pustaka
Beran J.A. 2000. Chemistry in the Labolatory 2 nd ed.
Newyork: John Willey and Sons, Inc.
Clark, John M. 1964.Experimental Biochemistry. San
Franisco: WH Freeman and Company
Eaton, David C. 1980. The World of Organic Chemistry .
Newyork: Mc Graw Hill Book Company
21
Fessenden, Ralp J.1990. Kimia Organik Edisi Ketiga.
Jakarta: Erlangga
Poedjiadi, Anna.1994. Dasar- Dasar Biokimia. Jakarta :
Universitas Indonesia Press
Winarno, F.G.1991. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta: PT
Gramedia Pustaka Utama
22
LIPIDA
Hari : Senin
Tanggal : 6 Oktober 2014
I. Tujuan Percobaan
a. Untuk melihat daya kelarutan lipida dan asam-asam
lemak dalam berbagai pelarut.
b. Untuk mengamati keadaan emulsi dari lemak dan zat
yang bertindak sebagai emulgator.
II. Dasar Teori
2.1 Definisi Lipid
Lipid mengacu pada golongan senywa hidrokarbon
alifatik non polar da hidrofobik. Karena non polar, lipid
tidak larut dalam pelarut polar seperti air, tetapi larut
dalam pelarut non polar seperti alkohol, eter ataupun
kloroform. Fungsi biologis lipid untuk menyimpan energi,
sebagai komponen struktural membran sel dan sebagai
senyawa pensinyalan molekul.
23
Lipid adalah senyawa organik yang dieroleh dari
proses dehidrogenasi endotermal rangkaian hidrokarbon.
Lipid bersifat amfifilik, artinya lipid mampu membentuk
struktur seperti vesikel, liposom, atau membran lain
dalam lingkungan basah. Lipid berasal dari dua jenis sub
satuan atau blok bangunan yang terdiri dari gugus
ketoasil dan gugus isoprena.
(Lehninger, A.L. 1997)
2.2 Struktur Kimia Lipid
Unsur penyusun lemak antara lain adalah karbon (C),
hidrogen (H), oksigen (O), kadang juga terdiri dari
fosforus (P) serta nitrogen (N). Molekul lemak terdiri
dari empat bagian, yaitu satu molekul gliserol dan tiga
molekul asam lemak. Asam lemak terdiri dari rantai
hidrokarbon (H) dan gugus karboksil (-COOH). Molekul
gliserol memiliki tiga gugus hidroksil (-OH) dan tiap
gugus hidroksil berinteraksi dengan gugus karboksil asam
lemak.
(Rusidiana, 2011)
24
2.3 Sifat Umum Lipida
Lipida mempunyai sifat umum sebagai berikut :
a. Tidak dapat larut dalam air.
b. Larut dalam pelarut organik seperti benzen, eter,
aseton, kloroform dan karbontetraklorida.
c. Mengandung unsur karbon, hidrogen, oksigen, kadang
juga mengandung nitrogen dan fosfor.
d. Bila dihidrolisis akan menghasilkan lemak.
e. Berperan pada metabolisme tumbuhan dan hewan.
(Budimarwanti, C.2006)
2.4 Pembagian Lipida
Berdasarkan ikatan kimianya, asam lemak dibedakan
menjadi 2, yaitu :
a. Asam Lemak Jenuh
Bersifat non esensial karena dapat disintesis oleh
tubuh dan pada umumnya berwujud padat pada suhu kamar.
Asam lemak jenuh berasal dari lemak hewani, misalnya
mentega. Asam lemak ini tidak memiliki ikatan rangkap.
b. Asam Lemak Tidak Jenuh
25
Bersifat esensial, karena tidak dapat disintesis
oleh tubuh dan ummnya berwujud cair pada suhu kamar. Asam
lemak tidak jenuh berasal dari lemak nabati, misalnya
minyak goreng.
Pembagian lipid berdasarkan hasil hidrolisis dan
persamaan strukturnya digolongkan sebagai berikut :
a. Lipid Sederhana
Kelompok ini dikenal sebagai homopolid yaitu ester
yang mengandung unsur karbon, hidrogen dan oksigen. Jika
dihidrolisis akan menghasilkan asam lemak dan etanol,
penggolongannnya meliputi :
1) Lemak, ester lemak dan gliserol.
2) Lilin, yaitu ester asam lemak dengan alkohol
monohidrat berberat molekul tinggi.
b. Lipid Majemuk/Kompleks
Kelompok ini berupa ester asam lemak dengan rantai
alkohol yang mengikat gugus lain seperti :
1) Fosfolipid, lipid yang mengandung residu asam
fosfat.
2) Glikolipid, lipid yang mengandung karbohidrat.
3) Lipoprotein, lipid yang mengandung protein.
26
c. Derivat Lipid
Kelompok ini mecakup zat yang berasal dari lipid
sederhana dan senyawa hidrolisis. Yang termasuk derivat
lipid adalah asam lemak, alkaloid, monogliserida dan
digliserida, steroid, terpen, karotenoid dan lain-lain.
(Stryer, L. 2000)
2.5 Fungsi Lipida
Banyaknya lemak yang dibutuhkan oleh tubuh manusia
berbeda-beda, tetapi umunya berkisar antara 0,5-1 g lemak
per 1 kg berat badan per hari. Didalam tubuh, lemak
mempunyai fungsi penting, diantaranya :
a. Sebagai pelindung tubuh dari suhu rendah.
b. Sebagai pelarut vitamin A, D, E dan K.
c. Sebagai pelindung alat tubuh vital (jantung dan
lambung), yaitu sebagai bantalan lemak.
d. Sebagai penghasil energi tertinggi
e. Penahan rasa lapar, karena adanya lemak akan
memperlambat pencernaan.
27
f. Sebagai salah satu bahan penyusun membran sel.
g. Sebagai salah satu bahan penyusun hormon dan
vitamin.
h. Sebagai salah satu bahan penyusun empedu, asam
kholat dan hormon-hormon dalam tubuh.
(Ngili, Yohanis. 2009)
2.6 Proses Pencernaan Lipida
Pencernaan lemak terjadi di dalam usus dengan
bantuan enzim lipase. Lemak keluar dari lambung masuk ke
dalam usus sehingga merangsang hormon kolesistokinin.
Hormon ini menyebabkan kantung empedu berkontraksi dan
mengeluarkan cairan empedu ke dalam duodenum. Empedu
mengandung garam empedu yang dapat mengemulsikan lemak.
Emulsi lemak merupakan pemecahan lemak yang berukuran
besar menjadi butiran lemak yang lebih kecil. Lemak yang
lebih kecil (trigliserida) yang teremulsi memudahkan
hidrolisis oleh lipase yang dihasilkan pankreas. Lipase
pangkreas akan menghidrolisis lemak teremulsi menjadi
campuran asam lemak dan monogliserida. Penyelesaian
cairan pangkreas dirancang oleh hormon sekretin yang
berperan untuk meningkatkan jumlah elektrolit dari cairan
pangkreas serta pankreoenzim yang berperan untuk
28
III. Prosedur Percobaan
3.1 Alat dan Bahan
a. Alat :
Tabung reaksi
Kertas saring
Pipet tetes
Gelas ukur
Rak tabung reaksi
b. Bahan :
Asam-asam lemak (butirat, stearat dan asam
oleat)
Lemak dan minyak (butter, margarin, olive)
Fosfolipida
Kolesterol
Pelarut (aseton, alkohol dan eter)
Minyak parafin
Minyak kelapa
HCl encer
Soda
30
3.2 Skema Kerja
a) Daya Kelarutan Lipida
→ dimasukkan dalam tabung reaksi→ (+) 1 atau 2 tetes minyak kelapa→ dikocok
→ dicampurkan pada air dan pelarut→ dicatat perbedaan gugus utam lipida→ (+) 1 tetes larutan lipida pada kertas saring
→ dibiarkan kering→ diamati pembentukan noda lemak jernih
→ dimasukkan dalam tabung reaksi
32
3 mL alkohol daneter, 3 tetes
HASIL
Larutan lipida danasam lemak
HASIL
Larutan lipida danasam lemak
→ (+) 1 mL air→ (+) sampel lipida→ dilarutkan dalam 10 mL aseton, etanol dan eter
b) Emulsi dari Lemak
→ dimasukkan dalam 4 tabung reaksi→ (+) 1 tetes minyak parafin + 1 tetes HClencer pada
tabung reaksi 1
→ (+) 1 tetes minyak kelapa + 1 tetes HCl encer pada
tabung reaksi 2
→ (+) 1 tetes minyak parafin + 1 tetes soda pada tabung
reaksi 3
→ (+) 1 tetes minyak kelapa + 1 tetes sodapada tabung
reaksi 4
33
HASIL
5 mLair
IV. Hasil
4.1 Daya Kelarutan Lipida
c. Pembentukan Noda Lemak Jernih
Aseton Alkohol Eter AirButirat Tidak
ada noda
Tidak
ada noda
Tidak
ada noda
Tidak
ada nodaStearat Tidak
ada noda
Ada noda Tidak
ada noda
Tidak
ada nodaAsam
Oleat
Tidak
ada noda
Ada noda Ada noda Ada noda
Margarin Tidak
ada noda
Tidak
ada noda
Ada noda Tidak
ada nodaOlive Ada noda Ada noda Ada noda Ada noda
d. Kelarutan Lipida
Perlakuan Hasil Pengamatan0,5 mL air + margarin
+ 5 mL aseton
Margarin
terapung/terangkat ke
bagian atas larutan
(tidak terlarut)0,5 mL air + margarin
+ 5 mL alkohol
Margarin mengendap di
bagian bawah larutan
35
(tidak terlarut)0,5 mL air + margarin
+ 5 mL eter
Margarin, eter dan air
terlarut menjadi satu,
larutan berwarna kuning
pekat.
4.2 Emulsi dari Lemak
Perlakuan Hasil Pengamatan5 mL air + 1 tetes
minyak parafin + 1
tetes HCl encer
Emulsi yang terjadi
membentuk larutan
jernih5 mL air + 1 tetes
minyak kelapa + 1
tetes HCl encer
Emulsi yang terjadi
membentuk larutan
keruh5 mL air + 1 tetes
minyak parafin + 1
tetes soda
Emulsi yang terjadi
membentuk larutan
jernih5 mL air + 1 tetes
minyak kelapa + 1
tetes soda
Emulsi yang terjadi
membentuk larutan
keruh
V. Pembahasan
5.1 Daya Kelarutan Lipida
36
Lipid merupakan golongan senyawa hidrokarbon
alifatik non polar dari hidrofobik karena bersifat non
polar, lipid ridak dapat larut dalam pelarut polar
seperti air, namun dapat larut dalam pelarut non polar
seperti alkohol, eter, kloroform dan benzena.
a. Pembentukan Noda Lemak jernih
Pada uji pembentukan noda lemak jernih, larutan
lipida yang digunakan adalah margarin dan olive oil,
untuk asam-asam lemak yang digunakan adalah (butirat,
stearat dan asam oleat), sedangkan untuk pelarutnya
adalah aseton, alkohol, eter dan air.
Pada pelarut aseton, larutan lipida dan asam-asam
lemak, yang membentuk noda lemak jernih pada kertas
saring hanyalah pada larutan olive oil. Pada pelarut
alkohol, yang membentuk noda lemak jernih adalah stearat,
asam oleat dan olive oil. Pada pelarut eter, yang
membentuk noda lemak jernih adalah asam oleat, margarin
dan olive oil. Pada pelarut air, ternyata pada beberapa
larutan lemak juga menimbulkan noda lemak jernih yaitu
pada larutan asam oleat dan olive oil.
Jika kita lihat hasil pengamatan diatas, hasilnya
cenderung tidak stabil. Pada pelarut aseton, alkohol dan
eter seharusnya larutan lipida dan asam-asam lemak dapat
membentuk noda lemak jernih. Namun pada praktikum yang
37
dilakukan, hanya sedikit yang menimbulkan noda lemak
jernih pada kertas saring. Sedangkan pada pelarut air
yang seharusnya tidak menimbulkan noda lemak jernih pada
larutan lipida dan asam lemak. Namun ternyata pada asam
oleat dan olive oil tetap terdapat noda lemak jernih pada
kertas saring.
Perbedaan hasil praktikum dengan literatur ini
mungkin disebabkan pada saat praktikum, jumlah zat yang
digunakan sangat sedikit sekali yaitu hanya 1 tetes,
sehingga hasil yang didapar kurang akurat. Hal ini juga
bisa saja disebabkan oleh alat-alat praktikum yang
digunakan praktikan kurang setril sehingga menimbulkan
hasil yang berbeda dari pada yang seharusnya.
b. Kelarutan Lipida
Pada uji kelarutan lipida ini, lemak yang digunakan
adalah margarin yang dicampurkan dengan air dan pelarut
aseton, alkohol dan eter. Pada tabung I yang berisi
campuran 0,5 mL air, margarin dan 5 mL aseton, setelah
dihomogenkan margarin terapung atau terangkat ke bagian
atas larutan, hal ini menandakan bahwa lipida tidak dapat
terlarut, dengan warna larutan menjadi keruh. Pada tabung
II yang berisi campuran 0,5 mL air, margarin dan 5 mL
alkohol, setelah dihomogenkan margarin mengendap di
bagian bawah larutan dengan warna larutan bening.
38
Sedangkan pada tabung ke III yang berisi campuran 0,5 mL
air, margarin dan 5 mL eter, larutan homogen sepenuhnya
dengan warna larutan kuning pekat.
Ketidak larutan asam-asam lemak pada pelarut aseton
dan alkohol mungkin dikarenakan adanya campuran air yang
terkandung dalam larutan tersebut, sehingga menghambat
asam-asam lemak tersebut untuk dapat melarut dalam
pelarut aseton dan alkohol.
5.2 Emulsi dari Lemak
Emulsi adalah dispersi atau suspensi menstabilkan
suatu cairan lain yang keduanya tidak saling melarutkan.
Agar terbentuk emulsi yang stabil diperlukan suatu zat
pengemulsi yang disebut emulgator yang berfungsi
menurunkan tegangan permukaan antara kedua fase cairan.
Cara kerjanya disebabkan oleh bentuk molekulnya yang
dapar terikat baik pada minyak maupun air. Emulgator akan
membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai akibat
menurunnya tegangan permukaan, sehingga mengurangi
kemungkinan bersatunya butir-butir minyak satu sama lain.
(Stryer, L. 2000)
Pada tabung I yang berisi campuran 5 mL air, 1 tetes
minyak parafin dan 1 tetes HCl encer, tidak terbentuk
39
emulsi dengan warna larutan bening. Pada tabung II yang
berisi campuran 5 mL air, 1 tetes minyak kelapa dan 1
tetes HCl encer, terjadi emulsi dengan warna larutan
keruh dan timbul gelembung-gelembung. Pada tabung III
yang berisi 5 mL air, 1 tetes minyak parafin dan 1 tetes
soda tidak terjadi emulsi dengan warna larutan bening.
Pada tabung IV yang berisi 5 mL air, 1 tetes minyak
kelapa dan 1 tetes soda terjadi emulsi dengan warna
larutan berubah menjadi keruh dan timbul gelembung-
gelembung.
40
VI. Kesimpulan
Dari praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Lipid merupakan golongan senyawa hidrokarbon
alifatik non polar dan hidrofobik, karena itu lipid
tidak dapat larut dalam pelarut polar seperti air,
tetapi dapat larut dalam pelarut non polar seperti
alkohol, eter ataupun kloroform.
2. Zat emulgator berfungsi menurunkan tegangan
permukaan antara dua fase cairan. Emulgator akan
membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai akibat
menurunnya tegangan permukaan.
41
VII. DAFTAR PUSTAKA
A. L. Lehninger., e. a. (1997). Principles of Biochemistry.
Jakarta: Penerbit Erlangga.
Budimarwanti, C. (2006). Analisis Lipida Sederhana dan
Lipida Kompleks. http://www.staff.UNY.ac.id. Diakses pada 4
Oktober 2014, pukul 10:25 .
Girindia, A. (1986). Biokimia I. Jakarta: Gramedia.
Ngili, Y. (2009). Biokimia : Struktur dan Fungsi Biomolekul.
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Rusdiana. (2011). Metabolisme Asam Lemak.
http://www.USU.digital_library.ac.id. Diakses pada 4 Oktober 2014,
Pukul 11:17.
Stryer, L. (2000). Biokimia Vol. 1 Edisi 1. Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
42
PROTEIN DAN ASAM AMINO
HARI : Senin
TANGGAL : 13 Oktober 2014
I. TUJUAN PERCOBAAN Untuk melihat daya larut berbagai asam amino dalam
pelarut-pelarut yang berbeda
Untuk mengidentifikasi asam amino
Untuk mengidentifikasi asam amino yang mengandung
gugus fenolik (tirosin).
II. DASAR TEORIAsam amino ialah asam karboksilat yang mempunyai
gugus amino. Asam amino yang terdapat sebagai komponen
protein mempunyai gugus –NH2 pada atom karbon dari
posisi gugus –COOH.
(Poedjiadi, 1994 ).
Pada umumnya asam amino larut dalam air dan tidak
larut dalam pelarut organik non polar seperti eter,
aseton, dan klorofil sifat asam amino ini berbeda dengan
asam karboksilat maupun dengan asam amina. Asam
karboksilat aliafatik maupun aromatik yang terdiri atas
44
beberapa atom karbon umumnya kurang larut dalam air
tetapi larut dalam pelarut organik. Demikian pula amina
pada umumnya tidak larut dalam air tetapi larut dalam
pelarut organik.
( Mhd Zakir,2011 : 112 )
Kata protein berasal dari protos atau proteos yang
pertama atau utama. Protein merupakan komponen penting
atau komponen utama sel hewan atau manusia. oleh karena
sel itu merupakan pembentuk tubuh kita, maka protein
yang terdapat dalam makanan berfungsi sebagai zat utama
dalam pembentukan dan pertumbuhan tubuh.
Protein adalah molekul penyusun tubuh kita yang
terbesar setelah air. Hal ini mengindikasikan pentingnya
protein dalam menopang seluruh proses kehidupan dalam
tubuh. Dalam kenyataannya, memang kode genetik yang
tesimpan dalam rantaian DNA digunakan untuk membuat
protein, kapan, dimana dan seberapa banyak. Protein
berfungsi sebagai penyimpan dan pengantar seperti
hemoglobin yang memberikan warna merah pada sel darah
merah kita, bertugas mengikat oksigen dan membawanya ke
bagian tubuh yang memerlukan.
Selain itu juga menjadi penyusun tubuh, "dari ujung
rambut sampai ujung kaki", misalnya keratin di rambut
yang banyak mengandung asam amino Cysteine sehingga
45
menyebabkan bau yang khas bila rambut terbakar karena
banyaknya kandungan atom sulfur di dalamnya, sampai
kepada protein-protein penyusun otot kita seperti actin,
myosin, titin, dsb. Kita dapat membaca teks ini juga
antara lain berkat protein yang bernama rhodopsin, yaitu
protein di dalam sel retina mata kita yang merubah photon
cahaya menjadi sinyal kimia untuk diteruskan ke otak.
Masih banyak lagi fungsi protein seperti hormon, antibodi
dalam sistem kekebalan tubuh, dll.
( Sherrington,1992 : 87 )
Protein mempunyai molekul besar dengan bobot molekul
bervariasi antara 5000 sampai jutaan. Dengan cara
hidrolisis oleh asam atau oleh enzim, protein akan
menghasilkan asam-asam amino. Ada 20 jenis asam amino
yang terdapat dalam molekul protein. asam-asam amino ini
terikat satu dengan lain oleh ikatan peptide. Protein
mudah dipengatuhi oleh suhu tinggi, PH dan pelarut
organik .
Protein bersifat amfoter, yaitu dapat bereaksi
dengan larutan asam maupun basa sebagian ada yang mudah
larut dan ada pula yang sukar larut. namun semua protein
tidak larut dalam pelarut lemak seperti eter dan
kloroform. apabila protein dipanaskan atau ditambah
etanol absolute, maka protein akan menggumpal
46
(terkoagulasi). Hal ini disebabkan etanol menarik mantel
air yang melingkupi molekul-molekul protein.
(Fassenden,1982 : 140 )
Pada umumnya, protein sangat peka terhadap pengaruh-
pengaruh fisik dan kimia, sehingga mudah mengalami
perubahan bentuk perubahan atau modifikasi pada struktur
molekul protein disebut denaturasi. Hal-hal yang dapat
menyebabkan terjadinya denaturasi adalah panas, PH,
tekanan, aliran listrik, dan adanya bahan kimia seperti
urea, alkohol atau sabun. Proses denaturasi kadang
berlangsung secara reversible, tetapi adapula yang
irreversible, tergantung pada penyebabnya. protein yang
mengalami denaturasi akan menurunkan aktivitas biologinya
dan berkurang kelarutannya, sehingga mudah mengendap.
( Montgomery,1993 : 96 )
Asam amino mempunyai beberapa sifat, antara lain:
1. Larut dalam air dan pelarut polar lain.
2. Tidak larut dalam pelarut nonpolar, seperti benzena dan dietil eter.
3. Mempunyai titik lebur lebih besar dibanding senyawa karboksilat dan amina.
4. Mempunyai momen dipol besar.
47
5. Bersifat elektrolit:
a. kurang basa dibanding amina
b. kurang asam dibanding karboksilat
6. Bersifat amfoter
Karena mempunyai gugus asam dan gugus basa. Jika
asam amino direaksikan dengan asam maka asam amino akan
menjadi suatu anion, dan sebaliknya jika direaksikan
dengan basa maka akan menjadi kation.
7. Dalam larutan dapat membentuk ion zwitter
Karena asam amino memiliki gugus karboksil (–COOH)
yang bersifat asam dan gugus amino (–NH2) yang bersifat
basa, maka asam amino dapat mengalami reaksi asam-basa
intramolekul membentuk suatu ion dipolar yang disebut
ion zwitter.
8. Mempunyai kurva titrasi yang khas.
9. Mempunyai pH isoelektrik, yaitu pH pada saat asam
amino tidak bermuatan. Di bawah titik isoelektriknya,
48
asam amino bermuatan positif dan sebaliknya di atasnya
bermuatan negatif.
( Elsa Julianty,2011 : 60 )
Asam amino diperlukan oleh makhluk hidup sabagai
penyusun protein atau sebagai kerangka-kerangka molekul
penting. Ia desebut esensial bagi suatu spesies organisme
apabila spesies tersebut memerlukannya tetapi tidak dapat
memproduksinya sendiri atau selalu kekurangan asam amino
yang bersangkutan. Untuk memenuhi kebutuhan ini, spesies
itu harus memasukkannya dari luar (lewat makanan).
Istilah “asam amino esensial” berlaku hanya bagi
organisme heretrof. Oleh karena kebebasan gugus amin
lebih besar dari pada karboksil, maka kedua gugus amin
dan karboksil di dalam asam amino akan saling bereaksi
menghasilkan ion zwitter.
( Damin Sumardjo,2006 : 79 )
III. Prosedur Kerja
3.1 Alat dan Bahan
a. Bahan
HCl 0,1 N , NaOH 0,1 N, Etanol, kloroform, air,
(masing-masing 1 mL)
49
Asam-asam amino ( Arginin, lisin, glutamin,
tyrosin )
Ninhirin ( 2 g/L ), Hg (10 g), HNO3 (20 ml),
pereaksi Millon.
b. Alat
Tabung reaksi
Gelas beker
Batang pengaduk
Pipet tetes
Gelas ukur
Erlenmeyer
Penangas air
Penjepit tabung
50
III.2 Cara Kerja
a. Kelarutan Asam Amino
→ dimasukkan masing-masing kedalam tabung
reaksi
→ dilarutkan 0,5 gr asam amino kedalam
masing-masing pelarut
tersebut
→ diaduk bila perlu→ dicatat hasilnya
b. Uji Ninhidrin
→ dimasukkan kedalam tabung reaksi dengan pH10
→ ditambahkan pereaksi Ninhidrin 10 tetes
→didihkan selama 2 menit dipenangas air
→ didiamkan sampai dingin
51
HCl 0,1 N , NaOH 0,1
N, Etanol, kloroform,
Hasil
Asam Amino (3ml)
→ diamati warna hasil reaksi,dicatat hasilnya
c. Uji Millon
→ dimasukkan kedalam tabung reaksi
→ ditambahkan 5 tetes reagen Millon
→ dipanaskan campuran jangan sampai terlalubanyak
→ diberi reagen
52
Hasil
Larutan Protein
Hasil
IV. HASIL
a. Kelarutan Asam Amino
HCl NaOH EtanolKlorofo
rmAir
Argini
n
Lisin
Glutam
in
Tyrosi
n
Tak
larut
Larut
Tak
larut
Larut
Tak
larut
Larut
Tak
larut
Larut
Tak
larut
Tak
larut
Tak
larut
Larut
Tak
larut
Tak
larut
Tak
larut
Tak
larut
Larut
Larut
Tak
larut
Larut
b. Uji Ninhidrin
Pereaksi Arginin Lisin Glutamin TyrosinNinhidri
nBening Kuning Biru Biru
c. Uji Millon
54
Pereaksi Arginin Lisin Glutamin TyrosinReagen
MillonBening bening bening
Merah
hati
V. PEMBAHASAN
a. Kelarutan Asam Amino
Asam amino adalah penyusun protein, yaitu asam
organik yang mengandung gugus amino ( -NH2 ) disamping
gugus karboksilat ( -COOH ). Asam amino yang terdapat
dialam selalu berupa asam amino alfa, artinya gugus -NH2
selalu terikat pada atom C-alfa, yaitu atom C didekat
gugus –COOH. Asam amino yang dikenal banyak sekali tetapi
hanya 20 jenis yang termasuk penyusun protein alami.
Menurut Trimartini (2008), asam amino mempunyai
gugus –R polar tidak bermuatan. Gugus –R asam amino lebih
larut dalam air atau lebih hidroponik, dibandingkan
dengan asam amino non polar. Karena golongan ini
mengandung gugus fungsional yang membentuk hidrogen
dengan air.
Dalam percobaan ini praktikan melakukan uji
kelarutan asam-asam amino yaitu Arginin, Lisin, Glutamin,
Tyrosin dengan pelarut Air, Kloroform, Etanol, HCl, dan
NaOH. Setelah dilakukan pengujian pada air dan kloroform
tidak ada asam amino yang larut.Menurut Wirahadikusuma
(1989), yang menyatakan bahwa semua protein tidak larut
dalam pelarut lemak. Jadi hal ini sesuai teori. Sedangkan
pada air semua aam amino dapat larut dalam air, karena
asam amino mengandung gugus –R yang lebih larut dalam air
55
atau hidroponik. Asam amino ini mengandung gugus
fungsional yang mengandung hidrogen dan air dan bersifat
polar. Selanjutnya pada pelarut HCl dan NaOH yang larut
hanya Lisin dan Tyrosin, Arginin dan Glutamin tidak
larut. Berdasarkan teori, asam amino bersifat asam karena
mengandung gugus karboksil dan juga bersifat basa karena
mengandung gugus amina. Dalam bentuk larutan, asam amino
bersifat amfatik yaitu cenderung menjadi asam pada
larutan basa dan menjadi basa pada larutan asam. Perilaku
ini terjadi karena asam amino mampu menjadi zwitter ion.
Kelarutan protein didalam suatu cairan sesungguhnya
sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain pH,
suhu, kekuatan ionik dan konstanta dielektrik pelarutnya.
Protein seperti asam amino bebas memiliki titik iso
elektrik adalah daerah dengan pH tertentu dimana protein
tidak mempunyai selisih muatan atau jumlah muatan positif
dan negatifnya sama, sehingga tidak bergerak ketika
diletakkan dalam medan listrik. Pada pH isolistrik, suatu
protein sangat mudah diendapkan karena pada saat itu
muatan listriknya nol.
b. Uji Ninhidrin
Menurut Shrerrington (1992), uji ninhidrin adalah
uji umum untuk protein dan asam amino menjadi suatu
aldhida. Ninhidrin dilakukan dengan menambahkan beberapa
56
tetes larutan ninhidrin yang tidak terlihat warnanya
kedalam sampel, kemudian dipanaskan beberapa menit.
Pemanasan dengan ninhidrin menfhasilkan warna biru-ungu
pada semua asam amino yang memiliki gugus L amino bebas,
Seangkan produk yang dihasilkan oleh prolin dan
hiroksiprolin berwarna kuning.
Dari hasil pengamatan diperoleh bahwa glutamin dan
tyrosin berubah warna warna menjadi biru, arginin bening,
sedangkan lisin berubah menjadi kuning. Perubahan warna
biru tersebut menunjukkan bahwa reaksi positif, berarti
arginin dan tyrosin adalah asam amino yang mengandung
gugus amino bebas. Sedangkan lisin berarti adalah asam
amino produk dari prolin dan hidroksiprolin. Namun, pada
arginin diteteskan pereaksi ninhidrin dan dipanaskan
akan berubah warna menjadi biru-ungu. Ketidaksesuaian ini
mungkin dikarenakan pemanasannya yang terlalu sebentar
atau kurang sterilnya alat-alat yang digunakan sehingga
larutan terkontaminasi oleh zat lain.
c. Uji Millon
Uji Millon umumnya digunakan untuk menunjukkan asam
amino tyrosin pada suatu zat uji. Prinsip dari uji Millon
adalah pembentukan garam merkuri yang ternitrasi dan
menujukkan reaksi positif yang ditandai dengan peubahan
warna merah.
57
Dari hasil pengamatan ternyata memang hanya tirosin
yang yang mengalami perubahan warna yairtu merah yang
menunjukkna reaksi positif. Sedangkan pada
arginin,lisin,dan glitamin tidak bereaksi larutan tetap
bening. Hal ini sesui dengan teori karena dari asam-asam
amino yang diuji memang hanya tyrosin yang mengandung
gugus fenolik.
VI. KESIMPULANDari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan
bahwa :
1. Semua protein tidak larut dalam pelarut lemak,tetapi
larut dalam air.Asam amino bersifat asam pada
larutan basa dan bersifat basa dalam larutan asam.
2. Uji ninhidrin adalah uji umum untuk protein. Uji
dikatakan positif jika larutan berubah warna menjadi
biru-ungu jika mengandung gugus L amino bebas,
sedangkan produk yang dihasilkan oleh prolin dan
hidroksiprolin akan berwarna kuning.
3. Uji millon adalah uji yang digunakan untuk meunjukkan
adanya asam amino dengan gugus fenolik yang ditandai
dengan perubahan warna merah ketika di uji dengan
pereaksi Millon. Tyrosin adalah asam amino yang
mengandung gugus fenolik.
58
VII. DAFTAR PUSTAKA
Dzakir, Mhd.2011.Dasar-Dasar biokimia.Jakarta : UI PRESS
Fassenden.1992.Kimia Organik II Edisi Ketiga. Jakarta :
Erlangga
Julianti,Elsa.2011.Asam Amino, Peptida, dan Protein.
Bandung : Bumi Aksara
59
Montgumery.1993. Biokimia Jilid I. Yogyakarta : Gadjah
Mada University
Martini, Tri.2008. Metabolisme Protein dan Asam Amino.
Jakarta : Erlangga
Sherrington,Danin. 2006. Protein dan Asam Amino.
Jakarta : ECG
Wirahadikusumah.1989. Biokimia Enzim dan Protein. Bandung
: ITB
60
ENZIM
Hari : Senin
Tanggal : 20 Oktober 2014
I. Tujuan Percobaan
Untuk mengetahui pengaruh enzim papain dalam krim
santan kelapa untuk menghasilkan minyak, dan juga untuk
mengetahui volume yang mutu dari minyak yang dihasilkan.
II. Dasar Teori
Enzim
Enzim merupakan bagaian dari protein yang
mengkatalisator reaksi-reaksi kimia. Enzim juga dapat
diartikan sebagai protein katalisator yang memiliki
spesifikasi terhadap reaksi yang dikatalisis dan molekul
yang menjadi substratnya.
Enzim banyak digunakan diberbagai bidang kegiatan
dan menempati posisi penting dalam bidang industri.
Aplikasi proses enzimatik pada industri pertama kali
61
berkembang sejak tahun 1960. Enzim menjadi primadona
industri saat ini dimasa yang akan datang karena melalui
penggunaanya, energi dapat dihemat dan ramah lingkungan.
Saat ini penggunaan enzim dalam industri makanan,
minuman, industri tekstil, industri kulit dan kertas di
Indonesia semakin meningkat. Pengunaan enzim dalam
industri pangan memberi banyak keuntungan sebagai bahan
tambahan alami. Sebelum dikenalnya teknologi modern,
penggunaan enzim dalam proses pengolahan pangan berawal
dari ketidak sengajaan karena enzim sudah ada secara
endogenus dalam bahan dan atau karena keterlibatan
mikroorganisme selma tahapan proses.
(henry, dkk: 2011 http//: digilib.unimed.ac.id)
Aktivitas Enzim
Faktor-faktor utama yang mempengaruhi aktvitas enzim
adalah :
1. Konsentrasi enzim
2. Substrat
3. Senyawa inhibitor dan aktivator
4. pH
5. Temperatur lingkungan
62
Temperatur
Temperatur mempengaruhi aktivitas enzim. Pada
temperatur rendah, reaksi enzimatis berlangsung lambat,
kenaikan temperatur akannmempercepat reaksi, hingga suhu
optimum tercapai dan reaksi enzimatis mencapai maksimum.
Kenaikan temperatur melewati temperatur optimum akan
meyebabkan enzim terdenaturasi dan menurunkan kecepatan
reaksi enzimatis.
(Wibowo, dkk : 2007 http//: journal.ui.ac.id)
Konsentrasi Enzim dan Substrat
Kecepatan suatu reaksi yang menggunakan enzi
tergantung pada konsentrsi enzim tersebut sebgai
katalisator. Kecepatan reaksi bertambah seiring dengan
bertambahnya konsentrasi enzim hingga batas tertentu.
Aktivitas enzim juga dipengaruhi pula oleh konsentrasi
substrat. Penambahan konsentrasi substrat akan menaikan
kecepatan reaksi.
(Stryer :2000)
Senyawa Inhibitor dan Aktivator
63
Aktivitas enzim diperbesar dengan adanya aktivator
yang mengaktifkan enzim. Aktivator dapat berupa logam
atau non-logam yang merupakan zat-zat non spesifik yang
menguatkan proses enzimatis. Inhibitor merupakan faktor
penghambat kerja enzim. Inhibitor kompetitif bersaing
dengan substrat dalam berikatan dengan enzim, sehingga
menghalangi substrat terikat pada sisi aktif
enzim.inhibitor non kompetitif berikatan pada sisi enzim
selain sisi tempat substrat berikatan, mengubah
konfirmasi molekul enzim, sehingga mengakibatkan
inaktifasi dapat balik sisi katalik.
pH
Aktivitas katalitik enzim didalam sel mungkin diatur
sebagian oleh perubahan pada pH medium lingkungan. pH
lingkungan juga berpengaruh terhadap kecepatan aktivitas
enzim dalam mengkatalisis suatu reaksi. Setiap enzim
memiliki pH optimum yang khas, yaitu pH yang menyebabkan
aktivitas maksimal. Pada Ph optimum struktur tiga dimensi
enzim paling kondusif untuk mengikat substrat. Bila
konsentrasi ion hidrogen berubah dari konsentrasi
optimal, aktivitas enzim secara progresif hilang sampai
akhirnya enzim menjadi tidak fungsional.
(Winarno :1989)
Klasifikasi Enzim
64
Dalam ilmu biologi, enzim-enzim dikelompokan kedalam
3 golongan yakni :
1. Golongan Enzim Karbohidrase
Golongan enzim ini terdiri atas beberapa jenis ensim
antara lain :
a. Enzim selulose yang berperan mengurai selulosa atau
polisakarida menjadi senyawa selabiosa atau
disakarida.
b. Enzim amylase yang berperan mengurai amilum datau
polisakarida menjadi senyawa maltosa, yakni senyawa
disakarida.
c. Enzim pektinase yang berfungsi mengurai petin
menjadi senyawa asa pektin.
d. Enzim maltosa yang berfungsi mengurai maltosa
menjadi senyawa glukosa.
e. Enzim sukrosa yang berperan mengubah sukrosa menjadi
senyawa glukosa dan fruktosa.
f. Enzim laktosa yang berperan mengubah senyawa laktosa
menjadi senyawa glukosa dan juga galaktosa.
2. Golongan Enzim Protase
Adapun macam-macam enzim yang kedalam golongan ini
antara lain :
65
a. Enzim pepsin berperan memecah senyawa protein
menjadi asam amino.
b. Enzim tripsin yang berperan mengurai pepton menjadi
senyawa asam amino.
c. Enzim eterokinase yang berperan mengurai pepton
menadi senhyawa asam amino.
d. Enzim peptidase, yang berperan dalam mengurai
senyawa peptida menjadi senyawa asam amino.
e. Enzim renin, yang berperan sebagai pengurai senyawa
kasein dan juga susu.
f. Enzim gelatinase, yang berperan dalam mengurai
senyawa gelatin.
3. Golongan Enzim Esterase
Macam-macam enzim yang masuk kedalam golongan yang
satu ini antara lain :
a. Enzim lipase yang berperan dalam mengurai senyawa
lemak menjadi gliserol dan asam lemak.
b. Enzim fostatase yang berperan dalam mengurai
suatu ester dan mendorong terjadinya pelepasan
asam fosfor.
(Wirahadikusumah :1981)
66
III. Prosedur Kerja
3.1 Alat dan Bahan
Alat
1) Pemarut Kelapa
2) Neraca Analitik
3) Beker Glass (1000 mL, 500 mL, 250 mL dan 100
mL)
4) Gelas Ukur (50 mL, dan 100 mL)
5) Selang Plastik
6) Erlenmeyer
7) Corong
8) Termometer
9) Botol Inkubasi
10) Pipet Tetes
11) Pipet Takar
12) Alat Sentrifugasi putaran 3000 rpm.
13) Water Bath
14) Kantong Plastik
15) Karet Gelang
III.2 Bahan :
1) Krim Santan Kelapa
2) Getah Buah Pepaya
3) Akuades
4) Alkohol (70% dan 90%)
67
5) Fenolptalein
6) NaOH (0,1 N) Standar
7) KOH (0,1 N) Standar
3.2 Cara Kerja
a) Penyediaan Santan Kelapa
→ ditambah 1L akuades→ diperas→ didiamkan selama 1 jam→ dipisahkan
b) Penyediaan Getah Buah Pepaya
→ditoreh→ ditampung getah yang keluar
68
1 Kg Kelapa Parut Segar
Hasil
Buah PepayaMuda
Hasil
c) Penambahan Getah Buah Pepaya Pada Krim Santan
→ ditambahkan 30 mL getah buah pepaya→ diinkubasi dalam inkubator pada suhu kamar→ dibersihkan meja dan peralatan dengan
alkohol 70%
d) Volume Minyak yang Dihasilkan
→dipisahkan dengan sentrifugasi selama 15
menit.
→ diukur volume minyak pada bagian atas tabungsentrifugasi dan dipisahkan.
e) Uji Organoleptik
69
100 mL Krim Santan Kelapa
Minyak Yang dihasilkan
Contoh Minyak
Hasil
Hasil
→ diisi warna, bau, dan rasa minyak dengan 3orang panelis
→ dibandingkan hasilnya dengan karakteristik
minyak menurut SII
70
Hasil
IV. Hasil
Perlakuan Hasil60 Ml Santan Kelapa +
18 mL Getah Pepaya
Volume = 22 mL
Warna = Bening
Kekuningan
Bau = Bau tengik yang
menyengat
Rasa = Pahit dan Kelat60 Ml Santan Kelapa Volume = 16,1 mL
Warna = bening
Bau = Bau tengik
Rasa = Tidak berasa
71
V. Pembahasan
Enzim adalah suatu biokatalisator, yaitu suatu bahan
yahg berfungsi mempercepat reaksi kimia dalam tubuh
makhluk hidup tetapi zat itu sendiri tidak ikut beraksi
karena pada akhir reaksi terbentuk kembali. Suatu reaksi
kimia yang berlangsung dengan bantuan enzim memerlukan
energi yang lebih rendah. Jadi enzim disebut juga
berfungsi menurunkan energi aktivasi.
(Stryer: 2000)
Energi aktivasi reaksi adalah energi aktivasi untuk
reaksi adalah energi minimum partikel yang bertumbukan
harus dimiliki untuk menjalani reaksi. Sejumlah besar
energi sering diperlukan untuk reaksi berlangsung, karena
kekuatan ikatan yang perlu untuk dipecah. Jumlah energi
aktivasi yang diperlukan untuk memulai reaksi sering
disebut hambatan energi (energi barrier). Energi ini
jarang disediakan oleh molekul yang sedang bertabrakan,
faktor lainnya sehingga diperlukan untuk membantu molekul
menghilangkan penghalang energi dan memfasilitasi reaksi
kimia. Panas, merupakan faktor fisik dan menambahakan
enzim yang tepat adalah faktor kimia, adalah dua contoh
faktor yang mengaktifkan molekul.
(Poedjadi: 2006)
72
Enzim papain adalah enzim protease yang terkandung
dalam getah pepaya, baik dalam buah, batang maupun
daunnya. Sebagai enzim yang berkemampuan sebagai
memecahkan molekul protein, dewasa ini papain menjadi
suatu produk yang sangat bermanfaat bagi kehidupan
manusia, baik dikehidupan rumah tangga maupun industri.
(Girindra: 1986)
Pembuatan minyak kelapa umumnya dilakukan dengan dua
cara yaitu cara kering dan cara basah. Cara kering yaitu
dengan cara mengepres kopra dan mutu minyak
yangdihasilkan ditentukan oleh mutu kopra dan proses
pemurniannya. Sedangkan cara basah, minyak didapatkan
dengan membuat santan yang lebih kental dengan cara
tradisional dan dengan teknik pengolahan tanpa pemanasan
(fermentasi, enzimatik). Ekstraksi minyak kelapa secara
basah (wet rendering) menggunakan enzim papain dari buah
pepaya muda dalam proses enzimatik adalah salah satu
alternatif jalan keluarnya, karena buah pepaya muda
didapatkan, efisien dalam penggunaanya dan murah
harganya.
(Intan dan Kristina: 2008 //Http : eprints. Undip.
Ac.id)
Pada percobaan enzim dibuat minyak kelapa dengan
penambahan enzim dan tanpa penambahan enzim. Santan yang
73
digunakan harus dipisahkan dari krimnya dan airnya karena
air tidak dapat melarutkan minyak. Krim santan yang
praktikan dapatkan adalah 120 mL dan digunakan 60 mL
untuk ditambahkan enzim papain dan 60 mL untuk
ditambahkan enzim papain dan 60 mL sebagai perbandingan
minyak tanpa penambahan enzim. Enzim yang digunakan
adalah enzim papain yang berasal dari pepaya muda.
Produksi minyak kelapa dengan bantuan getah pepaya
menghindari pemanasan berlebih. Karena, tanpa pemanasan
pun ikatan molekul air dan minyak akan rusak. Hasil yang
didapatkan adalah pada minyak kelapa yang dibuat dari
santan kelapa dam getah pepaya volume yang dihasilkan
adalah 22 mL, berwarna bening kekuningan, berbau tengik
dan menyengat dan rasanya pahit serta kelat. Sedangkan
minyak kelapa yang dibuat hanya dari santan menghasilkan
volume minyak yang lebih sedikit yaitu 16,1 mL, berwarna
bening, berbau tengik dan tidak berasa. Hasil yang
diperoleh ini tidak sesuai dengan literatur.
Berdasarkan literatur pembuatan minyak kelapa dengan
bantuan enzimn akan menghasilkan volume yang lebih banyak
serta kualitas minyak berdasarkan Standar Industri
Indonesia (SII) yaitu tidak berwarna, tidak berasa, dan
tidak berbau. Hasil yang didapatkan tidak sesuai dengan
teori karena peralatan yang digunakan tidak steril, getah
74
pepaya yang digunakan diambil langsung dari pohonnya
tanpa disterilkan terlebih dahulu, hal inilah yang memicu
pertumbuhan bakteri dan mengganggu proses pembentukan
minyak kelapa sehingga berbau tengik.
Selain itu ketika penghambatan getah pepaya,
praktikan mungkin tidak hati0hati sehingga kulit buah
pepaya ikut masuk kedalam getah pepaya yang digunakan
sehingga minyak yang dihasilka berwarna kekuningan dan
memiliki rasa pahit dan kelat seperti rasa pepaya muda.
75
VI. Kesimpulan Adapun kesimpulan dari percobaan ini :
Pengaruh enzim papain dalam krim santan kelapa
adalah enzim membuat krim santan tidak perlu mendapatkan
pemanasan yang berlebih karena dengan bantuan enzim,
molekul air dan minyak pada krim santan akan lebih mudah
dipisahkan, enzim papain dalam santan akan lebih mudah
dipisahkan, enzim papain dalam santan kelapa membuat
pembentukan minyak kelapa menghasilkan volume yang lebih
banyaj selain itu minyak yang dihasilkan akan sesuai
dengan Standar Industri Indonesia (SII) yaitu tidak
berwarna, tidak berbau dan tidak berasa.
76
VII. DAFTAR PUSTAKA
Stryer, L. 2000. Biokimia Vol. 2 Edisi 4. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Winarno, F.G. 1989. Kimia Pangan dan Gizi. Jakarta:
Gramedia
Wirahadikusumah, M. 1981. Biokimia: Proteine, Enzimia dan
Asam Nukleat Bandung: ITB
Girindra, A. 1986. Biokimia I. Jakarta: Gramedia
Poedjiadi, A. FM. T. Supriyanti. 2006. Dasar-Dasar
Biokimia. Jakarta: UI-Press
Wibowo, dkk. 2007. Pengaruh Temperatur Terhadap Aktivitas
Enzim Protease Dari Daun Sansakng.
Http//:journal.ui.ac.id// diakses pada tanggal 18
Oktober 2014
Henry, dkk. 2011. Kajian Biomedik Enzim Amilase dan
Pemanfaatannya Dalam Industri.
Http//:digilib.unimed.ac.id// diakses pada tanggal
18 Oktober 2014
77