BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peranan dan Kedudukan Keluarga
-
Upload
khangminh22 -
Category
Documents
-
view
0 -
download
0
Transcript of BAB II KAJIAN TEORITIS A. Peranan dan Kedudukan Keluarga
15
BAB II
KAJIAN TEORITIS
A. Peranan dan Kedudukan Keluarga
1.Pengertian Keluarga
Keluarga merupakan unit sosial terkecil yang utama dan pertama bagi seorang
anak, sebelum ia berkenalan dengan dunia sekitarnya, ia akan berkenalan terlebih
dahulu dengan situasi keluarga. Pengalaman pergaulan dalam keluarga akan
memberikan pengaruh yang sangat besar bagi perkembangan anak untuk masa yang
akan datang. Keluargalah yang akan memberikan warna kehidupan seorang anak,
baik perilaku, budi pekerti maupun adat kebiasaan sehari-hari. Keluarga jualah
tempat dimana seorang anak mendapat tempaan pertama kali yang kemudian
menentukan baik buruk kehidupan setelahnya di masyarakat hingga tak salah lagi
kalau keluarga adalah elemen penting dalam menentukan baik-buruknya masyarakat
(Athiyah, 1993: 133).
Keluarga adalah wadah pertama dan utama bagi pertumbuhan dan
pengembangan anak. Jika suasana dalam keluarga itu baik dan menyenangkan, maka
anak akan tumbuh dengan baik pula. Jika tidak, tentu akan terhambatlah pertumbuhan
anak tersebut. Peranan orang tua dalam keluarga amat penting, terutama ibu. Dialah
yang mengatur, membuat rumah tangganya menjadi surga bagi anggota keluarga,
menjadi mitra sejajar yang saling menyayangi dengan suaminya (Daradjat, 1995: 47).
Dalam hal ini peranan seorang ibu sangat besar dalam menentukan keberhasilan
karier anaknya sebagai anak yang berguna bagi keluarga, masyarakat, agama, bangsa
dan negara. Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak
mereka, karena dari merekalah anak mulai menerima pendidikan.
Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan
keluarga. Dalam hal ini faktor penting yang memegang peranan dalam menentukan
kehidupan anak adalah pendidikan orang tua, yang selanjutnya digabungkan menjadi
pendidikan Agama. Pada setiap anak terdapat suatu dorongan dan suatu daya untuk
16
meniru. Dengan dorongan ini anak dapat mengerjakan sesuatu yang dikerjakan oleh
orang tuanya.
Dalam kamus bahasa besar bahasa Indonesia di sebutkan „‟Keluarga‟‟ : ibu
bapak dengan anak-anaknya,satuan kekerabatan yang sangat mendasar di
masyarakat.keluarga merupakan sebuah institusi terkecil di dalam masyarakat yang
berfungsi sebagai wahana untuk mewujud kan kehiduapn yang tentram,aman, damai
dan sejahtera dalam suasana cinta dan kasih sayang diantara anggotanya.Dalam al-
Quran di jumpai beberapa kata yang mengarah pada „‟Keluarga‟‟ Ahlul bait di sebut
keluarga rumah tangga Rosululloh SAW. Keluarga perlu di jaga,keluarga adalah
potensi menciptakan cinta dan kasih sayang. Menurut Abu Zahra bahwa institusi
keluarga mencakup suami, istri,anak-anak dan keturunan mereka,kakek, nenek,
saudara-saudara kandung dan anak-anak mereka , dan mencakup pula saudara kakek
, nenek ,paman ,dan bibi serta anak mereka (sepupu). Menurut psikologi , keluarga
bisa di artikan sebagai dua orang yang berjanji bersama yang memiliki komitmen atas
dasar cinta, menjalankan tugas dan fungsi yang terkait karena sebuah ikatan batin ,
atau hubungan perkawinan yang kemudian melahir kan ikatan sedarah , terdapat pula
nilai ke sepahaman , watak ,kepribadian yang satu sama lain saling mempengaruhi
walaupun terdapat keragaman ,menganut ketentuan norma , adat , nilai yang di
yakini dalam membatasi keluarga dan yang bukan keuarga. Keluarga dalam
masyarakat timur ,di pandang sebagai lambang kemandirian , kerena awalnya
seseorang masih memiliki ketergatungan pada orang tua maupun keluarga besarnya,
maka perkawinan sebagai pintu masuknya keluarga baru menjadi awal memulainya
tanggung jawab baru dalam babak kehidupan baru.
17
Anggota-anggota keluarga ditandai dengan hidup bersama dibawah satu atap
dan merupakan susunan satu rumah tangga, kadang-kadang seperti masa lampau
rumah tangga adalah keluarga luas, meliputi didalamnya empat sampai lima generasi.
Sekarang rumah tangga semakin kecil ukurannya, umunya dibatasi oleh suami istri
anak atau dengan satu anak, dua atau tiga anak.
Keluarga merupakan kesatuan dari orang-orang yang berinteraksi dan
berkomunikasi yang menciptakan peranan-peranan sosial bagi si suami dan istri, ayah
dan ibu, putra dan putri, saudara laki-laki dan saudara perempuan. Peranan-peranan
tersebut dibatasi oleh masyarakat, tetapi masing-masing keluarga diperkuat melalui
sentimen-sentimen yang sebagian merupakan tradisi dan sebagian lagi emosional
yang menghasilkan pengalaman.
Pada garis besarnya keluarga dapat dibagi kedalam dua bentuk besar yaitu
keluarga luas (extended family) dan keluarga Inti (nuclear family). Keluarga luas
adalah satuan keluarga yang meliputi lebih dari satu generasi dan satu lingkungan
kaum keluarga yang lebih luas daripada hanya ayah, ibu dan anak-anak atau dengan
perkataan lain, keluarga luas merupakan keluarga inti ditambah dengan anggota-
anggota keluarga yang lain, atau keluarga yang lebih dari satu generasi. Sedangkan
keluarga inti dapat didefinisikan dengan keluarga atau kelompok yang terdiri dar
atah, ibu dan anak-anak yang belum dewasa atau belum menikah.
Di Indonesia sendiri, keluarga telah diatur dalam berbagai peraturan atau
undang-undang RI nomor 10 tahun 1992 mendefinisikan keluarga sebagai berikut
:Keluarga merupakan wahana pertama seorang anak mendapatkan pengetahuan dan
keterampilan yang diperlukan bagi kelangsungan hidupnya.
Pembentukan keluarga dalam islam bermula dengan terciptanya hubungan
suci yang menjalin seorang lelaki dan seorang perempuan melalui perkawinan yang
halal, memenuhi rukun-rukun dan syarat-syarat sahnya. Oleh sebab itu kedua suami
isteri itu merupakan dua unsure utama dalam keluarga. Jadi keluarga dalam
pengertiannya yang sempit merupakan suatu unit social yang terdiri dari seorang
suami dan seorang isteri, atau dengan kata lain keluarga adalah perkumpulan yang
18
halal antara seorang lelaki dan seorang perempuan yang bersifat terus-menerus di
mana yang satu merasa tenteram dengan yang lain sesuai dengan yang ditentukan
oleh agama dan masyarakat. Dan ketika kedua suami isteri itu dikaruniai seorang
anak atau lebih, maka anak-anak itu menjadi unsur utama ketiga pada keluarga
tersebut disamping dua unsur sebelumnya.
Masing-masing unsur yang tiga ini, yaitu suami, isteri, dan anak mempunyai
peranan penting dalam membina dan menegakkan keluarga, sehingga kalau salah satu
unsur itu hilang, maka keluarga menjadi goncang dan keluarga kehilangan
keseimbangan.
Amini (107: 2006), keluarga adalah orang-orang yang secara terus menerus
atau sering tinggal bersama si anak, seperti ayah, ibu, kakek, nenek, saudara laki-laki
dan saudara perempuan dan bahkan pembantu rumah tangga, diantara mereka
disebabkan mempunyai tanggung jawab menjaga dan memelihara si anak dan yang
menyebabkan si anak terlahir ke dunia, mempunyai peranan yang sangat penting dan
kewajiban yang lebih besar bagi pendidikan si anak.
Menjadi ayah dan ibu tidak hanya cukup dengan melahirkan anak, kedua
orang tua dikatakan memiliki kelayakan menjadi ayah dan ibu manakala mereka
bersungguh-sungguh dalam mendidik anak mereka. Islam menganggap pendidikan
sebagai salah satu hak anak, yang jika kedua orang tua melalaikannya berarti mereka
telah menzalimi anaknya dan kelak pada hari kiamat mereka dimintai pertanggung
jawabannya.Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
keluarga adalah kesatuan unsur terkecil yang terdiri dari bapak, ibu dan beberapa
anak.
Masing-masing unsur tersebut mempunyai peranan penting dalam membina
dan menegakkan keluarga, sehingga bila salah satu unsur tersebut hilang maka
keluarga tersebut akan guncang atau kurang seimbang. Keluarga mempunyai peranan
penting dalam pendidikan, baik dalam lingkungan masyarakat Islam maupun non-
Islam. Karena keluarga merupakan tempat pertumbuhan anak yang pertama di mana
dia mendapatkan pengaruh dari anggota-anggotanya pada masa yang amat penting
19
dan paling kritis dalam pendidikan anak, yaitu tahun-tahun pertama dalam
kehidupannya (usia prasekolah), sebab pada masa tersebut apa yang ditanamkan pada
diri anak akan sangat membekas, sehingga tak mudah hilang atau berubah
sesudahnya. Dari sini, keluarga mempunyai peranan besar dalam pembangunan
masyarakat.
2.Peranan Keluarga Terhadap Anak
Terdapat tiga lembaga utama yang sangat berpengaruh dalam perkembangan
kepribadian seorang anak yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan
lingkungan masyarakat, yang selanjutnya dikenal dengan istilah Tripusat Pendidikan.
Juga dikenal istilah pendidikan formal, informal, dan non-formal. Pendidikan formal
biasanya sangat terbatas dalam memberikan pendidikan nilai budi pekerti. Hal ini
disebabkan oleh masalah formalitas hubungan antara guru dan siswa.
Pendidikan non formal dalam perkembangannya saat ini tampaknya juga
sangat sulit memberikan perhatian besar pada pendidikan nilai. Hal ini berhubungan
dengan proses tranfornmasi budaya yang sedang terjadi dalam masyarakat kita.
Dalam GBHN (Tap. MPR No. IV/MPR/1978) ditegaskan bahwa “pendidikan
berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan dalam lingkungan rumah tangga,
sekolah dan masyarakat”. Oleh karena itu, pendidikan merupakan tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah (Zakiah Darajat, 1992).
Dalam hubungannya dengan perkembangan seseorang, keluarga merupakan
tempat pertama dan utama dalam perkembangan seseorang. Dikatakan tempat
pertama karena seseorang pertama kali belajar bersosialisasi dan berkomunikasi
dalam lingkungan keluarga (Purwanto, 1990:101-103). Sejak masih dalam
kandungan, kelahiran, masih bayi, masa kanak-kanak, remaja, samapai masa dewasa,
seseoranng tentu berinteraksi secara intensif dengan keluarga. Interaksi dengan
keluarga baru mulai terbagi ketika seseorang telah mengikatkan diri dengan orang
lain dalam suatu perkawinan. Itu saja hubungan keluarga pasti tidak terputus seratus
persen.
20
Proses pendidikan dalam keluarga terjadi secara wajar melalui tranformasi
nilai ini terjadi secara perlahan-lahan tetapi sistematis. Hal ini berhubungan dengan
hakikat nilai yang bukan pertama-tama merupakan kebiasaan- kebiasaan yang
mengarah pada kebaikan.Yang menjadi permasalahan saat ini adalah bagaimana
keluarga berperan dalam memberikan pendidikan budi pekerti pada anak didik. Hal
ini tentu tidak mudah mengingat kondisi keluarga di negara kita sangat bervariasi.
Secara umum kondisi keluarga di Indonesia dapat dikelompokkan ke dalam tiga
variasi.
Pertama, keluarga harmonis, yaitu keluarga yang tidak memiliki masalah yang
begitu berarti baik dari segi masalah hubungan antarpribadi maupun masalah
finansial.
Kedua, keluarga bermasalah, yaitu keluarga yang memiliki masalah, baik
masalah hubungan antar pribadi atau masalah finansial.
Ketiga, keluarga gagal, yaitu keluarga yang mengalami kegagalna dalam
membangun keluarga sehinmgga keluarga menjadi terpecah belah.
Dalam kehidupan manusia, keperluan dan hak kewajiban, perasaan dan
keinginan adalah hak yang komplek. Pengetahuan dan kecakapan yang diperoleh dari
keluarga sangat mendukung pertumbuhan dan perkembangan diri seseorang, dan
akan binasalah pergaulan seseorang bila orang tua tidak menjalankan tugasnya
sebagai pendidik.
Apabila fungsi keluarga dalam kajian psikologikal modern menekankan
pendidikannya kepada pembinaan jiwa mereka dengan rasa cinta, kasih sayang dan
ketenteraman, justeru para ahli ilmu jiwa Muslim jauh sebelum itu telah menekankan
perkara ini dalam berbagai tulisannya. Ulama-ulama Muslim dahulu kala menekankan
pentingnya peranan pendidikan keluarga itu pada tahun-tahun pertama usia anak-anak
21
yang berdasar kepada pengalaman-pengalaman mereka sendiri. Di samping itu, nash-
nash al-Qur‟an menekankan pentingnya pendidikan dalam keluarga.
Seperti yang dalam firman Allah surat AT-tahrim ayat dijelaskan:
وقودها الناس ارايا أي ها الذين آمنوا قوا أنفسكم وأهليكم ن
ها ملئكة غلظ شداد ل ي عصون الله ما أمرهم وي فعلون ما ي ؤمرون والجارة علي
Artinya :
“Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka
yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang
kasar, yang keras, yang tidak mendurhakai Allah terhadap apa yang diperintahkan-
Nya kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.”(QS. 66:6)
Ayat diatas memberi tuntunan kepada kaum beriman bahwa : Hai orang-
orang yang beriman, peliharalah diri kamu, antara lain dengan meneladani Nabi dan
pelihara juga keluarga kamu yakni istri, anak-anak, dan seluruh yang berada di bawah
tanggung jawab kamu dengan mendidik dan membimbing mereka agar kamu semua
terhindar dari apineraka yang bahan bakarnya adalah manusia-manusia yang
kafir dan juga batu-batuantara lain yang dijadikan berhala-berhala.Di atasnya yakni
22
yang menangani neraka itu dan bertugas menyiksa penghuni-penghuninya
adalah malaikat-malaikat yang kasar-kasar hati dan perlakuannya.
Yang keras-keras perlakuannya dalam melaksanakan tugas penyiksaan, yang tidak
mendurhakai Allah menyangkut apa yang Dia perintahkan kepada mereka sehingga
siksa yang mereka jatuhkan –kendati mereka kasar- tidak kurang dan tidak juga
berlebih dari apa yang diperintahkan Allah, yakni sesuai dengan dosa dan kesalahan
masing-masing penghuni neraka dan mereka juga senantiasa dan diri saat ke
saat mengerjakan dengan mudah apa yang diperintahkan Allah kepada mereka.
Ayat enam diatas menggambarkan bahwa dakwah dan pendidikan harus
bermula di rumah. Ayat di atas walau secara redaksional tertuju kepada kaum pria
(ayah), tetapi itu bukan berarti hanya tertuju kepada mereka. Ayat ini tertuju kepada
perempuan dan lelaki (ibu dan ayah) sebagaimana ayat-ayat yang serupa (misalnya
ayat yang memerintahkan puasa) yang juga tertuju kepada lelaki dan perempuan. Ini
berarti kedua orangtua bertanggung jawab terhadap anak-anak dan juga pasangan
masing-masing sebagaimana masing-masing bertanggungjawab atas kelakuannya.
Ayah atau ibu sendiri tidak cukup untuk menciptakan satu rumah tangga yang diliputi
oleh nilai-nilai agama serta dinaungi oleh hubungan yang harmonis.Secara sosiologis
keluarga dituntut berperan dan berfungsi untuk menciptakan suatu masyarakat yang
aman, tenteram, bahagia dan sejahtera, yang semua itu harus dijalankan oleh keluarga
sebagai lembaga sosial terkecil.
Selain dari pendapat diatas mengenai fungsi keluarga ini menurut MI
Soelaeman mengatakan sebagai berikut:
Fungsi Edukatif – Sebagai suatu unsur dari tingkat pusat pendidikan,
merupakan lingkungan pendidikan yang pertama bagi anak. Dalam kedudukn ini,
adalah suatu kewajaran apabila kehidupan keluarga sehari-hari, pada saar-saat
23
tertentu terjadi situasi pendidikan yang dihayati oleh anak dan diarahkan pada
perbuatan-perbuatan yang sesuai dengan tujuan pendidikan.
Fungsi Sosialisasi – Melalui interaksi dalam keluarg anak mempelajari pola-
pola tingkahlaku, sikap, keyakinan, cita-cita serta nilai-nilai dalam masyarakat dalam
rangka pengembangan kepribadiannya. Dalam rangka melaksanakan fungsi
sosialisasi ini, keluarga mempunyai kedudukan sebagai penghubung antara anak
dengan kehidupan sosial dan norma-norma sosial yang meliputi penerangan,
penyaringan dan penafsiran ke dalam bahasa yang dimengerti oleh anak.
Fungsi protektif – Fungsi ini lebih menitik beratkan dan menekankan kepada
rasa aman dan terlindungi apabila anak merasa aman dan terlindungi barulah anak
dapat bebas melakukan penjajagan terhadap lingkungan.
Fungsi Afeksional – Yang dimaksud dengan fungsi afeksi adaslah adanya
hubungan sosial yang penuh dengan kemesraan dan afeksi. Anak biasanya
mempunyai kepekaan tersendiri akan iklim-iklim emosional yang terdapat dalam
keluarga kehangatan yang terpenting bagi perkembangan keperibadian anak.
Fungsi Religius – Keluarga berkewajiban mmperkenalkan dan mengajak
anak serta keluarga pada kehidupan beragama. Sehingga melalui pengenalan ini
diharapkan keluarga dapat mendidik anak serta anggotanya menjadi manusia yang
beragama sesuai dengan keyakinan keluarga tersebut.
Fungsi Ekonomis – Fungsi keluarga ini meliputi pencarian nafkah,
perencanaan dan pembelanjaannya. Pelaksanaanya dilakukan oleh dan untuk semua
anggota keluarga, sehingga akan menambah saling mengerti, solidaritas dan tanggung
jawab bersama.
Fungsi Rekreatif – Suasana keluarga yang tentram dan damai diperlukan
guna mengembalikan tenaga yang telah dikeluarkan dalam kehidupan sehari-hari
Fungsi Biologis – Fungsi ini berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan-
kebutuhan biologis keluarga, diantaranya kebutuhan seksuil. Kebutuhan ini
berhubungan dengan pengembangan keturunan atau keinginan untuk mendapatkan
keturunan. Selain itu juga yang termasuk dalam fungsi biologis ini yaitu perlindungan
24
fisik seperti kesehatan jasmani dan kebutuhan jasmani yaitu dengan terpenuhinya
kebutuhan sandang, pangan dan papan akan mempengaruhi kepada jasmani setiap
anggota keluarga.
Menurut Ahmadi (89: 1998), ia menambahkan satu fungsi keluarga selain
ketujuh fungsi di atas yaitu fungsi ekonomi. Fungsi ekonomi adalah keluarga
berusaha menyelenggarakan kebutuhan manusia yang pokok, diantaranya kebutuhan
makan dan minum, kebutuhan pakaian untuk menutup tubuhnya dan kebutuhan
tempat tinggal. Berhubung dengan fungsi penyelenggaraan kebutuhan pokok ini
maka orang tua diwajibkan untuk berusaha keras agar supaya setiap anggota keluarga
dapat cukup makan dan minum, cukup pakaian serta tempat tinggal.
Dari berbagai fungsi keluarga yang telah diuraikan di atas, penulis dapat
menyimpulkan bahwa setiap orang tua mempunyai tanggung jawab yang besar di
dalam menjalankan tugasnya sebagai pendidik. Karena sangat berpengaruh sekali
kepada anak apabila ia tidak menjalankan tugasnya sebagai kepala keluarga, dalam
rangka: Memelihara dan membesarkan anaknya. Melindungi dan menjamin
keselamatan, baik jasmani maupun rohani, dari berbagai gangguan penyakit dan dari
penyelewengan kehidupan dari tujuan hidup yang sesuai dengan falsafat hidup dan
agama yang dianutnya.
Memberi pengajaran dalam arti yang luas sehingga anak memperoleh peluang
untuk memiliki pengetahuan dan kecakapan seluas dan setinggi mungkin yang dapat
dicapainya.Membahagiakan anak, baik dunia maupun akhirat, sesuai dengan
pandangan dan tujuan hidup muslim.
Di lihat dari segi pendidikan , keluarga merupakan satuan kesatuan hidup (
sistem sosial), dan keluraga menyediakan situasi belajar.
Sebagai satu kesatuan hidup bersama (sistem sosial), keluraga terdiri dari
ayah, ibu, dan anak. Ikatan kekeluragaan membantu anak mengembangkan sifat
persahabatan ,cinta kasih, hubungan antar pribadi, kerja sama, disiplian ,tingkah laku
yang baik, serta pengakuan akan kewibawaa
25
Sementara itu yang berkenaan dengan keluarga menyediakan situasi belajar ,
dapat dilihat bahwa bayi dan anak-anak sangat bergantung kepada orang tua, baik
karena keadaan jasmaniahnya maupun kemampuan intelektual, sosial, dan moral.
Bayi dan anak belajar menerima dan meniru apa yang diajarkan oleh orang tua.
Sumbangan keluarga bagi pendiidkan anak adalah sebagai berikut.
1. Cara orang tua melatih anak untuk menguasai cara-cara mengurus diri , seperti cara
makan,buang air, berbicara, berjalan, berdoa,sungguh-sungguh membekas dalam diri
anak karena berkaitan erat dengan perkembangan dirinya sebagai pribadi.
2. Sikap orang tua sangat mempengaruhi perkembangan anak .sikap meneriman atau
menolak, sikap kasih sayang atau acuh tak acuh,sikap sabar atau tergesa-gesa,sikap
melindungi atau membiarkan secara langsung mempengaruhi reaksi emosional anak
Sangat wajar dan logis jika tanggung jawab pendidikan terletak di tangan
kedua orang tua dan tidak bisa di pikulkan kepada orang lain kaerna ia adalah darah
dagingnya, kecuali berbagai keterbatasan kedua orang tua ini. Maka sebagai tanggung
jawab pendidikan dapat dilimpahkan kepada orang lain, yaitu melalui sekolah.
Untuk tambah memperjelas tentang peranan keluarga dalam bidang-bidang ini
kita dapat bicarakan masing-masing seperti di bawah ini.
1. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Jasmani dan Kesehatan Bagi Anak-anaknya
Keluarga mempunyai peranan penting untuk menolong pertumbuhan anak-anaknya
dari segi jasmani, baik aspek perkembangan ataupun aspek perfungsian. Begitu juga
dalam hal memperoleh pengetahuan, konsep-konsep, ketrampilan-ketrampilan,
kebiasaan-kebiasaan, dan sikap terhadap kesehatan yang harus dipunyai untuk
mencapai kesehatan jaasmani yang sesuai dengan umur, menurut kematangan, dan
pengamatan mereka.
26
Di antara cara-cara yang dapat menolong untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan
jasmani dan kesehatan anak-anak adalah: memberi peluang yang cukup untuk
menikmati susu ibu, jika kesehatan ibu membolehkan yang demikian. Menjaga
kesehatan dan kebersihan jasmani dan pakaiannya dan melindunginya dari serangan
angin, panas, terjatuh, kebakaran, tenggelam; meminum bahan-bahan berbahaya, dan
lain-lain sebagainya.
Dalam menjalankan tugas-tugas ini terhadap pendidikan anak-anaknya keluarga
Islam merasa bahwa ia telah menunaikan salah satu tugas yang diwajibkan oleh
agama Islam.
2. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Akal (Intelektual) Kanak-kanak.
Di antara cara-cara yang dapat dilalui oleh keluarga untuk memainkan peranannya
dalam pendidikan ini adalah: mempersiapkan rumah tangga dengan segala macam
perangsang ini adalah permainan-permainan pengajaran yang bertujuan gambar-
gambar, buku-buku, dan majalah-majalah yang menyebabkan anak-anak gemar
menelaah kandungan buku-buku dan majalah-majalah dan bersedia untuk membaca
sebelum ia belajar membaca dan menulis.
Sesudah anak-anak masuk sekolah tanggungjawab keluarga dalam pendidikan
intelektual bertambah luas. Sekarang menjadi kewajiban keluarga dalam bidang ini
adalah menyiapkan suasana yang sesuai dan menggalakkan untuk belajar,
mengulangi pelajaran, mengerjakan tugas.
3. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Psikologikal dan Emosi
Di antara bidang-bidang di mana keluarga dapat memainkan peranan penting adalah
pendidikan psikologikal dan emosional. Melalui pendidikan itu keluarga dapat
menolong anak-anaknya dan anggota-anggotanya secara umum untuk menciptakan
pertumbuhan emosi yang sehat, menciptakan kematangan emosi yang sesuai dengan
umurnya, menciptakan penyesuaian psikologikal yang sehat dengan dirinya sendiri
dan dengan orang-orang lain di sekelilingnya. Begitu juga dengan menumbuhkan
emosi kemuliaan yang mulia, seperti cinta kepada orang lain, mengasihani orang
27
lemah dan teraniaya, menyayangi dan mengasihani orang fakir miskin, kehidupan
emosi yang rukun dengan orang-orang lain dan menghadapi masalah-masalah
psikologikal secara positif dan dinamis.
Di antara cara-cara yang dapat digunakan oleh keluarga untuk mendidik anak-
anaknya dari segi psikologi adalah bahwa ia memberi mereka segala peluang untuk
menyatakan diri, keinginan, fikiran dan pendapat mereka dengan sopan dan hormat,
disamping menolong mereka berhasil dalam pelajaran dan menunaikan tugas yang
dipikulkan kepadanya.
4. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Agama Bagi Anak-anaknya
Pendidikan agama dan spiritual ini berarti membangkitkan kekuatan dan kesediaan
spiritual yang bersifat naluri yang ada pada kanak-kanak melalui bimbingan agama
yang sehat dan mengamalkan ajaran-ajaran agama dan upacara-upacaranya. Begitu
juga membekalkan kanak-kanak dengan pengetahuan agam adan kebudayaan Islam
yang sesuai dengan umurnya dalam bidang-bidang akidah, ibadat, muamalat, dan
sejarah.
Di antara cara-cara praktis yang patut digunakan oleh keluarga untuk menanamkan
semangat keagamaan pada diri anak-anak adalah cara-cara berikut:
a) Memberi tauladan yang baik kepada mereka tentang kekuatan iman kepada Allah dan
berpegang dengan ajaran-ajaran agama dalam bentuknya yang sempurna dalam waktu
tertentu
b) Membiasakan mereka menunaikan syiar-syiar agama semenjak kecil sehingga
penunaian itu menjadi kebiasaan yang mendarah daging
c) Menyiapkan Suasana agama dan spiritual yang sesuai di rumah di mana mereka
berada
d) Membing mereka membaca bacaan- bacaan agam yang berguna dan memikirkan
ciptaan-ciptaan Alloh dan mahluk- mahluk untuk menjadi bukti kehalusan sistem
ciptaan itu dan atas wujud dan keagungannya.
28
e) Menggalakkan mereka turut serta dalam aktivitas- aktivitas agama, dan lain-lain lagi
caracara lain.
Ketika keluarga menunaikan hal-hal tersebut di atas, sebenarnya ia menurut kepada
petunjuk dari Al-quran, sunnah nabi SAW. Dan peninggalan Assalaf-Assaleh yang
semuanya mengajak untuk melaksanakan pendidikan.
Sabda rosululloh SAW „‟ perintahlah anak- anakmu bersembahyang ketika mereka
berumur tujuh tahun. Pukulah mereka kalau tidak mau jika mereka berumur sepuluh
tahun.
5. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Akhlak Bagi Anak-Anak
Keluarga memegang peranan penting sekali dalam pendidikan ahlak untuk anak-anak
sebagai institusi yang mula-mula sekali berinteraksi dengannya, oleh sebab mereka
mendapat pengaruh daripaadanya atas segala tingkah lakunya, oleh sebab itu haruslah
keluarga mengambil berat tentng pendidikan ini, mengajar mereka ahlak yang mulia
yang diajarkan islam seperti kebenaran, kejujuran, keikhlasan , kesabaran, kasih
sayang, cinta kebaikan, pemurah, berani dan lain sebagainya.
Diantara kewajiban keluarga dalam hal ini adalah
a. Member contoh yang baik bagi anak-anaknya dalam berpegang teguh kepada ahlak
mulia
b. Menyediakan bagi anak-anaknya peluang-peluang dan suasana praktis dimana
mereka dapat mempraktekan ahlak yang diterima dari orang tuanya
c. Memberi tanggung jawab yang sesuai kepada anak-anaknya supaya mereka merasa
bebas memilih dalam tindak tanduk
d. Menunjukan bahwa kelarga selalu mengawasi mereka dengan sadar dan bijaksana
e. Menjaga mereka dari teman-teman yang menyeleweng an tempat-tempat kerusakan
dan lain-lain lagi cara keluarga dapat mendidik akhlak anak-anaknya.
6. Peranan Keluarga Dalam Pendidikan Sosial Kanak-Kanak
Diantara cara-cara yang petut digunakan oleh keluarga dalam mendidik anak-
anaknya dari segi social politik dan ekonomi adalah
29
a. Memberi contoh yang baik kepada anak-anaknya dalam tingkah laku social yang
sehat berdasar pada prinsip-prinsip dan nilai-nilai agama
b. Menjadikan rumah itu sebagai tempat dimana tercipta hubungan-hubungan social
yang berhasil
c. Menjauhkan mereka dari sifat manja dan berfoya-foya dan jangan menghina dan
merendahkan mereka-mereka dengan kasar sebab sifat memanjakan dan kekerasan itu
merusak kepribadian anak-anak.
d. Memperlakukan mereka dengan lemah lembut dengan menghormatinya didepan
kawan-kawannya tetapi jangan melepaskan kekusaan kebapaan mereka terhadap
anak-anaknya.
e. Menolong anak-anaknya menjalin persahabatan yang mulia dan berhasil sebab
manusia turut menjadi baik karena berkawan dengan orrang soleh seperti kata
pepatah
f. Bersifat adil diantara mereka
Diantara dalil- dalil agama yang menajdi dasar kelarga muslim dalam mendidik
anak-anaknya dari segi social adalah
3.Lingkungan Keluarga
a. Pengertian Lingkungan Keluarga.
Lingkungan keluarga adalah lingkungan terkecil dalam kestuan masyarakat.
Keluarga dibangun dari sebuah perkawinan antara seorang laki-laki dengan seorang
wanita, kemudian hidup bersama dan menghasilkan keturunan berupa anak. Maka
yang bertanggung jawab dalam sebuah keluarga adalah orang tua. Dalam pengertian
dari segi lughawi orang tua dalam bahasa Arab disebut „اىىاىذا„, dan dalam bahasa
Inggris disebut dengan „parents‟.Orang tua merupakan pasangan suami isteri yang
telah menikah kemudian mempunyai keturunan (anak) sebagai hasil dari kasih sayang
mereka berdua.
Ibu adalah orang pertama di mata anaknya. Ini bukan berarti bahwa fungsi
ayah menjadi sekunder. Ayah adalah prima untuk kelangsungan hidup
30
keluarga”.Dengan demikian dapat dipahami bahwa orang tua adalah ayah ibu yang
melahirkan anak-anaknya serta memelihara mereka dengan penuh kasih sayang agar
kelak mereka dapat tumbuh menjadi besar dan dewasa serta menjadi penerus
perjuangan dan cita-cita orang tuanya.
Adapun konsepsi Islam tentang orang tua maka dikemukakan oleh Khatib
Ahmad Santut bahwa : Orang tua merupakan figur dalam keluarga yang harus
memberikan tauladan dan memberikan nasihat agar anak-anaknya menjadi generasi
muslim yang shaleh dan berjuang demi tegaknya Islam di muka bumi.Selanjutnya
ditegaskan juga bahwa : Memberi nafkah dan mendidik anak lebih utama dari pada
amal terpuji lainnya, yang dapat melebur dosa dan mengangkat derajat.
Dengan demikian jelaslah bahwa dalam konsepsi Islam orang tua dalam
keluarga sebagai pembimbing, pengarah dan pembentuk sifat-sifat mulia pada anak-
anaknya, memberikan nasehat kepada jalan yang lurus dan harus mampu membentuk
generasi muslim yang mampu menegakkan ajaran agama Islam. Orang tua harus
mampu mendidik dan memberikan nafkah yang baik kepada anak-anaknya karena
derajat kehidupan manusia juga ditentukan seberapa tinggi pendidikannya.
b. Kewajiban dan hak Orangtua terhadap anak
1. Kewajiban-kewajiban Orang tua Terhadap Anak-anaknya.
a. Bahwa si bapak memilih isteri yang bakal menjadi ibu bagi anak-anaknya ketika
ia berminat hendak kawin, sebab ibu itu mempunyai pengaruh besar pada pendidikan
anak dan padaa tingkahlaku mereka, terutama pada awal masa kanak-kanak, di mana
ia tidak kenal siapa-siapa kecuali ibunya yang menyediakan makanan, kasih-sayang
dan kecintaan. Sabda Rasulullah s.a.w.: “Pilihlah bakal isterimu sebab darah itu
menurun”.
b. Ia memiliki nama yang baik bagi anaknya, terutama jika ia seorang lelaki. Sebab
nama baik itu mempunyai pengaruh positif atas kepribadian manusia, begitu juga atas
tingkah laku, cita-cita dan angan-angannya.
31
c. Memperbaiki adap dan pengajaran anak-anaknya dan menolong mereka
membina aqidah yang betul dan agama yang kukuh
d. Orang lain harus memuliakan anak-anaknya berbuat adil dan kebaikan diantara
mereka.
e. Orang tua bekerjasama dengan lembaga-lembaga lain dalam masyarakat yang
berusaha menyadarkan dan memelihara kanak-kanak dan remaja untuk memelihara
anak-anaknya dari segi kesehatan, akhlak dan social. Juga melindungi mereka dari
segala yang membahayakan badan dan akalnya.
f. Supaya orang tua memberikan contoh yang baik dan tauladan yang saleh atas
segala yang diajarkannya. Juga mereka harus menyediakan suasana rumah tangga
yang saleh, bebas dari kerisauan, pertentangan dan pertarungan keluarga dalam soal-
soal pendidikan anak.
2. Hak-hak Orang tua Terhadap anak-anaknya dalam Pendidikan Islam.
a. Bahwa anak-anak meladeni orangtuanya dengan baik, lemah-lembut berkata,
menyayangi kelemahannya, dan selalu menimbulkan rasa hormat, penghargaan, dan
syukur atas jasa-jasa bakti mereka terhadapnya, mematuhi perintah-perintahnya
kecuali kalau menyuruh kepada maksiat.
b. Bahwa anak-anak member pemeliharaan, perbelanjaan dan memelihara
kehormatan ibu-bapak tanpa mengharap bayaran dari mereka
c. Bahwa anak-anak memungkinkan orangtuanya nenunaikan ibadat haji yang tidak
sanggup mereka mengerjakannya dengan harta mereka sendiri. Dalam hubungan
rapat dengan mereka dan kaum kerabat yang tidak ada hubungan kecuali melalui ibu-
bapak. Mereka juga harus mendoakan orangtunya semasa masih hidup dan sesudah
matinya, dan selalu melanjutkan kebaikannya dengan orang-orang yang menjadi
sahabat ibu-bapaknya.
32
B. Pendidikan Agama Islam
1. Pengertian Pendidikan Agama Islam
Pendidikan agama Islam adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan
peserta didik untuk mengenal, memahami, menghayati hingga mengimani ajaran
agama Islam dibarengi dengan tuntunan untuk menghormati penganut agama lain
dalam hubungannya dengan kerukunan antar umat beragama hingga terwujud
kesatuan dan persatuan bangsa.
Menurut Zakiyah Darajat Pendidikan agama Islam adalah suatu usaha untuk
membina dan mengasuh peserta didik agar senantiasa dapat memahami ajaran Islam
secara menyeluruh. Lalu menghayati tujuan, yang pada akhirnya dapat mengamalkan
serta menjadikan Islam sebagai pandangan hidup.
Sedangkan menurut A. Tafsir pendidikan agama Islam adalah bimbingan yang
diberikan seseorang kepada seseorang agar ia berkembang secara maksimal sesuai
dengan ajaran Islam (Majid dan Andayani, 2004: 130).Pendidikan agama Islam
adalah upaya sadar dan terencana dalam menyiapkan peserta didik untuk mengenal,
memahami, menghayati, mengimani bertakwa berakhlak mulia, mengamalkan ajaran
agama Islam dari sumber utamanya kitab suci al-Qur‟an dan al-Hadits, melalui
kegiatan bimbingan, pengajaran, latihan, serta penggunaan pengalaman.
Pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan keimanan,
pemahaman, penghayatan, dan pengalaman peserta didik tentang agama Islam,
sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt
serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. (Muhaimin, 2004: 78). Dari beberapa pengertian pendidikan agama Islam
di atas penulis menyimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha
untuk menyiapkan peserta didik untuk meyakini, memahami dan mengamalkan
ajaran agama Islam sehingga menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada
Allah Swt. dan berakhlak mulia dalam kehidupannya.
33
2. Kedudukan Pendidikan Agama Islam
Bila seseorang percaya bahwa agama itu adalah sesuatu yang benar, maka
timbullah perasaan suka terhadap agama. Perasaan seperti ini merupakan komponen
afektif dari sikap kegamaan. Selanjutnya dari adanya kepercayaan dan perasaan
senang seseorang itu akan mendorong untuk berperilaku keagamaan atau yang
dikenal dengan pengamalan ajaran agama.
Dengan demikian konsisten antara kepercayaan terhadap agama sebagai
komponen kognitif, dan perasaan terhadap agama sebagai komponen afektif dengan
perilaku terhadap agama sebagai komponen kognitif menjadi landasan pembentukan
sikap keagamaan.
Baik buruknya keagamaan seseorang tergantung kepada tingkat kepercayaan
terhadap agama. Sikap keagamaan mencakup semua aspek yang berhubungan dengan
keagamaan sepanjang yang bisa dirasakan dan dijangkau oleh anak di lingkungan
keluarga dan sekolah, seperti sikap yang berhubungan dengan aspek keimanan,
ibadah, akhlak, dan muamalah.Sikap keagamaan adalah suatu keadaan yang ada
dalam diri seseorang yang mendorongnya untuk bertingkah laku sesuai dengan kadar
ketaatannya terhadap agama.
Menurut Benyamin S. Bloom, dkk (dalam Zainal Arifin, 2014: 21-22) hasil
belajar dapat dikelompokkan ke dalam tiga domain, yaitu kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Adapun rincian domain tersebut adalah sebagai berikut:
a. Domain kognitif
1) Pengetahuan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik
untuk dapat mengenali atau mengetahui adanya konsep, prinsip, fakta atau
istilah tanpa harus mengerti atau dapat menggunakannya.
2) Pemahaman, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
memahami atau mengerti tentang materi pelajaran yang disampaikan guru
dan dapat memanfaatkannya tanpa harus menghubungkannya dengan hal-
hal lain.
34
3) Penerapan, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menggunakan ide-ide umum, tata cara ataupun metode, prinsip, dan teori-
teori dalam situasi baru dan konkret.
4) Analisis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menguraikan suatu situasi atau keadaan tertentu ke dalam unsur-unsur atau
komponen-komponen pembentuknya.
5) Sintesis, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menghasilkan sesuatu yang baru dengan cara menggabungkan berbagai
faktor.
6) Evaluasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
dapat mengevaluasi suatu situasi, keadaan, pernyataan atau konsep
berdasarkan kriteria tertentu.
b. Domain afektif, yaitu internalisasi sikap yang menunjuk ke arah pertumbuhan
batiniah, dan terjadi bila peserta didik menjadi sadar tentang nilai yang
diterima, kemudian mengambil sikap sehingga menjadi bagian dari dirinya
dalam membentuk nilai dan menentukan tingkah laku.
1) Kemampuan menerima, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta
didik untuk peka terhadap eksistensi fenomena atau rangsangan tertentu.
2) Kemauan menanggapi/menjawab, yaitu jenjang kemampuan yang
menuntut peserta didik untuk tidak hanya peka pada suatu fenomena,
tetapi juga bereaksi terhadap salah satu cara.
3) Menilai, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menilai suatu objek, fenomena atau tingkah laku tertentu secara konsisten.
4) Organisasi, yaitu jenjang kemampuan yang menuntut peserta didik untuk
menyatukan nilai-nilai yang berbeda, memecahkan masalah, membentuk
suatu sistem nilai.
c. Domain psikomotor, yaitu kemampuan peserta didik yang berkaitan dengan
gerakan tubuh atau bagian-bagiannya, mulai dari gerakan sederhana sampai
dengan gerakan yang kompleks.
35
Pendidikan agama mempunyai kedudukan yang tinggi dan paling utama,
karena pendidikan agama menjamin untuk memperbaiki akhlak anak-anak didik dan
mengangkat mereka ke derajat yang tinggi, serta berbahagia dalam hidup dan
kehidupannya. Pendidikan agama membersihkan hati dan mensucikan jiwa, serta
mendidik hati nurani dan mencetak mereka agar berkelakuan yang baik dan
mendorong mereka untuk memperbuat pekerjaan yang mulia.
Pendidikan agama memelihara anak-anak, supaya mereka tidak menuruti
nafsu yang murka, dan menjaga mereka supaya jangan jatuh ke lembah kehinaan dan
kesesatan. Pendidikan agama menerangi anak-anak supaya melalui jalan yang lurus,
jalan kebaikan, jalan kesurga. Sebab itu mereka patuh mengikuti perintah Allah, serta
berhubungan baik dengan teman sejawatnya dan bangsanya, berdasarkan cinta-
mencintai, tolong-menolong dan nasehat-menasehati (Yunus, 1993: 7-8).
Oleh sebab itu pendidikan agama harus diberikan mulai dari Taman Kanak-
kanak sampai keperguruan tinggi. Dengan demikian pendidikan agama sangat
berperan dalam memperbaiki akhlak anak-anak untuk membersihkan hati dan
mensucikan jiwa mereka, agar mereka berkepribadian baik dalam kehidupannya.
Dengan pendidikan agama, maka anak-anak menjadi tahu dan mengerti akan
kewajibannya sebagai umat beragama, sehingga ia mengikuti aturan yang telah
ditetapkan dan menjauhi larangan agama.
3. Tujuan Pendidikan Agama Islam
Secara umum, pendidikan agama Islam bertujuan untuk meningkatkan
keimanan, pemahaman, penghayatan, dan pengamalan peserta didik tentang agama
Islam, sehingga menjadi manusia muslim yang beriman dan bertakwa kepada Allah
Swt serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara. Dari tujuan tersebut dapat ditarik beberapa dimensi yang hendak
ditingkatkan dan dituju oleh kegiatan pembelajaran pendidikan agama Islam yaitu:
36
1) dimensi keimanan peserta didik terhadap ajaran agama Islam.
2) dimensi pemahaman atau penalaran (intelektual) serta keilmuan peserta didik
terhadap ajaran agama Islam.
3) dimensi penghayatan atau pengalaman batin yang dirasakan peserta didik
dalam menjalankan ajaran agama Islam.
4) dimensi pengamalannya, dalam arti bagaimana ajaran Islam yang telah
diimani, dipahami dan dihayati atau diinternalisasi oleh peserta didik itu
mampu menumbuhkan motivasi dalam dirinya untuk menggerakkan,
mengamalkan, dan menaati ajaran agama dan nilai-nilainya dalam kehidupan
pribadi, sebagai manusia yang beriman dan bertakwa kepada Allah Swt serta
mengaktualisasikan dan merealisasikannya dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara (Muhaimin, 2005: 78)
Tujuan Pendidikan agama dalam segala tingkat pengajaran umum adalah
sebagai berikut:
Menanamkan perasaan cinta dan taat kepada Allah dalam hati kanak-kanak
yaitu dengan mengingatkan nikmat Allah yang tidak terhitung banyaknya.
Menanamkan itikad yang benar dan kepercayaan yang betul dalam dada
kanak-kanak.
Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya mengikut suruhan Allah dan
meninggalkan segala laranganNya, baik terhadap Allah ataupun terhadap
masyarakat, yaitu dengan mengisi hati mereka, supaya takut kepada Allah dan
ingin akan pahalanya.
Mendidik kanak-kanak dari kecilnya, supaya membiasakan akhlak yang mulia
dan adat kebiasaan yang baik.
Mengajar pelajaran-pelajaran, supaya mengetahui macam-macam ibadat yang
wajib dikerjakan dan cara melakukannya, serta mengetahui hikmah-hikmah
dan faedah-faedahnya dan pengaruhnya untuk mencapai kebahagiaan di dunia
dan akhirat. Begitu juga mengajarkan hukum-hukum agama yang perlu
diketahui oleh tiap-tiap orang Islam, serta taat mengikutnya.
37
Memberi petunjuk mereka untuk hidup di dunia dan menuju akhirat.
Memberikan contoh dan tiru teladan yang baik, serta pengajaran dan
nasehatnasehat.
Membentuk warga negara yang baik dan masyarakat yang baik yang berbudi
luhur dan berakhlak mulia, serta berpegang teguh dengan ajaran agama
(Yunus, 1983)
Dari berbagai penelitian tentang tujuan pendidikan agama di atas, bahwa
pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang berkesadaran dan bertujuan.
Karena itu terdapat beberapa konsep dari tujuan pendidikan agama Islam itu sendiri,
di antaranya bahwa tujuan pendidikan agama Islam adalah untuk membina serta
memelihara Islam sesuai dengan syari‟ah serta memanfaatkannya sesuai dengan
Aqidah dan akhlak Islami.
Dari beberapa penjelasan di atas dapat disimpulkan bahwa tujuan pendidikan
agama Islam adalah untuk menyempurnakan hubungan manusia dengan Allah,
menyempurnakan hubungan manusia dengan sesamanya, memelihara, memperbaiki
dan meningkatkan hubungan antar manusia dan lingkungan.
C. Urgensi Pendidikan Agama dalam Keluarga
Setiap orang tua tentu mendambakan anaknya menjadi anak yang saleh,
yang memberi kesenangan dan kebanggaan kepada mereka. Kehidupan seorang anak
tak lepas dari keluarga (orang tua), karena sebagian besar waktu anak terletak dalam
keluarga. Peran orang tua yang paling mendasar didalam mendidik agama kepada
anak-anak mereka adalah sebagai pendidik yang pertama dan utama, karena dari
orang tualah anak pertama kali menerima pendidikan,baik itu pendidikan umum
maupun agama.
Adapun peranan orang tua dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu: orang
tua berfungsi sebagai pendidik keluarga dan orang tua berfungsi sebagai pemelihara
serta pelindung keluarga (Arifin, 1978: 80).
38
1. Orang tua sebagai pendidik keluarga
Dari orang tualah anak-anak menerima pendidikan, dan bentuk pertama dari
pendidikan itu terdapat dalam keluarga. Oleh karena itu orang tua memegang peranan
penting dan sangat berpengaruh atas pendidikan anak. Agar pendidikan anak dapat
berhasil dengan baik ada beberapa hal yang perlu diperhatikan orang tua dalam
mendidik antara lain:
a. Mendidik dengan ketauladanan
Ketauladanan dalam pendidikan merupakan bagian dari sejumlah metode
yang paling efektif dalam mempersiapkan dan membentuk anak secara moral,
spiritual dan sosial. Seorang pendidik merupakan contoh ideal dalam pandangan anak
yang tingkah laku dan sopan santunnya akan ditiru, bahkan semua keteladanan itu
akan melekat pada diri dan perasaannya.Seperti tetulis dalam firman Allah dalam
Surat Lukman ayat 14-17 :
أ ي وفصبىه في عب ه وهب عيى وه يته أ بىاىذيه ح يب اإلسب نر ىي وىىاىذيل إىى اش ووص
صير } ب في 41اى ب وصبحبه فال تطعه بىيس ىل به عي { وإ جبهذاك عيى أ تشرك بي
تع ب مت فؤبئن ب رجعن إىى أبة إىى ث عروفب واتبع سبيو يب }اىذ { يببي إهآ 41يى
بواث أو في األرض يؤث بهب هللا إ خرده فتن في صخرة أو في اىس ثقبه حبت هللا إ تل
ا41ىطيف خبير } ه ع عروف وا ر ببى الة وأ اىص { يببي أق آأصببل إ نر واصبر عيى ى
ىر } األ عز {41رىل
39
Artinya :” [Ayat 14] Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) kepada dua
orang ibu-bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang
bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan
kepada kedua dua orang ibu bapakmu, hanya kepada-Ku lah kembalimu.
[Ayat 15] Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan dengan
Aku sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka janganlah kamu
mengikuti keduanya, dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik, dan ikutilah
jalan orang yang kembali kepada-Ku, kemudian hanya kepada-Ku lah kembalimu,
maka kuberitakan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan….
[Ayat 16] (Luqman berkata): “Hai anakku, sesungguhnya jika ada (sesuatu
perbuatan) seberat biji sawi, dan berada dalam batu atau di langit atau di dalam bumi,
niscaya Allah akan mendatangkannya (membalasinya). Sesungguhnya Allah Maha
Halus lagi Maha Mengetahui.
[Ayat 17] Hai anakku, dirikanlah shalat dan suruhlah (manusia) mengerjakan
yang baik dan cegahlah (mereka) dari perbuatan yang mungkar dan bersabarlah
terhadap apa yang menimpa kamu. Sesungguhnya yang demikian itu termasuk hal-hal
yang diwajibkan (oleh Allah).
Apabila kita perhatikan cara Luqman mendidik anaknya yang terdapat dalam
surat Luqman ayat 15 bahwa nilai-nilai agama mulai dari penampilan pribadi luqman
yang beriman, beramal saleh, bersyukur kepada Allah Swt dan bijaksana dalam
segala hal, kemudian yang di didik dan di nasehatkan kepada anaknya adalah
kebulatan iman kepada Allah Swt semata, akhlak dan sopan santun terhadap kedua
orang tua, kepada manusia dan taat beribadah.
Sehubungan dengan hal tersebut, hendaklah orang tua selaku memberikan
contoh yang ideal kepada anak-anaknya, sering terlihat oleh anak melaksanakan
sholat, bergaul dengan sopan santun. Berbicara dengan lemah lembut dan lainlainnya.
Dan semua itu akan ditiru dan dijadikan contoh oleh anak.
40
b. Mendidik dengan adab pembiasaan dan latihan.
Setiap anak dalam keadaan suci, artinya ia dilahirkan di atas fitrah (kesucian)
bertauhid dan beriman kepada Allah Swt. Oleh karena itu menjadi kewajiban orang
tua untuk memulai dan menerapkan kebiasaan, pengajaran dan pendidikan serta
menumbuhkan dan mengajak anak kedalam tauhid murni dan akhlak mulia.
Hendaknya setiap orang tua menyadari bahwa dalam pembinaan pribadi anak
sangat diperlukan pembiasaan-pembiasaan dan latihan-latihan yang cocok dan sesuai
dengan perkembangan jiwanya. Karena pembiasaan dan latihan itu akan membentuk
sikap tertentu pada anak, yang lambat laun sikap itu akan terlihat jelas dan kuat,
sehingga telah masuk menjadi bagian dari pribadinya.
Ulwan (1992: 65) mengemukakan bahwa, “Pendidikan dengan pembiasaan
dan latihan merupakan salah satu penunjang pokok pendidikan dan merupakan salah
satu sarana dalam upaya menumbuhkan keimanan anak dan meluruskan
moralnya”.Di sinilah bahwa pembiasaan dan latihan sebagai suatu cara atau metode
mempunyai peranan yang sangat besar sekali dalam menanamkan pendidikan pada
anak sebagai upaya membina akhlaknya.
Peranan pembiasaan dan latihan ini bertujuan agar ketika anak tumbuh besar
dan dewasa, ia akan terbiasa melaksanakan ajaran-ajaran agama dan tidak merasa
berat melakukannya. Pembiasaan dan latihan jika dilakukan berulang-ulang maka
akan menjadi kebiasaan, dan kebiasaan itulah yang nantinya membuat anak
cenderung melakukan yang baik dan meninggalkan yang buruk dengan mudah.
c. Mendidik dengan nasehat
Di antara mendidik yang efektif di dalam usaha membentuk keimanan anak,
mempersiapkan moral, psikis dan sosial adalah mendidik dengan nasehat. Sebab
nasehat ini dapat membukakan mata anak-anak tentang hakikat sesuatu dan
41
mendorongnya menuju situasi luhur, menghiasinya dengan akhlak mulia, serta
membekalinya dengan prinsip-prinsip Islam (Ulwan, 1997: 66). Nasehat yang tulus
berbekas dan berpengaruh jika memasuki jiwa yang bening, hati terbuka, akal yang
bijak dan berpikir.
Nasehat orang tua jauh lebih baik dari pada orang lain, karena orang tualah
yang selalu memberikan kasih sayang serta contoh perilaku yang baik kepada
anaknya. Disamping memberikan bimbingan serta dukungan ketika anak mendapat
kesulitan atau masalah, begitupun sebaliknya ketika anak mendapatkan prestasi.
d. Mendidik dengan pengawasan
Pendidikan yang disertai pengawasan yaitu mendampingi anak dalam upaya
membentuk akidah dan moral, mengasihinya dan mempersiapkan secara psikis dan
sosial, memantau secara terus menerus tentang keadaannya baik dalam pendidikan
jasmani maupun dalam hal belajarnya. Mendidik yang disertai pengawasan bertujuan
untuk melihat langsung tentang bagaimana keadaan tingkah laku anak sehari-harinya
baik di lingkungan keluarga maupun sekolah.
Di lingkungan keluarga hendaknya anak tidak selalu dimarahi apabila ia
berbuat salah, tetapi ditegur dan dinasehati dengan baik. Sedangkan di lingkungan
sekolah, pertama-tama anak hendaknya diantar apabila ia ingin pergi ke sekolah.
Supaya ia nanti terbiasa berangkat kesekolah dengan sendiri. Begitu pula setelah anak
tiba di rumah ketika pulang dari sekolah hendaknya ditanyakan kembali pelajaran
yang ia dapat dari gurunya.
2. Orang tua sebagai pemelihara dan pelindung keluarga
Selain mendidik, orang tua juga berperan dan bertugas melindungi keluarga
dan memelihara keselamatan keluarga, baik dari segi moril maupun materil, dalam
hal moril antara lain orang tua berkewajiban memerintahkan anak anaknya untuk taat
kepada segala perintah Allah Swt., seperti sholat, puasa dan lain-lainnya.
42
Sedangkan dalam hal materil bertujuan untuk kelangsungan kehidupan,
antara lain berupa mencari nafkah (Rahmat, 1994: 20)Menurut Naufal (1994: 160),
agar berhasil dalam mendidik anak, maka orang tua harus lebih dahulu memelihara
diri dari hal-hal yang tidak pantas, serta melaksanakan perintah agama dengan baik.
Sebab anak lebih cenderung meniru dan mengikuti kebiasaan yang ada dalam
lingkungannya.
Walhasil mendidik anak dengan contoh perilaku itu lebih baik dari pada
dengan nasehat-nasehat lisan. Untuk itulah perlu kiranya diciptakan lingkungan
keluarga yang islami. Misalnya, di dalam rumah ada tulisan-tulisan al-qur‟an dan
hadist (sebagai hiasan dinding), sering diputar kaset bacaan al-Qur‟an, atau anak
diajak langsung ke tempat peribadatan (masjid dan majlis taklim) atau bahkan diajak
shalat bersama kedua orang tuanya.
Sedangkan menurut Shaleh (2000: 96), ada tiga macam lingkungan
keagamaan dalam kehidupan keluarga yang sangat berpengaruh terhadap
perkembangan keagamaan dan proses belajar pendidikan agama di sekolah yaitu:
Pertama, keluarga yang sadar akan pentingnya pendidikan agama bagi
perkembangan anak. Orang tua dari lingkungan keluarga yang demikian akan selalu
medorong untuk kemajuan pendidikan agama serta kebersamaan mengajak anak
untuk menjalankan agamanya. Orang tua mendatangkan guru ngaji atau privat agama
di rumah serta menyuruh anaknya untuk belajar di madrasah diniyah dan mengikuti
kursus agama.
Kedua, keluarga yang acuh tak acuh terhadap pendidikan keagamaan anak-
anaknya. Orang tua dari keluarga yang semacam ini tidak mengambil peranan untuk
mendorong atau melarang terhadap kegiatan atau sikap keagamaan yang dijalani
anak-anaknya.
Ketiga, keluarga yang antipati terhadap dampak dari keberadaan pendidikan
agama di sekolah atau dari masyarakat sekitarnya. Orang tua dari keluarga yang
semacam ini akan menghalangi dan mensikapi dengan kebencian terhadap kegiatan
keagamaan yang dilakukan oleh anak-anaknya dan keluarga lainnya.
43
Banyak alasan mengapa pendidikan agama di rumah tangga sangat penting.
Alasan pertama, pendidikan di masyarakat, rumah ibadah, sekolah frekuensinya
rendah. Pendidikan agama di masyarakat hanya berlangsung beberapa jam saja setiap
minggu, di rumah ibadah seperti masjid, juga sebentar, di sekolah hanya dua jam
pelajaran setiap minggu. Alasan kedua, dan ini paling penting, inti pendidikan agama
Islam ialah penanaman iman.
Penanaman iman itu hanya mungkin dilaksanakan secara maksimal dalam
kehidupan sehari-hari dan itu hanya mungkin dilakukan di rumah. Pendidikan agama
itu intinya ialah pendidikan keberimanan, yaitu usaha-usaha menanamkan keimanan
di hati anak-anak kita (Tafsir, 1999: 134)Dari penjelasan di atas dapat disimpulkan
bahwa orang tua mempunyai tanggung jawab besar dalam mendidik, khususnya di
dalam melindungi keluarga dan memelihara keselamatan keluarga.
Melindungi keluarga bukan hanya memberikan tempat tinggal saja, tetapi
memberikan perlindungan supaya keluarga kita terhindar dari mala petaka baik
didunia maupun di akherat nanti yaitu dengan cara mengajak keluarga kita kepada
perbuatan-perbuatan yang perintahkan oleh Allah SWT dan menjauhi segala
larangan-larangannya. Memelihara keselamatan keluarga yaitu mengajarkan keluarga
kita supaya taat kepada Allah SWT, agar keluarga kita diberikan keselamatan oleh
Allah SWT baik di dunia dan akherat.
Oleh karena itu pelaksanaan pendidikan agama Islam dalam keluarga harus
benar-benar dilaksanakan. Dan sebagai orang tua harus menjadi contoh yang baik
bagi anak-anknya, karena anak itu sifatnya menerima semua yang dilkukan, yang
dilukiskan dan condong kepada semua yang tertuju kepadanya. Jika anak itu
dibiasakan dan diajari berbuat baik maka anak itu akan hidup bahagia di dunia dan di
akherat. Tetapi jika dibiasakan berbuat jahat dan dibiarkan begitu saja, maka anak itu
akan celaka dan binasa. Maka yang menjadi ukuran dari ketinggian anak itu ialah
terletak pada yang bertanggung jawab (pendidik) dan walinya.