Tutorial Klinik Enteropion

40
Tutorial Klinik ENTROPION Oleh: Pembimbing : dr. Rochasih, Sp.M. KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI SURAKARTA 2014 2

description

kasus entropion

Transcript of Tutorial Klinik Enteropion

Tutorial Klinik

ENTROPION

Oleh:

Pembimbing :

dr. Rochasih, Sp.M.

KEPANITERAAN KLINIK ILMU KESEHATAN MATA

FAKULTAS KEDOKTERAN UNS/RSUD DR. MOEWARDI

SURAKARTA

2014

2

BAB I

STATUS PASIEN

I. IDENTITAS

Nama : Tn K

Umur : 68 tahun

Jenis Kelamin : Pria

Agama : Islam

Pekerjaan : Petani

Alamat : Karanganyar

Tgl pemeriksaan : 30 Mei 2014

No. RM : 01 25 64 02

II. ANAMNESIS

A. Keluhan utama

Nyeri mata kanan

B. Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan mata kanan terasa nyeri seperti ditusuk-

tusuk sejak 3 bulan yang lalu. Keluhan memberat selama 1 minggu terakhir.

Keluhan dirasakan setelah bulu mata kanan pasien tumbuh masuk ke dalam.

Setelah itu mata kanan terasa nyeri dan terasa mengganjal. Pasien

mengeluhkan penglihatannya menjadi kabur. Pasien juga mengeluhkan mata

blobok (+), nerocos (+),dan silau (+).

C. Riwayat Penyakit Dahulu

- Riwayat Hipertensi : (+) sejak 10 tahun yang lalu tidak

terkontrol

3

- Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

- Riwayat Trauma : disangkal

- Riwayat Sakit Serupa : disangkal

- RiwayatAlergi Obat dan Makanan: disangkal

- Riwayat Memakai Kacamata : disangkal

D. Riwayat Penyakit Keluarga

- Riwayat Hipertensi : disangkal

- Riwayat Diabetes Mellitus : disangkal

- Riwayat Sakit Serupa : disangkal

E. Kesimpulan Anamnesis

OD OS

1. Proses Radang akibat trauma

mekanis bulu mata

-

2. Lokalisasi Palpebra Superior -

3. Sebab Proses Degeneratif -

4. Perjalanan Kronis -

5. Komplikasi Belum ditemukan -

III. PEMERIKSAAN FISIK

A. Kesan umum

Keadan umum : baik, compos mentis, gizi kesan cukup

Tekanan darah : 130/80 mmHg

Frekuensi denyut nadi : 84x/menit

Frekuensi nafas : 24x/menit

Suhu : 36, 7oC per aksilar

VAS : 2

4

B. Pemeriksaan Subyektif

OD OS

1. Visus Sentralis

Visus sentralis jauh

Pinhole

Koreksi

2/60

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

6/20

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

2. Visus Perifer

Konfrontasi test

Proyeksi sinar

Persepsi warna

Dalam batas normal

Superior: normal

Inferior: normal

Temporal: normal

Nasal : normal

Baik

Dalam batas normal

Superior: normal

Inferior: normal

Temporal: normal

Nasal : normal

Baik

C. Pemeriksaan Obyektif

OD OS

1. Sekitar mata

Tanda radang

Luka

Parut

Kelainan warna

Kelainan bentuk

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Bulu mata tumbuh

ke dalam

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

5

2.Pasangan Bola

Mata dalam Orbita

Heteroforia

Strabismus

Exophtalmus

Enophtalmus

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

3. Ukuran bola mata

Mikrophtalmus

Makrophtalmus

Ptisis bulbi

Atrofi bulbi

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

4.Gerakan BolaMata

Temporal superior

Temporal inferior

Temporal

Nasal

Nasal superior

Nasal inferior

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

Dalam batas normal

5. Kelopak Mata

Gerakan

Lebar rima

Dalam batas normal

± 10 mm

Lemah

± 10 mm

6. Tekanan Intra

Okuler

Palpasi

Tonometer Schiotz

Kesan normal

Tidak dilakukan

Kesan normal

Tidak dilakukan

6

7. Konjungtiva

Konjungtiva

Palpebra Superior

Oedem

Hematom

Sekret

Hiperemis

Tidak ada

Tidak ada

Ada

Ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva

Palpebra Inferior

Oedem

Hematom

Sekret

Hiperemis

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Konjungtiva fornix

Oedem

Hematom

Sekret

Konjungtiva bulbi

Penonjolan

Oedem

Hematom

Sikatrik

Injeksi konjungtiva

Injeksi siliar

Sekret

Lebih dalam dari

biasanya

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak Ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Dalam batas normal

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

Tidak ada

7

8. Sklera

Warna

Penonjolan

Putih

Tidak ada

putih

Tidak ada

9. Kornea

Ukuran

Limbus

Permukaan

Sensibilitas

Keratoskop

(Placido)

Fluoresin Test

Arcus senilis

12 mm

Jernih

rata, mengkilap

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak ada

12 mm

jernih

rata, mengkilap

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak dilakukan

Tidak ada

10.Kamera Okuli

Anterior

Isi

Kedalaman

Jernih

Normal

Jernih

Normal

11. Iris

Warna

Bentuk

Sinekia Anterior

Sinekia Posterior

Coklat

Reguler

Tidak ada

Tidak ada

Coklat

Reguler

Tidak ada

Tidak ada

12. Pupil

Ukuran

Bentuk

Tempat

Reflek direct

Reflek indirect

±3 mm

Bulat

Sentral

(+)

(+)

±3 mm

Bulat

Sentral

(+)

(+)

8

13. Lensa

Ada/tidak

Kejernihan

Letak

Shadow test

Ada

Jernih

Sentral

Tidak dilakukan

Ada

Jernih

Sentral

Tidak dilakukan

14. Corpus vitreum

Kejernihan Tidak dilakukan Tidak dilakukan

D. KESIMPULAN PEMERIKSAAN

OD OS

Visus sentralis jauh 2/60 6/20

Pinhole Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Koreksi Tidak dilakukan Tidak dilakukan

Sekitar mata Dalam batas normal Dalam batas normal

Pasangan Bola Mata

dalam Orbita

Dalam batas normal Dalam batas normal

Ukuran bola mata Dalam batas normal Dalam batas normal

Gerakan bola mata Dalam batas normal Dalam batas normal

Kelopak mata Bulu mata tumbuh

ke dalam

Dalam batas normal

Tekanan intra okular Dalam batas normal Dalam batas normal

Konjungtiva palpebra Dalam batas normal Dalam batas normal

Konjungtiva fornix Dalam batas normal Dalam batas normal

Konjungtiva bulbi Dalam batas normal Dalam batas normal

Sklera Dalam batas normal Dalam batas normal

Kornea Dalam batas normal Dalam batas normal

Kamera oculi anterior Dalam batas normal Dalam batas normal

Iris Dalam batas normal Dalam batas normal

9

Pupil Dalam batas normal Dalam batas normal

Lensa Dalam batas normal Dalam batas normal

Corpus vitreum Tidak dilakukan Tidak dilakukan

IV. FOTO KLINIS

10

11

V. DIAGNOSIS BANDING

- Entropion dengan trikiasis

- Trakoma

-

VI. DIAGNOSIS

OD entropion dengan trikiasis

VII. TERAPI

Epilasi

VIII. PLANNING

Tarsotomi

IX. PROGNOSIS

ODS

Ad vitam Bonam

Ad sanam Bonam

12

Ad fungsionam Bonam

Ad cosmeticum Bonam

13

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. ANATOMI PALPEBRA

Gambar1. Anatomi Palpebra Superior et Inferior 1

14

Palpebra mempunyai fungsi melindungi bola mata serta mengeluarkan sekresi

kelenjarnya yang membentuk film air mata di depan kornea. Palpebra merupakan alat

menutup mata yang berguna untuk melindungi bola mata terhadap trauma, trauma

sinar, dan pengeringan bola mata.1

Palpebra mempunyai lapis kulit yang tipis pada bagian depan sedang di

bagian belakang ditutupi selaput lendir tarsus yang disebut konjungtiva tarsal.

Konjungtiva tarsal melalui forniks menutup bulbus okuli. Konjungtiva merupakan

membran mukosa yang mempunyai sel goblet yang menghasilkan musin.1

Pada palpebra terdapat bagian-bagian1:

- Kelenjar seperti kelenjar sebasea, kelenjar Moll, kelenjar Zeis pada pangkal

rambut dan kelenjar meibom pada tarsus

- Otot seperti M. orbikularis okuli yang dipersarafi N. fasialis, M. rioland, M.

orbikularis, dan M. levator palpebra yang dipersarafi oleh N. III yang

berfungsi untuk mengangkat kelopak dan membuka mata.

- Di dalam palpebra terdapat tarsus yang merupakan jaringan ikat dengan

kelenjar di dalamnya atau kelenjar meibom yang bermuara pada margo

palpebra

- Septum orbita merupakan jaringan fibrosis berasal dari rima orbita merupakan

pembatas isi orbita dengan kelopak depan

- Pembuluh darah yang memperdarahi adalah a. palpebra

- Persarafan sensorik kelopak mata atas didapatkan dari ramus frontal N.V

sedangkan kelopak bawah oleh cabang II saraf V.

15

- Konjungtiva tarsal yang terletak di belakang kelopak hanya dapat dilihat

dengan melakukan eversi kelopak. Konjungtiva tarsal melalui forniks mentup

bulus okuli. Konjungtiva merupakan membran mukosa yang mempunyai sel

goblet yang menghasilkan musin.

II. DEFINISI ENTROPION

Entropion adalah suatu keadaan melipatnya kelopak mata bagian tepi atau

margo palpebra ke arah dalam sehingga bulu mata menggeser jaringan konjungtiva

dan kornea. Melipatnya kelopak mata bagian tepi ini dapat menyebabkan kelopak

mata bagian lain ikut melipat. Entropion diklasifikasikan menjadi empat, antara lain

involusional (senile), sikatrik, spastik dan kongenital.,4

Entropion bisa ditemukan pada semua lapisan umur namun entropion

khususnya entropion involusional lebih sering ditemukan pada orangtua. Entropion

lebih sering terjadi pada wanita dibandingkan pria. Hal ini mungkin disebabkan

lempeng tarsal pada wanita rata-rata lebih kecil dibandingkan pada pria. Entropion

involusional biasanya ditemukan lebih sering pada palpebra inferior sedangkan

entropion sikatrik lebih sering pada palpebra superior dan paling sering didahului

oleh trakhoma.5

16

Gambar 2. Entropion 5

III. KLASIFIKASI

Entropion berdasakan penyebab dibagi atas :

- Involusi

Paling sering terjadi sebagai akibat dari proses penuaan. Seiring dengan

meningkatnya usia maka terjadi degenerasi progresif jaringan fibrous dan

elastik kelopak mata bawah. Gangguan ini paling sering ditemukan pada

kelopak bawah dan merupakan akibat gabungan kelumpuhan otot-otot

retraktor kelopak bawah, migrasi ke atas muskulus orbikularis preseptal, dan

melipatnya tepi tarsus atas.5,6

17

Gambar 3.Entropion involusi kelopak mata atas.7

Entropion involusi pada kelopak mata atas juga dapat terjadi. Penelitian Jorge

GC et al disimpulkan bahwa karakteristik anatomi yang khas kelopak mata

atas pada populasi. Kelemahan horizontal dari kelopak mata dapat diketahui

dengan kekuatan kelopak mata yang lemah dan menurunnya kemampuan

menarik kelopak mata lebih dari 6 mm. Asia merupakan predisposisi

entropion involusi kelopak mata atas.7

- Sikatrik

Dapat mengenai kelopak mata atas atau bawah dan disebabkan oleh jaringan

parut di konjungtiva atau tarsus. Patologi dasarnya yaitu memendeknya

lamella posterior akibat berbagai sebab. Gangguan ini paling sering

ditemukan pada penyakit-penyakit radang kronik seperti trakoma. Berbagai

kondisi lain yang dapat menyebabkan terjadinya entropion sikatrik adalah

penyakit autoimun (sikatrik pemfigoid dan sindrom steven johnson),

inflamasi, infeksi (herpes zooster, trakoma), tindakan bedah (enukleasi,

koreksi ptosis) dan trauma (luka bakar dan trauma kimia). Penggunaan obat

glaukoma dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan konjungtivitis

18

kronis yang menyebabkan pemendekan konjungtiva secara vertikal sehingga

terjadi entropion sikatrik sekunder. Entropion sikatrik dapat mengenai kelopak

mata atas atau bawah.8

- Kongenital

Entropion kongenital merupakan anomali yang jarang ditemukan.Entropion

kongenital dapat menyebabkan erosi kornea kronik dan blefarospasm. Dapat

terjadi trauma pada kornea yang menyebabkan terbentuknya ulkus pada bayi.

Pada entropion kongenital, tepi kelopak mata memutar kearah kornea,

sementara pada epiblefaron kulit dan otot pratarsalnya menyebabkan bulu

mata memutari tepi tarsus 6,9. Entropion kongenital sering sering juga terdapat

kelainan pada system kardiovaskular, musculoskeletal, dan system saraf pusat.

Entropion kongenital berbeda dengan entropion didapat. Entropion didapat

terjadi pada usia remaja dan diturunkan secara autosomal dominan 10.

- Entropion Spastik Akut

Entropion spastik akut biasanya terjadi pada iritasi maupun inflamasi okuli

dimana terjadi pembengkakan pada kelopak mata dan spasme otot

orbikularis.Keadaan ini juga paling sering terjadi setelah operasi intraokuler

pada pasien dengan kelopak mata preoperatif tidak menyadari atau memiliki

kelopak mata yang sedikit menekuk ke arah bola mata.Kontraksi otot

orbikularis kelopak mata yang tertahan menyebabkan rotasi ke dalam tepi

kelopak mata. Hal ini akan mengakibatkan bertambahnya iritasi dari yang

telah ada sebelumnya. Taping pada kelopak mata, kauterisasi atau teknik

19

penjahitan dapat digunakan sementara tetapi karena perubahan itu biasanya

menetap sebainya dilakukan tindakan operasi untuk menghilangkan entropion

secara permanen. Namun pada beberapa kasus dapat digunakan toksin

botullinum tipe A (Botox) untuk memberikan efek paralisis pada otot

orbikularis septal di sekitarnya.5

IV. GEJALA KLINIS

Rambut yang mengiritasi mata dan menyebabkannya produksi air mata yang

berlebih sehingga mata sangat lembab. Rambut dapat mengikis kornea, menyebabkan

ulkus kornea. Ulkus kornea ini sulit untuk sembuh karena rambut yang terus

menggosok. Ulkus menyebabkan pembuluh darah untuk tumbuh di kornea normal

jelas, dan ini dapat menyebabkan jaringan parut, yang mengganggu penglihatan.4

Keluhan yang sering timbul adalah rasa tidak nyaman seperti adanya sensasi

benda asing, mata berair, mata merah, gatal, mata kabur dan fotofobia 7. Entropion

kronis dapat menyebabkan sensitifitas terhadap cahaya dan angin, dapat

menyebabkan infeksi mata, abrasi kornea atau ulkus kornea11.

Dari pemeriksaan fisik akan tampak berupa :12

1. Kerusakan pada epitel konjungtiva atau kornea akibat trauma.

2. Hiperemia pada konjungtiva yang terlokalisasi.

3. Kelemahan kelopak mata (involusional entropion).

4. Jaringan parut pada konjungtiva (sikatrik entropion).

5. Pertumbuhan kelopak mata bawah yang abnormal (kongenital entropion).

20

V. DIAGNOSIS

Sebagian besar pasien dengan entropion bermasalah dengan air mata yang

terus mengalir, iritasi, terasa ada benda asing di dalam mata dan mata merah yang

persisten. Dengan menggunakan slitlamp kadang-kadang dapat mengidentifikasi

lipatan pinggir kelopak mata, kelemahan kelopak yang horizontal, melingkarnya

perseptal orbikularis, enophtalmus, injeksi konjungtiva, trikiasis, dan entropion yang

memanjang, keratitis punctata superfisial yang dapat menjadi ulkus dan formasi

panus. Pasien dengan entropion sikatrik mungkin terdapat keratinisasi pada tepi

kelopak mata dan simblefaron.5

Pemeriksaan fisik pada kelopak mata meliputi test snapback yaitu dengan cara

menarik kelopak mata dengan hati-hati ke arah luar lalu dilihat apakah kelopak mata

dapat kembali ke posisi semula, dan biasanya tes ini tidak menimbulkan rasa sakit.

Dari tes ini dapat dilihat kelemahan pada tonus kelopak mata yang horizontal. Pada

pinggir kelopak mata bawah selalu ditemukan kelengkungan ke arah limbus setelah

entropion terbentuk. Forniks inferior tidak selalu kelihatan dalam dan kelopak mata

mungkin dapat mudah dikeluarkan. Tanda klinis lainnya meliputi gambaran garis

putih dalam ukuran milimeter di bawah tarsal inferior akibat dari pergeseran dari

retraktor kelopak mata dan pergerakan yang sedikit atau tidak ada sama seklai dari

kelopak bawah saat melihat ke bawah. Pindahnya bagian superior dari orbikularis

superior dapat dideteksi dengan melakukan observasi yaitu menutup mata yang

memerah setelah kelipak entropion kembali normal (tes kelengkungan orbikularis).5

21

VI. DIAGNOSIS BANDING12

1. Retraksi kelopak mata (penyakit Grave).

Tarikan dari kelopak mata bawah dan atas menimbulkan bulu mata dan kulit

kelopak melipat ke dalam menyerupai entropion.

2. Distikiasis

Bersifat kongenital, terdapat kelainan yang menekan temapat keluarnya

saluran Meibom.

3. Trikiasis

Kelainan berupa bulu mata yang mengarah ke kornea, sehingga timbul reaksi

radang yang kedua dan terbentuk jaringan parut

4. Dermatokalasis

Suatu keadaan degeneratif, timbul lebih awal, dan menunjukkan gambaran

yang longgar dengan penonjolan dan kulit kelopak yang banyak. Perubahan

arah bulu mata pada kelopak atas menyerupai entropion

5. Epiblefaron

Kelainan kongenital yang tampak berupa pelipatan kulit kelopak dan

ketegangan otot horizontal yang menyilang ke pinggir kelopak menyebabkan

bulu mata masuk ke dalam. Orientasi dari tarsal plate normal selalu

asimptomatik dan berkaitan dengan pertambahan umur.

22

VII.PENGOBATAN

Terapi nonfarmakologis dengan menarik kulit palpebra ke arah pipi sehingga

menjauh dari bola mata dapat mengurangi gejala sementara terutama untuk involusi

atau spastik entropion.Pencukuran bulu mata bisa dilakukan di tempat lokasi

trichiasis. Terapi kontak lensa (hidrogel, hidrogel silikon, yang memiliki diameter

lebih besar dari kornea atau sklera) untuk melindungi kornea.12

Pengobatan entropion terbaik adalah operasi plastik atau suatu tindakan

tarsotomi pada entropion akibat trakoma. Pembedahan untuk memutar keluar kelopak

mata efektif pada semua jenis entropion. Sebuah tindakan sementara yang bermanfaat

pada entropion evolusional adalah dengan menarik kelopak mata bawah dan

menempelkannya dengan ‘tape’ ke pipi; tegangannya mengarah ke temporal dan

inferior 6. Operasi entropion transkonjungtiva merupakan prosedur yang aman dan

lebih efisien pada entropion involusi 2,7

Pemilihan prosedur pembedahan tergantung pada penyebab yang mendasari.

Intervensi bedah diindikasikan jika salah satu dari berikut muncul persisten: iritasi

okular berulang, konjungtivitis bakteri, refleks hipersekresi air mata, superfisial

keratopathy, risiko ulserasi dan keratitis mikroba.12

Beberapa tindakan operasi yang dapat dilakukan5

1. Entropion kongenital.

Entropion kongenital dapat diperbaiki dengan pemasangan kembali fasia

kapsulopalpebra. Prosedur ini akan diuraikan pada bagian entropion involusional,

23

dan dilakukan untuk mengencangkan kelopak mata anak-anak yang horizontal

secara tidak serentak.

Perbaikan epiblefaron diperlukan jika ada bukti keratopati atau jika gejalanya

simptomatik.Dalam banyak kasus, hal ini dapat dilakukan tanpa harus

mengangkat kulit. Goresan horizontal dibuat 1,5 mm di bawah bulu mata,

menyeberangi kelopak mata bawah. Goresan diperluas sekitar mm ke medial dan

lateral menuju area yang melipat. Sejumlah kecil otot orbikularis pretarsal

dipindahkan, agar perbatasan tarsal bawah terbuka. Luka kemudian ditutup

dengan cara memperkirakan kulit bagian atas tetap mebingkai perbatasan tarsal

bawah, kemudian tepi kulit bagian bawah ditutup dengan jahitan 6.0 yang biasa.

2. Entropion akut spastik

Suntikan toksin botulinum selalu efektif untuk paralisi orbikularis. Efek toksin

botulinum bertahan hanya sekitar 3 bulan, tetapi entropion tidak akan terulang

walaupun efeknya menghilang.

3. Entropion involusional.

a. Perbaikan fasia kapsulopalpebra

Metode perbaikan entropion ini didasarkan pada jenis dan tingkatan masalah,

sepeti halnya kemampuan pasien untuk mentolerir suatu pemeriksaan.

Involusional entropion dapat diobati dengan menentukan faktor penyebab

penyakit.Setelah anestesi lokal, suatu goresan subsilar dibuat 2 mm di bawah luka

dari bawah punctum menuju cabang cantal. Penutup kulit yang kecil disayat ke

bawah di atas tarsus, dan potongan oto orbikularis pretarsal disayat sampai batas

24

tarsus. Septum orbita digores dan dibuka, sehingga tepi fasia kapsulopalpebra

yang tipis dapat terlihat. Dengan adanya bantalan inferior orbita, yang kondisinya

sama dengan keadaan kelopak mata bawah kepada levator, dapat ditutup dengan

empat jahitan sesuai dengan struktur mata. Suatu potongan tarsal yang mengarah

ke samping menunjukkan kelemahan kelopk mata bawah dan potongan tersebut

sesuai dengan banyaknya ketegangan kelopak. Tiga jahitan dengan silk 6.0

digunakan untuk menyambung kembali fasia kapsulopalpebra bawah dengan

perbatasan tarsal. Kelopak mata tidak harus selalu dikoreksi dan banyaknya

jumlah fasia kapsulopalpebral dapat dikonfirmasi dengan melakukan follow up

pasien. Kulit muka yang ditutup dengan jahitan 6.0 biasa, dan jumlah tepi fasia

kapsulopalpebral harus disatukan dengan tiga jahitan pusat untuk mencegahnya

otot orbikularis.

b. Jahitan quickert.

Gambar 4. Jahitan quickert.2

25

Jika pasien yang mempunyai involusional entropion miskin dan tidak bisa

melakukan pembedahan maka teknik quickert, atau tiga jahitan, dapat digunakan.

Kelemahannya tingkat kekambuhan dengan teknik ini sangatlah tinggi. Jahitan

tiga double-kromik 5-0 ditempatkan horizontal 3 mm melebar ke lateral, tengah,

dan medial kelopak mata bawah. Jahitan melewati forniks sampai batas di bawah

perbatasan inferior tarsal lalu keluar sampai kulit. Masing-masing jahitan

ditegangkan untuk koreksi.

4. Entropion sikatrik.

Prosedur Wies. Jika entropionnya asli sikatrik, blefarotomi dan rotasi merginal

(prosedur Wies) efektif untuk memperbaiki kelopak mata atas atau

bawah.Anestesi lokal dinerikan pada kelopak mata dan insisi horizontal dibuat 4

mm dari kelopak sampai kulit dan orbikularis.Dibuat atap marginal yang berada

2-4 mm dari garis tepi kelopak mata. Kelopak kemudian diangkat, dan dalam

hitungan detik dibuat insisi sampai konjungtiva dan tarsus. Gunting Westcott atau

Tenotomi digunakan untuk memperluas blefarotomi ke medial dan lateral

melewati tarsus. Lalu dijahit tiga double-armed dengan silk 6-0 sampai tarsus, ke

atas tarsus yang kemudian keluar melalui kulit dekat bulu mata. Jahitan diikat di

atas kapas untuk melindungi “pemasangan kawat”. Lalu dikoreksi untuk pastinya.

Kulit yang diinsisi ditutup dengan jahitan 6-0 biasa. Jahitan dan kasa penutup

harus diangkat 10-14 hari.

26

Jika sikatrik entropion masih mengganggu, atau prosedur yang dilakukan gagal,

lamellar posterior tambahan akan sangat membantu. Suatu cangkokan mungkin

ditempatkan antara konjungtiva/retraktor kelopak bawah dan perbatasan inferior

tarsal. Berbagai material cangkok yang tersedia meliputi tulang rawan telinga,

langit-langit keras, dan selaput lendir. Terbentuknya jaringan parut, dan defek

produksi lamellar posterior, bahan cangkok diletakkan dengan jahitan yang bisa

diserap dan kelopak akan dapat disembuhkan dengan jahitan yang direnggangkan.

Lamellar posterior tersebut menyebabkan kelopak mungkin tidak dapat menarik

kembali saat melihat ke bawah.

VIII. KOMPLIKASI5

1. Konjungtivitis

Peradangan pada konjungtiva. Akan terlihat lapisan putih yang transparan

pada mata dan garis pada kelopaknya. Entropion dapat menyebabkan

konjungtiva menjadi merah dan meradang, dan menimbulkan infeksi.

2. Keratitis

Suatu kondisi dimaan kornea meradang. Masuknya bulu mata dan tepi

kelopak ke kornea dapat menimbulkan iritasi dan rasa sakit. Jaringan parut

akan terbentuk dan dapat menyebabkan kehilangan penglihatan.

3. Ulkus kornea

27

Ulkus kornea adalah ulkus yang terbentuk di kornea, dan biasanya disebabkan

oleh keratitis. Kondisi ini sangat serius karena dapat menyebabkan kehilangan

penglihatan. Sangat penting utnuk segera berobat ke dokter jika mata menjadi

maerah, mata terasa sakit atau seperti ada yang mengganjal di dalam mata.

4. Komplikasi bedah termasuk perdarahan, hematoma, infeksi, rasa sakit, dan

posisi tarsal yang buruk.

IX. PROGNOSIS 5

Entropion pada umumnya memiliki prognosis yang baik. Keefektifan

pengobatan entropion tergantung pada penyebab utama dan tingkat keparahan

penyakitnya.

28

DAFTAR PUSTAKA

1. Ilyas, H. Sidarta. 2009.Ilmu Penyakit Mata, Ed. 3. Jakarta : BalaiPenerbit FKUI.

2. Anonymous. Entropion-eyelids that turn it. American asociaty of Ophthalmic and Reconstruction of Surger7, 2005.

3. Anonymous. Eye anatomy (online) available at www.medicinestuffs.blogspot.com

4. Anonymous. Entropion. Crescent Veterinary Clinic, tanpa tahun.

5. Prabowo D. Entropion. Healt Care, 2011. (online) Availabe at http://diemazcaeem.blogspot.com/2011/05/entropion.html

6. Altieri A, Lester M, Harman F et al. Comparison of three techniques for repair of involutional lower lid entropion: a three year follow up study. Ophthalmologica 2003; 217: 265-272

7. Sullivan JH. Palpebra dan apparatus lakrimalis. Dalam: Vaughan D, Asbury T. Oftalmologi Umum (General Opthalmology). Alih bahasa: Ilyas S. Edisi 14. Jakarta, Widya Medika: 2000

8. Camara JG, Nguyen LT, Sangalang-Chuidian M et al. Involutional lateral entropion of the upper eyelids. Arch. Ophthalmol 2002; 120: 1682-4

9. Sodhi PK, Yadava U, Pandey RM, Mehta DK. Modified grey line split with anterior lamellar repositioning for treatment of cicatricial lid entropion. Ophthalmic surgery lasers 2002; 33: 169-74

10. Mandal AK, Honavar SG, Gothwal VK. The association of unilateral congenital glaucoma and congenital lower lid entropion: causal or casual? Ophthalmic surg lasers 2001; 32: 149-51

11. Park MS, Chi MJ, Baek SH. Clinical study of single-suture inferior retractor repair for involutional entropion. Ophthalmologica 2006; 220: 327-31.

12. Boboridis K, Bunce C. Interventions for involutional lower lid entropion. Cochrane Batabase for Systematic Review, 2002.

29