BAB II revisi
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of BAB II revisi
9
BAB II
TINJAUAN TEORI
2.1. Diare
2.1.1. Pengertian Diare
Diare adalah kehilangan cairan dan elektrolit
secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi
satu kali atau lebih buang air besar dengan
bentuk tinja yang encer atau cair.1 diare
merupakan suatu keadaan pengeluaran tinja yang
tidak normal atau tidak seperti biasanya.
2.1.2. Etiologi
Diare pada umumnya sering terjadi pada anak
balita, tentu saja pengaruh yang sangat besar
dari kesehatan anak ialah orang tua. Meskipun
diare itu sendiri terjadi karena beberapa faktor,
yaitu :
A. Faktor infeksi
10
Faktor ini bisa diawali dengan adanya
mikroorganisme (kuman) yang masuk ke dalam
saluran pencernaan yang kemudian berkembang
dalam usus dan merusak sel mukosa intestinal
yang dapat menurunkan daerah permukaan
intestinal sehingga terjadinya perubahan
kapasitas dari intestinal yang akhirnya
mengakibatkan gangguan fungsi intestinal
dalam absorpsi cairan elektrolit. Adanya
toksin bakteri juga akan menyebabkan system
transport menjadi aktif dalam usus, sehingga
sel mukosa mengalami iritasi dan akhirnya
sekresi cairan dan elektrolit akan
meningkat.1
B. Faktor malabsorpsi
Merupakan kegagalan dalam melakukan
absorpsi yang mengakibatkan tekanan osmotic
meningkat kemudian akan terjadi pergeseran
9
11
air dan elektrolit ke rongga usus yang dapat
meningkatkan isi rongga usus, sehingga
terjadilah diare.
C. Faktor makanan
Dapat terjadi apabila toksin yang ada
tidak mampu diserap dengan baik dan dapat
terjadi peningkatan peristaltic usus yang
akhirnya menyebabkan penurunan kesempatan
untuk menyerap makan.
D. Faktor psikologis
Dapat mempengaruhi terjadinya
peningkatan peristaltic usus yang dapat
mempengaruhi proses penyerapan makanan.
Secara klinis penyebab diare dapat dikelompokkan
dalam golongan 6 besar, tetapi yang sering
ditemukan di lapangan ataupun klinis adalah diare
yang disebabkan infeksi dan keracunan, untuk
12
mengenal penyebab diare digambarkan dalam bagan
berikut :
Bagan 2.1
Penyebab Penyakit Diare
Sumber : Penanggulang Penyakit Diare Dari Kemenkes
2.1.3. Patofisiologi
A. Meningkatnya motilitas dan cepatnya
pengosongan pada intestinal merupakan
13
akibat dari gangguan absorbs dan ekresi
cairan dan elektrolit yang berlebihan.
B. Cairan, sodium, potassium dan bikarbonat
berpindah dari rongga ekstraseluler ke
dalam tinja, sehingga mengakibatkan
dehidrasi kekurangan elektrolit, dan
dapat terjadi asidosis metabolic.
2.1.4. Epidemiologi
Selain dari proses diare tersebut, diare juga
terjadi karena beberapa faktor yang mungkin
seharusnya bisa dicegah oleh ibu balita adapun
faktor itu terbagi menjadi dua, yaitu :
A. Penyebaran kuman yang menyebabkan diare
Kuman penyebab diare biasanya menyebar
melalui fecal oral antaralain melalui
makanan atau minuman yang tercemar tinja
14
atau kontak langsung dengan tinja
penderita. Beberapa perilaku dapat
menyebabkan penyebaran kuman enteric dan
meningkatkan risiko terjadinya diare.
Perilaku tersebut antara lain :
a. Tidak memberikan ASI ( Air Susu Ibu )
secara penuh pada bulan pertama
kehidupan. Pada bayi yang tidak diberi
ASI resiko untuk menderita diare lebih
besar dari pada bayi yang diberi asi
penuh dan kemungkinan menderita
dehidrasi berat juga lebih besar
b. Menggunakan botol susu, penggunaan
botol ini memudahkan pencemaran oleh
kuman, karena botol susu susah
dibersihkan.
c. Menyimpan makanan masak pada suhu
kamar. Bila makanan disimpan beberapa
15
jam pada suhu kamar, makanan akan
tercemar dan kuman akan berkembang
biak.
d. Menggunakan air minum yang tercemar
air. Air mungkin sudah tercemar dari
sumbernya atau pada saat disimpan di
rumah, pencemaran di rumah dapat
terjadi jikalau tempat penyimpanan
tidak tertutup atau apabila tangan
tercemar menyentuh air pada saat
mengambil air dari tempat penyimpanan.
e. Tidak mencuci tangan sesudah buang air
besar dan sesudah membuang tinja anak
atau sebelum makan dan menyuapi anak.
B. Faktor penjamu yang meningkatkan
kerentanan terhadap diare.
Beberapa faktor pada penjamu dapat
meningkatkan insiden. Beberapa penyakit
16
dan lamanya diare. Faktor-faktor tersebut
adalah :
a. Tidak memberikan asi ekslusif pada
bulan pertama, dan asi tidak di
teruskan sampai dua tahun. Asi
mengandung antibodi yang dapat
melindungi bayi terhadap berbagai
kuman penyakit termasuk kuman penyebab
diare seperti : Shigella dan Vibrio
cholera.
b. Kurang gizi. Beratnya penyakit, lama
dan risiko kematian karena diare
meningkat pada anak-anak yang
menderita gangguan gizi, terutama pada
penderita gizi buruk.
c. Campak. Diare dan Disentri sering
terjadi dan berakibat berat pada anak-
anak yang sedang menderita campak
17
dalam 4 minggu terakhir. Hal ini
sebagai akibat dari penurunan
kekebalan tubuh penderita, virus
campak menyerang system mukosa tubuh
sehingga bisa menyerang juga saluran
cerna.
d. Imunodefisiensi/imunosupresi.
Keadaan ini mungkin hanya berlangsung
sementara, misalnya sesudah infeksi
virus (seperti campak) atau mungkin
yang berlangsung lama seperti
penderita AIDS. Pada anak imunosupresi
berat, diare dapat terjadi karena
kuman yang tidak pathogen dan mungkin
terjadi juga berlangsung lama.
e. Secara proporsional, diare lebih
banyak terjadi pada golongan balita,
diperkirakan sebanyak 55%.
18
2.1.5. Proses Diare
A. Diare yang sering terjadi merupakan proses
dari :
1. Transport aktif akibat rangsangan toksin
bakteri terhadap elektrolit ke dalam usus
halus. Sel dalam mukosa intestinal
mengalami iritasi dan meningkatnya
sekresi cairan dan elektrolit.
Mikroorganisme yang masuk akan merusak
mukosa intestinal sehingga menurunkan
area permukaan intestinal, perubahan
kapasitas intestinal dan terjadi gangguan
absorbs cairan dan elektrolit.
2. Peradangan akan menurunkan kemampuan
intestinal untuk mengabsorbsi cairan dan
elektrolit dan bahan-bahan makanan. Ini
terjadi pada sindrom malabsorbsi.
19
3. Meningkatnya motilitas intestinal dapat
mengakibatkan gangguan absorbs
intestinal.
2.1.6. Manifestasi klinis.
Sering buang air besar dengan konsistensi
tinja cair atau encer.Terdapat tanda dan
gejala dehidrasi; turgor kulit jelek, mata
cekung,Keram abdominal, demam, mual muntah,
anorexia, lemah, pucat, perubahan tanda tanda
vital; nadi dan pernafasan cepat, menurun atau
tidak ada pengeluaran urine,
2.1.7. Prinsip Tata Laksana Penderita Diare
A. Mencegah Terjadinya Dehidrasi
Salah satu komplikasi yang paling sering
terjadi pada diare adalah dehidrasi.
Mencegah terjadinya dehidrasi yang dapat
dilakukan mulai dari rumah dangan memberikan
minum lebih banyak dengan cairan rumah
20
tangga yang dianjurkan, seperti air tajin,
kuah sayur, air sup, air teh.
Macam macam cairan yang dapat digunakan akan
tergantung pada :
a. Kebiasaan setempat dalam mengobati diare
b. Tersedianyan cairan sari makanan yang
cocok
c. Jangkauan pelayanan kesehatan
d. Tersedianya oralit
Bila tidak mungkin memberikan cairan rumah
tangga yang dianjurkan, berikan air matang.
Jangan diberikan cairan yang osmolaritasnya
tinggi, yaitu yang terlalu manis seperti soft
drink.
B. Mengobati dehidrasi
Bila terjadi dehidrasi (terutama pada anak),
penderita harus segera dibawah ke petugas
kesehatan atau sarana kesehatan untuk
21
mendapatkan pengobatan yang cepat dan tepat,
yaitu dengan oralit. Bila terjadi dehidrasi
berat, penderita harus segera diberikan
cairan intravena dengan ringer laktat
sebelum dilanjutkan terapi oral.
C. Pemberian ASI / makanan
Pemberian asi / makanan selama serangan
diare bertujuan untuk memberikan gizi pada
penderita terutama bertujuan agar anak tetap
kuat dan tumbuh serta mencegah berkurangnya
berat badan. Berikan cairan rumah tangga
termasuk oralit dan makanan yang sesuai
dengan yang dianjurkan.
D. Pemberian zinc
Pemberian tablet Zinc merupakan salah satu
mikronutrien yang penting dalam tubuh. Lebih
dari 90 macam enzim dalam tubuh memerlukan
Zinc sebagai kofaktornya, termasuk enzim
22
superoksida dismutase. Enzim ini berfungsi
untuk metabolism radikal bebas superoksida
sehingga kadar radikal bebas ini dalam tubuh
berkurang. Zinc juga bergerak dalam
menghambat enzim inos (inducible nitric
oxide synthase), dimana ekresi enzim ini
meningkat selama diare dan mengakibatkan
hipersekresi epitel usus.
Pemberian zinc selama diare terbukti mampu
mengurangi lama dan tingkat keparahan diare,
mengurangi frekuensi buang air besar,
mengurangi volume tinja, serta menurunkan
kekambuhan pada 3 bulan berikutnya.
Cara pemberian tablet zinc :
Pada balita tablet di kunyah atau
dilarutkan. Apabila sekitar setengah jam
anak muntah, setelah pemberian tablet zinc
berikan lagi tablet zinc dengan cara
23
memberikan potongan lebih kecil dan
diberikan beberapa kali hingga satu dosis
penuh.
E. Mengobati masalah lain
Apabila ditemukan penderita disertai dengan
penyakit lain, maka diberikan pengobatan
sesuai indikasi, dengan tetap mengutamakan
rehidrasi. Sampai saat ini belum ada obat
yang aman dan efektif untuk menghentikan
diare. Obat-obatan anti diarepun tidak boleh
diberikan pada anak-anak dengan semua macam
diare.
F. Pemberian Nasehat
Berikan nasehat kepada orang tua anak untuk
segera membawa anaknya kepada petugas
kesehatan bila anak tidak membaik dalam
waktu 3 hari atau mengalami gejala sebagai
berikut :
24
a. Buang air besar lebih sering
b. Muntah yang berulang-ulang
c. Makan atau minum sedikit
d. Demam
e. Tinja berdarah
2.2. Perilaku
2.2.1. Pengertian Perilaku
Perilaku merupakan faktor terbesar kedua
setelah faktor lingkungan yang memperngaruhi
kesehatan individu, kelompok, atau masyarakat.
Dari segi biologis perilaku adalah suatu
kegiatan atau aktivitas organisme ( mahluk hidup
) yang bersangkutan. Oleh sebab itu, dari sudut
pandang biologis semua mahluk hidup mulai dari
tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia
itu berperilaku karena mereka mempunyai
aktivitas masing-masing. Sehingga yang di maksud
perilaku manusia, pada hakikatnya adalah
25
tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri
yang mempunyai bentangan yang sangat luas. Dan
dapat disimpulkan perilaku manusia adalah semua
kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat
diamati langsung, maupun yang tidak dapat
diamati oleh pihak luar.2
Menurut Skiner (1938), seorang ahli
psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan
respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus
(rangsangan dari luar). Dengan demikian,
Perilaku manusia terjadi melalui proses:
Stimulus dilanjutkan dengan Organisme lalu
Renspons, sehingga teori skinner ini disebut
teori “S-O-R” (Stimulus-Organisme-Renspons).
Selanjutnya, teori skinner menjelaskan adanya
dua jenis respons, yaitu:
a. Respondent Respons atau refleksif, yaitu
respons yang ditimbulkan oleh rangsangan-
26
rangsangan (stimulus) tertentu yang disebut
eliciting stimuli, karena menimbulkan respons-respons
yang relative tetap. Misalnya: makanan lezat
yang menimbulkan nafsu untuk makan, Cahaya
terang akan menimbulkan reaksi mata tertutup
dan sebagainya.Respondent Respons juga mencakup
perilaku emosional, misalnya mendengar berita
suka atau gembira akan menimbulkan rasa suka
cita.
b. Operant Respons atau instrumental respons,
yakni respons yang timbul dan berkembang
kemudian diikuti oleh stimuli atau rangsangan
yang lain. Perangsang yang terakhir ini
disebut reinforcing stimuli atau reinforce, karena
berfungsi untuk memperkuat respons.
Berdasarkan teori “S-O-R” tersebut, maka
perilaku manusia dapat dikelompokan menjadi dua,
yaitu:
27
1. Perilaku tertutup (covert behavior)
Perilaku tertutup terjadi bila respons
terhadap stimulus tersebut masih belum dapat
diamati orang lain secara jelas.
2. Perilaku terbuka
Perilaku terbuka ini terjadi bila respons
terhadap stimulus tersebut sudah berupa
tindakan, atau praktik ini dapat diamati orang
lain dari luar atau “observable behavior”.
2.2.2.Faktor yang mempengaruhi prilaku
Faktor yang mempengaruhi prilaku terbagi
menjadi dua, yaitu :
1. Faktor personal perilaku
Stimulus atau rangsangan dari luar tidak
akan langsung menimbulkan respons dari orang
yang bersangkutan. Stimulus tersebut
memerlukan proses pengolahan terlebih dahulu
28
dari orang yang menerima stimulus.
Pengolahan stimulus ini terjadi dalam diri
orang yang bersangkutan. Itulah yang
dimaksud proses internalisasi dalam konteks
ini. Dalam pengolahan stimulus dalam diri
orang tersebut sangat di pengaruhi oleh
faktor dalam diri mereka seperti presepsi,
emosi, perasaan, dan sebagainya. Faktor
internal yang berpengaruh dalam pembentukan
perilaku dikelompokkan ke dalam faktor
biologis dan psikologis.
2. Faktor Biologis
DNA seseorang yang menyimpan seluruh memori
warisan biologis yang diterima dari kedua
orang tuanya. Warisan biologis yang berupa
DNA sedemikian pentingnya. Karena menurut
hasil pengalaman empiris bahwa DNA tidak
hanya membawa warisan fisiologis dari para
29
generasi sebelumnya, tetapi juga membawa
warisan perilaku dan kegiatan manusia
termasuk agama, kebudayaan, dan sebagainya.
Dapat disimpulkan bahwa perilaku atau
kegiatan manusia dalam masyarakatnya
merupakan warisan struktur biologis dari
orang tuanya atau yang menurunkannya.
Fenomena ini dapat dijelaskan faktor
biologis yang merupakan struktur DNA
tertentu akan mendorong perilaku manusia
antara lain kebutuhan fisiologis, yakni
makan, minum, dan seks. Pentingnya faktor
biologis terhadap perilaku manusia antara
lain tampak sebagai berikut :
a. Beberapa perilaku manusia tertentu adalah
merupakan bawaan manusia secara biologis
yang merupakan “insting” dan bukan pengaruh
lingkungan antara lain : mencintai lawan
30
jenisnya, member makan dan merawat anak,
mengedipkan mata jika melihat sinar,
menundukan kepala apabila mengiyakan
sesuatu, mencari penghidupan atau pekerjaan
bagi orang yang sudah dewasa, dan
sebagainya.
b. Beberapa dorongan biologi yang menyebabkan
perilaku tertentu yang lazim di sebut
“motif” biologis antara lain kebutuhan
makan, keamanan diri, memelihara
kelangsungan hidup, kebutuhan seks, dan
sebagainya.
3. Faktor Sosio Psikologis
Faktor psikologis ini adalah faktor internal
yang sangat besar pengaruhnya terhadap
terjadinya perilaku. Secara lebih rinci
faktor-faktor psikologis adalah sebagai
berikut.
31
a. Sikap
Sikap merupakan konsep yang sangat penting
dalam komponen sosiopsikologis, karena
merupakan kecenderungan bertindak, dan
berpresepsi. Sikap merupakan kesiapan
tatanan saraf (neural setting) sebelum
memberikan respons konkret. Berikut ini
merupakan beberapa karakteristik sikap :
1. Sikap merupakan kecenderungan berfikir,
berpresepsi, dan bertindak.
2. Sikap mempunyai daya pendorong (motivasi)
3. Sikap relative lebih menetap, disbanding
emosi dan pikiran.
4. Sikap mengandung aspek penilaian atau
evaluative terhadap objek dan 3 komponen,
yakni :
A. Komponen kognitif
32
Komponen kognitif adalah aspek
intelektual yang berkaitan dengan apa
yang diketahui manusia. Komponen
kognitif ini adalah olahan pikiran
manusia atau seseorang terhadap kondisi
eksternal atau stimulus, yang
menghasilkan pengetahuan.
B. Komponen afektif
Komponen afektif adalah aspek emosional
yang berkaitan dengan penilaian terhadap
apa yang diketahui manusia. Setelah
seseorang mempunyai pemahaman atau
pengetahuan terhadap stimulus atau
kondisi eksternalnya, maka selanjutnya
akan mengolahnya lagi dengan melibatkan
emosionalnya. Hasilnya adalah penilaian
atau pertimbangan terhadap pengetahuan
tersebut.
33
C. Komponen konatif
Komponan konatif adalah aspek visional
yang berhubungan dengan kecenderungan
atau kemauan bertindak.
D. Emosi
Dalam perilaku manusia, emosi mempunyai
beberapa keuntungan dalam pengendalian
perilaku, antara lain :
a. Sebagai pembangkit energy (energizer).
b. Pembawa informasi (messeger)
c. Merupakan sumber informasi tentang
keberhasilan.
E. Kepercayaan
Kepercayaan adalah komponen kognitif
dari faktor sosio-psikologis.
Kepercayaan disini tidak ada
hubungannya dengan hal-hal yang gaib,
tetapi hanyalah keyakinan bahwa sesuatu
34
itu benar atau salah.dalam rangka
perilaku sehat, masyarakat perlu
diberikan pengetahuan atau informasi-
informasi yang benar dan lengkap
tentang penyakit dan pelayan-pelayanan
kesehatan. Kepercayaan yang tidak
didasarkan pada pengetahuan yang benar
dan lengkap, akan menyebabkan kesalahan
bertindak.
F. Kebiasaan
Kebiaasaan adalah aspek perilaku
manusia yang menetap, berlangsung
secara otomatis, dan tidak
direncanakan. Kebiasaan merupakan hasil
pelaziman yang berlangsung dalam waktu
yang lama atau sebagai reaksi khas yang
diulangi berkali-kali. Kebiasaan
memberikan pola perilaku yang dapat
35
diramalkan, karena sering dikaitkan
dengan adat istiadat yang turun-
temurun. Karena kebiasaan pada umumnya
sudah melekat pada diri seseorang,
termasuk kebiasaan yang kurang
menguntungkan bagi kesehatan, maka
sulit untuk diubah. Sesuatu yang sudah
menjadi kebiasaan masyarakat yang
terikat dengan adat istiadat tadi, maka
strategi perubahannya harus melalui
tokoh masyarakat sebagai pemangku adat
kebiasaan tersebut.
G. Kemauan
Kemauan sebagai dorongan tindakan yang
merupakan usaha orang untuk mencapai
tujuan. Kemauan merupakan hasil
keinginan untuk mencapai tujuan
tertentu yang begitu kuat sehingga
36
mendorong orang untuk mengorbankan
nilai-nilai yang lain. Kemauan
dipengaruhi oleh kecerdasan dan energi
yang diperlukan untuk mencapai tujuan.
4. Faktor situasional perilaku manusia
Faktor situasional dalah mencakup faktor
lingkungan di mana manusia itu berada atau
bertempat tinggal, baik lingkungan fisik,
social, budaya, ekonomi, politik, dan
sebagainya. Faktor-faktor tersebut merupakan
faktor eksternal yang mempengaruhi respons
manusia dalam bentuk perilaku. Faktor
situasional dikelompokkan menjadi berikut :
1. Faktor ekologis
Keadaan alam, geografis, iklim, cuaca, dan
sebagainya mempengaruhi perilaku orang.
Orang yang tinggal di daerah pantai yang
setiap hari akrab dengan deru ombak dan
37
angin laut yang tidak bersahabat akan
membentuk perilaku yang keras. Sebaliknya
orang yang tinggal di daerah pegunungan
yang sejuk, di lingkungan alam yang penuh
damai, dengan tiupan angin pegunungan yang
tenang, akan membentuk perilaku yang
tenang, lembut, damai, dan sebagainya.
Bandingkan juga perilaku dari Negara-negara
yang beriklim dingin, dengan perilaku orang
dari Negara yang beriklim tropis seperti
Indonesia.
2. Faktor desain dan asitektur
Struktur dan bentuk bangunan, pola
pemukiman dapat mempengaruhi pola perilaku
manusia yang tinggal di dalamnya. Di daerah
pedesaan pada umumnya, struktur dan
bentuknya sangat terbuka, tidak ada sekat
38
antara keluarga dengan ruang makan, dapur,
ruang bermain anak, bahkan kamar tidur dan
kandang binatang ternak pun menjadi satu.
Struktur bangunan dan pemukiman semacam ini
jelas akan berpengaruh terhadap perilaku
penghuninya, terbuka, terus terang, dan
keakraban yang kuat. Sebaliknya pola dan
struktur bangunan dan pola pemukiman di
kota, khususnya di pemukiman perumahan
sangat tertutup ( real estate ). Meskipun
di antara rumah satu dengan rumah yang
bergandengan, tetapi struktur bangunannya
sangat tertutup dengan pagar yang tinggi.
Oleh sebab itu tidak aneh kalau di antara
penghuni rumah yang berdekatan pun tidak
saling mengenal. Kondisi semacam ini jelas
akan membentuk perilaku egois terhadap
penghuninya.
39
3. Faktor temporal
Telah terbukti adanya pengaruh waktu
teerhadap bioritme manusia yang akhirnya
mempengaruhi perilakunya. Waktu pagi,
siang, sore, dan malam membawa pengaruh
sikap dan perilaku. Pada waktu pagi bangun
tidur orang dalam kondisi sangat rileks,
santai, suasana hati yang senang dan
gembira. Sebaliknya, pada sore hari, pulang
kerja, akan membawa perilaku manusia dalam
kondisi buruk. Oleh sebab itu pada sore
hari sebaiknya di antara anggota keluarga
tidak perlu membicarakan hal yang berat
atau masalah keluarga.
4. Faktor teknologi
Perkembangan teknologi, terutama teknologi
informasi akan berpengaruh pada pola
perilaku orang. Hal ini dapat kita lihat
40
bagaimana perilaku remaja kita sebelum
adanya teknologi informasi yang disebut
internet, dengan perilaku mereka setelah
era internet seperti sekarang ini. Akibat
dengan bebasnya para remaja untuk mengakses
informasi dari internet termasuk informasi
yang negatif seperti pornografi. Di dalam
rumah yang memiliki akses teknologi
berkembang misalnya televisi lalu ada
chanel yang menayangkan tentang pentingnya
cuci tangan dalam pengaruh kesehatan
sedikit demi sedikitpun akan mempengaruhi
perilaku ibu untuk membiasakan cuci tangan.
5. Faktor social
Faktor ini mencakup lingkungan sosial atau
yang disebut iklim sosial. Yang dimaksud
iklim sosial adalah suasana kebatinan
sosial, faktor yang menyebabkan terjadinya
41
iklim sosial yang berbeda dalam suatu
kelompok masyarakat setempat, utamanya
pemimpin atau tokoh/pemimpin formalnya.
2.3. Cuci tangan
2.3.1. Pengertian cuci tangan
Mencuci tangan adalah proses dimana seluruh
permukaan tangan digosok secara bersama-sama
dengan penuh semangat menggunakan bahan pembersih
tertentu dan dibilas di bawah air yang mengalir,
dengan tujuan untuk menghilangkan mikroorganisme
sebanyak mungkin.
Mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir
hamper menghilangkan sebagian besar bakteri tetapi
tidak mengurangi jumlah bakteri yang merugikan,
seperti staphylococcus aeureus dalam jumlah yang
berarti.
Mencuci tangan yang baik, sebaiknya pada air
mengalir menggunakan sabun kemudian
42
mengeringkannya dengan handuk pribadi atau
menggunakan tissue dan hand dry air. Mencuci
tangan dapat dibagi menjadi dua, yaitu :
2.3.2. Mencuci tangan biasa
Berikut langkah-langkah cuci tangan biasa yang
efektif :
a. Basuh tangan dengan air lalu tuangkan sabun
secukupnya menggosokkan kedua telapak tangan
( palm to palm ).
b. Menggosok punggung tangan bergantian ( palm
over dorsum ).
c. Menggosok sela-sela jari tangan yang
berlawanan (palm to palm fingers inter
laced).
d. Menggosok punggung jari selama bergantian
(back of fingers to opposing palms).
e. Putar ibu jari dalam telapak tangan yang
berlawanan (rotate thumbs in palm).
43
f. Menggosok ujung jari pada telapak tangan
secara bergantian (rotate fingers in palm).
g. Menggosok pergelangan tangan kiri dengan
tangan kanan dan sebaliknya lalu bilas kedua
tangan dengan air sampai bersih.
2.3.3. Mencuci tangan khusus
A.Cara desinfeksi
Persiapan alat dan bahan :
a. Air bersih
b. Larutan desinfectan lisol/savlon
c. Handuk
Prosedur kerja :
a. Lepas segala yang melekat ditangan (cincin,
jam tangan)
b. Basahi tangan sampai situ dengan air, lalu
basahi dengan larutan desinfektan
(Lysol/savlon) sikat bila perlu
44
c. Bilas dengan air mengalir dan keringkan
dengan handuk pribaadi.
B. Cara steril
Untuk cuci tangan steril biasanya digunakan
untuk persiapan operasi pada prinsipnya sama
dengan cuci tangan biasa dimana menggunakan
air mengalir, sabun dan handuk sekali pakai
ditambah dengan menggunakan sikat atau spons
yang lembut. Mencuci tangan prabedah harus
sampai sebatas siku.
2.3.4. Indikasi cuci tangan
Baik cuci tangan biasa ataupun cuci tangan
steril, bagi tenaga kesehatan ataupun
masyarakat yang berupaya dalam perilaku hidup
sehat, sebagai berikut :
A.Segera setelah tiba di tempat kerja
45
B.Sebelum melakukan kontak fisik secara
langsung dengan ibu dan bayi yang baru
dilahirkan
C.Sebelum ibu menyentuh bayinya untuk menyusui
D.Sebelum melaksanakan tindakan aseptic
E.Sebelum memakai sarung tangan DTT atau
steril
F.Sesudah melepaskan sarung tangan
G.Setelah menyentuh benda yang terkontaminasi
oleh darah, atau cairan tubuh lainnya
H.Ketika merasa kotor
I.Sesudah ke kamar mandi
J. Sebelum menyuapi anak bagi ibu
K. Sebelum memasak
L. Sebelum pulang kerja.
2.4. Balita
2.4.1.Pengertian balita
46
Balita adalah anak dengan usia dibawah 5
tahun dengan karakteristik pertumbuhan yakni
pertumbuhan cepat pada usia 0-1 tahun dimana umur
5 bulan BB naik 2x BB lahir dan 3x BB lahir pada
umur 1 tahun dan menjadi 4x pada umur 2 tahun.
Pertumbuhan mulai lambat pada masa pra sekolah
kenaikan BB kurang lebih 2 kg/ tahun, kemudian
pertumbuhan konstan mulai berakhir.
(Soetjiningsih, 2001).
Balita merupakan istilah yang berasal dari
kependekan kata bawah lima tahun. Istilah ini
cukup populer dalam program kesehatan. Balita
merupakan kelompok usia tersendiri yang menjadi
sasaran program KIA (Kesehatan Ibu dan Anak) di
lingkup Dinas Kesehatan. Balita merupakan masa
pertumbuhan tubuh dan otak yang sangat pesat
dalam pencapaian keoptimalan fungsinya. Periode
tumbuh kembang anak adalah masa balita, karena
47
pada masa ini pertumbuhan dasar yang akan
mempengaruhi dan menentukan perkembangan
kemampuan berbahasa, kreatifitas, kesadaran
sosial, emosional dan intelegensia berjalan
sangat cepat dan merupakan landasan perkembangan
berikutnya (supartini, 2004). Bawah Lima Tahun
atau sering disingkat sebagai balita, merupakan
salah satu periode usia manusia setelah bayi
sebelum anak awal. Rentang usia balita dimulai
dari satu sampai dengan lima tahun, atau bisa
digunakan perhitungan bulan yaitu usia 12-60
bulan.