BAB II Syahrul

40
7 BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR A. Tinjauan Pustaka 1. Pengertian Remaja Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence, berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh. Istilah adolescence sebenarnya memiliki istilah yang cukup luas, mencakup kematangan mental, emosional, dan fisik (Hurlock, 1992 : 203). Remaja adalah usia dimana suatu individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat dewasa (Ali dan Asrori, 2004 : 9). Menurut Zakiah Dradjat (dalam Abu Miqdad, 2000:30) mengemukakan bahwa Remaja adalah anak yang ada pada masa peralihan di antara masa anak-anak dan masa dewasa, dimana anak-anak mengalami perubahan-perubahan cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak, baik bentuk badan, sikap dan cara berfikir dan bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah

Transcript of BAB II Syahrul

7

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

A. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Remaja

Remaja dalam bahasa aslinya disebut adolescence,

berasal dari bahasa latin adolescere yang artinya tumbuh.

Istilah adolescence sebenarnya memiliki istilah yang

cukup luas, mencakup kematangan mental, emosional, dan

fisik (Hurlock, 1992 : 203). Remaja adalah usia dimana

suatu individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat

dewasa (Ali dan Asrori, 2004 : 9).

Menurut Zakiah Dradjat (dalam Abu Miqdad, 2000:30)

mengemukakan bahwa Remaja adalah anak yang ada pada

masa peralihan di antara masa anak-anak dan masa

dewasa, dimana anak-anak mengalami perubahan-perubahan

cepat di segala bidang. Mereka bukan lagi anak-anak,

baik bentuk badan, sikap dan cara berfikir dan

bertindak, tetapi bukan pula orang dewasa yang telah

8

matang, masa ini mulai kira-kira umur 13 tahun dan

berakhir kira-kira umur 21 tahun.

Menurut J.Piager (dalam Gunarsa, 2004 : 45), Remaja

adalah dimana peralihan antara masa anak dan masa

dewasa yaitu antara umur 12-21 tahun. Pada masa ini ia

beralih dari hidup yang penuh dengan keberuntungan

kepada orang lain, dimana harus melepaskan diri dari

keberuntungan itu, serta memikul tanggung jawab sendiri

yaitu masa beralih dari masa anak menuju masa dewasa.

Remaja memiliki perasaan takut akan kehilangan masa

kanak-kanak dimana nantinya mereka menuju ke arah

tanggung jawab yang lebih besar. Oleh karena itu, masa

remaja merupakan masa yang paling sulit..

Masa remaja menurut Mappiare (dalam Hurlock,

1992:211) adalah berlangsung antara umur 12 tahun

sampai dengan 21 tahun bagi wanita dan 13 tahun sampai

dengan 22 tahun bagi pria. Remaja adalah usia dimana

individu menjadi terintegrasi ke dalam masyarakat

dewasa, suatu usia dimana anak tidak merasa bahwa

dirinya berada di bawah tingkat orang yang lebih tua

7

9

melainkan merasa sama, atau paling tidak sejajar. Anak

dianggap sudah dewasa apabila sudah mampu mengadakan

reproduksi.

Sedangkan menurut WHO remaja merupakan individu

yang sedang mengalami masa peralihan yang secara

berangsur-angsur mencapai kematangan seksual, mengalami

perubahan jiwa dari jiwa kanak-kanak menjadi dewasa,

dan mengalami perubahan keadaan ekonomi dari

ketergantungan menjadi relatif mandiri. Batasan usia

remaja menurut WHO dibagi dalam dua bagian yaitu remaja

awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun

(Djaja,dkk, 2002).

Menurut Mohammad yang dikutip oleh Notoatmodjo

(2007:38), mengemukakan bahwa remaja adalah anak

berusia 13-25 tahun, dimana usia 13 tahun merupakan

batas usia pubertas pada umumnya, yaitu ketika secara

biologis sudah mengalami kematangan seksual dan usia 25

tahun adalah usia ketika mereka pada umumnya secara

sosial dan psikologis mampu mandiri. Ada dua hal

penting menyangkut batasan remaja, yaitu mereka sedang

10

mengalami perubahan tersebut menyangkut perubahan fisik

dan psikologis.

Masa remaja merupakan masa transisi atau peralihan

masa anak menuju masa dewasa. Pada masa ini individu

mengalami berbagai perubahan baik fisik maupun psikis.

Perubahan yang tampak jelas adalah perubahan fisik,

dimana pun tubuh berkembang pesat sehingga mencapai

bentuk tubuh orang dewasa yang disertai pula dengan

berkembangnya kapasitas reproduktif. Selain itu remaja

juga berubah secara kognitif dan mulai mampu berpikir

abstrak seperti orang dewasa. Pada periode ini pula

remaja mulai melepaskan diri secara emosional dari

orangtua dalam rangka menjalankan peran sosialnya yang

baru sebagai orang dewasa (Clarke-Stewart & Friedman

dalam Agustiani, 2006 : 28).

Berdasarkan defenisi diatas dapat disimpulkan bahwa

pada masa remaja, rasa ingin tahu mengenai seksualitas

sangat penting terutama dalam pembentukan hubungan

dengan lawan jenisnya. Besarnya keingintahuan remaja

mengenai hal-hal yang berhubungan dengan seksualitas

11

menyebabkan remaja selalu berusaha mencari tahu lebih

banyak informasi mengenai seksualitas. Remaja merupakan

suatu masa peralihan baik secara fisik, psikis, maupun

sosial dari masa kanak-kanak menuju dewasa yang berumur

antara 10–21 tahun.

2. Ciri-ciri Remaja

Dari sudut batas usia saja sudah tampak bahwa

golongan remaja sebenarnya tergolong kalangan yang

labil. Artinya, keremajaan merupakan gejala sosial yang

bersifat sementara, oleh karena berada antara usia

anak-anak dengan usia dewasa, sedangkan bagi orang

dewasa mereka masih dianggap kecil. Maka dengan

demikian dapat dikatakan bahwa dari sudut

kepribadiannya remaja mempunyai ciri tertentu, baik

yang bersifat spiritual maupun badaniah. Menurut

Soekanto (1990 : 52) ciri-ciri itu adalah sebagai

berikut :

a. Perkembangan fisik yang pesat, sehingga ciri-ciri

fisik sebagai laki-laki atau wanita tampak semakin

tegas, hal mana secara efektif ditonjolkan oleh para

12

remaja, sehingga perhatian terhadap jenis kelamin

kian semakin meningkat. Oleh remaja perkembangan

fisik yang baik dianggap sebagai salah satu

kebanggaan.

b. Keinginan yang kuat untuk mengadakan interaksi

sosial dengan kalangan yang lebih dewasa atau yang

dianggap lebih matang pribadinya. Kadang-kadang

diharapkan bahwa interaksi sosial itu mengakibatkan

masyarakat menganggap remaja sudah dewasa.

c. Keinginan yang kuat untuk mendapatkan kepercayaan

dari kalangan dewasa, walaupun mengenai masalah

tanggung jawab secara relatif belum matang.

d. Mulai memikirkan kehidupan secara mandiri, baik

secara sosial, ekonomis maupun politis, dengan

mengutamakan kebebasan dan pengawasan yang terlalu

ketat oleh orang tua dan sekolah.

e. Adanya perkembangan taraf intelektualitas (dalam

arti netral) untuk mendapatkan ident itas diri.

f. Menginginkan sistem kaidah dan nilai yang serasi

dengan kebutuhan atau keinginannya, yang tidak selalu

13

sama dengan sistem kaidah dan nilai yang dianut oleh

orang dewasa.

Seorang remaja berada pada batas peralihan

kahidupan anak dan dewasa. Pengalaman mereka mengenai

alam dewasa masih belum banyak, karena itu menurut

Gunarsa, (2003 : 67) sering terlihat ciri-ciri remaja

sebagai berikut :

a. Kegelisahan, keadaan yang tidak tenang menguasai

remaja. Mereka mempunyai segala macam keinginan yang

tidak dapat mereka penuhi.

b. Pertentangan-pertentangan yang terjadi dalam diri

mereka juga menimbulkan kebingungan, baik bagi diri

mereka sendiri maupun bagi orang lain.

c. Berkeinginan besar mencoba segala hal yang belum

diketahuinya.

d. Keinginan mencoba sering pula diarahkan pada diri

sendiri maupun terhadap orang lain, tidak hanya pada

obat-obatan tapi juga pada seluruh fungsi-fungsi

ketubuhannya.

14

e. Keinginan menjelajah pada alam sekitar lebih luas.

Bukan hanya lingkungan dekatnya saja yang ingin

diselidiki, bahkan lingkungan yang lebih luas lagi,

f. Mengkhayal dan berfantasi

g. Aktifitas berkelompok

Menurut Sarwono (2000 : 14) memberikan batasan usia

remaja Indonesia antara 11-24 tahun dan belum menikah,

dengan pertimbangan sebagai berikut :

a. Usia 11 tahun adalah usia dimana pada umumnya

tanda-tanda seksual sekunder mulai nampak (kriteria

fisik).

b. Di banyak masyarakat Indonesia, usia 11 tahun

sudah dianggap akil balik, baik menurut adat maupun

agama, sehingga masyarakat tidak lagi memperlakukan

mereka sebagai anak-anak (kriteria sosial).

c. Pada usia tersebut mulai ada tanda-tanda

penyempurnaan jiwa seperti tercapainya identitas diri

(kriteria psikologik).

15

d. Batas usia 24 tahun merupakan batas maksimal yaitu

untuk memberikan peluang bagi mereka mempunyai hak-

hak yang penuh sebagai orang dewasa.

e. Dalam defenisi di atas status perkawinan sangat

menentukan. Seorang yang sudah menikah, pada usia

berapa pun dianggap dan diperlakukan dewasa.

Menurut Hurlock (1992:207) masa remaja mempunyai

ciri-ciri tertentu yang membedakannya dengan masa

sebelum dan sesudahnya. Ciri-ciri tersebut akan

diterangkan secara singkat sebagai berikut :

a. Masa remaja merupakan periode yang penting :

dimana ada dua perkembangan pada masa periode ini

yang penting yaitu perkembangan fisik dan psikologis.

b. Masa remaja sebagai periode peralihan : masa ini

merupakan sebuah peralihan dari satu tahap

perkembangan ke tahap perkembangan berikutnya. Bila

masa remaja beralih ke masa dewasa, maka remaja harus

meninggalkan segala yang bersifat kekanak-kanakkan

dan harus mempelajari pola perilaku yang baru.

16

c. Masa remaja sebagai periode perubahan : dimana

selama masa remaja, ketika perubahan fisik terjadi

dengan pesat maka perubahan perilaku dan sifat juga

berlangsung cepat.

d. Masa remaja sebagai usia bermasalah : pada periode

ini, masalah yang paling sering muncul disebabkan

oleh pertumbuhan dan perkembangan seksual yang

normal.

e. Masa remaja sebagai masa mencari identitas :

penyesuaian diri dengan kelompok masih tetap penting,

tetapi lambat laun remaja mulai mendambakan identitas

diri dan tidak puas lagi menjadi sama dengan teman-

temannya dalam segala hal, seperti sebelumnya.

f. Masa remaja sebagai usia yang menimbulkan

ketakutan : anggapan yang buruk terhadap citra diri

remaja dianggap sebagai gambaran yang asli sehingga

remaja membentuk perilakunya sesuai dengan gambaran

tersebut.

g. Masa remaja sebagai masa yang tidak realistik :

remaja sering memandang kehidupan melalui kaca mata

17

merah jambu. Ia melihat dirinya dan orang lain

sebagaimana yang ia ingginkan bukan sebagaimana

adanya.

h. Masa remaja sebagai ambang masa dewasa : para

remaja biasanya mulai bertindak, berperilaku dan

berpakaian seperti orang dewasa.

Menurut Depkes RI (2001), ciri perkembangannya,

masa remaja dibagi menjadi 3 (tiga) tahap yaitu :

a. Masa Remaja Awal (10-12 tahun), yang ditandai

dengan lebih dekat dengan teman sebaya, Ingin bebas

dan lebih banyak memperhatikan keadaan tubuhnya dan

mulai berpikir abstrak.

b. Masa Remaja Tengah (13-15 tahun), yang ditandai

dengan mencari identitas diri, timbulnya keinginan

untuk kencan, mempunyai rasa cinta yang mendalam,

mengembangkan kemampuan berpikir abstrak dan

berkhayal tentang aktifitas seks.

c. Masa Remaja Akhir (16-19 tahun), yang ditandai

dengan pengungkapan kebebasan diri, lebih selektif

dalam mencari teman sebaya, mempunyai citra jasmani

18

dirinya, dapat mewujudkan rasa cinta dan mampu

berpikir abstrak.

Kemudian ciri-ciri Remaja terjadinya pertumbuhan

fisik yang cepat pada remaja, termasuk pertumbuhan

organ-organ reproduksi (organ seksual) mencapai

kematangan, sehingga munculnya tanda-tanda sebagai

berikut :

a. Tanda-tanda seks primer, yaitu yang berhubungan

langsung dengan organ seks.

1) Terjadinya haid pada remaja puteri.

2) Terjadinya mimpi basah pada remaja laki-laki.

b. Tanda-tanda seks sekunder yaitu:

1) Pada remaja laki-laki terjadi perubahan suara,

tumbuhnya jakun, penis dan buah zakar bertambah

besar, terjadi ereksi dan ejakulasi, dada lebih

besar, badan berotot, tumbuhnya kumis, jambang dan

rambut disekitar kemaluan dan ketiak.

2) Pada remaja puteri pingul melebar, pertumbuhan

rahim dan vagina, payudara membesar, tumbuh rambut

19

di ketiak dan sekitar kemaluan (pubis) (Depkes,

2001).

Proses perubahan kejiwaan berlangsung lebih lambat

dibandingkan perubahan fisik, yang meliputi, (Depkes

RI, 2001) :

a. Perubahan emosi, sehingga remaja menjadi sensitif

(mudah menangis, cemas, frustasi dan tertawa) dan

agresif dan mudah bereaksi terhadap rangsangan luar

yang berpengaruh, sehingga mudah terpengaruh,

misalnya mudah berkelahi..

b. Perkembangan intelegensia, sehingga remaja menjadi

mampu berpikir abstrak, senang memberikan kritik dan

ingin mengetahui hal-hal baru, sehingga muncul

perilaku ingin mencoba.

Kemudian pada masa remaja perkembangan remaja

menuntut perubahan besar dalam sikap dan pola perilaku.

Akibatnya, hanya sedikit remaja yang diharapkan mampu

mengusai tugas-tugas tersebut pada masa awal remaja,

apalagi mereka yang matangnya terlambat. Kebanyakan

remaja memberikan kesan kepada masyarakat, bahwa mereka

20

sudah hampir dewasa. Mereka mulai berpakaian dan

bertingkah laku seperti orang dewasa. Mereka juga mulai

merokok, minum minuman keras, menggunakan obat-obatan

terlarang dan terlibat dalam perilaku seks bebas.

Mereka menganggap bahwa perilaku ini akan memberikan

citra yang mereka inginkan (Hurlock, 1992 : 209).

Masa remaja adalah suatu masa perubahan. Pada masa

remaja terjadi perubahan yang cepat baik secara fisik,

maupun psikologis. Menurut Conger (dalam Papalia &

Olds, 2001), ciri-ciri masa remaja yaitu :

a. Peningkatan emosional yang terjadi secara cepat

pada masa remaja awal yang dikenal dengan masa strom.

Peningkatan emosional ini merupakan hasil dari

perubahan fisik terutama hormon yang terjadi pada

masa remaja, misalnya mereka diharapkan untuk tidak

lagi bertingkah seperti anak-anak, harus lebih

mandiri dan bertanggung jawab.

b. Perubahan yang cepat secara fisik yang juga

disertai kematangan seksual. Perubahan fisik yang

21

terjadi secara cepat membuat remaja merasa tidak

yakin akan diri dan kemampuan mereka.

c. Perubahan dalam hal yang menarik bagi dirinya dan

hubungan dengan orang lain, pada masa remaja banyak

hal-hal yang menarik bagi dirinya, karena adanya

tanggung jawab yang lebih besar pada masa remaja.

Masa remaja merupakan suatu masa belajar yang

meliputi bidang intelijensia, sosial, maupun lain-lain

yang berhubungan dengan kepribadiannya. R. J. Havighust

(dalam Gunarsa, 2004 : 55), seorang sarjana psikologi

pendidikan menyimpulkan tugas perkembangan remaja

sebagai berikut :

a. Memperluas hubungan antar pribadi dan

berkomonikasi secara lebih dewasa dengan kawan

sebayanya.

b. Memperoleh peran sosial.

c. Menerima keadaannya dan menggunakan dengan

efektif.

d. Mencapai kepastian akan kebebasan dan kemampuan

berdiri sendiri.

22

e. Memilih dan mempersiapkan lapangan pekerjaan.

f. Mempersiapkan diri dalam pembentukan keluarga.

g. Membentuk sistem nilai moral dan falsafah hidup.

Menurut Furter (Sudarsono,1995:166), dalam tinjauan

fenomenologisnya dikemukakan ada tiga dalil

perkembangan masa remaja, yaitu :

a. Bahwa tingkah laku moral yang sesungguhnya baru

timbul pada masa remaja.

b. Bahwa masa remaja sebagai periode masa muda harus

dihayati betul-betul untuk dapat mencapai tingkah

laku moral yang otonom.

c. Bahwa eksistensi muda secara keseluruhan

merupakan masalah moral dan nilai.

Menurut Elyawati (2001:8), bahwa perkembangan

seksual remaja dapat ditelusuri melalui 3 (tiga) aspek

yang mendukung yaitu :

a. Seksual fantasi, yaitu Seksual awal remaja

biasanya tidak lepas dari upaya remaja untuk

berfantasi mengenai seluk beluk masalah seksual

sampai dengan mimpi basah. Adanya berbagai alasan

23

mengapa remaja melakukan fantasi seksual, yaitu untuk

menikmati aktivitas seksual secara pribadi untuk

meggantikan penyaluran dorongan seksual secara nyata,

untuk mencoba-coba membangkitkan kepuasan seksual dan

untuk latihan sebelum perilaku seksual tersalurkan

secara nyata. Seksual fantasi ini berguna bagi

eksistensi perilaku seksual remaja dimasa dewasa

nanti, dan dapat menimbulkan rasa percaya diri remaja

saat hubungan seksual yang sesungguhnya dilakukan.

b. Indepensi, yaitu keterdekatan remaja dengan

kelompok bermainnya sangat membantu dalam upaya

mendapatkan dukungan dan bimbingan dari perilaku yang

dilakukan, walaupun tidak dipungkiri bahwa kelompok

bermain itu sendiri memiliki pola aturan yang

spesifik dan tuntunan perilaku yang dikehendaki,

namun remaja lebih memilih teman sebayanya sebagai

peralihan dari keterikatan dengan orang tua. Jadi

kemandirian yang ditunjukkan oleh remaja sebenarnya

masih butuh topangan bimbingan. Remaja umumnya

menentang orang tua mengenai perilaku seksual bebas,

24

masalah kebebasan seksual inilah yang sering kali

dijadikan senjata bagi remaja untuk melarikan diri

dari ikatan orang tua.

c. Reaksi orang tua, yaitu sikap orang tua terhadap

masalah seksual sangat berpengaruh terhadap sikap

seksual remaja, bila orang tua mengagungkan

keperawanan maka biasanya anaknya memiliki nilai yang

sama mengenai keperawanan, walaupun tidak semua orang

tua memiliki sikap yang kaku dan keras terhadap

perilaku seksual remajanya, namun orang tua tidak

membiarkan anaknya memiliki sikap seksual yang bebas

(Elyawati, 2001:9).

Berdasarkan beberapa pendapat yang dikemukakan oleh

para ahli dapat disimpulkan ciri-ciri remaja bila

dilihat dari umur maka masa remaja awal antara umur 10-

12 tahun, Remaja Tengah berkisar antara umur 13-15

Tahun dan Remaja Akhir berumur antara 16-19 Tahun.

Selain itu, perubahan baik itu dalam bentuk fisik

maupun cara berpikir yang sangat berbeda dari

sebelumnya, seperti dalam cara berpikir dalam masa

25

remaja berkeinginan mengadakan interaksi sosial dengan

kalangan yang lebih dewasa atau yang dianggap lebih

matang pribadinya. Serta yang dapat mendukung

perkembangan seksual remaja seperti seksual fantasi,

indepensi dan reaksi orang tua.

3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kehamilan Luar

Nikah Pada Remaja

Menurut Green (2003:28), perilaku seseorang

dipengaruhi oleh tiga faktor, yaitu faktor

predisposisi, faktor pendukung, dan faktor pendorong.

Hasil penelitian Seotjiningsih (2006:33) menunjukkan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seks

pranikah remaja adalah hubungan orang tua dan remaja,

tekanan negatif teman sebaya, pemahaman tingkat agama

(religiusitas), dan eksposur media pornografi memiliki

pengaruh yang signifikan, baik langsung maupun tidak

langsung terhadap perilaku seksual pranikah remaja.

Hubungan orang tua remaja, mempunyai pengaruh

langsung dan tidak langsung dengan perilaku seksual

pranikah remaja. Hasil penelitian yang dilakukan

26

Soetjiningsih (2006:37) menunjukkan, makin baik

hubungan orang tua dengan anak remajanya, makin rendah

perilaku seksual pranikah remaja. Faktor-faktor yang

mempengaruhi perilaku seksual pranikah pada remaja

paling tinggi adalah hubungan antara orang tua dengan

remaja, tekanan teman sebaya, pemahaman tingkat agama

(religiusitas), dan eksposur media pornografi.

Faktor yang lebih nyata pengaruhnya daripada agama

adanya norma ganda yang, berlaku dalam suatu masyarakat

menunjukkan kepada faktor-faktor sosial ekonomi seperti

rendahnya pendapatan dan taraf pendidikan, besarnya

jumlah keluarga dan rendahnya nilai agama di masyarakat

yang bersangkutan. Ada beberapa faktor penyebab

sehingga remaja melakukan hubungan seksual pranikah

menurut Sarwono (2003:23) :

a. Meningkatnya libido seksualitas Perubahan -

perubahan hormonal yang meningkatkan hasrat seksual

remaja. Peningkatan hasrat seksual ini membutuhkan

penyaluran dalam bentuk tingkah laku seksual

tertentu.

27

b. Penundaan Usia Perkawinan Penyaluran tidak dapat

dilakukan karena adanya penundaan perkawinan baik

secara hukum oleh karena adanya undang - undang

perkawinan maupun karena norma sosial yang makin lama

makin menuntut persyaratan yang makin tinggi untuk

perkawinan (pendidikan, pekerjaan, persiapan mental,

dan lain- lain).

c. Larangan Norma-norma agama tetap berlaku dimana

seorang dilarang untuk melakukan hubungan seksual

sebelum menikah. Bahkan larangan berkembang lebih

jauh kepada tingkah laku yang lain seperti berciuman

dan masturbasi.

d. Kurangnya Informasi tentang Seks. Kecenderungan

pelanggaran makin meningkat oleh karena adanya

penyebaran informasi dan rangsangan seksual melalui

media massa yang dengan adanya tekhnologi canggih

( video, casete, foto dan lain - lain) menjadi tidak

terbendung lagi. Remaja yang sedang dalam periode

ingin tahu dan ingin mencoba akan meniru apa yang

dilihat atau didengar dari media massa karena masalah

28

seksual secara lengkap tidak diketahui dari orang

tua. Orang tua sendiri karena ketidaktahuannya maupun

karena sikapnya yang masih menabukan pembicaraan

mengenai seks dengan anak tidak terbuka terhadap anak

malah cenderung membuat jarak dengan anak dalam

masalah seksual.

Menurut Kartono (1998:45) kurangnya pengetahuan

tentang kesehatan reproduksi dan masalah yang

berghubungan dengan seksualitas masih dianggap hal yang

tabu untuk dibicarakan oleh para orangtua maupun guru -

guru sekolah atau pengajian. Padahal orangtua merupakan

sumber informasi penting tentang masalah seksual.

Menurut Pangkalihe (dalam Soetjiningsih, 2004:38)

menyatakan bahwa penyebab terjadinya perubahan

pandangan dan prilaku seksual adalah disebabkan oleh :

a. Pengawasan dan perhatian orang tua dan keluarga

yang semakin longgar akibat kesibukan

b. Pola pergaulan yang semakin bebas dan lepas

sementara orangtuanya mengizinkannya.

c. Lingkungan

29

d. Semakin banyaknya hal uang memberikan rangsangan

seksual dan sangat mudah dijumpai.

e. Fasilitas yang sering kali diberikan oleh keluarga

sendiri tanpa disadari.

Hurlock (dalam Amrillah, 2006:34) mengemukakan

bahwa terdapat faktor ekstrinsik dan intrinsik yang

mempengaruhi perilaku seksual di kalangan remaja.

Faktor intrinsik merujuk kepada perubahan hormonal

pada diri remaja dan tertariknya remaja pada lawan

jenisnya. Biasanya remaja yang tidak bisa mengendalikan

faktor intrinsik akan mengarahkannya ke perlakuan yang

negatif dan menuntut untuk segera dipuaskan.

Faktor ekstrinsik merujuk kepada hal-hal yang bisa

mendorong seorang remaja untuk melakukan perilaku seks.

Stimulus eksternal itu dapat diperoleh melalui

pengalaman kencan, informasi tentang seksualitas,

diskusi dengan teman, pengalaman masturbasi, jenis

kelamin, pengaruh orang dewasa, dan majalah atau bahan

pronografi. Ditambahkan oleh Chilman (dalam Widodo,

2009:38), faktor eksternal yang menyebabkan perilaku

30

remaja yang wabal adalah kelompok referensi sosial.

Beberapa riset menemukan adanya hubungan yang positif

antara mempunyai teman yang bersikap permisif terhadap

seks dengan perilaku seks yang aktif, sehingga

kesimpulannya bahwa teman sebaya (peer group) itu

berpengaruh kuat terhadap perilaku seksual remaja.

Selain itu karakteristik psikologi, ditandai adanya

penemuan bahwa baik pada remaja pria ataupun wanita

yang pernah melakukan hubungan seks, berani mengambil

risiko dalam hubungan seks, dan kurang religius.

Ketertarikan akan lawan jems merupakan salah satu

problem yang dihadapi oleh kebanyakan remaja karena

pada saat itu akan bersamaan dengan matangnya alat

reproduksi. Dapat pula dipastikan munculnya dorongan -

dorongan seksual yang biasanya ditandai dengan mulainya

menyukai atau ketertarikan kepada lawan jenisnya. Ini

merupakan keadaan yang normal yang dialami oleh remaja.

Dan pada saat inilah remaja mengenal pergaulan dengan

lawan jenisnya.

31

Menurut Hurlock (1992:210) berpendapat seorang

pakar psikologis yang mengatakan bahwa sesuatu yang

mendorong seorang remaja untuk berpacaran yaitu proses

sosialisasi, Status, Bersenang-senang/berkreasi, Tempat

curahan hati dan Memilih pasangan hidup.

Menurut Sulistyana (Husaeni, 2007:13) hamil di luar

nikah adalah sesuatu yang bagi masyarakat sulit untuk

diterima, dan tentunya hal itu selain juga menimbulkan

dan memunculkan rasa malu bagi keluarga juga akan

mencoreng nama besar keluarga, dan dari sisi agama dan

keyakinan apapun tentunya juga tidak dibenarkan.

Menurut Luthfiyati (Husaeni, 2007:13) ada beberapa

faktor-faktor yang menyebabkan banyak remaja putri

hamil di luar nikah adalah sebagai berikut :

a. Faktor agama dan iman

Kurangnya penanaman nilai-nilai agama berdampak pada

pergaulan bebas dan berakibat remaja dengan gampang

melakukan hubungan suami istri di luar nikah sehingga

terjadi kehamilan, pada kondisi ketidaksiapan berumah

tangga dan untuk bertanggung jawab.

32

b. Faktor lingkungan

1) Orang tua, yaitu kurangnya perhatian khusus dari

orang tua untuk dapat memberikan pendidikan seks

yang baik dan benar. Dimana dalam hal ini orang tua

bersikap tidak terbuka terhadap anak bahkan

cenderung membuat jarak dengan anak dalam masalah

seksual.

2) Teman, tetangga dan media, yaitu pergaulan yang

salah serta penyampaian dan penyalahgunaan dari

media elektronik yang salah dapat membuat para

remaja berpikiran bahwa seks bukanlah hal yang tabu

lagi tapi merupakan sesuatu yang lazim.

3) Pengetahuan yang minim ditambah rasa ingin tahu

yang berlebihan Pengetahuan seksual yang setengah-

setengah mendorong gairah seksual sehingga tidak

bisa dikendalikan. Hal ini akan meningkatkan resiko

dampak negatif seksual. Dalam keadaan orang tua

yang tidak terbuka mengenai masalah seksual, remaja

akan mencari informasi tersebut dari sumber yang

lain, teman-teman sebaya, buku, majalah, internet,

33

video atau blue film. Mereka sendiri belum dapat

memilih mana yang baik dan perlu dilihat atau mana

yang harus dihindari.

4) Perubahan zaman Pada zaman modern sekarang ini,

remaja sedang dihadapkan pada kondisi sistem-sistem

nilai tersebut terkikis oleh sistem yang lain yang

bertentangan dengan nilai moral dan agama, seperti

fashion dan film yang begitu intensif sehingga

remaja dihadapkan ke dalam gaya pergaulan hidup

bebas, termasuk masalah hubngan seks di luar nikah.

5) Perubahan kadar hormon pada remaja meningkatkan

libido atau dorongan seksual yang membutuhkan

penyaluran melalui aktivitas seksual.

6) Semakin cepatnya usia pubertas Semakin cepatnya

usia pubertas (berkaitan dengan tumbuh kembang

remaja), sedangkan pernikahan semakin tertunda

akibat tuntutan kehidupan saat ini menyebabkan

“masa- masa tunda hubungan seksual” menjadi semakin

panjang. Jika tidak diberikan pengarahan yang tepat

34

maka penyaluran seksual yang dipilih beresiko

tinggi.

7) Adanya trend baru dalam berpacaran di kalangan

remaja Dimana kalau dulu melakukan hubungan seksual

di luar nikah meskipun dengan rela sendiri sudah

dianggap bebas. Namun sekarang sudah bergeser

nilainya, yang dianggap seks bebas adalah jika

melakukan hubungan seksual dengan banyak orang.

4. Kehamilan Luar Nikah dan Dampaknya Pada Remaja

Remaja putri yang mengalami kehamilan diluar nikah

biasanya disebabkan oleh perilaku seksual mereka.

Menurut Santrock (2003:55) menyatakan bahwa perilaku

pada remaja terutama mengenai perilaku seks, remaja

dalam perkembangan perilaku seksnya bentuk fisik

termasuk organ seksual yaitu terjadinya kematangan

serta peningkatan kadar hormon reproduksi atau hormon

seks baik pada laki-laki maupun pada perempuan yang

akan menyebabkan perubahan perilaku seksual remaja

secara keseluruhan.

35

Pada kehidupan psikologis remaja, perkembangan

organ seksual mempunyai pengaruh kuat dalam minat

remaja terhadap lawan jenis. Terjadinya peningkatan

perhatian remaja terhadap lawan jenis sangat

dipengaruhi oleh faktor perubahan-perubahan fisik

selama periode pubertas.

Remaja perempuan lebih memperlihatkan bentuk tubuh

yang menarik bagi remaja laki-laki, demikian pula

remaja pria tubuhnya menjadi lebih kekar yang menarik

bagi remaja perempuan (Rumini dan Sundari, 2004:30).

Pada masa remaja rasa ingin tahu terhadap masalah

seksual sangat penting dalam pembentukan hubungan yang

lebih matang dengan lawan jenis. Matangnya fungsi-

fungsi seksual maka timbul pula dorongan-dorongan dan

keinginan-keinginan untuk pemuasan seksual. Sebagian

besar dari remaja biasanya sudah mengembangkan perilaku

seksualnyadengan lawan jenis dalam bentuk pacaran atau

percintaan. Bila ada kesempatan para remaja melakukan

sentuhan fisik, mengadakan pertemuan untuk bercumbu

bahkan kadang-kadang remaja tersebut mencari kesempatan

36

untuk melakukan hubungan seksual (Pangkahila dalam

Soetjiningsih, 2004:41).

Meskipun fungsi seksual remaja perempuan lebih

cepat matang daripada remaja laki-laki, tetapi pada

perkembangannya remaja laki-laki lebih aktif secara

seksual dari pada remaja perempuan. Banyak ahli

berpendapat hal ini dikarenakan adanya perbedaan

sosialisasi seksual antara remaja perempuan dan remaja

laki-laki. Bahkan hubungan seks sebelum menikah

dianggap ”benar” apabila orang-orang yang terlibat

saling mencintai ataupun saling terikat. Mereka sering

merasionalisasikan tingkah laku seksual mereka dengan

mengatakan pada diri mereka sendiri bahwa mereka

terhanyut cinta. Sejumlah peneliti menemukan bahwa

remaja perempuan, lebih daripada remaja laki-laki,

mengatakan bahwa alasan utama mereka aktif secara

seksual adalah karena jatuh cinta (Santrock, 2003:57)

Perilaku seksual ialah perilaku yang melibatkan

sentuhan secara fisik anggota badan antara pria dan

wanita yang telah mencapai pada tahap hubungan intim,

37

yang biasanya dilakukan oleh pasangan suami istri.

Sedangkan perilaku seks pranikah merupakan perilaku

seks yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan

yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan

kepercayaan masing-masing individu. Perilaku seks

pranikah ini memang kasat mata, namun ia tidak terjadi

dengan sendirinya melainkan didorong atau dimotivasi

oleh faktor-faktor internal yang tidak dapat diamati

secara langsung (tidak kasat mata). Dengan demikian

individu tersebut tergerak untuk melakukan perilaku

seks pranikah.

Menurut Sarwono (2003:28), perilaku seksual adalah

segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual

baik yang dilakukan sendiri, dengan lawan jenis maupun

sesama jenis tanpa adanya ikatan pernikahan menurut

agama. Menurut Stuart dan Sundeen (1999:47) berpendapat

bahwa perilaku seksual yang sehat dan adaptif dilakukan

ditempat pribadi dalam ikatan yang sah menurut hukum.

Seks mempunyai arti jenis kelamin, sesuatu yang

dapat dilihat dan ditunjuk. Jenis kelamin adalah suatu

38

sifat atau ciri yang membedakan antara laki-laki dan

perempuan. Sedangkan pengertian seksual secara umum

adalah sesuatu yang berkaitan dengan alat kelamin atau

hal-hal yang berhubungan dengan perkara-perkara

hubungan intim antara laki-laki dengan perempuan.

Sedangkan perilaku seksual pranikah merupakan perilaku

seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan

yang resmi menurut hukum maupun menurut agama dan

kepercayaan masing-masing (Mu’tadin, 2002:7).

Menurut Irawati (2002:14) remaja melakukan berbagai

macam perilaku seksual beresiko yang terdiri atas

tahapan-tahapan tertentu yaitu dimulai dari berpegangan

tangan, cium kering, cium basah, berpelukan, memegang

atau meraba bagian sensitif, petting, oral sex, dan

bersenggama (sexual intercourse). Perilaku seksual pranikah

pada remaja ini pada akhirnya dapat mengakibatkan

berbagai dampak yang merugikan remaja itu sendiri.

Berbagai perilaku seksual pada remaja yang belum

saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar

antara lain di kenal sebagai (Gunarsa, 2004:59) :

39

a. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk

berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka

menyalurkan hasrat seksual untuk pemenuhan kenikmatan

yang seringkali menimbulkan goncangan pribadi dan

emosi.

b. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang

ringan seperti sentuhan, pegangan tangan sampai pada

ciuman dan sentuhan-sentuhan seks yang pada dasarnya

adalah keinginan untuk menikmati dan memuaskan

dorongan seksual.

c. Berbagai kegiatan yang mengarah pada pemuasan

dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukan

dorongan tersebut ke kegiatan lain yang sebenarnya

masih dapat dikerjakan. Contoh, menonton dan membaca

buku pornografi.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan

seksual selalu muncul pada remaja, oleh karena itu bila

tidak ada penyaluran yang sesuai (menikah) maka harus

dilakukan usaha untuk memberikan pengertian dan

40

pengetahuan mengenai hal tersebut (Gunarsa, dkk,

2004:61).

Menurut Sulistyana (2007:19) hamil di luar nikah

adalah sesuatu yang bagi masyarakat sulit untuk

diterima, dan tentunya hal itu selain juga menimbulkan

dan memunculkan rasa malu bagi keluarga juga akan

mencoreng nama besar keluarga, dan dari sisi agama dan

keyakinan apapun tentunya juga tidak dibenarkan.

Dampak yang ditimbulkan dari perbuatan seksual

pranikah, lebih banyak ditanggung oleh pihak wanita,

yaitu kehamilan. Menurut Lestari (dalam Husaeni,

2007:21) kehamilan ini berdampak pada kehidupan

selanjutnya antara lain :

a. Putus sekolah

b. Kemungkinan pengangguran yang mempunyai resiko

tinggi bagi jiwanya

c. Kemungkinan mempunyai masalah dengan dengan calon

pasangan hidup yang masih mengagungkan “keperawanan”.

Adapun menurut Nainggolan (dalam Husaeni, 2007:26),

dampak dari kehamilan remaja adalah sebagai berikut :

41

a. Pengguguran kandungan,faktor yang mendukung

terjadinya pengguguran kandungan adalah Status

ekonomi sebuah keluarga, Keadaan emosional dan

Pasangan yang tidak bertanggung jawab.

b. Resiko persalinan yang akan terjadi

c. Perceraian pasangan muda

d. Hubungan seks usia muda menyebabkan kanker

Kehamilan yang terjadi pada remaja berdampak berat

pada remaja seperti dikucilkan oleh masyarakat,

diberhentikan dari sekolah dan menjadi bahan

pembicaraan yang tidak enak dalam masyarakat. Kehamilan

yang tidak diinginkan dapat mendatangkan upaya aborsi

yang tidak aman oleh tenaga non-profesional (Asfriyati,

2004).

Sesuai yang dikutip dalam Masitah (2011:25)

dimakalah masalah seks bebas menyebutkan bahwa bahaya

kehamilan pada remaja, yaitu :

a. Hancurnya masa depan remaja tersebut.

b. Remaja wanita yang terlanjur hamil akan mengalami

kesulitan selama kehamilan karena jiwa dan fisiknya

42

belum siap.

c. Pasangan pengantin remaja, sebagian besar diakhiri

oleh perceraian (umumnya karena terpaksa kawin karena

nafsu, bukan karena cinta).

d. Pasangan pengantin remaja sering menjadi cemoohan

lingkungan sekitarnya.

e. Remaja wanita yang berusaha menggugurkan kandungan

pada tenaga non medis (dukun, tenaga tradisional)

sering mengalami kematian strategis.

f. Pengguguran kandungan oleh tenaga medis dilarang

oleh undang-undang, kecuali indikasi medis (misalnya

si ibu sakit jantung berat, sehingga kalau ia

meneruskan kehamilan dapat timbul kematian). Baik

yang meminta, pelakunya maupun yang mengantar dapat

dihukum.

g. Bayi yang dilahirkan dari perkawinan remaja,

sering mengalami gangguan kejiwaan saat ia dewasa.

Kesiapan seorang perempuan untuk hamil dan

melahirkan atau mempunyai anak ditentukan oleh kesiapan

dalam tiga hal, yaitu kesiapan fisik, kesiapan

43

mental/emosi/psikologis dan kesiapan sosial/ekonomi. 

Menurut Abidin (2010:6) menyatakan bahwa secara umum,

seorang perempuan dikatakan siap secara fisik jika

telah menyelesaikan pertumbuhan tubuhnya (ketika

tubuhnya berhenti tumbuh), yaitu sekitar usia 20

tahun.  Kehamilan pada usia yang sangat dini dan tidak

dikehendaki akan menyebabkan terjadinya resiko

kehamilan dan persalinan serta resiko pada janin

seperti :

a. Panggul sempit

b. Kontraksi rahim yang lemah

c. Ketidak teraturan tekanan darah yang dapat

berdampak pada keracunan kehamilan serta

d. Kejang-kejang yang dapat menyebabkan kematian

e. Remaja atau calon ibu merasa tidak ingin dan tidak

siap untuk hamil maka ia bisa saja tidak mengurus

dengan baik kehamilannya

f. Gangguan pertumbuhan organ-organ tubuh pada janin

g. Kecacatan

44

h. Sulit mengharapkan adanya perasaan kasih sayang

yang tulus dan kuat dari ibu yang tidak menghendaki

kehamilan bayi yang dilahirkanya nanti.  Sehingga 

masa depan anak mungkin saja terlantar

Mengakhiri kehamilannya atau sering disebut dengan

aborsi.  Di Indonesia aborsi dikategorikan sebagai

tindakan ilegal atau melawan hukum.  Karena tindakan

aborsi adalah ilegal maka sering dilakukan secara

sembunyi-sembunyi dan tidak aman.  Aborsi tidak aman

berkontribusi kepada kematian dan kesakitan ibu. Aborsi

sangat berbahaya bagi kesehatan dan keselamatan

perempuan terutama jika dilakukan secara sembarangan

yaitu oleh mereka yang tidak terlatih.  Perdarahan yang

terus-menerus serta infeksi yang terjadi setelah

tindakan aborsi merupakan sebab utama kematian

perempuan yang melakukan aborsi. 

Upaya dalam mencegah kehamilan pada remaja sebagai

kehamilan yang tidak dikehendaki dapat dilakukan

melalui berbagai cara yaitu (Lestari, 2004:11), yaitu :

Hamil Diluar Nikah

PenyebabKurang Perhatian dari Orang tuapergaulan bebasPengaksesan

informasi dari internet yang bebas

Kurangnya pengetahuan remaja

tentang agamaLingkungan

Remaja di Kelurahan Sanggiaseri Kecamatan

Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai

DampakPsikologisDiskriminasi masyarakat

Dampak kesehatan

45

a. Meningkatkan pengetahuan remaja tentang reproduksi

dan seksual yang benar

b. Meningkatkan aktifitas remaja ke dalam program

yang produktif sehingga tidak banyak waktu terbuang

di luar rumah

c. Untuk menghindari kehamilan yang tidak dikehendaki

dapat mempergunakan salah satu metode KB yang aman

dan sehat.

2. Kerangka Pikir

Melihat perilaku seks pranikah dikalangan remaja

pada saat ini telah diluar kewajaran. Perkembangan

remaja yang nampak baik dalam bentuk fisik dan tingkah

laku menyebabkan mereka tidak jarang terjerumus ke

dalam masalah yang sangat berat seperti, hamil diluar

nikah akibat perilaku seks pranikah. Agar penelitian

ini berjalan dengan baik maka pada bagian ini disajikan

kerangka pikir sebagai alur penelitian, untuk lebih

jelasnya dapat dilihat sebagai berikut :

Remaja di Kelurahan Sanggiaseri Kecamatan

Sinjai Selatan Kabupaten Sinjai 46

Gambar 1. Kerangka Pikir