Translate

23
Bagian 4 Evaluasi PreOperasi Pasien Anak Persiapan psikologi dari anak untuk Operasi Riwayat Penyakit Sekarang Riwayat Penyakit Dahulu RIwayat keluarga Pemeriksaan Fisik Data Lab Masalah Spesial Perut Penuh Puasa Anemi ISPA Demam Sickle Cell Disease Anak Dengan Gangguan Mental Retinopati akibat prematuritas Apneu Bronkopneumonia displasi Diabetes Anak Gangguan Kejang Hiperalimentasi Pasien Asma Pasien Operasi rawat jalan Evaluasi Pre Operasi dan Persiapan pasien anak pada dasarnya mirip dengan dweasa dari sisi psikologi; persiapan psikologi pada bayi dan anak adalah berbeda. Anak tidak punya pengalaman terhadap rumah sakit, dengan ukuran besar, bau dan tingkat suara dalam satu sudut pandang. Anak takut terhadap nyeri, ancaman dari Jarum, dan pemisahan dari orang tua serta sulit memahami kebutuhan hospitalisasi. Oleh karena itu, sebuah pendekatan spesifik dari anestesiologis, ahli bedah, perawat dan pasien dibutuhkan. Evaluasi pre operasi bisa dipermudah jika sudah memahami konsep dasar daro evaluasi terhadap anak sudah dimengerti. PERSIAPAN PSIKOLOGI ANAK UNTUK OPERASI Banyak rumah sakit memiliki Open House atau brosur untuk mendeskribsikan program yang tersedia pada orang tua sebelum perawatan anaknya. Anestesiologis seharusnya berpartisipasi dalam program ini supaya mereka dapat menjelaskan secara akurat praktek anestesik dari Institusi. Pengalaman pre operasi anestesi berawal dari waktu pasien pertama kali

description

lilolilo

Transcript of Translate

Page 1: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

Persiapan psikologi dari anak untuk Operasi

Riwayat Penyakit Sekarang

Riwayat Penyakit Dahulu

RIwayat keluarga

Pemeriksaan Fisik

Data Lab

Masalah Spesial

Perut Penuh

Puasa

Anemi

ISPA

Demam

Sickle Cell Disease

Anak Dengan Gangguan Mental

Retinopati akibat prematuritas

Apneu

Bronkopneumonia displasi

Diabetes Anak

Gangguan Kejang

Hiperalimentasi

Pasien Asma

Pasien Operasi rawat jalan

Evaluasi Pre Operasi dan Persiapan pasien anak pada dasarnya mirip dengan dweasa dari sisi psikologi; persiapan psikologi pada bayi dan anak adalah berbeda. Anak tidak punya pengalaman terhadap rumah sakit, dengan

ukuran besar, bau dan tingkat suara dalam satu sudut pandang. Anak takut terhadap nyeri, ancaman dari Jarum, dan pemisahan dari orang tua serta sulit memahami kebutuhan hospitalisasi. Oleh karena itu, sebuah pendekatan spesifik dari anestesiologis, ahli bedah, perawat dan pasien dibutuhkan. Evaluasi pre operasi bisa dipermudah jika sudah memahami konsep dasar daro evaluasi terhadap anak sudah dimengerti.

PERSIAPAN PSIKOLOGI ANAK UNTUK OPERASI

Banyak rumah sakit memiliki Open House atau brosur untuk mendeskribsikan program yang tersedia pada orang tua sebelum perawatan anaknya. Anestesiologis seharusnya berpartisipasi dalam program ini supaya mereka dapat menjelaskan secara akurat praktek anestesik dari Institusi.

Pengalaman pre operasi anestesi berawal dari waktu pasien pertama kali diinformasikan bahwa anaknya membutuhkan anestesi umum. Ini merupakan waktu paling pantas untuk memperkenalkan orang tua program pre operasi, dibanding menunggu untuk pembicaraan waktu terakhir yang sempit dan terburu-buru dengan pasangan yang sibuk dan tegang. Pemahaman yang baik dan jumlah informasi yang dimiliki orang tua dengan baik , mengurangi ansietas dan sikap itu akan diikuti anaknya. Mempunyai persiapan akan membantu orang tua untuk menjawab pertanyaan anaknya dan memuluskan persiapan preanestesi. Persiapan yg kurang pada anak dan keluarga sering membuat induksi anestesi traumatic dan menyulitkan anak dan anestesiologis dengan kemungkinan gangguan psikologis post operasi.

Aspek spesial dari persepsi anak akan anestesi harus diantisipasi . dan penting untuk

Page 2: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

meyakinkan anak bahwa anestesi adalah tipe tidur yang dalam, tidak sama dengan tidur biasa, tapi tipe yang spesial di mana mereka tidak merasa sakit dari operasi dan bahwa mereka hamper pasti akan bangun. Anak-anak takut akan kemungkinan mereka terbangun pada tengah anestesi dan proses operasi. Mereka harus diyakinkan bahwa mereka hanya akan bangun jika operasi telah selesai. Alasan dan kebutuhan akan prosedur operasi harus dijelaskan secara hati—hati kepada anak.

Kalimat yang digunakan anestesiologis untuk menjelaskan apa yang dapat terjadi harus dipilih secara hati-hati. Karena anak-anak berpikir secara konkret dan cenderung untuk menginterpretasikan secara harafiah. Contohnya :

‘seorang anak 4 tahun diinformasikan bahwa pada pagi hari akan menerima suntikan untuk “menidurkannya”. Pada malam itu, sebuah telepon panic diterima dari ibunnya, menjelaskan bahwa anaknya sangat marah, karena berpikir, dia akan “ditidurkan” seperti dokter hewan “menidurkan” peliharannya untuk selamanya’

‘seorang anak 5 tahun yang dirawat di rumah sakit untuk Herniorrhaphy inguinal elektif. Dia mendapat premedikasi berat dan datang ke dalam OK dengan keadaan tidur. Setelah pulang Orang tuanya menemukan dia sering berkeliling rumah pada malam hari. Saat ditanya, dia menjawab, dia sedang melindungi keluarganya. “ Aku tidak mau seorangpun menyelinap dan mengoperasimu selagi kamu tidur” ‘

Pada contoh pertama, pemilihan kata-kata anestesiologi disalahartikan oleh proses piker anak yang konkret. Pada kasus kedua, menunjukan masalah komunikasi, sang anak tidak pernah diberitahu tentang operasi.

Pentingnya persiapan psikologis yang baik pada operasi. Sering, hanya sedikit yang dijelaskan pada orang tua dan anak. Anestesiologis memegang peranan penting untuk menghilangkan ketakutan akan ketidaktahuan , jika mereka dapat mengerti persepsi dari anak terkait umur akan anestesi dan operasi. Mereka dapat memahami dengan mempersentasikan wajah yang tenang dan bersahabat, menawarkan perkenalan , menyentuh pasien dengan menenangkan dan bersikap jujur sepenuhnya. Anak akan merespon positif terhadap deskripsi jujur dan menjelaskan apa yang mereka pikirkan. Ini termasuk menjelaskan mereka tentang sedikit ketidaknyamanan dari masuknya Iv line atau saat pemberian premedikasi intramuscular, dan kemungkinan rasa pahit dari premedikasi oral, atau induksi masker untuk anestesi. Sang anestesiologis yang menjelaskan kepada anak bahwa tidak akan terasa sakit sama sekali, akan kehilangan kredibilitas dari anak dan menjadi ketakutan dan tidak percaya.

Proses post operasi dari ruang OK sampai ruang Recovery, dan onset dari nyeri post operasi, harus dijelaskan. Menyemangati pasien dan keluarga untuk bertanya. Pasien dan keluarga harus diberitahu bahwa semua upaya akan dilakukan untuk mengurangi ketidaknyamanan. Termasuk memperbolehkan selimut dan boneka untuk menemani anak hingga ruang operasi , akan memberikan kenyamanan emosional yang hebat.

Fitur yang sangat penting dari proses pre operasi tidak hanya pada persiapan terhadap pengalaman unik dari hidup anak tapi termasuk kemungkinan proses anestesi dan operasi . Kerjasama yang baik dari anestesiologis dan orang tua dalam menyiapkan anak penting untuk outcome yang baik. Sementara focus kepada persiapan anak, penting untuk mengapresiasi, bahwa outcome

Page 3: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

yang diinginkan adalah tergantung dari persiapan seluruh keluarga. Dalam beberapa keadaanm orang tua ingin menemani anak dari bangsal hingga lingkungan operasi. Jika orang tua dapat diakomodasi, anestesiologis harus dapat membantu keputusannya, apa yang dapat menenangkan pasien dan meningkatkan patient care.

Sebelum operasi, penting untuk mendiskusikan resiko anestesi. Ini harus dilakukan untuk menjelaskan kepada orang tua secara jelas, ukuran apa yang dipakai untuk memonitor keamanan dari anak mereka. Menyebutkan detil spesifik dan tujuan dari monitor yang bervariasi membantu menghilangkan kecemasan orang tua dengan mendemonstrasikan kepada merka bahwa anak mereka akan dianestesi dengan keamanan dan perhatian: Cuff tensimeter akan mengukur tekanan darah anak, Monitor EKG untuk mengawasi denyut jantun, stetoskop akan membantu mendengarkan bunyi jantung, pulse oximetry untuk mengukur oksigen dalam darah, CO2 analyzer akan mengukur pernafasan, monitor anestetik agen akan mengukur kadar anestesi, dan kateter intravena akan ditempatkan untuk mengukur cairan dan medikasi seperlunya.

Anak sering pulang ke rumah setelah anestesi dan operasi dan hidup dalam kenangan yang tidak menyenangkan dalam bentuk mimpi buruk. Tambahan, beberapa anak menunjukan manifestasi psikosomatik setelah pengalaman ini. Seperti tics, agitasi, kurang konsentrasi, atau mengompol. Ini merupakan alasan perhatian terhadap pengurangan ansetas dan pengalaman tidak menyenangkan diperlukan.

Riwayat Penyakit Sekarang(RPS)Riwayat Perjalanan penyakit dari pasien

anak dimulai dari in utero; masalah yang mungkin muncul selama gestasi dan kelahiran mungkin masih relevan dalam masa neonatus. Riwayat ini terutama penting untuk neonatus yang perlu prosedur bedah segera. Masalah yang dipikirkan pada bayi aterm dengan berat lahir normal berbeda dengan bayi aterm kecil masa kehamilan. Pertimbangan untuk bayi premature yang cukup bulan makin dipertimbangkan untuk bayi premature dengan kecil masa kehamilan. Riwayat masa neonatus dan gestasional yang lengkap dapat membantu anestesiologis untuk mengantisipasi masalah yang dapat menjadi berbahaya selama anestesi. Beberapa skoring system untuk pemeriksaan fisik dan neurolgos akan membantu estimasi masa gestasi. Dengan plotting masa gestasi terhadap berat lahir, kategori umum dari neonatus dapat di golongkan sesuai resiko yang dapat timbul. Contoh: bayi 2000 g usia 29 minhhu kehamilan akan menjadi besar masa kehamilan(BMK), sedangkan untuk usia kehamilan 35 minggu akan menjadi sesuai masa kehamilan (SMK), dan pada usia 40 minggu menjadi Kecil masa kehamilan (KMK). Namun, berat saja tidak dapat menentukan kematangan. Obat2an maternal dan riwayat pengobatan, juga memberikan data berharga untuk menangani neonatus yang perlu operasi.

Pada banyak situasi, riwayat penyakit sekarang dijelaskan kepada dokter oleh orang tua. Jika anak cukup umur, akan membantu untuk mendapatkan informasi dari anak. RPS, sebaiknya difokuskan pada :

Sistem organ relevan yang terlibat Medikasi yang berkaitan dan

dikonsumsi sebelum penyakit sekarang

Page 4: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

Operasi sebelumnya dan pengalaman rumah sakit yang bersangkutan dengan masalah sekarang.

Tambahan: Riwayat penyakit dahulu (RPD) yg tidak bersangkutan dengan penyakit sekarang.

Waktu terakhir minum obat dan hubungannya degan penyakit atau sakit; waktu terakhir BAK, muntah atau diare. Penting untuk menyadari penurunan motilitas Gastrointestinal sering bermula dari Penyakit. Anak yang kecelakaan dengan beberapa jam setelah makan harus dipertimbangkan perutnya penuh, walaupun operasi direncanakan beberapa jam setelah kecelakaan.

Rangkuman dari semua system tubuh harus dibuat, dengan penekanan pada riwayat dari ISPA, reaksi alergi, kecenderungan pendarahan, demam, anemia, kejang, diare dan muntah. Muntah biasanya penting pada anak kecil karena perubahan cairan cepat dan peningkatan resiko hypovolemic

Riwayat penyakit keluarga (RPK) yang berkaitan ddengan komplikasi

Riwayat Penyakit Dahulu(RPD)RPD sebaiknya memuat riwayat

opname atau operasi, imunisasi, dan kemungkinan kontak dengan penyakit menular. Riwayat prematuritas dan apneu atau bradikardi biasanya siknifikan.

Pemeriksaan Pengobatan, operasi dan anestesi sebelumnya membantu untuk perencanaan anestesi. Catatan harus dibuat untuk kesulitan yang sebelumnya ditemui sebelum, selama dan setelah operasi. Atensi khusus harus diberikan pada jlana nafas, intubasi trakea, akses vena, hipotensi, bradikardi, saturasi oksigen atau agitasi.

Riwayat Penyakit Keluarga (RPK)

Penting untuk mendapatkan RPK dari 1) Prolonged paralyisisi berkaitan anestesi (pseudokolinesterase defisiensi) 2) kematian tak terduga (sudden infant death syndrome, hipertermi maligna) 3) Defek genetic 4) kondisi medis keluarga 5) Reaksi alergi 6) Ketergantungan obat.

Pemeriksaan Fisik (PF)Bnyak hal yang dapat diketahui dari

mengamati bagaimana anak berinteraksi dengan orang tuanya, perawat dan dokter. Sementara mengamati anak dan berbicara kepada keluarga, kita dapat diterima si anak. Kita juga dapat siap menentukan tingkat ansietas orang tua dan pasien; juga kita dapat mulai memformulasikan premedikasi pantas atau teknik intubasi. Anak tidak diperiksa seperti dewasa. Pemeriksaan dimulai hati-hati, observasi, dan dilanjutkan dengan peneriksaan tergantung interaksi anak dan anestesiologis. Sementara melihat ke pasien, periksa kulit dan fasia untuk pucat, sianosis, keringat, jaundis, apprehension, nyeri, tanda operasi sebelumnya. Apakah anak punya ispa yang jelas? Apakah ada masalah jalan nafas yang jelas? Apakah ada distensi abdomen? Apakah ada kelainan kongenital? Penting untuk waspada terhadap tanda yang tidak biasa, karena bisa menandakan sindroma spesifik. “ ketika anak punya satu kelainan kongenital, kemungkian untuk kelainan yang lain juga ada.”

Kita juga harus mempertimbangkan peralatan yang menempel pada anak; ini dapat memberikan penanda penting terhadap kondisi dan terapi.

Sementara Berbicara dengan orang tua dan observas anak, pemeriksa lanjut dengan

Page 5: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

sesuai pemeriksaan dewasa dengan beberapa perbedaan. Penting untuk stetoskop dan tangan yang hangat. Mulai dari daerah yang kurang sakit; mendengarkan jantung dan paru dan pemeriksaan tenggorokan kemudian pemeriksaan yang mungkin menyakitkan id akhir. Beberapa poin meliputi : 1) demam, 2) hilang gigi, 3) micrognathia, 4) nafas mulut, 5) murmur, 6) distensi abdomen, 7) status neurologis anak dan 8) edema. Penekanan khusus pada hidrasi, karena perubahan cairan cepat pada bayi

Pada bayi yang sangat kecil, harus dihindari dari hipotermia, karena terlalu lama telanjang selama PF, assessment cepat dari masa gestasional dapat dibuat dari pemeriksaan fisik dan karakteristik neurologis

Laboratorium Data lab yang dikumpulkan harus sesuai dengan riwayat, penyakit dan prosedur operasi. Pemeriksaan rutin minimal di banyak rumah sakit meliputi hematocrit dan urinalisa. Nilai dari minimal test ini dipertanyakan jika prosedur operasi tidak meliputi kehilangan darah signifikan. Kita tidak memaksa setiap pasien anak untuk menjalani pemeriksaan hemoglobim; hanya pasien yang akan menjalankan operasi dengan potensi kehilangan darah dan dengan factor resiko untuk hemoglobinopati yang perlu untuk pemeriksaan hemoglobin pre operasi. Pada umumnya, Rontgen dada rutin tidak diperlukan, sebuah studi membuktikan pemeriksaan foto dada tidak ekonomis pada anak. Kecuali jika anak punya riwayat Infeksi saluran pernafasan dalam satu bulan, mungkin menguntungkan untuk rontgen dada untuk menyingkirikan kemungkinan infiltrate asimtomatis atau area atelektasis. Pulse Oxymetri ruangan untuk mengukur saturasi O2, berguna untuk evaluasi pasien. Jika operasi rekonstruksi mayor akan

dilakukan, profil perdarahan, ,harus diambil, waktu perdarahan harus dilakukan pada pasien anak yang menggunakan pengobatan dengan aspirin atau antiplatelet lain. Tes lab spesial seperti elektrolit dan gula darah, tes fungsi ginjal, analisis gas darah, EKG, Echokardiography, fungsi hati, CT Scan, atau tes fungsi paru, harus dilakukan selama pantas.

Akhirnya riwayat pasien, Pemeriksaan fisik, pengobatan dam data lab, harus digabungkan dalam suatu rencana anestesi yang digabungkan dengan kebutuhan psikologis pasien dan pertimbangan anestesi terhadap keamanan pasien dengan kondisi optimum operasi dari operator.

Masalah Khusus

Perut PenuhPerut penuh mungkin adalah masalah umum dari anestesi anak. Anak-anak tidak pernah dapat dipercaya untuk puasa. Oleh Karena itu, anestesiologis harus selalu curiga dan menanyakan anak sebelum induksi jika mereka sudah makan atau minum. Tidak jarang ditemukan permen karet, permen dan makanan lain di mulut anak. Ketika anestesiologis curiga akan perut penuh, induksi harus dilakukan sepantasnya. Lebih dipilih cara pada kondisi ini adalah induksi intravena cepat. Sebelum ini dilakukan, anestesiologis, harus memastikan peralatan memadai sudah ada: dua laryngoscope blade, dan pegangan, dua suction, obat yang memadai, sirkuit anestesi yang baik, tabung endotrakeal yang sesuai, dan stylet,. Semua monitor harus berfungsi baik, dan setidaknya, pulse oximetry, cuff tekanan darah, dan precordial stetoschope terpasang. Setelah terpasang infus, anak diberi atropine (0,02mg/kgBB IV) dan denitrogenasi dengan oksigen 100 persen untuk beberapa saat. Studi pada pasien dewasa menunjukan bahwa

Page 6: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

saturasi oksigen tetap lenih dari 95% selama 6 menit walaupun hanya 4 vital kapasitas nafas dapat dilakukan pada anak karena tidak kooperatif. Bahkan dengan anak menangis, mungkin untuk meningkatkan PaO2 dengan meningkatkan lingkungan dengan oksigen tekanan tinggi. Preoksigenasi tidak dilakukan dengan cara yang mengganggu anak. Penting untuk preoksigenasi untuk menghindari tekanan positif ventilasi sebelum intubasi karena bisa menghasilkan distensi pada perut yang telah penuh dan kemungkinan regurgitasi dan aspirasi. Sang anak lalu diberikan 5-6 mg/kg thiopental IV,kemudian 1-2 mg/kg suksinilkolin. Jika volume cairan anak marginal, maka dosis thiopental disarangkan atau diberikan ketamine dsis 1mg/Kg IV. San anak harus dlakukan tekanan cricoid dilakukan saat dia tidur, dan tekanan harus di jaga hingga tabung endotrakeal dimasukkan.dan paru mengembang. Bukti menunjukan bahwa volume residu lambung pada anak yang mengalami bedah emergency akan lebih jika dianestesi dalam 4 jam masuk rumah sakit (1,1ml/kg), namun jika operasi ditunda minimal 4 jam maka, volume akan berkurang (0,51 ml/kg) . volume residu lambung ini nyatanyaa sama pada anak yang puasa pada operasi regular. Ini tidak menunjukan bahwa pasien tidak dilakukan pada perut penuh; naming, resiko dikurang jika operasi ditunda beberapa jam. Tambahan, nilai dari h-2 blocking agent, metokloperamid dan antasda harus dipertingkan pada pasien ini. Naaonatus mungkin diintubasi sadar jika ada indikasi; ini menghasilkan margin keamanan yang lebih besar karena menjaga ventilasi spontan juga reflex laring.

Puasa

Pasien diminta puasa untuk meminimalkan bahaya dari aspirasi paru dari cairan lambung. Puasa melindungi dari aspirasi pertikel namun tidak terhadap aspirasi cairan lambung. Waktu puasa padda anak bervariasi tergantung umur, berat badan dan status ggizi,. Satu pertuiimbangan utama adalah hipoglikemi; yang tidak mungkin pada pasien sehat namun pada pasien dengan gizi buruk atau dengan gangguan metabolic. Kebutuhan puasa jadi terganggu.

Dulu, aturan umum, banyak anestesioloogis anak meminta 8 jam bebas susu, makanan padat dan cair pada anak lebih dari 3 tahun; 8 jam puasa susu dan pada,6 jam puasa cair pada anak 6 bulan hingga 3 tahun; dan 4 jam puasa susu dan padat pada bayi 6 bulan atau kuran, dengan neonatus dibolehkan minum air hingga 2 jam sebelum induksi. Beberapa studi menunjukan bahwa kebutuhan puasa dari air adalah kurang dari yang sebelumnya dianjurkan. Semuastudi tidak menemukan perbedaan signifikan pada volume residu lambung dan ph anak yang dibolehkan air hinggua 2 jam sbelum operasi dibanding dengan pasien yang puasa standar. Berdasarkan data ini, kita merubah guideline puassa. Kita masih meminta semua anak untuk puasa susu daan padat dulu, tapi semua pasien dianjurkan puasa air hanya 3 jam sebelum induksi, 3 jam dipilih untuk fleksibilitas jika operasi dimulai 1 jam lebih awal. Bayi premature dan bayi hinggga 6 bulan, rendah glikogen, oleh karena itiu harus diberi cairan hingga 2 jam sebelum operasi, ini merubah praktek preoperasi lebih manusiawi pada anak dan orang tua. Keuntungannya adalah kurang insiden dari hipotensi terpicu anestesi karena hypovolemia relatic dan penghindaran kebutuhan cairan glukoosa oada kasus rutin. Sebuah operasi terjadwal pada bayi premature atau neonatusang dmungkin bisa ditunda untuk

Page 7: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

memperpanjang puasa yang dapat berbahaya. Pad keadaan ini, kami merekomendasikan infus dimulai dan diberi cairan sebelum anestesi, alternative jika waktu diketahui, bayi boleh minum cairan hingga 2 jam sebelum operasi.

Penting untuk menjelaskan pada anak yang lebih tua kenapa mereka tidak boleh makan dan minum sebelum anestes. ketika anak dijelaskan ini mereka lebih termotivasi untuk mengikuti perintah, walaupun tidak jarang menemukan mamkanan yang setengah ditelan pada anak setelah disuruh puasa.

Studi pada anak yang dianestesi untuk operasi dari institusi kami menemukan bahwa dengan puasa ketat, 75 % volume residu lambung, lebih 0,4ml/kg dan pH lambung kurang dari 2,5, factor yang dipercaya mempengaruhi resiko aspirasi asam (Mendelson Syndrome). Menariknya, sebuah studi dari artikel menunjukan kondisi yang dibutuhkan untuk menyebabkan Mendelson Syndrome menunjukkan bahwa data melaporkan untuk rhesus monyet tidak pernah diterbitkan untuk jurnal peer-reviewed. Walaupun demikian, banyak laporan yang menggunakan kriteria ini untuk menentukan pasien mana yang akan menjadi potensi berbahaya akan aspirasi asam. Kebanyakan artikel ini membuat asumsi bahwa setiap milimiter dari cairan lambung ini secara “sihir” merembers ke trakea dan paru. Ini tentunya tidak terjadi di kenyataan dan pada nyatanya, insiden dari aspirasi pneumonia pada kasus anak dan dewasa tanpa faktor resiko jelas rendah (10:10000 anak). Lebih lagi, satu studi menunjukkan bahwa 0,8ml/kg cairan teraspirasi (pH 1) ialah yang diperlukan untuk membuat mendelson syndrom pada rhesus monyet. Ini muncul pada banyak dari pertimbangan kami pada komplikasi anestesi yang tidak diinginkan dan banyak dari laporan sebelumnya yang membuat asumsi yang salah. Ini adalah alasan

kenapa kami merasa aman perubahan pada puasa adalah beralasan dan aman. Jika anak punya faktor resiko, maka dia perlu profilaksis dari aspirasi asam. Simetidin (7,5mg/kg) terbukti aman dan efektif untuk mengurangi colume residu dan asam lambung pada anak. Metokloperamid dan antasida juga daat diberikan.

AnemiaBeberapa data untuk minimum

hematokrit tang diperlukan untuk memastikan transport oksigen adekuat dan pada pasien anak. Diketahui bahwa pasien dengan anemia kronik, seperti dengan gagal ginjal, tidak dapat diberi tranfusi untuk prosedur minor karena mekanisme konspensasi yang meningkat, peningkatan ekstraksi oksigen dan peningkatan kardiak output. Operasi elektif pada pasien anak dengan anemia adalah kontroversial. Pertimbangan harus diberikan tergantung apa tipe operasi yang direncanakan dan kegawatannya. Kebanyakan anestesiologis anak akan merekomendasikan hematokrit lebih dari 30 % tapi pada kondisi spesial, nilai yang lebih rendah dapat diterima. Pada antisipasi kehilangan darah yang signifikan dan operasi yang elektif, maka penyebab anemia harus diselidiki dan di terapi, dan operasi ditunda hingga hematokrit kembali dalam range normal. Anak-anak seharusnya tidak menerima transfusi darah untuk operasi elektif hanya untuk menaikan hematokrit ke 30 %. Karena faktor resiko terhadap hepatitis dan HIV. Studi terhadap morbiditas anak menemukan asosiasi kuat antara hematokrit kurang dari 30% dan kardiak arrest: tidak ada data sama yang muncul untuk praktek modern anestesi anak. Satu survey menemukan hanya 1 kematian akibat anestesi dalam 40000 kasus pediatrik: jelas, bahwa tingkat dari perawatan anestesi telah meningkat banyak dalam 20 tahun terkhir.

Page 8: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

Anemia pada bayi yang sebelumnya prematur menunjukkan kategori spesial yang perlu studi lebih lanjut.

ISPAMasalah lain yang sering dihadapi

anestesiolgis anak adalah keamanan dari anestesi anak yang sedang atau baru sembuh dari ISPA. Suatu studi menunjukkan tidak ada korelasi antara post intubasi CROUP pada anak dengan ISPA aktif dengan pasien yang tidak terinfeksi; studi ini cacat karena seluruh populasi studi tidak dievaluasi untuk analasis statistik dan karena meliputi sejumlah pasien yang diperbolehkan untuk menggunakan Tabung endotrakheal ketat. Ini tidak jelas berapa pasien di tiap grup yang memiliki tabung endotrakeal ketat yang dapat merusak data pada kedua grup. Sebuat studi retrospektif menunjukkan insiden signifikan komplikasi intraoperasi seperti atelektaksis dan sianosis pada anak dengan riwayat ISPA; studi ini cacat karena cara retrospektif dan kurangnya kelompok kontrol. Laporan ini tidak menunjukkan komplikasi parah adalah jarang berkaitan dengan pemberian anestesi pada pasien dengan jalan nafas yang terinfeksi. Tait dan Knight, secara retrospektif memeriksa pengalaman mereka pada 3585 anak. 122 dari mereka yang punya riwayat ISPA dan 133 dari yang memenuhi kriteria ISPA saat operasi. Mereka tidak mengamati peningkatan insiden dari komplikasi intraoperasi pada yang dengan ISPA Aktif bahkan dengan pasien yang diintubasi dengan tabung endotrakeal. Menariknya mereka menemukan insiden lebih tinggi dari komplikasi respirasi pada pasien dengan riwayat ISPA, Sayangnya , studi ini cacat karena merupakan studi retrospektif dri gejala dan komplikasi pasine. Peneliti yang sama melaporkan pengalam prospektif mereka dengan 489 anak yang mengalami miringotomi

pada penempatan tabung; mereka secara random ditempatkan pada gruo yang mengalami operasi dan yang operasinya ditunda. Dar i244 pasien yang mengalami anestesi dan operasi, 78 memenuhi kriteria ISPA, 81 bebas gejalan dan 84 bergejala namun tidak memenuhi kriteria. Tidak berbeda pada insiden laringospasme yang dicatat dan peneliti melaporkan episode yang lebih singkat dari gejala ISPA pada pasien yang melakukan prosedur operasi. Kecacatan utam pada studi ini, adalah tidak adanya psien yang dilakukan intubasi endotrakeal dan ini diperkirakan sejumlah pasien akan membaik jika cairan yang ada ditelinga disalurkan. Sulit untuk mengevaluasi studi ini karena bronkospasme tidak diperkirakan tanpa intubasi endotrakeal. Grup anestesi kami telah melakukan dua studi memeriksa masalah berkaitan dengan anestesi umum dengan adanya ISPA ringan. Dalam studi pertama, kami menemukan peningkatan laringspasme pada anak dengan ISPA; pada yang kedua kami menemukan insidenbronkospasme meningkat pada pasien yang diintubasi. Kedua studi ini dibatasi oleh konklusi karena populasi studi yang kecil. Olsson, dalam studinya kira-kira 24,500 anak umur 9 tahun atau kurang melaporkan sepuluh kali lipat insiden bronkospasme pada anak dengan ISPA (41:1000); stimulasi mekanik pada jalan napas nampaknya merupakan kontribusi penting/ Olsoon dan Hallen melaporkan 5 kali lipat insiden laringsppasme pada anak dengan ISPA dibanding pada yang tanpa ISPA. Studi yang lebih besar ini konsisten dengan observasi kami terhadap studi populasi kecil. Studi kedua kami juga memeriksa insiden desaturasi intraoperasi padad anak dengan ISPA dibanding dengan tanpa ISPA; insiden lebih tinggi minor desaturasi tapi tidak ada desaturasi mayor didapatkan.

Page 9: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

Tampaknya jika mengkombinasikan semua penemuan ini, anak dengan ISPA ringan tanpa onset akut dapat deengan aman dianestesi pada operasi mnor; jika dimasukan tabung endotrakeal, ada kemungkinan tinggi bronkospasme dan laringospasme mungkin terjadi. Juga tampaknya banyak kejadian yang tidak berkaitan dengan morbiditas. Seperti keparahan desaturasi oksigen tidak lebih buruk dari pasien tanpa ISPA. Sperti pasien juga dapat lebih dicurigai dengan episode ringan dari desaturasi oksigen pada ruang rekoveri; lagi, episode ini dapat ditangani dengan pemberian oksigen. Dari semua studi, bagaimanapun, menghilangkan pasien dengan onset akut ISPA dan yang sakit secara klinik. Dalam praktek kami untuk menunda operasi pada pasien dengan infeksi aktif- demam, onset sekret purulen hidung, batuk- karena dapat menunjukkan prodormal dari infeksi serius. Jika anak sedang perbaikan dari ISPA, penemuan PF mendekati normal; dalam situasi ini, kami secara umum melanjutkan dengan anestesi. Namun, kamu akan membuat pengecualian dan penundaan pada operasi elektif jika memerlukan intubasi endotrakeal.

Pertanyaan praktek berikutnya , seberapa lama operasi harus ditunda ? Hiperaktivitas bronkus pada ISPA dan perubahan Spirometri dicatat hingga 7 minggu paska ISPA. Studi ini menganjurkan operasi setidaknya ditunda 7 minggu setelah resolusi; rencana ini tidak praktikal karena kebanyakan anak akan telah terinfeksi oleh ISPA baru dalam masa tersebut. Dalam praktek kami penundaan operasi hingga 2 minggu resolusi gejala; apakah ini mempunyai arti, perlu studi lebih lanjut.

Rinitis Alergi dapat dibedakan dari ISPA. Rinitis alergi cenderung musiman, sekret mukosa jernih dan tanpa demam. Mungkin tidak memiliki insiden lebih tinggi intraoperasi dan tidak ada kontraindikasi anestesi umum.

DEMAMTidak jarang anak dengan demam ringan sebelum ooperasi; selalu menjadi dilema apakah dilanjutkan atau tidak dengan anestesi. Pada umumnya jika anak hanya 0,5-1C demam dan tanpa gejala lain, derajat demam ini bukan kontraindikasi dari anestesi umum. Namun, jika demam berkaitan dengan onset rinitis, faringitis, otitis media, dehidrasi, datau gejala lain dari penyakit, harus dipertimbangkan untuk menunda operaasi. Kadang, itu perlu untuk mengantestesi anak dengan demam, dan dalam situasi ini perlu usaha untuk mengurangi demam sebelum intubasi anestasi, utamanya untuk mengurangi kebutuhan oksigen. Pengurangan demam sebaiknya tidak menggunakan aspirin karena mengganggu fungsi platelet. Tidak ada bukti demam mengarah pada hipertermia maligna. Slaah satu alat mengurangi suhu dan menambah cairan dan elektrolit adalah dengan infus Ringer Laktat dingin atau normal salin lewat infus line; ini dilakukan selama anak dianestesi karena menyebabkan rasa tidak nyaman, menggigil dan peningkatan kebutuhan oksigen.

Sickle Cell DiseaseKapanpun ada Sickle Cell disease rencana anestesi dan post anestesi harus dimodifikasi. Penting untuk mendapatkan riwayat keluarga lengkap dan persiapan Sickle Cell jika sebelumnya pasien belum pernah dites. Ini harus ditekankan bahwa status hidrasi dan oksigenasi penting dalam semua pasien dengan Sickle Cell disease. Rute Infus line untuk hidrasi harus dimaintain hingga periode post operasi, terutama setelah prosedur seperti ileus. Perhatian untuk detail untuk memastikan stabilnya kardiovaskular dan status ventilator untuk adekuat oksigenasi mencegah sickling. Pulse Oxymetri punya nilai dalam memberi

Page 10: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

tanda awal desaturasi. Anak dengan Hemoglobin SC, terutama beresiko karena mereka memiliki kadar Hb normal tapi sangat rentan terhadap krisis Sickle Cell. Anak dengan Sickle Cell disease (SS) harus mendapat konsultasi hematologi untuk profilaksis transfusi tukar preoperasi . Studi yang besar yang sedang berlangsung menunjukkan insiden SS lebih rendah pada anak yang telah mengalami tranfusi tukar.

Anak dengan Gangguan Mentalanak dengan gangguan mental akan

menjadi tantangan untuk dianestesi, karena penting untuk mampu menjelaskan prosedur dan menenangkan pasien, walaupun dikompromi. Pengalaman rumah sakit yang buruk dapat memperbesar kesulitan pada perawatan di masa depan. Oleh karena itu, anak-anak ini perlu kesabaran, presiapan, dan kooperasi dari keluarga, dokter anak, bedah dan anestesiologi. Pasien ini sering menjadi mempnyai masalah medis lain dan riwayat operasi . penting untuk mendapat resume medis dan menjadi familiar dengan penyebab masalah sekarang dan dahulu. Ini penting untuk melanjutakn medikasi dan melanjutkan ke anestesi dan operasi.

Sedasi anak seperti ini sebelum operasi sering diindikasikan dan dilakukan dengan oral diazepam (0,2-0,3 mg/kg), midazolam ) atau rectal methohexital. Kami memilih piihan terakhir karena itu punya trauma minimal dan mempersiapkan partisipasi parenteral untuk proses induksi.

Anak dengan gangguan mentar sering terbatas kemampuannya dalam bergaul dengan orang di luar keluarga. Dalam situasi ini, kita mencoba supaya keluarganya bersama anaknya saat dia bangun di ruang rekoveri.

Retinopati PrematuritasPusat belajar menunjukkan bahwa

Retinopati Prematuritas (RP) , paling sring di bayi berat lahir amat sangat rendah (<1000g) yang terekspos okksigen terapi pada waktu yang terlalu lama. Tidak ada korelasi signifikan yang menunjukan antara tingkat PaO2. Kondisi ini, juga muncul di bayi lahir mati dan bayi dengan penyakit jantung kongenital sianotik yang tidak pernah mendapat oksigen terapi. Peranan dari pemberian oksigen intraopersi dalam RP masih dipertanyakan, terutama karena bayi dalam resiko besar adalah lebih mungkin untuk butuh operasil. Ini tidak membuat anestesioologis tidak mempertimbangkan bahwa ini komplikasi. Namun, karemna RP multifaktor,dalam asalnya, sangat tidak mungkin jika satu faktor seperti hiperoxia interoperasi dapat menjadi penyebab. Anestesiologis sering berhadapan dengan dilema menyeimbangkan oksigen selaam anesstesi untuk memberikan konsetrasi adekuat pada organ sementara menghindari kemungkina kerusakan akibat hiperoksia pada retina imatur. Retina bayi tidak matur hinggua 42-44 minggu gestasi, ini menunjukkan disarankan untuk menunda operasi elektif sampai setelah retina matur. Pulse oximetri fsangat memfasilitasi manajemen oksigen terapi selama anestesi pada BBLSR yang perlu operasi dengan menjaga saturasi oksigen 93-95% dapat menghindari hiperoksia.

ApneuDalaam evaluasi bayi dengan riwayat

prematur, anestesiologi harus sadar bahwa grup bayi ini angat rentan untuk komplikasi perioperasi. Bayi prematur dengan riwayat apneu lebih rentan dari bayi normal untuk mengalama apneu yangn mengancam jiwa pos operasi. Pada saat operasi dijadwalkan, Bayi ini

Page 11: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

mungkin akan ada muncul apneu dan normal pada umurnya. Pengalaman kami menunjukkan bahwa bayi dengan resiko terbesar adalah yang dengan riwayat prematur dan riwayat apneu/bradikardi dan kurang dari 44 minggu usia kehamilan. Sejak deskripsi orginal dari pasien, sejumlah prospektif studi dicoba untuk mendefinisikan popilasi dengan resiko terbesar dari apneu post operasi. Ppopulasi total pasien mencapai 400 bayi, studi ini sulit dibandingkan karena difinisi apneeu, prosedur operasi dan monitor yang digunakan untuk diagnosis dan institusi kesehatan berbeda untuk membuat diagnosis. Satu studi menemukan bahwa bayi riwayat prematur hingga usia 60 minggu memiliki resiko apneu post operasi. Kebanyak studi menunjukkan bahwa resiko ini paling besar pada bayi kurang dari 50 minggu. Dengan riwayat prematuritas, resiko meningkat 40% dan juga riwayat apneu pre operasi, respiratory distres dan abnormal pneumonia.

Jika anak menerima theofilin preoperasi, terapi ini harus dilanjutkan hingga post operasi. Konsentsrasi serum antara 10-15ug/ml adalah standar terapetik level. Jika anak tidak menerima teofilin waktu operasi, kami tidak memberi aminofilin karena tidak ada studi mengindikasikan efisiensi dari kondisi ini. Kami , telah mengobservasi beberapa bayi yang diberi teofilin mengalami rekuren apneu post operasi. Studi menunjukkan kafein 10 mg/kg dapat mencegah apneu post operasi pada bayi resiko tinggi. Farmakokinetik dari kafein pada prematur dan bayi baru lahir menunjukkan efek klinik yang bertahan beberapa hari seteleh dosis tunggal kafein. Studi lebih lanjut dibutuhkan karena kinetik terkait umur sekarang telah di deskripsikan; bayi usia 60 minggu dengan waktu paruh kafein hanya 6 jam.

Apneu mungkin terkait banyak penyebab. Paling sering karena operasi, namun,

terkait juga gangguan metabolik, efek farmakologi, dan imaturitas central nervous sistem. Metabolik menyebabkan apneu seperti: hipotermia, hipoglikemia, asidosis, hipoksemia dapat dihindari dengan perhatian terhadap manajemen anestesi neonatus. Efek farmakologis tidak dapat dihindari karena pemberian anestesi membutuhkan obat dan kebanyakan obat mempengaruh sistem respirasi. Kebanyakan age inhalan, narkotik dan sedasi menekan respon sentral terhadap karbon dioksida di dewasa tergantung dosis. Sedikit studi menunjukkan masalh pada neonatus seperti depresi nafas. Namun ini mungkin terjadi pada neonatus dengan respirasi imatur. Studi pada dewasa menunjukkan ablasi dari respon hipoksia dan potensi respon dari hiperkarbia dalam adanya halotan dalam konsentrasi serendah 0,1%; ini adalah aksi residu anestesi yang berperan dalam perkembangan apneu pada anak. Tambahan, banyak agen farmakologi dalam anestesi mengurangi tonus oto dalam jalan napas atas yang berkembang menjadi obstruksi jalan napas atas, nafas berat, kelelahan dan apneu, satu studi menunjukkan bahwa obstruksi faringeal sering berkontrsibusi pada apneu dengan anestesi umum. Agen anestesi inhalan poten mengurang tonus otot intekostal dan mengurang kapasitas residu, dan menjadi hipoksemia.

Penelitian butu diarahkan pada apakah regional anestesi berkaitan dengan insiden lebih rendah dari apneu post operasi dari anestesii umum. Beberapa laporan menyatakan bahwa teknik regional menawarkan keuntungan, namun studi tersebut terlalu kecil untuk menyatakan regional anestesi lebih aman, terutama karena apneu juga berkaitan dengan teknik anestesi regional. Kesimpulannya bahwa bayi harusnya tidak dianestesi segeram dan pada post opersi harus dimonitor untuk apneu.

Page 12: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

Tidak ada teknik anestesi yang ideal untuk neonatus. Bayi ini harus diperhatikan dalam fasilitas yang memberikan monitoring terus menerus untuk masalah kardiorespirasi. Monitor dilanjutkan hingga bayi bebas apneu 12-24 jam.

Lebih lanjut menambah kebingungan dalam masalah apneu postoperasi, beberapa laporan menjelaskan bayi cukup bulan menjadi apneu setelah anestesi umum. Ini bayi kurang dari 44 minggu walaupun cukup umum, menunjukkan abnormalitas respirasi setelah anestsi.

Bronkopulmonal displasia (BPD)

Bpd adalah bentuk dari penyakit paru kronik yang berkaitan pemakaian lama ventilasi (barotrauma) dan keracunan oksidgen pada bayi orematur dengan HMD. Bayi dengan BPD menderita hipoksemia kronik, hiperkarbia, pertumbuhan jalan nafas abnormal, trakeomalasia, dan peningkatan resistensi vaskular paru. Ini mengarah pada kor pulmanela dan gagal jantung kongestif. Edema interstitial paru meningkatkan kemungkinan gagal nafas. Bayi ini sring mendapat terapi diuretik. Dalam evaluasi terhadap bayi ini untuk anestesi dan a=operasi. Persiapan preoperasi adekuat harus ada untuk optimaliasis oksigenasi dan fungski jantung. Anak ini, butuh persiapan khusus untuk kesimbangan cairan dan elektrolit;. Dan titrasi hati-hati dari cairan intraoperasi. Tambahan. Kronik airtrapping harus diwaspadai dari resiko berbahaya N2O, juga penting untuk membuat waktu ekspirasi adekuat dan menghindari tekanan postif ventilasi berlebih. Perubahan ini dalam fungsi paru dan struktur mungkin tetap lama setelah tahun pertama kehidupan dan dapat diperbaiki dengan bronkodilator. Insiden sindroma kematian bayi mendadak meningkat 7

kali lipat pada pasien ini, mungkin karena terkait respon abnormal hipoksemia yang menimbulkan kebutuhan monitor apneu post operasi. Beberapa prosdeur seperti spinal anestesi, mungkin dapat diterima untuk teknik alternatif.

Anak DiabetikDiabetes agak sering menjadi penuyakit

anak dan ketika pasien diabetes datang untuk operasi, manajemen terapi insulin harus dilanjutkan . Jadwal insulin, kurva gds dan waktu glukosuria penting. Pasien dengan diet normal dan regimen insulin harus diatur hingga hari sebelum operasi. Umumnya dicoba untuk mejadwalkakn pasien diabetes sebagai kasus pertama hari itu. Infus intravena mengandung 5% glukosa, pemberian maintanance harus dimulai dari bangsal untuk menghindari hipoglikemia. Kami memulai pemberian setengah dosis insulin pada pagi sebelum intravena dimulai 5% glukosa maintanance dilanjutkan hingga prosedur operasi. Serum glukosa harus dimonitor pada intraopersi dan postoperasi hingga kembali pada jadwal normal.

Resimen alternatif adaalh menggunakan infus glukosa dan insulin. Beberapa studi menunjukkan penggunaan insulin infus berlanjut pada pasien operasi, terutama anak.

Operasi Cito,, dan hasil stress dari pasien diabetes mengarah pada alterasi dari respon glukosa insulin dan status asam basa. Hidrasi dan usaha untuk memperbaiki hipergllikemia dan ketoasidosis harus dilakukan sebellum induksi anestsei umum. Serum glukosa dan kalium harus dimonitor dan dosis insulin harus diberikan jika mereka stabil.

Dua metode untuk koreksi ketoasidosis yang diterima. Pertama, standar loading dose

Page 13: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

insulin, setengah intravena, setengah subkutan. Dengan pemberian tiap 1-2 jam sesuai indikasi. Metode kedua, menggunakan dosis loading dari insulin, diiikuti infus konstan. Metode teakhir menghasilkan koreksi labih halus, namun tidak ada studi yang menunjukkan metode mana yang lebih baik. Kedua metode perlu pengawasan ketat glukosa dan kalium.

Kejang Manajemen pada anak dengan kejang perlu pengetahuan dari medikasi anak, jadwal mediaksi dan kemungkinan interaksi obat anestesi dan obat pasien. Stress dari opersi dan anestesi mungkin akan mengubah level kejang dan meningkatkan aktifitas kejang. Kami meneruskan medikasi kejang sampai waktu operasi, memperbolehkan pasien meminum obat dengan air tiap pagi dari oeprasi. Untuk prosedur emergensi, kehilangan satu atau dua dosis, tidak mengakibatkan perubahan srius dari tingkat obat; namun jika medikasi terganggu untuk waktu lama. Terapi IV atau IM harus diberikan. Tingkat obat antikonvulsan dalam darah harus dimonitor untuk efek terapetik yang pantas. Ii juga penting untuk mengetauhi tipe kejang dari anak untuk menghindari pengobatan yang mengakibatkan kejang.

HiperalimentasiInfus alimentasi seirng digunakan

sebagai bantu hidup dan mempersiapkan pasien untuk operasidan penting untuk tau komposis dan adminstrasi dari cairan sehingga komplikasi intraoperasi dapat dihindari. Kebanyakan cairan adalah hipertonik, tinggi glukosa harus diberikan lewat jalur intravena

Prinsip dasarnya :

1. Hindari mengkontaminasi jalur. Jangan melubangi untuk memasukan obat

atau mengganti cairan tanpa berbicara dengan dokter yang ada. Jika perubahan jalur saat akhir operasi dapat dilakukan maka jalur yang ada dapat digunakan intraoperasi.

2. Jangan tiba2 menghentikan cairan hiperalimentasi, karena dapat membiarkan anak dalam keadaan hiperinsulinemia, sehingga terjadi hipoglikemia.

3. Gunakan alat infus dalam segala waktu, jadi rasio infus tetap. Infusi cepat dari cairan hiperalminteasi mengarah ke koma nonketotik hipertonik. Kami mengurangi rasio infus 33-50% selama operasi untuk menghindari hiperglikemia.

4. Monitor perioperasi dan intraoperasi dari level glukosa, kalium, natrium dan kalsium serta status asam basa/

5. Cek preoperasi dar ipenempatan jalur penting untuk menghindari komplikasi intraoperasi

Pasien AsmaPasien asma yang akan operasi harus bebas dari mengi. Riwayat kunjungan IGD dan perawatan harus ada, informasi spesifik seperti riwayat pneumotorak, henti nafas, terapi steroid dan penggunaan bronkodilator. Semua pengobatan harus diatur pada pagi sebelum operasi dan paisen harus menerima pengobatan optimal bronkodilator. Teofilin 10-20ug/ml untuk terapi optimal. EKG dan Ronsen dada penting.

Operasi emergensi perlu anestesia walaupun ada bronkospasme berkelanjutan. Dalam situasi ini, kegawatan operasi harus diseimbangkan dengan keparahan bronkospasme, kontrol bronkospasme harus diberikan sebelum

Page 14: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

anestesi. Analisis gas darah penting untuk membedakan obstruksi ringan atau berat. Pasien asma dengan ttekanan CO2 arteri lebih dari 45mmHg harus dipertimbangkan gagal nafas.

Pasien Rawat Jalan Peningkatan biaya efektif dan penurunan trauma psikologis adalah keuntungan dari program ini, lebih dari 60% pasien adalah rawat jalan. Sayangnya salah satu konsekuensi dari ini adalah waktu yang ada untuk anamnesa keluarga berkurang banyak karena tekanan untuk kasus yang cepat dan pemulangan yang cepat dari kamar operasi. Ini menjadi masalah kompleks. Pasien rawat jalan daerah operasi dibagi menjadi 2 ; yang akan dioperasi dan pulang pada hari yang sama dan yang akan dioperasi dan dirawat. Ileh karena itu, tiap rumah sakit mengembangkan sistem sendiri untuk evaluasi dan persiapan dari anak dan keluarga. Persetujua dengan operator hanya pasien ASA 1-2 yang pantas menjadi pasien rawat jaln. Dengan kondisi spesial pasien ASA 3-4 dapat mejadi pasien rawat jalan. Operator harus diinformasikan tentang kondisi medis yang harus diperhatikan dari pasien rawat jalan dan butuh admisi postoperasi sehingga tidak ada kejutan untuk keluarga dan pasien.

Pasien yang dijadwalkan untuk perawatan hari yang sama biasanya melewati operasi yang kompleks dan harus diinterview dan discreen untuk operasi mereka untuk menghasilkan evaluasi medik yang adekuat. Ini penting sehingga anestesiologis dapat merencanakan medikasinyal. Tambahan, kadang mungkin pasiendengan resiko aspirasi cairan lambung, pasien tersebut harus diberikan profilaksis aspirasi asam lambung.

Ketika anak sudah dirawat untuk pasien rawat jalan, sistem harus berjalan efisient untuk

menghindari penundaan dari jadwawl operasi. Perintah untuk makanan dan minuman harus jelas diberikan.

Pasien rawat jalan harus pnya ruang yang adekuat untuk bermain dan ruang pemeriksaan yang gampang diakses untuk pemeriksaan lab.

Tujuan utam dari pasien rawat jalan adalah untuk memberikan anestesi yang aman dan evaluasi yang pantas dan mempersiapkan pasien bahwa mereka akan mendapatkan induksi dan bangun dengan lancar. Anak harus sadar dan nyaman dan dapat pulang ke rumah dalam beberapa jam setelah operasi. Alasan ini karena inhalasi anestesi dengan suplemen minimal dari obat intravena adalah populer. Juga dapat menjelaskan kenapa penelitian berlanjut akan premedikasi ideal yang onset cepat, dan durasi singkat serta tdak nyeri. Sayangnya yang demikian belum ada, namun ada transoral mucosal fentanyl, nasal sufentanil, dan nasal, oral dan recal midazolam yang mencoba menjadi premedikasi ideal.

Semua pasien kecuali yang mengalami p[erasi singkat, harus ada infus line saat dimulai anestesi, untuk kompensasi puasa, tambahan kami membuat kegunaan maksimal dari blok saraf intraoperasi untuk mencega nyeri pos operasi.

Setelah meninnggalkan eruang rekoveri, anak diamati beberapa jam untuk memastikan mereka tidak demam dan tidak ada perdarahan dari lokasi operasi. Anak tidak dianjurkan untuk minum kecuali mereka haus, karena pemberian awal cairan dapat menyebabkan muntah, orang tua diinstruksikan untuk mulai pemberian analgesik ketika terjdi perubahan sikap anak.

Pemberian bebas dari anestesi long acting memberikan blok saraf yang merubah

Page 15: Translate

Bagian 4

Evaluasi PreOperasi Pasien Anak

karakter pada ruang rekoveri. Jarang pada anak mereka bangun dengan nyeri. Kebanyakan anak menangis di rekoveri rooom karena mencari orang tuanya.

Lebih lanjutm penekanan akan kebutuhan dari perawat dan staff teknik, tim anestesi selalu diantisipasi untuk kemungkinan bencana. Akan mudah saat seorang staff menjadi kesulitan dan tidak dapat menjangkau saat terjadi kegawatan. Karena kebanyak an pasien adalh sehat dan menjalani operasi sederhana.. Sayangnya itu dapat berubah menjadi kegawatan . jika staff tidak siapm maka masalah dapat terjadi. Sehingga menjadi kritikal emergensi jika tidak tersedia peralatan dan pengobatan yang cukup. Semua area pasien rawat jjalan harusnya secara berkala membahas ulang skill dari staff dan peralatan. Tipe perencanaan seperti ini menghindari Cedera parah dari pasien seperti hasil dari Anafilaksis, perdarahan masif , pneumothoraks dan kecelekaan jalan nafas.