laporan ketik plankton

65
1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menutut Sachlan (1972) dalam Nulya et al (2013), plankton adalah jasad-jasad renik yang melayang dalam air, tidak bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus. Menurut Nulya et al (2013) , Plankton merupakan makhluk yang melayang di air dan pergerakannya tergantung pada arus. Terdapat beberapa zooplankton yang bergerak aktif, hal ini dikarenakan adanya alat gerak berupa flagel ataupun silia. Menurut Fajrina et al (2013), peranan fitoplankton sangat penting karena diperlukan oleh organisme lainnya sebagai bahan makanan. Pada perairan pelagis, fitoplankton adalah satu-satunya organisme yang berperan sebagai mesin kehidupan, yang mampu menghasilkan bahan organik. Hal ini karena fitoplankton berperan sebagai produser primer dan terkait dengan rantai dan jaring-jaring makanan. Berdasarkan peranan tersebut Sumich (1992) dalam Fajrina et al (2013), menyatakan bahwa fitoplankton dapat dipergunakan sebagai indikator tingkat kesuburan perairan dan digunakan untuk mengetahui daya dukung suatu perairan. Menurut Wiadnyana, (1999) dalam Lasri et al, (2013), Zooplankton berperan sangat penting dalam jaringan makanan sebagai faktor energi. Fungsi ini banyak tergantung pada kemampuan zooplankton berperan sebagai konsumen dari fitoplankton, yang merupakan komponen dasar dalam struktur kehidupan di laut. Perubahan kuantitas zooplankton banyak dipengaruhi oleh kuantitas fitoplankton. 1

Transcript of laporan ketik plankton

1. PENDAHULUAN

1.1Latar Belakang

Menutut Sachlan (1972) dalam Nulya et al (2013), plankton

adalah jasad-jasad renik yang melayang dalam air, tidak

bergerak atau bergerak sedikit dan selalu mengikuti arus.

Menurut Nulya et al (2013) , Plankton merupakan makhluk yang

melayang di air dan pergerakannya tergantung pada arus.

Terdapat beberapa zooplankton yang bergerak aktif, hal ini

dikarenakan adanya alat gerak berupa flagel ataupun silia.

Menurut Fajrina et al (2013), peranan fitoplankton sangat

penting karena diperlukan oleh organisme lainnya sebagai

bahan makanan. Pada perairan pelagis, fitoplankton adalah

satu-satunya organisme yang berperan sebagai mesin

kehidupan, yang mampu menghasilkan bahan organik. Hal ini

karena fitoplankton berperan sebagai produser primer dan

terkait dengan rantai dan jaring-jaring makanan. Berdasarkan

peranan tersebut Sumich (1992) dalam Fajrina et al (2013),

menyatakan bahwa fitoplankton dapat dipergunakan sebagai

indikator tingkat kesuburan perairan dan digunakan untuk

mengetahui daya dukung suatu perairan.

Menurut Wiadnyana, (1999) dalam Lasri et al, (2013),

Zooplankton berperan sangat penting dalam jaringan makanan

sebagai faktor energi. Fungsi ini banyak tergantung pada

kemampuan zooplankton berperan sebagai konsumen dari

fitoplankton, yang merupakan komponen dasar dalam struktur

kehidupan di laut. Perubahan kuantitas zooplankton banyak

dipengaruhi oleh kuantitas fitoplankton.

1

1.2Tujuan

1.2.1 Pengamatan Komponen Ekologi

Tujuan dari praktikum pengamatan komponen ekologi

(biotik dan abiotik) yang mempengaruhi kehidupan

plankton.

1.2.2 Pengambilan Sampel di Perairan

Tujuan dari praktikum pengambilan sampel di perairan

untuk menambah ketrampilan praktikan terutama dalam

penentuan lokasi pengambilan sample plankton. Serta

menambah pengetahuan praktikan tentang cara penyimpanan

sampel plankton.

1.2.3 Pembuatan Preparat Plankton

Tujuan dari praktikum pembuatan preparat plankton

adalah untuk menambah ketrampilan praktikan dalam

membuat preparat plankton.

1.2.4 Pengamatan Plankton di Bawah Mikroskop

- Tujuan dari praktikum pengamatan plankton di bawah

mikroskop untuk menambah keterampilan dalam

menggunakan mikroskop dalam penentuan luas bidang

pandang.

- Menambah pengetahuan praktikan tentang bentuk-bentuk

plankton serta dapat membedakan antara fitoplankton,

zooplankton, dan seresah.

- Menambah pengetahuan tentang cara penentuan bidang

pandang untuk perhitungan plankton.

2

1.2.5 Identifikasi dan Perhitungan Plankton

Tujuan dari praktikum identifikasi dan perhitungan

plankton menambah pengetahuan tentang bagaimana cara

mengidentifikasi plankton dan menentukan

klasifikasinya.

1.3Tempat dan Waktu

Praktikum planktonologi di laksanakan di dua

tempat, yang pertama di laksanakan di Laboratorium

Pembenihan, Reproduksi dan Pemuliaan Ikan Fakultas

Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya

Malang, mulai pukul 08.00 WIB hingga pukul 11.30 WIB,

tanggal 6 oktober 2013.

Praktikum Planktonologi yang kedua dilaksanakan di

laboratorium ilmu-ilmu perikanan, gedung C lantai 1

Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas

Brawijaya Malang, mulai pukul 07.00 WIB hingga pukul

10.00, tanggal 11 oktober 2013.

2. TINJAUAN PUSTAKA

2.1Jenis dan Klasifikasi Plankton

2.1.1 Pengertian Plankton

Istilah plankton pertama kali digunakan oleh

Hansen pada tahun 1887 satu specimen atau individu

3

plankton disebut plankter. Dalam biologi laut, hewan-

hewan yang agak besar (kasar) seperti larva udang

udangan atau specimen dari jenis udang kecil, jenis

ubur-ubur kecil, dan mollusca kecil juga di maukkan daam

golongan plankton (makro plnkton). Plankton yang berupa

jasa-jasad renik disebut mikro plankton, dan inilah yang

penting bagi ikan secara langsung atau tidak langsung

(Sachlan, 1982).

Plankton adalah semua kumpulan organisme, baik

hewan maupun tumbuhan air berukuran mikroskopis dan

hidupnya melayang mengikuti arus (odum, 1998 dalam

Yuliana, 2012)

2.1.2 Pengelompokan Plankton

a. Berdasarkan ukuran

Plankton adalah suatu komunitas meliputi tumbuhan

dan hewan yang terdiri dari organisme yang melayang baik

yang mampu melawan arus maupun yang tidak. Plankton

berdasarkan ukurannya dapat dibagi menjadi 4 (empat)

kelompok yaitu: ultra nanoplankton (<2 mikron);

nannoplankton (2-20 mikron); mikroplankton (20-200

mikron); makroplankton (200-2000 mikron) (Zahidin,

2008).

Pembagian menurut Hayward, (1992) dalam Prasetyati,

(2004), plankton dibedakan menjadi tujuh kelompok

ukuran, yaitu:

4

b. Berdasarkan asal

Menurut Basmi (1992) dalam Yazwar (2008),

berdasarkan asal usul plankton, dimana ada plankton yang

hidup dan berkembang dari perairan itu sendiri dan ada

yang berasal dari luar, terdiri atas :

1. Autogenik plankton, yaitu plankton yang berasal dari

perairan itu sendiri.

2. Allogenetik plankton, yakni plankton yang datang

dari perairan itu sendiri dari perairan lain (hanyut

terbawa oleh sungai atau arus). Hal ini dapat

diketahui sektar muara sungai.

Menurut Herawati (1989) berdasarkan asalnya

plankton dapat dibedakan menjadi :

1. Autogenik plankton, yaitu plankton yang berasal

dari perairan itu sendiri.

2. Allogenetik plankton, yakni plankton yang datang

dari perairan lain.

c. Berdaskan siklus hidup

Sedangkan berdasarkan kehidupan alamiah, plankton

terdiri atas holoplankton dan meroplankton. Holoplankton

adalah zooplankton yang seluruh daur hidupnya bersifat

plankton, sedangkan meroplankton adalah organisme yang

sebagian dari daur hidupnya bersifat planktonik dan akan

5

berubah menjadi nekton atau bentos ( sawestri dan farid,

2012).

Menurut Newell dan Newell (1963) dalam Kangkan

(2006) daur hidupnya plankton digolongkan atas :

1. Holoplankton adalah plankton yang seluruh daur

hidupnya bersifat planktonik

2. Meroplankton merupakan organisme akuatik yang

sebagian dari daurhidupnya bersifat planktonik.

d. Berdasarkan habitat

Plankton berdasarkan habitat hidupnya terdiri

atas plankton oseanik yang hidup di lautan lepas atau di

luar paparan benua; plankton neritik yang hidup di

perairan paparan benua; dan limnoplankton yang hidup di

air tawar. Sedangkan berdasarkan kehidupan alamiah,

plankton terdiri atas holoplankton dan meroplankton.

Holoplankton adalah zooplankton yang seluruh daur

hidupnya Bersifatplankton, sedangkan meroplankton

adalah organisme yang sebagian dari daur hidupnya

bersifat planktonik dan akan berubah menjadi nekton atau

bentos (Saweti dan ahmad, 2012).

Menurut Kodiron (2011), klasifikasi plankton

berdasarkan habitat yaitu:

1.Plankton Laut (Haliplankton)

Plankton oseanik adalah plankton yang hidup di luar

paparan benua

Plankton neritik adalah plankton yang hidup di dalam

wilayah paparan benua.

2.Plankton air tawar (Limnoplankton)

6

e. Berdasarkan jenis makanan.

Plankton juga bisa diklasifikasikan berdasarkan

kebutuhan makanannya. Plankton tanaman atau nabati

disebut phytoplankton. Phytoplankton memiliki klorofil

sehingga memungkinkan untuk melakukan fotosintesis,

sementara saproplankton terdiri dari tanaman non

fotosintesis, termasuk bakteri dan jamur. Zooplankton

terdiri dari plankter yang makanannya bersifat holozoik,

sehingga kedalam jenis itu termasuk semua plankton hewani

(Herawati dan Kusriani, 2005).

Menurut Basmi (1992) dalam Yazwar, (2008)

mengelompokkan plankton berdasarkan nutrient pokok yang

dibutuhkan, terdiri atas :

a. Fitoplankton, yakni plankton nabati (< 90% terdiri atas

algae) yang mengandung klorofil yang mampu mensintesis

nutrient-nutrien anorganik menjadi zat organic melalui

proses fotosintesis dengan energy yang berasal dari

sinar surya.

b. Saproplankton, yakni kelompok tumbuhan (bakteri dari

jamur) yang tidak mempunyai pigmen fotosintesis, dan

memperoleh nutrisi dan energy darisisa – sisa organisme

yang telah mati.

c. Zooplankton, yakni plankton hewani yang makanannya

sepenuhnya tergantung pada organisme lain yang masih

hidup maupun partikel – partikel sisa organisme seperti

detritus dan debris.

7

2.1.3 Ciri dan Klasifikasi Fitoplankton

a. Phylum Chlorophyta

Menurut Kumar dan Singh (1976) dalam Santya

(2009), Chlorellasp. termasuk divisi Chlorophyta.

Klasifikasinya adalah:

Divisio : Chlorophyta

Kelas : Chlorophyceae

Ordo : Chlorococcales

Sub-ordo : Autosporinaceae

Familia : Chlorellaceae

Genus : Chlorella

Spesies : Chlorella sp

Chlorophyta adalah sebuah kelompok yang sangat

beraneka ragam dengan lebih dari 7000 spesies yang

telah dketahiu. Kloroplasnya mengandung klorofil a dan

b, juga karotenoid yang biasanya ditemukan pada tumbuh-

tumbuhan tingkat tinggi. Clhlorophyta barang kali

merupakan nenek moyang kingdom plantae. Kebanyakan di

antaranya hidup di peraioran tawar tapi juga ada yang

ditemukan di darat dan di lautan. Chlorophyta adalah

klomponen algae dari lichen , suatu persatuan

mutualistik yang erat dengan fungi yang ditemukan di

daerah-daerah beriklim dingin. Chlamydomonas adal;ah

salah satu contoh khasd anggota Chlorophyta. Tahapan-

tahapan reproduksi seksual dan aseksual yang kompleks

menjadi ciori kelompok tersebut. Ada anggota

Chlorophyta yang uniseluler dan ada pula yang

multiseluler (Freid and George, 2005).

8

b. Phylum cyanophyta

Divisi Cyanophyta merupakan sel eukariotik,

memiliki membran inti dan nukleus,memiliki dinding sel

yang tebal (peptidoglikan), lentur, dan sel-selnya

tidak memilikiflagel. Spesies yang ditemukan yaitu

Oscillatoria sp. Ciri khas Oscillatoria sp yaituberwarna hijau

kebiru-biruan, membentuk filamen panjang lurus, dan

halus. Pigmenfotosintesis yaitu klorofil a, karotenoid

serta pigmen fikobilin yang terdiri dari fikosianindan

fikoeritin (Bold, 1985 dalam Kasrina, 2012)

Cyanobacteria/Cyanophyta atau alga hijau biru

merupakan kelompok alga prokariotik. Organisme

tersebut memiliki peran sebagai produsen dan penghasil

senyawa nitrogen di perairan. Beberapa organisme

tersebut bersifat kosmopolit, tidak hanya ditemukan di

habitat akuatik melainkan juga ditemukan di habitat

terestrial (Prihantini, et al., 2008).

c. Phylum chrysophyta.

Chrysophyta atau ganggang keemasan meliputi ± 850

jenis. Selnya mempunyai plastida berwarna hijau

kekuningan/cokelat keemasan yang disebabkan oleh

pigmen xantofil dalam jumlah banyak. Chrysophyta ada

yang hidup soliter dan ada yang berkoloni. Sebagian

besar Chrysophyta mempunyai flagela, namun ada pula

bersifat amoeboid karena tidak berdinding. Bentuk sel

atau koloni bermacam-macam. Dapat hidup di air maupun

daratan. Chrysophyta yang hidup di darat sering

ditemui sebagai selaput seperti beludru di tepi kolam,

9

tepi perairan, atau di tanah yang lembab. Selain

laminarin, Chrysophytamenyimpan kelebihan makanan

dalam bentuk minyak sehingga merupakan komponen

penting dalam pembentukan minyak bumi (Budiati, 2006).

Chrysophyta sering dinamakan alga pirang atau

alga keemasan karena mendapatkan warna dari karatinoid

cokelat kuning yang disebut fukosantin dan juga

memiliki klorofil a dan b; memiliki sel yang bersifat

uniseluler dan banyak yang berflagel. Terdiri atas

5300 species, 5000 buah yang merupakanDiatom. Jadi,

sebagian besar kelompok ini adalah diatom (Kistinnah

dan Lesari, 2009).

d. Phylum rhodophyta.

Rhodophyceae umumnya berwarna

merah,coklat,nila,hijau,dan memiliki pigmen

fikoeritin.Rhodhophyta memiliki dua sub kelas yaitu

Bangiophycidae yang dapat berupa uniseluler atau

lamella. Reproduksinya dibatasi pada formasi monospora

yang dapat melakukan multiplikasi vegetatif. Dan

florideophycidae atau floridae, thallusnya seringkali

berupa fiament dengan struktur massive dan

kompleks.Strukturnya dapat uniaxial atau dapat pula

berupa filament terpusat (struktur

multiaxial).Reproduksinya didasarkan pada sel-sel

vegetatif atau sel-sel terminal yang disebut dengan

carpogonial dan carposporophyte (Risiani, 2004).

Menurut Haniffa, et al., (2012) dalam Fattah,

(2012), Alga merah (Rhodophyceae) merupakan salah satu

organisme laut yangdapat menyediakan sumber bahan alam

10

dalam jumlah yang melimpah dan mudahuntuk

dibudidayakan. Berbagai bahan aktif dari alga telah

ditemukanpenggunaannya seperti antibakteri antivirus,

antijamur,sitotoksik, antialga dan lainnya

e. Phylum dinoflagellata

Menurut Anderson et al. 2007, Krakteristik

Dinoflagellata adalah:

Habitat: Kebanyakan pada air asin, tetapi juga

terdapat air tawar

Pigmen pokok: Karoten; Xantofil

Produk simpan: Minyak

Dinding sel: Selulosa dan pektin

Cara reproduksi: Aseksual

Dinoflagellata merupakan mekanisme terpenting

kedua setelah diatomada sebagai produsen makanan

(fitoplankton) pada habitat air laut.

Dinoflagelata mempunyai dua flagella yang

letaknya berdasarkan satu sama lain dan biasanya

terletak pada pusat sel (Haerawati dan Kusriani,

2005)

1.

2.

2.1

2.1.4 Ciri dan Klasifikasi Zooplankton

a. Phylum Rotifera

Rotifera merupakan hewan air yang berukuran kecil

(mikroskopik) dengan struktur yang relative sederhana,

panjang tubuhnya bervariasi antara 35-400µm, partikel

11

makanan yang dapat dimakan oleh rotifer berukuran 2-20

µm (Riedel (2002) dalam Amali, (2005).

Menurut Fu et al., (1991) dalam Amali, (2005)

Klasifikasi Brachionus sp. adalah sebagai berikut:

Kingdom :Rotifera

Kelas :Monogononta

Ordo :Ploima

Famili :Brachionidae

Sub Famili :Brachioninae

Genus :Brachionus

Spesies :Brachionus sp.

b. Phylum Arthropoda

Organisme ini bisa hidup pada mampir setiap

“ecological niche” baik di darat maupun di laut,

dimana saja kondisi memungkinkan bagi kehidupan.

Dilihat dari struktur tubuhnya arthopoda sangat

mirip dengan anilida kecuali perkembangan coelamic

cavity. Klas terbesar dari fillum ini adalah insekta

yang hampir semua anggotanya hidup di darat, hanya

beberapa spesies saja yang hidup di air, terutama di

tawar (Kusriani dan Herawati 2005).

Menurut Asmara (2005), Crustacea,

elococesa, ostracoda, copepoda, ampedia, comacea,

isopoda, aphipoda, mysidaceae, euphousiacea,

decupoda, dan stomatopoda adalah tipe grup yang

paling banyak ditemukan sebagai plankton baik

dewasa, larva maupun keduanya.

c. Phylum Cepapoda

12

Menurut Kusriani dan Herawati, (2005)

kebanyakan cepapoda adalah filter feeder jenis

makanannya secara detail belum diteliti secara

jelas. Kelihatannya makanan dari cepapoda terutama

adalah nanoplankton termasuk beberapa diantaranya

adalah bacteri. Di laut cepapoda menempati posisi

kedua sebagai zooplankton. Sementara di perairan

tawar hanya memegang peran yang hampir sama dengan

celadocera.

2.2 Parameter Fisika

2.2.1. Suhu

Menurut Hutabarat dan Evans, (1985), Plankton

dari jenis fitoplankton hanya dapat hidup dengan baik

di tempat-tempat yang mempunyai sinar matahari yang

cukup. Akibatnya penyebaran fitoplankton besar pada

lapisan permukaan lautsaja. Keadaan yang demikian

memungkinkan untuk terjadinya proses fotosintesis.

Sejak sinar matahari yang diserap oleh lapisan

permukaan laut, maka lapisan ini relatif panas sampai

ke kedalaman 200 m .

Walaupun Plankton potensial berbahaya

menyebarluas secara geografis dan hal ini

mengidentifikasikan adanya kisaran yang luas terhadap

toleransi suhu, tetapi spesies alga potensial

berbahaya daerah tropik mempunya itoleransi yang

rendah terhadap perubahan suhu. Kisaran suhu optimal

bagi spesies alga potensial berbahaya adalah 250–300 C

dan kemampuan proses fotosintesis akan menurun tajam

apabila suhu perairan berada di luar kisaran optimal

13

tersebut (Gross dan Enevoldsen, 1998 dalam Gosari,

2002).

2.2.2. pH

Derajat keasaman (pH) berpengaruh pada setiap

kehidupan organisme, namun setiap organisme mempunyai

batas toleransi yang bervariasi terhadap pH perairan.

Toleransi masing-masing jenis terhadap pH juga sangat

dipengaruhi faktor lain seperti suhu dan oksigen

terlarut. Apabila suhu di perairan tinggi maka oksigen

terlarut menjadi rendah. Hal ini akan mengganggu dalam

pernafasan dan pengaturan kecepatan metabolisme

zooplankton. Kenaikan pH pada perairan akan menurunkan

konsentrasi CO2 terutama pada siang hari ketika proses

fotosintesis sedang berlangsung. Dengan adanya

aktivitas fotosintesis, maka kadar oksigen terlarut

(DO) meningkat di perairan (Angka derajat keasaman

(pH) perairan Sungai Citarum Hulu berkisar antara 7,

19 – 8,53 Menurut Harris (1986), bahwa derajat

keasaan (pH) perairan yang ideal untuk plankton

berkisar antara 6,0 – 9,0. Berdasarkan hasil

pengukuran di Sungai Ctarum Hulu dapat disimpulkan

bahwa nilai kisaran pH berada pada kisaran yang ideal

untuk pertumbuhan plankton (Putra, Adie Wijaya et al.,

2012)

2.2.3. Kecerahan

Intensitas cahaya yang sangat berperan dalam proses

fotosintesis diduga relatif tidak berpengaruh, karena

setiap stasiun mempunyai nilai kecerahan yang hampir

14

sama. Demikian pula, suhu dan pH perairan mempunyai

nilai yang tidak jauh berbeda sehingga diduga tidak

memberikan pengaruh yang nyata terhadap fitoplankton.

Hal ini sesuai dengan pendapat dari Kimmel dan Groeger

(1984) serta Thornton et al. (1990) bahwa ketersediaan

unsur hara dan cahaya yang cukup dapat digunakan oleh

fitoplankton untuk perkembangannya(Yuliana, 2007).

Perbedaan kisaran kecerahan tersebut dapat

disebabkan oleh faktor biologi dan fisik. Biologi

dikarenakan perbedaan kandungan mikroorganisme

(mikroba & plankton), sedang kan fisik dikarenakan

perbedaan padatan tersuspensi dan terlarut dalam air

tersebut. Perbedaan kandungan partikel di

lautdimungkinkan untuk berfluktuasi setiap saat karena

air selalu bergerak terbawa arus. Dengan kecerahan

yang selalu diatas 6 meter menunjukkan bahwa perairan-

laut pulau Harapan masih tergolong oligotrofik(Garno,

2008).

2.2.4. DO (Disolved Oxygen)

Menurut Wetzel dan Likens, (2011), Pengukuran

Dissolved oksigen (DO) adalah salah satu yang paling

sering digunakan danpaling penting dari semuanya

metode kimia yang ada untuk penelitian lingkungan

perairan. Oksigen yang terlarut menyediakan informasi

berharga tentang biologi dan reaksi biokimia yang

terdapat di air. Ini adalah salah satu ukuran

terpenting faktor lingkungan yang mempengaruhi

kehidupan perairan dan bagian dari kapasitas air untuk

menerima bahan organik tanpa menyebabkan gangguan gas

15

oksigen terlarut bebas dalam air. Oksigen yang

terdapat di dalam air berasal dari atmosfer atau dari

produk fotosintesis dan tanaman perairan dan digunakan

kebanyakan reaksi biokimia atau sama dengan reaksi

kimia anorganik konsentrasi oksigen terlarut dalam air

juga bergantung pada temperatur, tekanan dak

konsentrasi berbagai macam ion.

Menurut Sutamihardja (1987), Kadar oksigen di

peraian laut yang tercemar ringan di lapsan permukaan

adalah 5 ppm, dengan demikian dilihat dari kadar

oksigen terlarutnya dapat dikatakan bahwa perairan ini

relatif belum tercemar oleh senyawa- senyawa organis.

2.2.5. CO2

Menurut Wetzel dan Likens (2011), Digunakan

lebih oleh fitoplankton dari pada HCO3 dan itu dapat

menjadi racun bagi organisme lain jika tersedia pada

konsentrasi yang tinggi. Jumlah karbondioksida

ditentukan dengan penambahan fenolftalein ke dalam air

sampel hingga muncul warna pink.

MenurutKenza (2011), CO2 digunakan produksi air

alami oleh laju fotosintesis yang banyak pada jumlah

pada pernafasan dan dekomposisi.

2.2.6. Nitrat

Ion nitrat dibentuk oleh oksidasi lengkap dari

ion amonium oleh mikroorganisme yang ada di tanah

atuapun air atau akibat proses nitrifikasi dari asam

amoniak. Bakteri yang berperan dalam proses

nitrifikasi untuk mengubah nitrat adalah nitrobacter.

16

Bakteri tentu pula mengubah nitrat menjadi nitrogen

bebas (N2) yang dapat dilepas dari suatu sistem sebagai

gas. Reaksi ini dapat ditemukan pada biofelter dan

lingkungan alamiah serta tanggung jawab untuk

mempertahankan konsentrasi amonia dalam kisaran yang

layak ( Spotte, 1996).

Menurut Millero dan Sohn (1992) dalam Asmara

(2005), keberadaan nitrat di lapisan permukaan laut

juga diatur oleh proses biologi dan fisika.

Pemanfaatan nitrat oleh fitoplankton terjadi selama

berlangsung proses fotosintesis dan bergantung pada

intensitas matahari. Proses regenerasi NO3- sebagian

oleh bakteri pengoksidasi dari nitrogen organik, yang

kemudian melepaskan NH4+ dan PO42-, selanjutnya NH4+

akan mengalami oksidasi menjadi NO3-.

2.2.7. Phosfat

Phosfat merupakan faktor pembatas bagi

produktifitas suatu perairan. Perairan dengan

kandungan fosfat yang tinggi melebihi kebutuhan normal

organisme nabati yang ada di perairan tersebut, maka

akan menyebabkan terjadinya eutrofikasi (Nybakken,

1992). Menurut Tait, (1981) dalam Michael, (1994),

Secara alamiah, fosfor tidak terdapat dalam bentuk

bebas namun dalam bentuk fosfat. Dalam sistem

perairan, fosfat berada dalam bentuk fosfat terlarut

atau fosfat organik yang terkandung dalam biota

plankton.

         

17

Joshimura (1976) dalam Wardoyo (1982)

menggolongkan tingkat kesuburan perairan berdasarkan

konsentrasi fosfat terlarut sebagai berikut :

< 0,02                   : rendah

0,021 – 0,05         : cukup

0,051 – 0,10         : baik

2.2.8. TOM

Menurut Lukman, et al., (2008), berbagai faktor

lingkungann dapat berperan terhadap komposisi dan

kelimpahan biota benthic, diantaranya yang cukup

penting adalah kuantitas dan kualitas TOM sedimen.

Kadar organik sedimen merupakan salah satu penentuan

keberadaan biota benthic di suatu perairan. Karena

selain menjadi sumber pakan tetapi pada sisi lain akan

berpengaruh terhadap pada kadar oksigen yang tersedia

di dasar perairan tersebut. Pada kondisi oksigen yang

masih mencukupi atau biota yang tidak terpengaruh oleh

kondisi oksigen rendah, kondisi bahan organik yang ada

dapat menetukan tingkat kelimpahannya.

Menurut sugianti, et al., (2010), sedimen dengan

ukuran partikel lebih halus umumnya memiliki kandungan

bahan organik lebih tinggi dibandingkan dengan ukuran

partikel yang lebih besar, semakin halus tekstur

substrat semakin besar kemampuannya menjebak bahan

organik.

2.3. Kelimpahan Plankton pada Perairan

2.3.1. Indeks keragaman

18

Keragaman jenis merupakan parameter yang digunakan

dalam mengetahui suatu komunitas. Parameter ini

mencirikan kekayaan jenis dan keseimbangan dalam suatu

komunitas, akhir-akhir ini terjadi penurunan yang

menjadikan keragaman fitoplankton rendah. Ekosistem

dengan keragaman rendah adalah tidak stabil dan rentan

terhadap pengaruh tekanan dari luar dibandingkan

dengan ekosistem yang memiliki keragaman tinggi (Boyd,

(1999) dalam Pirzan (2008)).

Menurut odum (1994) dalam Winarti dan dikki

(2011), ada dua komponen keanekaragaman jenis, yaitu

kekayaan jenis dan kemerataan. Kekayaan jenis adalah

jumlah jenis dalam suatu komunitas. Kemerataan adalah

pembagian individu yang merata diantara jenis.

Kemerataan menjadi maksimum apabila semua spesies

mempunyai jumlah yang sama atau rata.

2.3.2 Indeks Dominasi

Berdasarkan Odum (1971) dalam Madinawati 2010,

dominansi hasil perhitungan adalah sebagai berikut : D

mendekati 0 tidak ada jenis yang mendominasi dan D

mendekati 1 terdapat jenis yang mendominasi.

Penelitian Kelimpahan Fitoplankton di Ekosistem

Perairan Teluk Gilimanuk, Taman Nasional, Bali Barat

telah dilakukan pada bulan Maret 2006. Pengamatan

difokuskan pada komunitas fitoplankton dan zooplankton

19

di sepuluh titik stasiun pengamatan. Variasi

kelimpahan plankton rata-rata antar kelompok lokasi

adalah 4428 – 1716224 sel/m3 dan 23938 individu/m3

(67,73 %) masing-masing untuk fitoplankton dan

zooplankton. Struktur komunitas fitoplankton

didominasi oleh kelompok diatom dengan tercatat ada 5

(lima) yaitu: Coscinodiscus, Chaetoceros, Guinardia,

Navicula,Pseudonitzshia (Thoha, 2007)

Menurut Madinawati (2010) dominasi jenis dapat

dihitung sebagai berikut D = n1 2 x 100%

N2

Dimana :

D : Indeks dominasi

N1 : jumlah individu jenis ke-1

N : jumlah total individu

Dominasi hasil perhitungan adalah sebagai berikut : D

mendekati 0 tidak ada jenis yang mendominasi dan D

mendekati 1 terdapat jenis yang mendominasi.

20

3. MATERI DAN METODE

3.1 Alat dan Bahan Praktikum

3.1.1 Parameter Kualitas Air

a. Parameter Fisika

Suhu

Alat yang digunakan dalam pengukuran suhu yaitu:

- Thermometer Hg : untuk mengukur suhu perairan

- Stopwatch : untuk mengukur waktu suhu

Bahan yang digunakan dalam pengukuran suhu yaitu:

Air kolam : sebagai bahan yang akan diukur

suhunya

Kecerahan

Alat yang digunakan dalam pengukuran kecerahan

yaitu:

-Secchidisk : Alat untuk mengukur kecerahan

air

-Penggaris : Sebagai penanda d1 dan d2

-Tali : Mengikat secchidisk

Bahan yang digunakan dalam pengukuran kecerahan

yaitu

- Sampel air kolam : sampel air yang akan diukur

kecerahannya

- Karet gelang : untuk menandai d1 dan d2

b.Parameter Kimia

21

DO (Oksigen terlarut)

Alat yang digunakan dalam pengukuran DO adalah:

- Botol DO : Sebagai tempat sampel air yang

akan diukuroksigen telarutnya

- Pipet tetes : Untuk mengambil larutan dalam

jumlah kecil

- Statif : Sebagai peyangga berat

- Buret : Sebagai tempat titian

Bahan yang digunakan dalam pengukuran DO adalah:

- Air kolam : sebagai sampel yang akan

diukur DO-nya

- H2SO4 Pekat 1 ml : Untuk pengkondisian asam

dan melarutkan lapisan

endapan coklat.

- NaOH + KI 2 ml : Untuk melepaskan t2

dan membentuk endapan coklat

- Amilum 3 tetes : Sebagai indikator

suasana basa

- MnSO4 2 ml : untuk mengikat O2 dalam air

kolam

- N2S2O3 (0,025 N) : Sebagai titran untuk

melepas I2

22

- Kertas label : Untuk memberikan keterangan

pada botol DO

Karbondioksida (CO2)

Alat yang digunakan dalam pengukuran CO2 adalah:

- Botol mineral 600 ml : sebagai tempat

sampel yang akan diukur CO2

nya

- Gelas ukur 25 ml : Untuk mengukur air

sampai

- Pipet tetes : Untuk mengambil

larutan dalam jumlah kecil

- Erlenmeyer 100 ml : untuk menampung air

sampel

Bahan yang digunakan dalam pengukuran

karbondioksida adlah:

- Indikator pp (2 tetes ) : Sebagai

indikator warna pink dan

suasana basa

- Na2 CO3 (0,0454 N) : Untuk mengikat

CO2 diperairan dan sebagai

titran

- Air kolam : sebagai sampel yang

akan diukur CO2 nya

23

Nitrat

Alat yang digunakan pada pengukuran nitrat

adalah:

- Beaker glass 25 ml : untuk mengukur

aquades

- Washing Bottle : sebagai tempat

aquadest

- Cawan Porselen : sebagai wadah kerak

nitrat

- Cuvet : sebagai tempat larutan

- Pipet volume 100 ml : untuk mengambil

larutan pada volume

tertentu

- Rak cuvet : sebagai tempat cuvet

- Bolas hisap : untuk membantu mengambil

larutan dengan pipet volume

- Spatula : sebagai alat untuk

melepaskan kerak nitrat

- Hot Plate : untuk memanaskan air

sampel

- Spektro Fotometer : untuk mengukur

panjang gelombang

- Pipet tetes : untuk mengambil

larutan dalam jumlah kecil

24

- Corong : Untuk membantu memasukkan

larutan

Bahan yang digunakan dalam pengukuran nitrat

adalah:

- NH4OH : untuk menghilangkan kerak

dari nitrat

- Asam fenol disulfonik : sebagai pelarut

kerak nitrat

- Sampel air kolam : sebagai sampel

yang akan diukur kadar

nitratnya

- Aquades : sebagai pengecer larutan

- Kertas label : untuk memberikan

keterangan pada cuvel

- Kerak nitrat : sebagia bahan

yang akan diukur kandungan

nitranya.

- Kertas saring : untuk menyaring

kertas sampel

Phospat

- Gelas ukur 25 ml : sebagai tempat

larutan saat diukur

- Cuvet : sebagai tempat larutan saat

diukur di spektofotometer

25

- Beaker glass 100ml : sebagai tempat

larutan sementara

- Rak Cuvet : sebagai tempat cuvet

- Spektofotometer : alat yang digunakan

untuk mengukur panjang

gelombang.

- Pipet tetes : untuk mengambil

larutan dalam jumlah

sedikit.

- Corong : untuk membantu memasukkan

larutan

Bahan yang digunakan dalam pengukuran kadar

phospat adalah:

- Air kolam 25 ml :

sebagai sampel yang

akan diukur kadar

phospatnya

- Amonium molybdate 0,5 ml: sebagai pengikat

fosfat terlarut di perairan

dan membentuk amonium

fosfor molybdate

- SnCl2 : sebagai indikator warna

biru

- Kertas label : untuk memberikan

keterangan pada cuvet.

26

- Tissue : untuk membersihkan

peralatan

PH

Alat yang digunakan dalam pengukuran PH adalah:

- Kotak standar PH : untuk mengetahui nilai PH

air kolam

- Stopwatch : untuk mengukur waktu pH.

Bahan yang digunakan dalam pengukuran PH adalah:

- Sampel air kolam : sebagai sampel yang akan

diuku PH-Nya

- PH paper : untuk mengukur pH air kolam

TOM

Alat – alat yang digunakan dalam pengukuran TOM

adalah

- Hot plate : sebagai tempat untuk

memanaskan air sampel

- stirrer : berupa magnet untuk

mengaduk larutan saat tinggi

- Erlenmeyer 25 ml : sebagai tempat pereaksi

larutan

- Buret : untuk tempat titran

27

- Statif : sebagai tempat

menggantungkan buret

- Pipet tetes : untuk mengambil

larytan Na-oxalate dan air

sampel

- Gelas ukur 25 ml : untuk mengukur volume air

sampel sesuai ukuran

- Pipet volume 10 ml : untuk mengambil

larutan dalam jumlah banyak

- Termometer Hg : untuk mengukur suhu larutan

- Bola hisap : untuk memudahkan pemindahan

larutan H2SO4

- Sentrifuge : alat pengaduk atau pemutar

magnet

3.1.2 Pengambilan Sampel Plankton

Alat yang digunakan dalam pengambilan sampel

plankton adalah:

- Botol film 6 buah : sebagai tempat untuk net

plankton

- Plantkon net : sebagai alat untuk menyaring

plankton

- Pipet tetes : Untuk mengambil larutan lugol

dalam jumlah kecil

28

- Ember 5 L : sebagai alat untuk mengambil

sampel air sebanyak 25 L

- Gunting : untuk menggunting isolasi saat

menutup botol film

Bahan yang digunakan untuk mengambil plankton adalah

- Sampel air kolam : Sebagai sampel air yang akan

ditangkap planktonya.

- Lugol : sebagai bahan untuk mengawetkan

sampel plankton

- Kerta label : untuk memberikan keterangan

pada botol film

- Isolasi bening : untuk perekat botol film

agar tidak tumpah

3.1.3 Pembuatan Preparat dan Pengamatan Plankton

Alat-alat digunakan dalam pembuatan preparat

adalah:

- Objek glass : sebagai tempat untuk

meletakkan objek

yang akan diamati

- Cover glass : sebagai penutup objek yang

akan diamati dalam

mikroskop.

29

- Washing bottle : sebagai tempat aquadest

- Botol film : sebagai tempat sampel

plankton

- Pipet tetes : untuk memindahkan

larutan aquades

- Mikroskop binokuler : sebagai alat untuk

mengamati

plankton

- Nampan : untuk tempat alat dan bahan

praktikum

Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan

preparat adalah:

- Sampel plankton: sebagai sampel yang akan

diamati

- Aquadest : untuk memberishkan objek glass

dan coverglass

- Tissue : untuk mengeringkan cover dan

objek glass

30

Thermometer Hg-dimasukkan dalam perairan kolam, dengan posisi membelakangi matahari. -ditinggal + 2 – 3 menit.-dibaca skala air raksa saat masih dalam perairan.-dicatat dalam skala oC.

Hasil

Secchi disk

2dd 21

Hasil

3.2. Metode Praktikum

3.2.1 Metode Pengukuran Parameter Kualitas Air

a. Parameter Fisika

Suhu

Kecerahan

31

D = d1 + d2

2

pH meter

-dimasukkan dalam perairan + 2 menit-dikibas-kibaskan tinggi setengah kering-dicocokkan warna pH paper pada kotak standart-dicatat nilai pH

Hasil

b. Parameter Kimia

pH

32

Botol DO

-dicatat volume botolnya-dimasukkan dalam perairan dengan posisi miring 45o-diisi berlahan dengan air jangan sampai terdapat gelembung udara-ditegakkan secara berlahan jika volume hampir penuh-ditutup di dalam perairan jika volume sudah penuh

Botol Do berisi sampel

4DOV1000x8xNxV

botol

titrantitran

Oksigen terlarut (DO)

33

Hasil

4DOV1000x8xNxV

botol

titrantitran

Air Sampel

VairsampelxxNxV titrantitran 100022

Hasil

Karbondioksida

34

Air Sampel

-diambil 25 ml air sampel dengan menggunakan gelas ukur -dimasukkan ke dalam beaker glass-ditambahkan 2 ml amunium molybdate-dihomogenkan-ditambahkan 5 tetas SnCl2-dihomogenkan-dituangkan 50 ml air sampel ke dalam beaker Glass-ditambahkan 2ml amunium molybdate-dihomogenkan-ditambahkan 5 tetes SnCl2-dihomogenkan-diukur kadar larutan dengan spektofotometer

Othofosfat

35

-diambil 25 ml air sampel dengan menggunakan gelas ukur -dimasukkan ke dalam beaker glass-ditambahkan 2 ml amunium molybdate-dihomogenkan-ditambahkan 5 tetas SnCl2-dihomogenkan-dituangkan 50 ml air sampel ke dalam beaker Glass-ditambahkan 2ml amunium molybdate-dihomogenkan-ditambahkan 5 tetes SnCl2-dihomogenkan-diukur kadar larutan dengan spektofotometer

Hasil

36

Air Sampel

-diukur 10 ml air sampel -dimasukkan beaker glass-dipanaskan air sampel di atas hotplate sampai kering dan membentuk kerak-diangkat dan didinginkan-ditambahkan 0,2 ml asam xenoldisulfanik -diaduk dengan spatura-diencerkan 1 ml aquades-ditambahkan NH4OH-diencerkan dengan aquades sebanyak 10 ml-diukur kadar larutan dengan spektafotameter

Hasil

Nitrat

37

Botol Film

-dibuka tutupnya-diikat dan dipasang pada plonkten net-diambil air kolam dengan ember sebanyak 25l-dituangkan ke dalam plankton net sambil digoyang-ditutup bute film-ditambah lugol sebanyak 5 tetes-ditandai dengan kartu label -disimpan dalam cool box

Hasil

3.2.3 Pengambilan sampel plankton

38

Objek dan cover glass

-dikaliborasi dengan aquades-dikeringkan dengan tissue secara searah

Hasil

Botol film berisi sampel

-dikocok air sampel-diambil satu tetes dengan aquades-diteteskan pada objek Glass-ditutup dengan cover Glass dengan kemiringan 45o

Preparat

Hasil

-diamati di bawah mikroskop pembesaran 400x-dicari titik fokusnya-dilihat gambar plankton pada bidang 1 – 5 -diamati bentuk, warna, serta ciri-ciri plankton-diidentifikasi dibuka press cobt

3.2.4 Pembuatan Preparat dan Pengamatan Plankton

39

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Data Hasil Pengamatan

4.1.1 Data Tabel Pengamatan Kualitas Air

Parameter Waktu (08.29

WIB)Suhu 26oCKecerahan 55 cmpH 8DO 3,08 mg/lCO2 3,99 mg/lWarna Kolam HijauNitrat 0,334Fosfat 0,126TOM 40,448

4.1.2 Data Jenis dan Klasifikasi Plankton

Bidang Gambar Jumla Klasifikasi

40

Pandang h4

(google image,

2013)

8 Phylum : Chlorophyta

Subfilum :

Chlorophycae

Ordo :

Chlorococcates

Family :

Scenedesmaceae

Genus : Scenedesmus

Spesies : Scenedesmus

quadricauda

2

(google image,

2013)

6 Phylum : Chlorophyta

Subfilum :

Chlorophycae

Ordo : Ulvales

Family : Ulvaceae

Genus : Schizomeris

Spesies : Scizomeris

leibleinii

2

(Google image,

2013)

7 Phylum : Chlorophyta

Subfilum :

Chlorophycae

Ordo :

Chlorococcales

Family : Palmellaceae

Genus : Sphaerocystis

Spesies :

Sphaeorocystis

schoeteri

41

1

(Google image,

2013)

2 Phylum : Chlorophyta

Subfilum :

Chlorophycae

Ordo : Chlorococcates

Family : Oocystaceae

Genus :

Ankistrodesmus

Spesies :

Ankistrodesmus

falkatus

5

(Google image,

2013)

9 Phylum : Chlorophyta

Subfilum :

Chlorophycae

Ordo : Ulotricales

Family :

Ulotrichaceae

Genus : Trichosarcina

Spesies :Trichosarcina

polymorpha

4

(Google image, 2013)

4 Phylum : Chlorophyta

Subfilum :

Chlorophycae

Ordo : Chlorococcales

Family :

Scenedesmaceae

Genus : Gloeactinium

Spesies : Gloeactinium

limneticum

42

5

(Google image,

2013)

1 Phylum : Phytophyta

Subfilum :

Dinophyceae

Ordo : Dinokonteae

Family : Ceratiaceae

Genus : Ceratium

Spesies : Ceratium

hirudinella

4.1.3 Data Tabel Perhitungan Kelimpahan Plankton

JamPhylum –

Genusn

N

(mg/l)Pi Pi2 D

H

(ind/l

)

KR

(%)

08.2

9

Chorophyta

Scenedesmus

8

27376,6

820,21

60,0466

0,18299

99

2,7627

921,

6

Chlorophyta

Schizomeris

60,16

20,0264

16,

2

Chlorophyta

Spaerocysti

s

70,18

90,0352

18,

9

Chlorophyta

Ankistrodes

mus

20,05

4

0,0029

15,4

Chlorophyta

9 0,24

3

0,0591 24

43

Trichosarci

na Chlorophyta

Gloeactiniu

m

40,10

8

0,0116

6

10,

8

Phytophyta

– Ceratium 1

0,02

7

0,0007

292,7

4.2. Pembahasan

4.2.1. Deskripsi Stasiun Pengamatan

Pada saat praktikum Planktonologi lapang yang

dilakukan di laboratorium breeding Fakultas Perikanan dan

Ilmu Kelautan, Universitas Brawijaya, Malang terdapat kolam

semi tradisional dan kolam beton. Kolam yang digunakan oleh

kelompok 3 adalah kolam semitradisional yang mana dasar

kolam dari tanah dan pematangnya beton. Kolam semi

tradisonal memiliki inlet dipojok kolam dan outlet disisi

lainnya. Air kolam berwarna hijau dan disekitar kolam

terdapat pohon jambu.

44

4.2.2. Hubungan Parameter Kualitas Air Terhadap Kelimpahan

Plankton.

a. Suhu

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan suhu

diperoleh hasil 26 0C pada pukul 08.29 WIB. Suhu

berpengaruh terhadap kelimpahan plankton dalam suatu

perairan, semakin tinggi suhu maka kelimpahan plankton

semakin tinggi.

Menurut Tomaseik et al. (1957) dalam Afdal et al. (2011),

pengaruh suhu secara langsung yakni untuk mengontrol reaksi

kimia enzimatik dalam proses fotosintesis. Sedangkan

pengaruh secara tidak langsung yaitu dalam meraba struktur

hidrologi kolam perairan yang dapat mempengaruhi distribusi

plankton

b. pH

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan pH

diperoleh hasil 7 pada pukul 08.29 WIB. Hubungan antara pH

dengan kelimpahan plankton adalah ketika pH rendah

( asam ), pertumbuhan plankton akan terhambat. Namun jika

pH basa akan bersifat toksik. Hal ini sesuai dengan dengan

pernyataan Effendi ( 2003 ) dalam Samsidor etal. ( 2013 ),

pH yang cukup bagi pertumbuhan fitoplankton dalam suatu

perairan adalah 6,9. Namun jika pH berada pada kisaran 6-

6,5 maka akan mengakibatkan keanekaragaman plankton menurun

c.Kecerahan

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan

Kecerahan diperoleh hasil 55 cm pada pukul 08.29 WIB.

45

Sesuai dengan sifat plankton yang berfotosintesis, tinggi

rendahnya kecerahan akan mempengaruhi kelimpahan plankton

di perairan.

Menurut Setiawan (2004), kecerahan yang berisi

merupakan syarat untuk berlangsungnya proses fotosintesis

oleh fitoplankton.

d.DO

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan DO

diperoleh hasil 3,086 mg/l pada pukul 08.29 WIB.

Fitoplankton mampu menghasilkan oksigen utamanya yaitu

dalam bentuk oksigen terlarut dalam air yang dihasilkan

melalui proses fotosintesis sehingga ketika DO tinggi maka

fitoplankton juga tinggi.

Menurut Yazwar ( 2008 ), oksigen yang ada diperairan

berasal dari fotosintesis hidrofita serta fitoplankton yang

berada didalamnya.

e.CO2

Pada praktikum planktonologi tentang pengamatan CO2

diperoleh hasil 3,99 mg/l pada pukul 08.29 WIB. Kadar

karbondioksida di dalam air jika berlebih akan berpotensi

toksik bagi organisme atau biota yang ada di dalam

perairan.

Menurut Barus ( 2002 ), karbondioksida sangat mudah

larut dalam air. Umumnya zat ini tidak terdapat dalam

keadaan bebas melainkan berikatan dengan air membentuk asam

karbonat (H2CO3), karbondioksida bebas dipengaruhi oleh pH

dibawah 4.

46

f.Nitrat

Pada praktikum planktonologi tentang pengamatan Nitrat

diperoleh hasil 0,334 mg/l pada pukul 08.29 WIB.

Pertumbuhan plankton umumnya dipengaruhi oleh pertumbuhan

nitrat pada perairan. Nitrat di perairan berasal dari

buangan industri, bahan peledak dan pemupukan.

Menurut Yazwar ( 2008 ), kadar nitrat dan fosfat yang

optimal untuk pertumbuhan fitoplankton masing-masing 3,9

mg/l – 15,5 mg/l dan 0,27 mg/l – 5,51 mg/l. Nitrat dan

fosfat merupakan faktor pembatas dibawah 0,144 mg/l 0,02

mg/l dalam perairan.

G. Fosfat

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan Fosfat

diperoleh hasil 0,126 mg/l pada pukul 08.29 WIB. Fosfat

merupakan unsur yang essensial sebagai bahan organik dalam

aquatik. Peningkatan konsentrasi fosfat dalam suatu

ekosistem perairan akan meningkatkan pertumbuhan algae dan

tumbuhan air lainnya secara cepat.

Menurut Supeno ( 2008 ), kadar fosfat rata-rata 0,47

rpm dengan kisaran anatara 0,08 mg/l dan 1,38 mg/l. kadar

fosfat tertinggi terjadi pada tambak.

h.TOM

Pada praktikum Planktonologi tentang pengamatan TOM

diperoleh hasil 40,448 mg/l pada pukul 08.29 WIB.

Menurut Asmara (2005), TOM dapat berupa autochtonus

yang berasal dari perairan itu sendiri seperti pembukaan

47

organisme mati oleh detritus, aktivitas perifiton,

makrofita dan fitoplankton. Bahan alloitonous termasuk

didalamnya bahan organik yang dapat dibawa oleh aliran air

daerah sekitar.

4.2.3 Kelimpahan Plankton

4.2.3.1 Tingkat Kesuburan Perairan Berdasarkan

a) Fitoplankton

Berdasarkan kelimpahan plankton, perairan yang menjadi

pengamatan merupakan perairan yang tingkat kesuburannya

normal. Dapat dikatakan subur karena jumlah Chlorophyta

dalam perairan tersebut cukup banyak. Hal ini sesuai dengan

pendapat Yazwar (2008), bahwa dari suatu perairan kelimpahan

algae yang paling dominan adalah phylum chlorophyta . Hal

ini dapat dilihat dari kemampuan dalah hal berfotosintesis

dibanding dengan alga dari jenis yang lain.

b) Zooplankton

Berdasarkan hasil pengamatan tidak ditemukan jenis

zooplankton . Hal ini karena pengambilan sampe air

dilaksanakan pada siang hari, sedangkan zooplankton bersifat

fototaksis negatif yang selalu menjauhi matahari. Menurut

Zahidin (2008), zooplankton berpindah secara vertikal an

horizontal yang mengikuti perkembangan fitoplankton dan

bersifat tidak menyenangi sinar dan cenderung menjauhi

48

cahaya. Sehingga tidak ditemukan zooplankton selama

pengamatan.

4.2.3.2 Indeks Dominasi

Indeks dominasi yang didapatkan pada pengamatan pukul

07.00 WIB yaitu chlorophyta sebesar 73 X 10-2 dan phytophyta

sebesar 2 X 10-2. Jadi dapat disimpulkan bahwa yang

mendominasi adalah phylum chlorophyta dengan indeks dominasi

menunjukkan nilai 0,18299.

Apabila nilai dominasi mendekati 1 berarti dalam

komunitas terdapat spesies yang mendominasi spesies lainnya.

Sebaliknya apabila mendekati nilai 0 berarti i dalam

struktur komunitas tidak terdapat spesies yang mendominasi

spesies lainnya (Yazwar, 2008).

4.2.3.3 Indeks Keragaman

Pada praktikum planktonologi, indeks keragaman yang

didapatkan dari pengamatan yaitu phylum chlorophyta sebesar

0,857 dan Phytophyta sebesar 0,142. Indeks keragaman

digunakan untuk mengetahui keanekaragaman jenis biota yang

diamati.

Apabila nilai indeks ini makin tinggi, berarrti

komunitas biota plankton di perairan itu makin beragam dan

tidak didominasi oleh satu atau dua takson saja (Asmara,

2005).

49

5. PENUTUP

5.1 Kesimpulan

Pada praktikum planktonlogi didapatkan kesimpulan

sebagai berikut:

Plankton adalah organisme yang berukuran

mikroskopis yang hidup melayang-layang di perairan

dan mengikuti arus.

Macam plankton berdasarkan asalnya yaitu autogenik

dan allogenik.

Berdasarkan ukuran dibagi menjadi ultraplankton,

nanoplankton, mikroplankton, dan makroplankton.

Berdasarkan siklus hidup terbagi menjadi

oloplankton dan meroplankton.

Berdasarkan habitat dibagi menjadi haliplankton,

limnoplankton, neoplankton, hylamiroplankton,

hypoplankton dan epiplankton.

Berdasarkan jenis makanan dibagi menjadi

fitoplankton, zooplankton, bakterioplankton dan

virioplankton.

Klasifikasi Fitoplankton:

- Divisi Chlorophyta

- Divisi Cyanophyta

- Divisi Chrysophyta

- Divisi Rhodophyta

- Divisi Dinoflagellata

Klasifikasi Zooplakton:

- Filum Rotifera

- Filum Arthropoda

50

- Filum Copepoda

Parameter kualitas air yang mempengaruhi kehidupan

plankton:

- Faktor kimia:

pH

DO

CO2

Nitrat

Orthofosfat

TOM

- Faktor Biologi:

Plankton

- Faktor Fisika:

Suhu

Kecerahan

Rumus Indeks Dominasi: D=n1NX100%

Rumus Kelimpahan Plankton: N=TXV

LXvXpXwXn

Rumus Luas bidang Pengamatan (LBD): LBD=14πD2 dengan

D = D1 + D2

Tabel Hasil Pengamatan

Parameter Hasil (pukul 08.29

51

WIB)

Suhu (°C) 26Kecerahan

(cm)

55

pH 8DO (mg/L) 3,086CO2 (mg/L) 3,99Warna air

kolam

Hajau

Nitrat (mg/L) 0,334Orthofosfat

(mg/L)

0,126

TOM 40,448

5.2 Saran

Dari praktikum planktonologi disarankan agar praktikan

selanjutnya dapat dilakukan dengan lebih baik, peralatan

yang digunakan diharapkan dapat ditambah supaya semua

praktikan dapat melakukan praktikum sendiri. Diharapkan

praktikan dapat memahami materi yang sedang dipraktekkan

dengan belajar sebelum praktikum.

52

DAFTAR PUSTAKA

Anderso. 2007. Microbiology A Human DersTective.University of

Washington: New York.

53

Asmara, A. 2005. Hubungan Struktur Komunitas Plankton dengan Kondisi

Fisika, Kimia Perairan Pulau Pramuka dan Pulau Panggang Kepulauan

Seribu. IPB : Bogor.

Budiati, H. 2006. Biologi Jilid 1 untuk SMA dan MA Kelas X. Pusat

Perbukuan Departemen Pendidikan Nasional : Jakarta.

Fattah, F; L. Muslimin dan S. B. A. Omar. 2012.Efektifitas Alga

Merah Eucheuma Spinosum sebagai Anti Bakteri Patogen pada Organisme

Budidaya Pesisir dan Manusia: Makassar.

Fried, G. H. dan G. J. Hademenos. 2005 . Biology Edisi Kedua .

Erlangga.

Garno , Y S. 2008. Kualitas Air dan Dinamika Fitoplankton Di Perairan

Pulau Harapan. Peneliti di Pusat Teknologi

LingkunganBadan Pengkajian dan Penerapan Teknologi.

Google image. 2013. www.google.co.id/images/siklus+nitrogen. diakses

pada tanggal 20 Oktober 2013 pukul 18.00 WIB.

Gosari, B. 2002. Skripsi Komposisi Jenis Fitoplankton Berbahaya di Sekitar

Pelabuhan Soekarno Hatta. Universitas Hasanuddin :

Makassar.

Handayani, S. dan M. P. Patria. 2005. Komunitas Zooplankton di

Perairan Waduk Krenceng, Cilegon, Banten. Makara Sains. 9(2): 75-

80.

Herawati, E.Y.danKusriani. 2005. Planktonologi (Buku Ajar). FPIK

UB : Malang.

Hutabarat, S. dan S.M. Evans. 1985. Pengantar Oseanografi.

Universitas Indonesia Press : Jakarta.

54

Kangkan, A.L. 2006. Studi Penentuan Lokasi untuk Pengembangan

Budidaya Laut Berdasarkan Parameter Fisika, Kimia dan Biologi Di Teluk

Kupang, Nusa Tenggara Timur. Tesis Program Pasca Sarjana.

Universitas Diponegoro : Semarang

Kodinor.2011.klasifikasiplankton.http://

kodiron57.wordpress.com/2011/11/17/klasifikasi-

berdasarkan-habitat/diakses pada 30 september 2013

pukul 14.38 WIB.

Lukman, S.T. 2008. Struktur Komunitas Biota Bentik dan Kaitannya dengan

Karakteristik Sedimen Danau Limboto Sulawesi. Jurnal Oseanologi dan

Limnologi Di Indonesia.34(3): 479-494.

Madinawati. 2010. Kelimpahan dan Keanekaragaman Plankton di Perairan

Laguna Desa Tolongano Kecamatan Banawa Selatan. Media Litbang

Sulteng. 3 (2) : 119-123.

Prasetyati, D.E. 2004. Hubungan Antara Suhu, Salinitas, dan Arus

dengan Distribusi Kelimpahan Zooplankton dan Ichtyoplankton yang

Tersaring Bonggo Net di Perairan Teluk Tomini pada Musim Timur 2003.

FPIK IPB : Bogor.

Pirzan, A. M dan P.R. Pong-Masak. 2008. Hubungan Keragaman

Fitoplankton dengan Kualitas Air di Pulau Bauluang, Kabupaten Takalar,

Sulawesi Selatan. Balai Riset Perikanan Budidaya Air Payau :

Sulawesi Selatan.

Putra , A. W ; Zahidah dan W. Lili. 2012. Struktur Komunitas

Plankton di Sungai Citarum Hulu Jawa Barat. Jurnal Perikanan dan

Kelautan. 3(4) : 313 – 325.

Risiani, Y. 2004 .Potensi Sumberdaya Rumput Laut Di Jawa Timur dan

Jenis-Jenis Ekonomis Penting. FPIK UB : Malang.

55

Sachlan. 1982. Planktonologi. FPIK UniversitasDiponegoro:

Semarang.

Santya, D.Y. dan Y. H. Gultom. 2009. Pemanfaatan Algae Chlorella

Sp. dan Eceng Gondok Untuk Menurunkan Tembaga (Cu) Pada Industri

Pelapisan Logam. Universitas Diponegoro : Semarang.

Sawestri, S. dan A. Farid. 2012 . Kajian Dampak Pembangkit Listrik

Tenaga Nuklir (Pltn) Terhadap Kelimpahan Organisme Planton. Pusat

Pengembangan Energi Nuklir Badan Tenaga Nuklir

Nasional. Universitas Sriwijaya : Palembang

Spotte, H.S. 1996. Fish and Invertebrata Culture Water Manajement in

Closed System Willey Interscience : NewYork.

Thoha, H. 2007. Kelimpahan Plankton Di Ekosistem Perairan Teluk

Gilimanuk, Taman Nasional, Bali Barat. Makara Sains. 11(1) :44-

48.

Wetzel, R.G dan Likens, G.E. 2011. Limnological Analyses: Third

Edition : New York.

Winarti, I. dan Diki. 2011. Penyempurnaan Penyajian Materi pada

BMP Hidrobiologi (BIOL4214). Universitas Terbuka : Bogor.

Yazwar. 2008. Keanekaragaman Plankton dan

KeterkaitannyadenganKualitas Air Di Prapat, Danau Toba.

Yuliana. 2007. Struktur Komunitas dan Kelimpahan Fitoplankton dalam

Kaitannya dengan Parameter Fisika-Kimia Perairan Di Danau Laguna

Ternate, Maluku Utara. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan,

Universitas KhairunKampus Gambesi : Maluku Utara.

Zahidin, M. 2008. Kajian Kualitas Air Di Muara Sungai Pekalongan Ditinjau

dari Indeks Keaneragaman Makrobenthos dan Indeks Saprobitas Plankton.

56

Program Pascasarjana Universitas Diponegoro :

Semarang.

LAMPIRAN

Perhitungan Parameter Kimia :

a.

DO=VtitranxNtitranx8x1000

VbotolDO−4=4,8x0,025x8x1000

315−4=960311

=3,086mg/l

57

b.

CO2=VtitranxNtitranx22x1000

Vairsampel=0,1x0,0454x22x1000

25=99,8825

=3,99mg/l

c.

TOM=(x−y)x31,6x0,01x1000Vairsampel

=(4−0,8)x31,6x0,01x100025

=40,448mg/l

58

Perhitungan :

a. Kelimpahan Fitoplankton

N= T.VL.v.P.W

xn= 400.33

3,14. 122

.5.25x37=13200

17,84x37=27376,682ind /l

b. Indeks Keragaman

Scenedesmus → Pi= ¿N

=837

=0,216

H’ = Pi log2 Pi

= 0,47755 ind/l

Schyzomeris → Pi= ¿N

= 637

=0,162

H’ = Pi log2 Pi

= 0,42450 ind/l

Sphaerocystis → Pi= ¿N

=737

=0,189

H’ = Pi log2 Pi

= 0,45426 ind/l

Ankistrodesmus → Pi= ¿N

= 237

=0,054

59

H’ = Pi log2 Pi

= 0,21609 ind/l

Trichosarcina → Pi= ¿N

=937

=0,243

H’ = Pi log2 Pi

= 0,49595 ind/l

Gloeactinium → Pi= ¿N

=437

=0,108

H’ = Pi log2 Pi

=0,34677 ind/l

Ceratium → Pi= ¿N

=137

=0,027

H’ = Pi log2 Pi

= 0,14069 ind/l

H’= Pi log∑ 2 Pi

=

0,47755+0,42450+0,45426+0,21609+0,49595+0,49595+0,1406

9

= 2,76279 ind/l

60

c. Indeks Dominasi

Scenedesmus → D = Pi2

= (0,216)2

= 0,0466

Schizomeris → D = Pi2

= (0,162)2

= 0,0264

Sphaerocystis → D = Pi2

= (0,189)2

= 0,0357

Ankistrodesmus → D = Pi2

= (0,054)2

= 0,00291

Trichosarcina → D = Pi2

= (0,243)2

= 0,0590

Gloeactinium → D = Pi2

= (0,108)2

= 0,01166

Ceratium → D = Pi2

= (0,027)2

= 0,000729

61

D = (∑¿N

¿2

=

0,0466+0,0264+0,0264+0,0357+0,00291+0,0590+0,01166+0,0

00729

= 0,182999

d. Kelimpahan Relatif

Scenedesmus :

KR= ¿Nx100%=

837

x100%=0,216x100%=21,6%

Schizomeris :

KR= ¿Nx100%=

637

x100%=0,162x100%=16,2%

Sphaerocystis :

KR= ¿Nx100%=

737

x100%=0,189x100%=18,9%

Ankistrodesmus :

KR= ¿Nx100%=

237

x100%=0,054x100%=5,4%

Trichosarcina :

KR= ¿Nx100%=

937

x100%=0,243x100%=24,3%

62

Gloeactinium :

KR= ¿Nx100%=

437

x100%=0,108x100%=10,8%

Ceratium :

KR= ¿Nx100%= 1

37x100%=0,027x100%=2,7%

63

Gambar Kolam

64

65