IDEOPOLSTRATAK Perang dan Politik
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
1 -
download
0
Transcript of IDEOPOLSTRATAK Perang dan Politik
IDEOPOLSTRATAK
Perang dan Politik
Pengertian perang merupakan lebih sekedar suatu urusan
politik melalui cara-cara lain. Sedangkan politik adalah
perang tanpa pertumpahan darah sedangkan perang adalah
politik dengan pertumpahan darah. Menurut Mao Tse Tsung,
pengertian perang dan politik pada hakekatnya sama, yaitu
sebagai alat untuk mencapai tujuan/maksud, Cuma bentuknya
berbeda.
Arti Stratak Dalam Perang Dan Politik
Taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu
pertempuran. Strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk
mengakhiri peperangan. Memimpin bala tentara untuk
mengalahkan musuh dan memenangkan suatu pertempuran bukanlah
segala-galanya. Taktik adalah bagaimana menentukan sikap atau
menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik
tertentu pada saat tertentu. Sedangkan strategi adalah
bagaimana menggunakan peristiwaperistiwa
politik dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana
perjuangan. Dalam politik tidak dapat dibayangkan kapan
idiologi akan terlaksana, karenanya strategi dalam politik
tidak dapat meliputi sampai tercapainya tujuan (ideology),
karenanya hanya meliputi jangka waktu tertentu.
Hubungan Taktik Dan Strategi
Taktik adalah bagian dari strategi. Karenanya taktik baru
tunduk dan mengabdi kepada strategi. Rencana perjuangan
(strategi) meliputi perjuangan secara menyeluruh baik dalam
hubungan daerah, nasional dan internasional maupun mengenai
semua segi penghidupan dan kehidupan masyarakat/Negara,
ekonomi, hankam, kebudayaan, agama dan lain-lain.
Kedudukan Stratak Dalam Perjuangan Ideology
Stratak tidaklah berdiri sendiri melainkan hanya merupakan
alat pelaksana untuk mencapai tujuan (ideology. Karenanya
stratak harus mengabdi kepada perjuangan untuk mencapai
tujuan ideologi.
Tugas Utama Strategi Dan Taktik
Sebagai cara menggunakan organisasi untuk mencapai rencana
perjuangan dalam jangka waktu tertentu, serta sebagai cara
berjuang menentukan sikap pada saat tertentu menghadapi
masalah politik tertentu, maka tugas stratak adalah
menciptakan, memelihara, dan menambah syaratsyarat yang akan
membawa kepada tujuan. Syarat-syarat yang meliputi kekuatan
fisik berupa tenaga manusia, kekuatan mental, kekuatan
materil serta posisi didalam Negara dan masyarakat.
Tegasnya tugas stratak adalah untuk machts-vorming dan macht-
anwending.
Macht : power = kekuasaan
Kracht : force kekuatan
Power : force + position
Macht = kracht + posisi
Kekuasaan = kekuatan + posisi
Position without force = nekad position
Force without position nekad force
Posisi tanpa kekuatan = posisi mentah
Kekautan tanpa posisi = kekuatan mentah
Position – force without ideologi = nekad power
Posisi tidak dapat dipisahkan dengan kekuatan. Posisi yang
baik = separuh kekuatan. Posisi strategis adalah menentukan
berhasil tidaknya rencana perjuangan (strategi). Posisi
taktis menentukan berhasil tidaknya langkah-langkah taktik.
Machts-vorming dan machts-anwending yang menjadi tugas
stratak tidak lain tujuannya melainkan apa yang disebut Mao
Tse Tung: bahwa tugas stratak ialah untuk
mempertahankan/menambah kekuatan dan atau posisi sendiri
serta menghancurkan atau mengurangi kekuatan dan atau posisi
lawan. Baik buruknya suatu staratak ditentukan oleh berhasil
tidaknya mempertahankan kekuatan sendiri atau mengurangi
kekuatan lawan. Demikian pula baik buruknya leadership tidak
terletak pada tegas atau tidaknya, berani atau tidak, populer
atau tidak melainkan kepada hasil kepemimpinannya dan hasil
dalam kepemimpinan ialah apa saja yang dapat mempertahankan
kekuatan/posisi sendiri serta yang dapat mengurangi kekuatan
atau posisi lawan.
Dasar-Dasar Menyusun Startegi
1. Rencana perjuangan yang merupakan unsur pokok dan stretegi
adalah menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi
dalam jangka waktu tertentu. Besar kecilnya sasaran yang
hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu disesuaikan dengan
kemampuan organisasi.
2. Jangka waktu merupakan unsur strategi
3. Rencana strategi garuslah banyak memiliki sasaran
alternatif
4. Sasaran yang hendak dicapai dengan rencana strategis
adalah selalu dalam rangka machts-vorming.
Dasar-Dasar Membentuk Taktik
Taktk adalah menentukan langkah atau sikap pada saat
tertentu, menghadapi peristiwa politik tertentu.
1. Fleksibilitas
Sikap atau langkah tidak mutlak menuju pada satu arah saja
melainkan dapat berubah-ubah menurut kondisi baik kondisi
objektif maupun kondisi subjektif. Sebuah rencana harus
mempertimbangkan kekautan lawan untuk menggagalkan rencana
tersebut. Karena itu, apa yang akan dilakukan oleh
musuh/lawan terhadap kita harus selalu dipertimbangkan. Jika
anda mengetahui tentang musuh anda dan mengetahui tentang
diri anda sendiri, anda tidak perlu takut akan hasil yang
diperoleh dari ratusan pertempuran. Jika anda mengetahui
tentang diri anda sendiri, tetapi tidak mengetahui tentang
musuh anda , untuk mendapatkan suatu kemenangan anda akan
menderita kekalahan. Jika anda tidak mengetahui baik diri
anda maupun musuh anda, anda akan mengalami kekalahan dalam
setiap pertempuran. Seni peperangan mengajarkan kita untuk
tidak mempercayai bahwa musuh tidak akan datang, tapi
mengajarkan kita untuk tidak mempercayai bahwa musuh tidak
akan menyerang kita, tapi mengajarkan kita untuk
mempersiapkan posisi kita agar tidak terkelahkan.
2. Orientation, Evaluation and Estimation
Sebelum menentukan sikap atau langkah taktis, harus melihat
keadaan secara tepat. Kemudian menilai keadaan itu
dihubungkan dengan keadaan kita dan kehendak lawan dan
sesudahnya lalu menentukan langkah dan mengira-ngira
bagaimana hasilnya nanti. Hasil tidak dapat dipastikan tapi
dengan orientasi dan evaluasi yang tepat akan terbayang ada
tidaknya kans untuk hasil. Setelah sasaran taktis ditetapkan
sekaligus sasaran alternatifnya atau dengan bahasa populer;
kita menetapkan program minimum.
3. Kerahasiaan
Biar lawan meraba-raba apa langkah yang akan kita ambil agar
mereka tidak dapat menghalang-halangi.
4. Gerak Tipu
Lima S ( Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat )
5. Perpaduan Kondisi Subjektif dan Kondisi Objektif
Kondisi subjektif ialah mengenai kekuatan atau keadaan
organisasi sendiri. Kondisi objektif ialah mengenai keadaan,
situasi atau iklim politik. Jika kondisi subjektif baik
tetapi kondisi objektif tidak baik taktik tidak akan
berhasil. Begitupun sebaliknya.
Hukum-Hukum Stratak
1. Kwantitas
Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil. Pihak
yang berjumlah kecil tidak boleh menyerang musuh yang
berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah besar menyerang
pihak yang berjumlah kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang
berjumlah besar tidak dapat dihancurkan sekaligus, melainkan
sedikit demi sedikit dan secara terus menerus. Kehancuran
sedikit demi sedikit disebabkan oleh kesalahannya sendiri,
karenanya dengan jalan provokasi atau lain usahakan di
melakukan kesalahan sikap atau gerakan yang salah.
2. Kwalitas dan Kwantitas
Kurang dalam kwantitas harus diimbangi dengan kelebihan dalam
kwalitas. Kurang dalam kwaliitas harus diimbangi dengan
kelebihan kwantitas.
3. Posisi
Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang tidak
baik memerlukan dua kali kekuatan.
4. Cadangan
Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur dan
kalah akan dapat maju kembali. Jika musuh sedang kalah dan
mundur, kejarlah. Hancurkan cadangan musuh sebelum musuhmaju
dan bangkit kembali dengan cadangannya.
5. Kawan, Sekutu dan Lawan
Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara
strategis sekutu harus selalu diperbanyak dan pihak-pihak
lawan harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah golongan
terbesar yang ideologinya membahayakan kehidupan ideologi
sendiri. Sekutu dan musuh nomor satu adalah lawan. Lawan dan
sekutu nomor satu adalah musuh. Antara sekutu dan musuh
terdapat golongan-golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu.
Golongan ini pada suatu saat dapat menjadi musuh, pada saat
lain menjadi sekutu dan pada satu ketika dapat pula sekaligus
menja\di sekutu dan musuh.
6. Devide et empera
Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.
7. Menyerang adalah Pertahanan yang Terbaik
Yang menang ialah yang selalu pegang inisiatif Biarkan lawan
bergerak menurut inisiatif kita pada saat dan tempat kita
pilih. Biarkan lawan beraksi terus terhadap isue-isue yang
kita lontarkan. Tujuan membenarkan setiap cara,sepanjang
tidak bertentangan dengan kekuatan ideologi serta tidak
membawa akibat yang dapat merugikan sendiri.
Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi
Setiap lembaga/instansi memiliki tujuan dan cita-cita di
dalamnya, sebagai proses untuk mencapai tujuannya, Untuk
mengoperasikan sebuah lembaga/instansi, dibutuhkan satu
kesatuan perangkat yang berhubungan sebagai motor penggerak
instansi/lembaga yaitu kepemimpinan, manajemen dan
organisasi.
Kepemimpinan-berasal dari kata pemimpin-adalah ilmu/metode
yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi sebuah
‘mercusuar’ dalam sebuah instansi/lembaga yang mampu menjadi
patron bagi para bawahan2nya. Kepemimpinan adalah salah satu
bagian yang vital dalam hal mengoperasikan sebuah
instansi/lembaga. Sebuah instansi/lembaga harus memiliki
pemimpin yang memiliki kriteria yang mencukupi sebagai
seorang pemimpin untuk menjalankan roda kegiatan
instansi/lembaga secara maksimal sebagai bagian dari proses
menuju cita2 instansi/lembaga.
Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal tidaklah mudah.
Beberapa kriteria seorang pemimpin ideal diantaranya adalah :
bijaksana, arif, cerdas, tangkas, berwawasan luas,
berintelektual dan berani. Kriteria menjadi seorang pemimpin
yang ideal memang memiliki banyak interpretasi, namun satu
hal yang pasti seorang pemimpin yang cakap harus menguasai
kecerdasan intelektual, kecerdasan moral dan kecerdasan
spiritual yang merupakan elemen utama dan harus dimiliki oleh
seorang pemimpin.
Seorang pemimpin juga harus memilik intuisi dan psikologis
yang peka. Pemimpin yang ideal harus mengetahui sisi
kelebihan dan kekurangan instansi/lembaga yang dipimpinnya.
Dia memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi kelebihan
lembaganya dan meminimalisir kekurangannya agar roda kegiatan
instansi/lembaga berjalan dengan profesional dan
proporsional.
Dalam bingkai keislaman dan kebangsaan, Indonesia telah
memiliki beberapa tokoh yang layak untuk dijadikan teladan
dan menjadi bahan referensi bagi para generasi2 pemimpin di
masa yang akan datang. Dalam dunia islam sendiri, umat muslim
patut menjadikan Rasulullah SAW sebagai nama terdepan yang
sangat layak untuk dikedepankan sebagai sumber inspirasi dan
motivasi untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal. Beliau
telah meraih kesuksesan di berbagai bidang yang digelutinya
mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum dan
lingkungan.
Pada masa Rasulullah SAW, islam telah mampu mencapai puncak
kesuksesan di berbagai ruang lingkup kehidupan dan menjadi
kebudayaan serta kekuatan yang sangat disegani dunia ketika
itu. Masa2 kejayaan islam tidak berhenti sampai disitu, pasca
Rasulullah SAW meninggal , tongkat estafet kepemimpinan islam
di ambil alih oleh para sahabat terdekatnya yang dikenal
sebagai ‘Khulafaur Rasyidin’ yaitu Abu Bakar Ash-shidiq, Umar
bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
Dalam konteks kebangsaan, indonesia memiliki para ‘founding
father’ ( Bapak Bangsa ) yang mumpuni dan disegani dunia.
Siapa yang tidak mengenal Soekarno, Moh. Hatta, Tan Malaka,
Adam Malik serta beberapa nama lain yang telah berhasil
mengantarkan bangsa ini tampil ke depan panggung sejarah
peradaban dunia melalui momentum kemerdekaan 17 agustus 1945.
Mereka semua dapat menjadi cambuk motivasi yang hebat untuk
para pemimpin2 penerusnya.
MANAJEMEN
Manajemen adalah seni mengelola sebuah instansi/lembaga untuk
mencapai tujuan yang ditetapkan melalui tangan dan kinerja
orang lain. Dapat juga dikatakan manajemen adalah ilmu yang
mempelajari tentang tata cara mencapai tujuan sebuah
instansi/lembaga melalui karya orang lain
Manajemen- ‘to manage’ – merupakan elemen lain yang sangat
penting disamping kepemimpinan sebagai alat untuk menjalankan
kegiatan sebuah instansi/lembaga. Sebuah instansi/lembaga
harus memiliki kerangka rencana strategis sebagai tolok ukur
dan landasan kerja sebuah instansi/lembaga agar hasil yang
ditetapkan tercapai dengan semaksimal mungkin.
Kerangka rencana kerja strategis yang dibuat harus dibuat
sesuai dengan karakteristik organisasi yang dipimpinnya agar
program kerja yang dicanangkan sebuah instansi/lembaga sesuai
dengan target yang ditetapkan dan tidak membebani
instansi/lembaga yang dipimpinnya. Beban pengeluaran yang
harus dikeluarkan instansi/lembaga harus sesuai dengan
landasan filosofis, teori, model, strategi, taktik,
kurikulum, program dan pembiayaan yang telah disusun.
Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah landasan teori yang kuat
sebagai kerangka dasar rencana kerja sebuah instansi/lembaga
yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan
Controlling agar peristiwa Input-Proses-Output-nya berjalan
dengan sebagaimana mestinya . Peristiwa input-proses-output
menjadi sebuah hasil akhir yang sangat menentukan untuk
mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan dari sebuah
metode manajemen yang diberlakukan.
Ketika hasil akhir dari sebuah instansi/lembaga telah
diketahui, Sebuah instansi/lembaga dapat mengukur tingkat
keberhasilan atau kegagalan yang telah dialami serta
menentukan langkah perusahaan kedepannya dengan sebuah alat
analisa yang dinamakan analisis S.W.O.T ( Strengths,
Weakness, Opportunity, Threatments ). Dengan Analisis S.W.O.T
sebuah lembaga/instansi dapat mengetahui posisi
lembaga/instansi yang dipimpinnya dari sebuah program kerja
yang dibuatnya.
Hasil akhir dari sebuah rencana kerja yang dibuat dapat
menentukan posisi, tingkat keberhailan dan nilai tawar sebuah
instansi/lembaga dikarenakan ‘finishing’ dan ‘results’ dari
sebuah rencana kerja merupakan cermin dari metode manajemen
yang diterapkan sebuah instansi/lembaga.
ORGANISASI
Organisasi adalah kumpulan/komunitas masyarakat yang memiliki
kesamaan nasib dan tujuan di dalamnya. Organisasi dapat
menjadi sebuah alat yang efektif sekumpulan masyarakat yang
memiliki tujuan serta cita2 yang sejalan.
Dalam setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang berbeda-
beda sesuai dengan kebutuhan, sejarah yang melatar belakangi
serta para pelaku organisasi tersebut. Seiring dengan
perbedaan tersebut setiap organisasi memiliki karakteristik
organisasi yang berbeda
Adapun karakteristik organisasi adalah sebagai berikut :
-membutuhkan informasi
-bersifat dinamis
-terdapat anggota organisasi
-memiliki tujuan yang tetap
Tolok ukur keberhasilan dan kemajuan sebuah organisasi dapat
dilihat dari sejauh mana organisasi tersebut mencapai cita2
yang diperjuangkannya serta kemajuan sebuah organisasi
dipengaruhi oleh beberapa faktor2 yang mendukungnya, seperti
kualiatas SDM nya, infrastruktur organisasi serta popularitas
organisasi di mata publik.
PERBEDAAN MANAJER DAN PEMIMPIN
Sering kita mendengar dua kata yang secara praktek kerja sama
tetapi secara filosofis jauh berbeda, manajer dan pemimpin.
Manajer adalah seseorang yang secara eksplisit ruang lingkup
kerjanya hanya mencakup pengelolaan eksploitasi sumber daya
manusia ( staff2-nya ) untuk diarahkan menuju target
instansi/lembaga yang telah dicanangkan sebelumnya dengan
didukung oleh sarana infrastuktur yang tersedia di
instansi/lembaga tersebut. Seorang manajer juga harus mampu
memformulasikan kualitas SDM dengan teknologi pendukung yang
ada.
Sedangkan fungsi seorang pemimpin memiliki arti yang cukup
melebar. Tugas dan peran seorang pemimpin juga lebih luas
secara teritorial makna.Seorang pemimpin tidak hanya harus
bisa mengelola SDM dan teknologi, tetapi juga harus lebih
peka dan intuitif dalam mengenali karakteristik organisassi
yang dipimpinnya. Tingkat tanggung jawab yang diemban seorang
pemimpin juga lebih berat secara bobotnya sebanding dengan
volume kerja yang dilakukannya. Mengetahui dan membaca
situasi kondisi sekitar hingga selalu ‘up-date’ terhadap
segala bentuk informasi ada yang juga merupakan peran
pemimpin yang sangat vital tingkat urgensinya.
Jadi, secara eksplisit dalam hal volume kerja dan tingkat
tanggung jawab antara manajer dan pemimpin cenderung
menempatkan pemimpin di posisi yang paling berat.
ELEMEN PENDUKUNG MANAJEMEN ORGANISASI
-Men : Mengacu pada kebutuhan sumber daya manusia.
-Money : Mengacu pada modal atau aset pemilikinstansi/lembaga
-Methods : Mengacu cara/metode manajemen organisasi yangdigunakan
-Machine : Mengacu pada sarana infrastruktur pendukung.
-Market : Mengacu budaya konsumerisme dan orientasi calonSDM
KARAKTERISTIK PEMIMPIN DALAM ISLAM :
Sebagaimana karakteristik pemimpin2 organisasi yang ada,
Islam memiliki tolok ukur serta standar pemimpin yang telah
ditetapkan dalam dua pedoman hidup umat Islam, Al-Qur’an dan
hHadits. Adapun karakteristik pemimpin dalam islam adalah
sebagai berikut :
-Tabligh ( menyampaikan )
-Amanah ( Dapat dipercaya )
-Shiddiq ( Jujur )
-Fathanah ( Cerdas ).
HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN dan ORGANISASI.
Seperti yang telah dibahas di awal, Kepemimpinan, Manajemen
dan Organisasi merupakan satu kesatuan perangkat yang tidak
bisa dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan ketiga point ini
sangat erat dan saling melengkapi. Kepemimpinan sangat
dibutuhkan sebagai kontrol kendali sebuah metoda manajemen
dan menjalankan organisasi, Manajemen sangat vital urgensinya
untuk membuat dan menyusun kerangka rencana kerja
organisasi/lembaga/instansi serta membuat formulasi yang
mujarab untuk menyatukan kualitas SDM dengan sarana
infrastruktur organisasi yang tersedia, sedangkan organisasi
merupakan tempat yang ideal sebagai arena untuk melatih
kepemimpinan seseorang dan sarana pengejewantahan suatu
metode manajemen.
Sinkronisasi antara Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi
yang kuat juga akan menghasilkan suatu pengambilan keputusan
yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.
penelitian yang menginginkan dipertegasnya status lembaga
kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga kekaryaan
Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh
terhadap organisasi induk HMI
Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan
Lembaga Tekhnik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian
Mahasiswa Islam (LPMI), Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam
(LAMI). Akhirnya dengan latar belakang di atas melalui
kongres VIII HMI di Solo melahirkan keputusan Kongres dengan
memberikan status otonom penuh kepada lembaga kekaryaan
dengan memberikan hak yang lebih kepada lembaga kekaryaan
tersebut, antara lain :
a. Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional
dari tingkat pusat sampai rayon
b. Memiliki Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga
(AD/ART) sendiri
c. Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk
memilih pimpinan lembaga
Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan
kepada kegiatan lembaga, namun di lain pihak lebih merugikan
organisasi ke tingkat induk bahkan justru menimbulkan
permasalahan serius. Ini dibuktikan dengan adanya evaluasi
pada kongres di Malang pada tahun 1969, dimana kondisi pada
saat tersebut lembaga kekaryaan sudah cenderung mengarah
kepada perkembangan untuk melepaskan diri dari organisasi
induknya, sehingga dalam evaluasi kongres IX HMI di Malang
tahun 1969 antara lain melalui papernya mempertanyakan :
a. Status lembaga dan hubungan dengan organisasi
induknya (HMI)
b. Perlu tidaknya penegasan oleh kongres, bahwa
lembaga kekaryaan adalah bagian mutlak dari HMI
misalnya LKMI menjadi LK HMI, LDMI menjadi LD HMI, dsb.
Setelah kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan
kelembagaan tidak lagi menjadi permasalahan dan perhatian
Himpunan. Ha ini mengakibatkan lembaga kekaryaan perlahan-
lahan mengalami kemunduran dan puncaknya terjadi saat
diterbitkannya SK Mendikbud tentang pengaturan kehidupan
kemahasiswaan melalui NKK/BKK tahun 1978.
Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu
dihidupkannya kembali, lembaga kekaryaan yang dikukuhkan
melalui kongres XIII HMI di Ujung Pandang. Kemudian LK
menjadi perhatian/alternatf baru bagi HMI karena gencarnya
isu profesionalisme. Melalui kongres XVI di Padang tahun 1986
pendayagunaan LK kembali dicanangkan.
Lembaga Kekaryaan
Yang dimaksud dengan Lembaga Kekaryaan adalah badan-badan
khusus HMI (diluar KOHATI, BPL) yang bertugas melaksanakan
kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan bidangnya
(ladang garapan) masing-masing, latihan kerja berupa dharma
bhakti kemasyarakatan dalam proses pembangunan bangsa dan
negara. Sebagaimana terdapat dalam unsur-unsur pokok Esensi
Kepribadian HMI yang meliputi :
1. Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah
Rasul yakni dasar keyakinan bahwa “Tiada Tuhan mulainkan Allah”,
dan Allah adalah merupakan inti daripada iman, Islam dan
Ihsan.
2. Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan
tugas dunia dan akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan
ilmu menuju kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.
3. Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan
daya pikir nasional dan kritis, hingga memilki kebijakan
untuk berilmu amaliah dan beramal ilmiah.
4. Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus
berkembang serta dengan cepat memberikan respon terhadap
setiap tantangan yang dihadapi sehingga memiliki fungsi
pelopor yang militan.
5. Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang
merupakan kader seluruh umat Islam Indonesia menuju
persatuan nasional.
6. Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan
orang muda patriotik mengutamakan kepentingan bersama
bangsa datas kepentingan pribadi. Memihak dan membela
kaum-kaum yang lemah dan tertindas dengan menentang
penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan
manifestasinya. Aktif dalam pembentukan dan peranan umat
Islam Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh
Allah SWT.
Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada
:
a. Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)
b. Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)
c. Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI)
d. Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)
e. Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)
f. Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)
g. Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)
h. Lembaga Astronomi Mahasswa Islam (LAMI)
i. Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)
j. Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)
k. Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)
l. Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan
kebutuhan karena lembaga kekaryaan adalah badan pembantu
pimpinan HMI, maka dengan melaksanakan tugas/fungsional
(sesuai dengan bidangnya masing-masing) haruslah terlebih
dahulu dirumuskan dalam suatu musyawarah tersendiri.
Musyawarah badan yang selanjutnya disebut rapat kerja itu,
bertugas untuk menjabarkan program HMI yang telah
diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.
Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan
Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat
pencapai tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk
arah yang jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan
Lembaga Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan.
Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah :
a. Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme anggota,
sesuai dengan bidang masing-masing, (Pasal 59 ART HMI) dan
lembaga kekeryaan bertanggung jawab kepada pengurus HMI
setempat, (Pasal 60 ayat d ART HMI)
b. Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI untuk
meningkatkan keahlian para anggota melalui pendidikan,
penelitian dan latihan kerja praktis serta darma bakti
kemasyarakatan (pasal 60 ayat b ART HMI)
Pedoman Atribut HMI
Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambang dan berbagai
macam penerapannya. Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI
adalah lagu yang diciptakan oleh RM Akbar sebagai berikut :
HYMNE
HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
Bersyukur dan Ikhlas
Himpunan Mahasiswa Islam
Yakin Usaha Sampai
Untuk kemajuan
Hidayah dan taufiq
Bahagia HMI
Berdoa dan Ikrar
Menjunjung tinggi syiar Islam
Turut Qur’an dan hadist
Jalan keselamatan
Ya Allah berkati
Bahagia HMI
Lambang HMI adalah sebagai berikut :
1. Bentuk huruf alif :
- Sebagai huruf hidup, lambang optimis kehidupan HMI
- Huruf alif merupakan angka 1 (satu) lambang,
dasar/semangat HMI
2. Bentuk perisai : Lambang kepeloporan HMI
3. Bentuk jantung : Jantung adalah pusat kehidupan
manusia, lambang proses perkaderan HMI
4. Bentuk pena : Melambangkan bahwa HMI adalah
organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu
pengetahuan
5. Gambar bulan bintang : Lambang keimanan seluruh
umat Islam di dunia
6. Warna hijau : Lambang keimanan dan kemakmuran
7. Warna hitam : Lambang ilmu pengetahuan
8. Keseimbangan warna hijau dan hitam : Lambang
keseimbangan, esensi kepribadian HMI
9. Warna putih : Lambang kesucian dan kemurnian
perjuangan HMI
10. Puncak tiga :
- Lambang Iman, Islam dan Ikhsan
- Lambang Iman, Ilmu dan Amal
11. Tulisan HMI : Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa
Islam
Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada :
a) Lencana/Badge HMI
b) Bendera
c) Stempel
d) Kartu Anggota
e) Papan Nama HMI
f) Gordon/Selempang HMI
g) Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak
menyimpang dari lambang dan penggunaannya
Aturan penggunaan dan lainnya diatur dengan rinci.
Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah :
1) Muts/Peci HMI
2) Baret HMI
Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam
ketentuan khusus
Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya
Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang
bersifat umum, aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-
pedoman lainnya. Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan
teknis hal-hal yang dibahas dalam konstitusi, sehingga tidak
boleh bertentangan dengan konstitusi. Secara hirarki hukum
konstitusi merupakan aturan tertinggi.
URAIAN MATERI MISSION HMI
Pengantar
Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban,
sehingga mission HMI dapat diartikan sebagai tugas dan tanggung
jawab yang diemban oleh kader HMI. Sebagai organisasi kader
yang memiliki platform yang jelas, sejak awal berdirinya HMI
mempunyai komitmen asasi yang disebut dengan dua komitmen
asasi, yakni (1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan
mempertinggi derajat bangsa Indonesia, yang dikenal dengan
komitmen kebangsaan, dan (2) Menegakkan dan mengembangkan
ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan keislaman/keumatan.
Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan
integralistik, yakni cara pandang yang utuh melihat bangsa
Indonesia terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus
dilakukan sebagai warga negara dan umat Islam Indonesia.
Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan dengan konteks
jaman, sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil di garda
terdepan dalam setiap even.
Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI
mengalami stagnasi, untuk tidak dikatakan degradasi. Hampir
tidak ada gagasan cerdas yang disumbangkan oleh HMI di tengah
carut marut dan tunggang langgangnya tatanan republik ini,
dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah
ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki, masalah supremasi
hukum yang harus ditegakkan, masalah pendidikan mendesak
untuk diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang melingkari,
seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya
membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia
sekarang sedang diterma krisis multi dimensional. Di tengah
kondisi ini, komitmen HMI tidak lebih dari sebatas slogan
tanpa jiwa.
Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam
berperan serta untuk penyelesaian problematika bangsa dan
umat perlu adanya reaktualisasi mission HMI dalam jiwa kader
HMI melalui proses perkaderan yang selama ini perjalanannya
tidak lebih hanya sebagai proses pencapaian status dengan
meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai proses
pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan
kemampuan, yang berusaha melakukan transformasi watak dan
kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga kader
HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas
(mustad’afin) dan melawan kaum penindas (mustakbirin).
HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum
intelektual, generasi kritis, dan memiliki profesionalisme
harus mampu menjadi agen pembaharu di tengah masyarakat dan
kehidupan bangsa. Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang
luar biasa dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka
seluruh gerak perubahan yang terjadi di bangsa ini dimotori
oleh kelompok mahasiswa dan pemuda, mulai dari proklamasi,
revolusi, hingga reformasi, selalu ada andil mahasiswa. Namun
demikian arah perubahan harus sesuai dengan usaha untuk
mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT
sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI.
Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis,
mengikuti perkembangan jaman dan selalu eksis dalam setiap
momen penting kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi
oleh pegangan yang teguh terhadap idealisme dan menjaga sikap
hanif sehingga kehadiran mahasiswa sebagai kaum intelektual
yang dalam tatanan sosial masyarakat mendapat tempat yang
penting sebagai embun penyejuk. Untuk itulah HMI sebagai
organisasi mahasiswa harus mampu menetaskan kader-kader yang
berkualitas insan cita sebagaimana yang tersurat dalam tujuan
HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam,
dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah SWT” (pasal 4 AD HMI).
HAKEKAT KEBERADAAN HMI
HMI sebagai Organisasi Mahasiswa (pasal 7 AD HMI) Makna HMI
sebagai organisasi mahasiswa adalah organisasi yang
menghimpun mahasiswa yang menuntut ilmu pengetahuan di
perguruan tinggi (Universitas/Akademi/Institut/Sekolah
Tinggi) atau yang sederajat, dan memilki ciri-ciri
kemahasiswaan. Adapun ciri-ciri kemahasiswaan tersebut adalah
ilmiah, kritis dan analitis, rasional, obyektif, serta
sistematis.
HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam (pasal 3 AD HMI) HMI
sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah
organisasi yang menghimpun mahasiswa yang beragama Islam,
dimana secara individu dan organisatoris memiliki ciri-ciri
keislaman, menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber
norma, sumber nilai, sumber inspirasi, dan sumber aspirasi
dalam setiap aktivitas dan dinamika organisasi.
HMI sebagai Organisasi yang Bersifat Independen (pasal 6 AD
HMI) HMI yang bersifat independen adalah waktak organisasi
yang selalu tunduk danberorientasi pada kebenaran (hanif),
sehingga kiprah setiap individu dan dinamika organisasi dalam
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara mempunyai pola pikir,
pola sikap, dan pola tindak tidak terikat dan tidak
mengikatkan diri secara organisatoris dengan kepentingan atau
organisasi mana pun, segala sesuatu tidak didasarkan atas
kehendak atau paksaan pihak lain.
Independensi dilihat dari dua dimensi, yakni :
1) Indepndensi Etis
Sikap dan watak HMI yang termanifestasikan secara individu
dan organisasi dalam dinamika berfikir, bersikap, dan
bertindak, baik dalam hubungan terhadap Sang Rab, ataupun
hubungan terhadap sesama, sesuai dengan fitrah kemanusiaannya,
yakni tunduk dan patuh kepada kebenaran (hanif).
2) Independensi Organisatoris
Sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara
organisatoris di dalam kiprah dinamika intern organisasi
maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan
bernegara dalam keutuhan kehidupan nasional melakukan
partisipasi aktif, konstruktif secara konstitusional terhadap
perjuangan bangsa dan pencapaian cita-cita nasional, hanya
komit kepada kebenaran, dan tidak tunduk atau komit terhadap
kepentingan atau organisasi tertentu.
Prinsip-prinsip independensi HMI dalam implementasi
dirumuskan sebagai berikut :
a) Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan tugas dan
tanggung jawab organisasi harus tunduk pada ketentuan-
ketentuan organisasi dalam melaksanakan program-program
organisasi, oleh karena itu tidak diperkenankan melakukan
kegiatan-kegiatan yang membawa organisasi atas kehendak pihak
luar manapun.
b) Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan
mengadakan komitmen dalam bentuk apapun dengan pihak luar
selain segala sesuatu yang telah ditetapkan dan diputuskan
secara organisatoris.
c) Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang
meneruskan dan mengembangkan watak independensi etis dimanpun
mereka berada dan berfungsi sesuai dengan profesinya dalam
rangka membawa hakekat misi HMI, menganjurkan serta mendorong
alumni HMI untuk menyalurkan aspirasinya secara tepat melalui
semua jalur pengabdian, baik jalur organisasi profesi,
instansi pemerintah, wadah aspirasi politik, dan jalur
lainnya yang semata-mata karena hak dan tanggung jawab dalam
rangka merealisasikan kehidupan masyarakat adil makmur yang
diridhoi Allah SWT.
Aplikasi dan dinamika berfikir, bersikap dan bertindak secara
keseluruhan dari watak asasi kader HMI terumus dalam bentuk :
a) Cenderung kepada kebenaran
b) Bebas, merdeka dan terbuka
c) Obyektif, rasional, dan kritis
d) Progresif dan dinamis
e) Demokratis, jujur dan adil
TUJUAN HMI
Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah
“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan
bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah
SWT” (pasal 4 AD HMI). Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan
menjadi lima kualitas insan cita, yakni kualitas insan
akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi,
kualitas insan bernafaskan Islam, dan kualitas insan yang
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi Allah SWT.
Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang
terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang
beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan
tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam
pasal tujuan (pasal 4 AD HMI) adalah sebagai berikut :
1. Kualitas Insan Akademis
Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional,
obyektif, dan kritis.
Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang
diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi
suasana sekelilingnya dengan kesadaran.
Sanggung berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan
sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun
tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara
bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan
prinsip-prinsip perkembangan.
2. Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta
Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari
sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan
bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan
bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh
dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan
pembaharuan.
Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang
menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat
berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.
Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan
kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.
3. Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi
Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak
atau untuk sesama umat.
Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat
dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya
menajdi baik.
Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-
sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya
untuk kepentingan sesamanya.
4. Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan
pengabdi yang ber nafaskan Islam
Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan
pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi
pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-
nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menapasi
dan menjiwai karyanya.
Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality”
dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang
utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema
pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim
insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya dalam
pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat
islam Indonesia dan sebaliknya.
5. Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil
makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :
Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan islam
dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur
yang diridhoi oleh Allah SWT.
Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari
perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan
adanya keberanian moral.
Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam menghadapi
persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.
Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah
untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam me
wujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.
Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha
mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.
Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai
“khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas
kemanusiaan.
Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” insan
pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan
jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya,
dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana
mencari ilmu perjuangan untuk secara kooferatif bekerja
sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari hasil
perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu).
Penyuara “Idea of Progress” insan yang berkeperibadian imbang dan
padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan
bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia
uang beriman
berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal
(insan kamil)
Dari lima kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya
harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas
insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan
pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan
insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa
bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur
yang ridhoi Allah SWT.
Yang dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi
Allah SWT adalah masyarakat yang menjalankan kehidupannya
selalu berlandaskan atas asas keadilan sehingga tercapai
kemakmuran dan dalam perjalanan pencapaian masyarakat adil
makmur tersebut tidak mendobrak aturan Allah yang tertuang
dalam Al-Qur’an sehingga adil makmur yang dicapai oleh
masyarakat merupakan adil makmur yang dikehendaki oleh Allah
SWT. Jadi setiap usaha dalam pencapaian masyarakat adil
makmur harus berpedoman pada ajaran Islam yang tertuang dalam
Al-Qur’an dan As-Sunnah.
FUNGSI DAN PERAN HMI
HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI)
HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang
berorientasikan Islam yang melakukan perkaderan, dimana
seluruh aktivitas yang dilakukan pada dasarnya merupakan
proses kaderisasi, sehingga HMI berfungsi dan hanya selalu
membentuk kader-kader muslim intelektual yang profesional
.
HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal 9 AD HMI)
HMI berperan sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi
yang selalu berjuang melakukan dan membentuk kader bangsa
yang muslim, intelektual, dan profesional dimana outputnya
ditujukan untuk kepentingan bangsa secara keseluruhan,
sehingga insan HMI siap dan dapat bermanfaat bagi seluruh
golongan yang ada di masyarakat selama tidak bertentangan
dengan koridor misi HMI.
HUBUNGAN MISSION SECARA INTEGRAL
Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran
HMI secara integral adalah dalam pencapaian dan
memperjuangkan mission HMI harus dilakukan secara utuh dan
menyeluruh, dan satu sama lain saling mempengaruhi, dan
menentukan sehingga tidak bisa ditinjau secara parsial.
Dalam diri kader HMI harus :
a) Senantiasa memperdalam kehidupan rohani agar menjadi
luhur dan bertaqwa pada Allah SWT
b) Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk
mencari kebenaran, HMI hanya komit pada kebenaran
c) Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak
mengingkari hati nuraninya
d) Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional jika
berhadapan dengan orang yang berbeda pendirian
e) Bersikap kritis dan berfikir bebas kreatif.
URAIAN MATERI NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI
A. Sejarah Perumusan NDP
Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama
dan orde baru, pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan
sistematis belum ada, setelah fase berikutnya baru disusun
Nilai Dasar Perjuangan HMI, yang pada Kongres XVI HMI di
Padang tahun 1986 pernah berubah nama menjadi Nilai Identitas
Kader (NIK), pada dasarnya tidak ada perubahan atas isi dari
NDP. Perubahan ini didasari atas pertimbangan politik setelah
keluarnya UU No.5 tahun 1985 yang menyatakan bahwa Pancasila
satu-satunya azas organisasi kemasyarakatan. Pada Kongres
XXII HMI di Jambi tahun 1999 nama NIK kembali ditukar menjadi
NDP, seirama dengan pertukaran azas organisasi.
Kelahiran NDP dilatarbelakangi oleh :
1) Keadaan negara
Bangsa Indonesia sekitar 1966-1968 tengah mengalami perbaikan
dari segi infra struktur maupun supra struktur, karena bangsa
Indonesia baru dilanda badai pengkhianatan PKI.
2) Keadaan umat Islam
Nurkholis Madjid dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman
mengungkapkan bahwa muslim Indonesia adalah termasuk yang
paling sedikit ter”Arab”kan. Di Indonesia pemahaman Islam
masih dangkal, sehingga masih ada persoalan bagaimana
menghayati nilai-nilai Islam itu sendiri.
3) Antek-antek PKI mempunyai pedoman yang baik
Untuk memberikan pemahaman tentang kekomunisan, para kader
PKI di masa jayanya (1960-an) mempunyai buku saku yang bisa
dibaca dimanapun dan kapanpun. Melihat keadaan ini timbul
keinginan Cak Nur untuk menyusun dasar-dasar nilai Islam
melalui kerangka sistematis yang kemudia beliau beri nama NDI
(Nilai Dasar Islam) dengan tujuan NDI ini mampu berfungsi
sebagai pemahaman global tentang ajaran Islam.
4) Literatur yang tersedia belum memuaskan
Pada waktu itu para kader HMI masih jarang sekali menuangkan
ide keislaman mereka dalam bentuk tulisan, salah satu
penyebabnya adalah kesibukan melawan PKI secara fisik.
Pada masa kepengurusan Nurkholis Madjid, HMI berusaha
membuat pedoman perjuangan dan pada Kongres X HMI di
Palembang tahun 1971, ditetapkan menjadi Nilai Dasar
Perjuangan (NDP), yang berasal dari naskah NDI yang
disampaikan Cak Nur dalam Kongres IX HMI di Malang tahun 1969
yang selanjutnya kongres menugaskan kepada Nurkholis Madjid,
Sakib Mahmud, dan Endang Saifudin Anshari (alm.) untuk
menyempurnakannya. Pemilihan nama NDP sendiri memiliki
alasan, yaitu (1) Nama NDI terlalu mengklaim Islam yang
bahkan akan mempersimpit ajaran Islam iru sendiri, (2)
Terinspirasi oleh buku “Perjuangan Kita”-nya Syahrir.
Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan
menjadi buku oleh Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan
Pemikiran Islam” yang dianggap controversial, menuliskan bahwa
perumusan NDI tersebut dipengaruhi oleh perjalanan Nurkholis
Madjid ke universitas-universitas di Amerika atas undangan
pemerintah Amerika pada tahun 1968. Hal ini dibantah oleh Cak
Nur dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman, bahwa sebenarnya
perjalanan ke Amerika tidak berpengaruh banyak terhadap
dirinya, karena selain perjalanan ke Amerika, Cak Nur juga
melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan menggunakan sisa
uang saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur Tengah
perjalanan dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia,
Turki, Lebanon, dan terakhir Mesir. Dalam perjalanan di Timur
Tengah inilah untuk pertama kalinya Cak Nur bertemu Gus Dur,
padahal mereka satu kampung. Di Riyadh Cak Nur bertemu dengan
Dr. Farid Mustafa dan mendapat banyak hal darinya. Selama di
Timur Tengah Cak Nur sering mengadakan diskusi kritis tentang
berbagai hal keislaman.
Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji atas
undangan Menteri Pendidikan Arab Saudi (Syekh hasan bin
Abdullah Ali) sekitar bulan April 1969, keinginannya untuk
menulis NDI makin menggebu-gebu.
B. Kedudukan NDP dalam tubuh HMI
NDP merupakan landasan perjuangan HMI, dan ini perlu
disosialisikan pada setiap kader. Tujuan NDP dalam HMI
merupakan filsafat sosial dalam melakukan perubahan sesuai
tujuan HMI. Hubungan NDP dalam HMI dapat digambarkan sebagai
berikut :
Berdasarkan skema tersebut, maka NDP merupakan filsafat
sosial yang bersumber dari ajaran Islam. Filsafat sosial ini
diturunkan menjadi teori-teori sosial yang teori-teori ini
akan memberikan konsepsi yang jelas pada arah gerak perubahan
sosial yang dilakukan oleh HMI.
C. Teks (Isi) NDP
NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM
A. DASAR-DASAR KEPERCAYAAN
Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan
itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan
budayanya. Sikap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak
mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu dianut
karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan
kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula
benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak
dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.
Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam
kenyataan kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka
ragam di kalangan masyarakat. Karena bentuk- bentuk
kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lain, maka sudah
tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau salah
satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing
bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran
dan kepalsuan yang campur baur.
Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa
kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu
kemudian melembaga dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun
temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya.
Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri
terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka dalam
kenyataan ikatan-ikatan tradisi sering menjadi penghambat
perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Disinilah
terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber
tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai
itu melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka
justru merugikan peradaban.
Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan
peradaban dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia
meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang
tradisional, dan menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh
yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber nilai dan
pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran
merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang
mutlak adalah Tuhan Allah.
Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang
kesatu : Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara
peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan"
meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan
"Selain Allah" memperkecualikan satu kepercayaan kepada
kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia
membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang
ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu
dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran
dalam menetapkan dan memilih nilai - nilai, itu berarti
tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang
ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.
Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan.
Pendekatan ke arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat
ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat
intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi
karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia
tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat
Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan
kepada Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya
tentang Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber kepada-Nya.
Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi
namun tidak bertentangan denga insting dan indera.
Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu
pengajaran atau pemberitahuan yang langsung dari Tuhan
sendiri kepada manusia. Tetapi sebagaimana kemampuan menerima
pengetahuan sampai ketingkat yang tertinggi tidak dimiliki
oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak diberikan kepada
setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia tertentu
yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu
para Nabi dan Rasul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para
Rosul itu untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia.
Para rasul dan nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak
Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,Isa atau Yesus anak Mariam sampai
pada Muhammad SAW. Muhammad adalah Rasul penghabisan, jadi
tiada Rasul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan Rasul itu
adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka menerima
wahyu dari Tuhan.
Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul
seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan,
kata Al-Quran juga bearti "kumpulan" atau kompilasi, yaitu
kompilasi dari segala keterangan. Sekalipun garis-garis besar
Al-Quran merupakan suatu kompendium, yang singkat namun
mengandung keterangan-keterangan tentang segala sesuatu sejak
dari sekitar alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang
tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain (16:89).
Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran-
ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan
terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka
kalimat kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari
kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa Muhammad
adalah Rosul Allah.
Kemudian di dalam Al-Quran didapat keterangan lebih
lanjut tentang Ketuhanan Yang maha Esa ajaran-ajaranNya yang
merupakan garis besar dan jalan hidup yang mesti diikuti oleh
manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas (112: 1-
4) menerangkan secara singkat; katakanlah : "Dia adalah Tuhan
Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh
segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa”.
Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil,
Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha Sayang, Maha Pengampun
dan seterusnya daripada segala sifat kesempurnaan yang
selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru
sekalian Alam.
Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan
yang penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin (57:3), dan
"kemanapun manusia berpaling maka disanalah wajah Tuhan"
(2:115). Dan "Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada"
(57:4). Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.
Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka
sekaligus Tuhan adalah asal dan tujuan segala yang ada,
termasuk tata nilai. Artinya; sebagaimana tata nilai harus
bersumber kepada kebenaran dan berdasarkan kecintaan
kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada kebenaran dan
mengarah kepada "persetujuan" atau "ridhanya". Inilah
kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan
sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian
yang lain).
Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan
mengaturnya dengan pasti (6:73, 25:2). Oleh karena itu alam
mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan
mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan
daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung
kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis (23:14).
Nilai ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan perkembangan
peradabannya (31:20)). Maka alam dapat dan dijadikan obyek
penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah)
yang berlaku didalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam
sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri (10:101).
Jadi kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan
idealisme maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak
mempunyai eksistensi riil dan obyektif, mulainkan semua palsu
atau maya atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada
dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana (38:27).
Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang
mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan
sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini
mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat
dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa
alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun
peniadaan Tuhan adalah satu sudut daripada filsafat
materialisme.
Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang
tertinggi (95:4, 17:70). Sebagai mahluk tertinggi manusia
dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi (6:165).
Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk
memakmurkannya (11:61). Maka urusan di dunia telah diserahkan
Tuhan kepada manusia. Manusia sepenuhnya bertanggungjawab
atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia ini
membentuk rentetan peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia
adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik
atau "rajanya".
Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti
(sunattullah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya
hukum yang menguasai alam tetapi berbeda dengan alam yang
telah ada secara otomatis tunduk kepada sunatullah itu,
manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan
pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum
kehidupannya sendiri (33:72). Ketidakpatuhan itu disebabkan
karena sikap menentang atau kebodohan.
Hukum dasar alami daripada segala yang ada inilah
"perubahan dan perkembangan", sebab: segala sesuatu ini
adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu
proses yang tiada henti-hentinya (29:20). Segala sesuatu ini
adalah berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Maka satu-
satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan sendiri,
asal dan tujuan segala sesuatu (28:88). Di dalam memenuhi
tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus
perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti
bahwa manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan
untuk itu harus mengetahui jalan menuju kebenaran itu
(17:72). Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-
nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan
kebenarannya (17:26).
Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang
disemangati oleh iman dan diterangi oleh ilmu (58:11). Bidang
iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu, sedangkan
bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk
mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini.
Ilmu itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah).
Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai
kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan
kehidupan ini sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya
kualitas-kualitas yang bersifat ketuhanan. Sebab sebagaimana
diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan wujud yang nyata
dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai Tuhan,
dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama
dengan alam. Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan
(sakralisasi) haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. -
Tuhan Allah Yang Maha Esa (41:37).
Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik"
artinya mengadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya
atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik menghalangi
perkembangan dan kemajuan peradaban kemanusiaan menuju
kebenaran.
Kesudahan sejarah atau kehidupan duniawi ini ialah "hari
kiamat". Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang
tidak lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu kehidupan
akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama", atau yaumuddin,
dimana Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja (1:4,
22:56, 40:16). Disitu tidak lagi terdapat kehidupan historis,
seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada
adalah pertanggunggan jawab individu manusia yang bersifat
mutlak dihadapan illahi atas segala perbuatannya dahulu
didalam sejarah (2:48). Selanjutnya kiamat merupakan "hari
agama", maka tidak yang mungkin kita ketahui selain daripada
yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan
kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-historis manusia
hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui
kejadian-kejadiannya (7:187).
B. PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN
Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak
ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil
dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi
manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada
padanya, mulainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-
sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja
yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan
secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief) (30:30).
"Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan
pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia
ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir,
yaitu Tuhan Yang Maha Esa (51:56, 3:156). Fitrah merupakan
bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan
prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan
memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan
menjadi manusia sejati.
Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya
(19:105, 53:39). Nilai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan
berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan
amaliah yang kongkrit (61:2-3). Nilai hidup manusia
tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal
perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan
tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan
sebaliknya di dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak
berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan (16:97,
4:111).
Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan
sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat
mewujudkan dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan
dan memenuhi keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup
berarti dan berharga ialah dia yang merasakan kebahagiaan dan
kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan
kearah kemajuan-kemajuan - baik yang mengenai alam maupun
masyarakat - yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-
luasnya (29:6).
Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan, keindahan
dan kebenaran (4:125). Dia menyerap segala sesuatu yang baru
dan berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan
menyatakan dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan
(39:18). Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan
kebijaksanaan (wisdom, hikmah) (2:269). Dia berpengalaman
luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan terbuka,
bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya (6:125).
Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar,
penahan amarah dan pemaaf (3:134). Keutamaan itu merupakan
kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi
yang senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang
lebih baik.
Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan
mental dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja
jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang
terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja
dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan
kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian,
merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar corak
perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya
secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara
kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan
antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat. Hak dan
kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga
sekaligus untuk sesama ummat manusia.
Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara
kegiatan-kegiatan rokhani dan jasmani, pribadi dan
masyarakat, agama dan politik maupun dunia akherat.
Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang
tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan
dan kebenaran (98:5).
Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal
perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan
merupakan pancaran langsung dari pada kecenderungannya yang
suci yang murni (2:207, 76:89). Suatu pekerjaan dilakukan
karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi
kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan
lain yang nilainya lebih rendah (pamrih) (2:264). Kerja yang
ikhlas mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberinya
kebahagiaan (35:10). Hal itu akan menghilangkan sebab-sebab
suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja amal akan
menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan
adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan
sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan
kebahagiaan.
Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang
memancarkan dari hati nurani yang hanief atau suci.
C. KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVERSAL
(TAKDIR)
Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa
kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa
paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan
dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu
benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan
merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal
dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya.
Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan
manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi
(external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat.
Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan
baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan
komunal sekaligus (8:25). Sedangkan dalam aspek kedua manusia
tidak lagi melakukan amal perbuatan, mulainkan hanya menerima
akibat baik dan buruk dari amalnya dahulu di dunia secara
individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban
bersama, tapi hanya ada pertanggung jawaban perseorangan yang
mutlak (2:48, 31:33). Manusia dilahirkan sebagai individu,
hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian
menjadi individu kembali.
Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama
dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya
daripada nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu
adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal
perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang
pertama dan asasi.
Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan
primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun
bersifat sekunder, ialah bahwa individu dalam suatu hubungan
tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam
sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini
manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan
satu kesatuan.
Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk
pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun
kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti
bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-
batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas
tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan
tetap menguasai alam - hukum yang menguasai benda-benda
maupun masyarakat manusia sendiri - yang tidak tunduk dan
tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu
mengakibatkan adanya "keharusan universal" atau "kepastian
umum" dan “takdir” (57:22).
Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek
hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan
universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang
harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya? Sudah
tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti
peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan
adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan
kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan.
Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah
pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya
suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah
pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kretif
manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan
dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka.
Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga
berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan
usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai
pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana
manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh
keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa
adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia
menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk
memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal
perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang
merubah dunia dan nasibnya sendiri (13:11). Jadi sekalipun
terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan
haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan
menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.
Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu
kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya
kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu
berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu
membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala
sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri,
mulainkan juga kepada keharusan yang universal itu (57:23).
D. KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN PERIKEMANUSIAAN
Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu
manusia dengan dunia sekitarnya bukan hubungan penyerahan.
Sebab penyerahan meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan
kemanusiaan. Tetapi jelas pula bahwa tujuan manusia hidup
merdeka dengan segala kegiatannya ialah kebenaran. Oleh
karena itu sekalipun tidak tunduk pada sesuatu apapun dari
dunia sekelilingnya, namun manusia merdeka masih dan mesti
tunduk kepada kebenaran. Karena menjadikan sesuatu sebagai
tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.
Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan
apabila demikian maka sesuai dengan pembicaraan terdahulu
maka tujuan hidup yang terakhir dan mutlak ialah kebenaran
terakhir dan mutlak sebagai tujuan dan tempat menundukkan
diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak itu? Ada,
sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada.
Karena sikapnya yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka
sudah pasti kebenaran itu hanya satu secara mutlak pula.
Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut
kebenaran mutlak itu "Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian
Bab I, Tuhan itu menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah
(31:30). Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja tujuan segala
kebenaran (3:60). Maka dia adalah Yang Maha Benar. Setiap
pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran
tentang Tuhan YME.
Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka ialah yang ber-
ketuhanan Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan
yang dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu
kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau "ridho"
daripada-Nya. Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya
kemerdekaan dan kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada
Tuhan semata-mata. Hal itu berarti segala bentuk kegiatan
hidup dilakukan hanyalah karena nilai kebenaran itu yang
terkandung didalamnya guna mendapat pesetujuan atau ridho
kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah" itulah
yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan (92:19-21).
Kata "iman" berarti percaya dalam hal ini percaya kepada
Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan
diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada
Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran
pengabdian kepada Tuhan YME (3:19). Pelakunya disebut
"Muslim". Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau
sesuatu yang lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim
adalah manusia yang merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan
diri kepada Tuhan YME (33:39). Semangat tauhid (memutuskan
pengabdian hanya kepada Tuhan YME) menimbulkan kesatuan
tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan kemasyarakatan.
Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial dan
terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan
sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.
Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya
adalah keseluruhan (totalitas) dunia kebudayaan dan
peradaban. Dia memiliki seluruh dunia ini dalam arti kata
mengambil bagian sepenuh mungkin dalam menciptakan dan
menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban kebudayaan.
Pembagian kemanusiaan yang tidak selaras dengan dasar
kesatuan kemanusiaan (human totality) itu antara lain ialah
pemisahan antara eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara
kegiatan duniawi dan ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan
agama. Demikian pula sebaliknya, anggapan bahwa manusia
adalah tujuan pada dirinya membela kemanusiaan seseorang
menjadi: manusia sebagai pelaku kegiatan dan manusia sebagai
tujuan kegiatan. Kepribadian yang pecah berlawanan dengan
kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen dan
harmonis pada dirinya sendiri: jadi berlawanan dengan
kemanusiaan.
Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau
kerja, maka nilai-nilai tidak dapat dikatakan ada sebelum
menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan konkrit dan nyata
(26:226). Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan, keindahan
dan kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar dalam
kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan
masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan
sesuatu yang membawa kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi
sesama manusia "amal saleh" (harfiah: pekerjaan yang selaras
dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman
(lihat Qur’an: aamanu wa’amilushshaalihaat, tdk kurang dari 50 x
pengulangan kombinasi kata). Jadi Ketuhanan YME memancar
dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena kemanusiaan adalah
kelanjutan kecintaan kepada kebenaran maka tidak ada
perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa
Ketuhanan adalah tidak sejati (24:39). Oleh karena itu
semangat Ketuhanan YME dan semangat mencari ridho daripada-
Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kokoh. Dasar selain
itu pasti goyah dan akhirnya membawa keruntuhan peradaban
(9:109).
"Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid, secara
harafiah artinya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada
Tuhan. Syirik adalah sifat menyerah dan menghambakan diri
kepada sesuatu selain kebenaran baik kepada sesama manusia
maupun alam. Karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan
asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan
(31:13). Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan dilakukan
orang karena syirik (6:82). Sebab dalam melakukan kejahatan
itu dia menghambakan diri kepada motif yang mendorong
dilakukannya kejahatan tersebut yang bertentangan dengan
prinsip-prinsip kebenaran. Demikian pula karena syirik
seseorang mengadakan pamrih atas pekerjaan yang dilakukannya
(Hadist, “sesunggunya sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu
sekalian adalah syirik kecil, yaitu riya - pamrih”. Rawahu Ahmad, hadist
hasan). Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu sendiri
dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran,
tetapi karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.
"Musyrik" adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang
menghambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia
maupun alam disebut musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu
selain Tuhan menjadi setingkat dengan Tuhan (3:64). Demikian
pula seseorang yang menghambakan (sebagaimana dengan tiran
atau diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya
sendiri setingkat dengan Tuhan (28:4). Kedua perlakuan itu
merupakan penentang terhadap kemanusiaan, baik bagi dirinya
sendiri maupun kepada orang lain.
Maka sikap berperikemanusiaan adalah sikap yang adil,
yaitu sikap menempatkan sesuatu kepada tempatnya yang wajar,
seseorang yang adil (wajar) ialah yang memandang manusia.
Tidak melebihkan sehingga menghambakan dirinya kepada-Nya.
Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik (ikhsan). Maka
ketuhanan menimbulkan sikap yang adil kepada sesama manusia
(16:90).
E. INDIVIDU DAN MASYARAKAT
Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah
masing-masing pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah
hak asasinya yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga
daripada kemerdekaan itu. Juga telah dikemukakan bahwa
manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu dengan
dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak
mungkin memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa
berada ditengah sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan
tertentu.
Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi
diwujudkan. Justru karena adanya kemerdekaan pribadi itu maka
timbul perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan
lainnya (43:32). Sebenarnya perbedaan-perbedaan itu adalah
untuk kebaikannya sendiri: sebab kenyataan yang penting dan
prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan
kultural menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda
(5:48).
Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan
masyarakat adalah suatu keharusan, sekalipun hanya oleh
sebagian anggotanya saja (92:4). Namun sejalan dengan prinsip
kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan yang teratur
tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk memilih dari
beberapa kemungkinan dan untuk berpindah dari satu lingkungan
ke lingkungan lainnya (17:84, 39:39). Peningkatan kemanusiaan
tidak dapat terjadi tanpa memberikan kepada setiap orang
keleluasaan untuk mengembangkan kecakapannya melalui
aktifitas dan kerja yang sesuai dengan kecenderungannya dan
bakatnya.
Namun inilah kontradiksi yang ada pada manusia dia
adalah mahkluk yang sempurna dengan kecerdasan dan
kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya, tetapi
pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan yang
konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa
nafsu cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan
kejahatan dilakukan orang karena mengikuti hawa nafsu (12:53,
30:29).
Ancaman atas kemerdekaan masyarakat, dan karena itu juga
berarti ancaman terhadap kemerdekaan pribadi anggotanya ialah
keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain
kemerdekaan, persamaan hak antara sesama manusia adalah
esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi persamaan
dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak
terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk
lebih satu orang, kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan
dalam waktu yang bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi
oleh kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak
terbatas hanya berarti pemberian kemerdekaan kepada pihak
yang kuat atas yang lemah (perbudakan dalam segala
bentuknya), sudah tentu hak itu bertentangan dengan prinsip
keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai yang
saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada
adanya hak bagi orang lain untuk mengembangkan
kepribadiannya. Sebagai kawan hidup dengan tingkat yang sama.
Anggota masyarakat harus saling menolong dalam membentuk
masyarakat yang bahagia (5:2).
Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak
mungkin dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan
sejarah bukanlah penyerahan pasif. Tetapi sejarah ditentukan
oleh manusia sendiri. Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan
(akibat buruk) dan pahala (akibat baik) bagi satu amal
perbuatan mustahil ditanggung manusia (99:7-8). Manusia
merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar.
Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian -
sesudah sejarah (9:74, 16:30). Semakin seseorang bersungguh-
sungguh dalam kekuatan yang bertanggung jawab dengan
kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam membentuk
masyarakat semakin ia mendekati tujuan (29:69).
Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan
martabatnya dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai
kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga
untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam lingkungan
masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini ialah keistimewaan
dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya
persamaan dan kehormatan bagi setiap orang (49:13, 49:10).
F. KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI
Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu
dengan masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan
saling bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat
tergantung pada perencanaan manusia dan usaha-usaha
bersamanya. Jika kemerdekaan dicirikan dalam bentuk yang
tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang
bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala
keinginan pribadinya.
Akibatnya pertarungan keinginan yang bermacam-macam itu
satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi (92:8-10). Sudah
barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan
kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam
masyarakat (5:8). Siapakah yang harus menegakkan keadilan,
dalam masyarakat? Sudah barang pasti ialah masyarakat
sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan adanya satu
kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang
dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan
keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang
bersifat kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang
berlawanan dengan kemanusiaan (2:104).
Kualitas terpenting yang harus dipunyainya, ialah rasa
kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran kecintaan yang tak
terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan yang
cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pimpinan masyarakat;
atau setidak-tidaknya mereka adalah orang-orang yang
seharusnya memimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan
keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak asasinya,
dan dalam jangka waktu yang sama menghormati kemerdekaan
orang lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi
kesadarannya akan tanggung jawab sosial.
Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan
pemerintah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan
berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah yang pertama
berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud semula dan
fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah ialah
guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada
kemungkinan perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri
sebagai manusia sebaliknya setiap orang mengambil bagian
pertanggungjawaban dalam masalah-masalah atas dasar persamaan
yang diperoleh melalui demokrasi.
Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi
yang ada didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri
sendiri (Hadist: “kullukum raain wakullukum mas uulun ‘an raiyyatih” -
Bukhari & Muslim). Oleh karena itu pemerintah haruslah
merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari masyarakat
sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat,
oleh rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas
persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan
dan martabat kemanusiaan tidak terganggu (42:28, 42:42).
Kekuatan yang sebenarnya didalam negara ada ditangan rakyat,
dan pemerintah harus bertanggung jawab pada rakyat.
Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-
keinginan dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak
mengenal batas (hawa nafsu). Adalah kewajiban dari negara
sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial untuk menjunjung tinggi
prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia.
Menegakkan keadilan adalah amanat rakyat kepada pemerintah
yang musti dilaksanakan (4:58). Ketaatan rakyat kepada
pemerintah yang adil merupakan ketaatan kepada diri sendiri
yang wajib dilaksanakan. Didasari oleh sikap hidup yang
benar, ketaatan kapada pemerintah termasuk dalam lingkungan
ketaatan kepada Tuhan (Kebenaran Mutlak) dan Rasulnya
(pengajar tentang Kebenaran) (4:59). Pemerintah yang benar
dan harus ditaati ialah mengabdi kepada kemanusiaan,
kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan YME (5:45).
Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan
berpengaruh ialah menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau
pembagian kekeyaan diantara anggota masyarakat. Keadilan
menuntut agar setiap orang dapat bagian yang wajar dari
kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang tidak mengenal
batas-batas individual, sejarah merupakan perjuangan
dialektis yang berjalan tanpa kendali dari pertentangan-
pertentangan golongan yang didorong oleh ketidakserasian
antara pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan
pengumpulan kekayaan oleh golongan-golongan kecil dengan hak-
hak istimewa dilain pihak (57:20). Karena kemerdekaan tak
terbatas mendorong timbulnya jurang-jurang pemisah antara
kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses
selanjutnya - yaitu bila sudah mencapai batas maksimal -
pertentangan golongan itu akan menghancurkan sendi-sendi
tatanan sosial dan membinasakan kemanusiaan dan peradabannya
(17:16).
Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan
kemiskinan akan terjadi dalam kualitas dan proporsi yang
tidak wajar sekalipun realitas selalu menunjukkan perbedaan-
perbedaan antara manusia dalam kemampuan fisik maupun mental
namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan pemerintah
yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan yang merupakan
perwujudan dari kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku
daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin dijadikan
sasaran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi
sasaran kezaliman, orang-orang miskin berada dipihak yang
benar. Pertentangan antara kaum miskin menjadi pertentangan
antara kaum yang menjalankan kezaliman dan yang dizalimi.
Dikarenakan kebenaran pasti menang terhadap kebhatilan, maka
pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak terhindar
bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk pimpinan
dalam masyarakat (4:160-161, 26:182-183, 2:279, 28:5).
Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah
penindasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah
seseorang dapat memeras orang-orang yang berjuang
mempertahankan hidupnya karena kemiskinan, kemudian merampas
hak-haknya secara tidak sah, berkat kemampuannya untuk
memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup kepada mereka. Oleh
karena itu menegakkan keadilan mencakup pemberantasan
kapitalisme dan segenap usaha akumulasi kekayaan pada
sekelompok kecil masyarakat (2:278-279). Sesudah syirik,
kejahatan terbesar kepada kemanusiaan adalah penumpukan harta
kekayaan beserta penggunaanya yang tidak benar, menyimpang
dari kepentingan umum, tidak mengikuti jalan Tuhan (104:1-3).
Maka menegakkan keadilan inilah membimbing manusia ke arah
pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada
setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya
secara bebas dan terhormat (amar ma'ruf) dan pertentangan
terus menerus terhadap segala bentuk penindasan kepada
manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi
munkar). Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-
restriksi atau cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan
menggunakan kekayaan itu. Cara yang tidak bertentangan dengan
kamanusiaan diperbolehkan (yang ma'ruf dihalalkan) sedangkan
cara yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang (yang
munkar diharamkan) (3:110).
Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam
suatu masyarakat yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME,
dalam hal ini pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak
melaksanakannya sama nilainya dengan tidak berketuhanan sama
sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat dikatakan hidup
sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata
(61:2-3).
Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan
sebagai satu-satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri,
manusia dapat diperbudaknya antara lain oleh harta benda.
Tidak lagi seorang pekerja menguasai hasil pekerjaanya,
tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Produksi
seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu
selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula terjadi
pada majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah
yang menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam
dan memberikan sifat-sifat tertentu seperti keserakahan,
ketamakan dan kebengisan.
Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan
amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi
juga melalui pendidikan yang intensif terhadap pribadi-
pribadi agar tetap mencintai kebenaran dan menyadari secara
mendalam akan andanya tuhan. Sembahyang merupakan pendidikan
yang kontinyu, sebagai bentuk formil peringatan kepada tuhan.
Sembahyang yang benar akan lebih efektif dalam meluruskan dan
membetulkan garis hidup manusia. Sebagaimana ia mencegah
kekejian dan kemungkaran (29:45). Jadi sembahyang merupakan
penopang hidup yang benar (Hadist: “sembahyang adalah tiang agama.
Barangsiapa mengerjakannya berarti menegakkan agama. Barangsiapa
meninggalkannya berarti merobohkan agama” -Baihaqi). Sembahyang
menyelesaikan masalah - masalah kehidupan, termasuk pemenuhan
kebutuhan yang ada secara instrinsik pada rohani manusia yang
mendalam, yaitu kebutuhan sepiritual berupa pengabdian yang
bersifat mutlak (31:30). Pengabdian yang tidak tersalurkan
secara benar kepada tuhan YME tentu tersalurkan kearah
sesuatu yang lain. Dan membahayakan kemanusiaan. Dalam
hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang
merupakan kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan.
Dalam masyarakat yang adil mungkin masih terdapat
pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin. Tetapi
hal itu terjadi dalam batas - batas kewajaran dan kemanusian
dengan pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal
itu sejalan dengan dibenarkannya pemilikan pribadi (private
ownership) atas harta kekayaan dan adanya perbedaan -
perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan - kemampuan
pribadi, fisik maupun mental (30:37).
Walaupun demikian usaha - usaha kearah perbaikan dalam
pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus dijalankan
oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian
terakhir masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat
dipungut dari orang - orang kaya dalam jumlah presentase
tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin (9:60). Zakat
dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, sah,
dan halal saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak
dikenakan zakat tetapi harus dijadikan milik umum guna
manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh pemerintah.
Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih
dahulu harus dibentuk suatu masyarakat yang adil berdasarkan
ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, dimana tidak lagi didapati
cara memperoleh kekayaan secara haram, dimana penindasan atas
manusia oleh manusia dihapuskan (2:188).
Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta
kekayaan itu diperoleh, juga ditetapkan bagaimana
mempergunakan harta kekayaan itu. Pemilikan pribadi
dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak
bertentangan, pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah
berhak mengajukan konfiskasi.
Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam
batas - batas tertentu, yaitu dalam batas tidak kurang tetapi
juga tidak melebihi rata - rata penggunaan dalam masyarakat
(25:67). Penggunaan yang berlebihan (tabzier atau israf)
bertentangan dengan perikemanusiaan (17:26-27). Kemewahan
selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan golongan dalam
masyarakat membuat akibat destruktif (17:16). Sebaliknya
penggunaan kurang dari rata-rata masyarakat (taqti)
merusakkan diri sendiri dalam masyarakat disebabkan
membekunya sebagian dari kekayaan umum yang dapat digunakan
untuk manfaat bersama (47:38).
Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada
hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan
(10:55). Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas
kekayaan itu dan harus diberikan bagian yang wajar dari
padanya (7:10).
Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat
relatif sebagai mana amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu
sendiri harus sejalan dengan yang dikehendaki tuhan, untuk
kepentingan umum (57:7). Maka kalau terjadi kemiskinan, orang
- orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang - orang
kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan keluarga
(70:24-25). Adalah kewajiban negara dan masyarakat untuk
melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan
dorongan. Negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang
wajar sebagaimana yang diperlukan oleh pribadi-pribadi agar
diandan keluarganya dapat mengatur hidupnya secara terhormat
sesuai dengan kainginan-keinginannya untuk dapat menerima
tanggungjawab atas kegiatan-kegiatnnya. Dalam prakteknya, hal
itu berarti bahwa pemerintah harus membuka jalan yang mudah
dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang
wajar kemerdekaan beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan
bangsa yang pantas.
G. KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN
Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan, dapatlah
disimpulkan dengan pasti bahwa inti dari pada kemanusiaan
yang suci adalah Iman dan kerja kemanusiaan atau Amal Saleh
(95:6).
Iman dalam pengertian kepercayaan akan adanya kebenaran
mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikanya satu-
satunya tujuan hidup dan tempat pengabdian diri yang terakhir
dan mutlak. Sikap itu menimbulkan kecintaan tak terbatas pada
kebenaran, kesucian dan kebaikan yang menyatakan dirinya
dalam sikap pri kemanusiaan. Sikap pri kemanusiaan
menghasilkan amal saleh, artinya amal yang bersesuaian dengan
dan meningkatkan kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia ialah
yang berguna untuk sesamanya. Tapi bagaimana hal itu harus
dilakukan manusia?.
Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan ialah
gerakan kedepan demikian pula perjalanan ummat manusia atau
sejarah adalah gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam
kehidupan relatif adanya berlaku untuk suatu tempat dan suatu
waktu tertentu. Demikianlah segala sesuatu berubah, kecuali
tujuan akhir dari segala yang ada yaitu kebenaran mutlak
(Tuhan) (28:88). Jadi semua nilai yang benar adalah bersumber
atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hukum-hukum Tuhan
(6:57).
Oleh karena itu manusia berikhtiar dan merdeka, ialah
yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari pada gerak maju
kedepan (progresif). Dia adalah dinamis, tidak statis. Dia
bukanlah seorang tradisional, apalagi reaksioner (17:36).
Dia menghendaki perubahan terus menerus sejalan dengan arah
menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa mencarai kebenaran-
kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenaran-kebenaran itu
menyatakan dirinya dan ditemukan didalam alam dari sejarah
umat manusia.
Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan
menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun
relatif namun kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah
yang mesti dilalui dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran
mutlak. Dan keyakinan adalah kebenaran mutlak itu sendiri
pada suatu saat dapat dicapai oleh manusia, yaitu ketika
mereka telah memahami benar seluruh alam dan sejarahnya
sendiri (41:53).
Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal
soleh. Hanya mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan
dapat berjalan diatas kebenaran-kebenaran, yang menyampaikan
kepada kepatuhan tanpa reserve kepada Tuhan Yang Maha Esa
(35:28). Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia
mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi (58:11).
Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh
manusia secara benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya
sendiri. Hubungan yang benar antara manusia dan alam
sekelilingnya ialah hubungan dan pengarahan. Manusia harus
menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarahkanya kepada
yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak
mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya
agar dapat menguasai dan menggunakanya bagi kemanusiaan.
Sebab alam tersedia bagi ummat manusia bagi kepentingan
pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan
kecuali mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio
(45:13).
Demikian pula manusia harus memahami sejarah dengan
hukum-hukum yang tetap (3:137). Hukum sejarah yang tetap
(sunatullah untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa
manusia akan menemui kejayaan jika setia kepada kemanusiaan
fitrinya dan menemui kehancuran jika menyimpang daripadanya
dengan menuruti hawa nafsu (91:9-10).
Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga terus-menerus
maju kearah yang lebih baik sesuai dengan fitrah adalah
masalah pengalaman. Pengalaman ini harus ditarik dari masa
lampau, untuk dapat mengerti masa sekarang dan
memperhitungkan masa yang akan datang (12:111). Menguasai dan
mengarahkan masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah umumnya
dan membimbingnya kearah kemajuan dan kebaikan.
H. KESIMPULAN DAN PENUTUP
Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil
kesimpulan secara garis besar sbb:
1. Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada
Tuhan. Tuhan YME dan keinginan mendekat serta kecintaan
kepada-Nya, yaitu takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang
statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar dengan
sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal
saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia jika
tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang
sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan yang benar
dalam peradaban dan berbudaya.
2. Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan
ibadah atau pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik
individu agar tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang
tuguh kepada kebenaran sebagai mana dikehendaki oleh hati
nurani yang hanif. Segala sesuatu yang menyangkut bentuk dan
cara beribadah menjadi wewenang penuh dari pada agama tanpa
adanya hak manusia untuk mencampurinya. Ibadat yang terus
menerus kepada Tuhan menyadarkan manusia akan kedudukannya di
tengah alam dan masyarakat dan sesamanya. Ia tidak melebihkan
diri sehingga mengarah kepada kedudukan Tuhan dengan
merugikan kemanusiaan orang lain, dan tidak mengurangi
kehormatan dirinya sebagai mahluk tertinggi dengan akibat
perbudakan diri kepada alam maupun orang lain Dengan ibadah
manusia dididik untuk memilki kemerdekaannya, kemanusiaannya
dan dirinya sendiri, sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu
pemurniaan pengabdian kepada Kebenaran semata..
3. Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya
yang utama dalam usaha yanag sungguh - sungguh secara
essensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan,
baik dalam ukuran ruang maupun waktu. Yaitu menegakkan
keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh
harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Hal itu berarti
usaha - usaha yang terus menerus harus dilakukan guna
mengarahkan masyarakat kepada nilai - nilai yang baik, lebih
maju dan lebih insani usaha itu ialah "amar ma'ruf”,
disamping usaha lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan
dan kemerosotan nilai - nilai kemanusiaan atau nahi mungkar.
Selanjutnya bentuk kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah
pembelaan kaum lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada
umumnya serta usaha - usaha kearah penungkatan nasib dan
taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.
4. Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada
kemanusiaan melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang
itu dilakukan dan ditanggung bersama oleh manusia dalam
bentuk gotong royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan
kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan
menuntut ketabahan, kesabaran, dan pengorbanan. Dan dengan
jalan itulah kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat
manusia. Oleh sebab itu persyaratan bagi berhasilnya
perjuangan adalah adanya barisan yang merupakan bangunan yang
kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain oleh persaudaraan
dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas kepada
musuh - musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi
kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun
mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada
orang lain atau golongan lain.
5. Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses
perkembangan yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha
mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu,
manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada
perkembangan peradaban disegala bidang. Dengan perkataan
lain, manusia harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu
pengetahuan. Kerja manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu
tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa
kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan
mengahancurkan peradaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia
Tuhan yang besar artinya bagi manusia. Mendalami ilmu
pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka. Mampu
mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan
berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan
mengamalkan diantaranya yang terbaik.
Dengan demikian, tugas hidup manusia menjadi sangat
sederhana, yaitu beriman, berilmu dan beramal.
SEJARAH HMI
URAIAN MATERI SEJARAH PERJUANGAN HMI
PENGANTAR ILMU SEJARAH
Pengertian
Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah
lalu dan benar-benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat,
biasanya kebenaran sejarah didukung buktibukti yang
membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus
besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan
atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-
kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dari
pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan
antara sejarah dan ilmu sejarah, sejarah adalah kejadian atau
peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah adalah ilmu yang
mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.
Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah
Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang
telah lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa
yang terjadi pada saat itu, dan dengan mempelajari maka dapat
diambil hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut. Pada
peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan
kekurangan yang ada dari peristiwa itu, dan pengetahuan
tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam mengambil
keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip
nilai yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya
peristiwa masa lalu linear dengan masa saat ini dan yang akan
datang.
MISI KELAHIRAN ISLAM
Masyarakat Arab Pra Islam
Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan
masyarakat jahiliyah hidup dalam keterbelakangan, baik
pengetahuan, sosial budaya maupun peradaban. Masyarakat arab
pra Islam tidak mengenal tulis dan baca, walaupun ada yang
dapat menulis dan membaca itu hanya sebagian kecil saja,
namun pemahaman atau kebanggaan akan sastra demikian
tingginya, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada
masa itu hidup dalam kebodohan.
Posisi wanita pada saat itu tidak dihargai, mereka hanya
dipandang sebagai benda bergerak yang menyenangkan, bahkan
wanita dianggap sebagai beban dan sumber bencana,
implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak wanita
akan mengakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu,
maka tak heran jika mereka sering mengubur bayi wanita hidup-
hidup (kalau sekarang, belum lahir sudah dibunuh). Selain itu
masyarakat Arab pra Islam hidup dalam perpecahan klan (keluarga
besar), karena mereka lebih menonjolkan ego kesukuan atau
kabilah, ini menyebabkan masyarakat Arab sering berperang
antar kabilah dan tidak memiliki rasa kebangsaan yang
menyebabkan bangsa Arab menjadi lemah dan terpecah-pecah.
Periode Kenabian Muhammad
Fase Makkah
Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaam masyarakat yang
buruk sekali. Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal
tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M.
Muhammad putra tunggal dari pasangan Abdullah dan Aminah.
Sejak kecil Muhammad memiliki sifat yang terpuji sehingga
kemudian ia dijuluki “al-amin” atau orang yang dapat dipercaya.
Pada usia yang ke-25 Muhammad menikah dengan seorang janda
kaya yang bernama Khadijah. Dalam masa pernikahannya ini
Muhammad sering melakukan perenungan/kontemplasi di luar kota
Makkah, tepatnya di sebuah gua yang bernama Hira, beliau
selalu memikirkan keadaan masyarakatnya yang demikian rusak.
Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin
sering stress memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan
menyepi di gua Hira semakin sering kuantitasnya. Suatu malam
di bulan Ramadhan tepatnya tanggal 17 Ramadhan yang
bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610, datanglah suatu
penampakan yang ternyata adalah malaikat Jibril yang
menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 – 5), dan ini
pertanda bahwa Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan nabi
walaupun tanpa berita acara. Pasca wahyu di gua Hira,
Muhammad s.a.w. mendapat wahyu-wahyu berikutnya yang
memerintahkan kepada Muhammad s.a.w untuk menyampaikan
dakwah. Isi dakwahnya adalah ajakan untuk melakukan
perubahan-perubahan yang revolusioner, perubahan yang dibawa
antara lain perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak
yang baik. Perubahan lain adalah nilai persamaan, yang
dimaksud adalah kesetaraan antar umat manusia, tidak ada
perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antar ras, bangsa,
dan lain sebagainya, di mata Allah yang berbeda adalah
ketaqwaan. Selain itu, ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang
penting untuk dilakukan, serta membangun solidaritas
persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan nasionalisme
atau keutuhan dalam berbangsa dan beragama.
Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad s.a.w
berkaitan atau berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman,
karena pada saat itu jaran Islam baru tegak kembali, sehingga
yang harus dibangun pertama-tama adalah fondasi aqidah atau
iman yang dijadikan landasan fundamental. Tiap tahun kota
Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah dari seluruh
Arab yang datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah
haji. Muhammad s.a.w melakukan dakwah terhadap orang-orang
tersebut, dan usaha ini tidak sia-sia karena dari kalangan
yang berasal dari daerah-daerah tersebut ada yang menyatakan
keimanannya, diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis dari
gerakan revolusioner berdampak pada peningkatan konstelasi
politik masyarakat Makkah, yang pada akhirnya memberikan satu
pilihan kepada Muhammad s.a.w untuk meninggalkan Makkah. Pada
hijrah yang kedua, Muhammad s.a.w. menginstruksikan kepada
para pendukungnya untuk meninggalkan kota Makkah menuju
Yastrib yang dikemudian hari dikenal dengan Madinah. Muhammad
s.a.w pun pada akhirnya terpaksa harus meninggalkan Makkah
menuju Madinah, maka dimulailah babak baru dalam Islam, fase
Madinah.
Fase Madinah
Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari
Makkah ke Madinah, karena Madinah dianggap baik untuk
pembenihan Islam. Kaum muslimin yang berada di Madinah
terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Anshar (kaum muslimin tuan
rumah) dan Muhajirin (kaum muslimin pendatang dari Makkah), maka
langkah pertama yang dilakukan adalah mempertalikan hubungan
kekeluargaan atau hubungan persaudaraan antara kaum Anshar dan
Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah, maka umat Islam
akan kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau
perjanjian dengan kelompok di luar Islam yang ada di Madinah,
karena pada saat itu telah ada kelompok lain yang tinggal di
sana, antara lain Yahudi.
Di Madinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat
Islam. Pembinaan masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah,
tetapi juga menyangkut masalah politik, ekonomi, dan sosial
budaya. Di Madinah perkembangan ajaran Islam maju dengan
pesat, pada fase ini ajaran lebih ditekankan pada hukum
kemasyarakatan atau lebih kepada muamallah. Dengan semakin
besarnya kamum muslimin, dianggap merupakan ancaman bagi
kelompok lain, maka semakin benci pula orang-orang Quraisy
kepada Muhammad s.a.w. dan para pendukungnya. Konstelasi
kebencian makin meningkat sehingga mengakibatkan timbulnya
peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab, Khandaq, dan
beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum muslimin
peperangan ini adalah upaya defensif dan dalam rangka
menegakkan kalimah tauhid.
Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia 63
tahun, pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan
tanggal 8 Juni 632.
LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI
Kondisi Islam di Dunia
Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI
dapat dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa
dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan
teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar umat
Islam berada di bawah ketiak penindasan nekolim barat yang
notabene dimotori oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya
terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada zaman
keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak memahami ajaran
Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat
seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran
Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan
hubungan manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu
menderivasikan hubungan transenden ke dalam seluruh aspek
kehidupan.
Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat
berada dalam keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat
dikatakan di seluruh dunia. Hal tersebut mengakibatkan
terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk dipusakai
alam semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi
berbagai golongan yang hanya berangkat dari masalah khilafiyah,
yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.
Kondisi Islam di Indonesia
Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu,
umat Islam berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah
memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan
diperlakukan tidak adil, serta hanya menguntungkan kelompok
mereka sendiri atau rakyat yang sudah seideologi dengan
mereka.
Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat
(katanya sich), dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam
ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas ketidakberdayaan untuk
melawan nekolim, sehingga pemahaman umat tidak secara benar
dan kaffah. Bahkan ada sebagian ulama ang menyatakan bahwa
pintu ijtihad telah ditutup, hal ini menyebabkan umat hidup
dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu umat Islam Indonesia
berada dalam perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan
masing-masing golongan melakukan truth claim, hal ini
menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang
persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.
Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam
Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan
menghasilkan para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang
akan datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor
penggerak perubahan, dan perubahan tersebut diharapkan menuju
sesuatu yang lebih baik. Begitu pentingnya perguruan tinggi,
maka banyak golongan yang ingin menguasainya demi untuk
kepentingan golongan tersebut.
Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang
strategis tersebut, ada beberapa faktor dominan yang
menguasai dan mewarnai perguruan tinggi dan dunia
kemahasiswaan, antara lain sistem yang diterapkan khususnya
di perguruan tinggi adalah sistem pendidikan barat yang
mengarah pada sekularisme dan dapat menyebabkan dangkalnya
agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya organisasi
kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan
aspirasi Islam dan umat Islam kurang terakomodir.
Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena
menyebabkan masalah dalam hidup dan kehidupan serta
keberadaan Islam dan umat Islam. Mahasiswa Islam kurang
memiliki ruang gerak karena berada dalam sistem yang sekuler
dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan harus menghadapi
tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat bertentangan
dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran Islam.
Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam sangat sulit untuk bergerak
memperjuangkan aspirasi umat Islam.
Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)
HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi
yang memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan
kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam
sehingga tidak tercermin dalam kehidupan nyata.
Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan,
yaitu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY
didominasi oleh partai sosialis yang berpaham komunis. Akibat
didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak independen
untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak
mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan
mahasiswa terlbat dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi
dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada tanggal 14
Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947
sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa
Islam (HMI) sebagai organisasi independen dan sebagai anak
umat dan anak bangsa.
GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI
Sosok Lafran Pane
Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres
XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai
pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.
Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane,
lahir di Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran
Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami
perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya
untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran
Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI)
tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.
Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia peroleh dari
dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.
Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup
yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan
selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane
pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai
Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di
Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19
Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara
otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah
bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum
Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana
pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada
tanggal 26 Januari 1953.
Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman
Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan,
pemahaman, penghayatan dan pengamalanumat Islam akan agamanya
harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan memahami
ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki
jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan
yang dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan
akhirat.
Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada
kebenaran Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan
masyarakat adil makmur material dan spiritual. Dengan adanya
gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan
kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan
dan pengamalan ajaran Islam dalpat dilakukan dan dilaksanakan
sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan pemikiran umat Islam
telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak
lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-Qur’an
hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan
sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam
ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena
dengan kebesaran dan kejayaan masa lalu.
Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya
Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial
budaya, kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa
yang tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak
terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam Negara
Kesatuan Republik Indonesia.
Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan
dan visi perjuangan sosial budaya, yaitu :
1. Mempertahankan negara Republik Indonesia dan
mempertinggi derajat rakyat Indonesia.
2. Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.
Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan
sosial budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan
bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru
diraih. Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun
harus dipelajari kondisi sosial budaya sehingga tidak terjadi
benturan kultur.
Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam
sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial
budaya yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta
merta, tetapi melalui proses panjang dan bertahap.
Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HM
Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan
kebangsaan yang bersatu secara integral sebagai dasar
perjuangan HMI yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu :
a) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat
Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran
kebangsaan atau ke-Indonesiaan
b) Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya
terkandung pemikiran ke-Islaman
Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam
kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader,
wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan
kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang ingin
menciptakan kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi
pemimpin yang amanah untuk membawa bangsa Indonesia mencapai
asanya.
Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan
masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara
jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI
di Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis,
pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas
terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua
komitmen itu tidak dilakukan secara institusional, mulainkan
dampak dari proses pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.
DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI
DALAM SEJARAH
PERJUANGAN BANGSA
HMI dalam Fase Perjuangan Fisik
HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi
pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan
tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang
sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”.
Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan
mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu
krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku
kuliah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik
Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat
dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda.
Sebagai anak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam
perjuangan fisik demi mempertahankan negara Republik
Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI
mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut
bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI
berkeyakinan bahwa dalam masyarakat yang berdaulat dan
merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh
karena itu HMI selalu berusaha untuk memperthankan dan
mempersatukan bangsa.
HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa
Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di
Madiun yang merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa,
umat Islam, dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini makin memuncak
pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan sosial
politik besar di Indonesia. Posisi HMI saat itu adalah
menentang ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada
untuk menentang komunis.
Persoalan komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara,
tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut maka PKI
menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama yang harus
diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak
yang non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar
negara, yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk
merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah. Untuk menghadapi
pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di Kaliuarang
Yogyakarta pada tanggal 9 –11 April 1955, keputusan yang
diambil adalah :
1) Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-
partai Islam dalam pemilu yang akan datang.
2) Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi
keruncingan-keruncingan, tidak saling menyerang.
3) Kepada warga dan anggota HMI supaya :
a) Wajib aktif dalam pemilu
b) Wajib aktif memilih salah satu partai Islam
c) Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan
memilih partai Islam yang disenangi
Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI
mengirimkan seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-
partai Islam di konstituante agar dapat memikul amanah umat
Islam di Indonesia.
Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan
kuat, karena ada tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-
lain. Oleh karena itu HMI menggelar Musyawarah Nasional
Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada
beberapa pertanyaan yang diajukan kepada HMI saat itu
menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu (1) Apakah HMI
mendukung Manipol/Usdek atau tidak ? (2) HMI setuju pancasila
atau tidak ? dan (3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau
tidak ?
Munas memberikan jawaban sebagai berikut :
1)Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang
ditetapkan oleh MPRS
2)Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan
dengan Piagam Jakarta
3)Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil
makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa
Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat
terselamatkan isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI
tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam percaturan sejarah.
HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru
Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam
dibubarkan, dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah
sehingga HMI dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat
ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah……). HMI adalah salah satu
komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran komunis,
sedangkan PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik yang
besar di negara Republik Indonesia. PKI berkeinginan untuk
membubarkan HMI karena merupakan salah satu musuh utamanya,
usaha untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar (Kalau
tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja), apalagi
menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin Besar
Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan hanya
menjadi masalah internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal
tersebut merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia
pada umumnya.
Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan
negara Republik Indonesia adalah dengan melakukan
pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965.
Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara penculikan
terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad yang
merupakan jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para perwira itu.
Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa
gerakan tersebut dilakukan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI
diotaki oleh PKI pertama kali dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul),
HMI ikut membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan
kerelaan HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya
Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik
Indonesia, HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang
ingin menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan
konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan HMI ikut dalam usaha-
usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw
PKI.
HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa
Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki
kualitas insan cita, yang karenanya akan tercipta kader yang
memiliki intelektual tinggi yang dilandasi oleh iman serta
diabdikan kepada umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini
akan dapat dijadikan penopang dalam pembangunan bangsa dan
negara Republik Indonesia.
Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai
berikut :
1) Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim
2) Partisipasi dalam pemberian konsep
3) Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan
Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan
yang justru sebenarnya lebih dominan faktor internal,
misalnya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh
perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk
terbawa pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang
mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua yaitu HMI yang
bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya
Majelis Penyelamat Organisasi.
HMI dan Fase Pasca Orde Baru
Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan
bangsa yang dikenal dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata
sampai saat ini reformasi masih berupa angan yang belum dapat
terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak komponen
bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan, tetapi
dengan harapan berumur panjang.
Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa
sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah”
pada fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI
seringkali menempatkan HMI sebagai common enemy. Dinamika
organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi,
akankah HMI tetap bertahan?
KEPEMIMPINAN
A. DEFINISI
“Kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dalam
mencapai tujuanbersama”.
1. Seni utk menciptakan kesesuaian paham.
2. Bentuk persuasi dan inspirasi.
3. Kepribadian yg memiliki pengaruh.
4. Tindakan dan perilaku.
5. Titik sentral proses kegiatan kelompok.
6. Hubungan kekuatan / kekuasaan.
7. Sarana pencapaian tujuan.
8. Hasil dari interaksi.
9. Peranan yang dipolakan.
10. Inisiasi struktur.
B. FUNGSI – FUNGSI KEPEMIMPINAN
1. Penentu, pembangun, pemandu, pengawas dari arah usaha
pencapaian tujuan.
2. Wakil dan juru bicara organisasi dalam berhubungan
dengan pihak luar.
3. Communicator yang efektif.
4. Mediator handal, terutama dlm menangani konflik.
5. Integrator efektif, rasional, objektif, dan netral.
6. Fact Finding: menemukan visi dan misi.
7. Aligning: Menselaraskan orang utk mencapai tujuan
organisasi.
8. Empowering: Memberdayakan orang utk mencapai cita2nya.
C. SIFAT-SIFAT YANG HARUS DIMILIKI PEMIMPIN
1. Akhlak yang baik.
2. Memiliki daya imajinasi.
3. Berfikir menurut fungsinya.
4. Mampu bersikap adil kepada semua.
5. Memiliki banyak minat.
6. Bersikap sebagai pendidik.
7. Memiliki emosional yang matang.
8. Bersikap sebagai perencana.
9. Mampu menghormati diri dan orang lain.
10. Teguh, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi.
11. Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih.
12. Ekspresif (berbicara dan menulis).
13. Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap.
14. Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras.
15. Setia kepada semua kepentingan.
D. KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF
1. Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan
mempertimbangkan kepentingan jangka panjang organisasi.
2. Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke
arah wawasan tersebut.
3. Memperoleh dukungan dari pusatkekuasaan dan seluruh
anggota.
4. Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan
seluruh anggota untuk mencpai tujuan organisasi.
E. TIPE-TIPE PEMIMPIN
1. Tipe Otokratik
a) Karakteristik negative, egois.
b) Memutarbalikkan fakta.
c) Sumber segala sesuatu dlm organisasi.
d) Tujuan organisasi identik dg tujuan pribadi.
e) Pembenaran segala cara dlm mencapai tujuan.
f) Memperlakukan bawahan sama rendah.
g) Mengutamkaan pelaksanaan dan penyelesaian tugas.
h) Pengabaian peranan bawahan dlm decision making.
i) Tdk mau menerima saran dan pandangan bawahan.
j) Menonjolkan kekuasaan formal.
k) Menuntut keta’atan penuh dari bawahan.
l) Menegakkan dsiplin dengan kaku.
m) Memberikan perintah / instruksi dg keras.
n) Menggunakan pendekatan punitip jika bawahan salah.
2. Tipe Paternalistik
a) Umumnya terdpt pd masyarakat tradisional.
b) Popularitas disebabkan:
- Kuatnya ikatan primordial.
- Extended family system.
- Kehidupan masyarakat komunal.
- Peranan adat istiadat yg kuat.
- Memungkinkan hubungan pribadi yg intim.
c) Legitimasi kepemimpinan utk mendominasi.
d) Mengutamakan kebersamaan.
e) Seolah2 ia tau segala sesuatu – “Guru”.
f) Pemusatan pengambilan keputusan pd dirinya.
g) Berperan sbg: pelindung, bapak, pemberi petunjuk.
3. Tipe Kharismatik
a) Daya tariknya sangat memikat.
b) Mampu memperoleh pengikut yg besar.
c) Pengikutnya tdk selalu dpt menjelaskan mengapa ia
dikagumi.
d) Tidak dipersoalkan nilai, sikap, prilaku dan gayanya.
4. Tipe Laissez Faire
a) Anggapan bahwa anggota taat pada aturan.
b) Pasif; membiarkan orang berjalan menurut alurnya.
c) Prinsipnya: manusia memiliki solidaritas, kesetiaan,
taat norma, dan bertanggungjawab.
d) Hubungan tasan-bawahan saling mempercayai.
e) Sikapnya cenderung permisif.
f) Memperlakukan bawahan sbg akibat adanya struktur &
hirarki organisasi.
g) Gaya kepemimpinannya:
- pendelegasian wewenang secara extensive.
- Decision making diserahkan pada pejabat lebih rendah.
- Status quo organisasi tdk terganggu.
- Berfikir dan bertindak inovatif / kreatif diserahkan
pada anggota.
- Intervensi pemimpin dalam perjalanan organisasi minim.
5. Tipe Demokratik
a) Perannya selaku coordinator dan integrator.
b) Pendekatan fungsi kepemimpinannya: holistic dan
integralistik.
c) Organisasi menggambarkan dengan jelas tugas mencapai
tujuan.
d) Perbedaan adalah kenyataan hidup, harus terjamin
kebersamaan.
e) Menjunjung tinggi harkat, martabat manusia.
f) Menindak pelanggar disiplin / etika kerja, korektif
dan edukatif.
g) Mendorong bawahan untuk inovatif dan kreatif.
h) Penghargaan kepada bawahan yang berprestasi tinggi.
i) Sumber daya dan dana hanya digunakan oleh manusia
dlm organisasi untuk pencapaian tujuan.
j) Selalu mendelegasikan wewenang yang praktis dan
realistic.
k) Bawahan dilibatkan aktif dalam proses decision making.
l) Pengakuan diri didasari kemampuan dalam memimpin.
F. MACAM TUGAS PEMIMPIN
1. Bekerja tulus – ikhlas karena Allah.
2. Amanah, fathanah, tabligh, dan siddiq.
3. Mendidik anggota secara serius dan menyiapkan
regenerasi.
4. Kasih sayang merata kepada seluruh anggota.
5. Merencanakan program secara tepat, menetukan tahapan
strategi, dan sumber dana.
6. Mengelola orang sesuai kemampuan masing-masing.
7. Membangun iklim saling percaya dan berbaik sangka.
8. Bersungguh-sungguh menyalakan cita-cita, mengukuhkan
tekad dan membangkitkan harapan dalam tim.
II. MANAJEMEN
A. DEFINISI
“ Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,
pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi
dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya
agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.
B. FUNGSI – FUNGSI MANAJEMEN
Sering disederhanakan dengan POAC:
1. Planning (Perencanaan)
Adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang
dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan
perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi
tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif
sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah
rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi
tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting
dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-
fungsi lainnya tak dapat berjalan.
2. Organising (Pengorganisasian)
Dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi
kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian
mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan
orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang
telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan
dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa
yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut
dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas
tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.
3. Actuating (Pengarahan)
Adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota
kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan
perencanaan manajerial dan usaha
4. Controlling (Pengawasan)
Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian
adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan
penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang
dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan
maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.
C. UNSUR-UNSUR MANAJEMEN
1. Man (manusia)
Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh
organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang
paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia
pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada
manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia
adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul
karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai
tujuan.
2. Material (bahan)
Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan
jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,
selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat
menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana.
Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa
materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.
3. Machine (mesin / alat)
Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau
menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan
efesiensi kerja.
4. Methods (tata kerja)
Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya
pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai
penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan
memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,
fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta
uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik,
sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau
tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan
memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen
tetap manusianya sendiri.
5. Money (uang)
Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat
diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai.
Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang
yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan
alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala
sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan
berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk
membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan
harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu
organisasi.
6. Market (pasar)
Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi
menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk
sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang
diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan
berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh
sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil
produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar
pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus
sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)
konsumen.
III. ORGANISASI
A. DEFINISI
“Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah
manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian
hirarki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”.
B. CIRI–CIRI ORGANISASI
1. Melambangkan identitas / tujuan / arah sendiri.
2. Mempunyai hierarki / tingkat autoritas / struktur.
3. Terdapat pembagian kerja.
4. Memiliki asset: software (SDM) dan hardware.
5. System pengawasan dan penyelarasan melalui peraturan
dasar, prosedur, nilai, budaya dan system hubungan.
C. FUNGSI-FUNGSI ORGANISASI
1. Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya.
2. Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan
yang dihadapi.
3. Mencegah kesimpangan kerja.
4. Menentukan pedoman-pedoman kerja.
D. KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN ORGANISASI
1. Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing.
2. Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi.
3. Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja.
4. Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan
minat.
5. Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn
secara efektif dan efisien.
E. TIPE-TIPE ORGANISASI
1. Bentuk Lini
Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus”,
“bentuk jalur” dan “bentuk militer”. Bentuk lini ini mula-
mula diperkenalkan oleh seorang ahli adminstrasi
berkebangsaan Perancis, Henry Fayol.Bentuk lini dipandang
sebagai bentuk yang paling tua dan dipergunakan secara luas
pada masa perkembangan industri pertama.Organisasi ini banyak
dipergunakan di lingkungan militer dan perusahaan-perusahaan
kecil.
Ciri-cirinya :
a) Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari
pimpinan tertinggi ke berbagai tingkat operasional.
b) Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap
semua kegiatannya.
c) Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin
lama makin berkurang menurut jenjang.
d) Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.
e) Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat
langsung.
f) Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur
organisasinya masih sederhana.
g) Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.
Keuntungan organisasi yang berbentuk lini :
a) Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara
definitif.
b) Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab
diketahui oleh semua pihak.
c) Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat,
karena jumlah orang yang perlu diajak berembuk tidak begitu
banyak.
d) Disiplin mudah dipertahankan.
e) Solidaritas para anggota masih besar, karena masih
saling kenal mengenal.
f) Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan
organisasi untuk mengembangkan bakat-bakat pemimpin.
2. Bentuk Lini dan Staf
Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan
supervisor adalah merupakan orang-orang lini (line
personnel).Tetapi ketika organisasi mulai membesar, maka
semakin terasa pentingnya penyediaan tenaga spesialis mampu
memberikan nasihat-nasihat teknis dan memberikan jasa-jasa
kepada unit-unit operasional lainnya.Orang-orang inilah yang
biasanya disebut “staf personnel” (orang-orang staf yang
melaksanakan fungsi-fungsi staf). Dan orang-orang staf ini
dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu : (1) para
penasihat dan (2) “auxilliary personnel”, bertugas melakukan
kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya meknisme
organisasi.
Ciri-ciri Pokok :
a) Organisasinya besar dan kompleks.
b) Jumlah karyawannya banyak.
c) Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf)
sebagaimana dijelaskan di atas.
d) Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka
hubungan langsung di sini sudah tidak mungkin lagi terjadi
antar anggota maupun antara pemimpin dan bawahan.
e) Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan
dipergunakan secara optimal.
Kebaikan-kebaikannya :
a) Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini
yang melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf
yang melaksanakan kegiatan penunjang.
b) Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat
bawahan yang berbeda-beda.
c) Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan
mudah.
d) Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.
e) Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh
organisasi-organisasiyang lebih besar / kompleks.
Keburukannya :
a) Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.
b) Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.
c) Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan
stafnya.
d) Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-
perintah staf sering agak membingungkan anggota. Hal ini
dapat terjadi, karena kedua jenis hirarki ini tidak selalu
seirama dalam memandang sesuatu.
3. Bentuk Fungsional
Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana
kekuasaan dari pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang
memimpin satuan-satuan dibawahnya dalam suatu bidang
pekerjaan tertentu.Tiap-tiap kepala dari satuan ini mempunyai
kekuasaan untuk memerintah semua pejabat bawahan sepanjang
mengenai bidangnya (The Liang Gie, dkk., 1981, hal. 136).
Ciri lain dari organisasi demikian adalah bahwa didalam
organisasi tidak terlalu menekankan pada hirarki struktural,
akan lebih banyak didasarkan pada sifat dan macam fungsi yang
harus dijalankan. Sebenarnya bentuk ini tidak populer, dan
kebanyakan hanya dipergunakan dalam lingkungan usaha swasta
seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya.
Kebaikan-kebaikannya :
a) Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.
b) Dapat dicapai spesialisasi yang baik.
c) Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi
yang sama pada umumnya tinggi.
d) Moral serta disiplin kerja tinggi.
e) Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi
mudah dijalankan.
Kelemahannya :
a) Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu
menspesialisasikan diri dalam satu bidang saja.
b) Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan,
karena orang-orang yang bergerak dalam satu bidang
mementingkan fungsi saja.
c) Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah
dibatasi pada suatu fungsi.
4. Tipe Panitia
Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan
para pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat
panitia. Maksudnya, pada tingkat pimpinan, keseluruhan unsur
pimpinan menjadi panitia dan para pelaksana dibagi ke dalam
kelompok-kelompok yang disebut “task force” atau satuan
tugas.
Ciri-cirinya :
a) Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya
hanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi
dan para petugas.
b) Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen.
Organisasi tipe panitia hanya dipakai sewaktu-waktu ada
kegiatan khusus (proyek-proyek tertentu), dan setelah
kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan, maka panitia
dibubarkan.
c) Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.
d) Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan
tanggungjawab yang sama.
e) Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas
tertentu dalam bentuk satuan tugas (task force).
Keuntungan Tipe Panitia :
a) Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan
tepat, karena sudah dibicarakan secara kolektif.
b) Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari
pimpinan kecil sekali.
c) Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.
Kelemahannya :
a) Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala
sesuatunya harus dibicarakan lebih dulu dengan para anggota
organisasi.
b) Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau
diminta pertanggung jawabannya melebihi dari yang lain.
c) Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak
datang dari satu orang pimpinan saja.
d) Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena
pelaksanaan didasarkan pada kolektifitas.
F. SIKLUS HIDUP ORGANISASI
1. FORMING
Organisasi terbentuk, mencari tugas, peran, metode, masih
tergantung pada pemimpin.
2. STORMING
Mulai terbangun conflict internal.
3. NORMING
Conflict telah terjadi, kerjasama terbangun, saling berbagi
pandangan, standar2 baru tercipta.
4. PERFORMING
Team work terbentuk, peran menjadi flexible, solusi2
ditemukan dan diimplementasikan.
5. ADJOURING
Tugas telah selesai.
IV. KEPEMIPINAN, MANAJEMEN DAN ORGANISASI
A. DEFINISI
1. KEPEMIMPINAN (Orang)
“Kemampuan Mempengaruhi Orang”.
2. MANAJEMEN (Alat)
“Kemampuan Mendayagunakan Sumber daya yang ada”.
3. ORGANISASI (Wadah)
“Proses Kerjasama untuk Mencapai tujuan”.
JUMLAH RESOURCE /ANGGOTASEDIKIT
Dengan Pendayagunaan, Pengendalian + Motivasi + Mempengaruhi
Pikiran, Perasaan dan Tingkah Laku
PRODUKTIVITAS TINGGI / PRESTASI MAKSIMAL
B. HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN ORGANISASI
“Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang
bekerjasama untuk mencapai tujuan, yang mana untuk mencapai
tujuan tersebut memerlukan manajemen untuk mengatur orang-
orang tersebut, yang mana manajemen tidak akan berhasil
apabila tidak ada pemimpin di dalamnya dan seorang pemimpin
pun harus memiliki ilmu kepemimpinan, jadi antara
Kepemimpinan, manajemen dan organisasi merupakan suatu sistem
yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat terpisahkan”