PERCOBAAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (L8) NI KETUT RIZKITHA DEVI 1413100003 JURUSAN KIMIA FAKULTAS...
Transcript of PERCOBAAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (L8) NI KETUT RIZKITHA DEVI 1413100003 JURUSAN KIMIA FAKULTAS...
PERCOBAAN INDUKSI ELEKTROMAGNETIK (L8)
NI KETUT RIZKITHA DEVI
1413100003
JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
INSTITUT TEKNOLOGI SEPULUH NOPEMBER SURABAYA
HALAMAN JUDULABSTRAK
Telah dilakukan percobaan Induksi Elektromagnetik (L8)
dengan tujuan untuk membuktikan Hukum Induksi Faraday
melalui pengukuran ketergantungan tegangan induksi dari
kepadatan arus, luas induksi dan kecepatan induksi. Pada
percobaan ini dilakukan beberapa variasi yaitu variasi
jumlah pasangan magnet yaitu menggunakan 4, 5, 6 pasang
magnet, variasi terhadap garis tengah kumparan kopling yaitu
1 dan 2 dan variasi terhadap jari – jari kumparan yaitu
menggunakan 2 cm dan 2,8 cm. Variasi jumlah pasangan magnet
bertujuan untuk mengetahui pengaruh faktor kepadatan arus.
Variasi terhadap garis tengah kumparan kopling bertujuan
untuk mengetahui pengaruh luas induksi dan variasi terhadap
jari – jari kumparan bertujuan untuk mengetahui kecepatan
induksi. Prinsip dari percobaan ini adalah hukum Faraday,
Hukum Lenz, Gaya Lorentz dan sifat dari magnet. Dari hasil
data yang diperoleh terlihat bahwa tegangan berbanding lurus
i
dengan jumlah pasangan magnet, jari – jari kumparan dan
garis tengah kumparan kopling. Semakin besar jumlah pasangan
magnet maka semakin besar tegangannya, semakin besar jari –
jari kumparan maka semakin besar tegangan yang dihasilkan
dan semakin besar garis tengah kopling maka semakin besar
tegangannya.
Kata Kunci : Hukum Faraday, Hukum Lenz, Gaya Lorentz, Induksi Magnetik, Sifat dari Magnet
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL.........................................i
DAFTAR ISI...........................................ii
BAB 1 PENDAHULUAN.....................................1
1.1 Latar Belakang..................................1
1.2 Permasalahan....................................1
1.3 Tujuan..........................................1
BAB II DASAR TEORI....................................2
2.1 Induksi.........................................2
2.2 Gaya Lorentz dan Kaidah Tangan Kanan............3
2.3 Hukum Faraday...................................4
2.4 Sifat dari Magnet...............................6
BAB III METODOLOGI PERCOBAAN..........................8
3.1 Peralatan dan Bahan.............................8
3.2 Langkah Kerja...................................8
BAB IV ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN...................10
4.1 Analisa Data...................................10
4.2 Grafik.........................................16
4.3 Pembahasan.....................................18
BAB V KESIMPULAN.....................................21
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Listrik dan magnet merupakan bidang yang tidak
dapat dipisahkan. Dalam beberapa aspek, listrik dan
magnet memiliki beberapa persamaan dan juga perbedaan.
Dalam listrik, dikenal adanya muatan positif dan muatan
negatif dimana keduanya saling tarik menarik begitu
juga dengan magnet yang memiliki kutub positif dan juga
kutub negatif. Prinsip kerja inilah yang banyak
digunakan dalam beberapa alat dalam kehidupan sehari –
hari. Salah satu gejala yang ditimbulkan oleh magnet
adalah induksi elektromagnetik. Contoh alat yang
menggunakan prinsip elektromagnetik adalah travo dimana
fungsi travo adalah untuk menurunkan dan menaikkan
tegangan.
Sebuah magnet yang diletakkan dekat dengan sebuah
koil yang disambungkan dengan galvanometer dengan
keadaan diam maka pada galvanometer terbaca tidak
terdapat arus pada rangkaian tersebut. Akan tetapi
jika magnet yang diletakkan dekat sebuah koil tersebut
digerakkan mendekat dan menjauhi koil tersebut maka
pada galvanometer akan terbaca arus pada rangkaian.
Oleh sebab itu dilakukan percobaan Induksi
1
Elektromagnetik dengan menggunakan Hukum Induksi
Faraday.
1.2 Permasalahan
Permasalahan pada percobaan ini adalah bagaimana
membuktikan “Hukum Induksi Faraday” melalui pengukuran
ketergantungan tegangan induksi dari kepadatan arus,
luas induksi dan kecepatan induksi.
1.3 Tujuan
Tujuan dari percobaan ini adalah untuk membuktikan
“Hukum Induksi Faraday” melalui pengukuran ketergantungan
tegangan induksi dari kepadatan arus, luas induksi dan
kecepatan induksi.
2
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Induksi
Sebuah percobaan yang dilakukan Faraday – Henry
menemukan bahwa ketika batang magnet dimasukkan ke
dalam lilitan kawat, terjadi arus yang terukur oleh
Galvanometer, namun arus tersebut setelah beberapa saat
kemudian hilang. Hal yang sama terjadi ketika batang
magnet dikeluarkan dari lilitan. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa perubahan medan magnet yang konstan
menimbulkan listrik yang disebut dengan induksi
elektromagnetik atau induksi magnetik. Menurut Hukum
Biot – Savart, sebuah kawat berarus dapat menimbulkan
medan magnet disekitarnya sesuai dengan aturan tangan
kanan. Medan magnet adalah ruang disekitar magnet atau
ruang yang masih memungkinkan adanya interaksi magnet.
Medan magnet merupakan daerah disekitar magnet yang
terdapat gaya – gaya magnet. Medan magnet merupakan
besaran vektor disebut dengan vektor induksi magnet B.
Medan magnet dilukiskan dengan garis-garis yang arah
garis singgungnya pada setiap titik garis-garis induksi
magnet menunjukan arah vektor induksi magnet. Banyaknya
garis magnet dinamakan dengan fluks magnet ϕ sedangkan
banyaknya garis induksi magnet persatuan luas dinamakan
rapat fluks magnet (Dosen – Dosen Fisika,2012).
3
Penemuan Oersted mengenai hubungan listrik dan
magnet, yaitu bahwa suatu muatan listrik dapat
berinteraksi dengan magnet ketika muatan itu bergerak.
Penemuan ini membuktikan teori tentang “muatan” magnet,
yaitu bahwa magnet terdiri dari muatan listrik.
Selanjutnya dari hasil percobaan menggunakan kompas,
dapat diketahui bahwa medan magnet melingkar disekitar
kawat berarus dengan arah yang dapat kita tentukan
dengan aturan tangan kanan. Hal ini dapat dilakukan
seperti menggenggam kawat dengan tangan kanan sehingga
ibu jari menunjuk arah arus. Arah putaran genggaman
keempat jari menunjukkan arah medan magnet. Secara
matematis, kuat medan magnet disuatu titik disekitar
kawat berarus listrik dapat kita hitung dengan
persamaan :
B = k ia(2.1)
Dengan keterangan :
B = Induksi magnetik (T)
k = konstanta
i = kuat arus (A)
a = jarak (m)
(Zemansky, 2012)
4
2.2 Gaya Lorentz dan Kaidah Tangan KananGaya pada muatan dalam pengaruh medan magnet
adalah Gaya Lorentz. Medan magnet merupakan garis –
garis gaya yang keluar dari kutub utara menuju kutub
selatan. Gaya magnetik ini terjadi jika sebuah partikel
bermuatan q bergerak dengan kecepatan v dalam pengaruh
medan magnet B. Maka akibat pergerakan muatan ini akan
timbul gaya magnetik F yang besarnya:
|F|=q (vxB )(2.2)
|F|=qvBsinθ(2.3)
Arah dari gaya magnetik adalah sesuai kaidah tangan
kanan 2 adalah tegak lurus terhadap bidang yang
dibentuk vektor v dengan B. Dimana arah ibu jari
menunjukkan kecepatan muatan v dan arah keempat jari
yang lain menunjukkan arah medan magnet B sedangkan
telapak tangan terbuka menunjukkan arah gaya magnetik F
(Ishaq, 2007).
Gaya Lorentz pada penghantar juga bergantung pada
faktor kuat medan magnet, besar arus listrik dan
panjang penghantar , sehingga Hukum Lorentz juga dapat
dirumuskan menjadi :
|F|=BiL(2.4)
dengan :
5
|F|=¿Gaya Lorentz (N)
B = Medan magnet (Tesla)
i = arus listrik (A)
L = panjang penghantar (m)
Gambar 2. 1 Kaidah Tangan Kanan (Bueche,2006)
Arah gaya lorentz dapat ditentukan dengan aturan tangan
kanan. Jari-jari tangan kanan diatur sedemikian rupa,
sehingga Ibu jari tegak lurus terjadap telunjuk dan
tegak lurus juga terhadap jari tengah. Bila arah medan
magnet B diwakili oleh telunjuk dan arah arus listrik
i diwakili oleh ibu jari, maka arah Gaya Lorentz F di
tunjukkan oleh jari tengah (Bueche, 2006).
2.3 Hukum Faraday
Fluks magnetik merupakan jumlah garis medan magnet
yang lewat melalui luasan yang telah diketahui
sebelumnya. Fluks magnetik ϕm adalah perkalian medan
magnetik B dengan luasan A yang dibatasi dengan
6
rangkaian. Secara matematis, fluks magnetik dapat
dinyatakan sebagai:
ϕm=BA(2.5)
satuan fluks magnetik adalah Tesla/m2 atau biasa yang
disebut dengan Weber. Persamaan 2.1 merupakan fluks
magnetik yang disebabkan medan magnet tegak lurus
dengan permukaan luasan dan jika medan magnet tidak
tegak lurus terhadap permukaan luasan maka fluks
magnetik dinyatakan sebagai :
ϕm=BAcosθ(2.6)
dan apabila fluks magnetik melalui sebuah kumparan
dengan jumlah lilitan pada kumparan dinyatakan N,
maka secara matematis fluks magnetik dinyatakan
sebagai:
ϕm=NBAcosθ(2.7)
Suatu GGL akan sebanding dengan laju perubahan
fluks yang diinduksikan dalam rangkaiannya. GGL yang
diinduksi oleh fluks magnetik yang berubah dapat
dianggap terdistribusi di seluruh rangkaiannya. GGL
induksi dalam suatu simpal terjadi ketika fluks
magnetik yang melalui simpal tersebut berubah. Gaya per
muatan satuan merupakan medan listrik E, yang dalam hal
ini diinduksi oleh fluks yang berubah tadi.GGL dalam
7
rangkaian merupakan integral tertutup medan listrik di
sekeliling rangkaian tertutup sama dengan kerja yang
dilakukan per muatan satuan. Secara matematis,
dinyatakan sebagai :
ε=∮E.dl(2.8)
GGL induksi sama dengan integral tertutup medan listrik
di sekeliling rangkaian tertutup dan juga sama dengan
laju perubahan fluks magnetik yang diinduksikan dalam
rangkaian. Sehingga dapat dituliskan menjadi :
ε=∮E.dl=−dϕm
dt(2.9)
Persamaan 2.5 inilah merupakan Hukum Faraday. Dimana
Hukum Faraday menyatakan bahwa tegangan gerak elektrik
induksi dalam sebuah simpal tertutup sama dengan
negatif dari kecepatan perubahan fluks magnetik
terhadap waktu yang melalui simpal tersebut. Tanda
negatif dalam Hukum Faraday berkenaan dengan arah GGL
induksinya yang kemudian dinyatakan oleh dalam Hukum
Lenz (Tipler, 2008).
Hukum Lenz digunakan untuk menentukan arah suatu
arus induksi atau GGL induksi (tegangan gerak elektrik
induksi). Hukum ini dikemukakan oleh H.F.E Lenz (1804 –
1865) yang merupakan ilmuwan Jerman. Hukum Lenz
menyatakan bahwa arah sebarang efek induksi magnetik
8
adalah sedemikian rupa sehingga menentang penyebab efek
itu. Dalam hukum ini, penyebab efek adalah fluks yang
berubah – ubah dimana fluks tersebut melalui sebuah
rangkaian stasioner yang ditimbulkan oleh sebuah medan
magnetik yang berubah –ubah. Selain itu juga dapat
dikarenakan gerak konduktor yang membentuk rangkaian.
Dan penyebab efek dalam Hukum Lenz dapat berupa
penggabungan dari kedua alasan fluks berubah – ubah.
Pengubahan fluks dalam sebuah rangkaian stasioner
menyebabkan arus induksi menimbulkan medan magnetiknya
sendiri. Medan yang ditimbulkan ini berlawanan dengan
medan semula. Arus induksi menentang perubahan fluks
yang melalui rangkaian tersebut. Dan jika perubahan
fluks disebabkan karena gerak konduktor maka arah gaya
medan magnetik pada konduktor berlawanan dengan gerak
konduktor tersebut. Sehingga gerak konduktor yang
menyebabkan arus induksi akan ditentang(Young, 2002).
Gambar 2. 2 Magnet yang didekatkan kumparan (Halliday,1996)
Jika kutub U magnet batang di dekatkan kumparan
AB, maka akan terjadi pertambahan garis gaya magnet
arah BA yang dilingkupi kumparan. Sesuai dengan hukum
Lens, maka akan timbul garis gaya magnet baru arah AB
9
untuk menentang pertambahan garis gaya magnet
tersebut. Garis gaya magnet baru arah AB ditimbulkan
oleh arus induksi pada kumparan. Jika kutub U magnet
batang dijauhkan, maka akan terjadi kebalikannya
(Halliday,1996).
2.4 Sifat dari Magnet
Suatu magnet adalah suatu materi yang mempunyai
suatu medan magnet. Magnet selalu memiliki dua kutub
yaitu kutub utara U dan kutub selatan S. Gejala
kemagnetan dan kelistrikan berkaitan sangat erat. Sifat
kemagnetan tidak hanya ditimbulkan oleh bahan magnetik
tetapi juga arus listrik. Pada tahun 1819, Oesterd
menemukan bahwa disekitar arus listrik terdapat medan
magnet. Berdasarkan sifat magnet bahan dapat dibagi
menjadi 3 yaitu:
1. Ferromagnetik yaitu bahan yang sangat mudah
dipengaruhi medan magnetik karena mempunyai resultan
medan magnet yang besar, sehingga apabila bahan
diberi medan magnet dari luar maka elektron –
elektronnya akan mengusahakan dirinya untuk
menimbulkan medan magnet atomis tiap – tiap atom atau
molekul searah dengan medan magnet luar. Hal ini
dikarenakan momen magnetik spin elektron. Medan
magnet dari masing – masing atom dalam bahan
ferromagnetik sangat kuat. Contoh bahan ferromagnetik
10
adalah baja, cobalt, nikel. Walaupun demikian bahan
tadi dapat hilang sifat kemagnetannya apabila
mencapai suhu tertentu.
2. Paramagnetik yaitu bahan yang dapat dipengaruhi
oleh medan magnet luar, tetapi tidak semudah bahan
ferromagnetik. Bahan yang resultan medan magnet
atomisnya tidak nol namun resultan medan magnet dalam
bahan nol. Hal ini disebabkan karena gerakan atom
acak sehingga medan magnetnya saling meniadakan.
Sebagian besar magnet atomisnya, mengikuti arah medan
magnet, tetapi ada sebagian kecil yang justru melawan
arah medan magnet luar. Contoh bahan paramagnetik
yaitu antara lain mangan, platina, alumunium.
3. Diagmetik yaitu bahan yang sangat sulit
dipengaruhi oleh medan magnet luar. Bahkan apabila
diberi pengaruh medan magnet dari luar, resultan
medan atomisnya akan membentuk arah yang melawan arah
medan magnet luar. Sehingga medan magnet atomis
masing – masing atom nol. Jika magnet ini dimasukkan
ke dalam medan magnet luar, akan menimbulkan induksi
magnet yang lebih kecildibandingkan bahan
paramagnetik. Contohnya adalah bismuth, timbal, air
raksa, emas , air dan tembaga (Haliday, 1996).
11
8 8 8 8
220 Volt
BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN
3.1 Peralatan dan Bahan
Peralatan dan bahan yang digunakan dalam percobaan
ini adalah 1 set peralatan konduksi dengan konduktor, 6
pasang pasangan magnet, 1 buah motor eksperimen 100 W,
1 buah alat kemudi dan pengatur dan 1 buah
mikrovoltmeter.
3.2 Langkah Kerja
Pada percobaan ini langkah – langkah yang
dilakukan adalah sebagai berikut yang pertama adalah
disusun peralatan seperti pada Gambar 3.1 Skema Alat
pada ercobaan Induksi Elektromagnetik dan dihubungkan
dengan peralatan lain. Kemudian diikat senar pancing
pada peluncur dan dihubungkan dengan kopling penarik.
12
Gambar 3. 1 Skema Alat pada Percobaan InduksiElektromagnetik
Diatur mikrovoltmeter pada 104. Dipasangkan 8 pasang
magnet yang tersedia pada alat induksi. Dihubungkan
konduktor b dengan panjang 4 cm dengan cara dimasukkan
penghubung kortsluiting pada alat peluncur untuk
proporsionalitas dari U dan V. Diikatkan kumparan tali
senar pancing pada garis tengah kumparan kopling yang
bergerak terkecil. Dihidupkan motor dan disetel
putarannya sehingga dicapai suatu tegangan induksi
sebesar 40 mV. Dicari harga rata – rata / menengah pada
goyangan yang mungkin terjadi pada alat penunjuk
pengukur. Dipertahankan jumlah putaran motor agar sama
dalam waktu melakukan seluruh percobaan dari bagian.
Diulangi percobaan dengan menggunakan kedua alat
kumparan lain dengan garis tengah kumparan yang
berlainan. Pada garis tengah kumparan yang lain, maka
kecepatan akan berlipat ganda atau lipat empat dengan
jumlah putaran motor yang tetap dengan garis tengah
alat kumparan kopling bergerak memiliki perbandingan
1 : 2 : 4. Percobaan dilakukan dengan menggunakan 8
pasang magnet dan garis tengah alat kumparan maksimal
dengan kecepatan 4 kali kecepatan awal untuk
proporsionalitas dari U dan b dan untuk konduktor
dengan b adalah 2 cm dan b adalah 2,8 cm. Diulangi
percobaan untuk proporsionalitas daru U dan b dengan
menggunakan 6, 5, 4, 3 dan 2 pasang magnet. Dan
percobaan dilakukan dengan garis tengah alat kumparan
13
yang minimal dan lebar konduktor yang maksimal dengan
panjang b adalah 4 cm untuk proporsionalitas antara V
dan b. Percobaan diulangi untuk proporsionalitas antara
V dan b dengan menggunakan 6, 5, 4, 3 dab 2 pasang
magnet.
14
BAB IV
ANALISA DATA DAN PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Setelah dilakukan percobaan Induksi
Elektromagnetik dengan menggunakan kopling p 1: 1,
didapatkan data yaitu :
Tabel 4. 1 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2 cm dan 4
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1.
2 4
1,872. 1,583. 1,84. 1,615. 1,376. 1,617. 1,558. 1,45
Rata - Rata 1,605
Tabel 4. 2 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2 cm dan 5
pasang Jumah Pasang Magnet
No Jari jari Jumlah pasang Tegangan
15
. kumparan b (cm) magnet B (pasang)(x10-5)
(volt)1.
2 5
2,642. 2,153. 2,364. 2,285. 2,116. 2,677. 2,308. 2,18
Rata - Rata 2,336
Tabel 4. 3 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2 cm dan 6
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1.
2 6
1,862. 2,173. 2,744. 2,685. 2,336. 2,647. 2,418. 2,72
Rata - Rata 2,444
16
Tabel 4. 4 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2, 8 cm dan 4
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1.
2,8 4
6,172. 6,303. 6,364. 6,565. 6,636. 6,567. 6,318. 6,30
Rata - Rata 6,399
Tabel 4. 5 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2, 8 cm dan 5
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1. 2,8 5 6,242. 6,903. 6,404. 6,21
17
5. 6,466. 6,107. 6,778. 6,80
Rata - Rata 6,485
Tabel 4. 6 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2, 8 cm dan 6
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1.
2,8 6
5,292. 5,043. 5,314. 5,095. 5,136. 5,327. 5,328. 5,28
Rata - Rata 5,222
Setelah dilakukan percobaan Induksi Elektromagnetik
dengan menggunakan kopling p 1:2 , didapatkan data
yaitu :
18
Tabel 4. 7 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2 cm dan 4
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1.
2 4
3,082. 3,293. 3,084. 3,225. 3,246. 3,337. 3,268. 3,18
Rata - Rata 3,21
Tabel 4. 8 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2 cm dan 5
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1. 2 5 3,912. 3,853. 3,54. 3,855. 3,696. 3,62
19
7. 3,688. 3,99
Rata - Rata 3,761
Tabel 4. 9 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2 cm dan 6
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1.
2 6
2,872. 2,913. 2,364. 2,305. 2,916. 3,007. 2,928. 2,73
Rata - Rata 2,75
Tabel 4. 10 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2, 8 cm dan 4
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)
20
1.
2,8 4
6,252. 6,273. 6,524. 6,815. 6,066. 6,207. 6,398. 6,36
Rata - Rata 6,345
Tabel 4. 11 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2, 8 cm dan 5
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1.
2,8 5
9,792. 9,943. 9,924. 9,755. 9,336. 9,627. 9,758. 9,46
Rata - Rata 9,695
21
Tabel 4. 12 Data Tegangan dengan Jari – Jari 2, 8 cm dan 6
pasang Jumah Pasang Magnet
No
.
Jari jari
kumparan b (cm)
Jumlah pasang
magnet B (pasang)
Tegangan
(x10-5)
(volt)1.
2,8 6
11,632. 11,333. 11,334. 11,435. 11,496. 11,937. 11,328. 11,36
Rata - Rata 11,478
22
4.2 Grafik
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.50
1
2
3
f(x) = 0.419 x + 0.0329999999999999R² = 0.844006749707945
Grafik Hubungan U Terhadap B dengan b=2 cm dan p=1
ULinear (U)
B (Pasangan Magnet) (Pasang)
U (t
egan
gan)
(Vo
lt)
Grafik 4. 1 Grafik HubunganTegangan terhadap Medan Magnetdengan jari – jari kumparan 2 cm dan kopling 1 : 1
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.502468
f(x) = − 0.588 x + 8.975R² = 0.694796621511638
Grafik Hubungan U terhadap B dengan b=2,8 cm dan p=1
ULinear (U)
B (Pasangan Magnet) (Pasang)
U (t
egan
gan)
(vo
lt)
Grafik 4. 2 Grafik HubunganTegangan terhadap Medan Magnetdengan jari – jari kumparan 2, 8 cm dan kopling 1: 1
23
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.501234
f(x) = − 0.23 x + 4.39033333333333R² = 0.206462927090095
Grafik Hubungan U terhadap B dengan b= 2 cm dan p=2
ULinear (U)
B (Pasangan Magnet) (Pasang)
U (t
egan
gan)
(vo
lt)
Grafik 4. 3 Grafik HubunganTegangan terhadap Medan Magnetdengan jari – jari kumparan 2 cm dan kopling 1: 2
3.5 4 4.5 5 5.5 6 6.5051015
f(x) = 2.566 x − 3.65766666666667R² = 0.969822057683028
Grafik Hubungan U terhadap B dengan b = 2,8 cm dan p
= 2 ULinear (U)
B (Pasangan Magnet) (Pasang)U (t
egan
gan)
(vo
lt)
Grafik 4. 4 Grafik HubunganTegangan terhadap Medan Magnetdengan jari – jari kumparan 2, 8 cm dan kopling 1: 2
24
1.9 2 2.12.22.32.42.52.62.72.82.902468
f(x) = 6.15 x − 9.62R² = 1
Grafik Tegangan terhadap Kecepatan
uLinear (u)
V (Kecepatan)
U (T
egan
gan)
Grafik 4. 5 Grafik Tegangan terhadap Kecepatan
0.8 1 1.2 1.4 1.6 1.8 2 2.20
5
10
f(x) = 2.1295 x + 1.947R² = 1
Grafik Tegangan terhadap Garis Tengah Kumparan
KoplingULinear (U)
Garis Tengah Kumparan Kopling
Tega
ngan
Grafik 4. 6 Grafik Tegangan terhadap Garis Tengah KumparanKopling
4.3 Pembahasan
Telah dilakukan percobaan Induksi Elektromagnetik
(L8) dengan tujuan untuk membuktikan Hukum Induksi
Faraday melalui pengukuran ketergantungan tegangan
25
induksi dari kepadatan arus, luas induksi dan kecepatan
induksi. Pada percobaan ini dilakukan beberapa variasi
yaitu variasi jumlah pasangan magnet yaitu menggunakan
4, 5, 6 pasang magnet, variasi terhadap garis tengah
kumparan kopling yaitu 1 dan 2 dan variasi terhadap
jari – jari kumparan yaitu menggunakan 2 cm dan 2,8 cm.
Variasi jumlah pasangan magnet bertujuan untuk
mengetahui pengaruh faktor kepadatan arus. Variasi
terhadap garis tengah kumparan kopling bertujuan untuk
mengetahui pengaruh luas induksi dan variasi terhadap
jari – jari kumparan bertujuan untuk mengetahui
kecepatan induksi.
Dari percobaan yang telah dilakukan diperoleh data
yang terlampir pada subbab analisa data. Dari data yang
diperoleh terlihat bahwa dengan jumlah garis tengah
kumparan kopling yang sama, maka akan diperoleh data
yang semakin naik dengan semakin naiknya jumlah
pasangan magnet yang digunakan. Dan dengan jumlah
pasangan magnet dan garis tengah kumparan kopling yang
sama dan dengan jari – jari kumparan yang semakin naik
maka tegangan yang dihasilkan juga semakin naik. Dan
dengan jumlah pasangan magnet dan jari – jari kumparan
yang sama maka semakin besar garis tengah kumparan
kopling maka semakin besar juga tegangan yang
dihasilkan. Semakin besar jumlah pasangan magnet yang
dipasang maka semakin besar juga tegangan yang
26
dihasilkan dan semakin besar jari – jari kumparan maka
data tegangan yang diperoleh juga semakin besar. Serta
semakin besar garis tengah kumparan kopling maka akan
semakin besar tegangan yang dihasilkan.
Dari data yang tercantum pada subbab analisa data
maka dibuat grafik. Dari grafik terlihat bahwa hubungan
antara jari jari kumparan dan jumlah pasangan magnet
adalah grafik linear dengan jari – jari kumparan
berbanding lurus dengan jumlah pasangan magnet. Dan
dari grafik tegangan terhadap kecepatan adalah
berbanding lurus yaitu semakin besar kecepatannya dalam
percobaan ini diwakili oleh jari – jari kumparan maka
akan semakin besar juga nilai tegangannya. Dan dari
grafik tegangan terhadap garis tengah kumparan kopling
maka terlihat bahwa semakin bear garis tengah maka
semakin besar juga tegangannya, dalam percobaan ini
garis tengah kumparan mewakili jarak magnet. Namun pada
grafik hubungan tegangan dengan jumlah pasangan magnet
dengan jari – jari 2,8 cm untuk kopling 1 dan jari –
jari 2 cm untuk kopling 2, didapatkan grafik naik
turun. Hal ini disebabkan karena kekurang tepatan
praktikan membaca tegangan karena perubahan tegangan
terhadap waktu berlangsung dengan cepat dan tali pada
kumparan pada saat motor kemudi dijalankan menggulung
tidak teratur.
27
BAB V
KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan didapatkan
kesimpulan antara lain bahwa:
Faktor yang mempengaruhi tegangan diantaranya
kepadatan arus, luas induksi dan kecepatan induksi
Semakin besar jumlah magnet maka semakin besar
tegangan yang dihasilkan, semakin besar jari – jari
kumparan maka semakin besar tegangannya dan semakin
besar garis tengah kumparan kopling maka semakin
besar tegangannya juga karena jumlah magnet, jari –
jari kumparan, dan garis tengah kumparan kopling
berbanding lurus dengan tegangan. Dan begitu pula
sebaliknya.
Jumlah magnet mewakili medan magnet, jari – jari
kumparan mewakili kecepatan dan garis tengah
kumparan mewakili jarak. Dan dari Hukum Induksi
Faraday menyatakan bahwa tegangan dipengaruhi oleh
medan magnet, jarak dan kecepatan sehingga Hukum
Induksi Faraday terbukti.
29
DAFTAR PUSTAKA
Bueche, F. 2006. "Fisika Universitas Edisi Kesepuluh" . Jakarta:
Erlangga.
Fisika, D.-D. 2012. "Fisika I". Surabaya: Yanasika Fmipa
ITS.
Haliday, D. 1996. "Fisika Universitas II". Jakarta: Erlangga.
Ishaq, M. 2007. "Fisika Dasar Elektisitas dan Magnetisme".
Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tipler, P. 2008. "Physics for Scientist volume 2". New York: WH
Freeman and Company.
Young, H. 2002. "Fisika Universitas". Jakarta: Erlangga.
Zemansky, S. 2012. "University Physics volume 13th". USA: Inc :
Pearson Education.
30