Bab II Pembahasan
Transcript of Bab II Pembahasan
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Kegiatan perkembangan perekonomian di Indonesia
semakin pesat. Perkembangan ini menyebabkan peranan
akuntansi semakin meningkat dalam perusahan maupun
instansi pemerintahan. Perkembangan dalam beberapa
bidang menuntut adanya akuntansi yang dapat
memberikan informasi keuangan untuk mengambil
keputusan-keputusan ekonomi.
Sebagai perusahan yang bergerak dibidang
industri batako CV. Pranata Karya
Sejahtera mempunyai keterkaitan yang sangat erat
dengan pembangunan. Ini dibuktikan dengan semakin
berkembangnya pembangunan di Kota Kupang.
Produk rusak adalah produk yang kondisinya
rusak atau tidak memenuhi ukuran mutu yang sudah
ditentukan dan tidak dapat diperbaiki secara
ekonomis menjadi produk yang baik, meskipun mungkin
secara teknis dapat diperbaiki tetapi akan
berakibat biaya perbaikan jumlahnya lebih tinggi
1
dibanding kenaikan nilai atau manfaat adanya
perbaikan.
Proses produksi CV. Pranata Karya Sejahtera
mempunyai produk rusak yang jumlahnya terus
meningkat yang berdampak pada peningkatan harga
pokok produksi per unit barang, ini berdampak juga
pada peyususnan laporan keuangan. Mengatasi
masalah tersebut perusahaan harus dapat menekan
jumlah produk rusak seminimal mungkin. Cara yang
dapat digunakan perusahan dalam mengendalikan
jumlah produk rusak yaitu dengan melakukan
pengawasan. Presentase produk rusak yang CV.
Pranata Karya Sejahtera targetkan yaitu sebesar 5 %
dari produk jadi. Kecenderugan produk rusak dalam
perusahan terletak pada kurangnya pengawasan.
Berdasarkan hasil pra penelitian peneliti
melihat bahwa perusahan belum mampu
mengidentifikasi perlakuan produk rusak dalam
laporan keuangan, sehingga harga pokok produksi
tidak sesuai atau belum diperhitungkan sebagai
harga pokok dari produk rusak tersebut. Harga pokok
produksi juga sangat berpengaruh terhadap besarnya
laba usaha yang diraih oleh perusahan.
Berdasarkan uraian diatas, maka peneliti
tertarik untuk mengangkat judul,“ Pengaruh Produk
2
Rusak dan Perlakuannya Dalam penyusunan Laporan
keuangan pada CV. Pranata Karya Sejahtera.”
B. RUMUSAHAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang yang telah
diuraikan diatas, maka rumusan permasalahan yang
dikaji dalam penelitian ini adalah Apakah produk
rusak berpengaruh terhadap penyusunan laporan
keuangan pada CV. Pranata Karya Sejahtera .
C.TUJUAN PENELITIAN
Tujuan dari penelitian ini adalah
a. Untuk Mengetahui perlakuan produk rusak pada
CV. Pranata Karya Sejahtera.
b.Untuk Mengetahui penyusunan Laporan Keuangan
Pada CV. Pranata Karya Sejahtera.
D. MANFAAT PENELITIAN
a. Bagi perusahaan
Sebagai bahan informasi bagi CV. Pranata karya
sejahtera dalam penyusunan laporan keuangan
dalam penetuan harga pokok produksi.
b. Bagi peneliti
Merupakan kesempatan bagi peneliti dalam
mengaplikasikan teori- teori yang didapat
penulis dalam perkulihan.
3
c. Bagi Almamater
Sebagai bahan informasi bagi para peneliti yang
akan melakukan penelitian yang lebih lanjut
tentang obyek yang sama.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian Akuntansi Biaya
Akuntansi biaya menurut Mursyidi (2008 : 11)
adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,
dan pelaporan biaya pabrikasi, dan penjualan produk
dan jasa, dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
terhadap hasil-hasilnya. Pengetahun ini memberikan
panduan yaitu bahwa akuntansi biaya merupakan bagian
dari akuntansi keuangan yang mempunyai obyek biaya
dan akuntansi manajemen.
Menurut Mulyadi (2005 : 5) Akuntansi Biaya
adalah proses pencatatan, penggolongan, peringkasan,
dan penyajian biaya pembuatan produk atau jasa,
dengan cara-cara tertentu, serta penafsiran
5
terhadapanya. Obyek kegiatan akuntansi biaya adalah
biaya.
Menurut Schaum (2007 : 55) Akuntansi Biaya
adalah suatu prosedur untuk mencatat dan melaporkan
hasil pengukuran dari biaya pembuatan barang atau
jasa. Fungsi utama dari Akuntansi Biaya ialah
melakukan akumulasi biaya untuk penilaian persediaan
dan penentuan pendapatan.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat
di tarik kesimpulan Akuntansi Biaya merupakn
Penghitungan biaya dengan tujuan untuk aktivitas
perencanaan dan pengendalian, perbaikkan kualitas dan
efisiensi, serta pembuatan keputusan yang bersifat
rutin maupun strategis.
B. Pengertian dan penggolongan Biaya
1. Pengertian Biaya
Menurut Mursyidi ( 2008 : 13) biaya adalah
pengorbanan ekonomi baik yang berwujud maupun tidak
berwujud yang dapat diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi atau akan terjadi untuk mencapai tujuan
tertentu. Biaya Menurut Supriyono (2000 : 16), Biaya
adalah harga perolehan yang dikorbankan atau
digunakan dalam rangka memperoleh penghasilan atau
revenue yang akan dipakai sebagai pengurang
penghasilan.
6
Menurut Simamora (2002 : 36), Biaya adalah kas
atau nilai setara kas yang dikorbankan untuk barang
atau jasa yang diharapkan memberi manfaat pada saat
ini atau di masa mendatang bagi organisasi. Menurut
Mulyadi (2005 : 11), Biaya adalah pengorbanan
sumber ekonomis yang diukur dalam satuan uang, yang
telah terjadi, sedang terjadi atau yang kemungkinan
akan terjadi untuk tujuan tertentu.
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat
disimpulkan bahwa Biaya Merupakan pengorbanan sumber
daya atau nilai ekuivalen kas yang dikorbankan untuk
mendapatkan barang atau jasa yang diharapkan memberi
manfaat di saat sekarang atau di masa yang akan
datang bagi perusahaan.
2. Penggolongan Biaya
Menurut Mulyadi (2005 : 13), Penggolongan Biaya
digolongkan kedalam 5 golongan yaitu:
1. Menurut Objek Pengeluaran
Penggolongan yang paling sederhana, yaitu
berdasarkan penjelasan singkat mengenai suatu objek
pengeluran, misalnya pengeluaran yang berhubungan
dengan telepon disebut dengan biaya telepon.
2. Menurut fungsi pokok dalam perusahan
Biaya dapat digolongkan menjadi 3 kelompok yaitu :
7
a. Biaya produksi, yaitu semua biaya yang
berhubungan dengan fungsi produksi atau kegiatan
pengelolaan bahan baku menjadi produk selesai.
Biaya produksi dapat digolongkan kedalam biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja, biaya overhead
pabrik.
b. Biaya pemasaran, adalah biaya-biaya yang
terjadi untuk melaksanakan kegiatan pemasaran
produk, contohnya biaya iklan, biaya promosi,
biaya sampel.
c. Biaya Administrasi dan Umum, yaitu biaya-
biaya untuk mengkoordinasikan kegiatan-kegiatan
produksi dan pemasaran produksi, contohnya gajia
bagian akuntansi, gaji bagian personalia.
3. Menurut Hubungan Biaya dengan Sesuatu yang
dibiayai
Ada 2 golonggan biaya menurut hubungan dengan
sesuatu yang dibiayai yaitu :
a. Biaya Langsung, merupakan biaya yang terjadi
dimana penyebab satu-satunya adalah karena ada
sesuatau yang harus dibiayai. Dalam kaiatnya
dengan produk, biaya lansung terdiri dari biaya
bahan baku dan biaya tenaga kerja langsung.
b. Biaya tidak langsung, biaya yang terjadi
tidak hanya disebabkan oleh sesuatu yang
dibiayai, dalam hubungannya dengan produk,
8
biaya tidak langsung dikenal dengan biaya
overhead pabrik.
4. Menurut perilaku dalam kaitannya dengan
perubahan volume kegitan, biaya dibagi menjadi
4, yaitu :
a. Biaya tetap, biaya yang jumlahnya tetap
konstan tidak dipengaruhi perubahan volume
kegiatan atau aktivitas sampai tingkat kegiatan
tertentu. Contohnya gaji direktur produksi
b. Biaya variabel, biaya yang jumlah totalnya
berubah secara sebanding dengan perubahan
volume kegiatan atau aktivitas, contohnya biaya
bahan baku, biaya tenaga kerja langsung.
c. Biaya Semi Variabel, biaya yang jumlah total
perubahannya tidak sebanding dengan perubahan
volume kegiatan. Biaya semi variabel mengandung
unsur biaya tetap dan biaya variabel, contohnya
biaya listrik yang digunakan.
d. Biaya semi fixed, biaya yang tetap untuk
tingkat volume kegiatan tertentu dan berubah
dengan jumlah yang konstan pada volume produksi
tertentu.
5. Menurut Jangka Waktu Manfaatnya, biaya dibagi
2 bagian yaitu :
9
a. Pengeluaran modal yaitu pengeluaran yang akan
memberikan manfaat pada periode akuntansi yang
akan datang.
b. Pengeluaran pendapatan yaitu pengeluaran yang
akan memberikan manfaat hanya pada periode
akuntansi dimana pengeluaran itu terjadi.
C. Pengertian Harga Pokok Produksi
Suatu perusahaan Industri yang kegiatan pokoknya
adalah mengubah bahan baku menjadi produk jadi yang
siap untuk dipakai atau dijual, perhitungan harga
pokok produksinya perlu dilakukan secara cermat.
Perhitungan harga pokok produksi sangat penting
sebagai dasar untuk menentukan harga jual dari produk
yang dihasilkan. Perhitungan harga pokok produksi
suatu perusahaan dengan baik, terlebih dahulu perlu
dipahami dengan baik apa yang dimaksud dengan harga
pokok produksi.
Menurut Hansen dan Mowen ( 2004 : 48 ) “Harga
pokok produksi adalah mewakili jumlah biaya barang
yang diseleseikan pada periode tertentu”. Menurut
Supriyono ( 2002 : 11 ) “Harga pokok produksi adalah
aktiva atau jasa yang dikorbankan atau diserahkan
dalam proses produksi yang meliputi biaya bahan baku,
10
biaya tenaga kerja, biaya overhead pabrik dan termasuk
biaya produksi”.
Menurut Mulyadi (2007 : 10) Harga pokok produksi
atau disebut harga pokok adalah pengobanan sumber
ekonomi yang diukur dalam satuan uang yang telah
terjadi atau kemungkinan terjadi untuk memperoleh
penghasilan. Menurut Samryn ( 2002 : 85 ) harga pokok
produk merupakan nilai investasi yang dikorbankan
untuk mengubah bahan baku menjadi barang jadi yang
komponennya terdiri dari: biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja, dan biaya overhead pabrik.
Berdasarkan pengertian di atas maka dapat
disimpulkan bahwa harga pokok produksi merupakan
semua biaya yang dikeluarkan baik yang bersifat
langsung maupun tidak langsung dalam mengolah bahan
baku menjadi barang jadi yang siap untuk dijual.
”Harga pokok produksi meliputi biaya bahan baku,
biaya tenaga kerja langsung, dan biaya overhead pabrik
dalam jangka waktu tertentu ditambah barang dalam
proses awal periode dikurangi barang dalam proses
akhir periode.
D. Metode Pengumpulan Harga Pokok Produksi
Metode pengumpulan harga pokok produksi merupakan
sistem atau cara di dalam menghimpun biaya bahan,
11
biaya tenaga kerja dan biaya overhead yang terjadi
dalam kegiatan produksi suatu barang tertentu.
Kegunaan dari metode pengumpulan harga pokok produksi
ini agar dapat diketahui secara pasti biaya produksi
yang terjadi atau menghindari terjadinya tumpang
tindih pembebanan biaya produksi pada barang yang
diproduksi dalam rangka ketepatan perhitungan harga
pokok produksi.
Metode pengumpulan harga pokok poduksi sangat
terkait dengan sifat dari pengolahan barang/produk
yang dihasilkan. Sifat pengolahan produk bisa
berdasarkan pesanan pelanggan atau bisa berdasar
produksi massa. Menurut Muhadi (2001 : 6) secara
garis besar metode pengumpulan harga pokok dapat
dibedakan menjadi dua metode, yaitu:
1. Metode Harga Pokok Pesanan (Job Order Cost Method)
Metode harga pokok pesanan adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan untuk setiap pesanan atau kontrak ataupun
jasa secara terpisah, dan setiap pesanan atau kontrak
dapat dipisahkan identitasnya. Kegiatan produksinya
dilaksanakan sesuai dengan yang dipesan oleh pembeli
atau pelanggan. Atas dasar pesanan penjualan akan
dibuat perintah produksi untuk melaksanakan kegiatan
produksi. Tujuan produksi untuk melayani pesanan dan
sifat produksinya terputus-putus, dimana selesai
12
produksi pesanan yang satu dilanjutkan dengan
produksi pesanan yang lain. Pada dasarnya harga pokok
pesanan, harga pokok dikumpulkan untuk setiap pesanan
sesuai dengan biaya yang dinikmati oleh pesanan.
Jumlah biaya produksi setiap pesanan akan dihitung
pada saat pesanan selesai. Biaya satuan dihitung
dengan jumlah biaya produksi pesanan tertentu dibagi
jumlah produksi pesanan yang bersangkutan.
2. Metode Harga Pokok Proses (Process Cost Method)
Metode harga pokok proses adalah metode
pengumpulan harga pokok produk dimana biaya
dikumpulkan pada periode tertentu dan membagikan sama
rata kepada produk yang dihasilkan dalam periode
tersebut. Pada metode ini dihasilkan produk/barang
yang homogen, bentuk produk bersifat standar dan
tidak tergantung spesifikasi yang diminta oleh
pembeli. Kegiatan produksi perusahaan ditentukan oleh
budget produksi atau skedul produksi untuk satuan
waktu tertentu yang sekaligus dipakai dasar oleh
bagian produksi untuk melaksanakan produksi. Tujuan
produksi untuk mengisi persediaan yang selanjutnya
akan dijual kepada pembeli, oleh karena itu sifat
produk homogen dan bentuknya standar maka kegiatan
produksi dapat dilaksanakan secara kontinyu atau
terus-menerus. Jumlah total biaya produksi dihitung
setiap akhir periode dan untuk menghitung biaya
13
satuan adalah jumlah seluruh biaya produksi dalam
satu periode dibagi dengan jumlah produk yang
dihasilkan dalam periode yang bersangkutan.
E. Karakteristik Kalkulasi Harga Pokok Proses
Kalkulasi harga pokok proses digunakan pada
perusahan pabrikasi yang berproduksi terus menerus.
Perusahan ini akan menjual produknya tidak atas dasar
pesanan : namun dilempar lansung kedalam pasar umum
sehingga harus melakukan sistem persedian produk
jadi. proses produksi ini harus terus berjalan dalam
kondisi pasar yang wajar dan terencana.
Kalkulasi harga pokok proses :
1. Biaya produksi dibagian menjadi : bahan baku,
bahan penolong, ( jika nilainya material), tenaga
kerja dan biaya overhead pabrik.
2. Harga pokok produksi dihitung baik total maupun
persatuannya untuk setiap depertemen produksi.
3. Biaya produksi dikumpulkan untuk periode tertentu.
4. Untuk menghitung biaya persatuan pada periode
tertentu dilakuakan atas dasar ekuivalen.
5. Laporan harga pokok produksi dibuat untuk setiap
depertemen produksi tertentu.
14
6. Biaya produksi untuk periode tertentu dialokasikan
ke unit produk yang ditransfer kedepertemen
produksi dan periode tertentu.
7. Biaya overhead pabrik dibebankan berdasarkan biaya
sesungguhnya atas dasar tarif ditentukan dimuka.
Karekteristik perusahaan yang menggunakan metode
harga pokok proses. Menurut Mursyidi (2008 : 95 )
ada beberapa karakteristik utama dari metode harga
pokok proses yaitu sebagai berikut :
1. Laporan harga pokok produksi diigunakan untuk
mengumpulkan, meringkas dan menghitung harga pokok
baik total maupun satuan atau per unit.
2. Biaya produksi periode tertentu dibebankan kepada
produk melalui rekening barang dalam proses yang
diselenggarakan untuk setiap elemen biaya.
3. Produksi dikumpulkan dan dilaporkan untuk satuan
waktu atau periode tertentu.
4. Produksi ekuivalen (equivalent production) digunakan
untuk menghitung harga pokok satuan. Produksi
ekuivalen adalah tingkatan atau jumlah produksi
dimana pengolahan produk dinyatakan dalam ukuran
produk selesai.
5. Untuk menghitung harga pokok satuan setiap elemen
biaya produksi tertentu.
15
6. Biaya produksi tertentu (misalnya biaya bahan)
tersebut dibagi dengan produksi ekuivalen untuk
elemen biaya yang bersangkutan (produksi ekuivalen
bahan).
7. Harga pokok yang diperhitungkan untuk mengetahui
elemen-elemen yang menikmati biaya yang
dibebenkan, berapa yang dinikmati produk selesai
dari departemen tertentu atau pengolahan yang
dipindahkan ke gudang atau ke departemen
berikutnya dan berapa harga pokok produk dalam
proses akhir.
8. Apabila dalam proses pengolahan produk timbul
produk hilang, produk rusak, produk cacat,
tambahan produk akan diperhitungkan pengaruhnya
dalam perhitungan harga pokok produk.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas disimpulkan
bahwa metode harga pokok proses berbeda dengan metode
harga pokok pesanan, hal ini dapat terlihat dari
karakteristik yang dimiliki oleh metode harga pokok
proses, yaitu laporan harga pokok produksi dipakai
untuk mengumpulkan, menggolongkan dan menghitung
biaya produksi baik total maupun persatuan.
Proses produksi yang berlangsung kontinyu atau
terus-menerus dan produk yang dihasilkan adalah
bersifat produk standar (homogen). Biaya-biaya
16
produksi dicatat dalam perkiraan “Barang dalam
Proses”. Perhitungan harga pokok satuan setiap elemen
biaya produksi tertentu, maka elemen biaya produksi
tertentu (misalnya biaya bahan) tersebut dibagi
dengan produksi ekuivalen untuk elemen biaya yang
bersangkutan (produksi ekuivalen bahan).
F. Metode Penentuan / Perhitungan Harga Pokok
Produksi
Metode penentuan harga pokok produksi adalah
pembebenan unsur biaya produksi terhadap produk yang
dihasilkan dari suatu proses produksi, artinya
penentuan biaya yang melekat pada produk jadi dan
persedian barang dalam proses. Menurut Mursyidi
( 2008 : 29) terdapat 2 pendekatan dalam menghitung
unsur-unsur biaya kedalam harga pokok antara lain :
1. Metode Full Costing adalah penentuan harga pokok
produk yang memperhitungkan semua unsur biaya
produksi, yang terdiri dari biaya bahan baku, biaya
tenaga kerja langsung dan biaya overhead pabrik yang
bersifat variabel maupun bersifat tetap. Kata lain
biaya yang melakat pada produk jadi maupun persedian
barang dagang dalam proses itu akan terdiri dari :
a. Biaya bahan baku
b. Biaya tenaga kerja langsung
17
c. Biaya overhead pabrik variabel
d. Biaya overhead pabrik tetap
2. Metode Variabel Costing adalah penentuan harga pokok
produk yang hanya memasukan unsur-unsur
biaya produksi yang bersifat variabel yaitu:
a. Biaya bahan baku langsung
b. Biaya tenaga kerja langsung
c. Biaya overhead pabrik variabel
Biaya produksi yang bersifat variabel costing
diperlakukan sebagai biaya periodik, artinya dibebankan
sepenuhnya biaya periode akuntansi dimana biaya
tersebut terjadi. Penentuan harga pokok berdasarkan
variabel costing pada umunya ditujukan untuk pihak
manajemen dalam rangka pengambilan kebijakan harga.
Sedangkan full costing ditujukan untuk kepentingan
penyusunan laporan pihak eksternal. Untuk lebih
jelasnya bisa dilihat pada tabel dibawah ini :
Jenis Biaya
Metode penentuan harga
pokok produksi Full costing Variabel costing
Biaya Bahan Rp. XXXX Rp. XXXX Rp. XXXXBiaya tenaga
kerja langsung
Rp. XXXX Rp. XXXX RP.XXXX
18
Biaya overhead
pabrik Biaya variabel Rp. XXXX Rp. XXXX Rp. XXXXBiaya tetap Rp. XXXX Rp. XXXX _Total Harga Pokok Produk Rp. XXXX Rp. XXXX
Tabel 2.1.
Contoh Metode penetuan harga pokok produksi
G. Pengertian Produk Rusak
Menurut Mursyidi ( 2008 : 115 ) Produk rusak
adalah produk gagal yang secara teknis atau ekonomis
tidak dapat diperbaiki menjadi produk yang sesuai
dengan standar mutu yang ditetapkan. Berbeda dengan
sisa bahan, produk rusak menelan semua unsur biaya
produksi ( bahan baku, tenaga kerja, biaya overhead
pabrik).
Produk rusak adalah produk yang tidak sesuai
standar mutu yang telahditetapkan secara ekonomis tidak
dapat diperbaharui menjadi produk yang baik. Menurut
pandangan tradisional produk dinyatakan cacat atau
rusak apabila kriteria produk tersebut terletak diluar
batas atas dan batas bawah daribatasan spesifikasi yang
telah ditetapkan. Spesifikasi yang dimaksud adalah
19
kriteria yang harus dipenuhi produk tersebut dalam
memenuhi kemampuannya, untuk berfungsi sebagaimana
mestinya produk dibuat. Maka suatu produk dinyatakan
rusak apabila produk tersebut tidak memenuhi
spesifikasinya (Hansen dan Mowen, 2005 : 7).
Berdasarkan pengertian-pengertian yang
dikemukkanan diatas dapat disimpulkan bahwa Produk
rusak merupakan produk yang tidak sempurna dalam
prosesnya dan secara ekonimis tidak dapat diperbaiki
kembali. Sehingga produk tersebut harus dibuang atau
dilebur kembali sebagai bahan baku.
H. Sebab Terjadinya Produk Rusak
Menurut Sutrisno (2001 : 124) “penyebab terjadinya
produk rusak ada dua yaitu produk rusak karena kagiatan
normal perusahaan atau produk rusak normal dan produk
rusak karena kesalahan atau produk rusak abnormal”.
Berikut ini disajikan penjelasan kedua penyebab
terjadinya produk rusak :
1. Produk rusak karena kegiatan normal perusahaan,
yaitu apabila produk rusak ini memang sering terjadi
pada kegiatan normal perusahaan, apabila produk rusak
ini memang sering terjadi pada kegiatan normal
perusahaan, sehingga biasanya memang dicadangkan
adanya produk rusak dalam proses produksi.
20
Biaya produksi atau harga pokok produk rusak yang
bersifat normal diperlakukan sebagai bagian dari harga
pokok produk selesai, karena adanya produk rusak
dianggap perlu untuk menghasilkan sejumlah produk
selesai tersebut.
2. Produk rusak, karena kesalahan atau abnormal,
yaitu apabila produk rusak yang penyebabnya karena
kurangnya pengawasan, kesalahan pengerjaan, kerusakan
mesin, pemakaian bahan dibawah kualitas standar.
Harga pokok atau biaya produksi yang melekat pada
produk rusak bersifat abnormal, karena pada dasarnya
dihindarkan diperlakukan sebagai suatu kerugian dalam
periode terjadinya produk rusak.
Menurut Sutrisno (2001 : 124) “perlakuan harga
pokok produk rusak, selain penyebab terjadinya produk
rusak juga dipengaruhi apakah produk rusak tersebut
laku dijual atau tidak laku dijual”. Uraian dari
perlakuan harga pokok produk rusak tersebut di atas
disajikan berikut ini:
1. Produk Rusak Tidak Laku Dijual
a. Penyebab terjadinya produk rusak bersifat
normal, maka harga pokok produk rusak yang tidak
laku dijual ini, akan dibebankan kepada produk
selesai, yang mengakibatkan harga pokok produk
21Persediaan Produk Selesai Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp
selesai akan dibebankan kepada produk selesai,
sehingga harga pokok produk selesai per unit
akan menjadi lebih besar. sehingga, perlakuannya
sama dengan produk akhir proses. Jurnal yang
dibuat adalah :
b. Terjadinya produk rusak karena kesalahan dan
produk rusak tidak laku dijual, maka harga pokok
produk rusak tersebut tidak boleh diperhitungkan
kedalam harga pokok produk selesai, tetapi harus
dianggap sebagai kerugian, sehingga akan
diperlakukan sebagai rugi produk rusak.
Jurnal yang dibuat adalah:
2. Produk Rusak Laku Dijual
Bila penyebab produk rusak karena kegiatan normal
perusahaan, dan produk rusak tersebut laku dijual,
maka hasil penjualan produk rusak tersebut dapat
diperlakukan sebagai:
22
Rugi Produk Rusak Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Rp
XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga
a. Pengurangan harga pokok selesai
Harga pokok produk rusak dibebankan ke produk
selesai, sehingga apabila produk rusak tersebut
laku dijual, maka sudah sewajarnya hasil penjualan
tersebut digunakan sebagai pengurangan harga pokok
produk selesai. Jurnal yang dibuat adalah :
b.Pengurang semua biaya produksi
Perlakuan ini memerlukan alokasi yang adil pada
setiap elemen biaya produksi pada departemen
dimana terdapat produk rusak, salah satu metode
dapat digunakan alokasi berdasarkan perbandingan
setiap elemen biaya. Jurnal yang dibuat adalah :
c.Pengurang biaya overhead pabrik
Perlakuan ini sangat mudah, tetapi perlu
diperhitungkan bahwa apabila hasil penjualan
produk rusak cukup besar sedang jumlah biaya
23
Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Persediaan Produk Selesai Rp XXX
Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Bahan Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Tenaga Kerja Rp
XXX
overhead pabrik kecil, dimungkinkan biaya overhead
akan minus. Jurnal yang dibuat
adalah :
d.Penghasilan lain-lain
Perlakuan ini paling mudah digunakan, sehingga
pada laporan harga pokok produksi nantinya sama
dengan apabila ada produk hilang pada akhir proses
tapi tidak sesuai dengan perlakuan harga pokok
produk selesai.
Jurnal yang dibuat adalah :
3. Produk rusak yang laku dijual dan penyebab produk
rusak karena kesalahan atau disebut juga produk
rusak abnormal, maka hasil penjualan produk rusak
tersebut akan diperlakukan sebagai pengurang rugi
produk rusak, hal ini sesuai karena harga pokok
produk rusak nantinya akan dimasukkan kedalam
laporan rugi-laba sebagai elemen biaya lain. Jurnal
yang dibuat untuk mencatat hasil penjualan produk
rusak yang diperlakukan sebagai pengurang rugi
produk rusak adalah:
24
Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Barang Dalam Proses – Biaya Overhead
Pabrik Rp XXX
Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Penghasilan lain-lain Rp XXX
Kas/Piutang Dagang Rp XXX
Rugi Produk Rusak Rp XXX
Menurut Sutrisno (2001 : 133) “Harga pokok produk
rusak diperlakukan sebagai kerugian dan dimasukkan
kedalam rekening rugi produk rusak yang pada akhir
periode akan masuk pada laporan rugi-laba sebagai
elemen biaya lain-lain”.
I. Pengertian Laporan keuangan
Menurut Sundjaja dan Berlian (2001 : 47) laporan
keuangan merupakan suatu laporan yang menggambarkan
hasil dari proses akuntansi yang digunakan sebagai alat
komunikasi untuk pihak-pihak yang berkepentingan dengan
data keuangan adalah hasil sistem informasi, sebagai
laporan utama yang disajikan untuk pembuatan keputusan
pihak luar perusahan yang berisi informasi tentang
kondisi keuangan perusahandan tentang jummlah laba yang
diperoleh.
PSAK (2004) laporan keuangan adalah bagian dari
proses pelaporan keuangan yang lengkap dari laporan
rugi laba, neraca, laporan arus kas, laporan perubahan
posisi keuangan (yang dapat disajiakan dalam berbagai
cara misal sebagai laporan arus kas atau laporan arus
dana) catatan laporan seta materi penjelasan yang
meruapakan bagian intrgal dalam laporan keuangan.
25
Berdasarkan pengertian-pengertian yang dikemukan
diatas dapat disimpulkan bahwa laporan keuangan
merupakan adalah produk akhir dari proses atau kegiatan
akuntansi dalam kesatuan.
J. Tujuan Laporan Keuangan
Menurut PSAK (2004) tujuan laporan keuangan untuk
tujuan umum menyediakan informasi yang menyangkut
posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi
sejumlah besar pemakai dalam pengambilan keputusan
ekonomi serta menunjukkan kinerja yang telah dilakukan
manajemen (stewardship) atau pertanggungjawaban
manajemen atas penggunaan sumber-sumber daya yang
dipercayakan kepadanya.
Menurut APB Tujuan laporan keuangan dibagi atas 2
yaitu :
1. Tujuan khusus APB Statement No. 4 adalah menyajikan
posisi keuangan, hasil usaha, dan perubahan posisi
keuanganlainya secara wajar dan sesuai dengan
prinsip-prinsipp akuntansi yang berlaku.
2. Tujuan Umum
26
a. Memberikan informasi yang kepercayaan tentang
sumber daya ekonomi dan kewajiban perusahan,
dengan
1) Untuk menilai kekuatan dan kelemahan perusahaan
2) Untuk menunjukan posisi keuangan dan investasi
perusahan
3) Untuk menilai kemampuan perusahan dalam
melunasi kewajibannya
4) Untuk menunjukan kemampuan sumber daya yang ada
untuk pertumbuhan perusahan.
b. Memberikan informasi yang terpercaya tentang
sumber kekayaan bersih yang berasal dari kegitaan
usaha dalam mencari laba.
c. Memungkinkan untuk menaksirkan potensi perusahan
dalam menghasilkan laba
d. Memberikan informasi lainnya tentang perubahan
aktiva dan kewajiban
e. Mengungkapkan informasi relevan lainnya yang
dibutuhkan para pemakai laporan
K. Bentuk-Bentuk Laporan Keuangan
1. Laporan Laba – Rugi
Laporan Laba - Rugi adalah suatu laporan yang
disusun secara sistematis, tentang penghasilan yang
diperoleh dan tentang biaya yang menjadi beban
27
tanggungan perusahaan dalan usahanya selama periode
tertentu (Haryono Jusuf, 2000 : 17 ). Menurut
Santoso (2007 : 9) Laporan Laba – Rugi adalah suatu
laporan yang menginformasikan mengenai pendapatan
dan beban suatu perusahaan untuk suatu periode
tertentu. Laporan rugi laba menyajikan hasil usaha
entitas selama jangka waktu tertentu, seperti sau
tahun. Persamaa paling sederhana untuk menggambarkan
pendapatan adalah :
Pendapatan mengacu pada arus masuk dari pengiriman
atau pembuatan suatu produk. Beban mengacu pada arus
yang dikeluarkan untuk menghasilkan pendapatan. Laba
usaha dapat dipisahkan dari bentuk – bentuk
penerimaan lainnya. Dalam hal ini, pendapatan dapat
dijelaskan :
28
Laba Bersih = Pendapatan – Biaya
Laba Bersih =( Pendapatan – Beban) + (Keuntungan – Kerugian)
PT ABCLAPORAN LABA RUGI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA…
Penjualan Rp. XXXHarga Pokok Penjualan :
Persediaan Awal Barang Jadi Rp. XXXHarga Pokok Produksi Rp. XXXHarga Pokok Barang yang Tersedia untuk dijual Rp. XXXPersediaan Akhir Barang Jadi (Rp. XXX)Harga Pokok Penjualan (Rp.
XXX)Laba Kotor Rp. XXX
Biaya Usaha :Biaya Pemasaran Rp. XXXBiaya Administrasi & Umum Rp. XXX
Total Biaya Usaha
Tabel 2.2.
Contoh Laporan Laba – Rugi
2. Laporan Harga Pokok Produksi
Menurut Mursyidi (2008 : 94) Laporan harga pokok
produksi adalah laporan aktivitas suatu depertemen
produksi selama satu periode laporan harga pokok
produksi dibuat setiap akhir periode ( Bulan). Isi
laporan harga pokok produksi adalah :
a. Laporan produksi secara fisik
b. Laporan tentang biaya yang dibebankan
dan harus dipertanggungjawabkan oleh depertemen
tersebut.
c. Pertanggungjawab biaya dibebankan pada
depertemen tersebut.
29
PT ABC
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA…
Laporan Produksi
Tabel 2.3.
Contoh bentuk Laporan Harga Pokok Produksi
L. Kerangka Berpikir dan Hipotesis
30
PT ABC
LAPORAN HARGA POKOK PRODUKSI
UNTUK TAHUN YANG BERAKHIR PADA…
Laporan Produksi
1. Kerangka Berpikir
Perusahan ini melakukan kegiatan operasionalnya
dengan jumlah pesanan produk yang telah disepakati
oleh pengelola dan pemesan, setelah terjadi
kesepakatan kemudian pesanan mulai diproduksi,
setelah kegiatan produksi berlangsung dan
menghasilkan produk selesai, terdapat produk yang
baik dan produk yang rusak. Tidak hanya produk baik
yang dibuat laporan keuangannya, tetapi produk rusak
juga karena selama kegiatan produksi berlangsung
sampai menjadi produk selesai, produk rusak ini juga
menelan beberapa elemen biaya dari awal produksi
sampai akhir produksi. Elemen- elemen biaya tersebut
diantaranya: biaya bahan baku, biaya tenaga kerja,
dan biaya overhead pabrik. Berdasarkan ketiga elemen
biaya yang sudah digunakan dapat dibuat laporan
keuangan untuk produk rusak.
Berdasarkan uraian yang dikemukakan sebelumnya
maka yang menjadi kerangka berpikir dalam penulisan
proposal ini dapat penulis sajikan sebagai berikut:
31
Laporan keuangan
Laporan Laba Rugi
Laporan perubahan
Biaya produksi
1. Biaya Bahan baku
2. Biaya Tenaga Kerja
3. Biaya Overhead
Produk Selesai
1. Produk
Baik
2. Produk
Gambar 2.1
Kerangka Berpikir
2. HIPOTESIS
Berdasakan permasalahan diatas peneliti dapat
memberikan hipotesis sebagai berikut: Bila
perusahan dapat menagani dan mengetahui jumlah produk
rusak dengan baik, maka perusahan akan dapat menyusus
laporan keuangan yang benar dan tepat.
32
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Lokasi dan Obyek Penelitian
1. Lokasi Penelitian
Penelitian dilakukan Pada CV. Pranata Karya
Sejahtera, Jln. Eltari II Liliba Kupang
2. Obyek Penelitian
33
Penelitian ini dilakukan pada Pengaruh Produk
Rusak dan Perlakuannya dalam Penyusunan laporan
keuangan.
B. Jenis dan Sumber Data
1. Jenis Data
Jenis data yang diperoleh penulis dalam
penelitian ini sebagai berikut :
a. Data Kuantitatif
Menurut Kuncoro (2003 : 124), data
kuantitatif adalah data yang diukur dalam
suatu skala numerik (angka). Data kuantitatif
yang diperoleh dari perusahaan berupa laporan
keuangan atau catatan – catatan lainnya. Data
kuantitatif tersebut dihimpun dalam bentuk
jumlah atau angka-angka kemudian ditabulasi
dan dipresentasi.
b. Data Kualitatif
Menurut Kuncoro (2003 : 124), data kualitatif
adalah data – data yang tidak dapat diukur
dalam skla numeric (angka). Data kualitatif
yang diperoleh dari perusahaan seperti
sejarah berdirinya perisahaan, visi misi
perusahaan dan struktur organisasinya.
34
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah :
1. Data primer yaitu data pendukung yang
diperoleh secara langsung dari perusahaan
yang berhubungan dengan objek penelitian
seperti dokumen sumber dan transaksi.
2. Data sekunder yaitu data pendukung yang
diperoleh baik dari dalam perusahaan maupun
sumber lainnya yang sifatnya melengkapi data
primer. Data sekunder merupakan data primer
yang telah diolah lebih lanjut, misalnya
dalam bentuk tabel, grafik, diagram, gambar,
dan sebagainya, sehingga dapat lebih
informatif jika digunakan pihak lain. Data
sekunder digunakan oleh pariset untuk
diproses lebih lanjut, misalnya laporan
keuangan, yang kemudian akan diolah untuk
menilai kinerja perusahaan (Husein Umar, 2003
: 60).
C. Metode Pengumpulan Data
1. Observasi
Menurut Sugiono (2005 : 138), Observasi adalah
teknik pengumpulan data yang mempunyai ciri
spesifik bila dibandingkan dengan teknik yang
35
lain yaitu wawancara dan kuesioner. Pada teknik
ini penulis mengumpulkan data dengan cara
mengadakan pengamatan lansung pada CV. Pranata
Karya Sejahtera guna memperoleh data dan
informasi yang diperlukan.
2. Wawancara
Menurut Sugiono (2005 : 130), Wawancara adalah
teknik pengumpulan data yang mendasarkan diri
pada laporan tentang diri sendiri atau setidak-
tidaknya pada pengetahuan dan keyakinan
pribadi.
3. Dokumen
Menurut Sugiono (2005 : 135), Dokumen adalah
teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara mengamati dokumen – dokumen perusahaan
yang diperlukan untuk penyusunan laporan
keuangan.
4. Kepustakaan
Menurut Sugiono (2005 : 136), Kepustakaan
adalah teknik pengumpulan data dengan melakukan
studi kepustakaan, melalui penelitian atas
literature-literature, referensi-referensi yang
berkaitan dengan masalah yang dihadapi.
D. Metode Analisis Data
36
Teknik analisa data yang digunakan adalah
metode deskriptif kualitatif yaitu dimana semua data
dikumpulkan, diklasifikasikan dan di susun secara
sistematis, sehingga diperoleh suatu kesimpulan dan
kemudian dibandingkan dengan teori yang ada
hubungannya dengan masalah tersebut di atas.
E. Jangka Waktu Penelitian
37
Penelitian ini akan dilaksanakan selama 8 minggu
dengan perincian sebagai berikut:
Tahap
Pelaksanaan
Penulisan
BulanJuni Juli
I II III IV I II III IV
Persiapan
Pengumpulan
data
Analisis data
Konsultasi
Penyusunan
laporan
Tabel 3.1.
Bagan perencanan penulisan laporan tugas akhir
F. Biaya Penulisan Laporan Tugas Akhir
Biaya yang digunakan dalam penelitian ini sebesar
Rp 1.300.000; dengan perincian sebagai berikut :
No Tahap Pelaksanaan Penulisan Jumlah1. Persiapan Rp.
250.000;2. Pengumpulan Data Rp.
200.000;
38
3. Pengetikkan Rp.
200.000;4 Pejilidan Rp.
200.000;5. Transportasi Rp.
200.000;6. Lain – lain Rp.
250.000;Total Rp.
1.300.000;Tabel 3.2.
Bagan Perencanan Biaya Penulisan Tugas Akhir
BAB IV
PEMBAHASAN MASALAH
A. Gambaran umum perusahan
1.Sejarah berdirinya perusahan
Perusahan CV. Pranata Karya Sejahtera adalah
salah satu perusahan yang bergerak dibidang
industri batako. Perusahan ini berlokasi
dikelurahan Liliba kecematan Maulafa kota Kupang.
CV. Pranata Karya Sejahtera didirikan oleh Bapak
Umbu, salah satu pengusahan pribumi yang bertujaun
ingin membantu masyarakat umum dalam memenuhi
kebutuhan akan pembangunan.
39
Perusahan ini dibuat hanya dengan bermodalkan
pengalaman, ketekunan dan kemauan yang keras. Awal
berdirinya CV. Pranata Karya Sejahtera pada Bulan
Agustus 2005.
2.STRUKTUR ORGANISASI
Struktur organisasi merupakan suatu gambaran
yang menunjukkan hubungan kerja sama antar semua
unsur baik pimpinan maupun karyawan perusahaan
yang disertai dengan pembagian tugas dan wewenang,
serta tanggung jawab dari masing-masing bagian,
untuk bersama-sama bekerja guna mencapai tujuan
dari perusahaan tersebut. Struktur organisasi
dirancang untuk memperlancar jalannya kegiatan
perusahaan berdasarkan jenjang pembatasan wewenang
tugas dan tanggung jawab masing-masing bagian
dalam perusahaan.
Perusahaan batako CV. Pranata Karya Sejahtera
Kupang sebenarya belum memiliki struktur
organisasi yang jelas dan terstruktur dengan baik,
dan hanya terdiri dari pimpinan perusahaan yang
menangani semua pekerjaan, seperti membeli bahan
baku, membayar upah karyawan, menjual atau
memasarkan produk yang dihasilkan, dan mengontrol
pekerjaan karyawan. Karena dengan adanya struktur
organisasi yang baik dalam perusahaan maka akan
40
terjadi hubungan kerja sama yang baik dan teratur,
karena masing-masing kelompok atau karyawan telah
mengetahui dengan jelas tugas dan tanggung jawab
dalam menjalankan setiap pekerjaan sehingga tidak
terjadi tumpang tindih dalam pekerjaan, sekaligus
menghindari ketimpangan maupun penyelewengan
keuangan perusahaan.
Berdasarkan pengertian di atas maka struktur
organisasi CV. Pranata Karya Sejahtera sebagia
Berikut :
Gambar 4.1Struktur Organisasi CV. Pranata Karya Sejahtera Kupang
Sumber : CV. Pranata karya Sejahtera
41
DIREKTUR
WAKIL DIREKTUR
ADMINISTRASI DANKEUANGAN
LOGISTIKPERALATAN
SOPIR HARIAN LEPAS /BURUH
Sebagai pencapaian tujuan perusahan
ditetapakan pembagian tanggung jaawab dan wewenang
dari masing-masing fungsi seperti dibawah ini :
1.Direktur
a. Sebagai penanggung jawab perusahan.
b. Mengatur dan mengkordinir semua unsur dalam
perusahan.
c. Membantu dan menetapkan semua rencana yang
berkaitan dengan kegaiatan operasi perusahan
dalam rangka pencapaia tujuan perusahan.
d. Mengadakan koordinasi terhadap setiap
kegiatan didalam bidang produksi sehingga proses
produksi dapat berjalan dengan lancar.
e. Melakukan pengawasan terhadap semua kegiatan
perusahaan.
2.Wakil direktur
a. Membnatu tugas direktur dalam menjalankan
misi perusahan dan apabila pimpinan berhalangan
maka wakil direktur mempunyai kewajiban membantu
direktur dalam menentukan kebijaksanan
perusahaan.
b. Membayar gaji kepada selur Bagian Adimistrasi
dan keuangan
a. Melakukan pencatatan terhadap transaksi yang
menyangkut pemasukan dan pengeluaran.
42
b. Melakukan penagihan terhadap piutang
perusahaan.
c. Menyusun anggaran kerja untuk jenis pekerjaan
yang dilakukan.
d. Menjalankan kegiatan-kegiatan yang bersifat
administrasi terutama dengan pihak-pihak yang
berhubungan dengan produksi.
e. Melaporkan pertanggungjawaban keuangan
terhadap atasan.
3.Bagian Logistik Peralatan
a. Bertanggungjawab terhadap pemeliharaan
peralatan dan mesin.
b. Merencanakan dan mengawasi penggunan dan
persedian bahan baku.
4.Buruh Atau Tenaga Kerja
Bertugas Melaksanakan Berbagai Jenis Kegiatan
Pekerjaan Sesuai Dengan Tugas Masing-Masing
Berdasarkan Perintah Atasan Dan Diawasi Langsung
Oleh Pimpinan.
3. Tenaga Kerja
Suatu perusahan sangat tergantung pada
kemampuan para karyawan sebagai tenaga aktif.
Fungsi manajemen yang ada dalam perusahan karena
dengan menepatkan tenaga kerja yang baik dari segi
kualitas maupun kuantitasnya serta pemberian gaji
43
dan upah sesuai dengan tugas dan tanggung jawabnya
dengan baik sehingga tujuan perusahan tercapai.
Tenaga kerja yang ada pada CV. Pranata Karya
Sejahtera sampai dengan ini sebanyak 17 orang yang
terdiri dari tenaga langsung sebanyak 15 orang dan
kerja tidak langsung sebanyak 2 orang.
4. Modal Usaha
Modal merupakan suatu syarat yang harus
dimiliki oleh perusahan, karena modal adalah
sumber dana yang dapat menggerakan semua aktifitas
perusahan.Sama halnya CV. Pranata karya sejahtera,
modal memegang peranan penting untuk
mempertahankan dan melanjutkan kehidupan
perusahan. Modal yang dimaksud disini adalah
berupa uang tunai dan modal berupa harta tetap
yang terdiri dari tanah, gedung, kenderaan dan
peralatan.
Modal awal perusahan ini dalam mengelolah
usahanya adalah sebesar Rp. 244.000.000.- yang
terdiri dari kas sebesar Rp.25.000.000,- pinjaman
sebesar Rp. 15.000.000,- gedung sebesar
Rp.20.000.000,- tanah sebesar Rp.35.000.000,-
kenderaan sebesar Rp. 135.000.000 dan peralatan
sebesar Rp. 14.000.000,-
Peralatan pabrik yang digunakan dalam
kegiatan proses produksi CV. Pranata karya
44
sejahtera terdiri dari Mesin pres sebanyak 2 unit,
sekop sebanyak 5 unit, gerobak sebanyak 2 unit,
dan ember sebanyak 5 unit.
5. Proses Produksi
Sebelum berlansungnya proses produksi CV.
Pranata karya sejahtera menyiapkan bahan-bahan dan
tenaga kerja untuk kelancaran proses produksi.
Persiapan-persiapan meliputi
a. Bahan Baku
Bahan baku yang digunakan untuk memproduksi
Batako dibagi atas 2 yaitu Semen dan Tanah
Putih.
b. Tenaga Kerja
Tenaga kerja yang dimaksud adalah orang-orang
yang sudah terlibat secara langsung dalam proses
produksi.
c. Bahan penolong
Bahan penolong merupakan salah satu komponen
yang digunakan dalam kegiataan produksi yang
sifatnya melengkapi saja produk yang dihasilkan
seperti Air.
Proses produksi yang dilakukan oleh
perusahaan CV. Pranata karya sejahtera untuk
membuat sebuah Batako berdasarkan hasil pengamatan
penulis dilaksanakan melalui 4 tahap yaitu :
45
1) Tahap Persiapan
Tahap ini adalah tahap persiapan semua bahan
baku yang akan digunakan dalam proses
produksi.
2) Tahap pencampuran
Tahap ini bahan-bahan yang telah disiapakan
ditakar sesuai dengan kompesisinya. Takaraan
yang digunakan oleh CV. Pranata Karya
Sejahtera yakni :
1 Sak Semen : 3 Gerobak Tanah Putih
Proses produksi batako ini dapat dilaksanakan
sebanyak 4 kali.
Bahan-bahan yang sudah ditakar tadi kemudian
dicampur dengan air sebagai bahan penolong.
3) Tahap Percetakan
Campuran bahan baku tadi kemudian dimasukan
kedalam mesin press yang telah dilengkapai
dengan mall, sehingga tercetak dengan
sendirinya diatas papan yang telah disediakan
dibawah mesin.
4) Tahap penjemuran
Batako yang berada diatas papan diangkat dan
dijemur. Tahap penjemuran ini
diklasifikasikan menjadi dua tahap yaitu:
a. Tahap penjemuran I
46
Batako dijemur diatas papan sampai menjadi
agak kering agar dapat dipindahkan.
b. Tahap penjemuran II
Batako yang berada diatas papan setelah
dianggap kering dilepas dan dijemur lagi
selama kurang lebih 1 minggu.
6. Kapasitas Produksi
Demi kepentinagn analisa data dalam
penelitian ini maka penulis mengambil data
produksi selama 1 tahun periode yakni selama tahun
2011 dan produk yang di produksi berupa batu
batako. Kapasitas prouksi batako selama setahun
sebesar 47.500 unit. Terdapat sejumlah produk yang
mengalami kerusakan. Produk rusak yang dimaksud
disini adalah hancur, patah berkeping-keping, atau
secara ekonomis tidak dapat diperbaiki lagi.
Selama setahun produk rusak yang di produksi
sebanyak 22.500 unit.
B. Analisa Hasil Penelitian Dan Pembahaasan
1. Perlakuan Harga Produk Rusak
Suatu pengolahan produk dapat timbul produk
rusak yaitu produk yang kondisinya rusak atau
tidak memenuhi standar mutu yang telah ditentukan
dan tidak dapat diperbaiki secara ekonomis menjadi
47
produk baik, meskipun mungkin secar teknik dapat
diperbaiki akan berakibat biaya perbaikan
jumlahnya lebih tinggi dibandingkan dengan
kenaikan nilai atau manfaat adanya perbaikan
tersebut. Produk rusak mempunyai beberapa sifat
antara lain rusak karena kesalahan proses produksi
atau tidak adanya pegawasan, produk rusak normal
dan produk rusak karena hal luar biasa sifatnya.
Berdasarkan penelitian ini penulis ingin melakukan
analisa dengan melihat pada sifat produk rusak
yang normal. Produk rusak biasanya diketahuai
setelah selesai produksi sehingga dalam
perhitungan produk ekuivalen jumlah produk rusak
dianggap sudah menikmati biaya produksi secara
penuh.
Sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan
berdasarkan tabel diatas maka kondisi rill
perusahan menunjukan suatau hal yang tidak sesuai
apa yang diharapakan, dimana produk rusak selama
tahun 2011 adalah sebanyak 22.500 Ini menyebakan
kerugian yang cukup besar yang dialamai oleh
perusahan karean produk rusak ini menyebabkan
berkurangnya persedian bahan baku. Dilihat dari
harga bahan baku sekarang ini yang sering naik
tingkat harganya hampir tiap bulan. Kesalahan yang
timbul karena produk rusak ini diakibatkan kerena
48
kurang kontrol dan kurang adanaya konsentrasi
dalam bekerja dan juga kelelahan yang dialami oleh
tenaga kerja.
Oleh kerena itu untuk mengetahui berapa besar
harga pokok produk yang dibebankan pada produk
rusak, maka berikut ini peneliti dapat melakuakn
perhitungan dengan menggunakan rumus yang sudah
ada yaitu :
Batako 2011
Harga pokok satuan rata-rata produk = Jumlah
Elemen Biaya
Jumlah Produk
Harga pokok satuan rata-rata produk =
433.732.482
472.500
= 918
Pembebanan produk rusak dapat dilihat dengan
menggunakan rumus sebagai berikut:
Harga Pokok produk rusak yang dibebankan = Jumlah
produk rusak x Harga pokok satuan rata-rata
produk.
22.500 x Rp. 918 = Rp. 20.655.000
Berdasarkan data diatas maka diperoleh
gambaran bahawa produk rusak yang terjadi pada
Batako sebanyak 22.500 pembebanan harga pokok
produk rusak sebesar Rp. 20.655.000,- Sesuai
49
dengan prinsip dan sifat produk rusak yang
bersifat normal maka harga pokok produk rusak ini
akan dibebankan pada BOP Sesungguhnya. Sesuai
dengan landasan teori yang sudah ada bahwa ada
produk rusak yang tidak laku dijual akan tetapi
ada produk yang laku dijual. Berikut ini adalah
produk rusak yang laku dijual. Akan tetapi produk
rusak yang laku dijual harga jualnya dibagi 2
harga jual produk normal.
Produk batako rusak yang laku dijual sebanyak
350 unit dengan harga jual Rp. 1100 dengan pendapatan
sebesar Rp. 385.000,-
2. Analisa pengaruh produk rusak terhadap laporan
keuangan
Produk rusak dalam analisa ini dibebankan
pada biaya overhead pabrik. Sebelum mengalokasikan
pembebanan harga produk rusak kepada biaya overhead
pabrik maka berikut ini penulis mengumukan terlebih
dahulu mengenai jumlah BOP yang dikeluarkan selama
tahun 2011 dapat dilihat pada tabel berikut ini.
No. Komponen BOP Jumlah BOP
( Rp) 1. Air dan Listrik 4.000.0002. Bahan Bakar 3.125.000
50
3. Biaya Penyusutan Aktiva
tetap
17.821.482
TOTAL 25. 036. 482Tabel 4.1.
Biaya Overhead Pabrik
Berdasarkan tabel diatas maka dapat dilihat
bahawa BOP yang terjadi selama tahun 2011 sebesar
Rp. 25.036.482,- dari jumlah ini dapat diketahui
besar BOP perbulan adalah Rp. 2. 086.373,5,-
Disamping biaya overhead pabrik komponen
biaya produski berikut adalah biaya bahan baku.
Bahan baku yang digunkan oleh CV. Pranata Karya
sejahtera adalah semen dan tanah putih. Tentang
pemakian bahan baku dapat dilihat pada tabel
berikut ini :
No
.
Jenis
Barang
Satuan
( Unit )
Harga
satuan
(Rp)
HP bahan
baku
( Rp) 1. Semen 6552 sak 48.000 314.496.
0002. Tanah
Putih
312 ret 175.000 54.600
.000 T
OTAL
369.096.
000Tabel 4.2.
Biaya Pemakaian Bahan Baku
51
Berdasarakan perhitungan biaya bahan baku
dalam tabel diatas maka dapat ditentukan biaya
bahan baku selama tahun 2011 sebesar Rp.
369.096.000,- walaupun dalam data produksi
terdapat jumlah produk yang tidak sama.
Setelah itu penulis akan menampilkan biaya
tenaga kerja yang merupakan salah satu faktor
produksi utama dalam proses produksi yang akan
ditunjukan dalam tabel berikut ini:
No
.
Keterangan Jumlah.
TK
Upah /
Bulan
Jumlah
1. Tenaga kerja
langsung
15
orang
Rp. 200.000 Rp.3.000.0
002. Tenaga kerja
tak langsung
2 orang Rp.
150.000
Rp.
300.000TOTAL Rp.
3.300.000Tabel 4.3.
Biaya Tenaga Kerja Pada CV. Pranata KaryaSejahteraBulanan
Berdasarkan data biaya tenaga kerja diatas
dapat ditentukan biaya tenaga kerja untuk tahun
2011 adalah sebesar Rp. 39.600.00,-. Setelah kita
ketahui jumlah komponen harga pokok produksi
52
tersebut maka kita dapat menghitung biaya produksi
sebagai berikut :
Biaya bahan
baku ................................... Rp.
369.096.000,-
Biaya tenaga
kerja ................................... Rp.
39.600.000,-
Biaya overhead
pabrik ............................ Rp. 25.036.
482,-
Total Biaya Produksi Rp.
433.732.482
Untuk menyusun laporan keuangan CV. Pranata
Karya Sejahtera, maka sebelumnya penulis akan
menampilkan rata-rata harga jual batako per unit
sebagai berikut :
Produk = Harga Jual Rata-rata / unit x
Jumlah Produksi
Batako = Rp. 2.200 x 472.500
= Rp1.039.500.000.-
1. Laporan Rugi Laba
CV. PRANATA KARYA SEJAHTERA
LAPORAN RUGI LABA
53
TAHUN 2011Penjualan batako
Rp. 1.039.500.00
Biaya-biaya produksi
Biaya bahan baku Rp. 369.096.000
Biaya tenaga kerja Rp. 39.600.000
Biaya overhead pabrik Rp. 25.036.482
Harga pokok produksi ( Rp.
433.732.482)
Laba Kotor
Rp. 605.767.482
Harga pokok produk rusak Rp. 20.655.000
Penjualan produk rusak (Rp.385.000)
Rugi produk rusak
Rp. 20.270.000
Laba bersih sebelum pajak
Rp. 585.497.482
Pajak penghasilan
(Rp.150. 649.244)
Laba Bersih
Rp. 434.848.238Tabel 4.4.
Laporan Laba Rugi CV. Pranata Karya Sejahtera2011
Berdasarkan perhitungan tersebut maka dapat
dilihat dengan jelas bahwa pengaruh produk rusak
54
terhadap laba kotor perusahan sebesar Rp.
20.270.000,- atau dapat dipresentasikan sebesar 53
%.
2. Laporan perubahan Modal
CV. PRANATA KARYA SEJAHTERA
LAPORAN PERUBAHAN MODAL
2011Modal Awal Rp. 244.000.000,-
Laba bersih Rp. 434.848.238
Prive (Rp. 75.000.000)
Penambahan modal Rp. 359.848.238
Modal Akhir Rp. 603.848.238,-
Tabel 4.5.Laporan Perubahan Modal CV. Pranata Karya
Sejahtera
Berdasarkan dari perhitungan diatas maka
besarnya modal akhir CV. Pranata Karya Sejahtera
pada tahun 2011 sebesar Rp. 603.848.238,-
3. Neraca
CV. PRANATA KARYA SEJAHTERA
NERACA
2011 AKTIVA
55
Aktiva lancar
Kas Rp. 25.000.000
Piutang dagang Rp. 15.000.000
Perlengkapan Rp. 10.000.000
Jumlah Aktiva Lancar Rp.50.000.000
Aktiva Tetap
Tanah Rp. 35.000.000
Gedung Rp. 20.000.000
Akum. Penyu. (Rp. 1.200.000)
Rp. 18.800.000
Peralatan Rp. 14.000.000
Akum. Penyu. (Rp. 6.200.000)
Rp. 7.800.000
Kenderaan Rp. 135.000.000
Akum. Penyu. (Rp. 8.600.000)
Rp. 126.400.00
Jumlah Aktiva Tetap Rp.189.200.000
TOTAL AKTIVA Rp. 239.200.000
PASIVA
Hutang Lancar
Hutang Dagang Rp. 20.750.000
Hutang Upah Rp. 6.250.000
Hutang Pajak Rp. 37.893.537,5
Jumlah Hutang Rp. 64.893.537,5
Modal Pemilik
56
Modal Rp. 174.306.646,5
Jumlah modal kepimilikan Rp.
174.306.646,5
TOTAL PASIVA Rp. 239.200.000Tabel 4.6.
Neraca CV. Pranata Karya Sejahtera
Berdasarkan pada neraca diatas dapat dilihat
bahwa jumlah aktiva dan pasiva CV. Pranata Karya
Sejahtera seimbang.
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dan uraian-uraian pada bab iv
yang lalu, berikut ini beberapa kesimpulan yang
berhasil dirumuskan sebagai berikut:
1. CV. Pranata Karya Sejahtera merupakan bergerak
di bidang usaha industri batako.
57
2. Biaya merupakan salah satu faktor yang
menentukan tinggi rendahnya harga jual produk.
3. Dilihat dari hasil penelitian ditemui bahwa
tidak adanya pengawasan terhadap tenaga kerja
dalam proses produksi khususnya dalam tahap
penjemuran seperti pada tahap 4 bagian I yang
seharusnya pada tahap penjemuran I batako
dijemur sampai agak kering kemudian dipindahkan
atau dimasukan dalam tahap penjemuran II.
Tetapi disini batako belum kering tapi sudah
pindahkan ke tahap berikutnya yaitu tahap
penjemuran II, hal ini mengakibatkan
meingkatnya produk rusak.
4. Dilihat bahwa harga pokok produk rusak tidak
diperhitungkan(dikurangkan) ke Harga pokok
produksi, hal ini akan berpengaruh pada Harga
Pokok Produk yang sebenarnya.
5. Laporan keuangan yang ada tidak sesuai karena
produk rusak tidak diperhitungkan terhadap
laba.
B. SARAN
Melalui hasil pengamatan dan penelitian
penulis yang dituangkan dalam bentuk kesimpulan
maka penulis mengemukakan saran-saran yang dapat
58
mungkin bermanfaat bagi pihak perusahan dan para
pembaca:
1. Meningkatnya harga bahan baku dari tahun ke
tahun diharapkan bagi perusahan agar dapat
mengambil langkah-langkah yang efesien dan
efektif agar biaya produksi dapat ditekan
dengan tidak mengurangi mutu prroduk agar mampu
bersaingan dipasar dengan harga yang
terjangkau.
2. Pihak perusahan diharapkan perlu
mempertimbangkan tentang ketrampilan dan
kemahiran para buruh yang digunakan untuk
mengerjekan proses produksi agar terhindar dari
pemkaian bahan baku dan mengurangai jumlah
produk rusak.
3. Harus adanya pengawasan pada proses produksi.
4. Perlu adanya Perhitungan Produk Rusak
terhadap laba agar dapat mengetaui laba yang
sebenarnya.
59