BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peranan dan Kedudukan Keluarga

29
15 BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peranan dan Kedudukan Keluarga 1.Pengertian Keluarga Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan terlebih dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang akan datang. Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan seorang anak, baik perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari. Keluarga jualah tempat dimana seorang anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian menentukan baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat hingga tak salah lagi kalau keluarga adalah elemen penting dalam menentukan baik-buruknya masyarakat (Athiyah, 1993: 133). Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dialah yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga, menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya (Daradjat, 1995: 47). Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar dalam menentukan keberhasilan karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, bangsa dan negara. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan dalam menentukan kehidupan anak adalah pendidikan orang tua, yang selanjutnya digabungkan menjadi pendidikan Agama. Pada setiap anak terdapat suatu dorongan dan suatu daya untuk

Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peranan dan Kedudukan Keluarga

15

BAB II

KAJIAN TEORITIS

A. Peranan dan Kedudukan Keluarga

1.Pengertian Keluarga

Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang

anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan terlebih

dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan

memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang

akan datang. Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan seorang anak,

baik perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari. Keluarga jualah

tempat dimana seorang anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian

menentukan baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat hingga tak salah lagi

kalau keluarga adalah elemen penting dalam menentukan baik-buruknya masyarakat

(Athiyah, 1993: 133).

Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan

pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka

anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan

anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dialah

yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga,

menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya (Daradjat, 1995: 47).

Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar dalam menentukan keberhasilan

karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, bangsa

dan negara. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak

mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan.

Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan

keluarga. Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan dalam menentukan

kehidupan anak adalah pendidikan orang tua, yang selanjutnya digabungkan menjadi

pendidikan Agama. Pada setiap anak terdapat suatu dorongan dan suatu daya untuk

16

meniru. Dengan dorongan ini anak dapat mengerjakan sesuatu yang dikerjakan oleh

orang tuanya.

Dalam kamus bahasa besar bahasa Indonesia di sebutkan „‟Keluarga‟‟ : ibu

bapak dengan anak-anaknya,satuan kekerabatan yang sangat mendasar di

masyarakat.keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang

berfungsi sebagai wahana untuk mewujud kan kehiduapn yang tentram,aman, damai

dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya.Dalam al-

Quran di jumpai beberapa kata yang mengarah pada „‟Keluarga‟‟ Ahlul bait di sebut

keluarga rumah tangga Rosululloh SAW. Keluarga perlu di jaga,keluarga adalah

potensi menciptakan cinta dan kasih sayang. Menurut Abu Zahra bahwa institusi

keluarga mencakup suami, istri,anak-anak dan keturunan mereka,kakek, nenek,

saudara-saudara kandung dan anak-anak mereka , dan mencakup pula saudara kakek

, nenek ,paman ,dan bibi serta anak mereka (sepupu). Menurut psikologi , keluarga

bisa di artikan sebagai dua orang yang berjanji bersama yang memiliki komitmen atas

dasar cinta, menjalankan tugas dan fungsi yang terkait karena sebuah ikatan batin ,

atau hubungan perkawinan yang kemudian melahir kan ikatan sedarah , terdapat pula

nilai ke sepahaman , watak ,kepribadian yang satu sama lain saling mempengaruhi

walaupun terdapat keragaman ,menganut ketentuan norma , adat , nilai yang di

yakini dalam membatasi keluarga dan yang bukan keuarga. Keluarga dalam

masyarakat timur ,di pandang sebagai lambang kemandirian , kerena awalnya

seseorang masih memiliki ketergatungan pada orang tua maupun keluarga besarnya,

maka perkawinan sebagai pintu masuknya keluarga baru menjadi awal memulainya

tanggung jawab baru dalam babak kehidupan baru.

17

Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap

dan merupakan susunan satu rumah tangga, kadang-kadang seperti masa lampau

rumah tangga adalah keluarga luas, meliputi didalamnya empat sampai lima generasi.

Sekarang rumah tangga semakin kecil ukurannya, umunya dibatasi oleh suami istri

anak atau dengan satu anak, dua atau tiga anak.

Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan

berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah

dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan

tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat melalui

sentimen-sentimen yang sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional

yang menghasilkan pengalaman.

Pada garis besarnya keluarga dapat dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu

keluarga luas (extended family) dan keluarga Inti (nuclear family). Keluarga luas

adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan

kaum keluarga yang lebih luas daripada hanya ayah, ibu dan anak-anak atau dengan

perkataan lain, keluarga luas merupakan keluarga inti ditambah dengan anggota-

anggota keluarga yang lain, atau keluarga yang lebih dari satu generasi. Sedangkan

keluarga inti dapat didefinisikan dengan keluarga atau kelompok yang terdiri dar

atah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum menikah.

Di Indonesia sendiri, keluarga telah diatur dalam berbagai peraturan atau

undang-undang RI nomor 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga sebagai berikut

:Keluarga merupakan wahana pertama seorang anak mendapatkan pengetahuan dan

keterampilan yang diperlukan bagi kelangsungan hidupnya.

Pembentukan keluarga dalam islam bermula dengan terciptanya hubungan

suci yang menjalin seorang lelaki dan seorang perempuan melalui perkawinan yang

halal, memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya. Oleh sebab itu kedua suami

isteri itu merupakan dua unsure utama dalam keluarga. Jadi keluarga dalam

pengertiannya yang sempit merupakan suatu unit social yang terdiri dari seorang

suami dan seorang isteri, atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan yang

18

halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang bersifat terus-menerus di

mana yang satu merasa tenteram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan

oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua suami isteri itu dikaruniai seorang

anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga

tersebut disamping dua unsur sebelumnya.

Masing-masing unsur yang tiga ini, yaitu suami, isteri, dan anak mempunyai

peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, sehingga kalau salah satu

unsur itu hilang, maka keluarga menjadi goncang dan keluarga kehilangan

keseimbangan.

Amini (107: 2006), keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus

atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki

dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga, diantara mereka

disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak dan yang

menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan

kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.

Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, kedua

orang tua dikatakan memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka

bersungguh-sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan

sebagai salah satu hak anak, yang jika kedua orang tua melalaikannya berarti mereka

telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai pertanggung

jawabannya.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan

keluarga adalah kesatuan unsur terkecil yang terdiri dari bapak, ibu dan beberapa

anak.

Masing-masing unsur tersebut mempunyai peranan penting dalam membina

dan menegakkan keluarga, sehingga bila salah satu unsur tersebut hilang maka

keluarga tersebut akan guncang atau kurang seimbang. Keluarga mempunyai peranan

penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-

Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana

dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting

19

dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam

kehidupannya (usia prasekolah), sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan pada

diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah

sesudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan

masyarakat.

2.Peranan Keluarga Terhadap Anak

Terdapat tiga lembaga utama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan

kepribadian seorang anak yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan

lingkungan masyarakat, yang selanjutnya dikenal dengan istilah Tripusat Pendidikan.

Juga dikenal istilah pendidikan formal, informal, dan non-formal. Pendidikan formal

biasanya sangat terbatas dalam memberikan pendidikan nilai budi pekerti. Hal ini

disebabkan oleh masalah formalitas hubungan antara guru dan siswa.

Pendidikan non formal dalam perkembangannya saat ini tampaknya juga

sangat sulit memberikan perhatian besar pada pendidikan nilai. Hal ini berhubungan

dengan proses tranfornmasi budaya yang sedang terjadi dalam masyarakat kita.

Dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1978) ditegaskan bahwa “pendidikan

berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga,

sekolah dan masyarakat”. Oleh karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab

bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Zakiah Darajat, 1992).

Dalam hubungannya dengan perkembangan seseorang, keluarga merupakan

tempat pertama dan utama dalam perkembangan seseorang. Dikatakan tempat

pertama karena seseorang pertama kali belajar bersosialisasi dan berkomunikasi

dalam lingkungan keluarga (Purwanto, 1990:101-103). Sejak masih dalam

kandungan, kelahiran, masih bayi, masa kanak-kanak, remaja, samapai masa dewasa,

seseoranng tentu berinteraksi secara intensif dengan keluarga. Interaksi dengan

keluarga baru mulai terbagi ketika seseorang telah mengikatkan diri dengan orang

lain dalam suatu perkawinan. Itu saja hubungan keluarga pasti tidak terputus seratus

persen.

20

Proses pendidikan dalam keluarga terjadi secara wajar melalui tranformasi

nilai ini terjadi secara perlahan-lahan tetapi sistematis. Hal ini berhubungan dengan

hakikat nilai yang bukan pertama-tama merupakan kebiasaan- kebiasaan yang

mengarah pada kebaikan.Yang menjadi permasalahan saat ini adalah bagaimana

keluarga berperan dalam memberikan pendidikan budi pekerti pada anak didik. Hal

ini tentu tidak mudah mengingat kondisi keluarga di negara kita sangat bervariasi.

Secara umum kondisi keluarga di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga

variasi.

Pertama, keluarga harmonis, yaitu keluarga yang tidak memiliki masalah yang

begitu berarti baik dari segi masalah hubungan antarpribadi maupun masalah

finansial.

Kedua, keluarga bermasalah, yaitu keluarga yang memiliki masalah, baik

masalah hubungan antar pribadi atau masalah finansial.

Ketiga, keluarga gagal, yaitu keluarga yang mengalami kegagalna dalam

membangun keluarga sehinmgga keluarga menjadi terpecah belah.

Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan dan

keinginan adalah hak yang komplek. Pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari

keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan diri seseorang, dan

akan binasalah pergaulan seseorang bila orang tua tidak menjalankan tugasnya

sebagai pendidik.

Apabila fungsi keluarga dalam kajian psikologikal modern menekankan

pendidikannya kepada pembinaan jiwa mereka dengan rasa cinta, kasih sayang dan

ketenteraman, justeru para ahli ilmu jiwa Muslim jauh sebelum itu telah menekankan

perkara ini dalam berbagai tulisannya. Ulama-ulama Muslim dahulu kala menekankan

pentingnya peranan pendidikan keluarga itu pada tahun-tahun pertama usia anak-anak

21

yang berdasar kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Di samping itu, nash-

nash al-Qur‟an menekankan pentingnya pendidikan dalam keluarga.

Seperti yang dalam firman Allah surat AT-tahrim ayat dijelaskan:

وقودها الناس ارايا أي ها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم ن

ها ملئكة غلظ شداد ل ي عصون الله ما أمرهم وي فعلون ما ي ؤمرون والجارة علي

Artinya :

“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka

yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang

kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-

Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. 66:6)

Ayat diatas memberi tuntunan kepada kaum beriman bahwa : Hai orang-

orang yang beriman, peliharalah diri kamu, antara lain dengan meneladani Nabi dan

pelihara juga keluarga kamu yakni istri, anak-anak, dan seluruh yang berada di bawah

tanggung jawab kamu dengan mendidik dan membimbing mereka agar kamu semua

terhindar dari apineraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang

kafir dan juga batu-batuantara lain yang dijadikan berhala-berhala.Di atasnya yakni

22

yang menangani neraka itu dan bertugas menyiksa penghuni-penghuninya

adalah malaikat-malaikat yang kasar-kasar hati dan perlakuannya.

Yang keras-keras perlakuannya dalam melaksanakan tugas penyiksaan, yang tidak

mendurhakai Allah menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka sehingga

siksa yang mereka jatuhkan –kendati mereka kasar- tidak kurang dan tidak juga

berlebih dari apa yang diperintahkan Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan

masing-masing penghuni neraka dan mereka juga senantiasa dan diri saat ke

saat mengerjakan dengan mudah apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.

Ayat enam diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus

bermula di rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria

(ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada

perempuan dan lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya

ayat yang memerintahkan puasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini

berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan

masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggungjawab atas kelakuannya.

Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi

oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.Secara sosiologis

keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang

aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga

sebagai lembaga sosial terkecil.

Selain dari pendapat diatas mengenai fungsi keluarga ini menurut MI

Soelaeman mengatakan sebagai berikut:

Fungsi Edukatif – Sebagai suatu unsur dari tingkat pusat pendidikan,

merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Dalam kedudukn ini,

adalah suatu kewajaran apabila kehidupan keluarga sehari-hari, pada saar-saat

23

tertentu terjadi situasi pendidikan yang dihayati oleh anak dan diarahkan pada

perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.

Fungsi Sosialisasi – Melalui interaksi dalam keluarg anak mempelajari pola-

pola tingkahlaku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai dalam masyarakat dalam

rangka pengembangan kepribadiannya. Dalam rangka melaksanakan fungsi

sosialisasi ini, keluarga mempunyai kedudukan sebagai penghubung antara anak

dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial yang meliputi penerangan,

penyaringan dan penafsiran ke dalam bahasa yang dimengerti oleh anak.

Fungsi protektif – Fungsi ini lebih menitik beratkan dan menekankan kepada

rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan terlindungi barulah anak

dapat bebas melakukan penjajagan terhadap lingkungan.

Fungsi Afeksional – Yang dimaksud dengan fungsi afeksi adaslah adanya

hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Anak biasanya

mempunyai kepekaan tersendiri akan iklim-iklim emosional yang terdapat dalam

keluarga kehangatan yang terpenting bagi perkembangan keperibadian anak.

Fungsi Religius – Keluarga berkewajiban mmperkenalkan dan mengajak

anak serta keluarga pada kehidupan beragama. Sehingga melalui pengenalan ini

diharapkan keluarga dapat mendidik anak serta anggotanya menjadi manusia yang

beragama sesuai dengan keyakinan keluarga tersebut.

Fungsi Ekonomis – Fungsi keluarga ini meliputi pencarian nafkah,

perencanaan dan pembelanjaannya. Pelaksanaanya dilakukan oleh dan untuk semua

anggota keluarga, sehingga akan menambah saling mengerti, solidaritas dan tanggung

jawab bersama.

Fungsi Rekreatif – Suasana keluarga yang tentram dan damai diperlukan

guna mengembalikan tenaga yang telah dikeluarkan dalam kehidupan sehari-hari

Fungsi Biologis – Fungsi ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-

kebutuhan biologis keluarga, diantaranya kebutuhan seksuil. Kebutuhan ini

berhubungan dengan pengembangan keturunan atau keinginan untuk mendapatkan

keturunan. Selain itu juga yang termasuk dalam fungsi biologis ini yaitu perlindungan

24

fisik seperti kesehatan jasmani dan kebutuhan jasmani yaitu dengan terpenuhinya

kebutuhan sandang, pangan dan papan akan mempengaruhi kepada jasmani setiap

anggota keluarga.

Menurut Ahmadi (89: 1998), ia menambahkan satu fungsi keluarga selain

ketujuh fungsi di atas yaitu fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi adalah keluarga

berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok, diantaranya kebutuhan

makan dan minum, kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan kebutuhan

tempat tinggal. Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini

maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga

dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.

Dari berbagai fungsi keluarga yang telah diuraikan di atas, penulis dapat

menyimpulkan bahwa setiap orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar di

dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Karena sangat berpengaruh sekali

kepada anak apabila ia tidak menjalankan tugasnya sebagai kepala keluarga, dalam

rangka: Memelihara dan membesarkan anaknya. Melindungi dan menjamin

keselamatan, baik jasmani maupun rohani, dari berbagai gangguan penyakit dan dari

penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan

agama yang dianutnya.

Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang

untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat

dicapainya.Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan

pandangan dan tujuan hidup muslim.

Di lihat dari segi pendidikan , keluarga merupakan satuan kesatuan hidup (

sistem sosial), dan keluraga menyediakan situasi belajar.

Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem sosial), keluraga terdiri dari

ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluragaan membantu anak mengembangkan sifat

persahabatan ,cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplian ,tingkah laku

yang baik, serta pengakuan akan kewibawaa

25

Sementara itu yang berkenaan dengan keluarga menyediakan situasi belajar ,

dapat dilihat bahwa bayi dan anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik

karena keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual, sosial, dan moral.

Bayi dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.

Sumbangan keluarga bagi pendiidkan anak adalah sebagai berikut.

1. Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri , seperti cara

makan,buang air, berbicara, berjalan, berdoa,sungguh-sungguh membekas dalam diri

anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi.

2. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak .sikap meneriman atau

menolak, sikap kasih sayang atau acuh tak acuh,sikap sabar atau tergesa-gesa,sikap

melindungi atau membiarkan secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak

Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan

kedua orang tua dan tidak bisa di pikulkan kepada orang lain kaerna ia adalah darah

dagingnya, kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagai tanggung

jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah.

Untuk tambah memperjelas tentang peranan keluarga dalam bidang-bidang ini

kita dapat bicarakan masing-masing seperti di bawah ini.

1. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Bagi Anak-anaknya

Keluarga mempunyai peranan penting untuk menolong pertumbuhan anak-anaknya

dari segi jasmani, baik aspek perkembangan ataupun aspek perfungsian. Begitu juga

dalam hal memperoleh pengetahuan, konsep-konsep, ketrampilan-ketrampilan,

kebiasaan-kebiasaan, dan sikap terhadap kesehatan yang harus dipunyai untuk

mencapai kesehatan jaasmani yang sesuai dengan umur, menurut kematangan, dan

pengamatan mereka.

26

Di antara cara-cara yang dapat menolong untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan

jasmani dan kesehatan anak-anak adalah: memberi peluang yang cukup untuk

menikmati susu ibu, jika kesehatan ibu membolehkan yang demikian. Menjaga

kesehatan dan kebersihan jasmani dan pakaiannya dan melindunginya dari serangan

angin, panas, terjatuh, kebakaran, tenggelam; meminum bahan-bahan berbahaya, dan

lain-lain sebagainya.

Dalam menjalankan tugas-tugas ini terhadap pendidikan anak-anaknya keluarga

Islam merasa bahwa ia telah menunaikan salah satu tugas yang diwajibkan oleh

agama Islam.

2. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Akal (Intelektual) Kanak-kanak.

Di antara cara-cara yang dapat dilalui oleh keluarga untuk memainkan peranannya

dalam pendidikan ini adalah: mempersiapkan rumah tangga dengan segala macam

perangsang ini adalah permainan-permainan pengajaran yang bertujuan gambar-

gambar, buku-buku, dan majalah-majalah yang menyebabkan anak-anak gemar

menelaah kandungan buku-buku dan majalah-majalah dan bersedia untuk membaca

sebelum ia belajar membaca dan menulis.

Sesudah anak-anak masuk sekolah tanggungjawab keluarga dalam pendidikan

intelektual bertambah luas. Sekarang menjadi kewajiban keluarga dalam bidang ini

adalah menyiapkan suasana yang sesuai dan menggalakkan untuk belajar,

mengulangi pelajaran, mengerjakan tugas.

3. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Psikologikal dan Emosi

Di antara bidang-bidang di mana keluarga dapat memainkan peranan penting adalah

pendidikan psikologikal dan emosional. Melalui pendidikan itu keluarga dapat

menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara umum untuk menciptakan

pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi yang sesuai dengan

umurnya, menciptakan penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri

dan dengan orang-orang lain di sekelilingnya. Begitu juga dengan menumbuhkan

emosi kemuliaan yang mulia, seperti cinta kepada orang lain, mengasihani orang

27

lemah dan teraniaya, menyayangi dan mengasihani orang fakir miskin, kehidupan

emosi yang rukun dengan orang-orang lain dan menghadapi masalah-masalah

psikologikal secara positif dan dinamis.

Di antara cara-cara yang dapat digunakan oleh keluarga untuk mendidik anak-

anaknya dari segi psikologi adalah bahwa ia memberi mereka segala peluang untuk

menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat mereka dengan sopan dan hormat,

disamping menolong mereka berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang

dipikulkan kepadanya.

4. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Agama Bagi Anak-anaknya

Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan

spiritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak melalui bimbingan agama

yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu

juga membekalkan kanak-kanak dengan pengetahuan agam adan kebudayaan Islam

yang sesuai dengan umurnya dalam bidang-bidang akidah, ibadat, muamalat, dan

sejarah.

Di antara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan

semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah cara-cara berikut:

a) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan

berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu

tertentu

b) Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga

penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging

c) Menyiapkan Suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana mereka

berada

d) Membing mereka membaca bacaan- bacaan agam yang berguna dan memikirkan

ciptaan-ciptaan Alloh dan mahluk- mahluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem

ciptaan itu dan atas wujud dan keagungannya.

28

e) Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas- aktivitas agama, dan lain-lain lagi

caracara lain.

Ketika keluarga menunaikan hal-hal tersebut di atas, sebenarnya ia menurut kepada

petunjuk dari Al-quran, sunnah nabi SAW. Dan peninggalan Assalaf-Assaleh yang

semuanya mengajak untuk melaksanakan pendidikan.

Sabda rosululloh SAW „‟ perintahlah anak- anakmu bersembahyang ketika mereka

berumur tujuh tahun. Pukulah mereka kalau tidak mau jika mereka berumur sepuluh

tahun.

5. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Akhlak Bagi Anak-Anak

Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan ahlak untuk anak-anak

sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya, oleh sebab mereka

mendapat pengaruh daripaadanya atas segala tingkah lakunya, oleh sebab itu haruslah

keluarga mengambil berat tentng pendidikan ini, mengajar mereka ahlak yang mulia

yang diajarkan islam seperti kebenaran, kejujuran, keikhlasan , kesabaran, kasih

sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan lain sebagainya.

Diantara kewajiban keluarga dalam hal ini adalah

a. Member contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh kepada ahlak

mulia

b. Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana praktis dimana

mereka dapat mempraktekan ahlak yang diterima dari orang tuanya

c. Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa

bebas memilih dalam tindak tanduk

d. Menunjukan bahwa kelarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana

e. Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng an tempat-tempat kerusakan

dan lain-lain lagi cara keluarga dapat mendidik akhlak anak-anaknya.

6. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Sosial Kanak-Kanak

Diantara cara-cara yang petut digunakan oleh keluarga dalam mendidik anak-

anaknya dari segi social politik dan ekonomi adalah

29

a. Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku social yang

sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama

b. Menjadikan rumah itu sebagai tempat dimana tercipta hubungan-hubungan social

yang berhasil

c. Menjauhkan mereka dari sifat manja dan berfoya-foya dan jangan menghina dan

merendahkan mereka-mereka dengan kasar sebab sifat memanjakan dan kekerasan itu

merusak kepribadian anak-anak.

d. Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan menghormatinya didepan

kawan-kawannya tetapi jangan melepaskan kekusaan kebapaan mereka terhadap

anak-anaknya.

e. Menolong anak-anaknya menjalin persahabatan yang mulia dan berhasil sebab

manusia turut menjadi baik karena berkawan dengan orrang soleh seperti kata

pepatah

f. Bersifat adil diantara mereka

Diantara dalil- dalil agama yang menajdi dasar kelarga muslim dalam mendidik

anak-anaknya dari segi social adalah

3.Lingkungan Keluarga

a. Pengertian Lingkungan Keluarga.

Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kestuan masyarakat.

Keluarga dibangun dari sebuah perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang

wanita, kemudian hidup bersama dan menghasilkan keturunan berupa anak. Maka

yang bertanggung jawab dalam sebuah keluarga adalah orang tua. Dalam pengertian

dari segi lughawi orang tua dalam bahasa Arab disebut „اىىاىذا„, dan dalam bahasa

Inggris disebut dengan „parents‟.Orang tua merupakan pasangan suami isteri yang

telah menikah kemudian mempunyai keturunan (anak) sebagai hasil dari kasih sayang

mereka berdua.

Ibu adalah orang pertama di mata anaknya. Ini bukan berarti bahwa fungsi

ayah menjadi sekunder. Ayah adalah prima untuk kelangsungan hidup

30

keluarga”.Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang tua adalah ayah ibu yang

melahirkan anak-anaknya serta memelihara mereka dengan penuh kasih sayang agar

kelak mereka dapat tumbuh menjadi besar dan dewasa serta menjadi penerus

perjuangan dan cita-cita orang tuanya.

Adapun konsepsi Islam tentang orang tua maka dikemukakan oleh Khatib

Ahmad Santut bahwa : Orang tua merupakan figur dalam keluarga yang harus

memberikan tauladan dan memberikan nasihat agar anak-anaknya menjadi generasi

muslim yang shaleh dan berjuang demi tegaknya Islam di muka bumi.Selanjutnya

ditegaskan juga bahwa : Memberi nafkah dan mendidik anak lebih utama dari pada

amal terpuji lainnya, yang dapat melebur dosa dan mengangkat derajat.

Dengan demikian jelaslah bahwa dalam konsepsi Islam orang tua dalam

keluarga sebagai pembimbing, pengarah dan pembentuk sifat-sifat mulia pada anak-

anaknya, memberikan nasehat kepada jalan yang lurus dan harus mampu membentuk

generasi muslim yang mampu menegakkan ajaran agama Islam. Orang tua harus

mampu mendidik dan memberikan nafkah yang baik kepada anak-anaknya karena

derajat kehidupan manusia juga ditentukan seberapa tinggi pendidikannya.

b. Kewajiban dan hak Orangtua terhadap anak

1. Kewajiban-kewajiban Orang tua Terhadap Anak-anaknya.

a. Bahwa si bapak memilih isteri yang bakal menjadi ibu bagi anak-anaknya ketika

ia berminat hendak kawin, sebab ibu itu mempunyai pengaruh besar pada pendidikan

anak dan padaa tingkahlaku mereka, terutama pada awal masa kanak-kanak, di mana

ia tidak kenal siapa-siapa kecuali ibunya yang menyediakan makanan, kasih-sayang

dan kecintaan. Sabda Rasulullah s.a.w.: “Pilihlah bakal isterimu sebab darah itu

menurun”.

b. Ia memiliki nama yang baik bagi anaknya, terutama jika ia seorang lelaki. Sebab

nama baik itu mempunyai pengaruh positif atas kepribadian manusia, begitu juga atas

tingkah laku, cita-cita dan angan-angannya.

31

c. Memperbaiki adap dan pengajaran anak-anaknya dan menolong mereka

membina aqidah yang betul dan agama yang kukuh

d. Orang lain harus memuliakan anak-anaknya berbuat adil dan kebaikan diantara

mereka.

e. Orang tua bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam masyarakat yang

berusaha menyadarkan dan memelihara kanak-kanak dan remaja untuk memelihara

anak-anaknya dari segi kesehatan, akhlak dan social. Juga melindungi mereka dari

segala yang membahayakan badan dan akalnya.

f. Supaya orang tua memberikan contoh yang baik dan tauladan yang saleh atas

segala yang diajarkannya. Juga mereka harus menyediakan suasana rumah tangga

yang saleh, bebas dari kerisauan, pertentangan dan pertarungan keluarga dalam soal-

soal pendidikan anak.

2. Hak-hak Orang tua Terhadap anak-anaknya dalam Pendidikan Islam.

a. Bahwa anak-anak meladeni orangtuanya dengan baik, lemah-lembut berkata,

menyayangi kelemahannya, dan selalu menimbulkan rasa hormat, penghargaan, dan

syukur atas jasa-jasa bakti mereka terhadapnya, mematuhi perintah-perintahnya

kecuali kalau menyuruh kepada maksiat.

b. Bahwa anak-anak member pemeliharaan, perbelanjaan dan memelihara

kehormatan ibu-bapak tanpa mengharap bayaran dari mereka

c. Bahwa anak-anak memungkinkan orangtuanya nenunaikan ibadat haji yang tidak

sanggup mereka mengerjakannya dengan harta mereka sendiri. Dalam hubungan

rapat dengan mereka dan kaum kerabat yang tidak ada hubungan kecuali melalui ibu-

bapak. Mereka juga harus mendoakan orangtunya semasa masih hidup dan sesudah

matinya, dan selalu melanjutkan kebaikannya dengan orang-orang yang menjadi

sahabat ibu-bapaknya.

32

B. Pendidikan Agama Islam

1. Pengertian Pendidikan Agama Islam

Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan

peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran

agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain

dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud

kesatuan dan persatuan bangsa.

Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk

membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam

secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan

serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.

Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang

diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai

dengan ajaran Islam (Majid dan Andayani, 2004: 130).Pendidikan agama Islam

adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,

memahami, menghayati, mengimani bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran

agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur‟an dan al-Hadits, melalui

kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.

Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,

pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam,

sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt

serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. (Muhaimin, 2004: 78). Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam

di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha

untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan

ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada

Allah Swt. dan berakhlak mulia dalam kehidupannya.

33

2. Kedudukan Pendidikan Agama Islam

Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka

timbullah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan komponen

afektif dari sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan perasaan

senang seseorang itu akan mendorong untuk berperilaku keagamaan atau yang

dikenal dengan pengamalan ajaran agama.

Dengan demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai

komponen kognitif, dan perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dengan

perilaku terhadap agama sebagai komponen kognitif menjadi landasan pembentukan

sikap keagamaan.

Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan

terhadap agama. Sikap keagamaan mencakup semua aspek yang berhubungan dengan

keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan

keluarga dan sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan,

ibadah, akhlak, dan muamalah.Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada

dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar

ketaatannya terhadap agama.

Menurut Benyamin S. Bloom, dkk (dalam Zainal Arifin, 2014: 21-22) hasil

belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan

psikomotorik. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut:

a. Domain kognitif

1) Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik

untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau

istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.

2) Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru

dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-

hal lain.

34

3) Penerapan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-

teori dalam situasi baru dan konkret.

4) Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau

komponen-komponen pembentuknya.

5) Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai

faktor.

6) Evaluasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep

berdasarkan kriteria tertentu.

b. Domain afektif, yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan

batiniah, dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang

diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya

dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.

1) Kemampuan menerima, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta

didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu.

2) Kemauan menanggapi/menjawab, yaitu jenjang kemampuan yang

menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena,

tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara.

3) Menilai, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten.

4) Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk

menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk

suatu sistem nilai.

c. Domain psikomotor, yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan

gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan sederhana sampai

dengan gerakan yang kompleks.

35

Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama,

karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik dan

mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan

kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta

mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik dan

mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia.

Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti

nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan

kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus,

jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta

berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan cinta-

mencintai, tolong-menolong dan nasehat-menasehati (Yunus, 1993: 7-8).

Oleh sebab itu pendidikan agama harus diberikan mulai dari Taman Kanak-

kanak sampai keperguruan tinggi. Dengan demikian pendidikan agama sangat

berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan

mensucikan jiwa mereka, agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya.

Dengan pendidikan agama, maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan

kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah

ditetapkan dan menjauhi larangan agama.

3. Tujuan Pendidikan Agama Islam

Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan

keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama

Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah

Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan

bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak

ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu:

36

1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.

2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik

terhadap ajaran agama Islam.

3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik

dalam menjalankan ajaran agama Islam.

4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah

diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu

mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan,

mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan

pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta

mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat,

berbangsa dan bernegara (Muhaimin, 2005: 78)

Tujuan Pendidikan agama dalam segala tingkat pengajaran umum adalah

sebagai berikut:

Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak

yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.

Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada

kanak-kanak.

Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikut suruhan Allah dan

meninggalkan segala laranganNya, baik terhadap Allah ataupun terhadap

masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan

ingin akan pahalanya.

Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan akhlak yang mulia

dan adat kebiasaan yang baik.

Mengajar pelajaran-pelajaran, supaya mengetahui macam-macam ibadat yang

wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmah

dan faedah-faedahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia

dan akhirat. Begitu juga mengajarkan hukum-hukum agama yang perlu

diketahui oleh tiap-tiap orang Islam, serta taat mengikutnya.

37

Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.

Memberikan contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan

nasehatnasehat.

Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik yang berbudi

luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama

(Yunus, 1983)

Dari berbagai penelitian tentang tujuan pendidikan agama di atas, bahwa

pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan.

Karena itu terdapat beberapa konsep dari tujuan pendidikan agama Islam itu sendiri,

di antaranya bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membina serta

memelihara Islam sesuai dengan syari‟ah serta memanfaatkannya sesuai dengan

Aqidah dan akhlak Islami.

Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan

agama Islam adalah untuk menyempurnakan hubungan manusia dengan Allah,

menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya, memelihara, memperbaiki

dan meningkatkan hubungan antar manusia dan lingkungan.

C. Urgensi Pendidikan Agama dalam Keluarga

Setiap orang tua tentu mendambakan anaknya menjadi anak yang saleh,

yang memberi kesenangan dan kebanggaan kepada mereka. Kehidupan seorang anak

tak lepas dari keluarga (orang tua), karena sebagian besar waktu anak terletak dalam

keluarga. Peran orang tua yang paling mendasar didalam mendidik agama kepada

anak-anak mereka adalah sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena dari

orang tualah anak pertama kali menerima pendidikan,baik itu pendidikan umum

maupun agama.

Adapun peranan orang tua dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: orang

tua berfungsi sebagai pendidik keluarga dan orang tua berfungsi sebagai pemelihara

serta pelindung keluarga (Arifin, 1978: 80).

38

1. Orang tua sebagai pendidik keluarga

Dari orang tualah anak-anak menerima pendidikan, dan bentuk pertama dari

pendidikan itu terdapat dalam keluarga. Oleh karena itu orang tua memegang peranan

penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak. Agar pendidikan anak dapat

berhasil dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam

mendidik antara lain:

a. Mendidik dengan ketauladanan

Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode

yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral,

spiritual dan sosial. Seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak

yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, bahkan semua keteladanan itu

akan melekat pada diri dan perasaannya.Seperti tetulis dalam firman Allah dalam

Surat Lukman ayat 14-17 :

أ ي وفصبىه في عب ه وهب عيى وه يته أ بىاىذيه ح يب اإلسب نر ىي وىىاىذيل إىى اش ووص

صير } ب في 41اى ب وصبحبه فال تطعه بىيس ىل به عي { وإ جبهذاك عيى أ تشرك بي

تع ب مت فؤبئن ب رجعن إىى أبة إىى ث عروفب واتبع سبيو يب }اىذ { يببي إهآ 41يى

بواث أو في األرض يؤث بهب هللا إ خرده فتن في صخرة أو في اىس ثقبه حبت هللا إ تل

ا41ىطيف خبير } ه ع عروف وا ر ببى الة وأ اىص { يببي أق آأصببل إ نر واصبر عيى ى

ىر } األ عز {41رىل

39

Artinya :” [Ayat 14] Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua

orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang

bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan

kepada kedua dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.

[Ayat 15] Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan

Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu

mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah

jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu,

maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan….

[Ayat 16] (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu

perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,

niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha

Halus lagi Maha Mengetahui.

[Ayat 17] Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan

yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah

terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal

yang diwajibkan (oleh Allah).

Apabila kita perhatikan cara Luqman mendidik anaknya yang terdapat dalam

surat Luqman ayat 15 bahwa nilai-nilai agama mulai dari penampilan pribadi luqman

yang beriman, beramal saleh, bersyukur kepada Allah Swt dan bijaksana dalam

segala hal, kemudian yang di didik dan di nasehatkan kepada anaknya adalah

kebulatan iman kepada Allah Swt semata, akhlak dan sopan santun terhadap kedua

orang tua, kepada manusia dan taat beribadah.

Sehubungan dengan hal tersebut, hendaklah orang tua selaku memberikan

contoh yang ideal kepada anak-anaknya, sering terlihat oleh anak melaksanakan

sholat, bergaul dengan sopan santun. Berbicara dengan lemah lembut dan lainlainnya.

Dan semua itu akan ditiru dan dijadikan contoh oleh anak.

40

b. Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan.

Setiap anak dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas fitrah (kesucian)

bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh karena itu menjadi kewajiban orang

tua untuk memulai dan menerapkan kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta

menumbuhkan dan mengajak anak kedalam tauhid murni dan akhlak mulia.

Hendaknya setiap orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak

sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai

dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk

sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat,

sehingga telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.

Ulwan (1992: 65) mengemukakan bahwa, “Pendidikan dengan pembiasaan

dan latihan merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan merupakan salah

satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan

moralnya”.Di sinilah bahwa pembiasaan dan latihan sebagai suatu cara atau metode

mempunyai peranan yang sangat besar sekali dalam menanamkan pendidikan pada

anak sebagai upaya membina akhlaknya.

Peranan pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika anak tumbuh besar

dan dewasa, ia akan terbiasa melaksanakan ajaran-ajaran agama dan tidak merasa

berat melakukannya. Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang maka

akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak

cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah.

c. Mendidik dengan nasehat

Di antara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk keimanan anak,

mempersiapkan moral, psikis dan sosial adalah mendidik dengan nasehat. Sebab

nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan

41

mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta

membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam (Ulwan, 1997: 66). Nasehat yang tulus

berbekas dan berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang

bijak dan berpikir.

Nasehat orang tua jauh lebih baik dari pada orang lain, karena orang tualah

yang selalu memberikan kasih sayang serta contoh perilaku yang baik kepada

anaknya. Disamping memberikan bimbingan serta dukungan ketika anak mendapat

kesulitan atau masalah, begitupun sebaliknya ketika anak mendapatkan prestasi.

d. Mendidik dengan pengawasan

Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya

membentuk akidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara psikis dan

sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan

jasmani maupun dalam hal belajarnya. Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan

untuk melihat langsung tentang bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-harinya

baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.

Di lingkungan keluarga hendaknya anak tidak selalu dimarahi apabila ia

berbuat salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan baik. Sedangkan di lingkungan

sekolah, pertama-tama anak hendaknya diantar apabila ia ingin pergi ke sekolah.

Supaya ia nanti terbiasa berangkat kesekolah dengan sendiri. Begitu pula setelah anak

tiba di rumah ketika pulang dari sekolah hendaknya ditanyakan kembali pelajaran

yang ia dapat dari gurunya.

2. Orang tua sebagai pemelihara dan pelindung keluarga

Selain mendidik, orang tua juga berperan dan bertugas melindungi keluarga

dan memelihara keselamatan keluarga, baik dari segi moril maupun materil, dalam

hal moril antara lain orang tua berkewajiban memerintahkan anak anaknya untuk taat

kepada segala perintah Allah Swt., seperti sholat, puasa dan lain-lainnya.

42

Sedangkan dalam hal materil bertujuan untuk kelangsungan kehidupan,

antara lain berupa mencari nafkah (Rahmat, 1994: 20)Menurut Naufal (1994: 160),

agar berhasil dalam mendidik anak, maka orang tua harus lebih dahulu memelihara

diri dari hal-hal yang tidak pantas, serta melaksanakan perintah agama dengan baik.

Sebab anak lebih cenderung meniru dan mengikuti kebiasaan yang ada dalam

lingkungannya.

Walhasil mendidik anak dengan contoh perilaku itu lebih baik dari pada

dengan nasehat-nasehat lisan. Untuk itulah perlu kiranya diciptakan lingkungan

keluarga yang islami. Misalnya, di dalam rumah ada tulisan-tulisan al-qur‟an dan

hadist (sebagai hiasan dinding), sering diputar kaset bacaan al-Qur‟an, atau anak

diajak langsung ke tempat peribadatan (masjid dan majlis taklim) atau bahkan diajak

shalat bersama kedua orang tuanya.

Sedangkan menurut Shaleh (2000: 96), ada tiga macam lingkungan

keagamaan dalam kehidupan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap

perkembangan keagamaan dan proses belajar pendidikan agama di sekolah yaitu:

Pertama, keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi

perkembangan anak. Orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian akan selalu

medorong untuk kemajuan pendidikan agama serta kebersamaan mengajak anak

untuk menjalankan agamanya. Orang tua mendatangkan guru ngaji atau privat agama

di rumah serta menyuruh anaknya untuk belajar di madrasah diniyah dan mengikuti

kursus agama.

Kedua, keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan keagamaan anak-

anaknya. Orang tua dari keluarga yang semacam ini tidak mengambil peranan untuk

mendorong atau melarang terhadap kegiatan atau sikap keagamaan yang dijalani

anak-anaknya.

Ketiga, keluarga yang antipati terhadap dampak dari keberadaan pendidikan

agama di sekolah atau dari masyarakat sekitarnya. Orang tua dari keluarga yang

semacam ini akan menghalangi dan mensikapi dengan kebencian terhadap kegiatan

keagamaan yang dilakukan oleh anak-anaknya dan keluarga lainnya.

43

Banyak alasan mengapa pendidikan agama di rumah tangga sangat penting.

Alasan pertama, pendidikan di masyarakat, rumah ibadah, sekolah frekuensinya

rendah. Pendidikan agama di masyarakat hanya berlangsung beberapa jam saja setiap

minggu, di rumah ibadah seperti masjid, juga sebentar, di sekolah hanya dua jam

pelajaran setiap minggu. Alasan kedua, dan ini paling penting, inti pendidikan agama

Islam ialah penanaman iman.

Penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam

kehidupan sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan di rumah. Pendidikan agama

itu intinya ialah pendidikan keberimanan, yaitu usaha-usaha menanamkan keimanan

di hati anak-anak kita (Tafsir, 1999: 134)Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan

bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam mendidik, khususnya di

dalam melindungi keluarga dan memelihara keselamatan keluarga.

Melindungi keluarga bukan hanya memberikan tempat tinggal saja, tetapi

memberikan perlindungan supaya keluarga kita terhindar dari mala petaka baik

didunia maupun di akherat nanti yaitu dengan cara mengajak keluarga kita kepada

perbuatan-perbuatan yang perintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala

larangan-larangannya. Memelihara keselamatan keluarga yaitu mengajarkan keluarga

kita supaya taat kepada Allah SWT, agar keluarga kita diberikan keselamatan oleh

Allah SWT baik di dunia dan akherat.

Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam keluarga harus

benar-benar dilaksanakan. Dan sebagai orang tua harus menjadi contoh yang baik

bagi anak-anknya, karena anak itu sifatnya menerima semua yang dilkukan, yang

dilukiskan dan condong kepada semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu

dibiasakan dan diajari berbuat baik maka anak itu akan hidup bahagia di dunia dan di

akherat. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja, maka anak itu

akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari ketinggian anak itu ialah

terletak pada yang bertanggung jawab (pendidik) dan walinya.