Tugas Nisa

9
Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA) merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut yang melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga alveoli. Disebut juga URI, singkatan dari under respiratory infection. Kita akan membahas pengertian infeksi, klasifikasi, penyebab, gejala dan cara pengobatan ISPA. Pengertian tentang ISPA terdiri tiga bagian yaitu: 1. Pengertian infeksi Infeksi adalah invasi atau serangan terhadap tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit. 2. Pengertian saluran pernafasan Pengertian saluran pernafasan adalah organ tubuh yang mempunyai fungsi menyalurkan udara atmosfer/alam masuk ke paru-paru dan sebaliknya (mengeluarkan udara dari paru-paru ke luar). Organ Saluran pernafasan dimulai dari hidung, rongga telinga tengah, laring, trakea, bronkus, alveoli, serta termasuk pleura. 3. Pengertian infeksi akut Infeksi akut memiliki pengertian yaitu Infeksi yang mengacu kepada waktu yang berlangsung hingga 14 hari. Batas 14 hari adalah batas yang diambil untuk menunjukkan proses akut (dalam beberapa kasus ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari). Klasifikasi ISPA Berdasarkan hasil pemeriksaan, ISPA dibedakan menjadi dua golongan: 1. Golongan umur dibawah 2 bulan Golongan umur dibawah 2 bulan terbagi menjadi dua klasifikasi: • Pneumonia Pneumonia terjadi jika dalam pemeriksaan fisik terdapat adanya tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan frekuensi napas cepat ( 60 kali permenit atau lebih ). • Bukan pneumonia

description

tentang kebidanan

Transcript of Tugas Nisa

Gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut atau ISPAInfeksi Saluran Pernapasan Akut(ISPA) merupakan penyakit infeksi yang bersifat akut yang melibatkan organ saluran pernapasan mulai dari hidung, sinus, laring hingga alveoli. Disebut juga URI, singkatan dari under respiratory infection. Kita akan membahas pengertian infeksi, klasifikasi, penyebab, gejala dan cara pengobatan ISPA.Pengertian tentang ISPA terdiri tiga bagian yaitu:1. Pengertian infeksiInfeksi adalah invasi atau serangan terhadap tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu menyebabkan sakit.2. Pengertian saluran pernafasanPengertian saluran pernafasan adalah organ tubuh yang mempunyai fungsi menyalurkan udara atmosfer/alam masuk ke paru-paru dan sebaliknya (mengeluarkan udara dari paru-paru ke luar). Organ Saluran pernafasan dimulai dari hidung, rongga telinga tengah, laring, trakea, bronkus, alveoli, serta termasuk pleura.3. Pengertian infeksi akutInfeksi akut memiliki pengertian yaitu Infeksi yang mengacu kepada waktu yang berlangsung hingga 14 hari. Batas 14 hari adalah batas yang diambil untuk menunjukkan proses akut (dalam beberapa kasus ISPA dapat berlangsung lebih dari 14 hari).Klasifikasi ISPABerdasarkan hasil pemeriksaan, ISPA dibedakan menjadi dua golongan:1. Golongan umur dibawah 2 bulanGolongan umur dibawah 2 bulan terbagi menjadi dua klasifikasi: PneumoniaPneumonia terjadi jika dalam pemeriksaan fisik terdapat adanya tarikan kuat dinding dada bagian bawah dan frekuensi napas cepat ( 60 kali permenit atau lebih ). Bukan pneumoniaTergolong bukan pneumonia jika tidak ditemukan tanda tarikan kuat dinding dada bagian bawah serta tidak ditemukan frekuensi pernafasan cepat (kurang dari 60 kali permenit ) dan hanya ditemukan penyakit batuk pilek biasa, 2. Golongan umur 2 bulan sampai 5 tahunTerdiri dari tiga klasifikasi yaitu : PneumoniaTergolong pneumonia jika dalam pemeriksaan fisik ditemukan kondisi nafas cepat dengan frekuensi pernafasan 50 kali per menit atau lebih yang terjadi pada anak usia 2 12 bulan dan frekuensi pernafasan 40 kali per menit atau lebih untuk anak usia 1 5 tahun. Pneumonia berat:Tergolong Pneumonia berat jika dalam pemeriksaan fisik ditemukan sesak nafas dan saat inspirasi terjadi tarikan dinding dada bagian bawah. Pemeriksaan ini dilakukan pada kondisi anak dalam keadaan tenang, dan tidak rewel. Bukan pneumoniaTergolong bukan pneumonia jika tidak terjadi napas cepat, tidak ditemukan tarikan dinding dada bagian bawah, anak hanya mengalami batuk pilek biasa.Penyebab ISPAPada penyakit saluran napas bagian atas sebagian besar disebabkan oleh virus dan secara umum tidak diperlukan terapi antibiotik. Untuk kasus balita, saat ini masih jarang ditemukan faringitis oleh kuman streptococcus, namun jika memang ditemukan infeksi kuman streptococcus harus diobati dengan antibiotik penisilin, misalnya terjadi radang telinga akut.Gejala klinis penyakit ISPA Sistem respiratorik: Nafas cepat, napas tak teratur, retraksi dinding dada, napas cuping hidung, sianosis, suara napas lemah, wheezing. Sistem cardial: Takikardi, bradikardi, hipertensi, hipotensi dan cardiac arrest. Sistem cerebral: Sakit kepala, papil edema, gelisah, bingung, kejang, koma. Sistem integumen:Keluar keringat banyak.Tanda-tanda laboratoris penyakit ISPA hipoxemia Asidosis metabolik atau asidosis respiratorik HiperkapniaPenularan ISPAProses penularan ISPA terjadi akibat droplet infection (infeksi titik ludah) saat penderita bersin, batuk, udara yang mengandung kuman dan terhirup oleh orang sehat. Selain itu, penularan juga bisa terjadi melalui kontak atau kontaminasi tangan melalui saluran pernapasan, hidung, dan mulut penderita.Penanganan/penatalaksanaan penyakit ISPA- Pada kasus ISPA yang ringan seperti batuk pilek biasa, penanganan tidak memerlukan antibiotik dan akan sembuh oleh daya tahan tubuh yang baik. Pada anak-anak perlu diwaspadai adalah pneumonia, diperlukan pengobatan antibiotik karena dapat mengancam lebih serius. Pemberian antibiotik juga harus benar dan tepat dosis agar tidak terjadi resistensi kuman terhadap beberapa golongan antibiotik yang masuk. Demikian juga untuk pemilihan obat batuk, harus disesuaikan dengan jenis batuk yang diderita apakah batuk kering atau batuk berdahak.Upaya pencegahan penyakit ISPA yang dapat dilakukan: Selalu menjaga daya tahan tubuh, konsumsi makanan bergizi. Lakukan imunisasi pada bayi / anak. Tetap menjaga kebersihan (tubuh dan lingkungan tempat tinggal) Hindari berhubungan dengan penderita ISPA (misal gunakan masker).

C. PENYEBABMenurut Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil (1998), ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua golongan yaitu:1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh :a. Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E. Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus, comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan (misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.b. Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:a. malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.b. Kurang kalori protein.c. Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.Sedangkan menurut Ngastiyah (1997), penyebab diare dapat dibagi dalam beberapa faktor yaitu:1. Faktor infeksia. Infeksi enteralMerupakan penyebab utama diare pada anak, yang meliputi: infeksi bakteri, infeksi virus (enteovirus, polimyelitis, virus echo coxsackie). Adeno virus, rota virus, astrovirus, dll) dan infeksi parasit : cacing (ascaris, trichuris, oxyuris, strongxloides) protozoa (entamoeba histolytica, giardia lamblia, trichomonas homunis) jamur (canida albicous).b. Infeksi parenteral ialah infeksi diluar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut (OMA) tonsilitis/tonsilofaringits, bronkopeneumonia, ensefalitis dan sebagainya. Keadaan ini terutama terdapat pada bayi dan anak berumur dibawah dua (2) tahun.2. Faktor malaborsi :Malabsorbsi karbohidrat: disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa), monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa). Intoleransi laktosa merupakan penyebab diare yang terpenting pada bayi dan anak. Di samping itu dapat pula terjadi malabsorbsi lemak dan protein.3. Faktor makanan : Diare dapat terjadi karena mengkonsumsi makanan basi, beracun dan alergi terhadap jenis makanan tertentu.4. Faktor psikologis : Diare dapat terjadi karena faktor psikologis (rasa takut dan cemas)Beberapa perilaku yang dapat meningkatkan risiko terjadinya diare pada balita ( Depkes RI, 2007), yaitu :1. Tidak memberikan ASI secara penuh 4-6 bulan pertama pada kehidupan. Pada balita yang tidak diberi ASI resiko menderita diare lebih besar daripada balita yang diberi ASI penuh, dan kemungkinan menderita dehidrasi berat lebih besar.2. Menggunakan botol susu, penggunaan botol ini memudahkan pencemaran oleh kuman karena botol susah dibersihkan. Penggunaan botol yang tidak bersih atau sudah dipakai selama berjam-jam dibiarkan dilingkungan yang panas, sering menyebabkan infeksi usus yang parah karena botol dapat tercemar oleh kuman-kuman/bakteri penyebab diare. Sehingga balita yang menggunakan botol tersebut beresiko terinfeksi diare3. Menyimpan makanan masak pada suhu kamar, bila makanan disimpan beberapa jam pada suhu kamar, makanan akan tercermar dan kuman akan berkembang biak.4. Menggunakan air minum yang tercemar.5. Tidak mencuci tangan sesudah buang air besar dan sesudah membuang tinja anak atau sebelum makan dan menyuapi anak6. Tidak membuang tinja dengan benar, seringnya beranggapan bahwa tinja tidak berbahaya, padahal sesungguhnya mengandung virus atau bakteri dalam jumlah besar. Selain itu tinja binatang juga dapat menyebabkan infeksi pada manusia

G. PENCEGAHANPada dasarnya ada tiga tingkatan pencegahan penyakit secara umum yakni : pencegahan tingkat pertama (Primary Prevention) yang meliputi promosi kesehatan dan pencegahan khusus, pencegahan tingkat kedua (Secondary Prevention) yang meliputi diagnosis dini serta pengobatan yang tepat, dan pencegahan tingkat ketiga (tertiary prevention) yang meliputi pencegahan terhadap cacat dan rehabilitasi (Nasry Noor, 1997).1. Pencegahan PrimerPencegahan primer penyakit diare dapat ditujukan pada faktor penyebab, lingkungan dan faktor pejamu. Untuk faktor penyebab dilakukan berbagai upaya agar mikroorganisme penyebab diare dihilangkan. Peningkatan air bersih dan sanitasi lingkungan, perbaikan lingkungan biologis dilakukan untuk memodifikasi lingkungan. Untuk meningkatkan daya tahan tubuh dari pejamu maka dapat dilakukan peningkatan status gizi dan pemberian imunisasi.a. Penyediaan air bersihAir adalah salah satu kebutuhan pokok hidup manusia, bahkan hampir 70% tubuh manusia mengandung air. Air dipakai untuk keperluan makan, minum, mandi, dan pemenuhan kebutuhan yang lain, maka untuk keperluan tersebut WHO menetapkan kebutuhan per orang per hari untuk hidup sehat 60 liter. Selain dari peranan air sebagai kebutuhan pokok manusia, juga dapat berperan besar dalam penularan beberapa penyakit menular termasuk diare (Sanropie, 1984).Sumber air yang sering digunakan oleh masyarakat adalah: air permukaan yang merupakan air sungai, dan danau. Air tanah yang tergantung kedalamannya bisa disebut air tanah dangkal atau air tanah dalam. Air angkasa yaitu air yang berasal dari atmosfir seperti hujan dan salju (Soemirat, 1996).Air dapat juga menjadi sumber penularan penyakit. Peran air dalam terjadinya penyakit menular dapat berupa, air sebagai penyebar mikroba patogen, sarang insekta penyebar penyakit, bila jumlah air bersih tidak mencukupi, sehingga orang tidak dapat membersihkan dirinya dengan baik, dan air sebagai sarang hospes sementara penyakit (Soemirat, 1996).Dengan memahami daur/siklus air di alam semesta ini, maka sumber air dapat diklasifikasikan menjadi; a) air angkasa seperti hujan dan air salju, b) air tanah seperti air sumur, mata air dan artesis, c) air permukaan yang meliputi sungai dan telaga. Untuk pemenuhan kebutuhan manusia akan air, maka dari sumber air yang ada dapat dibangun bermacam-macam saran penyediaan air bersih yang dapat berupa perpipaan, sumur gali, sumur pompa tangan, perlindungan mata air, penampungan air hujan, dan sumur artesis (Sanropie, 1984).Untuk mencegah terjadinya diare maka air bersih harus diambil dari sumber yang terlindungi atau tidak terkontaminasi. Sumber air bersih harus jauh dari kandang ternak dan kakus paling sedikit sepuluh meter dari sumber air. Air harus ditampung dalam wadah yang bersih dan pengambilan air dalam wadah dengan menggunakan gayung yang bersih, dan untuk minum air harus di masak. Masyarakat yang terjangkau oleh penyediaan air bersih mempunyai resiko menderita diare lebih kecil bila dibandingkan dengan masyarakat yang tidak mendapatkan air besih (Andrianto, 1995).b. Tempat pembuangan tinjaPembuangan tinja merupakan bagian yang penting dari kesehatan lingkungan. Pembuangan tinja yang tidak tepat dapat berpengaruh langsung terhadap insiden penyakit tertentu yang penularannya melalui tinja antara lain penyakit diare (Haryoto, 1983).Keluarga yang tidak memiliki jamban harus membuat dan keluarga harus membuang air besar di jamban. Jamban harus dijaga dengan mencucinya secara teratur. Jika tak ada jamban, maka anggota keluarga harus membuang air besar jauh dari rumah, jalan dan daerah anak bermain dan paling kurang sepuluh meter dari sumber air bersih (Andrianto, 1995).Untuk mencegah kontaminasi tinja terhadap lingkungan, maka pembuangan kotoran manusia harus dikelola dengan baik. Suatu jamban memenuhi syarat kesehatan apabila memenuhi syarat kesehatan: tidak mengotori permukaan tanah, tidak mengotori air permukaan, tidak dapat di jangkau oleh serangga, tidak menimbulkan bau, mudah digunakan dan dipelihara, dan murah (Notoatmodjo, 1996).Tempat pembuangan tinja yang tidak memenuhi syarat sanitasi akan meningkatkan risiko terjadinya diare berdarah pada anak balita sebesar dua kali lipat dibandingkan keluarga yang mempunyai kebiasaan membuang tinjanya yang memenuhi syarat sanitasi (Wibowo, 2003).c. Status giziStatus gizi didefinisikan sebagai keadaan kesehatan yang berhubungan dengan penggunaan makanan oleh tubuh (Parajanto, 1996). Penilaian status gizi dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai metode, yang tergantung dan tingkat kekurangan gizi. Menurut Gibson (1990) metode penilaian tersebut adalah;- konsumsi makanan- pemeriksaan laboratorium- pengukuran antropometri, dan- pemeriksaan klinisMetode-metode ini dapat digunakan secara tunggal atau kombinasikan untuk mendapatkan hasil yang lebih efektif.Makin buruk gizi seseorang anak, ternyata makin banyak episode diare yang dialami. Pada anak dengan malnutrisi, kelenjar timusnya akan mengecil dan kekebalan sel-sel menjadi terbatas sekali sehingga kemampuan untuk mengadakan kekebalan nonspesifik terhadap kelompok organisme berkurang (Suharyono, 1986).d. Pemberian air susu ibu (ASI)ASI adalah makanan yang paling baik untuk bayi komponen zat makanan tersedia dalam bentuk yang ideal dan seimbang untuk dicerna dan diserap secara optimal oleh bayi. ASI saja sudah cukup untuk menjaga pertumbuhan sampai umur 4-6 bulan. Untuk menyusui dengan aman dan nyaman ibu jangan memberikan cairan tambahan seperti air, air gula atau susu formula terutama pada awal kehidupan anak. Memberikan ASI segera setelah bayi lahir, serta berikan ASI sesuai kebutuhan. ASI mempunyai khasiat preventif secara imunologik dengan adanya antibodi dan zat-zat lain yang dikandungnya. ASI turut memberikan perlindungan terhadap diare, pemberian ASI kepada bayi yang baru lahir secara penuh mempunyai daya lindung empat kali lebih besar terhadap diare dari pada pemberian ASI yang disertai dengan susu botol. Pada bayi yang tidak diberi ASI pada enam bulan pertama kehidupannya, risiko mendapatkan diare adalah 30 kali lebih besar dibanding dengan bayi yang tidak diberi ASI (Depkes, 2000).Bayi yang memperoleh ASI mempunyai morbiditas dan mortalitas diare lebih rendah. Bayi dengan air susu buatan (ASB) mempunyai risiko lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang selain mendapat susu tambahan juga mendapatkan ASI, dan keduanya mempunyai risiko diare lebih tinggi dibandingkan dengan bayi yang sepenuhnya mendapatkan ASI. Risiko relatif ini tinggi dalam bulan-bulan pertama kehidupan (Suryono, 1988).e. Kebiasaan mencuci tanganDiare merupakan salah satu penyakit yang penularannya berkaitan dengan penerapan perilaku hidup sehat. Sebahagian besar kuman infeksius penyebab diare ditularkan melalui jalur oral. Kuman-kuman tersebut ditularkan dengan perantara air atau bahan yang tercemar tinja yang mengandung mikroorganisme patogen dengan melalui air minum. Pada penularan seperti ini, tangan memegang peranan penting, karena lewat tangan yang tidak bersih makanan atau minuman tercemar kuman penyakit masuk ke tubuh manusia.Pemutusan rantai penularan penyakit seperti ini sangat berhubungan dengan penyediaan fasilitas yang dapat menghalangi pencemaran sumber perantara oleh tinja serta menghalangi masuknya sumber perantara tersebut kedalam tubuh melalui mulut. Kebiasaan mencuci tangan pakai sabun adalah perilaku amat penting bagi upaya mencegah diare. Kebiasaan mencuci tangan diterapkan setelah buang air besar, setelah menangani tinja anak, sebelum makan atau memberi makan anak dan sebelum menyiapkan makanan. Kejadian diare makanan terutama yang berhubungan langsung dengan makanan anak seperti botol susu, cara menyimpan makanan serta tempat keluarga membuang tinja anak (Howard & Bartram, 2003).Anak kecil juga merupakan sumber penularan penting diare. Tinja anak, terutama yang sedang menderita diare merupakan sumber penularan diare bagi penularan diare bagi orang lain. Tidak hanya anak yang sakit, anak sehatpun tinjanya juga dapat menjadi carrier asimptomatik yang sering kurang mendapat perhatian. Oleh karena itu cara membuang tinja anak penting sebagai upaya mencegah terjadinya diare (Sunoto dkk, 1990).f. ImunisasiDiare sering timbul menyertai penyakit campak, sehingga pemberian imunisasi campak dapat mencegah terjadinya diare. Anak harus diimunisasi terhadap penyakit campak secepat mungkin setelah usia sembilan bulan (Andrianto, 1995).2. Pencegahan SekunderPencegahan tingkat kedua ini ditujukan kepada sianak yang telah menderita diare atau yang terancam akan menderita yaitu dengan menentukan diagnosa dini dan pengobatan yang cepat dan tepat, serta untuk mencegah terjadinya akibat samping dan komplikasi. Prinsip pengobatan diare adalah mencegah dehidrasi dengan pemberian oralit (rehidrasi) dan mengatasi penyebab diare. Diare dapat disebabkan oleh banyak faktor seperti salah makan, bakteri, parasit, sampai radang. Pengobatan yang diberikan harus disesuaikan dengan klinis pasien. Obat diare dibagi menjadi tiga, pertama kemoterapeutika yang memberantas penyebab diare seperti bakteri atau parasit, obstipansia untuk menghilangkan gejala diare dan spasmolitik yang membantu menghilangkan kejang perut yang tidak menyenangkan. Sebaiknya jangan mengkonsumsi golongan kemoterapeutika tanpa resep dokter. Dokter akan menentukan obat yang disesuaikan dengan penyebab diarenya misal bakteri, parasit. Pemberian kemoterapeutika memiliki efek samping dan sebaiknya diminum sesuai petunjuk dokter (Fahrial Syam, 2006).3. Pencegahan TertierPencegahan tingkat ketiga adalah penderita diare jangan sampai mengalami kecatatan dan kematian akibat dehidrasi. Jadi pada tahap ini penderita diare diusahakan pengembalian fungsi fisik, psikologis semaksimal mungkin. Pada tingkat ini juga dilakukan usaha rehabilitasi untuk mencegah terjadinya akibat samping dari penyakit diare. Usaha yang dapat dilakukan yaitu dengan terus mengkonsumsi makanan bergizi dan menjaga keseimbangan cairan. Rehabilitasi juga dilakukan terhadap mental penderita dengan tetap memberikan kesempatan dan ikut memberikan dukungan secara mental kepada anak. Anak yang menderita diare selain diperhatikan kebutuhan fisik juga kebutuhan psikologis harus dipenuhi dan kebutuhan sosial dalam berinteraksi atau bermain dalam pergaulan dengan teman sepermainan