ANALISIS PERANG ANTAR SUKU DANI DAN SUKU MONI DI PAPUA DALAM KAJIAN INTEGRASI NASIONAL DAN KONFLIK...

22
ANALISIS PERANG ANTAR SUKU DANI DAN SUKU MONI DI PAPUA DALAM KAJIAN INTEGRASI NASIONAL DAN KONFLIK DALAM MASYARAKAT INDONESIA Tugas Ujian Kompetensi Dasar III Mata Kuliah Sistem Sosial dan Budaya Indonesia Dosen Pengampu: Firdastin Ruthnia, S.Sos., M.Si. Disusun oleh : Ratna Analisa (D0213074) Ilmu Komunikasi – B FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET

Transcript of ANALISIS PERANG ANTAR SUKU DANI DAN SUKU MONI DI PAPUA DALAM KAJIAN INTEGRASI NASIONAL DAN KONFLIK...

ANALISIS PERANG ANTAR SUKU DANI DAN SUKU MONIDI PAPUA DALAM KAJIAN INTEGRASI NASIONAL DAN

KONFLIK DALAM MASYARAKAT INDONESIA

Tugas Ujian Kompetensi Dasar III

Mata Kuliah Sistem Sosial dan Budaya Indonesia

Dosen Pengampu:

Firdastin Ruthnia, S.Sos., M.Si.

Disusun oleh :

Ratna Analisa (D0213074)

Ilmu Komunikasi – B

FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK

UNIVERSITAS SEBELAS MARET

2014

1

ANALISIS PERANG ANTAR SUKU DANI DAN SUKU MONI

DI PAPUA DALAM KAJIAN INTEGRASI NASIONAL DAN

KONFLIK DALAM MASYARAKAT INDONESIA

A. Pendahuluan

Integrasi nasional merupakan sebuah usaha dan

proses untuk mempersatukan perbedaan dan keanekaragaman

yang ada di suatu negara hingga akhirnya tercipta

sebuah keserasian dan keselarasan nasional. Dalam

Wikipedia Indonesia menjelaskan bahwa integrasi

memiliki dua pengertian yaitu pengendalian terhadap

konflik dan membuat suatu keseluruhan dan menyatukan

unsur-unsur tertentu.1

Pencapaian integrasi secara utuh bukanlah hal yang

mudah, terlebih lagi di Indonesia yang masyarakatnya

memiliki diversitas sangat tinggi. Indonesia sebagai

negara yang masih berkembang seringkali kesulitan

mencapai integrasi dan bahkan masalah integrasi ini

lebih mendesak daripada masalah ekonomi ataupun masalah

yang lainnya. Indonesia dengan diversitas suku bangsa,

agama, dan pelapisan sosial masyarakat pada

kenyataannya telah membentuk kelompok atau gap yang

berjalan sendiri-sendiri dan sulit untuk disatukan 1 http://id.wikipedia.org/wiki/integrasi_sosial

2

menjadi sebuah sistem yang utuh dan selaras secara

nasional.

Kesulitan untuk menyatukan berbagai unsur tersebut

pada akhirnya akan menimbulkan konflik-konflik akibat

adanya keberlawanan ataupun kebertentangan prinsip

antar unsur kelompok. Konflik merupakan sesuatu yang

dihindari tapi pada kenyataannya konflik tetap menjadi

suatu jalan bagi setiap orang atau lembaga ketika

kesepahaman sulit untuk dicapai dan adanya rasa terusik

akibat ketidaksepahaman tersebut.

Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia

dengan diversitas suku yang sangat tinggi. Papua dengan

populasi penduduk sekitar 2.831.381 jiwa terdiri dari

suku bangsa yang jumlahnya cukup banyak baik suku

bangsa asli maupun suku bangsa pendatang.2 Keberagaman

yang ada di tanah Papua ini kerap menjadi sumber

timbulnya konflik atau perselisihan yang berakhir

dengan perang antar suku. Seringnya terjadi perang

antar suku juga diakibatkan karena masih primitifnya

masyarakat Papua yang lebih memilih menyelesaikan

konflik dengan cara nenek moyang mereka.

Papua hingga saat ini masih menyimpan berbagai

macam permasalahan sosial terutama konflik atau perang

antar suku. Konflik sosial yang terjadi di Papua sangat

2 http://id.wikipedia.org/wiki/Papua

3

beragam dan mencakup semua aspek kehidupan, mulai dari

aspek sosial, budaya, politik dan ekonomi. Konflik yang

terjadi beberapa tahun belakangan ini juga tidak

terlepas dari pokok permasalahan tersebut, seperti yang

belum lama ini terjadi yaitu perang antar suku Dani dan

suku Moni di Kabupaten Mimika yang hanya diakibatkan

perebutan lahan irigasi.

Makalah ini akan membahas mengenenai analisis

konflik yang terjadi di Papua dalam kajian integrasi

nasional dan konflik dalam masyarakat Indonesia.

Makalah juga akan memberikan solusi atau penyelesaian

yang mungkin dapat dilakukan terhadap konflik yang

terjadi tersebut.

B. Analisis Perang Antar Suku Dani dan Suku

Moni di Papua

1. Perang antar suku di Papua dalam kajian integrasi

nasional

Struktur masyarakat Papua yang penuh dengan

pluralitas telah banyak dan akan selalu menimbulkan

persoalan integrasi nasional karena hingga saat ini

belum ada solusi yang tepat untuk mengakhirinya.

Papua memliiki masayarakat yang majemuk, hal ini

dibuktikan karena masyarakat Papua memenuhi

4

karakteristik masyarakat majemuk yaitu: terjadi

segmentasi ke dalam bentuk kelompok-kelompok yang

memiliki subkebuyaan yang berbeda, kurang

mengembangkan konsensus tentang nilai sosial yang

mendasar, sering terjadi konflik antar kelompok dan

secara relatif integrasi terjadi karena adanya

coercion atau paksaan. Masyarakat Papua merupakan

masyarakat dengan tingkat diferensial yang tinggi

dengan banyak lembaga kemasyarakatan namun tetap

saling bergantung.3

Kesatuan sosial yang tersegmentasi berdasarkan

ikatan primordialisme dengan subkebudayaan yang

berbeda tentu saja akan sangat rawan menimbulkan

konflik antar segmen masyarakatnya. Hal ini terjadi

di antara suku Dani dan suku Moni di Papua, meskipun

meraka sama-sama dalam naungan budaya Papua namun

subkebudayaan meraka berbeda, primordial mereka

sangat tinggi terhadap sukunya masing-masing, hal

ini menyebabkan suatu konflik kecil pun pada

akhirnya berakhir dengan peperangan.

Integrasi nasional bisa tercapai ketika terdapat

kesepakatan masyarakat akan nilai umum tertentu.

Nilai umum tersebut juga lebih lanjut harus dihayati

dengan benar melalui proses sosilalisasi. Di

Indonesia terdapat suatu pengakuan bertumpah darah 3 Nasikun, Sistem Sosial Indonesia, CV Rajawali, Jakarta, 1989, hal. 67-68.

5

satu, berkebangsaan satu dan berbahasa satu,

Indonesia. Pengakuan tersebut menjadi konsensus umum

bagi masyarakat Indonesia.4 Jika pengakuan tersebut

benar-benar dihayati oleh setiap masyarakat

Indonesia maka akan menjadi suatu alat intergasi

yang luar biasa dan tidak akan ada lagi konflik

bahkan peperangan seperti yang terjadi di Mimika

Papua antara suku Dani dengan suku Moni.

Integrasi nasional bisa terhambat dipengaruhi oleh

dua dimensi yaitu dimensi horizontal dan dimensi

vertikal seperti yang dikemukakan oleh R. William

Liddle. Dimensi horizontal berupa masalah akibat

adanya perbedaan suku, ras, agama dan aliran yang

lainnya. Dimensi ini sering terjadi karena adanya

kekentalan primordialisme masyarakat. Sedangkan

dimensi vertikal berupa masalah yang terjadi akibat

munculnya kelompok-kelompok tertentu yang menjelma

sebagai jurang pemisah antara mayoritas dengan

minoritas atau antara golongan elit dengan golongan

masyarkat biasa. Hal tersebut kemudian akan

menimbulan rasa keterasingan atau rasa kecemburuan

dari golongan minoritas atau rakyat biasa.5 Perang

yang terjadi di Mimika Papua jelas merupakan konflik

4 Jacobus Ranjabar, Sistem Sosial Budaya Indonesia – Suatu Pengantar, CV Alfabeta, Bandung, 2013, hal. 199.5 Ibid. hal. 200-201.

6

dalam dimensi horizontal karena terjadia antar suku

yang masing-masing memegang primordial yang tinggi.

Masyarakat Indonesia yang beragam disegala aspek

kehidupan sangat rawan terjadi konflik dan oleh

kerenanya integrasi nasional pun akan sulit dicapai.

Konflik yang menghambat intgrasi nasional tersebut

diantaranya terjadi karena6:

a. Salah satu suku bangsa mendominasi suku

bangsa lain secara politis. Konflik berupa

pertentangan akibat pembagian status

kekuasaan yang tidak merata.

b. Warga dari dua suku saling bersaing untuk

mendapat lapangan mata pencaharian hidup

bersama

c. Warga dari satu suku memaksakan kebudayaan

mereka kepada warga suku yang lain

d. Warga dari satu suku berusaha mendominasi

suku lain secara ideologis

e. Hubungan antara suku bangsa yang telah

bermusuhan secara adat

2. Perang antar suku di Papua dalam kajian konflik

Papua adalah salah satu provinsi di Indonesia yang

masih sangat sedikit tersentuh modernisasi,

masyarakatnya masih banyak yang tinggal di pedalaman

6 Ibid. hal. 204-205.

7

dan cenderung menolak modernisasi yang datang.

Masyarakat Papua mayoritas masih dapat dikatakan

primitif karena masih memegang teguh apa yang

diturunkan nenek moyang termasuk meniru cara nenek

moyang dalam menyelesaikan masalah. Setiap terjadi

suatu masalah masyarakat suku adat Papua menetapkan

babi sebagai denda yang harus dibayarkan kepada

pihak yang dirugikan dan jika tidak dituruti maka

perang antar suku akan dilakukan. Selain itu jika

ada anggota mereka mati karena ulah suku lain maka

mereka akan membalas membunuh anggota suku lain

tersebut, bagi mereka nyawa harus dibayar dengan

nyawa yang setimpal.

Tanah Papua masih menyimpan banyak permasalahan

sosial termasuk yang sering diungkap ke permukaan

adalah permasalahan berupa konflik atau peperangan

antar suku. Papua yang terdiri dari banyak suku

tersebut masing-masing memiliki subkebudayaan yang

berbeda dan memegang primordialisme yang sangat

tinggi. Ketika ada seseorang atau sesuatu dari

bagian sukunya merasa dirugikan bahkan sekecil

apapun oleh suku lain, mereka akan merasa turut

dirugikan hingga akhirnya masalah sepele pun bisa

berakhir perang diantara suku tersebut. Permasalahan

masa lalu dalam internal antar suku pun kerap kali

masih diungkit hingga sekarang. Penyelesaian secara

8

damai pun sulit untuk dilakukan karena mereka

memilih untuk menyelesaikan masalah dengan cara adat

mereka sendiri.

Suku Dani dan suku Moni adalah dua diantara banyak

suku asli Papua yang memiliki budaya perang yang

sangat tinggi. Februari 2014 perang antara kedua

suku tersebut kembali tumpah. Konflik terjadi akibat

adanya perebutan tanah di Kali Kamoro, Jalan Trans

Timika-Paniai bermula dengan aksi saling bakar alat

berat milik kedua suku tersebut pada 17 – 18

Februari 2014 di lokasi Kali Iwaka dan kompleks

Djayanti Kuala Kencana dan Jembatan Kali Pindah-

pindah.7

Meskipun sebenarnya telah ada perjanjian damai

pada bulan Februari namun pada kenyataannya konflik

perebutan lahan tersebut tetap berlanjut hingga 4

Maret 2014. Suku Dani dan Suku Moni terlibat saling

serang dan membuat Kampung Mimika Gunung, Jayanti,

Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika mencekam

mulai 7 Maret 2014. Perang berakhir dengan adanya

pembubaran paksa oleh pemerintah setempat dan

memakan 4 korban tewas serta ratusan warga luka

akibat benda tajam.8

7 http://www.antaranews.com/berita/420031/masyarakat-suku-moni-dan-dani-saling-balas-bakar-alat-berat8 http://news.liputan6.com/read/2019696/perang-suku-di-mimika-4-tewas

9

Selanjutnya 17 Maret pemerintah setempat membentuk

satuan tugas (satgas) yang berfokus untuk

menyelesaikan peperangan tersebut.9 Namun ternyata

pada konflik tersebut tetap berbuntut panjang. 27

Maret 2014 dua orang tewas dibantai secara sadis,

kedua korban diyakini memiliki kaitan dengan konflik

Dani-Moni.10 Pada akhirnya 3 April 2014 kedua kubu

menggelar prosesi bakar batu sebagai bentuk

perdamaian.11 Diluar dugaan ternyata konflik tetap

berlanjut dan terjadi perang lagi pada awal Mei

2014.12

Jika ditilik dari kajian konflik, sebenarnya

konfilk memang merupakan suatu hal yang tidak dapat

dihindari dalam hidup manusia namun tidak bisa

dibenarkan jika konflik tersebut diikuti dengan

kekerasan seperti pearang antara suku Dani dan suku

Moni. Di Indonesia sendiri memang beberapa

masyarakat tertentu menganggap penyelesaian konflik

dengan kekerasan merupkan suatu adat tersendiri dan

tertanam kuat dalam mindset mereka oleh karenanya

masih sulit untuk dihentikan.

9 http://sinarharapan.co/index.php/news/read/34068/gubernur-papua-hentikan-perang-antar-suku.html10 http://m.okezone.com/read/2014/03/27/340/961421/buntut-bentrok-antarsuku-di-papua-2-warga-dibantai-secara-sadis11 http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/berita/perang-antar-suku-dani-dan-suku-moni-berakhir-damai/12 http://www.indosiar.com/fokus/suku-moni-dani-kembali-perang-16-terluka_117435.html

10

Intensitas terjadinya konflik di Indonesia

memiliki indikator sendiri, seperti yang diungkapkan

oleh Nasikun13:

a. Demonstrasi tanpa kekerasan yang dilakukan

untuk memprotes rezim pemerintahan

b. Kerusuhan yang menggunakan kekerasan fisik

ditandai dengan adanya spontanitas akibat

insiden dari suatu kekacauan

c. Serangan bersenjata atau armed attack berupa

kekerasan untuk melemahkan pihak lain

d. Kematian akibat adanya kekerasan politik

e. Governmental sanction yang diambil penguasa

untuk menetralisir ancaman terhadap keamanan

pemerintah

Peperangan antar suku Dani dan suku Moni termasuk

dalam indikator armed attack atau serangan bersenjata.

Armed attack ditandai dengan adanya pertumpahan darah,

pergulatan fisik maupun perusakan barang-barang.

Armed attack yang dilakukan suku Dani maupun suku Moni

bertujuan untuk kepentingan mempertahankan tanah

adat yang diklaim oleh masing-masing pihak.

Jacobus Ranjabar dalam bukunya mengutip

pengklasifikasian konflik yang dikemukakan oleh H.

Kusnadi dan Bambang Wahyudi.14 Pengklasifikasian

cukup kompleks mencakup berbagai macam aspek. 13 Nasikun, Op. Cit. hal. 82-91.14 Jacobus Ranjabar, Op. Cit. hal. 211-213.

11

Berikut adalah analisis pengklasifikasian konflik

perang suku Dani dan suku Moni di Papua:

a. Menurut hubungannya dengan tujuan organisasi

perang antara suku Dani dan suku Moni

termasuk jenis konflik disfungsional. Konflik

jenis ini menghambat tercapainya tujuan

organisasi dalam hal ini berupa integrasi

nasional. Konflik ini juga kerap bersifat

destruktif atau merusak sehingga akan

merugikan banyak pihak jika penyebabnya tidak

dieliminasi semaksimal mungkin.

b. Menurut hubungannya dengan posisi pelaku yang

berkonflik perang antara suku Dani dan suku

Moni termasuk jenis konflik horizontal.

Konflik ini terjadi antara sesama suku asli

Papua yang memiliki derajat atau kedudukan

yang sama, tidak ada yang lebih tinggi atau

lebih rendah kedudukannya antara suku Dani

maupun suku Moni.

c. Menurut hubungannya dengan sifat pelaku yang

berkonflik perang antara suku Dani dan suku

Moni termasuk jenis konflik terbuka. Perang

tersebut diketahui oleh banyak pihak atau

masyarakat Indonesia.

d. Menurut hubungannya dengan waktu perang

antara suku Dani dan suku Moni termasuk jenis

12

konflik berkelanjutan. Konflik jenis ini

berlangsung dalam waktu yang lama dan sulit

untuk diselesaikan, seperti perang antara

kedua suku tersebut, meskipun telah dicapai

kata damai namun tetap saja di kemudian hari

tidak menutup kemungkinan akan ada konflik

lanjutan yang baru.

e. Menurut hubungannya dengan pengendalian

perang antara suku Dani dan suku Moni

termasuk jenis konflik tidak terkendali.

Konflik yang terjadi tidak dapat dengan mudah

dikendalikan dan bahkan semakin meluas.

f. Menurut hubungannya dengan sistematika konlik

perang antara suku Dani dan suku Moni

termasuk jenis konflik sistematis. Perang

yang mereka lakukan terjadi karena telah

direncanakan, ada yang mengomando serta

memiliki suatu tujuan yaitu mempertahankan

tanah ulayat mereka.

g. Menurut hubungannya dengan konsentrasi

aktivitas manusia di dalam masyarakat perang

antara suku Dani dan suku Moni termasuk jenis

konflik budaya serta konflik pertahanan.

Secara umum perang antara suku Dani dan suku Moni

jelas masuk dalam konflik horizontal. Konflik ini

cenderung mengikat dan cenderung diwarnai dengan

13

tindakan kekerasan, penghancuran harta benda,

pembunuhan dan bahkan pelenyapan etnis tertentu.15

Konflik ini dipicu saling klaim tanah ulayat dan

adanya dorongan emosional akibat adanya

primordialisme yang kental akan masing-masing suku.

Namun di sisi lain, menurut Lewis Coser konflik

juga memiliki fungsi terhadap sistem sosial, ia

menolak bahwa hanya konsensus dan kerjasama yang

memiliki fungsi integrasi. Menurut Coser konflik

tidak hanya memiliki wajah negatif namun juga

positif terhadap perubahan sosial.16

3. Solusi yang dapat diambil

Secara teoritis menurut Reza Sihbudi dan Moch

Nurhsim ada beberapa upaya untuk mencegah konflik

yang menghambuat integrasi nasional, yaitu17:

a. Memasukkan transformasi multikultural sebagai

salah satu mata pelajaran dari sekolah hingga

perguruan tinggi.

b. Pemberdayaan ekonomi rakyat secara nasional

agar tidak terjadi kesenjangan struktural dan

kultural

c. Pemerintah perlu membuat undang-undang

kesederajatan hak warga negara15 Jacobus Ranjabar. Op. Cit. hal. 217-218.16 Novri Susan. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Prenada Media Grup, Jakarta, 2009, hal. 155.17 Jacobus Ranjabar. Op. Cit. hal. 245-246.

14

d. Memisahkan kehidupan agama, suku, etnik, ras

dan golongan dalam kehidupan politik

bernegara

e. Mengeliminasi stereotip dan prasangka dalam

masyarakat

Dalam kenyataannya untuk menangani perang antara

suku Dani dan suku Moni pemerintah hanya melakukan

upaya represif padahal konflik sejenis ini relatif

sering terjadi di Papua. Pedamaian perang suku yang

dilakukan oleh Pemda dan lembaga kemasyarakatan pada

dasarnya memiliki pola penanganan yang sama. Perang

suku dilihat sebagai suatu tindakan yang negative,

kriminal dan bertentangan dengan hukum. Karena

pemahaman semacam ini, perang suku harus dihentikan

dan ditiadakan. Dengan pemahaman semacam ini, peran

pemda dan lembaga kemasyarakatan tidak lebih dari

seorang polisi penjaga yang hanya melerai dan

menghentikan pertikaian.

Penanganan konflik seperti diatas bisa saja

menyelesaikan masalah namun tetap memiliki

kelemahan. Pola penanganan semacam ini bersifat

parsial atau hanya efektif untuk satu kasus. Ketika

kasus yang lain muncul maka perang akan muncul

kembali. Meskipun perdamaian secara adat telah

sering dilakukan untuk menghentikan dan mendamaikan

pihak-pihak yang terlibat dalam perang suku, akan

15

tetapi ketika masalah yang baru muncul maka perang

kembali terjadi. Penanganan secara adat juga akan

semakin memperkokoh keutamaan kategorisasi

(kelompok) sosial. Padahal kategorisasi sosial

justru menjadi penyebab utama dari berbagai konflik

sosial. Ketika kultur setiap suku yang ada di

pedalaman papua terus menerus dipertahankan dan

mendapat legalitas secara politik maupun religious

maka perang antar suku akan terus menerus terjadi.

Penanganan perang antara suku Dani dan suku Moni

yang dilakukan pemda dengan membentuk satuan tugas

atau satgas, mempertemukan kedua pihak yang bertikai

dengan dijembatani pihak ketiga serta upacara bakar

batu seperti adat di Papua benar bisa menghentikan

konflik yang terjadi. Segala upaya tersebut sebagai

upaya preventif bisa dikatakan cukup efektif namun

tetap tidak bisa menghapus permasalahan hingga ke

akarnya, permasalahan baru yang serupa sangat

mungkin terjadi lagi dikemudia hari.

Solusi yang paling tepat untuk menghapus budaya

perang antar suku ini adalah dengan mengubah mindset

masyarakat Papua. Pemerintah harus berupaya lebih

keras untuk melakukan pendekatan dengan masyarakat

Papua secara keseluruhan bahkan hingga ke masyarakat

pedalaman yang masih sangat primitif. Upaya untuk

mengubah mindset ini memerlukan proses dan kerjasama

16

dari berbagai bidang mulai agama, pendidikan serta

pemerintah agar mampu membgubah masyarakat Papua

menjadi masyarakat yang lebih rasional, potitif dan

openmind. Masyarakat Papua secara menyeluruh harus

diedukasi tentang bagaimana memisahkan pesoalan

pribadi dengan persoalan kelompok dan perlahan

menghapus primordialisme yang berlebihan.

C. Kesimpulan

Perang antara suku Dani dan suku Moni terjadi

karena kedua suku masih memiliki primordialisme yang

sangat tinggi terhadap sukunya masing-masing.

Permasalahan sepele yang bersumber dari perebutan lahan

berakhir dengan perang yang memakan banyak korban tewas

dan luka-luka serta kerusakan alat-alat akibat

kerusuhan. Konflik semacam ini tentu sangat mengancam

integrasi nasional. Suku Dani dan suku Moni yang sama-

sama merupakan penduduk Papua memiliki subkebudayaan

yang berbeda dan memilih menyelesaikan konflik dengan

cara nenek moyang mereka. Solusi yang paling tepat

untuk menghentikan budaya perang yang ada di Papua

adalah dengan mengubah mindset masyarakatknya dan

memberi edukasi tentang berbagai hal sehingga mereka

bisa mulai berpikir dengan lebih rasional dan positif.

17

DAFTAR PUSTAKA

Nasikun. Sistem Sosial Indonesia, Jakarta: CV Rajawali, 1989.

Ranjabar, Jacobus. Sistem Sosial Budaya Indonesia – Suatu Pengantar, Bandung: CV Alfabeta, 2013.

Susan, Novri. Pengantar Sosiologi Konflik dan Isu-isu Konflik Kontemporer, Jakarta: Prenada Media Grup, 2009.

INTERNET

Antara News ( http://www.antaranews.com/berita/420031/masyarakat-suku-moni-dan-dani-saling-balas-bakar-alat-berat)

Indosiar.com ( http://www.indosiar.com/fokus/suku-moni-dani-kembali-perang-16-terluka_117435.html )

Kodam 17 Cendrawasih ( http://www.kodam17cenderawasih.mil.id/berita/perang-antar-suku-dani-dan-suku-moni-berakhir-damai/ )

Liputan6.com ( http://news.liputan6.com/read/2019696/perang-suku-di-mimika-4-tewas )

Okezone.com ( http://m.okezone.com/read/2014/03/27/340/961421/buntut-bentrok-antarsuku-di-papua-2-warga-dibantai-secara-sadis )

18

Sinar Harapan ( http://sinarharapan.co/index.php/news/read/34068/gubernur-papua-hentikan-perang-antar-suku.html )

Wikipedia Indonesia ( http://id.wikipedia.org/wiki/integrasi_sosial )

Wikipedia Indonesia ( http://id.wikipedia.org/wiki/Papua )

19

LAMPIRAN

Liputan6.com, Jakarta Perang antarsuku masih berlangsung di bumi Papua. Kali ini Suku Dani dan Suku Moni yang terlibat saling serang dan membuat Kampung Mimika Gunung, Jayanti, Distrik Kuala Kencana, Kabupaten Mimika mencekam sejak Jumat7 Maret 2014.

Perang dipicu sengketa lahan pada Selasa 4 Maret lalu. Sebanyak 4 orang dari kedua suku tewas dalam peperangan ini.Sementara ratusan orang lain menderita luka-luka akibat benda tajam. 

Orang terakhir yang tewas dari Suku Dani, yakni Puniel Mom. Dia tewas terkena senapan angin.

“Kamis sore di lokasi kejadian, setelah pembubaran paksa, kedua belah pihak telah sepakat untuk tidak berperang kembali dan akan menyelesaikan masalah batas lahan,” kata Wakapolda Papua Brigjen Pol Paulus Waterpauw di Jayapura, Jumat (7/3/2014).

“Saya harap dengan meninggalnya satu orang lagi, situasi di tempat kejadian tak kembali perang.”

Personel kepolisian pun disiagakan demi mengantisipasi terulangnya kembali serangan susulan. Aparat telah ditempatkan di lokasi tempat tinggal kedua suku.

“Kami terus berupaya agar perang suku tak lagi terjadi. Hingga saat ini sudah ada 9 saksi yang dimintai keterangan,”ujarnya.

Sejak 4 Maret lalu, perang terus terjadi di kampung yang dihuni sekitar 300-an orang pada masing-masing suku itu. Padahal pada awal Februari 2014 lalu, kedua suku sepakat

20

untuk mengakhiri perang dengan perdamaian patah panah.  

Namun apa daya aksi saling serang kembali terjadi dan menewaskan 4 orang. Keempat korban tewas itu yakni Abeneben Wenda, Lazarus Songgonau, Puniel Mom, dan Yunus Wandikbo. (Shinta Sinaga)

Sumber: http://news.liputan6.com/read/2019696/perang-suku-di-mimika-4-tewas

indosiar.com, Papua - (Selasa : 06/05/2014) Meski pemerintah telah mempertemukan kedua kubu untuk berdamai, namun, Senin petang, suku Dani dan Moni, di Timika, Papua, kembali berperang. Kedua kubu saling serang dengan busur dan anak panah selama lebih dari 3 jam. Bahkan sejumlah anakmulai terlibat. Mereka mempersenjatai diri dengan tameng dari tripleks.

Akibat perang lanjutan ini, 16 orang dari kedua kubu dilaporkan terluka lataran terkena anak panah dan busur 7 dari suku Dani dan 9 korban dari suku Moni. Namun 9 korban dari suku Moni mengalami luka parah. Petugas melepaskan tembakan gas air masa ke arah kedua kubu untuk menghindari korban berjatuhan.

Perang antara kedua suku ini kian mencemaskan karena mulai meluas dengan melibatkan warga dari kabupaten lain, yang ingin membela sukunya. Bahkan,bantuan alat perang untuk kelompok yang terlibat mulai berdatangan ke kampung Jayanti, Timika Papua.

Sabtu lalu, pemerintah setempat dan Komnas Ham memediasi kedua kubu untukmengakhiri perang, yang memperebutkan tanah jalan trans Nabire. Perang kedua suku telah berlangsung selama 5 bulan. Tercatat sudah 18 warga darikedua kubu terbunuh 12 dari suku Moni dan 6 dari suku Dani. (Igho Batmomolin/Sup)

Sumber: http://www.indosiar.com/fokus/suku-moni-dani-kembali-perang-16-terluka_117435.html

21