PENGARUH POINT OF PURCHASE (POP) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI TOKO LUWES NUSUKAN...

42
1 PENGARUH POINT OF PURCHASE (POP) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI TOKO LUWES NUSUKAN SURAKARTA TAHUN 2013 Ichwan Adhi Pamungkas Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Email: [email protected] Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) Pengaruh point of purchase secara bersama-sama terhadap keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. (2) Pengaruh in store media terhadap keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. (3) Pengaruh signage terhadap keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. (4) Pengaruh display terhadap keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis untuk mencapai tujuan tersebut adalah metode deskriptif kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa kuesioner. Populasi penelitian ini adalah konsumen Luwes Nusukan. Teknik sampling yang digunakan dalam penelitian ini adalah quota sampling dan incidental sampling. Berdasarkan penghitungan menggunakan rumus Supramono

Transcript of PENGARUH POINT OF PURCHASE (POP) TERHADAP KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI TOKO LUWES NUSUKAN...

1

PENGARUH POINT OF PURCHASE (POP) TERHADAP

KEPUTUSAN PEMBELIAN KONSUMEN DI TOKO LUWES

NUSUKAN SURAKARTA TAHUN 2013

Ichwan Adhi Pamungkas

Pendidikan Ekonomi, Fakultas Keguruan dan Ilmu

Pendidikan

Universitas Sebelas Maret

Email: [email protected]

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1)

Pengaruh point of purchase secara bersama-sama terhadap

keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. (2)

Pengaruh in store media terhadap keputusan pembelian

konsumen di Luwes Nusukan. (3) Pengaruh signage terhadap

keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. (4)

Pengaruh display terhadap keputusan pembelian konsumen

di Luwes Nusukan.

Jenis penelitian yang digunakan oleh penulis untuk

mencapai tujuan tersebut adalah metode deskriptif

kuantitatif dengan teknik pengumpulan data berupa

kuesioner. Populasi penelitian ini adalah konsumen

Luwes Nusukan. Teknik sampling yang digunakan dalam

penelitian ini adalah quota sampling dan incidental sampling.

Berdasarkan penghitungan menggunakan rumus Supramono

2

dan Haryanto, diperoleh sampel sebanyak 96,04 dan

dibulatkan menjadi 100 responden. Teknik analisis data

yang digunakan adalah teknik analisis regresi linier

berganda.

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa

(1) Adanya pengaruh point of purchase terhadap keputusan

pembelian konsumen. Hal ini dibuktikan dari hasil uji F

diperoleh nilai probabilitas sebesar 0,000. Sehubungan

dengan nilai probabilitas 0,000 lebih kecil dari 0,05;

maka Ho ditolak dan Ha diterima, sehingga dapat

disimpulkan bahwa variabel point of purchase yang terdiri

dari: in store media, signage dan display berpengaruh secara

simultan terhadap keputusan pembelian konsumen di Luwes

Nusukan. (2) Hasil perhitungan data untuk variabel in

store media memiliki tingkat signifikansi 0,019; variabel

signage memiliki tingkat signifikansi 0,036 dan variabel

display memiliki tingkat signifikansi 0,008 maka dapat

disimpulkan bahwa variabel in store media, signage, dan

display memilki pengaruh secara parsial terhadap

keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan. (3)

Berdasarkan hasil perhitungan data nilai Adjusted R Square

sebesar 0,432 sehingga dapat diartikan bahwa 43,2%

keputusan pembelian konsumen di Luwes Nusukan

dipengaruhi oleh point of purchase (POP) yang terdiri dari in

store media, signage, dan display, sedangkan sisanya

dipengaruhi oleh faktor lain.

3

Kata kunci: point of purchase (POP), keputusan pembelian.

Abstract: This study aimed to determine The (1) Effect

of point of purchase together on consumer purchasing

decisions in Luwes Nusukan. (2) Effect of in store

media on consumer purchasing decisions in Luwes

Nusukan. (3) The effect of signage on consumer

purchasing decisions in Luwes Nusukan. (4) The effect

of display on consumer purchasing decisions in Luwes

Nusukan.

This type of research is used by the author to achieve

that goal is descriptive quantitative method of data

collection techniques such as questionnaires. The

population was Luwes Nusukan consumers. The sampling

technique used in this study is quota sampling and

incidental sampling. Based on the calculation using the

formula Supramono and Haryanto, obtained a sample of

96,04 and rounded to 100 respondents. The data analysis

technique used is multiple linear regression analysis

techniques.

Based on the results of this study concluded that (1)

The influence point of purchase on consumer purchasing

decisions. It is evident from the results obtained by

the F test probability value of 0,000. In connection

with a probability value of 0,000 is smaller than 0,05;

then Ho is rejected and Ha accepted, so it can be

concluded that the variable point of purchase

4

consisting of: in store media, signage and display

simultaneous influence on consumer purchasing decisions

in Luwes Nusukan. (2) The calculation of the variable

in the data store for the media has a significance

level of 0,019; variable has a significance level of

0,036 signage and display variable has a significance

level of 0,008; it can be concluded that the variables

in store media, signage, and displays have the effect

of partially on consumer purchasing decisions The Luwes

Nusukan. (3) Based on calculations of data Adjusted R

Square of 0,432 so that it can be interpreted that

43,2% of consumer purchasing decisions in Luwes Nusukan

influenced by the point of purchase ( POP ) which

consists of in store media, signage, and display, while

the remaining affected by other factors.

Keywords: Point of purchase (POP), purchasing

decisions.

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Pada saat ini bisnis ritel di Indonesia mengalami

perkembangan yang sangat pesat. Perkembangan yang

sangat pesat itu dapat mengalahkan pasar tradisional

yang telah ada sebelumnya. Hal ini disebabkan karena

konsumen lebih banyak membelanjakan uangnya pada bisnis

ritel modern dibandingkan pasar tradisional. Menurut

5

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo)

memproyeksikan, nilai penjualan (omset) ritel modern

tumbuh 20% menjadi Rp 135 triliun pada tahun 2012,

sedangkan pada tahun 2013 ini penjualan (omset)

diperkirakan mencapai Rp. 150 triliun. Konsumen memilih

suasana berbelanja yang nyaman dan menyenangkan,

misalnya dengan penyediaan pilihan produk yang lebih

banyak, area parkir yang luas, kualitas produk yang

baik, terdapat lantunan musik, rapi, bersih, ber-AC,

tidak ada tawar menawar, dan lain sebagainya. Berbeda

halnya dengan pasar tradisional yang identik dengan

lingkungan yang kumuh, area parkir yang tidak nyaman,

serta konsumen yang harus melakukan tawar menawar

dengan pedagang (Wordpress.com yang diakses tanggal 18

Desember 2013). Perilaku konsumen yang seperti inilah

menjadi salah satu penyebab semakin berkembangnya usaha

ritel modern di Indonesia.

Kota Surakarta sendiri dalam 10 tahun terakhir

sudah banyak berkembang bisnis ritel modern. Misalnya

Solo Paragon Mall, Solo Square, Solo Grand Mall, Superindo Mart, Luwes

Group, Makro Supermarket, Assalam Hypermart, Carefour, Singosaren

Plaza, dan masih banyak lagi yang lainya. Berdasarkan

contoh tersebut diketahui bahwa semakin berkembangnya

bisnis ritel, sehingga dikhawatirkan akan mematikan

pasar tradisional yang lebih dulu ada sebelumnya di

Surakarta. Untuk mencegah hal tersebut, pemerintah

6

pusat mengeluarkan aturan tentang dibatasinya bisnis

ritel modern hanya diijinkan di kota-kota tertentu saja

misalnya di Ibu Kota Provinsi, Kabupaten, Kota Madya,

dan Kecamatan sehingga harus dibatasi pembangunan

bisnis ritel yang baru. Selain itu, Walikota Surakarta

Ir. H. Joko Widodo dalam sambutan tertulis yang

dibacakan oleh Wakil Walikota Surakarta FX Hadi

Rudyatmo menyatakan bahwa setelah semua pembangunan

ritel modern maka tidak akan diberikan izin untuk usaha

ritel yang baru (Kompas, 2005 yang diakses 22 Januari

2013). Berdasarkan pernyataan Walikota tersebut maka

pemerintah Surakarta mengeluarkan pembatasan bisnis

ritel yang baru.

Tabel 1 Nama dan Jumlah Usaha Ritel di Surakarta

No Nama Jumlah

1

2

3

4

5

6

7

Solo Paragon Mall

Solo Square

Solo Grand Mall

Superindo Mart

Luwes Group

Makro Supermarket

Assalam Hypermart

1

1

1

1

6

1

1

7

8

9

Carefour

Singosaren Plaza

1

1

(Sumber, data sekunder diolah, 2013)

Data dalam tabel 1 menunjukkan bahwa di Surakarta

banyak berkembang bisnis ritel modern. Dalam Era Pasar

Bebas Asia Pasific atau APEC tahun 2010 dan pasar bebas

dunia tahun 2030, menciptakan iklim bisnis yang semakin

kompetitif di Surakarta. Oleh karena itu, untuk menarik

konsumen yang sebanyak-banyaknya perusahaan ritel harus

bersaing menawarkan keunggulan-keunggulan tempat bisnis

mereka. Salah satunya adalah Luwes Group di Surakarta.

Pada saat ini jumlah Luwes yang ada di Surakarta

mencapai 6 cabang, yaitu : Ratu Luwes Pasar Legi, Sami

Luwes Jl. Slamet Riyadi, Luwes Gading, Luwes Mojosongo,

Luwes Lojiwetan, Luwes Nusukan.

Tabel 2 Jumlah Member Toserba Luwes Surakarta AkumulasiSampai Bulan Mei 2013

No Toserba Luwes Jumlah Member

1

2

3

4

Luwes Gading

Ratu Luwes

Sami Luwes

Luwes Loji Wetan

32.020 orang

30.176 orang

27.485 orang

24.923 orang

8

5 Luwes Nusukan 20.802 orang

(Sumber data sekunder diolah, 2013)

Data dalam tabel 2 menunjukkan adanya kesenjangan

jumlah member yang cukup signifikan diantara kelima

Luwes tersebut. Dari kelima Luwes yang ada, Luwes

Gading memiliki jumlah pengunjung yang paling banyak,

hal ini terlihat dari jumlah member yang dimilikinya,

sedangkan Luwes Nusukan memperoleh jumlah member paling

sedikit. Luwes Mojosongo tidak memiliki data tentang

jumlah member.

Pengetahuan tentang bagaimana perilaku konsumen

dalam memutuskan untuk berbelanja sangat penting

diketahui oleh pihak pemasar agar dapat memenangkan

kompetisi. Salah satu upaya untuk merumuskan strategi

pemasaran yang dapat menarik perhatian calon konsumen

serta meningkatkan kemungkinan terjadinya pembelian

adalah dengan cara memperhatikan salah satu strategi

pemasaran yakni dengan mengoptimalkan point of purchase

(POP) yang terdiri dari in store media, signage dan display.

Menurut Costrow dan Smith (1985) dalam Nyken

Widiyastuti dan Retno Tanding Suryandari (2004:139)

menyatakan bahwa “Point of purchase (POP) sebagai tanda-

tanda dalam kegiatan promosi dan display-display interior,

yang seringkali diletakkan pada saat penjualan

9

dilakukan atau diletakkan disepanjang display-display

diantara barang dagangan”.

Point of purchase yang terdiri dari 3 komponen dasar,

yaitu: in store media (media yang digunakan untuk

menciptakan suasana di dalam toko), signage (perangkat

advertising yang memberikan informasi tentang produk

tertentu), dan display (penataan barang dengan manajemen

rak). Oleh karena itu, sangatlah penting bagi peritel

untuk memahami point of purchase (POP) dalam mempengaruhi

konsumen untuk melakukan pembelian.

Tabel 3 Wawancara Pengunjung Luwes Nusukan Surakarta Tentang Penerapan Point of Purchase (POP)

Variabel (X) Indikator Baik

Kurangbaik

Jumlah

In Store Media(X1)

Penerapan musik Arsitektur toko Pencahayaan

ruangan

121411

181619

303030

Signage (X2) Pemasangan labelharga

Pemasangan papanpromosi

1314

1716

3030

Display (X3) Penerapan interiordisplay

Penerapan eksteriordisplay

1313

1717

3030

(Sumber data primer diolah, 2013)

Dalam tabel 3 menunjukkan hasil wawancara dengan

konsumen Luwes Nusukan. In store media terdiri dari tiga

10

indikator yaitu penerapan musik, arsitektur toko dan

pencahayaan ruangan. Signage terdiri dari dua indikator

yaitu pemasangan label harga dan pemasangan papan

promosi. Display terdiri dari dua indikator yaitu interior

display dan eksterior display. Berdasarkan hasil wawancara

yang peneliti lakukan pada tanggal 10 dan 11 Agustus

2013 maka peneliti dapat menyimpulkan penerapan point of

purchase (POP) di Luwes Nusukan Surakarta kurang baik. In

store media dengan indikator penerapan musik 18 konsumen

mengatakan bahwa penyajian musik di Luwes Nusukan

kurang bervariasi, sehingga konsumen tidak mau berlama-

lama di dalam toko Luwes Nusukan. Seharusnya untuk

penyajian musik di dalam toko Luwes Nusukan harus lebih

bervariasi sehingga konsumen betah berada di dalam

toko. Musik merupakan bagian dari tata suara yang akan

menimbulkan suasana yang menyenangkan bagi konsumen,

sehingga mereka bisa lebih lama berbelanja dan membeli

barang. Signage dengan indikator pemasangan label harga

17 konsumen mengatakan bahwa pemasangan label harga di

Luwes Nusukan kurang jelas, sehingga konsumen kesulitan

untuk mencari barang yang mereka inginkan. Seharusnya

signage (informasi mengenai produk) harus terpasang

dengan jelas agar konsumen tidak kesulitan dalam

mencari produk yang diinginkan. Ternyata konsumen lebih

mempertimbangkan informasi yang mereka peroleh dalam

toko dibandingkan di luar toko. Dengan informasi

11

tersebut, konsumen akan lebih mudah mendapat informasi

dan mencocokkan dengan barang yang dibutuhkan. Display

dengan indikator interior display dan eksterior display 17

konsumen mengatakan bahwa pendisplaian di Luwes Nusukan

kurang rapi, sehingga konsumen tidak mengetahui mana

barang yang baru dan mana barang yang lama. Seharusnya

untuk pendisplaian yang benar yaitu merek barang

menghadap ke depan, artikel tidak tebalik, pengisian

barang dari belakang dengan metode first in frist out (FIFO)

jika perlu turunkan barang di rak terlebih dahulu, rata

depan display mulai dari bibir rak, selalu cek expired

date, dan jaga selalu kerapian display barang.

Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis

tertarik untuk mengambil judul penelitian: "Pengaruh

Point of Purchase (POP) Terhadap Keputusan Pembelian

Konsumen Di Toko Luwes Nusukan Surakarta Tahun 2013".

Tujuan dari penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui apakah variabel in store media,

signage, dan display secara bersama-sama berpengaruh

secara signifikan terhadap keputusan pembelian

konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013.

2. Untuk mengetahui apakah variabel in store media

berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

12

pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta

tahun 2013.

3. Untuk mengetahui apakah variabel signage

berpengaruh secara signifikan terhadap keputusan

pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta

tahun 2013.

4. Untuk mengetahui apakah variabel display berpengaruh

secara signifikan terhadap keputusan pembelian

konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta tahun 2013.

Ruang Lingkup Pembahasan

Ruang lingkup penelitian yang dibahas dalam

penelitian ini adalah Pengaruh Point of Purchase (POP)

Terhadap Keputusan Pembelian Konsumen Di Toko Luwes

Nusukan Surakarta Tahun 2013.

TINJAUAN PUSTAKA DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

Tinjauan Tentang Keputusan Pembelian

Philip Kotler (2002), keputusan pembelian adalah

tindakan dari konsumen untuk mau membeli atau tidak

terhadap produk. Dari berbagai faktor yang mempengaruhi

konsumen dalam melakukan pembelian suatu produk atau

jasa, biasanya konsumen selalu mempertimbangkan

kualitas, harga dan produk yang sudah dikenal oleh

masyarakat. Sebelum konsumen memutuskan untuk membeli,

biasanya konsumen melalui beberapa tahap terlebih

13

dahulu yaitu, (1) pengenalan masalah, (2) pencarian

informasi. (3) evaluasi alternatif, (4) keputusan

membeli atau tidak, (5) perilaku pasca pembelian.

Setiadi (2003:16) menyatakan bahwa “Pengambilan

keputusan konsumen (consumer decision making) adalah proses

pengintegrasian yang mengkombinasikan pengetahuan untuk

mengevaluasi dua atau lebih perilaku alternatif, dan

memilih satu diantaranya”. Oleh karena itu, pengambilan

keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses

pemilihan salah satu dari beberapa alternatif

penyelesaian masalah dengan tindak lanjut yang nyata.

Setelah itu konsumen dapat melakukan evaluasi pilihan

dan kemudian dapat menentukan sikap yang akan diambil

selanjutnya.

Model Perilaku Konsumen

Model adalah sebuah penyederhanaan gambaran dari

kenyataan. Bentuk model dapat bermacam-macam seperti

uraian secara verbal, atau dengan menggunakan simbol

yang sistematis. Philip Kotler dan Kevin Keller

(2007:225-226) menyebutkan bahwa, “Perilaku konsumen

berupa rangsangan dan tanggapan”. Rangsangan dan

tanggapan ini dilakukan unutk mengetahui reaksi

konsumen terhadap berbagai bentuk rangsangan yang

dilakukan perusahaan. Rangsangan-rangsangan tersebut

14

antara lain rangsangan pemasaran dan rangsangan

lingkungan. Seperti gambar di bawah ini :

Gambar 1 Model Perilaku Konsumen

Stimulus

Pemasara

n

Stimulus

LainnyaKotak Hitam Pembeli

Keputusan

Pembeli

Produk

Harga

Tempat

Promosi

Ekonomi

Teknolog

i

Politik

Budaya

Karakteri

stik

Pembeli

Proses

Pengambil

an

Keputusan

Pembeli

Pemilihan

Produk

Pemilihan

Merek

Pemilihan

Dealer

Waktu

Pembelian

Jumlah

Pembelian

Sumber: Kotler dan Keller (2007)

Gambar 1 model perilaku konsumen dalam melakukan

keputusan pembelian dibagi menjadi tiga yaitu: (1)

Stimulus pemasaran dan stimulus lain, (2) Kotak hitam

pembeli dan (3) Respons pembeli.

1) Stimulus Pemasaran dan Stimulus Lain

a) Stimulus Pemasaran merupakan rangsangan yang

terdiri atas komponen-komponen bauran pemasaran

yaitu: produk, harga, distribusi dan promosi.

15

b) Stimulus Lainnya merupakan rangsangan yang terdiri

atas ekonomi, teknologi, politik dan budaya.

2) Kotak Hitam Pembelian

Gambar 1 menunjukkan bahwa pemasaran dan rangsangan

lainnya memasuki kotak hitam konsumen dan

menghasilkan tanggapan tertentu. Orang pemasaran

harus menebak apa yang ada dalam kotak hitam

pembeli. Rangsangan pemasaran terdiri dari empat P:

product, price, place, dan promotion (produk, harga,

distribusi dan promosi). Rangsangan lainnya mencakup

kekuatan dan peristiwa besar dalam lingkungan

pembeli: ekonomi, teknoligi, politik dan budaya.

Seluruh rangsangan ini memasuki kotak hitam pembeli,

lalu di sana diubah menjadi satu susunan tanggapan

pembeli yang dapat diselidiki: pilihan produk,

pilihan merek, pilihan dealer, waktu membeli dan

jumlah pembelian. Para pemasar ingin memahami

bagaimana rangsangan tersebut berubah menjadi

tanggapan-tanggapan di dalam kotak hitam konsumen,

yang memiliki dua bagian: pertama, karakteristik

pembeli yang mempengaruhi bagaimana dia bersikap dan

bereaksi terhadap rangsangan; kedua, proses

keputusan pembeli itu sendiri yang mempengaruhi

perilaku pembelian.

3) Respon Pembeli

16

Tahap ketiga dalam memahami perilaku konsumen adalah

tahap di mana keputusan pembelian dibuat. Respons

pembeli adalah proses di mana terjadinya suatu 

keputusan untuk membeli suatu produk dengan pilihan

produk yang diinginkan, pilihan merek, pilihan

tempat untuk membeli, waktu untuk membeli dan jumlah

barang yang akan dibeli.

Proses Keputusan Pembelian

Gambar 2 Proses Keputusan Pembelian

Sumber: Kotler dan Keller (2007)

Gambar 2 menunjukan bagaimana proses pengambilan

keputusan pembelian suatu produk yang mencakup sejumlah

tahapan yang biasanya dilalui konsumen ketika akan

melakukan pembelian. Konsumen melewati lima tahap dalam

proses pengambilan keputusan, tahapan tersebut

meliputi: pengenalan masalah, pencarian informasi,

evaluasi alternatif, keputusan pembelian, dan evaluasi

pasca pembelian.

Tinjauan Tentang Promosi

Philip Kotler (2006:28) menyatakan bahwa “Promosi

merupakan berbagai kegiatan yang dilakukan antar

Pengenalan

masalah

Perilaku pasca

pembelian

Keputusan

pembalian

Evaluasi

alternatif

Pencarian

informasi

17

perusahaan untuk mengkomunikasikan manfaat dari

produknya dan untuk meyakinkan konsumen sasaran agar

membelinya”. Menurut Basu Swastha (1999:237) menyatakan

bahwa “Promosi merupakan arus informasi atau persuasi

satu arah yang dibuat untuk mengarahkan seseorang atau

organisasi kepada tindakan yang menciptakan pertukaran

dalam pemasaran”.

Dari beberapa definisi yang dikemukakan para ahli,

pada dasarnya memiliki maksud yang sama, yaitu

memperkenalkan produknya baik berupa barang maupun jasa

kepada masyarakat, sehingga terwujud kesadaran untuk

membeli produk yang ditawarkan. Bagi perusahaan yang

menghasilkan produk atau jasa maka interaksi yang

terjadi antara perusahaan dengan konsumen hanya

terwujud melalui proses komunikasi. Oleh karena itu,

manager pemasaran harus memperhatikan kegiatan promosi

tersebut dan selalu mengkomunikasikannya kepada

pembeli.

Tinjauan Tentang Promosi Penjualan

Philip Kotler (2004:509) menyatakan bahwa “Sales

promotion adalah insentif jangka-pendek untuk mendorong

pembelian atau penjualan dari suatu produk atau jasa”.

18

Nickles dalam Basu Swastha (1999:279) menyatakan bahwa

“Promosi penjualan adalah kegiatan pemasaran selain

personal selling, periklanan, dan publisitas, yang

mendorong efektifitas pembelian konsumen dan pedagang

dengan menggunakan alat-alat seperti peragaan, pameran,

demonstrasi, dan sebagainya”. Oleh karena itu, promosi

penjualan merupakan salah satu program promosi untuk

menarik konsumen dan melakukan pembelian.

Hendri Ma’aruf (2005), sales promotion adalah program

promosi peritel dalam rangka mendorong terjadinya

penjualan atau untuk meningkatkan penjualan atau dalam

rangka mempertahankan minat pelanggan untuk tetap

berbelanja padanya. Jenis-jenis promosi penujualan

meliputi: point of purchase, kontes, kupon, frequent shopper

program (program pelanggan setia), hadiah langsung,

samples, demonstrasi, refeal gifts (hadiah untuk rujukan),

souvenir dan special events (acara-acara khusus).

Tinjauan Tentang Point of Purchase (POP)

Nyken Widyastuti dan Retno Tanding Suryandari

(2004), point of purchase (POP) dapat juga disebut sebagai

suatu produk/ pelayanan yang tercangkup dalam kegiatan

promosi termasuk display, signage dan in-store media yang

digunakan oleh pemasar untuk menarik konsumen dalam

melakukan pembelian. Aspek penting dari point of purchase

(POP) adalah satu-satunya alat komunikasi yang

19

digunakan oleh pemasar di mana konsumen, alat pembelian

produk, dan keputusan pembelian terjadi secara bersama

pada tempat pembelian. Oleh kerena itu, point of purchase

(POP) juga memberikan dukungan bagi perdagangan itu

sendiri, khususnya pengecer dalam upaya menjual atau

mendorong produk keluar/ terjual dengan segera. Dengan

demikian, point of purchase (POP) mewakili kesempatan

menjangkau konsumen, memberi informasi persuasif kepada

konsumen untuk melakukan pembelian.

In store media

Nyken Widyastuti dan Retno Tanding Suryandari

(2004:141), menyatakan bahwa “in store media merupakan

perangkat point of purchase (POP) yang paling baru”. Di

mana perangkat atau variabel point of purchase (POP)

tersebut yang memanfaatkan video atau radio di dalam

toko. Salah satu komponen utama yang digunakan dalam in

store media ini adalah musik yang memainkan peran penting

dalam pembuatan keputusan pembelian konsumen. Oleh

karena itu, musik memiliki peranan penting dalam

mempengaruhi konsumen melakukan pembelian.

Berdasarkan Terence A. Shimp (2003:487) menyatakan

bahwa “Musik, jingle, musik latar, nada-nada popular,

dan arasemen klasik digunakan untuk menarik perhatian,

menyalurkan pesan-pesan penjualan, menentukan emosional

untuk iklan dan mempengaruhi suasana hati para

20

pendengar”. Menurut Ujang Sumarwan (2002:280)

menyatakan bahwa “Musik merupakan bagian dari tata

suara yang akan menimbulkan suasana yang menyenangkan

bagi konsumen, sehingga mereka bisa lebih lama

berbelanja dan membeli barang”. Dengan demikian, musik

memiliki pengaruh terhadap keputusan konsumen dalam

melakukan pembelian.

Musik dapat diperdengarkan dengan tempo cepat atau

lambat. Namun keduanya memiliki pengaruh yang berbeda

dalam mempengaruhi keputusan pembelian konsumen.

Menurut penelitian Blackwell dan Miniard (1995) dalam

Ujang Sumarwan (2002:280) menyatakan bahwa ”Musik dalam

tempo lambat yang diperdengarkan di supermarket

menyebabkan waktu berbelanja lebih lama dan jumlah uang

yang dikeluarkan lebih banyak dibandingkan jika

diperdengarkan musik dengan tempo yang lebih cepat“.

Jadi, musik dapat diperdengarkan dengan tempo cepat

maupun lambat. Namun, musik dengan tempo yang lambat

lebih banyak mempengaruhi konsumen dalam melakukan

pembelian.

Signage

21

Signage merupakan perangkat point of purchase (POP) yang

berupa tanda-tanda tentang suatu produk yang berada di

dalam toko seperti: informasi harga, keunggulan suatu

produk tertentu dan lain-lain. Dengan informasi

tersebut, konsumen akan lebih mudah mendapat informasi

dan mencocokkan dengan barang yang dibutuhkan. Signage

terdiri dari beberapa jenis, yaitu:

a) Poster adalah gambar-gambar untuk menarik

perhatian konsumen di dalam toko dan menunjang

penataan barang lebih memikat.

b) Label harga, adalah informasi tentang harga suatu

produk, yang membuat konsumen dapat

mempertimbangkan dengan mudah untuk membeli.

c) Papan promosi, digunakan untuk mengumumkan

sesuatu. Biasanya diletakkan di depan toko.

d) Papan petunjuk letak produk, digunakan untuk

memudahkan konsumen dalam mendapatkan produk yang

diinginkan. Selain itu, papan petunjuk juga

digunakan sebagai salah satu bentuk komunikasi

yaitu promosional sign, locational sign, dan institutional sign.

Display

Sopiah dan Syihabudhin (2008:238) menyatakan bahwa

“Display adalah usaha yang dilakukan untuk menata barang

yang mengarahkan pembeli agar tertarik untuk melihat

dan membeli”. Display merupakan pemajangan atau tata

22

letak barang dagangan untuk menarik minat beli konsumen

agar terciptanya pembelian. Berdasarkan Bob Faster

(2008:72) menyatakan bahwa “Display adalah keinginan

membeli sesuatu, yang tidak didorong oleh seseorang

tapi didorong oleh daya tarik, ataupun oleh

penglihatan, ataupun oleh perasaan lainnya”. Dengan

demikian hanya dengan melihat barang dagangan disertai

dengan penataan barang yang bagus maka konsumen akan

tertarik serta memudahkan konsumen dalam memilih barang

yang diinginkan.

Bentuk-bentuk display menurut Devi Puspitasari

(2006:613), yaitu:

a) Window display adalah pemajangan barang dagangan di

etalase atau jendela kegiatan usaha. Tujuan window

display adalah untuk menarik minat konsumen sekaligus

menjaga keamanan barang dagangan. Window display hanya

memperlihatkan barang dagangan yang ditawarkan saja,

tanpa dapat disentuh oleh konsumen, sehingga

pengamanan menjadi lebih mudah. Bila konsumen ingin

mengetahui lebih lanjut, maka ia dipersilahkan untuk

lebih masuk dan memperjelas pengamatannya.

b) Interior display adalah pemajangan barang dagangan di

dalam toko. Interior display banyak dipergunakan untuk

23

barang-barang yang sudah dikenal luas oleh

masyarakat.

c) Eksterior display adalah pemajangan barang dagangan di

tempat tertentu di luar kegiatan usaha yang biasa

digunakan. Pemajangan sistem ini banyak digunakan

untuk promosi barang, pengenalan produk baru,

penjualan istimewa seperti cuci gudang, discount dan

sejenisnya.

Kerangka Berfikir Teoritis

Gambar 3 Kerangka Berfikir

Keterangan := Hubungan parsial= Hubungan

simultan

Perumusan Hipotesis

Point of Purchase (X)

In Store Media (X1)

Signage (X2)

Display (X3)

Keputusan Pembelian (Y)

H1

H2

H3

H4

24

H1. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

in-store media, signage dan display secara simultan

terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes

Nusukan Surakarta.

H2. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

in-store media terhadap keputusan pembelian konsumen

di Toko Luwes Nusukan Surakarta.

H3. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

signane terhadap keputusan pembelian konsumen di

Toko Luwes Nusukan Surakarta.

H4. Terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel

display terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko

Luwes Nusukan Surakarta.

METODE PENELITIAN

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah

penelitian diskriptif kuantitatif.

Populasi

Populasi dalam penelitian ini merupakan populasi

infinit atau populasi yang tidak diketahui jumlah

populasinya secara pasti. Populasi dalam penelitian ini

adalah seluruh konsumen Luwes Nusukan Surakarta tahun

2013.

Sampel

25

Dalam penelitian ini penentuan besarnya sampel

menggunakan rumus Supramono dan Haryanto (2003:62)

sebagai berikut:

Keterangan:

n = jumlah sampel

Zα = nilai standar normal yang besarnya tergantung α,

bila α = 0,01 → Z = 1,96

p = estimasi proporsi populasi

q = 1 – p

d = penyimpangan yang ditolelir sebesar 10%

Untuk memperoleh n (jumlah sampel) yang besar dan

nilai p belum diketahui, maka dapat digunakan p = 0,5

dengan α = 0,01.

Dengan demikian, jumlah sampel (n) yang mewakili

populasi dalam penelitian ini adalah:

Sampel yang digunakan dalam penelitian ini

dibulatkan menjadi 100 konsumen Luwes Nusukan

Surakarta.

Teknik Pengambilan Sampel

26

Dalam penelitian ini dilakukan dengan menggunakan

teknik penarikan Nonprobability Sampling Design yaitu dengan

menggunakan Sampling Kuota dan Sampling Incidental. Menurut

Sugiyono (2010:124), sampling kuota adalah teknik untuk

menentukan sampel dari populasi yang mempunyai ciri-

ciri tertentu sampai jumlah (kuota) yang diinginkan.

Sampling Insidental adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan, yaitu siapa saja yang kebetulan/

insidental bertemu dengan peneliti dapat digunakan

sebagai sampel, bila dipandang orang yang kebetulan

ditemui itu cocok sebagai sumber data. Oleh karena itu

sampel yang diambil adalah konsumen Toko Luwes Nusukan

Surakarta tahun 2013. Dalam mengumpulkan data, peneliti

menghubungi subjek yang memenuhi persyaratan ciri-ciri

populasi, tanpa menghiraukan dari mana asal subjek

tersebut selama masih dalam populasi. Biasanya yang

dihubungi adalah subjek yang mudah ditemui, sehingga

pengumpulan datanya mudah. Hal yang penting untuk

diperhatikan di sini adalah terpenuhinya jumlah

(quotum) yang telah ditetapkan.

Analisis Data

Uji Hipotesis

a. Analisis Regresi

27

Analisis regresi yang digunakan dalam

penelitian ini adalah analisis regresi berganda

dengan persamaan sebagai berikut:

Y = a + b1X1 + b2X2 + b3X3

Keterangan:

Y = Keputusan Pembelian Konsumen

X1= In store media

X2= Signage

X3= Display

Pengukuran.

a = Bilangan konstanta

b = Koefisien regresi (nilai peningkatan

ataupun penurunan).

b. Uji F

Uji F digunakan untuk mengetahui variabel

bebas secara bersama-sama mempunyai berpengaruh

secara signifikan terhadap variabel terikat.

Adapun langkah-langkah dari uji F adalah

sebagai berikut :

1) Hipotesis

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0

Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama variabel independen (point of purchase)

terhadap variabel dependen (keputusan pembelian

konsumen).

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0

28

Berarti ada pengaruh yang signifikan secara

bersama-sama variabel independen (point of purchase)

terhadap variabel dependen (keputusan pembelian

konsumen).

2) Tingkat signifikasi ( ) = 5 %

3) Rumus uji F

F =

Keterangan:

R2 = Koefisien determinasi

n = Jumlah observasi

k = Jumlah variabel

4) Kriteria pengujian

Ho diterima dan Ha ditolak apabila F hitung F tabel

atau probabilitas nilai F atau signifikan

0,05.

Ho ditolak dan Ha diterima apabila F hitung Ft

abel atau probabilitas nilai F atau

signifikansi 0,05.

Uji F dalam penelitian ini menggunakan

software SPSS 17, yaitu dengan melihat tabel ANOVA

dalam kolom sig, jika probabilitas < 0,05; maka

dapat dikatakan terdapat pengaruh yang signifikan

secara bersama-sama variabel bebas (point of purchase)

terhadap variabel terikat (keputusan pembelian

29

konsumen) dan model regresi bisa dipakai untuk

memprediksi variabel terikat.

c. Uji t

Uji t digunakan untuk menguji secara parsial

masing-masing variabel. Adapun langkah-langkah dari

uji t adalah sebagai berikut:

1) Hipotesis

Ho : b1 = b2 = b3 = b4 = b5 = 0

Berarti tidak ada pengaruh yang signifikan secara

parsial variabel independen (point of purchase)

terhadap variabel dependen (keputusan pembelian

konsumen).

Ha : b1 ≠ b2 ≠ b3 ≠ b4 ≠ b5 ≠ 0

Berarti ada pengaruh yang signifikan secara

parsial variabel independen (point of purchase)

terhadap variabel dependen (keputusan pembelian

konsumen).

2) Tingkat signifikasi ( ) = 5%

3) Rumus uji t

Keterangan:

= Koefisien regresi

30

= Standar error koefisien regresi

4) Kriteria pengujian

Ho diterima dan Ha ditolak apabila t hitung t

tabel atau probabilitas nilai t atau signifikan

0,05.

Ho ditolak dan Ha diterima apabila t hitung t

tabel atau probabilitas nilai t atau

signifikansi 0,05.

Uji t dalam penelitian ini menggunakan

software SPSS 17, yaitu dengan melihat tabel

coefficients pada kolom sig. Jika probabilitas nilai t

atau signifikansi < 0,05, maka dapat dikatakan

bahwa terdapat pengaruh secara parsial antara

variabel bebas (point of purchase) terhadap variabel

terikat (keputusan pembelian konsumen).

d. Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Hasil perhitungan Adjusted R2 dapat dilihat

pada output Model Summary. Pada kolom Adjusted R2

dapat diketahui berapa prosentase yang dapat

dijelaskan oleh variabel-variabel bebas terhadap

variabel terikat. Dan sisanya dipengaruhi atau

dijelaskan oleh variabel-variabel lain yang tidak

dimasukkan dalam model penelitian ini.

31

HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Ganda

Tabel 4 Koefisien Regresi

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.032 2.729 1.477 .143

In store media(X1)

.289 .122 .258 2.380 .019

Signage (X2) .247 .116 .238 2.131 .036

Display (X3) .487 .179 .276 2.730 .008

a. Dependent Variable: keputusan pembelian (Sumber: data primer yang diolah 2013)

Berdasarkan tabel coefficients di atas, maka

persamaan regresi yang diperoleh adalah sebagai

berikut:

Y = 4,032 + 0,289 X1 + 0,247 X2 + 0,487 X3

Keterangan :

Y : Keputusan Pembelian KonsumenX1 : In Store MediaX2 : Signage

32

X3 : Display

Berdasarkan persamaan regresi tersebut dapat

diinterpretasikan sebagai berikut:

a. Konstanta/ intersep sebesar 4,032 secara matematis

menyatakan bahwa jika nilai variabel bebas X1, X2,

dan X3 sama dengan nol maka nilai Y adalah 4,032.

Dalam penelitian ini nilai variabel bebas X1, X2,

dan X3 tidak mungkin sama dengan nol dan nilai Y

tidak mungkin negatif. Nilai 4,032 dalam

penelitian ini artinya Luwes Nusukan tanpa

menerapkan point of purchase sudah memiliki keputusan

pembelian sebesar 4,032 dari faktor lain.

b. Koefisien regresi variable in store media (X1)

sebesar 0,289 artinya in store media mempunyai

pengaruh yang positif terhadap variabel keputusan

pembelian konsumen. Sedangkan koefisien 0,289

berarti bahwa peningkatan satu unit variabel in

store media dengan asumsi variabel bebas lain

konstan akan menyebabkan kenaikan keputusan

pembelian konsumen sebesar 0,289 unit.

c. Koefisien regresi variabel signage (X2) sebesar

0,247 artinya signage mempunyai pengaruh yang

positif terhadap variabel keputusan pembelian

konsumen. Sedangkan koefisien 0,247 berarti bahwa

peningkatan satu unit variabel signage dengan

asumsi variabel bebas lain konstan akan

33

menyebabkan kenaikan keputusan pembelian konsumen

sebesar 0,247 unit.

d. Koefisien regresi variabel display (X3) sebesar

0,487 artinya display mempunyai pengaruh yang

positif terhadap variabel keputusan pembelian

konsumen. Sedangkan koefisien 0,487 berarti bahwa

peningkatan satu unit variabel display dengan

asumsi variabel bebas lain konstan akan

menyebabkan kenaikan keputusan pembelian konsumen

sebesar 0,487 unit.

Uji F

Tabel 5 Anova

ANOVAb

ModelSum ofSquares df Mean Square F Sig.

1 Regression 639.976 3 213.325 26.054.000a

Residual 786.024 96 8.188

Total 1426.000 99a. Predictors: (Constant), display, in store media, signageb. Dependent Variable: keputusan pembelian (Sumber: Data primer yang diolah, 2013)

Berdasarkan tabel ANOVA di atas bisa dilihat bahwa

nilai probabilitas dalam kolom Sig. adalah 0,000; di

mana nilai ini lebih kecil dari 0,05. Maka bisa

disimpulkan bahwa Ho ditolak dan Ha diterima yang

artinya terdapat pengaruh yang signifikan secara

34

simultan (bersama-sama) antara variabel point of purchase

(POP) yang terdiri dari tiga sub variabel yaitu in store

media (X1), signage (X2), display (X3) terhadap keputusan

pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta (Y).

Uji t

Tabel 6 Coefficients

Coefficientsa

Model

UnstandardizedCoefficients

StandardizedCoefficients

t Sig.B Std. Error Beta

1 (Constant) 4.032 2.729 1.477 .143

In store media(X1)

.289 .122 .258 2.380 .019

Signage (X2) .247 .116 .238 2.131 .036

Display (X3) .487 .179 .276 2.730 .008

a. Dependent Variable: keputusan pembelian (Sumber: Data primer yang diolah, 2013)

1) Nilai probabilitas in store media (X1) adalah 0,019.

Nilai probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 dan

nilai t hitung lebih besar dari t tabel

(2,380>1,985). Tabel distribusi t dicari pada α =

0,05 dengan df 96 (n-k-1 atau 100-3-1), maka Ho

ditolak, sehingga terdapat pengaruh yang signifikan

secara parsial antara variabel in store media (X1)

terhadap variabel keputusan pembelian konsumen (Y).

35

2) Nilai probabilitas signage (X2) adalah 0,036. Nilai

probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 dan nilai t

hitung lebih besar dari t tabel (2,131>1,985). Tabel

distribusi t dicari pada α = 0,05 dengan df 96 (n-k-

1 atau 100-3-1), maka Ho ditolak, sehingga terdapat

pengaruh yang signifikan secara parsial antara

variabel signage (X2 ) terhadap variabel keputusan

pembelian konsumen (Y).

3) Nilai probabilitas display (X3) adalah 0,008. Nilai

probabilitas ini lebih kecil dari 0,05 dan nilai t

hitung lebih besar dari t tabel (2,730>1,985). Tabel

distribusi t dicari pada α = 0,05 dengan df 96 (n-k-

1 atau 100-3-1), maka Ho ditolak, sehingga terdapat

pengaruh yang signifikan secara parsial antara

variabel display (X3) terhadap variabel keputusan

pembelian konsumen (Y).

Koefisien Determinasi (Adjusted R Square)

Tabel 7 Model summary

Model Summaryb

Model R R SquareAdjusted R

SquareStd. Error ofthe Estimate

Durbin-Watson

1 .670a .449 .432 2.861 1.772

a. Predictors: (Constant), display, in store media, signageb. Dependent Variable: keputusan pembelian(Sumber: Data primer yang diolah, 2013)

36

Berdasarkan tabel 7 dapat dilihat nilai Adjusted R

Square sebesar 0,432 atau 43,2 %. Hal ini berarti besar

pengaruh variabel bebas yaitu in store media, signage dan

display terhadap variabel terikat yaitu keputusan

pembelian konsumen sebesar 43,2 %, sedangkan selebihnya

dipengaruhi oleh faktor lain.

SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN

Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil

kesimpulan sebagai berikut:

1. Terdapat pengaruh secara signifikan antara penerapan

Point of Purchase (POP) secara simultan (bersama-sama)

terhadap keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes

Nusukan Surakarta. Hal ini menunjukkan bahwa

variabel in store media, signage, dan display yang

diterapkan dengan baik akan mempengaruhi keputusan

pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta.

2. Variabel in store media (X1), signage (X2), dan display

(X3) mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap

keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan

Surakarta diterima atau terbukti kebenarannya. Untuk

variabel in store media (X1) diwakili oleh 4 indikator

diantaranya: musik, arsitektur, penampilan penjual,

dan pencahayaan; variabel signage (X2) diwakili oleh

4 indikator diantaranya: poster, label harga, papan

37

promosi, dan papan petunjuk letak produk; variabel

display (X3) diwakili oleh 3 indikator diantaranya:

window display, interior display, dan eksterior display.

3. Dapat disimpulkan bahwa dari ketiga variabel bebas

yang memiliki pengaruh paling besar terhadap

keputusan pembelian konsumen (Y) adalah variabel

display (X3) dan sedangkan variabel yang mempunyai

pengaruh paling lemah yaitu variabel signage (X2).

Implikasi

Implikasi yang dapat dikemukakan dalam penelitian

ini adalah sebagai berikut:

1. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa variabel

in store media yang diukur dengan indikator musik,

arsitektur, penampilan penjual, dan pencahayaan

berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

Hasil penelitian tersebut memberikan dampak pada

keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan

Surakarta. Oleh karena itu, Luwes Nusukan Surakarta

harus senantiasa mempertahankan in store media yang

berhubungan dengan suasana di dalam toko seperti

pemutaran musik, desain dan interior toko,

penampilan dan keramahan penjual, serta pencahayaan

di dalam toko karena akan berdampak positif terhadap

keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan

Surakarta.

38

2. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa variabel

signage yang diukur dengan indikator poster, label

harga, papan promosi, dan papan petunjuk letak

produk berpengaruh terhadap keputusan pembelian

konsumen. Hal ini berarti ketikan konsumen berada di

dalam toko Luwes Nusukan sangatlah memperhatikan

signage (informasi mengenai suatu produk) yang ada

pada toko Luwes Nusukan Surakarta. Hasil penelitian

tersebut memberikan dampak pada keputusan pembelian

konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta. Oleh

karena itu, toko Luwes Nusukan Surakarta harus

senantiasa mempertahankan signage dengan

memperhatikan pemasangan poster/ gambar di dalam

toko, pemberian label harga pada setiap produk yang

dipajang, pemasangan papan promosi apabila terdapat

promosi yang dilakukan Luwes Nusukan, dan pemasangan

papan letak petunjuk produk yang memudahkan konsumen

dalam membeli dan mencari produk, yang pada akhirnya

akan berdampak positif terhadap keputusan pembelian

konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta.

3. Hasil analisis penelitian menunjukkan bahwa variabel

display yang diukur dengan indikator window display,

interior display, dan eksterior display secara keseluruhan

berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen.

Hasil penelitian tersebut memberikan dampak pada

keputusan pembelian konsumen di Toko Luwes Nusukan

39

Surakarta. Oleh karena itu, Luwes Nusukan Surakarta

harus senantiasa mempertahankan penerapan display

dengan memperhatikan memajang barang dagangan

dibagian depan toko yang biasa disebut dengan

etalase (window display), memajang barang dagangan di

dalam toko misalnya di lantai, di meja, dan di rak-

rak kegiatan usaha (interior display), dan memajang

barang dagangan di tempat tertentu diluar kegiatan

usaha biasanya pada saat hari raya, natal dan tahun

baru (eksterior display) yang pada akhirnya akan

berdampak positif terhadap keputusan pembelian

konsumen di Toko Luwes Nusukan Surakarta.

Saran

1. Manajemen Luwes Nusukan Surakarta diharapkan

menerapkan in store media dengan penyajian musik yang

kreatif. Misalnya dengan pemberian lagu-lagu vaforit

saat ini, banyak pilihan musik pop, jezz, dangdut

dan lain sebagainya. Penyajian musik tersebut akan

mempengaruhi suasana hati konsumen sehingga

diharapkan konsumen dapat berlama-lama di dalam

toko, melihat-lihat dan melakukan pembelian. Untuk

indikator penampilan penjual dengan item pernyataan

karyawan Luwes Nusukan ramah memiliki nilai paling

rendah. Seharusnya manajemen Luwes Nusukan

menegaskan kepada setiap karyawan untuk bersikap

40

lebih ramah kepada para konsumen, karena keramahan

penjual akan membuat hati konsumen menjadi nyaman

dan nantinya akan berbelanja lagi di Luwes Nusukan.

2. Manajemen Luwes Nusukan Surakarta diharapkan

memperhatikan dan memberikan berbagai informasi

signage mengenai produk, seperti informasi harga

barang, letak barang, informasi promosi barang,

serta poster-poster yang dapat menambah daya tarik

barang dan kualitas barang. Berbagai informasi

tersebut akan mempermudah konsumen dalam mencari

barang yang dibutuhkan sehingga dapat mempengaruhi

keputusan pembelian konsumen. Untuk indikator papan

petunjuk letak produk dengan item pernyataan

konsumen mudah mencari produk karena adanya papan

petunjuk letak produk memiliki nilai paling rendah

karena papan petunjuk letak produk di Luwes Nusukan

kurang jelas. Seharusnya untuk papan petunjuk letak

produk dicetak dan dipasang dengan benar sesuai

dengan produk yang dipajang agar konsumen mudah

mencari barang yang diinginkan.

3. Variabel display merupakan faktor yang mempunyai

pengaruh paling besar dalam keputusan pembelian

konsumen di Luwes Nusukan dibanding dengan variable

lainnya. Untuk itu manajemen Luwes Nusukan

seharusnya senantiasa menjaga dan meningkatkan

pendisplayan yang baik, menarik, kreatif dan mudah

41

dijangkau oleh konsumen untuk mempengaruhi keputusan

pembelian. Misalnya dengan penataan produk (display)

dengan menggunakan rak, etalase, lemari, dan lain

sebagainya. Selain itu, dalam pendisplaian hendaknya

dengan memberikan variasi pilihan produk sehingga

konsumen dapat memilih dan menentukan produk mana

yang akan dibeli.

DAFTAR REFERENSI

Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia. (2013). OmsetPenjualan Ritel Modern. Diperoleh 22 Januari 2013 darihttp://mindcommonline.com/omzet-penjualan-ritel-modern-2013-bisa-mencapai-rp-150-triliun/

Basu Swastha. (1999). Asas-Asas Pemasaran. Edisi Ketiga.Yogyakarta: Penerbit Liberty.

Devi Puspitasari. (2006). Menata Produk. Jakarta: CVArya Duta.

Faster, Bob. (2008). Manajemen Ritel. Bandung: Alfabeta.

Hendri Ma’ruf. (2005). Pemasaran Ritel. Jakarta: PT.Gramedia Pustaka Utama.

Kompas. 2005. Ritel Modern Di Solo Dibatasi, yangdiakses pada tanggal 22 Januari 2013.

Kotler, Philip. (2002). Manajemen Pemasaran. EdisiMillennium. Jilid 1. Jakarta: PT. Prenhalindo.

. (2004). Manajemen Pemasaran.Edisi milenium. Jakarta: PT Prenhallindo.

42

. (2006). Prinsip-prinsip pemasaran.Alih bahasa: bob sabran edisi keduabelas. Jilid 2.Jakarta: PT Erlangga.

Kotler, Philip dan Kevin Keller. (2007). ManajemenPemasaran 1. Edisi keduabelas. Indonesia: PT.Indeks.

Maynardo’s Blog. (2013). Perbedaan Pasar Tradisional dan PasarModern. Diperoleh 18 Desember 2013 darihttp://a67532.wordpress.com/2010/05/13/ perbedaan- antara-pasar-modern-dan-pasar-tradisional/

Nyken Widyastuti dan Retno Tanding Suryandari. (2004).Pengaruh Point Of Purchase (POP) Dalam PerilakuPembelian Konsumen Ritel. Journal of Fokus ManajerialVol. 2 pp. 138-149

Setiadi. (2003). Prakiraan Bisnis: Pendekatan Analisis KuantitatifUntuk Antisipasi Bisnis. Jakarta: Kencana.

Shimp, Terence A. (2003). Periklanan Promosi. Jilid 1.Jakarta: Erlangga.

Sopiah dan Syihabudin. (2008). Manajemen Bisnis Ritel.Yogyakarta: Andi Offsets.

Sugiyono. (2010). Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.Bandung: Alfabeta.

Supramono dan Haryanto. (2003). Desain Proposal PenelitianStudi Pemasaran. Jakarta: PT. Gramedia PustakaUtama.

Ujang Sumarwan. (2002). Perilaku Konsumen “Teori danPenerapannya dalam Pemasaran”. Bogor: GhaliaIndonesia.