Tetanus
-
Upload
shindy-octaviana -
Category
Documents
-
view
23 -
download
1
description
Transcript of Tetanus
Tetanus
Oleh:dr. Shindy Octaviana
RSUD Malingping , Lebak , Banten
2015
Identitas
• Nama : Tn.M• Usia : 47 th• Alamat : Kp Citeureup, Malingping,
Lebak• Agama : Islam• Pekerjaan : Petani• Masuk Tgl :17/07/2015• Keluar Tgl :20/07/2015
Anamnesis • Pasien datang dengan keluhan susah menelan
dan susah membuka rahang sejak 1 minggu yang lalu yang dirasakan makin lama semakin memberat dan badan sebelah kiri terasa lebih kaku, nyeri otot di leher, , keluhan disertai dengan demam, nyeri saat mencoba membuka mulut.
• Riwayat punggung kaki kiri terkena cangkul 10 hari yang lalu, terdapat luka namun tidak berobat dan luka sudah sembuh, tidak terdapat nanah.
• Keluhan tidak disertai dengan kejang, perut yang terasa keras, nyeri tenggorokan , sensitive jika terkena matahari atau lampu, batuk, nyeri otot di punggung, susah bernafas, nyeri di telinga ataupun keluar cairan dari telinga. Tidak di dapatkan keringat berlebih , berdebar - debar
• Pasien mempunyai kebiasaan mengorek-korek gigi menggunakan lidi. Tidak ada riwayat tekanan darah tinggi, kencing manis. BAB dan BAK dalam batas normal
PEMERIKSAAN FISIK
KU : SedangKesadaran : Compos MentisTTV : TD 120/80mmHg
Resp 18x/mnt Nadi 88x/mnt Suhu 36,7C
• Mata : CA -/- , SI -/- , RC +/+• Pupil : isokor• THT : trismus + , T1/T1 non hiperemis,
lidak kotor - ,faring non hiperemis , stridor –
• Gigi geligi : caries dentis +, gusi bengkak - • Thorax : simetris , retraksi intercostals
-. Retraksi supraclavicula -, retraksi suprasternal - , Nyeri tekan -. Sonor ka=ki
• Cor : ictus kordis tidak terlihat dan tidak teraba , batas jantung dbn , BJM , murmur – Gallop -
• Pulmo : VBS ka=ki , RH -/- , WH -/- , SLEM -/-
• Abdomen :datar , BU +, timpani, NTE - , soepel, H/L tidak teraba
• Extremitas :hangat, CRT <2”, Kejang rangsang – , epistotonus – , rhisus sardonicus–
• Genetalia : tidak diperiksa
P. Saraf
• R.Meningen : tidak ada• Laseq, Kernig, Brudinzky I, II , III dan IV : tidak
ada • Sistem motoris : involunter - , fasikulasi - , • R. Fisiologis : +/+• R. Patologis : babinsky -/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG 26/10/2014
• Hb : 10.8 gr/dl (↓)• Ht : 39 %• Leuko : 11.400 mm (↑)• Trombosit : 350.000 mm
DIAGNOSIS BANDING :
• Tetanus port d’entre VL a/r pedis sin• Tetanus port d’entre dentis• Abses peritonsiler
DIAGNOSIS
• TETANUS
RESUME
• Pasien datang dengan disfagia sejak 1minggu lalu yang progressive, spasme ditubuh sinistra, spasme di musculus cervical, febris , Vulnus laceratum di pedis dextra yang sudah sembuh .,kejang - , board like rigidity - fotofobia - fasikulasi - , batuk - , ottorhea - ,dyspnoe - , epistotonus - takikardi - , palpitasi - .Pasien punya kebiasaan mengorek korek gigi menggunakan lidi, hipertensi - , Diabetes mellitus –
PENATALAKSANAAN di RSUD Malingping
• Oksigen 2L/mnt• IVFD RL 20 tpm• Metronidazole infuse 3x500mg• PP 1,2 juta IU / hari• ATS 20.000 IU IM• TT 0,5cc• Diet tinggi karbo tinggi protein 3000 – 4000 Kal• Diazepam prn IM
FOLLOW UP 17/07 18/07 19/07 20/07
S : kaku leher, sakit menelan
S : sulit menelan, nyeri kepala , kejang -
S : kejang - PULANG PAKSA
0: TD 110/60, Trismus -
O: trismus - O : trismus -
A : tetanus A:tetanus A : tetanus
P : terapi teruskan , NGTKonsul sp.THT
P:terapi teruskanSp.THT : faring non hiperemis, T1/T1 non hipermis ambroxol 3x1 tab
P : terapi teruskanCek darah rutinHb : 10,3 gr/dlHt : 37 %L: 14.100Tr : 257.000E : 4,67 jt
Diazepam 3x1tabMetronidazole 3x1 tabAmbroxol 3x1 tab
PEMBAHASAN TETANUS
• DEFINISI :Suatu toksemia akut yang berat yang
disebabkan oleh neurotoksin tetanospasmin yang dihasilkan oleh Clostridium tetani ditandai dengan spasme otot yang periodic dan berat , yang dapat disebabkan oleh karena komplikasi dari suatu luka
ETIOLOGI • Bakteri gram positif• bentuk spora • anaerob berubah menjadi bentuk vegetatif →
eksotoksin : neurotoksin tetanospasmin dan tetanolysmin
• Masa inkubasi penyakit ini adalah 1 – 54 hari, rata – rata 8 hari
FAKTOR RISIKO • tetanus prone wound • vulnus laceratum (luka robek), vulnus
punctum (luka tusuk), combustio (luka bakar), fraktur terbuka, otitis media, luka terkontaminasi, luka tali pusat.
KLASIFIKASI :
• Stadium 1 : trismus• Stadium 2 : opisthotonus• Stadium 3 : kejang rangsang• Stadium 4 : kejang spontan
PATOGENESIS & PATOFISIOLOGI
• C.tetani masuk melalui luka• Toxin → tetanospasmin →menyebar melalui
otot – otot yang terkena → terikat di motor end plate perifer → sel ganglion & saraf pusat
• Tetanospasmin menghambat pelepasan neurotransmitter inhibisi (GLISIN & GABA ) yang berfungsi mengatur kontraksi otot polos → otot berkontraksi secara tidak terkontrol
• Saraf perifer terpendek akan menimbulkan gejala distorsi wajah, kekakuan punggung dan leher, peningkatan aktivasi saraf yang menginervasi M.masseter (trismus/lowjack) , spasme otot
• Pada system otonom → hipersimpatis
MANIFESTASI KLINIK
Kekakuan otot / RIGIDITAS• M.masseter → trimus / lowjack• Otot wajah → rhisus sardonicus • Otot faring →disfagia• Otot dada M.intercostal → gangguan
pernafasan• Otot abdomen → board like rigidity• Otot punggung → epistotonus
SPASME OTOT • Kejang ditandai dengan reflek yang berlebihan
akibat kontraksi tonik dari otot – otot yang kaku. Spasme biasanya dirangsang oleh sentuhan, auditory, visual dan emosi, berlangsung beberapa detik, tiba – tiba dan nyeri. Spasme yang lama akan menyebabkan kesulitan bernafas, dangkan dan ireguler → sianosis , hipoksia, hiperkapnia →kerusakan otak dan kematiaan.
GANGGUAN SISTEM OTONOM• Peningkatan aktivitas simpatis : takikardi,
berkeringat, TD ↑• Peningkatan aktivitas parasimpatis :
hipersalivasi , tonus vagal
PEMERIKSAAN PENUNJANG
• Leukositosis ringan• Trombosit yang meningkat• Myoglobin mungkin meningkat• Kreatinin fosfokinase meningkat (kejang)• Kultur kuman anaerob
KRITERIA DIAGNOSIS
Diagnosis tetanus dapat ditegakkan dari pemeriksaan fisik pada saat pasien istirahat :
• Gejala klinik : trismus , disfagia , risus sardonicus , opistotonus
• Adanya luka, adakalanya luka sudah dilupakan• Kultur C.tetani +• Lab : SGOT, CPK meninggi disertai
myoglobiuria
PENATALAKSANAAN
Prinsip :• Mengeliminasi bakteri • Mentralisir tetanospasmin• Meminimalisasi gejala yang timbul
• Merawat pasien di ruangan isolasi yang tenang dengan monitor
• Cairan untuk rehidrasi dan menjaga keseimbangan elektrolit
• Debridement luka → incisi kemudian dikompres dengan H2O2, membuat lingkungan yang aerob , luka tetap dalam keadaan terbuka Sekitar luka dapat diberikan suntikan ATS
• Oksigen , jika tetap kurang optimal dilakukan intubasi
• Diet tinggi protein, diet per sonde, dengan asupan sebesar 2000 kalori / hari untuk orang dewasa
ATS & Antibiotika• Metronidazole 500mg tiap 6jam , selama 10 – 14
hari• PP 1,2 juta IU/hari IM, selama 5 hari , bila alergi
tetrasiklin pada orang dewasa adalah 4 x 500 mg/hari (max 2 gram)
• ATS 10.000 – 20.000 IU IM dan untuk anak – anak sebesar 10.000 IU IM. Pemberian antitoksin dosis terapetik selama 2 – 5 hari berturut – turut.
• B adrenergic : 0,25 – 1 mg/mnt melalui infus untuk mengurangi peningkatan aktivitas simpatis
• Diazepam 3x10mg IM atau Fenobarbital 3x100mg IM atau Klorpromazin 3x25mg IM
KOMPLIKASI
• Fraktur vertebra• Hipoksia ,• Spasme laring • Kardiovaskuler , disotonomia• ARDS → kematian
PENCEGAHAN
PROGNOSIS
• Qua ad vitam : dubia• Qua ad functionam : dubia• Qua ad sanationam : dubia
THANK YOU• Merdjani, A., dkk. 2003. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis.Badan
Penerbit IDAI, Jakarta• Jawetz, Melnick, Adelberg. Mikrobiologi Kedokteran. 2005; h.436-437.• Abrutyn E, Tetanus, Isselbacher dkk, dalam buku Harrison, Prinsip Ilmu
Penyakit Dalam,vol 2, Edisi 13, EGC, Jakarta, 1995. Hal : 711-713.• Anonim, Tetanus, Mansjoer. A. dkk dalam buku Kapita Selekta Kedokteran
edisi 2 Jilid 2. Fakultas Kedokteran UI, Jakarta 2000, 429-430.• Library.usu.ac.id/download/fk/penysaraf-kiking2.pdf