Riset Konsumen

41
RISET KONSUMEN A. KONSEP DASAR, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP RISET KONSUMEN Bidang riset konsumen berkembang sebagai perluasan bidang riset pemasaran untuk memungkinkan para pemasar meramalkan bagaimana konsumen akan bereaksi di pasar dan memahami alasan-alasan mereka dalam mengambil keputusan untuk membeli. Hasil-hasil riset pasar dan riset konsumen digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan manajerial Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena berbagai alasan berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen, serta kebijakan umum. Sebelum Perang Dunia II, banyak perusahaan, tetapi berorientasi pada produksi yang mencerminkan filosofi bahwa “produk yang baik akan menjual diri sendiri”. Namun persoalannya berubah sesudah perang, ketika banyak perusahaan mendapatkan bahwa mereka memiliki kapasitas yang lebih produktif daripada yang diserap pasar. Segera menjadi penting sekali untuk mengubah focus dari produksi ke pemasaran.

Transcript of Riset Konsumen

RISET KONSUMEN

A.   KONSEP DASAR, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP RISET KONSUMEN

Bidang riset konsumen berkembang sebagai perluasan bidang riset pemasaran untuk memungkinkan

para pemasar meramalkan bagaimana konsumen akan bereaksi di pasar dan memahami alasan-alasan

mereka dalam mengambil keputusan untuk membeli. Hasil-hasil riset pasar dan riset konsumen

digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan manajerial

Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena berbagai alasan berhasrat

mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah

pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen, serta kebijakan umum.

Sebelum Perang Dunia II, banyak perusahaan, tetapi berorientasi pada produksi yang mencerminkan

filosofi bahwa “produk yang baik akan menjual diri sendiri”. Namun persoalannya berubah sesudah

perang, ketika banyak perusahaan mendapatkan bahwa mereka memiliki kapasitas yang lebih

produktif daripada yang diserap pasar. Segera menjadi penting sekali untuk mengubah focus dari

produksi ke pemasaran.

Elemen kunci dalam definisi ini adalah pertukaran antara pelanggan dan penyuplai. Masing-masing

pihak memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain dengan tujuan memenuhi kebutuhan mereka

masing-masing. Dalam konteks pembelian yang normal, uang ditukar dengan barang atau jasa yang

diinginkan. Perhatikan bahwa pelanggan terletak pada inti dari proses tersebut. Semua yang

dilakukan penyuplai dalam hal produk, harga, promosi dan distribusi diadaptasikan dengan

permintaan pasar. Oleh karena itu pelanggan menjalankan pengaruh dominan pada semua yang

dilakukan perusahaan. Tidak mengherankan bahwa studi perilaku konsumen memiliki akar utamanya di

dalam bidang ekonomi, dan yang lebih baru, dalam bidang pemasaran.

Pengertian Perilaku Konsumen Saat ini konsumen begitu dimanjakan dengan berbagai produk yang

dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Era produsen mengendalikan konsumen telah berlalu dan

telah digantikan dengan era dimana konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte produk apa

yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Perusahaan harus berfokus pada konsumen, konsumen

adalah bagian terpenting dari perusahaan. Konsumen lebih penting dari pada kekasih (istri atau

pacar), orang bisa hidup tanpa kekasih tetapi perusahaan tidak bisa hidup tanpa konsumen. Oleh

karena itu perusahaan perlu mengerti bagaimana konsumenya berperilaku. Pada dasarnya perilaku

konsumen merupakan tindakan atau perilaku, termasuk di dalamnya aspek-aspek yang mempengaruhi

tindakan itu, yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan produk (barang dan jasa) guna

memenuhi kebutuhannya. Tidak ada kesamaan definisi yang dikemukanan para ahli, perbedaan itu

disebabkan adanya perbedaan sudut pandang. Perilaku manusia sangat komplek sehingga sangat sulit

digambarkan dengan kata-kata.

Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be

defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating,

and disposintog of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”.

Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli,

menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan

konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang

ditawarkan. Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer

behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when

evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku

konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya

ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang

dan jasa-jasa.

Pengertian perilaku konsumen menurut Engel et al. (1994 : 3) adalah tindakan yang langsung

terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang

mendahului dan menyusul dari tindakan ini. Mowen (1990 : 5) mengatakan bahwa perilaku konsumen

adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan

dan penentuan barang, jasa, dan ide. Difinisi tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat

keputusan, karena keputusan bisa dibuat oleh individu atau kelompok. Difinisi tersebut juga

mengatakan bahwa konsumsi adalah proses yang diawali dengan penerimaan, konsumsi, dan diakhiri

dengan penentuan (disposition). Tahap penerimaan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi

pilihan konsumen terhadap produk, tahap konsumsi menganalisa bagaimana konsumen senyatanya

menggunakan produk yang diperoleh.

Tahap penentuan menunjukkan apa yang dilakukan konsumen setelah selesai menggunakan produk

tersebut. Studi perilaku konsumen adalah studi bagaimana seorang individu membuat keputusan

untuk menggunakan sumber-sumber yang dimiliki pada konsumsi yang berkaitan dengan sesuatu

(barang atau jasa). Schifman dan Kanuk (1991 : 5) mengatakan studi ini meliputi; apa yang

dibeli, mengapa ia membelinya, dan berapa sering ia membelinya. 

Swastha dan Handoko (1987 : 9) mendifinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan individu yang

secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa ekonomisalnya,

termasuk kegiatan pengambilan keputusan.

Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of

the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”.

Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli

dan dikonsumsi. Perilaku konsumen melibatkan interkasi antara pengaruh (afeksi) dan kognisi,

perilaku dan kejadian di sekitar. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran

kita harus memahami apa yang dipikirkan (kognisi) apa yang dirasakan (afeksi) dan apa yang

mereka lakukan serta kejadian sekitar yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang

dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen. Secara umum, definisi dari perilaku konsumen adalah

“interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita, dimana

terdapat aspek pertukaran didalamnya” (Peter & Olson, 1999).

Dari definisi umum tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor penting didalam

definisi tersebut, yaitu perilaku konsumen adalah dinamis, melibatkan interaksi antara pengaruh

dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar, adanya aspek pertukaran. Perilaku konsumen adalah

dinamis artinya bahwa seorang individu konsumen, suatu komunitas konsumen, atau masayarakat luas

akan selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini berdampak tidak hanya pada studi

perilaku konsumen itu sendiri akan tetapi juga pada pengembangan strategi pemasaran. Perspektif

Pengaruh Perilaku Konsumen Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena

berbagai alasan berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang

kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen, serta kebijakan

umum. Elemen kunci dalam definisi adalah pertukaran pelanggan dan penyuplai. Masing-masing pihak

memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain yang bertujuan memenuhi kebutuhan mereka

masing-masing. Dalam konteks pembelian yang normal, uang ditukar dengan barang atau jasa yang

diinginkan. Pelanggan terletak pada inti proses tersebut. Semua yang dilakukan penyuplai dalam

hal produk, harga, promosi, dan distribusi (“Bauran pemasaran” atau “marketing mix”)

diadaptasikan dengan permintaan pasar.

Tidak mengherankan bahwa studi perilaku konsumen memiliki akar utamnya di dalam bidang ekonomi

dan, yang lebih baru, dalam pemasaran. Pertanyaan mendasar yang menjadi pedoman sebagian besar

tulisan di dalam bidang ini adalah, seperti yang dicatat oleh Belk,”Susunan apa dari bauran

pemasaran akan memiliki efek apa pada perilaku pembelian (purchase Behaviour) dari konsumen

jenis apa?” oleh karena itu, proses pembelian (buying process) lebih menjadi perhatian para

pemasar ketimbang proses konsumsi. Dan, penelitian konsumen harus memiliki relevansi manajerial

yang jelas di dalam konteks ini sebelum dipertimbangkan. Analisis konsumen merupakan dasar dari

managemen pemasaran. Perencanaan dan strategi pemasaran harus disusun berdasarkan pemahaman akan

konsumen yang menjadi target pasar bagi perusahaan. Pentingnya pemahaman mengenai konsumen dapat

dijumpai dalam definisi pemasaran. Pemasaran adalah aktivitas manusia yang diarahkan untuk

memeuni kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Dari definisi tersebut ada dua hal penting. Pertama pemasar berusaha memuaskan kebutuhan dan

keinginan orang lain. Kedua, pemasaran melibatkan studi tentang pertukaran dalam mana orang

saling menyerahakn sumber daya. Agar menjadi pemasar yang berhasil mereka harus memahami factor-

factor yang mempengaruhi keinginan dan kebutuhan konsumen.

Alasan mempelajari perilaku konsumen dapat diiktisarkan sebagai berikut:

1. Analisis konsumen menjadi dasar bagi manager pemasaran. Hal ini membantu menajer dalam:

menyusun bauran pemasaran.

Segmentasi

defferensiasi dan product positioning

menyediakan dasar analisisi lingkungan

mengembangkan riset pemasaran.

2. Analisis konsumen memainkan peranan kritis dalam pengembangan kebijakan publik.

3. Pengetahuan mengenai perilakuk konsumen mengembangkan kemampuan konsumen untuk menjadi

konsumen yang lebih efektif.

4. Analisis konsumen memberikan pengetahuan tentang perilaku manusia.

5. Studi perilaku konsumen memberikan 3 jenis informasi, yaitu:

Orientasi konsumen

Fakta mengenai perilaku pembelian

Teori yang membimbing dalam proses berfikir.

Hubungan Pemasaran dan Perilaku Konsumen.

Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan

bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan

barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial

(Stanton, 1997). Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai suatu

sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan

harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun

kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi

sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial

perusahaan. 

Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial

dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan

menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran

merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin

mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan, dan

pertukaran. Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan

(needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan,

pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.

Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan perusahaan terhadap pemasarannya,

yaitu:

1.     Lingkungan Eksternal Sistem Pemasaran.

Lingkungan ini tidak dapat dikendalikan perusahaan, misalnya kebebasan masyarakat dalam menerima

atau menolak produk perusahaan, politik dan peraturan pemerintah, keadaan perekonomian,

kependudukan serta munculnya pesaing

2.      Variabel Internal Sistem Pemasaran.

Variabel ini dapat dikendalikan oleh perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan

pemasaran (kemampuan produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-komponen bauran pemasaran

yang meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi (Swastha, 2002).

Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam

mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan

pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha dkk., 1997).

Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan

seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer

pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan

pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-

masing.

Peran yang dilakukan tersebut adalah:

1.     Initiator

Adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu

2.     Influencer

Adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria yang

diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak

3.     Decider

Adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana

membelinya

4.     Buyer

Adalah individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya

5.     User

Adalah individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.

Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk. Manajemen

perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-

faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.

Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual

tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain

produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain

dari program pemasaran perusahaan.

Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:

(1)            Teori Ekonomi Mikro.

Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka

akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari

produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal

utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;

(2)            Teori Psikologis.

Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh

kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku

konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung;

(3)            Teori Antropologis.

Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang

lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.

Kerangka Analisis Perilaku Konsumen

Teori perilaku menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi individu dengan lingkungan. Demikian juga

dalam model perilaku konsumen, keadaan lingkungan dan individu yang bersangkutan memegang

peranan penting dalam menentukan perilakunya.

Secara sederhana Assael (1994 : 14) mengemukakan bahwa ada tiga faktor pokok yang mempengaruhi

proses pengambilan keputusan. Pertama adalah individu konsumen, dimana pemilihan produk dan jasa

dipengaruhi oleh; kebutuhan, persepsi, dan sikap terhadap alternatif-alternatif serta demografi

konsumen, gaya hidup dan kepribadian. Kedua adalah faktor lingkungan yang dipelihatkan oleh

kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi dan faktor situasional. Ketiga adalah strategi

pemasaran yang mengawasi konsumen dengan variabel-variabel produk, harga, promosi, dan

distribusi.

Faktor situasional adalah kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu tertentu.

Kemunculanya terpisah dari diri produk maupun konsumen (Assael, 1994 : 527). Belk (1975 : 158)

mendifinisikan situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tempat dan situasi yang tidak

menurut pengetahuan seseorang (intra individual) dan stimuli (alternatif pilihan) dan memiliki

bukti dan pengaruh sistimatis pada perilaku saat itu. Pengaruh situasional adalah kekuatan

sesaat yang tidak berasal dari dalam diri seseorang atau berasal dari produk atau merek yang

dipasarkan (Wilkie, 1990 : 453). Pengaruh situasional pada konsumen adalah faktor personal dan

lingkungan sementara yang muncul pada aktivitas konsumen, sehingga situasi konsumen meliputi

faktor-faktor seperti melibatkan waktu dan tempat dalam mana aktivitas konsumen terjadi,

mempengaruhi tindakan konsumen seperti perilaku pembelian, dan tidak termasuk karakteristik

personal yang berlaku dalam jangka panjang. Situasi konsumen relatif merupakan kejadian jangka

pendek dan harus dibedakan dengan lingkungan makro atau faktor-faktor personal yang memiliki

jangka waktu lama. Pengaruh situasional telah menjadi pertimbangan bagi banyak peneliti perilaku

konsumen. Kenyataannya semua perilaku konsumen mungkin dipengaruhi oleh pengaruh situasional.

Peneliti harus mampu mengidentifikasi variabel situasional mana yang paling umum mempengaruhi

perilaku konsumen. Problem pemasaran dapat disederhanakan jika fokusnya hanya diarahkan pada

situasi yang paling mempengaruhi pembelian produk. Penelitian telah menemukan bahwa faktor

situasional mempengaruhi pilihan konsumen dengan mengubah kemungkinan pemilihan berbagai

alternatif (Kolm, Monroe, dan Glazer, 1987, dalam Titus dan Ernett, 1996).

Terdapat tiga jenis situasi berkaitan dengan pemasar yaitu: situasi konsumsi, situasi pembelian,

dan situasi komunikasi (Assael, 1994 : 527). Situasi konsumsi adalah keadaan dimana merek

digunakan. Suatu parfum mungkin digunakan untuk acara tertentu sedangkan parfum yang lain

digunakan untuk sehari-hari. Konsumen mungkin minum kopi bubuk untuk menjamu tamu dan minum kopi

instan untuk menu sehari-hari. Situasi demikian sebagaian dapat diantisipasi, misalnya akan

pergi kesuatu tempat atau akan kedatangan tamu tertentu. Sebagian yang lain tidak bisa

diantisipasi misalnya tiba-tiba ada tamu yang datang. Keadaan demikian memaksa konsumen membeli

sesuatu secara cepat dan rela membayar lebih karena keterbatasan waktu untuk berkeliling mencari

harga yang murah. Situasi pembelian berkaitan dengan: pertama, lingkungan di dalam toko seperti

ketersediaan produk, perubahan harga, dan kemudahan belanja yang berkait dengan pilihan

berbelanja. Kedua, situasi pembelian berkaitan dengan apakah produk yang dibeli untuk hadiah

atau untuk dirinya sendiri. Konsumen biasanya mengunakan kriteria yang berbeda dan mungkin

memilih merek yang berbeda jika ia membeli untuk dirinya sendiri. Ketiga, situasi pembelian

berkaitan dengan keadaan mood konsumen ketika berbelaja. Keadaan senang atau keadaan susah

mempengaruhi pemrosesan dan pencarian informasi tentang produk.

Situasi Komunikasi adalah keadaan dimana konsumen terbuka untuk informasi baik dari orang

seorang ataupun informasi yang bersifat impersonal. Situasi komunikasi dapat menentukan apakah

konsumen akan mengumumkan, memahami dan menahan informasi.

Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen

Memahami konsumen dan proeses konsumsinya memberikan berbagai keuntungan antara lain: membantu

manager dalam membuat keputusan, memberikan dasar teoritis bagi peneliti dalam menganalisa

konsumen, membantu legislatif dan pemerintah dalam menyusun undang-undang dan membuat keputusan,

dan membantu konsumen untuk membuat keputusan yang lebih baik. Lebih dari itu studi tentang

konsumen dapat membantu kita untuk lebih memahami tentang faktor-faktor psikologi, sosiologi,

dan ekonomi yang mempengaruhi perilaku manusia.

Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat

dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli:

a.       Faktor Budaya

Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Perusahaan harus

mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah

penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-

nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat

dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – subbudaya

yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para

anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok

keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan

pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan

konsumen. Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam

suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan

perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti

pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan

variable lain

b. Faktor Sosial

Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta

peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.

Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang

berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama.Keluarga dapat pempengaruhi perilaku

pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.

Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.Seseorang umumnya

berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam

setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang

mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.

c. Faktor Pribadi

Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur

hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.

Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian

terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang

dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani

hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha

mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk

dan jasa tertentu. Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi

seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan

polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang ). Gaya hidup

seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat

seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan

lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.

Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang memandang

responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel

yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis- jenis kepribadian dapat

diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan

berbagai pilihan produk atau merek.

d.     Faktor Psikologis

Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis,

yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup

menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa

kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu,

seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat

psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk

diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Persepsi didefinisikan sebagai proses

dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan

suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.

Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses

persepsi:

1.      Perhatian yang selektif

2.      Gangguan yang selektif

3.      Mengingat kembali yang selektif

Pembelajaran menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedang

kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.

e.      Faktor Marketing Strategy

Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberi tahu dan mempengaruhi

konsumen. Variabel-variabelnya adalah

1.      Barang

2.      Harga

3.      Periklanan dan  Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.

Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran

dalam pengembangan pemasaran. Pemasar memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai

kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek.

Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen. Ketika konsumen telah

mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik

kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola

pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi

secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.

Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti

rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak

menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan

kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran

diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan

pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan

kembali strategi pemasaran ke arah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.

Keputusan Pembelian

Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia,

pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam

melakukan pembelian.  Menurut Kotler (1997) ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan

untuk melakukan pembelian, anatara lain:

1.     Pengenalan Masalah

Merupakan faktor terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali

suatu masalah atau kebutuhan.

2.      Pencarian informasi.

Seorang selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila dorongan tersebut

kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen akan bersedia untuk

membelinya.

3.     Evaluasi Alternatif

Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti terhadap

produk yang akan dibelinya.

4.     Keputusan Pembeli

Setelah konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan untuk

membeli. Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di antara beberapa

merek yang tersedia.

Tipe Proses Pembelian Konsumen

1.      Proses “ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada

pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik

seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara

aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan

menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera

elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan

keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan

pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.

2.     Proses “ Brand Loyalty “. Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa

lalu dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses

pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike atau

sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk konsumen,

sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa

karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga,

pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam konsumen

memutuskan membeli merek yang sama.

Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen tidak terlibat atau

keterlibatan kepentingan yang rendah dengan barangnya adalah tipe pengambilan keputusan terbatas

dan proses inertia.

1.     Proses “ Limited Decision Making “

Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan

kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk

tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang

biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas

dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga

terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya dilakukan

seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan

berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan

melakukan apabila resikonya minimal. 

Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih kepada kekhasan konsumen daripada kekhasan

barang. Karena itu tingkat keterlibatan kepetingan dan pengambilan keputusan tergantung lebih

kepada sikap konsumen terhadap produk daripada karakteristik produk itu sendiri. Seorang

konsumen mungkin terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal dewasa karena nilai

nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan kepada kecantikan dan menggeser merek dalam

mencari variasi.

2.     Proses “ Inertia “

Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan. Inertia

berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena

tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi

pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi

keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang

melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh

pembelian sayur dan kertas tisu.

B.   PARADIGMA RISET KONSUMEN

Para peneliti konsumen periode pertama hanya sedikit memikirkan pengaruh suasana hati (mood),

emosi, atau situasi terhadap kepuasan konsumen. Mereka percaya bahwa pemasaran hanya merupakan

ilmu ekonomi terapan, dan para konsumen adalah pengambil keputusan yang rasional, yang secara

obyektif menilai barang dan jasa yang tersedia bagi mereka dan hanya memilih yang memberikan

manfaat (kepuasan) tertinggi dengan harga terendah.

Pada tahun 1939, seorang psikoanalis dari Wina yang bernama Ernest Ditcher mulai memakai teknik

psikoanalis Freud untuk menyingkap motivasi yang tersembunyi pada diri konsumen. Pada akhir

tahun 1950-an, metodologi risetnya yang disebut riset motivasi pada dasarnya merupakan

pendekatan kualitatif, dipakai secara luas oleh para riset konsumen. Para peneliti konsumen

sekarang ini menggunakan dua macam metodologiriset yang berbeda untuk mempelajari perilaku

konsumen yaitu dengan riset kuantitatif dan riset kualitatif.

RISET KUANTITATIF

Riset kuantitatif bersifat deskriptif dan digunakan untuk memahami pengaruh berbagai masukan

promosi terhadap konsumen, sehingga memungkinkan para pemasar “meramalkan” perilaku konsumen.

Pendekatan riset ini dikenal sebagai positivisme dan para penelitinya dikenal sebagai positivis.

Metode riset yang digunakan terdiri dari eksperimen, teknik survey, dan observasi. Hasil-

hasilnya bersifat deskriptif, empiris, dan jika diambil secara acak (dengan menggunakan sampel

probabilitas) dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar.

RISET KUALITATIF

Metode riset kualitatif terdiri dari wawancara yang mendalam, kelompok-kelompok fokus, analisis

kiasan, riset kolase, dan teknik proyeksi. Teknik ini dilakukan melalui analisis pewawncara yang

sangat terlatih dan cenderung bersifat subyektif. Hasil-hasilnya tidak dapat digeneralisasikan

pada populasi yang lebih luas karena jumlah sampelnya sedikit. Teknik ini biasanya digunakan

untuk memperoleh berbagai gagasan baru untuk kampanye promosi.

MENGGABUNGKAN HASIL-HASIL RISET KUALITATIF DAN KUANTITATIF 

Beberapa pemasar menggunakan gabungan riset kuantitati dan kualitatif untuk membantu membantu

mengambil keputusan pemasarantrategis karena terbatasnya hasil riset kualitatif. Hasil riset

kualitatif digunakan untuk menemukan berbagai gagasan baru dan untuk mengembangkan strategi

promosi, sedangkan hasil riset kuantitatif digunakan untuk meramalkan reaksi konsumen terhadap

berbagai input promosi. Gagasan yang berasal dari riset kualitatif terkadang diuji secara

empiris dan menjadi dasar bagi perancangan studi kuantitatif. Hasil penggabungan memungkinkan

para pemasar untuk merancang berbagai strategi pemasaran yang lebih berarti dan lebih efisien

yang bertujuan memperoleh laba maupun nirlaba. Kedunya juga membarikan dasar yang lebih kuat

untuk keputusan kebijakan public.

C. PROSES RISET KONSUMEN

Langkah utama dalam proses riset konsumen meliputi:

1.     Menentukan tujuan riset

2.     Mengumpulkan dan mengevaluasi data sekunder

3.     Merancang studi riset primer

4.     Mengumpulkan data primer

5.     Menganalisis data

6.     Mempersiapkan laporan hasil riset

A. MENENTUKAN TUJUAN RISET

Langkah pertama dalam proses riset konsumen adalah menentukan dengan teliti tujuan studi.

Merupakan hal penting bagi manajer pemasaran dan peneliti untuk menyepakati dari awal maksud dan

tujuan studi untuk menjamin agar rancangan riset itu tepat. Tujuan yang dipertimbangkan secara

teliti membantu menemukan jenis dan mutu informasi yang dibutuhkan.

B.     MENGUMPULKAN DAN MENGEVALUASI DATA SEKUNDER

Informasi data sekunder adalah setiap data yang pada awalnya dihasilkan untuk tujuan tertentu

yang berbeda dengan tujuan riset sekarang. Informasi ini meliputi hasil riset yang didasarkan

pada penelitian yang dilakukan begbagai organisasi luar, data yang dihasilkan di dalam untuk

studi sebelumnya, dan bahkan informasi pelanggan yang dikumpulkan oleh bagian penjualan atau

bagian kredit perusahaan.

C. MERANCANG STUDI RISET PRIMER

Pendekatan untuk tiap-tiap jenis riset berbed dari sudut metode pengumpulan data , rancangan

sampel, dan macam alat pengumpulan data yang digunakan, sehingga tiap-tiap pendekatan riset

dibahas secara terpisah.

Rancangan Penelitian Kuantitatif

Rancangan studi riset kuantitatif meliputi metode pengumpulan data, rancangan sampel, dan

pembuatan alat pengumpulan data (misalnya kuesioner).

Metode Pengumpulan Data

Ada tiga cara pokok untuk mengumpulkan data:

1.     Penelitian Observasi, merupakan metode riset konsumen yang penting, untuk memperoleh pemahaman

yang mendalam mengenai hubungan antara orang dan produk dengan memperhatikan mereka selama

proses membeli dan menggunakan produk. Penelitian observasi juga dipakai secara luas untuk

memahami proses pembelian dan konsumsi.

2.     Eksperimentasi, Eksperimen terkontrol menjamin bahwa setiap perbedaan hasil peubah tak bebas

(dependent variable) disebabkan oleh perlakuan yang berbeda terhadap variable yang sedang

dipelajari dan bukan oleh faktor-faktor luar.

3.     Survei, dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain: (a) Survei wawancara perorangan,

(b) Survei melalui telepon, (c) Survei melalui pos.

Instrument Pengumpulan Data

Instrumen pengumpulan data meliputi kuesioner, daftar pertanyaan pandangan pribadi, skala sikap

dan untuk data kualitatif, pedoman diskusi. Instrumen pengumpulan data biasanya diuji terlebih

dahulu dan di “debugged” untuk menjamin validitas dan realibilitas suatu riset. Studi dikatakan

mempunyai validitas jika benar-benar mengumpulkan datayang tepat dan dibutuhkan untuk menjawab

pertanyaan atau tujuan yang dinyatakan pada tahap pertama dalam proses riset. Studi dikatakan

mempunyai reliabilitas jika pertanyaan sama, yang dinyatakan kepada sampel yang serupa,

menghasilkan kesimpulan yang sama.

Rancangan Penelitian Kualitatif

Dalam memilih format riset yang tepat untuk studi kualitatif, maka harus dipertimbangkan tujuan

studi dan jenis data yang diperlukan. Metode riset yang digunakan mungkin berbeda komposisinya,

tetapi semuanya mempunyai akar dari psikoanalitis dan aspek klinis ilmu psikologi, dan

menekankan pada tipe pertanyaan terbuka dan jawaban bebas.

Metode Pengumpulan Data

Pilihan teknik pengumpulan data untuk studi kualitatif meliputi wawancara yang mendalam,

kelompok fokus, teknik proyeksi, dan analisi kiasan.

Penentuan Sampel

Sebuah komponen terpadu dalam rancangan riset adalah rencana penentuan sampel. Jumlah sampel

tergantung pada besarnya anggaran maupun tingkat kepercayaan yang diinginkan pelaku pasar dari

hasil risetnya. Semakin banyak sampel, semakin besar kemungkinan jawaban akan mencerminkan

keseluruhan populasi yang sedang dipelajari. Jika semua hasil riset dapat diproyeksikan ke

keseluruhan populasi, maka harus dipilih sampel probabilitas. Namun, jika dianggap sudah memadai

(bersifat mewakili), maka sampel nonprobabilitas dapat dipilih.

D. PENGUMPULAN DATA PRIMER

Studi kualitatif biasanya memerlukan para pakar ilmu pengetahuan sosial yang sangat terlatih

untuk mengumpulkan data. Studi kuantitatif biasanya memerlukan staf lapangan yang dipekerjakan

dan dilatih langsung oleh peneliti dalam melakukan wawancara di lapangan. Semua kuesioner yang

sudah diisi di tinjau secara teratur ketika studi riset berlangsung untuk memastikan bahwa

jawaban yang tercatat jelas, lengkap, dan dapat dibaca.

E. ANALISIS DATA

Pada riset kualitatif, moderator atau pelaksana tes biasanya menganalisis semua jawaban yang

diterima. Pada riset kuantitatif , peneliti mengawasi analisis tersebut. Semua jawaban terbuka

diubah menjadi kode dan diukur (skor numeric), kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan

menggunakan program yang menghubungkan data menurut berbagai variable yang dipilih dan

mengelompokkan data menurut demografis yang dipilih.

F. PERSIAPAN LAPORAN HASIL RISET

Pada riset kualitatif maupun kuantitatif, laporan riset memuat juga kesimpulan singkat mengenai

hasil-hasil riset. Isi laporan memuat uraian lengkap mengenai metodologi yang digunakan, untuk

riset kuantitatif juga memuat berbagai table dan grafik untuk mendukung hasil risetnya. Dalam

merancang studi riset, para peneliti menyesuaikan proses riset dengan kebutuhan khusus dari

penelitian.

D.              ETIKA DALAM RISET KONSUMEN

Etika , Norma atau standar perilaku yang memandu pilihan moral mengenai hubungan kita dengan

orang lain, Etika penelitian ini berkaitan erat dengan hak-hak dari berbagai pihak seperti

masyarakat, subjek, klien, dan peneliti

1.     Sikap Positif (tetap berkonstribusi)

2.     Sikap Bertanya (untuk mengetahui  sesuatu)

3.     Sikap Sangsi (sikap tidak langsung menerima hal-hal yang dirasa masih meragukan)

Aspek moral dan etika dalam berbisnis, khususnya pada yang berlandaskan analisis ilmiah bias

saja dijungkirbalikan oleh mereka yang berfikiran sempit dan pendek, sehingga tidak obyektif.

Hasilnya menjadi sebuah bom waktu yang setiap saat bias meledak dan menghancurkan tidak hanya

orang-orang  yang terkait dalam bisnis itu, tetapi secara marko ekomoni akan melemahkan ekomoni

nasional dan membuat masyarakat luas menjadi menderita .

            Jadi etika riset seharusnya tidak hanya disadari dan diketahui,tetapi harus

menyentuh juga tahap action. Sebagaimana aspek-aspek lain dalam bisnis,riset pun mengharapkan

perilaku etis dari para pelakunya yang mengacu kepada norma-norma atau standar-standar moral

pribadi dan dengan orang lain agardipastikan bahwa tak seorang pun dirugikan.

KESIMPULAN

Riset konsumen berkembang sebagai perluasan bidang riset pemasaran untuk memungkinkan para

pemasar meramalkan bagaimana konsumen akan bereaksi di pasar dan memahami alasan-alasan mereka

dalam mengambil keputusan untuk membeli. Hasil-hasil riset pasar dan riset konsumen digunakan

untuk memperbaiki pengambilan keputusan manajerial. Perilaku konsumen memiliki kepentingan

khusus bagi orang karena berbagai alasan berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu,

termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan

konsumen, serta kebijakan umum.

Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-

masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan,

menawarkan, dan pertukaran.Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang

meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai,

biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.

Beberapa pemasar menggunakan gabungan riset kuantitatif dan kualitatif untuk membantu membantu

mengambil keputusan pemasaran strategis karena terbatasnya hasil riset kualitatif. Hasil riset

kualitatif digunakan untuk menemukan berbagai gagasan baru dan untuk mengembangkan strategi

promosi, sedangkan hasil riset kuantitatif digunakan untuk meramalkan reaksi konsumen terhadap

berbagai input promosi. Gagasan yang berasal dari riset kualitatif terkadang diuji secara

empiris dan menjadi dasar bagi perancangan studi kuantitatif. Hasil penggabungan memungkinkan

para pemasar untuk merancang berbagai strategi pemasaran yang lebih berarti dan lebih efisien

yang bertujuan memperoleh laba maupun nirlaba. Kedunya juga membarikan dasar yang lebih kuat

untuk keputusan kebijakan public.

SARAN

Menurut kelompok kami, riset konsumen sangatlah penting. Karena dengan adanya riset terseebut

kita dapat mengetahui setiap konsumen yang berbeda-beda kesukaan atau minat dan keinginannya

dalam memenuhi kebutuhan mereka. Riset konsumen itu memungkinkan para konsumen mengambil

keputusan untuk membeli, dan emaahami cara mereka berinteraksi untuk membeli. Untuk itu sebagai

pemasar harus bisa mepengaruhi konsuen untuk mengambil keputusan membeli suatu produk yang

dipasarkan atau ditawarkan.

Riset Kuantitalif dan kualitatif berpengaruh positif terhadap riset konsumen. Karena 2 riset

tersebut dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh setiap konsumen. Tetapi riset kuantitalif dan

kualitatif ada kekurangannya. Seperti kuantitatif  misalnya dengan dia salah maka keinginan yang

konsumen mau juga salah, kalau kualitatif riset ini memerlukan wawancara langsung kepada

konsumen, kalau dia tidak melakukan wawancara maka dia tidak akan tau apa keinginan konsumen.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan

yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses

pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu

berubah dan bergerak sepanjang waktu.

CONTOH KASUS

Sebagai contoh kasus, dalam diskusi kali ini kelompok kami akan mengangkat tema tentang

blackberry vs android sebagai acuan (contoh nyata) konsumenisme di masyarakat.

Alasan mengapa kami mengangkat tema ini adalah karena melihat dari sisi melonjaknya permintaan

terhadap sebuah alat komunikasi yang bersangkutan dengan persaingan pemasaran. Tidak dipungkiri

memang kedua produk tersebut adalah produk yang sedang booming di masyarakat terutama  pada

kalangan remaja. Terdapat beberapa perbandingan yang signifikan, mungkin baik di sisi aplikasi

maupun sisi kelebihannya untuk membantu proses kegiatan berkomunikasi dengan orang di seluruh

penjuru dunia.

Produk Blackberry

Peminat ponsel Blackberry memang sekarang sedang tinggi-tingginya. Produk asal Kanada ini memang

terbukti ampuh dalam merebut pasar dunia. Di Indonesia pun ponsel merek ini mampu membuat trend

di kalangan masyarakat. Dari kalangan artis, pejabat, bahkan masyarakat biasa pun banyak menjadi

pengguna ponsel Blackberry. Tapi dari begitu populernya Blackberry di mata masyarakat, apakah

anda tahu kelebihan dan kekurangan ponsel Blackberry? Untuk itu kami ingin menjelaskan apa

sebenarnya kelebihan Blackberry dan apa Kelemahannya. Agar kita tidak hanya mengikuti arus,

namun biarlah kebutuhan menjadi pertimbangan dalam memutuskan apakah Blackberry benar-benar

menjadi kebutuhan dan solusi bagi anda.

Produk android

Hadirnya ponsel android di Indonesia mampu menarik banyak minat masyarakat khususnya dikalangan

remaja untuk berbondong-bondong mencoba produk baru ini. Karena banyaknya aplikasi di android

yang menawarkan sesuatu yang berbeda di banding produk sebelumnya. Biasanya produk ini dipakai

oleh kalangan gamers. Android membuat gebrakan baru dengan banyaknya versi dan penambahan

aplikasi yang semakin canggih dan diminati. Produk ini diperkirakan bisa di sejajarkan dengan

aplikasi yang terdapat di dalam produk Blackberry.

Keunggulan dan kelemahan Blackberry dan Android

1. Performance

Blackberry : Cepat dan stabil. Namun terkadang sering terjadi phone-hang yang mengharuskan Anda

mengeluarkan baterai dari tempatnya dan yang paling merepotkan adalah proses re-boot yang

menghabiskan waktu sekitar 3-8 menit.

Android: Sangat cepat. Belum ada keluhan tentang phone-hang yang mengharuskan baterai di keluar

secara paksa dari tempatnya, kecuali jika menggganti SIM card. Proses re-boot berlangsung cepat.

2. Baterai

Blackberry : Umur baterai BB memang luar biasa. Ya, wajar saja karena BB tidak banyak melakukan

proses berbagai aplikasi seperti pada Android.

Android : Tergolong boros, terkadang bisa sampai satu hari. Namun harus diingat bahwa ponsel

Android memakai baterai untuk banyak hal. Contohnya jika Anda memakai ponsel Android untuk

browsing web atau melihat video sampai dengan 1 jam, pastinya membutuhkan daya baterai lebih.

Dan, bisakah BlackBerry melakukan hal yang sama selama itu?

3. Email

Blackberry : Email pada BB memang menjadi andalan RIM. Gmail pada BB pun telah dioptimalkan

fungsinya, tapi tentu saja tidak sebaik pada Android.

Android : Apa yang Anda ragukan dari Gmail buatan Google yang dijalankan pada Android yang juga

buatan Google?

4. User Interface (UI)

Blackberry : Membosankan.

Android : Anda bahkan tidak akan merasa lelah untuk menjelajah setiap sudut ponsel Android.

Dijamin.

5. Web Browsing

Blackberry : Sangat melelahkan karena Anda harus mengakui itu.

Android : Disinilah letak kelebihan Android. Android menjadi pemenang jika dibandingkan dengan

semua mobile OS. Jika membandingkan web browsing pada Android dengan Blackberry, seperti siang

dan malam saja. Jauh berbeda.

6. Aplikasi

Blackberry : Blackberry memang memiliki segudang aplikasi, tapi di saat yang sama iPhone juga

semakin jauh meninggalkan Blackberry. Jadi lebih baik melihat apa yang bisa dilakukan Blackberry

untuk menyusul ketertinggalannya di belakang iPhone OS dan Android.

Android : Semakin banyak aplikasi yang dulunya hanya ada di iOS, kini sudah ada versi Android-

nya. Pesaing sebenarnya dari Android adalah iPhone, bukan Blackberry

PENUTUP

Kesimpulan

Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian,

pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan

dan keinginan.

Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.

Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan

dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan

keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.

Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan

kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakuk.an pertukaran aspek hidupnya. Dalam

kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang

dilakukan saat proses konsumsi