BAB II kepuasan
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II kepuasan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. KONSEP DASAR MUTU PELAYANAN KESEHATAN DAN KEBIDANAN
Kertelibatan dalam pelayanan kesehatan seperti
pasien, masyarakat dan organisasi masyarakat, profesi
pelayanan kesehatan Dinas Kesehatan, Pemerintah Daerah
maupun pusat pasti mempunyai pandangan yang berbeda
tentang unsure apa yang penting dalam mutu pelayanan
kesehatan.
Hal inilah yang menyebebkan mutu pelayanan
kesehatan dapat berubah-ubah sesuai dengan kebutuhan.
1. Mutu adalah suatu keputusan yang berhubungan dengan
proses pelayanan, yang berdasarkan tingkat dimana
pelayan memberikan kontribusi terhadap nilai
outcomes.
2. Mutu adalah kecocokan penggunaan produk (Fitness for
use)untuk memenuhi kebutuhan dan kepuasan
9
10
pelanggan.Kecocokan dari pengguna tersebut
didasarkan atas 5 ciri utama,yaitu:
a. Tehnologi : Kekuatan dan daya tahan.
b. Spikologis : Citra rasa atau status
c. Waktu : Kehandalan
d. Kontraktual :Adanya jaminan
e. Etika : Sopan santun,ramah atau
jujur (juran).
3. Mutu produk dan jasa adalah seluruh gabungan sifat-
sifat produk atau jasa pelayanan dari
pemasaran,engineering,manufaktur, dan pemeliharaan di
mana produk atau jasa pelayanan dalam penggunaannya
akan bertemu dengan harapan pelanggan(Dr.Armand V.
Feigenbaun).
4. Mutu adalah kepuasan pelanggan sepenuhnya.
5. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang
ditetapkan
6. Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan
suatu yang sedang diamati.
11
7. Mutu adalah suatu kondisi dinamis yang berhubungan
dengan produk, manusia/tenaga kerja,proses dan
tugas, serta lingkungan yang memenuhi atau melebihi
harapan pelanggan (konsumen).
8. Mutu gambaran total sifat dari suatu produk atau
jaja pelayanan yang berhubungan dengan kemampuannya
untuk memberikan kebutuhan kepuasan (American Society
for Quality Control).
9. Mutu : Kesusaian terhadap permintaan persyaratan (
The conformance of requirements-philip B Crosby, 1979) .
Mutu layanan kesehatan merupakan hasil sebuah
pernilaian karena mutu pelayanan tersebut bersifat
multidimensional dan pernilaian ini bersifat subjektif.
(Umum).
Mutu adalah keseluruhan karakteristik atau sifat
barang atau jasa atau program yang sempurna dan sesuai
dengan standar serta cocok untuk konsumen.
Mutu adalah tingkat dimana pelayanan kesehatan
pasien di tingkatkan mendekati hasil yang diharapkan
12
dan mengurangi faktor-faktor yang tidak di inginkan
( JCAHO 1993). Definisi tersebut semula melahirkan 12
faktor-faktor yang menentukan mutu pelayanan kesehatan,
belakangan dikonfensi menjadi dimensi ‘mutu kinerja”
(Performance) yang dituangkan dengan apesifikasi
seperti dibawah ini:
a. Kelayakan adalah tingkat dimana perawatan atau
tingkatan yang dilakukan relevan terhadap kebutuhan
klinis pasien dan memperoleh pengertahuan yang
berhubungan dengan keadaannya.
b. Kesiapan adalah tingkat dimna kesiapan perawatan
atau tindakan yang layak dapat memenuhi kebutuhan
pasien sesuai keperluannya.
c. kesinambungan adalah tinkat dimana perawatan atau
tindakan bagi pasien terkoordinasi dengan baik
setiap saat dimna tim kesehatan dalam organisasi.
d. Efektifitas adalah tingkat dimana perawatan atau
tindakan terhadap pasien dilakukan dengan benar,
serta mendapat penjelasan dan pengetahuan sesuai
13
dengan kaadaannya, dalam rangka memenuhi harapan
pasien.
e. Kemanjuran adalah tingkat dimana perawatan atau
tindakan yang diterima pasien dapat diwujudkan atau
ditunjukkan untuk menyempurnakan hasil sesuai
harapan pasien.
f. Efisiensi adalah ratio hasil pelayanan atau tindakan
bagi pasien terhadap sumber-sumber yang dipergunakan
dalam memberikan layanan bagi pasien.
g. Penghormatan dan perhatian adalah tinkat dimana
pasien dilibatkan dalam pengambilan keputusan
tentang perawatan dirinya. Berkaitan dengan hal
tersebut perhatian terhadap pemenuhan kebutuhan
pasien serta harapan-harapannya di hargai.
h. Keamanan adalah tingkat dimana bahaya lingkungan
perawatan diminimalisasi untuk melindungi pasien
orang lain, termaksud pertugas kesehatan.
14
i. Ketepatan waktu adalah tingkat dimana perawatan atau
tindakan diberikan kepada pasien tepat waktu sangat
penting dan bermafaat.
Mutu dalam pelayanan kebidanan adalah peningkatan
mutu pelayanan yang dilakukam bidan didesa dengan wadah
polindes atau puskesmas.(Wiyono 1999) menerangkan bahwa
mutu dapat dilihat dari berbagai perspektif. Untuk
pasien dan masyarakat, mutu pelayanan berarti suatu
empati,respek dan tanggap akan kebutuhan mereka dan
diberikan dengan cara yang ramah waktu mereka
berkunjung.Sedangkan untuk petugas kesehatan, mutu
berarti bebas melakukan segala sesuatu secara
professional untuk meningkatkan derajat kesehatan
pasien dan masyarakat sesuai dengan ilmu pengetahuan
dan keterampilan yang maju, mutu peralatan yang baik,
dan memenuhi standar yang baik.
1. Kepuasan Pelanggan
Kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang
(pelanggan) setelah membandingkan antara kinerja
15
atau hasil yang dirasakan (pelayanan yang diterima
dan dirasakan) dengan yang diharapkannya.
Menurut Kolter (1997) kepuasan pelanggan
adalah perasaan senang atau kecewa seseorang sebagai
hasil dari perbandingan antara prestasi atau produk
yang dirasakan dan yang diharapkannya.
Hingga saat ini definisi kepuasan pelanggan
masih banyak diperdebatkan, setidaknya ada dua tipe
yang domain. Disatu pihak, kepuasan pelanggan
dipandang sebagai outcome atau hasil yang didapatkan
dari pengalaman konsumsi barang atau jasa spesifik
(outcome-oriented approach)
Di lain pihak, kepuasan pelanggan juga
kerapkali dipandang sebagai proses (process-oriented
approach). Kendati demikian, belakangan ini prosess-
oriented approach lebih dominan. Penyebabnya,
orientasi program dipandang lebih mampu mengungkap
pengalaman konsumsi secara keseluruhan dibandingkan
orientasi hasil. Orientasi proses menekankan
16
perseptual, evaluatif, dan psikologis yang
berkontribusi terhadap terwujudnya kepuasan atau
ketidakpuasan pelanggan, sehingga masing-masing
komponen signifikan dapat ditelaah secara lebih
spesifik.
Berbagai penelitian memilah kepuasan pelanggan
kedalam komponen-komponennya. Umumnya proses ini
terdiri atas dimensi-dimensi kunci kepuasan
pelanggan. Pelanggan menilai produk atau jasa
berdasarkan item-item spesifik, seperti.
a. Harga
b. Kecepatan layanan
c. Fasilitas layanan
d. Keramahan staf layanan pelanggan
Menurut (Philip Kotler) Kepuasan adalah tingkat
keadaan yang dirasakan seseorang yang merupakan
hasil dari membandingkan penampilan atau outcome
produk yang dirasakan dalam hubungannya dengan
harapan seseorang
17
Menurut Gerson,2002) kepuasan pasien adalah
bahwa harapannya telah terpenuhi atau terlampau.
Kepuasan pelanggan rumah sakit atau organisasi
pelayanan kesehatan lain atau kepuasan pasien
dipengaruhi banyak faktor,antara lain yang
bersangkutan dengan :
a. Pendekatan dan perilaku petugas, perasaan
pasien terutama saat pertama kali datang.
b. Mutu informasi yang diterima, seperti apa yang
dikerjakan,apa yang dapat diharap.
c. Prosedur perjanjian
d. Waktu tunggu
e. Fasilitas umum yang tersedia
f. Fasilitas perhotelan
g. Outcome terapi dan perawatan yang diterima.
1.1. Pelanggan
a. Orang yang paling dalam setiap kesibukan atau
bisnis kita.
18
b. Tidak trgantung pada kita. Kita bergantung pada
mereka.
c. Tidak merepotkan kita, mereka adalah yang kita
maksud/ tujuan kita.
d. Bagian dari kita,bukan diluar kita.
e. Tidak sekedar statistic. Mereka memiliki
perasaan, seperti kita.
f. Orang yang datang kepada kita dengan kebutuhan
dan keinginannya adalah tugas kita untuk
memenuhinya.
g. Mereka adalah darah kehidupan organisasi,tanpa
mereka kita tidak ada.
1.2. Mengukur Kepuasan Pelanggan
Menurut Syafudin 2011, Puas atau tidak puas
seseorang tergantung pada :
a. Sikapnya terhadap ketidaksesuaian (rasa senang
atau tidak senang).
19
b. Tingkatan dari pada evaluasi ‘baik atau tidak’
untuk dirinya, melebihi atau dibawah standar.
Metode mengukur kepuasan pelanggan menurut Adrian
Palmer (2001)
a. Sistem keluhan dan saran
Dengan menyediakan kotak saran, hotline
service, dan lain-lain untuk memberikan
kesempatan seluas luasnya kepada pasien atau
pelanggan untuk menyampaikan keluhan, saran,
komentar, dan pendapat mereka.
2. Harapan Pelanggan
Menurut (Freddy rangkuti 2002) harapan adalah
tingkat kepentingan pelanggan, yaitu keyakinan
pelanggan sebuah mencoba atau membeli suatu produk
atau jasa yang akan dijadikan standar acuan untuk
menilai produk atau jasa tersebut.
20
Harapan adalah kunci pokok bagi setiap
penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang terlibat
dalam kepuasan pasien atau klien.Ada dua tingkat
harapan (Hamdi Irawan,2002):
a. Disired Expectation
Harapan ini memcerminkan apa yang harus
dilakukan fasilitas kesehatan atau pelayanan
kesehatan kepada pasien atau klien.
b. Adequate expectation.
Harapan minimal yang masih dapat diterima
oleh pasien atau klien, karena alas an yang dapat
diterima dan tergantung pada alternative yang
tersedia.
3. Manfaat Kepuasan
Manfaat kepuasan yaitu .
a. Kepuasan pelanggan merupakan sarana untuk
menghadapi kompetisi dimasa yang akan datang.
b. Kepuasan pelanggan merupakan promosi terbaik.
21
c. Kepuasan pelanggan merupakan asset perusahaan
terpenting.
d. Kepuasan pelanggan menjamin pertumbuhan dan
perkembangan perusahaan.
e. Pelanggan semakin kritis dalam memilih produk.
f. Pelanggan puas akan kembali.
g. Pelanggan yang puas mudah memberikan referensi.
DIAGRAM KONSEP KEPUASAN
PASIEN
TujuanPerusahaan
Produk
NilaiProdukBagi
TingkatKepuasanPelanggan
HarapanPelanggan
Tarhadap Produk
Kebutuhan DanKeinginanPelanggan
22
B. PROGAM MENJAGA MUTU PELAYANAN KEBIDANAN
Program menjaga mutu adalah suatu aspek yang cukup
penting dalam pelayanan kebidanan, banyak ahli
mendefinisikan Program Menjaga Mutu sebagai berikut :
DR.Dr.Azrul Azwar,MPH,dalam buku “pengantar
administrasi Kesehatan”Edisi ke 3 menyebutkan bahwa
Program Menjaga Mutu Pelayanan Kesehatan diartikan
sebagai suatu upaya yang dilakukan secara
berkesinambungan, sistematis, objektif dan terpadu
dalam menetapkan masalah dan penyebab masalah mutu
pelayanankesehatan berdasarkan standar yang telah
ditetapkan, menetapkan dan melaksanakancara
penyelesaian masalah sesuai dengan kemampuan yang
tersedia,serta menilai hasil yang dan menyusun saran-
saran tindak lanjut untuk lebih meningkatkan
mutunpelayanan.
Suatu upaya yang berkesinambungan, sistematis dan
objektif dalam memantau dan menilai pelayanan yang
diselenggarakan dibandingkan dengan standar yang telah
23
du tetapkan, serta menyelesaikan masalah yang ditemukan
untuk memperbaiki mutu pelayanan (Maltos & Keller
1989).
Menurut Palmer 1983, Suatu proses yang mencakup
kegiatan mengukur mutu pelayanan yang diselenggarakan,
menganalisis kekurangan, menetapkan dan melaksanakan
tindakan perbaikan,menilai hasil yang dicapai secara
sistematis, berdaul ulang berdasarkan standar yang
telah ditetapkan.
1. Tujuan Menjaga Mutu
Tujuan program menjaga mutu secara umum adalah
untuk lebih meningkatkan mutunpelayanan kesehatan
yang diselenggarakan. Sedangkan tujuan menjaga mutu
secara khusus :
a. Diketahui masalah mutu pelayanan kesehatan yang
disenggarakan.
b. Diketahui penyebab masalah menculnya masalah mutu
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan.
24
c. Tersusunyan upaya penyelesaian masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang
ditentukan.
d. Terselenggarakanya upaya penyelesaian masalah dan
penyebab masalah mutu pelayanan kesehatan yang
ditemukan.
e. Tersusunnya saran tindak lanjut untuk lebih
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan yang di
selenggarakan.
Tujuan program menjaga mutu pelayanan kebidanan:
a. Tujuan antara
Yaitu diketahuinya mutu pelayanan, tujuan ini
dapat dicapai apabila masalah mutu berhasil
ditetapkan.
b. Tujuan akhir
Yaitu makin meningkatnya mutu pelayanan,
tujuan ini dapat dicapai apabila program
penyelesaian masalah berhasil dilaksanakan.
25
Tujuan dan mamfaat jaminan mutu (QA)
a. Pemahaman staf terhadap tingkat mutu pelayanan
yang ingin dicapai.
b. Meningkatkan efektifitas pelayanan yang diberikan.
c. Mendorong serta meningkatkan efisiensi dalam
pengelolaan pelayan kesehatan.
d. Melindungi palaksana pelayanan kesehatan dari
gugutan hokum.
e. Tujuan akhir adalah semakin meningkatnya mutu
pelayanan.
2. Mamfaat Program Menjaga Mutu Pelayanan Kebidanan
a. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan
Peningkatan efektifitas pelayanan kesehatan
ini erat hubungannya dengan dapat diatasinya
masalah kesehatan secara tepat, karna pelayanan
kesehatan yang diselenggarakan telah sesuai dengan
kemajuan ilmu dan tehnologi dan ataupun standar
yang telah ditetaokan.
26
b. Dapat meningkatkan efesiensi pelayanan kesehatan
Peningkatan efisiensi yang dimaksud era
hubungannya dengan dapat dicegahnya pelayanan
kesehatan yang dibawah standar ataupun yang
berlebihan. Biaya tambahan karena harus menengani
efek samping atau komplikasi karena pelayanan
kesehatan di bawah standar akan dapat
dihindari.Demikian pula halnya untuk memakai
sumber daya yang tidak pada tempatnya yang
ditemukan pada pelayanan yang berlebihan.
c. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap
pelayanan kesehatan.
Peningkatan penerimaan ini erat
berhubungannya dengan telah sesuainya pelayanan
kesehatan dengn kebutuhan dan tuntutan pemakaiaan
jasa pelayanan. Apabila peningkatan penerimaan ini
dapat diwujudkan, pada gilirannya pasti akan
berperan besar dalam meningkatkan derajat
kesehatan masyarakat secara keseluruhan.
27
d. Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan
dan kemungkinan timbulnya gugatan hukum.
Pada saat ini sebagai akibat makin baiknya
tingkat pendidikan masyarakat, maka kesadaran
hukum masyarakat juga telah semakin meningkat.
Untuk mencegah kemungkinan timbulnya gugatan hokum
terhadap penyelenggara pelayanan kesehatan, antara
lain karna tidakpuasan terhadap pelayanan
kesehatan, perlulah diselenggarakan pelayanan
kesehatan yang sebaik baiknya ( Siti Masitoh
2011).
Dari uraian ini mudah dipahami bahwa
terselenggaranya program menjaga mutu pelayanan
kesehatan mempunyai peranan yang amat besar dalam
melindungi penyelenggaraan pelayanan kesehatan dan
kemungkinan timbulnya gugatan hokum, karena memang
pelayanan kesehatan yang diselenggarakan telah terjamin
mutunya.
3. Tahap-Tahap Pogram Menjaga Mutu PUSKESMAS
28
(Menurut Taty Rosyanawaty 2011)
a. Tahap pelaksanaan program menjaga mutu Puskesmas
1. Pengamatan antar puskesmas untuk mengetahui
kepatuhan petugas terhadap standar.
2. Umpan balik hasil pengamatan.
3. Penyusunan POA untuk meningkatkan tingkat
kepatuhan
4. Lokalkarga hasil di kabupaten/kota
5. Intervensi
6. Pemecahan masalah.
b. Karakteristik pelaksanaan program menjaga mutu
1. Berkesinambungan
Terus menerus dilakukan dalam rangka
meningkatkan mutu pelayanan kesehatan (Quality
improvement program).
2. Sistematis
Harus mengikuti alur kegiatan serta sasaran
yang baku,yaitu :
a. Menetapkan masalah
29
b. Menetapkan penyebab masalah
c. Menetapkan cara penyelesaian masalah
d. Melaksanakan cara penyelesaian masalah.
e. Melakukan penilaian hasil dan membuat saran
tindak lanjut.
Sedangkan sasarannya meliputi semua unsur
yaitu:
a. Unsur masukan (input)
b. Unsur lingkungan (environment)
c. Unsur proses (process).
d. Unsur keluaran (output)
3. Objektif
Pelaksannan prigram menjaga mutu,terutama
saat pemantauan dan penilaian harus objektif,
tidak boleh dipengaruhi oleh berbagai
pertimbangan lain, kecuali atas dasar data yang
ditemukan. Untuk menilainya menggunakan
berbagai standard an indicator.
30
4. Terpadu
Pelaksaan program menjaga mutu harus
terpadu dengan pelaksanaan pelayanan kesehatan
yang diselenggarakan. Hal ini biasa disebut
dengan istilah Menajemen Mutu Terpadu (Total
Quality Management- TQM).
C. KUALITAS PELAYANAN KEBIDANAN
1. Konsep Teori Pelayanan Yang Berkualitas
Kualitas merupakan suatu kondisi dinamis yang
berhubungan dengan produk, jasa, manusia, proses,
dan lingkungan yang memenuhi atau melebihi harapan
kualitas menurut Plilip Kolter adalah keseluruhan
diri serta sifat suatu produk atau pelayanan yang
dinyatakan atau tersedia.
Menurut Azwar, kualitas pelayanan kesehatan
mengacu pada tingkat kesempurnaan pelayanan
kesehatan yang disatu pihak menimbulkan kepuasan
pasien. Selain itu, tata cara penyelenggaraannya
31
sesuai dengan standard an kode etik profesi yang
telah ditentukan. Definisi kualitas jasa diatas
berpusat pada upaya pemenuhan kebutuhan dan
keinginan pelanggan serta ketepatan pemberi
pelayanan untuk mengimbangi harapan pelanggan.
2. Kualitas pelayanan kesehatan
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas
pelayanan menurut (Engeenderhealth,2003) ialah :
a. Adanya komitmen petugas kesehatan (Bidan)
b. Terpenuhinya kubutuhan bidan akan supervisi yang
memenuhi fasilitas.
c. Menegemen, informasi, pelatihan dan pengembangan
polindes.
d. Terpenuhunya kebutuhan akan bahan, peralatan dan
insfrastur.
32
e. Terpenuhinya hak ibu hamil untuk memperoleh
informasi agar ibu hamil mendapatkan pelayanan
yang diharapkan, diantaranya yaitu.
1). Pelayanan yang aman dan nyaman.
2). Pelayanan yang mengutamakan privasi dan
menjaga kerahasiaan.
3). Pelayanan yang sopan, ramah, dan nyaman.
4). Dapat mengemukakan pendapat atau maslah secara
bebas.
5). Hak untuk kelangsungan pelayanan.
Kualitas total suatu pelayanan terdiri atas
tiga komponen utama (Gronroos dalam Hunt Spen, 2004)
yaitu :
1. Technical Quality yaitu kompenen yang berkaitan
dengan kualitas output (keluaran) pelayanan yang
diterima pelanggan.Menurut Parasuraman, Etal
Technical Quality dapat diperinci lagi sebagai
berikut:
33
a. Search quality yaitu kualitas yang dapat
dievaluasi pelanggan sebelum membeli. Misalnya
harga.
b. Experience quality yaitu kualitas yang bisa
dievaluasi pelanggan setelah membeli atau
mengkonsumsi suatu jasa pelayanan.Misalnya :
ketepatan waktu, kecepatan pelayanan.
c. Credence quality yaitu kualitas yang sukar
dievaluasi pelanggan meskipun telah
mengkonsumsi suatu jasa. Misalnya kualitas
pembedahan.
2. Fungsional quality yaitu komponen dengan kualitas
cara penyampaian suatu jasa.
3. Corporate image yaitu profil, reputasi, citra
umum, daya tarik khusus suatu perusahaan.
Rendahnya kualitas pelayanan Anternatal menurut
Engeenderhealth, 2003 dipengaruh oleh.
1. Bidan yang belum memiliki komitmen yang tinggi
terhadap kualitas pelayanan Antenatal.
34
2. Belum terpenuhinya kebutuhan bidan akan supervise
yang mempengaruhi fasilitas (kunjung rumah).
3. Lama waktu pemeriksaan antenatal.
4. Belum terpenuhinya hak-hak ibu hamil untuk
memperoleh informasi dan mendapatkan pelayanan
yang diharapkan.
3. Peningkatan Kualitas Pelayanan
Untuk meningkatkan kualitas pelayanan di
polindes/puskesmas di antaranya (Menurut Syafudin
2011) ialah:
a. Menciptakan visi tentang pelayanan Antenatal
sehingga semua petugas polindes/ puskesmas
mempunyai komitmen untuk melaksanaan pelayanan
Antenatal secara maksimal.
b. Perlu dikembangkan supervise yang memfasilitasi
(kunjungan rumah) seperti ibu hamil yang belum
pernah memeriksaan kehamilannya.
c. Perlu adanya upaya untuk menyesuaiakan target ibu
hamil dengan jumlah ibu hamil yang ada diwilayah
35
polindes/puskesmas melalui validasi data secara
dinamis. Pendataan dapat melalui bidan desa, kader
desa puskesmas, atau kader posyandu.
d. Menyusun perencanaan terpadu polindes dengan
melibatkan masyarakat desa untuk meningkatkan
kualitas pelayanan Antenatal.
e. Menyusun Standart Operating Procedure (SOP) yang
meliputi prosedur untuk memenuhi hak-hak ibu hamil
dalam pelayanan Antenatal.
f. Memberikan kesempatan kepada bidan dan petugas
kesehatan lainnya untuk pelatihan dan pengembangan
sebagai upaya meningkatkan kompetensinya.
Pelatihan tersebut termasuk pelatihan tentang
tehnik komunikasi yang efektif dan pengelolaan
program KIA, agar mampu menyampaikan berbagai
informasi yang dibutuhkan oleh ibu hamil untuk
memilihara kehamilan yang sehat dan pelatihan
Antenatal Comprehensif dan pelayanan prima untuk
36
meningkatkan kemampuan bidan dalam memberikan
pelayanan Antenatal yang lebih berkualitas.
g. Review pelaksanaan pencatatan kohort dan pelapor
PSW KIA secara benar.
h. Perbaikan fasilitas Polindes/Puskesmas yang
menunjang kenyamanan pasien.
4. Indikator Untuk Mengukur Kepuasan Pelanggan
Menurut parasuraman dalam wiyoyo (1999)
terdapat 10 indikatif untuk mengukur kepuasan
pelanggan.dalam perkembangan selanjutnya ke sepuluh
faktor tersebut dirangkum menjadi 5 (lima).dimensi
mutu pelayanan sebagai penentu klualitas jasa, yaitu
:
a. Buntik langsung : adalah segala sesuatu yang
tampak seperti fasilitas, peralatan,kenyamanan
ruangan,dan sikap petugas.
b. Keadaan adalah elemen yang berkaitan dengan
kemamampuan untuk mewujut kan pelayanan yang dapat
di adakan.
37
c. Daya tangkap adalah elemen yang berkaitan dengan
kesediaan karyawan dalam membantu dan memberikan
pelayanan yang terbaik bagi pasien, petugas dapat
memberikan informasi yang jelas petugas memberikan
pelayanan dengan segera dan tepat waktu petugas
memberikan pelayanan yang baik.
d. Jaminan hal itu terutama mencakup pengtahuan,
kemampuan, kesopanan, dan sifat dapat dipercaya
petugas.Selain itu,bebas dari bahaya saat
pelayanan merupakan jaminan juga.
e. Empati meliputi perhatian pribadi dalam memahami
kebutuhan para pasien.
4.1 Disiplin dalam sandar mutu pelayanan
kesehatan /kebidanan meliputi
a. Standard mutu masukan, meliputi mutu tenaga, dana,
sarana/ fasilitas.
b. Standard mutu lingkungan, meliputi mutu oganisasi
dan manajemen institusi kesehatan.
38
c. Standard mutu proses, meliputi mutu tindakan medis
dan non medis.
d. Standard mutu keluarga,keluaran, yaitu mutu atau
penampilan pelayanan kesehatan /kebidanan.
Keempat standard mutu tersebut harus selalu
dipelihara, dipantau dan ditingkatkan sesuai dengan
perkembangan ilmu dan tehnologi agar mutu pelayanan
kesehatan/kebidanan yang dihasilkan selalu terjaga.
4.2 Standard Mutu Out Come/Hasi
a. Kepuasan Palanggan (customer satisfaction)
Philip Kotler dalam bukunya “marketing
management” mendefinisikan bahwa ; “ Kepuasan
adalah tingkat keadaan yang rasakan seseorang yang
merupakan hasil dari membandingkan penampilan
atau outcome produk/jasa yang dirasakan dalam
hubungannya dengan harapan seseorang.
39
Dengan demikian tingkat kepuasan pelanggan
adalah suatu fungsi dari perbedaan antara
penampilan produk/jasa dengan harapan pelanggan.
Djoko Wijono, dalam bukunya “Menejemen Mutu
Pelayanan Kesehatan” menyebutkan bahwa ada tiga
tingkat kepuasan pelanggan,yaitu :
1. Bila penampilan kurang dari harapan,pelanggan
tidak puas.
2. Bila penampilan sebanding dengan harapan,
pelanggan puas.
3. Bila penampilan melebihi harapan, pelanggan
amat puas atau senang.
5. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kepuasan Pasien
Tanggapan yang diberikan pasien mengenai
kepuasan akan dipengaruhi oleh beberapa
karakteristik demografis dan sosio-psikologis dan
demografi diantaranya: usia, kompetensi pribadi,
tingkat pendidikan, tingkat penghasilan, status
40
pernikahan, gaya hidup, dan seterusnya.Menurut Taty
Rosyanawaty 2011.
a. Pendekatan dan perilaku petugas terutama saat
pertama kali datang.
b. Mutu informasi yang diterima, seperti pa yang
dikerjakan, apa yang bisa diperoleh.
c. Prosedur penjanjian
d. Waktu tunggu
e. Pelayanan lainnya seperti mutu makanan, privacy
dan pengaturan kunjungan.
f. Fasilitas umum yang tersedia.
g. Output terapi dan perawatan yang diterima.
h.
6. Kepuasan Pelanggan Dan Kepuasan Produk/Jasa
Kepuasan pelanggan adalah hasil yang dicapai
pada saat keistimewaan produk/jasa menespon
kebutuhan pelanggan. Kepuasaan produk/jasa adalah
suatu rangsangan terhadap daya jual produk/jasa
(Siti Masitoh 2011).
41
7. Ketidak Puasan Pelanggan Dan Ketidak Puasan
Produk/Jaya
Defisiensi produk/jasa pada dasarnya merupakan
sumber ketidak puasan pelanggan, yang dapat
menimbulkan keluhan, klaim, tuntutan.
Kepuasan produk/jasa bersumber pada
keistimewaan produk, sedangkan ketidak puasan
produk/jasa bersumber pada ketidak sesuaian dan
alasan-alasan lain yang menimbulkan keluhan bagi
pelanggan(Siti Masitoh 2011).
D. PENGERTIAN BIDAN
Bidan adalah seseorang yang telah mengikuti dan
menyelesaikan pendidikan bidan yang telah diakui
pemerintah dan telah mengikuti ujian sesuai persyaratan
yang berlaku. Bidan adalah seorang tenaga kesehatan
yang mempunyai tugas penting dalam bimbingan dan
penyuluhan kepada ibu hamil, persalinan, nifas, dan
42
menolong persalinan dengan tanggung jawabnya sendiri
serta memberikan asuhan kepada bayi baru lahir (perinatal
care). Asuhan ini termasuk tindakan pencegahan, deteksi
kondisi abnormal ibu dan anak, usaha mendapatkan
bantuan medik dan melaksanakan tindakan kedaruratan
dimana tidak ada tenaga bantuan medik, dia mempunyai
tugas penting dalam pendidikan dan konseling, tidak
hanya untuk klien tetapi juga untuk keluarga dan
masyarakat (Azwar, 2006).
Secara umum dapat kita ketahui bahwa pelayanan
kesehatan yang diberikan kepada masyarakat termasuk
keluarga ada tiga segi yang perlu diperhatikan yaitu :
a. Segi manusianya (petugas kesehatan)
b. Sarana (Puskesmas, Rumah sakit dan lembaga kesehatan
lainnya)
c. Dana (biaya untuk pengobatan) (Azwar, 2006).
Menurut Azwar (2006) pelayanan kesehatan yang
terdapat dalam masyarakat secara umum dapat dibedakan
atas tiga macam yaitu :
43
a. Pelayanan kesehatan tingkat I, pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan pelayanan yang bersifat
dasar.
b. Pelayanan kesehatan tingkat II, pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan pelayanan spesialis satu
bahkan kadang – kadang pelayanan sub – spesialisasi
tetapi terbatas.
c. Pelayanan kesehatan tingkat III, pelayanan kesehatan
yang lebih mengutamakan pelayanan spesialisasi serta
sub – spesialisasi luas.
Dari hal tersebut diatas dapat diketahui bahwa
pelayanan kesehatan yang dilaksanakan oleh bidan di
desa cenderung dalam pelayanan tingkat dasar pertama.
Selain membantu penurunan angka kematian dan
peningkatan kesehatan ibu dan anak termasuk keluarga
berencana, Bidan di desa juga membantu memberikan
pengobatan pertama pada masyarakat yang membutuhkan
pertolongan dalam pelayanan kesehatan sebelum pasien
44
mendapat pertolongan yang lebih efisien di Rumah Sakit
(Azwar, 2006).
Untuk terwujudnya kebijaksanaan yang telah
ditetapkan maka diselenggarakan Pendidikan Bidan satu
tahun dengan dasar pendidikan lulus SPK, dan sejak
tahun 1996 ditingkatkan menjadi Akademi (DIII). Lulusan
pendidikan tersebut akan ditempatkan di Puskesmas dan
di Desa dengan kriteria tertentu dalam rangka
melaksanakan upaya kesehatan Puskesmas dan membina
Posyandu. Agar Bidan dapat bekerja secara berdaya guna
dan berhasil guna, maka disusunlah pedoman atau program
kerja (Depkes RI, 2004).
E. PELAYANAN BIDAN
Merupakan bagian yang tidak terpisahkan oleh
layanan kesehatan. Pelayanan kebidanan tergantung
bagaimana struktur sosial budaya masyarakat dan
termasuk kondisi sosial ekonomi, sosial demografi.
45
Parameter sosial demografi dalam pelayanan
kebidanan, antara lain : perbaikan status gizi bayi,
cakupan pertolonggan persalinan, menurut angka kematian
Ibu, menurunnya angka kelahiran bayi, cakupan
penanganan kasus beresiko, meningkatkan cakupa
pemeriksaan antenatal.
Bidan sebagai tenaga pemberi jasa pelayanan harus
menyiapkan diri untuk mengantisipasi perubahan
kebutuhan masyarakat atau pelayanan kebidanan. Keadilan
dalam sumber daya pelayanan dimulai dari : pemenuahan
kebutuhan klien sesuai, sumber daya pelayanan dalam
kebidanan untuk meningkatkan pelayan kebidanan, dan
keterjangkauan tempat pelayanan. Tingkat ketersediaan
ini merupaka syarat utama untuk terlaksananya pelayan
kebidanana. Sikap bidan harus tanggap terhadap klien,
sesuai kebutuhan klien, tidak membedakan pelayanan
siapapun.
1. Pelayanan Anter Natal Care
46
Merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu
hamil secara berkala untuk menjaga kesehatan ibu
dan bayinya. Keteraturan antenatal care dapat
ditunjukkan melalui frekuensi kunjungan, ternyata
hal ini menjadi masalah karena tidak semua ibu
hamil memeriksakan kehamilannya secara rutin. Pada
pemeriksaan dan pemantauan antenatal dilakukan
dengan memberikan pelayanan antenatal berkualitas
dan deteksi dini komplikasi kehamilan (Mufdlilah,
2009, ).
Kualitas pelayanan dapat diukur dengan
membandingkan persepsi antara pelayanan yang
diharapkan dengan pelayanan yang diterima dan
dirasakan oleh konsumen (Nurrachmah, 2002).
Dalam rangka penurunan AKI dan AKB pelayanan
Antenatal Care perlu ditingkatkan. Dengan
pemberian pelayanan Antenatal Care yang baik dan
dilaksanakan sesuai dengan standar, diharapkan
kepuasan pasien akan meningkat sehingga minat
47
mereka untuk melakukan Antenatal Care akan
meningkat pula. Serta agar tercipta kepuasan
pasien diperlukan peningkatan standar dalam
menjaga mutu pelayanan kebidanan yang mengacu pada
kualitas pelayanan dan fasilitas kesehatan agar
dapat memenuhi kepuasan pasien atau masyarakat.
Pasien baru akan merasa puas apabila kinerja
layanan kesehatan yang diperolehnya sesuai dengan
yang diharapkannya (Nurhamida, ).
2. Hak dan kewajiban Bidan
a. Hak Bidan
1. Bidan berhak mendapat perlindungan hukum
dalam melaksanakan tugas sesuai dengan
profesinya
2. Bidan berhak untuk bekerja sesuai dengan
standar profesi pada setiap tingkat/jenjang
pelayanan kesehatan
48
3. Bidan berhak menolak keinginan pasien /klien
dan keluarga yang bertentangan dengan
peraturan perundangan, dan kode etik profesi
4. Bidan berhak atas privasi/kedirian dan
menuntut apabila nama baiknya dicemarkan baik
oleh pasien, keluarga maupun profesi lain
5. Bidan berhak atas kesempatan untuk
meningkatkan jenjang karir dan jabatan yang
sesuai
6. Bidan berhak atas kesempatan untuk
meningkatkan diri baik melalui pendidikan
maupun pelatihan
7. Bidan berhak mendapat kompensasi dan
keseahteraan yang sesuai
b. Kewajiban Bidan
49
1. Bidan wajib mematuhi peraturan rumah sakit
sesuai dengan hubungan hukum antara bidan
tersebut dengan rumah bersalin dan sarana
pelayanan dimana ia bekerja
2. Bidan wajib memberikan pelayanan asuhan
kebidanan sesuai dengan standar profesi
dengan menghormati hak-hak pasien
3. Bidan wajib merujuk pasien dengan penyulit
kepada dokter yang mempunyai kemampuan dan
keahlian sesuai dengan kebutuhan pasien
4. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien
untuk didampingi oleh suami atau keluarga
5. Bidan wajib memberi kesempatan kepada pasien
untuk didampingi oleh suami atau keluarga
6. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada
pasien untuk didampingi oleh suami atau
keluarga
50
7. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada
pasien untuk didampingi oleh suami atau
keluarga
8. Bidan wajib memberikan kesempatan kepada
pasien untuk menjalankan ibadah sesuia dengan
keyakinan
9. Bidan wajib merahasiakan segala sesuatu yang
diketahui tentang seorang pasien
10. Bidan wajib memberi informasi yang
akurat tentang tindakan yang akan dilakukan
serta resiko yang mungkin dapat timbul
11. Bidan wajib meminta persetujuan tertulis
atau tindakan yang akan dilakukan
12. Bidan wajib mendokumentasikan asuhan
kebidanan yang diberikan.
13. Bidan wajib mengikuti perkembangan ilmu
pengetahuan dan tehnologi serta menambah ilmu
pengetahuannya melalui pendidikan formal atau
non formal
51
14. Bidan wajib bekerja sama dengan profesi
lain dan pihak yang terkait secara timbal
balik dalam memberikan asuhan kebidanan
3. Hak dan Kewajiban Pasien
a. Hak Pasien
Hak pasien adalah hak-hak pribadi yang
dimiliki manusia sebagai pasien :
1. Pasien berhak memperoleh informasi mengenai
tata tertib dan Peraturan yang berlaku di
Rumah sakit atau institusi pelayanan
kesehatan.
2. Pasien berhajk atas pelayanan yang manusiawi
adil dan makmur.
3. Pasien berhak memperoleh pelayanan kebidanan
sesuai dengan profesi bidan tanpa
diskriminasi
4. Pasien berhak memperoleh asuhan kebidanan
sesuai dengan profesi bidan tan diskriminasi
52
5. Pasien berhak memilih bidan untuk menolongnya
sesuai dengan keinginannya
6. Pasien berhak mendapat informasi yang
melipiti kehamilan persalinan, nifas dan
bayinya yang baru dilahirkan
7. Pasien berhak mendapat pendamping suami
selama proses persalinan berlangsung
8. Pasien berhak memilih dokter dan kelas
perawatan sesuai dengan keinginannya dan
sesuai dengan peraturan yang berlaku di rumah
sakit,dll
b. Kewajiban Pasien
1. Pasien dan keluarganya berkewajiban untuk
mentaati segala peraturan dan tata tertib
rumah sakit atau institusi pelayanan
kesehatan
2. Pasien berkewajiban untuk mematuhi segala
instruksi dokter, bidan, perawat yang
merawatnya
53
3. Pasien dan atau penanggungnya berkewajiban
untuk melunasi semua imbalan atas jasa
pelayanan rumah sakit atau institusi
pelayanan kesehatan, dokter bidan dan perawat
4. Pasien atau penanggungnya berkewajiban
memenuhi hal-hal yang selalu
disepakati/perjanjian yang telah dibuatnya.
4. Standar Kopetensi Bidan
Sesuai dengan Keputusan Menteri Kesehatan
Republik Indonesia Nomor; 39/Menkes/SK/III/2007
Tentang Standar Profesi Bidan, salah satu komponen
didalamnya berisi mengenai standar kompetensi
bidan di Indonesia, sebagai acuan untuk melakukan
asuhan kebidanan kepada individu, keluarga dan
masyarakat.
1. Standar Kompetensi Bidan
Kompetensi ke-1 : Bidan mempunyai
persyaratan pengetahuan dan keterampilan dari
ilmu-ilmu sosial, kesehatan masyarakat dan etik
54
yang membentuk dasar dari asuhan yang bermutu
tinggi sesuai dengan budaya, untuk wanita, bayi
baru lahir dan keluarganya.
a. Pengetahuan dan keterampilan dasar
1) Kebudayaan dasar masyarakat di Indonesia
2) Keuntungan dan kerugian praktek kesehatan
tradisional dan modern.
3) Sarana tanda bahaya serta transportasi
kegawatan daruratan baru anggota
masyarakat yang sakit yang membutuhkan
asuhan tambahan.
4) Penyebab langsung maupun tidak langsung
kematian dan kesakitan ibu dan bayi di
masyarakat.
5) Advokasi dan strategi pemberdayaan wanita
dalam mempromosikan hak-haknya yang
diperlukan untuk mencapai kesehatan yang
optimal, (kesejahteraan dalam memperoleh
pelayanan kebidanan).
55
6) Keuntungan dan resiko dari tatanan tempat
besalin yang tersedia.
7) Advokasi bagi wanita agar bersalin dengan
aman.
8) Masyarakat keadaan kesehatan lingkungan,
termasuk persediaan air, perumahan, resiko
lingkungan, makanan, dan ancaman umum bagi
kesehatan.
9) Standar profensi dan praktek kebidanan.
b. Pengetahuan dan keterampilan tambahan
1) Epidemiologi, sanitasi, diagnosa
masyarakat dan vital statistik.
2) Infrastruktur kesehatan setempat dan
nasional, serta bagaimana mengakses
sumberdaya yang dibutuhkan untuk asuhan
kebidanan.
3) Primary Health Care (PHC) berbasis di
masyarakat dengan menggunakan promosi
56
kesehatan serta strategi pencegahan
penyakit.
4) Program imunisasi nasional dan akses untuk
pelayanan imunisasi.
c. Perilaku profesional bidan
1) Berpegang teguh pada filosofi, etika
profesi dan aspek legal.
2) Bertanggung jawab dan mempertanggung
jawabkan keputusan klinis yang dibuatnya.
3) Senantiasa mengikuti perkembangan
pengetahuan dan keterampilan mutakhir.
4) Menggunakan cara pencegahan universal
untuk penyakit, penularan dan strategi
pengendalian inveksi.
5) Melakukan konsultasi dan rujukan yang
tepat dalam memberika asuhan kebidanan.