IDEOPOLSTRATAK Perang dan Politik

107
IDEOPOLSTRATAK Perang dan Politik Pengertian perang merupakan lebih sekedar suatu urusan politik melalui cara-cara lain. Sedangkan politik adalah perang tanpa pertumpahan darah sedangkan perang adalah politik dengan pertumpahan darah. Menurut Mao Tse Tsung, pengertian perang dan politik pada hakekatnya sama, yaitu sebagai alat untuk mencapai tujuan/maksud, Cuma bentuknya berbeda. Arti Stratak Dalam Perang Dan Politik Taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu pertempuran. Strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk mengakhiri peperangan. Memimpin bala tentara untuk mengalahkan musuh dan memenangkan suatu pertempuran bukanlah segala-galanya. Taktik adalah bagaimana menentukan sikap atau menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik tertentu pada saat tertentu. Sedangkan strategi adalah bagaimana menggunakan peristiwaperistiwa politik dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana perjuangan. Dalam politik tidak dapat dibayangkan kapan idiologi akan terlaksana, karenanya strategi dalam politik tidak dapat meliputi sampai tercapainya tujuan (ideology), karenanya hanya meliputi jangka waktu tertentu. Hubungan Taktik Dan Strategi Taktik adalah bagian dari strategi. Karenanya taktik baru tunduk dan mengabdi kepada strategi. Rencana perjuangan

Transcript of IDEOPOLSTRATAK Perang dan Politik

IDEOPOLSTRATAK

Perang dan Politik

Pengertian perang merupakan lebih sekedar suatu urusan

politik melalui cara-cara lain. Sedangkan politik adalah

perang tanpa pertumpahan darah sedangkan perang adalah

politik dengan pertumpahan darah. Menurut Mao Tse Tsung,

pengertian perang dan politik pada hakekatnya sama, yaitu

sebagai alat untuk mencapai tujuan/maksud, Cuma bentuknya

berbeda.

Arti Stratak Dalam Perang Dan Politik

Taktik adalah penggunaan kekuatan untuk memenangkan suatu

pertempuran. Strategi adalah memanfaatkan pertempuran untuk

mengakhiri peperangan. Memimpin bala tentara untuk

mengalahkan musuh dan memenangkan suatu pertempuran bukanlah

segala-galanya. Taktik adalah bagaimana menentukan sikap atau

menggunakan kekuatan dalam menghadapi peristiwa politik

tertentu pada saat tertentu. Sedangkan strategi adalah

bagaimana menggunakan peristiwaperistiwa

politik dalam jangka waktu tertentu untuk mencapai rencana

perjuangan. Dalam politik tidak dapat dibayangkan kapan

idiologi akan terlaksana, karenanya strategi dalam politik

tidak dapat meliputi sampai tercapainya tujuan (ideology),

karenanya hanya meliputi jangka waktu tertentu.

Hubungan Taktik Dan Strategi

Taktik adalah bagian dari strategi. Karenanya taktik baru

tunduk dan mengabdi kepada strategi. Rencana perjuangan

(strategi) meliputi perjuangan secara menyeluruh baik dalam

hubungan daerah, nasional dan internasional maupun mengenai

semua segi penghidupan dan kehidupan masyarakat/Negara,

ekonomi, hankam, kebudayaan, agama dan lain-lain.

Kedudukan Stratak Dalam Perjuangan Ideology

Stratak tidaklah berdiri sendiri melainkan hanya merupakan

alat pelaksana untuk mencapai tujuan (ideology. Karenanya

stratak harus mengabdi kepada perjuangan untuk mencapai

tujuan ideologi.

Tugas Utama Strategi Dan Taktik

Sebagai cara menggunakan organisasi untuk mencapai rencana

perjuangan dalam jangka waktu tertentu, serta sebagai cara

berjuang menentukan sikap pada saat tertentu menghadapi

masalah politik tertentu, maka tugas stratak adalah

menciptakan, memelihara, dan menambah syaratsyarat yang akan

membawa kepada tujuan. Syarat-syarat yang meliputi kekuatan

fisik berupa tenaga manusia, kekuatan mental, kekuatan

materil serta posisi didalam Negara dan masyarakat.

Tegasnya tugas stratak adalah untuk machts-vorming dan macht-

anwending.

Macht : power = kekuasaan

Kracht : force kekuatan

Power : force + position

Macht = kracht + posisi

Kekuasaan = kekuatan + posisi

Position without force = nekad position

Force without position nekad force

Posisi tanpa kekuatan = posisi mentah

Kekautan tanpa posisi = kekuatan mentah

Position – force without ideologi = nekad power

Posisi tidak dapat dipisahkan dengan kekuatan. Posisi yang

baik = separuh kekuatan. Posisi strategis adalah menentukan

berhasil tidaknya rencana perjuangan (strategi). Posisi

taktis menentukan berhasil tidaknya langkah-langkah taktik.

Machts-vorming dan machts-anwending yang menjadi tugas

stratak tidak lain tujuannya melainkan apa yang disebut Mao

Tse Tung: bahwa tugas stratak ialah untuk

mempertahankan/menambah kekuatan dan atau posisi sendiri

serta menghancurkan atau mengurangi kekuatan dan atau posisi

lawan. Baik buruknya suatu staratak ditentukan oleh berhasil

tidaknya mempertahankan kekuatan sendiri atau mengurangi

kekuatan lawan. Demikian pula baik buruknya leadership tidak

terletak pada tegas atau tidaknya, berani atau tidak, populer

atau tidak melainkan kepada hasil kepemimpinannya dan hasil

dalam kepemimpinan ialah apa saja yang dapat mempertahankan

kekuatan/posisi sendiri serta yang dapat mengurangi kekuatan

atau posisi lawan.

Dasar-Dasar Menyusun Startegi

1. Rencana perjuangan yang merupakan unsur pokok dan stretegi

adalah menetapkan sasaran yang hendak dicapai oleh organisasi

dalam jangka waktu tertentu. Besar kecilnya sasaran yang

hendak dicapai dalam jangka waktu tertentu disesuaikan dengan

kemampuan organisasi.

2. Jangka waktu merupakan unsur strategi

3. Rencana strategi garuslah banyak memiliki sasaran

alternatif

4. Sasaran yang hendak dicapai dengan rencana strategis

adalah selalu dalam rangka machts-vorming.

Dasar-Dasar Membentuk Taktik

Taktk adalah menentukan langkah atau sikap pada saat

tertentu, menghadapi peristiwa politik tertentu.

1.    Fleksibilitas

Sikap atau langkah tidak mutlak menuju pada satu arah saja

melainkan dapat berubah-ubah menurut kondisi baik kondisi

objektif maupun kondisi subjektif. Sebuah rencana harus

mempertimbangkan kekautan lawan untuk menggagalkan rencana

tersebut. Karena itu, apa yang akan dilakukan oleh

musuh/lawan terhadap kita harus selalu dipertimbangkan. Jika

anda mengetahui tentang musuh anda dan mengetahui tentang

diri anda sendiri, anda tidak perlu takut akan hasil yang

diperoleh dari ratusan pertempuran. Jika anda mengetahui

tentang diri anda sendiri, tetapi tidak mengetahui tentang

musuh anda , untuk mendapatkan suatu kemenangan anda akan

menderita kekalahan. Jika anda tidak mengetahui baik diri

anda maupun musuh anda, anda akan mengalami kekalahan dalam

setiap pertempuran. Seni peperangan mengajarkan kita untuk

tidak mempercayai bahwa musuh tidak akan datang, tapi

mengajarkan kita untuk tidak mempercayai bahwa musuh tidak

akan menyerang kita, tapi mengajarkan kita untuk

mempersiapkan posisi kita agar tidak terkelahkan.

2.    Orientation, Evaluation and Estimation

Sebelum menentukan sikap atau langkah taktis, harus melihat

keadaan secara tepat. Kemudian menilai keadaan itu

dihubungkan dengan keadaan kita dan kehendak lawan dan

sesudahnya lalu menentukan langkah dan mengira-ngira

bagaimana hasilnya nanti. Hasil tidak dapat dipastikan tapi

dengan orientasi dan evaluasi yang tepat akan terbayang ada

tidaknya kans untuk hasil. Setelah sasaran taktis ditetapkan

sekaligus sasaran alternatifnya atau dengan bahasa populer;

kita menetapkan program minimum.

3.    Kerahasiaan

Biar lawan meraba-raba apa langkah yang akan kita ambil agar

mereka tidak dapat menghalang-halangi.

4.    Gerak Tipu

Lima S ( Sasaran, Sarana, Sandaran, Sistem, Saat )

5.    Perpaduan Kondisi Subjektif dan Kondisi Objektif

Kondisi subjektif ialah mengenai kekuatan atau keadaan

organisasi sendiri. Kondisi objektif ialah mengenai keadaan,

situasi atau iklim politik. Jika kondisi subjektif baik

tetapi kondisi objektif tidak baik taktik tidak akan

berhasil. Begitupun sebaliknya.

Hukum-Hukum Stratak

1.    Kwantitas

Jumlah yang besar akan mengalahkan jumlah yang kecil. Pihak

yang berjumlah kecil tidak boleh menyerang musuh yang

berjumlah besar. Jika musuh yang berjumlah besar menyerang

pihak yang berjumlah kecil hendaknya menyingkir. Musuh yang

berjumlah besar tidak dapat dihancurkan sekaligus, melainkan

sedikit demi sedikit dan secara terus menerus. Kehancuran

sedikit demi sedikit disebabkan oleh kesalahannya sendiri,

karenanya dengan jalan provokasi atau lain usahakan di

melakukan kesalahan sikap atau gerakan yang salah.

2.    Kwalitas dan Kwantitas

Kurang dalam kwantitas harus diimbangi dengan kelebihan dalam

kwalitas. Kurang dalam kwaliitas harus diimbangi dengan

kelebihan kwantitas.

3.    Posisi

Posisi yang baik adalah separuh kekuatan. Posisi yang tidak

baik memerlukan dua kali kekuatan.

4.    Cadangan

Pihak yang mempunyai cadangan, walaupun telah mundur dan

kalah akan dapat maju kembali. Jika musuh sedang kalah dan

mundur, kejarlah. Hancurkan cadangan musuh sebelum musuhmaju

dan bangkit kembali dengan cadangannya.

5.    Kawan, Sekutu dan Lawan

Secara ideologis, kawan adalah yang seideologi. Secara

strategis sekutu harus selalu diperbanyak dan pihak-pihak

lawan harus dikurangi. Musuh nomor satu adalah golongan

terbesar yang ideologinya membahayakan kehidupan ideologi

sendiri. Sekutu dan musuh nomor satu adalah lawan. Lawan dan

sekutu nomor satu adalah musuh. Antara sekutu dan musuh

terdapat golongan-golongan yang bukan musuh dan bukan sekutu.

Golongan ini pada suatu saat dapat menjadi musuh, pada saat

lain menjadi sekutu dan pada satu ketika dapat pula sekaligus

menja\di sekutu dan musuh.

6.    Devide et empera

Pecah belah musuh dan hancurkan dulu yang besar.

7.    Menyerang adalah Pertahanan yang Terbaik

Yang menang ialah yang selalu pegang inisiatif Biarkan lawan

bergerak menurut inisiatif kita pada saat dan tempat kita

pilih. Biarkan lawan beraksi terus terhadap isue-isue yang

kita lontarkan. Tujuan membenarkan setiap cara,sepanjang

tidak bertentangan dengan kekuatan ideologi serta tidak

membawa akibat yang dapat merugikan sendiri.

Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi 

Setiap lembaga/instansi memiliki tujuan dan cita-cita di

dalamnya, sebagai proses untuk mencapai tujuannya, Untuk

mengoperasikan sebuah lembaga/instansi, dibutuhkan satu

kesatuan perangkat yang berhubungan sebagai motor penggerak

instansi/lembaga yaitu kepemimpinan, manajemen dan

organisasi.

Kepemimpinan-berasal dari kata pemimpin-adalah ilmu/metode

yang mengajarkan bagaimana seseorang menjadi sebuah

‘mercusuar’ dalam sebuah instansi/lembaga yang mampu menjadi

patron bagi para bawahan2nya. Kepemimpinan adalah salah satu

bagian yang vital dalam hal mengoperasikan sebuah

instansi/lembaga. Sebuah instansi/lembaga harus memiliki

pemimpin yang memiliki kriteria yang mencukupi sebagai

seorang pemimpin untuk menjalankan roda kegiatan

instansi/lembaga secara maksimal sebagai bagian dari proses

menuju cita2 instansi/lembaga.

Untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal tidaklah mudah.

Beberapa kriteria seorang pemimpin ideal diantaranya adalah :

bijaksana, arif, cerdas, tangkas, berwawasan luas,

berintelektual dan berani. Kriteria menjadi seorang pemimpin

yang ideal memang memiliki banyak interpretasi, namun satu

hal yang pasti seorang pemimpin yang cakap harus menguasai

kecerdasan intelektual, kecerdasan moral dan kecerdasan

spiritual yang merupakan elemen utama dan harus dimiliki oleh

seorang pemimpin.

Seorang pemimpin juga harus memilik intuisi dan psikologis

yang peka. Pemimpin yang ideal harus mengetahui sisi

kelebihan dan kekurangan instansi/lembaga yang dipimpinnya.

Dia memiliki kemampuan untuk mengeksplorasi kelebihan

lembaganya dan meminimalisir kekurangannya agar roda kegiatan

instansi/lembaga berjalan dengan profesional dan

proporsional.

Dalam bingkai keislaman dan kebangsaan, Indonesia telah

memiliki beberapa tokoh yang layak untuk dijadikan teladan

dan menjadi bahan referensi bagi para generasi2 pemimpin di

masa yang akan datang. Dalam dunia islam sendiri, umat muslim

patut menjadikan Rasulullah SAW sebagai nama terdepan yang

sangat layak untuk dikedepankan sebagai sumber inspirasi dan

motivasi untuk menjadi seorang pemimpin yang ideal. Beliau

telah meraih kesuksesan di berbagai bidang yang digelutinya

mulai dari politik, ekonomi, sosial, budaya, hukum dan

lingkungan.

Pada masa Rasulullah SAW, islam telah mampu mencapai puncak

kesuksesan di berbagai ruang lingkup kehidupan dan menjadi

kebudayaan serta kekuatan yang sangat disegani dunia ketika

itu. Masa2 kejayaan islam tidak berhenti sampai disitu, pasca

Rasulullah SAW meninggal , tongkat estafet kepemimpinan islam

di ambil alih oleh para sahabat terdekatnya yang dikenal

sebagai ‘Khulafaur Rasyidin’ yaitu Abu Bakar Ash-shidiq, Umar

bin Khattab, Utsman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib

Dalam konteks kebangsaan, indonesia memiliki para ‘founding

father’ ( Bapak Bangsa ) yang mumpuni dan disegani dunia.

Siapa yang tidak mengenal Soekarno, Moh. Hatta, Tan Malaka,

Adam Malik serta beberapa nama lain yang telah berhasil

mengantarkan bangsa ini tampil ke depan panggung sejarah

peradaban dunia melalui momentum kemerdekaan 17 agustus 1945.

Mereka semua dapat menjadi cambuk motivasi yang hebat untuk

para pemimpin2 penerusnya.

MANAJEMEN

Manajemen adalah seni mengelola sebuah instansi/lembaga untuk

mencapai tujuan yang ditetapkan melalui tangan dan kinerja

orang lain. Dapat juga dikatakan manajemen adalah ilmu yang

mempelajari tentang tata cara mencapai tujuan sebuah

instansi/lembaga melalui karya orang lain

Manajemen- ‘to manage’ – merupakan elemen lain yang sangat

penting disamping kepemimpinan sebagai alat untuk menjalankan

kegiatan sebuah instansi/lembaga. Sebuah instansi/lembaga

harus memiliki kerangka rencana strategis sebagai tolok ukur

dan landasan kerja sebuah instansi/lembaga agar hasil yang

ditetapkan tercapai dengan semaksimal mungkin.

Kerangka rencana kerja strategis yang dibuat harus dibuat

sesuai dengan karakteristik organisasi yang dipimpinnya agar

program kerja yang dicanangkan sebuah instansi/lembaga sesuai

dengan target yang ditetapkan dan tidak membebani

instansi/lembaga yang dipimpinnya. Beban pengeluaran yang

harus dikeluarkan instansi/lembaga harus sesuai dengan

landasan filosofis, teori, model, strategi, taktik,

kurikulum, program dan pembiayaan yang telah disusun.

Oleh karena itu, dibutuhkan sebuah landasan teori yang kuat

sebagai kerangka dasar rencana kerja sebuah instansi/lembaga

yang terdiri dari Planning, Organizing, Actuating dan

Controlling agar peristiwa Input-Proses-Output-nya berjalan

dengan sebagaimana mestinya . Peristiwa input-proses-output

menjadi sebuah hasil akhir yang sangat menentukan untuk

mengukur tingkat keberhasilan dan kegagalan dari sebuah

metode manajemen yang diberlakukan.

Ketika hasil akhir dari sebuah instansi/lembaga telah

diketahui, Sebuah instansi/lembaga dapat mengukur tingkat

keberhasilan atau kegagalan yang telah dialami serta

menentukan langkah perusahaan kedepannya dengan sebuah alat

analisa yang dinamakan analisis S.W.O.T ( Strengths,

Weakness, Opportunity, Threatments ). Dengan Analisis S.W.O.T

sebuah lembaga/instansi dapat mengetahui posisi

lembaga/instansi yang dipimpinnya dari sebuah program kerja

yang dibuatnya.

Hasil akhir dari sebuah rencana kerja yang dibuat dapat

menentukan posisi, tingkat keberhailan dan nilai tawar sebuah

instansi/lembaga dikarenakan ‘finishing’ dan ‘results’ dari

sebuah rencana kerja merupakan cermin dari metode manajemen

yang diterapkan sebuah instansi/lembaga.

 

ORGANISASI

Organisasi adalah kumpulan/komunitas masyarakat yang memiliki

kesamaan nasib dan tujuan di dalamnya. Organisasi dapat

menjadi sebuah alat yang efektif sekumpulan masyarakat yang

memiliki tujuan serta cita2 yang sejalan.

Dalam setiap organisasi pasti memiliki tujuan yang berbeda-

beda sesuai dengan kebutuhan, sejarah yang melatar belakangi

serta para pelaku organisasi tersebut. Seiring dengan

perbedaan tersebut setiap organisasi memiliki karakteristik

organisasi yang berbeda

Adapun karakteristik organisasi adalah sebagai berikut :

-membutuhkan informasi

-bersifat dinamis

-terdapat anggota organisasi

-memiliki tujuan yang tetap

Tolok ukur keberhasilan dan kemajuan sebuah organisasi dapat

dilihat dari sejauh mana organisasi tersebut mencapai cita2

yang diperjuangkannya serta kemajuan sebuah organisasi

dipengaruhi oleh beberapa faktor2 yang mendukungnya, seperti

kualiatas SDM nya, infrastruktur organisasi serta popularitas

organisasi di mata publik.

 

PERBEDAAN MANAJER DAN PEMIMPIN

Sering kita mendengar dua kata yang secara praktek kerja sama

tetapi secara filosofis jauh berbeda, manajer dan pemimpin.

Manajer adalah seseorang yang secara eksplisit ruang lingkup

kerjanya hanya mencakup pengelolaan eksploitasi sumber daya

manusia ( staff2-nya ) untuk diarahkan menuju target

instansi/lembaga yang telah dicanangkan sebelumnya dengan

didukung oleh sarana infrastuktur yang tersedia di

instansi/lembaga tersebut. Seorang manajer juga harus mampu

memformulasikan kualitas SDM dengan teknologi pendukung yang

ada.

Sedangkan fungsi seorang pemimpin memiliki arti yang cukup

melebar. Tugas dan peran seorang pemimpin juga lebih luas

secara teritorial makna.Seorang pemimpin tidak hanya harus

bisa mengelola SDM dan teknologi, tetapi juga harus lebih

peka dan intuitif dalam mengenali karakteristik organisassi

yang dipimpinnya. Tingkat tanggung jawab yang diemban seorang

pemimpin juga lebih berat secara bobotnya sebanding dengan

volume kerja yang dilakukannya. Mengetahui dan membaca

situasi kondisi sekitar hingga selalu ‘up-date’ terhadap

segala bentuk informasi ada yang juga merupakan peran

pemimpin yang sangat vital tingkat urgensinya.

Jadi, secara eksplisit dalam hal volume kerja dan tingkat

tanggung jawab antara manajer dan pemimpin cenderung

menempatkan pemimpin di posisi yang paling berat.

 

ELEMEN PENDUKUNG MANAJEMEN ORGANISASI

-Men          : Mengacu pada kebutuhan sumber daya manusia.

-Money     : Mengacu pada modal atau aset pemilikinstansi/lembaga

-Methods : Mengacu cara/metode manajemen organisasi yangdigunakan

-Machine  : Mengacu pada sarana infrastruktur pendukung.

-Market    : Mengacu budaya konsumerisme dan orientasi calonSDM

KARAKTERISTIK PEMIMPIN DALAM ISLAM :

Sebagaimana karakteristik pemimpin2 organisasi yang ada,

Islam memiliki tolok ukur serta standar pemimpin yang telah

ditetapkan dalam dua pedoman hidup umat Islam, Al-Qur’an dan

hHadits. Adapun karakteristik pemimpin dalam islam adalah

sebagai berikut :

-Tabligh ( menyampaikan )

-Amanah ( Dapat dipercaya )

-Shiddiq ( Jujur )

-Fathanah ( Cerdas ).

 HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN dan ORGANISASI.

Seperti yang telah dibahas di awal, Kepemimpinan, Manajemen

dan Organisasi merupakan satu kesatuan perangkat yang tidak

bisa dipisahkan satu sama lain. Keterkaitan ketiga point ini

sangat erat dan saling melengkapi. Kepemimpinan sangat

dibutuhkan sebagai kontrol kendali sebuah metoda manajemen

dan menjalankan organisasi, Manajemen sangat vital urgensinya

untuk membuat dan menyusun kerangka rencana kerja

organisasi/lembaga/instansi serta membuat formulasi yang

mujarab untuk menyatukan kualitas SDM dengan sarana

infrastruktur organisasi yang tersedia, sedangkan organisasi

merupakan tempat yang ideal sebagai arena untuk melatih

kepemimpinan seseorang dan sarana pengejewantahan suatu

metode manajemen.

Sinkronisasi antara Kepemimpinan, Manajemen dan Organisasi

yang kuat juga akan menghasilkan suatu pengambilan keputusan

yang akurat dan dapat dipertanggung jawabkan.

penelitian yang menginginkan dipertegasnya status lembaga

kekaryaan, struktur organisasi dan wewenang lembaga kekaryaan

       Keinginan untuk menjadi lembaga kekaryaan otonom penuh

terhadap organisasi induk HMI

Kemudian sampai pada tahun 1966 diikuti oleh pembentukan

Lembaga Tekhnik Mahasiswa Islam (LTMI), Lembaga Pertanian

Mahasiswa Islam (LPMI), Lembaga Astronomi Mahasiswa Islam

(LAMI). Akhirnya dengan latar belakang di atas melalui

kongres VIII HMI di Solo melahirkan keputusan Kongres dengan

memberikan status otonom penuh kepada lembaga kekaryaan

dengan memberikan hak yang lebih kepada lembaga kekaryaan

tersebut, antara lain :

a.         Punya struktur organiasasi yang bersifat nasional

dari tingkat pusat sampai rayon

b.        Memiliki Anggaran Dasar dan Anggara Rumah Tangga

(AD/ART) sendiri

c.         Bentuk megadakan musyawarah lembaga termasuk

memilih pimpinan lembaga

Keputusan-keputusan di atas di satu pihak lebih mengarahkan

kepada kegiatan lembaga, namun di lain pihak lebih merugikan

organisasi ke tingkat induk bahkan justru menimbulkan

permasalahan serius. Ini dibuktikan dengan adanya evaluasi

pada kongres di Malang pada tahun 1969, dimana kondisi pada

saat tersebut lembaga kekaryaan sudah cenderung mengarah

kepada perkembangan untuk melepaskan diri dari organisasi

induknya, sehingga dalam evaluasi kongres IX HMI di Malang

tahun 1969 antara lain melalui papernya mempertanyakan :

a.         Status lembaga dan hubungan dengan organisasi

induknya (HMI)

b.        Perlu tidaknya penegasan oleh kongres, bahwa

lembaga kekaryaan adalah bagian mutlak dari HMI

misalnya LKMI menjadi LK HMI, LDMI menjadi LD HMI, dsb.

Setelah kongres X di Palembang tahun 1971, perubahan

kelembagaan tidak lagi menjadi permasalahan dan perhatian

Himpunan. Ha ini mengakibatkan lembaga kekaryaan perlahan-

lahan mengalami kemunduran dan puncaknya terjadi saat

diterbitkannya SK Mendikbud tentang pengaturan kehidupan

kemahasiswaan melalui NKK/BKK tahun 1978.

Namun realitas perkembangan organisasi merasakan perlu

dihidupkannya kembali, lembaga kekaryaan yang dikukuhkan

melalui kongres XIII HMI di Ujung Pandang. Kemudian LK

menjadi perhatian/alternatf baru bagi HMI karena gencarnya

isu profesionalisme. Melalui kongres XVI di Padang tahun 1986

pendayagunaan LK kembali dicanangkan.

Lembaga Kekaryaan

Yang dimaksud dengan Lembaga Kekaryaan adalah badan-badan

khusus HMI (diluar KOHATI, BPL) yang bertugas melaksanakan

kewajiban-kewajiban HMI sesuai dengan fungsi dan bidangnya

(ladang garapan) masing-masing, latihan kerja berupa dharma

bhakti kemasyarakatan dalam proses pembangunan bangsa dan

negara. Sebagaimana terdapat dalam unsur-unsur pokok Esensi

Kepribadian HMI yang meliputi :

1.    Dasar Tauhid yang bersumber pada Al-Qur’an dan Sunnah

Rasul yakni dasar keyakinan bahwa “Tiada Tuhan mulainkan Allah”,

dan Allah adalah merupakan inti daripada iman, Islam dan

Ihsan.

2.    Dasar keseimbangan yaitu keharmonisan antara pemenuhan

tugas dunia dan akhirat, jasmaniah dan rohaniah, iman dan

ilmu menuju kebahagiaan hidup dunia dan akhirat.

3.     Kreatif, yakni memiliki kemampuan dengan cipta dan

daya pikir nasional dan kritis, hingga memilki kebijakan

untuk berilmu amaliah dan beramal ilmiah.

4.    Dinamis, yaitu selalu dalam keadaan gerak dan terus

berkembang serta dengan cepat memberikan respon terhadap

setiap tantangan yang dihadapi sehingga memiliki fungsi

pelopor yang militan.

5.    Pemersatu, yaitu sikap dan perbuatan angkatan muda yang

merupakan kader seluruh umat Islam Indonesia menuju

persatuan nasional.

6.    Progresif dan Pembaharu, yaitu sikap dan perbuatan

orang muda patriotik mengutamakan kepentingan bersama

bangsa datas kepentingan pribadi. Memihak dan membela

kaum-kaum yang lemah dan tertindas dengan menentang

penyimpangan dan kebatilan dalam bentuk dan

manifestasinya. Aktif dalam pembentukan dan peranan umat

Islam Indonesia yang adil dan makmur yang diridhoi oleh

Allah SWT.

Dilihat dari jenisnya, maka lembaga kekaryaan yang pernah ada

:

a.         Lembaga Kesehatan Mahasiswa Islam (LKMI)

b.        Lembaga Pers Mahasiswa Islam (LAPMI)

c.         Lembaga Da’wah Mahasiswa Islam (LDMI)

d.        Lembaga Pendidikan Mahasiswa Islam (LAPENMI)

e.         Lembaga Pertanian Mahasiswa Islam (LPMI)

f.         Lembaga Teknologi Mahasiswa Islam (LTMI)

g.        Lembaga Seni Budaya Mahasiswa Islam (LSMI)

h.        Lembaga Astronomi Mahasswa Islam (LAMI)

i.          Lembaga Ekonomi Mahasiswa Islam (LEMI)

j.          Lembaga Hukum Mahasiswa Islam (LHMI)

k.        Lembaga Penelitian Mahasiswa Islam (LEPMI)

l.          Dan lembaga-lembaga yang dibentuk sesuai dengan

kebutuhan karena lembaga kekaryaan adalah badan pembantu

pimpinan HMI, maka dengan melaksanakan tugas/fungsional

(sesuai dengan bidangnya masing-masing) haruslah terlebih

dahulu dirumuskan dalam suatu musyawarah tersendiri.

Musyawarah badan yang selanjutnya disebut rapat kerja itu,

bertugas untuk menjabarkan program HMI yang telah

diputuskan oleh instansi-instansi kekuasaan HMI.

Maksud dan Fungsi Lembaga Kekaryaan

Adanya lembaga kekaryaan dimaksudkan untuk mempertajam alat

pencapai tujuan HMI, sehingga dalam proses dapat terbentuk

arah yang jelas, agar pelaksanaan, pembinaan dan pengembangan

Lembaga Kekaryaan benar dapat terkoordinasikan.

Adapun fungsi dari lembaga kekaryaan adalah :

a.  Melaksanakan peningkatan wawasan profesionalsme anggota,

sesuai dengan bidang masing-masing, (Pasal 59 ART HMI) dan

lembaga kekeryaan bertanggung jawab kepada pengurus HMI

setempat, (Pasal 60 ayat d ART HMI)

b.  Melaksanakan dan mengembangkan kebijaksanaan HMI untuk

meningkatkan keahlian para anggota melalui pendidikan,

penelitian dan latihan kerja praktis serta darma bakti

kemasyarakatan (pasal 60 ayat b ART HMI)

Pedoman Atribut HMI

Pedoman atribut HMI berisi tentang lagu, lambang dan berbagai

macam penerapannya. Lagu yang dijadikan sebagai Hymne HMI

adalah lagu yang diciptakan oleh RM Akbar sebagai berikut :

HYMNE

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

Bersyukur dan Ikhlas

Himpunan Mahasiswa Islam

Yakin Usaha Sampai

Untuk kemajuan

Hidayah dan taufiq

Bahagia HMI

Berdoa dan Ikrar

Menjunjung tinggi syiar Islam

Turut Qur’an dan hadist

Jalan keselamatan

Ya Allah berkati

Bahagia HMI

Lambang HMI adalah sebagai berikut :

1.        Bentuk huruf alif :

-          Sebagai huruf hidup, lambang optimis kehidupan HMI

-          Huruf alif merupakan angka 1 (satu) lambang,

dasar/semangat HMI

2.        Bentuk perisai : Lambang kepeloporan HMI

3.        Bentuk jantung : Jantung adalah pusat kehidupan

manusia, lambang proses perkaderan HMI

4.        Bentuk pena : Melambangkan bahwa HMI adalah

organisasi mahasiswa yang senantiasa haus akan ilmu

pengetahuan

5.        Gambar bulan bintang : Lambang keimanan seluruh

umat Islam di dunia

6.        Warna hijau : Lambang keimanan dan kemakmuran

7.        Warna hitam : Lambang ilmu pengetahuan

8.        Keseimbangan warna hijau dan hitam : Lambang

keseimbangan, esensi kepribadian HMI

9.        Warna putih : Lambang kesucian dan kemurnian

perjuangan HMI

10.    Puncak tiga :

-            Lambang Iman, Islam dan Ikhsan

-            Lambang Iman, Ilmu dan Amal

11.    Tulisan HMI : Kepanjangan dari Himpunan Mahasiswa

Islam

Pengunaan lambang HMI dapat diterapkan pada :

a)      Lencana/Badge HMI

b)      Bendera

c)       Stempel

d)      Kartu Anggota

e)       Papan Nama HMI

f)       Gordon/Selempang HMI

g)       Aksesoris atau perlengkapan lain dengan tidak

menyimpang dari lambang dan penggunaannya

Aturan penggunaan dan lainnya diatur dengan rinci.

Atribut lain yang digunakan dalam HMI adalah :

1)        Muts/Peci HMI

2)        Baret HMI

Segala sesuatu yang berkaitan dengan atribut diatur dalam

ketentuan khusus

Hubungan Konstitusi dan Pedoman lainnya

Pada dasarnya konstitusi hanya memberikan aturan yang

bersifat umum, aturan secara khusus dijelaskan dalam pedoman-

pedoman lainnya. Pedoman lain berfungsi sebagai penjelasan

teknis hal-hal yang dibahas dalam konstitusi, sehingga tidak

boleh bertentangan dengan konstitusi. Secara hirarki hukum

konstitusi merupakan aturan tertinggi.

URAIAN MATERI MISSION HMI

Pengantar

Mission merupakan tugas dan tanggung jawab yang diemban,

sehingga mission HMI dapat diartikan sebagai tugas dan tanggung

jawab yang diemban oleh kader HMI. Sebagai organisasi kader

yang memiliki platform yang jelas, sejak awal berdirinya HMI

mempunyai komitmen asasi yang disebut dengan dua komitmen

asasi, yakni (1) Mempertahankan negara Republik Indonesia dan

mempertinggi derajat bangsa Indonesia, yang dikenal dengan

komitmen kebangsaan, dan (2) Menegakkan dan mengembangkan

ajaran Islam, yang dikenal dengan wawasan keislaman/keumatan.

Kesatuan dari kedua wawasan ini disebut dengan wawasan

integralistik, yakni cara pandang yang utuh melihat bangsa

Indonesia terhadap tugas dan tanggung jawab yang harus

dilakukan sebagai warga negara dan umat Islam Indonesia.

Penerjemahan komitmen HMI ini disesuaikan dengan konteks

jaman, sehingga HMI selalu aktual dan mampu tampil di garda

terdepan dalam setiap even.

Bila dicermati belakangan ini bisa dikatakan bahwa HMI

mengalami stagnasi, untuk tidak dikatakan degradasi. Hampir

tidak ada gagasan cerdas yang disumbangkan oleh HMI di tengah

carut marut dan tunggang langgangnya tatanan republik ini,

dimana masalah disintegrasi perlu segera diatasi, masalah

ekonomi mendesak untuk segera diperbaiki, masalah supremasi

hukum yang harus ditegakkan, masalah pendidikan mendesak

untuk diperhatikan, dan masalah-masalah lain yang melingkari,

seperti budaya, pertahanan keamanan, yang kesemuanya

membutuhkan penanganan secepatnya. Singkatnya, Indonesia

sekarang sedang diterma krisis multi dimensional. Di tengah

kondisi ini, komitmen HMI tidak lebih dari sebatas slogan

tanpa jiwa.

Oleh sebab itu untuk mendongkrak kembali ghirah kader HMI dalam

berperan serta untuk penyelesaian problematika bangsa dan

umat perlu adanya reaktualisasi mission HMI dalam jiwa kader

HMI melalui proses perkaderan yang selama ini perjalanannya

tidak lebih hanya sebagai proses pencapaian status dengan

meninggalkan makna sesungguhnya, yaitu sebagai proses

pembentukan kader yang memiliki karakter, nilai dan

kemampuan, yang berusaha melakukan transformasi watak dan

kepribadian seorang muslim yang utuh (kaffah), sehingga kader

HMI memiliki keberpihakan yang jelas terhadap kaum tertindas

(mustad’afin) dan melawan kaum penindas (mustakbirin).

HMI sebagai organisasi berbasis mahasiswa yang merupakan kaum

intelektual, generasi kritis, dan memiliki profesionalisme

harus mampu menjadi agen pembaharu di tengah masyarakat dan

kehidupan bangsa. Karena mahasiswa memiliki kekuatan yang

luar biasa dalam tatanan kehidupan bangsa dan negara, maka

seluruh gerak perubahan yang terjadi di bangsa ini dimotori

oleh kelompok mahasiswa dan pemuda, mulai dari proklamasi,

revolusi, hingga reformasi, selalu ada andil mahasiswa. Namun

demikian arah perubahan harus sesuai dengan usaha untuk

mewujudkan masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT

sebagaimana termaktub dalam penggalan tujuan HMI.

Dalam perjalanannaya, gerakan mahasiswa begitu dimanis,

mengikuti perkembangan jaman dan selalu eksis dalam setiap

momen penting kebangsaan. Kekonsistenan itu harus diiringi

oleh pegangan yang teguh terhadap idealisme dan menjaga sikap

hanif sehingga kehadiran mahasiswa sebagai kaum intelektual

yang dalam tatanan sosial masyarakat mendapat tempat yang

penting sebagai embun penyejuk. Untuk itulah HMI sebagai

organisasi mahasiswa harus mampu menetaskan kader-kader yang

berkualitas insan cita sebagaimana yang tersurat dalam tujuan

HMI “Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan islam,

dan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi

Allah SWT” (pasal 4 AD HMI).

HAKEKAT KEBERADAAN HMI

HMI sebagai Organisasi Mahasiswa (pasal 7 AD HMI) Makna HMI

sebagai organisasi mahasiswa adalah organisasi yang

menghimpun mahasiswa yang menuntut ilmu pengetahuan di

perguruan tinggi (Universitas/Akademi/Institut/Sekolah

Tinggi) atau yang sederajat, dan memilki ciri-ciri

kemahasiswaan. Adapun ciri-ciri kemahasiswaan tersebut adalah

ilmiah, kritis dan analitis, rasional, obyektif, serta

sistematis.

HMI sebagai Organisasi berasaskan Islam (pasal 3 AD HMI) HMI

sebagai organisasi berasaskan Islam maksudnya adalah

organisasi yang menghimpun mahasiswa yang beragama Islam,

dimana secara individu dan organisatoris memiliki ciri-ciri

keislaman, menjadikan Al-Qur’an dan As-Sunnah sebagai sumber

norma, sumber nilai, sumber inspirasi, dan sumber aspirasi

dalam setiap aktivitas dan dinamika organisasi.

HMI sebagai Organisasi yang Bersifat Independen (pasal 6 AD

HMI) HMI yang bersifat independen adalah waktak organisasi

yang selalu tunduk danberorientasi pada kebenaran (hanif),

sehingga kiprah setiap individu dan dinamika organisasi dalam

bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara mempunyai pola pikir,

pola sikap, dan pola tindak tidak terikat dan tidak

mengikatkan diri secara organisatoris dengan kepentingan atau

organisasi mana pun, segala sesuatu tidak didasarkan atas

kehendak atau paksaan pihak lain.

Independensi dilihat dari dua dimensi, yakni :

1)        Indepndensi Etis

Sikap dan watak HMI yang termanifestasikan secara individu

dan organisasi dalam dinamika berfikir, bersikap, dan

bertindak, baik dalam hubungan terhadap Sang Rab, ataupun

hubungan terhadap sesama, sesuai dengan fitrah kemanusiaannya,

yakni tunduk dan patuh kepada kebenaran (hanif).

2)        Independensi Organisatoris

Sikap dan watak HMI yang teraktualisasikan secara

organisatoris di dalam kiprah dinamika intern organisasi

maupun dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan

bernegara dalam keutuhan kehidupan nasional melakukan

partisipasi aktif, konstruktif secara konstitusional terhadap

perjuangan bangsa dan pencapaian cita-cita nasional, hanya

komit kepada kebenaran, dan tidak tunduk atau komit terhadap

kepentingan atau organisasi tertentu.

Prinsip-prinsip independensi HMI dalam implementasi

dirumuskan sebagai berikut :

a)    Kader HMI terutama aktivitasnya dalam melakukan tugas dan

tanggung jawab organisasi harus tunduk pada ketentuan-

ketentuan organisasi dalam melaksanakan program-program

organisasi, oleh karena itu tidak diperkenankan melakukan

kegiatan-kegiatan yang membawa organisasi atas kehendak pihak

luar manapun.

b)     Kader HMI terutama aktivitasnya tidak dibenarkan

mengadakan komitmen dalam bentuk apapun dengan pihak luar

selain segala sesuatu yang telah ditetapkan dan diputuskan

secara organisatoris.

c)  Alumni HMI senantiasa diharapkan untuk aktif berjuang

meneruskan dan mengembangkan watak independensi etis dimanpun

mereka berada dan berfungsi sesuai dengan profesinya dalam

rangka membawa hakekat misi HMI, menganjurkan serta mendorong

alumni HMI untuk menyalurkan aspirasinya secara tepat melalui

semua jalur pengabdian, baik jalur organisasi profesi,

instansi pemerintah, wadah aspirasi politik, dan jalur

lainnya yang semata-mata karena hak dan tanggung jawab dalam

rangka merealisasikan kehidupan masyarakat adil makmur yang

diridhoi Allah SWT.

Aplikasi dan dinamika berfikir, bersikap dan bertindak secara

keseluruhan dari watak asasi kader HMI terumus dalam bentuk :

a)        Cenderung kepada kebenaran

b)        Bebas, merdeka dan terbuka

c)        Obyektif, rasional, dan kritis

d)       Progresif dan dinamis

e)        Demokratis, jujur dan adil

TUJUAN HMI

Seperti yang telah disinggung sebelumnya, tujuan HMI adalah

“Terbinanya insan akademis, pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan

bertangung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah

SWT” (pasal 4 AD HMI). Dari tujuan tersebut dapat dirumuskan

menjadi lima kualitas insan cita, yakni kualitas insan

akademis, kualitas insan pencipta, kualitas insan pengabdi,

kualitas insan bernafaskan Islam, dan kualitas insan yang

bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur

yang diridhoi Allah SWT.

Kualitas insan cita HMI adalah merupakan dunia cita yang

terwujud oleh HMI di dalam pribadi seorang manusia yang

beriman dan berilmu pengetahuan serta mampu melaksanakan

tugas kerja kemanusiaan. Kualitas tersebut sebagaimana dalam

pasal tujuan (pasal 4 AD HMI) adalah sebagai berikut :

1.        Kualitas Insan Akademis

Berpendidikan Tinggi, berpengetahuan luas, berfikir rasional,

obyektif, dan kritis.

Memiliki kemampuan teoritis, mampu memformulasikan apa yang

diketahui dan dirahasiakan. Dia selalu berlaku dan menghadapi

suasana sekelilingnya dengan kesadaran.

Sanggung berdiri sendiri dengan lapangan ilmu pengetahuan

sesuai dengan ilmu pilihannya, baik secara teoritis maupun

tekhnis dan sanggup bekerja secara ilmiah yaitu secara

bertahap, teratur, mengarah pada tujuan sesuai dengan

prinsip-prinsip perkembangan.

2.        Kualitas Insan Pencipta : Insan Akademis, Pencipta

Sanggup melihat kemungkinan-kemungkinan lain yang lebih dari

sekedar yang ada dan bergairah besar untuk menciptakan

bentuk-bentuk baru yang lebih baik dan bersikap dengan

bertolak dari apa yang ada (yaitu Allah). Berjiwa penuh

dengan gagasan-gagasan kemajuan, selalu mencari perbaikan dan

pembaharuan.

Bersifat independen dan terbuka, tidak isolatif, insan yang

menyadari dengan sikap demikian potensi, kreatifnya dapat

berkembang dan menentukan bentuk yang indah-indah.

Dengan ditopang kemampuan akademisnya dia mampu melaksanakan

kerja kemanusiaan yang disemangati ajaran islam.

3.        Kualitas Insan Pengabdi : Insan Akdemis, Pencipta, Pengabdi

Ikhlas dan sanggup berkarya demi kepentingan orang banyak

atau untuk sesama umat.

Sadar membawa tugas insan pengabdi, bukannya hanya membuat

dirinya baik tetapi juga membuat kondisi sekelilingnya

menajdi baik.

Insan akdemis, pencipta dan mengabdi adalah yang bersungguh-

sungguh mewujudkan cita-cita dan ikhlas mengamalkan ilmunya

untuk kepentingan sesamanya.

4.        Kualitas Insan yang bernafaskan islam : Insan Akademis, pencipta dan

pengabdi yang ber nafaskan Islam

Islam yang telah menjiwai dan memberi pedoman pola fikir dan

pola lakunya tanpa memakai merk Islam. Islam akan menajdi

pedoman dalam berkarya dan mencipta sejalan dengan nilai-

nilai universal Islam. Dengan demikian Islam telah menapasi

dan menjiwai karyanya.

Ajaran Islam telah berhasil membentuk “unity personality”

dalam dirinya. Nafas Islam telah membentuk pribadinya yang

utuh tercegah dari split personality tidak pernah ada dilema

pada dirinya sebagai warga negara dan dirinya sebagai muslim

insan ini telah mengintegrasikan masalah suksesnya dalam

pembangunan nasional bangsa kedalam suksesnya perjuangan umat

islam Indonesia dan sebaliknya.

5.        Kualitas Insan bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil

makmur yang diridhoi oleh Allah SWT :

Insan akademis, pencipta dan pengabdi yang ber nafaskan islam

dan bertanggungjawab atas terwujudnya masyarakat adil makmur

yang diridhoi oleh Allah SWT.

Berwatak, sanggup memikul akibat-akibat yang dari

perbuatannya sadar bahwa menempuh jalan yang benar diperlukan

adanya keberanian moral.

Spontan dalam menghadapi tugas, responsip dalam menghadapi

persoalan-persoalan dan jauh dari sikap apatis.

Rasa tanggungjawab, takwa kepada Allah SWT, yang menggugah

untuk mengambil peran aktif dalam suatu bidang dalam me

wujudkan masyarakat adil dan makmur yang diridhoi Allah SWT.

Korektif terhadap setiap langkah yang berlawanan dengan usaha

mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur.

Percaya pada diri sendiri dan sadar akan kedudukannya sebagai

“khallifah fil ard” yang harus melaksanakan tugas-tugas

kemanusiaan.

Pada pokoknya insan cita HMI merupakan “Man of future” insan

pelopor yaitu insan yang berfikiran luas dan berpandangan

jauh, bersikap terbuka, terampil atau ahli dalam bidangnya,

dia sadar apa yang menjadi cita-citanya dan tahu bagaimana

mencari ilmu perjuangan untuk secara kooferatif bekerja

sesuai dengan yang dicita-citakan. Ideal type dari hasil

perkaderan HMI adalah “man of inovator” (duta-duta pembantu).

Penyuara “Idea of Progress” insan yang berkeperibadian imbang dan

padu, kritis, dinamis, adil dan jujur tidak takabur dan

bertaqwa kepada Allah Allah SWT. Mereka itu manusia-manusia

uang beriman

berilmu dan mampu beramal saleh dalam kualitas yang maksimal

(insan kamil)

Dari lima kualitas lima insan cita tersebut pada dasarnya

harus memahami dalam tiga kualitas insan Cita yaitu kualitas

insan akademis, kualitas insan pencipta dan kualitas insan

pengabdi. Ketiga insan kualitas pengabdi tersebut merupakan

insan islam yang terefleksi dalam sikap senantiasa

bertanggung jawab atas terwujudnya masyarakat adil dan makmur

yang ridhoi Allah SWT.

Yang dimaksud dengan masyarakat adil makmur yang diridhoi

Allah SWT adalah masyarakat yang menjalankan kehidupannya

selalu berlandaskan atas asas keadilan sehingga tercapai

kemakmuran dan dalam perjalanan pencapaian masyarakat adil

makmur tersebut tidak mendobrak aturan Allah yang tertuang

dalam Al-Qur’an sehingga adil makmur yang dicapai oleh

masyarakat merupakan adil makmur yang dikehendaki oleh Allah

SWT. Jadi setiap usaha dalam pencapaian masyarakat adil

makmur harus berpedoman pada ajaran Islam yang tertuang dalam

Al-Qur’an dan As-Sunnah.

FUNGSI DAN PERAN HMI

HMI berfungsi sebagai Organisasi Kader (pasal 8 AD HMI)

HMI sebagai organisasi kader adalah organisasi mahasiswa yang

berorientasikan Islam yang melakukan perkaderan, dimana

seluruh aktivitas yang dilakukan pada dasarnya merupakan

proses kaderisasi, sehingga HMI berfungsi dan hanya selalu

membentuk kader-kader muslim intelektual yang profesional

.

HMI berperan sebagai Organisasi Perjuangan (pasal 9 AD HMI)

HMI berperan sebagai organisasi perjuangan adalah organisasi

yang selalu berjuang melakukan dan membentuk kader bangsa

yang muslim, intelektual, dan profesional dimana outputnya

ditujukan untuk kepentingan bangsa secara keseluruhan,

sehingga insan HMI siap dan dapat bermanfaat bagi seluruh

golongan yang ada di masyarakat selama tidak bertentangan

dengan koridor misi HMI.

HUBUNGAN MISSION SECARA INTEGRAL

Hubungan antara asas, tujuan, sifat, status, fungsi dan peran

HMI secara integral adalah dalam pencapaian dan

memperjuangkan mission HMI harus dilakukan secara utuh dan

menyeluruh, dan satu sama lain saling mempengaruhi, dan

menentukan sehingga tidak bisa ditinjau secara parsial.

Dalam diri kader HMI harus :

a)  Senantiasa memperdalam kehidupan rohani agar menjadi

luhur dan bertaqwa pada Allah SWT

b)        Selalu tidak puas dan berkemauan keras untuk

mencari kebenaran, HMI hanya komit pada kebenaran

c)        Jujur pada dirinya dan pada orang lain dan tidak

mengingkari hati nuraninya

d)       Teguh dalam pendirian dan obyektif rasional jika

berhadapan dengan orang yang berbeda pendirian

e)        Bersikap kritis dan berfikir bebas kreatif.

URAIAN MATERI NILAI-NILAI DASAR PERJUANGAN (NDP) HMI

A.      Sejarah Perumusan NDP

Sampai pada fase perjuangan HMI dalam transisi orde lama

dan orde baru, pedoman perjuangan HMI yang mendasar dan

sistematis belum ada, setelah fase berikutnya baru disusun

Nilai Dasar Perjuangan HMI, yang pada Kongres XVI HMI di

Padang tahun 1986 pernah berubah nama menjadi Nilai Identitas

Kader (NIK), pada dasarnya tidak ada perubahan atas isi dari

NDP. Perubahan ini didasari atas pertimbangan politik setelah

keluarnya UU No.5 tahun 1985 yang menyatakan bahwa Pancasila

satu-satunya azas organisasi kemasyarakatan. Pada Kongres

XXII HMI di Jambi tahun 1999 nama NIK kembali ditukar menjadi

NDP, seirama dengan pertukaran azas organisasi.

Kelahiran NDP dilatarbelakangi oleh :

1)        Keadaan negara

Bangsa Indonesia sekitar 1966-1968 tengah mengalami perbaikan

dari segi infra struktur maupun supra struktur, karena bangsa

Indonesia baru dilanda badai pengkhianatan PKI.

2)        Keadaan umat Islam

Nurkholis Madjid dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman

mengungkapkan bahwa muslim Indonesia adalah termasuk yang

paling sedikit ter”Arab”kan. Di Indonesia pemahaman Islam

masih dangkal, sehingga masih ada persoalan bagaimana

menghayati nilai-nilai Islam itu sendiri.

3)        Antek-antek PKI mempunyai pedoman yang baik

Untuk memberikan pemahaman tentang kekomunisan, para kader

PKI di masa jayanya (1960-an) mempunyai buku saku yang bisa

dibaca dimanapun dan kapanpun. Melihat keadaan ini timbul

keinginan Cak Nur untuk menyusun dasar-dasar nilai Islam

melalui kerangka sistematis yang kemudia beliau beri nama NDI

(Nilai Dasar Islam) dengan tujuan NDI ini mampu berfungsi

sebagai pemahaman global tentang ajaran Islam.

4)        Literatur yang tersedia belum memuaskan

Pada waktu itu para kader HMI masih jarang sekali menuangkan

ide keislaman mereka dalam bentuk tulisan, salah satu

penyebabnya adalah kesibukan melawan PKI secara fisik.

Pada masa kepengurusan Nurkholis Madjid, HMI berusaha

membuat pedoman perjuangan dan pada Kongres X HMI di

Palembang tahun 1971, ditetapkan menjadi Nilai Dasar

Perjuangan (NDP), yang berasal dari naskah NDI yang

disampaikan Cak Nur dalam Kongres IX HMI di Malang tahun 1969

yang selanjutnya kongres menugaskan kepada Nurkholis Madjid,

Sakib Mahmud, dan Endang Saifudin Anshari (alm.) untuk

menyempurnakannya. Pemilihan nama NDP sendiri memiliki

alasan, yaitu (1) Nama NDI terlalu mengklaim Islam yang

bahkan akan mempersimpit ajaran Islam iru sendiri, (2)

Terinspirasi oleh buku “Perjuangan Kita”-nya Syahrir.

Ahmad Wahib dalam buku harian yang kemudian diterbitkan

menjadi buku oleh Johan Effendi dengan tajuk “Pergolakan

Pemikiran Islam” yang dianggap controversial, menuliskan bahwa

perumusan NDI tersebut dipengaruhi oleh perjalanan Nurkholis

Madjid ke universitas-universitas di Amerika atas undangan

pemerintah Amerika pada tahun 1968. Hal ini dibantah oleh Cak

Nur dalam buku HMI Menjawab Tantangan Jaman, bahwa sebenarnya

perjalanan ke Amerika tidak berpengaruh banyak terhadap

dirinya, karena selain perjalanan ke Amerika, Cak Nur juga

melanjutkan lawatan ke Timur Tengah dengan menggunakan sisa

uang saku yang dihematnya waktu di Amerika. Di Timur Tengah

perjalanan dimulai dari Damaskus, Kuwait, Saudi Arabia,

Turki, Lebanon, dan terakhir Mesir. Dalam perjalanan di Timur

Tengah inilah untuk pertama kalinya Cak Nur bertemu Gus Dur,

padahal mereka satu kampung. Di Riyadh Cak Nur bertemu dengan

Dr. Farid Mustafa dan mendapat banyak hal darinya. Selama di

Timur Tengah Cak Nur sering mengadakan diskusi kritis tentang

berbagai hal keislaman.

Sepulang Cak Nur dari menunaikan ibadah haji atas

undangan Menteri Pendidikan Arab Saudi (Syekh hasan bin

Abdullah Ali) sekitar bulan April 1969, keinginannya untuk

menulis NDI makin menggebu-gebu.

B.       Kedudukan NDP dalam tubuh HMI

NDP merupakan landasan perjuangan HMI, dan ini perlu

disosialisikan pada setiap kader. Tujuan NDP dalam HMI

merupakan filsafat sosial dalam melakukan perubahan sesuai

tujuan HMI. Hubungan NDP dalam HMI dapat digambarkan sebagai

berikut :

Berdasarkan skema tersebut, maka NDP merupakan filsafat

sosial yang bersumber dari ajaran Islam. Filsafat sosial ini

diturunkan menjadi teori-teori sosial yang teori-teori ini

akan memberikan konsepsi yang jelas pada arah gerak perubahan

sosial yang dilakukan oleh HMI.

C.      Teks (Isi) NDP

NILAI DASAR PERJUANGAN HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

A.      DASAR-DASAR KEPERCAYAAN

Manusia memerlukan suatu bentuk kepercayaan. Kepercayaan

itu akan melahirkan tata nilai guna menopang hidup dan

budayanya. Sikap tanpa percaya atau ragu yang sempurna tidak

mungkin dapat terjadi. Tetapi selain kepercayaan itu dianut

karena kebutuhan dalam waktu yang sama juga harus merupakan

kebenaran. Demikian pula cara berkepercayaan harus pula

benar. Menganut kepercayaan yang salah bukan saja tidak

dikehendaki akan tetapi bahkan berbahaya.

Disebabkan kepercayaan itu diperlukan, maka dalam

kenyataan kita temui bentuk-bentuk kepercayaan yang beraneka

ragam di kalangan masyarakat. Karena bentuk- bentuk

kepercayaan itu berbeda satu dengan yang lain, maka sudah

tentu ada dua kemungkinan: kesemuanya itu salah atau salah

satu saja diantaranya yang benar. Disamping itu masing-masing

bentuk kepercayaan mungkin mengandung unsur-unsur kebenaran

dan kepalsuan yang campur baur.

Sekalipun demikian, kenyataan menunjukkan bahwa

kepercayaan itu melahirkan nilai-nilai. Nilai-nilai itu

kemudian melembaga dalam tradis-tradisi yang diwariskan turun

temurun dan mengikat anggota masyarakat yang mendukungnya.

Karena kecenderungan tradisi untuk tetap mempertahankan diri

terhadap kemungkinan perubahan nilai-nilai, maka dalam

kenyataan ikatan-ikatan tradisi sering menjadi penghambat

perkembangan peradaban dan kemajuan manusia. Disinilah

terdapat kontradiksi kepercayaan diperlukan sebagai sumber

tatanilai guna menopang peradaban manusia, tetapi nilai-nilai

itu melembaga dalam tradisi yang membeku dan mengikat, maka

justru merugikan peradaban.

Oleh karena itu, pada dasarnya, guna perkembangan

peradaban dan kemajuannya, manusia harus selalu bersedia

meninggalkan setiap bentuk kepercayaan dan tata nilai yang

tradisional, dan menganut kepercayaan yang sungguh-sungguh

yang merupakan kebenaran. Maka satu-satunya sumber nilai dan

pangkal nilai itu haruslah kebenaran itu sendiri. Kebenaran

merupakan asal dan tujuan segala kenyataan. Kebenaran yang

mutlak adalah Tuhan Allah.

Perumusan kalimat persaksian (Syahadat) Islam yang

kesatu : Tiada Tuhan selain Allah mengandung gabungan antara

peniadaan dan pengecualian. Perkataan "Tidak ada Tuhan"

meniadakan segala bentuk kepercayaan, sedangkan perkataan

"Selain Allah" memperkecualikan satu kepercayaan kepada

kebenaran. Dengan peniadaan itu dimaksudkan agar manusia

membebaskan dirinya dari belenggu segenap kepercayaan yang

ada dengan segala akibatnya, dan dengan pengecualian itu

dimaksudkan agar manusia hanya tunduk pada ukuran kebenaran

dalam menetapkan dan memilih nilai - nilai, itu berarti

tunduk pada Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta segala yang

ada termasuk manusia. Tunduk dan pasrah itu disebut Islam.

Tuhan itu ada, dan ada secara mutlak hanyalah Tuhan.

Pendekatan ke arah pengetahuan akan adanya Tuhan dapat

ditempuh manusia dengan berbagai jalan, baik yang bersifat

intuitif, ilmiah, historis, pengalaman dan lain-lain. Tetapi

karena kemutlakan Tuhan dan kenisbian manusia, maka manusia

tidak dapat menjangkau sendiri kepada pengertian akan hakekat

Tuhan yang sebenarnya. Namun demi kelengkapan kepercayaan

kepada Tuhan, manusia memerlukan pengetahuan secukupnya

tentang Ketuhanan dan tatanilai yang bersumber kepada-Nya.

Oleh sebab itu diperlukan sesuatu yang lain yang lebih tinggi

namun tidak bertentangan denga insting dan indera.

Sesuatu yang diperlukan itu adalah "Wahyu" yaitu

pengajaran atau pemberitahuan yang langsung dari Tuhan

sendiri kepada manusia. Tetapi sebagaimana kemampuan menerima

pengetahuan sampai ketingkat yang tertinggi tidak dimiliki

oleh setiap orang, demikian juga wahyu tidak diberikan kepada

setiap orang. Wahyu itu diberikan kepada manusia tertentu

yang memenuhi syarat dan dipilih oleh Tuhan sendiri yaitu

para Nabi dan Rasul atau utusan Tuhan. Dengan kewajiban para

Rosul itu untuk menyampaikannya kepada seluruh ummat manusia.

Para rasul dan nabi itu telah lewat dalam sejarah semenjak

Adam, Nuh, Ibrahim, Musa,Isa atau Yesus anak Mariam sampai

pada Muhammad SAW. Muhammad adalah Rasul penghabisan, jadi

tiada Rasul lagi sesudahnya. Jadi para Nabi dan Rasul itu

adalah manusia biasa dengan kelebihan bahwa mereka menerima

wahyu dari Tuhan.

Wahyu Tuhan yang diberikan kepada Muhammad SAW terkumpul

seluruhnya dalam kitab suci Al-Quran. Selain berarti bacaan,

kata Al-Quran juga bearti "kumpulan" atau kompilasi, yaitu

kompilasi dari segala keterangan. Sekalipun garis-garis besar

Al-Quran merupakan suatu kompendium, yang singkat namun

mengandung keterangan-keterangan tentang segala sesuatu sejak

dari sekitar alam dan manusia sampai kepada hal-hal gaib yang

tidak mungkin diketahui manusia dengan cara lain (16:89).

Jadi untuk memahami Ketuhanan Yang Maha Esa dan ajaran-

ajaran-Nya, manusia harus berpegang kepada Al-Quran dengan

terlebih dahulu mempercayai kerasulan Muhammmad SAW. Maka

kalimat kesaksian yang kedua memuat esensi kedua dari

kepercayaan yang harus dianut manusia, yaitu bahwa Muhammad

adalah Rosul Allah.

Kemudian di dalam Al-Quran didapat keterangan lebih

lanjut tentang Ketuhanan Yang maha Esa ajaran-ajaranNya yang

merupakan garis besar dan jalan hidup yang mesti diikuti oleh

manusia. Tentang Tuhan antara lain: surat Al-Ikhlas (112: 1-

4) menerangkan secara singkat; katakanlah : "Dia adalah Tuhan

Yang Maha Esa. Dia itu adalah Tuhan. Tuhan tempat menaruh

segala harapan. Tiada Ia berputra dan tiada pula berbapa”.

Selanjutnya Ia adalah Maha Kuasa, Maha Mengetahui, Maha Adil,

Maha Bijaksana, Maha Kasih dan Maha Sayang, Maha Pengampun

dan seterusnya daripada segala sifat kesempurnaan yang

selayaknya bagi Yang Maha Agung dan Maha Mulia, Tuhan seru

sekalian Alam.

Juga diterangkan bahwa Tuhan adalah yang pertama dan

yang penghabisan, Yang lahir dan Yang Bathin (57:3), dan

"kemanapun manusia berpaling maka disanalah wajah Tuhan"

(2:115). Dan "Dia itu bersama kamu kemanapun kamu berada"

(57:4). Jadi Tuhan tidak terikat ruang dan waktu.

Sebagai "yang pertama dan yang penghabisan", maka

sekaligus Tuhan adalah asal dan tujuan segala yang ada,

termasuk tata nilai. Artinya; sebagaimana tata nilai harus

bersumber kepada kebenaran dan berdasarkan kecintaan

kepadaNya, Iapun sekaligus menuju kepada kebenaran dan

mengarah kepada "persetujuan" atau "ridhanya". Inilah

kesatuan antara asal dan tujuan hidup yang sebenarnya (Tuhan

sebagai tujuan hidup yang benar, diterangkan dalam bagian

yang lain). 

Tuhan menciptakan alam raya ini dengan sebenarnya, dan

mengaturnya dengan pasti (6:73, 25:2). Oleh karena itu alam

mempunyai eksistensi yang riil dan obyektif, serta berjalan

mengikuti hukum-hukum yang tetap. Dan sebagai ciptaan

daripada sebaik-baiknya penciptanya, maka alam mengandung

kebaikan pada dirinya dan teratur secara harmonis (23:14).

Nilai ciptaan ini untuk manusia bagi keperluan perkembangan

peradabannya (31:20)). Maka alam dapat dan dijadikan obyek

penyelidikan guna dimengerti hukum-hukum Tuhan (sunnatullah)

yang berlaku didalamnya. Kemudian manusia memanfaatkan alam

sesuai dengan hukum-hukumnya sendiri (10:101).

Jadi kenyataan alam ini berbeda dengan persangkaan

idealisme maupun agama Hindu yang mengatakan bahwa alam tidak

mempunyai eksistensi riil dan obyektif, mulainkan semua palsu

atau maya atau sekedar emansipasi atau pancaran daripada

dunia lain yang kongkrit, yaitu idea atau nirwana (38:27).

Juga tidak seperti dikatakan filsafat Agnosticisme yang

mengatakan bahwa alam tidak mungkin dimengerti manusia. Dan

sekalipun filsafat materialisme mengatakan bahwa alam ini

mempunyai eksistensi riil dan obyektif sehingga dapat

dimengerti oleh manusia, namun filsafat itu mengatakan bahwa

alam ada dengan sendirinya. Peniadaan pencipta ataupun

peniadaan Tuhan adalah satu sudut daripada filsafat

materialisme.

Manusia adalah puncak ciptaan dan mahluk-Nya yang

tertinggi (95:4, 17:70). Sebagai mahluk tertinggi manusia

dijadikan "Khalifah" atau wakil Tuhan di bumi (6:165).

Manusia ditumbuhkan dari bumi dan diserahi untuk

memakmurkannya (11:61). Maka urusan di dunia telah diserahkan

Tuhan kepada manusia. Manusia sepenuhnya bertanggungjawab

atas segala perbuatannya di dunia. Perbuatan manusia ini

membentuk rentetan peristiwa yang disebut "sejarah". Dunia

adalah wadah bagi sejarah, dimana manusia menjadi pemilik

atau "rajanya".

Sebenarnya terdapat hukum-hukum Tuhan yang pasti

(sunattullah) yang menguasai sejarah, sebagaimana adanya

hukum yang menguasai alam tetapi berbeda dengan alam yang

telah ada secara otomatis tunduk kepada sunatullah itu,

manusia karena kesadaran dan kemampuannya untuk mengadakan

pilihan untuk tidak terlalu tunduk kepada hukum-hukum

kehidupannya sendiri (33:72). Ketidakpatuhan itu disebabkan

karena sikap menentang atau kebodohan.

Hukum dasar alami daripada segala yang ada inilah

"perubahan dan perkembangan", sebab: segala sesuatu ini

adalah ciptaan Tuhan dan pengembangan olehNya dalam suatu

proses yang tiada henti-hentinya (29:20). Segala sesuatu ini

adalah berasal dari Tuhan dan menuju kepada Tuhan. Maka satu-

satunya yang tak mengenal perubahan hanyalah Tuhan sendiri,

asal dan tujuan segala sesuatu (28:88). Di dalam memenuhi

tugas sejarah, manusia harus berbuat sejalan dengan arus

perkembangan itu menunju kepada kebenaran. Hal itu berarti

bahwa manusia harus selalu berorientasi kepada kebenaran, dan

untuk itu harus mengetahui jalan menuju kebenaran itu

(17:72). Dia tidak mesti selalu mewarisi begitu saja nilai-

nilai tradisional yang tidak diketahuinya dengan pasti akan

kebenarannya (17:26).

Oleh karena itu kehidupan yang baik adalah yang

disemangati oleh iman dan diterangi oleh ilmu (58:11). Bidang

iman dan pencabangannya menjadi wewenang wahyu, sedangkan

bidang ilmu pengetahuan menjadi wewenang manusia untuk

mengusahakan dan mengumpulkannya dalam kehidupan dunia ini.

Ilmu itu meliputi tentang alam dan tentang manusia (sejarah).

Untuk memperoleh ilmu pengetahuan tentang nilai

kebenaran sejauh mungkin, manusia harus melihat alam dan

kehidupan ini sebagaimana adanya tanpa melekatkan padanya

kualitas-kualitas yang bersifat ketuhanan. Sebab sebagaimana

diterangkan dimuka, alam diciptakan dengan wujud yang nyata

dan objektif sebagaimana adanya. Alam tidak menyerupai Tuhan,

dan Tuhan pun untuk sebagian atau seluruhnya tidak sama

dengan alam. Sikap memper-Tuhan-kan atau mensucikan

(sakralisasi) haruslah ditujukan kepada Tuhan sendiri. -

Tuhan Allah Yang Maha Esa (41:37).

Ini disebut "Tauhid" dan lawannya disebut "syirik"

artinya mengadakan tandingan terhadap Tuhan, baik seluruhnya

atau sebagian maka jelasnya bahwa syirik menghalangi

perkembangan dan kemajuan peradaban kemanusiaan menuju

kebenaran.

Kesudahan sejarah atau kehidupan duniawi ini ialah "hari

kiamat". Kiamat merupakan permulaan bentuk kehidupan yang

tidak lagi bersifat sejarah atau duniawi, yaitu kehidupan

akhirat. Kiamat disebut juga "hari agama", atau yaumuddin,

dimana Tuhan menjadi satu-satunya pemilik dan raja (1:4,

22:56, 40:16). Disitu tidak lagi terdapat kehidupan historis,

seperti kebebasan, usaha dan tata masyarakat. Tetapi yang ada

adalah pertanggunggan jawab individu manusia yang bersifat

mutlak dihadapan illahi atas segala perbuatannya dahulu

didalam sejarah (2:48). Selanjutnya kiamat merupakan "hari

agama", maka tidak yang mungkin kita ketahui selain daripada

yang diterangkan dalam wahyu. Tentang hari kiamat dan

kelanjutannya / kehidupan akhirat yang non-historis manusia

hanya diharuskan percaya tanpa kemungkinan mengetahui

kejadian-kejadiannya (7:187).

B.       PENGERTIAN-PENGERTIAN DASAR TENTANG KEMANUSIAAN

Telah disebutkan di muka, bahwa manusia adalah puncak

ciptaan, merupakan mahluk yang tertinggi dan adalah wakil

dari Tuhan di bumi. Sesuatu yang membuat manusia yang menjadi

manusia bukan hanya beberapa sifat atau kegiatan yang ada

padanya, mulainkan suatu keseluruhan susunan sebagai sifat-

sifat dan kegiatan-kegiatan yang khusus dimiliki manusia saja

yaitu Fitrah. Fitrah membuat manusia berkeinginan suci dan

secara kodrati cenderung kepada kebenaran (Hanief) (30:30).

"Dlamier" atau hati nurani adalah pemancar keinginan

pada kebaikan, kesucian dan kebenaran. Tujuan hidup manusia

ialah kebenaran yang mutlak atau kebenaran yang terakhir,

yaitu Tuhan Yang Maha Esa (51:56, 3:156). Fitrah merupakan

bentuk keseluruhan tentang diri manusia yang secara asasi dan

prinsipil membedakannya dari mahluk-mahluk yang lain. Dengan

memenuhi hati nurani, seseorang berada dalam fitrahnya dan

menjadi manusia sejati.

Kehidupan dinyatakan dalam kerja atau amal perbuatanya

(19:105, 53:39). Nilai- nilai tidak dapat dikatakan hidup dan

berarti sebelum menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan

amaliah yang kongkrit (61:2-3). Nilai hidup manusia

tergantung kepada nilai kerjanya. Di dalam dan melalui amal

perbuatan yang berperikemanusiaan (fitrah sesuai dengan

tuntutan hati nurani) manusia mengecap kebahagiaan, dan

sebaliknya di dalam dan melalui amal perbuatan yang tidak

berperikemanusiaan (jihad) ia menderita kepedihan (16:97,

4:111).

Hidup yang pernuh dan berarti ialah yang dijalani dengan

sungguh-sungguh dan sempurna, yang didalamnya manusia dapat

mewujudkan dirinya dengan mengembangkan kecakapan-kecakapan

dan memenuhi keperluan-keperluannya. Manusia yang hidup

berarti dan berharga ialah dia yang merasakan kebahagiaan dan

kenikmatan dalam kegiatan-kegiatan yang membawa perubahan

kearah kemajuan-kemajuan - baik yang mengenai alam maupun

masyarakat - yaitu hidup berjuang dalam arti yang seluas-

luasnya (29:6).

Dia diliputi oleh semangat mencari kebaikan, keindahan

dan kebenaran (4:125). Dia menyerap segala sesuatu yang baru

dan berharga sesuai dengan perkembangan kemanusiaan dan

menyatakan dalam hidup berperadaban dan berkebudayaan

(39:18). Dia adalah aktif, kreatif dan kaya akan

kebijaksanaan (wisdom, hikmah) (2:269). Dia berpengalaman

luas, berpikir bebas, berpandangan lapang dan terbuka,

bersedia mengikuti kebenaran dari manapun datangnya (6:125).

Dia adalah manusia toleran dalam arti kata yang benar,

penahan amarah dan pemaaf (3:134). Keutamaan itu merupakan

kekayaan manusia yang menjadi milik daripada pribadi-pribadi

yang senantiasa berkembang dan selamanya tumbuh kearah yang

lebih baik.

Seorang manusia sejati (insan kamil) ialah yang kegiatan

mental dan phisiknya merupakan suatu keseluruhan. Kerja

jasmani dan kerja rohani bukanlah dua kenyataan yang

terpisah. Malahan dia tidak mengenal perbedaan antara kerja

dan kesenangan, kerja baginya adalah kesenggangan dan

kesenangan ada dalam dan melalui kerja. Dia berkepribadian,

merdeka, memiliki dirinya sendiri, menyatakan ke luar corak

perorangannya dan mengembangkan kepribadian dan wataknya

secara harmonis. Dia tidak mengenal perbedaan antara

kehidupan individu dan kehidupan komunal, tidak membedakan

antara perorangan dan sebagai anggota masyarakat. Hak dan

kewajiban serta kegiatan-kegiatan untuk dirinya adalah juga

sekaligus untuk sesama ummat manusia.

Baginya tidak ada pembagian dua (dichotomy) antara

kegiatan-kegiatan rokhani dan jasmani, pribadi dan

masyarakat, agama dan politik maupun dunia akherat.

Kesemuanya dimanifestasikan dalam suatu kesatuan kerja yang

tunggal pancaran niatnya, yaitu mencari kebaikan, keindahan

dan kebenaran (98:5).

Dia seorang yang ikhlas, artinya seluruh amal

perbuatannya benar-benar berasal dari dirinya sendiri dan

merupakan pancaran langsung dari pada kecenderungannya yang

suci yang murni (2:207, 76:89). Suatu pekerjaan dilakukan

karena keyakinan akan nilai pekerjaan itu sendiri bagi

kebaikan dan kebenaran, bukan karena hendak memperoleh tujuan

lain yang nilainya lebih rendah (pamrih) (2:264). Kerja yang

ikhlas mengangkat nilai kemanusiaan pelakunya dan memberinya

kebahagiaan (35:10). Hal itu akan menghilangkan sebab-sebab

suatu jenis pekerjaan ditinggalkan dan kerja amal akan

menjadi kegiatan kemanusiaan yang paling berharga. Keikhlasan

adalah kunci kebahagiaan hidup manusia, tidak ada kebahagiaan

sejati tanpa keikhlasan dan keikhlasan selalu menimbulkan

kebahagiaan.

Hidup fitrah ialah bekerja secara ikhlas yang

memancarkan dari hati nurani yang hanief atau suci.

C.      KEMERDEKAAN MANUSIA (IKHTIAR) DAN KEHARUSAN UNIVERSAL

(TAKDIR)

Keikhlasan yang insani itu tidak mungkin ada tanpa

kemerdekaan. Kemerdekaan dalam arti kerja sukarela tanpa

paksaan yang didorong oleh kemauan yang murni, kemerdekaan

dalam pengertian kebebasan memilih sehingga pekerjaan itu

benar-benar dilakukan sejalan dengan hati nurani. Keikhlasan

merupakan pernyataan kreatif kehidupan manusia yang berasal

dari perkembangan tak terkekang daripada kemauan baiknya.

Keikhlasan adalah gambaran terpenting daripada kehidupan

manusia sejati. Kehidupan sekarang di dunia dan abadi

(external) berupa kehidupan kelak sesudah mati di akherat.

Dalam aspek pertama manusia melakukan amal perbuatan dengan

baik dan buruk yang harus dipikul secara individual, dan

komunal sekaligus (8:25). Sedangkan dalam aspek kedua manusia

tidak lagi melakukan amal perbuatan, mulainkan hanya menerima

akibat baik dan buruk dari amalnya dahulu di dunia secara

individual. Di akherat tidak terdapat pertanggung jawaban

bersama, tapi hanya ada pertanggung jawaban perseorangan yang

mutlak (2:48, 31:33). Manusia dilahirkan sebagai individu,

hidup ditengah alam dan masyarakat sesamanya, kemudian

menjadi individu kembali.

Jadi individualitas adalah pernyataan asasi yang pertama

dan terakhir, dari pada kemanusiaan, serta letak kebenarannya

daripada nilai kemanusiaan itu sendiri. Karena individu

adalah penanggung jawab terakhir dan mutlak daripada awal

perbuatannya, maka kemerdekaan pribadi, adalah haknya yang

pertama dan asasi.

Tetapi individualitas hanyalah pernyataan yang asasi dan

primer saja dari pada kemanusiaan. Kenyataan lain, sekalipun

bersifat sekunder, ialah bahwa individu dalam suatu hubungan

tertentu dengan dunia sekitarnya. Manusia hidup ditengah alam

sebagai makhluk sosial hidup ditengah sesama. Dari segi ini

manusia adalah bagian dari keseluruhan alam yang merupakan

satu kesatuan.

Oleh karena itu kemerdekaan harus diciptakan untuk

pribadi dalam kontek hidup ditengah masyarakat. Sekalipun

kemerdekaan adalah esensi daripada kemanusiaan, tidak berarti

bahwa manusia selalu dan dimana saja merdeka. Adanya batas-

batas dari kemerdekaan adalah suatu kenyataan. Batas-batas

tertentu itu dikarenakan adanya hukum-hukum yang pasti dan

tetap menguasai alam - hukum yang menguasai benda-benda

maupun masyarakat manusia sendiri - yang tidak tunduk dan

tidak pula bergantung kepada kemauan manusia. Hukum-hukum itu

mengakibatkan adanya "keharusan universal" atau "kepastian

umum" dan “takdir” (57:22).

Jadi kalau kemerdekaan pribadi diwujudkan dalam kontek

hidup di tengah alam dan masyarakat dimana terdapat keharusan

universal yang tidak tertaklukan, maka apakah bentuk yang

harus dipunyai oleh seseorang kepada dunia sekitarnya? Sudah

tentu bukan hubungan penyerahan, sebab penyerahan berarti

peniadaan terhadap kemerdekaan itu sendiri. Pengakuan akan

adanya keharusan universal yang diartikan sebagai penyerahan

kepadanya sebelum suatu usaha dilakukan berarti perbudakan.

Pengakuan akan adanya kepastian umum atau takdir hanyalah

pengakuan akan adanya batas-batas kemerdekaan. Sebaliknya

suatu persyaratan yang positif daripada kemerdekaan adalah

pengetahuan tentang adanya kemungkinan-kemungkinan kretif

manusia. Yaitu tempat bagi adanya usaha yang bebas dan

dinamakan "ikhtiar" artinya pilih merdeka. 

Ikhtiar adalah kegiatan kemerdekaan dari individu, juga

berarti kegiatan dari manusia merdeka. Ikhtiar merupakan

usaha yang ditentukan sendiri dimana manusia berbuat sebagai

pribadi banyak segi yang integral dan bebas; dan dimana

manusia tidak diperbudak oleh suatu yang lain kecuali oleh

keinginannya sendiri dan kecintaannya kepada kebaikan. Tanpa

adanya kesempatan untuk berbuat atau berikhtiar, manusia

menjadi tidak merdeka dan menjadi tidak bisa dimengerti untuk

memberikan pertanggung jawaban pribadi dari amal

perbuatannya. Kegiatan merdeka berarti perbuatan manusia yang

merubah dunia dan nasibnya sendiri (13:11). Jadi sekalipun

terdapat keharusan universal atau takdir manusia dengan

haknya untuk berikhtiar mempunyai peranan aktif dan

menentukan bagi dunia dan dirinya sendiri.

Manusia tidak dapat berbicara mengenai takdir suatu

kejadian sebelum kejadian itu menjadi kenyataan. Maka percaya

kepada takdir akan membawa keseimbangan jiwa tidak terlalu

berputus asa karena suatu kegagalan dan tidak perlu

membanggakan diri karena suatu kemunduran. Sebab segala

sesuatu tidak hanya terkandung pada dirinya sendiri,

mulainkan juga kepada keharusan yang universal itu (57:23).

D.      KETUHANAN YANG MAHA ESA DAN PERIKEMANUSIAAN

Telah jelas bahwa hubungan yang benar antara individu

manusia dengan dunia sekitarnya bukan hubungan penyerahan.

Sebab penyerahan meniadakan kemerdekaan dan keikhklasan dan

kemanusiaan. Tetapi jelas pula bahwa tujuan manusia hidup

merdeka dengan segala kegiatannya ialah kebenaran. Oleh

karena itu sekalipun tidak tunduk pada sesuatu apapun dari

dunia sekelilingnya, namun manusia merdeka masih dan mesti

tunduk kepada kebenaran. Karena menjadikan sesuatu sebagai

tujuan adalah berarti pengabdian kepada-Nya.

Jadi kebenaran-kebenaran menjadi tujuan hidup dan

apabila demikian maka sesuai dengan pembicaraan terdahulu

maka tujuan hidup yang terakhir dan mutlak ialah kebenaran

terakhir dan mutlak sebagai tujuan dan tempat menundukkan

diri. Adakah kebenaran terakhir dan mutlak itu? Ada,

sebagaimana tujuan akhir dan mutlak daripada hidup itu ada.

Karena sikapnya yang terakhir (ultimate) dan mutlak maka

sudah pasti kebenaran itu hanya satu secara mutlak pula.

Dalam perbendaharaan kata dan kulturiil, kita sebut

kebenaran mutlak itu "Tuhan", kemudian sesuai dengan uraian

Bab I, Tuhan itu menyatakan diri kepada manusia sebagai Allah

(31:30). Karena kemutlakannya, Tuhan bukan saja tujuan segala

kebenaran (3:60). Maka dia adalah Yang Maha Benar. Setiap

pikiran yang maha benar adalah pada hakikatnya pikiran

tentang Tuhan YME.

Oleh sebab itu seseorang manusia merdeka ialah yang ber-

ketuhanan Yang Maha Esa. Keiklasan tiada lain adalah kegiatan

yang dilakukan semata-mata bertujuan kepada Tuhan YME, yaitu

kebenaran mutlak, guna memperoleh persetujuan atau "ridho"

daripada-Nya. Sebagaimana kemanusiaan terjadi karena adanya

kemerdekaan dan kemerdekaan ada karena adanya tujuan kepada

Tuhan semata-mata. Hal itu berarti segala bentuk kegiatan

hidup dilakukan hanyalah karena nilai kebenaran itu yang

terkandung didalamnya guna mendapat pesetujuan atau ridho

kebenaran mutlak. Dan hanya pekerjaan "karena Allah" itulah

yang bakal memberikan rewarding bagi kemanusiaan (92:19-21).

Kata "iman" berarti percaya dalam hal ini percaya kepada

Tuhan sebagai tujuan hidup yang mutlak dan tempat mengabdikan

diri kepada-Nya. Sikap menyerahkan diri dan mengabdi kepada

Tuhan itu disebut Islam. Islam menjadi nama segenap ajaran

pengabdian kepada Tuhan YME (3:19). Pelakunya disebut

"Muslim". Tidak lagi diperbudak oleh sesama manusia atau

sesuatu yang lain dari dunia sekelilingnya, manusia muslim

adalah manusia yang merdeka yang menyerahkan dan menyembahkan

diri kepada Tuhan YME (33:39). Semangat tauhid (memutuskan

pengabdian hanya kepada Tuhan YME) menimbulkan kesatuan

tujuan hidup, kesatuan kepribadian dan kemasyarakatan.

Kehidupan bertauhid tidak lagi berat sebelah, parsial dan

terbatas. Manusia bertauhid adalah manusia yang sejati dan

sempurna yang kesadaran akan dirinya tidak mengenal batas.

Dia adalah pribadi manusia yang sifat perorangannya

adalah keseluruhan (totalitas) dunia kebudayaan dan

peradaban. Dia memiliki seluruh dunia ini dalam arti kata

mengambil bagian sepenuh mungkin dalam menciptakan dan

menikmati kebaikan-kebaikan dan peradaban kebudayaan.

Pembagian kemanusiaan yang tidak selaras dengan dasar

kesatuan kemanusiaan (human totality) itu antara lain ialah

pemisahan antara eksistensi ekonomi dan moral manusia, antara

kegiatan duniawi dan ukhrowi antara tugas-tugas peradaban dan

agama. Demikian pula sebaliknya, anggapan bahwa manusia

adalah tujuan pada dirinya membela kemanusiaan seseorang

menjadi: manusia sebagai pelaku kegiatan dan manusia sebagai

tujuan kegiatan. Kepribadian yang pecah berlawanan dengan

kepribadian kesatuan (human totality) yang homogen dan

harmonis pada dirinya sendiri: jadi berlawanan dengan

kemanusiaan.

Oleh karena hakikat hidup adalah amal perbuatan atau

kerja, maka nilai-nilai tidak dapat dikatakan ada sebelum

menyatakan diri dalam kegiatan-kegiatan konkrit dan nyata

(26:226). Kecintaan kepada Tuhan sebagai kebaikan, keindahan

dan kebenaran yang mutlak dengan sendirinya memancar dalam

kehidupan sehari-hari dalam hubungannya dengan alam dan

masyarakat, berupa usaha-usaha yang nyata guna menciptakan

sesuatu yang membawa kebaikan, keindahan dan kebenaran bagi

sesama manusia "amal saleh" (harfiah: pekerjaan yang selaras

dengan kemanusiaan) merupakan pancaran langsung daripada iman

(lihat Qur’an: aamanu wa’amilushshaalihaat, tdk kurang dari 50 x

pengulangan kombinasi kata). Jadi Ketuhanan YME memancar

dalam perikemanusiaan. Sebaliknya karena kemanusiaan adalah

kelanjutan kecintaan kepada kebenaran maka tidak ada

perikemanusiaan tanpa Ketuhanan YME. Perikemanusiaan tanpa

Ketuhanan adalah tidak sejati (24:39). Oleh karena itu

semangat Ketuhanan YME dan semangat mencari ridho daripada-

Nya adalah dasar peradaban yang benar dan kokoh. Dasar selain

itu pasti goyah dan akhirnya membawa keruntuhan peradaban

(9:109).

"Syirik" merupakan kebalikan dari tauhid, secara

harafiah artinya mengadakan tandingan, dalam hal ini kepada

Tuhan. Syirik adalah sifat menyerah dan menghambakan diri

kepada sesuatu selain kebenaran baik kepada sesama manusia

maupun alam. Karena sifatnya yang meniadakan kemerdekaan

asasi, syirik merupakan kejahatan terbesar kepada kemanusiaan

(31:13). Pada hakikatnya segala bentuk kejahatan dilakukan

orang karena syirik (6:82). Sebab dalam melakukan kejahatan

itu dia menghambakan diri kepada motif yang mendorong

dilakukannya kejahatan tersebut yang bertentangan dengan

prinsip-prinsip kebenaran. Demikian pula karena syirik

seseorang mengadakan pamrih atas pekerjaan yang dilakukannya

(Hadist, “sesunggunya sesuatu yang paling aku khawatirkan menimpa kamu

sekalian adalah syirik kecil, yaitu riya - pamrih”. Rawahu Ahmad, hadist

hasan). Dia bekerja bukan karena nilai pekerjaan itu sendiri

dalam hubungannya dengan kebaikan, keindahan dan kebenaran,

tetapi karena hendak memperoleh sesuatu yang lain.

"Musyrik" adalah pelaku daripada syirik. Seseorang yang

menghambakan diri kepada sesuatu selain Tuhan baik manusia

maupun alam disebut musyrik, sebab dia mengangkat sesuatu

selain Tuhan menjadi setingkat dengan Tuhan (3:64). Demikian

pula seseorang yang menghambakan (sebagaimana dengan tiran

atau diktator) adalah musyrik, sebab dia mengangkat dirinya

sendiri setingkat dengan Tuhan (28:4). Kedua perlakuan itu

merupakan penentang terhadap kemanusiaan, baik bagi dirinya

sendiri maupun kepada orang lain.

Maka sikap berperikemanusiaan adalah sikap yang adil,

yaitu sikap menempatkan sesuatu kepada tempatnya yang wajar,

seseorang yang adil (wajar) ialah yang memandang manusia.

Tidak melebihkan sehingga menghambakan dirinya kepada-Nya.

Dia selau menyimpan itikad baik dan lebih baik (ikhsan). Maka

ketuhanan menimbulkan sikap yang adil kepada sesama manusia

(16:90).

E.       INDIVIDU DAN MASYARAKAT

Telah diterangkan dimuka, bahwa pusat kemanusiaan adalah

masing-masing pribadinya dan bahwa kemerdekaan pribadi adalah

hak asasinya yang pertama. Tidak sesuatu yang lebih berharga

daripada kemerdekaan itu. Juga telah dikemukakan bahwa

manusia hidup dalam suatu bentuk hubungan tertentu dengan

dunia sekitarnya, sebagai mahkluk sosial, manusia tidak

mungkin memenuhi kebutuhan kemanusiaannya dengan baik tanpa

berada ditengah sesamanya dalam bentuk-bentuk hubungan

tertentu.

Maka dalam masyarakat itulah kemerdekaan asasi

diwujudkan. Justru karena adanya kemerdekaan pribadi itu maka

timbul perbedaan-perbedaan antara suatu pribadi dengan

lainnya (43:32). Sebenarnya perbedaan-perbedaan itu adalah

untuk kebaikannya sendiri: sebab kenyataan yang penting dan

prinsipil, ialah bahwa kehidupan ekonomi, sosial, dan

kultural menghendaki pembagian kerja yang berbeda-beda

(5:48).

Pemenuhan suatu bidang kegiatan guna kepentingan

masyarakat adalah suatu keharusan, sekalipun hanya oleh

sebagian anggotanya saja (92:4). Namun sejalan dengan prinsip

kemanusiaan dan kemerdekaan, dalam kehidupan yang teratur

tiap-tiap orang harus diberi kesempatan untuk memilih dari

beberapa kemungkinan dan untuk berpindah dari satu lingkungan

ke lingkungan lainnya (17:84, 39:39). Peningkatan kemanusiaan

tidak dapat terjadi tanpa memberikan kepada setiap orang

keleluasaan untuk mengembangkan kecakapannya melalui

aktifitas dan kerja yang sesuai dengan kecenderungannya dan

bakatnya.

Namun inilah kontradiksi yang ada pada manusia dia

adalah mahkluk yang sempurna dengan kecerdasan dan

kemerdekaannya dapat berbuat baik kepada sesamanya, tetapi

pada waktu yang sama ia merasakan adanya pertentangan yang

konstan dan keinginan tak terbatas sebagai hawa nafsu. Hawa

nafsu cenderung kearah merugikan orang lain (kejahatan) dan

kejahatan dilakukan orang karena mengikuti hawa nafsu (12:53,

30:29).

Ancaman atas kemerdekaan masyarakat, dan karena itu juga

berarti ancaman terhadap kemerdekaan pribadi anggotanya ialah

keinginan tak terbatas atau hawa nafsu tersebut, maka selain

kemerdekaan, persamaan hak antara sesama manusia adalah

esensi kemanusiaan yang harus ditegakkan. Realisasi persamaan

dicapai dengan membatasi kemerdekaan. Kemerdekaan tak

terbatas hanya dapat dipunyai satu orang, sedangkan untuk

lebih satu orang, kemerdekaan tak terbatas tidak dilaksanakan

dalam waktu yang bersamaan, kemerdekaan seseorang dibatasi

oleh kemerdekaan orang lain. Pelaksanaan kemerdekaan tak

terbatas hanya berarti pemberian kemerdekaan kepada pihak

yang kuat atas yang lemah (perbudakan dalam segala

bentuknya), sudah tentu hak itu bertentangan dengan prinsip

keadilan. Kemerdekaan dan keadilan merupakan dua nilai yang

saling menopang. Sebab harga diri manusia terletak pada

adanya hak bagi orang lain untuk mengembangkan

kepribadiannya. Sebagai kawan hidup dengan tingkat yang sama.

Anggota masyarakat harus saling menolong dalam membentuk

masyarakat yang bahagia (5:2).

Sejarah dan perkembangannya bukanlah suatu yang tidak

mungkin dirubah. Hubungan yang benar antara manusia dengan

sejarah bukanlah penyerahan pasif. Tetapi sejarah ditentukan

oleh manusia sendiri. Tanpa pengertian ini adanya azab Tuhan

(akibat buruk) dan pahala (akibat baik) bagi satu amal

perbuatan mustahil ditanggung manusia (99:7-8). Manusia

merasakan akibat amal perbuatannya sesuai dengan ikhtiar.

Dalam hidup ini (dalam sejarah) dalam hidup kemudian -

sesudah sejarah (9:74, 16:30). Semakin seseorang bersungguh-

sungguh dalam kekuatan yang bertanggung jawab dengan

kesadaran yang terus menerus akan tujuan dalam membentuk

masyarakat semakin ia mendekati tujuan (29:69).

Manusia mengenali dirinya sebagai makhluk yang nilai dan

martabatnya dapat sepenuhnya dinyatakan, jika ia mempunyai

kemerdekaan tidak saja mengatur hidupnya sendiri tetapi juga

untuk memperbaiki dengan sesama manusia dalam lingkungan

masyarakat. Dasar hidup gotong-royong ini ialah keistimewaan

dan kecintaan sesama manusia dalam pengakuan akan adanya

persamaan dan kehormatan bagi setiap orang (49:13, 49:10).

F.       KEADILAN SOSIAL DAN KEADILAN EKONOMI

Telah kita bicarakan tentang hubungan antara individu

dengan masyarakat dimana kemerdekaan dan pembatas kemerdekaan

saling bergantungan, dan dimana perbaikan kondisi masyarakat

tergantung pada perencanaan manusia dan usaha-usaha

bersamanya. Jika kemerdekaan dicirikan dalam bentuk yang

tidak bersyarat (kemerdekaan tak terbatas) maka sudah terang

bahwa setiap orang diperbolehkan mengejar dengan bebas segala

keinginan pribadinya.

Akibatnya pertarungan keinginan yang bermacam-macam itu

satu sama lain dalam kekacauan atau anarchi (92:8-10). Sudah

barang tentu menghancurkan masyarakat dan meniadakan

kemanusiaan sebab itu harus ditegakkan keadilan dalam

masyarakat (5:8). Siapakah yang harus menegakkan keadilan,

dalam masyarakat? Sudah barang pasti ialah masyarakat

sendiri, tetapi dalam prakteknya diperlukan adanya satu

kelompok dalam masyarakat yang karena kualitas-kualitas yang

dimilikinya senantiasa mengadakan usaha-usaha menegakkan

keadilan itu dengan jalan selalu menganjurkan sesuatu yang

bersifat kemanusiaan serta mencegah terjadinya sesuatu yang

berlawanan dengan kemanusiaan (2:104).

Kualitas terpenting yang harus dipunyainya, ialah rasa

kemanusiaan yang tinggi sebagai pancaran kecintaan yang tak

terbatas pada Tuhan. Di samping itu diperlukan kecakapan yang

cukup. Kelompok orang-orang itu adalah pimpinan masyarakat;

atau setidak-tidaknya mereka adalah orang-orang yang

seharusnya memimpin masyarakat. Memimpin adalah menegakkan

keadilan, menjaga agar setiap orang memperoleh hak asasinya,

dan dalam jangka waktu yang sama menghormati kemerdekaan

orang lain dan martabat kemanusiaannya sebagai manifestasi

kesadarannya akan tanggung jawab sosial.

Negara adalah bentuk masyarakat yang terpenting, dan

pemerintah adalah susunan masyarakat yang terkuat dan

berpengaruh. Oleh sebab itu pemerintah yang pertama

berkewajiban menegakkan kadilan. Maksud semula dan

fundamental daripada didirikannya negara dan pemerintah ialah

guna melindungi manusia yang menjadi warga negara daripada

kemungkinan perusakkan terhadap kemerdekaan dan harga diri

sebagai manusia sebaliknya setiap orang mengambil bagian

pertanggungjawaban dalam masalah-masalah atas dasar persamaan

yang diperoleh melalui demokrasi.

Pada dasarnya masyarakat dengan masing-masing pribadi

yang ada didalamnya haruslah memerintah dan memimpin diri

sendiri (Hadist: “kullukum raain wakullukum mas uulun ‘an raiyyatih” -

Bukhari & Muslim). Oleh karena itu pemerintah haruslah

merupakan kekuatan pimpinan yang lahir dari masyarakat

sendiri. Pemerintah haruslah demokratis, berasal dari rakyat,

oleh rakyat dan untuk rakyat, menjalankan kebijaksanaan atas

persetujuan rakyat berdasarkan musyawarah dan dimana keadilan

dan martabat kemanusiaan tidak terganggu (42:28, 42:42).

Kekuatan yang sebenarnya didalam negara ada ditangan rakyat,

dan pemerintah harus bertanggung jawab pada rakyat.

Menegakkan keadilan mencakup penguasaan atas keinginan-

keinginan dan kepentingan-kepentingan pribadi yang tak

mengenal batas (hawa nafsu). Adalah kewajiban dari negara

sendiri dan kekuatan-kekuatan sosial untuk menjunjung tinggi

prinsip kegotongroyongan dan kecintaan sesama manusia.

Menegakkan keadilan adalah amanat rakyat kepada pemerintah

yang musti dilaksanakan (4:58). Ketaatan rakyat kepada

pemerintah yang adil merupakan ketaatan kepada diri sendiri

yang wajib dilaksanakan. Didasari oleh sikap hidup yang

benar, ketaatan kapada pemerintah termasuk dalam lingkungan

ketaatan kepada Tuhan (Kebenaran Mutlak) dan Rasulnya

(pengajar tentang Kebenaran) (4:59). Pemerintah yang benar

dan harus ditaati ialah mengabdi kepada kemanusiaan,

kebenaran dan akhirnya kepada Tuhan YME (5:45).

Perwujudan menegakkan keadilan yang terpenting dan

berpengaruh ialah menegakkan keadilan di bidang ekonomi atau

pembagian kekeyaan diantara anggota masyarakat. Keadilan

menuntut agar setiap orang dapat bagian yang wajar dari

kekayaan atau rejeki. Dalam masyarakat yang tidak mengenal

batas-batas individual, sejarah merupakan perjuangan

dialektis yang berjalan tanpa kendali dari pertentangan-

pertentangan golongan yang didorong oleh ketidakserasian

antara pertumbuhan kekuatan produksi disatu pihak dan

pengumpulan kekayaan oleh golongan-golongan kecil dengan hak-

hak istimewa dilain pihak (57:20). Karena kemerdekaan tak

terbatas mendorong timbulnya jurang-jurang pemisah antara

kekayaan dan kemiskinan yang semakin dalam. Proses

selanjutnya - yaitu bila sudah mencapai batas maksimal -

pertentangan golongan itu akan menghancurkan sendi-sendi

tatanan sosial dan membinasakan kemanusiaan dan peradabannya

(17:16).

Dalam masyarakat yang tidak adil, kekeyaan dan

kemiskinan akan terjadi dalam kualitas dan proporsi yang

tidak wajar sekalipun realitas selalu menunjukkan perbedaan-

perbedaan antara manusia dalam kemampuan fisik maupun mental

namun dalam kemiskinan dalam masyarakat dengan pemerintah

yang tidak menegakkan keadilan adalah keadilan yang merupakan

perwujudan dari kezaliman. Orang-orang kaya menjadi pelaku

daripada kezaliman sedangkan orang-orang miskin dijadikan

sasaran atau korbannya. Oleh karena itu sebagai yang menjadi

sasaran kezaliman, orang-orang miskin berada dipihak yang

benar. Pertentangan antara kaum miskin menjadi pertentangan

antara kaum yang menjalankan kezaliman dan yang dizalimi.

Dikarenakan kebenaran pasti menang terhadap kebhatilan, maka

pertentangan itu disudahi dengan kemenangan tak terhindar

bagi kaum miskin, kemudian mereka memegang tampuk pimpinan

dalam masyarakat (4:160-161, 26:182-183, 2:279, 28:5).

Kejahatan di bidang ekonomi yang menyeluruh adalah

penindasan oleh kapitalisme. Dengan kapitalisme dengan mudah

seseorang dapat memeras orang-orang yang berjuang

mempertahankan hidupnya karena kemiskinan, kemudian merampas

hak-haknya secara tidak sah, berkat kemampuannya untuk

memaksakan persyaratan kerjanya dan hidup kepada mereka. Oleh

karena itu menegakkan keadilan mencakup pemberantasan

kapitalisme dan segenap usaha akumulasi kekayaan pada

sekelompok kecil masyarakat (2:278-279). Sesudah syirik,

kejahatan terbesar kepada kemanusiaan adalah penumpukan harta

kekayaan beserta penggunaanya yang tidak benar, menyimpang

dari kepentingan umum, tidak mengikuti jalan Tuhan (104:1-3).

Maka menegakkan keadilan inilah membimbing manusia ke arah

pelaksanaan tata masyarakat yang akan memberikan kepada

setiap orang kesempatan yang sama untuk mengatur hidupnya

secara bebas dan terhormat (amar ma'ruf) dan pertentangan

terus menerus terhadap segala bentuk penindasan kepada

manusia kepada kebenaran asasinya dan rasa kemanusiaan (nahi

munkar). Dengan perkataan lain harus diadakan restriksi-

restriksi atau cara-cara memperoleh, mengumpulkan dan

menggunakan kekayaan itu. Cara yang tidak bertentangan dengan

kamanusiaan diperbolehkan (yang ma'ruf dihalalkan) sedangkan

cara yang bertentangan dengan kemanusiaan dilarang (yang

munkar diharamkan) (3:110).

Pembagian ekonomi secara tidak benar itu hanya ada dalam

suatu masyarakat yang tidak menjalankan prisip Ketuhanan YME,

dalam hal ini pengakuan berketuhanan YME tetapi tidak

melaksanakannya sama nilainya dengan tidak berketuhanan sama

sekali. Sebab nilai-nilai yang tidak dapat dikatakan hidup

sebelum menyatakan diri dalam amal perbuatan yang nyata

(61:2-3).

Dalam suatu masyarakat yang tidak menjadikan Tuhan

sebagai satu-satunya tempat tunduk dan menyerahkan diri,

manusia dapat diperbudaknya antara lain oleh harta benda.

Tidak lagi seorang pekerja menguasai hasil pekerjaanya,

tetapi justru dikuasai oleh hasil pekerjaan itu. Produksi

seorang buruh memperbesar kapital majikan dan kapital itu

selanjutnya lebih memperbudak buruh. Demikian pula terjadi

pada majikan bukan ia menguasai kapital tetapi kapital itulah

yang menguasainya. Kapital atau kekayaan telah menggenggam

dan memberikan sifat-sifat tertentu seperti keserakahan,

ketamakan dan kebengisan.

Oleh karena itu menegakkan keadilan bukan saja dengan

amar ma'ruf nahi munkar sebagaimana diterapkan dimuka, tetapi

juga melalui pendidikan yang intensif terhadap pribadi-

pribadi agar tetap mencintai kebenaran dan menyadari secara

mendalam akan andanya tuhan. Sembahyang merupakan pendidikan

yang kontinyu, sebagai bentuk formil peringatan kepada tuhan.

Sembahyang yang benar akan lebih efektif dalam meluruskan dan

membetulkan garis hidup manusia. Sebagaimana ia mencegah

kekejian dan kemungkaran (29:45). Jadi sembahyang merupakan

penopang hidup yang benar (Hadist: “sembahyang adalah tiang agama.

Barangsiapa mengerjakannya berarti menegakkan agama. Barangsiapa

meninggalkannya berarti merobohkan agama” -Baihaqi). Sembahyang

menyelesaikan masalah - masalah kehidupan, termasuk pemenuhan

kebutuhan yang ada secara instrinsik pada rohani manusia yang

mendalam, yaitu kebutuhan sepiritual berupa pengabdian yang

bersifat mutlak (31:30). Pengabdian yang tidak tersalurkan

secara benar kepada tuhan YME tentu tersalurkan kearah

sesuatu yang lain. Dan membahayakan kemanusiaan. Dalam

hubungan itu telah terdahulu keterangan tentang syirik yang

merupakan kejahatan fundamental terhadap kemanusiaan.

Dalam masyarakat yang adil mungkin masih terdapat

pembagian manusia menjadi golongan kaya dan miskin. Tetapi

hal itu terjadi dalam batas - batas kewajaran dan kemanusian

dengan pertautan kekayaan dan kemiskinan yang mendekat. Hal

itu sejalan dengan dibenarkannya pemilikan pribadi (private

ownership) atas harta kekayaan dan adanya perbedaan -

perbedaan tak terhindar dari pada kemampuan - kemampuan

pribadi, fisik maupun mental (30:37).

Walaupun demikian usaha - usaha kearah perbaikan dalam

pembagian rejeki ke arah yang merata tetap harus dijalankan

oleh masyarakat. Dalam hal ini zakat adalah penyelesaian

terakhir masalah perbedaan kaya dan miskin itu. Zakat

dipungut dari orang - orang kaya dalam jumlah presentase

tertentu untuk dibagikan kepada orang miskin (9:60). Zakat

dikenakan hanya atas harta yang diperoleh secara benar, sah,

dan halal saja. Sedang harta kekayaan yang haram tidak

dikenakan zakat tetapi harus dijadikan milik umum guna

manfaat bagi rakyat dengan jalan penyitaan oleh pemerintah.

Oleh karena itu, sebelum penarikan zakat dilakukan terlebih

dahulu harus dibentuk suatu masyarakat yang adil berdasarkan

ketuhanan Tuhan Yang Maha Esa, dimana tidak lagi didapati

cara memperoleh kekayaan secara haram, dimana penindasan atas

manusia oleh manusia dihapuskan (2:188).

Sebagaimana ada ketetapan tentang bagaimana harta

kekayaan itu diperoleh, juga ditetapkan bagaimana

mempergunakan harta kekayaan itu. Pemilikan pribadi

dibenarkan hanya jika hanya digunakan hak itu tidak

bertentangan, pemilikan pribadi menjadi batal dan pemerintah

berhak mengajukan konfiskasi.

Seorang dibenarkan mempergunakan harta kekayaan dalam

batas - batas tertentu, yaitu dalam batas tidak kurang tetapi

juga tidak melebihi rata - rata penggunaan dalam masyarakat

(25:67). Penggunaan yang berlebihan (tabzier atau israf)

bertentangan dengan perikemanusiaan (17:26-27). Kemewahan

selalu menjadi provokasi terhadap pertentangan golongan dalam

masyarakat membuat akibat destruktif (17:16). Sebaliknya

penggunaan kurang dari rata-rata masyarakat (taqti)

merusakkan diri sendiri dalam masyarakat disebabkan

membekunya sebagian dari kekayaan umum yang dapat digunakan

untuk manfaat bersama (47:38).

Hal itu semuanya merupakan kebenaran karena pada

hakekatnya seluruh harta kekayaan ini adalah milik Tuhan

(10:55). Manusia seluruhnya diberi hak yang sama atas

kekayaan itu dan harus diberikan bagian yang wajar dari

padanya (7:10).

Pemilikan oleh seseorang (secara benar) hanya bersifat

relatif sebagai mana amanat dari Tuhan. Penggunaan harta itu

sendiri harus sejalan dengan yang dikehendaki tuhan, untuk

kepentingan umum (57:7). Maka kalau terjadi kemiskinan, orang

- orang miskin diberi hak atas sebagian harta orang - orang

kaya, terutama yang masih dekat dalam hubungan keluarga

(70:24-25). Adalah kewajiban negara dan masyarakat untuk

melindungi kehidupan keluarga dan memberinya bantuan dan

dorongan. Negara yang adil menciptakan persyaratan hidup yang

wajar sebagaimana yang diperlukan oleh pribadi-pribadi agar

diandan keluarganya dapat mengatur hidupnya secara terhormat

sesuai dengan kainginan-keinginannya untuk dapat menerima

tanggungjawab atas kegiatan-kegiatnnya. Dalam prakteknya, hal

itu berarti bahwa pemerintah harus membuka jalan yang mudah

dan kesempatan yang sama kearah pendidikan, kecakapan yang

wajar kemerdekaan beribadah sepenuhnya dan pembagian kekayaan

bangsa yang pantas.

G.      KEMANUSIAAN DAN ILMU PENGETAHUAN 

Dari seluruh uraian yang telah di kemukakan, dapatlah

disimpulkan dengan pasti bahwa inti dari pada kemanusiaan

yang suci adalah Iman dan kerja kemanusiaan atau Amal Saleh

(95:6).  

Iman dalam pengertian kepercayaan akan adanya kebenaran

mutlak yaitu Tuhan Yang Maha Esa, serta menjadikanya satu-

satunya tujuan hidup dan tempat pengabdian diri yang terakhir

dan mutlak. Sikap itu menimbulkan kecintaan tak terbatas pada

kebenaran, kesucian dan kebaikan yang menyatakan dirinya

dalam sikap pri kemanusiaan. Sikap pri kemanusiaan

menghasilkan amal saleh, artinya amal yang bersesuaian dengan

dan meningkatkan kemanusiaan. Sebaik-baiknya manusia ialah

yang berguna untuk sesamanya. Tapi bagaimana hal itu harus

dilakukan manusia?. 

Sebagaimana setiap perjalanan kearah suatu tujuan ialah

gerakan kedepan demikian pula perjalanan ummat manusia atau

sejarah adalah gerakan maju kedepan. Maka semua nilai dalam

kehidupan relatif adanya berlaku untuk suatu tempat dan suatu

waktu tertentu. Demikianlah segala sesuatu berubah, kecuali

tujuan akhir dari segala yang ada yaitu kebenaran mutlak

(Tuhan) (28:88). Jadi semua nilai yang benar adalah bersumber

atau dijabarkan dari ketentuan-ketentuan hukum-hukum Tuhan

(6:57). 

Oleh karena itu manusia berikhtiar dan merdeka, ialah

yang bergerak. Gerakan itu tidak lain dari pada gerak maju

kedepan (progresif). Dia adalah dinamis, tidak statis. Dia

bukanlah seorang tradisional, apalagi reaksioner (17:36). 

Dia menghendaki perubahan terus menerus sejalan dengan arah

menuju kebenaran mutlak. Dia senantiasa mencarai kebenaran-

kebenaran selama perjalanan hidupnya. Kebenaran-kebenaran itu

menyatakan dirinya dan ditemukan didalam alam dari sejarah

umat manusia.

Ilmu pengetahuan adalah alat manusia untuk mencari dan

menemukan kebenaran-kebenaran dalam hidupnya, sekalipun

relatif namun kebenaran-kebenaran merupakan tonggak sejarah

yang mesti dilalui dalam perjalanan sejarah menuju kebenaran

mutlak. Dan keyakinan adalah kebenaran mutlak itu sendiri

pada suatu saat dapat dicapai oleh manusia, yaitu ketika

mereka telah memahami benar seluruh alam dan sejarahnya

sendiri (41:53).

Jadi ilmu pengetahuan adalah persyaratan dari amal

soleh. Hanya mereka yang dibimbing oleh ilmu pengetahuan

dapat berjalan diatas kebenaran-kebenaran, yang menyampaikan

kepada kepatuhan tanpa reserve kepada Tuhan Yang Maha Esa

(35:28). Dengan iman dan kebenaran ilmu pengetahuan manusia

mencapai puncak kemanusiaan yang tertinggi (58:11). 

Ilmu pengetahuan ialah pengertian yang dipunyai oleh

manusia secara benar tentang dunia sekitarnya dan dirinya

sendiri. Hubungan yang benar antara manusia dan alam

sekelilingnya ialah hubungan dan pengarahan. Manusia harus

menguasai alam dan masyarakat guna dapat mengarahkanya kepada

yang lebih baik. Penguasaan dan kemudian pengarahan itu tidak

mungkin dilaksanakan tanpa pengetahuan tentang hukum-hukumnya

agar dapat menguasai dan menggunakanya bagi kemanusiaan.

Sebab alam tersedia bagi ummat manusia bagi kepentingan

pertumbuhan kemanusiaan. Hal itu tidak dapat dilakukan

kecuali mengerahkan kemampuan intelektualitas atau rasio

(45:13). 

Demikian pula manusia harus memahami sejarah dengan

hukum-hukum yang tetap (3:137). Hukum sejarah yang tetap

(sunatullah untuk sejarah) yaitu garis besarnya ialah bahwa

manusia akan menemui kejayaan jika setia kepada kemanusiaan

fitrinya dan menemui kehancuran jika menyimpang daripadanya

dengan menuruti hawa nafsu (91:9-10). 

Tetapi cara-cara perbaikan hidup sehingga terus-menerus

maju kearah yang lebih baik sesuai dengan fitrah adalah

masalah pengalaman. Pengalaman ini harus ditarik dari masa

lampau, untuk dapat mengerti masa sekarang dan

memperhitungkan masa yang akan datang (12:111). Menguasai dan

mengarahkan masyarakat ialah mengganti kaidah-kaidah umumnya

dan membimbingnya kearah kemajuan dan kebaikan. 

H.      KESIMPULAN DAN PENUTUP

Dari seluruh uraian yang telah lalu dapatlah diambil

kesimpulan secara garis besar sbb:

1.      Hidup yang benar dimulai dengan percaya atau iman kepada

Tuhan. Tuhan YME dan keinginan mendekat serta kecintaan

kepada-Nya, yaitu takwa. Iman dan takwa bukanlah nilai yang

statis dan abstrak. Nilai-nilai itu mamancar dengan

sendirinya dalam bentuk kerja nyata bagi kemanusiaan dan amal

saleh. Iman tidak memberi arti apa-apa bagi manusia jika

tidak disertai dengan usaha-usaha dan kegiatan-kegiatan yang

sungguh-sungguh untuk menegakkan perikehidupan yang benar

dalam peradaban dan berbudaya. 

2.      Iman dan takwa dipelihara dan diperkuat dengan melakukan

ibadah atau pengabdian formil kepada Tuhan. Ibadah mendidik

individu agar tetap ingat dan taat kepada Tuhan dan berpegang

tuguh kepada kebenaran sebagai mana dikehendaki oleh hati

nurani yang hanif. Segala sesuatu yang menyangkut bentuk dan

cara beribadah menjadi wewenang penuh dari pada agama tanpa

adanya hak manusia untuk mencampurinya. Ibadat yang terus

menerus kepada Tuhan menyadarkan manusia akan kedudukannya di

tengah alam dan masyarakat dan sesamanya. Ia tidak melebihkan

diri sehingga mengarah kepada kedudukan Tuhan dengan

merugikan kemanusiaan orang lain, dan tidak mengurangi

kehormatan dirinya sebagai mahluk tertinggi dengan akibat

perbudakan diri kepada alam maupun orang lain Dengan ibadah

manusia dididik untuk memilki kemerdekaannya, kemanusiaannya

dan dirinya sendiri, sebab ia telah berbuat ikhlas, yaitu

pemurniaan pengabdian kepada Kebenaran semata..

3.      Kerja kemanusiaan atau amal saleh mengambil bentuknya

yang utama dalam usaha yanag sungguh - sungguh secara

essensial menyangkut kepentingan manusia secara keseluruhan,

baik dalam ukuran ruang maupun waktu. Yaitu menegakkan

keadilan dalam masyarakat sehingga setiap orang memperoleh

harga diri dan martabatnya sebagai manusia. Hal itu berarti

usaha - usaha yang terus menerus harus dilakukan guna

mengarahkan masyarakat kepada nilai - nilai yang baik, lebih

maju dan lebih insani usaha itu ialah "amar ma'ruf”,

disamping usaha lain untuk mencegah segala bentuk kejahatan

dan kemerosotan nilai - nilai kemanusiaan atau nahi mungkar.

Selanjutnya bentuk kerja kemanusiaan yang lebih nyata ialah

pembelaan kaum lemah, kaum tertindas dan kaum miskin pada

umumnya serta usaha - usaha kearah penungkatan nasib dan

taraf hidup mereka yang wajar dan layak sebagai manusia.

4.      Kesadaran dan rasa tanggung jawab yang besar kepada

kemanusiaan melahirkan jihad, yaitu sikap berjuang. Berjuang

itu dilakukan dan ditanggung bersama oleh manusia dalam

bentuk gotong royong atas dasar kemanusiaan dan kecintaan

kepada Tuhan. Perjuangan menegakkan kebenaran dan keadilan

menuntut ketabahan, kesabaran, dan pengorbanan. Dan dengan

jalan itulah kebahagiaan dapat diwujudkan dalam masyarakat

manusia. Oleh sebab itu persyaratan bagi berhasilnya

perjuangan adalah adanya barisan yang merupakan bangunan yang

kokoh kuat. Mereka terikat satu sama lain oleh persaudaraan

dan solidaritas yang tinggi dan oleh sikap yang tegas kepada

musuh - musuh dari kemanusiaan. Tetapi justru demi

kemanusiaan mereka adalah manusia yang toleran. Sekalipun

mengikuti jalan yang benar, mereka tidak memaksakan kepada

orang lain atau golongan lain.

5.      Kerja kemanusiaan atau amal saleh itu merupakan proses

perkembangan yang permanen. Perjuang kemanusiaan berusaha

mengarah kepada yang lebih baik, lebih benar. Oleh sebab itu,

manusia harus mengetahui arah yang benar dari pada

perkembangan peradaban disegala bidang. Dengan perkataan

lain, manusia harus mendalami dan selalu mempergunakan ilmu

pengetahuan. Kerja manusia dan kerja kemanusiaan tanpa ilmu

tidak akan mencapai tujuannya, sebaliknya ilmu tanpa rasa

kemanusiaan tidak akan membawa kebahagiaan bahkan

mengahancurkan peradaban. Ilmu pengetahuan adalah karunia

Tuhan yang besar artinya bagi manusia. Mendalami ilmu

pengetahun harus didasari oleh sikap terbuka. Mampu

mengungkapkan perkembangan pemikiran tentang kehidupan

berperadaban dan berbudaya. Kemudian mengambil dan

mengamalkan diantaranya yang terbaik.

Dengan demikian, tugas hidup manusia menjadi sangat

sederhana, yaitu beriman, berilmu dan beramal.

SEJARAH HMI

URAIAN MATERI SEJARAH PERJUANGAN HMI

PENGANTAR ILMU SEJARAH

Pengertian

Sejarah adalah suatu kebetulan terjadi di masa yang telah

lalu dan benar-benar terjadi, dan kebetulan pula dicatat,

biasanya kebenaran sejarah didukung buktibukti yang

membenarkan peristiwa itu benar-benar terjadi. Menurut kamus

besar bahasa Indonesia, ilmu sejarah adalah suatu pengetahuan

atau uraian mengenai peristiwa-peristiwa dan kejadian-

kejadian yang benar-benar terjadi di masa lampau. Dari

pengertian atau definisi di atas maka dapatlah dibedakan

antara sejarah dan ilmu sejarah, sejarah adalah kejadian atau

peristiwanya, sedangkan ilmu sejarah adalah ilmu yang

mempelajari kejadian atau peristiwa tersebut.

Manfaat dan Kegunaan Mempelajari Ilmu Sejarah

Manfaat dan kegunaan yang dapat diambil dari kejadian yang

telah lampau adalah pengetahuan tentang peristiwa-peristiwa

yang terjadi pada saat itu, dan dengan mempelajari maka dapat

diambil hikmah/pelajaran dari peristiwa tersebut. Pada

peristiwa yang terjadi dapat dianalisis kelebihan dan

kekurangan yang ada dari peristiwa itu, dan pengetahuan

tersebut dapat meningkatkan kehati-hatian dalam mengambil

keputusan pada masa saat ini dengan mempertimbangkan prinsip

nilai yang terjadi di masa lalu, karena pada dasarnya

peristiwa masa lalu linear dengan masa saat ini dan yang akan

datang.

MISI KELAHIRAN ISLAM

Masyarakat Arab Pra Islam

Masyarakat Arab pra Islam atau yang lebih dikenal dengan

masyarakat jahiliyah hidup dalam keterbelakangan, baik

pengetahuan, sosial budaya maupun peradaban. Masyarakat arab

pra Islam tidak mengenal tulis dan baca, walaupun ada yang

dapat menulis dan membaca itu hanya sebagian kecil saja,

namun pemahaman atau kebanggaan akan sastra demikian

tingginya, jadi dapat disimpulkan bahwa masyarakat Arab pada

masa itu hidup dalam kebodohan.

Posisi wanita pada saat itu tidak dihargai, mereka hanya

dipandang sebagai benda bergerak yang menyenangkan, bahkan

wanita dianggap sebagai beban dan sumber bencana,

implikasinya adalah ada anggapan jika memiliki anak wanita

akan mengakibatkan kemiskinan. Dampak dari pandangan itu,

maka tak heran jika mereka sering mengubur bayi wanita hidup-

hidup (kalau sekarang, belum lahir sudah dibunuh). Selain itu

masyarakat Arab pra Islam hidup dalam perpecahan klan (keluarga

besar), karena mereka lebih menonjolkan ego kesukuan atau

kabilah, ini menyebabkan masyarakat Arab sering berperang

antar kabilah dan tidak memiliki rasa kebangsaan yang

menyebabkan bangsa Arab menjadi lemah dan terpecah-pecah.

Periode Kenabian Muhammad

Fase Makkah

Muhammad lahir di Makkah pada masa keadaam masyarakat yang

buruk sekali. Muhammad lahir pada tanggal 12 Rabiul Awal

tahun Gajah, bertepatan dengan tanggal 20 April 571 M.

Muhammad putra tunggal dari pasangan Abdullah dan Aminah.

Sejak kecil Muhammad memiliki sifat yang terpuji sehingga

kemudian ia dijuluki “al-amin” atau orang yang dapat dipercaya.

Pada usia yang ke-25 Muhammad menikah dengan seorang janda

kaya yang bernama Khadijah. Dalam masa pernikahannya ini

Muhammad sering melakukan perenungan/kontemplasi di luar kota

Makkah, tepatnya di sebuah gua yang bernama Hira, beliau

selalu memikirkan keadaan masyarakatnya yang demikian rusak.

Pada saat Muhammad mendekati usia 40 tahun, beliau makin

sering stress memikirkan bangsanya, sehingga pelariannya dengan

menyepi di gua Hira semakin sering kuantitasnya. Suatu malam

di bulan Ramadhan tepatnya tanggal 17 Ramadhan yang

bertepatan dengan tanggal 6 Agustus 610, datanglah suatu

penampakan yang ternyata adalah malaikat Jibril yang

menyampaikan wahyu pertama (Al-Alaq : 1 – 5), dan ini

pertanda bahwa Muhammad telah dilantik menjadi rasul dan nabi

walaupun tanpa berita acara. Pasca wahyu di gua Hira,

Muhammad s.a.w. mendapat wahyu-wahyu berikutnya yang

memerintahkan kepada Muhammad s.a.w untuk menyampaikan

dakwah. Isi dakwahnya adalah ajakan untuk melakukan

perubahan-perubahan yang revolusioner, perubahan yang dibawa

antara lain perubahan akhlak, karena Islam mengajarkan akhlak

yang baik. Perubahan lain adalah nilai persamaan, yang

dimaksud adalah kesetaraan antar umat manusia, tidak ada

perbedaan antara laki-laki dan perempuan, antar ras, bangsa,

dan lain sebagainya, di mata Allah yang berbeda adalah

ketaqwaan. Selain itu, ilmu pengetahuan menjadi sesuatu yang

penting untuk dilakukan, serta membangun solidaritas

persaudaraan yang berimplikasi pada penguatan nasionalisme

atau keutuhan dalam berbangsa dan beragama.

Pada fase Makkah ajaran yang disampaikan Muhammad s.a.w

berkaitan atau berhubungan pada nilai ketauhidan atau iman,

karena pada saat itu jaran Islam baru tegak kembali, sehingga

yang harus dibangun pertama-tama adalah fondasi aqidah atau

iman yang dijadikan landasan fundamental. Tiap tahun kota

Makkah selalu didatangi oleh kabilah-kabilah dari seluruh

Arab yang datang untuk untuk melakukan shoping atau ibadah

haji. Muhammad s.a.w melakukan dakwah terhadap orang-orang

tersebut, dan usaha ini tidak sia-sia karena dari kalangan

yang berasal dari daerah-daerah tersebut ada yang menyatakan

keimanannya, diantaranya dari Yastrib. Konsekuensi logis dari

gerakan revolusioner berdampak pada peningkatan konstelasi

politik masyarakat Makkah, yang pada akhirnya memberikan satu

pilihan kepada Muhammad s.a.w untuk meninggalkan Makkah. Pada

hijrah yang kedua, Muhammad s.a.w. menginstruksikan kepada

para pendukungnya untuk meninggalkan kota Makkah menuju

Yastrib yang dikemudian hari dikenal dengan Madinah. Muhammad

s.a.w pun pada akhirnya terpaksa harus meninggalkan Makkah

menuju Madinah, maka dimulailah babak baru dalam Islam, fase

Madinah.

     Fase Madinah

Fase Madinah dimulai sejak hijrahnya Muhammad s.a.w dari

Makkah ke Madinah, karena Madinah dianggap baik untuk

pembenihan Islam. Kaum muslimin yang berada di Madinah

terbagi menjadi dua kelompok, yaitu Anshar (kaum muslimin tuan

rumah) dan Muhajirin (kaum muslimin pendatang dari Makkah), maka

langkah pertama yang dilakukan adalah mempertalikan hubungan

kekeluargaan atau hubungan persaudaraan antara kaum Anshar dan

Muhajirin, karena hanya dengan persatuanlah, maka umat Islam

akan kuat. Selanjutnya dilakukan lobi-lobi politik atau

perjanjian dengan kelompok di luar Islam yang ada di Madinah,

karena pada saat itu telah ada kelompok lain yang tinggal di

sana, antara lain Yahudi.

Di Madinahlah Muhammad s.a.w. melakukan pembinaan masyarakat

Islam. Pembinaan masyarakat ini tidak hanya di bidang aqidah,

tetapi juga menyangkut masalah politik, ekonomi, dan sosial

budaya. Di Madinah perkembangan ajaran Islam maju dengan

pesat, pada fase ini ajaran lebih ditekankan pada hukum

kemasyarakatan atau lebih kepada muamallah. Dengan semakin

besarnya kamum muslimin, dianggap merupakan ancaman bagi

kelompok lain, maka semakin benci pula orang-orang Quraisy

kepada Muhammad s.a.w. dan para pendukungnya. Konstelasi

kebencian makin meningkat sehingga mengakibatkan timbulnya

peperangan, antara lain Badr, Uhud, Ahzab, Khandaq, dan

beberapa perang lainnya. Pada prinsipnya bagi kaum muslimin

peperangan ini adalah upaya defensif dan dalam rangka

menegakkan kalimah tauhid.

Muhammad s.a.w. mangkat dan dimakamkan di Madinah di usia 63

tahun, pada tanggal 12 Rabiul Awal 11 H, bertepatan dengan

tanggal 8 Juni 632.

LATAR BELAKANG BERDIRINYA HMI

Kondisi Islam di Dunia

Kondisi umat Islam dunia pada saat menjelang kelahiran HMI

dapat dikatakan ketinggalan dibandingkan masyarakat Eropa

dengan Reinasance-nya. Ini dapat dilihat dari penguasaan

teknologi maupun pengetahuan, bahkan sebagain besar umat

Islam berada di bawah ketiak penindasan nekolim barat yang

notabene dimotori oleh kelompok Kristen. Umat Islam hanya

terpaku, terlena oleh kejayaan masa lampau atau pada zaman

keemasan Islam. Umat Islam pada umumnya tidak memahami ajaran

Islam secara komprehensif, sehingga mereka hanya berkutat

seputar ubudiyah atau ritual semata tanpa memahami bahwa ajaran

Islam adalah ajaran paripurna yang tidak hanya mengajarkan

hubungan manusia dengan Tuhan, namun lebih jauh daripada itu

menderivasikan hubungan transenden ke dalam seluruh aspek

kehidupan.

Berangkat dari pemahaman ajaran Islam yang kurang, umat

berada dalam keterbelakangan dan fenomena ini terjadi dapat

dikatakan di seluruh dunia. Hal tersebut mengakibatkan

terpuruknya umat Islam yang dijanjikan Allah untuk dipusakai

alam semesta. Lebih ironis lagi ketika umat terbagi menjadi

berbagai golongan yang hanya berangkat dari masalah khilafiyah,

yang bedampak pada melemahnya kekuatan Islam.

Kondisi Islam di Indonesia

Tidak jauh berbeda dengan apa yang terjadi di dunia saat itu,

umat Islam berada dalam cengkaraman nekolim barat. Penjajah

memperlakukan umat Islam sebagai masyarakat kelas bawah dan

diperlakukan tidak adil, serta hanya menguntungkan kelompok

mereka sendiri atau rakyat yang sudah seideologi dengan

mereka.

Umat Islam Indonesia hanya mementingkan kehidupan akhirat

(katanya sich), dengan penonjolan simbolisasi Isalam dalam

ubudiyah, sebagai upaya kompensasi atas ketidakberdayaan untuk

melawan nekolim, sehingga pemahaman umat tidak secara benar

dan kaffah. Bahkan ada sebagian ulama ang menyatakan bahwa

pintu ijtihad telah ditutup, hal ini menyebabkan umat hidup

dalam suasana taqlid dan jumud. Selain itu umat Islam Indonesia

berada dalam perpecahan berbagai macam aliran/firqah dan

masing-masing golongan melakukan truth claim, hal ini

menyebabkan umat Islam Indonesia tidak kuat akibat kurang

persatuan di kalangan umat Islam di Indonesia.

Kondisi Perguruan Tinggi dan Mahasiswa Islam

Perguruan tinggi adalah tempat untuk menuntut ilmu yang akan

menghasilkan para pemimpin untuk masa sekarang dan masa yang

akan datang. Selain itu perguruan tinggi adalah motor

penggerak perubahan, dan perubahan tersebut diharapkan menuju

sesuatu yang lebih baik. Begitu pentingnya perguruan tinggi,

maka banyak golongan yang ingin menguasainya demi untuk

kepentingan golongan tersebut.

Sejalan dengan perguruan tinggi dan dunia kemahasiswaan yang

strategis tersebut, ada beberapa faktor dominan yang

menguasai dan mewarnai perguruan tinggi dan dunia

kemahasiswaan, antara lain sistem yang diterapkan khususnya

di perguruan tinggi adalah sistem pendidikan barat yang

mengarah pada sekularisme dan dapat menyebabkan dangkalnya

agama atau aqidah dalam kehidupan. Selain itu adanya organisasi

kemahasiswaan yang berhaluan komunis dan ini menyebabkan

aspirasi Islam dan umat Islam kurang terakomodir.

Faktor-faktor di atas adalah ancaman yang serius, karena

menyebabkan masalah dalam hidup dan kehidupan serta

keberadaan Islam dan umat Islam. Mahasiswa Islam kurang

memiliki ruang gerak karena berada dalam sistem yang sekuler

dan tidak sesuai dengan ajaran Islam, dan harus menghadapi

tantangan dari mahasiswa komunis yang sangat bertentangan

dengan fitrah manusia dan bertentangan pula dengan ajaran Islam.

Jelas sudah bahwa mahasiswa Islam sangat sulit untuk bergerak

memperjuangkan aspirasi umat Islam.

Saat Berdirinya Himpunan Mahasiswa Islam (HMI)

HMI lahir pada saat umat Islam Indonesia berada dalam kondisi

yang memprihatinkan, yaitu terjadinya kesenjangan dan

kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan ajaran Islam

sehingga tidak tercermin dalam kehidupan nyata.

Pada saat HMI berdiri, sudah ada organisasi kemahasiswaan,

yaitu Perserikatan Mahasiswa Yogyakarta (PMY), namun PMY

didominasi oleh partai sosialis yang berpaham komunis. Akibat

didominasi oleh partai sosialis maka PMY tidak independen

untuk memperjuangkan aspirasi mahasiswa, maka banyak

mahasiswa yang tidak sepakat dan tidak bisa membiarkan

mahasiswa terlbat dalam polarisasi politik. Sebagai realisasi

dari keinginan tersebut maka di Yogyakarta pada tanggal 14

Rabiul Awal 1366 H, bertepatan dengan tanggal 5 Februari 1947

sebuah organisasi kemahasiswaan, yaitu Himpunan Mahasiswa

Islam (HMI) sebagai organisasi independen dan sebagai anak

umat dan anak bangsa.

GAGASAN DAN VISI PENDIRI HMI

Sosok Lafran Pane

Berdasarkan penelusuran dan penelitian sejarah, maka Kongres

XI HMI tahun 1974 di Bogor menetapkan Lafran Pane sebagai

pemrakarsa berdirinya HMI, dan disebut sebagai pendiri HMI.

Lafran Pane adalah anak keenam dari Sutan Pangurabaan Pane,

lahir di Padang Sidempuan, 5 Pebruari 1922, pendidikan Lafran

Pane tidak berjalan “normal” dan “lurus”. Lafran Pane mengalami

perubahan kejiwaan yang radikal sehingga mendorong dirinya

untuk mencari hakikat hidup sebenarnya. Desember 1945 Lafran

Pane pindah ke Yogyakarta, karena Sekolah Tinggi Islam (STI)

tempat ia menimba ilmu pindah dari Jakarta ke Yogyakarta.

Pendidikan agama Islam yang lebih intensif ia peroleh dari

dosen-dosen STI, mengubur masa lampau yang kelam.

Bagi Lafran Pane, Islam merupakan satu-satunya pedoman hidup

yang sempurna, karena Islam menjadikan manusia sejahtera dan

selamat di dunia dan akhirat. Pada tahun 1948, Lafran Pane

pindah studi ke Akademi Ilmu Politik (AIP). Saat Balai

Perguruan Tinggi Gadjah Mada dan fakultas kedokteran di

Klaten, serta AIP Yogyakarta dinegerikan pada tanggal 19

Desember 1949 menjadi Universitas Gadjah Mada (UGM), secara

otomatis Lafran Pane termasuk mahasiswa pertama UGM. Setelah

bergabung menjadi UGM, AIP berubah menjadi Fakultas Hukum

Ekonomi Sosial Politik, dan Lafran Pane menjadi sarjana

pertama dalam ilmu politik dari fakultas tersebut pada

tanggal 26 Januari 1953.

Gagasan Pembaharuan Pemikiran Keislaman

Untuk melakukan pembaharuan dalam Islam, maka pengetahuan,

pemahaman, penghayatan dan pengamalanumat Islam akan agamanya

harus ditingkatkan, sehingga dapat mengetahui dan memahami

ajaran Islam secara benar dan utuh. Kebenaran Islam memiliki

jaminan kesempurnaannya sebagai peraturan untuk kehidupan

yang dapat menghantarkan manusia kepada kebahagian dunia dan

akhirat.

Tugas suci umat Islam dalah mengajak umat manusia kepada

kebenaran Illahi dan kewajiban umat Islam adalah menciptakan

masyarakat adil makmur material dan spiritual. Dengan adanya

gagasan pembaharuan pemikiran keislaman, diharapkan

kesenjangan dan kejumudan pengetahuan, pemahaman, penghayatan

dan pengamalan ajaran Islam dalpat dilakukan dan dilaksanakan

sesuai dengan ajaran Islam. Kebekuan pemikiran umat Islam

telah membawa pada arti agama yang kaku dan sempit, tidak

lebih dari agama yang hanya melakukan peribadatan. Al-Qur’an

hanya dijadikan sebatas bahan bacaan, Islam tidak ditempatkan

sebagai agama universal. Gagasan pembaharuan pemikiran Islam

ini pun hendaknya dapat menyadarkan umat Islam yang terlena

dengan kebesaran dan kejayaan masa lalu.

Gagasan dan Visi Perjuangan Sosial Budaya

Ciri utama masyarakat Indonesia adalah kemajemukan sosial

budaya, kemajemukan tersebut merupakan sumber kekayaan bangsa

yang tidak ternilai, tetapi keberagaman yang tidak

terorganisir akan mengakibatkan perpecahan dalam Negara

Kesatuan Republik Indonesia.

Tujuan awal saat HMI berdiri juga tidak terlepas pada gagasan

dan visi perjuangan sosial budaya, yaitu :

1.        Mempertahankan negara Republik Indonesia dan

mempertinggi derajat rakyat Indonesia.

2.        Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam.

Dari tujuan tersebut jelaslah bahwa HMI ingin agar kehidupan

sosial budaya yang ada menjadi perekat persatuan dan kesatuan

bangsa Indonesia guna mempertahankan kemerdekaan yang baru

diraih. Untuk menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam pun

harus dipelajari kondisi sosial budaya sehingga tidak terjadi

benturan kultur.

Masyarakat muslim Indonesia yang hanya memahami ajaran Islam

sebatas ritual harus diubah pemahamannya dan keadaan sosial

budaya yang telah mengakar ini tidak dapat diubah serta

merta, tetapi melalui proses panjang dan bertahap.

Komitmen Keislaman dan Kebangsaan sebagai Dasar Perjuangan HM

Dari awal terbentuknya HMI telah ada komitmen keumatan dan

kebangsaan yang bersatu secara integral sebagai dasar

perjuangan HMI yang dirumuskan dalam tujuan HMI yaitu :

a)   Mempertahankan negara Republik Indonesia dan mempertinggi derajat rakyat

Indonesia yang didalamnya terkandung wawasan atau pemikiran

kebangsaan atau ke-Indonesiaan

b)     Menegakkan dan mengembangkan ajaran Islam yang didalamnya

terkandung pemikiran ke-Islaman

Komitmen tersebut menjadi dasar perjuangan HMI didalam

kehidupan berbangsa dan bernegara. Sebagai organisasi kader,

wujud nyata perjuangan HMI dalam komitmen keumatan dan

kebangsaan adalah melakukan proses perkaderan yang ingin

menciptakan kader berkualitas insan cita yang mampu menjadi

pemimpin yang amanah untuk membawa bangsa Indonesia mencapai

asanya.

Komitmen keislaman dan kebangsaan sebagai dasar perjuangan

masih melekat dalam gerakan HMI. Kedua komitmen ini secara

jelas tersurat dalam rumusan tujuan HMI (hasil Kongres IX HMI

di Malang tahun 1969) sampai sekarang, “Terbinanya insan akademis,

pencipta, pengabdi yang bernafaskan Islam, dan bertanggung jawab atas

terwujudnya masyarakat adil makmur yang diridhoi Allah SWT”. Namun kedua

komitmen itu tidak dilakukan secara institusional, mulainkan

dampak dari proses pembentukan kader yang dilakukan oleh HMI.

DINAMIKA SEJARAH PERJUANGAN HMI

                                                DALAM SEJARAH

PERJUANGAN BANGSA

HMI dalam Fase Perjuangan Fisik

HMI ikut berjuang dalam perjuangan fisik ketika terjadi

pemberontakan PKI di Madiun pada tahun 1948. Pemberontakan

tersebut bertujuan mengambil alih kekuasaan pemerintahan yang

sah dan ingin mendirikan “Soviet Republik Indonesia”.

Menghadapi hal tersebut, HMI menggalang seluruh kekuatan

mahasiswa dengan membentuk Corps Mahasiswa. Selama waktu

krisis tersebut anggota HMI terpaksa meninggalkan bangku

kuliah untuk mempertahankan Negara Kesatuan Republik

Indonesia dari pengkhianatan PKI, selain itu HMI pun terlibat

dalam perjuangan fisik menghadapi agresi militer Belanda.

Sebagai anak umat dan anak bangsa, HMI selalu ikut dalam

perjuangan fisik demi mempertahankan negara Republik

Indonesia. Dalam mempertahakan NKRI, anggota-anggota HMI

mengganti pena dengan memanggul senjata, HMI merasa ikut

bertanggung jawab dalam mempertahankan kedaulatan NKRI. HMI

berkeyakinan bahwa dalam masyarakat yang berdaulat dan

merdeka akan tercipta keadilan dan kesejahteraan rakyat. Oleh

karena itu HMI selalu berusaha untuk memperthankan dan

mempersatukan bangsa.

HMI dalam Fase Pertumbuhan dan Konsolidasi Bangsa

Saat HMI baru saja berdiri, terjadi pemberontakan PKI di

Madiun yang merupakan ancaman terhadap kedaulatan bangsa,

umat Islam, dan HMI sendiri. Kekuatan PKI ini makin memuncak

pada era 60-an, PKI menjadi salah satu kekuatan sosial

politik besar di Indonesia. Posisi HMI saat itu adalah

menentang ajaran komunis dan mengajak semua pihak yang ada

untuk menentang komunis.

Persoalan komunis bukan hanya persoalan bangsa dan negara,

tetapi juga persoalan HMI, akibat sikap HMI tersebut maka PKI

menempatkan HMI sebagai salah satu musuh utama yang harus

diberangus. HMI menggalang konsolidasi dengan semua pihak

yang non komunis, karena komunis bertentangan dengan dasar

negara, yaitu Pancasila. Selain itu PKI selalu berusaha untuk

merebut pemerintahan dan kekuasaan yang sah. Untuk menghadapi

pemilu 1955, HMI mengadakan Konferensi Akbar di Kaliuarang

Yogyakarta pada tanggal 9 –11 April 1955, keputusan yang

diambil adalah :

1)   Menyerukan kepada khalayak ramai untuk memilih partai-

partai Islam dalam pemilu yang akan datang.

2) Menyerukan kepada partai-partai Islam supaya mengurangi

keruncingan-keruncingan, tidak saling menyerang.

3)   Kepada warga dan anggota HMI supaya :

a)         Wajib aktif dalam pemilu

b)        Wajib aktif memilih salah satu partai Islam

c)         Mempunyai hak dan kebebasan untuk membantu dan

memilih partai Islam yang disenangi

Dalam menghadapi sidang pleno Majelis Konstituante, PB HMI

mengirimkan seruan kepada seluruh anggota fraksi partai-

partai Islam di konstituante agar dapat memikul amanah umat

Islam di Indonesia.

Ketika Demokrasi Terpimpin berjalan, HMI mendapat tekanan

kuat, karena ada tuduhan bahwa HMI kontra revolusi, dan lain-

lain. Oleh karena itu HMI menggelar Musyawarah Nasional

Ekonomi HMI se-Indonesia di Jakarta pada tahun 1962. Ada

beberapa pertanyaan yang diajukan kepada HMI saat itu

menyangkut sikap yang diambil HMI, yaitu (1) Apakah HMI

mendukung Manipol/Usdek atau tidak ? (2) HMI setuju pancasila

atau tidak ? dan (3) HMI setuju sosialisme Indonesia atau

tidak ?

Munas memberikan jawaban sebagai berikut :

1)Ya, HMI mendukung Manipol/Usdek sebagai haluan negara yang

ditetapkan oleh MPRS

2)Ya, HMI setuju Pancasila yang merupakan rancangan kesatuan

dengan Piagam Jakarta

3)Ya, HMI setuju sosialisme Indonesia, yaitu masyarakat adil

makmur yang diridhoi Tuhan Yang Maha Esa

Dengan melakukan pendekatan-pendekatan itu maka HMI dapat

terselamatkan isu dan tuduhan yang dilancarkan terhadap HMI

tidak berhasil untuk mengubur HMI dalam percaturan sejarah.

HMI dalam Transisi Orde Lama dan Orde Baru

Tahun 1965, HMI mengalami tantangan yang berat, HMI terancam

dibubarkan, dan lagi-lagi HMI lulus dalam ujian sejarah

sehingga HMI dapat mempertahankan eksistensinya hingga saat

ini (entah esok hari, entah lusa nanti, entah……). HMI adalah salah satu

komponen bangsa yang menentang faham dan ajaran komunis,

sedangkan PKI saat itu merupakan kekuatan sosial politik yang

besar di negara Republik Indonesia. PKI berkeinginan untuk

membubarkan HMI karena merupakan salah satu musuh utamanya,

usaha untuk membubarkan HMI dilakukan PKI dengan gencar (Kalau

tidak mampu membubarkan HMI, lebih baik pakai sarung saja), apalagi

menjelang Gestapu atau Gestok (istilah Pemimpin Besar

Revolusi Soekarno). Masalah pembubaran HMI bukan hanya

menjadi masalah internal, tapi lebih jauh daripada itu, hal

tersebut merupakan masalah umat Islam dan bangsa Indonesia

pada umumnya.

Puncak dari usaha PKI untuk merebut kekuasaan dan kedaulatan

negara Republik Indonesia adalah dengan melakukan

pemberontakan Gerakan 30 Sepetember/PKI tahun 1965.

Pemberontakan tersebut dimulai melalui cara penculikan

terhadap para perwira tinggi TNI-AD (kecuali Pangkostrad yang

merupakan jabatan strategis, why ?), dan menghabisi para perwira itu.

Menyikapi hal ini, HMI mengutuk Gestapu dan menyatakan bahwa

gerakan tersebut dilakukan oleh PKI (pernyataan bahwa G30S/PKI

diotaki oleh PKI pertama kali dilontarkan oleh HMI –sumber Agussalim Sitompul),

HMI ikut membantu pemerintah dalam menumpas G30S/PKI dan

kerelaan HMI untuk membantu sepenuhnya ABRI. Setelah turunnya

Soekarno dan naiknya Soeharto sebagai Presiden Republik

Indonesia, HMI bersikap mendukung pemerintahan baru yang

ingin menjalankan Pancasila dan UUD 1945 secara murni dan

konsekuen (katanya sih gitu waktu naik) dan HMI ikut dalam usaha-

usaha untuk menumpas sisa-sisa PKI serta organisasi underbouw

PKI.

HMI dalam Fase Pembangunan dan Modernisasi Bangsa

Berdasarkan tujuan HMI, maka kader HMI harus memiliki

kualitas insan cita, yang karenanya akan tercipta kader yang

memiliki intelektual tinggi yang dilandasi oleh iman serta

diabdikan kepada umat dan bangsa. Pengabdian para kader ini

akan dapat dijadikan penopang dalam pembangunan bangsa dan

negara Republik Indonesia.

Peran HMI dalam pembangunan bangsa dapat dijabarkan sebagai

berikut :

1)        Partisipasi dalam pembentukan situasi dan iklim

2)        Partisipasi dalam pemberian konsep

3)        Partisipasi dalam bentuk pelaksanaan

Dalam menjalani peran tersebut, banyak halangan dan rintangan

yang justru sebenarnya lebih dominan faktor internal,

misalnya pergeseran nilai yang berdampak pada hilangnya ruh

perjuangan HMI. Selain itu faktor eksternal memaksa HMI untuk

terbawa pusaran kekuasaan, misal masalah asas tunggal yang

mengakibatkan perpecahan HMI menjadi dua yaitu HMI yang

bermarkas di Diponegoro dan HMI yang menamakan dirinya

Majelis Penyelamat Organisasi.

HMI dan Fase Pasca Orde Baru

Setelah runtuhnya Orde Baru, dimulailah babak baru perjalanan

bangsa yang dikenal dengan sebutan Reformasi. Namun ternyata

sampai saat ini reformasi masih berupa angan yang belum dapat

terealisir, ironisnya kehilangan arah, karena banyak komponen

bangsa yang ingin merasakan sesuatu yang instan, tetapi

dengan harapan berumur panjang.

Peran HMI dalam reformasi banyak dipertanyakan orang, analisa

sementara ini diakibatkan penempatan peran HMI yang “salah”

pada fase pembangunan. Bahkan gerakan mahasiswa di luar HMI

seringkali menempatkan HMI sebagai common enemy. Dinamika

organisasi di manapun akan selalu mengalami fluktuasi,

akankah HMI tetap bertahan?

KEPEMIMPINAN

A.    DEFINISI

“Kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerja keras dalam

mencapai tujuanbersama”.

1.      Seni utk menciptakan kesesuaian paham.

2.      Bentuk persuasi dan inspirasi.

3.      Kepribadian yg memiliki pengaruh.

4.      Tindakan dan perilaku.

5.      Titik sentral proses kegiatan kelompok.

6.      Hubungan kekuatan / kekuasaan.

7.      Sarana pencapaian tujuan.

8.      Hasil dari interaksi.

9.      Peranan yang dipolakan.

10.  Inisiasi struktur.

B.     FUNGSI – FUNGSI KEPEMIMPINAN

1.      Penentu, pembangun, pemandu, pengawas dari arah usaha

pencapaian tujuan.

2.      Wakil dan juru bicara organisasi dalam berhubungan

dengan pihak luar.

3.      Communicator yang efektif.

4.      Mediator handal, terutama dlm menangani konflik.

5.      Integrator efektif, rasional, objektif, dan netral.

6.      Fact Finding: menemukan visi dan misi.

7.      Aligning: Menselaraskan orang utk mencapai tujuan

organisasi.

8.      Empowering: Memberdayakan orang utk mencapai cita2nya.

C.    SIFAT-SIFAT YANG HARUS DIMILIKI PEMIMPIN

1.      Akhlak yang baik.

2.      Memiliki daya imajinasi.

3.      Berfikir menurut fungsinya.

4.      Mampu bersikap adil kepada semua.

5.      Memiliki banyak minat.

6.      Bersikap sebagai pendidik.

7.      Memiliki emosional yang matang.

8.      Bersikap sebagai perencana.

9.      Mampu menghormati diri dan orang lain.

10.  Teguh, tegas, mampu mengorganisir dengan rapi.

11.  Bersemangat, energik, bersifat sebagai pelatih.

12.  Ekspresif (berbicara dan menulis).

13.  Logis, berpikir selalu tajam dan selalu siap.

14.  Bertanggungjawab, kreatif dan pekerja keras.

15.  Setia kepada semua kepentingan.

D.    KEPEMIMPINAN YANG EFEKTIF

1.      Menciptakan wawasan untuk masa depan dengan

mempertimbangkan kepentingan jangka panjang organisasi.

2.      Mengembangkan strategi yang rasional untuk menuju ke

arah wawasan tersebut.

3.      Memperoleh dukungan dari pusatkekuasaan dan seluruh

anggota.

4.      Memberi motivasi yang kuat kepada kelompok inti dan

seluruh anggota untuk mencpai tujuan organisasi.

E.     TIPE-TIPE PEMIMPIN

1.      Tipe Otokratik

a)      Karakteristik negative, egois.

b)      Memutarbalikkan fakta.

c)      Sumber segala sesuatu dlm organisasi.

d)     Tujuan organisasi identik dg tujuan pribadi.

e)      Pembenaran segala cara dlm mencapai tujuan.

f)       Memperlakukan bawahan sama rendah.

g)      Mengutamkaan pelaksanaan dan penyelesaian tugas.

h)      Pengabaian peranan bawahan dlm decision making.

i)        Tdk mau menerima saran dan pandangan bawahan.

j)        Menonjolkan kekuasaan formal.

k)      Menuntut keta’atan penuh dari bawahan.

l)        Menegakkan dsiplin dengan kaku.

m)    Memberikan perintah / instruksi dg keras.

n)      Menggunakan pendekatan punitip jika bawahan salah.

2.      Tipe Paternalistik

a)      Umumnya terdpt pd masyarakat tradisional.

b)      Popularitas disebabkan:

-       Kuatnya ikatan primordial.

-       Extended family system.

-       Kehidupan masyarakat komunal.

-       Peranan adat istiadat yg kuat.

-       Memungkinkan hubungan pribadi yg intim.

c)      Legitimasi kepemimpinan utk mendominasi.

d)     Mengutamakan kebersamaan.

e)      Seolah2 ia tau segala sesuatu – “Guru”.

f)       Pemusatan pengambilan keputusan pd dirinya.

g)      Berperan sbg: pelindung, bapak, pemberi petunjuk.

3.      Tipe Kharismatik

a)      Daya tariknya sangat memikat.

b)      Mampu memperoleh pengikut yg besar.

c)      Pengikutnya tdk selalu dpt menjelaskan mengapa ia

dikagumi.

d)     Tidak dipersoalkan nilai, sikap, prilaku dan gayanya.

4.      Tipe Laissez Faire

a)      Anggapan bahwa anggota taat pada aturan.

b)      Pasif; membiarkan orang berjalan menurut alurnya.

c)      Prinsipnya: manusia memiliki solidaritas, kesetiaan,

taat norma, dan bertanggungjawab.

d)     Hubungan tasan-bawahan saling mempercayai.

e)      Sikapnya cenderung permisif.

f)       Memperlakukan bawahan sbg akibat adanya struktur &

hirarki organisasi.

g)      Gaya kepemimpinannya:

-       pendelegasian wewenang secara extensive.

-       Decision making diserahkan pada pejabat lebih rendah.

-       Status quo organisasi tdk terganggu.

-       Berfikir dan bertindak inovatif / kreatif diserahkan

pada anggota.

-       Intervensi pemimpin dalam perjalanan organisasi minim.

5.      Tipe Demokratik

a)      Perannya selaku coordinator dan integrator.

b)      Pendekatan fungsi kepemimpinannya: holistic dan

integralistik.

c)      Organisasi menggambarkan dengan jelas tugas mencapai

tujuan.

d)     Perbedaan adalah kenyataan hidup, harus terjamin

kebersamaan.

e)      Menjunjung tinggi harkat, martabat manusia.

f)       Menindak pelanggar disiplin / etika kerja, korektif

dan edukatif.

g)      Mendorong bawahan untuk inovatif dan kreatif.

h)      Penghargaan kepada bawahan yang berprestasi tinggi.

i)        Sumber daya dan dana hanya digunakan oleh manusia

dlm organisasi untuk pencapaian tujuan.

j)        Selalu mendelegasikan wewenang yang praktis dan

realistic.

k)      Bawahan dilibatkan aktif dalam proses decision making.

l)        Pengakuan diri didasari kemampuan dalam memimpin.

F.     MACAM TUGAS PEMIMPIN

1.      Bekerja tulus – ikhlas karena Allah.

2.      Amanah, fathanah, tabligh, dan siddiq.

3.      Mendidik anggota secara serius dan menyiapkan

regenerasi.

4.      Kasih sayang merata kepada seluruh anggota.

5.      Merencanakan program secara tepat, menetukan tahapan

strategi, dan sumber dana.

6.      Mengelola orang sesuai kemampuan masing-masing.

7.      Membangun iklim saling percaya dan berbaik sangka.

8.      Bersungguh-sungguh menyalakan cita-cita, mengukuhkan

tekad dan membangkitkan harapan dalam tim.

II.          MANAJEMEN

A.    DEFINISI

“ Manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian,

pengarahan dan pengawasan usaha-usaha para anggota organisasi

dan penggunaan sumber daya – sumber daya organisasi lainnya

agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan”.

B.     FUNGSI – FUNGSI MANAJEMEN

Sering disederhanakan dengan POAC:

1.      Planning (Perencanaan)

Adalah memikirkan apa yang akan dikerjakan dengan sumber yang

dimiliki. Perencanaan dilakukan untuk menentukan tujuan

perusahaan secara keseluruhan dan cara terbaik untuk memenuhi

tujuan itu. Manajer mengevaluasi berbagai rencana alternatif

sebelum mengambil tindakan dan kemudian melihat apakah

rencana yang dipilih cocok dan dapat digunakan untuk memenuhi

tujuan perusahaan. Perencanaan merupakan proses terpenting

dari semua fungsi manajemen karena tanpa perencanaan, fungsi-

fungsi lainnya tak dapat berjalan.

2.      Organising (Pengorganisasian)

Dilakukan dengan tujuan membagi suatu kegiatan besar menjadi

kegiatan-kegiatan yang lebih kecil. Pengorganisasian

mempermudah manajer dalam melakukan pengawasan dan menentukan

orang yang dibutuhkan untuk melaksanakan tugas-tugas yang

telah dibagi-bagi tersebut. Pengorganisasian dapat dilakukan

dengan cara menentukan tugas apa yang harus dikerjakan, siapa

yang harus mengerjakannya, bagaimana tugas-tugas tersebut

dikelompokkan, siapa yang bertanggung jawab atas tugas

tersebut, pada tingkatan mana keputusan harus diambil.

3.      Actuating (Pengarahan)

Adalah suatu tindakan untuk mengusahakan agar semua anggota

kelompok berusaha untuk mencapai sasaran sesuai dengan

perencanaan manajerial dan usaha

4.      Controlling (Pengawasan)

Controlling atau pengawasan, sering juga disebut pengendalian

adalah salah satu fungsi manajemen yang berupa mengadakan

penilaian, bila perlu mengadakan koreksi sehingga apa yang

dilakukan bawahan dapat diarahkan ke jalan yang benar dengan

maksud dengan tujuan yang telah digariskan semula.

C.    UNSUR-UNSUR MANAJEMEN

1.      Man (manusia)

Man merujuk pada sumber daya manusia yang dimiliki oleh

organisasi. Dalam manajemen, faktor manusia adalah yang

paling menentukan. Manusia yang membuat tujuan dan manusia

pula yang melakukan proses untuk mencapai tujuan. Tanpa ada

manusia tidak ada proses kerja, sebab pada dasarnya manusia

adalah makhluk kerja. Oleh karena itu, manajemen timbul

karena adanya orang-orang yang berkerja sama untuk mencapai

tujuan.

2.      Material (bahan)

Material terdiri dari bahan setengah jadi (raw material) dan bahan

jadi. Dalam dunia usaha untuk mencapai hasil yang lebih baik,

selain manusia yang ahli dalam bidangnya juga harus dapat

menggunakan bahan/materi-materi sebagai salah satu sarana.

Sebab materi dan manusia tidaki dapat dipisahkan, tanpa

materi tidak akan tercapai hasil yang dikehendaki.

3.      Machine (mesin / alat)

Machine atau Mesin digunakan untuk memberi kemudahan atau

menghasilkan keuntungan yang lebih besar serta menciptakan

efesiensi kerja.

4.      Methods (tata kerja)

Metode adalah suatu tata cara kerja yang memperlancar jalannya

pekerjaan manajer. Sebuah metode daat dinyatakan sebagai

penetapan cara pelaksanaan kerja suatu tugas dengan

memberikan berbagai pertimbangan-pertimbangan kepada sasaran,

fasilitas-fasilitas yang tersedia dan penggunaan waktu, serta

uang dan kegiatan usaha. Perlu diingat meskipun metode baik,

sedangkan orang yang melaksanakannya tidak mengerti atau

tidak mempunyai pengalaman maka hasilnya tidak akan

memuaskan. Dengan demikian, peranan utama dalam manajemen

tetap manusianya sendiri.

5.      Money (uang)

Money atau Uang merupakan salah satu unsur yang tidak dapat

diabaikan. Uang merupakan alat tukar dan alat pengukur nilai.

Besar-kecilnya hasil kegiatan dapat diukur dari jumlah uang

yang beredar dalam perusahaan. Oleh karena itu uang merupakan

alat (tools) yang penting untuk mencapai tujuan karena segala

sesuatu harus diperhitungkan secara rasional. Hal ini akan

berhubungan dengan berapa uang yang harus disediakan untuk

membiayai gaji tenaga kerja, alat-alat yang dibutuhkan dan

harus dibeli serta berapa hasil yang akan dicapai dari suatu

organisasi.

6.      Market (pasar)

Market atau pasar adalah tempat di mana organisasi

menyebarluaskan (memasarkan) produknya. Memasarkan produk

sudah barang tentu sangat penting sebab bila barang yang

diproduksi tidak laku, maka proses produksi barang akan

berhenti. Artinya, proses kerja tidak akan berlangsung. Oleh

sebab itu, penguasaan pasar dalam arti menyebarkan hasil

produksi merupakan faktor menentukan dalam perusahaan. Agar

pasar dapat dikuasai maka kualitas dan harga barang harus

sesuai dengan selera konsumen dan daya beli (kemampuan)

konsumen.

III.       ORGANISASI

A.    DEFINISI

“Organisasi adalah wadah serta proses kerjasama sejumlah

manusia yang terkait dalam hubungan formal dalam rangkaian

hirarki untuk mencapai tujuan yang telah ditentukan”.

B.     CIRI–CIRI ORGANISASI

1.      Melambangkan identitas / tujuan / arah sendiri.

2.      Mempunyai hierarki / tingkat autoritas / struktur.

3.      Terdapat pembagian kerja.

4.      Memiliki asset: software (SDM) dan hardware.

5.      System pengawasan dan penyelarasan melalui peraturan

dasar, prosedur, nilai, budaya dan system hubungan.

C.    FUNGSI-FUNGSI ORGANISASI

1.      Mengatur tugas dan kegiatan kerjasama sebaik-baiknya.

2.      Mencegah kelambatan-kelambatan kerja serta kesulitan

yang dihadapi.

3.      Mencegah kesimpangan kerja.

4.      Menentukan pedoman-pedoman kerja.

D.    KEUNTUNGAN-KEUNTUNGAN ORGANISASI

1.      Setiap orang akan mengerti tugasnya masing-masing.

2.      Memperjelas hubungan kerja para anggota organisasi.

3.      Terdapat koordinasi yang tepat antar unit kerja.

4.      Menggunakan tenaga kerja sesuai dengan kemampuan dan

minat.

5.      Agar kegiatan administrasi dan manajemen dapat dilakuakn

secara efektif dan efisien.

E.     TIPE-TIPE ORGANISASI

1.      Bentuk Lini

Yang pertama ini sering pula dinamakan :bentuk lurus”,

“bentuk jalur” dan “bentuk militer”. Bentuk lini ini mula-

mula diperkenalkan oleh seorang ahli adminstrasi

berkebangsaan Perancis, Henry Fayol.Bentuk lini dipandang

sebagai bentuk yang paling tua dan dipergunakan secara luas

pada masa perkembangan industri pertama.Organisasi ini banyak

dipergunakan di lingkungan militer dan perusahaan-perusahaan

kecil.

Ciri-cirinya :

a)      Garis komando langsung dari atasan ke bawahan atau dari

pimpinan tertinggi ke berbagai tingkat operasional.

b)      Masing-masing pekerja bertanggungjawab penuh terhadap

semua kegiatannya.

c)      Otoritas dan tangungjawab tertinggi pada puncak makin

lama makin berkurang menurut jenjang.

d)     Organisasinya kecil, begitu pula karyawannya sedikit.

e)      Hubungan kerja antara pimpinan dan bawahan bersifat

langsung.

f)       Tujuan, alat-alat yang digunakan dan struktur

organisasinya masih sederhana.

g)      Pemilik organisasi biasanya menjadi pimpinan tertinggi.

Keuntungan organisasi yang berbentuk lini :

a)      Kekuasaan dan tanggungjawab dapat ditetapkan secara

definitif.

b)      Orang yang mempunyai kekuasaan dan tanggungjawab

diketahui oleh semua pihak.

c)      Proses pengambilan keputusan berjalan dengan cepat,

karena jumlah orang yang perlu diajak berembuk tidak begitu

banyak.

d)     Disiplin mudah dipertahankan.

e)      Solidaritas para anggota masih besar, karena masih

saling kenal mengenal.

f)       Tersedianya kesempatan yang baik bagi pimpinan

organisasi untuk mengembangkan bakat-bakat pemimpin.

2.      Bentuk Lini dan Staf

Di dalam organisasi-organisasi kecil, semua karyawan

supervisor adalah merupakan orang-orang lini (line

personnel).Tetapi ketika organisasi mulai membesar, maka

semakin terasa pentingnya penyediaan tenaga spesialis mampu

memberikan nasihat-nasihat teknis dan memberikan jasa-jasa

kepada unit-unit operasional lainnya.Orang-orang inilah yang

biasanya disebut “staf personnel” (orang-orang staf yang

melaksanakan fungsi-fungsi staf). Dan orang-orang staf ini

dapat digolongkan menjadi dua macam, yaitu : (1) para

penasihat dan (2) “auxilliary personnel”, bertugas melakukan

kegiatan-kegiatan penunjang demi lancarnya meknisme

organisasi.

Ciri-ciri Pokok :

a)      Organisasinya besar dan kompleks.

b)      Jumlah karyawannya banyak.

c)      Terdapat dua kelompok karyawan (lini dan staf)

sebagaimana dijelaskan di atas.

d)     Karena organisasi sudah semakin besar / kompleks, maka

hubungan langsung di sini sudah tidak mungkin lagi terjadi

antar anggota maupun antara pemimpin dan bawahan.

e)      Nampak adanya spesialisasi yang dikembangkangkan dan

dipergunakan secara optimal.

Kebaikan-kebaikannya :

a)      Adanya pembagian tugas yang jelas antara kelompok lini

yang melaksanakan tugas pokok organisasi, dan kelompok staf

yang melaksanakan kegiatan penunjang.

b)      Asas spesialisasi dapat dijalankan, menurut bakat

bawahan yang berbeda-beda.

c)      Prinsip “the right man in the right place” dapat diterapkan dengan

mudah.

d)     Koordinasi mudah dijalankan dalam setiap unit kegiatan.

e)      Tipe organisasi demikian dapat dipergunakan oleh

organisasi-organisasiyang lebih besar / kompleks.

Keburukannya :

a)      Pemimpin lini sering mengabaikan advis staf.

b)      Pimpinan staf sering mengabaikan gagasan-gagasan.

c)      Ada kemungkinan pimpinan staf melampaui kewenangan

stafnya.

d)     Perintah-perintah lini, nasihat-nasihat dan perintah-

perintah staf sering agak membingungkan anggota. Hal ini

dapat terjadi, karena kedua jenis hirarki ini tidak selalu

seirama dalam memandang sesuatu.

3.      Bentuk Fungsional

Organisasi Fungsional adalah suatu organisasi dimana

kekuasaan dari pimpinan dilimpahkan kepada para pejabat yang

memimpin satuan-satuan dibawahnya dalam suatu bidang

pekerjaan tertentu.Tiap-tiap kepala dari satuan ini mempunyai

kekuasaan untuk memerintah semua pejabat bawahan sepanjang

mengenai bidangnya (The Liang Gie, dkk., 1981, hal. 136).

Ciri lain dari organisasi demikian adalah bahwa didalam

organisasi tidak terlalu menekankan pada hirarki struktural,

akan lebih banyak didasarkan pada sifat dan macam fungsi yang

harus dijalankan. Sebenarnya bentuk ini tidak populer, dan

kebanyakan hanya dipergunakan dalam lingkungan usaha swasta

seperti toko serba ada, dan yang sejenisnya.

Kebaikan-kebaikannya :

a)      Ada pembagian yang tegas antara kerja pikir dan fisik.

b)      Dapat dicapai spesialisasi yang baik.

c)      Solidaritas antara orang-orang yang menjalankan fungsi

yang sama pada umumnya tinggi.

d)     Moral serta disiplin kerja tinggi.

e)      Koordinasi antara orang-orang yang ada dalam satu fungsi

mudah dijalankan.

 Kelemahannya :

a)      Sulit mengadakan pertukaran tugas, karena terlalu

menspesialisasikan diri dalam satu bidang saja.

b)      Koordinasi yang bersifat menyeluruh sukar diadakan,

karena orang-orang yang bergerak dalam satu bidang

mementingkan fungsi saja.

c)      Inisiatif perorangan mudah tertekan, karena sudah

dibatasi pada suatu fungsi.

4.      Tipe Panitia

Bentuk organisasi ini adalah suatu tipe di mana pimpinan dan

para pelaksana dibentuk dalam kelompok-kelompok yang bersifat

panitia. Maksudnya, pada tingkat pimpinan, keseluruhan unsur

pimpinan menjadi panitia dan para pelaksana dibagi ke dalam

kelompok-kelompok yang disebut “task force” atau satuan

tugas.

Ciri-cirinya :

a)      Struktur organisasinya tidak begitu kompleks. Biasanya

hanya terdiri dari ketua, sekretaris, bendahara, ketua seksi

dan para petugas.

b)      Struktur organisasinya secaa relatif tidak permanen.

Organisasi tipe panitia hanya dipakai sewaktu-waktu ada

kegiatan khusus (proyek-proyek tertentu), dan setelah

kegiatan-kegiatan itu selesai dikerjakan, maka panitia

dibubarkan.

c)      Tugas kepemimpinan dilaksanakan secara kolektif.

d)     Semua anggota pimpinan mempunyai hak, wewenang dan

tanggungjawab yang sama.

e)      Para pelaksana dikelompokkan menurut tugas-tugas

tertentu dalam bentuk satuan tugas (task force).

Keuntungan Tipe Panitia :

a)      Keputusan yang diambil selalu berhasil dengan baik dan

tepat, karena sudah dibicarakan secara kolektif.

b)      Kemungkinan penggunaan kekuasaan secara berlebihan dari

pimpinan kecil sekali.

c)      Usaha kerjasama bawahan mudah digalang.

Kelemahannya :

a)      Proses pengambilan keputusan agak lambat karena segala

sesuatunya harus dibicarakan lebih dulu dengan para anggota

organisasi.

b)      Apabila ada kemacetan kerja, tak seorang pun yang mau

diminta pertanggung jawabannya melebihi dari yang lain.

c)      Para pelaksana sering bingung karena perintah tidak

datang dari satu orang pimpinan saja.

d)     Kreativitas nampaknya sukar dikembangka, karena

pelaksanaan didasarkan pada kolektifitas.

F.     SIKLUS HIDUP ORGANISASI

1.      FORMING

Organisasi terbentuk, mencari tugas, peran, metode, masih

tergantung pada pemimpin.

2.      STORMING

Mulai terbangun conflict internal.

3.      NORMING

Conflict telah terjadi, kerjasama terbangun, saling berbagi

pandangan, standar2 baru tercipta.

4.      PERFORMING

Team work terbentuk, peran menjadi flexible, solusi2

ditemukan dan diimplementasikan.

5.      ADJOURING

Tugas telah selesai.

IV.       KEPEMIPINAN, MANAJEMEN DAN ORGANISASI

A.    DEFINISI

1.      KEPEMIMPINAN (Orang)

“Kemampuan Mempengaruhi Orang”.

2.      MANAJEMEN (Alat)

“Kemampuan Mendayagunakan Sumber daya yang ada”.

3.      ORGANISASI (Wadah)

“Proses Kerjasama untuk Mencapai tujuan”.

JUMLAH RESOURCE /ANGGOTASEDIKIT

 

Dengan Pendayagunaan, Pengendalian + Motivasi + Mempengaruhi

Pikiran, Perasaan dan Tingkah Laku

PRODUKTIVITAS TINGGI / PRESTASI MAKSIMAL

B.     HUBUNGAN ANTARA KEPEMIMPINAN, MANAJEMEN DAN ORGANISASI

“Organisasi merupakan kumpulan dari orang-orang yang

bekerjasama untuk mencapai tujuan, yang mana untuk mencapai

tujuan tersebut memerlukan manajemen untuk mengatur orang-

orang tersebut, yang mana manajemen tidak akan berhasil

apabila tidak ada pemimpin di dalamnya dan seorang pemimpin

pun harus memiliki ilmu kepemimpinan, jadi antara

Kepemimpinan, manajemen dan organisasi merupakan suatu sistem

yang tidak dapat berdiri sendiri dan tidak dapat terpisahkan”