Skripsi keputusan pembelian
Transcript of Skripsi keputusan pembelian
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah
penduduk yang besar, dengan jumlah penduduk yang besar
tersebut Indonesia menjadi daerah pemasaran produk barang
dan jasa yang cukup potensial bagi perusahaan-perusahaan.
Berbagai perusahaan mencoba memasarkan berbagai jenis produk
barang dan jasa yang diciptakannya, mulai dari makanan,
minuman, kesehatan maupun produk untuk berkomunikasi.
Dunia industri di Indonesia telah berkembang dengan
pesat. Hal ini menyebabkan kondisi persaingan dunia bisnis
dewasa ini semakin hari bertambah padat. Setiap perusahaan
dituntut berupaya menciptakan keunggulan yang kompetitif
untuk menghadapi semakin banyak munculnya pemain baru
(pesaing) yang bergerak dalam industri yang sama. Semakin
banyaknya industri yang bermunculan sebagai akibat dari
adanya tingkat kebutuhan manusia yang semakin meningkat dan
bervariatif, sebagai dampak dari banyak bermunculannya
1
2
industri yang ada maka bidang pemasaran berpengaruh dan
merupakan satu elemen penting untuk menghadapi persaingan.
Pemasaran sebagai salah satu kegiatan atau proses
interaksi tentang pemenuhan keinginan serta kebutuhan
konsumen yang berusaha dilakukan pihak produsen dengan
sistem yang telah disesuaikan merupakan salah satu hal yang
wajib diperhatikan bagi perusahaan-perusahan yang ada saat
ini jika ingin tetap bertahan di era persaingan ekonomi yang
ketat.
Menurut (Kotler, 1996:6) bahwa “Pemasaran adalah suatu
proses sosial dan manajerial yang membuat individu dan
kelompok memperoleh apa yang mereka butuhkan serta inginkan
lewat penciptaan dan pertukaran timbal balik produk dan
nilai dengan orang lain”. Sedangkan menurut (Stanton,
1985:7) adalah sebagai berikut: “Suatu sistem keseluruhan
dari kegiatan-kegiatan bisnis yang bertujuan untuk
merencanakan, menentukanharga, mempromosikan dan
mendistribusikan barang dan jasa yang memuaskan kebutuhan
baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial”. Dari
definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa sasaran pemasaran
3
utama adalah menciptakan mendatangkan laba dengan membangun
hubungan yang searah, senilai dengan para pelanggan.
Salah satu yang banyak bermunculan dari industri
seperti yang telah diuraikan sebelumnya adalah produsen
kartu seluler, yang merupakan salah satu dari produk jasa.
Kartu seluler sudah dikenal oleh masyarakat Indonesia sejak
lama sebagai alat komunikasi yang hanya dapat digunakan pada
telepon seluler. Berbagai merek kartu seluler telah dikenal
oleh masyarakat seperti KartuHALO, KartuAs, simPATI, Jempol,
Bebas, Mentari, IM3, dan sebagainya. Dengan adanya berbagai
merek kartu seluler, maka berdampak pula pada padatnya
persaingan untuk mendapatkan konsumen.
Aktivitas kompetitif yang dilakukan oleh perusahaan
biasanya adalah menetapkan harga secara agresif untuk
membatasi persaingan dengan menurunkan harga yang bertujuan
untuk meningkatkan daya tarik produk. Kondisi ini jelas
menimbulkan perang harga yang sebenarnya cenderung merugikan
jangka panjang. Kompetisi dengan peranan sentral adalah
harga, ternyata tidak menguntungkan perusahaan untuk jangka
panjang, maka semakin pentingnya perusahaan untuk
4
mengembangkan keunggulan kompetitif berkelanjutan
berlandaskan pada kompetisi non harga. Salah satu jalan
untuk meraih keunggulan kompetisi adalah dengan membentuk
citra merek yang baik di mata konsumen. Citra Merek yang
baik secara emosional akan membentuk kepuasan dalam diri
individu yang menghasilkan kesan kualitas (persepsi nilai
yang dirasakan pelanggan terhadap mutu produk) terhadap
suatu merek.
Tugas seorang pemasar tidak berhenti ketika produknya
dibeli oleh konsumen karena konsumen akan mengevaluasi
alternatif pasca pembelian seperti halnya sebelum pembelian
dilakukan. Hal yang paling menentukan pembeli merasa puas
atau tidak puas dengan suatu pembeli adalah hubungan antara
harapan konsumen dan prestasi yang diterima dari produk.
Jika produk tersebut tidak memenuhi harapan, konsumen merasa
tidak puas, jika memenuhi harapan, konsumen merasa puas,
jika melebihi harapan, konsumen akan merasa sangat puas.
Pelanggan yang amat puas kemungkinan besar akan mengulang
kembali pembeliannya serta akan memuji produk dan perusahaan
5
penjualannya. Hal inilah yang menjadi tujuan utama dan
keinginan semua perusahaan
Perusahaan yang ingin bertahan lama, sebaiknya
mengalokasikan biaya untuk pembentukan citra merek. Hal ini
karena dengan memiliki merek yang kuat dan dikenal luas oleh
konsumen merupakan investasi jangka panjang bagi perusahaan.
Seperti halnya merek IM3 yang dikenal luas oleh konsumen.
Dari hasil pengamatan, IM3 terkenal sebagai merek kartu
seluler yang diakui memiliki kualitas dengan patokan harga
yang relatif murah dibandingkan dengan kartu seluler merek
lain. Dapat dilihat bahwa IM3 untuk menghadapi kompetisi
dengan kompetitornya dengan menawarkan harga yang lebih
murah, juga menjual kualitas dan kekuatan merek yang
dimilikinya, sehingga memberikan keyakinan kepada konsumen.
Menurut (Rangkuti, 2002), mengatakan bahwa merek
merupakan janji penjual untuk secara konsisten memberikan
fitur, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli. Merek
terbaik akan memberikan jaminan kualitas. Namun pemberian
nama atau merek pada suatu produk hendaknya tidak hanya
merupakan suatu simbol, melainkan atribut, manfaat, nilai,
6
budaya, kepribadian, dan pemakai. Merek telah menjadi elemen
krusial yang berkontribusi terhadap kesuksesan sebuah
organisasi pemasaran, perusahaan bisnis maupun nirlaba,
pemanufaktur, maupun penyedia jasa, dan organisasi lokal
maupun global. Peryataan ini diungkapkan oleh (Tjiptono,
2005) .
Para pemasar sadar bahwa loyalitas konsumen terhadap
merek merupakan suatu ukuran keterkaitan seorang konsumen
pada sebuah merek dan juga mencerminkan suatu pengaruh dari
fungsi psikologis terhadap pengambilan keputusan dan
evaluasi pembelian seorang konsumen. Pemasar harus selalu
mendesain program pembangunan citra merek dalam aktivitas
pemasaran dan melakukan kegiatan yang mendukung pemasaran
guna memperkuat merek. Kekuatan merek bermain dalam dua hal,
yaitu persepsi konsumen tehadap merek dan loyalitas konsumen
pada penggunaan merek.
Indosat adalah penyelenggara telekomunikasi dan
informasi terkemuka di Indonesia yang memberikan layanan
jasa selular (Mentari, Matrix dan IM3) , IM3 sebagai salah
satu produk unggulannya . Kartu IM3 selama ini dikenal
7
sebagai salah satu produk telekomunikasi yang telah terkenal
dan dipercaya masyarakat dari berbagai kalangan, memiliki
keunggulan jaringan terluas dan sinyal yang kuat di
Indonesia. IM3 juga sering melakukan promo untuk keunggulan
produk-produknya.
Sebagai pelopor pada layanan kartu seluler, IM3 telah
membuktikan popularitasnya dengan menjaring konsumen
terbesar di Indonesia sampai sekarang. Seiring dengan
perkembangan persaingan antar produsen, kartu IM3 diproduksi
dengan berbagai macam keunggulan yang bertujuan untuk
menaikkan volume penjualan, meraih kembali pasar yang telah
menurun dan untuk mempertahankan pasar yang telah
diperolehnya. Oleh karena itulah citra merek sangatlah
penting untuk meraih pangsa pasar yang diharapkan oleh
perusahaan.
Dari uraian sebelumnya, bahwa citra merek mempunyai
pengaruh terhadap perilaku konsumen pada suatu produk, maka
peneliti memilih judul ”PENGARUH CITRA MEREK DAN HARGA
TERHADAP KEPUTUSAN PEMILIHAN KARTU GSM PRABAYAR INDOSAT IM3
DI SURABAYA SELATAN“. Selanjutnya dari informasi hasil
8
kajian, diharapkan dapat digunakan sebagai pemasukan untuk
memperbaiki strategi dan program pemasaran .
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang permasalahan yang telah
diuraikan, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai
berikut :
1. Apakah citra merek berpengaruh signifikan terhadap
keputusan pemilihan kartu gsm prabayar im3 indosat ?
2. Apakah harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pemilihan kartu gsm prabayar im3 indosat?
3. Apakah citra merek dan harga berpengaruh signifikan
secara simultan terhadap keputusan pemilihan kartu gsm
prabayar im3 indosat?
4. Variabel bebas mana yang berpengaruh dominan terhadap
keputusan pemilihan kartu gsm prabayar im3 indosat?
1.3 Tujuan Penelitian
Berdasarkan latar belakang serta rumusan malasah yang
telah diuraikan, maka tujuan penelitian yang ingin dicapai
adalah sebagai berikut :
9
1. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh citra merek
secara parsial terhadap keputusan pemilihan kartu gsm
prabayar im3 indosat
2. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh harga secara
parsial terhadap keputusan pemilihan kartu gsm prabayar
im3 indosat
3. Untuk menganalisis dan mengetahui pengaruh citra merek
dan harga secara simultan terhadap keputusan pemilihan
kartu gsm prabayar im3 indosat
4. Untuk menganalisis dan mengetahui variable bebas mana
yang berpengaruh dominan terhadap keputusan pemilihan
kartu gsm prabayar im3 indosat
1.4 Manfaat Penelitian
Dengan adanya penelitian tentang permasalahan
sebelumnya , maka penulis berharap bisa memberikan banyak
manfaat bagi beberapa pihak, yaitu :
1. Untuk Penulis
10
Dipergunakan sebagai syarat memperoleh gelar sarjana
ekonomi serta Untuk melakukan perbandingan antara teori-
teori yang telah dipelajari .
2. Untuk STIE Mahardhika
Dipergunakan untuk menambah kepustakaan di bidang
manajemen serta dapat digunakan sebagai perbendaharaan di
STIE MAHARDHIKA SURABAYA
3. Untuk INDOSAT
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan
informasi dan masukan bagi pihak indosat untuk mengetahui
faktor dominan yang menjadi pertimbangan konsumen untuk
memilih produk yang ditawarkan sehingga pihak perusahaan
dapat menyusun strategi untuk memenuhi harapan konsumen.
4. Untuk Masyarakat
Untuk mengetahui dan menganalisis citra merek terhadap
keputusan pemilihan kartu gsm prabayar im3 indosat
11
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Landasan Teori
2.1.1 Manajemen Pemasaran
Beberapa pendapat mengenai pengertian manajemen
pemasaran, lain: Menurut pendapat Philip Kotler : "Manajemen
pemasaran adalah analisa, perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian atas program yang dirancang untuk menciptakan,
membentuk dan mempertahankan pertukaran yang menguntungkan
dengan pembeli sasaran (target buyers) dengan maksud untuk
mencapai tujuan-tujuan organisasional." (Philip Kotler,
1987, 16) Dari definisi di atas manajemen pemasaran
mempunyai pengertian sebagai suatu sistem dari kegiatan-
kegiatan yang saling berhubungan atau berinteraksi yang
ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga,
mempromosikan barang dan jasa kepada kelompok pembeli atau
konsumen.
12
Menurut pendapat Sofyan Assauri : "Manajemen pemasaran
adalah merupakan kegiatan penganalisaan, perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian program-program yang dibuat
untuk membentuk, membangun dan memelihara keuntungan dari
pertukaran melalui sasaran pasar guna mencapai tujuan
organisasi dalam jangka panjang." (Sofyan Assauri, 1987, 12)
Dengan demikian tugas manajemen pemasaran adalah mengatur
tingkat waktu dan komposisi permintaan yang akan membantu
proses pencapaian tujuan perusahaan dan fungsi-fungsi
manajemen diterapkan dalam proses pemasaran untuk memperoleh
keuntungan guna mencapai tujuan perusahaan dalam waktu lebih
lama.
2.1.2 Konsep Pemasaran
Konsep pemasaran menurut William J. Stanton
didefinisikan sebagai : "Sebuah falsafah bisnis yang
menyatakan bahwa pemuasan kebutuhan konsumen merupakan
syarat ekonomi dan sosial bagi kelangsungan hidup
perusahaan." (Basu Swastha dan Irawan, 1990, 10) Jadi
falsafah konsep pemasaran bertujuan memberikan kepuasan
terhadap keinginan dan kebutuhan pembeli/konsumen. Seluruh
13
kegiatan dalam perusahaan yang menganut konsep pemasaran
harus diarahkan untuk memenuhi tujuan tersebut. Kegiatan ini
meliputi kegiatan pada semua bagian yang ada, seperti
kegiatan personalia, produksi, keuangan, riset dan
pengembangan, serta fungsi-fungsi lainnya. Meskipun
orientasi pembeli ini dibatasi oleh tujuan laba dan
pertumbuhan, tetapi konsep tersebut perlu dilaksanakan. Pada
hakekatnya konsep pemasaran menekankan orientasi pada
kebutuhan dan keinginan konsumen yang didukung oleh
kegiatan pemasaran yang terpadu, yang ditujukan untuk
menciptakan kepuasan langganan sebagai kunci untuk
keberhasilan mencapai tujuan perusahaan.
2.1.3 Pengertian Marketing Mix
Marketing mix yang diterapkan pada setiap jenis produk
berbeda, volume penjualan dan laba dapat dimaksimumkan jika
marketing mix-nya sesuai dengan
penawaran perusahaan. Biasanya marketing mix yang dipakai
untuk barang konsumsi berbeda dengan marketing mix yang
dipakai untuk barang industri. Kegiatan promosi misalnya,
barang industri lebih menekankan pada personal selling daripada
14
barang konsumsi, sedangkan barang konsumsi lebih banyak
menitikberatkan pada periklanan. Menurut Philip Kotler :
"Marketing mix adalah perangkat variabel-variabel pemasaran
terkontrol yang perusahaan gabungkan untuk menghasilkan
tanggapan yang diinginkan dalam pasar sasaran." (Philip
Kotler, 1986, 63)
Jadi marketing mix terdiri dari himpunan variable yang
dapat dikendalikan dan digunakan oleh perusahaan untuk
mempengaruhi tanggapan konsumen dalam pasar sasarannya.
Variabel atau kegiatan tersebut perlu dikombinasikan dan
dikoordinasikan oleh perusahaan seefektif mungkin, dalam
melakukan kegiatan pemasarannya. Menurut pendapat Basu
Swastha : "Marketing mix adalah kombinasi dari empat variabel
atau kegiatan yang merupakan inti dari sistem pemasaran
perusahaan, yakni : produk, struktur harga, kegiatan
promosi dan system distribusi." (Basu Swastha, 1984, 63)
Jadi marketing mix terdiri dari empat variable yang saling
mempengaruhi, sehingga semuanya penting sebagai satu
kesatuan dan berfungsi dalam menggunakan variabel-variabel
pemasaran yang dapat dikendalikan pimpinan perusahaan, untuk
15
mencapai tujuan perusahaan dalam bidang pemasaran. Keempat
unsur yang terdapat dalam kombinasi tersebut saling
berhubungan, yaitu :
1. Produk,
Dalam pengelolaan produk termasuk pula perencanaan dan
pengembangan produk dan atau jasa yang baik untuk dipasarkan
perusahaan. Perlu adanya suatu pedoman untuk mengubah produk
yang ada, menambah produk baru, atau mengambil tindakan lain
yang dapat mempengaruhi kebijaksanaan dalam penentuan
produk, selain itu keputusan-keputusan juga perlu diambil
menyangkut masalah pemberian merek, pembungkus, warna dan
bentuk produk lainnya.
2. Price (harga)
Dalam kebijaksanaan harga, manajemen harus menentukan harga
dasar dari produknya, kemudian menentukan kebijaksanaan
menyangkut potongan harga, pembayaran dan hal-hal lain yang
berhubungan dengan harga.
3. Promotion (promosi)
Promosi ini merupakan komponen yang dipakai untuk
memberitahu dan mempengaruhi pasar bagi produk perusahaan.
16
Adapun kegiatan - kegiatan yang termasuk dalam promosi
adalah : 12periklanan, personal selling, promosi penjualan,
4. Distribution (distribusi)
Sebagian dari tugas distribusi adalah memilih perantara yang
akan digunakan dalam saluran distribusi, serta mengembangkan
sistem distribusi secara fisik menangani dan mengangkut
dapat mencapai pasar yang dituju tepat pada waktunya.
2.1.4 Pengertian Promosi
Dalam usaha mendorong volume penjualan, perusahaan
menjalankan berbagai kegiatan dengan berusaha mengarahkan
pembeli, yang disebut sebagai kegiatan promosi. Promosi
merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam
marketing mix suatu perusahaan guna memasarkan barang atau
jasanya, yang digunakan untuk memberitahu dan membujuk
konsumen untuk membeli produknya. Menurut Basu Swastha dan
D.H. Irawan : "Promosi adalah arus informasi atau komponen
yang dibuat untuk mengarahkan atau organisasi kepada
tindakan yang menciptakan pertukaran dalam pemasaran." (Basu
Swastha dan D.H. Irawan, 1990, 349) 13 . Jadi pengertian
promotion dari definisi di atas adalah lebih menitikberatkan
17
pada penciptaan pertukaran. Kita telah mengetahui bahwa
pertukaran itu akan terjadi karena adanya permintaan dan
juga penawaran; dan dari segi lain permintaan itu akan
mendorong terciptanya pertukaran.
Menurut Alex S. Nitisemito : "Promosi adalah salah
satu kegiatan di bidang marketing yang bertujuan untuk
meningkatkan omzet penjualan, dengan jalan untuk
mempengaruhi konsumen, baik secara langsung maupun tidak
langsung." (Alex S. Nitisemito, 1982, 13) Dari definisi
tersebut dapat disimpulkan bahwa promosi adalah merupakan
suatu kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan dalam bidang
pemasaran, yang bertujuan untuk meningkatkan penjualan
dengan jalan mengarahkan pembeli, baik secara langsung
maupun tidak langsung guna menciptakan pertukaran.
2.1. 5 Tujuan promosi
Tujuan promosi adalah untuk memperkenalkan barang
hasil produknya, dengan tujuan agar konsumen membeli hasil
produknya. Dengan demikian volume penjualan dapat
meningkat, yang akan meningkatkan pula laba perusahaan. Hal
18
ini dapat dicapai oleh suatu perusahaan, bila promosi yang
dijalankan atau dilaksanakan benar-benar tepat, sehingga
pelaksanaan promosi dapat berhasil seefektif mungkin.
Menurut Basu Swastha dan D.H. Irawan, promosi dilakukan
berdasarkan tujuan-tujuan sebagai berikut :
a. Modifikasi tingkah laku
b. Memberitahu
c. Membujuk
d. Mengingatkan.
(Basu Swastha dan D.H. Irawan, 1990, 353) Modifikasi
tingkah laku, disini maksudnya adalah memodifikasi tingkah
laku konsumen demikian pula dengan pendapatnya dan kemudian
memperkuat tingkah laku yang ada yang telah dianggap sesuai
oleh produsen. Sedangkan memberitahu disini adalah kegiatan
promosi itu dapat ditujukan untuk memberitahu pasar yang
dituju tentang penawaran perusahaan. Promosi yang bersifat
informasi umumnya lebih sesuai dilakukan pada tahap-tahap
awal didalam siklus kehidupan produk.
19
Sebagian orang tidak akan membeli barang atau jasa
sebelum mereka mengetahui produk tersebut dan apa faedahnya.
Kegiatan promosi ditujukan untuk membujuk konsumen. Promosi
yang bersifat membujuk umumnya kurang disenangi oleh
sebagian masyarakat. Promosi yang bersifat demikian terutama
dilakukan untuk mendorong pembelian. Dalam hal ini
perusahaan tak ingin mengutamakan tanggapan secepatnya
tetapi dimaksud untuk memberikan pengaruh dalam waktu yang
lama terhadap perilaku pembeli.
Selain itu promosi bertujuan mengingatkan konsumen.
Promosi yang bersifat mengingatkan dilakukan terutama untuk
mempertahankan merek produk di hati masyarakat. Dan perlu
dilakukan selama tahap kedewasaan didalam siklus kehidupan
produk. Dengan kata lain perusahaan berusaha mempertahankan
konsumen atau pelanggan merek tersebut terutama pada tahap
kedewasaan produk tersebut.
2.1.6 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Promosi
Suatu promosi akan dapat berhasil, bila perusahaan
mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi dalam pemilihan
sarana promosi yang tepat.
20
Menurut Basu Swastha, faktor-faktor yang perlu diperhatikan
adalah :
1. Besarnya dana yang digunakan untuk promosi.
2. Sifat pasar.
3. Jenis produk yang dipromosikan.
4. Tahap-tahap dalam siklus kehidupan barang.
(Basu Swastha dan D.H. Irawan, 1990, 355) 2.6.1
Besarnya dana yang digunakan untuk promosi Semua jenis
promosi, bahkan setiap jenis komunikasi mempunyai konsekuen
beban biaya yang harus ditanggung oleh perusahaan dalam
mempergunakan sarana promosi tersebut. Oleh karena itu
sebelum menentukan kegiatan promosi ataupun jenis komunikasi
yang akan dipilih setiap perusahaan perlu mempertimbangkan
jumlah dana yang tersedia untuk jangka waktu tertentu, agar
tujuan perusahaan untuk mendapat laba dapat tercapai.
Sifat pasar Strategi promosi yang dijalankan sangat
dipengaruhi beberapa sifat pasar. Pengaruh tersebut antara
lain :
a. Luas pasar secara geografis, artinya perusahaan yang
hanya mempunyai pasar lokal akan berbeda dengan perusahaan
21
yang mempunyai pasar secara nasional dalam strategi
promosinya.
b. Konsentrasi pasar, konsentrasi pasar dapat pula
mempengaruhi strategi promosi yang dilakukan oleh
perusahaan yang menjual produknya kepada suatu
kelompok pembeli.
c. Macam-macam pembeli, macam-macam pembeli juga sangat
mempengaruhi strategi promosi, apakah pembeli dari keluarga
ekonomi menengah, keluarga ekonomi atas ataupun keluarga
ekonomi bawah.
2.1.7 Jenis Produk
Strategi promosi yang akan dijalankan oleh perusahaan
dipengaruhi pula oleh jenis barang yang akan dipasarkan,
apakah barang konsumen atau barang industri. Untuk barang-
barang konsumen biasanya perusahaan menggunakan periklanan
atau promosi penjualan. Hal ini disebabkan karena barang
konsumsi
didistribusikan secara luas. Sedangkan untuk barang-barang
industri strategi yang digunakan adalah personal selling. Hal ini
22
karena produk tersebut harus diterangkan kepada konsumen
tentang bagaimana menggunakan barang tersebut.
2.1.8 Tahap-tahap dalam siklus kehidupan barang
Untuk menentukan strategi promosi perusahaan harus
pula memperhatikan tahap-tahap dalam siklus kehidupan
barang, tahap-tahap kehidupan barang dibagi menjadi tahap,
yaitu :
Tahap perkenalan, tugas promosi untuk setiap kehidupan
barang yang dilaksanakan adalah berbeda selama tahap
perkenalan tugas utama promosi adalah memperkenalkan
sekaligus menjelaskan keunggulan dari produk tersebut kepada
konsumen. Selama masa perkenalan mungkin konsumen belum
begitu banyak mengetahui barang tersebut sehingga usaha
untuk meyakinkan mereka atas keunggulan barang perlu
dilakukan secara intensif.
Tahap pertumbuhan, selama tahap pertumbuhan, barang
telah beredar di pasaran jumlah konsumen mulai naik atau
meningkat, demikian pula dengan jumlah produk.
Selama ini media komunikasi telah dapat berperan,
disini promosi secara langsung diperlukan untuk perluasan
23
pasar dan mencari daerah baru. Tahap kedewasaan, ditandai
dengan adanya pertumbuhan penjualan yang lamban. Hal ini
disebabkan karena terjadi kompetisi yang semakin berat.
Tugas utama dari promosi disini adalah mempengaruhi konsumen
dengan jalan lebih meyakinkan konsumen akan kelebihan produk
tersebut, sehingga konsumen akan selalu ingat dengan baik
terhadap perusahaan maupun produk.
Tahap kejenuhan, oleh karena semakin ramainya jumlah
jenis barang yang beredar di pasaran, maka pilihan
konsumenpun menjadi lebih banyak sehingga persaingan menjadi
lebih ketat.
Tahap kemunduran, pada tahap kemunduran perusahaan
sudah harus berusaha memperkenalkan jenis barang yang baru
lagi, karena barang yang lama sudah tidak dapat diterima
konsumen.
2.1.9 Pengertian Promotional Mix
Setelah kita ketahui pengertian promosi, maka kita
harus mengetahui pula pengertian dari promotional mix atau
bauran promosi. Definisi yang dikemukakan oleh William J.
Staton seperti yang dikutip oleh Basu Swastha : "Promotional
24
mix adalah kombinasi strategi dari variabel-variabel
advertising, personal selling, sales promotion dan publisitas yang semua
direncanakan untuk mencapai tujuan program penjualan." (Basu
Swastha, 1984, 238) Dari definisi di atas dapat diketahui
variabel-variabel dari promotional mix. Untuk lebih jelasnya
dari masing-masing variabel diuraikan sebagai berikut :
1. Advertising
Pengertian advertising menurut Sofyan Assauri adalah "merupakan
suatu bentuk penyajian dan promosi dari gagasan, barang
atau jasa yang dibiayai oleh suatu
sponsor tertentu yang bersifat non personal". (Sofyan
Assuri, 1987, 243) Dari definisi di atas pengertian
advertising adalah merupakan salah satu aktivitas promosi yang
ditawarkan dengan cara menyebarkan pesan atau informasi
sponsor tersebut. Dan pesan tersebut dapat disajikan dalam
berbagai gambar, tulisan, suara atau kombinasinya melalui
satu media atau lainnya.
2. Personal selling
Definisi dari personal selling menurut Sofyan Assauri adalah
"merupakan penyajian secara lisan dalam suatu pembicaraan
25
seseorang atau lebih calon pembeli dengan tujuan dapat
terealisirnya penjualan". (Sofyan Assuri, 1987, 243)
Jadi personal selling merupakan penyajian secara lisan dalam
suatu pembicaraan dengan seseorang atau lebih calon pembeli
dengan tujuan agar dapat terealisirnya penjualan. Tujuan
semua usaha dalam bidang pemasaran adalah untuk meningkatkan
penjualan, dengan menawarkan barang atau jasa untuk memenuhi
kepuasan konsumen. Sejauh ini kegiatan personal selling dapat
dikatakan merupakan suatu alat promosi yang banyak digunakan
oleh perusahaan. Jadi dalam personal selling terdapat kontak
pribadi secara langsung antara penjual dan pembeli, sehingga
dapat menciptakan komunikasi dua arah antara pembeli dan
penjual. Di samping menjelaskan atau memberitahu tentang
produk dan membujuk calon pembeli, personal selling juga
menampung saran dari pembeli sebagai umpan balik bagi
perusahaan.
3. Promosi penjualan (sales promotion)
Menurut Basu Swastha dan D.H. Irawan promosi penjualan
adalah "kegiatan pemasaran untuk mendorong konsumen untuk
membeli barang atau jasa yang
26
ditawarkan perusahaan melalui kegiatan pameran, demonstrasi
atau pertunjukan". (Basu Swastha dan D.H. Irawan, 1990, 350)
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa promosi
penjualan merupakan kegiatan promosi untuk menggugah kemauan
konsumen, yang bertujuan untuk mendorong pembeli atas barang
atau jasa yang ditawarkan. Jadi promosi penjualan merupakan
segala kegiatan pemasaran selain personal selling, advertising dan
publisitas, yang merangsang pembelian oleh konsumen dan
keefektifan agen seperti pameran, pertunjukan demonstrasi
dan segala usaha penjualan yang dilakukan secara teratur
atau kontinyu.
4. Publisitas
Menurut Radiosunu publikasi mempunyai definisi sebagai
berikut :
"Publisitas adalah stimulasi permintaan terhadap sesuatu
produk service dan business unit yang bersifat non pribadi,
dengan cara penempatan berita-berita tentang produk atau
service tersebut dalam surat kabar, majalah, radio dan
televise tanpa membayar dari sponsor." (Radiosunu, 1983, 65)
2.1.10 Pengertian Pengenalan Merek
27
Menurut Zoe (1996) pengenalan merek adalah bagaimana
konsumen mengenal merek dengan baik. Merek yang dikenal
dengan baik oleh konsumen mempengaruhi keyakinan konsumen
pada merek tersebut yang selanjutnya akan mempengaruhi niat
beli konsumen pada merek yang sama (Laroche et al., 1996).
Kesadaran merek (brand awareness) menurut Aaker (1997)
adalah kesanggupan seorang calon pembeli untuk dapat
mengenali atau mengingat kembali bahwa suatu merek merupakan
bagian dari kategori produk tertentu. Terdapat 3 tingkatan
dalam kesadaran merek yang berbeda. Tingkatan yang paling
rendah ialah pengetahuan akan sebuah merek (brand
recognition) dimana didasarkan akan suatu tes pengingatan
kembali sebuah merek lewat survei atau berbagai pertanyaan.
Pengetahuan akan sebuah merek merupakan tingkat
minimal dari kesadaran merek. Tingkatan berikutnya ialah
pengingatan kembali akan merek (brand recall). Pengingatan
kembali akan merek didasarkan apabila seseorang dapat
menyebutkan merek tertentu dalam suatu kelas produk.
Tingkatan terakhir adalah puncak pikiran (top of mind),
dimana sebuah merek menjadi paling utama dipikirkan dari
28
berbagai merek yang ada. Apabila sebuah merek terdapat di
puncak pikiran maka merek ini ada di posisi yang istimewa.
”Konsumen cenderung membeli suatu merek yang dikenal, karena
dengan membeli merek yang sudah dikenal, mereka merasa aman,
terhindar dari berbagai resiko pemakaian dengan asumsi bahwa
merek yang sudah dikenal lebih dapat diandalkan, produk
dengan merek yang sudah dikenal itu dikatakan memiliki
kesadaran merek yang cukup baik” (Durianto et al., 2001,
p.54).
Pengenalan merek merupakan tingkatan dimana para
pembeli cukup mengetahui kriteria-kriteria merek yang sudah
dikategorikan (Assael,1995), walaupun bukan bermaksud untuk
mengevaluasi atau membedakannya dengan merek-merek lain
untuk produk yang sejenis. Pengenalan ini menjadikan
pengetahuan bagi konsumen yang dapat membentuk sikap atas
merek atau meningkatkan keyakinan atas merek yang
bersangkutan. Menumbuhkan pengenalan merek merupakan tujuan
utama bagi produsen atau pemasang iklan karena hal itu
merupakan gambaran total dari pikiran konsumen atau pembeli
terhadap produk dan merek yang bersangkutan. Pengenalan
29
merek ini meliputi sikap atas merek dan keyakinan konsumen
untuk memutuskan dan menentukan kualitas suatu merek.
Pengenalan merek cenderung lebih memperhatikan aspek-
aspek fisik dibandingkan aspek-aspek non fisik dari suatu
produk seperti, warna, ukuran, bentuk, dan teksturnya
(Howard, 1989). Gambaran singkat mengenai sebuah produk
sangat penting dan akan menambah pemahaman bagi konsumen,
sehingga kemasan dan desain produk benar-benar penting dan
diperlukan. Dalam hal ini pengenalan merek lebih
memperhatikan pada bentuk dari produk itu sendiri, sedangkan
sikap konsumen lebih pada merek, dimana terdapat kesesuaian
antara apa yang diinginkan dan apa yang menjadi harapan
konsumen. Dari pengertian diatas, bentuk dan fungsi produk
dapat menunjukkan dengan jelas apa yang diinginkan konsumen.
2.1.11 Dimensi Pengenalan Merek
Laroche et al. (1996) menyatakan bahwa untuk mengukur
pengenalan merek dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1. The extent to which they feel they have enough information to make an
informed judgment about whether or not to make a selection. Tingkat
30
dimana konsumen merasakan cukup informasi untuk membuat
suatu pertimbangan tentang ya atau tidaknya untuk membuat suatu
pilihan.
2. The previous experience they had with the particular brand. Pengalaman
sebelumnya yang dimiliki dengan merek yang tertentu.
Sedangkan Astuti (2004) dalam mengukur pengenalan merek
menggunakan indikator:
1. Tingkat pengenalan konsumen pada merek.
2. Tingkat pengenalan konsumen pada ukuran/kemasan yang
ditawarkan.
3. Tingkat pengenalan konsumen pada slogan merek.
2.1.12 Pengertian Keyakinan atas Merek
Keyakinan atas merek dapat didefinisikan sebagai
keyakinan dari konsumen untuk bergantung pada fungsi dan
kinerja suatu perusahaan atau merek.Sedangkan Tanjung (2000,
p.45) mendefinisikan ”keyakinan sebagai komitmen yang kuat
dari konsumen dan memperkuat hubungan antara konsumen dengan
merek”. Sedangkan Cram (2001, p.114) mendefinisikan
”keyakinan sebagai sebuah pernyataan yang meliputi harapan
31
yang positif dalam mencapai situasi atau kinerja suatu
usaha”.
Howard (1989, p.34) mendefinisikan bahwa: “Confidence is
defined as the buyer’s degree of certainty that his evaluative judgment of a brand
is correct. The buyer’s confidence in a particular brand increased when his
thinking is clarified by repeated reminders from marketers and from peers, that
his peers like it, that it is distinct from other brands, and that the information is
consistent with what he already knows about the brand”. Keyakinan
konsumen terhadap suatu merek biasanya timbul karena
konsumen menilai mutu produk atau jasa yang ditawarkan
sesuai atau melebihi harapan konsumen sehingga tercipta
kepuasan konsumen. Tingkat keyakinan konsumen dipengaruhi
oleh pengalaman masa lalu.
2.1.13 Dimensi Keyakinan atas Merek
Laroche et al. (1996) menyatakan bahwa untuk mengukur
keyakinan atas merek dengan menggunakan indikator sebagai
berikut:
1. How confident they are about their evaluation of each brand. Bagaimana
keyakinan konsumen dalam mengevaluasi tiap merek yang ada.
32
2. The extent to which they are certain about each brand. Tingkat dimana
konsumen yakin pada masing-masing merek yang ada.
Merek bukanlah sekedar nama yang menempel pada suatu
produk. Beragamnya produk dan derasnya arus informasi,
mengakibatkan merek menjadi hal pertama yang diingat oleh
konsumen. Oleh karena itu, perusahaan berusaha untuk
menanamkan merek produk dalam benak konsumen, sehingga
mereka akan menjadi loyal pada merek tersebut. Hal ini dapat
dilakukan melalui penciptaan proporsi nilai yaitu dengan
memberi nilai tambah bagi suatu produk. Akibatnya, akan
mempengaruhi rasa suka atau tidak suka terhadap merek suatu
produk (Aaker dan Myers, 1991) Howard (1989, p.32)
menyatakan bahwa: “Attitude toward the brand is defined as the extent to
which the buyer expects the brand to yield satisfaction of his particular needs. To
the extent the buyer does, it spurs her intention to buy the brand”. Sikap
atas merek digambarkan sebagai tingkatan bagi pembeli yang
diharapkan pada merek tertentu konsumen. Dari tingkat
pembeli tersebut, dapat dipacu dari niat konsumen untuk
membeli merek tersebut.
33
Aaker and Myers (1991, p.99) mengatakan bahwa “A brand
attitude represent the like or dislike feeling toward a brand “. Sikap atas
merek dapat menunjukkan suatu perasaan suka atau tidak suka
terhadap suatu produk dengan merek tertentu. Schiffman dan
Kanuk (2000, p.234) mengatakan bahwa: ”A consumer’s attitude is
defined as function of the present (or absence) and evaluation of number of
product specific beliefs or product attribute based by a product or specific brand
of product”. Hal ini menunjukkan bahwa sikap konsumen atas
merek dapat ditentukan dari evaluasi konsumen terhadap
atribut – atribut yang menguntungkan dan menyenangkan atau
tidak bagi konsumen. Sedangkan untuk mengukur sikap konsumen
atas merek dapat dilakukan dengan bertanya secara langsung
kepada responden, apakah responden suka atau tidak suka
terhadap merek yang bersangkutan melalui skala positif atau
negatif.
Seperti yang dikatakan oleh Aaker dan Myers (1991,
p.251) bahwa: ”Sikap dapat untuk menghasilkan kepuasan
terhadap kebutuhan dimiliki suatu merek tertentu, “be
measured directly by asking respondent to indicated whether he or she like a
brand or by attempting a direct assessment of degree of likes or dislike on
34
positive-negative scale”. Konsumen akan menyukai suatu merek
apabila konsumen tersebut memiliki penilaian positif
terhadap atribut-atributnya.
Sebaliknya konsumen tidak suka terhadap suatu merek
apabila merek tersebut tidak memiliki atribut yang sesuai
dengan keinginannya. Hal ini didukung oleh Schiffman dan
Kanuk (2000, p.234) yang berargumen: ”Consumer’s have generally
favourable attitude toward these brands they asses having an adequate level of
positive attribute and unfavourable attitude toward these brands they feel have
an inadequate level of desired attribute or too many negative or undesired
attributes”.
Aaker dan Myers yang mengatakan bahwa untuk mengukur
sikap konsumen atas suatu merek dapat dilakukan dengan
bertanya langsung kepada responden apakah responden suka
atau tidak suka terhadap merek melalui skala positif atau
negatif. Hal ini dikarenakan konsep tersebut mudah
dimengerti, sehingga dalam penelitian ini konseptualisasi
sikap mengacu pada Aaker dan Myers (1991).
Pengetahuan tentang sikap individu atas suatu merek
berguna untuk memprediksikan tingkah laku dan melakukan
35
rekayasa atas sikap yang dimiliki individu tersebut sesuai
dengan yang diinginkan. Pada saat seseorang membeli suatu
produk, yang dibeli adalah mereknya bukan produknya, karena
produknya hanya suatu yang dihasilkan oleh perusahaan.
Sedangkan merek adalah suatu yang dibeli oleh konsumen.
2.1.14 Dimensi Sikap atas Merek
Sikap melibatkan tiga komponen yang saling
berhubungan, seperti yang dikemukakan oleh Terence (2001)
yaitu:
1. Komponen cognitive
Menunjukkan kepercayaan dan pengetahuan seseorang terhadap
suatu obyek yang dipertimbangkan. Komponen kognitif
merupakan kumpulan pengetahuan dan persepsi yang berasal
dari kombinasi antara pengalaman langsung yang di alami
seseorang dengan suatu yang didapat dari berbagai sumber.
Pengetahuan dan persepsi-persepsi itu biasanya membentuk
keyakinan.
2. Komponen affective
Menunjukkan perasaan konsumen secara keseluruhan serta
evaluasi konsumen terhadap produk atau jasa serta obyek
36
tertentu. Komponen afektif berkaitan dengan emosi atau
perasaan konsumen mengenai suatu hal. Pada umumnya,reaksi
emosional ini banyak dipengaruhi oleh keyakinan atau sesuatu
yang diyakini sebagai hal yang benar terhadap suatu masalah.
Pengukuran komponen afektif dilakukan untuk mengetahui
sejauh mana konsumen merasa suka atau tidak suka terhadap
sesuatu.
3. Komponen conative
Menunjukkan kecenderungan seseorang atau konsumen untuk
bertindak terhadap suatu produk atau jasa serta obyek yang
dituju. Komponen konatif berhubungan dengan kemungkinan atau
kecenderungan seseorang untuk berperilaku atau mengambil
tindakan tertentu terhadap sesuatu masalah. Komponen konatif
juga dapat berupa perilaku itu sendiri. Apabila seorang
konsumen memiliki sikap yang positif terhadap produk atau
jasa yang dijual, maka perusahaan mempertahankan sikap
positif tersebut. Tetapi bila konsumen memiliki sikap yang
negatif maka perusahaan perlu mengetahui sebab-sebabnya dan
berusaha untuk mengubahnya agar konsumen tersebut memiliki
sikap positif.
37
2.1.15 Citra Merek
Brand atau merek mempunyai arti : Sebuah nama, istilah,
tanda, simbol, rancangan atau kombinasi dari hal-hal
tersebut, bermaksud untuk mengidentifikasi barang atau jasa
dari seseorang ataupun sekelompok penjual dan untuk
membedakannya dari produk pesaing. (Kotler,
Amstrong,2000:227) Brand atau merek mempunyai pengertian
adalah : Tawaran dari suatu sumber yang sudah dikenal.
(Kotler,2002:460)
Menurut (Kotler, 1997, p.443), ”A brand is a name, term, sign,
symbol, or design, or a combination of them, intended to identify the goods or
services of one seller or group of sellers and to differentiate them from those of
competitor.” Maksudnya, merek adalah nama, istilah, tanda,
simbol, atau desain, atau kombinasi dari semuanya itu yang
dimaksudkan untuk mengidentifikasi barang dan jasa darin
seseorang atau sekelompok penjual untuk membedakannya dari
produk/barang pesaing. Setiap produk yang dijual di pasar
memiliki merek, di mana merek tersebut pembeda Antara satu
Produk dengan mengidentifikasikan penjual atau produsen.
Merek sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara
38
konsisten memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu
padapelanggan. Merek-merek terbaik memberikan jaminan atas
kualitas.
Menurut (Maulana, 1999, p.5), ”Merek menjadi salah
satu yang penting dalam strategi pemasaran. Itulah sebabnya,
merek harus dipilih secara hati- hati, karenamerek yang
tepat dapat menambah peluang sukses produk.” Merek menjadi
sangat penting saat ini, karena beberapa faktor sebagaimana
yang dijelaskan oleh (Duriantoet al. 2001, p.2) berikut ini:
1. Emosi konsumen terkadang naik-turun. Merek mampu
membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil.
2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar.
Merek yang kuat mampu diterima di seluruh dunia dan
budaya, contoh Coca Cola, McDonalds dapat diterima di
mana saja dan kapan saja di seluruh dunia.
3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan
pelanggan. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula
interaksi dengan pelanggan dan makin banyak brand
association yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika
brand association yang terbentuk memiliki kualitas dan
39
kuantitas yang kuat potensi ini akan meningkatkan
brand image.
4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku
pelanggan. Merek yang kuat akan sanggup merubah
perilaku pelanggan.
5. Merek memudahkan proses pengambilan pelanggan. Dengan
adanya merek, pelanggan dapat dengan mudah membedakan
produk yang akan dibeli dengan produk lain sehubungan
dengan kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut
lain yang melekat pada merek tersebut.
Berdasarkan sejumlah peranan penting suatu merek, maka
dapat disimpulkan bahwa merek mempunyai peranan yang penting
dan merupakan ‘aset prestisius’ bagi perusahaan. Dalam
kondisi pasar yang kompetitif, preferensi dan loyalitas
pelanggan adalah kunci kesuksesan. Terlebih lagi pada
kondisi sekarang, nilai suatu merek yang mapan sebanding
dengan realitas makin sulitnya menciptakan suatu merek.
Pemasaran dewasa ini bukan hanya merupakan pertempuran
produk, melainkan pertempuran persepsi pelanggan atas merek.
Pada saat ini pelanggan tidak hanya melihat sesuatu produk
40
dari kualitas dan harga, tetapi juga melihat brand image
(citra merek) yang melekat pada produk yang dikonsumsi.
Banyak perusahaan menyadari akan hal terserbut, sehingga
mereka berlomba- lomba menciptakan brand image melalui
promosi secara besar-besaran.
Menurut (Assael, 1992, p.153), “Image is total perception of
the obyect that is formed by processing information from various sources over
time.” Maksudnya, image adalah keseluruhan persepsi atas
obyek yang diformulasi oleh pengolahan informasi dari
berbagai sumber dalam waktu yang lama. Setiap perusahaan
berlomba- lomba menciptakan image positif atas produk,
layanan, nama perusahaan, dan merek, agar produk, layanan,
nama perusahaan, dan merek dikenal dan diterima baik oleh
pelanggan. Hal ini berarti pelanggan dapat memiliki image
produk, image layanan, image nama perusahaan, dan image
merek atau brand image. Brand image itu sendiri dapat
diartikan “about a particular brand“ (Kotler et al., 1999,
p.770). Maksudnya, brand image adalah sejumlah kepercayaan ya
ng dipegang konsumen berkaitan dengan merek. Pelanggan
mungkin mengembangkan serangkaian kepercayaan merek mengenai
41
dimana posisi setiap merek menurut masing- masing atribut.
Kepercayaan merek membentuk citra merek atau brand image.
Setiap pelanggan memiliki kesan tertentuterhadap suatu
merek.
Kesan dapat timbul setelah calon pelanggan melihat,
mendengar, membaca atau merasakan sendiri merek produk, baik
melalui TV, radio, maupun media cetak. Brand image adalah
persepsi pelanggan terhadap suatu merek yang digambarkan
melalui asosiasi merek yang ada dalam ingatan pelanggan,
sebagai mana yang dikatakan (Keller, 1993, p.3), “Brand image
is perceptions about brand as reflected by the brand association held in
consumen memory.” Adapun yang dimaksud dengan “brand association
adalah anything linked in memory to a brand” (Aaker, 1991, p.109).
Maksudnya, asosiasi merek adalah segala sesuatu yang
berhubungan dengan ingatan seseorang mengenai merek.
Asosiasi yang terjalin pada suatu merek dapat membantu
proses mengingat kembali informasi yang berkaitan dengan
produk, khususnya selama proses pembuatan keputusan untuk
membeli, sehingga adanya asosiasi tersebut akan menimbulkan
42
perasaan yang berbeda di benak pelanggan dibanding produk
pesaing.
Antara asosiasi merek dengan brand image terdapat
hubungan yang saling terkait. Asosiasi yang terjalin pada
suatu merek dapat membentuk brand image.Asosiasi merek
diklasifikasikan dalam tiga tingkatan kategori, yaitu
”atributtes, benefit, dan brand attitudes”, yang dapat dijelaskan
sebagai berikut (Kellers, 1993, p. 3):
1. Atributtes merupakan suatu bentuk deskriptif yang
memberikan karakteristik pada produk dan layanan.
Berdasarkan hubungannya dengan produk dapat dibedakan
menjadi atribut yang berkaitan dengan produk dan atribut
yang tidak berkaitan dengan produk. Atribut yang
berkaitan dengan produk membentuk fungsi produk atau
layanan. Sedangkan atribut yang tidak berkaitan dengan
produk berhubungan dengan pembelian atau konsumsi,
seperti harga, kemasan, informasi, penampilan produk,
tipe orang yang menggunakan dan situasi penggunaan.
2. Benefit merupakan suatu penilaian pribadi konsumen
terhadap atribut produk atau layanan. Manfaat ini
43
dibedakan menjadi tiga, yaitu: (a) manfaat fungsional;
(b) manfaat yang dialami; dan (c) manfaat simbolis.
Pertama,manfaat fungsional merupakan keuntungan intrinsik
dari pemakaian produk dan jasa, biasanya berkaitan dengan
atribut akan produk yang dapat memenuhi kebutuhan dan
keinginan konsumen. Kedua, manfaat yang dialami
berhubungan dengan apa yang dirasakan pada saat
menggunakan produk atau jasa. Ketiga, manfaat simbolis
berhubungan dengan atribut yang tidak berkaitan dengan
produk serta berhubungan dengan kebutuhan mendasar untuk
bermasyarakat.
3. Brand attitudes berkaitan dengan evaluasi yang dilakukan
secara menyeluruh terhadap suatu merek. Ini penting,
karena sikap konsumen terhadap merek mendasari konsumen
dalam pemilihan merek untuk keputusan pembelianyang akan
diambil.
Sesuai dengan konsepnya, brand image yang positif
dapat diukur melalui tanggapan konsumen tentang asosiasi
merek, yang meliputi “favorability of brand associations, strength of
brand associations, dan uniqueness of brand associations” (Keller, 1993,
44
p.8). Ketiga pengukuran brand image tersebut di atas dapat
dijelaskan sebagai berikut:
1. Favorability of brand associations (Keuntungan dari
asosiasi merek) Keuntungan dari asosiasi merek, konsumen
percaya bahwa atribut danmanfaat yang diberikan oleh
suatu merek dapat memuaskan kebutuhan dankeinginan
konsumen, sehingga menciptakan sikap yang positif
terhadap merek. Tujuan akhir dari setiap konsumsi
konsumen adalah mendapatkan kepuasan atas kebutuhan dan
keinginan yang ada. Adanya kebutuhan dan keinginan dalam
diri konsumen melahirkan harapan, di mana harapan
tersebut yang diusahakan oleh konsumen untuk dipenuhi
melalui kinerja produk dan merek yang dikonsumsi. Apabila
kinerja produk atau merek melebih harapan, maka konsumen
akan puas, demikian juga sebaliknya apabila kinerja
berada di bawah harapan maka konsumen tidak puas.
Keuntungan dari asosiasi merek dapat dinyatakan dalam
bentuk manfaat produk, tersedianya banyak pilihan untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginan, harga yang ditawarkan
45
bersaing, dan kemudahan mendapatkan produk yang
dibutuhkan.
2. Strength of brand associations (Kekuatan dari asosiasi
merek) Kekuatan dari asosiasi merek, tergantung pada
bagaimana informasi masuk dalam ingatan konsumen dan
bagaimana informasi tersebut dikelola oleh data sensoris
di otak sebagai bagian dari brand image. Ketika konsumen
secara aktif memikirkan dan menguraikan arti informasi
pada suatu produk atau jasa akan tercipta asosiasi yang
makin kuat pada ingatan konsumen. Konsumen memandang
suatu obyek stimuli melalui sensasi-sensasi yang mengalir
melalui kelima indra: mata, telinga, hidung, kulit, dan
lidah. Namun demikian, setiap konsumen mengikuti,
mengatur, dan menginterpretasikan data sensoris ini
menurut cara masing- masing. Persepsi tidak hanya
tergantung pada stimuli fisik tetapi juga pada stimuli
yang berhubungan dengan lingkungan sekitar dan keadaan
individu tersebut. Perbedaan pandangan pelanggan atas
sesuatu obyek (merek) akan menciptakan proses persepsi
dalam perilaku pembelian yang berbeda.
46
3. Uniqueness of brand associations (Keunikan dari asosiasi
merek) Merek harus unik dan menarik, sehingga dapat
menimbulkan asosiasi yang kuat di dalam pikiran
pelanggan. Merek harus dapat melahirkan keinginan
pelanggan mengetahui lebih jauh dimensi merek yang
terkandung di dalamnya. Merek hendaknya mampu menciptakan
motivasi setiap pelanggan potensial untuk mulai
mengkonsumsi produk. Merek juga hendaknya mampu
menciptakan prestis bagi pelanggan yang mengkonsumsi
produk dengan merek tersebut. Nama perusahaan yang
bonafid juga mampu mendukung keunikan asosiasi merek.
Pada hakikatnya, merek mengidentifikasikan penjual
atau pembuat. Merek dapat berupa nama, merek dagang, logo
atau simbol lain. Berdasarkan UU merek dagang, penjual
diberikan hak eksklusif untuk menggunakan mereknya untuk
selamanya. Jadi merek berbeda dengan aktiva lain seperti hak
paten dan hak cipta yang mempunyai batas waktu. Merek
sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten
memberikan keistimewaan, manfaat, dan jasa tertentu kepada
47
pembeli. Merek-merek terbaik memberikan jaminan mutu
(Kotler, 2002:460)
Merek bervariasi dalam hal kekuatan dan nilai yang
dimilikinya di pasar. Pada satu sisi ada merek yang tidak
dikenal oleh sebagian besar pembeli dipasar. kemudian, ada
merek yang terhadapnya pembeli memiliki tingkat kesadaran
merek (brand awareness) yang tinggi. Diatas itu terdapat
merek yang memiliki tingkat penerimaan merek (brand
acceptability) yang tinggi. Kemudian ada merek yang menikmati
tingkat preferensi merek (brand preference) yang tinggi.
Akhirnya ada merek yang yang memiliki tingkat kesetiaan
merek (brand loyalty ) yang tinggi. Merek ( Brand ) dapat
memiliki enam level pengertian yaitu :
1. Atribut : merek mengingatkan pada atribut-atribut
tertentu.
2. Manfaat : atribut perlu diterjemahkan menjadi manfaat
funsional dan emosional.
3. Nilai : merek juga menyatakan sesuatu tentang nilai
produsen.
48
4. Budaya : merek juga mewakili budaya tertentu.
5. Kepribadian : merek juga mencerminkan kepribadian
tertentu.
6. Pemakai : merek menunjukkan jenis konsumen yang membeli
atau menggunakan produk tersebut. (Kotler,2002:460)
Brand atau merek adalah nama, istilah, simbol rancangan
atau kombinasi dari hal-hal tersebut. Tujuan dari pemberian
merek adalah untuk mengidentifikasikan produk atau jasa yang
dihasilkan agar berbeda dari produk atau jasa yang
dihasilkan oleh pesaing (Rangkuti,2002:243). Merek adalah
nama, istilah, simbol, atau desain khusus atau beberapa
kombinasi dari unsur-unsur ini yang dirancang untuk
mengidentifikasi barangatau jasa yang ditawarkan oleh
penjual. (Rangkuti,2002:36).
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa merek
mempunyai dua unsur yaitu Brand Name yang terdiri dari huruf-
huruf atau kata-kata yang dapat terbaca, serta Brand Mark
yang berbentuk simbol, desain, atau warna tertentu yang
spesifik. Kedua unsur dari sebuah merek, selain berguna
untuk membedakan satu produk dari produk pesaingnya juga
49
berguna untuk mempermudah konsumen untuk mngenali dan
mengidentifikasi barang atu jasa yang hendak dibeli.
(Rangkuti,2002:37) .
Ada beberapa hal yang meliputi dari merek yaitu :
a. Nama merek harus menunjukkan manfaat dan mutu produk
tersebut.
b. Nama merek harus mudah diucapkan, dikenal, dan diingat.
Nama yang singkat sangat membantu.
c. Nama merek harus mudah terbedakan, artinya harus
spesifik dan khas.
d. Nama merek harus mudah diterjemahkan ke dalam berbagai
bahasa asing.
e. Nama merek harus bisa memperoleh hak untuk didaftarkan
dan mendapat perlindungan hukum. (Rangkuti,2002:37)
Pengertian lain dari merek adalah
1. A Brand is a representation of a promise by a particular company about a
particular product; a complex bundle of images and experiences in the
customer mind. (Keegan, Green,2000:11).
2. Merek adalah kelengkapan suaut produk sehingga harus
dimiliki agar konsumen tidak mengalami kesulitan untuk
50
mencari kembali produk tersebut, berfungsi sebagai
pembeda kualitas antara produk yang satu dengan produk
yang lainnya, serta merupakan jaminan produsen atas
hasil karyanya. (Kartajaya,1997:443).
3. Menurut (Aaker, 1991: 7) merek (brand) adalah : "a
distinguishing name and or symbol (Such as logo, trademark, or package
design) intended by identify the goods or services from those of
competitors"
Jadi merek pada dasarnya memberi tanda mengenai sumber
produk tersebut dan dapat melindungi konsumen dan produsen
dari para pesaingnya yang berusaha menyediakan produk atau
jasa yang kelihatannya identik dan merek juga memberitahukan
konsumen sumber produk atau jasa.
Merek memegang peranan sangat penting, salah satunya
adalah menjembatani harapannya pada saat kita menjanjikan
sesuatu kepada konsumen. Dengan demikian dapat diketahui
adanya ikatan emosional yang tercipta antara konsumen dengan
perusahaan penghasil produk melalui merek. Pesaing bisa saja
menawarkan produk yang mirip, tapi konsumen tidak mungkin
51
menawarkan janji emosional yang sama. Merek menjadi sangat
penting saat ini, karena beberapa faktor seperti:
1. Emosi konsumen terkadang turun naik. Merek mampu
membuat janji emosi menjadi konsisten dan stabil.
2. Merek mampu menembus setiap pagar budaya dan pasar.
Bisa dilihat bahwa suatu merek yang kuat mampu
diterima di seluruh dunia dan budaya. Contoh yang
paling fenomenal adalah Coca Cola yang berhasil
menjadi "Global Brand", diterima di mana saja dan kapan
saja di seluruh dunia
3. Merek mampu menciptakan komunikasi interaksi dengan
konsumen. Semakin kuat suatu merek, makin kuat pula
interaksinya dengan konsumen dan makin banyak asosiasi
merek yang terbentuk dalam merek tersebut. Jika brand
association yang terbentuk memiliki kualitas dan
kuantitas yang kuat, potensi ini akan meningkatkan
citra merek.
4. Merek sangat berpengaruh dalam membentuk perilaku
konsumen Merek yang kuat akan sanggup merubah perilaku
konsumen. Sebagai contoh, keberhasilan Pall Mall dalam
52
menembus perilaku konsumen mampu menciptakan suatu
market nicbe (ceruk pasar) yang spesifik dan
menguntungkan.
5. Merek memudahkan proses pengambilan keputusan
pembelian oleh konsumen. Dengan adanya merek, konsumen
dapat dengan.mudah membedakan produk yang akan
dibelinya dengan produk – lain sehubungan dengan
kualitas, kepuasan, kebanggaan, ataupun atribut lain
yang melekat pada merek tersebut.
6. Merek berkembang menjadi sumber aset terbesar bagi
perusahaan. Hasil sebuah penelitian menunjukkan bahwa
Coca Cola yang memiliki Stock Market Value (SMV) yang
besar, temyata 97% dari SMV tersebut merupakan nilai
merek. Begitu pula nilai merek Kellogs berkontribusi
89% dari SMVnya, dan pada IBM berkontribusi 73% dari
SMV
Dari ilustrasi tersebut dapat disimpulkan bahwa merek
mempunyai peranan yang penting dan merupakan 'aset
prestisius' bagi perusahaan. Dalam kondisi pasar yang
kompetitif, preferensi dan loyalitas pelanggan adalah kunci
53
kesuksesan. Terlebih lagi pada kondisi sekarang, nilai suatu
merek yang mapan sebanding dengan realitas makin sulitnya
menciptakan suatu merek.
Citra (image) adalah persepsi masyarakat terhadap
perusahaan atau produknya. Image dipengaruhi oleh banyak
faktor yang diluar kontrol perusahaan. Citra yang efektif
melakukan tiga hal, yang pertama : memantapkan karater
Produk dan usulan nilai, yang kedua : menyampaikan karakter
itu dengan cara yang berbeda sehingga tidak dikacaukan
dengan karakter pesaing, yang ketiga : memberikan kekuatan
emosional yang lebih dari sekedar citra mental. Supaya bisa
berfungsi citra itu harus disampaikan melalui setiap sarana
komunikasi yang tersedia dan kontak merek (Kotler,
2000:338).
Pengertian Brand Image (Citra Merek) adalah (Keegan,
Green, 2000:11) A single, but often complex, mental image about both the
physical product and the company the market it. Adapun pengertian Brand
Image adalah (Kotler, 2000:338). “Pada mulanya konsumen
mengembangkan sekumpulan keyakinan merek tentang dimana
posisi setiap merek dalam masing-masing atribut. Kumpulan
54
dari keyakinan atas suatu merek tersebut akan membentuk
Brand Image (Citra Merek)”. Brand Image (kesan terhadap
merek) adalah sekumpulan asosiasi merek yang terbentuk dan
melekat dibenak konsumen. Konsumen yang terbiasa menggunakan
merek tertentu cenderung memiliki konsistensi terhadap Brand
Image (Rangkuti,2002:242-245).
Didalam dunia bisnis para konsumen banyak terpengaruh
dengan status dari suatu merek produk atau terpengaruh
dengan kebesaran perusahaan. Merek seperti Lexus dan
Mercedes mempunyai kekuatan prestige yang sangat kuat di
benak konsumen. Salah satu hal yang penting dalam perbedaan
merek tersebut adalah untuk dapat memposisikan produknya dan
mendatangkan keuntungan dari perbedaan tersebut. Perbedaan
merek dapat memberikan suatu porsi yang tersendiri bagi
produk kita dengan para pesaing dan meciptakan tambahan
konsumen yang memilih produk kita (Best, 2003:174).
Kuatnya suatu merek dapat mempertinggi evaluasi
terhadap produk quality, mempertahankan level of product
awareness dan mempertahankan citra merek tersebut. Pembedaan
merek dapat menjadi suatu hal yang sangat penting dalam
55
perbedaan dengan pesaing dan dapat memperpanjang keuntungan
positioning dan merek utama (Best, 2003:174-175).
Citra merek merupakan sebuah rangkaian berbagai
asosiasi merek yang saling berhubungan. Semakin banyak
asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image
yang dimiliki oleh merek tersebut. Sedangkan asosiasi merek
atau brand association adalah merupakan setiap kesan yang
muncul di benak konsumen yang terkait dengan ingatan
konsumen mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait
merek akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya
pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau
dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam
strategi komunikasi konsumen, ditambah lagi jika kaitan
tersebut didukung oleh suatu jaringan dari kaitan-kaitan
lain. Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi
menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai
asosiasi yang kuat.
2.1.16 Harga
56
Harga merupakan salah satu faktor penting dari sisi
penyedia jasa untuk memenangkan suatu persaingan dalam
memasarkan produknya. Oleh karena itu harga harus ditetapkan
sedemikian rupa sehingga dapat meraih tujuan yang
direncanakan. Definisi harga menurut Kotler & Armstrong
(1999, p. 302) adalah sebagai berikut: “Price is the amount of
money charged for a product or service, or the sum of the values that consumers
exchange for the benefits of having or using the product or service.” Harga
adalah sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau
jasa ; atau sejumlah nilai yang ditukarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan kegunaan terhadap suatu produk atau jasa.
Dengan kata lain yang lebih luas, harga adalah jumlah nilai
yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut. Menurut (Tjiptono,
2000, p. 152) terdapat empat macam tujuan penetapan harga,
yaitu:
1. Tujuan Yang Berorientasi Pada Laba
57
Dalam prakteknya, harga ditentukan oleh penjual dan
pembeli. Semakin besar daya beli konsumen , semakin besar
pula kemungkinan bagi penjual untuk menetapkan tingkat
harga yang lebih tinggi. Dengan demikian penjual memiliki
harapan untuk mendapatkan keuntungan maksimum sesuai
dngan kondisi yang ada.
2. Tujuan Yang Berorientasi Pada Volume
Untuk tujuan ini, perusahaan menetapkan harga sedemikian
rupagar dapat mencapai target volume penjualan atau
pangsa pasar.
3. Tujuan Yang Berorientasi Pada Citra
Perusahaan dapat menetapkan harga tertinggi untuk
membentuk atau mempertahankan citra. Sementara itu harga
rendah dapat digunakan untuk membentuk citra tertentu.
4. Tujuan Stabilisasi Harga
Dalam pasar yang terdiri dari konsumen yang sangat peka
terhadap harga, maka para pesaing akan menurunkan harga.
Kondisi seperti ini yang mendasari terbentuk tujuan
stabilisasi harga dalam industri-industri tertentu.
58
Tujuan-tujuan lain seperti tujuan mencegah masuknya
pesaing, mempertahankan loyalitas pelanggan, mendukung
penjualan ulang, atau menghindari campur tangan pemerintah.
Lebih lanjut menurut Kotler & Armstrong (1999, p. 314),
terdapat beberapa
metode dalam penetapan harga, yaitu
1. Cost-Based Pricing (Penentuan harga jual berdasarkan
biaya) dengan cara:
a. Cost Plus Pricing: Penentuan harga jual dengan
perhitungan harga pokok
produksi ditambah dengan persentase laba yang
ditetapkan pada barang tersebut.
b. Target Profit Pricing: Penetapan harga jual yang
diharapkan menghasilkan suatu tingkat pengembalian
investasi yang menjadi sasarannya.
1 Competition Based Pricing (Penetapan harga jual
berdasarkan pesaing)
a. Going Rate Pricing: Penetapan harga jual berdasarkan
harga-harga yang
ditetapkan pesaing
59
b. Sealed Bid Pricing: Penetapan harga jual yang lebih
rendah dari pesaing
2 Value Based Pricing atau Buyer Based Pricing (Penentuan
harga jual berdasarkan pembeli atau permintaan) dengan
cara:
a. Perceived Value Pricing yaitu penetapan harga jual
berdasarkan nilai atau citra yang dirasakan oleh
konsumen)
2.1.17 Persepsi Harga Terhadap Nilai (Perceived Value)
Harga tidak hanya berbentuk nominal atau angka yang
tertera pada suatu
produk, melainkan dapat berupa persepsi atau yang lazim
disebut persepsi harga. Adapun yang dimaksud dengan
“persepsi harga adalah berkenaan dengan bagaimana informasi
harga dipahami oleh konsumen dan menjadi sesuatu yang
berarti bagi mereka” (Peter dan Olsen, 2000, p. 314).
Menurut Schiffman dan Kanuk, persepsi adalah suatu
proses dari seorang individu dalam menyeleksi,
mengorganisasikan, dan menterjemahkan stimulus - stimulus
60
atau informasi yang didapat menjadi suatu gambaran yang
menyeluruh (2000, p.129). Dengan demikian penilaian terhadap
harga suatu produk dapat dikatakan mahal, murah atau biasa
saja dari setiap individu tidaklah sama. Hal ini dikarenakan
tergantung pada persepsi masing-masing individu yang dilatar
belakangi oleh lingkungan kehidupan dan kondisi individu.
Dalam kenyataannya, konsumen menilai harga suatu produk
bukan hanya dari nilai nominal secara absolut, salah satunya
melalui persepsi konsumen pada harga terhadap nilai
(perceived value).
Pengertian dari perceived value sendiri adalah evaluasi
menyeluruh dari kegunaan suatu produk yang didasari oleh
persepsi konsumen terhadap sejumlah manfaat yang akan
diterima yang dibandingkan dengan pengorbanan yang dilakukan
atau secara umum dalam pemikiran konsumen, value dikenal
dengan istilah “value for money”, “best value”, dan “you get what you pay
for”, (Morris & Morris, 1990). Sedangkan menurut Zeithaml &
Bitner (2003, p.490) pengertian harga terhadap nilai dari
sisi konsumen dapat dikelompokkan menjadi 4 yaitu :
a. Value is low Price
61
Merupakan kelompok konsumen yang memiliki anggapan bahwa
harga murah merupakan value yang paling penting sedangkan
kualitas merupakan valuedengan tingkat kepentingan yang
lebih rendah.
b. Value is whatever I want in a product or services
Bagi konsumen dalam kelompok ini, value tidak hanya
diartikan sebagai manfaat atau kualitas yang dapat
diterima saja, melainkan juga sesuatu yang dapat
memuaskan keinginan.
c. Value is the quality I get for the price I pay
Konsumen dalam kelompok ini memiliki pemikiran bahwa value
adalah sesuatu manfaat atau kualitas yang diterima sesuai
dengan besaran harga yang dibayarkan.
d. Value is what I get for what I give
Konsumen menilai value berdasarkan besarnya manfaat yang
yang diterima
dibandingkan dengan pengorbanan yang dikeluarkan baik
dalam bentuk besarnya uang yang dikeluarkan, waktu dan
usahanya.
62
Dari 4 kelompok konsumen di atas, dapat disimpulkan bahwa
value dari harga
merupakan suatu persepsi yang didapat dari hasil evaluasi
keseluruhan tentang
manfaat yang dirasakan dibandingkan dengan yang seharusnya
diterima.
2.1.18 Keputusan Pemilihan
Dalam memahami perilaku konsumen, terdapat banyak
pengaruh yang mendasari seseorang dalam mengambil keputusan
pembelian suatu produk atau merek. Pada kebanyakan orang,
perilaku pembelian konsumen seringkali diawali dan
dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar
dirinya, baik berupa rangsangan pemasaran maupun rangsangan
dari lingkungan yang lain. Rangsangan tersebut kemudian
diproses (diolah) dalam diri, sesuai dengan karakteristik
pribadinya, sebelum akhirnya diambil keputusan pembelian.
Karakteristik pribadi konsumen yang dipergunakan untuk
memproses rangsangan tersebut sangat komplek, dan salah
satunya adalah motivasi konsumen untuk membeli.
63
Menurut (Schiffman dan Kanuk, 1994) dalam (Albari,
2002) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan
dari dalam diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan
tindakan. Jika seseorang mempunyai motivasi yang tinggi
terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong untuk
berperilaku menguasai produk tersebut. Sebaliknya jika
motivasinya rendah, maka dia akan mencoba untuk menghindari
obyek yang bersangkutan. Implikasinya dalam pemasaran adalah
untuk kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli
produk atau merek yang ditawarkan pemasaran atau tidak.
Sejalan dengan hal tersebut keputusan pembelian dalam
penelitian ini secara kontektual dapat dipengaruhi oleh
karakteristik pribadi yaitu motivasi konsumen untuk membeli.
Menurut (Kotler, 2000:204) tahap-tahap yang dilewati
pembeli untuk mencapai keputusan membeli melewati lima
tahap, yaitu:
a. Pengenalan Masalah
b. Pencarian Informasi
c. Evaluasi alternative
d. Keputusan Membeli
64
e. Tingkah laku pasca pembelian.
Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Pengenalan Masalah
Proses membeli dimulai dengan pengenalan masalah dimana
pembeli mengenali adanya masalah atau kebutuhan. Pembeli
merasakan perbedaan antara keadaan nyata dan keadaan yang
diinginkan.
b. Pencarian Informasi
Seorang konsumen yang sudah terkait mungkin mencari lebih
banyak informasi tetapi mungkin juga tidak. Bila dorongan
konsumen kuat dan produk yang dapat memuaskan ada dalam
jangkauan, konsumen kemungkinan akan membelinya. Bila tidak,
konsumen dapat menyimpan kebutuhan dalam ingatan atau
melakukan pencarian informasi yang berhubungan dengan
kebutuhan tersebut. Pengaruh relatif dari sumber informasi
ini bervariasi menurut produk dan pembeli. Pada umumnya,
konsumen menerima sebagian besar informasi mengenai suatu
65
produk dari sumber komersial, yang dikendalikan oleh
pemasar. Akan tetapi, sumber paling efektif cenderung sumber
pribadi. Sumber pribadi tampaknya bahkan lebih penting dalam
mempengaruhi pembelian jasa. Sumber komersial biasanya
memberitahu pembeli, tetapi sumber pribadi membenarkan atau
mengevaluasi produk bagi pembeli. Misalnya, dokter pada
umumnya belajar mengenai obat baru cari sumber komersial,
tetapi bertanya kepada dokter lain untuk informasi yang
evaluatif.
c. Evaluasi Alternative
Tahap dari proses keputusan membeli, yaitu ketika
konsumen menggunakan informasi untuk mengevaluasi merk
alternatif dalam perangkat pilihan. Konsep dasar tertentu
membantu menjelaskan proses evaluasi konsumen. Pertama, kita
menganggap bahwa setiap konsumen melihat produk sebagai
kumpulan atribut produk. Kedua, konsumen akan memberikan
tingkat arti penting berbeda terhadap atribut berbeda
menurut kebutuhan dan keinginan unik masing-masing. Ketiga,
konsumen mungkin akan mengembangkan satu himpunan keyakinan
merek mengenai dimana posisi setiap merek pada setiap
66
atribut. Keempat, harapan kepuasan produk total konsumen
akan bervariasi pada tingkat atribut yang berbeda. Kelima,
konsumen sampai pada sikap terhadap merek berbeda lewat
beberapa prosedur evaluasi. Ada konsumen yang menggunakan
lebih dari satu prosedur evaluasi, tergantung pada konsumen
dan keputusan pembelian. Bagaimana konsumen mengevaluasi
alternatif barang yang akan dibeli tergantung pada masing-
masing individu dan situasi membeli spesifik. Dalam beberapa
keadaan, konsumen menggunakan perhitungan dengan cermat dan
pemikiran logis. Pada waktu lain, konsumen yang sama hanya
sedikit mengevaluasi atau tidak sama sekali; mereka membeli
berdasarkan dorongan sesaat atau tergantung pada intuisi.
Kadang-kadang konsumen mengambil keputusan membeli sendiri;
kadang-kadang mereka bertanya pada teman, petunjuk bagi
konsumen, atau wiraniaga untuk memberi saran pembelian.
Pemasar harus mempelajari pembeli untuk mengetahui bagaimana
sebenarnya mereka mengevaluasi alternatif merek. Bila mereka
mengetahui proses evaluasi apa yang sedang terjadi, pemasar
dapat membuat langkah-langkah untuk mempengaruhi keputusan
membeli.
67
d. Keputusan Membeli
Dalam tahap evaluasi, konsumen membuat peringkat merek
dan membentuk niat untuk membeli. Pada umumnya, keputusan
membeli konsumen adalah membeli merek yang paling disukai,
tetapi dua faktor dapat muncul antara niat untuk membeli dan
keputusan untuk membeli. Faktor pertama adalah sikap orang
lain, yaitu pendapat dari orang lain mengenai harga, merek
yang akan dipilih konsumen. Faktor kedua adalah faktor
situasi yang tidak diharapkan, harga yang diharapkan dan
manfaat produk yang diharapkan. Akan tetapi peristiwa-
peristiwa yang tak diharapkan bisa menambah niat pembelian.
e. Tingkah Laku Pasca Pembelian
Tahap dari proses keputusan pembeli, yaitu konsumen
mengambil tindakan lebih lanjut setelah membeli berdasarkan
pada rasa puas atau tidak puas. Yang menentukan pembeli
merasa puas atau tidak puas dengan suatu pembelian terletak
pada hubungan antara harapan konsumen dengan prestasi yang
diterima dari produk. Bila produk tidak memenuhi harapan,
konsumen merasa tidak puas, bila memenuhi harapan konsumen
68
merasa puas, bila melebihi harapan konsumen akan merasa
puas.
Konsumen mendasarkan harapan mereka pada informasi
yang mereka terima dari penjual, teman dan sumber-sumber
yang lain. Bila penjual melebih-lebihkan prestasi produknya,
harapan konsumen tidak akan terpenuhi dan hasilnya
ketidakpuasan. Semakin besar antara kesenjangan antara
harapan dan prestasi, semakin besar ketidakpuasan kosumen.
Hal ini menunjukkan bahwa pembeli harus membuat pernyataan
yang jujur mengenai prestasi produknya sehingga pembeli akan
puas.
Semakin kompleks keputusan yang harus diambil biasanya
semakin banyak pertimbangannya untuk membeli. Menurut
(Kotler, 2000:160): adapun jenis-jenis tingkah laku membeli
konsumen berdasarkan pada derajat keterlibatan dan tingkat
perbedaan antara merek, yaitu:
a. Tingkah laku membeli yang komplek
b. Tingkah laku membeli yang mengurangi ketidakcocokan.
c. Tingkah laku membeli yang mencari variasi.
69
d. Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan.
Penjelasan jenis-jenis tingkah laku tersebut adalah sebagai
berikut:
a. Tingkah Laku Membeli Yang Kompleks
Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang
bercirikan keterlibatan tinggi konsumen dalam pembelian dan
perbedaan besar yang dirasakan diantara merek. Pembeli ini
akan melewati proses pembelajaran, pertama mengembangkan
keyakinan mengenai produk, kemudian sikap, dan selanjutnya
membuat pilihan membeli yang dipikirkan masak-masak. Pemasar
dari produk yang banyak melibatkan peserta harus memahami
tingkah laku pengumpulan informasi dan evaluasi dari
konsumen yang amat terlibat. Mereka perlu membantu pembeli
belajar mengenai atribut kelas produk dan kepentingan
relatif masing-masing, dan mengenai apa yang ditawarkan merk
tertentu, mungkin dengan menguraikan panjang lebar
keunggulan mereka lewat media cetak.
b. Tingkah Laku Membeli Yang Mengurangi Ketidakcocokan
70
Tingkah laku membeli konsumen dalam situasi yang
bercirikan keterlibatan konsumen yang tinggi tetapi sedikit
perbedaan yang dirasakan diantara merek. Tingkah laku
membeli yang mengurangi ketidakcocokan terjadi ketika
konsumen amat terlibat dalam pembelian barang yang mahal,
jarang dibeli dan beresiko tetapi melihat sedikit perbedaan
diantara merek.
c. Tingkah Laku Membeli Yang Merupakan Kebiasaan
Tingkah laku membeli yang menjadi kebiasaan terjadi di
bawah kondisi keterlibatan konsumen yang rendah dan
perbedaan merek yang dirasakan besar. Konsumen tampaknya
mempunyai keterlibatan yang rendah dengan kebanyakan produk
yang mempunyai harga murah dan sering dibeli. Dalam hal
ini, tingkah laku konsumen tidak diteruskan lewat urutan
keyakinan sikap – tingkah laku yang biasa. Konsumen tidak
mencari informasi secara ekstensif mengenai merek mana yang
akan dibeli. Sebaliknya, mereka secara pasif menerima
informasi ketika menonton televisi atau membaca majalah.
Pengulangan iklan menciptakan pengenalan akan merek bukan
keyakinan pada merek. Konsumen tidak membentuk sikap yang
71
kuat terhadap suatu merek; mereka memilih merek karena sudah
dikenal. Karena keterlibatan mereka dengan produk tidak
tinggi, konsumen mungkin tidak mengevaluasi pilihan bahkan
setelah membeli. Jadi, proses membeli melibatkan keyakinan
merek yang terbentuk oleh pembelajaran pasif, diikuti dengan
tingkah laku membeli, yang mungkin diikuti atau tidak dengan
evaluasi. Karena pembeli tidak memberikan komitmen yang kuat
pada suatu merek, pemasar produk yang kurang terlibat pada
beberapa perbedaan merek seringkali menggunakan harga dan
promosi penjualan untuk merangsang konsumen agar mau mencoba
produk.
d. Tingkah Laku Membeli Yang Mencari Variasi
Konsumen menjalani tingkah laku membeli yang mencari
variasi dalam situasi yang ditandai oleh keterlibatan
konsumen rendah, tetapi perbedaan merk dianggap berarti.
Dalam kategori produk seperti ini, strategi pemasaran
mungkin berbeda untuk merk yang menjadi pemimpin pasar dan
untuk merk yang kurang ternama. Perusahaan akan mendorong
pencarian variasi dengan menawarkan harga rendah, penawaran
72
khusus, kupon, sampel gratis, dan iklan yang menunjukkan
alasan untuk mencoba sesuatu yang baru.
2.2 Hasil Penelitian Terdahulu
2.2.1 Rita Agustina ( 2005 )
Dalam penelitian ini penulis mengambil judul Pengaruh
Service Delivery System Terhadap Loyalitas Pelanggan Pada
Bengkel PT. Wicaksana Berlian Mototrâ . Tujuan dari
penelitian yang dilakukan penulis adalah untuk mengetahui
pelaksanaan service delivery system pada bengkel Wicaksana
Berlian Motor, untuk mengetahui tanggapan pelanggan atas
service delivery system pada bengkel Wicaksana Berlian
Motor, dan untuk mengetahui besarnya pengaruh service
delivery system terhadap loyalitas pelanggan pada bengkel
Wicaksana Berlian Motor. Untuk mengukur dan menganalisa
hubungan antara kedua variabel di atas, penulis menyebarkan
kuesioner pada 50 orang responden terhadap konsumen yang
memakai jasa bengkel Wicaksana Berlian Motor. Kemudian dari
hasil tanggapan responden yang dilakukan dengan metode
statistic yaitu dengan korelasi rank speareman, statistic
uji t, dan koefisien determinasi r. Dari hasil penelitian
73
bahwa tanggapan konsumen atas service delivery system
Wicaksana Berlian Motor adalah baik yang ditunjukkan dengan
nilai rata-rata secara keseluruhan atas pernyataan responden
adalah sebesar 4,05 dan nilai rata-rata secara keseluruhan
atas pernyataan responden terhadap loyalitas pelanggan
adalah 4,03.
Hasil penelitian menunjukan bahwa hubungan service
delivery system terhadap loyalitas pelanggan adalah
kuat/tinggi yaitu sebesar 0,82. Besarnya sumbangan service
delivery system terhadap loyalitas pelanggan sebesar 67,24%
dan sisanya 32,76% oleh penulis dianggap faktor-faktor lain
yang tidak termasuk dalam bagian penelitian ini. Sementara
dari analisis pernyataan responden terhadap service delivery
â Wicaksana Berlian Motorâ dan loyalitas pelanggan sebagian
besar responden menunjukkan respon yang positif terhadap
pertanyaan-pertanyaan dalam kuesioner dengan memberikan
tanggapan setuju dan sangat setuju. Penulis mengajukan saran
agar PT. Wicaksana Berlian Motor untuk lebih meningkatkan
kualitas pelaksanaan service delivery system untuk dapat
memberikan kepuasan kepada konsumen dalam upaya dalam upaya
74
membangun loyalitas pelanggan dan dapat bersaing dengan
bengkel lain di Bandung.
2.2.2 Dea Rizky Meirina (2008)
Melakukan penelitian tentang pengaruh customer value
terhadap loyalitas pelanggan simpati di grapari telkomsel
bandung . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
bagaimana pengaruh customer value terhadap loyalitas
pelanggan simPATI di GraPARI Telkomsel Bandung. Metode
penelitian yang digunakan adalah metode penelitian survey
dengan jenis penelitian deskriptif analitis. Teknik
penarikan sampel yang digunakan adalah aksidental dengan
jumlah sampel ditetapkan 45 orang, yaitu pelanggan simPATI
yang datang ke GraPARI Telkomsel Bandung. Pengumpulan data
meliputi studi pustaka dan penelitian lapangan dengan cara
observasi, wawancara, dan pengisian kuesioner. Teknik
analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif dan
analisis statistik yang meliputi analisis regresi linier
sederhana, koefisien korelasi pearson, dan koefisien
determinasi.
75
Hasil analisis korelasi Pearson menghasilkan korelasi
sebesar 0,673 yang berarti bahwa terdapat pengaruh positif
dan signifikan pada level kuat dari customer value terhadap
loyalitas pelanggan simPATI di GraPARI Telkomsel Bandung.
Adanya pengaruh positif ini berarti bahwa semakin tinggi
customer value yang dirasakan pelanggan maka semakin tinggi
loyalitas pelanggan simPATI di GraPARI Telkomsel Bandung.
Koefisien determinasi menhasilkan nilai sebesar 45,323% dan
masuk pada kategori sedang yang berarti bahwa 45,323%
loyalitas pelanggan dipengaruhi oleh customer value
sedangkan 54,677% dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak
dibahas dalam penelitian ini.
Secara umum pembentukan customer value simPATI yang
terdiri dari emotional dan rational value cukup memenuhi
kebutuhan para pelanggannya. Dilihat dari emotional value,
yaitu equity dan experience memiliki apresiasi yang baik
dari pelanggan namun masih dirasakan kurang untuk energy.
Sedangkan dari rational value pelanggan memberikan apresiasi
yang baik untuk product simPATI, namun pelanggan masih
merasakan value yang kurang dari sisi price.
76
Perusahaan disarankan untuk mengevaluasi masa aktif
simPATI yang dirasakan terlalu singkat oleh pelanggan,
mengadakan tarif hemat dan program loyalitas untuk
meningkatkan penggunaan pulsa dari para pelanggan simPATI.
2.2.3 Ardiyan Rahmawan (2007)
Melakukan penelitian tentang pengaruh relationship
marketing terhadap loyalitas pelanggan pada pt. bri syari`ah
cabang malang. Perbankan merupakan bagian penting dari
sistem keuangan guna kelancaran kegiatan perekonomian suatu
negara. Bank umum syari`ah merupakan alternatif bagi
masyarakat dalam memlilih perbankan yang sesuai dengan dasar
syari`ah. Menyikapi kondisi di atas maka, BRI Syari`ah
berupaya untuk mencari alternatif strategi yang tepat bagi
masyarakat yang ingin menabung atau menginvestasikan uangnya
pada bank syari`ah. Salah satu strategi yang digunakan
adalah strategi Relationship Marketing. Strategi
relationship marketing digunakan pada BRI Syariah untuk
mempertahankan loyalitas pelanggan, karena pelanggan yang
loyal merupakan aset terbesar bagi perusahaan.
77
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui
pengaruh relationship marketing baik secara simultan atau
parsial terhadap loyalitas pelanggan pada BRI Syari`ah
Cabang Malang..Jenis penelitian yang digunakan explanatory
research yang menjelaskan hubungan kausal antara variabel-
variabel melalui pengujian hipotesis. Variable-variabel
bebas yang terdiri dari komunikasi (X ), nilai yang
diberikan (X ), kepuasan (X ) dan komitmen (X ) sedangkan
variable terikat yaitu loyalitas pelanggan (Y). Penelitian
ini dilakukan pada nasabah bank BRI Syari`ah dengan sample
sebanyak 94 responden. Teknik sampling yang digunakan dalam
penelitian ini adalah accidental sampling sedangkan metode
pengumpulan data yang digunakan adalah kuesioner, wawancara,
dan studi pustaka.
Alat uji yang digunakan untuk menguji instrumen
penelitian ini adalah uji validitas dan reliabilitas.
Sedangkan untuk uji hipotesis menggunakan uji F dan uji t.
Untuk alat analisis data yang digunakan adalah uji regresi
liner berganda dan diperkuat dengan uji asumsi klasik yang
78
terdiri dari uji multikolinieritas, uji heterokedastisitas,
uji normalitas dan uju autokorelasi.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secar simultan
relationship marketing yang terdiri dari variabel komunikasi
(X ), nilai yang diberikan (X ), kepuasan (X ), serta
komitmen (X ) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap
loyalitas pelanggan (Y) Sedangkan secara parsial hanya
variabel komitmen (X ) yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap loyalitas pelanggan.
2.3 Kerangka Konseptual Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah
serta tinjauan pustaka yang didukung oleh hasil penelitian
sebelumnya, maka kerangka konseptual yang dapat ditetapkan
pada penelitian ini seperti ditunjukkan pada Gambar 2.1
berikut.
CITRA MEREK
KEPUTUSAN PEMILIHAN
HARGA
79
Gambar 2.1Kerangka Konseptual Penelitian
Sumber : Hasil Olah Penulis, 2010
2.4 Hipotesis Penelitian
Hipotesis penelitian ini ditetapkan sebagai berikut
1. Citra merek berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pemilihan kartu gsm prabayar im3 indosat
2. Harga berpengaruh signifikan terhadap keputusan
pemilihan kartu gsm prabayar im3 indosat
3. Citra merek dan harga berpengaruh signifikan secara
simultan terhadap keputusan pemilihan kartu gsm
prabayar im3 indosat?
4. Citra Merek dan Harga berpengaruh dominan terhadap
keputusan pemilihan kartu gsm prabayar im3 indosat?
81
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian
deskriptif. Penelitian deskriptif meliputi pengumpulan data
untuk diuji hipotesis atau menjawab pertanyaan mengenai
status terakhir dari subjek penelitian. Tipe yang paling
umum dari penelitian deskriptif ini meliputi penilaian sikap
atau pendapat terhadap individu, organisasi, keadaan,
ataupun prosedur. Data deskriptif pada umumnya dikumpulkan
melalui daftar pertanyaan dalam survei, wawancara, ataupun
observasi.
Penelitian deskriptif memiliki formalitas pembentukan
yang berupaya untuk memperoleh deskripsi yang lengkap dan
akurat dari suatu situasi. Desain formal diperlukan untuk
meyakinkan bahwa deskripsi mencakup semua tahapan yang
diinginkan. Desain ini juga diperlukan untuk mencegah
dikumpulkannya data yang tidak perlu. Kendati penekanan
analisisnya adalah pada deskripsi data, studi semacam ini
tidak hanya mengumpulkan fakta.
Kelemahan utama dalam penelitian deskriptif adalah
kurangnya tanggapan subjek penelitian. Kelalaian subjek
penelitian untuk mengembalikan daftar pertanyaan atau datang
82
ke tempat wawancara yang telah ditentukan menyebabkan
rendahnya tanggapan terhadap penelitian yang dilakukan. Jika
tanggapan yang ada rendah, kesimpulan yang benar atau valid
tidak dapat ditemukan.
Manfaat yang dapat diambil dari penggunaan penelitian
deskriptif ini adalah : pertama, untuk studi dalam bidang
bisnis terutama digunakan sebagai dasar pengambilan
keputusan bisnis. Kedua, studi deskriptif diperlukan untuk
mengenali distribusi dan perilaku data yang kita miliki.
3.2 Populasi dan Sampel Penelitian
3.2.1 Populasi
Menurut Kuncoro (2003), “Populasi adalah kelompok
elemen yang lengkap, yang biasanya berupa orang, objek,
transaksi, atau kejadian di mana kita tertarik untuk
mempelajarinya atau menjadi objek penelitian”. Data yang
dikumpulkan pada penelitian ini berasal dari sampel suatu
populasi. Populasi dari penelitian ini adalah 100 mahasiswa
STIE MAHARDHIKA Surabaya yang masih aktif kuliah pada
semester genap 2009 / 2010.
83
3.2.2 Sampel
Menurut Kuncoro (2003), Sampel adalah suatu himpunan
bagian (subset) dari unit populasi. Menurut Santoso dan
Tjiptono (2001), sample merupakan bagian atau sejumlah
cuplikan tertentu yang diambil dari suatu populasi dan
diteliti secara rinci. Jadi sample adalah bagian dari
populasi yang diharapkan dapat mewakili populasi penelitian.
Dalam penelitian ini digunakan proporsional random
sampling. Dalam pemilihan proporsional random sampling,
banyaknya sampel akan proporsional dengan jumlah elemen
setiap unit pemilihan sample. Kelebihan dari cara penarikan
sampel ini adalah sampel secara keseluruhan dapat mewakili
populasi yang ada dengan baik.
Penelitian ini menggunakan teknik penelitian survey,
dimana informasi yang dikumpulkan dari responden menggunakan
kuesioner. Kuesioner merupakan teknik pengumpulan data yang
efisien bila peneliti tahu dengan pasti variabel yang akan
diukur dan kuesioner cocok bila jumlah responden cukup
besar. (Sugiyono,2003:135)
84
3.3 Definisi dan Variabel Penelitian
1. Citra Merek (X1) artinya gambaran mental subyektif tentang
merek yang sama-sama dianut sekelompok konsumen serta
tingkat persepsi konsumen sebagai pelanggan produk merek
mie sedaap terhadap Pencitraan Produk atau Organisasi .
Adapun indikatornya adalah sebagai berikut
A. Citra Perusahaan (Corporation Image) adalah sekumpulan
asosiasi yang dipersesikan konsumen terhadap
perusahaan yang membuat suatu produk atau jasa. Dalam
penelitian ini citra pembuat meliputi: popularitas,
kredibilitas serta jaringan perusahaan.
B. Citra Konsumen ( User Image) adalah sekumpulan
asosiasi yang dipersepsikan konsumen terhadap pemakai
yang menggunakan suatu barang atau jasa. Meliputi :
pemakai itu sendiri, gaya hidup/kepribadian, serta
status sosialnya.
C. Citra Produk (Product Image) adalah sekumpulan asosiasi
yang konsumen terhadap suatu produk. Meliputi
85
artibut produk tersebut, manfaat bagi konsumen,
penggunanya, serta jaminan.
2. Harga ( X2 ) artinya Harga (X1) artinya jumlah nilai
yang ditukarkan konsumen dengan manfaat memiliki atau
menggunakan produk atau jasa tersebut atau Harga adalah
sejumlah uang yang dibebankan atas suatu produk atau
jasa ; atau sejumlah nilai yang ditukarkan oleh konsumen
untuk mendapatkan kegunaan terhadap suatu produk atau
jasa. Dengan kata lain yang lebih luas, harga adalah
jumlah nilai yang ditukarkan konsumen dengan manfaat
memiliki atau menggunakan produk atau jasa
Keputusan Pemilihan ( X2 ) memiliki Indikator
a. Citra Merek adalah gambaran mental subyektif
tentang merek yang sama-sama dianut sekelompok
konsumen
b. Kualitas Produk adalah penilaian subyektif konsumen
mengenai superioritas sebuah produk, pengalaman
pribadi terhadap produk, kebutuhan yang unik, dan
situasi konsumsi yang bisa mempengaruhi penilaian
subyektif konsumen terhadap minat beli
86
3. Keputusan Pemilihan ( X2 ) artinya proses pengambilan
keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli.
Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu
yang secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan
mempergunakan barang yang ditawarkan.
Keputusan Pemilihan ( X2 ) memiliki Indikator
a. Harga
Melibatkan karakteristik operasional utama produk.
b. Kualitas
Mencerminkan kemampuan produk dalam memberikan
kepuasan
bagi konsumen.
c. Ketahanan
Mencerminkan umur ekonomis dari produk.
d. Keandalan
Konsistensi dari kinerja yang dihasilkan suatu produk
dari satu
pembelian ke pembelian berikutnya.
e. Karakteristik Produk
Bagian-bagian tambahan dari produk (feature).
87
f. Kesesuaian Dengan Spesifik
Merupakan pandangan mengenai kualitas produk
manufaktur sesuai dengan spesifikasi yang telah
ditentukan dan teruji.
3.4 Sumber dan Metode Pengumpulan Data
A. Data Primer
Sumber data primer (primary data) melalui wawancara langsung
terhadap responden yaitu konsumen atau pengguna dari produk
INDOSAT yang terdapat di Surabaya.
B. Data Sekunder
Data sekunder penelitian ini didapatkan dari penelitian
kepustakaan, dari beberapa literatur atau buku bacaan yang
dapat memberikan gambaran umum penelitian, membuat kutipan-
kutipan serta informasi lainnya . Didalam penelitian ini
terdapat beberapa data yang dapat digolongkan menjadi :
1. Data Kualitatif
88
Data kualitatif adalah data yang dinyatakan dalam bentuk
kata, kalimat, dan gambar. Dalam penelitian ini menjelaskan
hal-hal yang berkaitan dengan loyalitas.
2. Data Kuantitatif
Data Kuantitatif adalah data yang berbentuk angka, atau
data kualitatif yang diangkakan dengan menggunakan skala
Likert ( sangat setuju = 5, setuju = 4, netral = 3, tidak
setuju = 2, dan sangat tidak setuju = 1 )
3.5 Analisis Data
Bedasarkan hasil perhitungan dengan menggunakan
computer program SPSS , maka dapat digunakan sebagi dasar
untuk menganalisa guna membuktikan hipotesis yang diajukan .
Pembuktian hipotesis dilakukan dengan menggunakan uji
statistik . Langkah – langkah yang dilakukan dalam
menggunakan analisis regresi berganda untuk menguji
hipotesis.
3.5.1 Uji Reliabilitas dan Validitas
Pengujian data hasil kuesioner
1. Rumus Multiple Regresinya adalah :
21
31132112 .....Y
XYaXYaXYaR kjik
89
Y = a + b1X1 b2X2
Dimana :
Y = Keputusan Pemilihan
X1 = Citra Merek
X2 = Harga
b0 = Konstanta (besarnya X1, X2)
b1 = Koefisien regresi X1
b2 = Koefisien regresi X2
2. Analisa Korelasi
Untuk mengetahui hubungan variabel independen terhadap
variabel dependen, maka menggunakan analisa korelasi
dengan rumus :
Dimana :
Yi = Nilai Y pada baris ke i dan kolom ke i
Xkj = Nilai tertentu dan variabel bebas (motivasi kerja)
90
ak = Nilai koefisien regresi pada baris ke k dan
kolom ke i
k = Jumlah variabel bebas
Nilai r dapat bervariasi dari -1 melalui 0 hingga 1.
a. Bila R = 0 atau mendekati 0, maka hubungan antara
kedua variabel tersebut sangat lemah dan atau tidak
ada hubungan sama sekali.
b. Bila R = 1 atau mendekati 1, maka hubungan antara
kedua variabel tersebut diketahui sempurna atau
hubungannya sangat kuat sekali. Maka arti perubahan
kedua variabel tersebut untuk arah yang sama.
c. Bila R = -1 atau menduduki -1, maka hubungan antara
kedua variabel tersebut dikatakan sangat kuat dan
negatip. Maka arti perubahan kedua variabel tersebut
berlawanan arah.
3. Koefisien determinasi (R2)
Untuk mengetahui besarnya kontribusi X terhadap naik
turunnya nilai Y dihitung suatu koefisien yang disebut
91
koefisien determinasi rumus : KD = R2 dimana : R
= koefisien korelasi
4. Uji Parsial / sendiri-sendiri ( uji t )
Untuk menguji tingkat kebermaknaan dari masing-masing
variabel bebas dan variabel terikat secara parsial
digunakan uji T dengan hipotesis yang digunakan adalah :
Ho : b1 = 0, b2 = 0, maka tidak ada hubungan
antara Xi terhadap Y
Ha : b1 ≠ 0, b2 ≠ 0, maka terdapat hubungan antara Xi
terhadap Y
Kriteria pengujian apabila :
T hitung > T tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima,
yang artinya secara parsial ada hubungan antara variabel
independen dengan variabel dependen.
T hitung < T tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak,
yang artinya secara partial tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel independen.
Gambar 3.1
)1(
1 2
2
knR
kR
hitungF
92
Kurva Pengujian Uji-t
5. Uji Bersama / serentak ( uji F )
Untuk mengetahui pengaruh variabel bebas dengan variabel
tergantung secara bersama-sama digunakan uji F tes
hipotesis yang digunakan adalah:
Ho : b1 = 0, b2 = 0, maka tidak ada hubungan antara Xi
terhadap Y
Ha : bi ≠ 0, b2 ≠ 0, maka terdapat hubungan antara Xi
terhadap Y
Dengan taraf signifikan = 5% dan derajat kebebasan (df) =
(k-1)(n-k-1)
F hitung dicari menggunakan rumus :
Dimana :
K = Banyaknya variabel bebas
n = Ukuran sampel
Daerah Penerimaan
Ho
-t tabel
t tabel
Daerah Penolakan
Ho
Daerah Penolakan
Ho
93
Kriteria pengujian apabila :
F hitung > F tabel, maka Ho ditolak dan Ha diterima, yang
artinya secara bersama-sama ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
F hitung < F tabel, maka Ho diterima dan Ha ditolak, yang
artinya secara bersama-sama tidak ada hubungan antara
variabel independen dengan variabel dependen.
Gambar 3.2
Kurva Pengujian Uji-F
3.5.2 Uji Asumsi Klasik
Uji asumsi ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah
model regresi linear berganda yang digunakan untuk melakukan
analisis memenuhi asumsi klasik atau tidak . spesifikasi
DaerahPenerimaan
DaerahPenolakan
Ftabel
94
model diatas menrut Algifari harus memenuhi asumsi klasik
sebagai berikut ( Algifari , 1997.74 )
a. Multikolinearitas
b. Heteroskedastisitas
c. Autokrelasi
Ketiga asumsi tersebut menurut Piet Riatvelt dan Tri Lasmono
(1993 ). Merupakan kondisi klasik (ideal) , apabila kondisi
ideal dipenuhi dalam ilmu ekonometrika disebt dengan Best
Linear Unbiased Estimated ( BLUE ).
a. Multikolinearitas
Penyimpangan asumsi model klasik yang pertama adalah
adaya multikolinearitas dalam model regresi yang
dihasilkan artinya antara variable bebas terdapat dalam
model memiliki hubungan yang sempurna atau mendekati
sempurna (koefisien korelasinya tinggi atau bahkan 1),
sihingga onsekwensinya kesalahan standar estimasi akan
cenderung meningkat dengan bertambahnya variable bebas.
Diagnosis secara sederhana terhadap adanya
multiikolinearitas didalam model regresi adalah sebagai
berikut :
95
1. Melalui nilai t hit R2 dan Fratio jika R2 tinggi nilai
Fratio tinggi, sedangkan sebagian besar atau bahkan
seluruh koefisien, regresi tidak signifikan (nilai thit
sangat rendah), maka kemungkinan terdapat
multikolinieritas dalam model tersebut.
2. Menentukan koefisien korelasi antara varibel bebas yang
lain. Jika antara dua variable bebas memiliki korelasi
yang spesifik misalnya, koefisien korelasi yang tinggi
antara varibel bebas, maka didalam model regresi
tersebut terdapat multikolinieritas.
3. Melihat nilai Variance Inflation Factor (VIF) jika nilainya
kurang dari 4 maka tidak terjadi mutikolinieritas.
Untuk menghilangkan adanya multikolinieritas pada model
dapat dilakukan dengan jalan menghilangklan salah satu
atau beberapa variable yang mempunyai korelasi tinggi.
Kemudian cara lain yaitu dengan menambah data.
b. Hiterokedastisitas
Penyimpangan asumsi model klasik yang kedua adalah
adanya hiterokedastisitas, artinya, varian varibel dalam
model tidak konstan. Konsekuensinya adalah estimatornya
96
(penaksiran) yang diperoleh tidak efisien, baik dalam
sample kecil maupun dalam sample besar, walaupun dalam
penaksiran yang diperoleh menggambarkan populasi (tidak
bias), dan bertambahnya sample yang digunakan akan
mendekati nilai sebenarnya (konsisten). Ini disebabkan
oleh varianya tidak minimum (tidak evfisien).
Diagnosis adanya hiterokedastisita secara kuantitatif
dalam suatu regresi dapat dilakukan dengan pengujian
korelasi rangkaian spearman, yaitu dengan menggunakan
distribusi t dan membandingkan nilai thit dengan ttable
jika nilai thit lebih besar dari ttable, maka dikatakan
tidak terjadi hiterokedastisitas pada model regresi.
c. Autokorelsi
Penyimpangan model regresi klasik yang ketiga adalah
adanya Autokorelsi dalam model regresi. Artinya ada
korelasi antar anggota sample yang diurutkan berdasarkan
waktu. Konsekuensi dari adanya Autokorelsi dalam suatu
model regresi adalah varian sample tidak dapat
menggambarkan varian populasinya, dan tidak dapat
menaksirkan nilai varibel bebas pada nilai variable bebas
97
tertentu.untuk mendiaknosis adanya otokorelasi dalam
suatu model regresi dilakukan melalui pengujian terhadap
nilai Uji Durbin-Watson (Uji DW) dengan ketentuan sebagai
berikut :
Kurang dari 1,10 = Ada otokorelasi
1,10 sampai dengan1,54 = Tanpa kesimpulan
1,55 sampai dengan 2,46 = Tidak ada otokorelasi
2,46 sampai dengan 2,90 = Tanpa kesimpulan
lebih dari 2,91 ada = Autokorelasi
BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN HASIL
PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
4.1.1 Sejarah Organisasi
98
PT Indonesian Satellite Corporation Tbk. adalah sebuah
perusahaan penyelenggara jasa telekomunikasi internasional
di Indonesia. Indosat merupakan perusahaan telekomunikasi
dan multimedia terbesar kedua di Indonesia untuk jasa
seluler (Satelindo, IM3, StarOne). Saat ini, komposisi
kepemilikan saham Indosat adalah: Publik (45,19%), ST
Telemedia melalui Indonesia Communications Limited (40,37%),
serta Pemerintah Republik Indonesia (14,44%), termasuk saham
Seri A. Indosat juga mencatatkan sahamnya di Bursa Efek
Jakarta, Bursa Saham Singapura, serta Bursa Saham New York.
Indosat didirikan pada tahun 1967 sebagai Perusahaan
Modal Asing, dan memulakan operasinya pada tahun 1969. Pada
tahun 1980 Indosat menjadi Badan Usaha Milik Negara yang
seluruh sahamnya dimiliki oleh Pemerintah Indonesia. Hingga
sekarang, Indosat menyediakan layanan telekomunikasi
internasional seperti SLI dan layanan transmisi televisi
antarbangsa.
PT Satelit Palapa Indonesia (Satelindo) didirikan pada
tahun 1993 di bawah pengawasan PT Indosat. Ia mula
beroperasi pada tahun 1994 sebagai operator GSM. Pendirian
99
Satelindo sebagai anak perusahaan Indosat menjadikan ia
sebagai operator GSM pertama di Indonesia yang mengeluarkan
kartu prabayar Mentari dan pascabayar Matrix.
Pada tahun 1994 Indosat memperdagangkan sahamnya di
Bursa Efek Jakarta, Bursa Efek Surabaya, dan New York Stock
Exchange.
Indosat merupakan perusahaan pertama yang menerapkan
obligasi dengan konsep syariah pada tahun 2002. Setelah itu,
pengimplementasian obligasi syariah Indosat mendapat
peringkat AA+. Nilai emisi pada tahun 2002 sebesar Rp
175.000.000.000,00. dalam tenor lima tahun. Pada tahun 2005
nilai emisi obligasi syariah Indosat IV sebesar Rp
285.000.000.000,00. Setelah tahun 2002 penerapan obligasi
syariah tersebut diikuti oleh perusahaan-perusahaan lainnya.
Memasuki abad ke-21, Pemerintah Indonesia melakukan
deregulasi di sektor telekomunikasi dengan membuka kompetisi
pasar bebas. Dengan demikian, Telkom tidak lagi memonopoli
telekomunikasi Indonesia. Pada tahun 2001 Indosat
mendirikan PT Indosat Multi Media Mobile (IM3) dan ia
menjadi pelopor GPRS dan multimedia di Indonesia, dan pada
100
tahun yang sama Indosat memegang kendali penuh PT Satelit
Palapa Indonesia (Satelindo).
Pada akhir tahun 2002 Pemerintah Indonesia menjual
41,94% saham Indosat ke Singapore Technologies Telemedia
Pte. Ltd.. Dengan demikian, Indosat kembali menjadi PMA.
Pada bulan November 2003 Indosat mengakuisisi PT Satelindo,
PT IM3, dan Bimagraha.
Penjualan 41,94% saham Indosat tersebut menimbulkan
banyak kontroversi. Pemerintah RI terus berupaya untuk
membeli kembali (buyback) saham Indosat tersebut agar
pemerintah menjadi pemegang saham yang mayoritas dan
menjadikan kembali Indosat sebagai BUMN, namun hingga kini
upaya pemerintah tersebut belum terealisasi akibat banyaknya
kendala.
Layanan seluler bagi Indosat merupakan jenis layanan yang
memberikan penerimaan paling besar, yakni hingga mencapai
75% dari seluruh penerimaan pada tahun 2006. Berdasarkan
data tahun 2006, Indosat menguasai 26,9% pasar operator
telepon seluler GSM (yakni melalui Mentari dan IM3) dan 3,7%
pasar operator CDMA (melalui StarOne).
101
4.2 Data Penelitian
Pada penelitian ini menyertakan sebanyak 100 responden
yang berasal dari konsumen Indosat IM3. Masing-masing item
pertanyaan dari setiap variabel akan ditentukan distribusi
frekuensinya. Frekuensi Data Indikator untuk Variabel citra
merek ditunjukkan pada Tabel 4.1 berikut ini.
Tabel 4.1
Distribusi Data Untuk Variabel Citra Merek
IndikatorCitra Merek 1 2 3 4
X1.1 7 50 31 12
X1.2 3 56 34 7
X1.3 1 12 67 20
X1.4 0 22 70 8
X1.5 4 38 45 13
Total 15 178 247 60
Sumber : output spss
102
Tabel 4.1 menjelaskan tentang Distribusi Data Untuk
Variabel citra merek dari produk Mie Sedaap . Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa responden pada umumnya
menilai positif pernyataan tentang citra merek . Hal
tersebut dibuktikan dari nilai total masing-masing skala
yang ditunjukkan sebagai berikut : sangat tidak setuju (15);
tidak setuju (178); setuju (247); dan sangat setuju (60)
Tabel 4.2
Distribusi Data Untuk Variabel Harga
Persepsi
Kualitas
1 2 3 4
X2.1 9 55 31 5
X2.2 5 52 36 7
X2.3 1 17 77 5
X2.4 1 11 71 17
X2.5 4 25 50 21
Total 20 160 265 55
Sumber : output spss
103
Tabel 4.2 menjelaskan tentang Distribusi Data Untuk
Variabel Persepsi Kualitas dari produk indosat IM3 . Dari
tabel tersebut dapat disimpulkan bahwa responden pada
umumnya menilai positif pernyataan tentang harga. Hal
tersebut dibuktikan dari nilai total masing-masing skala
yang ditunjukkan sebagai berikut : sangat tidak setuju (20);
tidak setuju (160); setuju (265); dan sangat setuju (55)
Tabel 4.3
Distribusi Data Untuk Variabel Keputusan Pemilihan
Keputusan
Pemilihan
1 2 3 4
Y1 6 70 16 8
Y2 7 59 32 2
Y3 4 65 27 4
Y4 9 62 23 6
Y5 10 58 25 7
Total 36 314 123 27
104
Sumber : output spss
Tabel 4.3 menjelaskan tentang Distribusi Data Untuk
Variabel Keputusan Pemlihan Produk Indosat IM3 . Dari tabel
tersebut dapat disimpulkan bahwa responden pada umumnya
menilai kurang positif pernyataan Keputusan Pemilihan Hal
tersebut dibuktikan dari nilai total masing-masing skala
yang ditunjukkan sebagai berikut : sangat tidak setuju (36);
tidak setuju (314); setuju (123); dan sangat setuju (27).
1.2 Analisis Hasil Penelitian
1.2.1 Uji Validitas dan Reliabilitas
Tahap selanjutnya adalah melakukan pengujian
Validitas. Uji validitas digunakan untuk mengukur seberapa
akurat daftar pertanyaan menangkap semua pernyataan dari
para responden. Pada penelitian ini ditetapkan batas setiap
item pertanyaan dinyatakan valid bila nilai corrected item
total correlation lebih besar dari nilai 0,3.
105
Tabel 4.4 menunjukkan bahwa untuk variabel Citra Merek
yang dinyatakan pada setiap item pernyataan, semua berada
melebihi ambang batas 0,3. Dengan demikian tidak ada item
pertanyaan yang digugurkan dari format asalnya atau dari
daftar pertanyaaan yang ditujukan kepada responden.
Kesimpulannya adalah setiap item pertanyaan pada variabel
Citra Merek dapat dinyatakan valid.
Tabel 4.4
Uji Validitas Variabel Citra Merek
IndicatorVariabel
NilaiValiditas
X1.1 0,569
X1.2 0,636
X1.3 0,561
X1.4 0,536
X1.5 0,613
Sumber : output spss
106
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa untuk variabel harga yang
dinyatakan pada setiap item pernyataan, semua berada
melebihi ambang batas 0,3. Dengan demikian tidak ada item
pertanyaan yang digugurkan dari format asalnya atau dari
daftar pertanyaaan yang ditujukan kepada responden.
Kesimpulannya adalah setiap item pertanyaan pada variabel
harga dapat dinyatakan valid.
Tabel 4.5
Uji Validitas Variabel Harga
IndicatorVariabel
NilaiValiditas
X2.1 0,534
X2.2 0,591
X2.3 0,359
X2.4 0,372
X2.5 0,555
Sumber : output spss
107
Tabel 4.6 menunjukkan bahwa untuk variabel terikat
keputusan pemilihan yang dinyatakan pada setiap item
pernyataan, semua berada di atas ambang batas 0,3. Dengan
demikian tidak ada item pertanyaan yang digugurkan dari
format asalnya. Kesimpulannya adalah setiap item pertanyaan
pada variabel loyalitas pelanggan dapat dinyatakan valid.
Tabel 4.6
Uji Validitas Variabel Keputusan Pemilihan
IndicatorVariabel
NilaiValiditas
Y1 0,632
Y2 0,455
Y3 0,700
Y4 0,580
Y5 0,673
Sumber : output spss
Selanjutnya adalah pengujian reliabilitas. Dalam
pengujian reliabilitas ini digunakan untuk menunjukkan
108
sejauh mana alat pengukur dapat dipercaya atau dapat
diandalkan. Instrumen dinyatakan reliabel bila
dipergunakan beberapa kali untuk mengukur obyek yang sama
akan menghasilkan data yang sama. Pengamatan untuk
menentukan reliabilitas sesuai yang ditunjukkan pada Tabel
4.7 yang bersumber dari Lampiran.
Untuk variabel bebas pertama yaitu citra merek
diperoleh nilai alpha sebesar 0,884 seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.7. Dengan demikian, item-item pertanyaan yang
berhubungan dengan variabel citra merek dinyatakan
reliabel. Daftar pertanyaan tentang variabel citra merek
dapat dipercaya atau dapat dihandalkan untuk menganalisis
data selanjutnya.
Untuk variabel bebas kedua yaitu harga diperoleh
nilai alpha sebesar 0,885 seperti ditunjukkan pada Tabel
4.7. Dengan demikian, item-item pertanyaan yang
berhubungan dengan variabel persepsi kualitas dinyatakan
reliabel. Daftar pertanyaan tentang variabel harga dapat
dipercaya atau dapat dihandalkan untuk menganalisis data
selanjutnya.
109
Tabel 4.7
Uji Reliabilitas
Variable Penelitian Nilai Alpha
Citra Merek 0,884
Harga 0,885
Keputusan Pemilihan 0,887
Sumber : output spss
Untuk variabel terikat yaitu keputusan pemilihan
diperoleh nilai alpha sebesar 0,887 seperti ditunjukkan
pada Tabel 4.7. Dengan demikian, item-item pertanyaan yang
berhubungan dengan variabel harga dinyatakan reliabel.
Daftar pertanyaan tentang variabel keputusan pemilihan
dapat dipercaya atau dapat dihandalkan untuk menganalisis
data selanjutnya.
1.2.2 Uji Normalitas
Uji normalitas bertujuan untuk menguji apakah dalam
model regresi, variabel terikat dan variabel bebas
keduanya memiliki distribusi normal atau tidak. Jika
O bserved Cum Prob1.00.80.60.40.20.0
Expe
cted
Cum
Prob
1.0
0.8
0.6
0.4
0.2
0.0
Norm al P-P Plot of Regression Standardized Residual
Dependent Variable: Y
110
distribusi data adalah normal, maka garis yang
menggambarkan data sesungguhnya akan mengikuti garis
diagnonalnya. Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat
dibandingkan pada Gambar 4.8 yang menunjukkan bahwa titik-
titik mengikuti garis diagonal. Distribusi normal akan
membentuk suatu garis lurus diagonal dan ploting data akan
dibandingkan dengan garis normal. Dengan demikian dapat
dikatakan distribusi data adalah normal.
111
Gambar 4.8
Normal Probability Plot
Sumber : output spss
1.2.3 Uji Regresi Linier Sederhana
Setelah mengemukakan mengenai deskripsi variabel
hasil penelitian yaitu variabel citra merek , harga dan
variabel keputusan pemilihan maka dapat dijelaskan
mengenai pengujian hipotesis.
Sebagaimana telah dikemukakan pada uraian-uraian
terdahulu bahwa penelitian ini bertujuan untuk mengetahui
seberapa besar pengaruh faktor-faktor citra merek dan
112
harga terhadap keputusan pemilihan produk indosat IM3
dan menguji hipotesis yang telah ditetapkan sebelumnya
Untuk mengetahui pengaruh faktor-faktor citra merek dan
harga tersebut digunakan analisis kualitatif dengan
metode regresi linier sederhana, serta evaluasi uji
normalitas. Dalam analisis regresi linier sederhana akan
dilakukan dengan uji signifikansi untuk membuktikan
kebenaran dari hipotesis penelitian. Berdasarkan hasil
perhitungan dengan menggunakan SPSS diperoleh hasil,
seperti terlihat pada tabel 4.9 sebagai berikut.
Tabel 4.9Uji Hipotesis dengan CoefficientSumber : output spss
Dari hasil perhitungan dalam Tabel 4.9 tersebut di
atas, maka persamaan regresi yang dihasilkan adalah:
Y = -0.732 + 0,606 (X1) + 0.292 (X2) + e
Coefficientsa
-,732 1,100 -,665 ,508,606 ,095 ,575 6,404 ,000,292 ,106 ,246 2,741 ,007
(Constant)X1X2
Model1
B Std. Error
UnstandardizedCoefficients
Beta
StandardizedCoefficients
t Sig.
Dependent Variable: Ya.
113
Selanjutnya dari hasil penghitungan dari tabel 4.9
model persamaan regresi linier sederhana di atas menunjukkan
terdapatnya antara pengaruh citra merek (X1) dan harga ( X2)
sebagai variabel bebas terhadap keputusan pemilihan produk
indosat IM3 (Y) sebagai variabel terikat dengan bentuk
pengaruh yang positif. Pengaruh tersebut menunjukkan bahwa
faktor citra merek dan harga sebagai variabel bebas berubah
searah dengan perubahan keputusan pemilihan sebagai variabel
tidak bebas.
Nilai koefisien regresi citra merek sebesar 0,066 dan
harga sebesar 0,292 menunjukkan bahwa ada pengaruh positif
faktor citra merek dan harga terhadap keputsan pemilihan
dalam arti jika citra merek dan harga ditingkatkan maka
keputusan pemilihan akan semakin membaik dan bertambah.
Jika skor citra merek naik 1 point maka skor keputusan
pemilihan akan naik sebesar 0,606 dan skor harga naik 1
point maka skor keputusan pemilihan akan naik sebesar
0,292.
Tabel 4.10
114
Uji Hipotesis dengan Anova
ANOVAb
337,205 2 168,602 68,433 ,000a238,985 97 2,464576,190 99
RegressionResidualTotal
Model1
Sum ofSquares df Mean Square F Sig.
Predictors: (Constant), X2, X1a. Dependent Variable: Yb.
Sumber : output spss
Berdasarkan hasil perhitungan program komputer SPSS
regresi linear sederhana, maka dapat dilakukan uji
hipotesis dengan menggunakan perhitungan secara analisis
varians. Hasil dari uji ANOVA (analysis of variance) pada
tabel 4.10 didapat F hitung adalah 168,602 dengan tingkat
signifikansi sebesar 0,000. Berdasarkan Tabel 4.9
menunjukan nilai signifikansi dari variabel bebas citra
merek dengan perbandingan yang diperoleh dari nilai P Sig.
Sebesar 0,000 yang berarti keseluruhannya berada di bawah
batas 0,05. dan berdasarkan Tabel 4.9 menunjukan nilai
signifikansi dari variabel bebas harga dengan perbandingan
yang diperoleh dari nilai P Sig. Sebesar 0,007 yang
115
berarti keseluruhannya berada di bawah batas 0,05 , Oleh
karena probabilitas tersebut lebih kecil dibandingkan
dengan 0,05 maka model regresi diterima. Oleh karena
probabilitas tersebut lebih kecil dibandingkan dengan 0,05
maka model regresi diterima. Atau dapat dikatakan,
variabel citra merek dan harga berpengaruh signifikan
terhadap keputusan pemilihan produk indosat IM3 .
Tabel 4.11
Koefesien Determinasi
Model Summary
,765a ,585 ,577 1,56964Model1
R R SquareAdjustedR Square
Std. Error ofthe Estimate
Predictors: (Constant), X2, X1a.
Sumber : output spss
Berdasarkan pada hasil penghitungan tabel 4.8,
koefisien R sebesar 0,765 menunjukkan adanya pengaruh
yang kuat antara variabel bebas dengan variabel tidak
bebas (terikat). Koefisien determinan sebesar 0,585
116
menunjukkan bahwa model regresi ini yang variabel
bebasnya yaitu citra merek dan harga mampu memberikan
kontribusi terhadap keputusan pemilihan (Y) sebesar 58,5
%. Sedangkan sisanya sebesar 41,5% dipengaruhi oleh
faktor lain yang tidak diperhitungkan dalam penelitian
ini.
4.4 Pembahasan
Diketahui bahwa hipotesis di penelitian ini terbukti
benar. Hal ini ditunjukkan dari uji signifikansi yang
dilakukan dengan membandingkan nilai Probability Sig.
dengan batas yang ditentukan yaitu 0,05. Dari hasil
perbandingan diperoleh nilai P Sig. pada Tabel 4.9 dan
4.10 diperoleh nilai 0,000 yang berarti berada di bawah
batas 0,05. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa pada
taraf nyata α=0,05, variabel citra merek dan harga
berpengaruh signifikan secara parsial terhadap keputsan
pemilihan produk indosat IM3
Didalam dunia bisnis para konsumen banyak terpengaruh
dengan status dari suatu merek produk atau terpengaruh
117
dengan kebesaran perusahaan. Merek seperti Lexus dan
Mercedes mempunyai kekuatan prestige yang sangat kuat di
benak konsumen. Salah satu hal yang penting dalam perbedaan
merek tersebut adalah untuk dapat memposisikan produknya dan
mendatangkan keuntungan dari perbedaan tersebut. Perbedaan
merek dapat memberikan suatu porsi yang tersendiri bagi
produk kita dengan para pesaing dan meciptakan tambahan
konsumen yang memilih produk kita.
Kuatnya suatu merek dapat mempertinggi evaluasi
terhadap produk quality, mempertahankan level of product
awareness dan mempertahankan citra merek tersebut. Pembedaan
merek dapat menjadi suatu hal yang sangat penting dalam
perbedaan dengan pesaing dan dapat memperpanjang keuntungan
positioning dan merek utama.
Citra merek merupakan sebuah rangkaian berbagai
asosiasi merek yang saling berhubungan. Semakin banyak
asosiasi yang saling berhubungan, semakin kuat brand image
yang dimiliki oleh merek tersebut. Sedangkan asosiasi merek
atau brand association adalah merupakan setiap kesan yang
muncul di benak konsumen yang terkait dengan ingatan
118
konsumen mengenai suatu merek. Kesan-kesan yang terkait
merek akan semakin meningkat dengan semakin banyaknya
pengalaman konsumen dalam mengkonsumsi suatu merek atau
dengan semakin seringnya penampakan merek tersebut dalam
strategi komunikasi konsumen, ditambah lagi jika kaitan
tersebut didukung oleh suatu jaringan dari kaitan-kaitan
lain. Suatu merek yang telah mapan akan memiliki posisi
menonjol dalam persaingan bila didukung oleh berbagai
asosiasi yang kuat.
Harga merupakan sebuah rangkaian berbagai harga yang
saling berhubungan. Semakin banyak asosiasi yang saling
berhubungan, semakin kuat harga yang dimiliki oleh merek
tersebut. Sedangkan harga adalah merupakan setiap kesan yang
muncul di benak konsumen yang terkait dengan ingatan
konsumen mengenai harga. Kesan-kesan yang terkait harga akan
semakin meningkat dengan semakin banyaknya pengalaman
konsumen dalam mengkonsumsi suatu harga atau dengan semakin
seringnya penampakan harga tersebut dalam strategi
komunikasi konsumen, ditambah lagi jika kaitan tersebut
didukung oleh suatu jaringan dari kaitan-kaitan lain. Suatu
119
harga yang telah mapan akan memiliki posisi menonjol dalam
persaingan bila didukung oleh berbagai asosiasi yang kuat.
Keputusan Pemilihan artinya proses pengambilan
keputusan pembeli di mana konsumen benar-benar membeli.
Pengambilan keputusan merupakan suatu kegiatan individu yang
secara langsung terlibat dalam mendapatkan dan mempergunakan
barang yang ditawarkan
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan analisis
data, mengenai pengaruh citra merek dan harga tehadap
keputusan pemilihan produk indosat IM3 dapat diambil
kesimpulan sebagai berikut :
1. Dari hasil analisis regresi linier sederhana,
terdapat pengaruh yang positif antara citra merek
dan harga terhadap keputusan pemilihan produk
indosat IM3 .
2. Nilai konstanta 0,732 ini berarti bila citra
merek dan harga adalah nol, maka nilai keputusan
pemilihan produk indosat IM3 akan naik sebesar
0,732.
3. Nilai koefisien regresi citra merek sebesar
0,606 menunjukkan bahwa ada pengaruh positif faktor
citra merek terhadap keputusan pemilihan produk
120
121
indosat IM3 dalam arti jika citra merek
ditingkatkan maka keputusan pemilihan produk
indosat IM3 akan semakin membaik. Jika skor citra
merek naik 1 point maka skor keputusan pemilihan
produk indosat IM3 akan naik sebesar 0,606
4. Nilai koefisien regresi harga sebesar 0,292
menunjukkan bahwa ada pengaruh positif faktor harga
terhadap keputusan pemilihan produk indosat IM3
dalam arti jika motivasi ditingkatkan maka
keputusan pemilihan produk indosat IM3 akan semakin
membaik. Jika skor persepsi kualitas naik 1 point
maka skor keputusan pemilihan produk indosat IM3
akan naik sebesar 0,292
5.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas saran-saran yang
dapat diberikan sebagai berikut :
1. Variabel citra merek dan harga memiliki pengaruh
yang besar terhadap keputusan pemilihan produk
indosat IM3
122
2. Dari berbagai faktor variabel citra merek dan
harga secara bersama-sama mempunyai pengaruh terhadap
peningkatan keputusan pemilihan produk indosat IM3.
Untuk itu, PT. Indosat Tbk kiranya dapat meningkatkan
kualitas produk untuk meningkatkan loyalitas
pelanggan
3. Hal-hal yang sudah berjalan dengan baik seperti
pemberian citra merek dan kualitas agar tetap
dipertahankan. Karena bagaimanapun citra merek dan
persepsi kualitas sangat membantu loyalitas
pelanggan.