TUGAS TERSTRUKTUR

39
TUGAS TERSTRUKTUR PARSITOLOGI TREMATODA HATI Oleh: KELOMPOK 1 RIZKY RAMDHANIA (G1F009010) SAGITA SAVITA SARI (G1F009015) KURNIA AULIA KH (G1F009025) AGUNG MUHARAM (G1F009028) RATIH JUWITA NINDA (G1F009049) KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

description

parasit

Transcript of TUGAS TERSTRUKTUR

Page 1: TUGAS TERSTRUKTUR

TUGAS TERSTRUKTUR

PARSITOLOGI

TREMATODA HATI

Oleh:

KELOMPOK 1

RIZKY RAMDHANIA (G1F009010)

SAGITA SAVITA SARI (G1F009015)

KURNIA AULIA KH (G1F009025)

AGUNG MUHARAM (G1F009028)

RATIH JUWITA NINDA (G1F009049)

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN NASIONAL

UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN

FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU-ILMU KESEHATAN

JURUSAN FARMASI

PURWOKERTO

2013

Page 2: TUGAS TERSTRUKTUR

PENDAHULUAN

Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti

daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma.

Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase

kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan hospes intermedier untuk

perkembangannya. Fase daur hidup tersebut adalah sebagai berikut:

Telur → meracidium→ sporocyst → redia→ cercaria→ metacercaria→

cacing dewasa (Rosdiana , 2009).

Dimana fase daur hidup tersebut sedikit berbeda untuk setiap spesies cacing

trematoda. Menurut lokasi berparasitnya cacing trematoda dikelompokkan sebagai

berikut:

1. Trematoda pembuluh darah

2. Trematoda paru

3. Trematoda usus

4. Trematoda hati (Rosdiana , 2009).

Keterangan :

(1) Schistosoma

(2) Paragonimus

(3) Clonorchis

(4) Echinostoma

(Rosdiana , 2009).

Page 3: TUGAS TERSTRUKTUR

Tanda-tanda/Ciri-ciri Umum

1. Tubuhnya pipih dorsoventral, berbentuk seperti daun, tidak

bersegmen.

2. Ukurannya bervariasi antara satu milimeter sampai beberapa

sentimeter.

3. Mempunyai batil isap (sucker=acetabulum), yang terletak di bagian

anterior, disebut batil isap mulut (oral sucker) dan di bagian ventral

tubuh, disebut batil isap perut (ventral sucker). Ada species yang

mempunyai genital sucker (Heterophyes heterophyes).

4. Pada umumnya monocieus/hermaphrodite kecuali Schistosoma.

5. Tidak mempunyai rongga tubuh (body cavity).

6. Mempunyai sistem pencernaan, tetapi tidak sempurna. Mulut (oral

cavity) yang dikelilingi oral sucker terletak di ujung anterior,

dilanjutkan dengan pharynx, esophagus bercabang di depan

ventral sucker dan menjadi sepasang usus yang berakhir buntu

(caeca) yang bentuknya bervariasi :

Simple/sederhana : hanya bercabang dua dan berakhir buntu

(Clonorchis sinensis),

Setelah bercabang dua lalu bercabang-cabang lagi ke lateral

(Fasciola hepatica)

Setelah bercabang lalu menyatu lagi menjadi satu satu caecum

yang disebut reunited- intestine (Schistosoma).

7. Mempunyai sistem excretory dan sistem syaraf.

8. Berkembang biak dengan bertelur (oviparus)

9. Telur mempunyai operculum (kecuali Schistosoma

10. System reproduksi berkembang sempurna. Alat genital terletak di

antara kedua percabangan intestine (Rosdiana , 2009).

Alat Reproduksi Jantan yang terdiri dari dua buah testis (kecuali pada

Schistosoma) yang biasanya terdapat di bagian posterior., dilengkapi dengan

dua vas efferens, satu vas deferens yang meluas menjadi seminal vesicle,

diikuti oleh suatu penyempitan (ejaculatory duct), kemudian masuk ke genital

atrium. Pada genital atrium bermuara ductus ejaculatorius. Cirrus merupakan

Page 4: TUGAS TERSTRUKTUR

modifikasi bagian terminal vas deferens, bersifat muscular, berfungsi sebagai

alat copulasi Glandula prostate, mengelilingi bagian yang menyempit dari

vas deferens. Cirrus sac, merupakan kantong yang menutupi glandula prostat,

atrium genetalis dan vesicula seminalis (Rosdiana , 2009).

Alat Reproduksi betina terdiri dari Sebuah ovarium dengan dua vittelaria

yang terletak pada kedua sisi badan dengan susunan bervariasi tergantung

species. Organ ini dilengkapi dengan organ lain yang tidak terlalu penting

untuk diingat seperti vittelaria yang bermuara pada ootype. Laurer's canal,

Seminal receptacle, dan ootype. Uterus keluar dari ootype setelah

berkelok-kelok berakhir pada genital atrium. Ootype sendiri merupakan organ

tempat bertemunya ovum dan spermatozoa (ruang fertilisasi), Pada salah satu

sisinya berhubungan dengan uterus dan pada sisi lain berhubungan dengan

oviduct. Organ yang lain adalah Mehlis gland yang mengelilingi ootype.dan

genital atrium yang membuka pada bagian ventral tubuh, dekat acetabulum

(Rosdiana , 2009).

Page 5: TUGAS TERSTRUKTUR

PEMBAHASAN

1. Opisthorchis viverrini

A. Klasifikasi Opisthorchis viverrini

Kingdom : Animalia

Subkingdom : Metazoa

Filum : Platyhelminthes

Kelas : Trematoda

Ordo : Prosostromata

Famili : Opistorchoidae

Genus : Opistorchis

Species : Opistorchis viverini (Rosdiana , 2009)

B. Sejarah

Daerah endemik ditemukan di Muangthai. Morfologi dan daur

hidup cacing ini mirip Opistorchis felineus. Infeksi terjadi dengan makan

ikan mentah yang mengandung metaserkaria (Rosdiana, 2009).

Di daerah Muangthai timur laut ditemukan banyak penderita

kolangiokarsinoma dan hepatoma pada penderita opistorkiasis. Hal ini

diduga karena ada peradangan kronik saluran empedu. Selain itu

berhubungan juga dengan cara pengawetan ikan yang menjadi hospes

perantara O.viverrini. (Rosdiana, 2009).

Page 6: TUGAS TERSTRUKTUR

C. Penyebaran

Ditemukan endemik di Thailand dan daerah Muangtai serta

tersebar di daerah Asia Tenggara (Sutanto, 2008).

D. Morfologi dan Siklus Hidup

Morfologi dan daur hidup cacing ini mirip Opistorchis felineus.

1. Lebar 2-3 mm

2. Bentuk lebih panjang atau langsing.

3. Kutikula tertutup duri.

4. Oral sucker lebih terminal. asetabulum pada 1setengah bagian tubuh

depan (1/4 dari seluruh panjang tubuh)

5. Besar oral sucker = besar ventral sucker.

6. Sekum  panjang tak bercabang

7. Testis berlobi miring satu sama lain

8. Kelenjar vitelin S pada tengah badan.

Perbedaan morfologi dari parasit ini dengan O. felineus adalah

vitellarianya berkelompok-kelompok dan testis serta ovariumnya lebih

besar ukurannya (Soejoto, 1989).

Daur hidup cacing ini yaitu telur mengandung seekor mirasidium

yang terbawa bersama feses hospes definitif, termakan oleh hospes

Page 7: TUGAS TERSTRUKTUR

perantara I dan menjadi serkari dikeluarkan setelah 2-3 bulan , serkaria

termakan oleh ikan dan menjadi metaserkaria yang infektif, kemudian

masuk ke tubuh manusia ketika memakan ikan . Apabila dimakan oleh

manusia, cacing keluar dari kista diduodenum dan ke saluran empedu

bagian distal dan menjadi dewasa dalam waktu 3 sampai 4 minggu

(Anonim, 1998). Hospes pada cacing O.v :

Hospes definitif : kucing, anjing dan manusia

Hospes perantara I : siput air tawar, bithynea iechi.

Hospes perantara II : ikan jenis idus dan tinca.

Penyakit yang disebabkan oleh spesies ini adalah Opistorkiasis

(Rosdiana, 2009).

E. Patologi dan Gejala Klinis

Cacing dalam jumlah sedikit tidak akan menimbulkan gejala,

kadang-kadang timbul gejala berupa diare, kurang nafsu makan, perut

kembung, perasaan tidak enak di epigastrium. Nyeri di kuadran kanan

atas dapat juga timbul disertai hepatomegali, ikterus, suhu naik 38,5 C.

Selanjutnya jika jumlah telur mencapai 10-50 butir per mg tinja, penyakit

berat dan jika lebih dari 50 butir, penyakit sangat berat (Natadisastra,

2005).

F. Diagnosis

Dasarnya dengan menemukan telur dalam tinja atau dari drainase

duodenum atau analisis dengan PCR (Natadisastra, 2005).

G. Pengobatan

Cukup baik dengan pemberian obat klorokuin (Natadisastra,

2005).

H. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari makan-makanan

yang terbuat dari ikan mentah atau yang dimasak tidak sempurna. Dan

Page 8: TUGAS TERSTRUKTUR

juga menghindari minum air mentah terutama didaerah endemis untuk

mengindari terjadinya kista (Tierney, 2005).

2. Opistorchis felineus

A. Klasifikasi Opistorchis felineus

Kelas : Trematoda

Ordo        : Prosostomata

Famili       : Opistorchoidae

Genus      : Opistorchis (Rosdiana, 2009)

B. Sejarah

Ditemukan pada tahun 1884 pada hati kucing oleh Sebastiano

Rivolta dari Italy. Pada tahun 1891, scientist Rusia K.N. Vinogradov

menemukannya pada manusia dan menamainya parasit “cacing hati

Siberian”. Pada tahun 1930-an, seorang helmintology, Hans Vogel dari

Hamburg mempublikasikan artikel yang menggambarkan siklus hidup

dari Opisthorchis felineus (Rosdiana , 2009).

C. Penyebaran

Opistorchis felineus tersebar di eropa timur, eropa tengah, eropa

selatan, asia seperti Vietnam dan india. Daerah yang sangat endemis di

Page 9: TUGAS TERSTRUKTUR

polandia dan Desna Basin. Di daerah endemis kucing merupakan hospes

reservoir yang terpenting sebagai sumber penular (Muslim, 2009).

Parasit ini ditemukan di Eropa Tengah, Siberia dan Jepang. Parasit

ini ditemukan pada manusia di Prusia, Polandia dan Siberia ditemukan di

Jepang yang bukan daerah endemik Clonorchiasis. Cacing dewasa

panjangnya kira-kira 1 cm hidup dalam saluran empedu dan hati manusia

serta kucing. Telur besarnya kira-kira 30 mikron. Siklus hidup patologi

dan klinik diagnose dan pengobatannya hampir sama dengan C. sinensis

(Rosdiana, 2009).

D. Morfologi dan daur Hidup

Morfologi

1. Ukuran, panjang 7-8 mm dan lebar 2-3 mm

2. Bentuk lebih panjang atau langsing.

3. Kutikula tertutup duri.

4. Oral sucker lebih terminal. asetabulum pada 1setengah bagian tubuh

depan (1/4 dari seluruh panjang tubuh)

5. Besar oral sucker = besar ventral sucker.

6. Sekum  panjang tak bercabang

7. Testis berlobi miring satu sama lain

8. Kelenjar vitelin S pada tengah badan. (Muslim,2009)

Cacing Opistorchis felineus ini merupakan trematoda yang

hermaprodit. Cacing dewasanya berbentuk pipih dengan dua penghisap

(oral dan ventral/perut). Cacing ini dapat dibedakan dengan spesies lain

dari family Opisthorchidae dengan morfologinya. Ukuran dari cacing

dewasa O. felineus adalah 7-12 x 2-3 mm; ukuran cacing dibawah

pengaruh dari diameter saluran empedu dan intensitas dari infeksi.

Ukuran telurnya adalah 25-35x15-17µm (Muslim, 2009).

Page 10: TUGAS TERSTRUKTUR

Morfologi dewasa

Host intermediet yang pertama adalah siput air tawar dari genus

Bithynia (e.g., B.inflata, B.tentaculata, B.leachi) yang hidup di telaga atau

sungai yang alirannya pelan. Dalam siput, ada tahapan dua larva yang

dapat dideteksi yaitu sporokista dan redia. Infeksi yang lazim terjadi pada

siput umumnya pada kisaran 0,07-0,63% (Muslim, 2009).

Host intermediet yang kedua adalah ikan air tawar dari family

Cyprinidae (e.g. golden orfe, Leuciscus idus; common dace, L. leuciscus;

common roach, Rutilus rutilus; tench, Tinca tinca; barbell, Barbus barbus;

carp bream, abramis brama). Pada ikan, hanya tahap larva metaserkaria

yang dapat dideteksi. Pada ikan dapat dijumpai 1 – 30.000 metaserkaria.

Lebih dari 6000 metaserkaria dapat dideteksi per gram-nya (Muslim,

2009).

Daur hidup

Telur bermirasidium dalam proses , hospes perantaran I (menetas

keluar mirasidiumnya), redia (serkaria), hospes perantara II

(metaserkaria), manusia (terjadi eksistasio di dalam usus), terus kesaluran 

empedu, hati, dewasa.

Page 11: TUGAS TERSTRUKTUR

Cacing dewasa menghasilkan telur yang dikeluarkan melalui

feses. Setelah dicerna pada siput yang cocok (host intermediet pertama),

telur melepaskan miracidia/mirasidium , yang mengalami beberapa tahap

perkembangan di dalam siput (sporokista , redia, cercaria). Serkaria

dilepaskan dari siput dan berpenetrasi ke ikan air tawar (host intermediet

kedua), metaserkaria tersimpan/ada di dalam otot atau dibawah sisik . 

Mamalia sebagai host definitive (kucing, anjing, dan beberapa mamalia

pemakan ikan termasuk manusia) menjadi terinfeksi dengan memakan

ikan yang belum matang yang mengandung metaserkaria. Setelah dicerna,

metaserkaria berada di duodenum  dan naik sampai menuju ke saluran

empedu kemudian mereka mengkaitkan dirinya dan berkembang hingga

dewasa, yang dapat menghasilkan telur setelah 3 sampai 4 minggu . 

Cacing dewasa O. felineus ukurannya 7 mm to 12 mm dengan tebal 2 mm

to 3 mm) terletak di dalam empedu dan saluran pancreas dari host

mamalia, dimana mereka mengkaitkan diri mereka pada mukosanya

(Irianto, 2009).

Hospes dan nama penyakit :

Hospes definitive

Page 12: TUGAS TERSTRUKTUR

Mamalia (manusia, kucing, anjing, dan pemakan ikan lainnya).

Hospes intermediet pertama

Siput air tawar

Hospes intermediet kedua

Ikan air tawar

Nama penyakitnya adalah opistorkiasis (Irianto, 2009).

E. Patologi dan Gejala Klinis

Infeksi terjadi pada manusia/mamalia lain yang memakan ikan

mentah atau yang dimasak kurang baik. Kucing merupakan hospes

reservoir yang terpenting di daerah yang sangat endemis. Keong sebagai

hospes perantara/intermediet mendapatkan infeksi dari feses yang terdapat

di pantai pasir dan yang ikut terbawa arus air (Muslim, 2009).

Gejala klinis yang biasanya terjadi biasanya disebabkan oleh

cacing dewasa yang menimbulkan peradangan dan proliferasi sel-sel

epitel saluran empedu, proses lanjut dapat menimbulkan fibrosis. Berat

atau ringannya penyakit bergantung pada jumlah dan lamanya infeksi oleh

cacing. Pada kasus berat, penderita dapat mengalami ikterus, eosinofilia

local, edema wajah dan kadang-kadang asites (Muslim, 2009).

Tanda-tanda dan gejala yang lain adalah : demam, mual, sakit

perut, diare, periode inkubasi sekitar 2 minggu, pada infeksi kronik terjadi

cholangitis dan obstruktif jaundice yang di dokumentasikan seperti

colangiocarcinoma (Irianto, 2009).

F. Diagnosis

Deteksi pada siput/keong :

Pengamatan Mikroskop hasil pembedahan siput dan analisis

PCR dari homogenisasi tubuh siput (Pozio, 2008).

Deteksi pada ikan dapat dilakukan dengan :

Penekanan otot ikan (trichinoscopy)

Pencernaan

Page 13: TUGAS TERSTRUKTUR

Metaserkaria yang utama pada jumlah yang terbanyak yaitu

pada otot dari caudal dan dorsal paddle. Metaserkaria dapat

diidentifikasikan pada golongan family atau spesies berdasarkan

morfologi ataupun PCR derived methods (Pozio, 2008).

Deteksi/diagnosis pada hospes mamalia adalah :

a. Deteksi parasitological

Deteksi dari telur parasit dalam sampel tinja, ukuran telur untuk

cacing ini 25-35 x 15-17 µm.

b. Deteksi serological

Menggunakan tes ELISA yang dikembangkan pada manusia dan

karnivora (anjing,kucing) menggunakan eksresi atau sekresi

antigen dari cacing dewasa secara in vitro.

c. Deteksi molekuler

Menggunakan PCR dari sampel tinja.

Pada hasil tes laboratorium biasanya menghasilkan jumlah

leukosit yang tinggi mencapai 29,8 x 103/µL, eusinofil yang tinggi

mencapai 60% dan enzim hati (AST/ALT mU/mL) meningkat

sampai 315/899 (Pozio, 2008).

G. Pengobatan

Pilihan pertama pengobatan dapat menggunakan

Praziquanteldengan dosis 25 mg/kg secara per oral, selama 1 hari. Atau

pilihan kedua pengobatan yaitu Albendazole dengan dosis 10 mg/kg

sehari secara per oral dalam 2 dosis untuk 7 hari (Yangco et al, 1987).

H. Pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan menghindari makan-makanan

yang terbuat dari ikan mentah atau yang dimasak tidak sempurna. Dan

juga menghindari minum air mentah terutama didaerah endemis untuk

mengindari terjadinya kista (Tierney, 2005).

3. Clonorchis sinensis

Page 14: TUGAS TERSTRUKTUR

A. Klasifikasi Clonorchis sinensis

Kingdom : Animalia

Phylum : Platyhelminthes

Kelas : Trematoda

Ordo : Opisthorchiida

Family : Opisthorchiidae

Genus  : Clonorchis

Spesies : Clonorchis sinensis (Waykoff, 1958)

B. Sejarah

Cacing ini pertama kali ditemukan oleh Mc Conell tahun 1847

disaluran empedu pada seorang Cina di Kalkuta. Clonorchis sinensis

merupakan trematoda hati oriental liver fluke yaitu parasit pada manusia

yang hidup disaluran empedu. Cacing daun ini adalah parasit mamalia

yang makan ikan merupakan parsit manusia .Cacing hati Cina kebetulan

adalah cacing hati manusia yang merupakan kelas Trematoda , Phylum

Platyhanmelminthes . Parasit ini tinggal di hati manusia, dan ditemukan

terutama di umum saluran empedu dan kantong empedu , makan pada

empedu (Sutanto, 2008).

C. Penyebaran

Distribusi cacing ini cukup luas. Hewan ini, yang diyakini

menjadi lazim parasit cacing yang paling ketiga di dunia, adalah endemik

untuk Korea Selatan Jepang , Cina , Taiwan ,Asia Tenggara dan sebagian

Timur Jauh Rusia. Saat ini menginfeksi suatu manusia diperkirakan

30.000.000. Clonorchis sinesnsis adalah parasit opisthorchid trematoda

yang menginfeksi kucing dan manusia di negara-negara tropis dan

Page 15: TUGAS TERSTRUKTUR

subtropis di Asia. Di Quebec, Canada pada tahun 1996 pernah menjadai

wabah trematodiasis (Saul, 2005).

D. Epidemiologi

Kebiasaan makan ikan yang diolah kurang matang merupakan

faktor penting dalam penyebaran penyakit. Selain itu cara pemeliharaan

ikan dan cara pembuangan tinja di kolam ikan penting dalam penyebaran

penyakit. Clonorchiasis terjadi ketika banyak orang terutama yang

tinggal didaerah pantai senang makan-makanan laut mentah maupun ikan

mentah yang mempunyai kenikmatan tersendiri. Misalnya salad yang

berasal dari ikan mentah, ikan dengan jus lemon, lomi-lomi yang

diasinkan dan diberi jus lemon, bawang, tomat. (Anonim, 2006).

E. Siklus Hidup dan Morfologi

- Siklus hidup

Cacing ini berbentuk pipih, memanjang, tidak berduri, tidak padat,

berwarna kelabu membias cahaya, menyempit ke anterior dan agak

membulat ke posterior serta mempunyai batil isap perut lebih kecil dari

batil isap kepala (Brown, 1979).

Secara umum telur dari Clonorchis sinensis yang berisi

mirasidium yang berkembang ke dalam bentuk dewasa. Telur dikeluarkan

dengan tinja. Telur menetas bila dimakan keong air (Bulius,

Semisulcospira). Clonorchis sinensis dewasa memiliki bagian-bagian

tubuh utama pengisap oral, faring, usus buntu, pengisap ventral, vitellaria,

rahim, ovarium, kelenjar Mehlis , testis, kandung kemih exretory.

Page 16: TUGAS TERSTRUKTUR

Hospes sebagai perantara hidup

Hospes Perantara Pertama

Siput air tawar Parafossarulus manchouricus – sinonim:

Parafossarulus striatulus, sering berfungsi sebagai hospes perantara

pertama untuk sinensis Clonorchis di Cina, Jepang, Korea dan Rusia.

Host siput lain termasuk :

Bitinia longicornis – sinonim: Alocinma longicornis – di China

Bitinia fuchsiana – di China

Bitinia misella – di China

Parafossarulus anomalosiralis – di China

Melanoides tuberculata – di China

Semisulcospira libertina – di China

Assiminea lutea – di China

Tarebia granifera – di Taiwan, Cina

Begitu berada di dalam tubuh siput, mirasidium yang menetas

dari telur, dan tumbuh secara parasit dalam siput. mirasidium ini

berkembang menjadi sebuah sporosit, yang pada gilirannya

memondokkan reproduksi aseksual dari redia, tahap berikutnya. Para

redia sendiri memondokkan reproduksi aseksual cercaria berenang

bebas. Sistem reproduksi aseksual memungkinkan untuk persilangan

Page 17: TUGAS TERSTRUKTUR

eksponensial individu cercaria dari satu mirasidium. Ini membantu

para Clonorchis dalam reproduksi, karena memungkinkan mirasidium

untuk memanfaatkan satu kesempatan pasif dimakan oleh siput

sebelum telur mati. Setelah redia dewasa, yang tumbuh di dalam

tubuh siput sampai saat ini, mereka secara aktif menanggung keluar

dari tubuh siput ke lingkungan air tawar (Sutanto, 2008).

Hospes perantara Kedua

Pada tahap selanjutnya mereka masuk menmbus ke dalam

tubuh ikan, mereka kembali menjadi parasit pada hospes barunya.

Setelah masuk dari otot ikan, cercaria yang membuat kista

metacercarial pelindung yang dapat digunakan untuk

mengenkapsulasi tubuh mereka. Kista pelindung ini terbukti

bermanfaat ketika otot ikan dikonsumsi oleh manusia (Sutanto, 2008).

Hospes Definitif

Kista tahan asam memungkinkan metaserkaria untuk

menghindari dicerna oleh asam lambung manusia, dan

memungkinkan metaserkaria untuk mencapai usus kecil terluka.

Mencapai usus kecil, metaserkaria yang menavigasi ke hati manusia,

yang menjadi habitat akhir. Pakan Clonorchis pada empedu manusia

diciptakan oleh hati . Dalam hati manusia, Clonorchis mencapai tahap

yang matang dari reproduksi seksual . Orang-orang dewasa

hermafroditik menghasilkan telur setiap 1-30 detik, sehingga

perbanyakan cepat penduduk di hati (Sutanto, 2008).

Cacing dewasa mempunyai ukuran 12-30 x 3-5 mm, hidup

disaluran empedu, hati, kadang-kadang juga ditemukan dipankreas

(Brown,1979). Telur CS berukuran 27-35x12-29µ berwarna kuning

coklat muda, dan mempunyai operkulum pada bagian bawah

mempunyai penonjolan kecil pada bagian yang lebih tebal. Telur

berisi mirasidium yang tidak akan menetas bila dimakan hospes

perantara pertama yaitu keong air Gastropoda (Swellengrebel and

Stermann, 1960).

Page 18: TUGAS TERSTRUKTUR

Mirasidium akan keluar bila tertelan oleh air yang sesuai,

selanjutnya didalam jaringan keong mirasidium mengalami

metamorfosis menjadi sporokista, redia dan serkaria. Serkaria kan

musnah jika tidak bertemu dengan seekor ikan dalam waktu 24-48

jam.hospes perantara kedua adalah ikan air tawar kurang lebih 40

jenis dari famili Cyprinidae ( Pseudorasbora parva, Gnathopogon

elongatus)juga gobiid dan salmoniid (Gandahusada et al, 1998).

Selain itu ikan dari spesies Curassius auratus dan

Ctenopharyngodon idella yang sering dimakan mentah, paling sering

menyebabkan infeksi cacing ini terutama diPolandia dan Cina

Selatan. Pada penelitian ternyata infestasi metaserkaria tertinggi di

ikan. Didalam otot ikan sarkaria menembus masuk tubuh ikan

serkaria melepaskan ekornya dan membentuk kista di dalam kulit di

bawah sisik. Kista ini disebut metaserkaria (Sutanto, 2008). Didalam

duodenum akan mengalami eksistasi, kemdian larva masuk kedalam

duktus koledokus, lalu ke saluran empedu yang lebih kecil, dan

mejnadi dewasa selama 1 bulan. Seluruh daur hidup berlangsung

selama 3 bulan (Piekarski, 1962).

Cacing ini dapat hidup selama 20-25 tahun. Setiap hari seekor

cacing dapat mengeluarkan telur sebanyak 1100-2400 butir dalam

tinja anjing atau kucing, 1600 butir marmot, 3000 dalam tikus dan

pada manusia belum diketahui jumlahnya (Barry, 2005).

- Morfologi

Telur  :

1. Bentuk seperti lonjong ukuran 25–30µm

2. warna kuning kecoklatan

3. Kulit halus tetapi sangat tebal

4. Pada bagian ujung yang meluas terdapat tonjolan

5. Berisi embrio yg bersilia (miracidium)

6. Operculum mudah terlihat

7. infektif untuk siput air

Cacing Dewasa :

Page 19: TUGAS TERSTRUKTUR

1. Ukuran 12 – 20 mm x 3 – 5 mm

2. Ventral sucker < oral sucker

3. Usus (sekum) panjang dan mencapai bag. Posterior tubuh

4. Testis terletak diposterior tubuh & keduanya mempunyai lobus

5. Ovarium kecil terletak   ditengah (anterior dari testis) (Susanto,

2008).

F. Patologi dan Gejala Klinis

Pada stadium awal tidak ditemukan gejala, namun pada stadium

progresif ditandai dengan menurunnya nafsu makan, perut terasa

kembung, diare, edema dan pembesaran hati. Pada beberapa psien

ditemukan demam, rash, malaise dan rasa tidak enak diperut kwadran

kanan atas. Pada stadium lanjut didaptkan sindrom hipertensi portal yang

terdiri dari pembesaran hati, ikterus, ascites, diare, edema dan sirosis

hepatica. Keadaan dapat disisil dengan takikardia, palpitasi, vertigo dan

depresi mental serta kadang-kadang dapat menimbulkan keganasan

dalam hati (Belding, 1952).

Gejala akut timbul dalam waktu beberapa minggu, berupa nyeri

di abdomen, nause, diare, kadang-kadang disertai eosinofilia yang

merupakan gejala utama (Tierney, 2005). Pada infeksi kronis ditemukan

keadaan umum lemah, anoreksia, sakit pada epigastrium, diare, emam

yang berkepanjangan, rasa sakit yang intermitten pada kwadran atas

kanan sekitar hati, pembesran hati secara progersif. Namun fungsi hati

dapat normal kecuali pada kasus yang berat (Belding, 1952).

Sumbatan saluran empedu menyebabkan kolangitis, sirosis portal

dan mungkin karsinoma hati (Grabda, 1991). Adanya batu di saluran

Page 20: TUGAS TERSTRUKTUR

empedu intrahepatik dapat menyebabkan infeksi piogenik yang rekuren,

kolangitis, kolangiohepatitis, abses duktus biliaris, abses hati,

kolangiokarsinoma dan gejala lain pada hati. Dapat terjadi endoflebitis

dari cabang vena porta (Lun et al, 2005).

Pada individu yang mengalami infeksi CS dalam waktu lama

maka makin banyak fibrosis terbentuk dan terjadi destruksi jaringan hati

sehingga faal hati terganggu, walaupun SGOT dan SGPT masih normal

(Brown, 1979). Pada beberapa pasien ditemukan sirosis disertai ikterus

dan asites, juga dapat terjadi kolesistitis kronik, kolelitiasis, disertai tidak

berfungsinya kandung empedu. Cacing dapat juga masuk kedalam

duktus pankreatikus dan meyebabkan pankreatitis akut. Penderita jarang

meninggal oleh karena CS namun kematian dapat terjadi bila infeksi

cukup luas disertai dengan gangguan fungsi hati, kolangiokarsinoma,

daya tahan tubuh yang menurun atau oleh karena penyakit lain yang

menyertai (Chapter, 2006). Kadang-kadang infeksi yang terjadi sangat

hebat ditemukan 4000 ekor cacing pada hati seorang manusia. Gejala

asites sering ditemukan pada kasus yang berat, tetapi apakah ada

hubungannya antara infeksi C. sinensis dengan asites ini masih belum

dapat dipastikan (Grabda, 1991). 

G. Diagnosa

Diagnosa didasarkan pada isolasi feses telur C. sinensis bersama

dengan adanya tanda-tanda pankreatitis atau primary. Beberapa kucing

mungkin menunjukkan penyakit kuning dalam kasus-kasus lanjutan

dengan parasit beban berat. Sejumlah cacing hati lain yang

mempengaruhi kucing, seperti viverrini Opisthorchis , dan felineus

Opisthorchis , dapat dibedakan dengan pemeriksaan miscoscopic atau

yang lebih baru tes PCR. Konfirmasi biasanya dibuat pada laparotomi

eksplorasi dan visualisasi cacing dalam pohon bilier atau kandung

empedu dari kucing yang terkena dampak (Sutanto, 2008).

Di daerah endemis yang mempunyai kebiasaan makan ikan

mentah adanya clonorchiasis dapat diduga bila ditemukan penderita

Page 21: TUGAS TERSTRUKTUR

dengan pembesaran hati dan gejala hepatitis. Diagnosis diferensialnya

adalah tumor ganas, sirosis hati, atau penyakit lain yang menyebabkan

pembesaran hati. Diagnosis pasti ditegakan dengan menemukan telur

Clonorchis di dalam tinja atau dengan drainage empedu. Telur

Clonorchis harus dibedakan dengan telur cacing Opistorchis dan

Heterophyidea (Waykoff, 1958).

Pada pemeriksaan dengan computed tomography scanning (CT-

csan) dan ultrasonografi (USG) terlihat dilatasi dari saluran empedu

intrahepatik dengan atau tanpa dilatasi minimal dari duktus intra dan

ekstrahepatik yang besar. Dengan transhepatic cholangiogram terlihat

adnya struktur dan dilatasi dari cabang-cabang sebagai filling degfect.

Pada pasien dengan obstruksi duktus biliaris telur cacing hanya dapat

ditemukan dengan aspirasi jarum halus atau dengan operasi

(Tierney, 2005).

Beberapa kasus clonorchiasis dilaporkan dengan gejala yang

berbeda-beda. Seorang wanita Korea berusia 19 tahun yang bermigrasi

ke Amerika , selama 7 bulan mengalami mual, muntah disertai nyeri

epigastrik pada daerah kanan atas. Gejala tersebut berlangsung menetap,

disertai kolik pada perut. Dengan pemeriksaan ultrasonografi terlihat

dilatasiu multipel dari duktus biliaris disertai dilatasi yang sangat hebat

dari struktur lobular hati. Dengan endoscopy retrograde

cholangiopancreotogreaphy berhasil diangkat sebuah cacing berwarna

hitam dari ductus billiaris (Belding, 1952).

Clonorchiasis juga ditemukan pada seorang wanita, istri seorang

petani berumur 75 tahun yang mengeluh nyeri abdomen disertai ikterus

sedang. Pada pemeriksaan echography dari kandung empedu terlihat

adnya deposit parasit di kandung empedu. Pada pemeriksaan tinja

ditemukan adanya telur Clonorchis sinensis. Kasus clonorchiasis juga

ditemukan pada seorang wanita berumur 66 tahun yang menderita abses

hati. Setelah dilakukan operasi ditemukan telur dalam jumlah sangat

banyak, di salurean empedu dan pada tinja. Pada pemeriksaan serologi

terbukti telur tersebut adlah telur Clonorchis sinensis (Lin et al, 1987).

Page 22: TUGAS TERSTRUKTUR

Oleh karena pada pasien dengan clonorchiasis harus dicermati

adanya occult cholagiocarcinoma, maka pemeriksaan radiologi seperti

kolangiografi, USG dan CT-scan memegang peranan penting untuk

diagnosis, menentukan stadium, dan menentukan proses pengobatan dari

kolangiokarsinoma. Dengan ditemukannya 3 kasus clonorchiasis disertai

adanya massa di dalam lumen kandung empedu yang ditemukan dengan

pemeriksaan CT-scan , maka korelasi antara clonorchiasis dengan

adenokarsinoma kandung empedu sedang diteliti (Kim, 2003).

H. Pengobatan

Pengobatan untuk parasit ini adalah sama dengan trematoda

lainnya, terutama melalui penggunaan praziquantel sebagai obat pilihan

pertama. Obat diberikan pada 5 mg / kg stat, atau mingguan. Obat yang

digunakan untuk mengobati infestasi mencakup triclabendazole ,

praziquantel , bithionol , Albendazole dan mebendazol. Namun

Praziquantel dapat diberikan per oral dalam berbagai kombinasi dosis

antara lain 20-30 mg/kgBB, tiga kali perhari lebih dari satu hari, 25

mg/kg BB,tiga kali per hari selama dua hari berturut-turut, atau 40

mg/kgBB secara dosisi tunggal (Chen, 1991). Toleransi pengobatan

dengan praziquental sangat baik dan efektif, sehingga merupakan pilihan

utama (drug choice). Pada infeksi berat dosis dapat diulang untuk

mengeliminasi infeksi (Yangco et al, 1987).

I. Pencegahan

Pencegahan clonorchiacis dapat dilakukan dengan menghindari

makan-makanan yang terbuat dari ikan mentah atau yang dimasak tidak

sempurna. Dan juga menghindari minum air mentah terutama didaerah

endemis untuk mengindari terjadinya kista. Disamping itu pencegahan

dapat dilakukan dengan mengontrol pemakaian pupk tinja yang

terkontaminasi. Pupuk tinja manusisa dapat digunakan pada kolam ikan

untuk meningkatkan produksi ikan, juga meningkatkan pertumbuhan

Page 23: TUGAS TERSTRUKTUR

keong yang merupakan hospes perantara kedua dari Clonorchis sinesnsis

(Tierney, 2005).

Kegiatan pemberantasan lebih ditujukan untuk mencegah infeksi

pada manusia. Misalnya penyuluhan kesehatan agar orang makan ikan

yang sudah dimasak dengan baik serta pemakaian jamban yang tidak

mencemari air sungai. Tetapi hal ini agak lambat diterima oleh

masyarakat desa (Sutanto, 2008).

Page 24: TUGAS TERSTRUKTUR

KESIMPULAN

Trematoda adalah cacing yang secara morfologi berbentuk pipih seperti

daun. Pada umumnya cacing ini bersifat hermaprodit, kecuali genus Schistosoma.

Pada dasarnya daur hidup trematoda ini melampui beberapa beberapa fase

kehidupan dimana dalam fase tersebut memerlukan hospes intermedier untuk

perkembangannya

Klasifikasi tremastoda diantaranya yaitu :

1. Hepatic Trematodes(Liver flukes): Habitat di hepar

Fasciola hepatica

Fasciola gigantica

Dicrocoelium dendriticum

Clonorchis sinensis

Opisthorchis felineus

Opisthorchis viverini

2. Intestinal Trematodes (Intestinal Flukes): Habitat di usus halus:

Fasciolopsis buski

Heterophyes heterophyes

Metagonimus yokogawai

Echinostoma malayanum

3. Lung Trematodes (Lung flukes) : Habitat di paru misalnya : Paragonimus

westermani

4. Blood Trematodes (Blood Flukes)

Pada plexus venosus vesicalis : Schistosoma haematobium

Pada plexus mescentericus superior : Schistosoma japonicum

Pada plexus mescentericus inferior : Schistosoma mansoni

DAFTAR PUSTAKA

Page 25: TUGAS TERSTRUKTUR

Anonim,2006.Parasites.http://www.diet=and=health.net/articles.php?

cont=parasites23-1-2006 diakses tanggan 1 April 2012

Anonim..2009.Opistorchiasis.http://www.dpd.cdc.gov/dpdx/html/opisthorchiasis.

htm. diakses tanggal 1 April 2012

Anonim,2010. http://crocodilusdaratensis.wordpress.com/2010/08/18/clonorchis-

sinensis-opisthorchis-sinensis/  diakses 1 April 2012

Barry D. 2005.p.285-9. Clonorchis sinensis.In:Robert Ls,Janovi J,JR

editors.Foundations of Parasitology.7thed.Mc. Graw Hill.New York

Belding DL.1952.p.640-51.Clonorchis sinensis.textbook of Clinical

parasitology.USA:Appleton Century Co

Brown HW.1979.Cestoda Usus Manusia.Trematoda Hati.Clonorchis

sinensis.Dasar Parasitologi Klinis Edisi Ketiga.Gramedia.Jakarta

Chapter 16:Parasites.potential Food Safety Hazard.http://seafood .ucdafis. edu

/HACCP/Compendium/chapt16.htm 23-1-2006

Chen ER.1991:184-5.Clonorchiacis in Taiwan.In:Cross JH,Editor.Emerging

Problem in Food-Bome Parasitic Zoonosis:Impact on Agriculture and public

health.Bangkok,Thailand.Seameo Regional Trop Med And Pub Health

Project Bangkok

Gandahusada S,Ilahude HD,Pribadi w.1998.p.38-50.Trematoda Hati Clonorchis

sinensis.Parasitologi kedokteran Edisi ketiga.FKUI.Jakarta

Grabda J.1991.241-2.Clonorchis sinensis.Marine Fish Parasitology.Anoutline.

PWN Polish Scientific Publisher.Warsawa

Irianto Koes. 2009. Panduan Praktikum Parasitologi Dasar. Bandung :

YramaWidya

Lin AC,Chapman SW,Turner HW,Wofford JD Jr.Clonorchiacisisan update.South

MedJ.1987:80.p.919-22.http://www.fujita-hu.ac.jp/tsutsumi/case/

case057.htm

Lun ZR,Grasser RB,Lai DA,Zhu XQ,Yu XB, Fang YY.2005;5:31-

41.Clonorchiacis a key Foodberne Zoonosis in China.Lancet Infect Dis.

Page 26: TUGAS TERSTRUKTUR

Kim, Y. H. 2003;28:83-6.Carcinoma of The Gallbladder Associated with

Clonorchiacis:Clinicopathology and CT evaluation.Abdominal Imaging.

Muslim. 2009. Parasitologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC

Natadisastra D, Agoes R. 2005. Parasitologi Kedokteran: Ditinjau dari Organ

yang Diserang. Jakarta: EGC.

Piekarski G.1962:69-71.Clonorchis sinensis.Medical Parasitology in

Plates.Lapage G (English Translation).Bayer AG.Germany.

Pozio, Edoardo. 2008. Epidemiology, Diagnosis and Control of Opisthorchis

felineus.http://www.iss.it/binary/crlp/cont/Pozio_Opisthorchis_felineus_.pdf.

diakses tanggal 1 April 2012

Safar Rosdiana. 2009. Parasitologi Kedokteran: Protozoologi Helmintologi

Entomologi. Bandung : Yrama Widya

Saul D. Sushi Safety.The Frozen Fish Fiasco.News and Views.2005;82:90-1

Soejoto Dkk. 1989. Parasitologi Medik Helminthologi Jilid 2. Pusat Pendidikan

Tenaga Kesehatan Depkes RI. Jakarta. (Halaman 96 Dan Halaman 107-109).

Sutanto,Inge dkk.2008.Parasitologi Kedokteran Edisi Keempat.FKUI.Jakarta

Swellengrebel NH,Sterman MM.1960;210-6.Clonorchis sinensis Animal Parasites

in man.Lancaster Press Inc.USA

Tierney LM Jr, MC.Phee SJ,Papadakis MA.2005.p.1452-3.Current Medical

Diagnosis & Treatment.Lange Medical Books.Mc Graw-Hill.New York

Waykoff DE.1958;44:461-6.Studies on Clonorchis sinensis.The Host-Parassite

relations in the rabbit and observations on the relative suspectibility of

certain laboratory hosts.J parasitol.

Yangco BG, Lerma C de, Lyman GH, price DL. 1987;31:135-8.Clinical Study

evaluating Efficiacy of Paraziquantel in Clonorchiasis.Antimicrob agent

Chemother.