RISET KONSUMEN
A. KONSEP DASAR, TUJUAN, DAN RUANG LINGKUP RISET KONSUMEN
Bidang riset konsumen berkembang sebagai perluasan bidang riset pemasaran untuk memungkinkan
para pemasar meramalkan bagaimana konsumen akan bereaksi di pasar dan memahami alasan-alasan
mereka dalam mengambil keputusan untuk membeli. Hasil-hasil riset pasar dan riset konsumen
digunakan untuk memperbaiki pengambilan keputusan manajerial
Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena berbagai alasan berhasrat
mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah
pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen, serta kebijakan umum.
Sebelum Perang Dunia II, banyak perusahaan, tetapi berorientasi pada produksi yang mencerminkan
filosofi bahwa “produk yang baik akan menjual diri sendiri”. Namun persoalannya berubah sesudah
perang, ketika banyak perusahaan mendapatkan bahwa mereka memiliki kapasitas yang lebih
produktif daripada yang diserap pasar. Segera menjadi penting sekali untuk mengubah focus dari
produksi ke pemasaran.
Elemen kunci dalam definisi ini adalah pertukaran antara pelanggan dan penyuplai. Masing-masing
pihak memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain dengan tujuan memenuhi kebutuhan mereka
masing-masing. Dalam konteks pembelian yang normal, uang ditukar dengan barang atau jasa yang
diinginkan. Perhatikan bahwa pelanggan terletak pada inti dari proses tersebut. Semua yang
dilakukan penyuplai dalam hal produk, harga, promosi dan distribusi diadaptasikan dengan
permintaan pasar. Oleh karena itu pelanggan menjalankan pengaruh dominan pada semua yang
dilakukan perusahaan. Tidak mengherankan bahwa studi perilaku konsumen memiliki akar utamanya di
dalam bidang ekonomi, dan yang lebih baru, dalam bidang pemasaran.
Pengertian Perilaku Konsumen Saat ini konsumen begitu dimanjakan dengan berbagai produk yang
dapat dipilih untuk memenuhi kebutuhan. Era produsen mengendalikan konsumen telah berlalu dan
telah digantikan dengan era dimana konsumen memegang kendali. Konsumen yang mendikte produk apa
yang seharusnya diproduksi oleh perusahaan. Perusahaan harus berfokus pada konsumen, konsumen
adalah bagian terpenting dari perusahaan. Konsumen lebih penting dari pada kekasih (istri atau
pacar), orang bisa hidup tanpa kekasih tetapi perusahaan tidak bisa hidup tanpa konsumen. Oleh
karena itu perusahaan perlu mengerti bagaimana konsumenya berperilaku. Pada dasarnya perilaku
konsumen merupakan tindakan atau perilaku, termasuk di dalamnya aspek-aspek yang mempengaruhi
tindakan itu, yang berhubungan dengan usaha untuk mendapatkan produk (barang dan jasa) guna
memenuhi kebutuhannya. Tidak ada kesamaan definisi yang dikemukanan para ahli, perbedaan itu
disebabkan adanya perbedaan sudut pandang. Perilaku manusia sangat komplek sehingga sangat sulit
digambarkan dengan kata-kata.
Pengertian perilaku konsumen menurut Shiffman dan Kanuk (2000) adalah “Consumer behavior can be
defined as the behavior that customer display in searching for, purchasing, using, evaluating,
and disposintog of products, services, and ideas they expect will satisfy they needs”.
Pengertian tersebut berarti perilaku yang diperhatikan konsumen dalam mencari, membeli,
menggunakan, mengevaluasi dan mengabaikan produk, jasa, atau ide yang diharapkan dapat memuaskan
konsumen untuk dapat memuaskan kebutuhannya dengan mengkonsumsi produk atau jasa yang
ditawarkan. Selain itu perilaku konsumen menurut Loudon dan Della Bitta (1993) adalah: “Consumer
behavior may be defined as the decision process and physical activity individuals engage in when
evaluating, acquiring, using, or disposing of goods and services”. Dapat dijelaskan perilaku
konsumen adalah proses pengambilan keputusan dan kegiatan fisik individu-individu yang semuanya
ini melibatkan individu dalam menilai, mendapatkan, menggunakan, atau mengabaikan barang-barang
dan jasa-jasa.
Pengertian perilaku konsumen menurut Engel et al. (1994 : 3) adalah tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi, dan menghabiskan produk dan jasa, termasuk proses yang
mendahului dan menyusul dari tindakan ini. Mowen (1990 : 5) mengatakan bahwa perilaku konsumen
adalah studi unit-unit dan proses pembuatan keputusan yang terlibat dalam menerima, menggunakan
dan penentuan barang, jasa, dan ide. Difinisi tersebut menggunakan istilah unit-unit pembuat
keputusan, karena keputusan bisa dibuat oleh individu atau kelompok. Difinisi tersebut juga
mengatakan bahwa konsumsi adalah proses yang diawali dengan penerimaan, konsumsi, dan diakhiri
dengan penentuan (disposition). Tahap penerimaan menganalisa faktor-faktor yang mempengaruhi
pilihan konsumen terhadap produk, tahap konsumsi menganalisa bagaimana konsumen senyatanya
menggunakan produk yang diperoleh.
Tahap penentuan menunjukkan apa yang dilakukan konsumen setelah selesai menggunakan produk
tersebut. Studi perilaku konsumen adalah studi bagaimana seorang individu membuat keputusan
untuk menggunakan sumber-sumber yang dimiliki pada konsumsi yang berkaitan dengan sesuatu
(barang atau jasa). Schifman dan Kanuk (1991 : 5) mengatakan studi ini meliputi; apa yang
dibeli, mengapa ia membelinya, dan berapa sering ia membelinya.
Swastha dan Handoko (1987 : 9) mendifinisikan perilaku konsumen sebagai tindakan individu yang
secara langsung terlibat dalam usaha memperoleh dan menggunakan barang dan jasa ekonomisalnya,
termasuk kegiatan pengambilan keputusan.
Menurut Ebert dan Griffin (1995) consumer behavior dijelaskan sebagai: “the various facets of
the decision of the decision process by which customers come to purchase and consume a product”.
Dapat dijelaskan sebagai upaya konsumen untuk membuat keputusan tentang suatu produk yang dibeli
dan dikonsumsi. Perilaku konsumen melibatkan interkasi antara pengaruh (afeksi) dan kognisi,
perilaku dan kejadian di sekitar. Untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran
kita harus memahami apa yang dipikirkan (kognisi) apa yang dirasakan (afeksi) dan apa yang
mereka lakukan serta kejadian sekitar yang mempengaruhi dan dipengaruhi oleh apa yang
dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen. Secara umum, definisi dari perilaku konsumen adalah
“interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian disekitar kita, dimana
terdapat aspek pertukaran didalamnya” (Peter & Olson, 1999).
Dari definisi umum tersebut, dapat diambil kesimpulan bahwa terdapat tiga faktor penting didalam
definisi tersebut, yaitu perilaku konsumen adalah dinamis, melibatkan interaksi antara pengaruh
dan kognisi, perilaku dan kejadian sekitar, adanya aspek pertukaran. Perilaku konsumen adalah
dinamis artinya bahwa seorang individu konsumen, suatu komunitas konsumen, atau masayarakat luas
akan selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini berdampak tidak hanya pada studi
perilaku konsumen itu sendiri akan tetapi juga pada pengembangan strategi pemasaran. Perspektif
Pengaruh Perilaku Konsumen Perilaku konsumen memiliki kepentingan khusus bagi orang karena
berbagai alasan berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu, termasuk mereka yang
kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan konsumen, serta kebijakan
umum. Elemen kunci dalam definisi adalah pertukaran pelanggan dan penyuplai. Masing-masing pihak
memberikan sesuatu yang bernilai kepada pihak lain yang bertujuan memenuhi kebutuhan mereka
masing-masing. Dalam konteks pembelian yang normal, uang ditukar dengan barang atau jasa yang
diinginkan. Pelanggan terletak pada inti proses tersebut. Semua yang dilakukan penyuplai dalam
hal produk, harga, promosi, dan distribusi (“Bauran pemasaran” atau “marketing mix”)
diadaptasikan dengan permintaan pasar.
Tidak mengherankan bahwa studi perilaku konsumen memiliki akar utamnya di dalam bidang ekonomi
dan, yang lebih baru, dalam pemasaran. Pertanyaan mendasar yang menjadi pedoman sebagian besar
tulisan di dalam bidang ini adalah, seperti yang dicatat oleh Belk,”Susunan apa dari bauran
pemasaran akan memiliki efek apa pada perilaku pembelian (purchase Behaviour) dari konsumen
jenis apa?” oleh karena itu, proses pembelian (buying process) lebih menjadi perhatian para
pemasar ketimbang proses konsumsi. Dan, penelitian konsumen harus memiliki relevansi manajerial
yang jelas di dalam konteks ini sebelum dipertimbangkan. Analisis konsumen merupakan dasar dari
managemen pemasaran. Perencanaan dan strategi pemasaran harus disusun berdasarkan pemahaman akan
konsumen yang menjadi target pasar bagi perusahaan. Pentingnya pemahaman mengenai konsumen dapat
dijumpai dalam definisi pemasaran. Pemasaran adalah aktivitas manusia yang diarahkan untuk
memeuni kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.
Dari definisi tersebut ada dua hal penting. Pertama pemasar berusaha memuaskan kebutuhan dan
keinginan orang lain. Kedua, pemasaran melibatkan studi tentang pertukaran dalam mana orang
saling menyerahakn sumber daya. Agar menjadi pemasar yang berhasil mereka harus memahami factor-
factor yang mempengaruhi keinginan dan kebutuhan konsumen.
Alasan mempelajari perilaku konsumen dapat diiktisarkan sebagai berikut:
1. Analisis konsumen menjadi dasar bagi manager pemasaran. Hal ini membantu menajer dalam:
menyusun bauran pemasaran.
Segmentasi
defferensiasi dan product positioning
menyediakan dasar analisisi lingkungan
mengembangkan riset pemasaran.
2. Analisis konsumen memainkan peranan kritis dalam pengembangan kebijakan publik.
3. Pengetahuan mengenai perilakuk konsumen mengembangkan kemampuan konsumen untuk menjadi
konsumen yang lebih efektif.
4. Analisis konsumen memberikan pengetahuan tentang perilaku manusia.
5. Studi perilaku konsumen memberikan 3 jenis informasi, yaitu:
Orientasi konsumen
Fakta mengenai perilaku pembelian
Teori yang membimbing dalam proses berfikir.
Hubungan Pemasaran dan Perilaku Konsumen.
Pengertian Pemasaran menurut Stanton adalah suatu sistem keseluruhan dari kegiatan-kegiatan
bisnis yang ditujukan untuk merencanakan, menentukan harga, mempromosikan, dan mendistribusikan
barang dan jasa untuk memuaskan kebutuhan, baik kepada pembeli yang ada maupun pembeli potensial
(Stanton, 1997). Pengertian tersebut dapat memberikan gambaran bahwa pemasaran sebagai suatu
sistem dari kegiatan-kegiatan yang saling berhubungan, ditujukan untuk merencanakan, menentukan
harga, mempromosikan, dan mendistribusikan barang/jasa kepada pembeli secara individual maupun
kelompok pembeli. Kegiatan-kegiatan tersebut beroperasi dalam suatu lingkungan yang dibatasi
sumber-sumber dari perusahaan itu sendiri, peraturan-peraturan, maupun konsekuensi sosial
perusahaan.
Pengertian pemasaran menurut Kotler (2000: 8), pemasaran adalah proses sosial dan manajerial
dimana individu dan kelompok mendapatkan apa yang mereka butuhkan dan inginkan dengan
menciptakan, menawarkan dan mempertukarkan produk dengan pihak lain. Dalam hal ini pemasaran
merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-masing pihak ingin
mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan, menawarkan, dan
pertukaran. Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang meliputi: kebutuhan
(needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai, biaya, kepuasan,
pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
Terdapat dua faktor yang mempengaruhi cara dan keberhasilan perusahaan terhadap pemasarannya,
yaitu:
1. Lingkungan Eksternal Sistem Pemasaran.
Lingkungan ini tidak dapat dikendalikan perusahaan, misalnya kebebasan masyarakat dalam menerima
atau menolak produk perusahaan, politik dan peraturan pemerintah, keadaan perekonomian,
kependudukan serta munculnya pesaing
2. Variabel Internal Sistem Pemasaran.
Variabel ini dapat dikendalikan oleh perusahaan, terdiri atas dua kelompok, yaitu sumber bukan
pemasaran (kemampuan produksi, keuangan, dan personal) dan komponen-komponen bauran pemasaran
yang meliputi: produk, harga, promosi, dan distribusi (Swastha, 2002).
Perilaku Konsumen adalah kegiatan-kegiatan individu yang secara langsung terlibat dalam
mendapatkan dan menggunakan barang dan jasa termasuk di dalamnya proses pengambilan keputusan
pada persiapan dan penentuan kegiatan-kegiatan tersebut (Swastha dkk., 1997).
Perilaku konsumen mempelajari di mana, dalam kondisi macam apa, dan bagaimana kebiasaan
seseorang membeli produk tertentu dengan merk tertentu. Kesemuanya ini sangat membantu manajer
pemasaran di dalam menyusun kebijaksanaan pemasaran perusahaan. Proses pengambilan keputusan
pembelian suatu barang atau jasa akan melibatkan berbagai pihak, sesuai dengan peran masing-
masing.
Peran yang dilakukan tersebut adalah:
1. Initiator
Adalah individu yang mempunyai inisiatif pembelian barang tertentu
2. Influencer
Adalah individu yang berpengaruh terhadap keputusan pembelian. Informasi mengenai kriteria yang
diberikan akan dipertimbangkan baik secara sengaja atau tidak
3. Decider
Adalah yang memutuskan apakah akan membeli atau tidak, apa yang akan dibeli, bagaimana
membelinya
4. Buyer
Adalah individu yang melakukan transaksi pembelian sesungguhnya
5. User
Adalah individu yang mempergunakan produk atau jasa yang dibeli.
Banyak faktor yang mempengaruhi seseorang melakukan pembelian terhadap suatu produk. Manajemen
perlu mempelajari faktor-faktor tersebut agar program pemasarannya dapat lebih berhasil. Faktor-
faktor tersebut diantaranya adalah faktor ekonomi, psikologis, sosiologis dan antropologis.
Alasan mengapa seseorang membeli produk tertentu atau alasan mengapa membeli pada penjual
tertentu akan merupakan faktor yang sangat penting bagi perusahaan dalam menentukan desain
produk, harga, saluran distribusi, dan program promosi yang efektif, serta beberapa aspek lain
dari program pemasaran perusahaan.
Adapun beberapa teori perilaku konsumen adalah sebagai berikut:
(1) Teori Ekonomi Mikro.
Teori ini beranggapan bahwa setiap konsumen akan berusaha memperoleh kepuasan maksimal. Mereka
akan berupaya meneruskan pembeliannya terhadap suatu produk apabila memperoleh kepuasan dari
produk yang telah dikonsumsinya, di mana kepuasan ini sebanding atau lebih besar dengan marginal
utility yang diturunkan dari pengeluaran yang sama untuk beberapa produk yang lain;
(2) Teori Psikologis.
Teori ini mendasarkan diri pada faktor-faktor psikologis individu yang dipengaruhi oleh
kekuatan-kekuatan lingkungan. Bidang psikologis ini sangat kompleks dalam menganalisa perilaku
konsumen, karena proses mental tidak dapat diamati secara langsung;
(3) Teori Antropologis.
Teori ini juga menekankan perilaku pembelian dari suatu kelompok masyarakat yang ruang
lingkupnya sangat luas, seperti kebudayaan, kelas-kelas sosial dan sebagainya.
Kerangka Analisis Perilaku Konsumen
Teori perilaku menyatakan bahwa perilaku adalah fungsi individu dengan lingkungan. Demikian juga
dalam model perilaku konsumen, keadaan lingkungan dan individu yang bersangkutan memegang
peranan penting dalam menentukan perilakunya.
Secara sederhana Assael (1994 : 14) mengemukakan bahwa ada tiga faktor pokok yang mempengaruhi
proses pengambilan keputusan. Pertama adalah individu konsumen, dimana pemilihan produk dan jasa
dipengaruhi oleh; kebutuhan, persepsi, dan sikap terhadap alternatif-alternatif serta demografi
konsumen, gaya hidup dan kepribadian. Kedua adalah faktor lingkungan yang dipelihatkan oleh
kebudayaan, kelas sosial, kelompok referensi dan faktor situasional. Ketiga adalah strategi
pemasaran yang mengawasi konsumen dengan variabel-variabel produk, harga, promosi, dan
distribusi.
Faktor situasional adalah kondisi sesaat yang muncul pada tempat dan waktu tertentu.
Kemunculanya terpisah dari diri produk maupun konsumen (Assael, 1994 : 527). Belk (1975 : 158)
mendifinisikan situasi sebagai semua faktor yang utama terhadap tempat dan situasi yang tidak
menurut pengetahuan seseorang (intra individual) dan stimuli (alternatif pilihan) dan memiliki
bukti dan pengaruh sistimatis pada perilaku saat itu. Pengaruh situasional adalah kekuatan
sesaat yang tidak berasal dari dalam diri seseorang atau berasal dari produk atau merek yang
dipasarkan (Wilkie, 1990 : 453). Pengaruh situasional pada konsumen adalah faktor personal dan
lingkungan sementara yang muncul pada aktivitas konsumen, sehingga situasi konsumen meliputi
faktor-faktor seperti melibatkan waktu dan tempat dalam mana aktivitas konsumen terjadi,
mempengaruhi tindakan konsumen seperti perilaku pembelian, dan tidak termasuk karakteristik
personal yang berlaku dalam jangka panjang. Situasi konsumen relatif merupakan kejadian jangka
pendek dan harus dibedakan dengan lingkungan makro atau faktor-faktor personal yang memiliki
jangka waktu lama. Pengaruh situasional telah menjadi pertimbangan bagi banyak peneliti perilaku
konsumen. Kenyataannya semua perilaku konsumen mungkin dipengaruhi oleh pengaruh situasional.
Peneliti harus mampu mengidentifikasi variabel situasional mana yang paling umum mempengaruhi
perilaku konsumen. Problem pemasaran dapat disederhanakan jika fokusnya hanya diarahkan pada
situasi yang paling mempengaruhi pembelian produk. Penelitian telah menemukan bahwa faktor
situasional mempengaruhi pilihan konsumen dengan mengubah kemungkinan pemilihan berbagai
alternatif (Kolm, Monroe, dan Glazer, 1987, dalam Titus dan Ernett, 1996).
Terdapat tiga jenis situasi berkaitan dengan pemasar yaitu: situasi konsumsi, situasi pembelian,
dan situasi komunikasi (Assael, 1994 : 527). Situasi konsumsi adalah keadaan dimana merek
digunakan. Suatu parfum mungkin digunakan untuk acara tertentu sedangkan parfum yang lain
digunakan untuk sehari-hari. Konsumen mungkin minum kopi bubuk untuk menjamu tamu dan minum kopi
instan untuk menu sehari-hari. Situasi demikian sebagaian dapat diantisipasi, misalnya akan
pergi kesuatu tempat atau akan kedatangan tamu tertentu. Sebagian yang lain tidak bisa
diantisipasi misalnya tiba-tiba ada tamu yang datang. Keadaan demikian memaksa konsumen membeli
sesuatu secara cepat dan rela membayar lebih karena keterbatasan waktu untuk berkeliling mencari
harga yang murah. Situasi pembelian berkaitan dengan: pertama, lingkungan di dalam toko seperti
ketersediaan produk, perubahan harga, dan kemudahan belanja yang berkait dengan pilihan
berbelanja. Kedua, situasi pembelian berkaitan dengan apakah produk yang dibeli untuk hadiah
atau untuk dirinya sendiri. Konsumen biasanya mengunakan kriteria yang berbeda dan mungkin
memilih merek yang berbeda jika ia membeli untuk dirinya sendiri. Ketiga, situasi pembelian
berkaitan dengan keadaan mood konsumen ketika berbelaja. Keadaan senang atau keadaan susah
mempengaruhi pemrosesan dan pencarian informasi tentang produk.
Situasi Komunikasi adalah keadaan dimana konsumen terbuka untuk informasi baik dari orang
seorang ataupun informasi yang bersifat impersonal. Situasi komunikasi dapat menentukan apakah
konsumen akan mengumumkan, memahami dan menahan informasi.
Faktor yang Mempengaruhi Perilaku Konsumen
Memahami konsumen dan proeses konsumsinya memberikan berbagai keuntungan antara lain: membantu
manager dalam membuat keputusan, memberikan dasar teoritis bagi peneliti dalam menganalisa
konsumen, membantu legislatif dan pemerintah dalam menyusun undang-undang dan membuat keputusan,
dan membantu konsumen untuk membuat keputusan yang lebih baik. Lebih dari itu studi tentang
konsumen dapat membantu kita untuk lebih memahami tentang faktor-faktor psikologi, sosiologi,
dan ekonomi yang mempengaruhi perilaku manusia.
Menurut Philip Kotler dan Gary Armstrong (1996) keputusan pembelian dari pembeli sangat
dipengaruhi oleh faktor kebudayaan, sosial, pribadi dan psikologi dari pembeli:
a. Faktor Budaya
Faktor budaya memberikan pengaruh paling luas dan dalam pada perilaku konsumen. Perusahaan harus
mengetahui peranan yang dimainkan oleh budaya, subbudaya dan kelas sosial pembeli. Budaya adalah
penyebab paling mendasar dari keinginan dan perilaku seseorang. Budaya merupakan kumpulan nilai-
nilai dasar, persepsi, keinginan dan perilaku yang dipelajari oleh seorang anggota masyarakat
dari keluarga dan lembaga penting lainnya. Setiap kebudayaan terdiri dari sub-budaya – subbudaya
yang lebih kecil yang memberikan identifikasi dan sosialisasi yang lebih spesifik untuk para
anggotanya. Sub-budaya dapat dibedakan menjadi empat jenis: kelompok nasionalisme, kelompok
keagamaan, kelompok ras, area geografis. Banyak subbudaya membentuk segmen pasar penting dan
pemasar sering kali merancang produk dan program pemasaran yang disesuaikan dengan kebutuhan
konsumen. Kelas-kelas sosial adalah masyarakat yang relatif permanen dan bertahan lama dalam
suatu masyarakat, yang tersusun secara hierarki dan keanggotaannya mempunyai nilai, minat dan
perilaku yang serupa. Kelas sosial bukan ditentukan oleh satu faktor tunggal, seperti
pendapatan, tetapi diukur dari kombinasi pendapatan, pekerjaan, pendidikan, kekayaan dan
variable lain
b. Faktor Sosial
Perilaku konsumen juga dipengaruhi oleh faktor sosial, seperti kelompok kecil, keluarga serta
peranan dan status sosial konsumen. Perilaku seseorang dipengaruhi oleh banyak kelompok kecil.
Kelompok yang mempunyai pengaruh langsung. Definisi kelompok adalah dua orang atau lebih yang
berinteraksi untuk mencapai sasaran individu atau bersama.Keluarga dapat pempengaruhi perilaku
pembelian. Keluarga adalah organisasi pembelian konsumen yang paling penting dalam masyarakat.
Keputusan pembelian keluarga, tergantung pada produk, iklan dan situasi.Seseorang umumnya
berpartisipasi dalam kelompok selama hidupnya-keluarga, klub, organisasi. Posisi seseorang dalam
setiap kelompok dapat diidentifikasikan dalam peran dan status. Setiap peran membawa status yang
mencerminkan penghargaan yang diberikan oleh masyarakat.
c. Faktor Pribadi
Keputusan pembelian juga dipengaruhi oleh karakteristik pribadi seperti umur dan tahapan daur
hidup, pekerjaan, situasi ekonomi, gaya hidup, serta kepribadian dan konsep diri pembeli.
Konsumsi seseorang juga dibentuk oleh tahapan siklus hidup keluarga. Beberapa penelitian
terakhir telah mengidentifikasi tahapan-tahapan dalam siklus hidup psikologis. Orang-orang
dewasa biasanya mengalami perubahan atau transformasi tertentu pada saat mereka menjalani
hidupnya. Pekerjaan mempengaruhi barang dan jasa yang dibelinya. Para pemasar berusaha
mengidentifikasi kelompok-kelompok pekerja yang memiliki minat di atas rata-rata terhadap produk
dan jasa tertentu. Situasi ekonomi seseorang akan mempengaruhi pemilihan produk. Situasi ekonomi
seseorang terdiri dari pendapatan yang dapat dibelanjakan (tingkatnya, stabilitasnya, dan
polanya), tabungan dan hartanya (termasuk presentase yang mudah dijadikan uang ). Gaya hidup
seseorang adalah pola hidup di dunia yang diekspresikan oleh kegiatan, minat dan pendapat
seseorang. Gaya hidup menggambarkan “seseorang secara keseluruhan” yang berinteraksi dengan
lingkungan. Gaya hidup juga mencerminkan sesuatu dibalik kelas sosial seseorang.
Kepribadian adalah karakteristik psikologis yang berada dari setiap orang yang memandang
responnya terhadap lingkungan yang relatif konsisten. Kepribadian dapat merupakan suatu variabel
yang sangat berguna dalam menganalisa perilaku konsumen. Bila jenis- jenis kepribadian dapat
diklasifikasikan dan memiliki korelasi yang kuat antara jenis-jenis kepribadian tersebut dengan
berbagai pilihan produk atau merek.
d. Faktor Psikologis
Pemilihan barang yang dibeli seseorang lebih lanjut dipengaruhi oleh empat faktor psikologis,
yaitu motivasi, persepsi, pengetahuan serta kepercayaan. Motivasi merupakan kebutuhan yang cukup
menekan untuk mengarahkan seseorang mencari cara untuk memuaskan kebutuhan tersebut. Beberapa
kebutuhan bersifat biogenik, kebutuhan ini timbul dari suatu keadaan fisiologis tertentu,
seperti rasa lapar, rasa haus, rasa tidak nyaman. Sedangkan kebutuhan-kebutuhan lain bersifat
psikogenik yaitu kebutuhan yang timbul dari keadaan fisologis tertentu, seperti kebutuhan untuk
diakui, kebutuhan harga diri atau kebutuhan diterima. Persepsi didefinisikan sebagai proses
dimana seseorang memilih, mengorganisasikan, mengartikan masukan informasi untuk menciptakan
suatu gambaran yang berarti dari dunia ini.
Orang dapat memiliki persepsi yang berbeda-beda dari objek yang sama karena adanya tiga proses
persepsi:
1. Perhatian yang selektif
2. Gangguan yang selektif
3. Mengingat kembali yang selektif
Pembelajaran menjelaskan perubahan dalam perilaku seseorang yang timbul dari pengalaman. Sedang
kepercayaan merupakan suatu pemikiran deskriptif yang dimiliki seseorang terhadap sesuatu.
e. Faktor Marketing Strategy
Merupakan variabel dimana pemasar mengendalikan usahanya dalam memberi tahu dan mempengaruhi
konsumen. Variabel-variabelnya adalah
1. Barang
2. Harga
3. Periklanan dan Distribusi yang mendorong konsumen dalam proses pengambilan keputusan.
Pemasar harus mengumpulkan informasi dari konsumen untuk evaluasi kesempatan utama pemasaran
dalam pengembangan pemasaran. Pemasar memberikan informasi kepada organisasi pemasaran mengenai
kebutuhan konsumen, persepsi tentang karakteristik merek, dan sikap terhadap pilihan merek.
Strategi pemasaran kemudian dikembangkan dan diarahkan kepada konsumen. Ketika konsumen telah
mengambil keputusan kemudian evaluasi pembelian masa lalu, digambarkan sebagai umpan balik
kepada konsumen individu. Selama evaluasi, konsumen akan belajar dari pengalaman dan pola
pengumpulan informasi mungkin berubah, evaluasi merek, dan pemilihan merek. Pengalamn konsumsi
secara langsung akan berpengaruh apakah konsumen akan membeli merek yang sama lagi.
Panah umpan balik mengarah kembali kepada organisasi pemasaran. Pemasar akan mengiikuti
rensponsi konsumen dalam bentuk saham pasar dan data penjualan. Tetapi informasi ini tidak
menceritakan kepada pemasar tentang mengapa konsumen membeli atau informasi tentang kekuatan dan
kelemahan dari merek pemasar secara relatif terhadap saingan. Karena itu penelitian pemasaran
diperlukan pada tahap ini untuk menentukan reaksi konsumen terhadap merek dan kecenderungan
pembelian dimasa yang akan datang. Informasi ini mengarahkan pada manajemen untuk merumuskan
kembali strategi pemasaran ke arah pemenuhan kebutuhan konsumen yang lebih baik.
Keputusan Pembelian
Keputusan seorang pembeli juga dipengaruhi oleh ciri-ciri kepribadiannya, termasuk usia,
pekerjaan, keadaan ekonomi. Perilaku konsumen akan menentukan proses pengambilan keputusan dalam
melakukan pembelian. Menurut Kotler (1997) ada beberapa tahap dalam mengambil suatu keputusan
untuk melakukan pembelian, anatara lain:
1. Pengenalan Masalah
Merupakan faktor terpenting dalam melakukan proses pembelian, dimana pembeli akan mengenali
suatu masalah atau kebutuhan.
2. Pencarian informasi.
Seorang selalu mempunyai minat atau dorongan untuk mencari informasi. Apabila dorongan tersebut
kuat dan obyek yang dapat memuaskan kebutuhan itu tersedia maka konsumen akan bersedia untuk
membelinya.
3. Evaluasi Alternatif
Konsumen akan mempunyai pilihan yang tepat dan membuat pilihan alternatif secara teliti terhadap
produk yang akan dibelinya.
4. Keputusan Pembeli
Setelah konsumen mempunyai evaluasi alternatif maka konsumen akan membuat keputusan untuk
membeli. Penilaian keputusan menyebabkan konsumen membentuk pilihan merek di antara beberapa
merek yang tersedia.
Tipe Proses Pembelian Konsumen
1. Proses “ Complex Decision Making “, terjadi bila keterlibatan kepentingan tinggi pada
pengambilan keputusan yang terjadi. Contoh pengambilan untuk membeli sistem fotografi elektronik
seperti Mavica atau keputusan untuk membeli mobil. Dalam kasus seperti ini, konsumen secara
aktif mencari informasi untuk mengevaluasi dan mempertimbangkan pilihan beberapa merek dengan
menetapkan kriteria tertentu seperti kemudahan dibawa dan resolusi untuk sistem kamera
elektronik, dan untuk mobil adalah hemat, daya tahan tinggi, dan peralatan. Subjek pengambilan
keputusan yang komplek adalah sangat penting. Konsep perilaku kunci seperti persepsi, sikap, dan
pencarian informasi yang relevan untuk pengembangan stratergi pemasaran.
2. Proses “ Brand Loyalty “. Ketika pilihan berulang, konsumen belajar dari pengalaman masa
lalu dan membeli merek yang memberikan kepuasan dengan sedikit atau tidak ada proses
pertimbangan dalam pengambilan keputusan. Contoh pembelian sepatu karet basket merek Nike atau
sereal Kellogg,s Nutrific. Dalam setiap kasus disini pembelian adalah penting untuk konsumen,
sepatu basket karena keterlibatan kepentingan dalam olah raga, makanan sereal untuk orang dewasa
karena kebutuhan nutrisi. Loyalitas merek muncul dari kepuasan pembelian yang lalu. Sehingga,
pencarian informasi dan evaluasi merek terbatas atau tidak penting keberadaannya dalam konsumen
memutuskan membeli merek yang sama.
Dua tipe yang lain dari proses pembelian konsumen dimana konsumen tidak terlibat atau
keterlibatan kepentingan yang rendah dengan barangnya adalah tipe pengambilan keputusan terbatas
dan proses inertia.
1. Proses “ Limited Decision Making “
Konsumen kadang-kadang mengambil keputusan walaupun mereka tidak memiliki keterlibatan
kepentingan yang tinggi, mereka hanya memiliki sedikit pengalaman masa lalu dari produk
tersebut. Konsumen membeli barang mencoba-coba untuk membandingkan terhadap makanan snack yang
biasanya dikonsumsi. Pencarian informasi dan evaluasi terhadap pilihan merek lebih terbatas
dibanding pada proses pengambilan keputusan yang komplek. Pengambilan keputusan terbatas juga
terjadi ketika konsumen mencari variasi. Kepitusan itu tidak direncanakan, biasanya dilakukan
seketika berada dalam toko. Keterlibatan kepentingan yang rendah, konsumen cenderung akan
berganti merek apabila sudah bosan mencari variasi lain sebagai perilaku pencari variasi akan
melakukan apabila resikonya minimal.
Catatan proses pengambilan keputusan adalah lebih kepada kekhasan konsumen daripada kekhasan
barang. Karena itu tingkat keterlibatan kepetingan dan pengambilan keputusan tergantung lebih
kepada sikap konsumen terhadap produk daripada karakteristik produk itu sendiri. Seorang
konsumen mungkin terlibat kepentingan memilih produk makanan sereal dewasa karena nilai
nutrisinya, konsumen lain mungkin lebih menekankan kepada kecantikan dan menggeser merek dalam
mencari variasi.
2. Proses “ Inertia “
Tingkat kepentingan dengan barang adalah rendah dan tidak ada pengambilan keputusan. Inertia
berarti konsumen membeli merek yang sama bukan karena loyal kepada merek tersebut, tetapi karena
tidak ada waktu yang cukup dan ada hambatan untuk mencari alternatif, proses pencarian informasi
pasif terhadap evaluasi dan pemilihan merek. Robertson berpendapat bahwa dibawah kondisi
keterlibatan kepentingan yang rendah “ kesetiaan merek hanya menggambarkan convenience yang
melekat dalam perilaku yang berulang daripada perjanjian untuk membeli merek tersebut” contoh
pembelian sayur dan kertas tisu.
B. PARADIGMA RISET KONSUMEN
Para peneliti konsumen periode pertama hanya sedikit memikirkan pengaruh suasana hati (mood),
emosi, atau situasi terhadap kepuasan konsumen. Mereka percaya bahwa pemasaran hanya merupakan
ilmu ekonomi terapan, dan para konsumen adalah pengambil keputusan yang rasional, yang secara
obyektif menilai barang dan jasa yang tersedia bagi mereka dan hanya memilih yang memberikan
manfaat (kepuasan) tertinggi dengan harga terendah.
Pada tahun 1939, seorang psikoanalis dari Wina yang bernama Ernest Ditcher mulai memakai teknik
psikoanalis Freud untuk menyingkap motivasi yang tersembunyi pada diri konsumen. Pada akhir
tahun 1950-an, metodologi risetnya yang disebut riset motivasi pada dasarnya merupakan
pendekatan kualitatif, dipakai secara luas oleh para riset konsumen. Para peneliti konsumen
sekarang ini menggunakan dua macam metodologiriset yang berbeda untuk mempelajari perilaku
konsumen yaitu dengan riset kuantitatif dan riset kualitatif.
RISET KUANTITATIF
Riset kuantitatif bersifat deskriptif dan digunakan untuk memahami pengaruh berbagai masukan
promosi terhadap konsumen, sehingga memungkinkan para pemasar “meramalkan” perilaku konsumen.
Pendekatan riset ini dikenal sebagai positivisme dan para penelitinya dikenal sebagai positivis.
Metode riset yang digunakan terdiri dari eksperimen, teknik survey, dan observasi. Hasil-
hasilnya bersifat deskriptif, empiris, dan jika diambil secara acak (dengan menggunakan sampel
probabilitas) dapat digeneralisasikan ke populasi yang lebih besar.
RISET KUALITATIF
Metode riset kualitatif terdiri dari wawancara yang mendalam, kelompok-kelompok fokus, analisis
kiasan, riset kolase, dan teknik proyeksi. Teknik ini dilakukan melalui analisis pewawncara yang
sangat terlatih dan cenderung bersifat subyektif. Hasil-hasilnya tidak dapat digeneralisasikan
pada populasi yang lebih luas karena jumlah sampelnya sedikit. Teknik ini biasanya digunakan
untuk memperoleh berbagai gagasan baru untuk kampanye promosi.
MENGGABUNGKAN HASIL-HASIL RISET KUALITATIF DAN KUANTITATIF
Beberapa pemasar menggunakan gabungan riset kuantitati dan kualitatif untuk membantu membantu
mengambil keputusan pemasarantrategis karena terbatasnya hasil riset kualitatif. Hasil riset
kualitatif digunakan untuk menemukan berbagai gagasan baru dan untuk mengembangkan strategi
promosi, sedangkan hasil riset kuantitatif digunakan untuk meramalkan reaksi konsumen terhadap
berbagai input promosi. Gagasan yang berasal dari riset kualitatif terkadang diuji secara
empiris dan menjadi dasar bagi perancangan studi kuantitatif. Hasil penggabungan memungkinkan
para pemasar untuk merancang berbagai strategi pemasaran yang lebih berarti dan lebih efisien
yang bertujuan memperoleh laba maupun nirlaba. Kedunya juga membarikan dasar yang lebih kuat
untuk keputusan kebijakan public.
C. PROSES RISET KONSUMEN
Langkah utama dalam proses riset konsumen meliputi:
1. Menentukan tujuan riset
2. Mengumpulkan dan mengevaluasi data sekunder
3. Merancang studi riset primer
4. Mengumpulkan data primer
5. Menganalisis data
6. Mempersiapkan laporan hasil riset
A. MENENTUKAN TUJUAN RISET
Langkah pertama dalam proses riset konsumen adalah menentukan dengan teliti tujuan studi.
Merupakan hal penting bagi manajer pemasaran dan peneliti untuk menyepakati dari awal maksud dan
tujuan studi untuk menjamin agar rancangan riset itu tepat. Tujuan yang dipertimbangkan secara
teliti membantu menemukan jenis dan mutu informasi yang dibutuhkan.
B. MENGUMPULKAN DAN MENGEVALUASI DATA SEKUNDER
Informasi data sekunder adalah setiap data yang pada awalnya dihasilkan untuk tujuan tertentu
yang berbeda dengan tujuan riset sekarang. Informasi ini meliputi hasil riset yang didasarkan
pada penelitian yang dilakukan begbagai organisasi luar, data yang dihasilkan di dalam untuk
studi sebelumnya, dan bahkan informasi pelanggan yang dikumpulkan oleh bagian penjualan atau
bagian kredit perusahaan.
C. MERANCANG STUDI RISET PRIMER
Pendekatan untuk tiap-tiap jenis riset berbed dari sudut metode pengumpulan data , rancangan
sampel, dan macam alat pengumpulan data yang digunakan, sehingga tiap-tiap pendekatan riset
dibahas secara terpisah.
Rancangan Penelitian Kuantitatif
Rancangan studi riset kuantitatif meliputi metode pengumpulan data, rancangan sampel, dan
pembuatan alat pengumpulan data (misalnya kuesioner).
Metode Pengumpulan Data
Ada tiga cara pokok untuk mengumpulkan data:
1. Penelitian Observasi, merupakan metode riset konsumen yang penting, untuk memperoleh pemahaman
yang mendalam mengenai hubungan antara orang dan produk dengan memperhatikan mereka selama
proses membeli dan menggunakan produk. Penelitian observasi juga dipakai secara luas untuk
memahami proses pembelian dan konsumsi.
2. Eksperimentasi, Eksperimen terkontrol menjamin bahwa setiap perbedaan hasil peubah tak bebas
(dependent variable) disebabkan oleh perlakuan yang berbeda terhadap variable yang sedang
dipelajari dan bukan oleh faktor-faktor luar.
3. Survei, dapat dilakukan melalui beberapa cara antara lain: (a) Survei wawancara perorangan,
(b) Survei melalui telepon, (c) Survei melalui pos.
Instrument Pengumpulan Data
Instrumen pengumpulan data meliputi kuesioner, daftar pertanyaan pandangan pribadi, skala sikap
dan untuk data kualitatif, pedoman diskusi. Instrumen pengumpulan data biasanya diuji terlebih
dahulu dan di “debugged” untuk menjamin validitas dan realibilitas suatu riset. Studi dikatakan
mempunyai validitas jika benar-benar mengumpulkan datayang tepat dan dibutuhkan untuk menjawab
pertanyaan atau tujuan yang dinyatakan pada tahap pertama dalam proses riset. Studi dikatakan
mempunyai reliabilitas jika pertanyaan sama, yang dinyatakan kepada sampel yang serupa,
menghasilkan kesimpulan yang sama.
Rancangan Penelitian Kualitatif
Dalam memilih format riset yang tepat untuk studi kualitatif, maka harus dipertimbangkan tujuan
studi dan jenis data yang diperlukan. Metode riset yang digunakan mungkin berbeda komposisinya,
tetapi semuanya mempunyai akar dari psikoanalitis dan aspek klinis ilmu psikologi, dan
menekankan pada tipe pertanyaan terbuka dan jawaban bebas.
Metode Pengumpulan Data
Pilihan teknik pengumpulan data untuk studi kualitatif meliputi wawancara yang mendalam,
kelompok fokus, teknik proyeksi, dan analisi kiasan.
Penentuan Sampel
Sebuah komponen terpadu dalam rancangan riset adalah rencana penentuan sampel. Jumlah sampel
tergantung pada besarnya anggaran maupun tingkat kepercayaan yang diinginkan pelaku pasar dari
hasil risetnya. Semakin banyak sampel, semakin besar kemungkinan jawaban akan mencerminkan
keseluruhan populasi yang sedang dipelajari. Jika semua hasil riset dapat diproyeksikan ke
keseluruhan populasi, maka harus dipilih sampel probabilitas. Namun, jika dianggap sudah memadai
(bersifat mewakili), maka sampel nonprobabilitas dapat dipilih.
D. PENGUMPULAN DATA PRIMER
Studi kualitatif biasanya memerlukan para pakar ilmu pengetahuan sosial yang sangat terlatih
untuk mengumpulkan data. Studi kuantitatif biasanya memerlukan staf lapangan yang dipekerjakan
dan dilatih langsung oleh peneliti dalam melakukan wawancara di lapangan. Semua kuesioner yang
sudah diisi di tinjau secara teratur ketika studi riset berlangsung untuk memastikan bahwa
jawaban yang tercatat jelas, lengkap, dan dapat dibaca.
E. ANALISIS DATA
Pada riset kualitatif, moderator atau pelaksana tes biasanya menganalisis semua jawaban yang
diterima. Pada riset kuantitatif , peneliti mengawasi analisis tersebut. Semua jawaban terbuka
diubah menjadi kode dan diukur (skor numeric), kemudian ditabulasikan dan dianalisis dengan
menggunakan program yang menghubungkan data menurut berbagai variable yang dipilih dan
mengelompokkan data menurut demografis yang dipilih.
F. PERSIAPAN LAPORAN HASIL RISET
Pada riset kualitatif maupun kuantitatif, laporan riset memuat juga kesimpulan singkat mengenai
hasil-hasil riset. Isi laporan memuat uraian lengkap mengenai metodologi yang digunakan, untuk
riset kuantitatif juga memuat berbagai table dan grafik untuk mendukung hasil risetnya. Dalam
merancang studi riset, para peneliti menyesuaikan proses riset dengan kebutuhan khusus dari
penelitian.
D. ETIKA DALAM RISET KONSUMEN
Etika , Norma atau standar perilaku yang memandu pilihan moral mengenai hubungan kita dengan
orang lain, Etika penelitian ini berkaitan erat dengan hak-hak dari berbagai pihak seperti
masyarakat, subjek, klien, dan peneliti
1. Sikap Positif (tetap berkonstribusi)
2. Sikap Bertanya (untuk mengetahui sesuatu)
3. Sikap Sangsi (sikap tidak langsung menerima hal-hal yang dirasa masih meragukan)
Aspek moral dan etika dalam berbisnis, khususnya pada yang berlandaskan analisis ilmiah bias
saja dijungkirbalikan oleh mereka yang berfikiran sempit dan pendek, sehingga tidak obyektif.
Hasilnya menjadi sebuah bom waktu yang setiap saat bias meledak dan menghancurkan tidak hanya
orang-orang yang terkait dalam bisnis itu, tetapi secara marko ekomoni akan melemahkan ekomoni
nasional dan membuat masyarakat luas menjadi menderita .
Jadi etika riset seharusnya tidak hanya disadari dan diketahui,tetapi harus
menyentuh juga tahap action. Sebagaimana aspek-aspek lain dalam bisnis,riset pun mengharapkan
perilaku etis dari para pelakunya yang mengacu kepada norma-norma atau standar-standar moral
pribadi dan dengan orang lain agardipastikan bahwa tak seorang pun dirugikan.
KESIMPULAN
Riset konsumen berkembang sebagai perluasan bidang riset pemasaran untuk memungkinkan para
pemasar meramalkan bagaimana konsumen akan bereaksi di pasar dan memahami alasan-alasan mereka
dalam mengambil keputusan untuk membeli. Hasil-hasil riset pasar dan riset konsumen digunakan
untuk memperbaiki pengambilan keputusan manajerial. Perilaku konsumen memiliki kepentingan
khusus bagi orang karena berbagai alasan berhasrat mempengaruhi atau mengubah perilaku itu,
termasuk mereka yang kepentingan utamanya adalah pemasaran, pendidikan, dan perlindungan
konsumen, serta kebijakan umum.
Dalam hal ini pemasaran merupakan proses pertemuan antara individu dan kelompok dimana masing-
masing pihak ingin mendapatkan apa yang mereka butuhkan/inginkan melalui tahap menciptakan,
menawarkan, dan pertukaran.Definisi pemasaran tersebut berdasarkan pada prinsip inti yang
meliputi: kebutuhan (needs), produk (goods, services and idea), permintaan (demands), nilai,
biaya, kepuasan, pertukaran, transaksi, hubungan, dan jaringan, pasar, pemasar, serta prospek.
Beberapa pemasar menggunakan gabungan riset kuantitatif dan kualitatif untuk membantu membantu
mengambil keputusan pemasaran strategis karena terbatasnya hasil riset kualitatif. Hasil riset
kualitatif digunakan untuk menemukan berbagai gagasan baru dan untuk mengembangkan strategi
promosi, sedangkan hasil riset kuantitatif digunakan untuk meramalkan reaksi konsumen terhadap
berbagai input promosi. Gagasan yang berasal dari riset kualitatif terkadang diuji secara
empiris dan menjadi dasar bagi perancangan studi kuantitatif. Hasil penggabungan memungkinkan
para pemasar untuk merancang berbagai strategi pemasaran yang lebih berarti dan lebih efisien
yang bertujuan memperoleh laba maupun nirlaba. Kedunya juga membarikan dasar yang lebih kuat
untuk keputusan kebijakan public.
SARAN
Menurut kelompok kami, riset konsumen sangatlah penting. Karena dengan adanya riset terseebut
kita dapat mengetahui setiap konsumen yang berbeda-beda kesukaan atau minat dan keinginannya
dalam memenuhi kebutuhan mereka. Riset konsumen itu memungkinkan para konsumen mengambil
keputusan untuk membeli, dan emaahami cara mereka berinteraksi untuk membeli. Untuk itu sebagai
pemasar harus bisa mepengaruhi konsuen untuk mengambil keputusan membeli suatu produk yang
dipasarkan atau ditawarkan.
Riset Kuantitalif dan kualitatif berpengaruh positif terhadap riset konsumen. Karena 2 riset
tersebut dapat mengetahui apa yang diinginkan oleh setiap konsumen. Tetapi riset kuantitalif dan
kualitatif ada kekurangannya. Seperti kuantitatif misalnya dengan dia salah maka keinginan yang
konsumen mau juga salah, kalau kualitatif riset ini memerlukan wawancara langsung kepada
konsumen, kalau dia tidak melakukan wawancara maka dia tidak akan tau apa keinginan konsumen.
Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa perilaku konsumen adalah tindakan-tindakan
yang dilakukan oleh individu, kelompok atau organisasi yang berhubungan dengan proses
pengambilan keputusan dalam mendapatkan, menggunakan barang-barang atau jasa ekonomi yang selalu
berubah dan bergerak sepanjang waktu.
CONTOH KASUS
Sebagai contoh kasus, dalam diskusi kali ini kelompok kami akan mengangkat tema tentang
blackberry vs android sebagai acuan (contoh nyata) konsumenisme di masyarakat.
Alasan mengapa kami mengangkat tema ini adalah karena melihat dari sisi melonjaknya permintaan
terhadap sebuah alat komunikasi yang bersangkutan dengan persaingan pemasaran. Tidak dipungkiri
memang kedua produk tersebut adalah produk yang sedang booming di masyarakat terutama pada
kalangan remaja. Terdapat beberapa perbandingan yang signifikan, mungkin baik di sisi aplikasi
maupun sisi kelebihannya untuk membantu proses kegiatan berkomunikasi dengan orang di seluruh
penjuru dunia.
Produk Blackberry
Peminat ponsel Blackberry memang sekarang sedang tinggi-tingginya. Produk asal Kanada ini memang
terbukti ampuh dalam merebut pasar dunia. Di Indonesia pun ponsel merek ini mampu membuat trend
di kalangan masyarakat. Dari kalangan artis, pejabat, bahkan masyarakat biasa pun banyak menjadi
pengguna ponsel Blackberry. Tapi dari begitu populernya Blackberry di mata masyarakat, apakah
anda tahu kelebihan dan kekurangan ponsel Blackberry? Untuk itu kami ingin menjelaskan apa
sebenarnya kelebihan Blackberry dan apa Kelemahannya. Agar kita tidak hanya mengikuti arus,
namun biarlah kebutuhan menjadi pertimbangan dalam memutuskan apakah Blackberry benar-benar
menjadi kebutuhan dan solusi bagi anda.
Produk android
Hadirnya ponsel android di Indonesia mampu menarik banyak minat masyarakat khususnya dikalangan
remaja untuk berbondong-bondong mencoba produk baru ini. Karena banyaknya aplikasi di android
yang menawarkan sesuatu yang berbeda di banding produk sebelumnya. Biasanya produk ini dipakai
oleh kalangan gamers. Android membuat gebrakan baru dengan banyaknya versi dan penambahan
aplikasi yang semakin canggih dan diminati. Produk ini diperkirakan bisa di sejajarkan dengan
aplikasi yang terdapat di dalam produk Blackberry.
Keunggulan dan kelemahan Blackberry dan Android
1. Performance
Blackberry : Cepat dan stabil. Namun terkadang sering terjadi phone-hang yang mengharuskan Anda
mengeluarkan baterai dari tempatnya dan yang paling merepotkan adalah proses re-boot yang
menghabiskan waktu sekitar 3-8 menit.
Android: Sangat cepat. Belum ada keluhan tentang phone-hang yang mengharuskan baterai di keluar
secara paksa dari tempatnya, kecuali jika menggganti SIM card. Proses re-boot berlangsung cepat.
2. Baterai
Blackberry : Umur baterai BB memang luar biasa. Ya, wajar saja karena BB tidak banyak melakukan
proses berbagai aplikasi seperti pada Android.
Android : Tergolong boros, terkadang bisa sampai satu hari. Namun harus diingat bahwa ponsel
Android memakai baterai untuk banyak hal. Contohnya jika Anda memakai ponsel Android untuk
browsing web atau melihat video sampai dengan 1 jam, pastinya membutuhkan daya baterai lebih.
Dan, bisakah BlackBerry melakukan hal yang sama selama itu?
3. Email
Blackberry : Email pada BB memang menjadi andalan RIM. Gmail pada BB pun telah dioptimalkan
fungsinya, tapi tentu saja tidak sebaik pada Android.
Android : Apa yang Anda ragukan dari Gmail buatan Google yang dijalankan pada Android yang juga
buatan Google?
4. User Interface (UI)
Blackberry : Membosankan.
Android : Anda bahkan tidak akan merasa lelah untuk menjelajah setiap sudut ponsel Android.
Dijamin.
5. Web Browsing
Blackberry : Sangat melelahkan karena Anda harus mengakui itu.
Android : Disinilah letak kelebihan Android. Android menjadi pemenang jika dibandingkan dengan
semua mobile OS. Jika membandingkan web browsing pada Android dengan Blackberry, seperti siang
dan malam saja. Jauh berbeda.
6. Aplikasi
Blackberry : Blackberry memang memiliki segudang aplikasi, tapi di saat yang sama iPhone juga
semakin jauh meninggalkan Blackberry. Jadi lebih baik melihat apa yang bisa dilakukan Blackberry
untuk menyusul ketertinggalannya di belakang iPhone OS dan Android.
Android : Semakin banyak aplikasi yang dulunya hanya ada di iOS, kini sudah ada versi Android-
nya. Pesaing sebenarnya dari Android adalah iPhone, bukan Blackberry
PENUTUP
Kesimpulan
Perilaku konsumen adalah proses dan aktivitas ketika seseorang berhubungan dengan pencarian,
pemilihan, pembelian, penggunaan, serta pengevaluasian produk dan jasa demi memenuhi kebutuhan
dan keinginan.
Perilaku konsumen merupakan hal-hal yang mendasari konsumen untuk membuat keputusan pembelian.
Untuk barang berharga jual rendah (low involvement) proses pengambilan keputusan dilakukan
dengan mudah, sedangkan untuk barang berharga jual tinggi (high involvement) proses pengambilan
keputusan dilakukan dengan pertimbangan yang matang.
Perilaku konsumen sendiri dapat di definisikan sebagai interaksi dinamis dari pengaruh dan
kesadaran, perilaku, dan lingkungan dimana manusia melakuk.an pertukaran aspek hidupnya. Dalam
kata lain perilaku konsumen mengikutkan pikiran dan perasaan yang dialami manusia dan aksi yang
dilakukan saat proses konsumsi
Top Related