Keputusan dan peraturan dalam HAN

39
KATA PENGANTAR Assalamualikum Wr. Wb Segala puji hanyalah milik Allah tuhan semesta alam atas ilmu dan nikmat sehat yang telah diberikan sehingga makalah ini dapat kami susun dengan tanpa hambatan, shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita mampu meneladaninya Amiin... Pendidikan adalah gerbang menuju ilmu pengetahuan dan merupakan faktor terpenting untuk mencetak generasi muda yang cerdas dan berkarakter dan setiap manusia memiliki hak yang sama untuk mendapatkan pendidikan Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan motivasi sekaligus menambah wawasan untuk saya pribadi khususnya dan untuk para pembaca. Tidak lupa juga saya mohon maaf apabila dalam penyusunan makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan benar. Saya sebagai penulis sadar bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik

Transcript of Keputusan dan peraturan dalam HAN

KATA PENGANTAR

Assalamualikum Wr. Wb

Segala puji hanyalah milik Allah tuhan semesta alam

atas ilmu dan nikmat sehat yang telah diberikan

sehingga makalah ini dapat kami susun dengan tanpa

hambatan, shalawat dan salam selalu tercurahkan

kepada baginda Nabi Muhammad SAW dan semoga kita

mampu meneladaninya Amiin...

Pendidikan adalah gerbang menuju ilmu pengetahuan

dan merupakan faktor terpenting untuk mencetak

generasi muda yang cerdas dan berkarakter dan

setiap manusia memiliki hak yang sama untuk

mendapatkan pendidikan

Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat dan

motivasi sekaligus menambah wawasan untuk saya

pribadi khususnya dan untuk para pembaca. Tidak

lupa juga saya mohon maaf apabila dalam penyusunan

makalah ini terdapat kesalahan dalam hal penyusunan

dan isi makalah maupun kosa kata yang mungkin tidak

memenuhi standar bahasa indonesia yang baik dan

benar. Saya sebagai penulis sadar bahwa makalah ini

masih jauh dari kata sempurna dan untuk itu kritik

dan saran sangat kami harapkan demi kebaikan kami

untuk kedepannya.

Gor

ontalo, 9 November 2014

Penulis

DAFTAR ISI

Kata

Pengantar . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

Pendahuluan . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

BAB I : Hukum Administrasi Negara . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . .

1. Pengertian Administrasi Negara

2. Hakekat dan Cakupan HAN

3. Objek Studi HAN

4. Sumber-Sumber HAN

BAB II : Perbuatan Pemerintah . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1. Bentuk Perbuatan Pemerintah

2. Sifat Wewenang Pemerintah

BAB III : Instrumen Yuridis

Pemerintah . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . .

1. Peraturan Perundang-undangan

2. Ketetapan Tata Usaha Negara

3. Peraturan Kebijakan

4. Rencana-rencana ( HET PLAN )

5. Perizinan

6. Instrumen Keperdataan

BAB IV : Sanksi Dalam HAN . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . .

1. Paksaan Pemerintah ( BESTUUSDWANG )

2. Penarikan Kembali Keputusan-Keputusan

3. Pengenaan Denda Administratif

PENUTUP . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

. . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . . .

PENDAHULUAN

Ilmu Hukum Administrasi Negara berkaitan

dengan sejarah kemunculan negara

hukum (Rechtstaat) khususnya Eropa Kontinental yang

berbeda dengan konsep Rule of Law pada Anglo saxon.

Pada umumnya Hukum Administrasi Negara merupakan

bagian dari hukum publik, yakni hukum yang mengatur

tindakan pemerintah dan mengatur hubungan antara

pemerintah dengan warga negara atau hubungan organ

pemerintah.

                Istilah ”pemerintah” digunakan

dalam dua pengertian, Pertama dalam arti luas,

adalah kegiatan negara dalam melaksanakan kekuasaan

politik dan, Kedua dalam arti sempit, adalah

meliputi kegiatan negara kecuali tugas pembuatan

undang-undang dan peradilan. Pemerintah dalam arti

sempit (bestuur) mempunyai pengertian sama dengan

administrasi. Istilah ”administrasi” dan

”pemerintah” sudah umum digunakan baik oleh

pemerintah maupun masyarakat. Di Amerika Serikat

digunakan istilah the administrasion untuk pengertian

keseluruhan pemerintahan, termasuk presiden.

Menurut Utrecht, dalam Hukum Administrasi

Negara terkandung 2 (dua) aspek, yaitu:

1.       Aturan-aturan hukum yang mengatur dengan

cara bagaimana alat-alat perlengkapan negara itu

melakukan tugasnya, dan

2.       Aturan-aturan hukum yang mengatur hubungan

hukum (rechtsbetreking) antara alat perlengkapan

administrasi atau pemerintah dengan para

warganegaranya.

Salah satu prinsip dalam Negara Hukum

adalah Wetmatigheid Van Bestuur atau pemerintahan

berdasarkan peraturan perundang-undangan atau

dengan kata lain setiap tindakan hukum pemerintah,

baik dalam menjalankan fungsi pengaturan maupun

fungsi pelayanan, harus berdasarkan pada wewenang

yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan

yang diberlakukan.

Dengan dikeluarkannya Undang-undang Republik

Indonesia Nomor 5 Tahun 1986 yang diubah dengan

Undang-undang Republik Indonesia Nomor 9 Tahun 2004

tentang Peradilan Tata Usaha Negara[3], maka selain

harus memperhatikan ketentuan perundang-undangan

yang berlaku, pemerintah dalam melaksanakan

tindakan hukum harus pula memperhatikan Asas-asas

Umum Pemerintahan yang Baik (AAUPB).

Apabila tindakan pemerintah yang diwujudkan

dalam terbitnya suatu Keputusan Tata Usaha Negara

atau sikap diamnya, oleh masyarakat dianggap telah

melanggar ketentuan perundang-undangan diatas, maka

pemerintah – oleh undang-undang tersebut

selanjutnya disebut Badan atau Pejabat tata Usaha

Negara – dapat menggugat secara tertulis ke

Peradilan Tata Usaha Negara.

Tujuan dibentuknya peradilan tata usaha negara

adalah sebagai pengendali yuridis terhadap

tindakan-tindakan badan/pejabat tata usaha negara,

baik secara preventif maupun secara represif.

Secara preventif dimaksudkan adalah untuk mencegah

terjadinya tindakan-tindakan badan/pejabat tata

usaha negara yang melawan hukum dan merugikan

masyarakat, sedangkan secara represif ditujukan

terhadap tindakan-tindakan badan/pejabat tata usaha

negara yang melawan hukum dan merugikan masyarakat

harus dijatuhi sanksi. Selain itu tujuan peradilan

tata usaha negara adalah juga untuk memberikan

perlindungan hukum bagi badan/pejabat tata usaha

negara itu sendiri apabila telah bertindak benar

sesuai dengan peraturan hukum yang berlaku.

Akan tetapi tidak semua tindakan pemerintah

dapat menjadi kompetensi Peradilan Tata Usaha

Negara. Tindakan pemerintah yang tidak masuk

kompetensi Peradilan Tata Usaha Negara selanjutnya

akan menjadi kompetensi Peradilan Umum. Sehubungan

dengan itu mengundang pertanyaan apakah yang

menjadi ukuran keabsahan suatu tindakan pemerintah

jika dihubungkan dengan ketentuan Peradilan Tata

Usaha Negara. Hal ini menjadi penting bagi

perumusan dan isi suatu keputusan yang akan

dikeluarkan oleh Badan atau Pejabat Tata Usaha

Negara sehingga keputusan atau tindakan Pejabat

Tata Usaha Negara sah secara hukum. 

BAB I

HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

A.    Pengertian Administrasi Negara

Keputusan / kesepakatan pengasuh mata kuliah Hukum

Administrasi Negara di Cibulan tanggal 26 – 28

Maret 1973 sebelumnya istilahnya Hukum Tata

Pemerintahan dengan alasan :

1. HAN dapat menjangkau Hukum Tata Pemerintahan,

Hukum Tata Usaha Negara

2. Pengertian HAN lebih luas

3. Istilah administrasi berasal dari bahasa

latin administrare lebih mencerminkan fungsi

daripada negara modern sesuadah PD II daripada

istilah Tata Pemerintahan

Administrasi dalam bahasa Inggris administer adalah

kombinasi kata-kata bahasa Latin addan ministrare yang

berarti to serve / melayani. Jadi to administer adalah to

manage / to direct  mengelola atau memerintah.

Berikut berbagai pendapat terkait dengan pengertian

Hukum Administrasi:

1)      E. Utrecht mengetengahkan “HAN (hukum

pemerintahan) adalah men-guji hubungan hukum

istimewa yang diadakan akan memungkinkan para

pejabat (Ambsdrager) administrasi negara melakukan

tugas mereka yang khusus”. Selanjutnya E, Utrecht

men-jelaskan bahwa “HAN adalah yang mengatur

sebagian lapagan pekerja-an administrasi negara.

2)      Cornelis Van Vollenhouven : HAN ialah

kesemua kaidah-kaidah hukum yang bukan hukum tata

negara mate-riil, bukan hukum perdata materiil dan

bukan hukum pidana materiil (Teori residu).

3)      J.M Baron de Gerando : hukum administrasi

adalah peraturan-pera-turan yang mengatur hubungan

timbal balik antara pemerintah dan rakyat (Le droit

administratif a pour object le regles qui regissent les rapports recip-

roques de I’administration avec les administres).

4)      Prof. Mr.J. Oppenheim : Hukum ad-ministrasi

negara adalah keseluruhan aturan-aturan hukum yang

harus menjalankan kekuasaannya. Jadi pa-da asasnya

mengatur negara dalam keadaan bergerak (staat in

beweging).

5)      Dr.Mr.H.J Romijn : Hukum admini-strasi

negara adalah keseluruhan aturan-aturan hukum yang

mengatur negara dalam keadaan bergerak.

6)      Prajudi Atmosudirdjo : HAN adalah hukum

mengenai seluk beluk adminis-trasi negara (HAN

heteronom) dan hukum yang dicipta atau merupakan

hasil buatan administrasi negara (HAN otonom).

B. HAKEKAT DAN CAKUPAN HAN

Hakekat HAN mengatur hubungan hukum antara

Pemerintah dengan war-ganya serta memberikan

perlindungan hukum kepada masyarakat atau warga

negaranya dari tindakan sewenang-wewenang aparatur

Pemerintah.

Cakupan HAN (Prajudi Atmo-sudirdjo) : adalah HAN

mengatur we-wenang, tugas, fungsi, dan tingkah laku

para Pejabat Administrasi Negara.

Van Wijk-Konjnenbelt dan P. de Haan Cs. Mengatakan

HAN meliputi :

a)      Mengatur sarana bagi penguasa untuk

mengatur dan mengendali-kan masyarakat;

b)      Mengatur cara – cara partisipasi warga

negara dalam proses pen-gaturan dan pengendalian

tersebut;

c)      Perlindungan hukum (rechtsbe-sherming);

d)     Menetapkan norma-norma fundamental bagi

penguasa untuk pemerintahan yang baik (algemene

beginselen van behoorlijk bestuur).

C.  TUJUAN HUKUM ADMINISTRASI NEGARA:

1. Memberikan batasan dan ke-wenangan

terhadap Pejabat Administrasi Negara;

2. Memberikan perlindungan terhadap rakyat

atau badan hukum perdata dari tindakan

sewenang-wenang Pejabat Administrasi

Negara.

D.    OBJEK STUDI HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Objek Material

Yang dimaksud adalah manusia yaitu aparat

pemerintah atau aparat administrasi Negara sebagai

pihak yang memerintah dan warga masyarakat atau

badan hokum privat sebagai pihak yang diperintah.

Antara kedua belah pihak ada hubungan hukum publik.

Objek Formal

Adalah perilaku atau kegiatan atau keputusan hokum

badan pemerintah, baik yang bersifat peraturan

maupun yang bersifat ketetapan. 

E.    SUMBER-SUMBER HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

Pengertian Sumber hukum adalah segala sesuatu yang

menimbulkan aturan-aturan yang mengikat dan

memaksa, sehingga apabila aturan-aturan tersebut

dilanggar akan menimbulkan sanksi yang tegas dan

nyata bagi pelanggarnya.

Sumber hukum sendiri menurut Prof. Dr. Sudikno, SH

sering dipergunakan dalam beberapa arti seperti

berikut ini:

1. Sebagai asas hukum, yaitu sesuatu yang

merupakan permulaan hukum, misalnya kehendak

Tuhan, akal manusia, jiwa bangsa.

2. Menunjukan sumber hukum ter-dahulu yang

memberikan bahan-bahan kepada hukum yang

sekarang berlaku. Sebagai sumber berlakunya

yang memberikan kekuatan penguasa, masyarakat.

3. Sebagai sumber dari mana hukum dapat diketahui

misalnya dokumen dokumen, undang-undang, batu

bertulis.

4. Sebagai sumber terbentuknya hukum atau sumber

yang menimbulkan hukum.

Sumber hukum pada hakekatnya dapat dibedakan

menjadi 2, yaitu

Sumber hukum materiil dan Sumber hukum formal.

Termasuk dalam sumber hukum formal adalah :

Undang-undang

Kebiasaan

Yurisprodensi

Traktat (perjanjian antar negara)

Perjanjian

Doktrin

Undang-Undang

Undang-undang adalah peraturan negara yang dibentuk

oleh alat perlengkapan negara yang berwenang dan

mengikat masyarakat. Undang-undang dibedakan

menjadi dua, yaitu :

1. Undang-undang dalam arti materiil Adalah

setiap peraturan perundang-undangan yang

isinya mengikat langsung kepada masyarakat

umum.

2. Undang-undang dalam arti formal Adalah setiap

peraturan perundang yang dibentuk oleh alat

perlengkap-an negara yang berwenang melalui

tata cara dan prosedur yang ber-laku. Undang-

undang dalam arti formal pada hakikatnya

adalah keputusan alat perlengkapan negara yang

karena cara pem-bentukannya disebut undang-

undang.

Asas berlakunya undang-undang:

Undang-undang tidak boleh berlaku surut;

1. Undang-undang yang berlaku kemudian

membatalkan undang-undang terdahulu sejauh

undang-undang itu mengatur hal yang sama (lex

posterior derogat legi priori).

2. Undang-undang yang dibuat oleh penguasa yang

lebih tinggi mem-punyai derajat yang lebih

tinggi, sehingga apabila ada dua macam undang-

undang yang tidak se-derajat mengatur obyek

yang sama dan saling bertentangan maka hakim

harus menerapkan undang-undang yang lebih

tinggi dan me-nyatakan undang-undang yang

lebih rendah tidak mengikat (lex superior derogat

legi inferiori).

3. Undang-undang yang khusus menge-sampingkan

undang-undang yang bersifat umum (lex specialis

derogat legi generali)

4. Undang-undang tidak dapat diganggu gugat.

KEBIASAAN

Kebiasaan adalah perbuatan manusia yang dilakukan

berulang-ulang. Ke-biasaan tersebut diterima oleh

masya-rakat sehingga masyarakat ber-anggapan memang

harus berlaku demikian kalau tidak berbuat demikian

merasa berlawanan dengan kebiasa-an dan merasa

melakukan pelang-garaan terhadap hukum. Beberapa

syarat tertentu, yaitu :

1. Adanyan perbuatan tertentu yang dilakukan

secara berulang-ulang dalam masyarakat

tertentu.

2. Adanya keyakinan hukum dari masyarakat  yang

bersangkutan.

Contoh : kebiasaan perjanjian bagi hasil antara

pemilik sawah dengan penggarapnya.

YURISPRUDENSI

Menurut ketentuan pasal 22 AB jo pasal 14 Undang-

undang Nomor 14 tahun 1970 bahwa seorang hakim

tidak boleh menolak jika diminta memutuskan suatu

perkara dengan alasan karena belum ada aturan

hukumnya.

Dari kenyataan yang demikian dapat dimengerti dalam

praktek peradilan bahwa hakim adalah pembentuk

undang-undang.

Ada dua macam yurisprodensi yaitu :

1. Yurisprudensi tetap ialah keputusan hakim yang

terjadi karena rangkai-an keputusan serupa dan

dijadikan dasar atau patokan untuk memutuskan

suatu perkara (standar arresten);

2. Yurisprudensi tidak tetap ialah ke-putusan

hakim terdahulu  yang bukan standar arresten.

TRAKTAT

Traktat sebagai hukum formal harus disetujui oleh

DPR kemudian baru diratifikasi oelh Presiden dan

setelah itu baru mengikat terhadap negara peserta

dan warga negaranya.

Traktat yang memerlukan persetujuan DPR adalah

traktat yang mengandung materi sebagai berikut :

1. Soal-soal politik atau soal-soal yang dapat

mempengaruhi haluan politik luar negeri

misalnya perubahan wilayah.

2. Perjanjian kerjasama ekonomi,pinjaman.

3. Soal-soal yang menurut UUD dan sistem

perundang-undangan kita harus diatur dengan

bentuk undang-undang misalnya soal

kewarganegaraan,kehakiman.

PERJANJIAN

Perjanjian (overeenkomst) adalah suatu peristiwa

dimana dua orang atau lebih saling berjanji untuk

mela-kukan atau tidak melakukan perbuatan tertentu.

Perjanjian adalah sah apabila meme-nuhi syarat-

syarat sebagaimana ditetapkan dalam pasal

1320 KUH Perdata, yaitu :

1. Orang yang mengadakan perjanjian garus cakap

dalam arti mampu membuat perjanjian (orang

dewasa, tidak sakit ingatan);

2. Ada kata sepakat atau persesuaian kehendak

antara para pihak yang bersangkutan;

3. Mengenai obyek tertentu;

4. Dasar yang halal atau kausa.

Disamping unsur-unsur yang harus dipenuhi ada juga

asas-asas dalam perjanjian, yaitu :

1. Asas konsensualisme adalah perjanji-an itu

telah terjadi apabila telah ada konsensus

antara pihak-pihak yang mengadakan perjanjian.

2. Asas kebebasan berkontrak artinya seseorang

bebas untuk mengadakan perjanjian bebas

mengenai apa yang diperjanjikan bebas pula

menentukan bentuk perjanjiannya.

3. Asas pacta sunt servanda maksudnya adalah bila

perjanjian telah disepakati berlaku mengikat

para pihak yang bersangkutan sebagai undang-

undang.

DOKTRIN

Pendapat para sarjana hukum yang merupakan doktrin

adalah sumber hukum, tempat hakim dapat menemuk-an

hukumnya. Ilmu hukum adalah sum-ber hukum tetapi

ilmu hukum bukan hukum karena tidak mempunyai

kekuat-an mengikat sebagai hukum seperti undang-

undang.

Dalam penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 perihal

sistem Pem-erintahan Negara ditegaskan bahwa

Indonesia adalah negara yang berdasar atas hukum

(Rechtsstaat), tidak berdasarkan kekuasaan belaka

(Machtsstaat).

1. Pancasila sebagai sumber hukum

Pancasila merupakan sumber dari segala sumber

hukum.

Maksudnya adalah sebagai pandangan hidup, kesadaran

dan cita-cita hukum serta cita-cita kemerdekaan

individu, kemerdekaan bangsa, perikemanusiaan,

keadilan sosial, perdamaian nasional dan mondial,

cita-cita politik mengenai sifat, bentuk dan tujuan

negara, cita-cita moral mengenai kehidupan

kemasyarakatan dan keagamaan sebagai

pengejewantahan dari budi nurani manusia.

Pancasila mewujudkan dirinya dalam:

1. Proklamasi Kemerdekaan 17 Agst 1945

2. Dekrit 5 Juli 1959

3. UUD

4. Supersemar

Sumber hukum dalam arti formal:

Bentuk tempat hukum itu dibuat menjadi positip oleh

instansi pemerintah yang berwenang. Antara lain:

UUD, Ketetapan MPR, Undang-Undang, Perpu, PP,

Kepres, Instruksi Menteri, Surat Menteri.

 

 

 

 

 

  

BAB II

PERBUATAN PEMERINTAH

A.    BENTUK PERBUATAN PEMERINTAH

Jenis-jenis perbuatan pemerintah

1)         Perbuatan non yuridis

2)         Perbuatan yuridis (rechtshan-deling)

Perbuatan pemerintah yang ber-sifat hukum publik

ada perbuatan hukum publik yang bersegi dua, dan

perbuatan hukum publik yang bersegi satu. Perbuatan

Pemerintah yang ber-sifat hukum privat.

Perbuatan Pemerintah (Perbuatan Yang Dilaksanakan

Pejabat Administrasi:

1. Perbuatan Pemerintah yang dilaksanakan

berdasarkan:

1. Peraturan Perundang-undangan yang ada;

2. Belum ada Peraturan Perun-dangannya

(Freies Ermessen / Discretion).

3. Freies  Ermessen / Discretion/Kebijakan:

1. Sjachran Basah : Freies Ermessen

adalah keleluasan dalam menen-tukan

kebijakan-kebijakan melalui sikap

tindak administrasi negara yang

harus dapat dipertanggung-jawabkan.

2. AV. DICEY (Bagir Manan)

discreationary power adalah berisi

kebebasan Mahkota atau aparat-nya

untuk melaksanakan suatu tin-dakan

tanpa terlebih dahulu harus meminta

persetujuan/pengatur oleh parlemen.

3. S.F Marbun Freies Ermessen adalah

kebebasan untuk bertindak atas

inisiatif sendiri menyelesaikan

persoalan-persoalan penting dan

mendesak yang muncul secara tiba-

tiba, dimana hukum tidak

mengaturnya.

4. Tolak ukur penggunaan Freies

Ermessen / Direction / kebijakan:

1. Adanya kebebasan yang dimung-

kinkan oleh hukum kepada

admini-strasi negara untuk

bertindak atas inisiatif

sendiri;

2. Terdapat persoalan yang penting

dan segera mendesak untuk se-

gera diselesaikan;

3. Harus dapat dipertanggungjawab-

kan secara moral dan hukum.

a)      Secara moral : berdasarkan Pancasila dan

Sumpah/Janji;

b)   Secara Hukum:

Batas atas: wajib taat asas ter-hadap tata urutan

peraturan per-undang-undangan Indonesia, baik

secara vertikal maupun secara horizontal dan tidak

melanggar hukum;

Batas bawah: tidak boleh me-langgar hak warga

negara atas pe-kerjaan dan penghidupan yang layak

bagi kemanusiaan.

B.     SIFAT WEWENANG PEMERINTAH

Wewenang Sumbernya adalah  Peraturan Perundang-

undangan,

►   Cara memperoleh :

1. Atribusi

2. Delegasi

3. Mandat

Sumber dan cara memperoleh wewenang berkaitan

dengan pertanggungjawaban

1. Terikat, apbl perat dasaryg menentukan isi dari

keputusan yg hrs diambil secara terinci

1. Fakultatif, badan/pejabat TUN tdk wajib

menerapkan wewenangnya atau masih ada pilihan

yg ditentukan dlm peraturan dasarnya

2. Bebas, perat dasarnya memberi kebebasan kpd

badan/pejabat utk menentukan sendiri mengenai

isi dari keputusan yg akan dikeluarkannya

Unsur Tindakan Hukum Pemerintah antara lain

perbuatan itu dilakukan oleh aparat pemerintah

dalam kedudukannya sebagai penguasa maupun sebagai

alat perlengkapan pemerintahan (bestuurs-organen)

dengan prakarsa dan tanggung jawab sendiri;

Perbuatan tersebut dilaksanakan dalam rangka

menjalankan fungsi pemerintahan; Perbuatan tersebut

dimaksudkan sebagai sarana untuk menimbulkan akibat

hukum di bidang hukum administrasi; Perbuatan yang

bersangkutan dilakukan dalam rangka pemeliharaan

kepentingan negara dan rakyat, Perbuatan tersebut

hrs didasarkan pada peraturan perundang-undanganan

yang berlaku.

►   Setiap tindakan pemerintah hrs berdasarkan

perat per-uu-an atau berdasarkan pada kewenangan

►   Asas legalitas berkaitan dgn gagasan demokrasi

dan gagasan negara hukum

►   Dalam konsepsi welfare state, tindakan

pemerintah tidak selalu harus berdasarkan asas

legalitas. Dalam hal-hal tertentu pemerintah dapat

melakukan tindakan secara bebas yang didasarkan

pada freies Ermessen

  

BAB III

INSTRUMEN YURIDIS PEMERINTAH

A.       PERATURAN PERUNDANG-UNDANGAN

Pengertian Perat Peraturan Perundang-Undangan yang

tercantum dalam Pasal 1 angka 2 UU No 5 Th 1986 :

”peraturan perundang-undangan adalah semua

peraturan yang bersifat mengikat secara umum yang

dikeluarkan oleh Badan Perwakilan Rakyat bersama

pemerintah, baik di tingkat pusat maupun di tingkat

daerah serta semua keputusan badan atau pejabat

tata usaha negara, baik di tingkat pusat maupun di

tingkat daerah, yang juga mengikat umum. “

Pasal 1 angka 2 UU No 10 Th 2004:

”peraturan perundang-undangan adalah peraturan

tertulis yang dibentuk oleh lembaga negara atau

pejabat yang berwenang dan mengikat secara umum.”

Pasal 7 ayat (1) UU No. 10 Tahun 2004 :

jenis dan hierarki perat perundang-undangan :

1. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Tahun 1945

2. Undang-Undang/Peraturan Pemerintah Pengganti

Undang-Undang

3. Peraturan Pemerintah

4. Peraturan Presiden

5. Peraturan Daerah

Ciri-ciri :

1. Bersifat umum dan komprehensif

2. Bersifat universal, utk peristiwa2 yad yg

belum jelas bentuk konkretnya

3. Memiliki kekuatan utk mengoreksi dan

memperbaiki dirinya sendiri. Pencantuman

klausul yg memuat kemungkinan dilakukannya

peninjauan kembali 

B.     KETETAPAN TATA USAHA NEGARA

Keputusan administrative merupakan suatu pengertian

yang sangat umum dan abstrak.

Berikut berbagai pengertiannya:

1. E.Utrecht : Beshikking/Ketetapan ialah suatu

perbuatan hukum publik yang bersegi satu yang

dilakukan oleh alat-alat pemerintah

berdasarkan suatu kekuasaan istimewa.

2. W.F Prins : Beshikking/Ketetapan ialah suatu

tindakan hukum sepihak dalam lapangan

pemerintahan yang dilakukan oleh alat

pemerintahan berdasarkan wewenang yang ada

pada alat satu organ itu.

3. Van der Pot : Beshikking/Ketetapan ialah suatu

perbuatan yang dilakukan oleh alat-alat

pemerintahan dan per-nyataan-pernyataan alat-

alat pemerin-tahan dalam menyelenggarakan hal

istimewa dengan maksud mengada-kan perubahan

dalam perhubungan-perhubungan hukum.

4. Sjachran Basah : Beshikking/Ketetapan ialah

keputusan tertulis dari administrasi negara

yang mempunyai akibat hukum untuk me-

nyelenggarakan pemerintahan (dalam arti kata

sempit).

5. UU No.5 Tahun 1986 :Keputusan ialah suatu

penetapan tertulis yang dikeluarkan oleh

Badan/Pejabat TUN, yang berisi tindakan hukum

TUN, yang berdasarkan PUU yang berlaku, yang

bersifat konkrit, individual dan final, yang

menimbulkan akibat hukum bagi seseorang/Badan

Hukum Per-data.

6. Yang dapat disebut sebagai Badan / Pejabat

Administrasi Negara adalah :

1. Instansi resmi pemerintah dibawah

Presiden (Eksekutif); Instansi resmi

diluar pemerintahan (Badan Negara)

2. Badan Hukum Perdata yang dirikan oleh

Pemerintah;

3. Instansi Swasta yang bekerja sama dengan

Pemerintah;

4. Lembaga Swasta yang melaksana-kan tugas

pemerintahan

Jenis-jenis keputusan antara lain:

1. Keputusan yang bersifat Positif :

1. Keputusan yang umumnya menim-bulkan

/melahirkan keadaan hukum baru.

2. Keputusan mendirikan / membubar-kan suatu

badan hukum.

3. Keputusan yang menimbulkan hak baru yang

menguntungkan.

4. Keputusan yang membebankan ke-wajiban

baru.

5. Keputusan yang bersifat Negatif: Ke-

putusan untuk tidak melakukan suatu

perbuatan dalam suatu hubungan

hukum/penolakan terhadap suatu permohonan

untuk melakukan / mengubah suatu keadaan

hukum tertentu yang telah ada.

Bentuk Keputusan negatip :

1. Suatu pernyataan tidak berwenang;

2. Suatu pernyataan tidak diterima;

3. Suatu penolakan;

4. Keputusan yang bersifat Konstitutif: Keputusan

yang menimbulkan hak baru bagi seorang yang

namanya tercantum dalam keputusan itu.

5. Keputusan yang bersifat Deklaratoir: Keputusan

untuk mengakui suatu hak yang telah ada dan

diberikan karena telah memenuhi syarat-syarat

yang ditentukan.

6. Keputusan menurut isinya :

1. Keputusan kilat

2. Keputusan tetap

Syarat 2 pembuatan KTUN:

1. Syarat-syarat materiil

2. Syarat-syarat formal

►   Apbl syarat materiil dan syarat formal telah

terpenuhi maka ketetapan itu sah menurut hk

►   Apbl satu/beberapa persyaratan tdk terpenuhi,

ketetapan itu mengandung kekurangan dan menjadi tdk

sah

Syarat-syarat material:

1. Organ pem yg membuat ketetapan harus berwenang

2. Ketetapan tidak boleh mengandung kekurangan

yuridis, seperti penipuan, paksaan atau suap,

kesesatan

3. Ketetapan hrs berdasarkan suatu

keadaan/situasi tertentu

4. Ketetapan hrs dpt dilaksanakan dan tanpa

melanggar perat lain, serta isi dan tujuan

ketetapan hrs sesuai dgn isi dan tujuan

peraturan dasarnya

Syarat-syarat formal:

1. Syarat-syarat yang ditentukan berhubung dengan

persiapan dibuatnya ketetapan dan berhubung

dengan cara dibuatnya ketetapan harus dipenuhi

2. Ketetapan harus diberi bentuk yang telah

ditentukan dalam peraturan perundang-undangan

yang menjadi dasar dikeluarkannya ketetapan

itu

3. Syarat-syarat berhubung dengan pelaksanaan

ketetapan harus dipenuhi

Berikut macam-macam keputusan yang sah dan tidak

sah:

Keputusan yang sah:

1. Keputusan harus dibuat oleh Badan / Organ yang

berwenang;

2. Keputusan harus diberi bentuk dan harus

memenuhi prosedur pembuatannya;

3. Keputusan tidak boleh memuat keku-rangan

yuridis;

4. Isi dan tujuan harus sesuai dengan isi dan

tujuan peraturan dasarnya.

Keputusan yang tidak sah terdiri dari:

1. Keputusan yang batal karena hukum;

2. Keputusan yang batal mutlak;

3. Keputusan yang batal nisbi;

4. Keputusan yang dapat dibatalkan;

5. Keputusan yang dapat dibatalkan mutlak dapat

dibatalkan nisbi.

Akibat ketetapan yang tidak sah (A.M. Donner) maka

Tap harus dianggap batal sama sekali Berlakunya tap

dapat digugat:

a. dalam banding

b. dalam pembatalan oleh jabatan

c. dalam penarikan kembali

Apabila memerlukan persetujuan/peneguhan, badan

yang lebih tinggi dapat tidak memberikan

persetujuan/peneguhan Tap diberi tujuan lain

daripada tujuan semula.

Berlakunya ketetapan:

1. Jika berdasarkan perat dasarnya thd tap itu

tdk memberi kemungkinan banding bagi yg

dikenai tap, ketetapan mulai berlaku sejak

saat diterbitkan

2. Jika berdasarkan perat dasarnya tdp

kemungkinan banding thd tap, keberlakuan

ketetapan tergantung dari proses banding atau

sejak saat berakhirnya batas waktu banding

3. Jika tap memerlukan pengesahan organ yg lebih

tinggi, ketetapan mulai berlaku setelah

mendapat pengesahan

C.    PERATURAN KEBIJAKAN

Di Indonesia berbagai serangkaian peraturan

kebijaksanaan dapat dilihat pada berbagai

keputusan, surat edaran, surat edaran bersama dan

lain-lain. Kewenangan diskresioner administrasi

negara yang diwujudkan dalam instrumen yuridis

tertulis melahirkan peraturan kebijaksanaan.

Peraturan kebijaksanaan hanya berfungsi sebagai

bagian dari operasional penyelenggaraan tugas-tugas

pemerintahan sehingga tidak dapat mengubah ataupun

menyimpangi peraturan perundang-undangan.

Disebut psudeo-wetgeving (Per-uu-an semu)

atau spigelsrecht (hukum bayangan).

Kekuatan Mengikat Peraturan Kebijaksanaan dimana

Peraturan kebijaksanaan pada dasarnya ditujukan

kepada administrasi negara sendiri artinya

peraturan kebijaksanaan hanya mengikat administrasi

Negara. Peraturan kebijaksanaan bagi masyarakat

menimbulkan keterikatan secara tidak langsung.

Pembuatan Peraturan Kebijaksanaan harus

memperhatikan hal-hal sebagai berikut:

1. Tidak boleh bertentangan dng peraturan dasar

yang mengandung wewenang diskresioner yg

dijabarkan itu.

2. Tidak boleh nyata-nyata bertentangan dengan

nalar yg sehat

3. Dipersiapkan dengan cermat

4. Isi dari kebijaksanaan harus memberikan

kejelasan yang cukup mengenai hak-hak dan

kewajiban-kewajiban dr warga yang terkena

peraturan tsb

5. Tujuan dan dasar pertimbangan mengenai

kebijaksanaan yang akan ditempuh harus jelas

6. Harus memenuhi syarat kepastian hukum material

Sedangkan Penggunaan Perat Kebijaksanaan harus

memperhatikan hal-hal berikut. Harus sesuai dan

serasi dengan tujuan undang-undang yang memberikan

ruang kebebasan bertindak serasi dengan asas-asas

hukum umum yang berlaku asas perlakuan yang sama

menurut hukum, asas kepatutan dan kewajaran ,asas

keseimbangan, asas pemenuhan kebutuhan dan 

harapan, asas kelayakan mempertimbangkan

kepentingan public dan warga masyarakat dan  serasi

dan tepat guna dgn tujuan yg hendakdicapai.

D.    RENCANA-RENCANA (HET PLAN)

Rencana merupakan semua tindakan yang saling

berkaitan dari Tata Usaha Negara yang mengupayakan

terlaksananya usaha tertentu yang tertib. Konsep

perencanaan pemerintah dalam arti luas

didefinisikan sebagai persiapan dan pelaksanaan

yang sistematis dan terkoordinasi mengenai

keputusan-keputusan kebijakan yang didasarkan pada

suatu rencana kerja yang terkait dengan tujuan dan

cara pelaksanaannya. Suatu rencana terdiri dari

bagian peta perencanaan dan peraturan berkenaan

dengan penggunaan.

E.     PERIZINAN

Sjachran Basah mengartikan izin adalah perbuatan

hukum administrasi negara bersegi satu yang

mengaplikasikan peraturan dalam hal konkret

berdasarkan persyaratan dan prosedur sebagaimana

ditetapkan oleh ketentuan peraturan perundang-

undangan

dalam penerapannya kewenangan pemerintah dalam

bidang izin itu bersifat diskresionare power atau

berupa kewenangan bebas.

Sjachran Basah mengartikan izin berfungsi selaku

ujung tombak instrumen hukum sebagai pengarah,

perekayasa, dan perancang masyarakat adil dan

makmur itu dijelmakan. Ini berarti persyaratan-

persyaratan, yang terkandung dalam izin merupakan

pengendali dalam memfungsikan izin itu sendiri.

Sedangkan Prayudi Atmosudirdjo mengartikannya

berkenaan dengan fungsi hukum modern, izin dapat

diletakkan dalam fungsi menertibkan masyarakat.

F.     INSTRUMEN HUKUM KEPERDATAAN

           Penggunaan instrumen hukum publik

merupakan fungsi dasar dari organ pemerintahan

dalam menjalankan tugas-tugas pemerintahan,

sedangkan penggunaan hukum privat merupakan

konsekuensi paham negara kesejahteraan. Kedudukan

Pemerintah dalam

menggunakan Instrumen Hukum Perdata antara lain

Pemerintah menggunakan instrumen hukum keperdataan

sekaligus melibatkan diri dalam hubungan hukum

keperdataan dengan kedudukan yangg sejajar dengan

orang/badan hukum perdata Pemerintah menggunakan

instrumen hukum keperdataan tanpa menempatkan diri

dalam kedudukan yang sejajar dengan orang/badan

hukum perdata.

BAB IV

SANKSI DALAM HUKUM ADMINISTRASI NEGARA

A.       PAKSAAN PEMERINTAH (BESTUUSDWANG)

                 Paksaan tidak selalu dalam bentuk

fisik melainkan pemaksaan terlatak pada kenyataan

bahwa warga yang dipandang lalai oleh kekuasaan

pemerintah yang sah menurut hukum dipaksa memenuhi

undang-undang.

Paksaan pemerintah berbeda dengan pengenaan

pidana. Bestuusdwang lebih menekankan pada pelaksaan

undang-undang bukan pada pelanggarnya. Dengan

pertimbangan sebagai berikut:

1. Kepentingan umum yang dirugikan dengan keadaan

illegal misalnya pencmaran lingkungan.

2. Kepentingan pencegahan pengauh preseden.

3. Kepentingan pihak ketiga 

B.        PENARIKAN KEMBALI KEPUTUSAN-

KEPUTUSAN

Terhadap dua hal suatu keputusan yang menguntungkan

dapat ditarik kembali dengan pertimbangan:

1. Yang berkepentingan tidak memenuhi pembatasan-

pembatasan, syarat-syarat atau ketentuan

peraturan perundang-undangan yang dikaitkan

dengan subsidi atau pembayaran.

2. Yang berkepentingan pada waktu mengajukan

permohonan untuk mendapatkan izin, subsidi

atau pembayaran telah memberikan data yang

tidak benar atau tidak lengkap jika data

tersebut diberikan secara benar atau lengkap

berindikasi keputusan akan berlainan.

C.       PENGENAAN DENDA ADMINISTRATIF

Undang-undang memberikan wewenang membebankan

biaya-biaya yang berhubungan langsung dengan

pelaksanaan bestuursdwang pada pelanggar. Undang-

undang member kemungkinan menagih biaya dengan

surat paksa (dwangbewel). 

PENUTUP

Adanya suatu yang perlu kita perhatikan dalam

kegiatan administrasi yaitu harus sesuai dengan

prosedur yang berlaku dan tidak melanggar dari

proses administrasi tersebut unutk mencapai suatu

produk suatu penetapan ataupun keputusan yang di

hasilkan agal menghasilkan keputusan yang

bijaksana, dan kebijaksana tersebut akan berdampak

bagi kehidupan bermasyarakt yang tentram

Demikianlah makalah yang saya buat ini, semoga

bermanfaat dan menambah pengetahuan para pembaca.

Kami mohon maaf apabila ada kesalahan ejaan dalam

penulisan kata dan kalimat yang kurang jelas,

dimengerti, dan lugas.Karena saya hanyalah manusia

biasa yang tak luput dari kesalahan Dan saya juga

sangat mengharapkan saran dan kritik dari para

pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Sekian

penutup dari kami semoga dapat diterima di hati dan

saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya.