Konsep Epidemiologi

34
Nama Anggota Kelompok 1. Achmad Rizki Azhari/25010113140258/D2013 2. Kristian Yudhianto /25010113140312/D2013 3. Febri Iswanto /25010113140313/D2013 4. Bhakti Chrisna /25010113130317/D2013

Transcript of Konsep Epidemiologi

Nama Anggota Kelompok1. Achmad Rizki

Azhari/25010113140258/D20132. Kristian Yudhianto

/25010113140312/D20133. Febri Iswanto /25010113140313/D2013

4. Bhakti Chrisna /25010113130317/D2013

Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas Diponegoro

Semarang2014

Pertanyaan :1. Jelaskan definisi dari penyakit !2. Jelaskan teori terjadinya penyakit :

a) Contagion, b) Hipocratic, c) Miasmatic d) Germe) Segitiga epidemiologif) Web causation g) Wheel causation !

3. Jelaskan definisi riwayat alamiah penyakit !4. Jelaskan definisi stimulus penyakit !5. Jelaskan definisi periode prepatogenesis !6. Jelaskan definisi periode pathogenesis !7. Jelaskan definisi masa inkubasi !8. Jelaskan definisi masa induksi !9. Jelaskan definisi masa menular !10. Jelaskan perbedaan dinamika penularan dan

dinamika penyakit !11. Jelaskan definisi periode jendela !12. Jelaskan definisi periode klinis !13. Jelaskan secara lengkap rantai infeksi !14. Jelaskan pencegahan primordial primer, tersier,

dan sekunder !

Jawaban :1. Pengertian Penyakit

# KATHLEEN MEEHAN ARIAS

Penyakit adalah suatu kesakitan yang biasanya memiliki sedikitnya dua sifat dari kriteria ini: agen atiologik telah diketahui, kelompok tanda serta gejala yang dapat diidentifikasi, atau perubahan anatomi yang konsisten 

# DR. BEATE JACOB

Penyakit adalah suatu penyimpangan dari keadaan tubuh yang normal atau ketidakharmonisan jiwa

# WAHYUDIN RAJAB, M. Epid

Penyakit adalah keadaan yang bersifat objektif dan rasa sakit bersifat subjektif

# DR. EKO DUDIARTO

Penyakit adalah jegagalan mekanisme adaptasi suatu organisme untuk bereaksi secara tepat terhadap rangsanganatau tekanan sehingga timbul gangguan pada fungsi atau struktur organ atau sistem tubuh

# THOMAS TIMMRECK

Penyakit adalah suatu keadaan dimana terdapat gangguan terhadap bentuk dan fungsi tubuh sehingga berada dalam keadaan tidak normal.

# ELIZABETH J. CROWN

Penyakit ialah perihal kehadiran seperangkat respons tubuh yang abnormal terhadap agen, dimana manusia mempunyai toleransi sedikit atau tidak samasekali

# GEORGE PICKETT & JOHN J. HANLON

Penyakit adalah fungsi dari kekuatan agens penyebab dan daya tahan tubuh manusia

# AZIZAN HAJI BAHARUDDIN

Penyakit ialah keadaan yang diakibatkan oleh kerusakan keseimbangan fungsi tubuh dan bagian badan

# MUNADJAD ISKANDAR

Penyakit adalah suatu proses alami yang harus kita hadapi, bukan untuk kita musuhi

2. Teori Terjadinya Penyakit

A. Teori ContagionDi Eropa, epidemi sampar, cacar dan demam tifus

merajalela pada abad ke-14 dan 15. Keadaan buruk

yang dialami manusia pada saat itu telah mendorong

lahirnya teori bahwa kontak dengan makhluk hidup

adalah penyebab penyakit menular. Konsep itu

dirumuskan oleh Girolamo Fracastoro (1483-1553).

Teorinya menyatakan bahwa penyakit ditularkan dari

satu orang ke orang lain melalui zat penular

(transference) yang disebut kontagion.

Fracastoro membedakan tiga jenis kontagion, yaitu:

a) Jenis kontagion yang dapat menular melalui

kontak langsung, misalnya bersentuhan,

berciuman, hubungan seksual.

b) Jenis kontagion yang menular melalui benda-

benda perantara (benda tersebut tidak tertular,

namun mempertahankan benih dan kemudian

menularkan pada orang lain) misalnya melalui

pakaian, handuk, sapu tangan.

c) Jenis kontagion yang dapat menularkan pada

jarak jauh

Pada mulanya teori kontagion ini belum

dinyatakan sebagai jasad renik atau mikroorganisme

yang baru karena pada saat itu teori tersebut tidak

dapat diterima dan tidak berkembang. Tapi penemunya,

Fracastoro, tetap dianggap sebagai salah satu

perintis dalam bidang epidemiologi meskipun baru

beberapa abad kemudian mulai terungkap bahwa teori

kontagion sebagai jasad renik. Karantina dan

kegiatan-kegiatan epidemik lainnya merupakan

tindakan yang diperkenalkan pada zaman itu setelah

efektivitasnya dikonfirmasikan melalui pengalaman

praktek.

B. Teori HippocraticMenyusul contagion theory , para pemikir

kesehatan , dipelopori oleh Hipocrates mulai lebihmengarahkan kausa pada suatu factor tertentu.

Hipocrates (460-377 SM), yang dianggap sebagaiBapak Kedokteran Modern, telah berhasil membebaskanhambatan-hambatan filosofis pada zaman itu yangbersifat spekulatif dan superstitif (tahayul) dalammemahami kejadian penyakit. Ia mengemukakan teoritentang sebab musabab penyakit, yaitu bahwa :a) Penyakit terjadi karena adanya kontak dengan

jasad hidup, dan

b) Penyakit berkaitan dengan lingkungan eksternal maupun internal seseorang.

Teori itu dimuat dalam karyanya berjudul “OnAirs, Waters and Places”. Hippocrates mengatakanbahwa kausa penyakit berasal dari alam , cuaca danlingkungan. Perubahan cuaca dan lingkungan yangditunjuk sebagai keladi perkembangan penyakit.Teori ini mampu menjawab masalah penyakit yang adapada waktu itu dan dipakai hingga tahun 1800-an.Kemudian ternyata teori ini tidak mampu menjawabtantangan berbagai penyakit infeksi lainnya yangmempunyai rantai penularan yang berbelit belit.

C. Teori MiasmaticKira-kira pada awal abad ke-18 mulai muncul

konsep miasma sebagai dasar pemikiran untuk

menjelaskan timbulnya wabah penyakit. Kosep ini

dikemukakan oleh Hippocrates. Miasma atau miasmata

berasal dari kata Yunani yang berarti something dirty

(sesuatu yang kotor) atau bad air (udara buruk).

Miasma dipercaya sebagai uap yang dihasilkan dari

sisa-sisa makhluk hidup yang mengalami pembusukan,

barang yang membusuk atau dari buangan limbah yang

tergenang, sehingga mengotori udara, yang dipercaya

berperan dalam penyebaran penyakit. Contoh pengaruh

teori miasma adalah timbulnya penyakit malaria.

Malaria berasal dari bahasa Italia mal dan aria yang

artinya udara yang busuk. Pada masa yang lalu

malaria dianggap sebagai akibat sisa-sisa pembusukan

binatang dan tumbuhan yang ada di rawa-rawa.

Penduduk yang bermukim di dekat rawa sangat rentan

untuk terjadinya malaria karena udara yang busuk

tersebut.

Pada waktu itu dipercaya bahwa bila seseorang

menghirup miasma, maka ia akan terjangkit penyakit.

Tindakan pencegahan yang banyak dilakukan adalah

menutup rumah rapat-rapat terutama di malam hari

karena orang percaya udara malam cenderung membawa

miasma. Selain itu orang memandang kebersihan

lingkungan hidup sebagai salah satu upaya untuk

terhindar dari miasma tadi. Walaupun konsep miasma

pada masa kini dianggap tidak masuk akal, namun

dasar-dasar sanitasi yang ada telah menunjukkan

hasil yang cukup efektif dalam menurunkan tingkat

kematian.

Dua puluh tiga abad kemudian, berkat penemuan

mikroskop oleh Anthony van Leuwenhoek, Louis Pasteur

menemukan bahwa materi yang disebut miasma tersebut

sesungguhnya merupakan mikroba, sebuah kata Yunani

yang artinya kehidupan mikro (small living)

D. Teori Germ

Penemuan-penemuan di bidang mikrobiologi dan

parasitologi oleh Louis Pasteur (1822-1895), Robert

Koch (1843-1910), Ilya Mechnikov (1845-1916) dan

para pengikutnya merupakan era keemasan teori kuman.

Para ilmuwan tersebut mengemukakan bahwa mikroba

merupakan etiologi penyakit.

Louis Pasteur pertama kali mengamati proses

fermentasi dalam pembuatan anggur. Jika anggur

terkontaminasi kuman maka jamur mestinya berperan

dalam proses fermentasi akan mati terdesak oleh

kuman, akibatnya proses fermentasi gagal. Proses

pasteurisasi yang ia temukan adalah cara memanasi

cairan anggur sampai temperatur tertentu hingga

kuman yang tidak diinginkan mati tapi cairan anggur

tidak rusak. Temuan yang paling mengesankan adalah

keberhasilannya mendeteksi virus rabies dalam organ

saraf anjing, dan kemudian berhasil membuat vaksin

anti rabies. Atas rintisan temuan-temuannya memasuki

era bakteriologi tersebut, Louis Pasteur dikenal

sebagai Bapak dari Teori Kuman.

Robert Koch juga merupakan tokoh penting dalam

teori kuman. Temuannya yang paling terkenal dibidang

mikrobiologi  adalah Postulat Koch yang terdiri

dari:

a) Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan

yang sakit, tidak pada yang sehat,

b) Kuman dapat diisolasi dan dibuat biakannya,

c) Kuman yang dibiakkan dapat ditularkansecara

sengaja pada hewan yang sehat dan menyebabkan

penyakit yang sama

d) Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari

hewan yang diinfeksi.

E. Trias Epidemiologi (Segitiga Epidemiologi)

Model tradisional epidemiologi atau segitiga

epidemiologi dikemukakan oleh Gordon dan La Richt (1950),

menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada

manusia dipengaruhi oleh tiga faktor utama yaitu host,

agent, dan environment. Gordon berpendapat bahwa:

1. Penyakit timbul karena ketidakseimbangan antara agent

(penyebab) dan manusia (host)

2. Keadaan keseimbangan bergantung pada sifat alami dan

karakteristik agent dan host (baik individu/kelompok)

3. Karakteristik agent dan host akan mengadakan

interaksi, dalam interaksi tersebut akan berhubungan

langsung pada keadaan alami dari lingkungan

(lingkungan sosial, fisik, ekonomi, dan biologis).

Agen Penyakit

Agen penyakit dapat berupa benda hidup atau mati dan

faktor mekanis, namun kadang-kadang untuk penyakit

tertentu, penyebabnya tidak diketahui seperti pada

penyakit ulkus peptikum, penyakit jantung koroner dan

lain-lain.

unsur penyebab penyakit dapat dibagi dalam dua bagian

utama, yakni :

1. Penyebab kausal primer

Unsur ini dianggap sebagi faktor kausal terjadinya

penyakit, dengan ketentuan bahwa walaupun unsur ini ada,

belum tentu terjadi penyakit. Sebaliknya pada penyakit

tertentu, unsur ini selalu dijumpai sebagai unsur

penyebab kausal. Unsur penyebab kausal ini dapat dibagi

dalam 5 kelompok utama, yaitu :

1) Unsur penyebab biologis, yakni semua unsur penyebab

yang tergolong makhluk hidup termasuk kelompok

mikroorganisme (Nur Nasry Noor, 2008:30). seperti :

a.       Virus,

b.      Bakteri,

c.       Jamur,

d.      Parasit,

e.       Protozoa,

f.       Metazoa. (Eko Budiarto. 2002: 15).

Unsur penyebab ini pada umumnya dijumpai pada penyakit

infeksi dan penyakit menular. (Nur Nasry Noor, 2008:30).

Sifat-sifat mikroorganisme sebagai agen penyebab penyakit

juga merupakan faktor penting dalam proses timbulnya

penyakit infeksi. Sifat-sifat mikroorganisme tersebut

antara lain:

1. Patogenesis

2. Virulensi

3.  Tropisme

4.  Serangan terhadap pejamu

5.  Kecepatan berkembang biak

6.  Kemampuan menembus jaringan

7.  Kemampuan memproduksi toksin

8.  Kemampuan menimbulkan kekebalan

2) Unsur penyebab nutrisi,

yakni semua unsur penyebab yang termasuk golongan zat

nutrisi dan dapat menimbulkan penyakit tertentu karena

kekuranagn maupun kelebihan zat nutrisi tertentu

seperti protein, lemak, hidrat arang, vitamin, mineral

3) Unsur penyebab kimiawi

yakni semua unsur dalam bentuk senyawaan kimia yang

dapat menimbulkan gangguan kesehatan/penyakit

tertentu. Unsur ini pada umumnya berasal dari luar

tubuh termasuk berbagai jenis zat racun, obat-obat

keras, berbagai senyawaan kimia tertentu dan lain

sebagainya, bentuk senyawaan kimia ini dapat berbentuk

padat, cair, uap, maupun gas. Adapula senyawaan

kimiawi sebagai hasil produk tubuh (dari dalam) yang

dapat menimbulkan penyait tertentu seperti ueum,

kolesterol, dan lain-lain

4) Unsur penyebab fisika

yakni semua unsur yang dapat menimbulkan penyakit

melalui proses fisika, umpamanya panas (luka bakar),

irisan, tikaman, pukulan (rudapaksa) radiasi dan lain-

lain. Proses kejadian penyakit dalam hal ini terutama

melalui proses fisika yang dapat menimbulkan kelainan

dan gangguan kesehatan.

5) Unsur  penyebab psikis

yakni semua unsur yang bertalian dengan kejadian

penyakit gangguan jiwa serta gangguan tingkah laku

sosial. Unsur penyebab ini belum jelas proses dan

mekanisme kejadian dalam timbulnya penyakit, bahkan

sekelompok ahli lebih menitikbertkan kejadian penyakit

pada unsur penyebab genetika. Dalam hal ini kita harus

berhati-hati terhadap factor kehidupan sosial yang

bersifat nonkausal serta lebih menampakkan diri dalam

hubungannya dengan proses kejadian penyakit maupun

gangguan kejiwaan.

2. Penyebab non kausal sekunder

Penyebab sekunder merupakan unsur

pembantu/penambah dalam proses kejadian penyakit dan

ikut dalam hubungan sebab akibat terjadinya

penyakit. Dengan demikian, dalam setiap analisis

penyebab penyakit, kita tidak hanya berpusat pada

penyebab kausal primer semata, tetapi harus

memperhatikan semua unsur lain di luar unsur

penyebab kausal primer. Hal ini didasarkan pada

ketentuan bahwa pada umumnya, kejadian setiap

penyakit sangat dipengaruhi oleh berbagai unsur yang

berinteraksi dengan unsur penyebab dan ikut dalam

proses sebab akibat. Faktor yang terinteraksi dalam

proses kejadian penyakit dalam epidemiologi

digolongkan dalam faktor resiko. Sebagai contoh pada

penyakit kardiovaskuler, tuberkulosis, kecelakaan

lalulintas, dan lain sebagainya. Kejadiannya tidak

dibatasi hanya pada penyebab kausal saja, tetapi

harus dianalisis dalam bentuk suatu rantai sebab

akibat yang peranan unsur penyebab sekundernya

sangat kuat dalam mendorong penyebab kausal primer

untuk dapat secara bersama-sam menimbulkan penyakit.

(Nur Nasry Noor, 2008:32).

Host (Penjamu)

Penjamu adalah manusia atau makhluk hidup

lainnya, termasuk burung dam atropoda, yang menjadi

tempat terjadi proses alamiah perkembangan penyakit.

Faktor penjamu yang berkaitan dengan kejadian

penyakit dapat berupa : umur, jenis, kelamin, ras,

etnik, anatomi tubuh, dan status gizi.

Yang termasuk dalam factor penjamu adalah :

a) Genetik; misalnya sickle cell disease

b) Umur; ada kecenderungan penyakit menyerang umur

tertentu

c) Jenis kelamin (gender): ditemukan penyakit yang

terjadi lebih banyak atau hanya mungkin pada

wanita

d) Suku/ras/warna kulit: dapat ditemukan perbedaan

antara ras kulit putih dengan prang kulit hitam

e) Keadaan fisiologi tubuh: kelelahan, kehamilan,

pubertas, stress, atau keadaam gizi

f) Keadaan imunologis: kekebalan yang diperoleh

karena adanya infeksi sebelumnya, memperoleh

antobodi dari ibu, atau pemberian kekebalan

bauatan (vaksinasi)

g) Tingkah laku (behavior): gaya hidup, personal hygiene,

hubungan antarpribadi, dan rekreasi

Lingkungan (Environment)

“Lingkungan” merupakan faktor ketiga sebagai

penunjang terjadinya penyakit. Faktor ini disebut

“faktor ekstrinsik”. (Eko Budiarto. 2002: 16).

Unsur lingkungan memegang peranan yang cukup

penting dalam menentukan terjadinya proses interaksi

antara pejamu dengan unsure penyebab dalam proses

terjadinya penyakit. Secara garis besarnya, maka

unsure lingkungan dapat dibagi dalam 3 bagian utama.

a.       Lingkungan biologis

Segala flora dan fauna yang berada di sekitar manusia

yang antara lain meliputi:

1. Berbagai mikroorganisme pathogen dan yang tidak

pathogen.

2. Berbagai binatang dan tumbuhan yang dapat

mempengaruhi kehidupan manusia, baik sebagai

sumber kehidupan (bahan makanan dan obat-obatan),

maupun sebagai reservoir/ sumber penyakit atau

pejamu antara (host intermedia).

3. Fauna sekitar manusia yang berfungsi sebagai

vector penyakit tertentu

terutama penyakit menular.

Lingkungan biologis tersebut sangat berpengaruh

dan memegang peranan penting dalam interaksi

antara manusia sebagai pejamu dengan unsure

penyebab, baik sebagai unsure lingkungan yang

menguntungkan manusia (sebagai sumber kehidupan)

maupun yang mengancam kehidupan/ kesehatan

manusia.

b.      Lingkungan fisik

Keadaan fisik sekitar manusia yang berpengaruh

terhadap manusia baik secara langsung, maupun

terhadap lingkungan biologis dan lingkungan sosial

manusia. Lingkungan fisik (termasuk unsure kimiawi

dan radiasi) meliputi:

1. Udara, keadaan cuaca, geografis, dan geologis.

2. Air, baik sebagai sumber kehidupan maupun sebagai

sumber penyakit serta berbagai unsure kimiawi

serta berbagai bentuk pencemaran pada air.

3. Unsur kimiawi lainnya dalam bentuk pencemaran

udara, tanah dan air, radiasi dan lain

sebagainya.

Lingkungan fisik ini ada yang terbentuk secara

alamiah, tetapi banyak pula yang timbul akibat

kegiatan manusia sendiri.

c.       Lingkungan sosial ekonomi

Semua bentuk kehidupan sosial budaya, ekonomi,

politik. System organisasi, serta institusi/

peraturan yang berlaku bagi setiap individu yang

membentuk masyarakat tersebut. Lingkungan sosial ini

meliputi:

1. Sistem hukum, administrasi dan kehidupan sosial

politik serta system ekomoni yang berlaku.

2. Bentuk organisasi masyarakat yang berlaku

setempat.

3. Sistem pelayanan kesehatan serta kebiasaan

hidup sehat masyarakat setempat.

4. Kepadatan penduduk, kepadatan rumah tangga, dan

berbagai system kehidupan sosial lainnya.

(Nur Nasry Noor, 2008: 33-35)

5. Pekerjaan.

Pekerjaan yang berhubungan dengan zat kimia

seperti pestisida atau zat fisika seperti zat

radioaktif atau zat yang bersifat karsinogen

seperti abses akan memudahkan terkena penyakit

akibat pemaparan terhadap zat-zat tersebut.

6. Perkembangan ekonomi.

Peningkatan ekonomi rakyat akan mengukur pola

konsumsi yang cenderung memakan makanan yang

mengandung banyak kolesterol. Keadaan ini

memudahkan timbulnya penyakit hipertensi dan

penyakit jantung sebagai akibat kadar kolesterol

darah yang meningkat. Sebaliknya bila tingkat

ekonomi rakyat yang rendah akan timbul masalah

perumahan yang tidak sehat, kurang gizi, dan

lain-lain yang memudahkan timbulnya penyakit

infeksi.

7. Bencana alam.

Terjadinya bencana alam akan mengubah sistem

ekologi yang tidak diramalkan sebelumnya.

Misalnya gempa bumi, banjir, meletusnya gunung

berapi, dan perang yang akan menyebabkan

kehidupan penduduk yang terkena bencana menjadi

tidak teratur. Keadaan ini memudahkan timbulnya

berbagai penyakit infeksi.

                       

F. Web Causation

Model ini dicetuskan oleh MacMahon dan

Pugh (1970). Prinsipnya adalah setiap efek atau

penyakit tidak pernah tergantung hanya kepada

sebuah faktor penyebab, melainkan tergantung

kepada sejumlah faktor dalam rangkaian

kausalitas sebelumnya sebagai akibat dari

serangkaian proses sebab akibat. Ada faktor

yang berperan sebagai promotor, ada pula

sebagai inhibitor. Semua faktor tersebut secara

kolektif dapat membentuk “web of causation”

dimana setiap penyebab saling terkait satu sama

lain. Perubahan pada salah satu faktor dapat

berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit.

Kejadian penyakit pada suatu populasi mungkin

disebabkan oleh gejala yang sama (phenotype),

mikroorganisme, abnormalitas genetik, struktur

sosial, perilaku, lingkungan, tempat kerja dan

faktor lainnya yang berhubungan. Dengan

demikian timbulnya penyakit dapat dicegah atau

dihentikan dengan memotong rantai pada berbagai

titik. Model ini cocok untuk mencari penyakit

yang disebabkan oleh perilaku dan gaya hidup

individu.

G. Wheel Causation

Model roda menggambarkan hubungan manusia

dan lingkungannya sebagai roda. Roda tersebut

terdiri atas manusia dengan substansi genetik

pada bagian intinya dan faktor lingkungan

biologi, sosial, fisik yang mengelilingi host

(manusia). Ukuran komponen roda bersifat relatif,

bergantung pada problem spesifik dari

penyakitnya.

Model ini digambarakan dengan lingkaran yang

didalamnya terdapat lingkaran yang lebih kecil.

Lingkaran yang besar sebagai faktor eksternal dan

lingkaran yang kecil sebagai faktor internalnya.

Faktor internalnya (host) menyatakan bahwa suatu

penyakit disebabkan oleh adanya interaksi antara

genetic dengan lingkungannya. Faktor internal ini

juga berkaitan dengan kepribadian individu dimana

kepribadian tertentu akan meningkatkan resiko

penyakit tertentu. Faktor eksternal pada model

ini adalah lingkungan, yang juga dibedakan

menjadi lingkungan biologi (agen, reservoir,

vector, binatang atau tumbuhan), fisik (curah

hujan, kelembaban, atmosfer, bahan kimia, panas,

cahaya, udara, suhu) dan social (politik, budaya,

ekonomi dan psikologi). Model ini biasanya

digunakan untuk menggambarkan enyakit yang

penyebabnya tidak spesifik, seperti penyakit

jantung, stroke, hipertensi, kanker. Dimana

menekankan faktor lingkungan sebagai penyebab

terjadinya penyakit.

3. Riwayat Alamiah Penyakit

Riwayat alamiah penyakit (RAP) merupakan

perjalanan penyakit yang alami dan tanpa

pengobatan apapun, yang terjadi mulai dari

keadaan sehat hingga timbul penyakit.

Pada umumnya secara umum RAP dibagi menjadi 3

tahap, yakni tahap patogenesis, pre-patogenesis

(masa inkubasi, penyakit dini dan penyakit

lanjut), dan tahap pasca patogenesis (penyakit

akhir).

Tahap Pre Patogenesis (Stage of Susceptibility)

Tahap ini telah terjadi interaksi antara

penjamu dengan bibit penyakit, tetapi interaksi

ini terjadi di luar tubuh manusia, dalam arti

bibit penyakit berada di luar tubuh manusia dan

belum masuk ke dalam tubuh. Pada keadaan ini

belum ditemukan adanya tanda-tanda penyakit dan

daya tahan tubuh penjamu masih kuat dan dapat

menolak penyakit. Keadaan ini disebut sehat.

Tahap inkubasi (Stage Of Presymtomatic Disease)

Pada tahap ini bibit penyakit masuk ke tubuh

penjamu, tetapi gejala-gejala penyakit belum

nampak. Tiap-tiap penyakit mempunyai masa

inkubasi yang berbeda. Masa inkubasi adalah

tenggang waktu antara masuknya bibit penyakit

ke dalam tubuh yang peka terhadap penyebab

penyakit, sampai timbulnya gejala penyakit.

Tahap penyakit dini (Stage of Clinical Disease)

Tahap ini mulai dihitung dari munculnya gejala-

gejala penyakit, pada tahap ini penjamu sudah

jatuh sakit tetapi masih ringan dan masih bisa

melakukan aktifitas sehari-hari. Bila penyakit

segera diobati, mungkin bisa sembuh, tetapi

jika tidak, bisa bertambah parah. Hal ini

tergantung daya tahan tubuh manusia itu

sendiri, seperti gizi, istirahat dan perawatan

yang baik di rumah (self care).

Tahap penyakit lanjut

Tahap ini penyakit makin bertambah hebat,

penderita tidak dapat beraktivitas sehingga

memerlukan perawatan.

Tahap penyakit akhir

Tahap akhir perjalanan penyakit ini, manusia

berada dalam lima keadaan yaitu sembuh

sempurna, sembuh dengan cacat, karrier, kronis,

atau meninggal dunia.

4. Stimulus Penyakit

Stimulus penyakit adalah interaksi antara inang,

agen penyakit, dan lingkungan yang memicu proses

penyakit

5. Periode Prepatogenesis

Periode saat terjadinya stimulus penyakit sampai

terjadinya respons dari tubuh

6. Periode Pathogenesis

Periode dari mulainya respons sampai proses

berhenti karena sembuh atau mati

7. Periode Inkubasi

Periode waktu dari pemaparan sampai timbulnya

gejala penyakit

8. Periode Induksi

Waktu yang dibutuhkan oleh suatu pemaparan

untuk mencapai dosis yang cukup untuk

menimbulkan reaksi

9. Periode Menular

Periode waktu penderita penyakit dapat

menularkan penyakit

10. Dinamika Penyakit dan Dinamika Penularan

Dinamika penyakit pada umumnya ini berbeda

dengan dinamika penyakit infeksi (penularan).

Dinamika penularan penyakit merupakan suatu proses

transmisi (perpindahan) penyakit dari sumber

(resource) penular atau sering disebut dengan

reservoar ke reservoar lainnya. Dinamika penyakit

pada suatu individu dimulai dari inkubasi,

simptomatis, dan non-diseased (bisa berarti sembuh,

cacat, atau meninggal).

Dinamika penyakit infeksi (penularan) dimulai

dari masa laten, masa infeksi, masa non-infectious.

Masa laten ini berbeda dengan masa laten dalam

dinamika penyakit.

Masa laten pada penularan penyakit infeksi maksudnya

seseorang membutuhkan waktu untuk terinfeksi hingga

menginfeksi orang lain. Jadi, masa laten panjang

maka lebih menguntungkan. Karena jika seseorang

terkena penyakit, maka tidak segera menulari orag

lain.

Contoh: HIV mempunyai masa laten pendek. Jika

terkena HIV, maka dalam satu minggu baru bisa

menginfeksi orang lain.

Masa infeksi yaitu waktu dimana seseorang bisa

menginfeksi orang lain.

Jika masa infeksinya panjang, berarti seseorang

mempunyai waktu panjang juga untuk menginfeksi orang

lain. Artinya, masa infeksi panjang justru tidak

menguntungkan.

Contoh: HIV mempunyai masa infeksi panjang. Jika

seseorang terjangkit HIV sekarang, maka dalam

sepuluh tahun ke depan dia bisa tetap menginfeksi

orang lain.

Masa non-infectious tiap penyakit beda-beda. Masa

ini artinya terdapat gejala klinis tetapi sudah

tidak menginfeksi orang lain.

Contoh: varicella. Ketika gejala klinis varicella

muncul, justru pada saat itu tidak bisa menularkan

ke orang lain.

Terdapat kondisi yang berbeda justru ketika individu

bisa menginfeksi orang lain meskipun dia tidak

menimbulkan gejala klinis (periode jendela).

Contoh varicella justru ketika gejala klinisnya

belum muncul, sudah dapat menularkan virus ke orang

lain.

Masalah masa laten, masa infeksi, dan masa non-

infeksius ini beda-beda untuk setiap penyakit.

Dinamika penyakit bisa disebut sebagai riwayat

penyakit alamiah yang telah dijelaskan pada jawaban

pertanyaan nomor 3.

11. Periode Jendela

Periode subklinis yang tidak terdeteksi namun

mampu menularkan penyakit

12. Periode Klinis

Periode yang ditandai dengan waktu mulai (onset)

timbul gejala penyakit

13. Rantai Infeksi

a) Agen Infeksi

Mikroorganisme yang termasuk dalam agen

infeksi antara lain bakteri,

virus, jamur dan protozoa. Mikroorganisme

dikulit bisa merupakan flora

transient maupun resident. Mikroorganisme

transient normalnya ada dan

jumlahnya stabil, organisme ini bisa hidup

dan berbiak dikulit. Organisme transient

melekat pada kulit saat seseorang kontak dengan

objek atau orang lain dalam aktivitas normal.

Organisme ini siap ditularkan kecuali dengan cuci

tangan. Organisme residen tidak dengan mudah bisa

dihilangkan melalui cuci tangan dengan sabun dan

detergen biasa kecuali bila gosokan dilakukan

dengan seksama. Mikroorganisme dapat

menyebabkan infeksi tergantung pada: jumlah

mikroorganisme, virulensi (kemampuan menyebabkan

penyakit), kemampuan untuk masuk dan bertahan

hidup dalam host serta kerentanan dalam

host/pejamu.

b) Reservoir (sumber mikroorganisme)

Adalah tempat dimana mikroorganisme pathogen

dapat hidup baik

berkembang biak atau tidak. Yang bisa berkembang

sebagai reservoir adalah

manusia, binatang, makanan, air, serangga dan

benda lain. Kebanyakan

reservoir adalah tubuh manusia, terutama

dikulit, mukosa, cairan atau

drainase. Adanya mikroorganisme pathogen dalam

tubuh tidak selalu

menyebabkan penyakit pada hostnya. Sehingga

reservoir yang didalamnya

terdapat mikroorganisme pathogen bisa menyebabkan

orang lain bisa menjadi

sakit (carier). Kuman dapat hidup dan berkembang

biak dalam reservoir jika

karakteristik reservoirnya cocok dengan kuman.

Karakteristik tersebut adalah

air, suhu, ph, udara dan pencahayaan.

c) Portal of exit

Mikroorganisme yang hidup didalam reservoir

harus menemukan jalan

keluar untuk masuk ke dalam host dan

menyebabkan infeksi. Sebelum

menimbulkan infeksi, mikroorganisme harus keluar

terlebih dahulu dari

reservoirnya. Jika reservoirnya manusia, kuman dapat

keluar melalui saluran

pencernaan, pernafasan, perkemihan, genetalia,

kulit, membrane mukosa yang

rusak serta darah.

d) Cara penularan (transmisi)

Kuman dapat berpindah atau menular ke orang

lain dengan berbagai cara seperti kontak

langsung dengan penderita melalui oral, fekal,

kulit atau darahnya. Kontak tidak langsung

melalui jarum atau balutan bekas luka penderita

(Vehicleborne), peralatan yang terkontaminasi

(Vehicleborne), makanan yang diolah tidak tepat

(Vehicleborne), melalui vector nyamuk atau lalat

(vectorborne), dan melalui udara bebas (airbone).

e) Portal masuk

Sebelum seseorang terinfeksi, mikroorganisme

harus masuk dalam tubuh.

Kulit merupakan barier pelindung tubuh terhadap

masuknya kuman infeksius.

Rusaknya kulit atau ketidakutuhan kulit dapat

menjadi portal masuk. Mikroba

dapat masuk kedalam tubuh melalui rute yang

sama dengan portal keluar. Faktor-faktor yang

menurunkan daya tahan tubuh memperbesar

kesempatan pathogen masuk kedalam tubuh.

f) Daya tahan hospes (manusia)

Seseorang terkena infeksi bergantung pada

kerentanan terhadap agen

infeksius. Kerentanan bergantung pada derajat

ketahanan tubuh individu

terhadap pathogen. Meskipun seseorang secara

konstan kontak dengan

mikroorganisme dalam jumlah yang besar, infeksi

tidak akan terjadi sampai

individu rentan terhadap kekuatan dan jumlah

mikroorganisme tersebut.

Beberapa faktor yang mempengaruhi kerentanan tubuh

terhadap kuman yaitu

usia, keturunan, stress (fisik dan emosional),

status nutrisi, terafi medis,

pemberian obat dan penyakit penyerta

14. Pencegahan Primordial ,Primer, Sekunder, dan Tersier

(didasarkan pada fase penyakit dan target)

Pencegahan Primordial

Fase Penyakit :

Misalnya kondisi yang mengarah penyebab

penyakit jantung koroner

Target :

Populasi

Kelompok terseleksi

Pencegahan Primer

Fase Penyakit :

Faktor-faktor penyebab khusus

Target :

Total populasi

Kelompok terseleksi

Individu sehat

Pencegahan Sekunder

Fase Penyakit :

Tahap dini penyakit

Target :

Pasien

Pencegahan Tersier

Fase Penyakit :

Penyakit tahap lanjut (pengibatan dan

rehabilitasi)

Terget :

Pasien

Daftar Pustaka

Budiarto,E & Anggraeni, D. 2001. Pengantar epidemiologiedisi 2.

Jakarta: EGCBudiarto. 1987. Penuntun Epidemiologi. Bandung : Alumni.

Budioro B. 1997. Pengantar Epidemiologi.

Semarang : Universitas Diponegoro.

Budioro B. 2001. Pengantar Ilmu Kesehatan Masyarakat. Jakarta: EGC

Chandra, Budiman. 2006. Ilmu Kedokteran Pencegahan danKomunitas.

Jakarta: EGC.Heru Subaris K dkk. 2006. Manajemen Epidemiologi.

Yogyakarta: Media PressindoJuwono, Sugeng. Riwayat Alamiah, Spektrum, RantaiInfeksi dan Kejadian

Epidemik Penyakit. 2011M. N. Bustan. 1997. Pengantar epidemiologi. Jakarta :

Rineka Cipta.

Rajab, Wahyudin. 2008. Buku Ajar Epidemologi UntukMahasiswa

Kebidanan. Semarang: Universitas DiponegoroSaraswati, Lintang Dian. 2014. Riwayat AlamiahPenyakit. Bagian

Epidemiologi Fakultas Kesehatan MasyarakatUniversitas DiponegoroTimmreck, Thomas c. 2001. Epidemiologi Suatu Pengantar.

Jakarta: EGC