Dinasti politik
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
2 -
download
0
Transcript of Dinasti politik
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan
rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Destinasi Politik di
Indonesia”ini.
Penulisan makalah ini ditujukan untuk memenuhi tugas mata
kuliah Pendidikan Kewarganegaraan. Dalam makalah ini
berisi tentang informasi mengenai pengertian destinasi
politik, akibat adanya destinasi politik , dan bagaimana
cara mengatasi destinasi politik. Diharapkan pembaca
makalah ini bisa menjadi lebih paham dengan apa itu
destinasi politik dan bagaimana destinasi politik yang
terjadi di Negara Indonesia, sehingga mereka tidak hanya
cuman tau dari pengertian saja tapi bisa mengetahui
kondisi sesungguhnya. Penulis mengucapkan terima kasih
kepada Semua pihak yang telah membantu dalam
menyelesaikan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa penulisan makalah ini masih jauh
dari sempurna. Untuk itu penulis mengharapkan saran yang
membangun untuk kesempurnaan penulisan selanjutnya.
Semoga tulisan ini dapat bermanfaat bagi penulis dan
pembaca sekalian.
1
Semarang,11 November 2012
penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL i
KATA PENGANTAR
1
DAFTAR ISI
2
LATAR BELAKANG 3
PERMASALAHAN 4
PEMBAHASAN 5
PENUTUP 11
2
DAFTAR PUSTAKA
12
LAMPIRAN 13
LATAR BELAKANG
Belakangan ini isu politik dinasti kembali menguat sejak
Komisi Pemberantasan Korupsi(KPK) menangkap Ketua
Mahkamah Konstitusi (MK) Akil Mochtar terkait Pemilukada
3
Kabupaten Lebak, Banten yang melibatkan kerabat Gubernur
Banten Ratu Atut Chosiyah .
Menariknya, Kabupaten Lebak tersebut diketahui dikuasai
oleh politik Dinasti Jayabaya yang merupakan Bupati Lebak
selama dua periode yang kemudian memajukan putrinya yang
dikenal sebagai Iti Jayabaya. Dinasti lain di Banten
adalah keluarga Ismeth Iskandar di Kabupaten Tangerang,
Wahidin Halim di Kota Tangerang serta Dimyati Natakusumah
di Pandeglang.
Dinasti politik seperti kasus diatas adalah suatu realita
yang tak terbantahkan, dan tidak bisa dihindari apapun
bentuk Pemerintahan suatu Negara. termasuk di Negara
Indonesia.
4
PERMASALAHAN
Di Indonesia, dinasti politik sebenarnya sudah muncul di
dalam keluarga Presiden pertama Indonesia, Soekarno. Hal
tersebut terbukti dari anak-anak Soekarno yang meneruskan
pekerjaan ayahnya sebagai seorang politisi, seperti
Megawati Soekarno Putri , Guruh Soekarno Putra,
dll. Dinasti politik juga terlihat pada diri keluarga
mantan Presiden Indonesia Alm K.H. Abdurrahman Wahid,
dengan tampilnya saudara-Saudara dan anak kandungnya ke
dalam dunia perpolitikan Indonesia. Kemudian, dalam
keluarga Presiden Indonesia saat ini, Susilo Bambang
Yudhoyono, kecenderungan dinasti politik juga mengemuka
dengan kiprah anaknya Eddie Baskoro atau Ibas yang
berhasil menjadi anggota DPR periode 2009-2014.
Fenomena dinasti politik ini sebenarnya bukan khas
Indonesia. Fenomena ini terjadi pula di berbagai negara,
baik di negara berkembang maupun negara maju. Di India
dan Pakistan misalnya, terdapat dinasti politik Gandhi
dan Bhutto. Di Amerika Serikat terdapat dinasti politik
Bush, Clinton, dan tentu saja yang paling terkenal adalah
dinasti politik Kennedy.
5
Lalu, mengapa dinasti politik dipermasalahkan di
Indonesia? Apa yang salah dengan dinasti politik di
Indonesia? Bukankah mengikuti kontestasi politik untuk
menjadi pimpinan jabatan publik, seperti kepala daerah,
merupakan hak politik tiap warga negara?
PEMBAHASAN
Dinasti politik merupakan sebuah serangkaian strategi
politik manusia yang bertujuan untuk memperoleh
kekuasaan, agar kekuasaan tersebut tetap berada di
pihaknya dengan cara mewariskan kekuasaan yang sudah
dimiliki kepada orang lain yang mempunyai hubungan
keluarga dengan pemegang kekuasaan sebelumnya. Itulah
pengertian netral dari dinasti politik. Terdapat pula
pengertian positif dan negatif tentang dinasti politik.
Negatif dan positif tersebut bergantung pada proses dan
6
hasil dari jabatan kekuasaan yang dipegang oleh jaringan
dinasti politik bersangkutan. Kalau proses pemilihannya
fair dan demokratis serta kepemimpinan yang dijalankannya
mendatangkan kebaikan dalam pembangunan dan kesejahteraan
masyarakat maka dinasti politik dapat berarti positif.
Akan tetapi, bisa berarti negatif jika yang terjadi
sebaliknya. Selain itu, positif dan negatif arti dinasti
politik juga ditentukan oleh realitas kondisi sosial
masyarakat, sistem hukum dan penegakan hukum, dan
pelembagaan politik bersangkutan. Dinasti politik yang
terdapat pada masyarakat dengan tingkat pendidikan
politik yang rendah, sistem hukum dan penegakan hukum
yang lemah serta pelembagaan politik yang belum mantap,
maka dinasti politik dapat berarti negatif.
Dinasti adalah sistem reproduksi kekuasaan yang primitif
karena mengandalkan darah dan keturunan dari segelintir
orang. Maka, di dalam dinasti tidak ada politik publik
karena peran publik sama sekali tidak dipertimbangkan.
Dengan sendirinya, dinasti juga adalah musuh demokrasi
dalam arti yang paling substansial. Memang, di dalam
demokrasi modern politik dinasti juga tetap bisa muncul.
Kita bisa melihat beberapa tipe politik dinasti dalam
kepolitikan sekarang.
7
Dalam bentuk yang halus, politik dinasti muncul dalam
gejala ”dinasti politik” yang mendorong anak keluarga
elite-elite lama untuk terus memegang kekuasaan yang
diturunkan ”secara demokratis” oleh para pendahulu
mereka.
Dalam jenis ini, penyesuaian terhadap etik demokrasi
modern dilakukan dengan cara mempersiapkan putra-putri
yang bersangkutan dalam sistem pendidikan dan rekrutmen
politik yang sedemikian dini. Jadi, dengan itu, apabila
mereka muncul, kemunculannya seolah-olah bukan
diakibatkan oleh karena faktor darah dan keluarga,
melainkan oleh karena faktor-faktor kepolitikan yang
lebih wajar dan rasional. Cara semacam ini masih
dipraktikkan dalam negara-negara demokratis, misalnya
Amerika Serikat dan India.
Dalam bentuk yang lain, politik dinasti tampil dalam cara
yang lebih vulgar dan identik dengan otoriterianisme. Ia
muncul dari suatu sistem politik modern yang sebelumnya
sudah dibekukan dan dikondisikan sedemikian rupa sehingga
”rakyat” melalui wakilnya hanya bisa memilih anak/istri
dari keluarga penguasa lama. Dengan demikian, di sini
yang terjadi sebenarnya adalah politik dinasti yang
dipilih bukan secara sukarela tetapi secara paksaan.
8
Hal serupa juga nyaris terjadi di Indonesia pada masa
akhir kekuasaan Soeharto. Namun, penting juga untuk
dicatat di sini bahwa meskipun otoritarian, politik
dinasti di Singapura masih relatif lebih ”elegan”
dibandingkan dengan sistem Soeharto dulu karena
setidaknya ”sang pewaris” takhta secara sengaja dan
khusus dipersiapkan dan dididik secara serius untuk
berkuasa. Jadi, bukan dinasti politik yang serampangan.
Dalam bentuk yang lain, politik dinasti muncul dalam
konteks yang lebih unik. politik dinasti dilakukan dengan
mempertimbangkan delikasi politik demokratis dan
persiapan matang untuk tidak ”memalukan”, dalam tipe ini,
politik dinasti muncul semata-mata sebagai bagian dari
mekanisme reproduksi kekuasaan pribadi yang terang-
terangan dengan memanfaatkan sistem demokrasi yang baru.
Dalam mekanisme ini politik dinasti berkolaborasi secara
intens dengan politik uang, kapitalisme media, dan budaya
patronase. Uang, media, dan budaya patronase dipakai dan
dimanipulasi untuk ”mengatrol” penampilan dan meraup
justifikasi politik. Gejala ini menguat di Indonesia
sekarang.
Lantas, apa bahaya dari politik dinasti? Ada orang yang
menganggap bahwa politik dinasti bukanlah gejala yang
9
mengkhawatirkan. Salah satu argumen yang diajukan adalah
pengalaman India di mana dinasti politik terus muncul,
tetapi demokrasinya tetap stabil dan bermutu.
Ringkasnya, mengenai sifat baik-buruk politik dinasti
pada dasarnya memang akan sangat bergantung pada
pendasaran dan filsafat politik apa yang kita anut. Bagi
mereka yang berpandangan ekstrem liberal yang menganggap
bahwa inti dari politik adalah hak-hak individual,
politik dinasti diperbolehkan, bahkan mesti dibela. Ini
dipandang sebagai bagian dari hak individu. Namun, bagi
mereka yang berpandangan sedikit republikan, politik
dinasti secara prinsip tidak bisa diterima! Mengapa?
Terdapat beberapa alasan mengapa politik dinasti tidak
dapat kita terima. Pertama, kata rakyat, demokrasi, dan
kata politik sebagaimana ditulis konstitusi kita pada
dasarnya merujuk pada hal yang sama, yakni kemaslahatan
umum atau kepentingan orang banyak atau publik. Artinya,
politik dalam paham ketatanegaraan kita secara prinsip
harus bersumber dan sekaligus diarahkan ke tujuan
kemaslahatan orang banyak.
Politik dinasti berlawanan dengan paham di atas karena di
dalamnya yang menjadi dasar sekaligus tujuan adalah
kepentingan pribadi . Kedua, konsep demokrasi yang kita
10
terima mengedepankan legitimasi dan reproduksi kekuasaan
yang melibatkan orang banyak. Artinya, sekali lagi mau
ditegaskan bahwa politik selalu adalah urusan ”yang umum”
atau ”yang publik”. Prinsip ini tidak dapat dirubah
dengan manipulasi uang, media, dan eksploitasi budaya
patronase yang masih kuat.
Ketiga, dalam konteks Indonesia, invasi kepentingan
pribadi ini sudah mencapai tahap kegilaan tertentu. Ini
terlihat dalam gejala di mana makin banyak anak, istri—
bahkan ada istri pertama dan istri kedua, artis-artis
yang hanya mengandalkan bombastisme media bertarung dalam
pilkada-pilkada. Kegilaan ini secara sepintas barangkali
sama sekali tidak merusak prosedur demokrasi kita, tetapi
secara prinsip merusak substansi politik dan demokrasi
yang mengedepankan kemaslahatan dan akal budi umum.
Di Negara republik, yang lebih penting adalah kita tidak
boleh lupa bahwa nama depan Indonesia adalah republik.
Bentuk ini dipilih bukan tanpa sebab; di dalam republik
ada pendirian, cita-cita, dan etika. Dalam pengertian
yang paling sederhana, republik adalah tanda dari
penentangan yang serius terhadap politik dinasti.
Musuh pertama republik adalah absolutisme yang digunakan
dalam praktik pemerintahan raja-raja. Politik dinasti
11
diturunkan dari sistem terbelakang ini. Di dalam
republik, para pendiri bangsa kita menetapkan keyakinan
pada kerangka kebersamaan untuk kemaslahatan umum, di
mana kekuasaan diproduksi secara sosial melalui suatu
mekanisme demokratis dan partisipatif, bukan diturunkan
secara biologis.
Dalam republik, para pendiri bangsa yang baik harus
membuang cara pandang unttuk membuat para elite dan
keluarga kaya/penguasa memandang diri dan keluarga mereka
sebagai makhluk-makhluk istimewa yang berbeda derajatnya
dengan kebanyakan rakyat.
Intinya, sejauh kita masih bermaksud meneruskan republik
warisan pendiri bangsa, politik dinasti tidak dapat kita
terima.
Pentingnya untuk membatasi dinasti politik
Dinasti politik perlu dibatasi karena pertimbangan
berikut. Pertama, dinasti politik, terutama di daerah,
hanya akan memperkokoh politik yang negatif. Bila
jabatan-jabatan penting di lembaga eksekutif dan
legislatif dikuasai oleh satu keluarga, maka mekanisme
check and balances tidak akan efektif. Akibatnya, rawan
12
terjadi penyalahgunaan kekuasaan untuk kepentingan diri
dan keluarga.
Kedua, dinasti politik mengarah pada terbentuknya
kekuasaan yang absolut. Bila jabatan kepala daerah
misalnya, dipegang oleh satu keluarga dekat yang
berlangsung lama secara terus menerus, misalnya setelah
10 tahun menjabat, kemudian digantikan oleh istrinya
selama sepuluh tahun lagi, kemudian oleh anaknya dan
seterusnya, maka akan muncul fenomena kekuasaan Soeharto
ala orde baru. Kekuasaan absolut yang rawan korupsi akan
terbentuk, sebagaimana adagium politik terkenal dari Lord
Acton: “Power tends to corrupt, and Absolute Power Tends to Corrupt
Absolutely” (kekuasaan itu cenderung korup, dan kekuasaan
yang absolut akan cenderung korup secara absolut
pula).
Ketiga, dinasti politik pada masyarakat Indonesia yang
pendidikan politiknya relatif kurang dan sistem hukum
serta penegakan hukum (law enforcement) yang lemah, maka
akan menyebabkan proses kontestasi politik menjadi tidak
adil. Keluarga yang maju dalam kontestasi politik,
seperti Pemilukada, akan dengan mudah memanfaatkan
fasilitas pemerintah dan jaringan untuk memenangkan
pertarungan seraya menyingkirkan para kompetitornya.
13
Apalagi, bila keluargapun turut berbisnis dalam tender-
tender dalam proyek pemerintah di daerah bersangkutan,
maka dapat dibayangkan dana-dana pemerintah dalam bentuk
proyek mudah menjadi bancakan dengan aneka warna KKNnya.
Dana pemerintah seolah milik uang keluarga.
Keempat, dinasti politik dapat menutup peluang warga
negara lainnya di luar keluarganya untuk menjadi pejabat
publik. Tentu hal ini, bila terjadi, akan mengurangi
kualitas demokrasi kita. Untuk itu memang perlu diatur
agar jabatan kepala pemerintahan puncak, tidak dijabat
secara terus menerus oleh satu keluarga inti secara
berurutan.
Kelima, pembatasan dinasti politik diarahkan untuk
meningkatkan derajat kualitas demokrasi kita dengan cara
memperluas kesempatan bagi warga negara untuk
berpartisipasi dalam jabatan-jabatan publik dan mereduksi
penyalahgunaan jabatan incumbent dalam kontestasi Pemilu
maupun Pemilukada.
Cara mengurangi terjadinya destinasi politik
Berbagai usul pun muncul seperti kepala daerah di setiap
provinsi harus dipilih oleh anggota DPRD sehingga
terhindar akan munculnya politik dinasti.
14
Beberapa anggota DPR atau sebagian masyarakat setuju akan
hal ini. Tetapi, pertanyaan yang kembali muncul ”apakah
anggota DPRD akan memilih kepala daerah yang benar-benar
bisa memimpin rakyat atau memilih berdasarkan lobby
politik?”. Bukannya mengecilkan kualitas anggota DPRD
tetapi bisa saja hal itu terjadi.
Atau, mungkin saja anggota DPRD tersebut memilih sang
kepala daerah berdasarkan partai yang sama dengan anggota
DPRD tersebut. Hal ini tentu akan menimbulkan kembali
dinasti politik ala partai politik. Terlebih-lebih
anggota DPRD dari suatu partai politik tersebut paling
banyak terdapat dalam DPRD tersebut.
Sebaiknya memang kepala daerah dipilih daerah dipimpin
oleh rakyat sendiri. Tetapi, untuk menghindari terjadinya
dinasti politik sebaiknya kerabat dari keluarga kepala
daerah tidak mencalonkan menjadi pejabat yang langsung
berhubungan dengan kekuasaan kepala daerah. Jika itu
terjadi kepala daerah tersebut harus mundur dari
jabatannya. Misalnya sang gubernur tidak boleh ada
hubungan kerabat dengan walikotanya ataupun jabatan
terkaitnya.
15
Dengan cara seperti itu dampaknya tentu akan
meminimalisir terjadinya politik dinasti .Masyarakat pun
harus cerdas dalam pemilihan Pilkada yang diselenggarakan
jangan melihat tampang calon kepala daerah serta wakilnya
dan caleg DPRDnya saja.
PENUTUP
1.Kesimpulan
Dinasti politik merupakan sebuah serangkaian strategi
politik manusia yang bertujuan untuk memperoleh
kekuasaan, agar kekuasaan tersebut tetap berada di
pihaknya dengan cara mewariskan kekuasaan yang sudah
dimiliki kepada orang lain yang mempunyai hubungan
keluarga dengan pemegang kekuasaan sebelumnya.
Negara Indonesia adalah Negara republik, dimana yang
namanya destinasi politik harus ditentang keras . karena
musuh pertama republik adalah absolutisme yang digunakan
dalam praktik pemerintahan raja-raja. Politik dinasti
16
diturunkan dari sistem terbelakang ini. Di dalam
republik, para pendiri bangsa kita menetapkan keyakinan
pada kerangka kebersamaan untuk kemaslahatan umum, di
mana kekuasaan diproduksi secara sosial melalui suatu
mekanisme demokratis dan partisipatif, bukan diturunkan
secara biologis. Dalam republik, para pendiri bangsa yang
baik harus membuang cara pandang unttuk membuat para
elite dan keluarga kaya-penguasa memandang diri dan
keluarga mereka sebagai makhluk-makhluk istimewa yang
berbeda derajatnya dengan kebanyakan rakyat. Intinya,
sejauh kita masih bermaksud meneruskan republik warisan
pendiri bangsa, politik dinasti tidak dapat kita terima.
2.Saran
Untuk menghindari terjadinya destinasi, sebaiknya kepala
daerah dipimpin oleh rakyat sendiri. Tetapi, untuk
menghindari terjadinya dinasti politik kerabat dari
keluarga kepala daerah tidak mencalonkan menjadi pejabat
yang langsung berhubungan dengan kekuasaan kepala daerah.
Jika itu terjadi kepala daerah tersebut harus mundur dari
jabatannya. Misalnya sang gubernur tidak boleh ada
hubungan kerabat dengan walikotanya ataupun jabatan
terkaitnya.
17
DAFTAR PUSTAKA
Mustholik, 2013, Wiranto: Saya akan melawan politik destinasi,
news.okezone.com/read/2013/11/19/339/899034/wiranto-
saya-akan-melawan-politik-dinasti , diakses pada
tanggal 20 Nopember 2013.
Achmad Irfan, 2013, Dinasti Politik Melawa Prinsip Modernisasi,
www.antaranews.com/berita/402369/dinasti-politik-
melawan-prinsip-modernisasi, dikses pada tanggal 21
Nopember 2013.
Yan Djoko Pietono, 2013, Politik Dinasti Mendistorsi Demokrasi,
kupang.tribunnews.com/2013/10/25/politik-dinasti-
mendistorsi-demokrasi, diakses pada tanggal 21
Nopember 2013.
Radifan Rizky, 2013, Dinasti Dalam Demokrasi,
politik.kompasiana.com/2013/11/05/dinasti-dalam-
demokrasi-608015.html, diakses pada tanggal 22
Nopember 2013.
Guntur, 2013, Dinasti Politik di Indonesia,
http://www.beritametro.co.id/opini/dinasti-politik-di-
indonesia, diakses pada tanggal 22 Nopember 2013.
18
LAMPIRAN
Wiranto: Saya Akan Melawan Politik Dinasti
Selasa, 19 November 2013 05:20 wib
Mustholih - Okezone
Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto (Foto:Okezone)
JAKARTA - Ketua Umum Partai Hanura, Wiranto, bertekad
tidak bakal menerapkan politik dinastibila terpilih
19
menjadi Presiden 2014-2019. Wiranto menyatakan bakal
mengeluarkan aturan anti-politik dinasti demi
menghilangkan praktek politik yang dia anggap telah
banyak menyesangrakan rakyat tersebut.
"Saya akan melawan politik dinasti. Saya akan membuat
policy untuk memberangus itu," kata Wiranto di acara LP3I
di Kartika Chandra, Jakarta Selatan, Senin (18/11/2013).
Menurut Wiranto, politik dinasti lahir dari sikap para
pemimpin yang berubah mental menjadi pembesar dan
penguasa. Jika diizinkan menjadi presiden mendatang,
Wiranto menambahkan, bakal melarang adanya politik
dinasti.
"Kalau Allah mengizinkan, saya akan konsisten memberantas
politik dinasti. Apakah Banten, di mana saja. Selama
dalam kewenangan Indonesia, pasti saya berantas," ujar
Wiranto.
Demi menghindari praktek politik dinasti, Wiranto
melarang keluarganya dan anak-anaknya maju menjadi Calon
Legislatif dari Hanura atau partai lain. Bahkan, dia
mengklaim, tidak ada satu pun anggota keluarganya yang
20
masuk menjadi pengurus Partai Hanura. "Anak saya sidak
ada di pengurusan Hanura. Saudara tidak ada satu pun jadi
caleg Hanura atau partai apa pun," tukasnya.
Dinasti politik melawan prinsip modernisasi
Minggu, 27 Oktober 2013 17:51 WIB
21
Pewarta: Achmad Irfan
Tangerang (ANTARA News) - Dinasti politik melawan prinsip
modernisasi yang mengedepankan sistem berbasis
kompetensi, kata seorang pengamat. "Dinasti politik tidak
tepat dalam konteks modern karena melawan prinsip
modernisasi politik," kata Boni Hargens saat dihubungi,
Minggu. Ia mengatakan, dinasti bukan sekedar persoalan
penguasaan pucuk kekuasaan oleh suatu kelompok, keluarga,
etnik atau suku. Namun, dinasti dalam politik adalah
penguasaan keseluruhan bangunan kekuasaan. Akibatnya,
birokrasi sedapat mungkin dikuasai oleh kelompok dinasti.
"Dinasti politik menguasai seluruh unsur mulai dari
penguasaan seluruh kekuasaan hingga birokrasi," ujarnya.
Boni menjelaskan. dinasti dalam politik meliputi politik
parokial serta politik klientelis.
Politik parokial yakni konteks politik ditandai dominasi
elite dan rapuhnya kesadaran politik
masyarakat. Sementara politik klientelis yakni konteks
patronase saat rakyat menjadi anak buah yang bekerja
untuk patron atau elit politik. "Dinasti yang terbangun
saat ini yakni politik parokial serta politik klientelis.
Masyarakat didominasi dan bekerja untuk kepentingan elit
politik," katanya.
22
Politik Dinasti Mendistorsi Demokrasi
Jumat, 25 Oktober 2013 00:29 WITA
Oleh : Yan Djoko Pietono
POLITIK kekerabatan bisa dimaklumi sebagai hak asasi
manusia, bila yang bersangkutan memiliki kapabilitas,
kompetensi, integritas dan kemampuan human socialisme.
Tetapi dalam realitasnya cenderung nihil dan dipaksakan
sehingga hanya membentuk sebuah koloni atau klan
kekerabatan dengan tujuan melanggengkan kekuasaan dan
meraup proyek-proyek pemerintah. Di sinilah terjadinya
distorsi demokrasi yang tidak sepandangan dengan
kehendak rakyat pada umumnya. Terjadi birokrasi yang
tidak transparan dan akuntabel sehingga cenderung
terjadinya manipulasi dan korupsi. Politik dinasti bila
dibiarkan, maka akan semakin menggurita sampai ketingkat
23
paling bawah, sehingga mengakar semakin kuat dengan
mengatasnamakan demokrasi terselubung.
Siti Zuhro, pengamat poltik LIPI, mengatakan bahwa
politik dinasti yang terjadi di Indoesia dengan di luar
negeri sangat berbeda. Jika di luar negeri tatanan
demokrasi sudah sangat matang, sehingga pelaksanaa
demokrasi benar-benar transparan dan akuntable. Berbeda
dengan apa yang terjadi di negeri ini yang masih
"belajar" demokrasi belum matang sehingga pelaksanaannya
dipenuhi intrik-intrik politik terselubung yang
mengelabuhi rakyat. Partai politik sangat mempengaruhi
dominasi kekuasaan dengan berbagai cara untuk mendapatkan
legimitasi kekuasaan mengatasnamakan demokrasi. Bila
kita mau mendengar suara-suara rakyat pasti kontradiktif
dengan apa yang terjadi didalam kelangsungan kekuasaan
yang menggunakan penekanan (baca: pemaksaan) terhadap
rakyat pemilih yang bisa dilakukan dengan money politik
atau politik premanisme. Bila politik dynasti ini
berlangsung mengepidemi Indonesia, maka partai-partai
yang kuat akan mendominasi kekuasaan sehingga tidak ada
penyeimbang dari partai lain, maka gurita kekuasaan akan
semakin kokoh dalam kekuasaan tanpa batas. Maka di dalam
RUU pilkada yang sedang digodok di DPR jangan sampai
menimbulkan konflik yang mengatasnamakan HAM tapi
24
pembatasan-pembatasan yang bisa diterima semua pihak
dalam rangka membangun Indonesia terbebas dari politik
dinasti yang lebih banyak mudaratnya dari pada manfaatnya
dan rawan penyimpangan. Sehingga terjadinya kekerabatan
yang berlimpah ruah dengan kekayaan sedang rakyat hanya
penonton.
Lihat kasus Ratu Atut di Banten dengan kekayaan sangat
fantastis, sedangkan rakyat di sekitarnya masih banyak
yang melarat. Jika kita melihat adiknya Atut yaitu
Tubagus Chaeri Wardhana suami dari Walikota Tangerang
Selatan memiliki mobil mewah sebanyak 11 unit, betapa
Wardhana bergelimang dengan harta. "Kami di Banten sudah
pada tahapan lebih dari prihatin (atas politik dinasti),
serba salah. Yang paling sempurna politik dinasti ya di
Banten, semua orang mungkin harus 'berguru' ke Banten,"
kata anggota DPD RI, Ahmad Subadri, dalam diskusi DPD
bertema 'Fenomena Politik Dinasti' di Gedung DPR,
Senayan, Jakarta. Politik dinasti tumbuh setelah
tumbangnya era orde baru. Sistem seperti itu menjadi
penyebab tumbuhnya korupsi, kolusi dan nepotisme.
Menurut politisi Partai Golkar, Indra J Piliang dalam
diskusi polemik politik dinasti di Warung Daun Cikini,
"Kalau saya lihat politik dinasti justru bangkit setelah
orde baru. Kerajaan-kerajaan muncul sangat banyak dan
25
mempunyai peran. Terutama sejak otonomi daerah. Pasalnya,
politik dinasti adalah politik kekerabatan karena tidak
dapat dipisahkan oleh budaya dan tumbuh subur di parpol.
Sistem ini penyebab tumbuhnya korupsi kolusi dan
nepotisme secara bersaman. Tidak dapat dipisahkan oleh
budaya dan tumbuh subur di partai politik."
Sementara itu, pengaruh negatif yang didapat adanya
politik dinasti membuat partai politik hanya sebagai
simbolis saja. Sehingga banyak implikasi negatif yang
didapat, seperti pengaruh sukses dalam pemilu. Parpol
hanya kumpulan gerombolan dan fans club. Di mana tidak
melakukan kompetensi secara profesional. Politik dinasti
mengajarkan kita untuk menjadi mental menerobos hal ini
tidak diperlukan jenjang-jenjang sebagaimana mestinya dan
ini menimbulkan hal yang tidak baik.
Keserakahan Partai Politik
Menurut Pengamat Politik Universitas Mercu Buana, Heri
Budianto, mengatakan, terbentuknya dinasti politik
seperti di Provinsi Banten turut serta menjadi kesalahan
Partai Golkar. Menurutnya, Golkar seolah melakukan
pembiaran dan ikut memupuk terbentuknya dinasti tersebut.
Merajalelanya kekuasaan politik Atut di tingkat nasional
DPR dan DPD, serta di tingkat lokal dengan kendaraan
Partai Golkar menunjukkan Golkar hanya memikirkan
26
kekuasaan semata. Hal itu semakin terlihat jelas ketika
Partai Golkar menganggap Dinasti Atut memiliki pengaruh
yang kuat dan elektabilitas yang tinggi di Banten. Tak
pelak, Partai Golkar dianggap hanya mempertimbangkan
kekuasaan semata. Apalagi beberapa alasan yang dikemukan
oleh elite Golkar bahwa Klan Atut memiliki tingkat
elektabilitas tinggi karenanya dicalonkan sebagai caleg
dari Partai Golkar. Dapat dinilai Golkar hanya berpikir
tentang kekuasaan. Begitupula dengan partai Demokrat yang
juga sedang menyusun dinasti politik tahun 2014.
Keserahkahan partai politik menguasai kekuasaan sah-sah
saja bila cara-cara mendapatkan kekuasaan dengan cara
demokrasi yang tranparan dan beretika. Bagaimana dengan
dinasti politik partai lain dan didaerah lain?
Dinasti Politik Harus Dicegah
Praktik dinasti politik di Indonesia, kian
mengkhawatirkan. Pasalnya, kebanyakan dari penguasa hanya
ingin melanggengkan oligarki kekuasaannya. Maka dari itu
pelanggengan kekuasaan harus dicegah. Praktik dinasti
politik di negeri ini cenderung semakin tak sehat. Itu
adalah contoh, bagaimana demokrasi Indonesia masih
mengalami pendangkalan, saat etika tidak pernah menjadi
dasar dalam berpolitik. Lantaran selama ini begitu banyak
aturan tentang pemilukada memang tak memiliki makna.
27
Alhasil persoalan etika tidak lagi menjadi perhatian
utama masyarakat. Publik dan pemilih terlalu apatis,
bahkan sebagian besar pragmatis. Sehingga dinasti politik
makin menggurita sampai ke level paling bawah kekuasaan.
Karena itu elemen masyarakat yang masih kritis mesti
bersikap, untuk tak lelah berikhtiar mencegah politik
dinasti yang terbukti korup.
Tantangan serius ke depan adalah bagaimana melakukan
perombakan besar untuk mengatasi korupsi politik dinasti
dan praktik oligarki. Karena bila dinasti politik yang
terbukti pernah korupsi menguasai lingkar kekuasaan,
demokrasi pun akan makin bangkrut. Karena digerogoti
koruptor dalam lingkaran kekuasaan. Ini bahaya bagi masa
depan politik Indonesia, maka Politik akuntabel dan
populis yang didasari ideologi sangat diperlukan. Politik
dinasti menyebabkan rakyat lemah semakin terpinggirkan.
Apabila penguasa sudah tidak lagi memikirkan rakyatnya,
hanya saja memikirkan dirinya, dan kekuasaan. Kondisi ini
tidak boleh dibiarkan merajalela, karena masyarakat akan
menjadi korban. Masyarakat yang lemah akan selalu
tertindas akibat cengkeraman dinasti politik. Selama ini
politik dinasti di Indonesia mudah terjadi. Di mana ada
uang, di situlah disitulah kekuasaan bisa diperoleh.
Intinya, kita tidak boleh mengedepankan ego sendiri, kita
28
taati demokrasi yang ada, di mana semua kalangan baik
yang lemah dan yang kuat berhak untuk meraih
keinginannya. Biar tidak ada lagi pemimpin yang selalu
haus akan kekuasaan. Jika dirujuk ke belakang, filsuf
Italia Gaetano Mosca, dalam karyanya The Rulling Class
(1980) menyatakan bahwa, "setiap kelas menunjukkan
tendensi untuk membangun suatu tradisi turun-menurun di
dalam kenyataan, jika tidak bisa di dalam aturan hukum".
Bahkan dalam organisasi demokratis sekalipun, jika sebuah
kepemimpinan terpilih, ia akan membuat kekuasaannya
sedemikian mapan agar sulit untuk digeser atau
digantikan, bahkan menggerus prinsip-prinsip demokrasi di
lapangan permainan politiknya (Robert Michels, 1962).
Bahaya dari politik dinasti adalah hasratnya untuk
mengekalkan diri dan melembagakannya dalam kepolitikan.
Sifat alamiahnya adalah kekuasaan politik hendak
dijalankan secara turun-temurun di atas garis trah dan
kekerabatan, bukan didasarkan pada kualitas kepemimpinan,
tujuan-tujuan bersama, keputusan dan kerja-kerja
asosiatif. Pengekalan dan pelembagaan politik dinasti
dimungkinkan dengan merajalelanya politik-uang. Demokrasi
diubah teksturnya sedemikian rupa bukan lagi sebagai
ruang kontestasi ide, gagasan, program dan ideologi,
melainkan pasar transaksi jual-beli kepentingan individu
29
dan kelompok-kekerabatan. Politik dinasti di dalam partai
politik dimungkinkan tumbuh saat cuaca demokrasi bersifat
semu. Demokrasi semu lebih berupa pasar transaksi
kepentingan pribadi, namun dengan menggunakan alat-alat
kelengkapan demokrasi seperti partai politik, lembaga dan
institusi negara, serta media massa. Peralatan sistem
demokrasi tersebut digunakan bukan untuk menopang sistem
demokrasi, melainkan memanipulasinya menjadi penopang
sistem oligarki. Politik dipersempit menjadi ruang
perebutan kekuasaan politik dan penimbunan kekayaan antar
para oligarkis, sementara rakyat kebanyakan dibayar untuk
berduyun-duyun melegalkan manipulasi tersebut lewat
pemilu, pilkada dan aksi-aksi protes lainnya. Semoga
dinasti politik tidak sampai merambah di bumi Flobamor
yang terdiri dari banyak suku bangsa mampu berdiri sama
tinggi duduk sama rendah, sehingga tidak ada suku yang
derajatnya paling tinggi sehingga bisa membentuk koloni
kekuasaan atas dasar kesukuan.*
30
Dinasti Dalam Demokrasi
05 Nopember 2013, 20:13
Oleh : Radifan Rizky
Beberapa hari ini berita mengenai politik dinasti ala
gubernur banten Ratu Atut Chosiyah menghiasi berbagai
media eletronik dan media massa. Bahkan Presiden Susilo
Bambang Yudhoyono pun sempat menyentil perihal dinasti
politik tersebut. Sebagian masyarakat pun terkejut akan
dinasti politik yang terjadi dalam demokrasi sekarang
ini.
31
Dinasti adalah sistem reproduksi kekuasaan yang primitif
karena mengandalkandarah dan keturunan dari hanya
bebarapa orang. Pengertian politik dinasti adalah proses
mengarahkan regenerasi kekuasaan bagikepentingan golongan
tertentu untuk bertujuan mendapatkanatau mempertahankan
kekuasaan disuatu negara.
Praktik politik dinasti pun ternyata juga ada dalam
lingkungan kerabat Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
Beberapa kerabat keluarga beliau terdapat menjadi calon
legislatif. Berbeda halnya dengan Gubernur Banten Ratu
Atut Chosiyah yang beberapa kerabat keluarganya menjadi
pejabat penting daerah provinsi Banten yang dipimpinya
(Kompas 16/10/2013).
Politik dinasti ini menimbulkan polemik pertanyaan dalam
benak beberapa masyarakat ”Apakah ini politik dinasti ini
salah?”. Atau timbulnya pemikiran bahwa para pejabat kita
ini rakus kekuasaan hingga melibatkan beberapa anggota
keluarganya dalam menepati posisi yang cukup penting
dalam perpolitikan saat ini.
Perpolitikan dinasti ditenggarai sebagai monopoli
kekuasaan. Tetapi, di negara ini terjadinya politik
dinasti ialah tidak salah. Walaupun negara ini menganut
32
demokrasi pancasila. Tetapi jika kita berbicara dalam
mengenai etika politik tentu hal ini salah. Karena
tidaklah wajar suatu daerah dipimpin oleh keluarga
tertentu dan bahkan mungkin akan menajadi boemerang
tersendiri kepada keluarga tersebut.
“Bagaimana dengan kekuasaan politik dinasti dalam suatu
partai politik?”. Partai politik merupakan organisasi
yang menyalurkan aspirasi rakyat. Tetapi dalam pemilihan
ketua umum partai atau pejabat lainnya rakyat tidak
memilihnya melainkan anggota partai tersebut yang
memilihnya.
Sebagai contoh pemilihan ketua umum partai demokrat yang
menjadikan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono sebagai
ketua umum yang baru menggantikan Anas Urbaningrum.
Dilain hal sang anak Edi Baskoro menjadi sekjen Partai
demokrat. Tentu beberapa rakyat menilai itu menyalahi
etika politik. Tetapi beberapa anggota partai tersebut
mengatakan tidak karena itu pemilihan yang dilakukan
dalam partai mereka. Walaupun kita kembali mengingat
partai politik merupakan wadah aspirasi masyarakat.
Beberapa anggota DPR ada yang mempermasalahkan dengan
politik dinasti karena akan menimbulkan masalah di dalam
33
percaturan politik indonesia. Tetapi, ada juga yang tidak
mempermasalahkan politik dinasti karena bagi mereka asal
politik dinasti itu diisi oleh orang yang hebat dan
bertanggung jawab, mengapa tidak ?
Bagaimanapun kita masih ingat saat zaman orde baru
politik dinasti gencar dilakukan di semua lini
pemerintahan. Kita masih ingat bagaimana kita merasa
jenuh akan politik dinasti tersebut. Tetapi, saat itu
demokrasi merupakan hanya merupakan tipuan belaka
sehingga kita menuntut hinnga terjadinya adanya
reformasi. Dan nyatanya politik dinasti masih ada hingga
saat ini.
Jika kita berbicara politik dinasti, tidak ada peraturan
yang tidak memperbolehkan dinasti politik tetapi negara
kita ini bernama Republik Indonesia. Dalam pengertian
dasar, sebuah republik adalah sebuah negara di mana
tampuk pemerintahan akhirnya bercabang dari rakyat, bukan
dari prinsip keturunan bangsawan dan sering dipimpin atau
dikepalai oleh seorang presiden. Istilah ini berasal dari
bahasa Latin res publica, atau “urusan awam”, yanng
artinya kerajaan dimilik serta dikawal oleh rakyat.
34
Negara ini juga menganut demokrasi pancasila yang berarti
paham demokrasi yang bersumber kepada kepribadian dan
filsafat bangsa Indonesia yang perwujudannya seperti
tertuang dalam Pembukaan UUD 1945.
RUU Pilkada
Saat ini para anggota DPR komisi II sedang membuat RUU
Pilkada dan sepakat mencegah adanya politik dinasti
tetapi tanpa mengebiri hak politik warga negara. Berbagai
usul pun muncul seperti kepala daerah di setiap provinsi
harus dipilih oleh anggota DPRD sehingga terhindar akan
munculnya politik dinasti dan money politik.
Beberapa anggota DPR atau sebagian masyarakat setuju akan
hal ini. Tetapi, pertanyaan yang kembali muncul ”apakah
anggota DPRD akan memilih kepala daerah yang benar-benar
bisa memimpin rakyat atau memilih berdasarkan lobby
politik?”. Bukannya mengecilkan kualitas anggota DPRD
tetapi bisa saja hal itu terjadi.
Atau, mungkin saja anggota DPRD tersebut memilih sang
kepala daerah berdasarkan partai yang sama dengan anggota
DPRD tersebut. Hal ini tentu akan menimbulkan kembali
dinasti politik ala partai politik. Terlebih-lebih
35
anggota DPRD dari suatu partai politik tersebut paling
banyak terdapat dalam DPRD tersebut.
Kalau memang hal itu yang terjadi semuanya kembali ke
kualitas anggota DPRD tersebut. Jika bersungguh-sungguh
bekerja untuk rakyat maka akan terjadi hal yang
menyenangkan untuk rakyat tetapi jika sebaliknya maka
yang terjadi malah menghancurkan rakyat itu tersendiri.
Sebaiknya memang kepala daerah dipilih daerah dipimpin
oleh rakyat sendiri. Tetapi, untuk menghindari terjadinya
dinasti politik sebaiknya kerabat dari keluarga kepala
daerah tidak mencalonkan menjadi pejabat yang langsung
berhubungan dengan kekuasaan kepala daerah. Jika itu
terjadi kepala daerah tersebut harus mundur dari
jabatannya. Misalnya sang gubernur tidak boleh ada
hubungan kerabat dengan walikotanya ataupun jabatan
terkaitnya.
Dan, untuk menghindari money politik sebaiknya dibuat
peraturan batas maksimal dana kampanye calon kepala
daerah. Misalnya dalam suatu pemilihan kepala daerah di
suatu provinsi tertentu ditetapkan batas maksimum dana
kampanye 10 milyar rupiah. Sehingga akan terjadi
persamaan dana kampanye setiap calon kepala daerah. Dan
36
untuk memaksimalkan agar mereka terpilih menjadi kepala
daerah provinsi tersebut mereka harus menggunakan
kreativitasnya agar masyarakat tertarik memilih mereka.
Tetapi, untuk berjalan baiknya peraturan tersebut tentu
masyarakat harus mengawasinya. Jangan sampai terjadinya
black campaign yang menguntungkan suatu pihak tertentu.
Dan dibuatlah tim pengawas yang benar-benar bekerja
relevan sebelum Pilkada hingga terjadinya sesudah
Pilkada. Tim pengawas ini harus ada di setiap kampanye
yang dilakukan oleh sang calon kepala daerah. Dan buat
juga pos pengaduan sebagai wadah masyarakat untuk
mengadukan hal-hal yang janggal dalam kampanye tersebut.
Dan setiap calon kepala daerah beserta wakil kepala
daerah dan caleg DPRD harus mengsosialisasikan latar
belakang jati dirinya kepada masyarakat melalui KPU.
3,5bulan sebelum pemilihan dimulai. Sehingga, KPU
membuatnya dalam suatu daftar latar belakang tersebut dan
menyebarkan melalui kecamatan. Dan kecamatan menyebarkan
kembali ke masyarakat tetapi hanya setiap rumah saja
bukan semua elemen masyarakat. Masyarakat bisa
mempelajari sendiri bagaimana latar belakang calon kepala
daerah dan wakil kepala daerah dan juga caleg DPRD.
37
Dengan cara seperti itu dampaknya tentu akan
meminimalisir terjadinya politik dinasti di berbagai
provinsi dan money politik yang terjadi dalam masyarakat.
Masyarakat pun harus cerdas dalam pemilihan Pilkada yang
diselenggarakan jangan melihat tampang calon kepala
daerah serta wakilnya dan caleg DPRDnya saja.
Pertanyaan selanjutnya ”apakah semua lembaga yang terkait
serta masyarakat sudah siap menjalankan peraturan
tersebut?”. Bagaimanapun, rakyat dan lembaga terkait
harus siap menjalankannya jika hanya termenung dan
menunggu maka semua takkan berjalan dengan baik.
Jangan sampai rakyat menjadi tidak lagi percaya akan
pemimpinnya karena politik dinasti ini. Karena politik
dinasti merupakan cara kuno untuk mempertahankan
kekuasaan yang dimilikinya. Jadi jika politik dinasti
tetap dipertahankan “apakah kemakmuran rakyat akan
terpenuhi terus-menerus?”.
Sebagai contoh jika suatu negara dipimpin oleh suatu
pemimpin yang bertanggung jawab maka rakyatnya akan hidup
makmur. Tetapi, jika pemimpin tersebut meninggal dan
diteruskan oleh putranya “apakah rakyatnya akan hidup
makmur?”. Ya memang akan kembali ke karakter putranya
38
tersebut. Tetapi jika negara tersebut ternyata
menggunakan asas demokrasi tentu lebih baik memberika
kepada orang yang tepat.
Jika politik dinasti terjadi dalam suatu negara demokrasi
maka, demokrasi tersebut sama saja dipenjara di dalam
rumahnya. Karena politik dinasti tentu akan memonopoli
demokrasi tersebut hingga terlihat otoriter.
Kesimpulannya ialah jangan membiarkan kita seseorang atau
sekelompok yang memenjarakan demokrasi negara kita ini.
Rakyat harus memilih pemimpin yang baik dan mencegah
terjadinya politik dinasti yang berlebihan sehingga akan
merugikan rakyat itu sendiri. Jangan sampai negara kita
kembali ke zaman kelam kembali.
Dinasti Politik di Indonesia
Jumat, 20 Oktober 2013, 23 :51
Oleh : Guntur
Dinasti Kaisar Ming di negeri China yang begitu besar dan
terkenal kejam hingga saat ini tidak pernah diributkan.
Apa mungkin itu hanyalah sebuah kedinastian jaman dulu
39
kala, Kaisar Ming seorang raja dari kerajaan sehingga
orang takut untuk membicarakannya. Anugerah jabatan
kaisar adalah turun menurun, jadi legal formal istilah
orang zaman sekarang atau sesuai peraturan perundangan
yang berlaku ketika itu. Putra Mahkota serta merta
mempunyai hak abadi menjadi kaisar selanjutnya. Putra
kedua apalagi putra dari selir menunggu giliran menduduki
tahta itupun apabila putra mahkota berhalangan tetap.
Rakyat mahfum akan sistem dinasti, oleh karena itulah
mereka berharap suatu saat kaisar mengambil salah satu
puteri mereka untuk di jadikan isteri, siapa tahu harkat
martabat sudra jelata bisa naik tahta ke brahmana.
Kini dinasti di zaman modern diributkan. Apalagi
dinegeri ini, saling lontar tuduhan mana yang dinasti
mana yang publikasi menjadi samar rasanya. Dinasti
pastilah diartikan sebagai suatu pemberian jabatan kepada
keluarga sendiri. Keluarga itu ada yang sedarah
sekandung, ada satu kakek atau sebuyut dan ada lagi
dinasti bersebab perkawinan. Makanya ipar, sepupu ipar
bisa dijadikan kelompok dinasti karena berkaitan dengan
keluarga besar sang pemimpin.
Indonesia adalah negara kepulauan yang terdiri dari
40
banyak wilayah dan daerah. Jumlah propinsi yang tercatat
hingga saat ini sudah lebih dari tiga puluh dua propinsi.
Tentunya setiap propinsi mempunyai kabupaten atau
kotamadya. Banyaknya propinsi, kabupaten dan kotamadya
ini memberikan peluang bagi para elit politik yang
mempunyai kemampuan baik dari segi politik maupun non
politik untuk memanfaatkan kemampuan tersebut guna meraih
kekuasaan baik dilevel daerah maupun dilevel propinsi.
Tak jarang dari mereka yang berambisi memperoleh
kekuasaan tersebut menggunakan cara-cara yang kurang
lazim dan sangat naïf jika dipahami secara mendalam.
Dinasti politik. Sebuah penamaan strategi politik yang
sangat marak terjadi di republik kita dewasa ini. Dalam
pembahasan singkat ini, kita akan memandang eksistensi
dinasti politik di Indonesia dalam kacamata geopolitik
dan geostrategi.
Dinasti politik merupakan sebuah serangkaian strategi
manusia yang bertujuan untuk memperoleh kekuasaan, agar
kekuasaan tersebut tetap berada di pihaknya dengan cara
mewariskan kekuasaan yang sudah dimiliki kepada orang
lain yang mempunyai hubungan keluarga dengan pemegang
kekuasaan sebelumnya. Sedangkan geopolitik dimaknai
sebagai ilmu penyelenggaraan negara yang setiap
41
kebijakannya dikaitkan dengan masalah-masalah geografi
wilayah atau tempat tinggal suatu bangsa. Geopolitik di
Indonesia tidak lain adalah wawasan nusantara, yang
berarti cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya berdasarkan ide nasional yang dilandasi
Pancasila dan UUD 1945. Sedangkan geostrategi merupakan
suatu strategi memanfaatkan kondisi geografi negara dalam
menentukan kebijakan, tujuan, dan sarana untuk mencapai
tujuan, atau dapat dipahami sebagai pemanfaatan kondisi
lingkungan dalam mewujudkan tujuan politik.
Jika kita analisis berdasarkan pengertian diatas, dinasti
politik merupakan sebuah konsep politik yang dalam
implementasi tujuannya seharusnya menggunakan pendekatan
geopolitik dan geostrategi. Para pemburu kekuasaan yang
ingin menjadikan anak, istri atau siapapun yang masih
berhubungan keluarga dengan pemangku kekuasaan sebelumnya
haruslah memahami tentang konsep wilayah, cara pandang
tentang kenegaraan, dan strategi memanfaatkan kondisi
geografis untuk memperoleh tujuan politik. Tak jarang
pula dari mereka yang memanfaatkan popularitas demi
memperoleh tujuan politik. Mereka yang terahir ini
sebenarnya belum tentu memahami tentang konsep geopolitik
dan geostrategi. Dapat kita bayangkan apa yang akan
42
terjadi di republik ini jika para pemangku kekuasaanya
adalah orang yang hanya terpilih karena popularitas dan
hanya karena berhubungan keluarga dengan penguasa
sebelumnya, tanpa memahami konsep geopolitik dan
geostrategi. Maka betapa bobroknya negeri yang kita
cintai ini.
Dari pembahasan singkat diatas, dapat kita ketahui bahwa
betapa pentingnya sebuah pemahaman tentang konsep
geopolitik dan geostrategi dalam rangka membangun
kekuasaan politik yang berwawasan nusantara. Seseorang
yang hendak mencalonkan diri sebagai pemimpin, entah
dengan srategi dinasti politik ataupun strategi apapun,
hendaknya memahami tentang konsep geopolitik dan
geostrategi sebagai salah satu faktor penting yang
membangun karakter dan mentaitas kepemimpinan.
Jabatan publik itu ada dua kriteria. Pertama jabatan
publik yang melalui sistem pemilihan rakyat dan yang
kedua jabatan publik yang diberikan atas kewenangan
undang undang. Dinasti bisa terjadi pada jabatan publik
melalui mekanisme suara rakyat ketika proses penunjukan
kader dari partai politik. Pejabat yang sedang berkuasa
dan tentu melalui partai politik bisa jadi mencalonkan
43
adik, anak, menantu, ipar untuk di jadikan kepala
daerah. Kewenangan ini ada di hati nurani Pejabat
tersebut apakah saudara saudaranya itu mempunyai
kemampuan profesional untuk dipilih menjadi Kepala
Daerah.
Nah apabila penunjukan calon itu lebih kental karena
kekarabatan dengan mengabaikan komptennsi maka inilah
pola dinasti salah kaprah. Kemudain dalam proses
pemilihan suara bermain lagi dengan money politik maka
Dinasti itu 2000 % akan terwujud. Mungkin inilah yang
terjadi di Propinsi Banten yang sedang di sindir SBY. Apa
jadinya suatu daerah bila dipimpin oleh pejabat yang
tidak memiliki kompetensi dan tentu niat mempertahnakan
dinasti menyebabkan mereka melakukan pelanggaran
pengelolaan anggaran alias korupsi.
kedua adalah penunjukan pejabat publik melalui kewenangan
hak preogatif. Biasanya Presiden, Gubernur, Bupati
memilih ‘orang orangnya” bisa jadi keluarga terdekat,
seperti anak, saudara, ipar untuk menduduki jabatan
Menteri, Kepala Dinas atau Direktur BUMN. Jabatan publik
sejujurnya menjadi incaran keluarga pemimpin. Memang hak
itu melekat kepada boss boss tersebut, namun tolong
44
dipertimbangkan apakah kerabat memiliki sikap
profesionaitas yang terdiri dari sicience, skill dan
attitude sesuai dengan jabatan yang akan di emban. Bila
persyaratan ini tidak terpenuhi jangan dipaksakan karena
kelak yang akan merugikan anda sendiri hai sang pejabat
tinggi.
Kemudian dinasti (jelek) pada ujungnya akan menyebabkan
sang pemimpin menjadi salah tingkah. Artinya bila si
anak dan keponakan berbuat salah atau melanggar kepatutan
dalam bekerja maka beranikah si pemimpin itu menegor atau
malah memberhentikan saudaranya tersebut. Pasti banyak
pertimbangan sehingga akhirnya rakyat yang dirugikan
akibat pelayanan publik tidak memuaskan.
45