BAB II PEMBAHASAN Peranan Keluarga Terhadap Pencegahan Kekambuhan
-
Upload
universitasnegeripadang -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II PEMBAHASAN Peranan Keluarga Terhadap Pencegahan Kekambuhan
BAB II
PEMBAHASAN
Peranan Keluarga Terhadap Pencegahan Kekambuhan
Penderita Gangguan Jiwa
I. Gangguan Jiwa
A. Pengertian gangguan jiwa
Gangguan jiwa adalah gangguan yang mengenai satu atau lebih
fungsi jiwa.Gangguan jiwa adalah gangguan otak yang ditandai oleh
terganggunya emosi, proses berpikir, perilaku, dan persepsi
(penangkapan panca indera).Gangguan jiwa ini menimbulkan stress
dan penderitaan bagi penderita (dan keluarganya) (Stuart &
Sundeen, 1998).
Gangguan jiwa dapat mengenai setiap orang, tanpa mengenal
umur, ras, agama, maupun status sosial-ekonomi.Gangguan jiwa
bukan disebabkan oleh kelemahan pribadi.Di masyarakat banyak
beredar kepercayaan atau mitos yang salah mengenai gangguan jiwa,
ada yang percaya bahwa gangguan jiwadisebabkan oleh gangguan roh
jahat, ada yang menuduh bahwa itu akibat guna-guna, karena
kutukan atau hukuman atas dosanya. Kepercayaan yang salah ini
1
hanya akan merugikan penderita dan keluarganya karena pengidap
gangguan jiwa tidak mendapat pengobatan secara cepat dan tepat
(Notosoedirjo, 2005).
B. Penyebab Gangguan Jiwa
Gejala utama atau gejala yang menonjol pada gangguan jiwa
terdapat pada unsur kejiwaan, tetapi penyebab utamanya mungkin di
badan (somatogenik), di lingkungan sosial (sosiogenik) ataupun
psikis (psikogenik), (Maramis1994). Biasanya tidak terdapat
penyebab tunggal, akan tetapi beberapa penyebab sekaligus dari
berbagai unsur itu yang saling mempengaruhi atau kebetulan
terjadi bersamaan, lalu timbulah gangguan badan ataupun jiwa.
C. Macam Macam Gangguan jiwa
Gangguan jiwa artinya bahwa yang menonjol ialah gejala-
gejala yang psikologik dari unsur psikis (Maramis, 1994).
Macam-macam gangguan jiwa (Rusdi Maslim, 1998): Gangguan jiwa
organik dan simtomatik, skizofrenia, gangguan skizotipal dan
gangguan waham, gangguan suasana perasaan, gangguan neurotik,
gangguan somatoform, sindrom perilaku yang berhubungan dengan
gangguan fisiologis dan faktor fisik, Gangguan kepribadian dan2
perilaku masa dewasa, retardasi mental, gangguan perkembangan
psikologis, gangguan perilaku dan emosional dengan onset masa
kanak dan remaja.
a. Skizofrenia
Merupakan bentuk psikosa fungsional paling berat, dan
menimbulkan disorganisasi personalitas yang terbesar. Skizofrenia
juga merupakan suatu bentuk psikosa yang sering dijumpai dimana-
mana sejak dahulu kala.Meskipun demikian pengetahuan kita tentang
sebab-musabab dan patogenisanya sangat kurang (Maramis,
1994).Dalam kasus berat, klien tidak mempunyai kontak dengan
realitas, sehingga pemikiran dan perilakunya abnormal. Perjalanan
penyakit ini secara bertahap akan menuju kearah kronisitas,
tetapi sekali-kali bisa timbul serangan. Jarang bisa terjadi
pemulihan sempurna dengan spontan dan jika tidak diobati biasanya
berakhir dengan personalitas yang rusak ” cacat ” (Ingram et
al.,1995).
b. Depresi
Merupakan satu masa terganggunya fungsi manusia yang
berkaitan dengan alam perasaan yang sedih dan gejala penyertanya,
termasuk perubahan pada pola tidur dan nafsu makan, psikomotor,
3
konsentrasi, kelelahan, rasa putus asa dan tak berdaya, serta
gagasan bunuh diri (Kaplan, 1998).Depresi juga dapat diartikan
sebagai salah satu bentuk gangguan kejiwaan pada alam perasaan
yang ditandai dengan kemurungan, keleluasaan, ketiadaan gairah
hidup, perasaan tidak berguna, putus asa dan lain sebagainya
(Hawari, 1997).Depresi adalah suatu perasaan sedih dan yang
berhubungan dengan penderitaan.Dapat berupa serangan yang
ditujukan pada diri sendiri atau perasaan marah yang mendalam
(Nugroho, 2000). Depresi adalah gangguan patologis terhadap mood
mempunyai karakteristik berupa bermacam-macam perasaan, sikap dan
kepercayaan bahwa seseorang hidup menyendiri, pesimis, putus asa,
ketidak berdayaan, harga diri rendah, bersalah, harapan yang
negatif dan takut pada bahaya yang akan datang. Depresi
menyerupai kesedihan yang merupakan perasaan normal yang muncul
sebagai akibat dari situasi tertentu misalnya kematian orang yang
dicintai. Sebagai ganti rasa ketidaktahuan akan kehilangan
seseorang akan menolak kehilangan dan menunjukkan kesedihan
dengan tanda depresi (Rawlins et al., 1993). Individu yang
menderita suasana perasaan (mood) yang depresi biasanya akan
kehilangan minat dan kegembiraan, dan berkurangnya energi yang
4
menuju keadaan mudah lelah dan berkurangnya aktifitas (Depkes,
1993). Depresi dianggap normal terhadap banyak stress kehidupan
dan
abnormal hanya jika ia tidak sebanding dengan peristiwa
penyebabnya dan terus berlangsung sampai titik dimana sebagian
besar orang mulai pulih (Atkinson, 2000).
c. Kecemasan
Sebagai pengalaman psikis yang biasa dan wajar, yang pernah
dialami oleh setiap orang dalam rangka memacu individu untuk
mengatasi masalah yang dihadapi sebaik-baiknya, Maslim
(1991).Suatu keadaan seseorang merasa khawatir dan takut sebagai
bentuk reaksi dari ancaman yang tidak spesifik (Rawlins
1993).Penyebabnya maupun sumber biasanya tidak diketahui atau
tidak dikenali.Intensitas kecemasan dibedakan dari kecemasan
tingkat ringan sampai tingkat berat.Menurut Sundeen (1995)
mengidentifikasi rentang respon kecemasan kedalam empat tingkatan
yang meliputi, kecemasn ringan, sedang, berat dan kecemasan
panik.
d. Gangguan kepribadian
5
Klinik menunjukkan bahwa gejala-gejala gangguan kepribadian
(psikopatia) dan gejala-gejala nerosa berbentuk hampir sama pada
orang-orang dengan intelegensi tinggi ataupun rendah. Jadi boleh
dikatakan bahwa gangguan kepribadian, nerosa dan gangguan
intelegensi sebagaian besar tidak tergantung pada satu dan lain
atau tidak berkorelasi. Klasifikasi gangguan kepribadian:
kepribadian paranoid, kepribadian afektif atau siklotemik,
kepribadian skizoid, kepribadian axplosif, kepribadian anankastik
atau obsesif-konpulsif, kepribadian histerik, kepribadian
astenik, kepribadian antisosial, Kepribadian pasif agresif,
kepribadian inadequate.( Maslim,1998).
e. Gangguan mental organik
Merupakan gangguan jiwa yang psikotik atau non-psikotik
yang disebabkan oleh gangguan fungsi jaringan otak
(Maramis,1994). Gangguan fungsi jaringan otak ini dapat
disebabkan oleh penyakit badaniah yang terutama mengenai otak
atau yang terutama diluar otak. Bila bagian otak yang terganggu
itu luas , maka gangguan dasar mengenai fungsi mental sama saja,
tidak tergantung pada penyakit yang menyebabkannya bila hanya
bagian otak dengan fungsi tertentu saja yang terganggu, maka
6
lokasi inilah yang menentukan gejala dan sindroma, bukan penyakit
yang menyebabkannya. Pembagian menjadi psikotik dan tidak
psikotik lebih menunjukkan kepada berat gangguan otak pada suatu
penyakit tertentu daripada pembagian akut dan menahun.
f. Gangguan psikosomatik
Merupakan komponen psikologik yang diikuti gangguan fungsi
badaniah (Maramis, 1994).Sering terjadi perkembangan neurotik
yang memperlihatkan sebagian besar atau semata-mata karena
gangguan fungsi alat-alat tubuh yang dikuasai oleh susunan saraf
vegetatif. Gangguan psikosomatik dapat disamakan dengan apa yang
dinamakan dahulu neurosa organ. Karena biasanya hanya fungsi
faaliah yang terganggu, maka sering disebut juga gangguan
psikofisiologik.
g. Retardasi Mental
Retardasi mental merupakan keadaan perkembangan jiwa yang
terhenti atau tidak lengkap, yang terutama ditandai oleh
terjadinya hendaya keterampilan selama masa perkembangan,
sehingga berpengaruh pada tingkat kecerdasan secara
menyeluruh, misalnya kemampuan kognitif, bahasa, motorik dan
sosial (Maslim,1998).
7
D. Pencegahan Kekambuhan Gangguan Jiwa
Pencegahan Kekambuhan adalah mencegah terjadinya peristiwa
timbulnya kembali gejala-gejala yang sebelumnya sudah memperoleh
kemajuan (Stiart dan Laraia, 2001). Pada gangguan jiwa kronis
diperkirakan mengalami kekambuhan 50% pada tahun pertama, dan 79%
pada tahun ke dua (Yosep, 2006). Kekambuhan biasa terjadi karena
adanya kejadian-kejadian buruk sebelum mereka kambuh (Wiramis
harja, 2007).
Empat faktor penyebab klien kambuh dan perlu dirawat di
rumah sakit, menurut Sullinger (1988) :
1. Klien: Sudah umum diketahui bahwa klien yang gagal memakan
obat secara teratur mempunyai kecenderungan untuk kambuh.
Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan 25% sampai 50% klien
yang pulang dari rumah sakit tidak memakan obat secara
teratur.
2. Dokter (pemberi resep): Makan obat yang teratur dapat
mengurangi kambuh, namun pemakaian obat neuroleptic yang lama
dapat menimbulkan efek samping Tardive Diskinesia yang dapat
8
mengganggu hubungan sosial seperti gerakan yang tidak
terkontrol.
3. Penanggung jawab klien: Setelah klien pulang ke rumah maka
perawat puskesmas tetap bertanggung jawab atas program
adaptasi klien di rumah.
4. Keluarga: Berdasarkan penelitian di Inggris dan Amerika
keluarga dengan ekspresi emosi yang tinggi (bermusuhan,
mengkritik, tidak ramah, banyak menekan dan menyalahkan),
hasilnya 57% kembali dirawat dari keluarga dengan ekspresi
emosi yang tinggi dan 17% kembali dirawat dari keluarga dengan
ekspresi emosi keluarga yang rendah. Selain itu klien juga
mudah dipengaruhi oleh stress yang menyenangkan (naik pangkat,
menikah) maupun yang menyedihkan (kematian/kecelakaan). Dengan
terapi keluarga klien dan keluarga dapat mengatasi dan
mengurangi stress. Cara terapi bisanya:Mengumpulkan semua
anggota keluarga dan memberi kesempatan menyampaikan perasaan-
perasaannya. Memberi kesempatan untuk menambah ilmu dan
wawasan baru
9
kepada klien ganguan jiwa, memfasilitasi untuk hijrah menemukan
situasi dan pengalaman baru.
Beberapa gejala kambuh yang perlu diidentifikasi oleh klien
dan keluarganya yaitu :
1. Menjadi ragu-ragu dan serba takut (nervous)
2. Tidak nafsu makan
3. Sukar konsentrasi
4. Sulit tidur
5. Depresi
6. Tidak ada minat
7. Menarik diri
Setelah klien pulang ke rumah, sebaiknya klien melakukan
perawatan lanjutan pada puskesmas di wilayahnya yang mempunyai
program kesehatan jiwa. Perawat komuniti yang menangani klien
dapat menganggap rumah klien sebagai “ruangan perawatan”.
Perawat, klien dan keluarga besar sama untuk membantu proses
adaptasi klien di dalam keluarga dan masyarakat. Perawat dapat
membuat kontrak dengan keluarga tentang jadwal kunjungan rumah
dan after care di puskesmas.
10
Keluarga merupakan unit yang paling dekat dengan klien dan
merupakan “perawat utama” bagi klien. Keluarga berperan dalam
menentukan cara atau asuhan yang diperlukan klien di rumah.
Keberhasilan perawat di rumah sakit dapat sia-sia jika tidak
diteruskan di rumah yang kemudian mengakibatkan klien harus
dirawat
kembali (kambuh). Peran serta keluarga sejak awal asuhan di
RS akan meningkatkan kemampuan keluarga merawat klien di rumah
sehingga kemungkinan dapat dicegah.
Pentingnya peran serta keluarga dalam klien gangguan jiwa
dapat dipandang dari berbagai segi. Pertama, keluarga merupakan
tempat dimana individu memulai hubungan interpersonal dengan
lingkungannya. Keluarga merupakan “institusi” pendidikan utama
bagi individu untuk belajar dan mengembangkan nilai, keyakinan,
sikap dan perilaku (Clement dan Buchanan, 1982). Individu menguji
coba perilakunya di dalam keluarga, dan umpan balik keluarga
mempengaruhi individu dalam mengadopsi perilaku tertentu. Semua
ini merupakan persiapan individu untuk berperan di masyarakat.
Jika keluarga dipandang sebagai suatu sistem maka gangguan
yang terjadi pada salah satu anggota merupakan dapat mempengaruhi
11
seluruh sistem, sebaliknya disfungsi keluarga merupakan salah
satu penyebab gangguan pada anggota. Bila ayah sakit maka akan
mempengaruhi perilaku anak, dan istrinya, termasuk keluarga
lainnya. Salah satu faktor penyebab kambuh gangguan jiwa adalah;
keluarga yang tidak tahu cara menangani perilaku klien di rumah
(Sullinger, 1988). Klien dengan diagnosa skizofrenia diperkirakan
akan kambuh 50% pada tahun pertama, 70% pada tahun kedua dan 100%
pada tahun kelima setelah pulang dari rumah sakit karena
perlakuan yang salah selama di rumah atau di masyarakat.
II. Keluarga
A. Konsep Keluarga
Menurut Depkes RI (1988), keluarga adalah unit terkecil dari
masyarakat yang terdiri atas kepala keluarga dan beberapa orang
yang berkumpul dan tinggal disuatu tempat di bawah satu atap
dalam keadaan saling ketergantungan. Menurut Bailon (1989),
keluarga adalah dua atau lebih dari dua individu yang tergabung
karena hubungan darah, hubungan perkawinan atau pengangkatan dan
mereka hidup dalam suatu rumah tangga, berinteraksi satu sama
lain dan di dalam perannya masing-masing menciptakan serta
mempertahankan kebudayaan.
12
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa keluarga
adalah :
a. Unit terkecil masyarakat
b. Terdiri atas dua orang atau lebih
c. Adanya ikatan perkawinan atau pertalian darah
d. Hidup dalam satu rumah tangga
e. Dibawah asuhan seorang kepala rumah tangga
f. Berinteraksi diantara sesama anggota keluarga
g. Setiap anggota memiliki perannya masing-masing
h. Menciptakan, mempertahankan suatu kebudayaan (Effendy,
1997).
B. Struktur Keluarga
Struktur keluarga terdiri atas bermacam-macam, diantaranya adalah
:
a. Patrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri atas sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi, dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ayah.
13
b. Matrilinear adalah keluarga sedarah yang terdiri dari sanak
saudara sedarah dalam beberapa generasi dimana hubungan itu
disusun melalui jalur garis ibu.
c. Matrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah istri.
d. Patrilokal adalah sepasang suami istri yang tinggal bersama
keluarga sedarah suami.
e. Keluarga kawinan adalah hubungan suami istri sebagai dasar
bagi pembinaan keluarga, dan beberapa sanak saudara yang
menjadi bagian keluarga karena adanya hubungan dengan suami
atau istri.
C. Ciri-Ciri Struktur Keluarga
Menurut Carter (1988), ciri-ciri struktur keluarga adalah :
a. Terorganisasi; saling berhubungan, saling ketergantungan
antara anggota keluarga.
b. Ada keterbatasan; setiap anggota memiliki kebebasan tetapi
mereka juga mempunyai keterbatasan dalam menjalankan fungsi
dan tugasnya masing-masing.
14
c. Ada perbedaan dan kekhususan; setiap anggota keluarga
mempunyai peranan dan fungsinya masing-masing.
D. Tipe / Bentuk Keluarga
Tipe dan bentuk keluarga terdiri atas :
a. Keluarga inti (Nuclear Family) adalah keluarga yang terdiri
atas ayah, ibu dan anak-anak.
b. Keluarga besar (Exstended Family) adalah keluarga inti
ditambah dengan sanak saudara, misalnya nenek, kakek,
keponakan, saudara sepupu, paman, bibi dan sebagainya.
c. Keluarga berantai (Serial Family) adalah keluarga yang terdiri
atas wanita dan pria yang menikah lebih dari satu kali dan
merupakan satu keluarga inti.
d. Keluarga duda atau janda (Single Family) adalah keluarga yang
terjadi karena perceraian atau kematian.
e. Keluarga berkomposisi (Composite) adalah keluarga yang
perkawinannya berpoligami dan hidup secara bersama-sama.
f. Keluarga Kabitas (Cahabitation) adalah dua orang menjadi satu
tanpa pernikahan tetapi membentuk suatu keluarga.
15
Keluarga di Indonesia umumnya menganut tipe keluarga besar,
karena masyarakat Indonesia yang terdiri atas berbagai suku
bangsa hidup dalam suatu komuniti dengan adat istiadat yang
sangat kuat (Effendy, 1997).
E. Pemegang Kekuasaan dalam Keluarga
Adapun pemegang kekuasaan dalam keluarga, yaitu :
a. Patriakal; yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah dari pihak ayah.
b. Matriakal ; yang dominan dan memegang kekuasaan dalam keluarga
adalah dari pihak ibu.
c. Equalitarion; yang memegang kekuasaan dalam keluarga adalah ayah
dan ibu.
F. Peranan Keluarga
Peranan keluarga menggambarkan seperangkat perilaku
interpersonal, sifat, kegiatan yang berhubungan dengan individu
dalam posisi dan situasi tertentu.Peranan individu dalam keluarga
didasari oleh harapan dan pola perilaku dari keluarga, kelompok
16
dan masyarakat. Berbagai peranan yang terdapat di dalam keluarga
adalah sebagai berikut :
a. Peranan ayah; ayah sebagai suami dari istri dan anak-anak,
berperan sebagai pencari nafkah, pendidik, pelindung dan
pemberi rasa aman, sebagai kepala keluarga, sebagai anggota
dari kelompok sosialnya serta sebagai anggota masyarakat
dari lingkungannya.
b. Peranan ibu; sebagai istri dan ibu dari anak-anaknya, ibu
mempunyai peranan untuk mengurus rumah tangga, sebagai
pengasuh dan pendidik anak-anaknya, pelindung dan sebagai
salah satu kelompok dari peranan sosialnya serta sebagai
anggota masyarakat dari lingkungannya, disamping itu juga
ibu berperan sebagai pencari nafkah tambahan dalam
keluarganya.
c. Peranan anak; anak-anak melaksanakan peranan psiko-sosial
sesuai dengan tingkatan perkembangannya baik fisik, mental,
sosial dan spiritual (Effendy, 1997).
G. Fungsi Keluarga
17
Ada beberapa fungsi yang dapat dijalankan keluarga sebagai
berikut :
1. Fungsi Biologis
a. Untuk meneruskan keturunan
b. Memelihara dan membesarkan anak
c. Memenuhi kebutuhan gizi keluarga
d. Memelihara dan merawat anggota keluarga.
2. Fungsi Psikologis
a. Memberikan kasih sayang dan rasa aman
b. Memberikan perhatian diantara anggota keluarga
c. Membina pendewasaan kepribadian anggota keluarga
d. Memberikan identitas keluarga
3. Fungsi Sosialisasi
a. Membina sosialisasi pada anak
b. Membentuk norma-norma tingkah laku sesuai dengan
tingkat perkembangan anak
c. Menentukan nilai-nilai budaya keluarga.
4. Fungsi Ekonomi
a. Mencari sumber-sumber penghasilan untuk memenuhi
kebutuhan keluarga
18
b. Pengaturan penggunaan penghasilan keluarga untuk
memenuhi kebutuhan keluarga
c. Menabung untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan keluarga di
masa yang akan datang misalnya pendidikan anak-anak,
jaminan hari tua dan sebagainya.
5. Fungsi Pendidikan
a. Menyekolahkan anak untuk memberikan pengetahuan,
keterampilan dan membentuk perilaku anak sesuai dengan
bakat dan minat yang dimilikinya
b. Mempersiapkan anak untuk kehidupan dewasa yang akan
datang dalam memenuhi perannya sebagai orang dewasa
c. Mendidik anak sesuai dengan tingkat-tingkat
perkembangannya.
Ahli lain juga mengelompokkan fungsi pokok keluarga menjadi
3, yaitu :
a. Asih adalah memberikan kasih sayang, perhatian, rasa aman,
kehangatan kepada anggota keluarga sehingga memungkinkan
mereka tumbuh dan berkembang sesuai usia dan kebutuhannya.
b. Asuh adalah menuju kebutuhan pemeliharaan dan perawatan
anak agar kesehatannya selalu terpelihara, sehingga
19
diharapkan menjadikan mereka anak-anak yang sehat baik
fisik, mental, sosial dan spiritual.
c. Asah adalah memenuhi kebutuhan pendidikan bagi anak,
sehingga siap menjadi manusia dewasa yang mandiri dalam
mempersiapkan masa depannya.
H. Tugas-Tugas Keluarga
Pada dasarnya tugas pokok keluarga ada delapan, yaitu :
1. Pemeliharaan fisik keluarga dan para anggotanya.
2. Pemeliharaan sumber-sumber daya yang ada dalam keluarga.
3. Pembagian tugas masing-masing anggotanya sesuai dengan
kedudukannya masing-masing.
4. Sosialisasi antar anggota keluarga.
5. Pengaturan jumlah anggota rumah tangga.
6. Pemeliharaan ketertiban anggota keluarga.
7. Penempatan anggota-anggota keluarga dalam masyarakat yang
lebih luas.
8. Membangkitkan dorongan dan semangat para anggota keluarga
(Effendy, 1997).
20
I. Prinsip-Prinsip Perawatan Keluarga
Ada beberapa prinsip penting yang perlu diperhatikan dalam
memberikan asuhan keperawatan kesehatan keluarga, adalah :
a. Keluarga sebagai unit atau satu kesatuan dalam pelayanan
kesehatan.
b. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga, sehat
sebagai tujuan utama.
c. Asuhan keperawatan yang diberikan sebagai sarana dalam
mencapai peningkatan kesehatan keluarga.
d. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga,
perawat melibatkan peran serta aktif seluruh keluarga dalam
merumuskan masalah dan kebutuhan keluarga dalam mengatasi
masalah kesehatannya.
e. Lebih mengutamakan kegiatan-kegiatan yang bersifat promotif
dan preventif dan tidak mengabaikan upaya kuratif dan
rehabilitatif.
21
f. Dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan keluarga
memanfaatkan sumber daya keluarga semaksimal mungkin untuk
kepentingan kesehatan keluarga.
g. Sasaran asuhan perawatan kesehatan keluarga adalah keluarga
secara keseluruhan.
h. Pendekatan yang dipergunakan dalam memberikan asuhan
perawatan kesehatan keluarga adalah pendekatan pemecahan
masalah dengan menggunakan proses keperawatan.
i. Kegiatan utama dalam memberikan asuhan perawatan kesehatan
keluarga adalah penyuluhan kesehatan dan asuhan perawatan
kesehatan dasar/perawatan di rumah.
j. Diutamakan terhadap keluarga yang termasuk resiko tinggi.
III. Dukungan Sosial Keluarga
A. Pengertian Dukungan social Keluarga
Menurut Sarwono dalam Yusuf (2007), dukungan adalah suatu
upaya yang diberikan kepada orang lain, baik moril maupun materil
untuk memotivasi orang
22
tersebut dalam melaksanakan kegiatan. Sistem dukungan untuk
mempromosikan perubahan perilaku ada 3, yaitu : (1) dukungn
material adalah menyediakan fasilitas latihan, (2) dukungan
informasi adalah untuk memberiakan contoh nyata keberhasilan
seseorang dalam melaksanakan diet dan latihan, dan (3) dukungan
emosional atau semangat adalah member pujian atas keberhasilan
proses latihan.
Menurut Friedman (1998), dukungan sosial keluarga adalah
sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita yang
sakit. Anggota keluarga memenadang bahwa orang yang bersifat
mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika
diperlukan.
Friedman dalam Sudiharto (2007), menyatakan bahwa fungsi
dasar keluarga antara lain adalah fungsi efektif, yaitu fungsi
internal keluarga untuk pemenuhan kebutuhan psikososial, saling
mengasuh memberikan kasih sayang serta menerima dan mendukung.
Menurut Friedman (2003) dukungan sosial keluarga adalah bagian
integral dari dukungan sosial. Dampak positif dari dukungan
sosial keluarga adalah meningkatkan penyesuaian diri seseorang
terhadap kejadian-kejadian dalam kehidupan.
23
Studi tentang dukungan sosial keluarga telah
mengkonseptualisasi dukungan sosial sebagai koping keluarga.
Menurut Sheridan dan Radmacher (1992), Sarafino (1998) serta
Taylor (1999), keluarga memiliki dukungan, yaitu : (1) dukungan
emosional, (2) dukungan penghargaan, (3) dukungan instrumental,
dan (4) dukungan informatif.
B. Jenis Dukungan Sosial Keluarga
Kaplan (1976) dalam Friedman (1998) menjelaskan
bahwakeluarga memiliki 4 jenis dukungan, yaitu :
a. Dukungan Emosional
Dukungan emosional mencakup ungkapan empati, kepedulian dan
perhatian terhadap orang yang bersangkutan.Bentuk dukungan ini
membuat individu memiliki perasaan nyaman, yakin, diperlukan
dan dicintai oleh sumber dukungan sosial, sehingga dapat
menghadapi masalah dengan lebih baik.
b. Dukungan Penghargaan
24
Dukungan penghargaan terjadi lewat ungkapan hormat
(penghargaan) positif untuk orang itu, dorongan maju atau
persetujuan dengan gagasan atau perasaan individu, dan
perbandingan positif orang itu dengan orangorang lain,
contohnya dengan membandingkannya dengan orang lain yang lebih
buruk keadaannya.
c. Dukungan Instrumental
Dukungan instrumental mencakup bantuan langsung, seperti kalau
orang memberi pinjaman uang kepada orang itu.Bentuk dukungan
ini dapat mengurangi beban individu karena individu dapat
langsung memecahkan masalahnya yang berhubungan dengan materi.
d. Dukungan Informatif
Dukungan informatif mencakup memberikan nasehat, petunjuk-
petunjuk, saran-saran atau umpan balik.Jenis informasi seperti
ini dapat menolong individu untuk mengenali dan mengatasi
masalah dengan lebih mudah.
C. Sumber Dukungan Sosial Keluarga
25
Menurut Root & Dooley (1985) dalam Kuncoro (2002) ada 2 sumber
dukungan sosial keluarga yaitu natural dan artifisial. Dukungan
sosial keluarga yang natural diterima seseorang melalui interaksi
sosial dalam kehidupan secara spontan dengan orang-orang yang
berada di sekitarnya. Dukungan sosial keluarga ini bersifat
formal sedangkan dukungan sosial keluarga artifisial adalah
dukungan yang dirancang kedalam kebutuhan primer seseorang
misalnya dukungan sosial keluarga akibat bencana alam melalui
berbagai sumbangn sehingga sumber dukungan sosial keluarga
natural mempunyai berbagai perbedaan jika dibandingkan dengan
dukungan sosial keluarga artifisial. Perbedaan itu terletak pada:
a. Keberadaan sumber dukungan sosial keluarga natural bersifat
apa adanya tanpa di buat-buat sehingga mudah diperoleh dan
bersifat spontan
b. Sumber dukungan sosial keluarga yang natural mempunyai
kesesuaian dengan nama yang berlaku tentang kapan sesuatu
harus diberikan
c. Sumber dukungan sosial keluarga natural berakar dari hubungan
yang berakar lama
26
d. Sumber dukungan natural mempunyai keragaman dalam penyampaian
dukungan, mulai dari pemberian barang yang nyata hanya sekedar
menemui seseorang dengan menyampaikan salam
e. Sumber dukungan sosial keluarga natural terbatas dari beban
dan label psikologis.
Menurut Friedman (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan sosial keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi
orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat
pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang
tua.Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan lebih
demokratis dan adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas
bawah, hubungan yang ada lebih otoritas atau otokrasi.Selain itu
orang tua dengan kelas sosial menengah mempunyai tingkat
dukungan, efeksi dan keterlibatan yang lebih tinggi dari pada
orang tua dengan kelas sosial bawah.
D. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Dukungan Social
Keluaraga
27
Sarafino (2006) menyatakan bahwa terdapat beberapa faktor
yang mempengaruhi apakah seseorang akan menerima dukungan sosial
keluarga atau tidak.Faktor-faktor tersebut diantaranya adalah :
a. Faktor dari penerima dukungan (recipient)
Seseorang tidak akan menerima dukungan sosial dari orang
lain jika ia tidak suka bersosial, tidak suka menolong orang
lain, dan tidak ingin orang lain tahu bahwa ia membutuhkan
bantuan. Beberapa orang terkadang tidak cukup asertif untuk
memahami bahwa ia sebenarnya membutuhkan bantuan dari orang
lain, atau merasa bahwa ia seharusnya mandiri dan tidak
mengganggu orang lain, atau merasa tidak nyaman saat orang
lain menolongnya, atau tidak tahu kepada siapa dia harus
meminta pertolongan.
b. Faktor dari pemberi dukungan (providers)
Seseorang terkadang tidak memberikan dukungan sosial kepada
orang lain ketika ia sendiri tidak memiliki sumberdaya untuk
menolong orang lain, atau tengah menghadapi stres, harus
menolong dirinya sendiri, atau kurang sensitif terhadap
sekitarnya sehingga tidak menyadari bahwa orang lain
membutuhkan dukungan darinya.
28
Menurut Friedman (1998), faktor-faktor yang mempengaruhi
dukungan sosial keluarga lainnya adalah kelas sosial ekonomi
orang tua. Kelas sosial ekonomi disini meliputi tingkat
pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan orang
tua.Dalam keluarga kelas menengah, suatu hubungan lebih
demokratis dan adil
E. Indikator Dukungan Sosial Keluarga
Indikator rendahnya dukungan sosial keluarga secara realita
yang di dapati di puskesmas diantaranya:
a. Keluarga belum dapat memantau penderita gangguan jiwa dalam
pemberian obat sesuai dengan anjuran petugas kesehatan.
b. Keluarga belum bisa memenuhi kebutuhan makan penderita di
sebabkan adanya kegiatan lain.
c. Keluarga belum bisa menjaga kebersihan diri penderita
gangguan jiwa.
d. Keluarga masih melakukan pengasingan pada penderita
gangguan jiwa.
e. Keluarga masih merasa malu dengan adanya penderita gangguan
jiwa di rumahnya karena dianggap aib keluarga.
29
f. Keluarga juga tidak mempunyai kreativitas dalam cara
pemberian obat pada penderita gangguan jiwa.
g. Keluarga tidak dapat berkomunikasi dengan baik dengan
penderita gangguan jiwa.
h. Keluarga belum mampu memberikan informasi dan motivasi pada
penderita gangguan jiwa.
i. Keluarga masih beranggapan bahwa penderita gangguan jiwa
tidak dapat di sembuhkan lagi.
F. Indikator Pencegahan Kekambuhan pada Penderita Gangguan
Jiwa
Indikator Pencegahan Kekambuhan Penderita Gangguan Jiwa
secara realita didapati di Puskesmas
a. Tidak terjadinya prilaku penyimpangan pada penderita
seperti prilaku kekerasan
b. Tidak terjadinya prilaku penyimpangan pada penderita
seperti Histeris
c. Tidak Terjadi prilaku penyimpangan seperti tidak mau minum
obat, tidak mau makan, tidak mau minum, tidak mau tidur,
tidak mau keluar rumah, tidak mau bicara, tidak mau mandi.
30