Tetralogi fallot
description
Transcript of Tetralogi fallot
Presentasi Kasus
TETRALOGI FALLOTDavrina Rianda
Modul Ilmu Kesehatan AnakFakultas Kedokteran Universitas Indonesia
Tetralogi Fallot
ILUSTRASI KASUS
Tetralogi Fallot
ANAMNESIS
Identitas Nama : An. DNH Nama orangtua : Ny. TR NRM : 387-54-53 TL : 28 Maret 2013 Usia : 11 bulan 14 hari J.Kelamin : Perempuan Alamat : Pekanbaru Agama : Islam Suku : Jawa Tgl. Masuk : 11/3/14 Tgl. Pemeriksaan : 12/3/14
Caretaker : Ibu (Ny. TR) Usia Ibu : 41 tahun Pendidikan : SMP Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga Kebangsaan : Indonesia Pembayaran : Jamkesda
Keluhan Utama
Biru saat beraktivitas sejak usia 1 bulan (10 bulan SMRS)(Rujukan dari RS Pekanbaru untuk kateterisasi)
Riwayat Penyakit Sekarang
11 bulan SMRS
• Saat lahir, pasien langsung menangis dan belum muncul biru. Pada pasien didapatkan atresia ani, sehingga tidak dilakukan IMD. Pasien masuk ICU setelah lahir.
• Dua hari setelah lahir, pasien menjalani kolostomi. Pasien juga dikatakan mengalami gangguan jantung. Operasi untuk atresia ani direncanakan setelah gangguan jantung teratasi.
• Sepulang dari ICU, ibu pasien mengeluhkan pasien hanya sedikit minum ASI, frekuensi 3x/hari. Pasien tampak kelelahan setelah mulai minum ASI sehingga sering berhenti di tengah-tengah saat minum ASI.
10 bulan SMRS
• Muncul kebiruan pada kuku, ujung hidung, bibir, dan pada kulit di bahian bawah mata saat pasien menangis atau berada dalam kondisi dingin. Tidak tampak sesak pada pasien. Kebiruan hilang dengan sendirinya setelah pasien berhenti menangis, atau dihangatkan dengan selimut.
• Pasien dibawa berobat ke dokter jantung di Pekanbaru, dirujuk ke RSCM. Karena keterbatasan biaya, ibu pasien menunda ke RSCM. Pasien kontrol rutin ke dokter anak dan dokter jantung di RS Pekanbaru. Selama kontrol, tidak terdapat obat tertentu yang harus diminum secara teratur.
Riwayat Penyakit Sekarang
5 bu
lan
SM
RSPasien dibawa ke
RSCM, dilakukan echocardiography, dikatakan mengalami tetralogy of Fallot. Saat itu, pasien disarankan menjalani operasi ketika mencapai usia 11 bulan.
Pasien kembali ke RS Pekanbaru dan kontrol rutin kembali. Selama kontrol, tidak ada obat tertentu.4
bula
n S
MR
SPasien sering mengalami demam ringan. Pasien sempat mengalami demam hingga 40oC, tidak disertai kejang, batuk, maupun pilek. Pasien segera dibawa ke Puskesmas, diberikan amoksisilin dan obat penurun panas, keluhan membaik. 3
bula
n S
MR
SDurasi munculnya biru semakin lama. Kebiruan muncul 1x/bulan dengan durasi 3 jam.
Muncul saat beraktivitas ringan, hilang jika ibu pasien menggendong dan memeluk pasien dengan posisi pasien meringkuk.
Riwayat Penyakit Sekarang
• Saat pemeriksaan, pasien rawat inap hari ke-2.• Pasien meminum susu formula (150 cc tiap 3-4 jam); bubur
Milna dengan frekuensi 2x/hari, habis sebanyak 8 sendok teh.• Pasien ganti pampers sebanyak 3x/hari, tidak terdapat BAK
hijau.• Riwayat sesak, sering tersedak, batuk dan pilek berulang,
muntah, kuning, kejang, demam saat ini disangkal.
Hari Pemeriksaan
Riwayat Penyakit Dahulu
Sejak 2 hari setelah lahir• Pasien didiagnosis mengalami atresia ani.
Pada pasien, riwayat BAK hijau, perut membuncit, muntah disangkal.
• Pada pasien dilakukan kolostomi, dengan rencana PSARP setelah gangguan jantung teratasi. Pasien rutin dibawa untuk kontrol ke RS Pekanbaru setiap bulan untuk pemantauan stoma.
Saat pasien berusia 4 bulan• Pasien didiagnosis mengalami Sindrom
Down oleh dokter anak di RS Pekanbaru• Saat ini menjalani fisioterapi di RSCM
Riwayat Penyakit Keluarga
Tidak didapatkan anggota keluarga yang
mengalami keluhan serupa.
Riwayat hipertensi, diabetes mellitus, asma, dan alergi
disangkal.
Riwayat Tumbuh KembangPasien mulai membalikkan badan (tengkurap, telentang) saat usia 6 bulan. Pasien dapat menegakkan
kepala usia 10 bulan.
Saat ini, pasien hanya bisa berucap “da-da”
Pasien belum dapat merangkak, duduk, dan berdiri saat ini
Riwayat KelahiranLahir spontan dengan berat lahir 2,8 kg
dan panjang yang tidak diketahui ibu pasien.
Pasien lahir di bidan saat usia kehamilan 37 minggu 3 hari.
Pasien langsung menangis, tampak kemerahan, bergerak aktif, dan tidak
terdapat biru maupun kuning sejak lahir.
Riwayat KehamilanIbu pasien mengandung saat usia 40 tahun. Sakit selama kehamilan, konsumsi jamu-jamuan, konsumsi obat-obatan
disangkal.
Ibu pasien tidak pernah kontrol untuk kehamilannya dan tidak pernah menjalani USG selama hamil.
Riwayat Nutrisi
Usia 3 hari – 4 bulan• ASI saja• Saat usia 3 bulan, BB
pasien turun hingga 2,5 kg (2,8 kg 2,5 kg). Pasien dikatakan mengalami gizi kurang dan dibawa ke dokter anak di RS Pekanbaru.
• Pasien disarankan untuk diberikan susu formula SGM sebanyak 60 cc tiap 2 jam. Diberikan susu melalui sendok oleh ibu pasien. Dalam 1 bulan, BB pasien naik hingga 3,4 kg.
Usia 4 bulan – 6 bulan• Susu formula SGM
sebanyak 60 cc tiap 2 jam
• Pasien tidak diberikan ASI, karena ASI susah keluar dan pasien hanya minum sedikit.
Usia 6 bulan – 11 bulan• Susu formula
sebanyak 120 cc per 3-4 jam
Usia 11 bulan (saat ini)• Susu formula
sebanyak 150 cc per 3-4 jam
• Bubur Milna 2x/hari, 8 sendok the tiap makan
• Pasien tidak mengonsumsi buah, jus, maupun snack
Riwayat Imunisasi
Pasien belum pernah diimunisasi. Ibu pasien mengatakan takut memberikan imunisasi pada pasien, karena takut muncul demam setelah pemberian imunisasi.
Riwayat Sosial Pasien saat ini tinggal bersama kedua orang tua dan
kelima kakaknya. Pasien merupakan anak kelima dari lima bersaudara.
Tetralogi Fallot
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Fisik (12 Maret 2014)
Kesadaran : Kompos mentis
Appearance : tampak sakit sedang, tampak sianosis pada kuku tangan, kuku kaki, dan bibir, menangis kuat
Antropometri Berat = 6,8 Kg; Panjang badan = 70 cm; Lingkar kepala = 45 cm
Status Nutrisi
Weight/age = Z-score -2SD sampai -3SD;Length/age = Z-score 0SD sampai -2SD;weight/length = Z-score -2 SD sampai -3SD;Head Circumferance/age = Z-score 0SD sampai +1SD.Kesimpulan: gizi kurang (wasted), flat growth, dan normosefali.
Tekanan darah 100/60 mmHg
Nadi 125 kali/menit, isi cukup, reguler (sama di keempat ekstremitas)
Nafas 25 kali/menit, reguler
Suhu 36,2o C
Pemeriksaan Fisik (12 Maret 2014)
Kepala Normocefal, tidak ada deformitas, rambut hitam dan tidak mudah dicabut, tampak sianosis pada bibir, ubun-ubun belum tertutup, fasies mongolian, low set ear (-), napas cuping hidung (-)
Mata Konjungtiva pucat -/-; sklera ikterik -/-; pupil bulat ditengah, isokor 3 mm / 3mm; refleks cahaya langsung +/+; refleks cahaya tidak langsung +/+
Leher Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening, JVP kesan tidak meningkat
ParuI : Pergerakan dada simetris saat statis dan dinamis, tidak ada venektasi, tidak tampak benjolan;P : Fremitus kiri dan kanan simetris; P : sonor dikedua lapang paru;A : vesikular +/+, rhonki -/-, wheezing -/-
Jantung
I : iktus kordis tidak tampak;P: iktus kordis teraba pada linea midklavikula sinistra;A : bunyi jantung I normal, bunyi jantung II tunggal, Ejection Sistolic Murmur grade 4/6 punctum maximum pada pulmonal, gallop tidak ada
Pemeriksaan Fisik (12 Maret 2014)
AbdomenDatar, lemas, hati dan limpa tidak teraba, bising usus normal (4x/menit)Terdapat stoma vital (+), tidak tampak fistula, prolaps, maupun retraksi, pus (-), produksi feses (+) tidak terdapat darah
EkstremitasKuku-kuku jari tangan dan kaki tampak sianosis, akral hangat, CRT tidak dapat dinilai, clubbing finger (+)
Punggung Spina bifida (-)
Genitalia dan Anus
Tidak tampak sinekia pada labia mayora maupun minora, tidak terdapat phallus, anal dimple (+)
Pemeriksaan Fisik (12 Maret 2014)
DIAGNOSIS KERJA
Biru saat beraktivitas sejak usia 1 bulan
Sianosis:Tipe Sentral
Sianosis SentralSianosis Sentral
Kardiak
Right to left shunts
Nonkardiak
Hipoventilasi
Hypoxic Ischemic Encephalopathy
Intracranial Hemorrhage
Seizure
Penyakit Pulmonal
RDS
Abnormalitas kongenital
Impaired alveolar-arterial diffusion
Penyakit Hemoglobin
Methemoglobinemia
Sianosis Sentral: Kardiak
Hipoventilasi
• Penurunan kesadaran
• Riwayat trauma kepala
• Kejang
Penyakit pulmonal
• Distres pernapasan
• Bunyi napas tambahan
Penyakit Hemoglobin
• Faktor risiko: paparan stres oksigen, anestesi topikal, antibiotik sulfonamid, metoklopramid, nitrit oksigen inhalasi
• PO2 normal
Kardiak
• Murmur pada auskultasi
• PO2 turun
Etiologi:Kardiak
Altman, Carolyn A. Congenital heart disease (CHD) in the newborn: Presentation and screening for crticial CHD. Diakses pada Senin, 17 Maret 2014. Diunduh dari: http://www.uptodate.com/contents/congenital-heart-disease-chd-in-the-newborn-presentation-and-screening-for-critical-chdSasidharan P. An approach to diagnosis and management of cyanosis and tachypnea in term infants. Pediatr Clin N Am. 2004; 51: 999-1021.
Sianosis Sentral: Kardiak Etiologi:Kardiak
Lee JY. Clinical presentations of critical cardiac defects in the newborn: Decision making and initial management. Korean J Pediatr. 2010 Jun;53(6):669-679.
Sianosis Sentral – Kardiak: ToF
Balderas. Cyanotic Heart Disease.
Sianosis Sentral – Kardiak: ToFEbstein Anomaly Tetralogy of Fallot
Diagnosis:Tetralogi of Fallot
Toronto Notes 2012.
TETRALOGI FALLOT
Defek jantung kongenital
Ventricular septal defect (VSD) yang
besar
Adanya obstruksi pada right
ventricular outflow tract (RVOT)
Adanya right ventricle
hypertrophy (RVH)
Aorta yang overriding
3:10.000 kelahiran
*Minimal memenuhi 2 dari 4 kriteria
Bailliard F, Anderson RH. Tetralogy of fallot. Orphanet Journal of rare Disease. 2009; 4(2): 1-10.Bhimji S. Tetralogy of fallot. Diakses pada Senin, 17 Maret 2014. Diunduh dari: http://emedicine.medscape.com/article/2035949-overviewPark MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redigton AN. Congenital Disease dalam Braunwald’s Heart Disease, 9th ed. Philadephia: Elsevier Saunders; 2012. [ebook].
Etiologi
Trisomi 21 Trisomi 18 Trisomi 13 Mikrodelesikromosom 22
Sindrom DiGeorge Risiko rekurensi di keluarga: 3%
Faktor risiko: asam retinoat pada
trimester pertama, DM tidak terkontrol,
fenilketonuria
Bailliard F, Anderson RH. Tetralogy of fallot. Orphanet Journal of rare Disease. 2009; 4(2): 1-10.
Gambaran Tetralogi Fallot
Bailliard F, Anderson RH. Tetralogy of fallot. Orphanet Journal of rare Disease. 2009; 4(2): 1-10.Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redigton AN. Congenital Disease dalam Braunwald’s Heart Disease, 9 th ed. Philadephia: Elsevier Saunders; 2012. [ebook].
Embriogenesis
Tuba bakal jantung• Trunkus
arteriosus• Bulbus kordis
Trunkus arteriosus akan
mengalami perputaran 180o
Tumbuh ke arah bawah, menuju bulbus kordis
Memisahkan aorta dengan
arteri pulmonal
Terjadi deviasi ke arah anterior
Kondisi patologis• Deviasi antero-sefalad
pada pembentukan lubang septum ventrikular
• trabekulasi septoparietal yang hipertrofi
Tetralogi Fallot• VSD, overriding aorta• Obstruksi RVOT• Konsekuensi
hemodinamik hipertrofi ventrikel kanan
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]Apitz C, Webb GD, Redlinton AN. Tetralogy of fallot. The Lancet. 2009; 174: 1462-71.
Winn KJ. The pathogenesis of tetralogy of fallot.
Bailliard F, Anderson RH. Tetralogy of fallot. Orphanet Journal of rare Disease. 2009; 4(2): 1-10.
Karakteristik ToF
VSD besar
Malalignment outlet septum ventrikel bagian muskular
Batas posteoinferior lubang:•Perimembranosa•Double-outlet right ventricle
Obstruksi RVOT
Deviasi antero-sefalad + trabekulasi septoparietal
Obstruksi dapat meningkat dengan:• Katekolamin• Volume intravaskular yang
menurun
Aliran darah ke paru dibantu oleh:• PDA• Arteri kolateral
aortopulmoner dari aorta
Overriding Aorta
Displacement outlet malilgnment ke ventrikel kanan
Beban volume kronik dilatasi pada dasar
aorta
RVH
Konsekuensi hemodinamik
Bailliard F, Anderson RH. Tetralogy of fallot. Orphanet Journal of rare Disease. 2009; 4(2): 1-10.Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Anamnesis dan PF
Biru• Langsung setelah lahir atresia
pulmonal• Bergantung pada PDA menutup
dalam beberapa jam kegagalan sirkulasi/sianosis meningkat
• Gradual stenosis yang memberat
Sesak saat beraktivitas, squatting, hypoxic spell Clubbing finger
Kulit biru kehitaman
Auskultasi:• Tap pada ventrikel kanan sepanjang garis sternal kanan• Systolic thrill sternal kiri bagian atas dan tengah• Ejection systolic garis sternal kiri atas dan tengah• Continuus murmur PDA• Holosistolik VSD small shunt
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Hypoxic Spellhiperpnea paroksismal (respirasi dalam dan cepat), iritabilitas dan prolonged crying, sianosis yang bertambah,
dan menurunnya intensitas murmur jantung karena absennya aliran antegrade yang melewati jalur RVOT.
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Tetralogi Fallot
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan Penunjang
USG Obstetrik, EKG Fetal
EKG Foto X-Ray Ekokardiografi
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Pemeriksaan Laboratorium
Polisitemia
Tidak terdapat defisiensi besi
Pemeriksaan EKG ToF
Right Axis Deviation pada ToF sianosis QRS normal pada pasien asianosis Right ventricular hypertrophy Hipertrofi ventrikel bilateral Hipertrofi atrium kanan
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Hasil EKG (2 Maret 2014)
Sinus rhythm, QRS rate 125x/menit, QRS normal, PR interval normal, ST-T changes (-), right axis deviation (+)
Foto X-Ray ToF
Ukuran jantung normal/lebih kecil dari normal Corakan vaskular pulmonal cenderung menurun Lapang paru yang “hitam” atresia pulmonal Boot shaped appearance Pembesaran atrium kanan & arkus aorta kanan
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Hasil Rontgen (2 Maret 2014)
Jaringan lunak tidak ada emfisa Tulang costae tidak melebar Tidak terdapat deviasi trakea Sudut kostofrenikus kanan dan
kiri lancip Corakan bronkovaskular tidak
meningkat CTR <50% Tidak terdapat gambaran “boot
shaped”
Ekokardiografi RoF
Long-axis view
• VSD perimembranosa
• Overriding Aorta
Short-axis view
• RVOT• Katup pulmonal• Anulus pulmonal• Arteri pulmonal
utama
Doppler
• Pekiraan gradien tekanan pada daerah obstruksi
• Distribusi arteri koroner yang anomali
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Bailliard F, Anderson RH. Tetralogy of fallot. Orphanet Journal of rare Disease. 2009; 4(2): 1-10.
Hasil Ekokardiografi (14 Februari 2014) Atrial situs solitus AV concordance Normal systemic and pulmonary venous
drainage Dilated RA-RV PFO R to L shunt TR (PG 23 mmHg) Severe infundibulary pulmonary stenosis (PG
69 mmHg)
Large perimembranous VSD (RL shunts) Overriding aorta ± 50% Confluent PA’s (RPA 6 mm, LPA 3 mm) Left aortic arch, laminar flow across Well-contracting ventricles, no paradoxical
movement seen No pericardial effusion seen Colateral
Kesimpulan:1. Tetralogy of Fallot, smallish LPA2. PFO3. Colateral
Kateterisasi RFA & LFA, Plebotomi ± 40 cm (12 Maret 2014)
Vena innominate (+), P-LSV C (-) RV grafi (LAO 20, CRAN 30)
Tampak pulmonal stenosis infundibular dan supravalular berat Overriding aorta Confluent PA Ø RPA 7,09 mm; LPA 9,01 mm
LV grafi: Tampak VSD Good LV Size
Aortografi: Two ostium corronary artery Left aortic arch Tidak ada PDA Minimal kolateral Tidak ada koartasio aorta Ø Aorta desendens: 11,41 mm
Kateterisasi RFA & LFA, Plebotomi ± 40 cm (12 Maret 2014)
Studi Hemodinamik
• Half Size: 6,5• McGoon Ratio: 1,41• Nakata Index: 277• Waktu prosedur: 45 menit• Waktu fuloroskopi: 3,4 menit
Kesimpulan:1. Tetralogy of Fallot2. Confluent PA3. Normal Coronary Artery4. No PDA5. Minimal collateral
Tetralogi Fallot
DIAGNOSIS
Assessment VATER
Vertebral anomalies Anal atresia Cardiac defects Tracheoesophageal fistula Renal & radial anomalies Limb defects
Simona P, Gluffire M. Esophageal atresia in newborns: a wide spectrum from the isolated forms to a full VACTERL phenotype. Ital J Pediatr. 2013; 39(1): 1-8.
DIAGNOSIS
1. Tetralogy of Fallot2. Patent Foramen Ovale3. Sindrom Down4. Atresia Ani post-kolostomi5. Gizi kurang
Kurva Berat Badan/Usia Pasien
Tetralogi Fallot
TATALAKSANA
Tatalaksana1. Observasi keadaan umum, hemodinamik, perdarahan pascakateterisasi2. Awasi perdarahan pada bekas kanulasi di inguinal kanan3. Total koreksi4. Diet on demand (kebutuhan cairan: NS 680 cc/hari)5. Injeksi cefazolin 100 mg IV (3 dosis)6. Parasetamol 100 mg PO (bila perlu)7. Propanolol 4 mg @ 8 jam PO (obat pulang)8. Imobilisasi ± 4 jam9. Fisioterapi10. Edukasi mengenai imunisasi dan nutrisi11. Follow-up jangka panjang dilakukan setiap 6 – 12 bulan
Tatalaksana Farmakologi Pada Pasien
1. Injeksi cefazolin 100 mg IV (3 dosis)2. Parasetamol 100 mg PO (bila perlu)3. Propanolol 4 mg @ 8 jam PO (obat pulang)
Tatalaksana Farmakologi
Tatalaksana hypoxic spell• Knee-to-chest• Oksigen• Morfin 0,1-0,2 mg/kg IM• Propanolol oral dengan dosis 0,5 – 1,5 mg/kg tiap 6 jam• Kristaloid bolus IV cepat: 10-20 ml/kg • Intervensi pembedahan
Profilaksis antibiotik subacute bacterial endocarditis
Preparat besi
Knee to Chest Position
Starship children’s health clinical guideline. Tetralogy of fallot hypercyanotic spells.
Terapi Pembedahan Pada Pasien
Koreksi Total
Pendekatan Pembedahan
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Terapi Pembedahan
Palliative Shunt
• Neonatus dengan ToF dan atresia pulmonal
• Bayi dengan anulus pulmonal hipolastik yang membutuhkan transannular patch untuk perbaikan komplit
• Anak dengan arteri pulmonal hipoplastik• Anatomi arteri koroner yang menyulitkan
koreksi primer• Bayi dengan usia di bawah 3-4 bulan
yang mengalami hypoxic spell yang tidak tertangani dengan pengobatam
• Bayi dengan berat kurang dari 2,5 kg
Koreksi Total
• Saturasi oksigen kurang dari 75% - 80%. Munculnya hypoxic spell merupakan pertimbangan utama indikasi operasi
• Bayi simtomatik dengan anatomi RVOT dan atresia pulmonal dapat menjalani pembedahan korektif pada usia 3 – 4 bulan
• Bayi sianotik ringan yang memiliki riwayat pembedahan shunt
• Anomali arteri koroner dapat menjalani pembedahan setelah usia 1 tahun
Shunt Koreksi Total
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Operasi Definitif ToF
Webb GD, Smallhorn JF, Therrien J, Redigton AN. Congenital Disease dalam Braunwald’s Heart Disease, 9th ed. Philadephia: Elsevier Saunders; 2012. [ebook].
Penutupan VSD
Reseksi RVOT
Valvulotomi
Follow Up Paska PembedahanFollow up jangka panjang setiap 6-12 bulan
• VSD residual• Obstruksi residual dari RVOT• Obsrtuksi residual dari arteri pulmonal• Aritmia• Gangguan konduksi
Terutama pada pasien dengan:
• Regurgitasi katup pulmonal• Blokade jantung• Subacute bacterial endocarditis• Aritmia (takikardia ventrikel) akibat hipertrofi ventrikel kanan yang persisten• Pusing• Pingsan• palpitasi
Cari:
Park MK. Pediatric cardiology for practicioners, 4th ed. Philadelphia: Mosby; 2002. [e-book]
Tatalaksana Lainnya
Sindrom Down
Fisioterapi gangguan perkembangan• Dapat berkaitan dengan
kekurangan oksigen secara sistemik pada pasien ToF
Occupational therapy
ADL mandiri
Atresia Ani post-
kolostomi
Perawatan kolostomi
Posterosagital Anorectoplasty
Gizi kurang
Pertahankan pola makan sesuai
kebutuhan kalori 910 kkal/hari
Kontrol BB rutin
Imunisasi
Edukasi mengenai KIPI
Catch up immunization
Tetralogi Fallot
PROGNOSIS
Prognosis
Ad Vitam : Dubia ad bonam Ad sanactionam: Dubia ad bonam Ad fungsionam : Dubia ad malam
TERIMA KASIH
Pertanyaan
ToF bidirectional Saat lahir bisa dideteksi dengan adanya murmur cek dengan echo Koreksi tetap harus dilakukan karena tetap akan mengganggu
aktivitas Spell R to L shunt meningkat Kegawatan PJT:
Gagal jantung Spell guyur cairan
Morfin membuat pasien tenang saat gelisah, tambah berat Spell ringan knee chest