Sejarah, Kedudukan, serta Fungsi Bahasa Indonesia
-
Upload
independent -
Category
Documents
-
view
4 -
download
0
Transcript of Sejarah, Kedudukan, serta Fungsi Bahasa Indonesia
STIA PRIMA BONE
2014
SEJARAH, KEDUDUKAN, serta FUNGSI
BAHASA INDONESIA
Yang disusun dan diajukan oleh:
NUR KENCANA
Nomor Induk Mahasiswa: 14111004
Telah diajukan untuk memenuhi salah satu tugas
Mata Kuliah Bahasa Indonesia
Pada tanggal 2 Oktober 2014
Menyetujui
Dosen Pembimbing
Asdin Nurdin, S.Pd
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah
SWT yang telah melimpahkan hidayat serta taufik-Nya
karena atas berkat dan rahmat-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan makalah ini yang berjudul “Sejarah,
Kedudukan, serta Fungsi Bahasa Indonesia” selesai tepat
pada waktunya.
Tentu saja dalam penyelesaian makalah ini, penulis
tidak lupa menghaturkan ucapan terima kasih khususnya
kepada,
1. Bapak Asdin Nurdin, S.Pd selaku pembimbing dan dosen
mata pelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia yang
telah memberikan arahannya, sehingga makalah ini
dapat terselesaikan;
2. Kedua orang tua yang selalu memotivasi saya untuk
maju dan dapat menyelesaikan makalah ini;
3. Serta pihak-pihak yang telah membantu penulis
sehingga makalah ini dapat penulis selesaikan tepat
pada waktunya.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari
sempurna, maka dari itu penulis mohon saran dan kritik
dari pembaca demi menyempurnakan makalah ini di kemudian
hari. Atas kritik dan sarannya penulis ucapkan terima
kasih.
Watampone,
Oktober 2014 Nur Kencana
DAFTAR ISIiii
Halaman
HALAMAN PENGESAHAN ii
KATA PENGANTAR
iii
DAFTAR ISI iv
I. PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan
2
D. Manfaat 2
E. Sistematika
2
II. PEMBAHASAN 3
A. Sejarah Bahasa Indonesia
3
B. Kedudukan Bahasa Indonesia
7
C. Fungsi Bahasa Indonesia
8
III.PENUTUP 10
A. Kesimpulan
10
B. Saran
10
DAFTAR PUSTAKA 11
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu bagian dalam kebudayaan
yang ada pada semua masyarakat di dunia. Bahasa terdiri
atas bahasa lisan dan tulisan. Sebagai bagian dari
kebudayaan di mana manusia memegang peranan penting,
iv
bahasa juga turut ambil bagian dalam peran manusia itu
karena fungsinya sebagai alat komunikasi yang terus
berkembang sesuai dengan perkembangan peradaban manusia
itu sendiri.
Demikian juga, Bahasa Indonesia menjadi sarana
budaya dan sarana berpikir masyarakat Indonesia. Oleh
karena itu, peranan Bahasa Indonesia menjadi sangat
penting. Mengingat pentingnya bahasa Indonesia, kami
sebagai mahasiswa dituntut untuk lebih memahami bahasa
Indonesia dengan baik dan benar. Yang salah satunya
adalah dengan mengetahui sejarah, kedudukan, serta
fungsi bahasa Indonesia.
Untuk itulah materi ini sangat penting untuk
dipelajari, karena sangat disayangkan jika sebagai
pemakai bahasa Indonesia tidak mengetahui tentang
sejarah, kedudukan, serta fungsi bahasa Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah Bahasa Indonesia?
2. Bagaimana kedudukan Bahasa Indonesia?
3. Bagaimana fungsi Bahasa Indonesia?
1
C. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin penulis capai dari penulisan
karya tulis ilmiah ini adalah
1. Untuk mengetahui sejarah bahasa Indonesia.
2. Untuk mengetahui dan memahami kedudukan.
3. Untuk memahami fungsi bahasa Indonesia.
D. Manfaat
1. Dapat mengetahui hal-hal penting mengenai ruang
lingkup Bahasa Indonesia.
2. Sebagai pedomam yang dapat mengasah bakat pembaca
dalam menyusun makalah selanjutnya.
E. Sistematika Penulisan
Makalah ini terdiri atas tigat bab yang mana setiap bab
memiliki sub bab.
I. Pendahuluan, yang mencakup latar belakang,
rumusan masalah, tujuan, serta manfaat.
II. Pembahasan, yang mencakup sejarah, kedudukan,
serta fungsi Bahasa Indonesia.
III. Penutup, yang mencakup kesimpulan dan saran.
2
BAB III
PEMBAHASAN
A. Sejarah Bahasa Indonesia
Bahasa Indonesia adalah varian bahasa Melayu, sebuah
bahasa Austronesia dari cabang bahasa-bahasa Sunda-
Sulawesi, yang digunakan sebagai lingua franca di Nusantara
sejak abad-abad awal penanggalan modern. Aksara pertama
dalam bahasa Melayu atau Jawi ditemukan di pesisir
tenggara Pulau Sumatera, mengindikasikan bahwa bahasa ini
menyebar ke berbagai tempat di Nusantara dari wilayah
ini, berkat penggunaannya oleh Kerajaan Sriwijaya yang
menguasai jalur perdagangan.
Istilah Melayu atau sebutan bagi wilayahnya sebagai
Malaya sendiri berasal dari Kerajaan Malayu yang
bertempat di Batang Hari, Jambi, dimana diketahui bahasa
Melayu yang digunakan di Jambi menggunakan dialek "o"
sedangkan dikemudian hari bahasa dan dialek Melayu
berkembang secara luas dan menjadi beragam.
Pemerintah kolonial Hindia-Belanda menyadari bahwa
bahasa Melayu dapat dipakai untuk membantu administrasi
bagi kalangan pegawai pribumi karena penguasaan bahasa
Belanda untuk para pegawai pribumi dinilai lemah. Pada
awal abad ke-20 perpecahan dalam bentuk baku tulisan
bahasa Melayu mulai terlihat.
Bahasa Melayu mulai dipakai di kawasan Asia Tenggara
sejak abad ke-7. Bukti yang menyatakan itu ialah dengan
ditemukannya prasasti di Kedukan Bukit berangka tahun 683
M (Palembang), Talang Tuwo berangka tahun 684 M
(Palembang), Kota Kapur berangka tahun 686 M (Bangka
Barat), dan Karang Brahi berangka tahun 688 M (Jambi).
Prasasti itu bertuliskan huruf Pranagari berbahasa Melayu
Kuna. Bahasa Melayu Kuna itu tidak hanya dipakai pada
zaman Sriwijaya karena di Jawa Tengah (Gandasuli) juga
ditemukan prasasti berangka tahun 832 M dan di Bogor
3
ditemukan prasasti berangka tahun 942 M yang juga
menggunakan bahasa Melayu Kuna.
Pada zaman Sriwijaya, bahasa Melayu dipakai sebagai
bahasa kebudayaan, yaitu bahasa buku pelajaran agama
Budha. Bahasa Melayu juga dipakai sebagai bahasa
perhubungan antarsuku di Nusantara dan sebagai bahasa
perdagangan, baik sebagai bahasa antarsuku di Nusantara
maupun sebagai bahasa yang digunakan terhadap para
pedagang yang datang dari luar Nusantara.
Informasi dari seorang ahli sejarah Cina, I-Tsing,
yang belajar agama Budha di Sriwijaya, antara lain,
menyatakan bahwa di Sriwijaya ada bahasa yang bernama
Koen-louen (I-Tsing:63,159), Kou-luen (I-Tsing:183),
K’ouen-louen (Ferrand, 1919), Kw’enlun (Alisjahbana,
1971:1089). Kun’lun (Parnikel, 1977:91), K’un-lun
(Prentice, 1078:19), yang berdampingan dengan Sanskerta.
Yang dimaksud Koen-luen adalah bahasa perhubungan (lingua
franca) di Kepulauan Nusantara, yaitu bahasa Melayu.
Perkembangan dan pertumbuhan bahasa Melayu tampak
makin jelas dari peninggalan kerajaan Islam, baik yang
berupa batu bertulis, seperti tulisan pada batu nisan di
Minye Tujoh, Aceh, berangka tahun 1380 M, maupun hasil
susastra (abad ke-16 dan ke-17), seperti Syair Hamzah
4
Fansuri, Hikayat Raja-Raja Pasai, Sejarah Melayu,
Tajussalatin, dan Bustanussalatin.
Bahasa Melayu menyebar ke pelosok Nusantara bersamaan
dengan menyebarnya agama Islam di wilayah Nusantara.
Bahasa Melayu mudah diterima oleh masyarakat Nusantara
sebagai bahasa perhubungan antarpulau, antarsuku,
antarpedagang, antarbangsa, dan antarkerajaan karena
bahasa Melayu tidak mengenal tingkat tutur kata.
Bahasa Melayu dipakai di mana-mana di wilayah
Nusantara serta makin berkembang dan bertambah kukuh
keberadaannya. Bahasa Melayu yang dipakai di daerah di
wilayah Nusantara dalam pertumbuhannya dipengaruhi oleh
corak budaya daerah. Bahasa Melayu menyerap kosakata dari
berbagai bahasa, terutama dari bahasa Sanskerta, bahasa
Persia, bahasa Arab, dan bahasa-bahasa Eropa. Bahasa
Melayu pun dalam perkembangannya muncul dalam berbagai
variasi dan dialek.
Perkembangan bahasa Melayu di wilayah Nusantara
mempengaruhi dan mendorong tumbuhnya rasa persaudaraan
dan persatuan bangsa Indonesia. Komunikasi
antarperkumpulan yang bangkit pada masa itu menggunakan
bahasa Melayu. Para pemuda Indonesia yang tergabung dalam
perkumpulan pergerakan secara sadar mengangkat bahasa
5
Melayu menjadi bahasa Indonesia, yang menjadi bahasa
persatuan untuk seluruh bangsa Indonesia (Sumpah Pemuda,
28 Oktober 1928).
Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928.
pada saat itu, para pemuda dari berbagai pelosok
Nusantara berkumpul dalam kerapatan Pemuda dan berikrar
(1) bertumpah darah yang satu, tanah Indonesia, (2)
berbangsa yang satu, bangsa Indonesia, dan (3) menjunjung
bahasa persatuan, bahasa Indonesia. Ikrar para pemuda ini
dikenal dengan nama Sumpah Pemuda.
Unsur yang ketiga dari Sumpah Pemuda merupakan
pernyataan tekad bahwa bahasa Indonesia merupakan bahasa
persatuan bangsa Indonesia. Pada tahun 1928 itulah bahasa
Indonesia dikukuhkan kedudukannya sebagai bahasa
nasional.
Bahasa Indonesia dinyatakan kedudukannya sebagai bahasa
negara pada tanggal 18 Agustus 1945 karena pada saat itu
Undang-Undang Dasar 1945 disahkan sebagai Undang-Undang
Dasar Negara Republik Indonesia. Dalam Undang-Undang
Dasar 1945 disebutkan bahwa Bahasa negara ialah bahasa
Indonesia (Bab XV, Pasal 36).
Keputusan Kongres Bahasa Indonesia II tahun 1954 di
Medan, antara lain, menyatakan bahwa bahasa Indonesia
6
berasal dari bahasa Melayu. Bahasa Indonesia tumbuh dan
berkembang dari bahasa Melayu yang sejak zaman dulu sudah
dipergunakan sebagai bahasa perhubungan (lingua franca)
bukan hanya di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir
di seluruh Asia Tenggara.
Kebangkitan nasional telah mendorong perkembangan
bahasa Indonesia dengan pesat. Peranan kegiatan politik,
perdagangan, persuratkabaran, dan majalah sangat besar
dalam memodernkan bahasa Indonesia.
Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia, 17 Agustus
1945 telah mengukuhkan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia secara konstitusional sebagai bahasa negara.
Kini bahasa Indonesia dipakai oleh berbagai lapisan
masyarakat Indonesia, baik di tingkat pusat maupun
daerah.
B. Kedudukan Bahasa Indonesia
Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai
bahasa persatuan. Hal ini tercantum dalam Sumpah pemuda
(28-10-1928). Ini berarti bahwa bahasa Indonesia
berkedudukan sebagai Bahasa Nasional. Kedua adalah
sebagai bahasa Negara. Penjabarannya adalah sebagai
berikut.
1. Sebagai Bahasa Nasional
Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional
diperoleh sejak awal kelahirannya, yaitu tanggal 28
Oktober 1928 dalam Sumpah Pemuda. Bahasa Indonesia dalam
kedudukannya sebagai bahasa nasional sekaligus merupakan
bahasa persatuan. Adapun dalam kedudukannya sebagai
bahasa nasional, bahasa Indonesia mempunyai fungsi
sebagai berikut. Lambang jati diri (identitas), lambang
kebanggaan bangsa, alat pemersatu berbagai masyarakat
yang mempunyai latar belakang etnis dan sosial-budaya,
serta bahasa daerah yang berbeda, dan alat penghubung
antarbudaya dan antardaerah.
2. Sebagai Bahasa Resmi/Negara
7
Kedudukan bahasa Indonesia yang kedua adalah sebagai
bahasa resmi/negara; kedudukan ini mempunyai dasar
yuridis konstitusional, yakni Bab XV pasal 36 UUD 1945.
Dalam kedudukannya sebagai bahasa resmi/negara, bahasa
Indonesia berfungsi sebagai berikut. Bahasa resmi Negara,
bahasa pengantar resmi di lembaga-lembaga pendidikan,
bahasa resmi dalam perhubungan tingkat nasional untuk
kepentingan perencanaan dan pelaksanaan pembangunan serta
pemerintahan, dan bahasa resmi dalam pengembangan
kebudayaan dan pemanfaatan ilmu dan teknologi.
C. Fungsi Bahasa Indonesia
1. Bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional mempunyai
fungsi khusus, yaitu:
a. Bahasa resmi kenegaraan;
b. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
c. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan
pemerintah;
d. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
2. Kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara
mempunyai fungsi:
a. Bahasa resmi kenegaraan;
b. Bahasa pengantar dalam dunia pendidikan;
c. Bahasa resmi untuk kepentingan perencanaan dan
pelaksanaan pembangunan nasional serta kepentingan
pemerintah;
d. Alat pengembangan kebudayaan, ilmu pengetahuan dan
teknologi.
Bahasa Indonesia mengalami perkembangan yang sangat
pesat, sehingga perlu dibakukan atau distandarkan.
Ejaan Van Ophuijen (1901)
8
Ejaan Soewandi (1947)
Ejaan yang Disempurnakan (EYD, tahun 1972)
Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia Yang
Disempurnakan dan Pedoman Istilah (1975)
Kamus besar Bahasa Indonesia, dan Tata Bahasa
Baku Bahasa Indonesia (1988)
3. Bahasa Indonesia memiliki fungsi-fungsi yang dimiliki
oleh bahasa baku, yaitu:
a. Fungsi pemersatu, bahasa Indonesia memersatukan suku
bangsa yang berlatar budaya dan bahasa yang berbeda-
beda;
b. Fungsi pemberi ke-khasan, bahasa baku memperbedakan
bahasa itu dengan bahasa yang lain;
c. Fungsi penambah kewibawaan, bagi orang yang mahir
berbahasa Indonesia dengan baik dan benar;
d. Fungsi sebagai kerangka acuan, bahasa baku merupakan
norma dan kaidah yang menjadi tolok ukur yang
disepakati bersama untuk menilai ketepatan
penggunaan bahasa atau ragam bahasa.
9
BAB III
A. Kesimpulan
1. Bahasa Indonesia lahir pada tanggal 28 Oktober 1928.
2. Kedudukan pertama bahasa Indonesia adalah sebagai
bahasa persatuan. Hal ini tercantum dalam Sumpah
pemuda (28-10-1928). Ini berarti bahwa bahasa
Indonesia berkedudukan sebagai Bahasa Nasional. Kedua
adalah sebagai bahasa Negara.
3. Bahasa Indonesia memiliki fungsi sebagai Bahasa
nasional, Bahasa Negara, dan Bahasa baku.
B. Saran
1. Dengan adanya Bahasa Indonesia kita dapat
menggunakannya sebagai alat komunikasi dalam
berinteraksi/berkomunikasi dengan masyarakat-
masyarakat di daerah (sebagai bahasa penghubung antar
warga, daerah, dan buadaya).
2. Diharapakan dalam penggunaan Bahasa Indonesia dapat
memungkinkan kita membina dan mengembangkan kebudayaan
nasional sedemikian rupa sehingga ia memikili ciri-
DAFTAR PUSTAKA
http://coretanwnh.blogspot.com/2013/09/sejarah-fungsi-
dan-kedudukan-bahasa.html
http://pusatbahasa.kemdiknas.go.id/lamanbahasa/
petunjuk_praktis/627/Sekilas%20Tentang%20Sejarah
%20Bahasa%20Indonesia
http://furanaa.com/blog/kedudukan-dan-fungsi-bahasa-
indonesia/
http://elgrid.wordpress.com/2011/11/06/kedudukan-
bahasa-indonesia/
http://blog-kuliah.blogspot.com/2012/12/fungsi-bahasa-
indonesia.html
http://repository.usu.ac.id/bitstream/
123456789/19936/4/Chapter%20I.pd f
http://blogbersama1908.blogspot.com/2013/01/contoh-
makalah-sejarah-bahasa-indonesia.html